43
STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG PRINGONDANI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA DISUSUN OLEH : BETY YULIAWATI NIM. P.10081 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2013

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/6/01-gdl-betyyuliaw... · BAB I PENDAHULUAN A ... dapat beradaptasi diri secara konstruktif

  • Upload
    vunhu

  • View
    220

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/6/01-gdl-betyyuliaw... · BAB I PENDAHULUAN A ... dapat beradaptasi diri secara konstruktif

STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN PERILAKU

KEKERASAN DI RUANG PRINGONDANI

RUMAH SAKIT JIWA DAERAH

SURAKARTA

DISUSUN OLEH :

BETY YULIAWATI

NIM. P.10081

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2013

Page 2: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/6/01-gdl-betyyuliaw... · BAB I PENDAHULUAN A ... dapat beradaptasi diri secara konstruktif

i

STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN PERILAKU

KEKERASAN DI RUANG PRINGONDANI

RUMAH SAKIT JIWA DAERAH

SURAKARTA

Karya Tulis Ilmiah

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan

DISUSUN OLEH :

BETY YULIAWATI

NIM. P.10081

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2013

Page 3: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/6/01-gdl-betyyuliaw... · BAB I PENDAHULUAN A ... dapat beradaptasi diri secara konstruktif

ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Bety Yuliawati

NIM : P.10081

Program Studi : DIII Keperawatan

Judul Karya Tulis Ilmiah : ASUHAN KEPERAWATAN Tn. S DENGAN

PERILAKU KEKERASAN DI RUANG

PRINGGODANI RUMAH SAKIT JIWA

DAERAH SURAKARTA

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini

benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan

atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah

hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut

dengan ketentuan akademik yang berlaku.

Surakarta, 7 Juni 2013

Yang Membuat Pernyataan

BETY YULIAWATI

NIM. P. 10081

Page 4: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/6/01-gdl-betyyuliaw... · BAB I PENDAHULUAN A ... dapat beradaptasi diri secara konstruktif

iii

LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :

Nama : Bety yuliawati

NIM : P. 10081

Program Studi : D III Keperawatan

Judul : ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN

PERILAKU KEKERASAN DI RUANG PRINGGODANI

RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis

Ilmiah Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

Ditetapkan di : Surakarta

Hari/Tanggal : Jum’at / 7 Juni 2013

Pembimbing : Joko Kismanto, S. Kep., Ns (…………………….)

NIK. 200670020

Page 5: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/6/01-gdl-betyyuliaw... · BAB I PENDAHULUAN A ... dapat beradaptasi diri secara konstruktif

iv

Page 6: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/6/01-gdl-betyyuliaw... · BAB I PENDAHULUAN A ... dapat beradaptasi diri secara konstruktif

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena

berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya

Tulis Ilmiah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN

RESIKO PERILAKU KEKERASAN DI RUANG PRINGGODANI RUMAH

SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA."

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat

bimbingan dan dukungan dari berbagi pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya

kepada yang terhormat :

1. Setiyawan, S.Kep.,Ns, selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan yang

telah menjadi motivator dan pemimpin yang senantiasa memberikan teladan

serta bimbingan kepada semua mahasiswa STIKes Kusuma Husada

Surakarta.

2. Erlina Windyastuti, S.Kep.,Ns, selaku Sekretaris Ketua Program Studi DIII

Keperawatan yang telah memberikan kesempatan menimba ilmu dan selalu

memberikan fasilitas untuk menunjang pengajaran di STIKes Kusuma

Husada Surakarta.

3. Joko Kismanto, S.Kep.,Ns, selaku dosen pembimbing sekaligus sebagai

penguji I yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-

Page 7: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/6/01-gdl-betyyuliaw... · BAB I PENDAHULUAN A ... dapat beradaptasi diri secara konstruktif

vi

masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi

demi kesempurnaannya studi kasus ini.

4. Diyah Ekarini, S.Kep.,Ns selaku dosen penguji II yang telah membimbing

dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman

dalam bimbingan serta memfasilitasi demi kesempurnaannya studi kasus ini.

5. Setiyawan, S.Kep.,Ns selaku dosen penguji III yang telah membimbing

dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman

dalam bimbingan serta memfasilitasi demi kesempurnaannya studi kasus ini.

6. Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada

Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasanya

serta ilmu yang bermanfaat.

7. Kedua orangtuaku yang penuh dengan perhatian, kasih sayang, ketulusan dan

keikhlasan memberi dukungan moral maupun materiil, serta setiap tetes air

mata yang jatuh mengiringi setiap baluran doa-doanya demi sebuah lafadz

doa semoga sukses.

8. Sahabat terbaik saya yang telah memberikan motivasi dan selalu berjuang

bersama dalam satu tekad, satu tujuan dan selalu memberikan motivasi dan

semangat, serta selalu memberikan saya informasi yang handal dan akurat

dalam segala hal.

9. Teman-teman mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma

Husada Surakarta, dan berbagai pihak yang tidak dapat deisebutkan satu-

persatu, yang telah memberikan dukungan moral dan spiritual.

Page 8: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/6/01-gdl-betyyuliaw... · BAB I PENDAHULUAN A ... dapat beradaptasi diri secara konstruktif

vii

Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

keperawatan dan kesehatan, Amin.

Surakarta, Juni 2013

Penulis

Page 9: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/6/01-gdl-betyyuliaw... · BAB I PENDAHULUAN A ... dapat beradaptasi diri secara konstruktif

viii

DAFTAR ISI

halaman

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME ................................................. ii

LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................ iii

LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... iv

KATA PENGANTAR .................................................................................. v

DAFTAR ISI ................................................................................................. viii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...................................................................... 1

B. Tujuan Penulisan ................................................................... 4

C. Manfaat Penulisan ................................................................. 5

BAB II LAPORAN KASUS

A. Identitas Klien ....................................................................... 6

B. Pengkajian .............................................................................. 6

C. Perumusan Masalah Keperawatan ......................................... 12

D. Perencanaan Keperawatan ..................................................... 13

E. Implementasi Keperawatan .................................................... 17

F. Evaluasi Keperawatan ............................................................ 18

Page 10: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/6/01-gdl-betyyuliaw... · BAB I PENDAHULUAN A ... dapat beradaptasi diri secara konstruktif

ix

BAB III PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

A. Pembahasan ............................................................................ 20

B. Simpulan ................................................................................ 26

C. Saran ...................................................................................... 28

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Page 11: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/6/01-gdl-betyyuliaw... · BAB I PENDAHULUAN A ... dapat beradaptasi diri secara konstruktif

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Genogram ............................................................................... 8

Gambar 2.2 Pohon Masalah ....................................................................... 13

Page 12: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/6/01-gdl-betyyuliaw... · BAB I PENDAHULUAN A ... dapat beradaptasi diri secara konstruktif

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Log Book

Lampiran 2 Format Pendelegasian Pasien

Lampiran 3 Surat Keterangan Selesai Pengambilan Data

Lampiran 4 Asuhan Keperawatan

Lampiran 5 Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 6 Daftar Riwayat Hidup

Page 13: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/6/01-gdl-betyyuliaw... · BAB I PENDAHULUAN A ... dapat beradaptasi diri secara konstruktif

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut UU Kesehatan Jiwa No. 3 Tahun 1966 Kesehatan Jiwa

adalah kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual,

emosional secara optimal dariseseorang dan perkembangan ini berjalan

selaras dengan orang lain. Adapun ciri-ciri sehat jiwa meliputi: seseorang

dapat beradaptasi diri secara konstruktif pada kenyataan (berani menghadapi

kenyataan), mendapat kepuasan dari usahanya, lebih puas memberi daripada

menerima dan bebas (relative) dari cemas (Direja , 2011).

Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena

adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana individu tidak

mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain, masyarakat, dan

lingkungan. Pengertian seseorang tentang penyakit gangguan jiwa berasal

dari apa yang diyakini sebagai faktor penyebabnya yang berhubungan dengan

biopsikososial. WHO menunjukkan bahwa beban yang ditimbulkan gangguan

jiwa sangat besar, dimana terjadi global burden of disease akibat masalah

kesehatan jiwa mencapai (8,1 persen). Angka ini lebih tinggi dari TBC

(7,2 persen), kanker (5,8 persen), penyakit jantung (4,4 persen), dan malaria

(2,6 persen). (Simanjutak dan Wardiyah, 2006).

1

Page 14: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/6/01-gdl-betyyuliaw... · BAB I PENDAHULUAN A ... dapat beradaptasi diri secara konstruktif

2

Prevalensi gangguan kesehatan jiwa tertinggi di Indonesia terdapat

di provensi daerah khusus ibu kota Jakarta (24,3 persen), di ikuti oleh

Nagroe Darrusalam (18,5 persen), Sumantera Barat (17,7 persen), NTB

(10,9 persen), Sumatera Selatan (9,2 persen) dan Jawa Tengah (6,8 persen)

(Depkes RI 2008). Berdasarkan data riset kesehatan dasar (2007),

menunjukkan bahwa prevalensi gangguan jiwa secara nasional mencapai

5,6 persen dari jumlah penduduk, dengan kata lain menunjukkan bahwa pada

setiap 1000 orang penduduk terdapat 4 sampai 5 orang menderita gangguan

jiwa, berdasarkan dari data pertahun di Indonesia yang mengalami gangguan

jiwa selalu meningkat.

Gangguan jiwa yang umum terjadi adalah Skizofrenia.

Skizofrenia merupakan penyakit neurologis yang mempengaruhi persepsi

klien,cara berfikir, bahasa, emosi perilaku sosialnya (Direja, 2011).

Prevalensi skizofrenia di Indonesia sendiri adalah tiga sampai lima perseribu

penduduk. Bila diperkirakan jumlah penduduk sebanyak 220 juta orang

akan terdapat gangguan jiwa dengan skizofrenia kurang lebih 660 ribu

sampai satu juta orang. Hal ini merupakan angka yang cukup besar

serta perlu penanganan yang serius, tanda dan gejala yaitu emosi

(Sulistyowati dkk dalam Isnaeni, 2008).

Penyebab gangguan penyakit jiwa adalah emosi, emosi merupakan

hasil interaksi antara faktor sobjektif (proses kognitif), faktor lingkungan

(hasil belajar), dan faktor biologik (proses hormonal), dengan kata lain, emosi

muncul pada saat manusia berinteraksi dengan lingkungan dan merupakan

Page 15: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/6/01-gdl-betyyuliaw... · BAB I PENDAHULUAN A ... dapat beradaptasi diri secara konstruktif

3

hasil upaya untuk beradaptasi dengan lingkungannya kemudian terjadi

perilaku kekerasaan (Herlina, 2005)

Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang

melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri

sendiri, orang lain maupun lingkungan (Direja, 2011).

Berdasarkan observasi data rekam medis RSJD Surakarta pada tahun

2012 terdapat 26.449 pasien rawat jalan dan 2.906 rawat inap. Dari 2.233

pasien atau 76,8% pasien rawat inap didiagnosa skizofrenia. Laki-laki 66,9%

dan perempuan 33,1% pasen yang didiagnosa skizofrenia di RS jiwa

surakarta (Rekam Medis, 2012). Berdasarkan laporan periode bulan april

2013, pasien diruang pringgodani Rumah Sakit Daerah Surakarta didapatkan

dari 35 pasien mengalami gangguan jiwa, terdapat 15 pasien mengalami

halusinasi, 19 pasien mengalami gangguan resiko perilaku kekerasaan, dan 1

dengan gangguan menarik diri.

Hasil observasi penulis di Ruang Pringgodani pada tanggal 25 April

2013 diperoleh data subyektif Tn. S mengatakan mudah marah karena masih

merasa sakit hati sama temannya dihina pekerjaannya yang belum menetap,

dengan data objektif pasien tampak marah, mata merah, kooperatif, perhatian

ada dan kontak mata ada. Menurut Direja (2011) Tanda dan gejala perilaku

kekerasan yang muncul adalah mata melotot/pandangan tajam,mata merah,

tangan mengepal, rahang mengatup, wajah memerah dan tegang, mengancam,

berbicara dengan nada cepat, kasar, menyerang orang lain, melukai diri

sendiri/orang lain, merusak lingkungan dan mengamuk.

Page 16: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/6/01-gdl-betyyuliaw... · BAB I PENDAHULUAN A ... dapat beradaptasi diri secara konstruktif

4

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan

pengelolaan kasus untuk penulisan karya tulis ilmiah dengan judul “Asuhan

Keperawatan pada Tn. S dengan Perilaku Kekerasan di Ruang Pringgodani

Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta”

B. TUJUAN STUDI KASUS

1. Tujuan Umum

Melaporkan Kasus pada Tn. S dengan Perilaku Kekerasan di Ruang

Pringgodani Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penulisan karya tulis ini adalah agar penulis

mampu:

a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Tn.S dengan Perilaku

Kekerasan.

b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn.S

dengan Perilaku Kekerasan.

c. Penulis mampu menyusun rencana Asuhan Keperawatan pada Tn.S

dengan Perilaku Kekerasan.

d. Penulis mampu implementasi pada Tn.S dengan Perilaku Kekerasan.

e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada Tn.S dengan dengan

Perilaku Kekerasan.

f. Penulis mampu menganalisa kondisi pada Tn.S dengan Perilaku

Kekerasan.

Page 17: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/6/01-gdl-betyyuliaw... · BAB I PENDAHULUAN A ... dapat beradaptasi diri secara konstruktif

5

C. Manfaat Penulisan

1. Bagi Penulis

a. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang penanganan koping

stres pada pasien dengan Perilaku Kekerasan.

2. Profesi Keperawatan

Sebagai bahan masukan dan informasi bagi perawat yang ada di Rumah

Sakit dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan keperawatan jiwa

khususnya pada kasus Perilaku Kekerasan.

3. Bagi Institusi

a. Rumah Sakit

Sebagai bahan masukan dan informasi bagi perawat yang ada di

Rumah Sakit dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan

keperawatan jiwa khususnya pada kasus Perilaku Kekerasan.

b. Pendidikan

Hasil penulisan ini dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk

institusi pendidikan D III keperawatan dalam rangka meningkatkan

mutu pendidikan dimasa yang akan datang.

Page 18: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/6/01-gdl-betyyuliaw... · BAB I PENDAHULUAN A ... dapat beradaptasi diri secara konstruktif

6

BAB II

LAPORAN KASUS

Bab II ini merupakan ringkasan Asuhan Keperawatan Jiwa dengan

pengelolaan studi kasus pada pasien Tn. S dengan Perilaku Kekerasan di Ruang

Pringgodani RSJD Surakarta pada tanggal 25 April - 27 April 2012. Asuhan

keperawatan ini dimulai dari pengkajian, analisa data, perumusan diagnosa

keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.

A. Identitas

Klien dengan inisial Tn. S yang berusia 32 tahun masuk rumah sakit

tanggal 09 April 2013, jenis kelamin laki-laki, beragama Islam status klien

belum kawin, pendidikan terakhir adalah SMP, bertempat tinggal di Bringin,

Ngawi, keluarga yang bertanggung jawab atas klien adalah Ny. T yang

merupakan ibu dari klien yang tinggal serumah dengan klien yang berusia 60

tahun yang bertempat tinggal di Bringin, Ngawi.

B. Pengkajian

1. Riwayat Kesehatan

Pada Pengkajian penulis dilakukan pada tanggal 25 April 2013

jam 08.45 WIB dengan metode wawancara dan melihat status klien, dari

pengkajian tersebut didapatkan data sebagai berikut : klien mengatakan

mudah marah karena masih merasa sakit hati sama temannya dihina

6

Page 19: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/6/01-gdl-betyyuliaw... · BAB I PENDAHULUAN A ... dapat beradaptasi diri secara konstruktif

7

pekerjaannya yang belum menetap, dengan data objektif pasien tampak

marah, mata merah, kooperatif, perhatian ada dan kontak mata ada.

2. Faktor Predisposisi

Pada faktor predisposisi klien mengatakan pernah mengalami

gangguan jiwa 3 x dan dirawat di RSJ, pengobatan sebelumya tidak

berhasil karena tidak mau minum obat dan tidak mau kontrol teratur.

Klien mengatakan didalam keluarganya tidak ada anggota keluarga yang

mengalami gangguan jiwa

3. Faktor Presipitasi

Hasil pengkajian pada tanggal 25 April 2013 keluhan yang di

rasakan klien adalah klien mengatakan mudah marah karena masih

merasa sakit hati sama temannya dihina pekerjaannya yang belum

menetap, dengan data objektif pasien tampak marah, mata merah,

kooperatif, perhatian ada dan kontak mata ada.

4. Pemeriksaan Fisik

Hasil pemeriksaan fisik didapatkan hasil bahwa TD : 120/80

mmHg, nadi : 84 kali per menit, respirasi: 20 kali per menit, suhu: 36 ,

bentuk kepala mesocepal kulit bersih, rambut hitam tidak berminyak, dan

tidak menggunakan alat mata penglihatan. Leher tidak ada pembesaran

tyroid, mulut mokusa bibir lembab tidak terjadi sianosis, gigi tampak

bersih, pendengaran masih baik dan tidak menggunakan alat bantu

pendengaran. Keluhan fisik, klien tidak mengalami keluhan fisik.

Page 20: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/6/01-gdl-betyyuliaw... · BAB I PENDAHULUAN A ... dapat beradaptasi diri secara konstruktif

8

5. Pemeriksaan Psikososial

Genogram

Gambar 1. Genogram

Keterangan Gambar

= Perempuan

= Laki - laki

= Pasien

= Satu rumah

Pada pemeriksaan psikososial khususnya genogram didapatkan

data klien adalah seorang anak laki-laki berumur 32 tahun anak yang

pertama dari dua bersaudara. di dalam anggota keluarganya tidak ada

yang mengalami gangguan jiwa, klien tinggal satu rumah dengan bapak,

ibu dan adik.

Hasil pengkajian pada konsep diri meliputi gambaran diri klien

mengatakan tidak ada anggota tubuh yang tidak di sukai oleh klien.

Page 21: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/6/01-gdl-betyyuliaw... · BAB I PENDAHULUAN A ... dapat beradaptasi diri secara konstruktif

9

Identitas diri,klien mengatakan seorang anak laki-laki berumur 32 tahun

dan sudah bekerja walapun pekerjaannya belum menetap. Peran klien

mengatakan sebagai seorang anak dari dua bersaudara. Ideal diri, klien

berharap ingin sembuh dan segera pulang bisa berkumpul dengan

keluarganya. Harga diri klien mengatakan tidak merasa malu tentang

penyakit jiwa yang dialaminya.

Hasil pengkajian hubungan sosial klien mengatakan orang yang

paling berarti bagi klien adalah kedua orang tuanya dan saat ini orang

yang paling berarti adalah ibunya. Peran serta klien dalam kegiatan

kelompok atau masyarakat, sebelum sakit klien ikut dalam kegiatan

karang taruna tapi semenjak dia sakit sudah tidak ikut lagi. Hambatan

klien dalam berhubungan dengan orang lain, klien mengatakan tidak ada

hambatan dengan orang lain, dan kontak mata ada. Spiritual nilai dan

keyakinan, klien mengatakan beragama Islam. Kegiatan ibadah klien

mengatakan selama di rumah rajin melakukankan sholat lima waktu, dan

selama klien dirawat di rumah sakit klien aktif beribadah dengan baik,

tepat waktu dan klien tidak lupa untuk berdo’a setelah sholat.

6. Status Mental

Status mental klien meliputi dari penampilan klien selama di RSJ

berpakain kurang rapi, memakai pakaian dari rumah sakit, rambut tertata,

kebersihan diri cukup, kuku tidak panjang dan bersih, mandi sehari 3 x.

Dari pembicaraan klien intonasi bicara cepat dan keras kalau di ajak

biacara sesuai topik pembicaraan. Aktifitas motorik klien terlihat gelisah.

Page 22: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/6/01-gdl-betyyuliaw... · BAB I PENDAHULUAN A ... dapat beradaptasi diri secara konstruktif

10

Alam perasaan, klien mengatakan perasaannya senang banyak teman.

Afek labil, klien selalu berespon setiap ditanya perawat. Interaksi selama

wawancara, klien kooperatif, kontak mata ada saat wawancara, klien

tidak mudah tersinggung ketika ditanya tentang hal-hal yang

menyebabkan klien dibawa ke RSJ dan tentang masa lalunya. Persepsi

klien mengatakan tidak mendengar suara-suara atau bisikan-bisikan

maupun bayangan yang tidak ada wujudnya.

Proses pikir klien tidak ada gangguan proses pikir dibuktikan

dengan pembicaraan klien masih terarah dan masih dapat dimengerti.

Setelah dikaji isi pikir klien mengatakan ingin cepat sembuh dan cepat

keluar dari rumah sakit. Tingkat kesadaran klien orientasi klien baik

dengan klien menyebutkan hari, orientasi orang dengan dibuktikan

dengan klien mampu menyebutkan nama perawat. Memori klien

mengatakan tidak ingat kejadian yang lebih 1 tahun dan daya ingat saat

ini klien mengatakan tadi pagi mengikuti rehabilitasi dengan kegiatan

badminton. Tingkat konsentrasi berhitung klien tampak konsentrasi

mampu berhitung dan mampu menjelaskan kembali apa yang telah

dibicarakan. Kemampuan penilaian klien mampu menentukn keputusan

secara mandiri. Daya tilik diri klien mengatakan kalau dirinya sakit jiwa

dan di rawat di rumah sakit jiwa.

Page 23: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/6/01-gdl-betyyuliaw... · BAB I PENDAHULUAN A ... dapat beradaptasi diri secara konstruktif

11

7. Kebutuhan Persiapan Pulang

Kebutuhan persiapan pulang meliputi makan klien mengatakan

sehari 3x secara mandiri dengan nasi sayur yang di sediakan di rumah

sakit satu porsi habis dan segelas bubur kacang hijau dansetiap habis

makan tidak lupa untuk membereskan alat makannya. BAB pasien

mengatakan, BAB sehari 1x yaitu saat pagi hari dan untuk BAK pasien

mengatakan bisa 5-6x sehari secara mandiri. Kebutuhan mandi pasien

mengatakan dapat mandi secara mandiri tanpa ada bantuan, memakai

sabun dan tidak lupa menggosok gigi, kemudian pasien mengatakan

setelah mandi tidak lupa ganti baju yang bersih dan menyisir rambutnya

agar kelihatan rapi. Istirahat tidur pasien mengatakan tidur jam

21.30 sampai jam 05.00 dan setelah bangun tidur pasien langsung

melaksanakan shalat subuh. Berpakaian berhias, klien mengatakan dalam

berpakaian bisa melakukanya secara mandiri, setiap pagi ganti baju

sesusai dengan baju yang disiapkan di RSJ. Penggunaan obat, pasien

mengatakan ketika di rumah sakit mau untuk minum obat secara teratur

agar cepat sembuh dan pulangpasien ketika di RSJ hanya tinggal

meminum obatnya yang sudah disiapkan oleh perawat jaga (obat oral).

Pemeliharaan kesehatan, pasien didukung dengan terapi obat dan

perawatan lanjutan dengan menjalankan kontrol rutin. Kegiatan klien

yang dilakukan didalam rumah yaitu membantu mempersiapkan makan,

Page 24: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/6/01-gdl-betyyuliaw... · BAB I PENDAHULUAN A ... dapat beradaptasi diri secara konstruktif

12

menjaga kebersihann rumah, Kegiatan diluar rumah klien bermain

bersama teman-teman sebayanya.

8. Mekanisme Koping

Mekanisme koping klien mampu berbiacara dengan orang lain,

klien dalam menyelesaikan masalah dibantu dengan perawat, mampu

melaksanakan nafas dalam dan terkadang menciderai orang lain.

9. Masalah Psikososial dan Lingkungan

Masalah psikososial dan lingkungan, pasien mengatakan tidak ada

masalah dalam lingkungan, pendidikan maupun pekerjaan tapi klien

merasa jengkel setiap di hina sama temannya.

10. Aspek Medik

Aspek medik, diangnosa medik skizofrenia paranoid dan terapi

medik yang diberikan, pada klien yaitu Chlorpromazine 2 x 100 mg

(penenang), Triheksiperidil 3 x 1 mg (relaksasi), Risperidol 2 x 2 mg

(penenang).

C. Daftar Perumusan Masalah

Berdasarkan data diatas dapat ditegakkan diagnosa keperawatan yaitu

perilaku kekerasan, diagnosa keperawatan tersebut didukung dengan data

subyektif klien mengatakan mudah marah karena masih merasa sakit hati

sama temannya dihina pekerjaannya yang belum menetap, dengan data

objektif pasien tampak marah, mata merah, kooperatif, perhatian ada dan

kontak mata ada.

Page 25: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/6/01-gdl-betyyuliaw... · BAB I PENDAHULUAN A ... dapat beradaptasi diri secara konstruktif

13

Berdasarkan diagnosa di atas maka penulis berfokus pada perilaku

kekerasan maka dapat disimpulkan bahwa pohon masalahnya adalah sebagai

berikut:

Pohon Masalah

Resiko Menciderai Diri Sendiri, Orang Lain dan Lingkungan (Akibat)

Perilaku Kekerasan ( Core Problem)

Mekanisme Koping (Etiologi)

Gambar 2.2. Pohon Masalah

D. Rencana Keperawatan

Berdasarkan hasil pengkajian, dirumuskan rencana keperawatan pada

Tujuan umum: klien mampu mengontrol marah dan tidak melakukan

tindakan kekerasan. TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya.

Dengan kriteria evaluasi setelah 1 x 15 menit klien tampak: Menunjukan

tanda-tanda percaya pada perawat, wajah cerah (tersenyum), mau berkenalan,

bersedia menceritakan perasaannya dan kontak mata ada. Intervensi yang

akan dilakukan bina hubungan saling percaya dengan, beri salam setiap

Page 26: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/6/01-gdl-betyyuliaw... · BAB I PENDAHULUAN A ... dapat beradaptasi diri secara konstruktif

14

berinteraksi, perkenalkan nama perawat dan tujuan perawat berinteraksi,

tanyakan dan panggil nama kesukaan klien, tunjukan sikap empati jujur dan

menepati janji setiap kali berinteraksi, tanyakan perasaan klien dan masalah

yang dihadapi klien, buat kontrak interaksi yang jelas, dengarkan dengan

penuh perhatian ungkapan perasaan klien.

TUK 2 : Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan

yang dilakukannya. Dengan kriteria hasil setelah 1 x 15 menit klien

menceritakan penyebab perilaku kekerasan yang dilakukanya, menceritakan

penyebab perasaan kesal (jengkel), baik dari diri sendiri maupun

lingkungannya. Intervensi yang akan dilakukan, bantu klien mengungkapkan

perasaan marahnya, motivasi klien untuk menceritakan penyebab rasa kesal

(jengkel), dengarkan tanpa mencela atau memberi penilaian setiap ungkapan

perasaan klien.

TUK 3 : Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku

kekerasaan. Dengan kriteria evaluasi setelah 1 x 15 menit klien menceritakan

tanda-tanda saat terjadi perilaku kekerasan, tanda fisik mata merah,tangan

mengepal,ekspresi wajah tegang, tanda emosional, perasaan marah jengkel

marah bicara kasar, tanda sosial bermusuhan yang dialami saat terjadi

perilaku kekerasan. Intervensi yang akan dilakukan, bantu klien

mengungkapkan tanda-tanda perilaku kekerasan yang dialaminya, motivasi

klien menceritakan kondisi fisik saat perilaku kekerasan terjadi, motivasi

klien menceritkan kondisi emosinya saat terjadi perilaku kekerasan, motivasi

Page 27: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/6/01-gdl-betyyuliaw... · BAB I PENDAHULUAN A ... dapat beradaptasi diri secara konstruktif

15

klien menceritakan kondisi hubungan dengan orang lain saat terjadi perilaku

kekerasan.

TUK 4 : Klien dapat mengidentifikasi jenis perilaku kekerasan yang

pernah dilakukanya. Dengan kriteria evaluasi setelah 1 x 15 menit klien

menjelaskan, jenis-jenis ekspresi kemarahan yang selama ini telah

dilakukanya, perasaannya saat melakukan kekerasan, efektifitas cara yang

dipakai dalam menyelesaikan masalah. Intervensi yang akan dilakukan,

diskusikan dengan klien perilaku kekerasan yang dilakukan selama ini,

motivasi klien menceritakan jenis-jenis tindakan kekerasan yang selama ini

pernah dilakukannya, motivasi klien menceritakan perasaan klien setelah

tindakan kekerasan tersebut terjadi, diskusikan apakah dengan tindakan

kekerasan yang dilakukanya masalah yang dialami teratasi.

TUK 5 : Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.

Dengan kriteria evaluasi setelah 1 x 15 menit klien menjelaskan akibat

tindakan kekerasan yang dilakukannya, diri sendiri (luka, dijauhi teman),

orang lain (keluarga luka, tersinggung, ketakutan), lingkungan (barang atau

benda rusak). Intervensi yang akan dilakukan, diskusikan dengan klien akibat

negatif (kerugian) cara yang dilakukan pada, diri sendiri, orang lain, keluarga,

lingkungan

TUK 6 : Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam

mengungkapkan kemarahan. Dengan kriteria evaluasi 1 x 15 menit klien,

menjelaskan cara sehat mengungkapkan marah, Intervensi diskusikan dengan

klien apakah klien mau mempelajari cara mengungkapkan marah yang sehat,

Page 28: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/6/01-gdl-betyyuliaw... · BAB I PENDAHULUAN A ... dapat beradaptasi diri secara konstruktif

16

jelaskan berbagai alternatif pilihan untuk mengungkapkan marah, jelaskan

cara sehat untuk mengungkapkan marah, cara fisik: nafas dalam pukul bantal

dan olahraga, verbal mengungkapkan bahwa dirinya sedang kesal pada orang

lain, sosial: latihan asertif dengan orang lain.

TUK 7 : Klien dapat mendemontrasikan cara mengontrol perilaku

kekerasan. Dengan kriteria evaluasi setelah 1 x 15 menit klien memperagakan

cara mengontrol perilaku kekerasan, fisik: tarik nafas dalam, memukul bantal,

verbal: mengungkapkan perasaan kesal pada orang lain tanpa menyakiti,

spiritual dzikir doa. Intervensi diskusikan cara mungkin dipilih untuk

mengungkapkan kemarahannya, latih klien memperagakan cara yang dipilih,

jelaskan manfaat cara tersebut, anjurkan klien menirukan peragaan yang

sudah dilakukan, anjurkan klien menggunakan cara yang sudah dilatih saat

jengkel muncul.

TUK 8 : Klien mendapatkan dukungan keluarga untuk mengontrol

perilaku kekerasan. Dengan kriteria evaluasi setelah 1 x 15 menit keluarga:

menjelaskan cara merawat klien dengan perilaku kekerasan, mengungkapkan

rasa puas dalam merawat klien. Intervensi diskusikan pentingnya paran serta

keluarga sebagai pendukung klien untuk mengatakan perilaku kekerasaan,

jelaskan pengertian penyebab, akibat, dan cara merawat klien perilaku

kekerasan, peragakan klien menangani parilaku kekerasan, beri kesempatan

keluarga untuk memperagakan ulang, beri pujian kepada keluarga setelah

peragakan, tanyakan perasaan keluarga setelah mencoba cara yang dilatih.

Page 29: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/6/01-gdl-betyyuliaw... · BAB I PENDAHULUAN A ... dapat beradaptasi diri secara konstruktif

17

TUK 9 : Klien menggunakan obat sesuai program yang telah

ditetapkan. Dengan kriteria evaluasi setelah 1 x 15 menit klien menjelaskan:

manfaat minum obat, keinginan tidak minum obat, nama obat, bentuk dan

warna obat, dosis yang diberikan kepadanya, waktu penakaran, cara

penakaran, efek yang dirasakan, setelah 1 x 15 menit klien mengungkapkan

obat sesusi program. Intervensi jelaskan manfaat menggunaan obat secara

teratur dan kerugian jika tidak menggunakan obat, jelaskan kepada klien:

jenis obat (nama, warna dan bentuk obat), dosis yang tepat untuk klien, waktu

pemakain, efek yang dirasakan klien, anjurkan klien:minta dan menggunakan

obat tepat waktu, lapor keperawat atau dokter jika mengalami efek yang tidak

biasa, beri pujian terhadap kedisiplinan klien menggunakan obat.

E. Implementasi Keperawatan

Berdasarkan rencana keperawatan yang sudah disusun pada tanggal

25-27 April 2013, pada tanggal 25 April jam 09.00 WIB dilakukan tindakan

keperawatan untuk diangnosa yang pertama Sp 1: membina hubungan saling

percaya (BHSP),memberi salam terapeutik, memperkenalkan nama perawat,

menanyakan nama panggilan kesukaan klien, mengidentifikasi penyebab

perilaku kekerasan, mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan,

mengidentifikasi perilaku kekerasan yang dilakukan, mengidentifikasi akibat

peilaku kekerasan, menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasan,

membantu klien mempraktekkan latihan mengontrol cara fisik yang pertama

Page 30: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/6/01-gdl-betyyuliaw... · BAB I PENDAHULUAN A ... dapat beradaptasi diri secara konstruktif

18

(tarik nafas dalam), menganjurkan klien memasukan dalam jadwal kegiatan

harian, memberi respon positif atas keberhasilan klien, lanjut SP II.

Pada tanggal 26 April jam 08.45 dilakukan tindakan untuk SP II:

memberi salam terapeutik, mengevaluasi jadwal kegiatan klien, melatih klien

mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik yang kedua (memukul

bantal), menganjurkan klien memasukan kedalam jadwal kegiatn harian,

memberi reisformen positif atas keberhasilan klien.

Pada tanggal 27 April jam 08.50 dilakukan tindakan untuk SP III:

memberi salam terapeutik, mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien,

melatih klien mengontrol perilaku kekerasan dengan cara verbal,

menganjurkan klien memasukan kedalam jadwal kegiatan harian,

memberikan reisformen positif atas keberhasilanya.

F. Evaluasi

Untuk mengetahui tindakan keperawatan yang dilakukan berhasil atau

tidak dengan mengetahui perkembangan pada klien serta apakah masalah

sudah teratasi maka perlu dilakukan evaluasi. Untuk diagnosa yang pertama

pada tanggal 25 April 2013 jam 13.15 SP I didapatkan data subyektif: klien

mengatakan marah dan mengamuk jika dihina sama temannya, klien

mengatakan mau diajari cara mengontrol perilaku kekerasan, klien

mengatakan senang setelah melakukan cara yang pertama (tarik nafas dalam).

Data obyektif: saat dikaji klien tampak marah, kontak mata ada, perhatian

ada, klien terlihat melakukan tehnik yang diajarkan. Assesment: klien mampu

Page 31: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/6/01-gdl-betyyuliaw... · BAB I PENDAHULUAN A ... dapat beradaptasi diri secara konstruktif

19

melakukan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan tarik nafas secara

mandiri, klien mampu mengungkapkan masalahnya dan penyebab perilaku

kekerasan secara mandiri sehingga planing untuk klien: motivasi klien

mempraktekan cara fisik yang pertama (tarik nafas dalam) dan planing untuk

perawat: evaluasi SP I dan lanjut SP II.

Pada tanggal 26 April 2013 jam 13.20 Untuk SP II didapatkan data

subyektif: klien mengatakan selalu mencoba nafas dalam bila rasa marah

muncul, klien mengatakan merasa tenang bila melakukan tarik nafas dalam,

klien mengatakan mau diajari dengan cara fisik yang kedua (memukul

bantal), klien mengatakan senang dengan diajari memukul bantal. Data

obyektif kontak mata ada, perhatian ada, bicara kasar, klien mempraktekan

cara fisik yang kedua (memukul bantal). Assesment klien mampu

mempraktekan cara fisik yang kedua mengontrol rasa marah (memukul

bantal) secara mandiri. Planing untuk klien: anjurkan klien untuk

mempraktekan lagi dan memasukan dalam jadwal kegiatan harian, planing

untuk perawat: evaluasi SP I dan SP II lanjut SP III.

Pada tanggal 27 April 2013 jam 13.30 Untuk SP III didapatkan data

subyektif: klien mengatakan mencoba cara yang pertama dan yang kedua,

klien bersedia diajarkan mengontrol marah dengan cara verbal. Data obyektif

klien kooperatif, kontak mata ada, perhatian ada, klien mau menjawab

pertanyaan dan mempraktekan cara mengontrol perilaku kekerasan III bicara

baik-baik. Assesment klien mampu mempraktekan cara yang ketiga

mengontrol kekerasan perilaku secara mandiri. Planing untuk klien anjurkan

Page 32: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/6/01-gdl-betyyuliaw... · BAB I PENDAHULUAN A ... dapat beradaptasi diri secara konstruktif

20

klien mempraktekan cara mengontrol perilaku kekerasan yang ketiga (bicara

baik-baik) dan memasukan kedalam jadwal harian, sehingga planing untuk

perawat motivasi klien untuk mempraktekan cara mengontrol perilaku

kekerasan yang ketiga (bicara baik-baik secara mandiri) dan evaluasi

SP I-SP III.

Page 33: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/6/01-gdl-betyyuliaw... · BAB I PENDAHULUAN A ... dapat beradaptasi diri secara konstruktif

21

BAB III

PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

Bab III pembahasan penulis akan membahas mengenai kesenjangan yang

terdapat pada konsep dasar (teori) dan studi kasus pada klien dengan resiko

perilaku kekerasan yang dimulai dengan membahas pengkajian, diagnosa,

intervensi, implementasi, dan evaluasi.

A. PEMBAHASAN

Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk

melukai seseorang, baik secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan definisi

ini, perilaku kekerasan ini dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri

sendiri, orang lain, maupun lingkungan (Keliat, 2007). Tanda dan gejala

perilaku kekerasan yang muncul adalah mata melotot/pandangan tajam,

tangan mengepal, rahang mengatup, wajah memerah dan tegang, mengancam,

berbicara dengan nada cepat, kasar, menyerang orang lain, melukai diri

sendiri/orang lain, merusak lingkungandan mengamuk (Direja, 2011).

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses

keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan

perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data yang dikumpulkan

meliputi data biologis, psikologis, sosial dan spiritual (Direja, 2011).

21

Page 34: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/6/01-gdl-betyyuliaw... · BAB I PENDAHULUAN A ... dapat beradaptasi diri secara konstruktif

22

Dalam pengumpulan data penulis menggunakan metode

wawancara terhadap klien dan perawat yang merawat klien langsung.

Observasi terhadap studi dokumen. Pengumpulan data penulis

menggunakan metode autoanamnesa dan alloanamnesa.

Menurut Fitria (2009), pengkajian adalah data yang dikumpulkan

meliputi faktor predisposisi, faktor presipitasi, penilaian terhadap

stressor, sumber koping dan kemampuan koping yang dimiliki klien.

Pada pengkajian riwayat kesehatan klien, penulis memperoleh data

bahwa riwayat alasan klien masuk saat masuk rumah sakit klien

mengamuk, marah-marah, membanting barang-barang karena klien

merasa sakit hati sama temannya tentang pekerjaannya, sulit tidur. Dari

pengkajian faktor predisposisi didapatkan data klien mengalami

gangguan jiwa dan sudah 3 kali di rawat di RSJD Surakarta.

Faktor presipitasi menurut Stuart dan Laria (2001), faktor pencetus

dapat bersumber dari lingkungan atau interaksi dengan orang lain. Dari

pengkajian didapatkan keluhan yang di rasakan klien adalah klien merasa

jengkel sama temannya, merasa sakit hati karena di hina dengan

pekerjaannya belum menetap sebelum di bawa ke rumah sakit, dirumah

sering mengamuk, merusak barang barang dirumah, marah-marah.

Berdasarkan teori tersebut faktor pencetus pada Tn. S sudah sesuai data

yang diperoleh sehingga tidak ada perbedaan pada waktu pengkajian dan

mudah untuk mendapatkan data dari Tn. S karena masuk rumah sakit

sudah 3x.

Page 35: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/6/01-gdl-betyyuliaw... · BAB I PENDAHULUAN A ... dapat beradaptasi diri secara konstruktif

faktor predisposisi menurut Direja (2011), faktor dari klien yang

bertingkah laku agresif antara lain psikologis, perilaku kekerasan, sosial

budaya. klien mengatakan pernah mengalami gangguan jiwa 3x dan

dirawat di RSJ, pengobatan sebelumya tidak berhasil karena tidak mau

minum obat dan tidak mau kontrol teratur. Klien mengatakan didalam

keluarganya tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa,

berdasarkan data di atas ada hambatan pada Tn. S karena kurang

kunjungan dari keluarganya sehingga mempersulit kesembuhan Tn. S.

Mekanisme koping menurut Direja (2011), perawat perlu

mengidentifikasikan mekanisme koping klien, sehingga dapat membantu

untuk mengembangkan mekanisme koping yang kontruksi dalam

mengekpresikan kemarahannya. Klien mampu berbiacara dengan orang

lain mampu menyelesaikan masalah secara mandiri, mampu melak-

sanakan nafas dalam dan terkadang menciderai orang lain.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah identifikasi atau penilaian terhadap

pola respon klien baik aktual maupun potensial (Stuart and Laraia, 2001).

Keliat (2005) mendefinisikan diagnosa keperawatan sebagai penilaian

tehnik mengenai respon individu, keluarga, komunitas terhadap masalah

kesehatan atau proses kehidupan yang aktual maupun potensial.

Diagnosa keperawatan pada pohon masalah yang menjadi care

problem dari perilaku kekerasan adalah resiko perilaku kekerasan, yang

Page 36: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/6/01-gdl-betyyuliaw... · BAB I PENDAHULUAN A ... dapat beradaptasi diri secara konstruktif

menjadi akibat adalah resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan

lingkungan, dan penyebab dari perilaku kekerasan adalah gangguan

harga diri rendah HDR. Berdasarkan teori di atas penulis hanya berfokus

pada satu diagnosa yaitu resiko perilaku kekerasan yang didukung

dengan data subyektif: Klien mengatakan mudah marah dan merusak

barang, dan data obyektif : pasien tampak marah, bicara kasar, mata

merah, perhatian ada dan kontak mata ada.

3. Intervensi / Rencana Tindakan Keperawatan

Menurut direja (2011), Perencanaan terdiri dari tiga aspek, yaitu

tujuan umum, tujuan khusus, dan rencana tindakan keperawatan. Tujuan

umum berfokus pada penyelesaian permasalahan (P) dari diagnosis

tertentu. Tujuan umum dapat dicapai jika serangkaian tujuan khusus telah

tercapai.

Intervensi yang dilakukan penulis adalah bina hubungan saling

percaya, mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan, mengidentifikasi

tanda-tanda perilaku kekerasan, mengidentifikasi jenis perilaku

kekerasan, mengidentifikasi akibat dari perilaku kekerasan, mengiden-

tifikasi cara konstruktif dalam mengungkapkan kemarahan, ajarkan cara

mengontrol perilaku kekerasan, ajarkan kepada keluarga cara merawat

klien dengan perilaku kekerasan, anjurkan pada klien menggunakan obat

yang benar. Kriteria hasil yang diharapkan adalah klien dapat membina

hubungan saling percaya, klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku

Page 37: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/6/01-gdl-betyyuliaw... · BAB I PENDAHULUAN A ... dapat beradaptasi diri secara konstruktif

kekerasan yang dilakukannya, klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda

perilaku kekerasan, klien dapat mengidentifikasi jenis perilaku kekerasan

yang pernah dilakukanya, klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku

kekerasan, klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam

mengungkapkan kemarahan, klien dapat mendemontrasikan cara

mengontrol perilaku kekerasan, klien mendapatkan dukungan keluarga

untuk mengontrol perilaku kekerasan, klien menggunakan obat sesuai

program yang telah ditetapkan.

Berdasarkan intervensi yang penulis lakukan, terdapat kesamaan

antara konsep dasar teori dengan pembahasan pada kasus Tn. S, karena

penulis mengacu pada teori yang ada, dimana tahapan – tahapan

perencanaan yang ada pada kasus Tn. S sesuai dengan keadaan dan

kondisi klien, dan sesuai dengan strategi pelaksanaan yang penulis buat.

Tetapi karena keterbatasan waktu, penulis belum melakukan TUK 8 dan

9.

4. Implementasi

Implementasi adalah tahap dimana perawat memulai kegiatan dan

melakukan tindakan-tindakan keperawatan dalam mengatasi masalah

klien, tugas perawat pada saat ini adalah melaksanakan kegiatan yang

telah direncanakan pada tahap pra interaksi dan melanjutkan tahap

orientasi. Implementasi yang dilakukan penulis untuk mengatasi resiko

perilaku kekerasan pada Tn. S selama tanggal 25 April - 27 April 2013

Page 38: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/6/01-gdl-betyyuliaw... · BAB I PENDAHULUAN A ... dapat beradaptasi diri secara konstruktif

adalah membina hubungan saling percaya, melakukan pengkajian mulai

dari identitas pasien, alasan masuk, faktor predisposisi, pemeriksaan

fisik, konsep diri, masalah psikososial dan lingkungan, spiritual dan

keyakinan, status mental, kebutuhan persiapan pulang, mekanisme

koping dan tingkat pengetahuan pasien. Melakukan proses keperawatan

dari TUK 1 sampai 7 yaitu:bina hubungan saling percaya,

mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan, mengidentifikasi tanda-

tanda perilaku kekerasan, mengidentifikasi jenis perilaku kekerasan,

mengidentifikasi akibat dari perilaku kekerasan, mengidentifikasi cara

konstruktif dalam mengungkapkan kemarahan, ajarkan cara mengontrol

perilaku kekerasan, ajarkan kepada keluarga cara merawat klien dengan

perilaku kekerasan, anjurkan pada klien menggunakan obat yang benar.

Mengajarkan cara mengontrol marah yang benar yaitu teknik nafas

dalam, pukul bantal dan verbal (bicara baik) sebagai cara yang dipilih

pasien selama tiga hari.

Berdasarkan implementasi yang penulis lakukan, terdapat

kesamaan antara konsep dasar teori dengan pembahasan pada kasus Tn.

S, karena penulis mengacu pada teori yang ada, dimana tindakan yang

ada pada kasus Tn. S sesuai dengan keadaan dan kondisi klien, dan

sesuai dengan strategi pelaksanaan yang penulis buat, Penulis belum

melakukan SP 4 dan 5.

Page 39: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/6/01-gdl-betyyuliaw... · BAB I PENDAHULUAN A ... dapat beradaptasi diri secara konstruktif

5. Evaluasi

Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari

tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada

respons klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.

Evaluasi dapat dibagi dua, yaitu evaluasi proses atau formatif dilakukan

setiap selesai melakukan tindakan,evaluasi hasil atau sumatif dilakukan

dengan membandingkan respon klien pada tujuan khusus dan umum

yang telah ditentukan (Fitria, 2009).

Hasil evaluasi yang didapat dari Tn.S adalah data subyektif dan

obyektif antara laindata subyektif: klien mengatakan kalau marah

dirumah merusak barang-barang. Data obyektif: terdapat data pada

pasien tampak marah, bicara kasar, mata merah, perhatian ada dan kontak

mata ada. Klien mengatakan mau untuk diajari cara mengontrol marah

dengan cara fisik yang pertama (nafas dalam) cara fisik yang kedua

(pukul bantal), cara fisik yang ketiga (verbal bicara baik) dan pasien

tampak mau mempraktekanya. Kemudian dilakukan perencanaan untuk

klien antara lain klien diminta untuk memberitahukan kepada perawat

atau keluarga ketika sedang marah, sedangkan perencanaan untuk penulis

adalah mempertahankan tujuan khusus 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 lalu

melanjutkan strategi pelaksanaan yang selanjutnya yaitu mengontrol

marah dengan cara, spiritual (do’a) dan minum obat secara teratur.

Memotivasi klien untuk mempraktekan cara mengontrol marah dengan

nafas dalam, pukul bantal dan verbal bicara baik. Berdasarkan tindakan

Page 40: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/6/01-gdl-betyyuliaw... · BAB I PENDAHULUAN A ... dapat beradaptasi diri secara konstruktif

di atas yang belum tercapai yaitu mengontrol marah dengan cara spiritual

dan cara minum obat yang teratur hal ini menjadi perbedaan antara

praktek dan teori.

Berdasarkan evaluasi yang dilakukan penulis, penulis

mempertahankan TUK 1 sampai 7 dan mempertahankan cara mengontrol

marah dengan cara tarik nafas dalam, pukul bantal dan bicara baik-baik.

B. SIMPULAN

1. Pengkajian didapatkan data subyektif dan data obyektif yang berfokus

pada pola koping toleransi stress.

2. Dalam diagnosa keperawatan pada pohon masalah yang menjadi care

problem dari perilaku kekerasan adalah perilaku kekerasan, yang menjadi

akibat adalah resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

Data yang diperoleh dari Tn. S sesuai dengan teori yang ada diatas yaitu

yang menjadi care problem adalah resiko perilaku kekerasan yang

didukung dengan data subyektif: pasien mengatakan akan merasa sakit

hati sama temannya karena dihina tenyang pekerjaan, merusak barang-

barang, dan mengamuk. Obyektif: pasien tampak kesal, wajah merah,

mata melotot, suara dengan nada tinggi.

3. Intervensi yang dilakukan yaitu, tujuan umum: pasien dapat mengontrol

marah agar tidak ada perilaku kekerasan yang muncul. Tujuan

khususnya yaitu pasien dapat membina hubungan saling percaya, pasien

dapat menyebutkan penyebab perilaku kekerasan, pasien dapat

Page 41: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/6/01-gdl-betyyuliaw... · BAB I PENDAHULUAN A ... dapat beradaptasi diri secara konstruktif

mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan, pasien dapat

menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukan, pasien

dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan, pasien dapat

mempraktikkan cara mengontrol perilaku kekerasan, pasien bersedia

minum obat sesuai program yang dianjurkan, pasien memasukkan cara

mengontrol perilaku kekerasan ke dalam jadwal harian.

4. Implementasi yang dilakukan penulis untuk mengatasi perilaku

kekerasan pada Tn. S yaitu membina hubungan saling percaya dan

melakukan pengkajian mulai dari identitas pasien, alasan masuk, faktor

predisposisi, pemeriksaan fisik, status mental, masalah psikososial dan

lingkungan, mekanisme koping dan tingkat pengetahuan pasien.

Melakukan proses keperawatan dari TUK 1 sampai 7 yaitu

mengidentifikasi terhadap pasien tentang penyebab terjadinya marah,

mengidentifikasi tanda-tanda saat marah, mengidentifikasi akibat dari

marah yang dilakukan, mengajarkan cara mengontrol marah yang benar

yaitu teknik pukul bantal sebagai cara yang dipilih pasien.

5. Evaluasi yang didapat dari Tn.S adalah data subyektif dan obyektif antara

lain : pasien mengatakan merasa sakit hati sama temannya karena dihina

pekerjaannya, pasien tampak mau berjabat tangan dan membina

hubungan saling percaya pada perawat, pasien tampak mau menyebutkan

penyebab perilaku kekerasannya muncul, pasien menjawab semua

pertanyaan, kontak mata,perhatian ada, kooperatif, pasien mau

menyebutkan perilaku kekerasan yang dilakukan, pasien mengatakan

Page 42: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/6/01-gdl-betyyuliaw... · BAB I PENDAHULUAN A ... dapat beradaptasi diri secara konstruktif

mau untuk diajari cara mengontrol marah dengan cara pukul bantal dan

pasien tampak mau mempraktekannya. Kemudian dilakukan perencanaan

untuk pasien yaitu mempertahankan TUK 1 sampai 7 dan melanjutkan

strategi pelaksanaan dari perilaku kekerasan

C. SARAN

Penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat:

1. Bagi penulis

Dalam pengkajian penulis menemukan beberapa kendala dalam

memdapatkan data maka penulis akan mendapatkan data yang diperoleh

lebih akurat.

2. Bagi perawat

Diharapkan perawat meningkatkan komunikasi terapeutik secara

kualitas dan kuantitas sehingga membantu proses asuhan keperawatan

dengan perilaku kekerasan.

3. Bagi pendidikan

Diharapkan instituti pendidikan memberikan bimbingan klinik

yang lebih kepada mahasiswa secara optimal sehingga mahasiswa

mendapat gambaran tentang asuhan keperawatan perilaku kekerasan.

Page 43: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/6/01-gdl-betyyuliaw... · BAB I PENDAHULUAN A ... dapat beradaptasi diri secara konstruktif

DAFTAR PUSTAKA

Direja, Ade Herman. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta :

Nuha Medika

Fitria, Nita. 2009: Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan

dan Strategi Pelaksanaan: Jakarta: Salemba Medika

Isnaeni et all. 2008. " Efektifitas terapi aktifitas kelompok stimulasi persepsi

halusinasi terhadap penurunan kecemasan klien halusinasi pendengaran

di ruang sakura RSUD Banyumas ". Jurnal keperawatan soedirman (The

Soedirman Journal of Nursing), Maret 2008. Diakses 27 April 2013.

Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa. PT Refika Aditama: Bandung

Keliat, Budi Anna. 2005. Keperawatan Kesehatan Jiwa Terapi Aktivitas

Kelompok. EGC: Jakarta

Keliat, Budi Anna. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC

Nanda, 2009. Diagnosa Keperawatan dan Klasifikasi. EGC: Jakarta

Nurjanah, Intansari. 2004. Pedoman Penanganan Gangguan Jiwa: Manajemen

Proses Keperawatan dan Hubungan Terapeutik Perawat-Klien.

Yogjakarta: Penerbit Buku Moco Media

Simanjutak dan wardiyah. 2006. " Hubungan pengetahuan kelauarga denag

tingkat kecemasan dalam menghadapi anggota keluaraga yang

mengalami gangguan jiwa di rumah sakit jiwa propinsi Sumatera utara,

Medan." diakses 25 april 2013.

Stuart dan Sudden. 2001. Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 3. Jakarta: Penerbit

Buku Kedokteran EGC