2
PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN PROBLEMATIKA PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN * SYAHRIAR TATO * Salah satu wilayah kota Makassar yang merupakan tempat tumbuhnya beberapa permukiman kumuh yaitu di Kecamatan Mariso, khususnya pada pesisir pantai wilayah itu. Di wilayah tersebut penduduk setempat berusaha menimbun pantai dengan sampah kemudian mendirikan gubuk-gubuk liar di atasnya. Sehingga dengan pesat tumbuhlah lingkungan permukiman yang padat dan tak teratur. Para penghuni permukiman kumuh bersikeras menempati tempat itu karena memberikan kemungkinan kepada mereka untuk tetap hidup dan tinggal di kota. Kawasan hunian mereka yang terletak di tengah atau di pinggiran kota memberikan aksesibilitas terbaik untuk menuju ke tempat kerja atau tempat mencari nafkah. Oleh karena itu umumnya mereka bekerja atau mencari nafkah di sektor informal yang tempatnya di tengah atau di pinggiran kota. Oleh sebab itu peremajaan lingkungan yang menggusur mereka tidak akan menjawab permasalahan, sebab mereka akan kehilangan akses menuju tempat pekerjaan gilirannya akan menimbulkan berbagai kerawanan sosial . Pembenahan lingkungan permukiman yang diharapkan oleh para penghuni tentunya adalah pembangunan fasilitas hunian yang memenuhi syarat-syarat kebersihan, kesehatan, keamanan dan syarat lainnya namun masih dapat terjangkau oleh kemampuan penghasilan mereka. Pembangunan menyebabkan biaya hidup menjadi lebih tinggi, tidak dikehendaki karena akan mengakibatkan mereka tergusur dan digantikan oleh kelompok lain yang lebih mapan.

Studi Kasus Rusun

Embed Size (px)

DESCRIPTION

studi kasus rusun

Citation preview

PERMUKIMAN KUMUHPERKOTAAN PROBLEMATIKA PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN * SYAHRIAR TATO *

Salah satu wilayah kota Makassar yang merupakan tempat tumbuhnya beberapa permukiman kumuh yaitu di Kecamatan Mariso, khususnya pada pesisir pantai wilayah itu. Di wilayah tersebut penduduk setempat berusaha menimbun pantai dengan sampah kemudian mendirikan gubuk-gubuk liar di atasnya. Sehingga dengan pesat tumbuhlah lingkungan permukiman yang padat dan tak teratur.Para penghuni permukiman kumuh bersikeras menempati tempat itu karena memberikan kemungkinan kepada mereka untuk tetap hidup dan tinggal di kota. Kawasan hunian mereka yang terletak di tengah atau di pinggiran kota memberikan aksesibilitas terbaik untuk menuju ke tempat kerja atau tempat mencari nafkah. Oleh karena itu umumnya mereka bekerja atau mencari nafkah di sektor informal yang tempatnya di tengah atau di pinggiran kota. Oleh sebab itu peremajaan lingkungan yang menggusur mereka tidak akan menjawab permasalahan, sebab mereka akan kehilangan akses menuju tempat pekerjaan gilirannya akan menimbulkan berbagai kerawanan sosial .Pembenahan lingkungan permukiman yang diharapkan oleh para penghuni tentunya adalah pembangunan fasilitas hunian yang memenuhi syarat-syarat kebersihan, kesehatan, keamanan dan syarat lainnya namun masih dapat terjangkau oleh kemampuan penghasilan mereka. Pembangunan menyebabkan biaya hidup menjadi lebih tinggi, tidak dikehendaki karena akan mengakibatkan mereka tergusur dan digantikan oleh kelompok lain yang lebih mapan.Kota Makassar dalam kedudukannya sebagai pusat pengembangan di wilayah Indonesia Bagian Timur, memiliki berbagai daya tarik yang memungkinkan sekelompok masyarakat untuk datang dan bermukim baik untuk sementara, maupun dalam waktu yang lama. Di bagian kota tertentu daerah permukiman kumuh masih dapat ditemukan, dari tahun ke tahun cenderung semakin meningkat. Dengan demikian keadaan ini akan menjadi permasalahan yang semakin serius dan berkepanjangan dari tahun ke tahun, apabila tidak ditanggulangi secara berangsur hingga tuntas.Telah dikemukakan terdahulu bahwa di Kota Makassar jumlah permukiman kumuh cenderung meningkat dari waktu ke waktu. Hal itu terutama berlangsung di daerah pinggiran kota dan permukiman lama yang tak terkendali. Permukiman kumuh yang tumbuh di wilayah pinggiran kota dan pesisir pantai dapat dijumpai di Kecamatan Mariso, pada beberapa buah kelurahan.Di Kecamatan Mariso terdapat beberapa buah kelurahan yang memiliki permukiman kumuh. Dua diantaranya adalah Kelurahan Lette dan Kelurahan Bontorannu. Kedua tempat tersebut pada umumnya berada di kawasan pesisir pantai. Kehadiran permukiman-permukiman kumuh di daerah itu pada dasarnya sudah berlangsung lama, keberadaannya tentu saja disebabkan oleh berbagai faktor yang terkait antara satu dengan yang lain.