2
Studi Kasus Waste Konstruksi Terminal Mangkang Waste Konstruksi merupakan segala sesuatu yang tidak menghasilkan nilai tambah/ manfaat, tapi menggunakan sumber daya. Dewasa ini, sudah terjadi banyak kasus waste konstruksi di sekitar kita, salah satunya kasus Terminal Mangkang di Semarang. Proyek Terminal Mangkang ini memang sudah banyak menyita perhatian publik sejak dibangun tahun 2007 silam. Dimulai dengan peristiwa runtuhnya atap bangunan Terminal yang tengah dalam tahap pengerjaan pada Sabtu 24 November 2007 yang lalu yang mengakibatkan 15 pekerja terluka dan keseluruhan konstruksi atap main building diganti. Hal ini diindikasikan kuat adanya tindak korupsi yang memungkinan terjadinya pengurangan volume material, mulai besi konstruksi hingga atap bangunan. Selain itu nilai lelang proyek ini pun terlalu rendah. Ketua Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional (Gapensi) DPC Kota Semarang, Ir H Mur Aris Satoto menilai bahwa nilai lelang proyek pembangunan Terminal Mangkang yang telah dimenangkan PT Aditya Group sangatlah ren- dah. Bahkan, berdasar kalkulasinya, harga itu tidak akan sesuai dengan perencanaannya. Hal ini tentu saja akan menjadi waste of construction dimana bangunan yang sudah dibuat terpaksa harus di-rework of error akibat adanya keruntuhan selama tahap pengerjaan. Selain itu, Optimalisasi Terminal Mangkang yang dilaksanakan sejak 1 Maret lalu membuat perusahaan otobus (PO) dari wilayah Selatan rata-rata merugi Rp 37 juta per hari. Jika ditotal hingga 19 hari berarti satu perusahaan merugi hingga Rp 703 Juta. Hal ini diungkapkan Sekretaris Organisasi Pengusaha Angkutan Darat (Organda) Jateng Edhi Sugiri dalam

Studi Kasus Waste Konstruksi Terminal Mangkang

Embed Size (px)

DESCRIPTION

manajemen mutu di bidang konstruksi

Citation preview

Page 1: Studi Kasus Waste Konstruksi Terminal Mangkang

Studi Kasus Waste Konstruksi Terminal Mangkang

Waste Konstruksi merupakan segala sesuatu yang tidak menghasilkan nilai tambah/ manfaat, tapi menggunakan sumber daya. Dewasa ini, sudah terjadi banyak kasus waste konstruksi di sekitar kita, salah satunya kasus Terminal Mangkang di Semarang. Proyek Terminal Mangkang ini memang sudah banyak menyita perhatian publik sejak dibangun tahun 2007 silam. Dimulai dengan peristiwa runtuhnya atap bangunan Terminal yang

tengah dalam tahap pengerjaan pada Sabtu 24 November 2007 yang lalu yang mengakibatkan 15 pekerja terluka dan keseluruhan konstruksi atap main building diganti.

Hal ini diindikasikan kuat adanya tindak korupsi yang memungkinan terjadinya pengurangan volume material, mulai besi konstruksi hingga atap bangunan. Selain itu nilai lelang proyek ini pun terlalu rendah. Ketua Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional (Gapensi) DPC Kota Semarang, Ir H Mur Aris Satoto menilai bahwa nilai lelang proyek pembangunan Terminal Mangkang yang telah dimenangkan PT Aditya Group sa-ngatlah rendah. Bahkan, berdasar kalkulasinya, harga itu tidak akan sesuai de-ngan perencanaannya. Hal ini tentu saja akan menjadi waste of construction dimana bangunan yang sudah dibuat terpaksa harus di-rework of error akibat adanya keruntuhan selama tahap pengerjaan.

Selain itu, Optimalisasi Terminal Mangkang yang dilaksanakan sejak 1 Maret lalu membuat perusahaan otobus (PO) dari wilayah Selatan rata-rata merugi Rp 37 juta per hari. Jika ditotal hingga 19 hari berarti satu perusahaan merugi hingga Rp 703 Juta. Hal ini diungkapkan Sekretaris Organisasi Pengusaha Angkutan Darat (Organda) Jateng Edhi Sugiri dalam rapat koordinasi di Kantor Gubernur Jawa Tengah di Semarang. Hal ini karena waktu tempuh dari jalur Selatan ke Terminal Mangkang bertambah panjang, macet dan sepi penumpang. Hal ini jelas-jelas merupakan waste of construction, dimana sesuatu tidak menghasilkan nilai tambah/ manfaat, bahkan malah merugikan, tapi menggunakan sumber daya.

Sumber referensi: lensaindonesia.com, suaramerdeka.com, liputan6.com, wawasandigital.com