Upload
others
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
STUDI KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN
ECHINODERMATA DI PESISIR PULAU
KARIMUNJAWA, TAMAN NASIONAL
KARIMUNJAWA
Untuk memenuhi tugas mata kuliah praktek kerja lapangan
Disusun oleh
Wildan Alfian Fahmi
17106040034
PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2020
ii
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
STUDI KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN
ECHINODERMATA DI PESISIR PULAU KARIMUNJAWA,
TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA
Disusun oleh:
Nama : Wildan Alfian Fahmi
NIM : 17106040034
Yogyakarta,
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Siti Aisah, S.SI., M.Si
NIP. 19740611 200801 2 009
Pembimbing Lapangan
Anita Fahliza, S.Pi
NIP.
Mengetahui,
a.n Dekan
Ketua Program Studi Biologi
Erny Qurotul Ainy, M.Si
NIP. 19791217 20901 2 004
Kepala Balai
Taman Nasional Karimunjawa
Agus Prabowo, S.H., M.Si.
NIP.
iii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas ribuan nikmat yang diberikan kepada
setiap makhluknya di muka bumi. Termasuk nikmat sehat yang diberikan kepda
penulis sehingga laporan praktek kerja lapangan yang berjudul Studi
keanekaragaman dan kelimahan Echinodermata di pesisir Pulau Karimunjawa,
Taman Nasional Karimunjawa ini dapat terselesaikan dengan baik.
Sebelumnya, Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
terlibat dalam pelaksanaan praktek kerja lapangan di taman nasional karimunjawa.
Terima kasih kepada Ibu Siti Aisah, S.Si., M.Si. sebagai Dosen pembimbing dan
Ibu Anita Fahliza, S.Pi. sebagai Dosen lapangan. Sehingga laporam praktek kerja
lapangan ini dapat penulis selesaikan sesuai arahan dan bimbingan beliau.
Penulis menyadari, terdapat kelebihan dan kekurangan pada setiap hal,
termasuk pada laporan praktek kerja lapangan ini. Oleh keran itu, dengan sangat
terbuka penulis meminta kritik dan saran dari semua pihak, guna memperbaiki
resensi buku ini.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Yogyakarta, 24 Februari 2020
Penulis
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN PEGESAHAN...........................................................................ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR vi
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar belakang 1
B. Tujuan 2
C. Waktu dan Tempat Praktek Kerja Lapangan 2
BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 4
A. Kawasan Taman Nasional Karimunjawa 4
B. Zonasi Taman Nasional Karimunjawa 4
BAB III TINJAUAN PUSTAKA 8
A. Deskripsi Echinodermata 8
B. Ekosistem dan Habitat Echinodermata 9
C. Manfaat Echinodermata 10
D. Keanekaragaman 10
BAB IV STUDI KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN
ECHINODERMATA DI PESISIR PULAU KARIMUNJAWA, TAMAN
NASIONAL KARIMUNJAWA 12
BAB V PENUTUP 20
A. Kesimpulan 20
B. Saran 20
DAFTAR PUSTAKA 21
LAMPIRAN 23
v
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Luasan kawasan Taman Nasional Karimunjawa 4
Tabel 2. Titik koordinat stasiun pengambilan sampel di pulau
Karimunjawa 12
Tabel 3. Kategori nilai struktur komunitas 14
Tabel 4. Struktur komunitas Echinodermata 14
Tabel 5. Parameter lingkungan 17
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Peta lokasi pengambilan data 3
Gambar 2. Peta zonasi Taman Nasional Karimunjawa 5
Gambar 3. Struktur komunitas Echinodermata 15
Gambar 3. Pengukuran suhu 23
Gambar 4. Pengukuran pH 23
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Wilayah pesisir Indonesia memiliki sumber daya perairan yang
tinggi, seperti keanekaragaman fauna. Keanekaragaman fauna yang banyak
ditemukan di lingkungan pesisir adalah fauna Echinodermata (Herman,
2004). Echinodermata merupakan salah satu komponen utama dari
keanekaragaman hayati laut yang memainkan peran penting dalam fungsi
ekosistem (Supono et al., 2014) yaitu pada jaring-jaring makanan sebagai
herbivora, karnivora, omnivora, ataupun sebagai pemakan detritus (Yusron,
2013). Secara umum Echinodermata lebih banyak dijumpai pada perairan
yang jernih dan tenang (Radjab et al., 2014), dan mencapai keanekaragaman
tertinggi di terumbu karang dan pantai dangkal (Rompis et al., 2013).
Echinodermata dibagi kedalam lima classis yaitu Asteroidea (Bintang
Laut), Echinoidea (Bulu Babi), Crinoidea (Lili Laut), Ophiuroidea (Bintang
Mengular), dan Holothuroidea (Teripang) (Yusron, 2013). Echinodermata
secara ekologi disebut sebagai organisme kunci yang berperan dalam
menjaga keseimbangan ekosistem laut (Raghunathan & Venkataraman,
2012), dimana Holothuroidea dan Echinoidea memiliki peranan sebagai
pendaur ulang nutrien (Triana et al., 2015)
Kepulauan Karimunjawa merupakan wilayah dengan tipe ekosistem
lamun, terumbu karang, hutan mangrove, dan juga wilayah ekosistem
daratan berupa hutan tropis dataran rendah. Hal ini menjadikan Kepulauan
2
Karimunjawa mempunyai tiga potensi sebagai kawasan konservasi, wisata
dan perikanan yang keutuhan dan kelestariannya harus tetap dijaga. Pulau
Karimunjawa sebagai salah satu kawasan konservasi mempunyai banyak
biota-biota laut diantaranya Echinodermata. Echinodermata merupakan
salah satu komponen penting pada ekosistem terumbu karang. Tingginya
keanekaragaman Echinodermata mengindikasikan tingginya biodiversitas
terumbu karang. Fauna Asteroidea dan Echinoidea yang termasuk kedalam
fauna Echinodermata merupakan biota penghuni ekosistem terumbu karang
yang keberadaan dan peranannya cukup menonjol. Kebiasaan hidup,
predasi dan kompetisi mempengaruhi kelimpahan Asteroidea dan
Echinoidea di suatu tempat, disamping faktor lingkungan yang saling
berkaitan (Hartati, 2018).
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis bermaksud untuk
melakukan penelitian tentang “Studi keanekaragaman dan kelimpahan
Echinodermata di pulau Karimunjawa, Taman Nasional Karimnjawa.”
B. Tujuan
Tujuan dilakukannya penelitian in adalah:
1. Untuk melihat keanekaramana Echinodermata di pesisir Pulau
Karimunjawa.
2. Untuk menghitung kelimpahan Echinodermata di pesisir Pulau
Karimunjawa.
C. Waktu dan Tempat Praktek Kerja Lapangan
3
Penelitian ini dilakukan di kawasan Taman Nasional karimunjawa dengan
tiga lokasi sampling yaitu di pantai Pancuran, Pantai Ujung Gelam, dan di
Dermaga. Pengambilan data dilakukan selama 9 hari yaitu mulai hari sabtu,
11 Januari 2020 sampai dengan hari Ahad, 19 Januari 2020. Pengambilan
data dilakukan pada pagi hari pukul 09.00-11.00 WIB saat kondisi laut
sedang surut.
Gambar 1. Peta lokasi pengambilan data
4
BAB II
GAMBARAN UMUM INSTITUSI
A. Kawasan Taman Nasional Karimunjawa
Taman Nasional Karimunjawa secara geografis terletak pada
koordinat 5°40’39”- 5°55’00” LS dan 110°05’ 57”-110°31’ 15” BT. Dalam
Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 78/Kpts-II/1999
tanggal 22 Februari 1999 dinyatakan bahwa kawasan Cagar Alam
Karimunjawa dan sekitarnya yang terletak di Kabupaten Dati II Jepara Propinsi
Dati I Jawa Tengah ditetapkan menjadi Taman Nasional dengan nama Taman
Nasional Karimunjawa dengan luasan kawasan adalah 111.625 hektar dengan
rincian sebagaimana tercantum dalam tabel dibawah ini.
Tabel. 1 Luasan Kawasan Taman Nasional Karimunjawa
B. Zonasi Taman Nasional Karimunjawa
Undang-Undang No.5 tahun 1990 tentang Konservasi sumber Daya
Alam dan Ekosistemnya mendefinisikan taman nasional sebagai Kawasan
Pelestarian Alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi
No Kawasan Luas (Hektar)
1. Wilayah daratan di Pulau Karimunjawa yang
berupa ekosistem hutan hujan tropis dataran
rendah
1.285,50
2. Wilayah daratan di Pulau Kemujan yang berupa
ekosistem hutan mangrove
222,20
3. Wilayah perairan Dalam perkembangannya
kawasan ini ditetapkan sebagai kawasan
pelestarian alam (KPA) berdasarkan Surat
Keputusan Menhut No. 74/Kpts-II/2001
tanggal 15 Maret 2001.
110.117,30
Total Luas Kawasan 111.625,00
5
yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,
menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi. Berdasarkan Surat Keputusan
Direktur Jenderal PHKA No. SK 28/IV-SET/2012 tentang Zonasi Taman
Nasional Karimunjawa, saat ini terdapat 9 (sembilan) zona dalam kawasan
Taman Nasional Karimunjawa. Zonasi Taman Nasional Karimunjawa
selengkapnya tersaji dalam gambar dibawah ini:
Gambar 2. Peta Zonasi Taman Nasional Karimunjawa
1. Konservasi Kawasan
Perlindungan kawasan merupakan salah satu pilar pengelolaan
kawasan Taman Nasional Karimunjawa. Upaya perlindungan ini
direalisasikan melalui berbagai kegiatan pengamanan kawasan yang
dilakukan secara preventif dan represif. Kegiatan pengamanan yang
dilakukan di kawasan Taman Nasional Karimunjawa adalah patroli rutin,
Operasi Pengamanan Fungsional Darat, Operasi Pengamanan Fungsional
6
Perairan, Operasi Gabungan dan pelaksanaan Patroli Bersama bersama
Masyarakat Mitra Polhut. Secara umum, gangguan yang dihadapi di
kawasan konservasi adalah berupa pendudukan kawasan hutan walaupun
masih terbatas secara administratif, pencurian hasil hutan dan pengambilan
satwa dilindungi. Balai Taman Nasional Karimunjawa telah melakukan
upaya patroli, operasi pengamanan hingga penindakan hukum terhadap
pelaku tindak pidana kehutanan di kawasan sampai dengan tahap P21. Dari
tahun 2002-2016, telah dilakukan sejumlah 15 penindakan kasus
pelanggaran hukum dengan pidana berkisar antara 2 bulan penjara hingga 1
tahun penjara (Tabel 4). Berdasarkan peraturan Menteri Lingkungan Hidup
dan Kehutanan No. P.18/MenLHK-II/2015 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, saat ini telah
terbentuk Direktorat Jenderal Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan
Kehutanan yang mempunyai tugas pokok dan fungsi menyelenggarakan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang penurunan gangguan,
ancaman dan pelanggaran hukum lingkungan hidup dan kehutanan. Pada
tahun 2016, Balai TN Karimunjawa melaksanakan Anggaran DIPA Ditjen
Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan sejumlah Rp
511.531.000,00. Adapun realisasi anggaran sampai dengan akhir tahun
2016 adalah sebesar Rp 455.599.135,00 (89,07%).
2. Struktur Organisasi Balai Taman Nasional Karimunjawa
Tahun 1997, Unit Pelaksana Teknis (UPT) dibentuk Untuk
melakukan pengelolaan kawasan Taman Nasional, dengan SK Menteri
7
Kehutanan Nomor: 185/Kpts-II/1997 tanggal 31 Maret 1997. Sejak tanggal
10 Juni 2002 berubah menjadi Balai Taman Nasional Tipe C setingkat
Eselon III, sesuai dengan SK Menhut No. 6186/Kpts-II/2002 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Balai Taman Nasional. Berdasarkan Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No.
P.07/MenLHK/Setjen/OTL.1/1/2016 tanggal 10 Februari 2016 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional, Balai
Taman Nasional Karimunjawa merupakan Balai Taman Nasional Tipe B
dengan susunan organisasi terdiri dari :
1. Kepala Balai – Agus Prabowo, S.H., M.Si.
2. Kepala Sub Bagian Tata Usaha - Sutris Haryanta, S.H.
3. Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah (SPTN).
a) Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah I
Kemujan : Iwan Setiawan, S.H.
b) Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II
Karimunjawa : Surahman, S.H.
4. Kelompok Jabatan Fungsional
a) Polisi Kehutanan.
b) Pengendali Ekositem Hutan.
c) Penyuluh Kehutanan.
8
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Echinodermata
Echinodermata berasal dari bahasa Yunani yaitu echinos yang berarti duri
dan derma yang berarti kulit, lebih dikenal dengan hewan berkulit duri (Jasin,
1984). Echinodermata dibagi ke dalam lima kelas yaitu Kelas Asteriodea, Kelas
Crinoidea, Kelas Echinodea, Kelas Holothuroidea dan Kelas Ophiuroidea. Hewan
ini mempunyai kemampuan autotomi dan regenerasi bagian yang putus, rusak
atau hilang (Katili, 2011). Bintang mengular memiliki kemampuan regenerasi
yang besar, lengan dapat bergenerasi pada setiap titik tetapi apabila semua bagian
tubuh terpisah dari semua lengan maka hewan ini akan mati. Bintang mengular
ini dengan mudah melepaskan lengannya apabila diserang oleh pemangsa
(Rompis, 2012). Bintang laut dapat menumbuhkan kembali lengan yang hilang
dan lili laut (Crinoidea) mempunyai kemampuan regenerasi yang tinggi sehingga
dapat menyembuhkan diri dari luka.
Kastawi (2003), menjelaskan ciri-ciri umum Echinodermata, yaitu:
1. Tubuhnya berbentuk simetri radial, hampir selalu pentamerous
2. Ukuran tubuhnya sedang sampai besar tetapi tidak ada yang mikroskopis
3. Bentuk tubuh bundar sampai silindris atau berbentuk bintang dengan tangan
sederhana yang tersebar dari diskus sentral
4. Permukaan tubuh agak halus, tertutup oleh 5 ruangan secara simetris
memancar berupa alur berlekuk yang disebut ambulakral diselingi 5 inter-
radi atau inter-ambulakral
9
5. Dinding tubuh terdiri atas eidermis di luar, dermis di tengah dan peritonium
disebelah dalam
6. Endoskeleton tersusun dari lempengan-lempengan yang membentuk
cangkang
7. Mempunyai pembuluh air atau sistem ambulakral yang merupakan ciri pada
umumnya, terbuat dari tabung-tabung berisi cairan
8. Saluran makanan biasanya berupa tabung melingkar membentang dari
mulut di permukaan oral sampai dengan anus pada permukaan aboral atau
permukaan oral. Sistem sirkulasi atau sistem haemal atau sistem darah
lacunar adalah spesifik
9. Respirasi terjadi melalui struktur bervariasi
10. Sistem eksresi tidak ada. Sistem saraf primitif
11. Organ-organ sensorik kurang berkembang
12. Fertilitasnya eksternal, sedangkan terdapat beberapa Echinodermata yang
vivipar
B. Ekosistem dan Habitat Echinodermata
Habitat hewan ini adalah pantai dan laut sampai kedalaman 366 m,
bertindak sebagai pemakan sampah-sampah laut. Echinodermata menyebar
hampir di semua lingkungan laut. Mereka mencapai keragaman tertinggi di
lingkungan terumbu karang dan juga pantai dangkal. Kelimpahan Crinoid di laut
dalam paling banyak. Hampir semua Echinodermata adalah bentik. Bentik yaitu
hewan yang hidup di dasar laut (Raghunathan, 2013).
10
Habitat Echinodermata dapat di temui hampir semua ekosistem laut.
Namun ekosistem yang paling tinggi terdapat pada daerah terumbu karang
(Bakar, 2011) Habitat bintang laut ini adalah di terumbu karang, terutama di
lereng terumbu pada kedalaman 2 sampai 6 m. Ada yang ditemukan di paparan
terumbu yang terbuka pada saat pasang dan ada yang ditemukan di terumbu
karang hidup pada kedalaman 33 m. Di daerah rataan terumbu binatang ini dapat
menempati berbagai habitat seperti, rataan pasir, timbunan karang mati, dan
daerah tubir karang. Di Indonesia daerah penyebaran binatang ini adalah
mengikuti penyebaran karang batu dan dapat juga ditemukan di daerah pulau-
pulau karang atau daerah pesisir yang di tumbuhi karang batu (Erni, 2009).
C. Manfaat Echinodermata
Echinodermata merupakan salah satu hewan yang sangat penting dalam
ekosistem laut dan bermanfaat sebagai salah satu komponen dalam rantai
makanan, yaittu pemakan sampah organik dan hewan kecil lainnya. Dahuri (2003)
menyatakan bahwa, jenis-jenis Echinodermata dapat bersifat pemakan seston atau
pemakan detritus, sehingga berperan dalam ekosistem untuk merombak sisa-sisa
bahan organik yang tidak terpakai oleh spesies lain. Selain itu terdapat unsur-
unsur Echinodermata yang memiliki nilai tinggi dibidang pangan, obat-obatan dan
sering dijadikan bahan koleksi hiasan yang indah.
D. Keanekaragaman
Rasio antara jumlah spesies dan jumlah total individu dalam komunitas
disebut sebagai keanekaragaman spesies. Ini terkait dengan stabilitas lingkungan
11
dan variasi dengan komunitas yang berbeda. Keragaman spesies sangat penting
dalam menilai tingkat kerusakan yang dilakukan sistem alam dan campur tangan
manusia (Jasin, 1984). Keanekaragaman spesies suatu komunitas memiliki dua
komponen yaitu kekayaan spesies atau species richness dan Kelimpahan relatif
atau relative abundance (Campbell, 2010).
12
BAB IV
STUDI KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN ECHINODERMATA
DI PESISISIR PULAU KARIMUNJAWA, TAMAN NASIONAL
KARIMUNJAWA JEPARA JAWA TENGAH
Alat yang dibutuhkan dalam pengambilan data keanekaragaman dan
kelimpahan Echinodermata yaitu alat tulis, penggaris, GPS, papan dada, pH meter,
Refractometer termometer, tali tamang, meteran, buku identifikasi dari Clark &
Rowe (1971), Allen & Steene (1999), dan alat snorkling. Metode peneltian yang
digunakan dalam penentuan titik sampling adalah metode purposive sampling
berdasarkan arahan petugas balai Taman Nasional karimunjawa dengan melihat
keanekaragamannya. Sedangkan untuk pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan metode visual, garis transek dibentangkan sepanjang 50m kemudian
dilakukan pengamatan pada sebelah kanan dan kiri garis sepanjang 20m,
selanjutnya dicatat Echinodermata yang ditemukan.
Tabel 2. Titik koordinat stasiun pengambilan sampel di Pulau Karimunjawa
Lokasi Koordinat
Stasiun 1 S 05° 52.812', E 110° 26.851
Stasiun 2 S 05° 50.323', E 110° 25.201’
Stasiun 3 S 05° 53.037', E 110° 26.339’
Data yang diambil yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah
data Echinodermata yang diperoleh dari sampling yang dilakukan, sedangkan data
13
sekunder adalah data-data pendukung seperti parling yang diukur yaitu pH, Suhu,
dan Salinitas. Perhhitungan data digunakan untuk mengetahui Indeks
Keanekaragaman Shannon (H') dan Indeks Keseragaman (E). Indeks
keanekaragaman (H’) merupakan nilai yang menunjukkan keseimbangan
keanekaragaman pada suatu pembagian jumlah individu tiap jenis.
Keanekaragaman (H') mempunyai nilai terbesar jika semua individu berasal dari
genus atau spesies yang berbeda-beda. Sedangkan nilai terkecil diperoleh jika
semua individu berasal dari satu genus atau satu spesies saja (Odum, 1983). Nilai
indeks keanekaragaman Shanon-Weanner ditentukan dengan formula sebagai
berikut :
𝑯′ = − ∑(𝒏𝒊𝑵 )
𝐥𝐨𝐠(𝒏𝒊𝑵 )
Keterangan:
H’ = Indeks keanekaragaman.
Ni = Jumlah individu ke-I hasil tangkapan
N = Jumlah total individu.
Indeks Keseragaman (E) menunjukkan kelimpahan yang hampir
seragam dan merata antar jenis (Odum, 1983). Formula yang digunakan adalah
sebagai berikut:
𝑬 =𝑯′
𝐥𝐧 𝑺
Keterangan:
E = Indeks keseragaman
H’ = Indeks keanekaragaman.
S = Jumlah jenis
14
Tabel. 3 Katagori Nilai Struktur Komunitas
Indeks Kisaran Nilai Katagori
Indeks Keanekaragaman (H’) H’ ≤ 2,0 Rendah
2,0 < H’≤ 3,0 Sedang
H’≥ 3,0 Tinggi
Indeks Keseragaman (E) 0,00 < E ≤ 0,50 Komunitas dalam kondisi
tertekan
0,50 < E ≤ 0,75 Komunitas dalam kondisi labil
0,75 < E ≤ 1,00 Komunitas dalam kondisi stabil
Tabel 4. Struktur komunitas Echinodermata di pulau Karimunjawa
Classis Ordo Familia Genus Species
Stasiun Total
Individu 1 2 3
Echinodea Diadematoida Diadematidae Diadema Diadema setosum 0 0 66 66
Diadema savignyi 0 0 59 59
Asteroidea Clypeasteroida Laganidae Laganum Laganum laganum 0 22 1 23
Holothuroidea Holothuriida Holothuriidae Holoturia Holothuria atra 12 4 1 17
Jumlah Spesies 1 2 4
Jumlah Individu 12 26 127
Indeks
Keanekaragaman
0 0,9 0,7
Indeks
keseragaman 0 0,45 0,19
15
Gambar 3. Struktur Komunitas Echinodermata di Pulau Karimunjawa
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan disajikan dalam tabel 4
total individu yang didapatkan adalah 165 yang termasuk dalam 3 kelas, 3 ordo, 3
familia, 3 genus dan 4 spesies. Spesies yang paling banyak ditemukan adalah
Diadema setasum yaitu sebanyak 66 individu dan 59 individu dari spesies
Diadema savignyi. 2 spesies ini hanya ditemukan di stasiun 3 yaitu di wilayah
dermaga. Wilayah ini terdapat banyak terumbu karang. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Wulandewi (2015), menyatakan bahwa pada sebaran bulu babi
secara vertikal sebagian besar didominasi dari famili Diadematidae. Spesies yang
banyak ditemukan setelah Diadema setasum dan Diadema savignyi yaitu
Laganum laganum yang ditemukan sebanyak 23 individu. Spesies ini ditemukan
di stasiun 2 dan stasiun 3 yaitu di pantai Ujung Gelam (Alang-alang) dan dermaga,
sedangkan di stasiun 1 yaitu di pantai pancuran tidak ditemukan spesies ini. Jenis
0
10
20
30
40
50
60
70
Pantai Pancuran Pantai Ujung gelam Dermaga
Struktur Komunitas Echinodermata di Pulau Karimunjawa
H. atra L. laganum D. savignyi D. setosum
16
Echinodermata yang ditemukan di semua stasiun adalah Holothuria atra. Spesies
ini ditemukan sebanyak 17, individu terbanyak ditemukan di stasiun 1 yaitu di
pantai pancuran.
Laganum-laganum Bentuk tubuh tidak beraturan, pipih dan tidak
mempunyai lengan; pada sisi aboral terdapat pola berbentuk bunga dengan 5
kelopak; pada sisi oral terdapat mulut di bagian tengah; memiliki 2 lubang;
memiliki duri-duri kecil, pendek dan halus; tubuhnya berwarna hijau kocokelatan;
ukuran yang didapat: 3,3 – 4,2 cm; habitat: hidup pada substrat berpasir. Menurut
Dian et al (2005), Laganum laganum memiliki bentuk tubuh ireguler, pipih dan
tidak punya lengan. Pada permukaan tubuh bagian atas terdapat pola berbentuk
bunga dengan 5 kelopak yang sering disebut petals; mempunyai 2 lubang yaitu
peristome dan periproct; peristome terletak di tengah-tengah permukaan bawah
tubuhnya dan di dalamnya terdapat mulut; periproct terletak di permukaan bawah
mulai dari tengah sampai ke pinggiran tubuh; seluruh permukaan diselimuti oleh
duri-duri kecil, pendek dan halus; habitatnya di daerah intertidal sampai subtidal
dengan substrat berpasir.
Holothuria atra tubuhnya berbentuk bulat panjang, ujungnya runcing dan
pangkalnya tumpul. memiliki tubuh lunak, permukaan luar tubuh berwarna hitam
dan berlendir; sebagian tubuhnya tertutupi pasir; pada permukaan tubuhnya
terdapat bintil-bintil halus; tentekel tipe perisai berwarna hitam kemerahan dalam
1 lingkaran yang dilengkapi dengan papila leher; spikula berbentuk meja dan
roset; ukuran yang didapat: 13,3 cm – 27,2 cm; habitat : daerah padang lamun
dengan substrat dasar berpasir. Menurut Setiawan dan Trijoko (2016), H. atra
17
mempunyai bentuk tubuh bulat panjang dengan ujung meruncing dan pangkal
yang tumpul; tubuhnya berwarna hitam dan berlendir; tentakel tipe perisai; spikula
berbentuk meja dan roset. Hartati et al (2016) menyatakan bahwa terdapat bintil-
bintil halus pada permukaan tubuh H. atra; habitat : biasanya berhabitat pada dasar
perairan yang berpasir atau pada daerah karang.
Diadema setosum merupakan Echinoidea yang tergolong dalam famili
Diadematidae. Bulu babi ini memiliki bentuk tubuh bulat pipih dengan diameter
tubuh 5,3–8,2 cm dan tinggi tubuh 3,6–5,6 cm. Duriduri primer panjang dan
runcing. Warna duri primer hitam tetapi beberapa individu kadang dijumpai
dengan warna belang. Bulu babi jenis ini hidup secara berkelompok menyukai
habitat pasir dan di bawah koloni karang sebagai tempat berlindung. Diadema
savignyi secara sepintas mirip dengan Diadema setosum yang dicirikan oleh
adanya garis-garis berwarna biru terang. Bulu babi ini memiliki bentuk tubuh
bulat dengan diameter tubuh 3,8–7,4 cm dan tinggi tubuh 3,1–6,9 cm. Duri-duri
primer sangat panjang, tipis, dan berwarna hitam. Bulu babi jenis ini hidup secara
berkelompok dan biasanya dijumpai dengan kelompok Diadema setosum dengan
preferensi mikrohabitat yang sama yaitu di bawah koloni karang.
Tabel 5. Parameter lingkungan
Parameter Lingkungan
Stasiun
1 2 3
Suhu 29,6 28,3 31
pH 7,7 7,3 7,9
Salinitas 24 24 23
18
Organisme dapat tumbuh baik pada suatu habitat karena dipengaruhi
oleh faktor fisik dan kimia. Penelitian Echinodermata di peisir pulau
Karimunjawa ini tidak lepas dari faktor lingkungan. Adapun faktor
lingkungan yang diukur yaitu: Temperatur air (0C), Salinitas (0/00), dan pH.
Suhu tertinggi yaitu di stasiun 3 sedangkan suhu terendah di stasiun 2. Menurut
Supriharyono (2002), kisaran temperatur pada penelitian ini cukup baik untuk
kehidupan hewan laut terutama filum echinodermata karena batas minimum
dan maksimum temperatur perairan berkisar antara 16-17 0C dan 36 0C.
Menurut Prasetyarto dan Suhendar (2010), keadaan temperatur perairan laut
dipengaruhi oleh penyinaran sinar matahari dan pola temperatur, diperairan
laut pada umumnya makin kebawah makin dingin.
Salinitas atau kadar garam di pesisir pulau Karimunjawa selama
penelitian berkisar antara 23 0/00-24 0/00.(Tabel 5). Kisaran salinitas yang
diperoleh kurang baik bagi kehidupan echinodermata. Echinodermata mampu
beradaptasi di salinitas 24,4 0/00 – 34,5 0/00 . Namun pengaruh salinitas
tergantung pada kondisi perairan laut setempat atau pengaruh alam seperti
badai atau hujan (Supriharyono, 2002). Sedangkan salinitas air laut di Indonesia
pada umumnya bekisar antara 32-34 per mil (Dahuri, 2001). Nilai pH di pesisir
pulau Karimunjawa rata-rata berkisar antara 7,3 – 7,9. pH terendah terdapat
pada Stasiun 2 di pantai pancuran dan salinitas tertinggi di Stasiun 3 di
perairan pantai dekat dermaga. Setiap spesies memiliki kisaran toleransi yang
berbeda terhadap pH. pH yang ideal bagi kehidupan organisme akuatik termasuk
19
makrozoobentos pada umumnya berkisar antara 7 sampai 8,5. Kondisi perairan
yang bersifat sangat asam maupun sangat basa akan membahayakan kelangsungan
hidup organisme karena akan menyebabkan terjadinya gangguan metabolisme
dan respirasi. Di samping itu pH yang sangat rendah akan menyebabkan mobilitas
berbagai senyawa logam berat yang bersifat toksik semakin tinggi yang tentunya
akan mengancam kelangsungan hidup organisme akuatik.
Berdasarkan hasil perhitungan data dapat diketahui indeks keanekaragaman
echinodermata di pesisir pulau karimunjawa rendah, pada stasiun 1 tidak
ditemukan keanekaragaman karean hanya ditemukan 1 spesies yaitu Holothuria
atra, sedangkan pada stasiun 2 dan stasiun 3 indeks keanekaragamannya masing-
masing 0,9 dan 0,7. Indeks keseragaman yang didapatkan juga menunjukkan
bahwa komunitas dalam kondisi tertekan karena nilai indeks keseragaman kurang
dari 0,5 yaitu pada stasiun 1, 2 dan 3 masing-masing 0, 0,45, dan 0,19
20
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil peneltian dapat disimpulkan
1. Keanekaragaman echinodermata di pesisir pulau Karimunjawa
rendah, hal ini didapatkan dari perhitungan indeks keanekaragaman
yang bernilai kurang dari 2 yaitu pada stasiun 1, stasiun 2, dan stasiun
3 berturut-turut adalah 0, 0,9 dan 0,7.
2. Kemelimpahan tertinggi yang didapatkan yaitu pada kelas Echinodae,
didapatkan 2 spesies yaitu Diadema setosum sebanyak 66 individu
dan Diadema savigny sebanyak 59 individu.
B. Saran
Saran yang dapat diberikan adalah perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
untuk akurasi data dan juga kontroling terhadap biota laut khususnya
echinodermata
21
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N.A., dan J. B. Reece. 2010. Biologi. Terj. Dari Biology, oleh Damaring
Tyas Wulandari. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Dahuri, R., dkk., (2001). Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan
Secara Terpadu. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.
Dian, A., R. Hartati dan Ambariyanto. 2005. Identifikasi Sand Dollar dan
Karakteristik Habitatnya di Pulau Cemara Besar, Kepulauan Karimunjawa
Jepara. Jurnal Ilmu Kelautan. 10 (1) : 1-10
Erni L. Hutauruk. 2009. Studi Keanekaragaman Echinodhermata di Kawasan
Perairan Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darusalam. Skripsi. Medan:
Universitas Sumatera Utara Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam.
Hartati, Retno, et al.. 2018. Jenis-Jenis Bintang Laut Dan Bulu Babi (Asteroidea,
Echinoidea: Echinodermata) Di Perairan Pulau Cilik, Kepulauan
Karimunjawa. Jurnal Kelautan Tropis Maret 2018 Vol. 21(1):41–48
Hartati, R., Widianingsih dan A. Djunaedi. 2016. Ultrastruktur Alimentary Canal
Teripang Holothuria scabra dan Holothuria atra (Echinodermata
:Holothuroide a). Buletin Oseanografi Marina. 5 (1) : 86-96.
Herman. 2004. Sebaran dan asosiasi makroepifauna pada ekosistem padang lamun
di perairan Pulau Tidung Besar, Kepulauan Seribu, Jakarta Utara. Skripsi.
Program Studi Ilmu Kelautan, Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan.
Institut Pertanian Bogor. Bogor
Jasin, Maskoeri. 1984. Sistematika Hewan (Invertebrata dan Vertebrata).
Surabaya: Sinar Surya.
Kastawi, Y., Indriwati, S. E., Ibrohim, Masjhudi, & Rahayu, S. E. 2003. Zoologi
Avetebrata. Malang: UM Press.
Katili, A. S. 2011. Struktur Komunitas Echinodermata Pada Zona Intertidal Di
Gorontalo. Jurnal Penelitian dan Pendidikan, Volume 8 Nomor 1, Maret
2011 , 51-61.
Radjab AW, Rumahenga SA, Soamole A, Polnaya D, Barends A. 2014. Keragaman
dan kepadatan ekinodermata di perairan Teluk Weda, Maluku Utara. Jurnal
Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis 6(1):17–30.
Raghunathan C, Venkataraman K. 2013. Diversity and distribution of corals and
22
their associated fauna of Rani Jhansi marine national park, Andaman and
Nicobar islands. In: Venkataraman K, Raghunathan S, Sivaperuman C,
editors. Ecology of faunal communities on the Andaman and Nicobar
islands. Heidelberg, Berlin: Springer. p.177–208.
Rompis BR, Langoy MLD, Katili DY, Papu A. 2012. Diversitas Echinodermata di
pantai Meras kecamatan Bunaken Sulawesi Utara. Jurnal Bioslogos.
3(1):26–31.
Setiawan, U dan Trijoko. 2016. Keragaman Jenis Timun Laut (Holothuroidea) di
Kepulauan Karimun Jawa. J.Sci. Phar. 2 (2) : 15-18.
Supriharyono, M. S. (2002). Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang. Jakarta:
Djambatan
Supono, Lane DJW, Susetiono. 2014. Echinoderm fauna of the Lembeh strait,
North Sulawesi: inventory and distibution review. Mar Res Indonesia.
39(2):51–61.
Triana R, Elfidasari D, Vimono IB. 2015. Identifikasi Echinodermata di selatan
pulau Tikus, gugusan pulau Pari Kepulauan Seribu. Pros Sem Nas Masy
Biodiv Indon 1(3); 2015. Jakarta: Masyarakat Biodiversitas Indonesia;
p.455–459
Wulandewi, N. 2015. Jenis dan Densitas Bulu Babi (Echinoidea) di Kawasan
Pantai Sanur dan Serangan Denpasar- Bali. Jurnal Simbiosis. 3 (1): 269-280
Yusron E. 2013. Biodiversitas fauna Ekhinodermata (Holothuroidea, Echinoidea,
Asteroidea dan Ophiuroidea) di perairan pulau Lombok, Nusa Tenggara
Barat. Zoo Indonesia. 22(1):1–10.
23
Lampiran
Gambar 4. Pengukuran Salinitas Gambar 5. Pengukuran pH