30
1 BAB I LATAR BELAKANG PROYEK 1.1. Proyek yang Diusulkan 1.1.1. Jenis Proyek Diusulkan Deklarasi Hak Asasi Manusia menyebutkan bahwa kesehatan adalah bagian dari hak asasi manusia, dengan dinyatakan bahwa setiap orang berhak atas tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya, termasuk hak atas pangan, pakaian, perumahan dan perawatan kesehatan serta pelayanan sosial yang diperlukan. Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan sumber daya manusia untuk mencapai tujuan Pembangunan Jangka Panjang Kedua (PJP II). Pembangunan kesehatan berlaku di seluruh Indonesia termasuk Daerah Terpencil Perbatasan Dan Kepulauan (DTPK). Pembangunan DTPK merupakan prioritas dalam rangka menjaga keutuhan NKRI. Kabupaten Sanggau adalah salah satu kabupaten di provinsi Kalimantan Barat yang berbatasan langsung dengan wilayah Malaysia. Berbagai permasalahan kesehatan khususnya masalah gizi diisukan sebagai masalah penting yang dihadapi di daerah perbatasan. Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan merupakan sasaran utama dari proyek kesehatan ini.

Studi Kelayakan Program Kesehatan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Studi Kelayakan Program Kesehatan

1

BAB I

LATAR BELAKANG PROYEK

1.1. Proyek yang Diusulkan

1.1.1. Jenis Proyek Diusulkan

Deklarasi Hak Asasi Manusia menyebutkan bahwa kesehatan adalah

bagian dari hak asasi manusia, dengan dinyatakan bahwa setiap orang

berhak atas tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan

dirinya dan keluarganya, termasuk hak atas pangan, pakaian, perumahan dan

perawatan kesehatan serta pelayanan sosial yang diperlukan. Pembangunan

kesehatan merupakan bagian dari pembangunan sumber daya manusia untuk

mencapai tujuan Pembangunan Jangka Panjang Kedua (PJP II).

Pembangunan kesehatan berlaku di seluruh Indonesia termasuk

Daerah Terpencil Perbatasan Dan Kepulauan (DTPK). Pembangunan DTPK

merupakan prioritas dalam rangka menjaga keutuhan NKRI. Kabupaten

Sanggau adalah salah satu kabupaten di provinsi Kalimantan Barat yang

berbatasan langsung dengan wilayah Malaysia. Berbagai permasalahan

kesehatan khususnya masalah gizi diisukan sebagai masalah penting yang

dihadapi di daerah perbatasan.

Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan merupakan sasaran

utama dari proyek kesehatan ini. Masyarakatatau komunitas merupakan

salah satu dari strategi global promosi kesehatan pemberdayaan

(empowerment) sehingga pemberdayaan masyarakat sangat penting untuk

dilakukan agar masyarakat sebagai primary target memiliki kemauan dan

kemampuan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka.Prinsip

pemberdayaan masyarakat adalah sebagai berikut:

Menumbuhkembangkanpotensimasyarakat.

Mengembangkangotong-royongmasyarakat.

Menggalikontribusimasyarakat.

Menjalinkemitraan.

Desentralisasi.

Page 2: Studi Kelayakan Program Kesehatan

2

Pemberdayaan masyarakat merupakan sasaran utama dalam promosi

kesehatan yang bertujuan untuk memandirikan masyarakat agar mampu

memelihara dan meningkatkan status kesehatannya menjadi lebih baik

dengan menggunakan prinsip pemberdayaan dimana petugas kesehatan

berperan untuk memfasilitasi masyarakat dalam meningkatkan pengetahuan,

kemauan dan kemampuannya untuk memlihara dan meningkatkan status

kesehatannnya.

Proyek Penanggulangan Masalah Gizi dengan

PendekatanPemberdayaan Masyarakat di Daerah Perbatasan Provinsi

Kalimantan Barat Tahun 2012 merupakan proyek yang berbasiskan bantuan

dari Pusat. Adapun indikator yang digunakan mengacu pada masalah

surveilens gizi yang ada yaitu :

a. Perawatan gizi buruk 100%

b. Penimbangan balita 85%

c. ASI ekslusif 80%

d. Konsumsi iodium tingkat rumah tangga 90%

e. Konsumsi vitamin A 85%

Pemberdayaan masyarakat yang dilakukan dikemas dengan kegiatan

Community knowledge yaitu pemberdayaan bertujuan meningkatkan

pengetahuan masyarakat dengan berbagai penyuluhan kesehatan yang

menggunakan pendekatan community based health education.

1.1.2. Rencana Pelaksanaan

Rencana pelaksanaan kegiatan dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Advokasi tingkat Daerah

Advokasi adalah strategi untuk mempengaruhi para pengambil

keputusan khususnya pada saat mereka menetapkan peraturan, mengatur

sumber daya dan mengambil keputusan-keputusan yang menyangkut

khalayak masyarakat. Kegiatan advokasi tingkat daerah disini pihak

puskesmas dengan pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Sanggau berkumpul

untuk membahas rencana program kegiatan penyuluhan yang akan

Page 3: Studi Kelayakan Program Kesehatan

3

dilaksanakan. Dalam pertemuan tersebut nanti akan membahas tentang jenis

kegiatan yang akan dilakukan, tujuan pelaksanaan program kegiatan,

rencana alokasi biaya, jadwal pelaksanaan kegiatan dan sasaran kegiatan

yang akan dicapai.

2. Sosialisai Program

Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan

atau nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam

sebuah kelompok ataumasyarakat.Kegiatan sosialisasi program

dilaksanakan oleh pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Sanggau, Ngabang

dan Sambas.Sebagai pelaksana kegiatan adalah KGM (Kelompok Gizi

Masyarakat).

3. Pelaksaanaan Kegiatan Program

Sebagai pelaksana kegiatan adalah KGM (Kelompok Gizi Masyarakat)

yang berasal dari petugas kesehatan Puskesmas, Tokoh Masyarakat, Tokoh

Agama, Kader Posyandu, Kelompok Karang Taruna dan LSM daerah

setempat.

4. Evaluasi Program

Evaluasi program di laksanakan oleh petugas puskesmas secara

berkala yaitu 3 bulan sekali untuk memantau sejauh mana pelaksana

kegiatan telah dilaksanakan serta hambatan-hambatan dalam pelaksanaan

kegiatan.

Page 4: Studi Kelayakan Program Kesehatan

4

Waktu pelaksanaan dapat dijelaskan lebih terinci dalam tabel berikut:

Tabel 1. Rencana Pelaksanaan Program Penyuluhain

Pelaksanaan 22 Des 11 25 Des 11 26 Des 2011– 26 Des2012

31 Des 12

Advokasi

Sosialisasi

Pelaksanaan Program

Evaluasi

1.1.3. Rencana Jumlah Dana yang Akan Diinvestariskan

Terlampir

1.1.4. Pemrakarsa

Pemrakarsa dalam kegiatan ini adalah pemerintah pusat Departemen

Kesehatan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Sanggau, Kabupaten Sambas dan

Kabupaten Ngabang.

1.2. Gambaran Umum Kondisi Pemrakarsa Saat Ini

1.2.1. Perkembangan Kegiatan, Pihak-Pihak Yang Terlibat

Dalam program kegiatan ini, dibentuk kelompok gizi masyarakat

(KGM) yang berasal dari masyarakat di daerah setempat dengan melibatkan

tokoh masyarakat, kader Posyandu, puskesmas, kecamatan, ibu-ibu PKK

dan Karang Taruna.

1.2.2. Posisi Pemrakarsa Dalam Kegiatan

Dalam program kegiatan pemberdayaan masyarakat ini peran serta

dari masing-masing pihak adalah sebagai berikut:

1. Pemerintah Pusat sebagai penyandang dana.

2. Dinas Kesehatan Kabupaten sebagai pelaksana kegiatan.

Page 5: Studi Kelayakan Program Kesehatan

5

3. Tokoh Masyarakat sebagai penggerak masyarakat agar mengikuti

kegiatan penyuluhan.

4. PKK sebagai motivator pelaksanaan program KGM.

5. Puskesmas sebagai pendamping program pelaksanaan program KGM.

6. Kecamatan sebagai pemberi izin pelaksanaan program KGM.

7. LSM sebagai kontrol sosial dalam pelaksanaan kegiatan program KGM.

8. Kelompok Gizi Masyarakat (KGM) sebagai pelaksana dan sasaran

kegiatan program KGM.

1.2.3. Kemampuan Finansial

Dalam kegiatan ini kemampuan finansial dituangkan dalam Rencana jumlah

dana yang akan diinvestasikan.

Page 6: Studi Kelayakan Program Kesehatan

6

BAB II

ANALISIS ASPEK YANG DIKAJI

2.1. Kelayakan teknis

Pemberdayaan kesehatan masyarakat merupakan hal yang mendasar dalam

mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Kelompok Gizi Masyarakat (KGM)

merupakan salah satu upaya dalam ranga memperbaiki derajat kesehatan

masyarakat karena KGM ini melibatkan berbagai unsur seperti petugas kesehatan,

tokoh masyarakat, anggota PKK, kader Posyandu dan tokoh agama. Pada

dasarnya, dalam melalukan pemberdayaan kesehatan masyarakat tidak diperlukan

banyak sumber daya. Yang dibutuhkan hanyalah meliputi narasumber, media dan

penerima informasi/kelompok sasaran.

Pendidikan gizi merupakan langkah yang efektif untuk meningkatkan

perilaku sehat masyarakat, karena tanpa pengetahuan yang cukup, masyarakat

akan sulit melakukan perilaku sehat. Tujuan dari pendidikan gizi memang

bukanlah sesuatu yang dapat dicapai dalam waktu yang cepat, namun dampaknya

dapat dilihat dalam jangka panjang. Dan terkadang, tujuan tersebut juga sulit

diukur, karena banyak banyak faktor lain yang ikut mempengaruhi.

2.2. Kelayakan ekonomi dan finansial

Aspek finansial merupakan salah satu faktor penting dalam suatu proyek,

termasuk proyek gizi. Perkiraan aliran kas yang tepat akan memperlancar proyek

yang akan dijalankan. Perkiraan aliran kas yang terlalu tinggi akan berbengaruh

terhadap dana yang diinvestasikan berlebihan sehingga proyek yang bersangkutan

kurang efisien, sebaliknya perkiraan aliran kas yang terlalu kecil juga akan

mengganggu operasional sehingga proyek yang bersangkutan akan berdaya tahan

lemah. Penganalisaan aspek finansial yang tepat akan menghasilkan manfaat bagi

pelaksana proyek dalam menjalankan proyek dan dapat melihat bahwa investasi

yang ditanamkan dapat memberikan keuntungan.

Keuntungan yang diperoleh dari adanya pendidikan gizi ini merupakan hal

yang tidak dapat diukur dengan nominal secara langsung. Hal ini dikarenakan

Page 7: Studi Kelayakan Program Kesehatan

7

manfaatnya adalah peningkatan pengetahuan yang nantinya diharapkan dapat

menurunkan prevalensi masalah-masalah gizi di daerah tersebut. Pendidikan gizi

ini diperkirakan merupakan proyek yang efektif dan efisien, dengan sumber daya

minimal tetapi mampu memberikan manfaat yang cukup besar.Sumber dana yang

digunakan untuk melakukan proyek gizi ini berasal dari dana pemerintah pusat

(Departemen Kesehatan).

Investasi awal tahun 2011 Rp (625,200,000.00)

Aliran kas tahun 2012 Rp 1,172,400,000.00

Dasar Penilaian MIRR

Suku Bunga Saat ini 18.00%

Suku Bunga Investasi Kembali 15.00%

M I R R 87.52%

Kesimpulan Go Project/Layak

2.3. Kelayakan politis

Dengan meningkatnya pendidikan gizi masyarakat perbatasan, maka

diharapkan akan berdampak pada perubahan perilaku gizi masyarakat ke arah

yang lebih baik dan masalah-masalah gizi di daerah tersebut dapat terselesaikan.

Perbaikan status gizi dan kesehatan masyarakat dapat meningkatkan kualitas

hidup dan fungsi ekonomis masyarakat. Sehingga program ini secara tidak

STUDI KELAYAKAN PROYEK GIZI

PENDIDIKAN GIZI DENGAN KGM

Investasi awal tahun 2011 Rp (625,200,000.00)

Aliran kas tahun 2012 Rp 1,172,400,000.00

Dasar Penilaian IRR

Suku Bunga Saat ini 18.00%

Internal Rate of Return 87.52%

Kesimpulan Go Project/Layak

Page 8: Studi Kelayakan Program Kesehatan

8

langsung dapat mewujudkan Kawasan Perbatasan sebagai beranda depan NKRI

yang bersifat strategis vital bagi eksistensi kedaulatan negara, perekonomian,

penegakan hukum, pertahanan keamanan dan keutuhan negara kesatuan Republik

Indonesia.

2.4 Kelayakan Administratif

Kelayakan administratif memngukur efektivitas proyek tersebut mampu

diimplementasikan dalam sistem administrasi pemerintahan setempat. Di daerah

perbatasan Kalimantan barat terjadi ketidakjelasan wewenang dan koordinasi.

Hingga saat ini belum ada kejelasan mengenai pihak mana yang berwenang dalam

mengelola kawasan perbatasan, apakah pemerintah pusat, provinsi, atau

kabupaten. Desentralisasi dan otonomi daerah sesungguhnya telah memberikan

sejumlah kewenangan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Berbagai

kewenangan yang selama ini dilakukan pusat telah diserahkan ke pemerintah

daerah, seiring dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan pusat dan daerah. Namun dalam pembangunan kawasan

perbatasan kewenangan pelaksanaannya masih berada pada pemerintah pusat,

dengan alasan untuk mengintegrasikan berbagai kegiatan sosial ekonomi yang

bersifat lintas administrasi wilayah pemerintahan sehingga diperlukan koordinasi

dari institusi yang secara hirarkis lebih tinggi. Akan tetapi karena jarak yang

begitu jauh dari Jakarta ke perbatasan, maka kewenangan ini belum dapat

dijalankan oleh pemerintah pusat dengan baik. Kondisi ini makin diperparah oleh

tidak adanya suatu lembaga yang secara khusus ditunjuk oleh pusat untuk

mengelola keseluruhan aspek pembangunan di kawasan perbatasan.

Tetapi adanya ketidakjelasan tersebut tidak menghalangi tujuan untuk

membangun dan mengembangkan kawasan perbatasan, antara lain sebagaimana

diamanatkan dalam GBHN Tahun 1999 – 2004 (TAP MPR No. IV/MPR/1999)

memberikan landasan dan arah kebijakan pembangunan daerah yang lebih

memprioritaskan pembangunan kawasan perbatasan dengan menganut prinsip

desentralisasi dan otonomi daerah, sebagaimana termaktub dalam Bab IV butir G.

Page 9: Studi Kelayakan Program Kesehatan

9

Pembangunan Daerah, 1.h. ”Meningkatkan pembangunan di seluruh daerah,

terutama di Kawasan Timur Indonesia, daerah perbatasan dan wilayah tertinggal

lainnya dengan berlandaskan pada prinsip desentralisasi dan otonomi daerah.

Sehingga program ini, yang merupakan salah satu program pembangunan kualitas

SDM di daerah perbatasan ini, akan dilaksanakan berdasarkan prinsip

desentralisasi dan otonomi daerah serta empowerment berbagai pihak yang dapat

men-support pelaksanaannya.

2.5. Kelayakan ekologi

Potensi sumber kekayaan alam yang terkandung di wilayah perbatasan

sangat besar artinya bagi bangsa Indonesia. Kondisi tanah di wilayah perbatasan

didukung oleh iklim yang sangat menguntungkan bagi tumbuhnya beberapa jenis

tanaman pertanian, perkebunan dan kehutanan serta keragaman aneka hayati yang

tidak ternilai.

Potensi sumber daya alam di daerah perbatasan yang beranekaragam

tersebut dapat mendukung kesuksesan pelaksanaan program ini. Sebagai contoh,

daerah perbatasan Kalimantan barat kaya akan berbagai jenis ubi yang dapat

digunakan dalam upaya diversifikasi pangan local.

2.6. Kelayakan sosial dan budaya

Dalam pelaksanaan program, keterlibatan dewan adat dan temenggung dapat

ikut serta dalam rangka penguatan kelembagaan (institutional building). Sehingga

dengan melibatkan mereka dalam penentuan pemecahan permasalahan gizi pada

daerah setempat melalui forum pengambilan keputusan seperti Musrenbang desa

dan kecamatan out come yang ingin dicapai dapat lebih terarah.

2.7. Identifikasi Berbagai Biaya

Proyek ini merupakan salah satu kegiatan intervensi Pangan dan Gizi di

masyarakat yang lebih memfokuskan pada Program Pendidikan Gizi dalam

bentuk penyuluhan. Studi kelayakan pada proyek yang dianalisis iniberorientasi

Page 10: Studi Kelayakan Program Kesehatan

10

tidak pada laba (social), atau menitik-beratkan suatu proyek tersebut bisa

dijalankan dan dilaksanakan tanpa memikirkan nilai atau keuntungan ekonomis.

Adapun Jenis Kegiatan yang akan dibiayai dalam proyek ini antara lain :

Tabel 2. Jenis Kegiatan dan Biaya yang Dibutuhkanpada ProyekPenanggulangan Masalah Gizi Melalui PemberdayaanMasyarakatdi Daerah Perbatasan Provinsi Kalimantan BaratTahun 2012

NO KEGIATANJLH BIAYA

(Rp)%

1Training Of Trainer (TOT) bagi Kader Gizi, TP-PKK dan TOMA

146.700.000 23,46

2Block Grant Bagi Kecamatan sebagai Pilot Project Pemberdayaan Masyarakat

450.000.000 71,98

3 Pengadaan Media Promosi 17.250.000 2,76

4 Monitoring dan Evaluasi Proyek 11.250.000 1,80

TOTAL BIAYA 625.200.000 100,00

Kegiatan yang dilaksanakan

a. Training Of Trainer (TOT) bagi Kader Gizi, TP-PKK dan TOMA

Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan secara

teknis bagi kader gizi, Tim Penggerak PKK serta Tokoh Masyarakat, dimana

mereka selaku unsur yang diharapkan untuk bisa menjadi fasilitator

pemberdayaan masyarakat khususnya dalam pencegahan masalah gizi. Kegiatan

ini dilaksanakan selama 5 hari, diikuti oleh peserta dari kecamatan yang menjadi

sasaran Block Grant, dimana pelaksanaannya dibagi menjadi 3 Angkatan untuk 3

Kecamatan.

Adapun komponen biaya pada kegiatan ini yaitu :

Tabel 3. Jenis Belanja dan Biaya yang Dibutuhkanpada Kegiatan Training Of Trainer (TOT) bagi Kader Gizi, TP-PKK dan TOMAdi Daerah Perbatasan Provinsi Kalimantan BaratTahun 2012

NO JENIS BELANJA JLH BIAYA (Rp) %

Page 11: Studi Kelayakan Program Kesehatan

11

1 Honor 60.000.000 40,90

2 Bahan 4.200.000 2,86

3 Operasional 82.500.000 56,24

TOTAL BIAYA 146.700.000 100,00

b. Block Grant Bagi Kecamatan sebagai Pilot Project Pemberdayaan

Masyarakat

Dana Block Grant merupakan dana bantuan/hibah pembangunan partisipatif yang

bertujuan agar bisa menumbuh kembangkan partisipasi masyarakat untuk turut

melakukan pembangunan kesehatan di wilayahnya. Pada proyek ini, dipilih 3

Kecamatan yang berada di wilayah perbatasan yang dijadikan Pilot Project dan

diberikan block grant. Dana tersebut diberikan melalui Rekening Penerima

Bantuan dalam hal ini rekening dari Kelompok Gizi Masyarakat Tk. Kecamatan

yang telah dibentuk. Penggunaan dana tersebut yakni untuk biaya operasional

petugas/kader dalam melaksanakan kegiatan survailans gizi, penyuluhan

kesehatan, serta pendataan Balita, Pelacakan Kasus Penyakit, Gizi Buruk/BGM,

Bumil KEK, Sanitasi, DBD), serta penyediaan bahan kontak pada saat

penyuluhan untuk menarik perhatian masyarakat.

Tabel 4. Jenis Belanja dan Biaya yang Dibutuhkan pada Kegiatan Block Grant Bagi Kecamatan sebagai Pilot Project Pemberdayaan Masyarakatdi Daerah Perbatasan Provinsi Kalimantan BaratTahun 2012

NO JENIS BELANJA JLH BIAYA (Rp) %

1 Operasional petugas 279.000.000 62,00

2 Bahan kontak 171.000.000 38,00

TOTAL BIAYA 450.000.000 100,00

c. Pengadaan Media Promosi

Selain bertujuan untuk memberdayakan masyarakat, proyek ini juga

memanfaatkan media promosi untuk memberikan informasi tentang kesehatan

khususnya gizi melalui pembagian poster dan leaflet. Media promosi ini dibuat

Page 12: Studi Kelayakan Program Kesehatan

12

secara menarik, dengan memuat informasi kesehatan yang singkat serta

menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh masyarakat.

Tabel 5. Jenis Belanja dan Biaya yang Dibutuhkan untuk Pengadaan Media Promosi di Daerah Perbatasan Provinsi Kalimantan BaratTahun 2012

NO JENIS BELANJA JLH BIAYA (Rp) %

1 Cetak (Poster, Leaflet) 17.250.000 100,00

TOTAL BIAYA 17.250.000 100,00

d. Monitoring dan Evaluasi Proyek

Setiap pelaksanaan suatu proyek perlu dilakukan monitoring dan evaluasi baik itu

pada saat tahapan proyek berlangsung, maupun pada saat proyek tersebut selesai.

Kegiatan ini memuat beberapa sub kegiatan yaitu pembinaan teknis dan supervisi

yang dilaksanakan setiap Triwulan dan monitoring dan evaluasi yang

dilaksanakan setiap Semester.

Tabel 6. Jenis Belanja dan Biaya yang Dibutuhkan untuk Monitoring dan Evaluasi Proyekdi Daerah Perbatasan Provinsi Kalimantan BaratTahun 2012

NO JENIS BELANJA JLH BIAYA (Rp) %

1 Perjalanan (transport) 11.250.000 100,00

TOTAL BIAYA 11.250.000 100,00

2.8 Identifikasi berbagai manfaat ekonomi

Proyek ini merupakan proyek publik dimana tidak ada standar keuntungan

yang digunakan untuk mengukur kefektifan keuangan serta sulit mengukur

pengaruh keuangan atas manfaat dari proyek-proyek tersebut. Proyek ini lebih

kepada perhitungan cost effectiveness yaitu bagaimana mencapai tujuan dengan

memilih alternatif biaya dengan unit cost terkecil.

Sebuah proyek gizi umumnya memiliki karakteristik sebagai berikut:

• Umumnya keuntungannya program gizisulit diukur secara kuantitatif

• Jika diukur secara kuantitatif memerlukanpendekatan, misalnya: hilangnya

kecerdasan, produktivitas

• Jika tidak bisa diukur maka analisisekonomi dikaitkan dengan efektivitas

Page 13: Studi Kelayakan Program Kesehatan

13

Ditinjau dari segi ekonomi pelaksanaan proyek pemberdayaan masyarakat melalui

Kelompok Gizi Masyarakat (KGM) ini akan memberikan keuntungan yang sangat

besar.

Proyek ini menitiberatkan pada pencegahan dan penanggulangan balita gizi buruk,

Penimbangan balita, ASI Ekslusif, Vitamin A, serta Anemia Ibu Hamil, dengan

kegiatan pemberdayaan masyarakat.

Keuntungan kegiatan ini tidak dapat diukur dengan uang (Intangible benefit),

karena kegiatan ini bertujuan untuk memperbaiki status gizi masyarakat di

Wilayah Perbatasan yaitu Kecamatan Entikong, Kecamatan Jagoibabang dan

Kecamatan Aru.

Namun secara sederhana dapat digambarkan cost yang harus dikeluarkan oleh

pemerintah untuk penangulangan masalah-masalah gizi, dibandingkan dengan

melakukan tindakan promosi atau pencegahannya.

Contoh yang dapat kita ambil adalah kegiatan Perawatan Gizi buruk dan

Pengobatan Anemi.

Tabel 7. Estimasi Biaya yang DikeluarkanUntuk Biaya Perawatan Balita Gizi Buruk Selama 1 Tahundi Daerah Perbatasan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2012

No Jenis Kegiatan Frekuensi Satuan

Biaya (Rp) Total (Rp)

SDM 4.920.000

1 Tenaga Dokter spesialis anak 30 kali 50.000 1.500.000

2 Ahli Gizi 30 kali 30.000 900.000

3 Perawat 60 kali 30.000 1.800.000

4 Tenaga Sanitarian 4 kali 30.000 120.000

5 Juru Masak 30 kali 20.000 600.000

Bahan dan Alat 1.850.000

1 Bahan Makanan 30 hr 50.000 1.500.000

2 High Energi Milk 1 pt 300.000 300.000

3 Alat PHBS 1 pt 50.000 50.000

total perawatan per anak per bulan 6.770.000

total perawatan per anak per 3 bulan 20.310.000

total perawatan per anak per tahun 81.240.000

total perawatan untuk 10 anak per tahun 812.400.000

Page 14: Studi Kelayakan Program Kesehatan

14

Tabel 8. Estimasi Biaya yang DikeluarkanUntuk Biaya Perawatan Ibu Hamil dengan Anemia Gizi Selama 1 Tahun di Daerah Perbatasan Provinsi Kalimantan BaratTahun 2012

No Jenis KegiatanFrekuensi

(dlm 1 bulan)

Satuan Biaya (Rp)

Total (Rp)

1 Tenaga Dokter 30 kali 50.000 1.500.000

2 Ahli Gizi 30 kali 30.000 900.000

3 Perawat 60 kali 30.000 1.800.000

4 Pemeriksaan Laboratorium 1 pt 150.000 150.000

5 Bahan Makanan 30 pt 50.000 1.500.000

6 Suplemen Besi 1 pt 50.000 50.000

7 Obat-obatan 1 pt 100.000 100.000

total perawatan per ibu hamil anemia per bulan 6.000.000

total perawatan per bumil anemia per tahun 72.000.000

total perawatan untuk 5 ibu hamil anemia per tahun 360.000.000

Dari kedua contoh estimasi biaya pada 10 balita gizi buruk dan 5 ibu hamil

anemia dalam jangka waktu satu tahun, dapat dilihat bahwa biaya yang diperlukan

untuk penanggulangan masalah gizi buruk sebesar Rp. 812.400.000,- dan anemia

ibu hamil sebesar Rp. 360.000.000,- lebih besar jika dibandingkan dengan biaya

yang dikeluarkan untuk kegiatan preventifnya yakni sebesar Rp. 625.200.000,-.

Selisih yang diperoleh dari perhitungan tersebut yaitu sebesar Rp. 547.200.000,-.

Jumlah ini cukup besar bila setiap tahunnya harus dikeluarkan untuk mengatasi

permasalahan gizi di masyarakat. Proyek ini tidak menghitung untung rugi yang

akan diperoleh, tetapi lebih pada melihat seberapa besar biaya pengeluaran atau

belanja kesehatan untuk menanggulangi masalah gizi yang dapat ditekan.

Melalui proyek ini, terlihat bahwa biaya rehabilitasi dan kuratif dapat

diminimalisir dan dialihkan untuk biaya lainnya yang lebih efektif dan efisien

misalnya untuk biaya pendidikan.

Proyek ini merupakan salah satu kegiatan intervensi Pangan dan Gizi di

masyarakat yang lebih memfokuskan pada Program Pendidikan Gizi dalam

bentuk penyuluhan. Studi kelayakan pada proyek yang dianalisis ini berorientasi

tidak pada laba (social), atau menitik-beratkan suatu proyek tersebut bisa

dijalankan dan dilaksanakan tanpa memikirkan nilai atau keuntungan ekonomis.

Adapun jenis kegiatan yang akan dibiaya dalam proyek ini antara lain :

Page 15: Studi Kelayakan Program Kesehatan

15

Tabel 9. Jenis Kegiatan dan Biaya yang Dibutuhkan

NO KEGIATAN JLH BIAYA (Rp) %

1 Advokasi Tingkat Kabupaten 8.600.000 3,56

2 Sosialisasi program Tk. Kecamatan 25.800.000 10,68

3 Intervensi Program 181.160.000 74,97

  3.1 Penyuluhan Asi Eksklusif 43.590.000  

  3.2 Penyuluhan Anemia Gizi Bumil 39.620.000  

  3.3 Penyuluhan Gizi Buruk 97.950.000  

4 Evaluasi program Tk. Kecamatan 15.150.000 6,27

5 Diseminasi Hasil Kegiatan Tk. Kabupaten 10.925.000 4,52

TOTAL BIAYA 241.635.000 100,00

2.8. Identifikasi Berbagai Manfaat Ekonomi

Ditinjau dari segi ekonomi pelaksanaan proyek pemberdayaan masyarakat

melalui Kelompok Gizi Masyarakat (KGM) ini akan memberikan keuntungan

yang sangat besar. Proyek ini menitiberatkan pada pencegahan dan

penanggulangan balita gizi buruk, Penimbangan balita, ASI Ekslusif, Vitamin A,

serta Anemia Ibu Hamil, dengan kegiatan pemberdayaan masyarakat.

Keuntungan kegiatan ini tidak dapat diukur dengan uang (Intangible

benefit), karena kegiatan ini bertujuan untuk memperbaiki status gizi masyarakat

di Wilayah Perbatasan di Kalimantan Barat yaitu Kabupaten Sanggau, Kabupaten

Sambas dan Kabupaten Ngabang.

Berikut ini perkiraan biaya yang dibutuhkan untuk menanggulangi

masalah gizi, sebagai contoh adalah perawatan gizi buruk dan pengobatan anemia.

Tabel 10. Estimasi Biaya Perawatan Gizi Buruk

No Jenis Kegiatan Frekuensi Satuan Biaya

(Rp) Total (Rp)

Page 16: Studi Kelayakan Program Kesehatan

16

  SDM       4.920.

000

1 Tenaga Dokter spesialis anak 30 Kali 50.000 1.500.000

2 Ahli Gizi 30 Kali 30.000 900.000

3 Perawat 60 Kali 30.000 1.800.000

4 Tenaga Sanitarian 4 Kali 30.000 120.000

5 Juru Masak 30 Kali 20.000 600.000

  Bahan dan Alat       1.850.000

1 Bahan Makanan 30 Pt 50.000 1.500.000

2 High Energi Milk 1 Pt 300.000 300.000

3 Alat PHBS 1 Pt 50.000 50.000

total perawatan per anak per bulan 6.770.000

total perawatan per anak per 3 bulan 20.310.000

total perawatan per anak per tahun 81.240.000

total perawatan untuk 50 anak per tahun 4.062.000.000

Page 17: Studi Kelayakan Program Kesehatan

17

Tabel 11. Estimasi Biaya Pengobatan Anemia Ibu Hamil

No Jenis Kegiatan Frekuensi Satuan Biaya

(Rp) Total (Rp)

1 Tenaga Dokter 30 Kali 50.000

1.500.000

2 Ahli Gizi 30 Kali 30.000

900.000

3 Perawat 60 Kali 30.000

1.800.000

4 Pemeriksaan Laboratorium 1 Pt 150.000

150.000

5 Bahan Makanan 30 Pt 50.000

1.500.000

6 Suplemen Besi 1 Pt 50.000

50.000

7 Obat-obatan 1 Pt 100.000

100.000

total perawatan per ibu hamil anemia per bulan 6.000.000

total perawatan per bumil anemia per tahun 72.000.000

total perawatan untuk 50 ibu hamil anemia per tahun 3.600.000.000

Dari kedua contoh estimasi biaya di atas, dapat dilihat bahwa biaya yang

diperlukan untuk penanggulangan masalah gizi buruk dan anemia lebih besar jika

dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan preventifnya, dalam

hal ini berupa pendidika gizi, yang hanya membutuhkan biaya sekitar Rp

241.635.000,00.

Keuntungan dari kegiatan ini, bahwa biaya rehabilitasi dan kuratif dapat

dipangkas dan dialihkan untuk biaya lainnya yang lebih efektif dan efisien

misalnya untuk biaya pendidikan.

2.9. Faktor-Faktor Pendukung

Dalam program kegiatan penyuluhan, dapat diprediksinan adanya faktor-

faktor pendukung yang akan mempermudah dan memperlancar jalannya kegiatan.

Faktor-faktor pendukung program kegiatan dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Data keadaan gizi di daerah sasaran

2. Tim pelaksana dari kaum praktisi dan akademisi

3. Daerah yang dijadikan sasaran mudah dijangkau

Page 18: Studi Kelayakan Program Kesehatan

18

4. Terdapat sarana kesehatan yaitu puskesmas didaerah sasaran

5. Dukungan tokoh masyarakat dan lembaga swadaya masyarakat

6. subsidi melalui Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) yang digunakan

untuk kegiatan pelayanan kesehatan dan manajemen didalam maupun

diluar gedung

2.10. Faktor-Faktor Penghambat

Dalam program kegiatan penyuluhan, dapat diprediksinan adanya faktor-

faktor penghambat yang akan mempersulit dan menghambat jalannya kegiatan.

Faktor-faktor penghambat program kegiatan dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Pemegang kebijakan tidak memahami sepenuhnya dampak dari data

didaerah sasaran.

2. Belum terbentuk jaringan kerja LSM, Asosiasi dan Dunia Usaha.

Page 19: Studi Kelayakan Program Kesehatan

19

BAB III

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

3.1. Simpulan

3.1.1. Berdasarkan analisis kelayakan dari berbagai aspek (teknis, ekonomi dan

finansial, politik, administrasi, social budaya, dan ekologi) proyek yang diukur

maka dapat disimpulkan bahwa metode Kelompok Gizi Masyarakat (KGM)

layak untuk dilaksanakan.

3.2. Rekomendasi

Page 20: Studi Kelayakan Program Kesehatan

20

LAMPIRAN

Page 21: Studi Kelayakan Program Kesehatan

21

Page 22: Studi Kelayakan Program Kesehatan

22