Upload
oviesa-yun-etha
View
211
Download
19
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
LATAR BELAKANG PROYEK
1.1. Proyek yang Diusulkan
1.1.1. Jenis Proyek Diusulkan
Deklarasi Hak Asasi Manusia menyebutkan bahwa kesehatan adalah
bagian dari hak asasi manusia, dengan dinyatakan bahwa setiap orang
berhak atas tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan
dirinya dan keluarganya, termasuk hak atas pangan, pakaian, perumahan dan
perawatan kesehatan serta pelayanan sosial yang diperlukan. Pembangunan
kesehatan merupakan bagian dari pembangunan sumber daya manusia untuk
mencapai tujuan Pembangunan Jangka Panjang Kedua (PJP II).
Pembangunan kesehatan berlaku di seluruh Indonesia termasuk
Daerah Terpencil Perbatasan Dan Kepulauan (DTPK). Pembangunan DTPK
merupakan prioritas dalam rangka menjaga keutuhan NKRI. Kabupaten
Sanggau adalah salah satu kabupaten di provinsi Kalimantan Barat yang
berbatasan langsung dengan wilayah Malaysia. Berbagai permasalahan
kesehatan khususnya masalah gizi diisukan sebagai masalah penting yang
dihadapi di daerah perbatasan.
Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan merupakan sasaran
utama dari proyek kesehatan ini. Masyarakatatau komunitas merupakan
salah satu dari strategi global promosi kesehatan pemberdayaan
(empowerment) sehingga pemberdayaan masyarakat sangat penting untuk
dilakukan agar masyarakat sebagai primary target memiliki kemauan dan
kemampuan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka.Prinsip
pemberdayaan masyarakat adalah sebagai berikut:
Menumbuhkembangkanpotensimasyarakat.
Mengembangkangotong-royongmasyarakat.
Menggalikontribusimasyarakat.
Menjalinkemitraan.
Desentralisasi.
2
Pemberdayaan masyarakat merupakan sasaran utama dalam promosi
kesehatan yang bertujuan untuk memandirikan masyarakat agar mampu
memelihara dan meningkatkan status kesehatannya menjadi lebih baik
dengan menggunakan prinsip pemberdayaan dimana petugas kesehatan
berperan untuk memfasilitasi masyarakat dalam meningkatkan pengetahuan,
kemauan dan kemampuannya untuk memlihara dan meningkatkan status
kesehatannnya.
Proyek Penanggulangan Masalah Gizi dengan
PendekatanPemberdayaan Masyarakat di Daerah Perbatasan Provinsi
Kalimantan Barat Tahun 2012 merupakan proyek yang berbasiskan bantuan
dari Pusat. Adapun indikator yang digunakan mengacu pada masalah
surveilens gizi yang ada yaitu :
a. Perawatan gizi buruk 100%
b. Penimbangan balita 85%
c. ASI ekslusif 80%
d. Konsumsi iodium tingkat rumah tangga 90%
e. Konsumsi vitamin A 85%
Pemberdayaan masyarakat yang dilakukan dikemas dengan kegiatan
Community knowledge yaitu pemberdayaan bertujuan meningkatkan
pengetahuan masyarakat dengan berbagai penyuluhan kesehatan yang
menggunakan pendekatan community based health education.
1.1.2. Rencana Pelaksanaan
Rencana pelaksanaan kegiatan dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Advokasi tingkat Daerah
Advokasi adalah strategi untuk mempengaruhi para pengambil
keputusan khususnya pada saat mereka menetapkan peraturan, mengatur
sumber daya dan mengambil keputusan-keputusan yang menyangkut
khalayak masyarakat. Kegiatan advokasi tingkat daerah disini pihak
puskesmas dengan pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Sanggau berkumpul
untuk membahas rencana program kegiatan penyuluhan yang akan
3
dilaksanakan. Dalam pertemuan tersebut nanti akan membahas tentang jenis
kegiatan yang akan dilakukan, tujuan pelaksanaan program kegiatan,
rencana alokasi biaya, jadwal pelaksanaan kegiatan dan sasaran kegiatan
yang akan dicapai.
2. Sosialisai Program
Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan
atau nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam
sebuah kelompok ataumasyarakat.Kegiatan sosialisasi program
dilaksanakan oleh pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Sanggau, Ngabang
dan Sambas.Sebagai pelaksana kegiatan adalah KGM (Kelompok Gizi
Masyarakat).
3. Pelaksaanaan Kegiatan Program
Sebagai pelaksana kegiatan adalah KGM (Kelompok Gizi Masyarakat)
yang berasal dari petugas kesehatan Puskesmas, Tokoh Masyarakat, Tokoh
Agama, Kader Posyandu, Kelompok Karang Taruna dan LSM daerah
setempat.
4. Evaluasi Program
Evaluasi program di laksanakan oleh petugas puskesmas secara
berkala yaitu 3 bulan sekali untuk memantau sejauh mana pelaksana
kegiatan telah dilaksanakan serta hambatan-hambatan dalam pelaksanaan
kegiatan.
4
Waktu pelaksanaan dapat dijelaskan lebih terinci dalam tabel berikut:
Tabel 1. Rencana Pelaksanaan Program Penyuluhain
Pelaksanaan 22 Des 11 25 Des 11 26 Des 2011– 26 Des2012
31 Des 12
Advokasi
Sosialisasi
Pelaksanaan Program
Evaluasi
1.1.3. Rencana Jumlah Dana yang Akan Diinvestariskan
Terlampir
1.1.4. Pemrakarsa
Pemrakarsa dalam kegiatan ini adalah pemerintah pusat Departemen
Kesehatan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Sanggau, Kabupaten Sambas dan
Kabupaten Ngabang.
1.2. Gambaran Umum Kondisi Pemrakarsa Saat Ini
1.2.1. Perkembangan Kegiatan, Pihak-Pihak Yang Terlibat
Dalam program kegiatan ini, dibentuk kelompok gizi masyarakat
(KGM) yang berasal dari masyarakat di daerah setempat dengan melibatkan
tokoh masyarakat, kader Posyandu, puskesmas, kecamatan, ibu-ibu PKK
dan Karang Taruna.
1.2.2. Posisi Pemrakarsa Dalam Kegiatan
Dalam program kegiatan pemberdayaan masyarakat ini peran serta
dari masing-masing pihak adalah sebagai berikut:
1. Pemerintah Pusat sebagai penyandang dana.
2. Dinas Kesehatan Kabupaten sebagai pelaksana kegiatan.
5
3. Tokoh Masyarakat sebagai penggerak masyarakat agar mengikuti
kegiatan penyuluhan.
4. PKK sebagai motivator pelaksanaan program KGM.
5. Puskesmas sebagai pendamping program pelaksanaan program KGM.
6. Kecamatan sebagai pemberi izin pelaksanaan program KGM.
7. LSM sebagai kontrol sosial dalam pelaksanaan kegiatan program KGM.
8. Kelompok Gizi Masyarakat (KGM) sebagai pelaksana dan sasaran
kegiatan program KGM.
1.2.3. Kemampuan Finansial
Dalam kegiatan ini kemampuan finansial dituangkan dalam Rencana jumlah
dana yang akan diinvestasikan.
6
BAB II
ANALISIS ASPEK YANG DIKAJI
2.1. Kelayakan teknis
Pemberdayaan kesehatan masyarakat merupakan hal yang mendasar dalam
mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Kelompok Gizi Masyarakat (KGM)
merupakan salah satu upaya dalam ranga memperbaiki derajat kesehatan
masyarakat karena KGM ini melibatkan berbagai unsur seperti petugas kesehatan,
tokoh masyarakat, anggota PKK, kader Posyandu dan tokoh agama. Pada
dasarnya, dalam melalukan pemberdayaan kesehatan masyarakat tidak diperlukan
banyak sumber daya. Yang dibutuhkan hanyalah meliputi narasumber, media dan
penerima informasi/kelompok sasaran.
Pendidikan gizi merupakan langkah yang efektif untuk meningkatkan
perilaku sehat masyarakat, karena tanpa pengetahuan yang cukup, masyarakat
akan sulit melakukan perilaku sehat. Tujuan dari pendidikan gizi memang
bukanlah sesuatu yang dapat dicapai dalam waktu yang cepat, namun dampaknya
dapat dilihat dalam jangka panjang. Dan terkadang, tujuan tersebut juga sulit
diukur, karena banyak banyak faktor lain yang ikut mempengaruhi.
2.2. Kelayakan ekonomi dan finansial
Aspek finansial merupakan salah satu faktor penting dalam suatu proyek,
termasuk proyek gizi. Perkiraan aliran kas yang tepat akan memperlancar proyek
yang akan dijalankan. Perkiraan aliran kas yang terlalu tinggi akan berbengaruh
terhadap dana yang diinvestasikan berlebihan sehingga proyek yang bersangkutan
kurang efisien, sebaliknya perkiraan aliran kas yang terlalu kecil juga akan
mengganggu operasional sehingga proyek yang bersangkutan akan berdaya tahan
lemah. Penganalisaan aspek finansial yang tepat akan menghasilkan manfaat bagi
pelaksana proyek dalam menjalankan proyek dan dapat melihat bahwa investasi
yang ditanamkan dapat memberikan keuntungan.
Keuntungan yang diperoleh dari adanya pendidikan gizi ini merupakan hal
yang tidak dapat diukur dengan nominal secara langsung. Hal ini dikarenakan
7
manfaatnya adalah peningkatan pengetahuan yang nantinya diharapkan dapat
menurunkan prevalensi masalah-masalah gizi di daerah tersebut. Pendidikan gizi
ini diperkirakan merupakan proyek yang efektif dan efisien, dengan sumber daya
minimal tetapi mampu memberikan manfaat yang cukup besar.Sumber dana yang
digunakan untuk melakukan proyek gizi ini berasal dari dana pemerintah pusat
(Departemen Kesehatan).
Investasi awal tahun 2011 Rp (625,200,000.00)
Aliran kas tahun 2012 Rp 1,172,400,000.00
Dasar Penilaian MIRR
Suku Bunga Saat ini 18.00%
Suku Bunga Investasi Kembali 15.00%
M I R R 87.52%
Kesimpulan Go Project/Layak
2.3. Kelayakan politis
Dengan meningkatnya pendidikan gizi masyarakat perbatasan, maka
diharapkan akan berdampak pada perubahan perilaku gizi masyarakat ke arah
yang lebih baik dan masalah-masalah gizi di daerah tersebut dapat terselesaikan.
Perbaikan status gizi dan kesehatan masyarakat dapat meningkatkan kualitas
hidup dan fungsi ekonomis masyarakat. Sehingga program ini secara tidak
STUDI KELAYAKAN PROYEK GIZI
PENDIDIKAN GIZI DENGAN KGM
Investasi awal tahun 2011 Rp (625,200,000.00)
Aliran kas tahun 2012 Rp 1,172,400,000.00
Dasar Penilaian IRR
Suku Bunga Saat ini 18.00%
Internal Rate of Return 87.52%
Kesimpulan Go Project/Layak
8
langsung dapat mewujudkan Kawasan Perbatasan sebagai beranda depan NKRI
yang bersifat strategis vital bagi eksistensi kedaulatan negara, perekonomian,
penegakan hukum, pertahanan keamanan dan keutuhan negara kesatuan Republik
Indonesia.
2.4 Kelayakan Administratif
Kelayakan administratif memngukur efektivitas proyek tersebut mampu
diimplementasikan dalam sistem administrasi pemerintahan setempat. Di daerah
perbatasan Kalimantan barat terjadi ketidakjelasan wewenang dan koordinasi.
Hingga saat ini belum ada kejelasan mengenai pihak mana yang berwenang dalam
mengelola kawasan perbatasan, apakah pemerintah pusat, provinsi, atau
kabupaten. Desentralisasi dan otonomi daerah sesungguhnya telah memberikan
sejumlah kewenangan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Berbagai
kewenangan yang selama ini dilakukan pusat telah diserahkan ke pemerintah
daerah, seiring dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan pusat dan daerah. Namun dalam pembangunan kawasan
perbatasan kewenangan pelaksanaannya masih berada pada pemerintah pusat,
dengan alasan untuk mengintegrasikan berbagai kegiatan sosial ekonomi yang
bersifat lintas administrasi wilayah pemerintahan sehingga diperlukan koordinasi
dari institusi yang secara hirarkis lebih tinggi. Akan tetapi karena jarak yang
begitu jauh dari Jakarta ke perbatasan, maka kewenangan ini belum dapat
dijalankan oleh pemerintah pusat dengan baik. Kondisi ini makin diperparah oleh
tidak adanya suatu lembaga yang secara khusus ditunjuk oleh pusat untuk
mengelola keseluruhan aspek pembangunan di kawasan perbatasan.
Tetapi adanya ketidakjelasan tersebut tidak menghalangi tujuan untuk
membangun dan mengembangkan kawasan perbatasan, antara lain sebagaimana
diamanatkan dalam GBHN Tahun 1999 – 2004 (TAP MPR No. IV/MPR/1999)
memberikan landasan dan arah kebijakan pembangunan daerah yang lebih
memprioritaskan pembangunan kawasan perbatasan dengan menganut prinsip
desentralisasi dan otonomi daerah, sebagaimana termaktub dalam Bab IV butir G.
9
Pembangunan Daerah, 1.h. ”Meningkatkan pembangunan di seluruh daerah,
terutama di Kawasan Timur Indonesia, daerah perbatasan dan wilayah tertinggal
lainnya dengan berlandaskan pada prinsip desentralisasi dan otonomi daerah.
Sehingga program ini, yang merupakan salah satu program pembangunan kualitas
SDM di daerah perbatasan ini, akan dilaksanakan berdasarkan prinsip
desentralisasi dan otonomi daerah serta empowerment berbagai pihak yang dapat
men-support pelaksanaannya.
2.5. Kelayakan ekologi
Potensi sumber kekayaan alam yang terkandung di wilayah perbatasan
sangat besar artinya bagi bangsa Indonesia. Kondisi tanah di wilayah perbatasan
didukung oleh iklim yang sangat menguntungkan bagi tumbuhnya beberapa jenis
tanaman pertanian, perkebunan dan kehutanan serta keragaman aneka hayati yang
tidak ternilai.
Potensi sumber daya alam di daerah perbatasan yang beranekaragam
tersebut dapat mendukung kesuksesan pelaksanaan program ini. Sebagai contoh,
daerah perbatasan Kalimantan barat kaya akan berbagai jenis ubi yang dapat
digunakan dalam upaya diversifikasi pangan local.
2.6. Kelayakan sosial dan budaya
Dalam pelaksanaan program, keterlibatan dewan adat dan temenggung dapat
ikut serta dalam rangka penguatan kelembagaan (institutional building). Sehingga
dengan melibatkan mereka dalam penentuan pemecahan permasalahan gizi pada
daerah setempat melalui forum pengambilan keputusan seperti Musrenbang desa
dan kecamatan out come yang ingin dicapai dapat lebih terarah.
2.7. Identifikasi Berbagai Biaya
Proyek ini merupakan salah satu kegiatan intervensi Pangan dan Gizi di
masyarakat yang lebih memfokuskan pada Program Pendidikan Gizi dalam
bentuk penyuluhan. Studi kelayakan pada proyek yang dianalisis iniberorientasi
10
tidak pada laba (social), atau menitik-beratkan suatu proyek tersebut bisa
dijalankan dan dilaksanakan tanpa memikirkan nilai atau keuntungan ekonomis.
Adapun Jenis Kegiatan yang akan dibiayai dalam proyek ini antara lain :
Tabel 2. Jenis Kegiatan dan Biaya yang Dibutuhkanpada ProyekPenanggulangan Masalah Gizi Melalui PemberdayaanMasyarakatdi Daerah Perbatasan Provinsi Kalimantan BaratTahun 2012
NO KEGIATANJLH BIAYA
(Rp)%
1Training Of Trainer (TOT) bagi Kader Gizi, TP-PKK dan TOMA
146.700.000 23,46
2Block Grant Bagi Kecamatan sebagai Pilot Project Pemberdayaan Masyarakat
450.000.000 71,98
3 Pengadaan Media Promosi 17.250.000 2,76
4 Monitoring dan Evaluasi Proyek 11.250.000 1,80
TOTAL BIAYA 625.200.000 100,00
Kegiatan yang dilaksanakan
a. Training Of Trainer (TOT) bagi Kader Gizi, TP-PKK dan TOMA
Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan secara
teknis bagi kader gizi, Tim Penggerak PKK serta Tokoh Masyarakat, dimana
mereka selaku unsur yang diharapkan untuk bisa menjadi fasilitator
pemberdayaan masyarakat khususnya dalam pencegahan masalah gizi. Kegiatan
ini dilaksanakan selama 5 hari, diikuti oleh peserta dari kecamatan yang menjadi
sasaran Block Grant, dimana pelaksanaannya dibagi menjadi 3 Angkatan untuk 3
Kecamatan.
Adapun komponen biaya pada kegiatan ini yaitu :
Tabel 3. Jenis Belanja dan Biaya yang Dibutuhkanpada Kegiatan Training Of Trainer (TOT) bagi Kader Gizi, TP-PKK dan TOMAdi Daerah Perbatasan Provinsi Kalimantan BaratTahun 2012
NO JENIS BELANJA JLH BIAYA (Rp) %
11
1 Honor 60.000.000 40,90
2 Bahan 4.200.000 2,86
3 Operasional 82.500.000 56,24
TOTAL BIAYA 146.700.000 100,00
b. Block Grant Bagi Kecamatan sebagai Pilot Project Pemberdayaan
Masyarakat
Dana Block Grant merupakan dana bantuan/hibah pembangunan partisipatif yang
bertujuan agar bisa menumbuh kembangkan partisipasi masyarakat untuk turut
melakukan pembangunan kesehatan di wilayahnya. Pada proyek ini, dipilih 3
Kecamatan yang berada di wilayah perbatasan yang dijadikan Pilot Project dan
diberikan block grant. Dana tersebut diberikan melalui Rekening Penerima
Bantuan dalam hal ini rekening dari Kelompok Gizi Masyarakat Tk. Kecamatan
yang telah dibentuk. Penggunaan dana tersebut yakni untuk biaya operasional
petugas/kader dalam melaksanakan kegiatan survailans gizi, penyuluhan
kesehatan, serta pendataan Balita, Pelacakan Kasus Penyakit, Gizi Buruk/BGM,
Bumil KEK, Sanitasi, DBD), serta penyediaan bahan kontak pada saat
penyuluhan untuk menarik perhatian masyarakat.
Tabel 4. Jenis Belanja dan Biaya yang Dibutuhkan pada Kegiatan Block Grant Bagi Kecamatan sebagai Pilot Project Pemberdayaan Masyarakatdi Daerah Perbatasan Provinsi Kalimantan BaratTahun 2012
NO JENIS BELANJA JLH BIAYA (Rp) %
1 Operasional petugas 279.000.000 62,00
2 Bahan kontak 171.000.000 38,00
TOTAL BIAYA 450.000.000 100,00
c. Pengadaan Media Promosi
Selain bertujuan untuk memberdayakan masyarakat, proyek ini juga
memanfaatkan media promosi untuk memberikan informasi tentang kesehatan
khususnya gizi melalui pembagian poster dan leaflet. Media promosi ini dibuat
12
secara menarik, dengan memuat informasi kesehatan yang singkat serta
menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh masyarakat.
Tabel 5. Jenis Belanja dan Biaya yang Dibutuhkan untuk Pengadaan Media Promosi di Daerah Perbatasan Provinsi Kalimantan BaratTahun 2012
NO JENIS BELANJA JLH BIAYA (Rp) %
1 Cetak (Poster, Leaflet) 17.250.000 100,00
TOTAL BIAYA 17.250.000 100,00
d. Monitoring dan Evaluasi Proyek
Setiap pelaksanaan suatu proyek perlu dilakukan monitoring dan evaluasi baik itu
pada saat tahapan proyek berlangsung, maupun pada saat proyek tersebut selesai.
Kegiatan ini memuat beberapa sub kegiatan yaitu pembinaan teknis dan supervisi
yang dilaksanakan setiap Triwulan dan monitoring dan evaluasi yang
dilaksanakan setiap Semester.
Tabel 6. Jenis Belanja dan Biaya yang Dibutuhkan untuk Monitoring dan Evaluasi Proyekdi Daerah Perbatasan Provinsi Kalimantan BaratTahun 2012
NO JENIS BELANJA JLH BIAYA (Rp) %
1 Perjalanan (transport) 11.250.000 100,00
TOTAL BIAYA 11.250.000 100,00
2.8 Identifikasi berbagai manfaat ekonomi
Proyek ini merupakan proyek publik dimana tidak ada standar keuntungan
yang digunakan untuk mengukur kefektifan keuangan serta sulit mengukur
pengaruh keuangan atas manfaat dari proyek-proyek tersebut. Proyek ini lebih
kepada perhitungan cost effectiveness yaitu bagaimana mencapai tujuan dengan
memilih alternatif biaya dengan unit cost terkecil.
Sebuah proyek gizi umumnya memiliki karakteristik sebagai berikut:
• Umumnya keuntungannya program gizisulit diukur secara kuantitatif
• Jika diukur secara kuantitatif memerlukanpendekatan, misalnya: hilangnya
kecerdasan, produktivitas
• Jika tidak bisa diukur maka analisisekonomi dikaitkan dengan efektivitas
13
Ditinjau dari segi ekonomi pelaksanaan proyek pemberdayaan masyarakat melalui
Kelompok Gizi Masyarakat (KGM) ini akan memberikan keuntungan yang sangat
besar.
Proyek ini menitiberatkan pada pencegahan dan penanggulangan balita gizi buruk,
Penimbangan balita, ASI Ekslusif, Vitamin A, serta Anemia Ibu Hamil, dengan
kegiatan pemberdayaan masyarakat.
Keuntungan kegiatan ini tidak dapat diukur dengan uang (Intangible benefit),
karena kegiatan ini bertujuan untuk memperbaiki status gizi masyarakat di
Wilayah Perbatasan yaitu Kecamatan Entikong, Kecamatan Jagoibabang dan
Kecamatan Aru.
Namun secara sederhana dapat digambarkan cost yang harus dikeluarkan oleh
pemerintah untuk penangulangan masalah-masalah gizi, dibandingkan dengan
melakukan tindakan promosi atau pencegahannya.
Contoh yang dapat kita ambil adalah kegiatan Perawatan Gizi buruk dan
Pengobatan Anemi.
Tabel 7. Estimasi Biaya yang DikeluarkanUntuk Biaya Perawatan Balita Gizi Buruk Selama 1 Tahundi Daerah Perbatasan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2012
No Jenis Kegiatan Frekuensi Satuan
Biaya (Rp) Total (Rp)
SDM 4.920.000
1 Tenaga Dokter spesialis anak 30 kali 50.000 1.500.000
2 Ahli Gizi 30 kali 30.000 900.000
3 Perawat 60 kali 30.000 1.800.000
4 Tenaga Sanitarian 4 kali 30.000 120.000
5 Juru Masak 30 kali 20.000 600.000
Bahan dan Alat 1.850.000
1 Bahan Makanan 30 hr 50.000 1.500.000
2 High Energi Milk 1 pt 300.000 300.000
3 Alat PHBS 1 pt 50.000 50.000
total perawatan per anak per bulan 6.770.000
total perawatan per anak per 3 bulan 20.310.000
total perawatan per anak per tahun 81.240.000
total perawatan untuk 10 anak per tahun 812.400.000
14
Tabel 8. Estimasi Biaya yang DikeluarkanUntuk Biaya Perawatan Ibu Hamil dengan Anemia Gizi Selama 1 Tahun di Daerah Perbatasan Provinsi Kalimantan BaratTahun 2012
No Jenis KegiatanFrekuensi
(dlm 1 bulan)
Satuan Biaya (Rp)
Total (Rp)
1 Tenaga Dokter 30 kali 50.000 1.500.000
2 Ahli Gizi 30 kali 30.000 900.000
3 Perawat 60 kali 30.000 1.800.000
4 Pemeriksaan Laboratorium 1 pt 150.000 150.000
5 Bahan Makanan 30 pt 50.000 1.500.000
6 Suplemen Besi 1 pt 50.000 50.000
7 Obat-obatan 1 pt 100.000 100.000
total perawatan per ibu hamil anemia per bulan 6.000.000
total perawatan per bumil anemia per tahun 72.000.000
total perawatan untuk 5 ibu hamil anemia per tahun 360.000.000
Dari kedua contoh estimasi biaya pada 10 balita gizi buruk dan 5 ibu hamil
anemia dalam jangka waktu satu tahun, dapat dilihat bahwa biaya yang diperlukan
untuk penanggulangan masalah gizi buruk sebesar Rp. 812.400.000,- dan anemia
ibu hamil sebesar Rp. 360.000.000,- lebih besar jika dibandingkan dengan biaya
yang dikeluarkan untuk kegiatan preventifnya yakni sebesar Rp. 625.200.000,-.
Selisih yang diperoleh dari perhitungan tersebut yaitu sebesar Rp. 547.200.000,-.
Jumlah ini cukup besar bila setiap tahunnya harus dikeluarkan untuk mengatasi
permasalahan gizi di masyarakat. Proyek ini tidak menghitung untung rugi yang
akan diperoleh, tetapi lebih pada melihat seberapa besar biaya pengeluaran atau
belanja kesehatan untuk menanggulangi masalah gizi yang dapat ditekan.
Melalui proyek ini, terlihat bahwa biaya rehabilitasi dan kuratif dapat
diminimalisir dan dialihkan untuk biaya lainnya yang lebih efektif dan efisien
misalnya untuk biaya pendidikan.
Proyek ini merupakan salah satu kegiatan intervensi Pangan dan Gizi di
masyarakat yang lebih memfokuskan pada Program Pendidikan Gizi dalam
bentuk penyuluhan. Studi kelayakan pada proyek yang dianalisis ini berorientasi
tidak pada laba (social), atau menitik-beratkan suatu proyek tersebut bisa
dijalankan dan dilaksanakan tanpa memikirkan nilai atau keuntungan ekonomis.
Adapun jenis kegiatan yang akan dibiaya dalam proyek ini antara lain :
15
Tabel 9. Jenis Kegiatan dan Biaya yang Dibutuhkan
NO KEGIATAN JLH BIAYA (Rp) %
1 Advokasi Tingkat Kabupaten 8.600.000 3,56
2 Sosialisasi program Tk. Kecamatan 25.800.000 10,68
3 Intervensi Program 181.160.000 74,97
3.1 Penyuluhan Asi Eksklusif 43.590.000
3.2 Penyuluhan Anemia Gizi Bumil 39.620.000
3.3 Penyuluhan Gizi Buruk 97.950.000
4 Evaluasi program Tk. Kecamatan 15.150.000 6,27
5 Diseminasi Hasil Kegiatan Tk. Kabupaten 10.925.000 4,52
TOTAL BIAYA 241.635.000 100,00
2.8. Identifikasi Berbagai Manfaat Ekonomi
Ditinjau dari segi ekonomi pelaksanaan proyek pemberdayaan masyarakat
melalui Kelompok Gizi Masyarakat (KGM) ini akan memberikan keuntungan
yang sangat besar. Proyek ini menitiberatkan pada pencegahan dan
penanggulangan balita gizi buruk, Penimbangan balita, ASI Ekslusif, Vitamin A,
serta Anemia Ibu Hamil, dengan kegiatan pemberdayaan masyarakat.
Keuntungan kegiatan ini tidak dapat diukur dengan uang (Intangible
benefit), karena kegiatan ini bertujuan untuk memperbaiki status gizi masyarakat
di Wilayah Perbatasan di Kalimantan Barat yaitu Kabupaten Sanggau, Kabupaten
Sambas dan Kabupaten Ngabang.
Berikut ini perkiraan biaya yang dibutuhkan untuk menanggulangi
masalah gizi, sebagai contoh adalah perawatan gizi buruk dan pengobatan anemia.
Tabel 10. Estimasi Biaya Perawatan Gizi Buruk
No Jenis Kegiatan Frekuensi Satuan Biaya
(Rp) Total (Rp)
16
SDM 4.920.
000
1 Tenaga Dokter spesialis anak 30 Kali 50.000 1.500.000
2 Ahli Gizi 30 Kali 30.000 900.000
3 Perawat 60 Kali 30.000 1.800.000
4 Tenaga Sanitarian 4 Kali 30.000 120.000
5 Juru Masak 30 Kali 20.000 600.000
Bahan dan Alat 1.850.000
1 Bahan Makanan 30 Pt 50.000 1.500.000
2 High Energi Milk 1 Pt 300.000 300.000
3 Alat PHBS 1 Pt 50.000 50.000
total perawatan per anak per bulan 6.770.000
total perawatan per anak per 3 bulan 20.310.000
total perawatan per anak per tahun 81.240.000
total perawatan untuk 50 anak per tahun 4.062.000.000
17
Tabel 11. Estimasi Biaya Pengobatan Anemia Ibu Hamil
No Jenis Kegiatan Frekuensi Satuan Biaya
(Rp) Total (Rp)
1 Tenaga Dokter 30 Kali 50.000
1.500.000
2 Ahli Gizi 30 Kali 30.000
900.000
3 Perawat 60 Kali 30.000
1.800.000
4 Pemeriksaan Laboratorium 1 Pt 150.000
150.000
5 Bahan Makanan 30 Pt 50.000
1.500.000
6 Suplemen Besi 1 Pt 50.000
50.000
7 Obat-obatan 1 Pt 100.000
100.000
total perawatan per ibu hamil anemia per bulan 6.000.000
total perawatan per bumil anemia per tahun 72.000.000
total perawatan untuk 50 ibu hamil anemia per tahun 3.600.000.000
Dari kedua contoh estimasi biaya di atas, dapat dilihat bahwa biaya yang
diperlukan untuk penanggulangan masalah gizi buruk dan anemia lebih besar jika
dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan preventifnya, dalam
hal ini berupa pendidika gizi, yang hanya membutuhkan biaya sekitar Rp
241.635.000,00.
Keuntungan dari kegiatan ini, bahwa biaya rehabilitasi dan kuratif dapat
dipangkas dan dialihkan untuk biaya lainnya yang lebih efektif dan efisien
misalnya untuk biaya pendidikan.
2.9. Faktor-Faktor Pendukung
Dalam program kegiatan penyuluhan, dapat diprediksinan adanya faktor-
faktor pendukung yang akan mempermudah dan memperlancar jalannya kegiatan.
Faktor-faktor pendukung program kegiatan dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Data keadaan gizi di daerah sasaran
2. Tim pelaksana dari kaum praktisi dan akademisi
3. Daerah yang dijadikan sasaran mudah dijangkau
18
4. Terdapat sarana kesehatan yaitu puskesmas didaerah sasaran
5. Dukungan tokoh masyarakat dan lembaga swadaya masyarakat
6. subsidi melalui Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) yang digunakan
untuk kegiatan pelayanan kesehatan dan manajemen didalam maupun
diluar gedung
2.10. Faktor-Faktor Penghambat
Dalam program kegiatan penyuluhan, dapat diprediksinan adanya faktor-
faktor penghambat yang akan mempersulit dan menghambat jalannya kegiatan.
Faktor-faktor penghambat program kegiatan dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Pemegang kebijakan tidak memahami sepenuhnya dampak dari data
didaerah sasaran.
2. Belum terbentuk jaringan kerja LSM, Asosiasi dan Dunia Usaha.
19
BAB III
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
3.1. Simpulan
3.1.1. Berdasarkan analisis kelayakan dari berbagai aspek (teknis, ekonomi dan
finansial, politik, administrasi, social budaya, dan ekologi) proyek yang diukur
maka dapat disimpulkan bahwa metode Kelompok Gizi Masyarakat (KGM)
layak untuk dilaksanakan.
3.2. Rekomendasi
20
LAMPIRAN
21
22