Upload
ngotuong
View
231
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
Studi Koordinasi Rele Pengaman Dan Ketahanan Peralatan Akibat Integrasi Sistem Kelistrikan PT
Pindo Deli Pulp & Paper Mills Dan PT Dian Swastatika Sentosa-Karawang 1
Martinus Tri Wibowo, Ir. R. Wahyudi, Dedet Candra Riawan, S.T, M.Eng
Jurusan Teknik Elektro FTI – ITS
Abstrak - PT Pindo Deli Pulp dan Paper Mills (PD1) merupakan perusahaan yang memproduksi kertas dengan total beban sebesar 34 MW yang disuplai dari PLN. Kebutuhan tenaga listrik yang cukup tinggi ini disuplai dari 3 feeder melalui transformator daya 70/20 kV. Untuk meningkatkan keandalan dan kebutuhan daya listrik, sistem kelistrikan PD1 diintegrasikan dengan sistem kelistrikan PT Dian Swastatika Sentosa-Kerawang 1 (PT DSS-KR1). PT DSS-KR1 memiliki 2 unit Generator pembangkit bertenaga uap (STG) yang berkapasitas 30 MW dengan tegangan keluaran 11 kV dan 5 MW dengan tegangan keluaran 6.6 kV. Kedua level tegangan ini kemudian dinaikkan menjadi 20 kV oleh step up transformator. Tegangan ini disalurkan menuju bus utama yang sekaligus dipakai sebagai sistem pendistribusian tenaga listrik.
Proses pengintegrasian menyebabkan perubahan dalam level short circuit.Koordinasi sistem pengaman diperlukan untuk mengisolir gangguan yang terjadi pada sistem tenaga listrik,sehingga gangguan-gangguan yang terjadi dapat dilokalisir dari sistem yang sedang berjalan. Hal ini akan meningkatkan keandalan sistem karena gangguan yang terjadi tidak sampai mengganggu apalagi merusak sistem. Berubahnya level short circuit mengharuskan peninjauan ulang terhadap ketahanan peralatan. Tugas akhir ini menganalisa ketahanan peralatan dari level short circuit dan seting dari peralatan pengaman yang sudah terpasang serta membahas koordinasi peralatan pengaman dalam pengintegrasian sistem kelistrikan DSS-KR1 dan PD1 untuk mendapatkan seting peralatan pengaman yang lebih tepat. Kata Kunci : short circuit, koordinasi, setting rele pengaman
1. PENDAHULUAN
Sistem tenaga listrik tidak dapat lepas dari terjadinya ganguan. Gangguan yang terjadi pada sistem tenaga disebabkan oleh banyak faktor. Ketika terjadi gangguan maka sistem proteksi tenaga listrik harus dapat mengisolasi
arus gangguan agar tidak terjadi kerusakan pada peralatan dan menjaga kontinuitas pelayanan pada bagian sistem tenaga listrik yang tidak mengalami gangguan. Arus gangguan yang mengalir pada sistem tenaga listrik menyebabkan beroperasinya rele proteksi dan menggerakkan pemutus tenaga (PMT) sehingga terputus aliran daya yang mengalir pada saluran tersebut.
Gangguan yang terjadi pada saluran transmisi tenaga listrik disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor dalam dan faktor luar. Gangguan dari faktor dalam yaitu gangguan yang disebabkan adanya kerusakan suatu peralatan sedangkan gangguan dari faktor luar yaitu gangguan yang disebabkan oleh lingkungan alam. Gangguan ini menyebabkan parameter listrik menjadi abnormal dan berpotensi merusak peralatan lain yang digunakan dalam operasi sistem tenaga listrik.
Koordinasi sistem pengaman diperlukan dalam mengatasi gangguan yang terjadi pada sistem tenaga listrik,sehingga gangguan-gangguan yang terjadi dapat dilokalisir dari sistem yang sedang berjalan.
Pada kasus ini PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills (PD1) mengintegrasikan sistem kelistrikannya dengan PT Dian Swastatika Sentosa untuk meningkatkan keandalan dan tercukupinya kebutuhan daya sistem. Dengan adanya integrasi tersebut akan mengakibatkan sistem mengalami perubahan dalam level short circuit pada sistem semula,sehingga akan mengakibatkan perubahan seting pengaman pada sistem semula.
2. TEORI PENUNJANG 2.1 Perhitungan Arus Hubung Singkat Perhitungan praktis untuk menghitung besar arus hubung singkat dalam sistem distribusi tegangan menengah dapat dilakukan sebagai berikut :
a. Gangguan hubung singkat tiga phasa ...............................................(1)
1Z
NV
3=
ϕIhs
2
b. Gangguan hubung singkat phasa – phasa
212
3
ZZ
VIhs N
+=ϕ
1Z dan 2Z masng- masing merupakan impedansi urutan
positif dan negatif dan VN adalah tegangan phasa to netral.
2.2 Rele Arus Lebih (OCR)
Rele arus lebih merupakan suatu jenis rele yang bekerja berdasarkan besarnya arus masukan, dan apabila besarnya arus masukan melebihi suatu harga tertentu yang dapat diatur (Ip) maka rele arus lebih bekerja. Dimana Ip merupakan arus kerja yang dinyatakan menurut gulungan sekunder dari trafo arus (CT). Bila suatu gangguan terjadi didalam daerah perlindungan rele, besarnya arus gangguan If yang juga dinyatakan terhadap gulungan sekunder CT juga. Rele akan bekerja apabila memenuhi keadaan sebagai berikut :
If > Ip rele bekerja (trip) If < Ip tidak bekerja (Blok)
2.3 Penyetelan Rele Arus Lebih
Penyetelan arus untuk rele arus lebih mempunyai batasan besarnya arus.Pada dasarnya batas penyetelan rele arus lebih adalah rele tidak boleh bekerja pada saat beban maksimum. Arus settingnya harus lebih besar dari arus beban maksimum.
pada tugas akhir ini lebih amannya menggunakan konstanta 1.05 Isett. Jadi untuk settingnya dapat dilihat sebagai berikut:
Iset = ≥ 1,05 x Inominal
Is = rasio_ct
setI
dimana : Is = arus seting Pada penyetelan rele arus lebih juga harus
memperhatikan batas maksimum setting , untuk alasan keamanan dan back up hingga ke sisi muara (downstream) estimasi setting ditetapkan :
I ≤set 0.8 I min,2sc
I min,2sc adalah arus hubung singkat 2 phasa dengan
pembangkitan minimum yang terjadi diujung saluran seksi berikutnya. Besar arus ini diperoleh dari arus hubung singkat 3 phasa pada pembangkitan minimum dikalikan 0,866. Mengacu pada konsep diatas persyaratan setelan arus dapat dirumuskan sebagai berikut :
1,05 Imaks < Is < 0,8 Isc min
Untuk operasi yang selektif, apabila terdapat beberapa rele arus lebih pada suatu jaringan radial. Maka rele pada ujung yang terjauh dari sumber harus disetel untuk dapat bekerja pada waktu yang sesingkat mungkin. Untuk jenis rele arus yang lebih karakteristik inverse, setelan waktunya ditentukan pada saat arus gangguan maksimum.
2.4 Karakteristik Rele Arus Lebih Rele Arus Lebih Instant ( Instantaneous OCR ) Prinsip kerja rele jenis ini adalah tanpa penundaan waktu, tapi masih bekerja dengan waktu cepat sebesar 0.1detik, pada umumnya kurang dari 0.08 detik.
1. Rele arus lebih definite (Definite OCR)
Setelan proteksi dengan menggunakan karakteristik definite time yang di setting pada rele hanya didasarkan pada waktu kerjanya proteksi dengan tidak melihat besarnya arus gangguan. Kurva rele OCR dengan karakterisitik definite. Keuntungan dari karakteristik definite adalah koordinasinya mudah dan waktu kerjanya tidak tergantung pada perubahan kapasitas pembangkit. Disamping keuntungan adapula kerugiannya, yaitu terjadi kumulasi waktu pada rele dihulu. Untuk sistem yang besar, arus gangguan besar dalam hal ini kumulatif waktu tidak digunakan. Rele arus lebih inverse (Inverse OCR) Setelan proteksi dengan menggunakan karakteristik inverse time rele, karakteristik grafiknya terbalik antara arus dan waktu, dimana semakin besar arus gangguan hubung singkat maka semakin kecil waktu yang dibutuhkan untuk membuka pemutus (PMT) sehingga dalam settingnya nanti rele jenis ini perlu mengetahui besarnya arus hubung singkat untuk tiap seksi di samping arus nominalnya serta kurva karakteristik rele Inverse Definite Minimum Time (IDMT) Rele dengan karakteristik ini mempunyai kombinasi antara invers dan definite time rele. Rele bekerja pada daerah invers jika arus gangguan minimum melebihi arus setting rele, sedangkan jika arus gangguan maksimum rele bekerja pada daerah definite tergantung pada setelan waktunya. Dengan karakteristik ini maka rele harus mampu bekerja untuk gangguan 2 fasa di ujung akhir seksi berikutnya pada kondisi pembangkitan minimum. Arus setting-nya harus lebih besar dari arus beban maksimum. Penyetelannya pun harus memperhatikan kesalahan pick up sesuai dengan British Standard Pick Up = 1.05 s/d 1.3 Iset 2.5 Seting kelambatan waktu Penyetelan rele arus lebih dapat dilakukan berdasarkan setelan waktu, setelan arus maupun kombinasi keduanya. Berdasarkan Standard IEEE 242 waktu yang dibutuhkan untuk kerja rele sampai circuit breaker membuka adalah 0.3-0.4 s, dengan asumsi:
…………………………….…(2)
Waktu terbuka circuit breaker 5 cycle : 0.08 detik Overtravel dari rele : 0.1 detikFaktor keamanan : 0.22 detik Untuk rele static dan rele digital berbasis mikroprosesor overtravel dari rele dapat diabaikan.Standard tersebut ditentukan koordinasi antara dua rele yang bekerja sebagai rele utama dan rele backup adalah 0.3s. tset = ∆t + t dimana : ∆t =0.3 detik t = setting waktu pada feeder
3 SISTEM KELISTRIKAN DI PD1 DAN DSS KARAWANG
3.1 Sistem Jaringan PT Pindo Deli Pulp Dan PT Dian Swastatika Sentosa
Pada sistem kelistrikan PD1 ini terdapat tiga buah
transformator utama 70/20 kV yang memiliki kapasitas 31.25 MVA (dua buah transformator) dan 15 MVA yang langsung terhubung pada suplai PLN. Masingtransformator tersebut terhubung pada bus induk beban yaitu BUS 1 yang terhubung pada transformator TR1, BUS 2 yang terhubung pada transformator TR2 dan BUS 4 yang terhubung pada transformator TR3. Bussaling terhubung melalui tie line. Bus 1 terhubung pada bus 3 melalui tie line dengan operasi normal open. Bus 3 terhubung dengan bus 2 melalui tie line dengan operasi normal close. Sedangkan bus 4 terhubung dengan sistem melalui bus integrasi yaitu bus DSS Main melalui tie line (OTIE 2). Bus 1 dan bus 2 juga terhubung ke bus DSS Main masing-masing melalui tie line (OTIE 1) (OTIE 3).
Gambar 3.1 Area PT Pindo Deli Pulp
Gambar 3.2 Area PT Dian Swastatika Sentosa
3
: 0.08 detik : 0.1 detik
: 0.22 detik Untuk rele static dan rele digital berbasis
at diabaikan. Dari Standard tersebut ditentukan koordinasi antara dua rele yang bekerja sebagai rele utama dan rele backup adalah
SISTEM KELISTRIKAN DI PD1 DAN
Sistem Jaringan PT Pindo Deli Pulp Dan PT
terdapat tiga buah transformator utama 70/20 kV yang memiliki kapasitas 31.25 MVA (dua buah transformator) dan 15 MVA yang langsung terhubung pada suplai PLN. Masing-masing transformator tersebut terhubung pada bus induk beban
da transformator TR1, BUS 2 yang terhubung pada transformator TR2 dan BUS 4 yang terhubung pada transformator TR3. Bus-bus utama ini saling terhubung melalui tie line. Bus 1 terhubung pada bus 3 melalui tie line dengan operasi normal open. Bus 3
dengan bus 2 melalui tie line dengan operasi normal close. Sedangkan bus 4 terhubung dengan sistem melalui bus integrasi yaitu bus DSS Main melalui tie line (OTIE 2). Bus 1 dan bus 2 juga terhubung ke bus DSS
masing melalui tie line (OTIE 1) dan tie line
3.2 Beban pada Sistem Kelistrikan PT Pulp dan PT Dian Swastatika Sentosa
telah dijelaskan bahwadisuplai oleh tiga fedeer PLN dan Generator berkapasitas 30 MW. Masing-masing bus induk tersebut dibebtotal beban sebesar 34 MW. 3.3 Kapasitas Suplai Tenaga
Untuk menanggung beban yang besar, PD1 disuplai oleh PLN melalui tiga feeder dan Feeder PLN 1 menyuplai melalui unit transformator dengan kapasitas 31.25 MVA. Feeder PLN 2 menyuplai melalui unit transformator dengan kapasitas 31.25 MVA, feeder PLN 3 menyuplai melalui unit transformator dengan kapasitas 15 MVA, STG dan STG EMG dengan kapasitas 5 MW digunakan untuk keperluan beban puncak. Pada operasi normal, hanya feeder PLN 1 dan STG yang beroperasi. Berikut adalah tabel data kapasitas suplai daya PT PD1 dan PT DSS KR1 :
TABELData Kapasitas Pembangkit di PT
No ID MVA
1 TR1 31.25
2 TR2 31.25
3 TR3 15
4 STG 37.5
5 STG EMG 6.25
TABELTabulasi seting eksisting pengaman arus lebih PT DSS Karawang
Rele CT
ratio Curve 1G 600/5 IEC SI 10G 600/5 IEC SI 14G 600/5 IEC SI 7G 100/5 IEC SI 8G 100/5 IEC SI 9G 100/5 IEC SI 5G 300/5 IEC SI 6G 300/5 IEC SI 11G 1600/5 IEC SI
GCB1 1200/5 V.Inverse GCB2 1200/5 V.Inverse GCB3 600/5 V.Inverse
Beban pada Sistem Kelistrikan PT Pindo Deli dan PT Dian Swastatika Sentosa
telah dijelaskan bahwa terdapat 4 bus induk yang disuplai oleh tiga fedeer PLN dan Generator berkapasitas
masing bus induk tersebut dibebani oleh total beban sebesar 34 MW.
Kapasitas Suplai Tenaga
Untuk menanggung beban yang besar, PD1 disuplai oleh PLN melalui tiga feeder dan oleh dua Generator.. Feeder PLN 1 menyuplai melalui unit transformator dengan kapasitas 31.25 MVA. Feeder PLN 2 menyuplai melalui unit transformator dengan kapasitas 31.25 MVA, feeder PLN 3 menyuplai melalui unit transformator dengan kapasitas 15 MVA, STG menyuplai daya sebesar 24 MW dan STG EMG dengan kapasitas 5 MW digunakan untuk keperluan beban puncak. Pada operasi normal, hanya feeder PLN 1 dan STG yang beroperasi. Berikut adalah tabel data kapasitas suplai daya PT PD1 dan PT DSS KR1 :
ABEL 3.1. Kapasitas Pembangkit di PT Pindo Deli Pulp
MVA KV PF(%)
31.25 70/20 -
31.25 70/20 -
70/20 -
37.5 11 80
6.25 6.6 80
TABEL 3.2. abulasi seting eksisting pengaman arus lebih PT DSS Karawang
Existing
Tap Time Dial Inst Delay
0.75 0.8 4 0 0.53 0.6 4 0 0.9 0.8 4 0 0.46 0.5 4 0 0.46 0.5 4 0 0.46 0.5 4 0 0.3 0.3 1 0 0.3 0.3 1 0 0.18 0.65 1 0
0.8 0 0 0 0.8 0 0 0 0.5 0 0 0
4
4 ANALISA KOORDINASI RELE PENGAMAN ARUS LEBIH PT PINDO DELI PULP & PAPER MILLS DAN PT DIAN SWASTATIKA SENTOSA
4.1 Analisa Ketahanan Peralatan Sistem Proteksi
Hasil runing ETAP untuk duty menunjukan bahwa ada beberapa peralatan pengaman yang kemampuannya dalam menahan besarnya arus hubung singkat ½ sampai 1 cycle (arus hubung singkat momentary) lebih kecil dari arus hubung singkat yang melewatinya. Peralatan tersebut adalah busbar pada BUS 1 dan BUS 2 dan peralatan pengaman yang terpasang pada bus tersebut. Untuk mengatasi permasalahan tersebut dibutuhkan suatu solusi. Mengganti peralatan pengaman dengan kemampuan menahan arus hubung singkat yang lebih tinggi jelas diperlukan biaya yang tidak sedikit. Untuk menanggulangi hal tersebut sistem existing pabrik
menggunakan komponen pembatas arus berupa Is-Limitter. Komponen ini terpasang pada line OTIE 1 dan line OTIE 3. Is-limitter yang terpasang pada line OTIE 1 digunakan untuk melindungi peralatan pengaman pada BUS1 ketika terjadi hubung singkat di BUS1 dan Is-limitter yang terpasang pada line OTIE 3 digunakan untuk melindungi peralatan pengaman yang terdapat pada BUS2 ketika terjadi hubung singkat pada bus ini. 4.2 Analisa Arus Gangguan Hubung Singkat
Dalam tugas akhir ini perhitungan-perhitungan akan dilakukan dengan memakai simulasi ETAP Power Station. Perhitungan yang dilakukan menyangkut arus hubung singkat maksimum (hubung singkat 3Ø pada saat pembangkitan maksimum) dan arus hubung singkat minimum (hubung singkat 2Ø pada saat pembangkitan minimum) atau dengan cara mengalikan arus hubung singkat maksimum dengan koefisien 0,866 pada kondisi pembangkitan minimum. Untuk perhitungan ini digunakan dua konfigurasi yang mewakili hubung singkat minimum dan maksimum yaitu : � Hubung singkat maksimum : Pada saat feeder PLN
melalui TR1, STG 30 MW dan STG EMG 5 MW on. � Hubung singkat minimum : Pada saat feeder PLN
melalui TR1 dan STG 30 MW on. Seting Rele untuk Motor FF1 hingga Bus DSS MAIN 20 kV Single line diagram untuk Motor FF1 hingga bus DSS MAIN adalah seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut :
Gambar 4.1 Single Line Diagram Motor FF1 hingga Feeder PLN
Koordinasi mulai bus motor FF1 hingga bus BUS1, dan STG 30 MW. Rele yang dikoordinasikan adalah WDH-821, 5G, 1G, , 11G, GCB1.
• Rele motor WDH-821 Device Type = WDH-821 Kurva = SI IEC Isc max 4 cycle bus HV S CONS 3.3 kV = 14.770 A Isc min 30 cycle Bus HV S CONS 3.3 kV = 10044 A FLA = 98.1 A nCT = 250/5 Current setting IDMT ( I> )
�.�� ���
� In � Ip � �. � ��� ��� ��� ��. � ���
� In �.�� �� .�
��� In � Ip � �. � �����
���
0.41 In � Ip � 32.1 In Dipilih Ip = 0.5 In Seting aktual Ipp = 0.5 x 250 = 125 A Seting arus (I>>)
Iset ≤ �. ��� ��� ��� ��.�
� In
Iset ≤ �. � �������� In
Iset ≤ 32.1 In
Dipilih I set = 8 In
Setting waktu ( t>> ) : 0.1 s Rele ini digunakan untuk mengamankan motor FF1
terhadap kemungkinan terjadinya arus hubung singkat yang terjadi pada bus HV S CONS., untuk penyetelan low set (I>) digunakan arus FLA motor, sedangakan untuk penyetelan high set (I>>) digunakan arus hubung singkat mínimum pada bus HV S CONS.. Menggunakan kurva Extremely inverse dengan grading waktu 0,1 detik. • Rele 5G Device Type =MICOM P125 Kurva = IEC SI Isc max 4 cycle Bus Dss Main CONS 20 kV = 15.571 A Isc max 30 cycle Bus HV S CONS 3.3 kV = 11.607 A x 3.3 20! = 1915 A Isc min 30 cycle bus DSS MAIN 20 kV = 10.498 A FLA = 181.9 A nCT = 300/5 Current setting IDMT ( I> ) �.�� ���
� In � Ip � �. � ��� ��� ��� "�� #��
� In �.�� � � �
$�� In � Ip � �. � ��.��
$�� In
0.64 In � Ip � 27.9 In Dipilih Ip = 0.7 In Aktual seting Ipp = 0.7 x 300 = 210 A
Time Setting IDMT ( Time Dial ) Waktu operasi ts = 0,1 T = time dial
5
ts = T x % &' (()*α+�,
0.1 = T x % �.��'-../-0-1 *1.10+�,
T = 0.07
T set ≥ 0.07 dipilih T = 0.13
Current setting High Set (I>>) ��� �2� $� 3�� �� �.� In ≤ Ip ≤
�. ��� ��� ��� "�� � In
����.�$�� In ≤ Ip ≤ �. � ����
$�� In
6.38 In ≤ Ip ≤ 27.9 In Dipilih Iset = 7 In Setting waktu ( t>> ) : 0.1 Rele ini digunakan untuk mengamankan tafo terhadap kemungkinan terjadinya arus hubung singkat yang terjadi pada bus dibawahnya, untuk penyetelan low set (I>) digunakan arus sekunder trafo HV S CONS, sedangkan untuk penyetelan high set (I>>) digunakan arus hubung singkat mínimum pada bus DSS MAIN. Menggunakan kurva inverse dengan setting waktu 0,1 detik. • Rele 1G Device Type = MICOM P125 Kurva = IEC SI Isc max 30 cycle OTIE1 20 kV = 11.187 A Isc min 30 cycle bus OTIE1 20 kV = 7.490A FLA = 484 A nCT = 600/5 Current setting IDMT ( I> ) �.�� ���
� In � Ip � �. � ��� ��� ���4�
� In �.�� � � �
5�� In � Ip � �. � 6���
5�� In
0.84 In � Ip � 9.9 In Dipilih Ip = 1 In Actual setting Ipp = 1 x 600 = 600 A Time Setting IDMT ( Time Dial ) Waktu operasi ts = 0,5 T = time dial
ts = T x % &' (()*α+�,
0.6= T x % �.��'---7/811 *1.10+�,
T = 0.25
T set ≥ 0.25 dipilih T = 0.25
Current setting High Set (I>>) Maka setting = ��� �� � ���
� In ≤Ip ≤ �. ��� ��� ��� ���4�
� In
����.�
5�� ≤ Ip ≤ �. � 6���5��
3.1 In ≤ Ip ≤ 9.9 In Dipilih Iset = 6 In Setting waktu ( t>> ) : 0.6
Rele ini digunakan untuk mengamankan tafo terhadap kemungkinan terjadinya arus hubung singkat yang terjadi pada bus dibawahnya, untuk penyetelan low set (I>) digunakan arus yang lewat OTIE 1, sedangkan untuk penyetelan high set (I>>) digunakan arus hubung singkat mínimum pada kabel OTIE 1. Menggunakan kurva inverse dengan setting waktu 0,6 detik. • Rele GCB1 Device Type = SPAJ 140C Kurva = Very Inverse Isc max 30 cycle feeder PLN 20 kV = 9.187 A Isc min 30 cycle feeder PLN 20 kV = 7.956 A FLA = 902 A nCT = 1200/5 Current setting IDMT ( I> ) �.�� ���
� In � Ip � �. � ��� ��� 9::;:< =��
� In
�.�� � ������� In � Ip �
�. � 6��5���� In
0.78 In � Ip � 5.3 In Dipilih Iset = 0.8 In Actual setting Ipp = 0.8 x 1200 = 960 A Time Setting IDMT ( Time Dial ) Waktu operasi ts = 0.9 T = time dial
ts = T x % &' (()*α+�,
0.9 = T x > �.��'?-7/?81 *1.10+�@
T = 0.3
T set ≥ 0.3 dipilih T = 0.35
Current setting High Set (I>>)
Ip ≤ �. ��� ��� 9::;:< =��
� In
Ip ≤ 0.8 x 79561200 In Ip ≤ 5.3 In Dipilih Iset = 4 In Setting waktu ( t>> ) : 0.9 Rele ini digunakan untuk mengamankan tafo terhadap kemungkinan terjadinya arus hubung singkat yang terjadi pada bus dibawahnya, untuk penyetelan low set (I>) digunakan arus sisi primer transformator, sedangkan untuk penyetelan high set (I>>) digunakan arus hubung singkat mínimum pada bus BUS1. Menggunakan kurva very inverse dengan seting waktu 0.9 detik.
5 KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis ulang yang telah dilakukan untuk koordinasi seting pengaman rele arus lebih pada PT Pindo Deli Pulp & Paper Mills dan PT Dian Swastatika
Sentosa-Karawang , maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengintegrasian sistem menyebabkan bertambahnya level arus hubung singkat. Nilai ini melebihi kemampuan busbar BUS1 dan BUS2 dalam menahan arus hubung singkat symetri momentari sebesar 16 kA.
2. Untuk mengamankan busbar BUS1 dan BUS2 dari kerusakan akibat arus hubung singkat maka pada Bus DSS MAIN dekat line OTIE1 dan OTIE3 dipasang IsLimitter.
3. Akibat pengintegrasian sistem kelistrikan PT Pindo deli Pulp & Paper Mills dan PT Dian Swastatika sentKarawang menyebabkan perubahan nilai arus hubung singkat. Dalam tugas akhir ini seting eksisting rele pengaman telah direseting berdasarkan arus hubung singkat yang baru sehingga koordinasi rele arus lebih sudah tercapai.
Hasil Koordinasi Reseting Rele Pengaman
Gambar 4.10 Kurva Koordinasi Proteksi Resiting Mulai Hingga PLN
TABEL 4.1. Tabulasi seting pengaman arus lebih PT DSS Karawang
Rele CT
ratio
Reseting
Curve Tap Time Dial
1G 600/5 IEC SI 1 0.2 10G 600/5 IEC SI 1 0.25 14G 600/5 IEC SI 0.5 0.15 7G 100/5 IEC SI 0.5 0.5 8G 100/5 IEC SI 0.5 0.5 9G 100/5 IEC SI 0.5 0.5
6
awang , maka dapat diambil beberapa
Pengintegrasian sistem menyebabkan bertambahnya level arus hubung singkat. Nilai ini melebihi kemampuan busbar BUS1 dan BUS2 dalam menahan arus hubung singkat symetri momentari sebesar 16 kA. Untuk mengamankan busbar BUS1 dan BUS2 dari kerusakan akibat arus hubung singkat maka pada Bus DSS MAIN dekat line OTIE1 dan OTIE3 dipasang Is-
Akibat pengintegrasian sistem kelistrikan PT Pindo deli Pulp & Paper Mills dan PT Dian Swastatika sentosa
perubahan nilai arus hubung tugas akhir ini seting eksisting rele
pengaman telah direseting berdasarkan arus hubung singkat yang baru sehingga koordinasi rele arus lebih
e Pengaman :
Resiting Mulai Motor FF1
abulasi seting pengaman arus lebih PT DSS Karawang
Inst. Delay
6 0.5 8 0.5 - -
10 0.1 10 0.1 10 0.1
Lanjutan
Rele CT
ratio Curve
5G 300/5 IEC SI
6G 300/5 IEC SI
11G 1600/5 IEC SI
GCB1 1200/5 V.Inverse
GCB2 1200/5 V.Inverse
GCB3 600/5 V.Inverse
DAFTAR REFERENSI[1] Stevenson Jr, “ Analisa Sistem Tenaga[2] Ontoseno Penangsang Prof,Diktat kuliah Analisa Sistem Tenaga 2008.[3] ETAP 6.0 ,IEC Standard for Short Circuit Current.[4] Hewitson, L.G, “ Practical Power System Protection “
Elsevier Linacre House, Jord[5] Irwin Lazar," Electrical Systems Analysis and Design for Industrial
Plants ",McGraw-Hill Book Company.[6] Deshpande, ” Switchgear and Protection
Publishing Company Limited,1991..[7] IEEE Recommended Practice for Protection and Coordination of
Industrial and Commercial Power System,IEEE Standart 242[8] General Electric, Protection Guide Motor [9] ABB, Overcurrent and Earth Fault Relay
description. [10] R.Wahyudi Ir,Diktat Kuliah Sistem Pengaman Tenaga Listri
2008. [11] ABB, Calor Emag Medium Voltage Products
BIODATA PENULISMartinus Tri Wibowo dilahirkan di Probolinggo, 26 Maret 1988. Penulis adalah putra dari pasangan Supardji dan Penulis memulai jenjang pendidikan di SDN Sebaung III, SLTPN 1 Gending dan SMAN 4 Probolinggo hingga lulus tahun 2006. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi dan diterima di Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya pada Jurusan Teknik
Elektro, dan kemudian mengambil bidang studi Teknik Sistem Tenaga. Semasa kuliah, penulis juga aktif sebagai Asisten Lbisa dihubungi melalui email [email protected]
Lanjutan TABEL 4.1
Eksisting
Curve Tap Time Dial Inst. Delay
IEC SI 0.7 0.13 8 0.1
IEC SI 0.7 0.13 8 0.1
IEC SI 1 0.3 1.4 1
V.Inverse 0.8 0.35 4 0.9
V.Inverse 0.8 0.5 4 0.9
V.Inverse 0.5 0.65 6 0.7
DAFTAR REFERENSI Analisa Sistem Tenaga ", Jakarta: Erlangga. 1988.
Ontoseno Penangsang Prof,Diktat kuliah Analisa Sistem Tenaga 2008. [3] ETAP 6.0 ,IEC Standard for Short Circuit Current.
Practical Power System Protection “,An imprint of Elsevier Linacre House, Jordan Hill, Oxford OX2 8DP.2004.
Electrical Systems Analysis and Design for Industrial Hill Book Company.
Switchgear and Protection “, Tata McGraw-Hill Publishing Company Limited,1991..
Practice for Protection and Coordination of Industrial and Commercial Power System,IEEE Standart 242- 1975. General Electric, Protection Guide Motor Protection
] ABB, Overcurrent and Earth Fault Relay-User’s Manual and Technical
Diktat Kuliah Sistem Pengaman Tenaga Listrik.
ABB, Calor Emag Medium Voltage Products-Is Limitter.
BIODATA PENULIS Martinus Tri Wibowo dilahirkan di Probolinggo, 26 Maret 1988. Penulis adalah putra dari pasangan Supardji dan Suwartini. Penulis memulai jenjang pendidikan di SDN Sebaung III, SLTPN 1 Gending dan SMAN 4 Probolinggo hingga lulus tahun 2006. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi dan diterima di Institut Teknologi Sepuluh
ember Surabaya pada Jurusan Teknik Elektro, dan kemudian mengambil bidang studi Teknik Sistem Tenaga. Semasa kuliah, penulis juga aktif sebagai Asisten LIPIST B204. Penulis