35
STUDI PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN TERHADAP PENDIDIKAN PEMUDA DI JEMAAT GKI SALATIGA Oleh, Denny Irawan NIM: 712011005 TUGAS AKHIR Diajukan kepada Program Studi Ilmu Teologi, Fakultas Teologi guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains Teologi (S.Si Teol) PROGRAM STUDI ILMU TEOLOGI FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2016

Studi Pendidikan Agama Kristen terhadap Pendidikan Pemuda ......bagian yaitu bagian pertama teori Pendidikan Agama Kristen dari Thomas Groome, Hope Antone yang kedua adalah teori Pendidikan

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Studi Pendidikan Agama Kristen terhadap Pendidikan Pemuda ......bagian yaitu bagian pertama teori Pendidikan Agama Kristen dari Thomas Groome, Hope Antone yang kedua adalah teori Pendidikan

STUDI PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN TERHADAP PENDIDIKAN PEMUDA DI

JEMAAT GKI SALATIGA

Oleh,

Denny Irawan

NIM: 712011005

TUGAS AKHIR

Diajukan kepada Program Studi Ilmu Teologi, Fakultas Teologi guna memenuhi sebagian

dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains Teologi

(S.Si Teol)

PROGRAM STUDI ILMU TEOLOGI

FAKULTAS TEOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2016

Page 2: Studi Pendidikan Agama Kristen terhadap Pendidikan Pemuda ......bagian yaitu bagian pertama teori Pendidikan Agama Kristen dari Thomas Groome, Hope Antone yang kedua adalah teori Pendidikan
Page 3: Studi Pendidikan Agama Kristen terhadap Pendidikan Pemuda ......bagian yaitu bagian pertama teori Pendidikan Agama Kristen dari Thomas Groome, Hope Antone yang kedua adalah teori Pendidikan
Page 4: Studi Pendidikan Agama Kristen terhadap Pendidikan Pemuda ......bagian yaitu bagian pertama teori Pendidikan Agama Kristen dari Thomas Groome, Hope Antone yang kedua adalah teori Pendidikan
Page 5: Studi Pendidikan Agama Kristen terhadap Pendidikan Pemuda ......bagian yaitu bagian pertama teori Pendidikan Agama Kristen dari Thomas Groome, Hope Antone yang kedua adalah teori Pendidikan
Page 6: Studi Pendidikan Agama Kristen terhadap Pendidikan Pemuda ......bagian yaitu bagian pertama teori Pendidikan Agama Kristen dari Thomas Groome, Hope Antone yang kedua adalah teori Pendidikan

1

STUDI PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN TERHADAP PENDIDIKAN PEMUDA DI

JEMAAT GKI SALATIGA

Abstrak

Pendidikan Agama Kristen pada pemuda di GKI Salatiga mengalami fakum atau tidak berjalan selama

kurang lebih 4 tahun dan kembali berjalan adanya komisi pemuda dua tahun belakangan ini. Oleh karena

itu, dengan melihat adanya permasalahan ini maka, tujuan dari penelitian ini untuk mengkaji bagaimana

pendidikan pemuda di GKI Salatiga, terutama peran gereja dalam menyikapi masalah ini dengan

mengedepankan pemuda sebagai bagian yang intergral dari jemaat. Metode penelitian yang digunakan

yakni deskriptif dengan pendekatan kualitatif dengan menggali dan menggambarkan Pendidikan

Agama Kristen di gereja khususnya pemuda di GKI Salatiga. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa gereja dalam hal Pendidikan Agama Kristen masih kurang memberikan perhatian yang khusus

kepada para pemuda. Gereja GKI Salatiga hanya mengontrol dan memberikan dana. Karena pendidikan

pemuda sepenuhnya dipercayakan dan diserahkan tanggungjawabnya kepada pengurus komisi pemuda

saja. Kata Kunci: Pemuda, GKI Salatiga, Pendidikan Agama Kristen.

1. PENDAHULUAN

Istilah Gereja berasal dari kata Yunani ekklesia yang berarti “mereka yang dipanggil,” yang

pertama kali dipanggil oleh Yesus adalah para murid.1 Setelah Yesus naik ke sorga melalui

peristiwa pencurahan Roh kudus pada hari Pentakosta para murid menjadi rasul artinya mereka

yang diutus mengabarkan berita kesukaan.2 Wujud Gereja adalah persekutuan dengan Kristus,

persekutuan itu berarti juga persekutuan dengan manusia lain. Paulus mengumpamakan

hubungan Kristus dan seorang dengan yang lainya sebagai Tubuh Kristus (1 Korintus 12 : 12,

Efesus 4: 15, Kolose 1 : 18).3

Berkaitan dengan Tubuh Kristus sebagai satu anggota, gereja dipandang secara organisme

berfungsi sebagai tempat jemaat berkumpul dan beribadah guna mengekspresikan persekutuan

bersama dengan Kristus. Persekutuan dalam Kristus dalam hal ini mampu melihat persekutuan

dengan manusia–manusia lain. Gereja menjadi tempat utama bagi orang–orang yang dipanggil

berhimpun oleh Allah. Gereja bukannya suatu organisasi orang–orang yang hendak mendirikan

1 Thomas van Den End, Harta dalam Bejana, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2007), 1-2.

2 Van Den End, Harta dalam Bejana, 1-2.

3 H. Berkhof. & I.H. Enklaar, Sejarah Gereja, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1985), vii – viii.

Page 7: Studi Pendidikan Agama Kristen terhadap Pendidikan Pemuda ......bagian yaitu bagian pertama teori Pendidikan Agama Kristen dari Thomas Groome, Hope Antone yang kedua adalah teori Pendidikan

2

suatu perkumpulan guna suatu tujuan tertentu, melainkan orang–orang itu dipanggil berkumpul

oleh Allah sendiri (Roma 9 : 24; Efesus 4 :1; 2 Timotius 1 : 9).4

Sebuah gereja didalamnya terdapat Majelis jemaat. Majelis dibagi menjadi pendeta, penatua

dan diaken, Gereja juga memiliki bidang–bidang kategorial yang merupakan bagian dari

organisasi gereja yang dibagi dalam beberapa aspek pelayanan. Hal ini bertujuan agar

memberikan pelayanan yang dapat menjangkau setiap umat berdasarkan usia dan pergumulan

imannya melalui peran dan fungsi yang dijalankan tiap–tiap orang yang merupakan bagian dari

gereja itu sendiri dan hal ini berlaku umum juga dalam gereja-gereja besar di Indonesia seperti

GKI Salatiga.5

Secara lebih khusus pembagian bidang kategorial di GKI Salatiga adalah sebagai berikut:

sekolah minggu (anak), Komisi Remaja, Komisi Muda (Soda Gembira), Komisi Dewasa, Komisi

Lansia (Lanjut Usia). Pelayanan yang gereja berikan telah terprogram dalam semua bidang

kategorial tersebut, dan bukan hanya dilaksanakan oleh Majelis Jemaat saja tapi juga oleh warga

jemaat secara langsung maupun tidak langsung. Peranan jemaat terhadap gereja sangatlah

penting. Selain membantu pendeta, jemaat juga melayani sesama dalam pelayanan di dalam

Gereja. Oleh karena itu pemuda dalam gereja juga merupakan salah satu bagian yang berperan

didalam kehidupan berjemaat di GKI Salatiga.

Pemuda dianggap sebagai bagian integral gereja karena mereka mempunyai peran yakni

dengan memperbaharui bagian–bagian dianggap sudah tidak berlaku di dalam gereja.6 Meskipun

peran pemuda penting dalam kelangsungan GKI Salatiga, namun yang terjadi Pendidikan Agama

Kristen bagi pemuda secara khusus masih kurang diperhatikan. Contohnya, persekutuan

(koinonia) yang kurang efektif.7 Hal ini disebabkan karena kegiatan beribadah pemuda GKI

Salatiga yang hanya monoton dengan setiap tema-tema ibadah yang diberikan setiap minggunya.

Sehingga pemuda tidak bisa mengembangkan pemahaman maupun pendalaman tentang Alkitab

yang berdasarkan pengalaman atau refleksi pribadi mereka dan kurang mendalami aspek kognitif

(nalar) dan aspek afektif (perasaan). Jadi sangat dibutuhkan Pendidikan Agama Kristen

4 Harun Hadiwijono,Iman Kristen,(Jakarta:BPK Gunung Mulia,1984), 371.

5 Suharto Prodjowijono, Manajemen Gereja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 9. Bandingkan juga,

Edgar Walz, Bagaimana Mengelola Gereja Anda?, (Jakarta: BPK Gununga Mulia,2001), 7. 6 Homrighausen E. G & I.H Enklaar, Pendidikan agama Kristen, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1984),155.

7 Berdasarkan Wawancara dan diskusi dengan pengurus pemuda GKI Salatiga, Juli 2015.

Page 8: Studi Pendidikan Agama Kristen terhadap Pendidikan Pemuda ......bagian yaitu bagian pertama teori Pendidikan Agama Kristen dari Thomas Groome, Hope Antone yang kedua adalah teori Pendidikan

3

khususnya bagi pemuda di gereja guna mengembangkan karakter maupun pemahaman-

pemahaman iman yang kompherensif guna menunjang pelayanan kategorial pemuda.

Pendidikan Agama Kristen bagi pemuda mempunyai tujuan untuk membimbing individu–

individu pada semua tingkat perkembanganya dengan cara pendidikan yang kontemporer menuju

pengalaman akan tujuan serta rencana Allah dalam Kristus melalui setiap aspek kehidupan.8

dengan tujuan membimbing individu pada semua tingkat perkembangan maka pendidikan agama

kristen dibutuhkan. Apalagi dari segi kuantitas, jumlah pemuda di GKI Salatiga cukup banyak.

Data dari gereja menunjukkan bahwa para pemuda berjumlah 430 orang yang terdiri dari berbagi

etnis.9 Hal ini kemudian menjadi tanggungjawab gereja dalam menjalankan fungsi

pembimbingan karena secara konkrit kelangsungan GKI Salatiga ke depannya berkaitan erat

dengan peran dan tanggung jawab pemuda10

dalam menghidupi tritugas panggilan gereja dalam

pelayanan kategorial pemuda saat ini maupun kedepannya11

dan dalam pelayanan dibidang

kategorial lainya.

Berdasarkan permasalahan tersebut maka rumusan masalahnya adalah bagaimana pendidikan

pemuda di jemaat GKI Salatiga ditinjau dari perspektif Pendidikan Agama Kristen?. 12

Karena

ternyata pelayanan kategorial khususnya komisi pemuda GKI Salatiga belum memiliki

kurikulum yang kontekstual, sedangkan peran gereja dalam hal ini Majelis jemaat hanya sebatas

memberi dana, dan sepenuhnya memberikan tanggungjawab kepada pengurus komisi pemuda.

Karena kurikulum gereja yang kontekstual adalah kebutuhan yang mendesak.13

Tujuan

penelitiannya, untuk mendeskripsikan pendidikan kategorial pemuda di jemaat GKI Salatiga,

ditinjau dari perspektif Pendidikan Agama Kristen. Manfaatnya Secara khusus bagi gereja yakni

pertama, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap GKI

Salatiga dalam menyikapi masalah gereja dengan mengedepankan pemuda sebagai tulang

punggung generasi di masa yang akan datang. Serta penelitian ini dapat memberikan kontribusi

8 Daniel Nuhamara, Pembimbing PAK Pendidikan Agama Kristen,(Bandung : Jurnal Info Media,2007), 31.

9 Data Jemaat Pemuda GKI Salatiga berdasarkan buku kehidupan GKI Salatiga 2011.

10 Ridwan Max Sijabat, Psikologi Perekembangan, (Jakarta: Erlangga,1980), 246.

11 Nuhamara, Pembimbing PAK, 31.

12 Nuhamara, Pembimbing PAK, 31.

13Junihot M. Simanjuntak, "Implikasi Konsep Dan Desain Kurikulum Dalam Tugas Pembinaan Warga

Jemaat." Jurnal Jaffray 12.2 (2014): 251-272.

Page 9: Studi Pendidikan Agama Kristen terhadap Pendidikan Pemuda ......bagian yaitu bagian pertama teori Pendidikan Agama Kristen dari Thomas Groome, Hope Antone yang kedua adalah teori Pendidikan

4

tentang Pendidikan Agama Kristen untuk pemuda, terutama metode-metode Pendidikan Agama

Kristen yang sesuai dengan pemuda. Kedua, hasil penelitian ini akan bermanfaat bagi mata

kuliah yang berhubungan dengan Pendidikan Agama Kristen, sehingga mahasiswa dapat

memahami pendidikan untuk pemuda dalam mempersiapkan pemuda sebagai generasi penerus

gereja. Ketiga, bagi penulis, hasil penelitian ini akan menjadi tambahan pengetahuan dan bekal

bagi penulis sebagai calon pemimpin gereja.

2. METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan yaitu Deskriptif kualitatif, metode deskriptif kualitatif

adalah metode yang meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu keadaan, suatu

pemikiran atau kelas peristiwa pada masa sekarang.14

Khususnya perkembangan pemuda di GKI

Salatiga. Metode ini bertujuan untuk menggambarkan secara tepat sifat–sifat suatu individu,

keadaan, gejala, kelompok tertentu, menentukkan frekuensi atau hubungan tertentu antara relasi

pemuda dalam gereja yang terkait dengan Pendidikan Agama Kristen.15

Jenis pendekatan adalah

pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah suatu pendekatan yang berupaya untuk

menggali dan menggambarkan Pendidikan Agama Kristen di gereja khususnya pemuda di GKI

Salatiga.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi dalam dua bagian

pertama wawancara. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data primer secara mendalam

dan langsung dengan orang atau pihak yang dapat memberikan informasi. Informan, terdiri dari

Pendeta, Majelis Pendamping, Pengurus Komisi Muda, dan Jemaat (pemuda) GKI Salatiga yang

berjumlah semuanya 12 orang (1 orang pendeta, 1 orang majelis pendamping dan 10 orang dari

komisi pemuda GKI Salatiga. Kedua observasi. Observasi atau pengamatan dan pencatatan yang

sistematis terhadap gejala–gejala yang diteliti khususnya suasana atau keadaan peribadahan dan

kegiatan pemuda di GKI Salatiga. Lebih lanjut Observasi partisipasi juga mendukung

pengambilan data ini yang mana pihak yang melaksanakan observasi yakni observer atau peneliti

terlibat langsung secara aktif dalam dalam kegiatan pemuda di GKI Salatiga.

14

Mohamad Nazir, Metode penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988), 63. 15

Koentjaraningrat, Metode–Metode penelitian Masyarakat.( Jakarta : Gramedia, 1977), 42.

Page 10: Studi Pendidikan Agama Kristen terhadap Pendidikan Pemuda ......bagian yaitu bagian pertama teori Pendidikan Agama Kristen dari Thomas Groome, Hope Antone yang kedua adalah teori Pendidikan

5

Ketiga dengan menggunakan FGD (Focus Group Discussion). FGD secara sederhana dapat

didefinisikan sebagai suatu diskusi yang dilakukan secara sistematis dan terarah mengenai suatu

isu atau masalah tertentu. FGD sebagai metode penelitian sekunder umumnya digunakan untuk

melengkapi riset yang bersifat kualitatif dan atau sebagai salah satu teknik triangulasi. Dalam

kaitan ini, baik berkedudukan sebagai metode primer atau sekunder, data yang diperoleh dari

FGD adalah data kualitatif.16

Pertimbangannya FGD ini berfokus kepada pemuda GKI Salatiga

berjumlah 10 orang pemuda untuk mendapatkan informasi yang akurat dalam kelompok

peribadahan dan kegiatan pemuda yang dilakukan selama ini berdasarkan hasil diskusi mereka.

Agar dapat memaham dari mereka secara langsung model ibadah pemuda yang relevan dan

kontekstual.

3. SUSUNAN PENULISAN

Agar penulisan ini terarah dan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan maka disusunlah

sistematika penulisan yang menjadi rangkaian penulisan dari bagian pertama sampai keempat

yang mempunyai pokok masing–masing, tetapi menjadi satu bagian untuk saling melengkapi.

Bagian pertama, penulis menjelaskan latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, sistematika penulisan. Bagian kedua penulis

akan memaparkan teori-teori yang berkaitan dengan permasalahan ini yang dibagi dalam dua

bagian yaitu bagian pertama teori Pendidikan Agama Kristen dari Thomas Groome, Hope

Antone yang kedua adalah teori Pendidikan Agama Kristen Kategorial Pemuda dari E.G.

Homrighausen dan I.H Enklaar. Bagian ketiga adalah menganalisa dan mengolah data yang

merupakan hasil penelitian. Bagian keempat adalah penutup yang berupa kesimpulan dan saran.

4. PEMUDA DAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN

Pada penelitian ini penulis menggunakan teori pemuda dan pendidikan kristen agama kristen

dari E.G Homrigausen dan I.H Ennklaar, karena teori tentang pendidikan agama kristen

kategorial pemuda yang diungkapkan sesuai dengan permalasalahan dan juga digunakan sebagai

16

Irwanto. Focused Group Discussion (FGD): Sebuah Pengantar Praktis. (Jakarta : Yayasan Obor

Indonesia 2006), 1–2.

Page 11: Studi Pendidikan Agama Kristen terhadap Pendidikan Pemuda ......bagian yaitu bagian pertama teori Pendidikan Agama Kristen dari Thomas Groome, Hope Antone yang kedua adalah teori Pendidikan

6

acuan utama untuk menganalisis masalah yang diteliti khususnya dalam memahami Pendidikan

Agama Kristen pemuda di GKI Salatiga dilihat dari sisi Pendidikan Agama Kristen. Pada bagian

ini akan diuraikan pemahaman tentang pemuda dan Pendidikan Agama Kristen dari pemikiran

beberapa tokoh untuk memperkaya penjelasan mengenai pemuda dan Pendidikan Agama Kristen

menurut Homrigausen dan Enklaar.

4.1 Pemuda

Istilah pemuda dalam bahasa Inggrisnya adalah adult kata ini berasal dari bentuk lampau

kata kerja Latin yaitu adultus yang berarti telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran yang

sempurna atau telah menjadi dewasa.17

Adult sama seperti adolescne–adolescere yang berarti

telah tumbuh menjadi kedewasaan akan tetapi kata adult sampai adultus yang berarti “telah

tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna atau telah menjadi dewasa adalah individu

yang telah menyelesaikan pertumbuhanya dan siap menerima kedudukan dalam masyarakat

bersama dengan orang dewasa dini yang lainya”.18

Pada masa ini, pemuda juga mengalami masa

perkembangan, yaitu masa dimana pemuda mempunyai kecenderungan untuk mencoba berbagai

pola kehidupan sesuai dengan perkembangan mereka atau dikenal dengan masa coba-coba.19

Dengan kriteria tersebut maka dapat diklarifikasi bahwa usia pemuda berkisar 19-30 Tahun.

Lebih lanjut sejalan dengan kriteria tersebut, Singgih Gunarsa mengemukakan bahwa

seseorang termasuk atau disebut kaum muda yaitu apabila ia sudah berumur 19-30 tahun. Ia juga

mengemukakan beberapa ciri-ciri perkembangan kaum muda dilihat dari tugas

perkembangannya yaitu:20

pertama,mampu menerima fisiknya, kedua,Memperoleh kebebasan

emosional artinya, ia mampu mengungkapkan pendapat dan perasaannya dengan sikap yang

sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku dalam lingkungan. Ketiga,mampu bergaul artinya, kaum

muda sudah mampu menempatkan diri dalam situasi apapun, baik dengan orang yang sudah tua,

pemuda sebayanya, dan juga kepada anak-anak. Kata lain ia mampu menyesuaikan dalam

memperlihatkan kemampuan bersosialisasi dengan norma yang ada. Keempat,menemukan model

atau identifikasi artinya, menjadikan seseorang tokoh sebagai contoh bagi dirinya. Apa yang

17

Gould R, Adult Life Stages: Growth Toward Self-tolerance, (Psychology Today, 1975), 24. 18

Elizabeth B.Hurlcok, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan,

(Jakarta: Erlangga,1980), 246. 19

Ridwan Max Sijabat, Psikologi Perkembangan (Jakarta: Erlangga,1980), 246. 20

Singgih Gunarsa, Psikologi Pemuda dan Keluarga (Jakarta: BPK GM, 2002), 126.

Page 12: Studi Pendidikan Agama Kristen terhadap Pendidikan Pemuda ......bagian yaitu bagian pertama teori Pendidikan Agama Kristen dari Thomas Groome, Hope Antone yang kedua adalah teori Pendidikan

7

berkenan baik bagi dirinya ataupun di hatinya tentang sikap dan tindakan tokoh tersebut akan

ditiru.21

Perkembangan yang dialami oleh pemuda dari sisi psikologi dapat dipahami dari

perkembangan segi moral mereka. Oleh karenanya secara ringkas Kohlberg yang diungkapkan

dalam karyanya Atmadja Hadinoto didalam bukunya dialog dan edukasi membaginya dalam tiga

tahap perkembangan moral manusia;22

a. Tahap pre-konvensional

Tahap ini disebut juga dengan tahap ketaatan dan hukuman artinya, sesuatu tindakan menurut

aturan dianggap baik dan tidak menimbulkan kesakitan.

b. Tahap konvensional

Pada tahap konvensional ini, anak akan semakin sadar akan tuntutan pihak luar seperti

keluarga, masyarakat, dan juga pemerintah. Kesadaran akan adanya orang lain yang

mendorong mereka menyesuaikan diri dengan orang-orang disekitarnya.

c. Tahap pasca-konvensional

Seseorang yang telah mencapai puncak ini, mulai menghargai nilai-nilai yang ada. Pada

tahap ini prinsip moral seorang berpusat pada nilai-nilai yang lebih tinggi.

Dengan demikian berdasarkan 3 kategori tersebut pemuda dapat dikategorikan masuk dalam

tahap pasca konvesional, yakni mulai menghargai nilai-nilai yang ada. Pada tahap ini prinsip

moral seorang berpusat pada nilai-nilai yang lebih tinggi dan pemuda telah melakukan hal itu.

Selain perkembangan moral yang telah dipaparkan di atas, perkembangan iman pemuda

sangat penting untuk dilihat. Atmadja Hadinoto mengemukakan beberapa tahap-tahap

perkembangan iman yakni:23

a. Tahap iman umur 18-23 tahun

Ciri-ciri yang tampak pada tahap ini adalah bahwa kaum muda itu sudah mampu membangun

pelayanannya sendiri.

b. Tahap iman 23-28 tahun

Tahap ini merupakan tahap moderat, tidak emosional. Artinya individu seseorang muncul

sebagai pribadi yang bertanggung-jawab.

21 Gunarsa, Psikologi Pemuda dan Keluarga, 126. 22

N.K. Atmadja Hadinoto, Dialog dan Edukasi (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001), 223. 23

Hadinoto, Dialog dan Edukasi, 234.

Page 13: Studi Pendidikan Agama Kristen terhadap Pendidikan Pemuda ......bagian yaitu bagian pertama teori Pendidikan Agama Kristen dari Thomas Groome, Hope Antone yang kedua adalah teori Pendidikan

8

c. Tahap iman 28-35 tahun

Pada tahap ini seseorang telah berpikir positif, ia tidak mau lagi berperang karena agama

maupun dogma.

Pada fase ini terjadi proses pematangan fungsi-fungsi psikis dan fisik, yang berlangsung

terjadi secara berangsur-angsur dan teratur. Masa ini merupakan kunci penutup dari

perkembangan anak. Pada periode ini, anak muda banyak melakukan introspeksi diri dan

merenung diri sendiri. Akhirnya anak bisa menemukan aku-nya dalam artian dia mampu

menemukan keseimbangan dan harmoni atau keselarasan baru di antara sikap kedalam diri

dengan sikap keluar.24

Menurut para ahli ilmu jiwa terdapat perbedaan karakteristik diantara tiga fase pra pubertas,

yaitu pra pubertas, pubertas awal, pubertas. Berikut ini merupakan penjelasanya:25

a. Pada masa pra pubertas (masa negatif) anak sering merasakan bingung, cemas takut, gelisah,

gelap hati, bimbang, ragu, risau, sedih hati, minder, rasa–rasa “besar dewasa super”, dan lain-

lain. Anak tidak tahu bagaimana itu bisa terjadi dari macam-macam perasaan yang

menimbulkan kerisauan.

b. Pada masa pubertas: anak muda menginginkan sesuatu dan mencari sesuatu. Namun apa

sebenarnya sesuatu yang diharpakan dan dicari itu, dia sendiri tidak tahu. Anak muda merasa

sunyi hati, dan merasa tidak bisa di mengerti dan tidak mengerti.

c. Pada masa akhir anak muda mulai merasa mantap stabil, dia mulai mengenal akunya dan

ingin hidup dengan itikad keberanian. Dia mulai memhami arahan hidupnya, dan menyadari

tujuan hidupnya. Sehingga mendapatkan pola hidup yang jelas.

Oleh karena itu, maka dapat dikatakan bahwa perkembangan pemuda itu, dipengaruhi

banyak faktor, yaitu psikologis, biologis, dan perkembangan moral. Faktor – faktor tersebut yang

kemudian menyebabkan pendidikan agama menjadi salah satu bentuk upaya untuk mendampingi

pemuda. Karena pada tahapan ini mereka mengalami perkembangan sehingga perlu

mendapatkan bimbingan dan Pendidikan Agama Kristen. Untuk mendampingi dan mendidik

mereka dalam perkembangan moral, iman, psikologis, dan biologis mereka.

24

Abu Ahmadi dan Munawar Sholeh, Psikologi Perkembangan,(Jakarta, Rineka Cipta,2005). 127. 25

Ibid, 127.

Page 14: Studi Pendidikan Agama Kristen terhadap Pendidikan Pemuda ......bagian yaitu bagian pertama teori Pendidikan Agama Kristen dari Thomas Groome, Hope Antone yang kedua adalah teori Pendidikan

9

4.2 Pendidikan Agama Kristen

Pada bagian ini penulis membagi Pendidikan Agama Kristen kedalam dua bagian yaitu

Pendidikan Agama Kristen secara umum menurut Thomas Groome, dan Pendidikan Agama

Kristen kategorial pemuda menurut E.G Homrigausen dan I.H Enklaar.

Secara etimologis istilah pendidikan dalam bahasa Indonesia merupakan terjemahan dari

“education” dalam bahasa inggris. Kata “education” berasal dari bahasa latin “ducere” yang

berarti membimbing (to lead), di tambah awalan “e” yang berarti keluar (out). Jadi arti dasar

pendidikan adalah suatu tindakan untuk membimbing keluar.26

Thomas Groome, dalam bukunya

Christian religious education (1980) seperti yang dikutip oleh Daniel Nuhamara,

mengungkapkan bahwa dalam konsep pendidikan terkandung beberapa dimensi penekanan,

asumsi, dan perhatian yang terkandung dalam konsep pendidikan sebagaimana yang ditunjukkan

oleh arti etimologisnya. Menurutnya ada tiga penekanan dimensi waktu, yakni dimensi waktu

masa lampau, masa kini dan masa yang akan datang. Dimensi waktu masa lampau adalah dari

mana aktivitas (membimbing) itu dibawa, serta apa yang telah dimiiki (misalnya pengetahuan)

baik oleh pendidik maupun peserta didik untuk mengambil sesuatu bagi dirinya sendiri secara

sadar. Dimensi waktu masa kini adalah, proses atau aktivitas yang sedang berlangsung untuk

menemukan sesuatu. Dimensi masa yang akan datang adalah tujuan kearah mana usaha tersebut

dibawa atau dapat juga disebut masa depan yang hendak dituju karena ketiga dimensi ini harus

dipahami dengan baik karena merupakan pedoman bagi pendidik maupun peserta didik.27

Lebih lanjut Thomas Groome mendefenisikan bahwa pendidikan itu dilakukan secara

sengaja, sistematis, terus–menerus untuk menyampaikan, menimbulkan, atau memperoleh

pengetahuan, sikap–sikap, nilai-nilai, keahlian–keahlian, atau kepekaan–kepekaan, juga setiap

akibat dari usaha itu.28

Maka hakikat pendidikan yang diungkapkan oleh Thomas Groome adalah

sebagai kegiatan yang politis bersama para peziarah dalam waktu, pendidikan harus

26

Daniel Nuhamara, Pembimbing Pendidikan Agama Kristen, (Direktorat Jendral bimbingan Masyarakat

(Kristen) Protestan dan Universitas Terbuka,1994). 4. 27

Nuhamara, Pembimbing Pendidikan Agama Kristen, 9. 28

Thomas H. Groome, Christian Religious Education Berbagi Cerita dan Visi Kita, (Jakarta: BPK Gunung

Mulia, 2011), 29.

Page 15: Studi Pendidikan Agama Kristen terhadap Pendidikan Pemuda ......bagian yaitu bagian pertama teori Pendidikan Agama Kristen dari Thomas Groome, Hope Antone yang kedua adalah teori Pendidikan

10

memberdayakan mereka untuk kritis memanfaatkan masa lampau mereka agar mereka dapat

bekerja secara kreatif melewati masa kini dan menuju masa depan mereka.29

Oleh karena itu pada hakikatnya dapat dimunculkan pengertian Pendidikan Agama adalah

memperhatikan secara sengaja dimensi kehidupan yang Transenden yang melaluinya hubungan

yang sadar dengan asal keberadaan yang paling pokok dipromosikan dan diekspresikan.

Pendidikan agama memusatkan perhatian khususnya pada pemberdayaan orang dalam pencarian

mereka pada hal–hal yang Transenden dan dasar keberadaan yang paling pokok. Pendidikan

agama menuntun orang–orang untuk menyadari apa yang telah ditemukan, berhubungan dengan

apa yang telah ditemukan itu, dan mengeskpresikan hubungan itu.30

Jadi Pendidikan Agama Kristen sangat dibutuhkan dalam hal ibadah, pendalaman alkitab,

pembuatan tema – tema dalam setiap ibadah, dan kegiatan – kegiatan pemuda. Tujuannya untuk

menjawab kebutuhan iman spritualnya. Pendidikan Agama Kristen adalah kegiatan politis

bersama para peziarah dalam waktu yang secara sengaja bersama dengan mereka memberi

perhatian pada kegiatan Allah di masa kini terutama dalam cerita komunitas iman Kristen, yang

membawa visi kerajaan Allah, benih–benih yang telah hadir diantara kita. Dengan demikian

dikatakan bahwa pendidikan agama kristen berasal dari cerita komunitas–komunitas kristen,

dengan ekspresinya yang paling awal dalam Yesus Kristus dan Visi kerajaan Allah paling

sempurna yang ditimbulkan oleh cerita. Akan tetapi pengakuan paling penting adalah Pendidikan

Agama Kristen turut ikut ambil bagian dalam hakikat pendidikan yang bersifat politis.31

Sebagai

proses seumur hidup dalam menghayati proses iman Kristen.

Setelah mengetahui bagaimana dan apa Pendidikan Agama Kristen tersebut maka dapat

ditentukan juga apa tujuan yang berada dalam Pendidikan Agama Kristen tersebut. Tujuan

Pendidikan Agama Kristen adalah untuk memampukan pemuda Kristen, supaya hidup sesuai

dengan iman Kristen. Hal ini merupakan tujuan Pendidikan Agama Kristen sejak komunitas

Kristen mulai mendidik. Iman kristen yang hidup semacam ini menjadi tujuan pendidikan agama

kristen sejak orang–orang kristen merespon perintah Yesus.32

29

Ibid, 30-31. 30

Ibid,32-33. 31

Ibid,36 – 37. 32

Thomas H. Groome, Christian Religious Education Berbagi Cerita dan Visi Kita, 47- 48.

Page 16: Studi Pendidikan Agama Kristen terhadap Pendidikan Pemuda ......bagian yaitu bagian pertama teori Pendidikan Agama Kristen dari Thomas Groome, Hope Antone yang kedua adalah teori Pendidikan

11

Jadi dapat dipahami bahwa pendidikan adalah sebuah usaha dalam rangka mendidik,

menemukan sesuatu, untuk mempersiapkan masa depan. Berkaitan dengan pemuda, maka

mereka sedang dalam perkembangan menuju kearah masa depan. Perkembangan pemuda kearah

masa depan tersebut meliputi perkembangan moral, psikologis, biologis. Sehingga pendidikan

terutama Pendidikan Agama Kristen bisa digunakan untuk mendampingi jemaat khususnya

pemuda dalam hal perkembangan imannya.

4.3 Pendidikan Agama Kristen Untuk Kategorial Pemuda

Banyak istilah yang dipakai dalam menyebutkan pendidikan agama Kristen, sesuai dengan

budaya dan lingkungan sosial yang dihadapi oleh para penulis. Ada yang menyebut dengan

istilah Christian Education (Pendidikan Kristen), Religious Education (Pendidikan Agama),

Christian Nurture (Asuhan Kristen). Isitilah–istilah tersebut lahir dengan latar belakang masing–

masing dengan arti yang khas. Meskipun artinya agak bervariasi namun setidaknya semuanya

menunjuk pada satu maksud yakni tugas gereja sebagai persekutuan iman untuk tugas

pelayanan.33

Enklaar dan Homrighausen menjelaskan kaum pemuda memiliki sifat dinamis dan mau

berjuang untuk mewujudkan cita–citanya. Mereka juga sering di pengaruhi oleh suasana orang-

orang disekelilingnya. Maka dari itu pemuda ini sangat penting untuk masa depan sebuah

gereja.34

Karena sifat dinamis dan mau berjuang untuk masa depan gereja.

Dengan demikian penekananya terletak pada mempelajari kembali sifat dan keadaan kaum

pemuda itu, serta mempertimbangkan kembali suasana dan metode Pendidikan Agama Kristen

yang sesuai bagi golongan ini mengingat peran pentingnya dalam kehidupan jemaat.35

Pendidikan Agama Kristen pemuda sangat penting dalam kehidupan bergereja. Menurut

Homrighausen dan Enklaar, pertama ada tujuan dan yang kedua cara bekerja didalam Pemuda36

maupun pelayanan lainya di gereja.

33

Nuhamara, Pembimbing Pendidikan Agama Kristen, 5. 34

Homrighausen & Enklaar, Pendidikan Agama Kristen,138. 35

Ibid,139. 36

Homrighausen & Enklaar, Pendidikan agama Kristen,161.

Page 17: Studi Pendidikan Agama Kristen terhadap Pendidikan Pemuda ......bagian yaitu bagian pertama teori Pendidikan Agama Kristen dari Thomas Groome, Hope Antone yang kedua adalah teori Pendidikan

12

Tujuan pekerjaan Pendidikan Agama Kristen menurut Homrigauhsen dan Enklaar adalah

sebagai berikut, pertama, adalah kita harus menolong mereka mendapati dan mengenali maksud

Tuhan bagi kehidupan mereka sendiri, supaya mereka tetap hidup dalam kehendak Tuhan.

Kedua, harus memberikan kesempatan supaya mereka dapat mengalami persekutuan dengan

orang muda lain, inilah hak mereka. Disamping itu haruslah kita menanamkan sikap dalam batin

mereka bahwa persekutuan itu tidak boleh dibatasi pada gerejanya sendiri saja dan juga harus

bersifat oukumenis. Ketiga, sangat penting membuka mata mereka bagi arti gereja dalam hidup

mereka sendiri, supaya mereka mempunyai keinginan dan dapat mengambil bagian dalam

kebaktian jemaat dan segala aktivitasnya yang lain. Keempat, hendaknya kita juga memberi

kesempatan kepada pemuda untuk melayani sesamanya. Karena dalam berbagai usaha pelayanan

gereja, mereka mampu diberdayakan untuk menolong pendeta dan pemimpin lainnya, misalnya

sekolah minggu, kebatian pemuda, dan berbagai pelayanan yang ada.37

Selanjutnya adalah cara bekerja, kita dapat mengetahui cara bekerja diantara pemuda ;38

Pertama, hendaknya gereja menerima mereka sebagaimana mereka ada, dengan menunjukkan

pengertian dan minat sungguh-sungguh terhadap masalah-masalah dan pergumulan mereka.

Kedua, hendaknya pemimpin-pemimpin gereja atau jemaat memberi tempat kepada kaum muda

itu dalam program-program kerja, dengan jalan menyediakan pengajaran agama, kursus-kursus,

kelompok-kelompok, perkumpulan dan lain. Ketiga, perlu diperhatikan bahwa pimpinan gereja

pada pemuda tidak boleh terbatas pada pengajaran secara teori saja melainkan supaya mereka

belajar mempraktekkan segala pelajaran yang diberikan dalam berbagai aktivitas yang

mendatangkan manfaat bagi umum. Keempat, dalam merencanakan pengajaran agama kepada

kaum pemuda ada baiknya jika mencari tahu apa yang benar-benar dibutuhkan kaum muda ini.

Dengan melihat apa yang dibutuhkan maka diperlukanlah sebuah rancangan pendidikan untuk

mencapai tujuan tertentu secara sistematis dan terarah.

Berhubungan dengan merencanakan pengajaran maka didalam Pendidikan Agama Kristen

diperlukan sebuah kurikulum. Kurikulum harus membuat pemuda memperoleh pengalaman

bukan hanya berupa informasi, data, atau fakta–fakta yang harus mereka hafal, ataupun tingkah

37

Ibid,161–162. 38

Ibid,162.

Page 18: Studi Pendidikan Agama Kristen terhadap Pendidikan Pemuda ......bagian yaitu bagian pertama teori Pendidikan Agama Kristen dari Thomas Groome, Hope Antone yang kedua adalah teori Pendidikan

13

laku yang harus mereka tiru. Definisi ini jelas lebih luas karena tidak sekedar matapelajaran,

tetapi segala usaha pendidikan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Perkembangan ini hanya

dicapai melalui pengalaman belajar yang diperoleh. Kurikulum seharusnya bermuara pada

pemberian pengalaman untuk peserta didik yang didesain secara baik dan dilaksanakan dengan

benar sehingga dapat tercapai tujuan secara umum dan secara khusus melalui pembelajaran atau

pendidikan yang dilakukan.39

Sehingga dalam pembuatan tema-tema untuk berbagai kegiatan

mampu menjawab kebutuhan pemuda secara konkrit.

Minimal dalam kurikulum tersebut didalamnya terdapat 10 aspek kurikulum yang harus

diputuskan oleh seorang pendidik. Kesepuluh aspek tersebut merupakan garis besar atau outline.

Tujuannya yang terutama adalah supaya dalam mengajar, pendidik dapat melakukannya dengan

tujuan yang jelas. Aspek–aspek dalam kurikulum tersebut adalah Apa yang akan diajarkan?,

Kompetensi apa yang dipelajari peserta didik?, Kegiatan pengajaran apa dan bagaimana yang

perlu direncanakan?, Sumber-sumber belajar apa yang dipakai dan dapat dipakai oleh peserta

didik?, Strategi apa yang akan dipakai untuk memotivasi peserta didik agar mereka mau

terlibat?, Bagaimana ruangan harus diatur?, Pertanyaan apa yang akan diberikan?, Pilihan–

pilihan yang bagaimana yang dipertimbangkan oleh peserta didik?, Bagaimana seharusnya

arahan-arahan yang diberikan kepada peserta didik?, Bagaimana menanggapi peserta sesudah

mereka mengucapkan atau melakukan sesuatu?. Pertanyaan–pertanyaan tersebut dapat

membantu dalam pembuatan sebuah kurikulum terutama untuk pemuda sehingga terciptalah

kurikulum untuk pemuda.40

Berdasarkan penjelasan diatas, Thomas Groome kemudian mendefinisikan bahwa

Pendidikan Agama Kristen adalah “usaha yang sadar, sistematis, berkesinambungan untuk

mewariskan, membangkitkan, memperoleh baik pengetahuan, sikap, nilai, ketrampilan dan

kepekaan, maupun hasil apapun dari usaha tersebut.41

Sedangkan terkait dengan itu secara

khusus, Enklaar dan Homrighausen menjelaskan tentang bagiamana sifat dan kemampuan

pemuda42

maka penekanan ini secara langsung menghubungkan dan menekaankan tentang

39

Dien Sumiyatiningsih, Mengajar dengan Kreatif dan Menarik, (Yogyakarta: ANDI, 2012), 54–55. 40

Sumiyatiningsih, Mengajar dengan Kreatif dan Menarik, 55. 41

Nuhamara, Pembimbing Pendidikan Agama Kristen,18. 42

Homrighausen & Enklaar, Pendidikan Agama Kristen,138.

Page 19: Studi Pendidikan Agama Kristen terhadap Pendidikan Pemuda ......bagian yaitu bagian pertama teori Pendidikan Agama Kristen dari Thomas Groome, Hope Antone yang kedua adalah teori Pendidikan

14

pentingnya mempelajari kembali sifat dan keadaan kaum pemuda itu, serta mempertimbangkan

kembali suasana dan metode Pendidikan Agama Kristen kepada golongan ini yang begitu

penting bagi jemaat Kristen. Secara sadar dan sistematis dalam konteks gereja.43

Dengan demikian dapat dipahami bahwa yang berbicara secara khusus terutama Pendidikan

Agama Kristen bagi pemuda adalah Homrigausen dan Enklaar, karena penekananya pada

bagaimana peran pemuda di gereja dan apa yang mempengaruhi pergumulan mereka.

Pertimbanganya gereja sudah membuat kurikulum yang sistematis namun isi kurukikulum dan

dalam pelaksanaanya yang masih belum sesuai. Terutama seperti yang di tekankan oleh Enklaar

dan Homrigausen.

Keseluruhan rangkaian penjelasan diatas kemudian secara langsung membawa pada suatu

pemahaman bahwa Pendidikan Agama Kristen kategorial pemuda itu bukan hanya berkaitan

dengan pendidikan saja. Namun juga terkait dengan program-program gereja yang mendukung

bagaimana pemuda itu dididik dalam konteks pergumulanya. Selain itu cara-cara lain yang

mendukung dalam mendidik pemuda yaitu dapat melalui konseling, kunjungan, dan lewat

berbagai aktivitas kerohanian lainnya. Sehingga dengan cara-cara tersebut diharapkan dapat

membantu dan berguna untuk mendidik pemuda baik secara iman, psikologis dan perkembangan

moralnya berdasarkan iman Kristen. Sebab hal inilah yang akan menunjukkan peran gereja

secara langsung dalam membina dan menumbuhkembangkan iman pemuda dalam konteks

setting PAK di gereja terkhususnya pada lingkup pelayanan kategorial pemuda yang relevan.

5. GKI SALATIGA

Pada bagian ini membahas mengenai hasil temuan penelitian yang sekaligus dianalisa

menggunakan teori yang terdapat pada bagian kedua khususnya perspektif Enklaar dan

Homrighausen.

a. Sejarah GKI Salatiga

Awal 1900 telah berkumpul sejumlah orang Tionghoa di rumah pekabar Injil Jasper, Jl.

Kotapraja (kini Jl. Sukowati). Memang ada juga pekabar Injil Kamp yang melayani orang Jawa

di Jl. Beringin (kini Jl. Patimura). Kedua kelompok murid itu bergabung sepeninggal kedua

43

Ibid, 139.

Page 20: Studi Pendidikan Agama Kristen terhadap Pendidikan Pemuda ......bagian yaitu bagian pertama teori Pendidikan Agama Kristen dari Thomas Groome, Hope Antone yang kedua adalah teori Pendidikan

15

pekabar Injil di atas, yang kemudian dilayani oleh pekabar Injil van der Veen. Karena beliau

pindah ke Ungaran untuk mengajar di Sekolah Teologi di sana, maka kelompok itu dilayani oleh

pekabar Injil H. Bax. Hal itu terjadi sekitar, tahun 1930-an, bahkan pada tahun 1932 mereka

berhasil membangun gedung gereja, yang kemudian dipergunakan oleh Gereja Kristen Jawa

Tengah Utara (GKJTU).44

Pada tahun 1938, pekabar Injil H. Bax wafat dan pelayanan kepada mereka digantikan oleh

Pdt. Liem Siok Hie bersama Sdr. Liem Yok Sien, salah seorang anggota jemaat. Berikutnya,

Guru Injil Tjoa Tjin Touw (Basile Maruta) yang berperan, disusul Guru Injil Tan Ik Hay (Iskak

Gunawan), yang kemudian ditahbiskan menjadi pendeta yang pertama. Pada masa itu, jemaat

memakai nama `Tiong Hoa Kie Tok Kauw Hwee' Salatiga. Pdt. Tan Ik Hay bersama Pdt.

Basoeki Probowinoto mencetuskan berdirinya Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG) pada

tahun 1956, yang memiliki sarana yang amat sederhana, diantaranya menggunakan rumah yang

berdinding bambu. PTPG inilah yang merupakan cikal bakal Universitas Kristen Satya Wacana,

Salatiga.45

Menjelang kepindahan beliau ke GKI Ngupasan Yogyakarta, jumlah anggota GKI Salatiga

sudah mencapai 400 orang. Kepindahan itu terjadi pada tanggal 3 Maret 1959. Pengganti beliau

adalah Pdt. Go Eng Tjoe (Paulus Sudirgo) yang semula melayani GKI Purwokerto. Pada masa

pelayanan Pdt. Go Eng Tjoe, jemaat berhasil membeli sebidang tanah di Jl. Jenderal Sudirman

111. Di atas tanah inilah dibangun gedung gereja yang sekarang. Selanjutnya perkembangan

jumlah anggota bertambah pesat dengan kehadiran para mahasiswa UKSW dan para buruh dari

PT. Damatex. Dengan demikian, cukup beragamlah kehadiran pelbagai etnis di tengah jemaat

GKI Salatiga. Berikutnya, Pdt. Go Eng Tjoe pada tahun 1965 memenuhi panggilan GKI

Pengampon Cirebon dan beliau digantikan oleh Pdt. Tan Tjioe Gwan (Paulus Widihandojo) yang

semula melayani GKI Blora. Kemudian, jemaat juga memanggil Sdr. The Koen Bik meninggal

dunia dalam sebuah kecelakaan di Amerika Serikat pada tanggal 1 Oktober 1989, sehingga

jemaat memanggil calon pendeta atas diri Sdr. Yahya Wijaya, yang kemudian ditahbiskan pada

tanggal 19 September 1991. Karena kepergian Pdt. Yahya Wijaya ke Inggris dalam rangka

44

Majelis GKI Salatiga, Buku Kehidupan Jemaat tahun 2013-2014,Salatiga.2-3. 45

YK, Salatiga, Wawancara pada tanggal 29 Oktober 2015,pukul 09.00 WIB.

Page 21: Studi Pendidikan Agama Kristen terhadap Pendidikan Pemuda ......bagian yaitu bagian pertama teori Pendidikan Agama Kristen dari Thomas Groome, Hope Antone yang kedua adalah teori Pendidikan

16

proyeksi selaku calon dosen Fakultas Teologi `Duta Wacana' Yogyakarta, maka dipanggilah Pdt.

Iman Santoso, yang semula melayani GKI Parakan dan diteguhkan pada tanggal 26 Mei 1998.

Tercatat pada tahun 2000 ini jumlah anggota jemaat GKI Salatiga sekitar 2000 orang.46

Secara geografis Gereja GKI Salatiga,t erletak di Kecamatan Tingkir, Kotamadya Salatiga.

GKI Salatiga di sebelah timur berbatasan dengan SMP Kristen 2 Ebenhaezer, sebelah selatan

berbatasan dengan TK Kristen Ebenhaezer Salatiga, sebelah barat berbatasan dengan Jalan

Jendral Sudirman Salatiga dan Masjid Pandawa, sedangkan sebelah utara dengan SD Kristen

Ebenhaezer Salatiga.47

b. Profil GKI Salatiga

GKI Salatiga berada di Jalan Jendral Sudirman No 111 B, Kecamatan Tingkir, Kotamadya

Salatiga, Jawa Tengah. Di dalam GKI Salatiga terdapat badan–Badan Pelayanan. Badan–Badan

pelayanan GKI Salatiga terbagi dalam 3 Bidang, Bidang Persekutuan, Bidang Kesaksian dan

Pelayanan, Bidang Organisasi dan Kepemimpinan. Bidang persekutuan terdiri dari; Komisi

Pengajaran dan Pekabaran Injil (KPPI), Komisi Hubungan Intrenasional, Komisi Musik dan

Liturgi. Bidang Kesaksian dan Pelayanan, Komisi Kesejahteraan, Komisi Diakonia, Komisi

Perkunjungan dan Pelayanan Kematian, Tim Warung Tiberias,Komisi Pengembangan Anak,

Yayasan Pendidikan Ebenhaezer. Bidang Organisasi dan Kepemimpinan; Komisi Multimedia

dan Sarana Prasarana.

Jumlah Anggota

Jumlah Anggota Jemaat GKI Salatiga 1679 Anggota, yang terdiri dari dari 13 Wilayah. Dibawah

ini merupakan Jumlah Anggota berdasarkan kategori umur dan berdasarkan profesi. 48

46

Majelis GKI Salatiga, buku kehidupan jemaat, 2-3. 47

YK, Salatiga, Wawancara pada tanggal 29 Oktober 2015,pukul 09.00 wib. 48

Majelis GKI Salatiga, Buku Kehidupan, 28.

Page 22: Studi Pendidikan Agama Kristen terhadap Pendidikan Pemuda ......bagian yaitu bagian pertama teori Pendidikan Agama Kristen dari Thomas Groome, Hope Antone yang kedua adalah teori Pendidikan

17

Tabel 1. Jumlah Anggota GKI Salatiga

Tabel 2. Pelayanan dalam Jemaat

1. Ibadah Rutin49

No Kegiatan Hari Waktu Peserta

1. Kebaktian Minggu Minggu 07.00,

09.30,16.30

Jemaat

2. Kebatian Sekolah

Minggu

Minggu 07.00 Anak

3. Kebaktian Remaja Minggu 07.00 Remaja

4. Pemahaman Selasa 18.00 Jemaat

49

Majelis GKI Salatiga, Buku Kehidupan, 28.

Jumlah Anggota Jemaat Berdasarkan Kategori Umur

1. Komisi Sekolah Minggu 110 orang

2. Komisi Remaja 96 orang

3. Komisi Pemuda (Soda Gembira) 403 orang

4. Komisi Dewasa 904 orang

5. Komisi Usia Lanjut 139 orang

Jumlah 1.679 orang

Jumlah Anggota Jemaat Berdasarkan Profesi

1. Pendeta 5 orang

2. Dosen 51 orang

3. Guru 33 orang

4. Karyawan 520 orang

5. Wiraswasta 153 orang

6. TNI 5 orang

7. Seniman 2 orang

8. Dokter 15 orang

9. Pengacara 1 orang

10. Pensiunan 57 orang

11. PNS 30 Orang

12. Pelajar dan Mahasiswa 807 orang

Jumlah 1.679 Orang

Page 23: Studi Pendidikan Agama Kristen terhadap Pendidikan Pemuda ......bagian yaitu bagian pertama teori Pendidikan Agama Kristen dari Thomas Groome, Hope Antone yang kedua adalah teori Pendidikan

18

Alkitab di 12

wilayah

5. Persekutuan doa

pagi

Rabu 05.30 Jemaat

6. Persekutuan Rabu Rabu 09.00 Jemaat

7. Kambium Rabu 18.00 Jemaat

8. Persektuan Jumat Jumat 10.00 Komisi

Usia Lanjut

(KUL)

9. Persekutuan

Remaja

Sabtu 18.00 Remaja

10. Soda Gembira Sabtu 16.30 Pemuda

2. Ibadah Khusus

Ibadah Khusus terdiri 4 bagian yakni; 50

Ibadah syukuran (rumah, kenaikan pangkat, ulang

tahun dan lain-lain), Ibadah pemberkatan pernikahan,Ibadah pemakaman dan penghiburan,

Ibadah perayaan gerejawi (Natal, Paskah dan Pentakosta).

c. Komisi Pemuda GKI Salatiga dan Permasalahannya

Persekutuan pemuda GKI Salatiga tidak pasti berdirinya kapan, namun yang pasti mengalami

tanda–tanda penurunan aktiftas pemuda sekitar 4 tahun lalu atau sekitar tahun 2009an.51

Pemuda

di GKI Salatiga, 2 tahun lalu mengalami fakum atau mati. Melihat hal tersebut maka Gereja

membuat sebuah komisi Pemuda untuk bisa mewadahi menghidupkan kembali pemuda yang

tidak aktif tersebut. Gereja menyadari hal itu karena mereka dalam tahap perkembangan iman,

moral,dan psikologis mereka, sehingga gereja membuat sebuah program yang khusus untuk

pemuda, yang bertujuan bisa mendampingi pemuda dalam perkembangan mereka.52

Komisi pemuda terbentuk karena keprihatinan GKI Salatiga terhadap pemuda, yang dimana

dalam setiap ibadah pemuda yang hadir dalam kebaktian umum itu banyak, tetapi yang

mengikuti ibadah pemuda sangatlah sedikit.53

Karena keprihatinannya itulah mereka mencari

seorang part timer. Seorang part timer atau seseorang yang bersedia melayani di jemaat GKI

50

Majelis GKI Salatiga, Buku Kehidupan, 28. 51

YK, Salatiga, Wawancara pada tanggal 29 Oktober 2015,pukul 09.00 wib. 52

YK, Salatiga, Wawancara pada tanggal 29 Oktober 2015,pukul 09.00 wib. 53

YK, Salatiga, Wawancara pada tanggal 29 Oktober 2015,pukul 09.00 wib.

Page 24: Studi Pendidikan Agama Kristen terhadap Pendidikan Pemuda ......bagian yaitu bagian pertama teori Pendidikan Agama Kristen dari Thomas Groome, Hope Antone yang kedua adalah teori Pendidikan

19

salatiga. Pelayan ini kemudian ditempatkan di Komisi pemuda karena sebelumnya aktif di

komisi remaja yang kemudian dipindahkan untuk mengatasi komisi pemuda ini.54

Komisi ini

bentuk bukan hanya mewadahi pemuda jemaat GKI Salatiga namun juga pemuda di luar jemaat

GKI Salatiga.55

Kemudian komisi muda dikenal dengan nama Soda Gembira atau yang dikenal

dengan sebutan Sore MuDa Gembira. Soda Gembira sendiri merupakan persekutuan pemuda

berbeda dari yang lain. Perbedaan ini karena pemudanya berasal dari berbagai daerah, berbagai

suku, berbagai golongan dan etnis.

d. Pendidikan Pemuda di GKI Salatiga

Pendidikan adalah suatu usaha untuk membimbing keluar. 56

Berdasarakan pengertian

pendidikan tersebut maka dapat ditentukan bagaimana pendidikan terkhususnya Pendidikan

Agama Kristen untuk pemuda. Pendidikan Agama Kristen Pemuda merupakan sebuah usaha

untuk bisa mendidik, membimbing, dan menemukan sesuatu, untuk pemuda secara sistematis

dan terus menerus,57

dengan memperhatikan konteks di kehidupan pemuda. Penekananya

terletak pada mempelajari kembali sifat dan keadaan kaum pemuda itu, serta mempertimbangkan

kembali suasana dan metode itu. 58

Berkaitan dengan pengertian Pendidikan Agama Kristen Pemuda, maka GKI Salatiga dalam

melakukan pendidikan tersebut dilakukan melalui beberapa aspek kegiatan yakni:

a. Ibadah Soda Gembira.

Ibadah pemuda diwujudkan dalam ibadah soda gembira (sore Muda gembira) yang

dilakukan pada setiap hari Sabtu jam 16.30–18.30 wib. Ibadah yang dilakukan di

pemuda GKI salatiga, sangat berbeda dengan yang lain.59

Mengapa, karena dalam

setiap kegiatan ibadahnya dibuat dalam setiap konsep yang berbeda. Konsep-konsep

yang ditawarkan sangat berbeda dengan yang lain, yaitu tercermin melalui tema-tema

54

YK, Salatiga, Wawancara pada tanggal 29 Oktober, 2015, pukul 09.00 wib. 55

DP,Salatiga, Wawancara pada tanggal 29 Oktober, 2015, pukul 13.00 wib. 56

Nuhamara, Pembimbing Pendidikan Agama Kristen, 4. 57

Groome, Christian Religious Education Berbagi Cerita dan Visi Kita, 29. 58

Homrighausen & Enklaar, Pendidikan Agama Kristen, 138-139. 59

AA, Salatiga, Wawancara pada tanggal 31 Oktober 2015,pukul 19.00 wib.

Page 25: Studi Pendidikan Agama Kristen terhadap Pendidikan Pemuda ......bagian yaitu bagian pertama teori Pendidikan Agama Kristen dari Thomas Groome, Hope Antone yang kedua adalah teori Pendidikan

20

yang disajikan kepada pemuda melalui ibadah soda gembira tersebut. Ibadah tersebut

diberikan nuansa yang berbeda dengan pembawa firman dan metode yang dibawakan

berbeda setiap minggunya. Ibadah tersebut selain firman juga membawakan puji-

pujian, yang menjadi ciri khas adalah puji–pujian tersebut tidak semua merupakan

pujian yang modern saja namun juga dipadukan dengan NKB (Nyanyikanlah Kidung

Baru), Kidung Jemaat, dan Kidung Pujian dengan mengadopsi liturgi yang biasanya

dipakai waktu ibadah umum hari minggu GKI Salatiga. Selain ibadah itu, diadakan

ibadah padang dengan konsep yang hampir sama dengan ibadah biasa namun dengan

konteks diluar ruangan. Sehingga diharapkan bisa menyatu dengan alam. Konsep

ibadah padang tersebut menitikberatkan pada kecerdasan naturalis. Kecerdasan

naturalis yang merupakan 1 dari salah satu konsep kecerdasan majemuk atau

mengembangkan kemampuan diri selain didalam ruangan. Sehingga dengan begitu

bisa dekat dengan alam dan meningkatkan kepekaan terhadap lingkungan sekitar.60

b. PA (pendalaman Alkitab)

Pendalaman Alkitab, Komisi Pemuda juga melakukan pendalaman alkitab.

Kegiatan itu juga digunakan juga untuk mendidik para pemuda untuk bisa mendalami

alkitab yang kemudian diterapkan dalam konteks kehidupan mereka. Pendalaman

alkitab ini dilakukan satu bulan sekali dan kegiatan ini dilaksanakan pada sabtu sore

hari pukul 17.00 wib yang merupakan bagian dari ibadah soda gembira.61

c. Olahraga.

Upaya selanjutnya adalah melalui olahraga. Olahraga dilakukan 2 Minggu sekali.

Dengan olahraga yang berbeda-beda setiap minggunya. Olaharga suka ria ini

merupakan kegiatan yang dimana mempunyai tujuan bukan hanya dalam iman saja

yang sehat tetapi jasmani juga sehat.62

Olahraga ini diharapkan bisa mendidik para

pemuda. Banyak nilai yang terkandung didalam sebuah olahraga sehingga para

60

Sumiyatiningsih, Mengajar dengan Kreatif dan Menarik, 145. 61

ST Wawancara pada tanggal 30 Oktober 2015,pukul 14.00 wib. 62

TD Wawancara pada tanggal 31 Oktober 2015,pukul 16.00 wib.

Page 26: Studi Pendidikan Agama Kristen terhadap Pendidikan Pemuda ......bagian yaitu bagian pertama teori Pendidikan Agama Kristen dari Thomas Groome, Hope Antone yang kedua adalah teori Pendidikan

21

pemuda bisa mengambangkan iman dan jasmani mereka didalam olahraga tersebut.63

Tujuanya adalah membentuk suasana persekutuan yang solid antar pemuda.

Melihat kegiatan–kegiatan yang dilakukan dan dibuat oleh pengurus pemuda, maka kegiatan-

kegiatan itu sudah baik dan sudah mendidik karena dilakukan secara terus menerus, dan sesuai

konteks kehidupan mereka. Dengan melihat kegiatan – kegiatan ini sesuai dengan pendapat

Kohlberg untuk mengikuti perkembangan moral para pemuda.64

Perkembangan moral ini juga

diikuti dengan perkembangan iman sesuai iman mereka yang sejalan dengan pemikiran Atmadja

Hadinoto.65

Namun kegiatan–kegiatan itu perlunya dibuat sebuah kurikulum. Kurikulum tersebut

berguna untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai66

dalam setiap proses kegiatan tersebut.

Sehingga GKI Salatiga khususnya pemuda membutuhkan kurikulum untuk mencapai tujuan apa

yang diinginkan. Selain kurikulum juga dibutuhkan Pendamping pemuda, walaupun sudah ada

pendamping pemuda baik pendamping kategorial maupun majelis pendamping namun

diperlukan pendamping yang benar–benar fokus di pemuda. Pendamping ini mempunyai fungsi

untuk bisa mengontrol, dan melihat bagaimana pendidikan pemuda yang sedang berlangsung.

e. Kurikulum

Berhubungan dengan kegiatan – kegiatan yang dimiliki oleh komisi pemuda maka

pengurus komisi muda GKI Salatiga membuat sebuah kurikulum. Kurikulum yang dibuat ini

disesuaikan dengan konteks pemuda di GKI Salatiga. Mereka membuat sendiri kuriukulum yang

dipakai untuk kegiatan–kegiatan yang ada terutama dalam menentukkan tema–tema setiap

minggu dalam kegiatan ibadah. GKI Salatiga telah memberikan sepenuhnya terhadap pengurus

yang ada dengan tetap diawasi dalam pembuatan kurikulum tersebut oleh majelis pendamping.67

GKI Salatiga belum mempunyai kurikulum yang khusus dibuat oleh untuk komisi pemuda yang

berasal dari gereja.68

GKI Salatiga pada waktu itu menawarkan sebuah kurikulum namun karena

63

JN Wawancara pada tanggal 31 Oktober 2010, pukul 18.00 wib. 64

Atmadja Hadinoto,Dialog dan Edukasi, 223. 65

Atmadja Hadinoto,Dialog dan Edukasi, 223. 66

Iris V. Cully, The Bible in Christian Education (Augsburg: Fortrees Publisher, 2006), 16–17. 67

ST Wawancara pada tanggal 30 Oktober 2015,pukul 14.00 wib. 68

YK, Salatiga, Wawancara pada tanggal 29 Oktober 2015,pukul 09.00 wib.

Page 27: Studi Pendidikan Agama Kristen terhadap Pendidikan Pemuda ......bagian yaitu bagian pertama teori Pendidikan Agama Kristen dari Thomas Groome, Hope Antone yang kedua adalah teori Pendidikan

22

tidak cocok dengan konteks yang ada sehingga kurikulum dari sinode GKI SW Jateng tidak

dipakai. 69

Kurikulum yang tidak sesuai tersebut tidak dipakai karena tidak sesuai konteks

kebutuhan pemuda GKI Salatiga. Padahal kurikulum yang kontekstual merupakan kebutuhan

yang mendesak bagi seluruh gereja termasuk GKI Salatiga. Oleh karena itu di gereja, para

pengerja dan pemimpinnya harus belajar merencanakan dan mengembangkan kurikulum

pelayanan berbagai kategori dan kelompok warga gereja70

termasuk pelayanan kategorial komisi

pemuda. Selain itu tidak hanya kurikulum yang dibuat memuat tema, isi dan tujuan, namun

kurikulum juga harus bisa membina jemaatnya, terutama jemaat pemuda di GKI Salatiga. Dilihat

dari fungsinya71

kurikulum yang dapat membina jemaat akan dapat meningkatkan potensi, dan

dapat mengevaluasi apa yang tidak sesuai di masyarakat,72

dan juga kurikulum yang dibuat

berdasarkan tujuan dan komponen kurikulum yang kontekstual.73

Sehingga dapat dijadikan

pedoman utama untuk membina warga jemaat khususnya pemuda. Maksudnya agar pemuda bisa

mengembangkan kemampuan berpikir dari apa yang mereka dapatkan, dan juga bisa digunakan

sebagai pemelihara pengajaran.74

Sehingga terlihat dari atas walaupun sudah ada kurikulum

tersebut diperlukan pendamping dari gereja yang mengontrol kualitas pelayanan.

Lebih lanjut kurikulum yang dapat menjawab kebutuhan yakni seperti tema yang dapat

menarik minat pemuda misalnya tema tentang kehidupan pemuda dalam kegiatan sehari-hari,

cinta, jodoh, karakter pemuda, tema-tema alkitab, yang kemudian dikemas secara menarik oleh

pembicara sehingga menimbulkan kesan yang mendalam bagi pemuda. Tema–tema tersebut

yang nantinya akan mengembangkan iman, perkembangan moral pemuda dalam hal membangun

relasi dengan sesama. Dengan kurikulum yang sesuai konteks tersebut maka ini sejalan dengan

69

ST Wawancara pada tanggal 30 Oktober 2015,pukul 14.00 wib. 70

Junihot M. Simanjuntak, "Implikasi Konsep Dan Desain Kurikulum Dalam Tugas Pembinaan Warga

Jemaat." Jurnal Jaffray 12.2 (2014): 251-272. 71

Sanjaya Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara,2008), 10 -11. 72

Bandingkan dengan Sukiswa Iwam, Dasar-Dasar Umum Manajemen Pendidikan, (Bandung: Tarsito

1986),16-17. 73

S. Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, (Jakarta: Bumi Aksara,1989), 9-10. 74

Hamalik, Proses Belajar Mengajar, 10-11.

Page 28: Studi Pendidikan Agama Kristen terhadap Pendidikan Pemuda ......bagian yaitu bagian pertama teori Pendidikan Agama Kristen dari Thomas Groome, Hope Antone yang kedua adalah teori Pendidikan

23

pemikiran Homrighausen dan Enklaar yang mengungkapkan bahwa kurikulum75

yang sesuai

dapat mencapai tujuan yang diinginkan dalam pendidikan tersebut khususnya untuk pemuda.

Selanjutnya dalam proses juga di berikan gambaran-gambaran umum tentang opsi

kegiatan yang kira-kira dapat dilakukan seperti, perkunjungan, serta dapat membangun relasi

dengan beberapa lembaga sosial yang ada. Dengan kegiatan-kegiatan itu bisa mengembangkan

iman mereka serta menambah wawasan mereka. Pertimbangannya rata-rata pemuda adalah

mahasiswa jadi gambaran ini dapat relevan dengan kegiatan-kegiatan itu sesuai dengan konteks

kehidupan pemuda.Selain itu, untuk pelaksanaannya maka dibutuhkan pendamping yang dibagi

perannya dengan jelas dan terstruktur, namun bersifat fleksibel sehingga pendamping dapat

mengetahui apa yang akan dilakukannya. Dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan.

f. Pendamping Pemuda

Pendamping pemuda di GKI Salatiga terdiri dari 2 orang yaitu Majelis pendamping dan

pendamping kategorial pemuda. Majelis pendamping di Komisi pemuda ini mendapatkan tugas

selain melihat perkembangan pemuda di GKI Salatiga juga dalam rangka melihat dan mengawasi

pembuatan kurikulum itu apakah melenceng dari visi–misi gereja yang sudah ditetapkan oleh

GKI Salatiga, serta mengawasi dan mengontrol dalam pemakaian dana Gereja.76

Selanjutnya

secara umum tugas dari pendamping kategorial adalah mendampingi Komisi Muda dalam setiap

kegiatan serta membantu majelis jemaat dalam bidang pelayanan kategorial. Kemudian menjadi

perantara antara komisi muda dengan majelis pendamping. Tugas selanjutnya adalah

pendamping kategorial ini juga ikut terlibat dalam penyusunan program komisi muda GKI

Salatiga.77

Sebagai pendamping kategorial, tidak termasuk dalam struktur kepengurusan komisi

muda karena hanya menjalankan fungsi kontrol dan pendampingan guna membantu Majelis

dalam pelayanan kategorial.78

Pendampingan tersebut mempunyai fungsi, yaitu fungsi kontrol dan pendampingan.

Fungsi ini diberikan oleh gereja kurang maksimal, karena hanya memberikan 2 pendamping

75

Homrighausen & Enklaar, Pendidikan Agama Kristen, 138-139 dan Sumiyatiningsih, Mengajar dengan

Kreatif dan Menarik, 54-55. 76

DP Wawancara pada tanggal 29 Oktober 2015,pukul 13.00 wib. 77

AS, Salatiga, Wawancara pada tanggal 30 Oktober 2015, pukul 14.45 wib. 78

AS, Salatiga, Wawancara pada tanggal 30 Oktober 2015,14.45 wib.

Page 29: Studi Pendidikan Agama Kristen terhadap Pendidikan Pemuda ......bagian yaitu bagian pertama teori Pendidikan Agama Kristen dari Thomas Groome, Hope Antone yang kedua adalah teori Pendidikan

24

yaitu pendamping kategorial dan Majelis pendamping. Dalam hal ini dilihat dari teori

Homrigaushen dan Enklaar yang memberikan pemikiran bagaimana cara bekerja didalam

pemuda.79

Cara bekerja di pemuda adalah dengan memberikan pengertian dan perhatian kepada

pemuda.80

Terlihat dari sini Pendamping yang gereja berikan hanya memberikan kontrol dan

pendampingan saja guna membantu gereja. Sehingga pengertian dan perhatian yang seharusnya

gereja berikan tidak tersalurkan dengan baik.

Dengan tidak tersalurkan dengan baik maka pembinaan warga gereja dan Pendidikan

Agama Kristen yang dilakukan tidak dapat mencapai tujuan akhirnya secara maksimal, terutama

di pemuda. Selain itu Gereja juga hanya memberikan dana saja untuk mendukung kegiatan

pemuda. Dengan hanya menerima pemberian dana saja, Gereja seolah-olah tidak memberikan

perhatian kepada pemuda khususnya di bagian Pendidikan Agama Kristen. Karena Pendidikan

Agama Kristen yang diterima oleh jemaat (pemuda) hanya berdasarakan apa yang direncanakan

dan dibuat oleh pengurus komisi pemuda dan gereja disini tidak memberikan Pendidikan Agama

tersebut. Dilihat dari pembimbingan iman sehingga tidak sesuai dengan teori yang diberikan oleh

Homrigaushen dan Enklaar yang menekankan memberikan perhatian, pengertian, dan

pendidikan terutama Pendidikan Agama Kristen.81

Jika hal ini tidak dilakukan maka meskipun

kurikulumnya ada itu hanya tertulis dan tidak dapat terlaksana dengan baik.

Lebih lanjut seharusnya, koordinasi yang dilakukan dalam pendampingan seharusnya di

bangun dalam perannya sebagai pendamping terutama untuk memberikan perhatian kepada

pemuda, agar dapat sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Homrigausen dan Enklaar

mengenai pendampingan itu82

yaitu dengan gereja menerima mereka sebagaimana mereka ada,

dengan menunjukkan pengertian dan minat sungguh-sungguh terhadap masalah-masalah dan

pergumulan mereka. Sehingga tercapai apa yang ingin dituju antara gereja dan komisi pemuda

dalam melaksankan dan mendidik para pemuda, terkhusus pemuda di GKI Salatiga.

79

Homrighausen & Enklaar, Pendidikan Agama Kristen, 138. 80

Ibid, 138. 81

Homrighausen E. G & I.H Enklaar, Pendidikan Agama Kristen, 139. 82

Homrighausen E. G & I.H Enklaar, Pendidikan Agama Kristen, 139.

Page 30: Studi Pendidikan Agama Kristen terhadap Pendidikan Pemuda ......bagian yaitu bagian pertama teori Pendidikan Agama Kristen dari Thomas Groome, Hope Antone yang kedua adalah teori Pendidikan

25

6. ANALISA

Dalam analisa ini ditemukan bahwa ada dua permasalahan yaitu tentang kurikulum dan

pendamping pemuda.

a. Kurikulum

Kurikulum yang diberikan kepada GKI Salatiga diperoleh dari Sinode GKI SW Jateng

sehingga tidak sesuai konteks kehidupan pemuda di GKI Salatiga. Secara Khusus GKI Salatiga

dalam hal ini mempunyai kurikulum untuk pemuda. Kurikulum diserahkan kepada pengurus

sehingga ini sangatlah tidak bagus bagi perkembangan iman pemuda itu sendiri. Dengan

diserahkan kepada pengurus pemuda saja ini kurang sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh

Thomas Groome bahwa haruslah sengaja, sistematis, terus–menerus untuk menyampaikan,

menimbulkan, atau memperoleh pengetahuan, sikap–sikap, nilai-nilai, keahlian–keahlian, atau

kepekaan–kepekaan, juga setiap akibat dari usaha itu.83

Sehingga diharapkan dengan adanya

kurikulum hal itu bisa dapat terwujud tujuan dalam memberikan Pendidikan Agama Kristen

khususnya kepada pemuda sehingga bukan pengurus komisi pemuda saja melainkan juga gereja

juga ikut terlibat dalam pemberian Pendidikan Agama Kristen tersebut.

Kurikulum untuk pemuda di GKI tidak ada, ini tidak sesuai teori yang diungkapkan oleh

Dien dan Homrighausen dan Enklaar Kurikulum seharusnya bermuara pada pemberian

pengalaman untuk peserta didik yang didesain secara baik dan dilaksanakan dengan benar

sehingga dapat tercapai tujuan secara umum dan secara khusus melalui pembelajaran atau

pendidikan yang dilakukan.84

Sehingga dalam pembuatan tema-tema untuk berbagai kegiatan

mampu menjawab kebutuhan pemuda secara konkrit. Sehingga jika tidak ada kurikulum tersebut

maka tujuan secara umum dan secara khusus yang gereja dan pengurus inginkan tidak tercapai.

Kurikulum yang dibuat untuk pemuda hrauslah bermuatan setidakanya 10 dasar yang sesuai

diungkapkan oleh Dien, namun dalam kurikulum di GKI itu tidak ada sehingga ini tidak sesuai.

Maka dapat ditambahkan ketika membuat kurikulum khusunya untuk pemuda berisi muatan 10

dasar kurikulum tersebut sesuai yang diungkapkan oleh Dien. Tujuannya yang terutama adalah

83

Groome, Christian Religious Education Berbagi Cerita dan Visi Kita, 29. 84

Sumiyatiningsih, Mengajar dengan Kreatif dan Menarik, 54–55.

Page 31: Studi Pendidikan Agama Kristen terhadap Pendidikan Pemuda ......bagian yaitu bagian pertama teori Pendidikan Agama Kristen dari Thomas Groome, Hope Antone yang kedua adalah teori Pendidikan

26

supaya dalam mengajar, pendidik dapat melakukannya dengan tujuan yang jelas didalam aspek–

aspek dalam kurikulum dibuat tersebut.85

b. Pendamping Pemuda

Pendamping Pemuda di GKI Salatiga seperti yang sudah dijelaskan berisikan 2 orang dari

majelis pendamping dan pendamping kategorial. Mereka mempunyai tugas hanya sebagai

pengontrol pembuatan kurikulum itu apakah melenceng dari visi–misi gereja yang sudah

ditetapkan oleh GKI Salatiga, serta mengawasi dan mengontrol dalam pemakaian dana Gereja.86

Fungsi yang hanya memberikan,mengontrol dana,dan juga hanya memberikan pengawasan

terhadap aktivitas pengurus dan pemuda supaya tidak melenceng dari visi misi GKI Salatiga. Ini

kurang sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Homrigauhsen dan Enklaar cara bekerja di

dalam pemuda. Beberapa hal yang diungkapkan oleh Homrighausen dan Enklaar adalah dengan

menunjukkan pengertian dan minat sungguh-sungguh terhadap masalah-masalah dan

pergumulan mereka.87

Selain itu juga para pendamping pemuda juga memperhatikan pengajaran

tidak hanya terbatas pada pengajaran secara teori saja melainkan supaya mereka belajar

mempraktekkan segala pelajaran yang diberikan dalam berbagai aktivitas yang mendatangkan

manfaat bagi umum.88

Terlihat dari teori ini maka gereja yang diwakili oleh pendamping majelis dan pendamping

kategorial pemuda tidak sejalan dengan teori tersebut. Sehingga bekerja di dalam pemuda tidak

dapat terlaksana dan Pendidikan Agama Kristen khususnya untuk yang seharusnya dapat

tersalurkan menjadi terhambat. Pembentukan iman juga tidak sepenuhnya dapat dijalankan

dengan baik. Karena dalam Pendidikan Agama Kristen mempunyai tujuan pekerjaan yang

diungkapkan oleh Homrighausen dan Enklaar untuk menolong mereka mendapati dan mengenali

maksud Tuhan bagi kehidupan mereka sendiri, supaya mereka memandang hidup mereka dalam

kehendak Tuhan.89

Dengan pendampingan seperti itu maka dapat diharapkan dapat terarah dan

Pendidikan Agama Kristen dapat mereka gunakan bukan hanya teori saja melainkan juga

dilakukan dalam kehidupan mereka.

85

Sumiyatiningsih, Mengajar dengan Kreatif dan Menarik, 55. 86

DP Wawancara pada tanggal 29 Oktober 2015,pukul 13.00 wib. 87

Homrighausen & Enklaar, Pendidikan agama Kristen,161. 88

Homrighausen & Enklaar, Pendidikan agama Kristen,161. 89

Homrighausen & Enklaar, Pendidikan agama Kristen,161.

Page 32: Studi Pendidikan Agama Kristen terhadap Pendidikan Pemuda ......bagian yaitu bagian pertama teori Pendidikan Agama Kristen dari Thomas Groome, Hope Antone yang kedua adalah teori Pendidikan

27

7. PENUTUP

Pada bagian ini berisi kesimpulan secara keseluruhan terkait masalah dan pembahasan

yang telah diteliti dan dianalisis beserta dengan saran.

a. Kesimpulan

Melihat permasalahan yang diangkat mengenai bagaimana pendidikan pemuda di

GKI Salatiga ditinjau dari perspektif Pendidikan Agama Kristen. Melalui proses

penelitian, analisa, dan hasil penelitian sehingga dapat diketahui bagaimana pendidikan

pemuda di GKI Salatiga ditinjau dari perspektif Pendidikan Agama Kristen. Dalam hal

ini gereja kurang memberikan perhatian yang khusus untuk pemuda. Gereja GKI Salatiga

hanya mengontrol dan memberikan dana. Sedangkan hal memberikan pendidikan

pemuda diberikan sepenuhnya tanggungjawab kepada pengurus komisi pemuda.

b. Saran

Saran, dalam hal ini penulis ingin memberikan saran kepada pihak-pihak yang

terkait.

Pihak pertama; diberikan kepada fakultas Teologi UKSW yang

merupakan pusat dalam membagi ilmu terutama ilmu Pendidikan Agama

Kristen. Melalui mata kuliah Pendidikan Agama Kristen dan Pendidikan

Agama Kristen kategorial (pemuda) maka pendeta atau pelayan dapat

mengembangkan ilmu tersebut kedalam pelayanannya di kategorial,

terkhusus di pemuda.

Pihak kedua ; Saran penulis kepada GKI Salatiga. GKI Salatiga sebagai

gereja yang mewadahi komisi pemuda. adalah gereja harus bisa membuka

pikiran mereka bahwa komisi pemuda penting dalam kehidupan bergereja.

Sehingga Gereja sebagai wadah komisi ini harus bisa lebih fokus terhadap

perkembangan dan pendidikan agama kristen yang mereka terima. Selain

itu gereja harus bisa menjalin kerjasama dengan komisi pemuda lebih dari

memberikan seorang Majelis pendamping. Namun juga gereja harus

memperhatikan perhatian kepada mereka. Selain itu pendidikan yang

diterima bukan hanya melalui pengurus komisi, namun gereja juga bisa

Page 33: Studi Pendidikan Agama Kristen terhadap Pendidikan Pemuda ......bagian yaitu bagian pertama teori Pendidikan Agama Kristen dari Thomas Groome, Hope Antone yang kedua adalah teori Pendidikan

28

memberikan sumbangan kepada pemuda dengan membuat kurikulum

yang sesuai dengan konteks pemuda di GKI Salatiga.

Pihak ketiga; saran penulis kepada pengurus komisi muda GKI Salatiga.

Kepada pengurus komisi muda, melihat bahwa upaya–upaya dilakukan

mendidik pemuda GKI Salatiga sangat baik sehingga perlu pengembangan

lebih lanjut dalam program dan kegiatan. Pendidikan juga bisa melalui

kegiatan lain yaitu perkunjungan. Dengan perkunjungan maka pendidikan

agama kristen juga dapat diperoleh. Sehingga memasukkan program atau

kegiatan perkunjungan bisa dilakukan

Page 34: Studi Pendidikan Agama Kristen terhadap Pendidikan Pemuda ......bagian yaitu bagian pertama teori Pendidikan Agama Kristen dari Thomas Groome, Hope Antone yang kedua adalah teori Pendidikan

29

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah,T. pemuda dan perubahan sosial, LP3ES, Jakarta, 1974.

Abu, A. dan Munawar, S. Psikologi Perkembangan, Jakarta: Rineka Cipta, 2005.

Atmadja, H. N. K, Dialog dan Edukasi, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001.

Elizabeth, B. H. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan sepanjang rentang kehidupan,

Jakarta : Erlangga,1980.

Groome, T. H. Christian Religious Education Berbagi Cerita dan Visi Kita,

Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011.

Gunarsa, S. Psikologi Pemuda dan Keluarga,Jakarta: BPK GM, 2002.

Gould, R. Adult Life Stages: Growth Toward Self-tolerance, Psychology Today, 1975.

Hardi, B. Dasar–dasar Pendidikan Agama Kristen, Yogyakarta: ANDI Offset, 2011.

Harun, H. Iman Kristen, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1984.

H. Berkhof. & I.H. Enklaar, Sejarah Gereja,Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1985.

Homrighausen, E. G & I.H Enklaar, Pendidikan Agama Kristen,Jakarta : BPK

Gunung Mulia, 1984.

Irwanto. Focused Group Discussion (FGD): Sebuah Pengantar Praktis,Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia 2006.

Iwam, S. Dasar-Dasar Umum Manajemen Pendidikan, Bandung: Tarsito 1986.

Koentjaraningrat. Metode –Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: Gramedia,

1977.

Laporan Hasil Lokakarya Perencanaan Pembinaan Pemuda Gereja di Indonesia, Supaya kami

Tahan Uji,Departemen Pembinaan dan pendidikan Dewan Gereja-gereja di Indonesia, 1981.

Max, S. R. Psikologi Perekembangan, Jakarta: Erlangga,1980.

Majelis GKI Salatiga, Buku Kehidupan Jemaat Tahun 2013-2014.

Nuhamara, D. Pemimbing PAK,Bandung: Jurnal Info Media, 2007.

Nazir, M. Metode penelitian,Jakarta : Ghalia Indonesia, 1988.

Prodjowijono, S. Manajemen Gereja, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008.

Sumiyatiningsih, D. Mengajar dengan Kreatif dan Menarik, Yogyakarta: ANDI, 2012.

Page 35: Studi Pendidikan Agama Kristen terhadap Pendidikan Pemuda ......bagian yaitu bagian pertama teori Pendidikan Agama Kristen dari Thomas Groome, Hope Antone yang kedua adalah teori Pendidikan

30

Van, D. E. T. Harta dalam Bejana, Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2007.

Simanjuntak, Junihot M. "Implikasi Konsep Dan Desain Kurikulum Dalam Tugas Pembinaan

Warga Jemaat." Jurnal Jaffray 12.2 (2014): 251-272.