195
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR) KAUM URBAN (STUDI KASUS KOMUNITAS PUNK DI KOTA SURAKARTA) TAHUN 2009-2010 Skripsi Oleh : LISTYA INTAN ARTIANI NIM K5405026 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR)

KAUM URBAN (STUDI KASUS KOMUNITAS PUNK DI KOTA

SURAKARTA)

TAHUN 2009-2010

Skripsi

Oleh :

LISTYA INTAN ARTIANI

NIM K5405026

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

Page 3: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

Page 4: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

ABSTRAK

Listya Intan Artiani. K5405026. STUDI PERILAKU MENYIMPANG

(DEVIANT BEHAVIOR) KAUM URBAN (STUDI KASUS KOMUNITAS

PUNK DI KOTA SURAKARTA) TAHUN 2009 - 2010. Skripsi. Surakarta:

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret. Maret.

2011.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Persebaran komunitas punk

(scene punk) di Kota Surakarta. 2) Karakteristik punk di Kota Surakarta. 3)

Persepsi masyarakat terhadap perilaku kaum punk. Penelitian ini menggunakan

metode penelitian kualitatif deskriptif. Sumber data diperoleh dari informan,

peristiwa / aktivitas, tempat / lokasi dan dokumen. Informan yang dipilih yaitu

kaum punk Kota Surakarta, sebagian kaum punk selain Kota Surakarta yang dapat

membantu memberikan informasi, sebagian masyarakat yang bisa dimintai

keterangan, baik itu masyarakat di lingkungan kaum punk tinggal maupun

masyarakat di sekitar tempat berkumpulnya kaum punk. Teknik sampling yang

digunakan adalah purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan

adalah wawancara terstruktur, pengamatan atau observasi, analisis dokumen, dan

kuesioner atau angket. Validitas data diperoleh melalui triangulasi data dan

metode. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis spasial dengan

menggunakan peta dan model analisis interaktif (interactive of analysis model).

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: 1) Distribusi tempat

berkumpulnya komunitas punk (scene punk) di Kota Surakarta meliputi beberapa

lokasi yaitu: Sriwedari, Kleco, Purwosari, Gladhag, Ngapeman, Brondongan,

Timuran, Ngarsopuro, dan Proliman. 2) Kaum punk di Kota Surakarta memiliki

latar belakang dan karakteristik yang berbeda-beda. Karakteristik tersebut antara

lain karakteristik demografi, karakteristik sosial ekonomi, karakteristik punk, dan

karakteristik lain-lain. a) Karakteristik demografi kaum punk Kota Surakarta

yaitu: (1) mayoritas yang tergabung dalam komunitas punk rata-rata berjenis

kelamin laki-laki dengan presentase ± 92,86 %, sedangkan presentase perempuan

± 7,14 %; (2) mayoritas yang tergabung dalam komunitas punk tergolong dalam

usia remaja; (3) sebagian besar kaum punk memiliki status belum pernah menikah

dengan presentase ± 92,86 %, sedangkan punk yang telah menikah ± 7,14 %; (4)

rata-rata yang tergabung dalam komunitas punk di Kota Surakarta berasal dari

dalam Kota Surakarta itu sendiri dengan presentase ± 64,29 %, sedangkan yang

berasal selain dari Kota Surakarta ± 35,71 %. b) Karakteristik sosial ekonomi

kaum punk Kota Surakarta yaitu: (1) pada umumnya yang tergabung dalam dalam

komunitas punk adalah mereka yang memiliki tingkat pendidikan jenjang SMA

dengan presentase ± 61,43 %; (2) berdasarkan hasil pengamatan di lapangan jenis

pekerjaan mereka seperti wiraswasta, percetakan, tattoo artist, design grafis,

ngamen, sablon kaos, buruh kasar, dan lain-lain. c) Karakteristik punk Kota

Surakarta yaitu: (1) fashion dan musik meliputi: (a) mayoritas punk di Kota

Surakarta memiliki tata rambut yang masuk kedalam kategori lain-lain dengan

presentase ± 47,14 %. Sebagian besar punk di Kota Surakarta memiliki warna

rambut yang dicat hitam dengan presentase 58,57 %; (b) sebagian besar punk di

Page 5: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

Kota Surakarta sering menggunakan kaos berwarna hitam dan berdesign band-

band punk lokal dengan presentase ± 78,58 %; (c) pada umumnya punk di Kota

Surakarta memakai celana gunung dengan presentase sebesar ± 54,29 %.

Sebagian besar punk atau ± 87,14 % dari responden menempel emblem di celana

atau jaket mereka; (d) mayoritas kaum punk memakai sepatu boot merk lain yaitu

sepatu boot selain Doc. Mart atau sepatu boot yang dipesan dari perajin di

Jogjakarta atau Jakarta dengan presentase ± 67,15 %; (e) mayoritas punk memakai

piercing atau tindik dengan presentase ± 64,29 %, sedangkan yang tidak memakai

piercing atau tindik hanya ± 35, 71 %; (f) sebagian besar kaum punk memiliki tato

permanen di tubuhnya dengan presentase ± 68,57 %; (g) sebagian besar punk di

Kota Surakarta ± 54,29 % beraliran street punk, sedangkan anarcho punk di Kota

Surakarta hanya ± 25,71 %. Mayoritas kaum punk di Kota Surakarta kurang

menyukai aliran crustcore dan melodic. (2) Sikap dan perilaku punk yaitu: (a)

tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari masing-masing kriteria pada

intensitas kaum punk di lokasi scene. Masing-masing kriteria hampir memiliki

presentase yang sama ± 30 %. Mayoritas punk di Kota Surakarta memiliki radius

rumah dengan lokasi scene > 1,5 km dengan presentase ± 81,43 %; (b) seluruh

kaum punk pernah berkunjung ke scene punk ke luar kota atau scene punk daerah

lain dengan presentase ± 100 %; (c) kaum punk sering mengunjungi gigs punk

baik didalam maupun luar Kota Surakarta. Menurut hasil penelitian tidak

ditemukan punk yang tidak pernah mengunjungi gigs. Setiap punk pasti pernah

mengunjungi gigs; (d) sebagian besar kaum punk paham tentang norma-norma

dalam masyarakat dengan presentase ± 95,71, tetapi norma-norma tersebut tidak

mereka implementasikan dalam kehidupan sehari-hari; (e) kaum punk di Kota

Surakarta kadang-kadang memiliki sikap antipati terhadap masyarakat sekitar

dengan presentase ± 68,57 %. d) Karakteristik lain-lain kaum punk Kota Surakarta

yaitu: (1) hampir seluruh kaum punk Kota Surakarta masih memiliki orang tua;

(2) hampir seluruh kaum punk Kota Surakarta pernah dikejar atau terkena razia

oleh aparat negara terutama Satpol PP. 3) Persepsi masyarakat terhadap komunitas

punk adalah punk merupakan salah bentuk perilaku menyimpang (deviant

behavior). Mayoritas masyarakat menganggap perilaku punk menyimpang dari

tendensi sentral karena hal tersebut tercermin dari fashion dan lifestyle komunitas

punk yang berbeda dari masyarakat pada umumnya, namun dibalik semua itu

punk memiliki sebuah kreatifitas tersendiri. Tidak menutup kemungkinan bahwa

punk dekat dengan alkohol, walaupun tidak semua punk adalah alkoholik.

Page 6: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

ABSTRACT

Listya Intan Artiani. K5405026. THE BEHAVIORAL STUDY DIGRESS

(DEVIANT BEHAVIOR) OF THE URBAN CLAN (THE CASE STUDY OF

COMMUNITY PUNK IN SURAKARTA) OF THE YEAR 2009-2010.

Thesis. Surakarta: Teacher Training and Education Faculty, Sebelas Maret

State University of Surakarta. March. 2011.

The objective of this research are: 1) To know the disseminating of the

punk community (punk scene) in Surakarta. 2) The characteristic of punk in

Surakarta. 3) The society perception to the behavior of punk. This research uses

the descriptive research method qualitative. The data source obtained from the

informant, event / activity, place / location and document. The informant who

selected is the punk clan in Surakarta, besided that the partly of punk outside

Surakarta also can be asked some information, the partly of society which can be

asked information, even that society in the environment of the punk omit and also

the society around their place gather. Sampling technique that used is purposive

sampling. The technique of data collecting that used is the structure interview, the

perception or observation, analyse the document, and enquette. The validity of

data was obtained through the triangulation of data and method. The technique

analyse of data that used is analysis spatial by using map and interactive of

analysis model.

Based on the result of this research, this is can conclude as follows: 1) The

place distribution gather of the punk community (punk scene) covering some

location that is: Sriwedari, Kleco, Purwosari, Gladhag, Ngapeman, Brondongan,

Timuran, Ngarsopuro, and Proliman. 2) The punk in Surakarta have background

and characteristic which different each other. The characteristic for example the

demography characteristic, the economic social characteristic, the characteristic of

punk itself and others characteristic. a) The demography characteristic the punk of

Surakarta is: (1) Majority who merged into the punk community is men ± 92,86

%, while the percentage of woman about ± 7,14 %; (2) Majority who merged into

the punk community include in the adolescent age; (3) Mostly of punk having

status have never married ± 92,86 %, while the punk have been married about ±

7,14 %; (4) The mean which is merged into the punk community in Surakarta

coming from within town of Surakarta itself by percentage ± 64,29 %, while

coming apart from Surakarta ± 35,71 %. b) The economic social characteristic the

punk of Surakarta is: (1) Generally the punk who is jointed into community is

those with level of education of Senior High School ladder ± 61,43 %; (2) Based

on the the observation in the field, their work type like open the merchandise rock

shop, printing office, tattoo artist, graphical design, ngamen (sing a song on the

street), labourrer, and others. c) The characteristic the punk of Surakarta is: (1)

The fashion and music is: (a) Majority the punk of Surakarta have the hair-do

which is inclusived into the other category ± 47,14 %. Mostly of punk in

Surakarta have the hair colour painted black ± 58,57 %; (b) Mostly of punk in

Surakarta often use the black t-shirt with the local groups band of punk design ±

78,58 %; (c) Generally the punk of Surakarta use mount pants or army pants ±

Page 7: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

54,29 %. Mostly of punk or ± 87,14 % from the responder patch the emblem in

their jacket or pants; (d) Majority of punk use the dissimilar label boot besides

Doc. Mart or the boot which ordered from boot maker in Jogjakarta or Jakarta ±

67,15 %; (e) Majority of punk have piercing ± 64,29 %, while who don‟t have

piercing only ± 35,71 %; (f) Mostly of punk have the permanent tattoo in theirs

body ± 68,57 %; (g) Mostly of punk in Surakarta ± 54,29 % is a street punk, while

anarcho punk only ± 25,71 %. Majority the punk of Surakarta less take a fancy to

the crust core and melodic genre. (2) The attitude and behavioral of punk is: (a)

There are not significant difference from each criterion to the punk intensity in the

scene location. Each criterion almost have the same percentage ± 30 %. Majority

of punk in Surakarta have the house distance with the scene location > 1,5 km

about ± 81,43 %; (b) Entire of punk have paid a visit to the punk scene out town

or other ± 100 %; (c) The punk often visit the gigs punk inside and also outside

Surakarta. According to the research result is not founded the punk who have

never visited gigs. Every punk surely have visited gigs; (d) Mostly of punk

understand about the norm in the society ± 95,71 %, but they don‟t implemented it

in everyday life. (e) The punk of Surakarta sometime have the antipathy attitude

to the surround of society ± 68,57 %. d) Another characteristic the punk of

Surakarta is: (1) Almost all the punk of Surakarta still has parent; (2) Almost the

punk of Surakarta have been pursued or incurred by aparat state especially set of

police pamong district public service. (3) The society perception to the punk

community is punk represent one of behavioral form digress (deviant behavior).

The society majority assume that the punk behavior digress from the central

mainstream because of that thing have seen from the fashion and different

lifestyle of the punk community from society generally, but at the opposite of all

that punk have a separate creativity. Not close the possibility that the punk close

to alcohol, although not all punk is alcoholic.

Page 8: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

MOTTO

“Jangan pernah membeda-bedakan karena kita semua adalah sama yaitu umat

Tuhan Allah Pencipta Alam Semesta. Jadi tetaplah optimis, semangat, berjuang,

terus berkarya, dan tidak usah takut dalam menghadapi rintangan apapun. Hantam

prasangka buruk dan yakinlah kalau kita bisa. Jangan lupa selalu berdoa karena

segala sesuatu atau urusan semuanya akan kembali dan terjadi atas izin dari-Nya”.

(Penulis)

“Ikhlas dan bersabarlah”

(Penulis)

“Lakukan atau mati”.

(Bombardir)

Page 9: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

PERSEMBAHAN

Karya ini dipersembahkan

kepada:

Ayahku tersayang alm. Sukiman bin Wongso

Taruno

Ibuku yang paling sabar

Kakakku alm. Heru Subekti yang telah

banyak memberikan inspirasi hidup

Kaum Punk n Skin Kota Surakarta (semangat

Djoeang)

Kaum Punk n Skin seluruh Indonesia

Sahabat dan orang-orang yang senantiasa

menemani dan menyayangiku, kalian

membuat hari-hariku tak pernah sepi

Teman-teman Geografi 2005

Brahmahardhika Mapala FKIP UNS

Almamater

Page 10: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayahNya

skripsi ini dapat di selesaikan. Skripsi ini disusun dalam rangka untuk memenuhi

persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan dari Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian

penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan

yang timbul dapat teratasi. Untuk itu atas bantuanya, disampaikan terima kasih

kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi ijin

dalam penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Drs. Saiful Bachri, M.Pd selaku Ketua Jurusan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi ijin

dalam penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Drs. Partoso Hadi, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi ijin

dalam penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Dr. Moh. Gamal Rindardjono, M.Si selaku Pembimbing I yang telah

memberi pengarahan, bimbingan serta dorongan sampai selesainya

penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Dra. Inna Prihartini, MS selaku Pembimbing II yang telah memberi

pengarahan, bimbingan serta dorongan sampai selesainya penyusunan skripsi

ini.

6. Ibu Pipit Wijayanti, S.Si, M.Sc selaku Pembimbing Akademik.

7. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Geografi yang telah

memberikan bekal ilmu pengetahuan.

Page 11: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

8. Kaum punk dan skinhead di Kota Surakarta pada khususnya dan di Indonesia

pada umumnya yang telah banyak memberikan bantuan, dukungan, dan

motivasi.

9. Keluarga besar Sriwedari Boot Bois, Kleco, Purwosari, Gladhag, Ngapeman,

Ngarsopuro, Proliman, Timuran, Brondongan (scene komunitas punk) atas

bantuan dan dukungannya.

10. Paguyuban Wirobrajan, Jogjakarta yang telah memberikan newsletter.

11. Alm. Bp. Sukiman bin Wongso Taruna ku tersayang. Maafkan anakmu ini

yang belum bisa memberikan kebahagiaan kepada Bapak. Saya berjanji akan

melaksanakan semua pesan dan nasehat yang Bapak amanatkan kepada saya.

Terimakasih atas semua perhatian cinta, kasih sayang, kepercayaannya, doa

dan dukunganya.

12. Ibuku tersayang atas semua perhatian, doa, cinta, kasih sayang dan

ketulusannya.

13. Semua saudara dan keluarga atas doa, motivasi dan kasih sayangnya.

14. Keluarga besar drg. Sunardi atas bantuan, motivasi, dan dukungannya.

15. Keluarga besar Violet dan seluruh crew, Mas Aris, Mas Aan, Hasit, Woko,

Wawan, Prabowo alias Kholis, Widi, Atun, Alfind atas bantuan, hiburan,

motivasi, kebersamaan, dan persahabatannya. Semoga jalinan kekeluargaan

tetap terjaga sepanjang waktu. Maju dan terus berkaryalah Bengal RI.

16. Dik Gundul, Mas Kecil tato, Pedro, Mas Lius, Waras, Mas Bayu Kleco,

Pendik, Pedo, Singgih, Awank, Tegar Melati di Tapal Batas atas bantuan,

waktu, dan dukungannya.

17. Sahabatku Upik, Tanwirul Huda, Eko PP, Inez, Siti Nur Muslimah, Darsini,

Darsono, Agung Aha, Ardhian Achmad Said, Permata Gita Putri, Bu Aris,

Dania, Wahyu Artha Bayu Murti atas hiburan, motivasi, kebersamaan,

persahabatan, bantuan dan dukungannya.

18. Teman-teman Seni Rupa FKIP UNS, Udin, Tugas, Yudhi atas waktu dan

motivasinya.

19. Keluarga besar pedagang kaki lima di Boeluvard UNS atas dukungan dan

motivasinya.

Page 12: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

20. Teman-temanku Mapala Brahmahardhika FKIP UNS.

21. Teman-temanku Geo brotherhood 2005.

22. Semua pihak yang telah membantu hingga terselesainya skripsi ini.

Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari

Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu

pengetahuan di masa yang akan datang.

Surakarta, Maret 2011

Penulis,

Listya Intan Artiani

NIM. K5405026

Page 13: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………….…………………………………………… i

HALAMAN PENGAJUAN SKRIPSI ………………………………………. ii

HALAMAN PERSETUJUAN ………………………………………………. iii

HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………….. iv

ABSTRAK …………………………………………………………………… v

ABSTRACT …………………………………………………………………. vii

MOTTO ……………………………………………………………………… ix

PERSEMBAHAN …………………………………………………………… x

KATA PENGANTAR ………………………………………………………. xi

DAFTAR ISI ………………………………………………………………… xiv

DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………… xvii

DAFTAR TABEL …………………………………………………………… xix

DAFTAR PETA …………………………………………………………….. xxi

DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………… xxii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ………………………………………. 1

B. Perumusan Masalah …………………………………………… 9

C. Tujuan Penelitian ……………………………………………… 9

D. Manfaat Penelitian …………………………………………….. 9

BAB II. LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Punk

a. Sejarah Punk …………………………………………….. 11

b. Pengertian Punk …………………………………………. 12

1) Punk sebagai Tren Remaja dalam Fashion

dan Musik …………………………………………….. 13

2) Punk sebagai Keberanian Memberontak dan

Melakukan Perubahan ……………………………….. 19

3) Punk sebagai Bentuk Perlawanan yang “Hebat” karena

Page 14: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

Menciptakan Musik, Gaya Hidup, Komunitas, dan

Kebudayaan Sendiri ………………………………….. 20

c. Filosofi Punk …………………………………………… 26

2. Karakteristik Punk

a. Karakteristik Demografi ……………………………….. 31

b. Karakteristik Sosial Ekonomi ………………………….. 32

3. Perilaku Menyimpang ……………………………………... 34

B. Hasil Penelitian yang Relevan ……………………………….. 36

C. Batasan-batasan Istilah ……………………………………….. 42

D. Kerangka Pemikiran ………………………………………….. 46

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ………………………………... 49

B. Bentuk dan Strategi Penelitian ……………………………….. 49

C. Sumber Data ………………………………………………….. 52

D. Populasi dan Sampel ………………………………………..... 53

E. Teknik Pengumpulan Data …………………………………… 53

F. Validitas Data ………………………………………………… 56

G. Teknik Analisis Data ………………………………………… 56

H. Prosedur Penelitian …………………………………………… 58

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Letak, Batas dan Luas ……………………………………. 60

2. Penduduk Kota Surakarta ……………..………………….. 62

3. Sarana dan Prasarana ……………………………………… 64

4. Keadaan Sosial ……………………………………………. 65

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Persebaran Kaum Punk di Kota Surakarta

(Scene Komunitas Punk) ……………………………………. 67

2. Karakteristik Punk di Kota Surakarta ………………………. 102

3. Persepsi Masyarakat terhadap Perilaku Punk ………………. 128

Page 15: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Kesimpulan ……………………………………………………. 141

B. Implikasi ……………………………………………………… 145

C. Saran ………………………………………………………….. 147

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… 149

LAMPIRAN

Page 16: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Alur Pemikiran ……………………………………….. 48

Gambar 2. Model Analisis Interaktif ………………………………………... 58

Gambar 3. Traffic Light di Kleco (Scene Komunitas Punk) ………………… 70

Gambar 4. Kali Kleco ……………………………………………………….. 70

Gambar 5. Kaum Punk di Kleco (Scene Komunitas Punk) ………….……… 71

Gambar 6. Peneliti dan Kaum Punk di Kleco (Scene Komunitas Punk) ……. 71

Gambar 7. Punk di Kleco (Scene Komunitas Punk) ………...……………… 72

Gambar 8. Photo View Scene Komunitas Punk Kleco ……………………… 73

Gambar 9. Photo View Scene Komunitas Punk Sriwedari ………………….. 77

Gambar 10. Photo View Scene Komunitas Punk Proliman ………………….. 80

Gambar 11. Photo View Scene Komunitas Punk Gladhag …………………… 83

Gambar 12. Photo View Scene Komunitas Punk Ngarsopuro ……………….. 86

Gambar 13. Band Punk Middle Finger ………………………………………. 89

Gambar 14. Photo View Scene Komunitas Punk Purwosari …………………. 90

Gambar 15. Punk di Ngapeman (Scene Komunitas Punk) …….……………. 92

Gambar 16. Photo View Scene Komunitas Punk Ngapeman ……………….. 93

Gambar 17. Traffic Light di Brondongan (Scene Komunitas Punk) ………... 95

Gambar 18. Photo View Scene Komunitas Punk Brondongan ……………… 96

Gambar 19. Photo View Scene Komunitas Punk Timuran …………………. 99

Gambar 20. Mohawk Spiky ………………………………………………….. 108

Gambar 21. Mohawk Kipas dan Mohawk Mohican ………………………… 108

Gambar 22. Mohawk Runcing ………………………………………………. 109

Gambar 23. Emblem ………………………………………………………… 112

Gambar 24. Celana Gunung ………………………………………………… 113

Gambar 25. Celana Kotak-kotak ¾ dari Bahan Flannel ……………………. 114

Gambar 26. Doc.Mart dalam Fashion Punk ………………………………… 115

Gambar 27. Peneliti dan Kaum Punk ………………………………………. 118

Gambar 28. Peneliti dan Kaum Punk ………………………………………. 119

Gambar 29. Kaum Punk dari Luar Kota ……………………………………. 121

Page 17: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvii

Gambar 30. Kaum Punk dari Luar Kota …………………………………… 121

Gambar 31. Salah Satu Gigs Punk di Rams Studio ………………………… 123

Gambar 32. Slame Dance dalam Gigs Punk ……………………………….. 124

Gambar 33. Beberapa Masyarakat yang Memberikan Pendapat Mengenai

Perilaku Punk…………………………………………………. 164

Page 18: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xviii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hasil Penelitian yang Relevan ……………………………………… 36

Tabel 2. Luas Kota Surakarta Tahun 2008 ………………………………….. 60

Tabel 3. Jumlah Penduduk, Rasio Jenis Kelamin dan Tingkat Kepadatan

Tiap Kecamatan di Kota Surakarta Tahun 2008 …………………… 62

Tabel 4. Penduduk Kota Surakarta Menurut Kelompok Umur

dan Jenis Kelamin Tahun 2008 ……………………………………. 63

Tabel 5. Banyaknya Penduduk yang Datang dan Pindah di Kota Surakarta

Menurut Jenis Kelamin Tahun 2008 ……………………………….. 64

Tabel 6. Banyaknya Kendaraan Angkutan Umum yang Berdomisili di

Kota Surakarta Tahun 2008 ………………………………………… 64

Tabel 7. Panjang Jalan Menurut Status Jalan dan Keadaan di

Kota Surakarta Tahun 2008 ………………………………………… 65

Tabel 8. Banyaknya Fasilitas Perlindungan Sosial Menurut Kecamatan di

Kota Surakarta Tahun 2008 ………………………………………... 66

Tabel 9. Banyaknya Penyandang Tuna Sosial Menurut Jenis dan

Kecamatan di Kota Surakarta Tahun 2008 ………………………… 67

Tabel 10. Jumlah Kaum Punk Kota Surakarta Menurut Jenis Kelamin

Tahun 2009-2010 …………………………………………………. 102

Tabel 11. Status Perkawinan Kaum Punk Kota Surakarta

Tahun 2009-2010 …………………………………………………. 103

Tabel 12. Daerah Asal Kaum Punk Kota Surakarta Tahun 2009-2010 ……... 104

Tabel 13. Tingkat Pendidikan Kaum Punk Kota Surakarta

Tahun 2009-2010 ………………………………………………… 105

Tabel 14. Model Rambut Kaum Punk Kota Surakarta Tahun 2009-2010 …... 107

Tabel 15. Warna Rambut Kaum Punk Kota Surakarta Tahun 2009-2010 …... 109

Tabel 16. Warna dan Design Kaos yang Sering Digunakan oleh

Kaum Punk Kota Surakarta Tahun 2009-2010 …………………... 110

Tabel 17. Celana Kaum Punk Kota Surakarta Tahun 2009-2010 ………….... 111

Page 19: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xix

Tabel 18. Keberadaan Emblem pada Fashion Kaum Punk

Kota Surakarta Tahun 2009-2010 ……………………………….. 111

Tabel 19. Jenis Sepatu Boot Kaum Punk Kota Surakarta

Tahun 2009-2010 ……………………………………………….. 115

Tabel 20. Piercing (Tindik) Kaum Punk Kota Surakarta

Tahun 2009-2010 ……………………………………………….. 116

Tabel 21. Tato Kaum Punk Kota Surakarta Tahun 2009-2010 …………… 116

Tabel 22. Aliran Kaum Punk Kota Surakarta Tahun 2009-2010 …………. 117

Tabel 23. Intensitas Kaum Punk Kota Surakarta di Lokasi Scene

Tahun 2009-2010 ………………………………………………. 119

Tabel 24. Radius Rumah Kaum Punk Kota Surakarta dengan

Lokasi Scene …………………………………………………….. 120

Tabel 25. Kunjungan Kaum Punk Kota Surakarta ke Scene

Luar Kota Tahun 2009-2010 ……………………………………. 122

Tabel 26. Frekuensi Kaum Punk Kota Surakarta Mengunjungi

Gigs Punk Tahun 2009-2010 …………………………………… 122

Tabel 27. Pemahaman Kaum Punk Kota Surakarta tentang

Norma Sosial dalam Masyarakat ………………………………. 125

Tabel 28. Sikap Antipati Kaum Punk Kota Surakarta terhadap

Masyarakat …………………………………………………….. 126

Tabel 29. Pengejaran Kaum Punk Kota Surakarta oleh Aparat Negara …. 128

Page 20: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xx

DAFTAR PETA

Peta 1. Administrasi Kota Surakarta Tahun 2010 …………………………….. 61

Peta 2. Persebaran Komunitas Punk Kota Surakarta

Tahun 2009-2010 …………………………………………………….. 100

Peta 3. Kuantitas Komunitas Punk Kota Surakarta

Tahun 2009-2010 ….............................................................................. 101

Page 21: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Penelitian untuk Kaum Punk.

Lampiran 2. Daftar Pertanyaan Penelitian untuk Masyarakat terhadap Perilaku

Punk.

Lampiran 3. Jumlah Responden (Kaum Punk) di Tiap-tiap Scene Komunitas

Punk di Kota Surakarta Tahun 2009-2010.

Lampiran 4. Foto-Foto Penelitian.

Lampiran 5. Surat-surat Perijinan Penelitian.

Page 22: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masyarakat perkotaan merupakan masyarakat modern yang serba

kompleks. Segala rutinitas masyarakat mengikuti detak dalam sendi kehidupan

kota. Aktivitas masyarakat perkotaan berjalan dengan kecepatan penuh,

meninggalkan siapa saja yang tak sanggup mengejar. Saling pukul bukan hal yang

aneh, apalagi tabu bagi masyarakat kota. Nilai-nilai atau norma sosial yang dulu

menjadi falsafah dalam kehidupan bermasyarakat sekarang dianggap tidak relevan

lagi untuk kehidupan bersama dan kehidupan yang saling berbagi. Hal tersebut

merupakan indikator bahwa kota telah mengalami perkembangan dalam segala

bidang, sehingga memunculkan suatu sistem di masyarakat yang secara struktur

dan kulturnya berbeda dengan struktur dan kultur masyarakat pedesaan.

Masyarakat kota sebagai sistem dinamis berarti bahwa disitu

dimungkinkan terjadinya perubahan. Perubahan tersebut dapat dipandang sebagai

suatu proses yang selain berlangsung terus, juga bermakna bagi masyarakat itu

sendiri. Material yang hingga sekarang tersedia untuk menunjukkan arah

kemungkinan membuat perumusan mengenai perubahan sosial, banyak digali dari

proses yang terjadi dalam kota seperti: urbanisasi, industrialisasi, dan modernisasi

(Daldjoeni, 1997: 32).

Kenyataan sosial yang dijumpai dalam kehidupan kota yang banyak disitu

adalah anomi, konflik, perubahan sosial, bahkan disintegrasi. Sehubungan itu

masyarakat sebagai suatu struktur yang menderita ketegangan organisasi ataupun

perkembangan karena adanya pertentangan antara kelompok-kelompok yang

terpecah-pecah secara ekonomis (Karl Max dalam Daldjoeni, 1997: 32).

Dengan mengetahui karakteristik masyarakat kota, maka terdapat definisi

kota itu sendiri menurut beberapa geograf. Dalam literatur geografis dapat

ditemukan berbagai definisi kota. Bintarto dalam Daldjoeni (1997: 23)

mengemukakan bahwa “Kota itu suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

Page 23: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai oleh strata sosial-

ekonomi yang heterogen dengan coraknya yang materialistis”.

Berdasarkan pendapat Bintarto di atas dapat disimpulkan bahwa kota itu

merupakan tempat bermukim warga kota, tempat bekerja, tempat hidup, dan

tempat berkreasi. Sesuai itu maka selayaknyalah jika kelestarian kota harus

didukung oleh berbagai prasarana dan sarana yang cukup untuk jangka waktu

lama.

Geograf Berry dalam Daldjoeni (1997: 24) berpendapat bahwa “Struktur

kota itu terdiri atas tiga unsur yaitu kerangka (jaringan jalan), daging (kompleks

perumahan penduduknya) dan darah (gerak-gerik manusia)”. Geograf lain ada

yang menafsir daging dalam arti yang lebih luas, yakni lembaga-lembaga

kemasyarakatan yang wadah fisiknya berupa pasar (ekonomi), kampus

(pendidikan), rumah sakit (kesehatan), rumah ibadat (keagamaan), stadion

(olahraga), dan seterusnya.

Geograf Hofmeister dalam Daldjoeni (1997: 25) mendefinisikan bahwa

“Kota itu adalah suatu pemusatan spasial dari tempat tinggal dan tempat kerja

manusia yang kegiatan umumnya di sektor ekonomi sekunder dan tersier, dengan

pembagian kerja ke dalam dan arus lalu lintas yang beraneka, antara bagian-

bagiannya dan pusatnya, yang pertumbuhannya sebagian besar disebabkan oleh

bertambahnya kaum pendatang yang mampu melayani kebutuhan-kebutuhan

barang serta jasa bagi wilayah yang jauh letaknya”.

Kota adalah tempat dimana peradapan manusia baru muncul sebagai

akibat interaksi sosial antarwarga yang berasal dari bermacam wilayah dengan

beragam latar belakang. Dengan begini, kota pun bisa menjadi muara bagi seni

urban sebagai dampak kreasi dan ekspresi dari budaya urban (Mulyono dalam

Kennedy, 2009: 27).

Gejala sosiologis yang lahir dari kebudayaan industrial di kota menjadi

pemicu munculnya kelas menengah dengan atribut dan identitas khusus, semisal

yuppies (young urban professionals) dan yiffies (young individualistic freedom

minded view). Gaya hidup kedua kelompok ini sangat khas dengan pola hidup

matrealisme. Konsumenrisme semacam inilah yang kemudian melanda

Page 24: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

masyarakat kota yang bisa jadi merupakan konsekuensi logis ketika sebuah kota

dikembangkan dengan konsep ekonomi yang paling dominan. Akibatnya,

kesenjangan dan diferensiasi sosial masyarakat kota kian jelas (Mulyono dalam

Kennedy, 2009: 28).

Pembengkakan jumlah penduduk ditambah dengan keragaman populasi

warga kota telah memicu berbagai masalah. Disamping persoalan klasik seperti

kemacetan, kekumuhan, dan polusi. Masalah lainnya juga mengemuka misalnya

saja ketimpangan sosial, kejahatan, marginalisasi, juga etos kaum urban.

Kompleksitas masyarakat kota dengan segala dinamikanya telah

membentuk pola tersendiri. Banyak kalangan menyebutnya sebagai urban culture

atau budaya perkotaan. Sebuah budaya yang menjamur dan mengisi ruang publik,

termasuk lewat seni maupun aktivitas lainnya. Sebuah budaya yang timbul karena

kejenuhan terhadap apa yang sudah ada. Sebuah budaya yang lahir akibat

pertemuan beragam budaya. Urban culture dicirikan dengan adanya kegiatan-

kegiatan khas urban yang dilakukan oleh penghuni kota didalam sebuah konteks

urban seperti pedestrian, jalan, atau plaza. Secara definitif, kegiatan khas urban

culture disebut sebagai kegiatan subkultur komposit urban. Sementara muncul

pendapat lain yang menyebut urban culture sebagai street culture (budaya

jalanan), namun pendapat ini segera mendapat sangkalan bahwa urban culture

tidak selalu identik dengan budaya jalanan karena siapapun yang tinggal di kota

berhak menganut apapun, kendati dengan definisi yang berbeda-beda. Hal

terpenting adalah kaum pendatang tetap memiliki satu semangat urban spirit

(Mulyono dalam Kennedy, 2009: 35).

Kota adalah tempat dimana keberagaman bertemu. Keberagaman tentang

apapun : suku, status atau kelas sosial, hingga ideologi. Keberagaman inilah yang

memicu hadirnya perebutan ruang-ruang eksistensi, perebutan ruang keinginan

untuk diakui. Keberagaman ini jugalah yang memicu hadirnya kreasi inovatif dan

karya alternatif terhadap kondisi kota.

Ditengah masyarakat modern sekarang terdapat keberagaman, salah

satunya adalah status atau kelas sosial. Kelas sosial dalam masyarakat pada

Page 25: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

umumnya terbagi menjadi kelas rendah (pendapatan rendah), kelas menengah, dan

kelas sosial tinggi (pendapatan tinggi).

Di kota besar negara yang sudah maju, kejahatan remaja berkaitan erat

sekali dengan kemiskinan. Hal ini dicerminkan oleh distribusi ekonomis dan

distribusi ekologis dari orang-orang yang berasal dari kelas-kelas sosial yang

berbeda-beda. Dengan sendirinya dalam masyarakat sedemikian ini terdapat

banyak kesenjangan antara si kaya dengan si miskin. Semua keadaan tadi dapat

menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah kejahatan yang dilakukan oleh anak-

anak remaja yang berasal dari stratifikasi ekonomis rendah dengan pola subkultur

kemiskinan, namun anak-anak remajanya memiliki ambisi materiil yang terlalu

tinggi dan tidak realistis (Kartono, 2006: 33).

Pada masyarakat dengan status sosial rendah juga terdapat keberagaman

dalam pola tingkah laku. Ada yang hidup dengan pola tingkah laku biasa (sesuai

dengan norma-norma yang berlaku dalam suatu masyarakat) dan ada pula

sebagian masyarakat yang hidup dengan pola tingkah laku yang luar biasa (anomi)

atau tidak sesuai dengan kaidah norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.

Kondisi tersebut tentu akan memacu timbulnya masalah-masalah sosial di dalam

masyarakat. Salah satunya adalah muncul perilaku menyimpang (deviant

behavior) .

Perilaku menyimpang disebut sebagai penyakit masyarakat karena gejala

sosialnya yang terjadi ditengah masyarakat itu meletus menjadi “penyakit”. Dapat

disebut pula sebagai struktur sosial yang terganggu fungsinya, disebabkan oleh

faktor-faktor sosial.

Albert K. Cohen dalam Hadisuprapto (2008: 19) mengemukakan bahwa

„Deviant behavior as behavior which violates institutionalized expectations-that

is, expectations which are share and recoqnized as legitimate within a social

system”.

Semua tingkah laku yang sakit secara sosial merupakan penyimpangan

sosial yang sukar diorganisir, sulit diatur dan ditertibkan sebab para pelakunya

memakai cara pemecahan sendiri yang non komersiil, tidak umum, luar biasa atau

abnormal sifatnya. Biasanya mereka mengikuti kemauan dan cara tersendiri demi

Page 26: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

kepentingan pribadi. Deviasi tingkah-laku tersebut dapat mengganggu dan

merugikan subyek pelaku sendiri dan atau masyarakat luas. Deviasi tingkah-laku

ini juga merupakan gejala yang menyimpang dari tendensi sentral, atau

menyimpang dari ciri umum rakyat kebanyakan. Tingkah laku menyimpang

secara sosial juga disebut sebagai diferensiasi sosial, karena terdapat diferensiasi

atau perbedaaan yang jelas dalam tingkah lakunya, yang berbeda dengan ciri-ciri

karakteristik umum, dan bertentangan dengan hukum atau melanggar peraturan

formal (Kartono, 2006: 5).

Dalam situasi anomie, tinggi kecenderungan terjadinya marginalities

sistem nilai dan norma di masyarakat berlaku pun tidak, dianggap tidak berlaku

pun belum. Anggota masyarakatnya seolah-olah kehilangan pegangan nilai-nilai

dan norma-norma manakah yang seharusnya dipilih dan dijadikan pedoman untuk

berperilaku di masyarakat. Situasi perubahan sosial tersebut telah memberikan

dampak terhadap anak dan remaja. Pada satu pihak, dalam dirinya sendiri masih

mengalami “konflik” kejiwaan dan perlu “berbenah jiwa”, pada lain pihak selalu

saja dalam proses berbenah jiwa ini “diganggu” oleh situasi yang selalu saja

berubah, tidak jelas dan tidak pasti itu. Situasi ini paling terasakan oleh remaja

yang hidup di perkotaan. Komposisi penduduk perkotaan yang relatif tinggi

tingkat kemajemukannya dan tajamnya ketimpangan kondisi kehidupan di

perkotaan tentunya akan melahirkan problema-problema sosial khas perkotaan.

Kemajemukan dan ketimpangan itu misalnya bisa dilihat dari aspek pendidikan,

ada kelompok orang yang sangat terdidik dan amat luas serta canggih

pengetahuannya sehingga terkenal secara nasional, bahkan internasional, tetapi

ada juga orang yang sekolah dasar pun tidak tamat. Aspek pekerjaan, ada orang-

orang yang bekerja dibidang teknologi yang sangat canggih, sementara ada pula

orang-orang yang kemampuannya terbatas. Gaya hidup, ada orang-orang yang

mempunyai gaya hidup mewah. Sementara itu masih banyak orang yang hidupnya

pas-pasan. Kondisi-kondisi yang serba kontras ini tentu akan melahirkan berbagai

masalah sosial dalam kehidupan bermasyarakat, tidak terkecuali problema-

problema yang harus dihadapi para remajanya (Hadisuprapto, 2008: 48).

Page 27: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

Remaja-remaja yang berasal dari kelas atas dan menengah tentunya

mempunyai tata nilai dan norma-norma yang khas sehingga berbeda dari tata nilai

dan norma remaja kelas bawah. Kemudahan-kemudahan yang dinikmati remaja

kelas atas dan menengah pun hanya menjadi lamunan kelas bawah.

Ketidakmerataan kesempatan tersebut lalu cenderung timbulnya kelompok-

kelompok di masyarakat, tidak terkecuali para remajanya menjadi beberapa

kategori (a) kelompok conformities; (b) kelompok pembaharu (positif maupun

negatif); (c) kelompok ritualis; (d) kelompok retreatis; dan (e) kelompok rebellis

(Merton dalam Hadisuprapto, 2008: 50). Disamping itu, terjadinya komunikasi

dan interaksi antar remaja berbagai kelas itu akan melahirkan pula perasaan-

perasaan tersendiri. Pada kalangan remaja kelas bawah sering timbul subculture

delinquent. Suatu sub-budaya tandingan yang diciptakan oleh sementara remaja

kelas bawah sebagai reaksi dan akibat kecemburuan sosial mereka terhadap

remaja kelas diatasnya. Indikator-indikator sub-budaya tersebut dapat dikenali

dari berbagai sistem tata nilai, gaya hidup, kebiasaan yang salah satunya

ditampakkan dari penggunaan-penggunaan bahasa yang “tidak lazim” (prokem)

yang dikembangkan dikalangan mereka. Tidak jarang sikap reaktif dari kelompok

kelas bawah ini tampil dalam wujud perilaku-perilaku penyimpangan dan bersifat

sangat meresahkan masyarakat (Cohen dalam Hadisuprapto, 2008: 50).

Salah satu contoh bentuk perilaku yang dianggap oleh masyrakat sebagai

perilaku menyimpang (deviant behavior) yang terdapat dalam realitas kehidupan

masyarakat perkotaan adalah munculnya subkultur punk. Punk sampai saat ini

masih menjadi fenomena dalam lingkup budaya kawula muda. Komunitas punk

sebagai suatu kelompok sosial ternyata bukan hanya sekumpulan individu, tetapi

juga membentuk tindakan bersama. Komunitas punk merupakan sebuah

masyarakat yang mempunyai nilai-nilai dimana sering terjadi persimpangan

dengan nilai-nilai masyarakat yang sudah ada.

Punk sendiri berasal dari komunitas underground yang merasa bosan

dengan nama besar band-band rock. Di tahun 1970-an lahir musik punk yang

memiliki kode pakaian jauh lebih radikal, anakis, dan memberontak. Seperti

musik rock yang mengungkapkan frustasi dan harapan kaum remaja, musik punk

Page 28: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

juga mengungkapkan pemberontakannya kepada orang tua dan pemerintah Inggris

serta kemapanan masyarakat di tahun 1970-an. Jumlah penggangguran semakin

membengkak dan perasaan keterasingan semakin meningkat dengan menguatnya

kekuatan ultranasionalis pada saat itu. Musik punk ini lahir di perkampungan

kumuh di London dan berbeda dengan para rocker di tahun 1960-an yang berasal

dari perkampungan kumuh di Liverpool dan Manchester. Musik punk juga

melawan kemapanan musik rock di tahun 1970-an yang terlalu komersil,

petunjukkannya selalu diadakan di arena, bergelimangan kejayaan, dikelilingi

para groupies, dan telah menjadi anggota VIP club. Perlawanan itu dilakukan

dengan cara menciptakan gaya musik yang kasar, lengkap dengan kode fashion

yang anarkis dengan menolak segala hal yang dilakukan pemusik rock di tahun

1960-an (Rusbiantoro, 2008: 110). Definisi underground sendiri adalah salah satu

pergerakan musik yang dijalankan oleh golongan atau komunitas tertentu secara

bergerilya / terselubung / bawah tanah yang jauh dari kehidupan masyarakat

umum.

Tubuh-tubuh kaum punk seakan mengalami proses aktualisasi. Hal

tersebut mungkin disebabkan oleh heterogenitas dan selalu ingin tampil berbeda,

walaupun disitu muncul abnormalitas dalam modus eksistensinya. Saat mereka

berproses dan berlomba-lomba membentuk citra, penyimpangan-penyimpangan

itu sering tampak secara vulgar. Seperti itulah gambaran perilaku mereka.

Mungkin karena anggapan bahwa sesuatu yang biasa hanya akan dipandang biasa

juga, namun sesuatu yang berbeda atau tidak biasa (aneh) akan dilihat berbeda.

Hampir disetiap kota besar di Indonesia , dapat dipastikan ada sekelompok

anak muda punk. Bahkan tidak hanya di Indonesia, tapi juga di negara-negara lain.

Penampilan kaum punk yang nyentrik penuh aksesoris dan seni tubuh; mereka

menyerupai galeri urban yang membiak, mengisi jalanan dan sudut-sudut ruang

kota. Masuknya punk ke Indonesia tidak lepas dari pemberitaan media

mainstream. Di Indonesia, kultur punk dikenal pertama kali sebagai bentuk

musikal dan fashion statement. Ada banyak hal yang mendorong terjadinya kultur

punk antara lain karena gap bahasa, gap ekonomi, dan gap krisis masa muda.

Page 29: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

Subkultur punk telah merambah Kota Surakarta. Komunitas punk dapat

ditemukan di beberapa sudut ruang Kota Surakarta. Komunitas punk di Kota

Surakarta cukup berkembang dan ada beberapa komunitas punk yang bertahan

untuk tetap eksis. Kebanyakan kelompok punk di dimulai dari pembentukan group

musik yang memainkan musik aliran punk dan berkembang menjadi kelompok

atau komunitas. Dari group band yang dibentuk akan memiliki penggemar yang

sering mendatangi tempat mangkal group band tersebut dan lama-lama menjadi

tidak hanya sebuah band tetapi kelompok yang bisa menaungi semuanya.

Punk di Kota Surakarta banyak mengalami pengembangan dimana busana

punk sudah tidak lagi terlalu frontal melainkan disesuaikan dengan situasi dan

kondisi masyarakat Kota Surakarta. Pengembangan tersebut biasanya dilakukan

oleh anak muda penggemar punk yang berada di lingkungan akademis seperti

sekolah atau kampus. Pengembangan ini juga diterapkan dalam hal musik dan

tingkah laku, karena punk pada awalnya „anti kemapanan‟ banyak dari pengikut

punk di Kota Surakarta hanya mengambil punk dari sisi busananya saja atau dari

sisi musiknya tanpa harus mengikuti ideologi yang sebenarnya.

Dalam perkembangannya jumlah punk setiap harinya tidak berkurang

tetapi justru bertambah banyak. Bukan hanya secara kuantitas mereka bertambah

tetapi secara kualitas mereka pun semakin eksis dan semakin terlihat keberanian

mereka dalam berekspresi. Keberadaan scene-scene punk (tempat berkumpul

komunitas punk) di Kota Surakarta mulai bertambah. Seiring hal tersebut

komunitas-komunitas punk yang menggeliat semakin memantapkan eksistensinya.

Keberadaan scene-scene komunitas punk tersebut sangat menarik untuk diteliti

distribusi spasialnya.

Dalam hal ini peneliti ingin meneliti bidang yang tidak jauh beda dengan

bidang yang digeluti penulis. Dalam penelitian ini penulis ingin memetakan

distribusi kaum punk di Kota Surakarta. Oleh sebab itu dalam penelitian ini

penulis ingin meneliti dengan judul “Studi Perilaku Menyimpang (Deviant

Behavior) Kaum Urban (Studi Kasus Komunitas Punk di Kota Surakarta)

Tahun 2009-2010”.

Page 30: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan penjabaran latar belakang masalah yang telah diuraikan di

atas. Maka penelitian yang akan dikaji dapat dirumuskan ke dalam pertanyaan

penelitian sebagai berikut :

a. Bagaimana persebaran scene komunitas punk di Kota Surakarta?

b. Bagaimana karakteristik punk di Kota Surakarta?

c. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap perilaku kaum punk?

C. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini tujuan yang hendak dicapai penulis adalah :

a. Untuk mengetahui persebaran scene komunitas punk di Kota Surakarta.

b. Untuk mengetahui karakteristik punk di Kota Surakarta.

c. Untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap perilaku kaum punk.

D. Manfaat Penelitian

Suatu penelitian apa dan bagaimanapun bentuknya diharapkan

mempunyai manfaat tertentu. Demikian pula dengan penelitian ini diharapkan

mampu memberikan manfaat bagi pribadi maupun masyarakat luas. Adapun

manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana pengembangan ilmu

geografi sosial yaitu tinjauan geografi tentang komunitas punk di Kota

Surakarta, dan juga untuk mendukung teori-teori yang ada sehubungan

dengan bidang sosial khususnya yang menyangkut perilaku menyimpang

dan kelompok minoritas yang termarjinalisasi dalam suatu masyarakat.

b. Bagi penulis, untuk menerapkan pengetahuan antara teori yang didapat

dengan kenyataan di lapangan.

c. Bagi UNS, untuk memberikan sumbangan tulisan bagi perpustakaan yang

ada di UNS, baik perpustakaan pusat, fakultas maupun perpustakaan

program studi.

Page 31: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

2. Manfaat Praktis

a. Peneliti diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran kepada

Pemerintah Kota Surakarta dan instansi yang terkait dengan masukan

mengenai fenomena punk yang ada di Kota Surakarta, sehingga dapat

memberikan penanganan secara arif dan bijaksana.

b. Masyarakat pada umumnya agar dapat menyikapi dengan cara yang lebih

bijaksana terhadap fenomena punk di Kota Surakarta.

Page 32: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Punk

a. Sejarah Punk

Munculnya subkultur punk pada awalnya terjadi sekitar tahun 1970-an di

London-Inggris yang diakibatkan oleh para pemuda London yang menderita dari

tinnginya angka pengangguran dan status dari kubu kelas sosial. Dalam

kelanjutannya, situasi yang diibaratkan seperti “tidak ada masa depan”

memunculkan pergerakan punk dengan kekuatan tersendiri. Mereka melawan

dengan keadaan musik yang liar dan busana anti kemapanan dengan tata rambut

yang aneh dan aksesoris dari barang-barang bekas murahan. Pergerakan ini

dengan cepat dan terang-terangan mempengaruhi hati pemuda kelas bawah di

London.

Fitriansyah dalam Kennedy (2009: 134) mengemukakan bahwa ”Punk

merupakan sub-budaya yang lahir di London. Gerakan anak muda yang diawali

oleh anak-anak kelas pekerja ini dengan segera merambah Amerika yang

mengalami masalah ekonomi dan keuangan yang dipicu oleh kemerosotan moral

oleh para tokoh politik yang memicu tingkat pengangguran dan kriminalitas yang

tinggi. Punk berusaha menyindir para penguasa dengan caranya sendiri, melalui

lagu-lagu dengan musik dan lirik yang sederhana, namun terkadang kasar, beat

yang cepat dan menghentak”.

Fitriansyah dalam Kennedy (2009: 135) berpendapat bahwa ”Pada awal

kelahirannya, punk memang teridentifikasi sebagai pemberontakan.

Pemberontakan punk dinyatakan dengan pemberontakan semiotik yang

diaplikasikan pada fashion dan musik. Namun, pemberontakan tersebut pula yang

dijual oleh industri dan dijadikan sebagai sumber profit yang dapat dieksploitasi.

Hal ini ditandai dengan bergabungnya Sex Pistols dengan industri musik

mainstream EMI. Kemudian pasar industri musik dipenuhi dengan band-band

kloning mereka yang mengubah subkultur punk menjadi sesuatu yang mapan.

Page 33: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

Pemberontakan dapat dibeli. Akhir dari era Sex Pistols ini merupakan titik balik

sejarah perkembangan punk”.

Ketika punk menjadi komoditas pasar yang dapat dieksploitasi, individu

yang terlibat dalam subkultur ini mengasingkan diri kembali. Punk berpindah ke

bawah tanah, tetap eksis tetapi tidak terliput oleh media. Justru setelah era Sex

Pistols tersebut, punk berkembang dengan pesat melalui jaringan pertemanan yang

independent (Fitriansyah dalam Kennedy, 2009: 135).

Punk generasi kedua ini memfokuskan pada isu-isu dan aktivitas

independent yang lebih politis daripada generasi Sex Pistols seperti isu

feminisme, gender, pemberdayaan komunitas, independensi, rasisme, fasisme, isu

anti perang dan lain-lain. Semua ini merupakan isu komunal yang beredar diantara

komunitas punk sendiri dalam rangka melawan informasi dari arus budaya utama

atau dominan (Fitriansyah dalam Kennedy, 2009: 136).

Masuknya punk ke Indonesia tidak lepas dari pemberitaan media massa.

Di Indonesia, kultur punk dikenal pertama kali sebagai bentuk musikal dan

fashion. Punk tidak hadir sebagai respon keterasingan dalam masyarakat modern,

melainkan dari sebuah kerinduan akan sebuah bentuk representasi baru saat tak

ada hal lama yang dapat mempresentasikan diri remaja lagi. Tidak heran apabila

hal-hal yang substansial baru muncul bertahun-tahun setelah punk dikenal secara

musikal dan fashion statement (Fitriansyah dalam Kennedy, 2009: 136).

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kultur punk memang

hadir di Indonesia tanpa hal-hal yang substansial. Punk lahir sebagaimana produk

post-modern lainnya, lahir tanpa esensi. Ada banyak hal yang mendorong

terjadinya hal ini antara lain karena gap bahasa, gap ekonomi, dan gap krisis masa

muda (Fitriansyah dalam Kennedy, 2009: 137).

b. Pengertian Punk

Punk sampai saat ini masih menjadi fenomena dalam lingkup budaya

kawula muda, tentang pengertian punk sendiri ada beberapa pendapat yang

merajuk pada istilah tersebut. Menurut Kamus Bahasa Indonesia (2009: 583),

“Punk adalah pemuda yang ikut gerakan menentang masyarakat yang mapan,

dengan menyatakan lewat musik, gaya berpakaian dan gaya rambut yang khas”.

Page 34: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

Pengertian tersebut menggambarkan punk sebagai suatu subkultur yang memiliki

sistem perilaku, seperangkat nilai dan cara hidup yang digunakan untuk

menunjukkan perlawanannya terhadap budaya dominan atau budaya popular.

Ahsoul dalam Kennedy (2009: 238) mengemukakan bahwa “Punk adalah

pilihan. Punk adalah sandaran hidup. Punk adalah media ekspresi. Punk adalah

eksistensi diri dan punk adalah dunia sekelompok anak muda yang sedang

meneriakkan suara-suara terbungkam dan terpinggirkan karena timpangnya

kehidupan sosial masyarakat kota; kaum urban”.

Ada tiga definisi punk seperti yang disebutkan Craig O‟Hara yang dikutip

oleh Fitriansyah dalam Kennedy (2009: 134) adalah “Pertama, punk sebagai tren

remaja dalam fashion dan musik. Kedua, punk sebagai keberanian memberontak

dan melakukan perubahan. Ketiga, punk sebagai bentuk perlawanan yang „hebat‟

karena menciptakan musik, gaya hidup, komunitas, dan kebudayaan sendiri”.

1) Punk sebagai tren remaja dalam fashion dan musik

a) Punk sebagai tren remaja dalam fashion

Pada umumnya masyarakat mendefinisikan punk pertama kali dengan

melihatnya dari segi fashion. Menurut Barnard (2009: 66), “Fashion dan pakaian

adalah kultural dalam artian keduanya merupakan cara untuk mengomunikasikan

identitasnya. Keduanya merupakan cara untuk mengomunikasikan nilai-nilai dan

identitas kelompok baik itu ke kelompok lain maupun ke para anggota kelompok

itu sendiri. Fashion dan pakaian itu komunikatif karena keduanya merupakan cara

nonverbal untuk memproduksi serta mempertukarkan makna dan nilai-nilai”.

Menurut Solomon dalam Rusbiantoro (2008: 104), “Ada sesuatu yang

totemik didalam cara kita mengenakan pakaian untuk mengomunikasikan

identitas kelompok kita. Dengan cara memakai totem tertentu, kita dapat

mengumumkan siapa diri kita, dan dengan siapa kita mengidentifikasikan diri”.

Punk mungkin bisa dipahami sebagai suatu fenomena ideologis yang lebih

eksplisit. Ini mungkin dapat dilihat dalam kalung rantai, tas gombrang, jepit

keselamatan, pakaian rongsokan yang “murahan . . . rancangan yang vulgar . . .

dan warna yang “menjijikkan” yang merupakan satu serangan ideologis terhadap

nilai-nilai estetis kelas-kelas dominan, apabila bukan serangan kapitalisme itu

Page 35: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

sendiri. Rantai, tas gombrang, dan jepit keselamatan tidak dipakai kelas dominan

sebagai dekorasi, pakaian, dan perhiasan, namun mereka mengenakannya

ditubuhnya padahal kelas dominan mengenakan dekorasi dan perhiasan. Pakaian,

warna, dan desainnya hanya murahan, vulgar dan menjijikkan untuk suatu

kelompok orang tertentu, dan guna mengontruksi serangkaian tampang punk, punk

bisa dilihat sebagai kebalikan dari nilai-nilai yang dianut kelompok orang tertentu

(Hebdige dalam Barnard, 2009: 61).

Punk menggunakan fashion dan pakaian untuk menantang ideologi

dominan dan melawan distribusi kekuasaan dalam tatanan sosial. Cara yang

digunakan punk adalah untuk menarik perhatian pada ketidakalamiahan konsepsi

kelas dominan tentang kecantikan, untuk menunjukkan bahwa mereka adalah

sesuatu yang dipikirkan oleh orang dengan memikirkan konsepsi-konsepsi

alternatif (Barnard, 2009: 63).

Fashion didalam punk jauh lebih mengagetkan dan membuat takut orang

yang melihat penampilannya karena benda-benda yang tidak pantas seperti peniti

(safety pins), jepitan pakaian dari plastik, komponen televisi, silet, tampon dapat

menjadi aksesoris dari pakaian punk. Bahkan mereka memakai T-shirt yang

berlumuran darah. Rambutnya dicat hijau dengan gaya spike, mohawk, bihawk,

atau trihawk. Tujuan dari penampilan ini memang membuat shock sekaligus

menimbulkan kesan aneh bagi orang yang melihatnya. Selain itu, gaya seperti ini

memang disengaja untuk menimbulkan kesan seperti anak yang teraniaya dan

mengalami kekerasan didalam keluarganya, atau menunjukkan diri sebagai orang

terbuang yang dibenci oleh masyarakat (Rusbiantoro, 2008: 111).

Seperti yang dikemukakan oleh Hebdige (1999: 231), “Objek-objek yang

dipinjam dari konteks yang paling kotor mendapat tempat dalam ansambel punk:

rantai kakus dihias menjadi lengkung indah didada yang dibingkai dengan

keliman plastik. Peniti dikeluarkan dari konteks „utilitas‟ domestiknya dan

dikenakan sebagai ornamenyang mengerikan disekitar pipi, kuping atau bibir.

Tenun buangan „murahan‟ (PVC, plastik, lureks, dan lain-lain) dengan desain

vulgar (misalnya corak kulit macan) dan warna-warna „buruk‟, yang telah lama

diapkir oleh seksi mutu dalam industri fashion karena dinilai sebagai kitsch

Page 36: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

usang, diselamatkan kaum punk dan diubah menjadi garmen (celana pipa talang

flyboy, rok mini „umum‟) yang menawarkan komentar yang awas tentang apa

yang disebut kemodernan dan selera”.

Dibawah ini merupakan perwujudan fashion dan pakaian serta aksesoris (bentuk

dan jenis) didalam punk antara lain :

a) Tata rambut : tata rambut dalam fashion punk adalah mode rambut

mohawk. Mode potongan rambut ini diinspirasi dari gaya rambut suku

„Mohican‟ Indian. Mode potongan rambut mohawk ialah menipiskan atau

memotong rambut di bagian kiri-kanan dan menyisakan bagian tengah

rambut yang panjang lalu diberdirikan menyerupai tengkuk kuda. Mode

rambut mohawk terbagi menjadi 3 (tiga) antara lain: „mohawk mohican’,

„mohawk runcing‟, mohawk spiky’.

b) T-shirt atau kaos oblong : kaos biasanya berwarna hitam dan bergambar

band-band punk atau kadang bertuliskan slogan kritik sosial. Biasanya

kaos sengaja dibikin lusuh atau dirobek untuk mendapatkan kesan kusam

dari jalanan.

c) Jaket kulit : jaket yang dikenakan biasanya dilengkapi dengan hiasan

paku-paku atau spike, peluru bekas, pin, emblem band-band punk atau

bordiran slogan-slogan punk. Biasanya jaket juga sengaja dibikin lusuh

atau dirobek untuk mendapatkan kesan kusam dari jalanan.

d) Celana : celana yang dipakai dalam busana punk adalah celana jeans ¾,

berwarna hitam. Bentuk lain selain celana jeans adalah celana kotak-kotak,

model ¾ dari bahan flannel. Pada celana yang dikenakan ditempeli

emblem atau bordiran slogan-slogan punk.

e) Sepatu boot : sepatu yang dikenakan dalam fashion punk adalah jenis

sepatu boot. Sepatu boot didalam fashion punk adalah komponen penting

yang bisa dikatakan menjadi ciri khas dari fashion punk. Sepatu boot

panjangnya hampir menyentuh lutut, berlubang tali 8 hingga 20 dari

bawah sampai atas. Tali sepatu boots biasanya berwarna hitam, merah, dan

kuning. Pada awalnya yang digunakan adalah sepatu boot merk „Doc.

Marteen‟ dengan warna hitam. Seiring perkembangan mode sepatu boot

Page 37: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

yang dipakai bermacam-macam. Dalam pemakaian boots ini yang

membedakan dengan pemakai boots lainnya.

f) Eye shadow : digunakan untuk menghitamkan mata yang akan memberi

kesan lebih seram. Eye shadow biasanya jarang digunakan karena fashion

punk adalah busana jalanan. Eye shadow biasanya digunakan pada saat ada

gig (pertunjukkan musik).

g) Cat rambut : digunakan untuk mewarnai rambut dengan warna-warna

cerah seperti merah, pink, kuning, hijau, atau biru sesuai dengan selera

pemakainya.

h) Lem kayu / lem kertas dan hairspray : digunakan untuk mengeraskan

rambut agar bisa berbentuk mohawk.

i) Cat kuku : cat digunakan di kuku-kuku tangan, biasanya berwarna hitam.

j) Rantai : biasanya dikenakan di saku belakang dan dikaitkan ke ikat

pinggang, atau biasanya juga dilingkarkan di leher.

k) Ring : ring terbuat dari bahan logam berbentuk lingkaran dengan diameter

yang berbeda-beda serta memiliki ukuran yang bervariasi. Biasanya ring

digunakan sebagai liontin di kalung rantai atau kalung tali, atau bisa

diikatkan di ikat pinggang.

l) Gembok : biasanya digunakan sebagai pengait kalung rantai, dan biasanya

dikaitkan dilubang tali sepatu.

m) Spike atau kulit imitasi : terbuat dari bahan kulit yang ditempeli logam-

logam runcing kecil berbentuk kerucut atau bundar. Biasanya spike

digunakan sebagai gelang atau ikat pinggang.

n) Piercing (tindik) : dipakai ditelinga, cuping hidung, bibir, lidah, bahkan

pipi. Kebanyakan piercing dipakai ditelinga, berwarna hitam , terbuat dari

logam yang berukuran lebih besar daripada anting biasa sehingga akan

menyebabkan lubang yang besar di telinga pemakainya.

o) Gelang : biasanya terbuat dari logam, karet hitam atau tali.

p) Tato : tato berasal dari bahasa Tahiti, yaitu „tatu‟ yang berarti menandakan

sesuatu. Bentuk ini memiliki dua jenis pilihan, yakni permanen dan

remanen. Biasanya jenis tato yang digunakan didalam komunitas punk

Page 38: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

adalah tato permanen. Tato biasanya menghiasi bagian tubuh sesuai selera

pemakainya.

Pada perwujudan fashion dan pakaian yang dikenakan punk tersebut

berfungsi sebagai penanda bagi mereka yang membedakannya dengan komunitas

lain. Objek tersebut merupakan aksesoris khas yang dimiliki punk dan dipakai

dalam keseharian, khususnya apabila ada event-event tertentu misalnya didalam

gig punk.

b) Punk sebagai tren remaja dalam musik

Rusbiantoro (2008: 29) mengemukakan bahwa “Musik merupakan alat

penyatu dari semua gerakan politik dan budaya tanding. Musik juga merupakan

alat politis yang paling efektif untuk mengadakan protes sosial dan menggugah

kesadaran masyarakat akan situasi sosial pada saat yang sangat genting dan

meresahkan”.

Musik bagi kaum punk adalah ekspresi jiwa, oleh karena itu lirik lagu

yang ditulis, biasanya berisikan sedikit kekerasan dan kemarahan pada segala

bentuk penindasan seperti kapitalisme, rasisme, fasisme, kritikan-kritikan

terhadap penguasa, dan beberapa tema cinta dengan kata-kata yang tidak

menyayat hati tentunya, serta juga menceritakan tentang kehidupan sehari-hari

sebagai punk.

Musik Oi! memiliki ciri irama yang lurus dan monoton mirip mars dengan

akar musik rock. Musiknya agak kocar-kacir dan adakalanya rentaknya harmonic

tetapi simple / sederhana, minimal kord guitarnya 2 atau 3 kord. Ketukan drumnya

statis dan terkadang agak ngebut. Teknik vokalnya asal-asalan seperti orang

ngoceh. Sound guitarnya kurang garang tetapi agak noise (pecah). Ciri-ciri musik

punk ini adalah anarchy, rebel, anti kemapanan, drugs dan sex.

Oi! adalah musik untuk semua dan semua orang yang berjalan di jalanan

kota dan melihat rendah pada kaum elit dapat dihubungkan dengan Oi!.

Semua orang yang bekerja sepanjang hari sebagai budak gaji dapat

dihubungkan dengan Oi!. Semua orang yang selalu merasa berbeda, juga

dapat dihubungkan dengan Oi!. Musik Oi! tidak memandang perbedaan ras,

warna, dan kepercayaan. “Oi! music is about having a laugh and having a

say, plain and simple….” (Fitriyansyah dalam Kennedy, 2009: 137).

Page 39: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

Di tahun 1999-an, musik Oi! semakin berkembang di scene musik tanah

air. Band-band Oi! bermunculan di sejumlah kota besar seperti Jakarta, Bandung,

Yogyakarta, Malang dsb. Berbekal etika DIY (Do it Yourself), mereka merintis

usaha rekaman dan distribusi terbatas. Mereka membuat label rekaman sendiri

untuk menaungi band-band sealiran sekaligus mendistribusikannya ke pasaran.

Kemudian usaha ini berkembang menjadi semacam toko kecil yang lazim disebut

distro. Musik Oi! merupakan salah satu dari jenis musik underground. Tidak

semua orang bisa menikmati musik Oi! karena kaset dan lagu-lagu Oi! beredar di

komunitas terbatas. Distro merupakan sebuah toko dimana orang bisa

mendapatkan kaset dan CD dari band-band underground termasuk band Oi! lokal

maupun luar negeri. Informasi-informasi mengenai band-band, info dan review

kaset atau CD serta publikasi gigs Oi! diterbitkan melalui fanzine, sebuah majalah

minimalis buatan komunitas musik underground lokal yang juga bisa didapatkan

di distro.

CD dan kaset tidak lagi menjadi satu-satunya barang dagangan di distro.

Distro juga memproduksi dan mendistribusikan t-shirt, aksesoris, buku dan

majalah, poster serta jasa tindik (piercing) dan tato. Seluruh produk dijual terbatas

dan dengan harga yang amat terjangkau. Dalam kerangka filosofi punk, distro

adalah implementasi perlawanan terhadap perilaku konsumtif anak muda pemuja

barang bermerek luar negeri.

Di Kota Surakarta, ada banyak band-band punk seperti Tendangan Badut,

The Orak-Arik, Anti Regime, Underdog, The Mobster, Freedom Choice,

Barbershop, dan band-band punk lainnya yang berusaha konsisten dijalur indie

label. Band-band punk di Kota Surakarta kebanyakan bernaung di bawah Bon

Rodjo Records dan Semangat Djoeang Records. Lagu-lagu yang dibawakan

bertemakan anarkhisme, ideologi, pemberontakan terhadap pemerintah dan

menceritakan tentang kehidupan mereka sehari-hari sebagai punk dengan irama

musik yang keras dan menghentak. Mereka biasa latihan musik di studio musik

untuk menambah ketrampilan dalam hal bermusik.

Musik punk memang keras jika dilihat dari unsur kekuatan bunyinya, akan

tetapi jika dilihat lebih dalam ternyata dalam lirik-lirik yang mereka tulis terdapat

Page 40: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

sebentuk ekspresi jiwa punk terhadap lingkungan sekitar, dan sesuatu yang ingin

mereka perjuangkan, mereka tulis dalam bentuk kata-kata sederhana melalui

musik.

2) Punk sebagai keberanian memberontak dan melakukan perubahan

Di tahun 1970-an lahir musik punk yang mempunyai kode pakaian jauh

lebih radikal, anarkis, dan memberontak. Seperti musik rock yang

mengungkapkan frustasi dan harapan kaum remaja, musik punk juga

mengungkapkan pemberontakannya kepada orang tua dan pemerintahan Inggris

serta kemapanan masyarakat di tahun 1970-an. Jumlah pengangguran semakin

membengkak dan perasaan keterasingan semakin meningkat dengan menguatnya

kekuatan ultra nasionalis pada saat itu. Musik punk juga melawan kemapanan

musik rock di tahun 1970-an yang terlalu komersil. Perlawanan itu dilakukan

dengan cara menciptakan gaya musik yang kasar, lengkap dengan kode fashion

yang anarkhis dengan menolak segala hal yang dilakukan pemusik rock di tahun

1960-an (Rusbiantoro, 2008: 110).

Punk generasi kedua ini memfokuskan pada isu-isu dan aktivitas

independent yang lebih politis seperti isu feminisme, gender, pemberdayaan

komunitas, independensi, rasisme, isu anti perang dan lain-lain. Semua ini

merupakan isu komunal yang beredar diantara komunitas punk itu sendiri dalam

rangka melawan informasi dari budaya mainstream. Punk berusaha menentang

semua budaya dominan atau budaya konsumerisme yang dikuasai oleh borjuis dan

melawan segala bentuk kapitalisme (Fitriansyah dalam Kennedy, 2009: 136).

Subkultur punk mempresentasikan “derau” (sebagai lawan dari suara).

Seperti yang dikemukakan oleh Hebdige (1999: 168), “Kaum punk mesti

menghadirkan diri sebagai „orang bejat‟; sebagai lambang dari pembusukan yang

dipublikasikan besar-besaran, yang dengan sempurna memepresentasikan kondisi

jumud di Inggris Raya. Berbagai ansambel stilistik yang diadopsi kaum punk

sudah pasti merupakan ekspresi dan agresi, frustasi dan kecemasan yang serius.

Inilah yang membuat, pertama, kecocokan metafora punk baik bagi anggota

subkultur tersebut maupun lawan mereka dan, kedua, keberhasilan subkultur punk

dalam sebagai tontonan: kemampuannya untuk menghadirkan tanda-tanda dari

Page 41: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

seluruh himpunan masalah kekinian. Inilah yang membuat subkultur ini mampu

menarik anggota baru dan menyebabkannya ditanggapi dengan berang oleh orang

tua, guru, dan pegawai, yang menciptakan kepanikan moral terhadap mereka,

termasuk dari para „wirausahawan moral‟, penasihat setempat, „budayawan‟

(pundit) dan perdana menteri yang berkewajiban untuk melancarkan „perang

salib‟ terhadap mereka. Dalam rangka mengomunikasikan kekacauan, mula-mula

bahasa yang pantas tadi harus diseleksi, meskipun kelak disubversi. Agar punk

dapat dienyahkan sebagai chaos, ia pertama-tama harus „dipahami‟ sebagai

derau”.

3) Punk sebagai bentuk perlawanan yang “hebat” karena menciptakan

musik, gaya hidup, komunitas, dan kebudayaan sendiri.

a) Punk sebagai bentuk perlawanan yang “hebat” karena menciptakan

musik.

Musik punk tidak terlalu mementingkan musikalisasi, tetapi yang lebih

dipentingkan adalah ekspresi dan jiwa punk. Musik bagi mereka adalah sebuah

ekspresi dan pendistribusian pesan perlawanan seperti anarkhisme, kapitalisme,

borjuis, sistem, rasisme, fasisme maupun militerisme. Musisi punk mempunyai

esensi penolakan terhadap nilai-nilai yang sudah mapan, nilai-nilai yang sudah

ada didalam masyarakat. “Maksud dari pernyataan tersebut bahwa punk

menjunjung tinggi nilai anti kemapanan yaitu bebas mengatur hidup mereka

sendiri” (kutipan dalam film Punk in Love).

Pogo merupakan suatu gerakan yang muncul di acara musik punk dan

biasanya dipicu oleh speed. Seperti yang diungkapkan oleh Malcom Butt (2009:

30) “Ketika 1976 berlanjut, dan reputasi negatif Sex Pistols meningkat, demikian

juga reputasi negatif Sid. Dia begitu tertarik untuk melihat band tersebut sehingga

dia melompat-lompat di tempat dengan „kegilaan‟ yang dipicu oleh speed,

sehingga secara tidak sengaja melahirkan tarian khas punk rock, pogo”.

b) Punk sebagai bentuk perlawanan yang “hebat” karena menciptakan gaya

hidup.

Istilah gaya hidup, baik dari sudut pandang individual maupun kolektif,

mengandung pengertian bahwa “Gaya hidup sebagai cara hidup mencakup

Page 42: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

sekumpulan kebiasaan, pandangan, dan pola-pola respons terhadap hidup, serta

terutama perlengkapan untuk hidup” (Takwin dalam Adlin, 2006: 37).

Ada hubungan timbal balik dan tidak dapat dipisahkan antara keberadaan

citra (image) dan gaya hidup (lifestyle). Gaya hidup sebagai cara manusia

memberikan makna pada dunia kehidupannya, membutuhkan medium dan ruang

untuk mengekspresikan makna tersebut, yaitu ruang bahasa dan benda-benda,

yang didalamnya citra mempunyai peran yang sangat sentral. Di pihak lain, citra

sebagai sebuah kategori didalam relasi simbolik antara manusia dan dunia objek,

membutuhkan aktualisasi dirinya kedalam pelbagai dunia realitas, termasuk dunia

gaya hidup (Piliang dalam Adlin, 2006: 71).

Gaya hidup dalam arus kultur kontemporer ini kemudian memunculkan

dua hal yang sama sekaligus berbeda yaitu alternatif dan diferensiasi. Kedua hal

itu bisa jadi esensinya sama tetapi berbeda manifestasi eksistensinya. Alternatif

lebih bermakna resistensi atau perlawanan terhadap arus budaya mainstream,

sedangkan diferensiasi justru sebaliknya mengikuti arus budaya mainstream

dengan membangun identitas diri yang berbeda dari yang lain. Diferensiasi adalah

suatu pilihan untuk membuat diri berbeda dengan mengonsumsi barang-barang

yang ditawarkan pemegang modal, sedangkan alternatif adalah sebuah bentuk

resistensi untuk tidak mengikuti arus kapitalisme (Adlin, 2006: 92).

Punk mereproduksi seluruh sejarah jahit-menjahit bagi kultur pemuda

kelas pekerja pasca perang dengan forma „cut-up‟ (sobekan) –nya yang

memadukan berbagai unsur yang berasal dari epos-epos yang jauh berbeda.

Diciptakanlah chaos dengan jambul dan jaket kulit, pengait bordil dan pemetik

siput, sepatu kets dan paka macs, rambut cepak mod dan langkah besar skinhead,

celana pipa dan kaus kaki mencolok, kulkas gelandangan dan sepatu boot bovver

– seluruhnya dibiarkan „ditempatnya‟ dan „diluar waktu‟ dengan perekat dasyat :

peniti dan plastik gantungan baju, rantai perbudakan (bondage) dan potongan-

potongan tali yang mendapat banyak perhatian, dengan rasa ngeri dan

terperangah. Oleh sebab itulah punk menjadi tempat yang sangat tepat untuk

mengawali kajian semacam ini karena gaya punk mengandung bermacam-macam

pantulan terpiuh dari semua subkultur pasca perang ini (Hebdige, 1999: 51).

Page 43: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

Banyak sekali perilaku kaum punk yang dianggap menyimpang oleh

masyarakat. Hal tersebut sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Hebdige

(1999: 182) “Dalam kebanyakan kasus, inovasi stilistik subkulturlah yang mula-

mula menarik perhatian media. Selanjutnya aksi menyimpang atau „anti sosial‟ –

vandalisme, menyumpah, berkelahi, „perilaku binatang‟ – ditemukan polisi,

pengadilan, media massa; dan aksi-aksi ini dipakai untuk „menjelaskan‟

penyelewengan orisinil subkultur terhadap kode busana. Memang, baik perilaku

menyimpang atau pun identifikasi seragamnya yang khas ini (atau lebih lazim,

gabungan keduanya) dapat menjadi pemicu bagi timbulnya kepanikan moral.

Dalam hal punk, dikerlingnya gaya punk oleh media nyaris bersamaan waktunya

dengan ditemukannya atau diciptakannya penyimpangan punk”.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa punk menjadi salah satu

bentuk resistensi terhadap gaya hidup. Penggunaan gaya dalam subkultur punk

sangat berbeda dan simbolik. Hal ini merupakan suatu bentuk deviasi sebagai

tindakan penyimpangan perilaku yang bertentangan dengan masyarakat, dan

digunakan sebagai perjuangan melawan budaya dominan atau kelompok dominan

(orang tua, kalangan elite masyarakat, norma sosial yang ketat, atau negara).

c) Punk sebagai bentuk perlawanan yang “hebat” karena menciptakan

komunitas.

Kehidupan sosial orang dipengaruhi oleh bentuk komunitas (community)

dimana ia hidup. “Sebuah komunitas dapat didefenisikan baik sebagai suatu

kelompok kesatuan manusia (kota kecil, kota, desa), maupun sebagai seperangkat

perasaan (rasa keikatan, kesetiaan)” (Gottschalk dalam Horton dan Hunt, 1984:

129). Namun demikian, tidak terdapat keseragaman dalam penggunaan istilah

terebut. Salah satu definisi yang banyak digunakan seperti yang dikemukakan oleh

Horton dan Hunt (1984: 129) “Komunitas adalah suatu kelompok setempat (lokal)

dimana orang melaksanakan segenap kegiatan (aktivitas) kehidupannya”.

Menurut Hillery dalam Horton dan Hunt (1984: 129) “Definisi komunitas

yang lebih terinci mencakup: (1) sekelompok orang yang hidup dalam, (2) suatu

wilayah tertentu, yang memiliki, (3) pembagian kerja yang berfungsi khusus dan

saling tergantung (interdependent), dan (4) memiliki sistem sosial-budaya yang

Page 44: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

mengatur kegiatan para anggota, (5) yang mempunyai kesadaran akan kesatuan

dan perasaan – memiliki, serta (6) mampu bertindak secara kolektif dengan cara

yang teratur”.

Namun demikian, definisi diatas tidak digunakan secara seragam. Istilah

komunitas juga dipakai untuk menyebutkan dusun dan desa kecil yang hanya

memiliki sejumlah kecil rumah. Disamping itu, dapat juga dipakai untuk

menyatakan hampir setiap subkultur atau kelompok kategori orang, baik secara

geografis maupun secara sosial (misalnya komunitas orang kulit hitam, komunitas

guru, atau komunitas punk).

Menurut Daldjoeni (1997: 9) “Suatu community memiliki ciri-ciri sebagai

berikut: (1) berisi kelompok manusia, (2) menempati suatu wilayah geografis, (3)

mengenal pembagian kerja kedalam spesialisasi dengan fungsi-fungsi yang saling

tergantung, (4) memiliki kebudayaan dan sistem sosial bersama yang mengatur

kegiatan mereka, (5) para anggotanya sadar akan kesatuan serta kewargaan

mereka dari community, dan (6) mampu berbuat secara kolektif menurut cara

tertentu”.

Musik oi! street punk di Indonesia, memiliki jumlah komunitas yang

cukup besar dan tersebar di berbagai kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung,

Surabaya, Yogyakarta, Semarang, Bali, Malang dan Surakarta. Komunitas musik

oi! street punk di Indonesia baik itu dari kaum skinhead, punk maupun hardcore

kerap diasosiasikan sebagai kelompok yang sama, yaitu komunitas punk.

Sriwedari Boot Bois adalah nama komunitas punk pertama di Kota

Surakarta terdeteksi keberadaannya sejak tahun 1997-an. Berawal dari kebiasaan

anak-anak nongkrong dijalanan sekitar Singosaren, kemudian berusaha membuat

komunitas yang lebih idealis dengan mengadopsi kultur punk yang sebelumnya

telah lebih dulu di kalangan kaum jalanan di beberapa kota besar seperti Jakarta,

Bandung, Yogyakarta, Semarang dan Surabaya. Kesukaan pada minuman keras

dan musik street punk adalah hal utama yang menjadi pemersatu bagi komunitas

ini. Pertambahan jumlah anak-anak yang berkumpul, membuat komunitas awal ini

bermigrasi ke belakang gedung pertunjukkan Sriwedari dimana terdapat kebun

kosong yang bisa dijadikan tempat tongkrongan baru. Letak gedung pertunjukkan

Page 45: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Sriwedari yang berada di pusat kota serta kepopuleran tempat ini sebagai salah

satu tempat hiburan membuat komunitas ini cepat dikenal oleh masyarakat Kota

Surakarta.

Sriwedari Boot Bois, sebuah nama yang mengacu pada kelompok Boot

Boys atau hooligan di Inggris yang kehidupannya tidak bisa dijauhkan dari

sepakbola dan perilaku geng jalanan. Sriwedari adalah tempat dimana komunitas

ini berkumpul. Meskipun demikian, anak-anak Sriwedari Boot Bois bukanlah

geng hooligan sepak bola, mereka hanya mengadopsi nama yang identik dengan

kultur skinhead agar lebih gampang dikenali sebagai komunitas street punk.

Komunitas Sriwedari Boot Bois sering mengadakan pertunjukkan gigs

punk. Gigs adalah hal wajib yang harus dilakukan sebuah komunitas musik

underground untuk menunjukkan eksistensi dan pergerakan mereka. Terdapat

keistimewaan didalam gigs punk, karena band-band yang ditampilkan tentunya

hanya dari aliran punk saja dengan penonton yang mayoritas adalah para

skinhead, punk dan hardcore. Gigs merupakan hal yang sangat penting bagi

komunitas punk setempat, mereka dapat berkumpul dan bersenang-senang

bersama didalam gigs dengan memanfaatkan dansa ala punk seperti saling

bertubrukan, pogo, membentuk moshing pit, slamce dance atau ber-head banging.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa keberadaan komunitas

sangat berpengaruh pada perkembangan kultur punk. Komunitas merupakan suatu

tempat dimana berbagai macam aktivitas dilakukan misalnya berkumpul,

bersenang-senang, serta bertukar informasi tentang band-band punk dan gigs

punk. Masing-masing komunitas memiliki band, mereka membuat gigs dengan

mengundang band-band punk dari komunitas lain baik itu dalam kota maupun luar

Kota Surakarta.

d) Punk sebagai bentuk perlawanan yang “hebat” karena menciptakan

kebudayaan sendiri.

Menurut Sugiharto dalam Adlin (2006: 4) “Kebudayaan atau kultur adalah

konsep yang telah sangat tua. Kata latinnya cultura menunjuk pada pengolahan

tanah, perawatan, dan pengembangan tanaman atau ternak. Isilah itu selanjutnya

Page 46: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

telah berubah menjadi gagasan tentang keunikan adat kebiasaan suatu

masyarakat”.

Punk merupakan suatu subkultur yang mencakup sistem perilaku,

seperangkat nilai, dan cara hidup. Menurut Rusbiantoro (2008: 107) “Subkultur

merupakan sekelompok orang dengan perilaku dan kepercayaan berbeda yang

membedakan mereka dari budaya yang lebih besar yang memisahkan mereka”.

Menurut Hebdige dalam Adlin (2006: 287) ”Subkultur sering melakukan

perlawanan budaya secara sistematis, mulai dari simbol-simbol yang diproduksi

oleh pakaian, musik, dan apapun yang dapat mempengaruhi secara visual (visible

affectations)”.

Pengertian lain mengenai subkultur juga dikemukakan oleh Sue Titus Reid

(2000: 122) “Subculture an identifiable segment of society or group having

specific patterns of behavior, folkways, and more that set that group apart from

the others within a culture or society”.

Menurut Hebdige seperti yang dikutip oleh Barker dalam Adlin (2006:

186) “Subculture is neither an affirmation nor a refulsal. It is a declaration of

independency and of alien intent. It is at one and same time an insubordination of

and conformation to powerlessness. It is a play for attention and refusal to be

read transparently”.

Menurut Hebdige dalam Rusbiantoro (2008: 107) “Anggota subkultur

sering menunjukkan keanggotaanya melalui penggunaan gaya yang berbeda dan

simbolik”. Hal ini merupakan suatu bentuk deviasi sebagai tindakan

penyimpangan perilaku yang yang bertentangan dengan masyarakat, dan

digunakan sebagai perjuangan melawan budaya dominan atau kelompok dominan

(orang tua, kalangan elite masyarakat, norma sosial yang ketat, atau negara). Oleh

karena itu, penelitian atas subkultur punk harus mempelajari simbolisme yang

berhubungan dengan fashion atau pakaian, musik, atau gaya hidup yang tampak

dari anggota subkultur tersebut, dan juga simbol-simbol yang digunakan untuk

menunjukkan perlawanannya terhadap budaya dominan.

Punk sebagai subkultur telah membentuk bangunan budaya baru yang

berbeda dengan budaya mainstream yang dianut oleh kaum muda sejak awal

Page 47: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

kemunculan di Inggris hingga perkembangannya sampai sekarang. Nilai-nilai

yang menjadi substansi punk sebagai subkultur tetap diyakini oleh anggotanya.

Walaupun punk telah berganti generasi, tetapi sebagai sebuah subkultur nilai-nilai

dan eksistensi punk masih dipertahankan hingga sekarang.

c. Filosofi Punk

1) Ideologi Punk

Menurut Rusbiantoro (2008: 105) “Ideologi sesungguhnya adalah sistem

pemikiran, sistem kepercayaan, atau sistem simbolik yang menyinggung

mengenai aksi sosial atau politik praktis”. Pengertian lain mengenai ideologi

adalah kesadaran palsu (false consciousness) yang merupakan hasil dari

pertarungan ideologi dominan oleh mereka yang mempunyai kepentingan yang

tidak terefleksikan.

Adapun fungsi ideologi adalah seperti yang dikemukakan oleh Althusser

dalam Rusbiantoro (2008: 106) “Fungsi ideologi adalah untuk membentuk

individu-individu sebagai subjek, dimana subjek dibentuk sebagai efek dari

struktur yang sebelumnya telah diberikan.

Adapun ideologi yang dianut oleh kaum punk antara lain :

a) DIY (Do it yourself)

Ideologi yang mendasari semua aktivitas dan usaha punk dalam

menjalankan komunitas adalah Do It Yourself (DIY). DIY secara sempit dapat

diartikan segala sesuatu harus dilakukan sendiri atau mandiri. Maksud dari segala

sesuatu harus dilakukan sendiri bukan berarti dilakukan tanpa bantuan orang lain,

tapi dilakukan tanpa bekerja sama dengan segala sesuatu yang berhubungan

dengan major label yang selalu menjadi pihak kapitalis. Subkultur punk yang

termasuk dalam gerakan underground (bawah tanah), memaknai DIY bukan

hanya sebuah mekanisme produksi dan distribusi produk kultural punk, tetapi

lebih dari itu DIY merupakan pedoman bagi punk dalam setiap aktivitas.

Kaum punk mempunyai semboyan DIY atau semuanya diciptakan sendiri

mulai dari baju sampai majalah dan bukan produksi industri yang dikomersilkan

secara luas demi mencari keuntungan semata. Usaha ini berkembang menjadi

semacam toko kecil yang lazim disebut distro. CD dan kaset tidak lagi menjadi

Page 48: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

satu-satunya barang dagangan. Mereka juga memproduksi dan mendistribusikan t-

shirt yang bergambarkan band-band punk dan tulisan-tulisan yang bertemakan

kritik sosial, aksesoris, emblem, buku dan majalah (fanzine), poster, serta jasa

tindik (piercing) dan tato. Seluruh produk dijual terbatas dan dengan harga yang

amat terjangkau. Dalam kerangka filosofi punk, distro adalah implementasi

perlawanan terhadap perilaku konsumtif anak muda pemuja barang bermerk luar

negeri atau produk yang diciptakan oleh kapitalis.

Etika do it yourself yang menjadi motivasi kaum punk tidak bisa

diterapkan di semua bidang. Di beberapa hal seperti pekerjaan misalnya, mereka

juga bekerja untuk orang lain demi tuntutan kehidupan yang semakin menjepit.

Idealisme punk dijalani berdasar ketetapan hati individu masing-masing. Punk

tidak hanya mengenai fashion style, musik, ataupun kekerasan, namun lebih

kepada sikap pembebasan diri dari segala sesuatu yang membelenggu kehidupan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa etika DIY (Do it Yourself)

adalah semangat yang mendasari semua usaha dan aktivitas punk dalam

komunitas yang berarti bahwa segala sesuatu bergantung pada usaha dan kerja

keras diri sendiri, menolak bekerja sama dengan major label, berusaha melawan

budaya arus utama dalam membangun komunitas. Etika DIY (Do it Yourself)

merupakan sebuah jalan alternatif bagi kaum punk dalam menjalankan kegiatan

untuk tetap menolak budaya dominan atau budaya konsumerisme.

b) Anarkisme

Istilah “anarkhis” atau “anarkhisme” dalam bahasa Inggris disebut

“anarchy”, berasal dari bahasa Yunani “anarchos” atau “anarchein”. Anarchos

atau anarchein berarti tanpa pemerintahan atau pengelolaan dan koordinasi tanpa

hubungan memerintah dan diperintah, menguasai dan dikuasai, mengepalai dan

dikepalai, mengendalikan dan dikendalikan, dan lain sebagainya. Dapat dikatakan

anarkhisme adalah suatu paham atau ideologi yang mempercayai bahwa segala

macam bentuk negara, pemerintahan dan kekuasaannya merupakan lembaga–

lembaga dan alat untuk melakukan penindasan terhadap kehidupan, oleh sebab itu

para anarkhis menginginkan negara, pemerintahan, beserta perangkatnya harus

dihilangkan atau dihancurkan.

Page 49: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

Perbedaan persepsi antara masyarakat umum dengan kaum punk mengenai

makna anarkhis yang sebenarnya, seringkali disalah gunakan oleh pemerintah

untuk menuding bahwa perilaku anarkhis adalah perilaku yang cenderung

mengarah pada kericuhan atau kekacauan, atau yang biasa disebut chaos.

Hampir semua perilaku yang ditunjukkan oleh kaum punk selalu dikatakan

sebagai perilaku anarkhis. Makna anarkhis selama ini dipahami oleh masyarakat

Indonesia, kenyataannya sangat berbeda dengan makna anarkhis yang dianut oleh

kaum punk. Hampir semua punk percaya akan prinsip anarkhisme untuk tidak

sama sekali menggunakan pemerintahan resmi atau pengatur serta menghargai

kebebasan dan tanggung jawab masing-masing individu.

Keterlibatan kaum punk dalam ideologi anarkhisme akhirnya memberikan

warna baru dalam ideologi anarkhisme itu sendiri, sebab kaum punk dalam

pergerakannya memiliki ciri khas tersendiri. Gerakan punk yang mengusung

anarkhisme sebagai ideologi dinamakan sebagai gerakan Anarcho-punk. Kaum

anarkhisme dalam pergerakan menggunakan simbol yang terdiri dari huruf “A”

kapital didalam sebuah lingkaran. Kata anarkhi atau anarkhisme dihampir seluruh

bahasa dimulai dengan huruf “A”, hal ini membuat simbol itu dapat diterima di

semua negara. Lingkaran tersebut melambangkan persatuan. Dengan disatukannya

lingkaran dengan huruf “A”, simbol tersebut melambangkan kekuatan.

Simbol anarkhi juga digunakan oleh pergerakan Anarcho Punk yang

merupakan salah satu bagian dari pergerakan aliran punk pada akhir tahun 1970-

an. Pergerakan Anarcho Punk secara tidak langsung menggunakan lingkaran A

yang tidak rapi dan lebih artistik. Simbol ini merupakan hasil dari pergerakan

“DIY” atau Do it Yourself yang menjadi semangat dari komunitas punk.

Punk terlibat dalam berbagai gerakan yang mendukung hak perempuan,

kelas pekerja serta membenci masyarakat kapitalis dan komunis. Gerakan punk

berasal dari negara yang memiliki kebijakan-kebijakan dengan sistem kapitalisme.

Sistem kapitalisme telah menimbulkan kemiskinan serta eksploitasi terhadap

rakyat, namun tidak dapat dipungkiri juga bahwa kapitalisme telah membuat

sebagian orang dapat merasakan kemewahan hidup dari hasil eksploitasi mereka

terhadap kelas pekerja.

Page 50: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

Kaum punk memaknai anarkhisme tidak hanya sebatas pengertian politik

saja, melainkan lebih luas dari itu. Dalam keseharian hidup, anarkhisme berarti

tanpa aliran pengekang, baik dari masyarakat maupun perusahaan rekaman,

karena mereka bisa menciptakan aturan hidup dan perusahaan rekaman sendiri

sesuai keinginan mereka.

2) Tinjauan Makna Filosofi dan Simbolik dalam Fashion Kaum Punk.

Fashion punk yang dipopulerkan oleh kaum punk memiliki makna filosofis

dan simbolis yang diterapkan dalam unsur-unsur busana punk sebagai berikut :

a) Mode rambut Mohawk

Ideologi yang bertentangan memiliki rambut yang berlawanan. Rambut

bukan hanya menjadi simbol jenis kelamin, ia juga bisa menjadi simbol ideologi.

Rambut adalah simbol yang mengekspresikan selera musik dan nilai yang

berbeda. Dengan kata lain, aksesoris maupun bahasa menjadi sesuatu yang

berbeda bukan hanya berdasarkan pandangan mayoritas konvensional, namun

juga dari masing-masing kelompok khusus tersebut.

Mode rambut mohawk diambil dari potongan rambut suku Mohican di

Indian. Mode rambut disisakan bagian tengah rambut dan diberdirikan runcing

menyerupai bulu tengkuk kuda yang kaku yang ditegakkan lurus-lurus dengan

lem kayu atau pernis. Menurut keterangan dari sumber data mohawk menyiratkan

keberanian seperti suku „Mohican Indian‟ yang berani dan suka berperang. Hal ini

berarti punk adalah orang yang berani menentang ketikadilan dalam masyarakat

dan siap berperang dengan siapapun yang menahan gerakan mereka. Mode rambut

mohawk juga diciptakan sebagai kejutan untuk memberi gambaran „anti

kemapanan‟ di tengah tatanan masyarakat yang modern.

b) Jaket dan celana jeans

Jaket dan celana dari bahan jeans dipakai kaum punk dengan alasan bahan

jeans tahan lama sehingga pengikut punk yang menolak kemapanan bisa tahan

lama dalam memakai celana. Selain itu bahan jeans pada awalnya dipakai oleh

kaum penambang. Hal ini sesuai dengan konsep „anti kemapanan‟ karena kaum

penambang adalah kaum kelas bawah. Bahan jeans dipilih untuk mengingatkan

Page 51: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

diri punk dan masyarakat bahwa kelas bawah selalu hidup dan banyak buruh yang

dipinggirkan dalam masyarakat.

c) Spike

Pada awalnya spike atau logam-logam runcing dalam busana punk

digunakan sebagai alat pertahanan dikarenakan pada awal lahirnya subkultur

punk, kaum punk dianggap sampah dalam masyarakat dan karena sering

melakukan protes mereka ditangkapi polisi. Oleh karena itu kaum punk

mengenakan spike, ikat pinggang yang bermata besi dan rantai untuk melawan

polisi atau untuk pertahanan mereka.

Setelah periode itu kaum punk tetap memakai spike yang ditanamkan di

jaket jeans, gelang, dan ikat pinggang sebagai aksesoris yang melambangkan

perlawanan mereka terhadap kekuasaan.

d) Kalung rantai

Kalung rantai dalam fashion punk dipakai sebagai lambang kesederhanaan.

Kalung rantai juga dipakai untuk menunjukkan bahwa kelompok punk adalah

kelompok yang peduli dengan kelas bawah, kaum buruh pengangguran, kaum

yang termarjinalisasi dan masyarakat di lapisan sosial terendah lainnya.

Aksesoris yang berupa kalung dari rantai dan gembok adalah barang-

barang rumah tangga yang mudah didapat, siapapun bisa mendapatkannya. Hal ini

adalah kebalikan dari kaum kelas atas yang sering memamerkan perhiasan emas

dan permata sebagai gelang atau kalung. Fashion punk melawannya dengan

kalung dari rantai dan gelang dari logam-logam.

e) Sepatu Boots

Menurut filosofi boot hitam adalah boot itu sepatu yang keras, kuat,

maskulin (tidak cengeng), dan anti kompromi. Hitam adalah warna yang kuat dan

tidak mudah pudar.

Sepatu boots dalam fashion punk adalah pernyataan bahwa punk adalah

kaum buruh di karenakan pada waktu itu kaum buruh selalu memakai sepatu

boots untuk bekerja. Sepatu boots yang dipakai dalam fashion punk juga menjadi

simbol bahwa kaum punk adalah pekerja keras layaknya buruh. Hal ini

menggambarkan bahwa. punk sebenarnya bukan perusuh atau pembuat onar

Page 52: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

mereka juga pekerja keras hanya saja mereka tidak bekerja untuk sistem

kapitalisme yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan keuntungan

sebanyak-banyaknya. Punk sangat menolak adanya upah buruh yang rendah dan

eksploitasi alam.

f) Simbol Anarki

Simbol anarki dalam punk tidak berarti hidup mereka tanpa aturan. Anarki

yang dimaksud dalam punk adalah persamaan hak bagi semua umat manusia

sehingga aturan-aturan tidak diperlakukan lagi karena banyak aturan yang

dijalankan justru merugikan masyarakat bawah.

Hampir semua perilaku yang ditunjukkan oleh kaum punk selalu dikatakan

sebagai perilaku anarkhis. Makna anarkhis selama ini dipahami oleh masyarakat

Indonesia, kenyataannya sangat berbeda dengan makna anarkhis yang dianut oleh

kaum punk. Hampir semua punk percaya akan prinsip anarkhisme untuk tidak

sama sekali menggunakan pemerintahan resmi atau pengatur serta menghargai

kebebasan dan tanggung jawab masing-masing individu.

Simbol anarki yang digunakan oleh punk dan diterapkan dalam pakaiannya

memiliki makna bahwa punk mencintai kedamaian dan menginginkan persamaan

hak bagi seluruh umat manusia tanpa adanya kelas dan status dalam masyarakat.

2. Karakteristik Punk

Karakteristik merupakan pengembang kata dari dasar “karakter”. Menurut

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 422) „Karakter adalah huruf. Karakterisasi

adalah perwatakan yang bersifat khusus. Karakteristik sendiri adalah „ciri-ciri

khusus; mempunyai kekhususan sesuai dengan perwatakan tertentu‟. Adapun

yang dibahas dalam penelitian ini adalah karakteristik demografi dan sosial

ekonomi kaum punk.

a. Karakteristik Demografi

Karakteristik demografi kaum punk yang akan dibahas meliputi: jenis

kelamin, umur, dan daerah asal.

Page 53: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

1) Jenis Kelamin

Jenis kelamin merupakan karakteristik penduduk yang pokok. Struktur ini

mempunyai pengaruh penting baik terhadap tingkah laku demografi maupun

sosial ekonomi (Nurdin dalam Wirosuhardjo, 1981: 20).

Data tentang jenis kelamin dalam penelitian ini dimaksudkan untuk

mengetahui rata-rata jenis kelamin seseorang yang tergabung dalam punk.

Diperkirakan lebih dari tujuh puluh persen yang tergabung dalam komunitas punk

adalah seseorang yang berjenis kelamin laki-laki, sedangkan presentase

perempuan yang tergabung dalam punk jumlahnya sedikit sekali.

Jenis kelamin yang dimaksudkan disini adalah variasi jenis kelamin setiap

punk (responden), yang dikategorikan ke dalam kelompok jenis kelamin laki-laki

dan perempuan.

2) Umur

Umur menentukan data demografi yang sangat vital karena umur dapat

digunakan sebagai dasar kependudukan yang erat kaitannya dengan kegiatan

ekonomi penduduk. Umur dapat diketahui dari tanggal, bulan, dan tahun

kelahiran. Perhitungan umur dinyatakan dalam tahun yang dibulatkan ke bawah

atau menurut ulang tahun terakhir (Nurdin dalam Wirosuhardjo, 1981: 20).

Data tentang umur dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui

rata-rata umur seseorang menjadi anggota punk atau tergabung dalam komunitas

punk. Dalam penelitian ini umur ditentukan menurut pengakuan responden.

3) Daerah Asal

Data mengenai daerah asal punk merupakan salah satu faktor yang cukup

penting untuk diketahui. Hal ini berkaitan dengan status kependudukan mereka di

scene punk. Data mengenai daerah asal penting untuk menentukan golongan

migran atau non migran. Yang dimaksud tempat asal adalah tempat dimana para

responden atau kepala rumah tangga dilahirkan (Akbar dalam Sumadi dan Evers,

1982: 193).

b. Karakteristik Sosial Ekonomi

Karakteristik sosial ekonomi kaum punk yang akan dibahas dalam

penelitian ini meliputi : tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan.

Page 54: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

1) Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan faktor yang berpengaruh dalam kegiatan manusia.

Menurut Ki Hajar Dewantara dalam Rohman (2009: 8) “Pendidikan sebagai usaha

menuntun segenap kekuatan kodrat yang ada pada anak baik sebagai individu

manusia maupun sebagai anggota masyarakat agar dapat mencapai kesempurnaan

hidup”.

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

dalam Rohman (2009: 10) tentang Sistem Pendidikan Nasional, menyebutkan

bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang dibutuhkan bagi

dirinya, masyarakat dan bangsa”.

Tingkat pendidikan dalam hal ini akan berpengaruh terhadap kegiatan

seseorang yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap status sosial ekonomi

seseorang. Umumnya yang tergabung dalam komunitas punk adalah mereka yang

mempunyai tingkat pendidikan hanya jenjang SMA, tetapi ada juga yang

memiliki tingkat pendidikan sampai jenjang Perguruan Tinggi.

Menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, jenjang

pendidikan dibagi menjadi tiga yaitu:

a) Pendidikan formal

Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang

yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

b) Pendidikan non formal

Pendidikan non formal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal

yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.

c) Pendidikan informal

Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.

Dengan demikian, pendidikan merupakan faktor penentu dalam merubah

sikap, pikiran, dan pandangan seseorang di dalam menghadapi perubahan sosial

yang terjadi dalam masyarakat atau lingkungan, sehingga tingkat pendidikan

Page 55: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

formal sangat berpengaruh dalam produktivitas dan kemampuan seseorang yang

secara langsung maupun tidak langsung juga ikut meningkatkan harkat dan

martabat seseorang.

Dalam penelitian ini yang dimaksud tingkat pendidikan adalah tingkat

pendidikan kaum punk, yaitu dari yang tidak tamat SD sampai Perguruan Tinggi.

2) Jenis Pekerjaan

Pekerjaan merupakan bagian yang terpisahkan dari kehidupan manusia,

sebab pekerjaan dapat menghasilkan barang dan jasa. Pengertian pekerjaan

menurut Swasono (1983: 22) adalah kegiatan yang dilakukan oleh satu-satunya

ekonomi untuk menghasilkan barang dan jasa. Dengan demikian pekerjaan

merupakan sekumpulan kedudukan yang memiliki persamaan kewajiban/tugas

pokok. Satu pekerjaan dapat dilakukan oleh satu beberapa orang yang tersebar di

beberapa tempat. Suatu kelompok pekerjaan pada umumnya mencakup beberapa

rangkuman pekerjaan dalam mata pencaharian, profesi/kegiatan yang

berhubungan dengan tugas pokoknya.

Swasono juga menbagi pekerjaan menjadi dua jenis, yaitu pekerjaan

pokok dan pekerjaan sampingan. Pekerjaan yang digeluti seseorang setiap hari

sering disebut pekerjaan pokok, dalam artian pekerjaan tersebut sumber pekerjaan

utama orang tersebut. Selain itu pekerjaan pokok mempunyai sifat keajegan,

kontinyu, dan berkaitan erat dengan sistem dan aturan tertentu, sedangkan

pekerjaan sampingan adalah suatu pekerjaan yang sifatnya menambah

penghasilan, secara relatif tidak semua orang memilikinya, karena pekerjaan

tersebut sangat tergantung pada keadaan, waktu, dan tenaga yang dimilikinya.

Pekerjaan sampingan hanya bertujuan untuk menambah penghasilan atau

mungkin untuk alasan-alasan tertentu.

3. Perilaku Menyimpang

Kartono (2005: 11) berpendapat bahwa “Deviasi atau penyimpangan

diartikan sebagai tingkah laku yang menyimpang dari tendensi sentral atau ciri-

ciri karakteristik rata-rata dari rakyat kebanyakan/populasi”.

Page 56: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

Menurut Kartono (2005: 14) “Tingkah laku abnormal/menyimpang ialah

tingkah laku yang tidak adekuat, tidak bisa diterima oleh masyarakat pada

umumnya, dan tidak sesuai dengan norma sosial yang ada”.

Menurut Kartono (2005: 15), Ciri-ciri tingkah laku yang menyimpang itu

bisa dibedakan dengan tegas, yaitu:

1. Aspek lahiriah, yang bisa diamati dengan jelas. Aspek ini bisa dibagi dalam

dua kelompok, yakni berupa:

Deviasi lahiriah yang verbal dalam bentuk: kata-kata makian, slang (logat,

bahasa popular), kata-kata kotor yang tidak senonoh, dan lain-lain.

Deviasi lahiriah yang nonverbal; yaitu semua tingkah laku yang nonverbal

yang nyata kelihatan.

2. Aspek-aspek simbolik yang tersembunyi

Khususnya mencakup sikap-sikap hidup, emosi-emosi, sentimen-sentimen,

dan motivasi-motivasi yang mengembangkan tingkah laku menyimpang.

Yaitu berupa pikiran yang paling dalam dan tersembunyi, atau berupa iktikad

kriminal di balik semua aksi-aksi kejahatan dan tingkah laku meniympang.

Sebagian besar dari tingkah laku menyimpang misalnya kejahatan, pelacuran,

kecanduan narkotika, dan lain-lain memiliki sifat tersamar dan tersembunyi,

tidak kentara atau bahkan tidak bisa diamati.

Page 57: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

B. Penelitian yang Relevan

Tabel 1. Penelitian yang Relevan

No Judul penelitian Peneliti,

tahun

penelitian

Tujuan penelitian Metode

penelitian

Hasil penelitian

1.

2.

Komunitas Skinhead di Kota Solo

(Studi Deskriptif Kualitatif

Tentang Pola Komunikasi

Skinhead di Kota Solo).

Pengaruh Musik Underground

Terhadap Kehidupan Remaja

Surakarta (Studi Kasus Tentang

Kehidupan Sehari-hari Para

Pemusik Underground di

Surakarta Tahun 1993-2003).

Hendra

Nugraha,

2007

Endy

Irwanto,

2007

Mengetahui bagaimana pola

komunikasi pada komunitas

Sriwedari Boot Boy‟s dalam

mempertahankan

eksistensinya di Solo.

1. Mengetahui bagaimana

latar belakang munculnya

musik underground di

Surakarta.

2. Mengetahui kondisi sosial

dan orientasi budaya yang

mendukung masyarakat di

Surakarta.

3. Mengetahui pengaruh

musik underground

terhadap kehidupan

remaja di Surakarta.

Metode

deskriptif

kualitatif.

Penelitian

sejarah

dengan

empat

langkah

metode,

yaitu

heuristik,

kritik

sumber,

interpretasi,

dan

histografi

Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa

komunikasi Komunitas Sriwedari Boot Boy‟s dalam

mewadahi komunitas khususnya komunitas

penggemar musik underground yang ada di Solo;

dari siapa dan kepada siapa informasi itu diberikan.

Dalam mempertahankan eksistensinya di Solo dan

Sriwedari pada khususnya, Komunitas Sriwedari

Boot Boy‟s menggunakan struktur pola Semua

Saluran, Y dan Roda.

1. Musik underground yang muncul dan

berkembang pada tahun 90-an di Indonesia

termasuk di Solo telah memberikan semangat

dan nafas baru bagi dunia musik di Indonesia.

Perkembangan tema lirik lagu yang sesuai

dengan keadaan sosial masyarakat dan

kritikan-kritikan pedas terhadap pemerintah

serta juga bertemakan tentang hal-hal ghaib

yang tidak masuk akal telah merubah sebagian

kecil kehidupan para remaja pendengar dan

penggemar musik underground yang tanpa

disadari telah membentuk suatu komunitas dan

identitas yang baru, namun pada umumnya

musik yang berkembang di Indonesia tetap

dipengaruhi oleh musik dari barat.

2. Letak wilayah, kondisi wilayah dan kondisi

sosial budaya masyarakat Surakarta merupakan

Page 58: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

3.

Perilaku pada Punker Solo (Studi

Kasus Perilaku Anak Punk di

Komunitas Purwosari Street Punk

Kota Surakarta)

Nanik

Irnawati,

2008

1. Mengetahui latar

belakang kehidupan

keluarga anak punk.

2. Mengetahui persepsi

keluarga terhadap

perilaku anak punk.

3. Mengetahui persepsi anak

punk terhadap keluarga.

4. Mengetahui faktor-faktor

yang melatarbelakangi

pemilihan punker sebagai

gaya hidup pada anak-

anak punk.

5. Mengetahui perilaku anak

Metode

kualitatif

deskriptif

faktor lain yang mendukung perkembangan

musik ini. Perkembangan sosial masyarakat

berubah dari pola agraris ke pola industri

modern. Keadaan ini sangat mendukung

masyarakat untuk bersikap lebih terbuka

dengan segala sesuatu yang datangnya dari

luar.

3. Pengaruh musik underground terhadap para

remaja Surakarta berdampak baik (positif) dan

buruk (negatif). Keberadaan musik

underground ini telah mempengaruhi

kehidupan masyarakat Surakarta terutama para

remajanya. Ini terlihat dengan banyak

munculnya band-band lokal Kota Solo yang

bermunculan secara cepat bagaikan jamur. Pola

perilaku para remaja juga tidak ketinggalan,

mereka telah terbawa imbas oleh musik ini

seperti gaya hidup hippie yang secara langsung

maupun tidak langsung telah memacu adanya

dekadensi moral.

1. Latar belakang kehidupan keluarga punker

yaitu: a. perekonomian keluarga anak punk

tidak hanya berasal dari keluarga ekonomi

lemah saja, tetapi sebagian juga berasal dari

latar belakang keluarga yang mapan secara

ekonomi; b. beberapa punker berasal dari

keluarga yang sangat disiplin dalam

menanamkan pendidikan agama, akan tetapi

mereka tidak bisa menghayati pendidikan

agama sebagai pengetahuan; c. punker yang

hidup dijalanan mempunyai komunikasi

dengan pihak keluarga yang bersifat buruk

sebab sebagian besar waktu mereka dihabiskan

di jalan bersama anak punk di scene.

Page 59: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

punk dalam komunitas.

6. Mengetahui persepsi anak

punk terhadap remaja

lain.

7. Mengetahui persepsi

masyarakat terhadap

keberadaan anak punk.

8. Mengetahui hubungan

antara perilaku anak punk

kaitannya dengan norma

yang berlaku di

masyrakat.

2. Persepsi keluarga terhadap perilaku anak punk

yaitu: a. anak punk mempunyai perilaku

menyimpang yang tercermin dari pakaian dan

akesoris punk yang dianggap tidak pantas

untuk dikenakan serta perilaku yang biasa

dilakukan di jalan seperti aktivitas mabuk,

membuat keributan dan kegaduhan, jarang

pulang kerumah, acuh tak acuh terhadap

lingkungan sehingga dapat meresahkan

masyarakat sekitar; b. anak punk mempunyai

kreativitas karena mampu berkarya lewat musik

dengan membentuk sebuah band untuk

menyalurkan bakat dan hobi di bidang musik.

3. Persepsi punker terhadap keluarga ialah: a.

keluarga sebagi hal utama yang secara

langsung berperan besar dalam membentuk

kepribadian anak; b. keluarga sebagai pihak

yang tidak mampu memberikan kasih sayang

dan perhatian terhadap anak; c. keluarga

dianggap terlalu membatasi perilaku anak

dengan berbagai aturan dan larangan dari orang

tua.

4. Faktor yang melatar belakangi pemilihan

punker sebagai gaya hidup pada anak punk

yaitu: a. fashion punk dan makna simbolik

setiap atributnya; b. musik punk sebagai

pendistribusian pesan pemberontakan; c.

euphoria pemberontakan, kebebasan dan

equalaity; d. kecewa dengan keluarga karena

keluarga kurang memahami dan memberikan

perhatian kepada anak; e. pengaruh pergaulan

dengan teman sebaya.

5. Perilaku anak punk dalam komunitas yaitu:

nongkrong bersama sambil minum-minuman

Page 60: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

keras, main kartu, mengamen di jalan latihan

band di studio musik, membuat tato, tindik dan

piercing, menonton konser musik punk baik

dalam kota maupun luar kota serta membuat

gig (konser musik) punk sendiri, nyetreet ke

luar kota untuk menjalin komunikasi dan

solidaritas dengan punker luar kota, membuat

berbagai aksesoris punk dengan etos D.I.Y (Do

it Yourself). Aktivitas tersebut bertujuan untuk

menunjukkan eksistensi punk di masyarakat

dan merubah pandangan masyarakat bahwa

punk bukan sekedar sampah masyarakat.

6. Persepsi punker terhadap remaja lain yaitu: a.

punker menganggap remaja lain yang bukan

anak punk sebagai seorang remaja yang tidak

jauh berbeda dengan anak punk dalam

pergaulan karena anak punk tidak hanya

berteman terbatas pada kalangan anak punk

saja melainkan juga berteman dengan remaja

lain di luar punk; b. remaja yang bukan anak

punk dianggap masih belum bisa mandiri,

mereka hanya bergantung pada orang tua serta

tidak bisa bertanggung jawab atas pilihannya

sendiri; c. beberapa punker merasa tidak suka

bila melihat remaja lain memakai fashion punk

yang elah menjadi identitas kelompok punk

karena dianggap mereka hanya meniru cara

berpakaian punk tanpa tahu makna yang ada di

balik fashion punk walaupun setiap orang juga

berhak memakai fashion apa yang

diinginkannya.

7. Persepsi masyarakat terhadap komunitas punk

ialah masyarakat memandang remaja yang

menjadi anak punk telah menganut gaya hidup

Page 61: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

4.

Studi Perilaku Menyimpang

(Deviant Behavior) Kaum Urban

(Studi Kasus Komunitas Punk di

Kota Surakarta) Tahun 2009-2010.

Listya

Intan

Artiani,

2011

1. Mengetahui persebaran

scene komunitas punk di

Kota Surakarta.

2. Mengetahui karakteristik

Metode

deskriptif

spasial.

yang tidak sesuai dengan lingkungan sekitar

sebab kebebasan yang dianut oleh anak punk

telah disalah artikan lewat perilaku anak punk

di scene seperti nongkrong sambil mabuk-

mabukan, punk berperilaku acuh tak acuh

terhadap lingkungan sekitar dengan

mengabaikan norma yang berlaku, akan tetapi

mereka juga kreatif dalam menciptakan musik

yang berirama keras.

8. Hubungan antara perilaku anak punk kaitannya

dengan norma yang berlaku di masyarakat

yaitu: a. mayoritas masyarakat menganggap

bahwa perilaku punk adalah negatif karena

menyimpang dari norma dan dapat

mengganggu ketenangan masyarakat umum

walaupun tidak semua masyarakat merasa

terganggu secara langsung dengan perilaku

anak punk; b. perilaku anak punk termasuk

perilaku yang menyimpang secara sosial tetapi

belum masuk pada wilayah pelanggaran

hukum; c. walaupun perilaku anak punk

dianggap menyimpang oleh mayoritas

masyarakat, tetapi anak punk sebagai subjek

pelaku merasa bahwa sebagai sebuah subkultur

punk memiliki norma sendiri yang cenderung

menyimpang dari kultur yang dominan,

sehingga norma yang berlaku di masyarakat

tidak sama dengan norma yang berlaku di

komunitas punk.

Page 62: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

punk di Kota Surakarta.

3. Mengetahui persepsi

masyarakat terhadap

perilaku kaum punk.

Page 63: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

Anarcho punk

Punk yang mengusung anarkhisme sebagai ideologi (Anonim).

Anomie

Suatu keadaan tanpa norma (Durkheim dalam Hadisuprapto, 2008: 27).

Distro

Merupakan kependekan dari distribution outlet. Distro merupakan sebuah tempat

untuk menampung hasil kreativitas anak muda dan sebagai wadah bagi suatu

komunitas (Novianti dalam Kennedy, 2009: 120).

Emblem (Badge)

Aksesoris busana yang berupa slogan-slogan dan group band (Anonim).

Fanzine

Suatu media independent yang berisikan ide-ide dan kritik komunitas terhadap

budaya dominan, selain itu juga berisi review dan interview band-band indie.

Fanzine dalam komunitas punk sering juga disebut dengan newsletter (Anonim).

Gig

Istilah untuk menyebut suatu pertunjukkan musik punk (Anonim).

Hardcore

Istilah yang diambil oleh industri musik sebagai sebuah kategorisasi yang

dimunculkan pada awal tahun 80-an dan awalnya diterapkan pada genre musik

post-punk Amerika Utara yang bercirikan punk dan heavy metal. Musik sejenis ini

dikenal sebagai trash metal atau jika lebih ingar bingar disebut speedcore (Jube,

2008: 163).

Herbert

Istilah untuk menyebut preman yang menyukai musik punk dan kadang bergabung

bersama kaum punk dalam komunitas (Anonim).

Hooligan

Istilah untuk menyebut kaum punk dan skinhead yang fanatik terhadap sepak bola

(Anonim).

Indie

Page 64: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

Istilah yang mulai digunakan oleh media pada tahun 70-an untuk menamakan

label rekaman independen yang tidak berafiliasi dengan konglomerat-konglomerat

bisnis besar manapun (major label). Isilah indie berasal dari ranah punk dengan

etos do it yourself yang mendukung lahirnya label-label rekaman kecil serta

menghadang monopoli label-label besar di Inggris (Jube, 2008: 168).

Mainstream

Istilah yang digunakan untuk menyebut budaya arus utama yang kaku dan

seragam (Rusbiantoro, 2008: 109).

Mohawk

Mode potongan rambut yang terinspirasi dari gaya rambut suku Mohican Indian.

Mode potongan rambut Mohawk ialah menipiskan atau memotong rambut di

bagian kiri-kanan dan menyisakan bagian tengah rambut yang panjang lalu

dibedirikan menyerupai tengkuk kuda (Anonim).

Moshing

Moshing adalah menari mengikuti irama musik heavy metal, hardcore, dan

turunan musik rock lainnya. Aktivitas yang lebih merupakan bentuk geliat

komunal energetik dibanding sekedar menari diadopsi oleh para penggemar hard

rock selama akhir tahun 80-an sebagai pengganti headbanging dan slam-dancing.

Para penonton konser musik keras memanjat panggung dan kemudian

melemparkan diri ke tengah penonton lainnya. Praktik ini dikenal sebagai stage-

diving. Kata “Mosh” adalah temuan yang muncul dari istilah-istilah yang standar

seperti halnya jostle, mash, mass, squah, crush, dan thrust (Jube, 2008: 176).

Oi

Dinamakan oi karena ceracau nyanyian atau tangisan keras para pengikutnya. Oi

adalah gerakan neo-skinhead pada awal tahun 1980-an yang dibentuk oleh

beberapa band rock (Skrewdriver, Four Skins) yang memainkan anthem musik

post-punk, minimalis serta mendukung etos sayap kanan ekstrem. Inspirasi

pertama untuk kecenderungan ini muncul dari band punk Sham 69 yang telah

mendorong histeria kebanggaan proletarian yang secara politik ambivalen pada

tahun 1978 dan 1979. Oi menjadi fenomena minoritas berbagai fanzine-nya mirip

dengan propaganda Neo-Nazi dan eksponen-eksponennya terlibat dalam

Page 65: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

kekerasan rasis serta politis yang teroganisir. Pada paruh kedua tahun 1980-an oi

tidak lagi menjadi mode yang berbasis musik. Oi justru bergabung dengan aliansi-

aliansi kanan internasional yang terbentang dari London hingga Praha (Jube,

2008: 177).

Perilaku menyimpang

Tingkah laku yang menyimpang dari tendensi sentral atau ciri-ciri karakteristik

rata-rata dari rakyat kebanyakan/populasi (Kartono, 2005: 11).

Pogo

Merupakan tarian yang dilakukan dengan melompat ke atas dan ke bawah serta

kedua lengan tak bergerak di satu sisi. Tarian ini disebut pogo karena

kemiripannya dengan gerakan-gerakan para pemain stik pogo. Pogo adalah ciri

para penonton dan penyuka acara punk yang bereaksi pada musik pilihan mereka.

Konon pogo ditemukan oleh Sid Vicious ketika dia masih menjadi fans dan

bergabung dengan Sex Pistols. Pogo adalah pose minimalis yang menjadi jenis

tarian yang tepat bagi kerusuhan di depan panggung. Para penari pogo membuka

jalan bagi mode tarian berikutnya yaitu slam- dancing (Jube, 2008: 178).

Punk

Pemuda yang ikut gerakan menentang masyarakat yang mapan lewat musik, gaya

berpakaian dan gaya rambut yang khas (Kamus Bahasa Indonesia, 2009: 583).

Scene

Istilah untuk menyebut daerah tempat berkumpul (tongkrongan) kaum punk.

Scene cenderung berkaitan dengan keberadaan suatu komunitas (Anonim).

Skinhead

Pada awalnya merupakan istilah slang untuk orang yang berkepala gundul, dan di

Inggris secara khusus dikenakan pada anggota gang-gang jalanan. Pada tahun

1967 skinhead menjadi kultus kaum muda kelas pekerja yang konformis dan

reaksioner yang menggunakan busana fred perry, doc.marteen, serta potongan

rambut crew-cut (Jube, 2008: 188).

Page 66: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

Street punk

Kaum punk yang hampir seluruh aktivitasnya dihabiskan di jalanan. Mereka

sering ngamen di dalam bus dan di sekitar lampu lalu lintas. Kegiatan yang sering

dilakukan adalah nongkrong di jalanan sambil minum-minuman keras dan mabuk-

mabukan (Anonim).

Subkultur

Sekelompok orang dengan perilaku dan kepercayaan berbeda yang membedakan

mereka dari budaya yang lebih besar yang memisahkan mereka (Rusbianto, 2008:

107).

Underground

Merupakan istilah yang menggambarkan jaringan-jaringan resistensi yang muncul

selama perang dunia II. Sementara underground yang muncul pada akhir era 60-

an menjadi sinonim untuk kontra kultura dan masyarakat alternatif (Jube, 2008:

189).

Venue

Tempat atau area gigs diadakan (Anonim).

Page 67: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

D. Kerangka Pemikiran

Kota Surakarta merupakan kota yang memiliki masyarakat yang

heterogen. Dan didalam kemajemukan masyarakat tersebut terdapat berbagai

macam kelompok yang terbagi berdasarkan atas kelas sosial. Tiap-tiap kelas sosial

memiliki suatu cara hidup tertentu. Pola perilaku masyarakat tersebut ada yang

berdasarkan atas norma-norma yang berlaku bahkan ada juga yang berperilaku

anomie. Sekelompok orang yang berperilaku anomie tersebut cenderung

termarjinalisasi didalam kehidupan bermasyarakat. Perilaku anomie mereka

dianggap oleh sebagian besar masyarakat sebagai perilaku menyimpang (deviant

behavior).

Subkultur punk merupakan salah satu contoh subkultur yang dianggap

oleh sebagian besar masyarakat sebagai perilaku menyimpang (deviant behavior).

Punk sampai saat ini masih menjadi fenomena dalam lingkup budaya kawula

muda. Komunitas punk sebagai suatu kelompok sosial ternyata bukan hanya

sekumpulan individu, tetapi juga membentuk tindakan bersama. Komunitas punk

merupakan sebuah masyarakat yang mempunyai nilai-nilai dimana sering terjadi

persimpangan dengan nilai-nilai masyarakat yang sudah ada.

Keberadaan punk di Kota Surakarta masih dianggap sebagai suatu hal

yang baru atau asing oleh masyarakat. Sebagai kelompok yang termarjinal,

mereka memiliki anggota yang sedikit dan keberadaan mereka sangat sulit

terdeteksi atau jarang ditemukan di beberapa tempat di Kota Surakarta. Dengan

kondisi seperti itu punk bergabung dengan punk lain membentuk suatu komunitas.

Didalam komunitas tersebut mereka memiliki suatu tindakan bersama atau

aktivitas, terdapat berbagai macam hal yang unik dan menarik dalam komunitas

tersebut untuk diteliti. Dalam suatu komunitas mereka menentukan scene dimana

mereka sering berkumpul untuk melakukan berbagai hal, misalnya berdiskusi

tentang perkembangan punk, gigs punk, dan sebagainya.

Perkembangan jumlah punk setiap harinya tidak berkurang tetapi justru

bertambah banyak. Mereka yang tergabung dalam punk terdiri dari berbagai

kelompok usia dengan karakteristik yang berbeda-beda baik itu karakteristik

Page 68: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

demografi maupun sosial ekonomi. Setiap punk memiliki latar belakang

kehidupan yang berbeda. Selain itu setiap punk mempunyai pendapat tersendiri

mengenai alasan mereka ikut bergabung dalam komunitas dan menjalani hidupnya

sebagai seorang punk. Sekarang ini perkembangan punk bukan hanya secara

kuantitas mereka bertambah tetapi secara kualitas mereka pun semakin eksis.

Keberadaan scene-scene komunitas punk di Kota Surakarta mulai bertambah.

Seiring hal tersebut komunitas-komunitas yang menggeliat memantapkan

eksistensinya. Dengan adanya hal tersebut, penulis ingin meneliti distribusi

spasial atau persebaran scene komunitas punk di Kota Surakarta.

Kaum punk menjunjung tinggi nilai equality (persamaan), unity

(kebersamaan), dan anarchy (anarkhi). Nilai-nilai tersebut merupakan sebagian

dari filosofi yang dianut oleh kaum punk. Tak heran kaum punk sering melakukan

mobilitas ke berbagai kota untuk bertemu dengan punk lain dalam suatu scene dan

gigs punk dengan tujuan untuk memupuk dan meningkatkan rasa kebersamaan

dan persaudaraan.

Subkultur punk mendefinisikan dirinya sebagai perlawanan terhadap nilai-

nilai budaya dominan. Punk menjadi salah satu bentuk resistensi terhadap gaya

hidup. Penggunaan gaya dalam subkultur punk sangat berbeda dan simbolik. Hal

ini merupakan suatu bentuk deviasi sebagai tindakan penyimpangan perilaku yang

bertentangan dengan masyarakat dan digunakan sebagai perjuangan melawan

budaya dominan atau kelompok dominan (orang tua, kalangan elite masyarakat,

norma sosial yang ketat, atau negara). Dengan adanya perilaku tersebut memicu

munculnya banyak pendapat atau persepsi pro dan kontra dari masyarakat

mengenai perilaku punk.

Page 69: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

Gambar 1. Kerangka Alur Pemikiran

Punk di Kota Surakarta

Karakteristik punk di

Kota Surakarta

1. Karakteristik demografi

- Jenis kelamin

- Umur

- Status perkawinan

- Daerah asal

2. Karakteristik sosial

ekonomi

- Tingkat pendidikan

- Jenis pekerjaan

3. Karakteristik punk

- Fashion dan musik

- Sikap dan perilaku

4. Karakteristik lain-lain

Persebaran komunitas

punk di Kota Surakarta

Persebaran scene punk

di Kota Surakarta

Persepsi

masyarakat

Page 70: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Dalam mengadakan penelitian, penulis mengambil tempat atau lokasi

penelitian di Kota Surakarta, yang terdiri dari 5 kecamatan yaitu Laweyan,

Banjarsari, Serengan, Pasar Kliwon, dan Jebres. Alasan penulis mengambil tempat

ini sebagai objek penelitian adalah karena Kota Surakarta merupakan kota yang

memiliki heterogenitas masyarakat. Didalam pluralisme masyarakat tersebut

terdapat sekelompok kecil masyarakat yang termarjinalisasi. Fenomena punk telah

menjadi bagian dari masyarakat Kota Surakarta, walaupun tingkah laku mereka

sering dianggap sebagai perilaku menyimpang (deviant behavior) oleh sebagian

besar masyarakat. Sebagai kelompok yang termarjinalisasi, keberadaan kaum

punk sangat sulit ditemui atau jarang ditemukan pada beberapa tempat di Kota

Surakarta. Dengan kondisi seperti itu punk bergabung dengan punk lain

membentuk suatu komunitas. Dalam suatu komunitas mereka menentukan scene

dimana mereka sering berkumpul untuk melakukan berbagai aktivitas. Kecil

kemungkinan kita menjumpai scene komunitas punk dalam satu kecamatan di

Kota Surakarta.

2. Waktu Penelitian

Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian selama 6 bulan yaitu

dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan Januari 2010.

B. Bentuk dan Strategi Penelitian

Penulisan yang dilakukan memiliki tujuan untuk bisa menemukan,

mengembangkan dan menguji kebenaran suatu teori. Agar tujuan yang diinginkan

dapat tercapai maka diperlukan suatu metode yang tepat dan sesuai dengan

masalah yang akan dikaji.

Menurut Narbuko dan Achmadi (2003: 1) “Metodologi artinya cara

melakukan sesuatu dengan mengunakan pikiran secara seksama untuk mencapai

Page 71: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

suatu tujuan. “Penelitian adalah suatu kegiatan untuk mencari, mencatat,

merumuskan, dan menganalisis sampai menyusun laporannya. Jadi metodologi

penelitian adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang membicarakan/

mempersoalkan mengenai cara-cara melaksanakan penelitian (yaitu meliputi

kegiatan-kegiatan mencari, mencatat, merumuskan, menganalisis sampai

menyusun laporannya) berdasarkan fakta-fakta atau gejala-gejala secara ilmiah”.

Sukmadinata (2009: 5) mengemukakan bahwa “Penelitian diartikan

sebagai suatu proses pengumpulan dan analisis analisis data yang dilakukan

secara sistematis dan logis untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu”.

Menurut Sukmadinata (2009: 52) “Metode penelitian merupakan

rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan, penelitian yang didasari oleh asumsi-

asumsi dasar, pandangan-pandangan filosofis dan ideologis, pertanyaan dan isu-

isu yang dihadapi”. Dalam penelitian ini sesuai dengan masalah yang dikaji maka

peneliti memilih metode deskriptif kualitatif.

Nawawi dan Martini (1994: 73) mengemukakan bahwa “Metode deskriptif

dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki, dengan

menggambarkan / melukiskan keadaan objek penelitian pada saat sekarang

berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya”. Dalam studi

geografi, untuk melihat kaitan antar variabel-variabel yang ada pada fenomena

tersebut dilakukan dengan kerangka analisis yang menekankan eksistensi ruang

sebagai penekanan yang disebut dengan pendekatan spasial.

Geografi selalu melihat keseluruhan gejala dalam ruang dengan

memperhatikan secara mendalam tiap aspek yang menjadi komponen dalam ruang

tersebut. Komponen tersebut berupa komponen alamiah dengan komponen

insaniah yang mengkaji faktor alam dan faktor manusia baik dari segi objek,

fenomena yang terjadi, potensi daerah yang ada serta tingkah laku manusia

sehingga membentuk integrasi keruangan di wilayah yang bersangkutan. Dalam

penelitian ini metode deskriptif spasial sangat tepat untuk menjelaskan persebaran

scene komunitas punk di Kota Surakarta.

Hadi (2011) mengemukakan tekanan utama geografi tidak pada substansi

akan tetapi pada sudut pandang spasial, yang mana produk akhir dari geografi

Page 72: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

adalah wilayah-wilayah (regions) yang memiliki persamaan-persamaan dan

perbedaan-perbedaan yang ada di muka bumi. Dari pengwilayahan tesebut hasil

akhirnya adalah peta tematik, yang dapat digunakan untuk melakukan

rekomendasi.

Dalam (http://himago.wordpress.com). Geografi mengkaji obyek,

fenomena, potensi dan masalah yang ada pada ruang mukabumi dalam perspektif

spasial. Obyek itu divisualkan dalam bentuk peta dengan tema tertentu dan

dikenal sebagai peta tematik. Peta itu menampilkan obyek, fenomena, potensi

ruang mukabumi dalam bentuk tema tunggal dan dapat pula sintesis dari beberapa

tema. Selain itu, peta tematik ini dapat pula merupakan presentasi analisis spasial.

Segi lain dalam analisis spasial adalah dengan melakukan korelasi yaitu

membandingkan dua hal (tema, layer) yang berbeda untuk melihat ada tidaknya

kaitan sebab akibat. Korelasi dapat berbentuk korelasi spasial antara unsur fisik

dengan unsur fisik, antara unsur fisik dengan unsur sosial ekonomi, juga antara

unsur sosial ekonomi dengan unsur sosial ekonomi (Hadi, 2009: 2-3).

Dalam penelitian ini korelasi spasial antara unsur fisik dengan unsur fisik

digunakan untuk mengetahui persebaran scene komunitas punk. Persebaran

tersebut diperoleh secara keruangan antara pemilihan lokasi scene komunitas punk

dengan jaringan jalan yang terdapat di Kota Surakarta. Korelasi unsur fisik

dengan unsur sosial menghubungkan antara lokasi scene komunitas punk dengan

jumlah kaum punk yang berada di lokasi scene tersebut.

Maka hasil akhir dari pengolahan data spasial dalam penelitian ini adalah

peta dan deskripsi korelasi spasial. Adapun peta tersebut antara lain:

1. Peta Persebaran Komunitas Punk Kota Surakarta Tahun 2009 – 2010.

2. Peta Kuantitas Komunitas Punk Kota Surakarta Tahun 2009 – 2010.

Page 73: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

C. Sumber Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya diamati

dan dicatat untuk pertama kalinya (Marzuki, 2002: 55). Alfandi (2001: 49)

mengemukakan bahwa “Data primer adalah data yang berada paling dekat dengan

sumber gejala atau data yang diperoleh dari sumber utama yang berwenang

mengelola data yang bersangkutan”. Data primer sebagai data pokok penelitian

diperoleh dari hasil wawancara kepada para responden dalam hal ini kaum punk di

Kota Surakarta dengan menggunakan daftar pertanyaan yang sudah disiapkan

sebelumnya.

Data primer yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu :

a. Lokasi scene komunitas punk di Kota Surakarta.

b. Data karakteristik kaum punk yang diperoleh dengan menggunakan teknik

wawancara dan kuesioner.

c. Data tentang persepsi masyarakat terhadap perilaku kaum punk diperoleh

dengan menggunakan teknik wawancara dan kuesioner atau angket.

2. Data Sekunder

Dalam penelitian ini, selain menggunakan data primer sebagai data pokok

juga menggunakan data sekunder. Data sekunder adalah data yang diobservasi

oleh peneliti kemudian dikonfirmasikan dengan sumber data yang lain untuk

memperoleh data baru yang setara dengan data aslinya (Alfandi, 2001: 49). Data

sekunder merupakan data pelengkap dan memberikan gambaran mengenai objek

penelitian.

Marzuki (2002: 56) mengemukakan bahwa “Data sekunder adalah data

yang bukan diusahakan sendiri pengumpulannya oleh peneliti misalnya biro

statistik, majalah, keterangan-keterangan atau publikasi lainnya”.

Dalam penelitian ini data sekunder yang digunakan yaitu data jumlah

penduduk dan monografi Kota Surakarta yang diperoleh dari Badan Pusat

Statistik Kota Surakarta.

Page 74: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

D. Populasi dan Sampel

Menurut Tika (1997: 32) “Populasi adalah himpunan individu atau obyek

yang banyaknya terbatas atau tidak terbatas”. Selanjutnya Tika (1997: 33)

“Sampel adalah sebagian dari obyek atau individu-individu yang mewakili suatu

populasi”. Pada penelitian ini populasi juga digunakan sebagai sampel. Populasi

dalam penelitian ini adalah seluruh kaum punk Kota Surakarta. Penelitian ini

merupakan penelitian populasi sehingga sampel dalam penelitian ini adalah

seluruh kaum punk Kota Surakarta.

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang dapat dipercaya dari beberapa sumber yang

telah dikumpulkan, maka diperlukan cara atau teknik tertentu dalam pengumpulan

data. Teknik yang digunakan untuk mendapatkan data antara lain :

1. Wawancara

Menurut Narbuko dan Achmadi (2003: 83) “Wawancara adalah proses

tanya-jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dimana dua orang

atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau

keterangan-keterangan.” Selanjutnya Moleong (2009: 186) menjelaskan bahwa

“Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu

dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewancara (interviewer) yang mengajukan

pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas

pertanyaan itu”.

Teknik wawancara digunakan untuk memperoleh keterangan atau

informasi yang terinci dan mendalam dalam rangka pengumpulan data. Kegiatan

ini dilakukan dengan mengadakan tanya jawab secara lisan dengan informan.

Daftar pertanyaan disusun terlebih dahulu agar informasi yang dibutuhkan dapat

terjaring secara lengkap.

Dalam penelitian ini digunakan wawancara terstruktur dengan informasi

yang bertindak sebagai responden yang terdiri dari mereka yang dipilih karena

memiliki pengetahuan dan memahami segala sesuatu yang bekaitan dengan

Page 75: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

pertanyaan- pertanyaan yang ada. Dalam hal ini wawancara dilakukan terhadap

kaum punk di Kota Surakarta.

Menurut Moleong (2009: 190) “Wawancara terstruktur adalah wawancara

yang pewancaranya menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang

akan diajukan”.

Peneliti yang menggunakan jenis wawancara ini bertujuan mencari

jawaban terhadap hipotesis. Untuk itu pertanyaan-pertanyaan disusun dengan

ketat. Jenis ini dilakukan pada situasi jika sejumlah sampel yang representatif

ditanyai dengan pertanyaan yang sama dan hal ini penting sekali. Semua subjek

dipandang mempunyai kesempatan yang sama untuk menjawab pertanyaan yang

diajukan.

2. Pengamatan atau Observasi

Untuk mendapatkan atau memperoleh data primer, selain dengan

mengadakan wawancara juga menggunakan teknik observasi atau pengamatan

karena pada dasarnya pengetahuan geografi merupakan suatu ilmu yang diperoleh

dari pengumpulan data, fakta dan sesuai dengan kenyataan yang terjadi di

lapangan.

Menurut Narbuko dan Achmadi (2003: 70) “Pengamatan adalah alat

pengumpulan data yang dilakukan cara mengamati dan mencatat secara sistematik

gejala-gejala yang diselidiki”.

Sukmadinata (2009: 220) mengemukakan bahwa “Observasi (observation)

atau pengamatan merupakan suatu tenik atau cara mengumpulkan data dengan

jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung”.

Sasaran observasi lapangan pada penelitian ini adalah lokasi (scene)

komunitas punk di Kota Surakarta. Data diperoleh dengan cara melakukan

pencatatan dan pengamatan dengan menggunakan GPS yang mengacu pada

fenomena yang diteliti. Observasi lapangan dilakukan untuk memperoleh data

yang ada di lapangan yaitu data mengenai persebaran scene komunitas punk di

Kota Surakarta.

Page 76: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

3. Dokumentasi

Arikunto (2006: 231) berpendapat bahwa “Metode dokumentasi adalah

mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku,

surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya”.

Sukmadinata (2009: 221) berpendapat bahwa “Studi dokumenter

(documentary study) merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan

menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis,

gambar maupun elektronik”.

Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data atau informasi secara

tertulis atau dalam bentuk gambar yang didapat dari kantor atau instansi yang

terkait. Data yang dikumpulkan antara lain: letak, luas wilayah, batas wilayah, dan

data lainnya yang berhubungan dengan daerah penelitian.

Teknik dokumetasi dilakukan untuk mengumpulkan data guna mendukung

penelitian ini, data sekunder dapat diperoleh dari teknik dokumentasi diantaranya

mengenai keadaan umum daerah penelitian dan scene komunitas punk di Kota

Surakarta. Adapun dokumen atau arsip berupa foto dokumentasi, rekaman video,

rekaman wawancara, catatan lapangan mengenai perilaku punk, serta fanzine yang

diterbitkan oleh komunitas punk.

4. Kuesioner atau angket

Menurut Narbuko dan Achnmadi (2003: 76) “Metode kuesioner adalah

suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai sesuatu masalah atau

bidang yang akan diteliti”.

Sukmadinata (2009: 219) berpendapat bahwa “Angket atau kuesioner

(Questionnare) merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data secara tidak

langsung (peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden)”.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik kuesioner untuk

mengetahui sikap dan persepsi dari responden. Responden disini adalah

masyarakat dan kaum punk itu sendiri.

Page 77: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

F. Validitas Data

Untuk menjamin kesahihan data yang diperoleh dari penelitian ini dengan

menggunakan teknik triangulasi. Caranya dengan membandingkan data yang

diperoleh dengan sesuatu yang lain di luar itu. Teknik triangulasi yang dipakai

kali ini adalah Triangulasi dengan sumber. Menurut Moleong (2009: 330)

“Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai

pembanding terhadap data itu”. Menurut Patton :

Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik

derajat kepercayaa atau informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat

yang berbeda dengan metode kualitatif. Hal itu dapat dicapai dengan jalan:

(1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara;

(2) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa

yang dikatakannya secara pribadi; (3) membandingkan apa yang dikatakan

orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya

sepanjang waktu; (4) membandingkan keadaan dan perspektif seseorang

dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang

yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang

pemerintahan; (5) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu

dokumen yang berkaitan (Patton dalam Moleong, 2009: 330).

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan

teknik triangulasi dengan sumber.

G. Teknik Analisis Data

Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2009: 280) mengemukakan bahwa

“Analisis data sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan

tema dan merumuskan hipotesis (ide) seperti yang disarankan oleh data dan

sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan hipotesis itu”.

Moleong (2009: 280) mengemukakan bahwa “Analisis data adalah proses

mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan

uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja

seperti yang disarankan oleh data”.

Tujuan analisis data adalah menyederhanakan data kedalam bentuk yang

lebih mudah dibaca dan diinterpretasi. Data yang telah dikumpulkan diseleksi dan

Page 78: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

diolah, selanjutnya diambil kesimpulan atas dasar analisis kualitatif. Analisis data

secara kuantitatif dilakukan pada beberapa variabel yang telah ditentukan.

Analisis data kuantitatif tersebut dilakukan hanya sebagai alat bantu dalam

mendeskripsikan variabel secara kualitatif. Analisis data yang digunakan adalah

model analisis interaktif.

Teknik analisis yang digunakan untuk mengetahui karakteristik punk dan

persepsi masyarakat terhadap perilaku kaum punk adalah mengikuti model

analisis interaktif (interactive of analysis model). Miles dan A. Michael Huberman

(1992: 16) mengemukakan bahwa “Analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang

terjadi secara bersamaan yaitu: reduksi data, penyajian data, penarikan

kesimpulan/verifikasi”. Ketiga komponen dalam kegiatan analisis tersebut

tentunya tidak lepas dari proses pengumpulan data sebagai proses siklus.

1. Reduksi data

Setelah data dikumpulkan, dibaca, dan dipelajari maka selanjutnya adalah

mengadakan reduksi data. Reduksi data dilakukan dengan jalan membuat

abstraksi yaitu membuat rangkuman inti, membuang data yang tidak perlu,

mengatur data dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga agar tetap berada

didalamnya, sehingga penarikan kesimpulan akhir dari penelitian dilakukan

dengan mudah oleh peneliti. Reduksi data berlangsung selama riset

berlangsung.

2. Penyajian data

Penyajian data adalah mengorganisasi informasi secara sistematis untuk

mempermudah penelitian dalam menggabungkan dan merangkai keterikatan

antar data dalam menyusun penggambaran proses serta memahami fenomena

yang ada pada objek penelitian. Melalui penyajian data akan memungkinkan

peneliti untuk menginterpretasikan fenomena-fenomena yang ada. Penyajian

data tersebut disajikan dalam bentuk tabel dan teks naratif yang berupa catatan

lapangan.

3. Penarikan kesimpulan/verifikasi

Setelah data yang diperlukan terkumpul, direduksi, dan disajikan dalam

bentuk tabel dan teks naratif maka tahap terakhir adalah penarikan

Page 79: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

kesimpulan. Dalam penelitian ini data yang diperoleh dari hasil wawancara

dan observasi dapat segera ditarik kesimpulan yang sifatnya sementara. Agar

kesimpulan lebih mantap maka peneliti memperpanjang waktu observasi. Dari

observasi tersebut ditemukan data baru yang dapat mengubah kesimpulan

sementara, sehingga diperoleh kesimpulan yang mantap.

Proses model analisis interaktif dapat ditujukan dalam bagan sebagai berikut:

Gambar 2. Model Analisis Interaktif

Sumber: Miles dan A. Michael Huberman (1992: 20)

H. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian merupakan penjelasan yang memberikan gambaran

tentang keseluruhan dari kegiatan persiapan, pengumpulan data, analisis data yang

terkumpul, sampai dengan penulisan laporan. Prosedur dalam penelitian ini dapat

dirinci sebagai berikut :

1. Tahap persiapan

Tahap persiapan merupakan tahap paling awal dalam sebuah penelitian.

Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan meliputi :

a. Menentukan lokasi dan waktu penelitian

b. Mengamati permasalahan yang ada pada lokasi yang telah ditentukan

c. Survei ketersediaan data

d. Studi pustaka

Pengumpulan data Penyajian data

Reduksi data Kesimpulan-kesimpulan:

Penarikan/Verifikasi

Page 80: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

2. Tahap Penyusunan Proposal

Pada tahap ini merupakan tahap lanjutan dari tahap persiapan, yaitu berupa

kegiatan merumuskan permasalahan yang ada ke dalam tulisan berupa

proposal penelitian yang terdiri dari pendahuluan, kajian teori dan metodologi

penelitian.

3. Tahap Penyusunan Instrumen

Kegiatan pada tahap ini adalah mempersiapkan sarana yang digunakan untuk

mengumpulkan data.

4. Tahap Pengumpulan Data

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan berupa mengumpulkan melalui studi

dokumen dan observasi di lapangan.

5. Tahap Analisis Data

Pada tahap ini dilakukan analisis data yang telah terkumpul untuk kemudian

dideskripsikan.

6. Tahap Penulisan Laporan

Tahap ini merupakan tahap penyusunan laporan penelitian berupa skripsi.

Page 81: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Letak, Batas, dan Luas

Kota Surakarta merupakan salah satu kota administrasi yang terdapat di

Propinsi Jawa Tengah. Secara astronomis Kota Surakarta terletak antara 7˚32‟13”

LS - 7˚ 35‟ 12” LS dan 110˚46‟10” BT - 110˚ 51‟ 25” BT. (Peta Rupabumi

Lembar Surakarta 1403-343 Skala 1 : 25.0000 Tahun 2001).

Kota Surakarta atau lebih dikenal dengan “Kota Solo” merupakan dataran

rendah dengan rata-rata ketinggian ± 92 m dari permukaan laut. Kota Surakarta

secara admistratif berbatasan dengan:

Sebelah Utara : Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali dan

Kecamatan Colomadu, Kabupaten Karanganyar

Sebelah Timur : Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar

Sebelah Selatan : Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo

Sebelah Barat : Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo

Luas Kota Surakarta mencapai 44,04 km² yang terbagi dalam 5 kecamatan,

yaitu : Kecamatan Laweyan, Serengan, Pasar Kliwon, Jebres dan Banjarsari.

Sebagian besar lahan dipakai sebagai tempat pemukiman sebesar 61,68%. Untuk

kegiatan ekonomi juga memakan tempat yang cukup besar juga yaitu berkisar

antara 20% dari luas yang ada. Luas masing-masing kecamatan ditampilkan pada

Tabel 2.

Tabel 2. Luas Kota Surakarta Tahun 2008

No Kecamatan Luas (Ha) %

1 Laweyan 863,86 19,62

2 Serengan 319,40 7,25

3 Pasar Kliwon 481,52 10,93

4 Jebres 1.258,18 28,57

5 Banjarsari 1.481,10 33,63

Jumlah 4.404,06 100

Sumber : BPS Kota Surakarta Tahun 2008

Page 82: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

Page 83: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

2. Penduduk Kota Surakarta

a. Jumlah Penduduk, Rasio Jenis Kelamin dan Tingkat Kepadatan Tiap

Kecamatan di Kota Surakarta Tahun 2008

Berdasarkan hasil estimasi Survei Penduduk Antar Sensus (2005) tahun

2008 penduduk Kota Surakarta mencapai 522.935 jiwa dengan rasio jenis

kelamin sebesar 90 yang artinya bahwa pada setiap 100 penduduk perempuan

terdapat sebanyak 90 penduduk laki-laki.

Tingkat kepadatan penduduk Kota Surakarta pada tahun 2008 mencapai

12.849 jiwa/km². Tahun 2008 tingkat kepadatan penduduk tertinggi di

Kecamatan Serengan yang mencapai angka 199.899. Dengan tingkat

kepadatan yang tinggi akan berdampak pada masalah-masalah sosial seperti

perumahan, kesehatan, dan juga tingkat kriminalitas. Jumlah penduduk, rasio

jenis kelamin dan tingkat kepadatan tiap kecamatan di Kota Surakarta Tahun

2008 disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah Penduduk, Rasio Jenis Kelamin dan Tingkat Kepadatan Tiap

Kecamatan di Kota Surakarta Tahun 2008

No Kecamatan Jumlah Penduduk Rasio Jenis

Kelamin

Tingkat

Kepadatan Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Laweyan 54.164 55.766 109.930 97,13 12.723

2 Serengan 31.263 32.295 63.558 96,80 19.899

3 Ps. Kliwon 43.172 44.808 87.980 96,35 18.272

4 Jebres 70.466 71.826 142.292 98,11 11.311

5 Banjarsari 80.259 81.834 162.093 98,08 10.945

Jumlah 279.324 286.529 565.853 97,49 12.849

Sumber : BPS Kota Surakarta Tahun 2008

b. Penduduk Kota Surakarta Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun

2008

Komposisi penduduk di wilayah Kota Surakarta adalah termasuk

komposisi penduduk usia muda dengan jumlah penduduk perempuan lebih

besar dibandingkan penduduk laki-laki. Komposisi penduduk menurut umur

dan jenis kelamin dapat memberikan gambaran tentang jumlah tenaga kerja

dan besarnya angka ketergantungan, adapun penduduk Kota Surakarta

menurut kelompok umur dan jenis kelamin disajikan pada Tabel 4.

Page 84: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

Tabel 4. Penduduk Kota Surakarta Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

Tahun 2008 (Berdasarkan hasil SUSENAS 2008)

No Tahun Jenis Kelamin Jumlah

Laki-laki Perempuan

1 0-4 17.542 17.781 35.323

2 5-9 21.098 18.726 39.825

3 10-14 16.592 18.725 35.317

4 15-19 20.861 22.277 43.138

5 20-24 27.968 29.865 57.833

6 25-29 24.656 24.420 49.076

7 30-34 19.676 21.810 41.487

8 35-39 19.439 20.388 39.826

9 40-44 18.493 20.150 38.642

10 45-49 13.513 21.572 35.086

11 50-54 13.511 17.305 30.815

12 55-59 11.852 13.275 25.127

13 60-64 9.008 8.535 17.543

14 65+ 13.037 20.858 33.896

Jumlah 247.246 275.687 522.934

Sumber : BPS Kota Surakarta (diolah dari hasil Supas 2005)

c. Penduduk yang Datang dan Pindah di Kota Surakarta Menurut Jenis Kelamin

Tahun 2008

Kota Surakarta merupakan salah kota yang menjadi pusat petumbuhan di

Propinsi Jawa Tengah. Kota Surakarta memiliki faktor penarik dan faktor

pendorong, misalnya fasilitas yang lengkap sehingga menyebabkan banyak

orang datang dan pindah di Kota Surakarta. Berdasarkan banyaknya penduduk

yang datang dan pindah di Kota Surakarta sebagian besar terjadi di Kecamatan

Banjarsari yaitu penduduk yang datang (in- migran) sebanyak 4.129 orang dan

penduduk yang pindah (out-migran) sebanyak 4.041 orang. Penduduk

perempuan lebih sering melakukan migrasi dibandingkan penduduk laki-laki.

Banyaknya penduduk yang datang dan pindah di Kota Surakarta menurut jenis

kelamin tahun 2008 disajikan pada Tabel 5.

Page 85: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

Tabel 5. Banyaknya Penduduk yang Datang dan Pindah di Kota Surakarta

Menurut Jenis Kelamin Tahun 2008

No Kecamatan Datang (in- migran) Pindah (out-migran)

Laki-laki Perempuan Jumlah Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Laweyan 1.169 1.218 2.387 1.063 1.096 2.159

2 Serengan 557 588 1.145 532 571 1.103

3 Ps. Kliwon 1.010 1.011 2.021 855 863 1.718

4 Jebres 1.556 1.581 3.137 1.193 1.153 2.346

5 Banjarsari 2.032 2.097 4.129 2.006 2.035 4.041

Jumlah 6.324 6.495 12.819 5.649 5.718 11.367

Sumber : BPS Kota Surakarta Tahun 2008

3. Sarana dan Prasarana

a. Sarana angkutan

Sarana angkutan merupakan salah satu indikator terhadap baiknya kondisi

jalan, karena semakin baik atau semakin panjang jalan akan berpengaruh terhadap

jumlah kendaraan angkutan. Banyaknya kendaraan angkutan umum yang

berdomisili di Kota Surakarta dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Banyaknya Kendaraan Angkutan Umum yang Berdomisili di Kota

Surakarta Tahun 2004 – 2008

No Kendaraan Tahun

2004 2005 2006 2007 2008

1 Taksi 347 387 389 423 430

2 Angkutan 411 443 443 443 423

3 Bus Perkotaan 277 279 281 281 281

Sumber : BPS Kota Surakarta Tahun 2008

Berdasarkan tabel diatas, sarana angkutan di Kota Surakarta jika dilihat

dari jenis angkutan dan jumlahnya sudah memadai dalam menunjang aktivitas

masyarakat.

b. Prasarana jalan

Prasarana jalan merupakan urat nadi kelancaran lalu lintas di darat.

Prasarana jalan yang baik dan memadai diharapkan dapat mendukung usaha

peningkatan kegiatan sektoral. Semakin baik kondisi jalan, akan semakin lancar

mobilitas kegiatan ekonomi dan semakin besar pula kemungkinan tumbuhnya

Page 86: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

kegiatan-kegiatan baru yang akan memberi kesejahteraan pada penduduk.

Prasarana jalan di Kota Surakarta dan kondisinya dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Panjang Jalan Menurut Status Jalan dan Keadaan di Kota Surakarta

Tahun 2008

Keadaan Jalan Status Jalan (km)

Jalan Negara Jalan Propinsi Jalan Kab/Kota

2007 2008 2007 2008 2007 2008

A. Jenis Permukaan

1. Aspal

2. Kerikil

3. Tanah

4. Tidak diperinci

13,15

-

-

-

13,15

-

-

-

16,33

-

-

-

16,33

-

-

-

468,73

97,55

0,57

109,01

468,73

97,55

0,57

109,01

Jumlah 13,15 16,33 675,86

B. Kondisi Jalan

1. Baik

2. Sedang

3. Rusak

4. Rusak berat

2,65

6,05

4,45

-

2,65

6,05

4,45

-

-

3,75

12,58

-

-

3,75

12,58

-

447,78

206,92

18,29

2,87

447,78

206,92

18,29

2,87

Jumlah 13,15 16,33 675,86

Sumber : BPS Kota Surakarta Tahun 2008

Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa Kota Surakarta sebagian

besar memiliki jalan dengan jenis permukaan berupa aspal. Dari seluruh total

panjang jalan di Kota Surakarta sebagian besar jalan dengan kondisi baik. Kondisi

jalan di Kota Surakarta tersebut sudah dapat berperan penting dalam mendukung

perkembangan kota.

4. Keadaan Sosial

a. Fasilitas perlindungan sosial

Tantangan yang dihadapi oleh Kota Surakarta saat ini adalah adanya

pengaruh negatif dari luar negeri sebagai akibat adanya globalisasi, sehingga arus

komunikasi dan informasi menjadi sulit tersaring dan terbendung. Hal tersebut

menyebabkan munculnya masalah-masalah sosial didalam kota. Pemerintah Kota

Surakarta telah membangun beberapa fasilitas dalam rangka mengatasi berbagai

masalah sosial yang ada didalam kota. Banyaknya fasilitas perlindungan sosial

lebih jelasnya disajikan pada Tabel 8.

Page 87: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

Tabel 8. Banyaknya Fasilitas Perlindungan Sosial Menurut Kecamatan di Kota

Surakarta Tahun 2008

No Kecamatan Jenis Fasilitas Perlindungan Sosial

Panti Asuhan Panti

Wreda/Jompo

Panti Cacat Panti

Rehabilitasi

1 Laweyan 2 1 4 1

2 Serengan 3 0 1 0

3 Pasar Kliwon 0 0 0 0

4 Jebres 2 0 2 2

5 Banjarsari 6 2 4 0

Jumlah 13 3 11 3

Sumber : BPS Kota Surakarta Tahun 2008

Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa jenis fasilitas

perlindungan sosial Kota Surakarta pada tahun 2008 dengan jumlah terbesar yaitu

panti asuhan sebanyak 13 buah. Sebagian besar panti asuhan berada di Kecamatan

Banjarsari. Hal tersebut menunjukkan bahwa Kota Surakarta memiliki banyak

kasus anak terlantar. Berbagai jenis fasilitas perlindungan sosial yang dibangun

menunjukkan bahwa Pemerintah Kota Surakarta telah peduli terhadap masalah-

masalah sosial yang muncul di Kota Surakarta.

b. Penyandang tuna sosial

Dari tahun ke tahun jumlah penyandang tuna sosial di Kota Surakarta

selalu berubah-ubah. Banyaknya penyandang tuna sosial menunjukkan kualitas

penduduk kota itu sendiri. Apabila sebuah kota memiliki banyak penyandang tuna

sosial maka kualitas masyarakat kota tersebut sangatlah buruk. Sebaliknya apabila

penyandang tuna sosial berjumlah sedikit menunjukkan bahwa kota tersebut

memiliki kualitas dan pelayanan sosial masyarakat yang baik. Banyaknya

penyandang tuna sosial menurut jenis dan kecamatan di Kota Surakarta tahun

2008 disajikan pada Tabel 9.

Page 88: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

Tabel 9. Banyaknya Penyandang Tuna Sosial Menurut Jenis dan Kecamatan di

Kota Surakarta Tahun 2008

No Kecamatan Lansia

Terlantar

WTS P&G Waria Anak

Terlantar

Anak

Nakal

Bekas

Napi

1 Laweyan 20 3 2 0 11 10 25

2 Serengan 25 6 30 0 16 7 26

3 Ps. Kliwon 237 7 72 7 186 23 46

4 Jebres 176 23 36 0 46 17 56

5 Banjarsari 199 27 60 5 265 16 35

Jumlah 657 66 200 12 524 73 188

Sumber : BPS Kota Surakarta Tahun 2008

Berdasarkan tabel diatas pada tahun 2008 penyandang tuna sosial

terbanyak adalah lansia terlantar yaitu 657 orang yang sebagian besar berada di

Kecamatan Pasar Kliwon. Jumlah penyandang tuna sosial terkecil adalah waria

yaitu 12 orang dan mayoritas juga berada di Kecamatan Pasar Kliwon.

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Persebaran Kaum Punk di Kota Surakarta (Scene Komunitas Punk)

a. Kleco (Scene Komunitas Punk)

Kleco merupakan salah satu tempat dimana disitu terdapat fenomena punk

di Kota Surakarta. Kleco terletak di Kelurahan Pajang, Kecamatan Laweyan.

Kleco merupakan scene komunitas punk yang cukup ramai dan kebanyakan kaum

punk dari luar Kota Surakarta selalu singgah di scene tersebut.

Secara sudut pandang spasial terdapat korelasi spasial antara unsur fisik

dengan unsur fisik mengapa kaum punk memilih lokasi dan membentuk

komunitas di Kleco. Adapun korelasi spasial antara unsur fisik dengan unsur fisik

yang dimaksud dalam hal ini adalah terdapat hubungan antara jaringan jalan dan

lahan kosong dengan scene komunitas punk di Kleco.

Kleco (scene komunitas punk) terletak di Jalan Slamet Riyadi (jalan raya

utama di Kota Surakarta). Jalan Slamet Riyadi tersebut merupakan jalur jalan

arteri yang merupakan penghubung antara Kota Surakarta dengan kota-kota lain.

Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama

dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi dan jumlah masuk

Page 89: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

dibatasi secara berdaya guna. Selain berada di jalan arteri, Kleco (scene komunitas

punk) letaknya juga berada di jalur lalu lintas utama Kota Surakarta sehingga

sarana dan prasarana transportasi mudah diperoleh. Kleco merupakan pintu masuk

utama bagi kaum punk luar kota yang berasal dari wilayah barat. Hal tersebut

menjadikan scene Kleco memiliki kuantitas atau jumlah kaum punk yang berada

di lokasi scene lebih besar dibandingkan dengan scene punk yang lain di Kota

Surakarta. Di Kleco (scene komunitas punk) terdapat kaum punk yang berasal dari

dalam maupun luar Kota Surakarta. Adapun punk dari luar kota biasanya berasal

dari Jakarta, Semarang, Salatiga, Jogjakarta, Surabaya, dan lain-lain. Dengan

adanya lokasi yang strategis tersebut menyebabkan scene punk di Kleco mudah di

akses oleh komunitas punk baik yang berasal dari dalam maupun luar Kota

Surakarta. Dapat disimpulkan bahwa Kleco (scene komunitas punk) memiliki

tingkat accecibility (keterjangkauan) yang baik. Hal tersebut di atas dapat di

ketahui bahwa terdapat hubungan atau korelasi spasial antara jaringan jalan

dengan scene komunitas punk di Kleco.

Unsur fisik lain yang berkaitan dengan pemilihan lokasi scene komunitas

punk adalah keberadaan lahan kosong. Di sekitar lokasi scene komunitas punk di

kleco terdapat lahan kosong yaitu sekitar tugu Kleco yang berada di dekat SMK

Batik Surakarta. Mereka menggunakan lahan kosong tersebut untuk istirahat,

sharing, dan lain-lain. Scene ini memiliki suasana yang teduh karena terdapat

banyak pohon yang rimbun. Selain berada di sekitar tugu Kleco, lahan kosong lain

yang mereka gunakan sebagai lokasi scene adalah taman (tangga menuju ke

sungai) di samping traffic light. Letak scene yang berada di samping lampu lalu

lintas dapat mereka manfaatkan untuk ngamen. Uang hasil dari mengamen mereka

gunakan untuk membeli sebungkus nasi, rokok, dan lain-lain. Sebungkus nasi

dinikmati bersama walaupun sedikit tetapi sama rasa dan sama rata. Perilaku

tersebut mencerminkan filosofi dalam punk yaitu equality dan unity. Berdasarkan

hal tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan atau korelasi

spasial antara keberadaan lahan kosong dengan scene komunitas punk di Kleco.

Interaksi merupakan salah satu hal yang ditekankan pada kajian

keruangan. Dalam hal ini adalah interaksi antara keberadaan lokasi scene

Page 90: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

komunitas punk dengan lingkungan sekitar (fasilitas). Sekitar lokasi scene

komunitas punk di Kleco terdapat pasar, beberapa restoran dan sektor informal

yang cukup banyak misalnya pedagang kaki lima, sehingga dapat dijadikan oleh

sebagian kaum punk sebagai lahan pekerjaan seperti menjadi tukang parkir.

Berdasarkan sudut pandang pola kajian studi geografi, hal tersebut dapat diketahui

bahwa terdapat korelasi spasial antara unsur fisik dengan unsur sosial ekonomi.

Adapun interaksi antara keberadaan lokasi scene komunitas punk dengan

masyarakat sekitar secara sosial terasa nyaman karena terdapat hubungan yang

harmonis antara masyarakat sekitar dengan komunitas sehingga jarang sekali

terjadi kekacauan di Kleco (scene komunitas punk). Perilaku kaum punk yang

suka mabuk-mabukan di pinggir jalan kadang meyebabkan masyarakat sekitar

merasa terganggu sehingga kadang juga terjadi kekacauan. Pada umumnya antara

masyarakat sekitar dan kaum punk terjalin suatu sikap saling menghormati.

Apabila ada warga masyarakat yang membutuhkan bantuan berupa tenaga maka

tak segan-segan kaum punk menolong mereka. Selain terjalin hubungan yang baik

terhadap warga masyarakat sekitar juga tercipta kerukunan diantara sesama punk

dalam komunitas. Sikap seperti itu mampu menciptakan suasana nyaman dan

kondusif sehingga banyak komunitas punk dari scene lain sering berkunjung ke

Kleco baik dalam jangka waktu pendek maupun jangka panjang.

Untuk lebih jelasnya foto view scene komunitas punk di Kleco ditampilkan

pada Gambar 8.

Page 91: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

Gambar 3. Traffic light di Kleco (Scene Komunitas Punk)

Gambar 4. Kali Kleco

Page 92: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

Gambar 5. Kaum Punk di Kleco (Scene Komunitas Punk)

Gambar 6. Peneliti dan Kaum Punk di Kleco

Page 93: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

Gambar 7. Punk di Kleco (Scene Komunitas Punk)

Page 94: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

Page 95: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

b. Sriwedari (Scene Komunitas Punk)

Sriwedari (scene komunitas punk) terletak di Kelurahan Sriwedari,

Kecamatan Laweyan. Komunitas punk yang berada di Sriwedari (scene komunitas

punk) lebih dikenal dengan sebutan Sriwedari Boot Bois. Komunitas Sriwedari

Boot Bois terdiri dari kaum punk dan skinhead.

Secara sudut pandang spasial terdapat korelasi spasial antara unsur fisik

dengan unsur fisik mengapa kaum punk memilih lokasi dan membentuk

komunitas di Sriwedari. Adapun korelasi spasial antara unsur fisik dengan unsur

fisik yang dimaksud dalam hal ini adalah terdapat hubungan antara jaringan jalan

dan lahan kosong dengan lokasi scene komunitas punk.

Sriwedari (scene komunitas punk) terletak di Jalan Slamet Riyadi (jalan

raya utama di Kota Surakarta). Jalan Slamet Riyadi tersebut juga merupakan jalur

jalan kolektor di Kota Surakarta. Jalan kolektor merupakan jalan umum yang

berfungsi melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan

jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi. Selain

berada di jalan kolektor, Sriwedari (scene komunitas punk) terletak di pusat kota

dan jalur lalu lintas utama Kota Surakarta sehingga sarana dan prasarana

transportasi lengkap dan mudah diperoleh. Pada umumnya jalur lalu lintas terkait

dengan keberadaan traffic light. Dengan adanya traffic light kadang mereka

manfaatkan untuk ngamen. Sriwedari (scene komunitas punk) terletak pada satu

jalur scene yang dimulai dari Kleco, Purwosari, dan Gladhag. Dengan adanya

lokasi yang strategis tersebut menyebabkan scene komunitas punk di Sriwedari

sangat mudah di akses oleh komunitas punk baik yang berasal dari dalam maupun

luar Kota Surakarta. Dapat disimpulkan bahwa scene komunitas punk di Sriwedari

memiliki tingkat accecibility (keterjangkauan) yang baik, sehingga memiliki

kuantitas atau jumlah kaum punk yang berada di lokasi scene cukup besar. Hal

tersebut di atas dapat di ketahui bahwa terdapat hubungan atau korelasi spasial

antara jaringan jalan dengan pemilihan lokasi scene komunitas punk di Sriwedari.

Unsur fisik lain yang berkaitan dengan pemilihan lokasi scene komunitas

punk adalah keberadaan lahan kosong. Lahan kosong tersebut terletak di belakang

kompleks taman Sriwedari. Pada awal terbentuknya Komunitas Sriwedari Boot

Page 96: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

Bois bukan berada di belakang kompleks taman Sriwedari, melainkan di jalanan

sekitar Singosaren. Sriwedari Boot Bois adalah nama komunitas punk pertama di

Kota Surakarta terdeteksi keberadaannya sejak tahun 1997-an. Berawal dari

kebiasaan anak-anak nongkrong di jalanan sekitar Singosaren, kemudian berusaha

membuat komunitas yang lebih idealis dengan mengadopsi kultur punk yang

sebelumnya telah lebih dulu dikalangan kaum jalanan dibeberapa kota besar

seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Semarang. Kesukaan pada minuman

keras dan musik street punk adalah hal utama yang menjadi pemersatu bagi

komunitas ini. Pertambahan jumlah anak-anak yang berkumpul, membuat

komunitas awal ini berpindah ke belakang gedung pertunjukkan Sriwedari dimana

terdapat kebun kosong yang dapat dijadikan tempat tongkrongan atau scene yang

baru. Dengan adanya hal tersebut menjadikan lokasi scene aman dan tenang untuk

aktivitas mereka seperti sharing dan mabuk-mabukan. Letak gedung pertunjukkan

Sriwedari yang berada di pusat kota serta terkenalnya tempat ini sebagai salah

satu tempat hiburan membuat komunitas ini cepat dikenal oleh masyarakat Kota

Surakarta. Berdasarkan hal tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat

hubungan atau korelasi spasial antara keberadaan lahan kosong dengan pemilihan

lokasi scene komunitas punk di Sriwedari.

Dari komunitas Sriwedari Boot Bois terlahir band punk, oi!, dan hardcord

seperti Tendangan Badut, The Orak-arik, Underdog, dan lain-lain. Komunitas

Sriwedari Boot Bois sering mengadakan gigs punk. Gigs merupakan hal yang

sangat penting bagi komunitas punk, mereka dapat berkumpul dan bersenang-

senang bersama didalam gigs.

Interaksi merupakan salah satu hal yang ditekankan pada kajian

keruangan. Dalam hal ini adalah interaksi antara keberadaan lokasi scene

komunitas punk dengan lingkungan sekitar (fasilitas). Sekitar lokasi scene

komunitas punk di Sriwedari terdapat beberapa fasilitas rekreasi keluarga atau

taman hiburan. Dengan adanya tempat rekreasi dapat memunculkan area parkir

disekitar tempat tersebut dan berkembangnya sektor informal misalnya restoran,

warung makan, dan pedagang kaki lima, sehingga dapat dijadikan oleh sebagian

kaum punk sebagai lahan pekerjaan seperti menjadi tukang parkir. Berdasarkan

Page 97: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

sudut pandang pola kajian studi geografi, hal tersebut dapat diketahui bahwa

terdapat korelasi spasial antara unsur fisik dengan unsur sosial ekonomi. Adapun

interaksi antara keberadaan lokasi scene komunitas punk dengan masyarakat

sekitar secara sosial terasa nyaman karena sebagian besar kaum punk di lokasi

scene berdomisili di Kebonan, Kelurahan Sriwedari. Terdapat hubungan yang

harmonis antara masyarakat sekitar dengan komunitas sehingga jarang sekali

terjadi kekacauan di Sriwedari (scene komunitas punk).

Selain terjalin hubungan yang baik antara kaum punk dengan warga

masyarakat sekitar juga tercipta kerukunan diantara sesama punk dalam

komunitas. Kaum punk dan skinhead yang berada dalam komunitas Sriwedari

Boot Bois memiliki cara pandang dan berpikir yang luas serta idealis sehingga

komunitas tersebut sering dijadikan sebagai wadah diskusi atau sharing diantara

sesama punk baik punk yang berasal dari dalam maupun luar Kota Surakarta.

Kondisi seperti itu menyebabkan banyak punk dari scene lain di Kota Surakarta

ikut tergabung kedalam komunitas Sriwedari Boot Bois.

Untuk lebih jelasnya foto view scene komunitas punk Sriwedari

ditampilkan pada Gambar 9.

Page 98: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

Page 99: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

c. Proliman (Scene Komunitas Punk)

Proliman (scene komunitas punk) terletak di Kelurahan Setabelan,

Kecamatan Banjarsari. Secara sudut pandang spasial terdapat korelasi spasial

antara unsur fisik dengan unsur fisik mengapa kaum punk memilih lokasi dan

membentuk komunitas di Proliman. Adapun korelasi spasial antara unsur fisik

dengan unsur fisik yang dimaksud dalam hal ini adalah terdapat hubungan antara

jaringan jalan dengan pemilihan lokasi scene komunitas punk. Proliman (scene

komunitas punk) terletak di perlimaan jalan arah ke stasiun Balapan dan

Ngemplak. Ngemplak terletak di jalur utama kendaraan umum jurusan Semarang-

Surabaya dan berada di dekat terminal Tirtonadi. Jalur jalan tersebut termasuk

jalur jalan arteri yang merupakan penghubung antara Kota Surakarta dengan kota-

kota lain. Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan

utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi dan jumlah

masuk dibatasi secara berdaya guna. Dengan melihat adanya jaringan jalan dan

sarana transportasi yang lengkap menyebabkan kaum punk yang berdomisili

disekitar Proliman terutama daerah Cindirejo, Kelurahan Gilingan memutuskan

membentuk scene komunitas punk di Proliman. Hal tersebut berkaitan dengan

aksesibilitas (keterjangkauan) yang merupakan salah satu unsur yang ditekankan

pada kajian keruangan. Pada umumnya aksesibilitas berkaitan dengan jaringan

jalan dan sarana transportasi. Semakin baik dan banyak jaringan jalan serta sarana

dan prasarana transportasi, maka aksesibilitas (keterjangkauan) juga akan baik.

Begitu juga sebaliknya, apabila suatu daerah memiliki jaringan jalan serta sarana

dan prasarana transportasi yang kurang lengkap atau sedikit, maka daerah tersebut

akan sulit diakses oleh pihak dari daerah lain (aksesibilitas jelek). Sekitar

Proliman (scene komunitas punk) terdapat sarana dan prasarana transportasi yang

memadai misalnya Stasiun Balapan dan Terminal Tirtonadi sehingga lokasi scene

tersebut mudah diakses oleh kaum punk dari luar daerah. Kaum punk yang berasal

dari beberapa kota besar seperti Jakarta, Semarang, Yogyakarta, Malang, dan

Surabaya sering singgah di Proliman (scene komunitas punk). Kondisi jalur lalu

lintas yang ramai menyebabkan disitu banyak terdapat lampu lalu lintas (traffic

light). Letak scene yang berada di samping lampu lalu lintas (traffic light) dapat

Page 100: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

mereka manfaatkan untuk ngamen. Dapat disimpulkan bahwa Proliman (scene

komunitas punk) memiliki tingkat accecibility yang baik. Hal tersebut di atas

dapat di ketahui bahwa terdapat hubungan atau korelasi spasial antara jaringan

jalan dengan lokasi scene komunitas punk di Proliman.

Unsur fisik lain yang berkaitan dengan pemilihan lokasi scene komunitas

punk adalah keberadaan lahan kosong. Lahan kosong tersebut berada di sekitar

Monumen 45. Mereka menggunakan lahan kosong tersebut untuk istirahat,

sharing, dan lain-lain. Anak-anak yang tergabung dalam komunitas punk yang

berada di lokasi Proliman (scene punk) tidak sebanyak yang terdapat di Sriwedari

dan Kleco (scene punk). Proliman (scene punk) sering terlihat ramai pada hari

Sabtu malam Minggu dibandingkan dengan hari-hari biasa. Berdasarkan hal

tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan atau korelasi spasial

antara keberadaan lahan kosong dengan pemilihan lokasi scene komunitas punk di

Proliman.

Untuk lebih jelasnya foto view scene komunitas punk Proliman

ditampilkan pada Gambar 10.

Page 101: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

Page 102: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

d. Gladhag (Scene Komunitas Punk)

Gladhag (scene komunitas punk) terletak di Kelurahan Kampung Baru,

Kecamatan Pasar Kliwon. Gladhag (scene komunitas punk) terletak di Jalan Urip

Sumohardjo di kawasan citywalk. Secara sudut pandang spasial terdapat korelasi

spasial antara unsur fisik dengan unsur fisik mengapa kaum punk memilih lokasi

dan membentuk komunitas di Gladhag. Adapun korelasi spasial antara unsur fisik

dengan unsur fisik yang dimaksud dalam hal ini adalah terdapat hubungan antara

jaringan jalan dengan pemilihan lokasi scene komunitas punk. Gladhag

merupakan salah satu scene komunitas punk yang berada di jalan kolektor (Jalan

Urip Sumohardjo). Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi

melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang,

kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi. Selain berada di jalan

kolektor, Gladhag terletak di pusat kota dan jalur lalu lintas utama Kota Surakarta

sehingga sarana dan prasarana transportasi sangat memadai. Dengan melihat

adanya jaringan jalan dan sarana transportasi yang lengkap menyebabkan kaum

punk memutuskan membentuk scene komunitas punk di Gladhag. Hal tersebut

berkaitan dengan aksesibilitas (keterjangkauan) yang merupakan salah satu unsur

yang ditekankan pada kajian keruangan, sedangkan aksesibilitas itu sendiri

berkaitan dengan jaringan jalan, sarana dan prasarana transportasi. Gladhag

memiliki posisi strategis karena di tempat tersebut sering digunakan sebagai

tempat pemberhentian sementara bus kota dan terdapat traffic light sehingga

sangat memungkinkan untuk dapat mengamen di dalam bus juga di persimpangan

jalan yang dekat dengan traffic light. Gladhag (scene komunitas punk) terletak

pada satu jalur scene yang dimulai dari Kleco, Purwosari, dan Sriwedari. Dengan

adanya lokasi yang strategis tersebut menyebabkan scene komunitas punk di

Gladhag sangat mudah di akses oleh komunitas punk baik yang berasal dari dalam

maupun luar Kota Surakarta. Dapat disimpulkan bahwa scene komunitas punk di

Gladhag memiliki tingkat accecibility (keterjangkauan) yang baik. Hal tersebut di

atas dapat di ketahui bahwa terdapat hubungan atau korelasi spasial antara

jaringan jalan dengan lokasi scene komunitas punk di Gladhag.

Page 103: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

Terdapat korelasi spasial antara unsur fisik dengan unsur fisik yang lain

mengapa kaum punk memilih lokasi dan membentuk komunitas di Gladhag.

Adapun korelasi spasial antara unsur fisik dengan unsur fisik yang dimaksud

dalam hal ini adalah terdapat hubungan antara lingkungan sekitar (fasilitas)

dengan pemilihan lokasi scene komunitas punk. Berdasarkan fakta di lapangan

Gladhag berada di pusat kota, dimana sektor perekonomian, perdagangan, dan

pariwisata tumbuh secara pesat. Dengan adanya hal tersebut memungkinkan

segala sesuatu yang dicari bisa diperoleh di Gladhag. Menurut beberapa informan

alasan mereka memilih lokasi scene di Gladhag karena memiliki fasilitas yang

lengkap (transport, WC umum, dan jarak yang cukup dekat dengan agen penjual

minuman keras). Bagi kaum punk, selain digunakan sebagai tempat tongkrongan,

kaum punk juga memanfaatkan Gladhag sebagai tempat menjual stiker, poster dan

aksesoris di sepanjang trotoar. Mereka tidak memakai fashion punk secara

lengkap ketika berjualan. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa selain

terdapat korelasi spasial antara unsur fisik dengan unsur fisik, juga terdapat

korelasi spasial antara unsur fisik dengan unsur sosial ekonomi.

Perilaku kaum punk yang suka mabuk-mabukan di lokasi scene dianggap

meresahkan warga masyarakat. Perilaku tersebut merupakan salah satu sebab

yang menjadi alasan penertiban kaum punk oleh Satpol PP Surakarta. Hal tersebut

menyebabkan pada saat ini Gladhag (scene komunitas punk) agak sepi oleh kaum

punk.

Untuk lebih jelasnya foto view scene komunitas punk Gladhag

ditampilkan pada Gambar 11.

Page 104: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

Page 105: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

e. Ngarsopuro (Scene Komunitas Punk)

Ngarsopuro (scene komunitas punk) terletak di Kelurahan Keprabon,

Kecamatan Banjarsari. Ngarsopuro terletak di sepanjang Jalan Diponegoro yang

menghubungkan antara citywalk Jalan Slamet Riyadi dengan kompleks

Mangkunegaran.

Kawasan Ngarsopuro sering disebut dengan sebutan night market

Ngarsopuro, dulu lokasi ini lebih dikenal dengan sebutan Pasar Triwindu (Windu

Jenar). Namun pasca revitalisasi namanya agak berubah, sebenarnya night market

itu hanya berlaku ketika akhir minggu saja, dan rencananya jalan di pasar ini

(Jalan Diponegoro Solo) akan diberlakukan car free everyday.

Secara sudut pandang spasial terdapat korelasi spasial antara unsur fisik

dengan unsur fisik mengapa kaum punk memilih lokasi dan membentuk

komunitas di Ngarsopuro. Adapun korelasi spasial antara unsur fisik dengan unsur

fisik yang dimaksud dalam hal ini adalah terdapat hubungan antara jaringan jalan

dengan lokasi scene komunitas punk. Jaringan jalan di kawasan Ngarsopuro

menjadi bagian yang penting dari sistem pergerakan kota karena berakses

langsung ke citywalk di Jalan Slamet Riyadi. Untuk menuju ke Ngarsopuro sangat

mudah, dari arah Jalan Slamet Riyadi (jalan terbesar di Kota Surakarta) belok kiri

di traffic light Ngarsopuro. Bisa juga dari arah plaza Singosaren lurus ke arah

utara setelah menyebrangi Jalan Slamet Riyadi. Ngarsopuro lokasinya tepat di

depan Puro Mangkunegaran, salah satu dari dua keraton yang ada di Kota

Surakarta. Kawasan Ngarsopuro jika diakses dari Jalan Slamet Riyadi akan

terlihat seperti gerbang masuk ke arah Mangkunegaran. Kawasan ini sangat bersih

dan rapi dengan citywalk yang sangat lebar. Ngarsopuro terletak di pusat kota dan

jalur lalu lintas utama Kota Surakarta sehingga sarana dan prasarana transportasi

sangat memadai. Dengan melihat adanya jaringan jalan dan sarana transportasi

yang lengkap menyebabkan kaum punk memutuskan membentuk scene komunitas

punk di Ngarsopuro. Hal tersebut berkaitan dengan aksesibilitas (keterjangkauan)

yang merupakan salah satu unsur yang ditekankan pada kajian keruangan,

sedangkan aksesibilitas itu sendiri berkaitan dengan jaringan jalan, sarana dan

prasarana transportasi. Dengan adanya lokasi yang strategis tersebut menyebabkan

Page 106: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

scene komunitas punk di Ngarsopuro sangat mudah di akses oleh komunitas punk

baik yang berasal dari dalam maupun luar Kota Surakarta. Dapat disimpulkan

bahwa scene komunitas punk di Ngarsopuro memiliki tingkat accecibility

(keterjangkauan) yang baik. Hal tersebut di atas dapat di ketahui bahwa terdapat

hubungan atau korelasi spasial antara jaringan jalan dengan scene komunitas punk

di Ngarsopuro.

Terdapat korelasi spasial antara unsur fisik dengan unsur sosial ekonomi

mengapa kaum punk memilih lokasi dan membentuk komunitas di Ngarsopuro.

Ngarsopuro merupakan kawasan cagar budaya. Hal ini didukung dengan adanya

Keraton Mangkunegaran yang letaknya dekat dengan pusat kota, kawasan ini juga

diperuntukkan sebagai district perdagangan. Hal tersebut dapat dilihat dari

banyaknya toko-toko kecil dan beberapa shopping center yang ada disana.

Ngarsopuro terdiri dari tiga pasar, yaitu pasar elektronik, pasar Ngarsopuro, dan

pasar Windu Jenar. Kawasan ini bisa menjadi pusat kegiatan baru bagi aktivitas

sosial, ekonomi, dan seni budaya untuk kebutuhan masyarakat Kota Surakarta.

Kontribusi kawasan Ngarsopuro terhadap Kota Surakarta dipengaruhi oleh tata

letak kawasan yang berada dalam simpul-simpul ekonomi dan pergerakan kota.

Hal tersebut menyebabkan kawasan Ngarsopuro menjadi salah satu target

kawasan yang akan dijadikan sebagai icon Kota Surakarta. Keramaian dan

keindahan kota yang didukung oleh aktivitas sosial, ekonomi, dan seni budaya

sangat terasa di Ngarsopuro terutama pada waktu malam hari. Hal itulah yang

menyebabkan kaum punk membentuk komunitas dan memilih Ngarsopuro

sebagai tempat tongkrongan atau scene punk. Kawasan Ngarsopuro dijadikan oleh

sebagian kaum punk sebagai lahan pekerjaan seperti menjadi tukang parkir pada

malam hari. Berdasarkan sudut pandang pola kajian studi geografi, hal tersebut

dapat diketahui bahwa terdapat korelasi spasial antara unsur fisik dengan unsur

sosial ekonomi.

Lebih jelasnya foto view scene komunitas punk Ngarsopuro ditampilkan

pada Gambar 12.

Page 107: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

Page 108: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

f. Purwosari (Scene Komunitas Punk)

Purwosari (scene punk) terletak di Kelurahan Purwosari, Kecamatan

Laweyan. Purwosari (scene komunitas punk) merupakan scene komunitas punk

yang terbentuknya sudah cukup lama di Kota Surakarta. Kaum punk di Purwosari

lebih dikenal dengan sebutan Purwosari Street Punk (PSP). Keberadaan Purwosari

(scene komunitas punk) telah mengalami pergantian. Pada awal keterbentukannya

dahulu scene komunitas punk berada di bekas reruntuhan bangunan kosong, tetapi

sekarang berada di depan kantor Indosat. Pada intinya masih terdapat hubungan

atau korelasi spasial dalam pemilihan lokasi scene yang lama dengan scene yang

sekarang.

Secara sudut pandang spasial terdapat korelasi spasial antara unsur fisik

dengan unsur fisik mengapa kaum punk memilih lokasi dan membentuk

komunitas di Purwosari. Adapun korelasi spasial antara unsur fisik dengan unsur

fisik yang dimaksud dalam hal ini adalah terdapat hubungan antara jaringan jalan

dan bekas reruntuhan bagunan kosong dengan scene komunitas punk di

Purwosari.

Purwosari (scene komunitas punk) terletak di Jalan Slamet Riyadi (jalan

raya utama di Kota Surakarta). Jalan Slamet Riyadi tersebut juga merupakan jalur

jalan kolektor di Kota Surakarta. Selain berada di jalan kolektor, Purwosari (scene

komunitas punk) terletak di pusat kota dan jalur lalu lintas utama Kota Surakarta

sehingga sarana dan prasarana transportasi lengkap dan mudah diperoleh. Sekitar

Purwosari (scene komunitas punk) terdapat sarana dan prasarana transportasi yang

memadai misalnya kereta api di Stasiun Purwosari, sehingga lokasi scene tersebut

mudah diakses oleh kaum punk dari luar daerah. Jarak dari Stasiun Purwosari ke

lokasi scene cukup dekat. Pada umumnya jalur lalu lintas terkait dengan

keberadaan traffic light. Traffic light tersebut berada didekat lokasi scene. Dengan

adanya traffic light kadang mereka manfaatkan untuk ngamen. Purwosari (scene

komunitas punk) terletak diantara Kleco (scene komunitas punk) dan Sriwedari

(scene komunitas punk).

Lokasi Purwosari (scene komunitas punk) yang strategis tersebut

menyebabkan scene komunitas tersebut sangat mudah di akses oleh komunitas

Page 109: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

punk baik yang berasal dari dalam maupun luar Kota Surakarta. Dapat

disimpulkan bahwa scene komunitas punk di Purwosari memiliki tingkat

accecibility (keterjangkauan) yang baik, sehingga memiliki kuantitas atau jumlah

kaum punk yang berada di scene cukup besar. Terdapat perbedaan yang signifikan

antara jumlah kaum punk yang berada di scene yang dulu dengan sekarang. Hal

tersebut di atas dapat di ketahui bahwa terdapat hubungan atau korelasi spasial

antara jaringan jalan dengan pemilihan scene komunitas punk di Purwosari.

Unsur fisik lain yang berkaitan dengan pemilihan lokasi scene komunitas

punk adalah keberadaan bekas bangunan yang kosong. Pada awal terbentuknya

Komunitas Purwosari Street Punk (PSP), memilih berada di bekas bangunan

kosong yang merupakan gedung bekas swalayan SE di Purwosari. Pada saat ini

Purwosari (scene komunitas punk) pindah di depan kantor Indosat karena adanya

renovasi atau pembangunan gedung bekas swalayan SE yang dulu ditempati.

Perubahan atau pembangunan tersebut juga mempengaruhi intensitas kaum punk

di scene. Lokasi scene di depan kantor Indosat tidak senyaman dan sebebas

tempat scene yang dahulu. Kondisi Purwosari (scene komunitas punk) sekarang

ini sangat sepi dari kaum street punk. Sepinya Purwosari (scene komunitas punk)

disebabkan juga oleh kaum punk yang telah memiliki kepentingan masing-masing

seperti bekerja dan telah berkeluarga. Kadang pada waktu tertentu mereka

berkumpul di lokasi scene yang baru tersebut. Dari Purwosari (scene komunitas

punk) memunculkan band punk antara lain Freedom Choice dan Middle Finger.

Berdasarkan hal tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan atau

korelasi spasial antara keberadaan lahan kosong dengan pemilihan lokasi scene

komunitas punk di Purwosari.

Lebih jelasnya foto view scene komunitas punk Purwosari ditampilkan

pada Gambar 14.

Page 110: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

Gambar 13. Band Punk Middle Finger

Page 111: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

Page 112: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

g. Ngapeman (Scene Komunitas Punk)

Ngapeman (scene komunitas punk) terletak di Priyobadan, Kelurahan

Timuran, Kecamatan Banjarsari. Ngapeman (scene komunitas punk) terletak

diantara scene komunitas punk Sriwedari, Timuran, dan Ngarsopuro. Ngapeman

(scene komunitas punk) merupakan scene yang lokasinya berada di dalam sebuah

perkampungan penduduk.

Terbentuknya scene komunitas punk di Ngapeman secara sudut pandang

spasial tidak terdapat korelasi spasial antara unsur fisik dengan unsur fisik,

melainkan terdapat korelasi spasial antara unsur fisik dengan unsur sosial

mengapa kaum punk memilih lokasi dan membentuk komunitas di Ngapeman.

Adapun korelasi spasial antara unsur fisik dengan unsur sosial yang dimaksud

dalam hal ini adalah terdapat hubungan antara terbentuknya scene komunitas punk

dengan perkampungan yang mayoritas remajanya adalah kaum punk. Berdasarkan

hasil pengamatan di lapangan, secara sosial Kampung Priyobadan mayoritas

remajanya merupakan kaum punk. Pada awalnya di kampung tersebut hanya

terdapat beberapa remaja saja yang menganut subkultur punk, mereka terpengaruh

dari scene-scene punk terdahulu yang berada di Kota Surakarta seperti Sriwedari

(scene komunitas punk). Secara tidak langsung, gaya dan tingkah laku mereka

diikuti oleh remaja lainnya. Pada akhirnya terdapat banyak remaja yang kemudian

menganut subkultur punk dan membentuk komunitas punk di Priyobadan.

Komunitas berkaitan erat dengan lokasi scene, kaum punk di Priyobadan

membentuk scene komunitas punk bukan berupa bangunan kosong yang biasanya

dijadikan sebagai scene, melainkan di gang sempit di perkampungan dan rumah-

rumah yang pemiliknya adalah seorang punk. Scene kaum punk di Priyobadan,

Kelurahan Timuran lebih dikenal dengan sebutan Ngapeman (scene komunitas

punk).

Kaum punk di Ngapeman kadang juga nongkrong di trotoar dekat Hotel

Novotel di Jalan Slamet Riyadi. Jaringan jalan kurang begitu berpengaruh dalam

pemilihan lokasi scene komunitas punk di Ngapeman. Atau dengan kata lain tidak

terdapat korelasi spasial antara jaringan jalan dengan pemilihan scene komunitas

punk di Ngapeman. Letak scene yang berada di perkampungan masyarakat

Page 113: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

menyebabkan scene tersebut jarang diakses oleh kaum punk dari luar kota.

Mayoritas yang sering berada di scene tersebut adalah kaum punk Kota Surakarta

itu sendiri. Hal tersebut dapat diketahui bahwa Ngapeman (scene komunitas punk)

memiliki tingkat accecibility yang kurang baik.

Berdasarkan hal tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa secara sudut

pandang geografi terdapat korelasi spasial antara unsur fisik dengan unsur sosial

yang mempengaruhi terbentuknya scene komunitas punk di Ngapeman.

Lebih jelasnya foto view scene komunitas punk Ngapeman ditampilkan

pada Gambar 16.

Gambar 15. Punk di Ngapeman (Scene Komunitas Punk)

Page 114: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

Page 115: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

h. Brondongan (Scene Komunitas Punk)

Brondongan (scene komunitas punk) terletak di Kelurahan Danukusuman,

Kecamatan Serengan. Brondongan (scene komunitas punk) tepatnya berada di

Dawung Tengah. Secara sudut pandang spasial terdapat korelasi spasial antara

unsur fisik dengan unsur fisik serta korelasi spasial antara unsur fisik dengan

unsur sosial mengapa kaum punk memilih lokasi dan membentuk komunitas di

Brondongan. Adapun korelasi spasial antara unsur fisik dengan unsur fisik yang

dimaksud dalam hal ini adalah terdapat hubungan antara jaringan jalan dan bekas

reruntuhan bagunan kosong dengan scene komunitas punk di Brondongan.

Terdapat korelasi spasial antara unsur fisik dengan unsur sosial mengapa

kaum punk memilih lokasi dan membentuk komunitas di Brondongan. Adapun

korelasi spasial antara unsur fisik dengan unsur sosial yang dimaksud dalam hal

ini adalah terdapat hubungan antara lokasi scene dengan perkampungan yang

mayoritas remajanya adalah kaum punk. Berdasarkan hasil pengamatan di

lapangan, secara sosial Dawung Tengah mayoritas remajanya merupakan kaum

punk. Pada awalnya di Brondongan hanya terdapat beberapa remaja saja yang

menganut subkultur punk, mereka terpengaruh dari scene-scene punk terdahulu

yang berada di Kota Surakarta seperti Sriwedari (scene komunitas punk). Secara

tidak langsung, gaya dan tingkah laku mereka diikuti oleh remaja lainnya. Pada

akhirnya terdapat banyak remaja yang kemudian menganut subkultur punk dan

membentuk komunitas punk di Brondongan. Komunitas berkaitan erat dengan

lokasi scene, Brondongan (scene komunitas punk) berupa bangunan kosong yang

di dekatnya terdapat gang sempit di perkampungan dan terletak di dekat

perempatan jalan yang menghubungkan antara Kota Surakarta dengan Kabupaten

Sukoharjo. Kaum punk jarang berada di rumah atau bangunan kosong tersebut

melainkan sering berada di gang sempit di dekat bangunan tersebut. Berdasarkan

hal di atas dapat disimpulkan bahwa secara sudut pandang geografi terdapat

korelasi spasial antara unsur fisik dengan unsur sosial yang mempengaruhi

terbentuknya scene komunitas punk di Brondongan.

Brondongan terletak di dekat jalan kolektor yang menghubungkan antara

Kota Surakarta dengan Kabupaten Sukoharjo karena secara geografis kedua

Page 116: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

daerah tersebut saling berbatasan. Hal tersebut menjadikan Brondongan memiliki

arus lalu lintas yang ramai dan banyak terdapat traffic light. Dengan melihat

adanya jaringan jalan menyebabkan kaum punk yang berdomisili disekitar

Dawung Tengah, Kelurahan Danukusuman memutuskan membentuk scene

komunitas punk di Brondongan. Scene Brondongan merupakan scene komunitas

punk yang letaknya tidak di pusat Kota Surakarta sehingga fasilitas transportasi

kurang lengkap. Kondisi yang demikian menjadikan Brondongan (scene

komunitas punk) jarang diakses oleh kaum punk dari luar kota. Kaum punk yang

sering berada disitu adalah punk yang rumahnya terletak di dekat lokasi scene dan

kaum punk dari Kab. Sukoharjo. Dapat disimpulkan bahwa scene komunitas punk

di Brondongan memiliki tingkat accecibility (keterjangkauan) yang kurang baik

sehingga memiliki kuantitas atau jumlah kaum punk sedikit yang berada di scene.

Hal tersebut di atas dapat di ketahui bahwa terdapat hubungan atau korelasi

spasial antara jaringan jalan dengan pemilihan lokasi scene komunitas punk di

Brondongan, sedangkan lokasi scene berpengaruh pada kuantitas atau jumlah

kaum punk yang berada di scene.

Foto view scene komunitas punk Brondongan lebih jelasnya ditampilkan

pada Gambar 18.

Gambar 17. Traffic Light di Brondongan

Page 117: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

Page 118: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

i. Timuran (Scene Komunitas Punk)

Timuran (scene komunitas punk) merupakan scene punk yang terletak di

Kelurahan Timuran, Kecamatan Banjarsari. Timuran (scene komunitas punk)

terletak diantara scene Sriwedari, Ngapeman, dan Ngarsopuro. Timuran (scene

komunitas punk) merupakan scene yang lokasinya berada di dalam sebuah

perkampungan penduduk.

Terbentuknya scene komunitas punk di Timuran secara sudut pandang

spasial terdapat korelasi spasial antara unsur fisik dengan unsur sosial mengapa

kaum punk memilih lokasi dan membentuk komunitas di Timuran. Adapun

korelasi spasial antara unsur fisik dengan unsur sosial yang dimaksud dalam hal

ini adalah terdapat hubungan antara lokasi scene dengan perkampungan yang

mayoritas remajanya adalah kaum punk. Berdasarkan observasi di lapangan,

secara sosial Timuran mayoritas remajanya merupakan kaum punk. Pada awalnya

di kampung tersebut hanya terdapat beberapa remaja saja yang menganut

subkultur punk, mereka terpengaruh dari scene-scene punk terdahulu yang berada

di Kota Surakarta seperti Sriwedari (scene komunitas punk). Secara tidak

langsung, gaya dan tingkah laku mereka diikuti oleh remaja lainnya. Pada

akhirnya terdapat banyak remaja yang kemudian menganut subkultur punk dan

membentuk komunitas punk di Timuran. Komunitas berkaitan erat dengan lokasi

scene, Timuran (scene komunitas punk) berupa rumah kosong yang letaknya

berdekatan dengan dengan taman. Timuran (scene komunitas punk) juga berada di

rumah yang pemiliknya juga seorang punk. Rumah tersebut letaknya di samping

poskamling dan lahan kosong sehingga lokasi scene tersebut sangat aman untuk

aktivitas mereka terutama aman untuk mabuk-mabukan. Kaum punk hidup rukun

dengan para herbert di Timuran. Berdasarkan hal tersebut di atas dapat

disimpulkan bahwa secara sudut pandang geografi terdapat korelasi spasial antara

unsur fisik dengan unsur sosial yang mempengaruhi terbentuknya scene

komunitas punk di Timuran.

Secara spasial kurang terdapat hubungan antara jaringan jalan dengan

keterbentukan scene komunitas punk di Timuran. Timuran (scene komunitas

punk) tidak berada di jalan kolektor pada umumnya, tetapi berada di jalan lokal.

Page 119: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

Jalan lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat

dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah dan jumlah jalan

masuk tidak dibatasi. Timuran (scene komunitas punk) jarang dikunjungi oleh

kaum punk dari luar kota karena tingkat accecibility-nya kurang baik dan letaknya

berada ditengah perkampungan penduduk. Kaum punk yang sering berada di

scene tersebut adalah kaum punk dari Kota Surakarta.

Berdasarkan hal tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa unsur fisik

seperti keberadaan lahan kosong, gang sempit, dan poskamling merupakan salah

satu faktor yang lebih berpengaruh daripada jaringan jalan terhadap pemilihan

scene komunitas punk di Timuran.

Untuk lebih jelasnya foto view scene komunitas punk di Timuran

ditampilkan pada Gambar 19.

Page 120: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

Page 121: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

Page 122: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

Page 123: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

2. Karakteristik Punk di Kota Surakarta

Karakteristik merupakan pengembang kata dari dasar “karakter”. Menurut

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 422) „Karakter adalah huruf. Karakterisasi

adalah perwatakan yang bersifat khusus. Karakteristik sendiri adalah „ciri-ciri

khusus; mempunyai kekhususan sesuai dengan perwatakan tertentu‟. Adapun

karakteristik punk di Kota Surakarta sebagai berikut:

a. Karakteristik demografi

1) Jenis kelamin

Data dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui komposisi punk

berdasarkan jenis kelamin. Jenis kelamin yang dimaksudkan disini adalah

variasi jenis kelamin setiap punk (responden), yang dikategorikan ke dalam

kelompok jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Jumlah kaum punk Kota

Surakarta menurut jenis kelamin lebih jelasnya disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Jumlah Kaum Punk Kota Surakarta Menurut Jenis Kelamin Tahun

2009-2010.

No Jenis kelamin Frekuensi Frekuensi relatif (%)

1 Laki-laki 65 92,86

2 perempuan 5 7,14

Jumlah 70 100

Sumber : Hasil Penelitian

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa mayoritas yang

tergabung dalam punk berjenis kelamin laki-laki dengan presentase sebesar

92,86 %, sedangkan presentase perempuan yang tergabung dalam punk

jumlahnya sedikit sekali 7,14 %. Perbedaaan yang sangat signifikan tersebut

dapat disebabkan oleh sifat dasar dari keduanya (genetika). Laki-laki lebih

menyukai hal-hal yang sifatnya keras dan penuh tantangan.

2) Umur

Data tentang umur dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui

rata-rata umur seseorang yang tergabung dalam komunitas punk. Dalam

penelitian ini umur ditentukan menurut pengakuan responden. Dari data

penelitian dapat disimpulkan bahwa umur responden yang tergabung dalam

Page 124: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

komunitas punk ± 15 - 25 th. Usia tersebut merupakan usia yang tergolong

kedalam usia remaja. Punk yang tergolong dalam usia tersebut merupakan

punk yang masih aktif di lokasi scene dan sering mengunjungi gigs punk atau

sering terlibat kegiatan di dalam komunitas. Dapat disimpulkan bahwa

mayoritas yang tergabung dalam komunitas punk tergolong ke dalam usia

remaja.

3) Status perkawinan

Perkawinan merubah status seseorang dari bujangan atau janda/duda

menjadi status kawin. Dalam demografi status perkawinan penduduk dapat

dibedakan menjadi status belum pernah menikah, menikah, pisah atau cerai,

janda atau duda. Di daerah dimana pemakaian KB rendah, rata-rata umur

penduduk saat menikah pertama kalinya serta lamanya seseorang dalam status

perkawinan akan mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat fertilitas. Usia

kawin dini menjadi perhatian penentu kebijakan serta perencana program

karena berisiko tinggi terhadap kegagalan perkawinan, kehamilan usia muda

yang berisiko kematian maternal, serta resiko tidak siap mental untuk

membina perkawinan dan menjadi orangtua yang bertanggungjawab. Status

perkawinan kaum punk Kota Surakarta lebih jelasnya disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11. Status Perkawinan Kaum Punk Kota Surakarta Tahun 2009-2010.

No Status perkawinan Frekuensi Frekuensi relatif (%)

1 Belum pernah menikah 65 92,86

2 Menikah 5 7,14

3 Cerai (duda/janda) 0 0

Jumlah 70 100

Sumber : Hasil Penelitian

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa mayoritas yang

tergabung dalam punk memiliki status belum pernah menikah dengan

presentase sebesar 92,86 %. Hal tersebut disebabkan karena mayoritas yang

tergabung dalam punk adalah usia remaja sehingga mereka belum memikirkan

urusan berumah tangga. Kaum punk yang telah menikah hanya 7,14%. Pada

umumnya mereka menikah pada usia dini.

Page 125: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

4) Daerah asal

Data mengenai daerah asal kaum punk merupakan salah satu faktor yang

cukup penting untuk diketahui. Hal ini berkaitan dengan status kependudukan

mereka di scene punk. Data mengenai daerah asal penting untuk menentukan

golongan migran atau non migran. Daerah asal kaum punk Kota Surakarta

ditampilkan pada Tabel 12.

Tabel 12. Daerah Asal Kaum Punk Kota Surakarta Tahun 2009-2010.

No Daerah asal Frekuensi Frekuensi relatif (%)

1 Kota Surakarta 45 64,29

2 Lain-lain (selain

Kota Surakarta)

25 35,71

Jumlah 70 100

Sumber : Hasil Penelitian

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa rata-rata yang

tergabung dalam komunitas punk di Kota Surakarta berasal dari dalam Kota

Surakarta itu sendiri dengan presentase sebesar 64,29 %. Sedangkan yang

berasal selain dari Kota Surakarta memiliki presentase sebesar 35,71 %. Punk

yang berasal dari Kota Surakarta memiliki jarak yang dekat antara lokasi

tempat tinggal dengan lokasi scene masing-masing, sedangkan punk yang

berasal dari luar Kota Surakarta kebanyakan dari mereka tinggal di scene atau

hidup di jalanan sebagai seorang street punk. Kadang dalam jangka waktu

tertentu mereka kembali ke daerah asal masing-masing dan kemudian kembali

lagi ke Kota Surakarta. Menurut hasil survei, mereka berasal dari Sragen,

Sukoharjo, Karanganyar, Salatiga, Wonogiri, Jogjakarta, Ponorogo, Surabaya,

dan Blora.

b. Karakteristik sosial ekonomi

1) Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan akan berpengaruh terhadap kegiatan seseorang yang

pada akhirnya akan berpengaruh terhadap status sosial ekonomi seseorang.

Dalam penelitian ini yang dimaksud tingkat pendidikan adalah tingkat

pendidikan kaum punk, yaitu dari yang tidak tamat SD sampai Perguruan

Page 126: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

Tinggi. Data mengenai tingkat pendidikan kaum punk Kota Surakarta lebih

jelasnya disajikan pada Tabel 13.

Tabel 13. Tingkat Pendidikan Kaum Punk Kota Surakarta Tahun 2009-2010.

No Tingkat pendidikan Frekuensi Frekuensi relatif (%)

1 Tidak tamat SD 1 1,43

2 Tamat SD 3 4,29

3 Tamat SMP 23 32,85

4 Tamat SMA 43 61,43

5 Akademi/Sarjana 0 0

Jumlah 70 100

Sumber : Hasil Penelitian

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa pada umumnya yang

tergabung dalam komunitas punk adalah mereka yang memiliki tingkat

pendidikan jenjang SMA dengan presentase sebesar 61,43 %. Sebagian punk

di Kota Surakarta masih berstatus sebagai pelajar dan aktif di scene pada

waktu malam hari.

2) Jenis pekerjaan

Pekerjaan merupakan bagian yang terpisahkan dari kehidupan manusia,

sebab pekerjaan dapat menghasilkan barang dan jasa. Dalam penelitian ini

yang dimaksud pekerjaan adalah jenis pekerjaan kaum punk sehari-hari atau

aktivitas ekonomi dalam rangka menghasilkan barang dan jasa untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ideologi yang mendasari semua aktivitas

dan usaha punk dalam menjalankan komunitas adalah Do it Yourself (DIY).

DIY secara sempit dapat diartikan segala sesuatu harus dilakukan dengan

kerja keras sendiri tanpa bantuan orang lain dan tidak berpihak pada kapitalis.

Filosofi Do it Yourself (DIY) adalah semangat yang mendasari semua usaha

dan aktivitas punk dalam komunitas. Filosofi DIY juga diterapkan kaum punk

dalam menjalankan aktivitas ekonominya. Dalam hal ini adalah jenis

pekerjaan mereka. Berdasarkan hasil penelitian jenis pekerjaan mereka seperti

wiraswasta, percetakan, tattoo artist, design grafis, ngamen, sablon kaos,

buruh kasar, dan lain-lain. Ngamen merupakan jenis pekerjaan yang sering

dilakukan punk di Kota Surakarta. Pada umumnya mereka ngamen di traffic

Page 127: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

light yang letaknya tak jauh dari lokasi scene. Mayoritas punk yang jenis

pekerjaannya ngamen di jalanan atau traffic light menjalani hidupnya sebagai

seorang street punk. Semboyan mereka adalah „Jangan bosan hidup di jalan

karena jalan tak pernah bosan menghidupimu!‟. Kaum punk yang tergolong ke

dalam usia dewasa dan memiliki skill yang khusus pada umumnya bekerja

sebagai wiraswasta seperti usaha distro atau rock merchandise shop, Semangat

Djoeang studio tato, dan lain-lain. Walaupun sebagian punk yang tergabung

dalam komunitas masih berstatus sebagai pelajar tetapi mereka juga tidak

terlalu mengandalkan uang sekolah dari orang tua. Kadang mereka bekerja

dengan cara menjual aksesoris, stiker dan poster di pinggir jalan atau trotoar

setelah pulang sekolah. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa

kaum punk memiliki jiwa yang mandiri, pantang menyerah dan selalu

berlandaskan etika DIY dalam menjalankan segala aktivitasnya terutama

dalam mencari nafkah.

c. Karakteristik punk

1) Fashion dan musik

Pada umumnya masyarakat mendefinisikan punk pertama kali dengan

melihat dari segi fashion. Fashion dan pakaian merupakan cara untuk

mengkomunikasikan identitasnya. Musik bagi kaum punk adalah ekspresi

jiwa, oleh karena itu lirik lagu yang ditulis, biasanya berisikan sedikit

kekerasan, kritikan terhadap penguasa dan segala bentuk penindasan. Fashion

dan musik merupakan cara untuk mengkomunikasikan nilai-nilai dan identitas

kelompok baik itu ke kelompok lain maupun ke para anggota kelompok itu

sendiri. Adapun karakteristik punk dilihat dari segi fashion dan musik adalah

sebagai berikut:

a) Model rambut

Rambut adalah simbol yang mengekspresikan selera musik dan nilai yang

berbeda. Ideologi yang bertentangan memiliki rambut yang berlawanan. Tata

rambut dalam fashion punk adalah mode rambut mohawk. Mode potongan

rambut mohawk adalah menipiskan atau memotong rambut di bagian kiri-

kanan dan menyisakan bagian tengah. Rambut sering ditegakkan lurus-lurus

Page 128: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107

dengan lem kayu atau pernis pada saat mereka datang ke gigs punk atau acara

lain. Kadang rambut mereka dicat warna-warni seperti merah, pirang, hijau,

dan lain-lain. Model rambut yang dimaksudkan disini adalah variasi model

rambut setiap punk (responden), yang dikategorikan ke dalam kelompok

mohawk mohican, mohawk runcing, mohawk spiky, kipas, dan lain-lain. Model

rambut kaum punk Kota Surakarta di tampilkan pada Tabel 14.

Tabel 14. Model Rambut Kaum Punk Kota Surakarta Tahun 2009-2010.

No Model rambut Frekuensi Frekuensi relatif (%)

1 Mohawk Mohican 24 34,29

2 Mohawk runcing 5 7,14

3 Mohawk spiky 1 1,43

4 Kipas 7 10

5 Lain-lain 33 47,14

Jumlah 70 100

Sumber : Hasil Penelitian

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa mayoritas punk di Kota

Surakarta memiliki tata rambut yang masuk ke dalam kategori lain-lain

dengan presentase sebesar 47,14 %. Lain-lain disini maksudnya adalah model

rambut selain model rambut mohawk seperti tata rambut model biasa dan

gundul. Seperti yang kita ketahui bahwa sebagian besar punk yang tergabung

dalam komunitas masih berstatus sebagai seorang pelajar sehingga tata rambut

disesuaikan dengan tata tertib sekolah. Hanya punk yang tergolong usia

dewasa saja yang berani mengadopsi tata rambut mohawk mohican, mohawk

runcing dan kipas. Pada umumnya yang mengadopsi model rambut tersebut

adalah mereka yang telah lulus sekolah atau sudah tidak bersekolah lagi.

Page 129: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108

Gambar 20. Mohawk Spiky

Gambar 21. Mohawk Kipas dan Mohawk Mohican

Page 130: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

109

Kaum punk selain mengadopsi tata rambut model mohawk, mereka juga

sering mewarnai rambutnya. Hal tersebut dilakukan sebagai wahana ekspresi

diri. Untuk lebih lanjutnya warna kaum rambut punk Kota Surakarta disajikan

pada Tabel 15.

Tabel 15. Warna Rambut Kaum Punk Kota Surakarta Tahun 2009-2010.

No Warna rambut Frekuensi Frekuensi relatif (%)

1 Hitam 41 58,57

2 Lain-lain 29 41,43

Jumlah 70 100

Sumber : Hasil Penelitian

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar punk di

Kota Surakarta memiliki warna rambut yang dicat hitam dengan presentase

sebesar 58,57%. Kriteria warna rambut selain warna hitam hanya sebesar

41,43%. Pada umumnya mereka yang memiliki warna rambut yang dicat

hitam adalah punk yang masih berstatus sebagai pelajar dan punk yang sudah

berkeluarga. Adapun yang tergolong dalam kriteria warna rambut lain-lain

adalah mereka yang menjalani hidupnya sebagai street punk atau punk yang

tidak terikat oleh suatu aturan apapun dan selalu aktif di scene.

Gambar 22. Mohawk Runcing

Page 131: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

b) T-shirt atau kaos oblong

Sering kita jumpai di ruas jalan di kota bahwa kaum punk identik dengan

warna hitam. Hal tersebut mereka implementasikan dalam gaya berpakaian

mereka. Mayoritas kaum punk menyukai kaos berwarna hitam dengan design

kaos yang bertuliskan kritik sosial, selain itu kaos sering bergambar band punk

yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Warna dan design kaos yang

sering digunakan oleh kaum punk Kota Surakarta disajikan pada Tabel 16.

Tabel 16. Warna dan Design Kaos yang Sering Digunakan oleh Kaum Punk

Kota Surakarta Tahun 2009-2010.

No Warna dan design kaos

yang sering digunakan

Frekuensi Frekuensi relatif (%)

1 Hitam dan bergambar

band-band punk

55 78,58

2 Hitam bertuliskan slogan

kritik sosial

4 5,71

3 Lain-lain 11 15,71

Jumlah 70 100

Sumber : Hasil Penelitian

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa pada umumnya punk di

Kota Surakarta sering menggunakan kaos berwarna hitam dan berdesign band-

band punk lokal dengan presentase sebesar 78,58 %. Selain berdesign band-

band punk kadang juga bertuliskan kritik sosial. Biasanya kaos sengaja dibikin

lusuh atau dirobek untuk mendapatkan kesan kusam dari jalanan. Berdasarkan

hal tersebut dapat disimpulkan bahwa kaum punk selalu menjunjung tinggi

nilai-nilai dalam komunitas.

c) Celana

Kaum punk identik dengan dandanan lusuh yang tampak pada gaya

berpakaian mereka baik itu kaos, jaket ataupun celana. Dandanan lusuh

biasanya nampak pada seorang street punk yang berjiwa disorder. Mereka

bertahan hidup di ruas jalan kota. Celana mereka kadang sobek dan ditempeli

dengan emblem. Kaum punk biasanya menggunakan celana yang terbuat dari

bahan yang nyaman dan tahan lama, misalnya jeans, flannel, dan army. Celana

kaum punk Kota Surakarta disajikan pada Tabel 17.

Page 132: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

111

Tabel 17. Celana Kaum Punk Kota Surakarta Tahun 2009-2010.

No Celana Frekuensi Frekuensi relatif (%)

1 Jeans ¾ 25 35,71

2 Kotak-kotak ¾

dari bahan flannel

7 10

3 Lain-lain (celana

gunung)

38 54,29

Jumlah 70 100

Sumber : Hasil Penelitian

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar punk di

Kota Surakarta memakai celana gunung dengan presentase sebesar 54,29 %.

Celana gunung memiliki design yang sangat tepat dipakai oleh kaum punk.

Celana gunung memiliki kantong atau saku yang banyak dan lebar serta

terbuat dari bahan yang tahan dingin sehingga sangat tepat dipakai ketika

hidup dijalanan (life on the street). Celana gunung tersebut dimodifikasi

model pensil dan biasanya sering ditempeli dengan emblem yang bertuliskan

slogan-slogan atau band-band punk. Keberadaan emblem pada fashion kaum

punk Kota Surakarta disajikan pada Tabel 18.

Tabel 18. Keberadaan Emblem pada Fashion Kaum Punk Kota Surakarta

Tahun 2009-2010.

No Emblem pada

celana

Frekuensi Frekuensi relatif (%)

1 Ada 61 87,14

2 Tidak ada 9 12,86

Jumlah 70 100

Sumber : Hasil Penelitian

Berdasarkan pada Tabel 18 dapat disimpulkan bahwa sebagian besar kaum

punk atau 87,14% dari responden menempel emblem di celana atau jaket

mereka. Emblem biasanya bergambarkan band-band punk dan kritik sosial.

Hal tersebut merupakan ciri khas dan kebanggaan didalam komunitas punk.

Page 133: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

112

Gambar 23. Emblem

Page 134: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

113

Gambar 24. Celana Gunung

Page 135: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

114

Gambar 25. Celana Kotak-kotak ¾ dari Bahan Flannel

d) Sepatu boot

Sepatu yang dikenakan dalam fashion punk adalah jenis sepatu boot.

Sepatu boot adalah komponen penting yang bisa dikatakan ciri khas punk.

Pada awalnya yang digunakan adalah sepatu boot Dr. Martens. Bagi kaum

punk dan skinhead, sepatu ini bergaya tangguh. Sementara bagi para

pendobrak gaya, sepatu yang sering disebut Doc Mart ini adalah pilihan tepat

untuk menarik perhatian. Terlebih, Doc Mart membuktikan diri bisa terus

bertahan menghadapi tren. Seiring perkembangan jaman kaum punk banyak

yang memakai sepatu boot selain Doc Mart. Jenis sepatu boot kaum punk

Kota Surakarta lebih jelasnya disajikan pada Tabel 19.

Page 136: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

115

Tabel 19. Jenis Sepatu Boot Kaum Punk Kota Surakarta Tahun 2009-2010.

No Jenis sepatu boot Frekuensi Frekuensi relatif (%)

1 Doc Martens 18 25,71

2 Boot merk lain 47 67,15

3 Lain-lain 5 7,14

Jumlah 70 100

Sumber : Hasil Penelitian

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar kaum

punk memakai boot merk lain dengan presentase sebesar 67,15%. Merk lain di

sini maksudnya adalah sepatu boot selain Doc Mart atau sepatu boot yang

dipesan dari para perajin di Jogjakarta atau Jakarta. Alasan mereka memilih

boot pesanan karena harganya lebih murah dan sesuai dengan selera pemakai.

Sepatu boot panjangnya hampir menyentuh lutut, berlubang tali 8 hingga 20

dari bawah sampai atas. Tali sepatu boot biasanya berwarna hitam, merah,

kuning, dan biru.

Gambar 26. Doc. Mart dalam Fashion Punk

Page 137: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

116

e) Piercing atau tindik

Kaum punk identik dengan piercing (tindik) yang menghiasi tubuh

mereka. Piercing yang menjadi ciri khas kaum punk terutama terdapat di

telinga. Piercing (tindik) kaum punk Kota Surakarta disajikan pada Tabel 20.

Tabel 20. Piercing (tindik) Kaum Punk Kota Surakarta Tahun 2009-2010.

No Piercing (tindik) Frekuensi Frekuensi relatif (%)

1 Punya 45 64,29

2 Tidak punya 25 35,71

Jumlah 70 100

Sumber : Hasil Penelitian

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa mayoritas punk

memakai piercing atau tindik dengan presentase sebesar 64,29%, sedangkan

yang tidak mempunyai piercing atau tindik hanya 35,71%. Piercing biasanya

dipakai ditelinga, cuping hidung, bibir, lidah, bahkan pipi. Kebanyakan

piercing dipakai di telinga, berwarna hitam terbuat dari logam atau plastik

yang berukuran lebih besar daripada anting biasa sehingga akan menyebabkan

lubang yang besar di telinga pemakainya.

f) Tato

Tato atau seni rajah tubuh merupakan hal yang identik dengan kaum punk.

Mayoritas kaum punk memiliki tato permanen ditubuhnya. Tato merupakan

ekspresi jiwa bagi kaum punk. Masing-masing gambar tato memiliki makna

dan sejarah tersendiri bagi pemiliknya. Keberadaan tato kaum punk Kota

Surakarta disajikan pada Tabel 21.

Tabel 21. Tato Kaum Punk Kota Surakarta Tahun 2009-2010.

No Tato Frekuensi Frekuensi relatif (%)

1 Punya 48 68,57

2 Tidak punya 22 31,43

Jumlah 70 100

Sumber : Hasil Penelitian

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa 68,57 % kaum punk

memiliki tato di tubuhnya. Tato yang digunakan adalah tato permanen. Punk

ingin menunjukkan bahwa tato bukanlah identik dengan kriminal tetapi tato

Page 138: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

117

adalah seni. Punk di Kota Surakarta yang tidak bertato 31,43%, pada

umumnya mereka masih berstatus sebagai pelajar. Ada juga punk yang masih

berstatus pelajar tetapi mereka juga memiliki tato di tubuhnya.

g) Aliran punk

Punk merupakan komunitas yang sangat berbeda dengan komunitas lain

pada umumnya. Punk terbagi dalam beberapa aliran yang memiliki ciri khas

tersendiri. Aliran punk akan berdampak pada selera atau jenis musik dan cara

pandang masing-masing punk. Aliran kaum punk Kota Surakarta lebih

jelasnya disajikan pada Tabel 22.

Tabel 22. Aliran Kaum Punk Kota Surakarta Tahun 2009-2010.

No Aliran punk Frekuensi Frekuensi relatif (%)

1 Crustcore 0 0

2 Hardcore 8 11,43

3 Anarcho 18 25,71

4 Melodic 0 0

5 Street punk 38 54,29

6 Lain-lain 6 8,57

Jumlah 70 100

Sumber : Hasil Penelitian

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar punk di

Kota Surakarta 54,29% beraliran street punk. Anarcho punk di Kota Surakarta

hanya 25,71%. Street punk adalah punk yang sering ngamen dan hidup di

jalanan. Anarcho cenderung menekankan pada persamaan hak bagi semua

umat manusia dan tidak ada penindasan di muka bumi ini, sedangkan street

punk cenderung kepada kerasnya perjuangan hidup di jalan. Mayoritas punk di

Kota Surakarta tidak menyukai aliran crustcore dan melodic.

2) Sikap dan perilaku

Punk merupakan suatu subkultur yang mencakup sistem perilaku,

seperangkat nilai, dan cara hidup. Masyarakat awam sering menganggap sikap

dan perilaku punk sebagai perilaku menyimpang. Komunitas punk sudah

berusaha untuk selalu menunjukkan perilaku positif dalam masyarakat, namun

Page 139: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

118

mayoritas masyarakat masih memberikan persepsi yang negatif terhadap

keberadaan komunitas punk.

Gambar 27. Peneliti dan Kaum Punk

Page 140: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

119

Gambar 28. Peneliti dan Kaum Punk

a) Intensitas kaum punk di lokasi scene

Scene merupakan rumah kedua bagi komunitas punk. Banyak hal yang

dapat dilakukan kaum punk di scene antara lain sharing, membahas isu-isu

yang baru dalam komunitas, dan terkadang juga mereka mabuk-mabukan.

Scene merupakan bagian terpenting dalam komunitas punk karena scene

berhubungan dengan eksistensi komunitas. Kaum punk memiliki intensitas

yang berbeda-beda untuk selalu berada di lokasi scene. Masing-masing kaum

punk selalu berusaha untuk tetap menjaga atau berada di scene. Hal tersebut

dilakukan agar eksistensi komunitas tetap terjaga. Intensitas kaum punk Kota

Surakarta di lokasi scene ditampilkan pada Tabel 23.

Tabel 23. Intensitas Kaum Punk Kota Surakarta di Lokasi Scene Tahun 2009-

2010.

No Intensitas di lokasi

scene

Frekuensi Frekuensi relatif (%)

1 Jarang 24 34,28

2 Kadang-kadang 23 32,86

3 Sering 23 32,86

Jumlah 70 100

Sumber : Hasil Penelitian

Page 141: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

120

Berdasarkan tabel diatas dapat kita ketahui bahwa tidak terdapat perbedaan

yang signifikan dari masing-masing kriteria. Masing-masing kriteria hampir

memiliki presentase yang sama 30%. Kaum punk silih berganti berkunjung ke

lokasi scene. Punk yang sudah berkeluarga pun masih sering berada di scene

tetapi pada waktu malam hari. Punk yang jarang berada di scene adalah

mereka yang radius rumahnya cukup jauh dari lokasi scene dan pada

umumnya masih berstatus sebagai pelajar. Radius rumah kaum punk Kota

Surakarta dengan lokasi scene ditampilkan pada Tabel 24.

Tabel 24. Radius Rumah Kaum Punk Kota Surakarta dengan Lokasi Scene.

No Radius rumah dengan

lokasi scene

Frekuensi Frekuensi relatif (%)

1 < 500 m 1 1,43

2 500 m - 1,5 m 4 5,71

3 1 km – 1,5 km 8 11,43

4 > 1,5 km 57 81,43

Jumlah 70 100

Sumber : Hasil Penelitian

Berdasarkan tabel diatas dapat kita ketahui bahwa mayoritas punk di Kota

Surakarta memiliki radius rumah dengan lokasi scene > 1,5 km dengan presentase

sebesar 81,43%. Tidak kita jumpai punk yang jarak antara rumah dengan lokasi

scene-nya < 500 m. Hal tersebut disebabkan oleh sikap kaum punk yang sedikit

tertutup terhadap masyarakat sekitar (tetangga) daerah asal mereka.

b) Kunjungan kaum punk ke scene di lain kota

Kaum punk sangat menjunjung tinggi nilai equality dan unity. Demi

memupuk nilai-nilai tersebut kaum punk sering mengunjungi scene punk luar

kota. Hal tersebut mampu meningkatkan dan menguatkan eksistensi komunitas

punk di manapun mereka berada. Kunjungan kaum punk Kota Surakarta ke scene

punk luar kota ditampilkan pada Tabel 25.

Page 142: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

121

Gambar 29. Kaum Punk dari Luar Kota

Gambar 30. Kaum Punk dari Luar Kota

Page 143: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

122

Tabel 25. Kunjungan Kaum Punk Kota Surakarta ke Scene Punk Luar Kota

Tahun 2009-2010.

No Kunjungan ke

scene punk luar

Kota Surakarta

Frekuensi Frekuensi relatif (%)

1 Pernah 70 100

2 Tidak pernah 0 0

Jumlah 70 100

Sumber : Hasil Penelitian

Berdasarkan tabel diatas dapat kita ketahui bahwa terdapat perbedaan yang

signifikan dari masing-masing kriteria. Hampir 100% punk pernah berkunjung

ke scene punk di lain kota. Kaum punk Kota Surakarta sering mendatangi gigs

punk yang diadakan oleh punk di scene lain kota. Kadang sebagian besar street

punk tinggal sementara di scene lain kota. Tujuan mereka adalah untuk

menjalin persaudaraan, menjunjung tinggi nilai equality (persamaan) dan unity

(kebersamaan).

c) Frekuensi mengunjungi gigs punk

Gigs punk merupakan hal yang sangat penting bagi komunitas punk. Gigs

adalah istilah untuk menyebut suatu pertunjukkan musik punk. Di dalam gigs

mereka dapat berkumpul dan bersenang-senang. Gigs merupakan wadah

dimana punk bebas berekspresi dan berkreasi. Gigs mampu menjalin equality

dan unity. Selain kaum punk terdapat juga kaum skinhead dan hardcore yang

berkumpul di gigs punk. Frekuensi kaum punk Kota Surakarta mengunjungi

gigs punk disajikan pada Tabel 26.

Tabel 26. Frekuensi Kaum Punk Kota Surakarta Mengunjungi Gigs Punk

Tahun 2009-2010.

No Frekuensi

mengunjungi gigs

punk

Frekuensi Frekuensi relatif (%)

1 Sering 47 67,14

2 Kadang-kadang 23 32,86

3 Tidak pernah 0 0

Jumlah 70 100

Sumber : Hasil Penelitian

Page 144: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

123

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa 67,14% punk di Kota

Surakarta sering mengunjungi gigs punk baik di dalam maupun luar kota.

Menurut hasil penelitian tidak ditemukan punk yang tidak pernah

mengunjungi gigs. Setiap punk pasti pernah mengunjungi gigs. Hal tersebut

dilakukan untuk menunjukkan eksistensi dan pergerakan mereka.

Gambar 31. Salah Satu Gig Punk di Rams Studio

Page 145: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

124

Gambar 32. Slamce Dance dalam Gig Punk

d) Pemahaman tentang norma sosial dalam masyarakat

Norma adalah kaidah, aturan pokok, ukuran, kadar atau patokan yang

diterima secara en bloc/utuh oleh masyarakat guna mengatur kehidupan dan

tingkah laku sehari-hari, agar hidup ini terasa aman dan menyenangkan

(Kartono, 2005: 14). Norma akan berkembang seiring dengan kesepakatan-

kesepakatan sosial masyarakatnya, sering juga disebut dengan peraturan

sosial. Keberadaan norma dalam masyarakat bersifat memaksa individu atau

suatu kelompok agar bertindak sesuai dengan aturan sosial yang telah

terbentuk. Pada dasarnya, norma disusun agar hubungan diantara manusia

dalam masyarakat dapat berlangsung tertib sebagaimana yang diharapkan.

Kaum punk merupakan bagian dari masyarakat. Perilaku punk sering dianggap

sebagai perilaku menyimpang karena tingkah lakunya tidak bisa diterima oleh

masyarakat pada umumnya, dan tidak sesuai dengan norma sosial yang ada.

Sebagian besar dari mereka juga mengetahui norma sosial dalam masyarakat.

Pemahaman kaum punk Kota Surakarta tentang norma sosial dalam

masyarakat ditampilkan pada Tabel 27.

Page 146: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

125

Tabel 27. Pemahaman Kaum Punk Kota Surakarta tentang Norma Sosial

dalam Masyarakat.

No Tingkat pengetahuan

tentang norma dalam

masyarakat

Frekuensi Frekuensi relatif (%)

1 Paham 67 95,71

2 Tidak paham 3 4,29

Jumlah 70 100

Sumber : Hasil Penelitian

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 95,71% kaum punk paham

tentang norma-norma dalam masyarakat. Tetapi norma-norma tersebut tidak

mereka implementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Kadang mereka sering

melanggar norma atau peraturan lainnya didalam masyarakat. Sebatas dari

hasil survei, sebenarnya pelanggaran yang sering mereka lakukan adalah

mabuk-mabukan.

e) Sikap antipati terhadap masyarakat

Kaum punk sering diidentifikasikan oleh mayoritas masyarakat sebagai

suatu komunitas yang tertutup dan memiliki sikap antipati terhadap

masyarakat. Adapun pengertian sikap antipati menurut Kamus Bahasa

Indonesia (2009: 32), “Antipati adalah penolakan atau perasaan tidak suka

yang hebat; perasaan menentang sesuatu yang bersifat pesona dan abstrak”.

Pada umumnya, masyarakat awam kadang berasumsi bahwa punk itu seram

dan suka melakukan kekacauan (chaostic). Komunitas punk seringkali

dianggap sebagai sekelompok orang yang seharusnya tidak ada dalam susunan

masyarakat. Berbagai persepsi negatif dan sikap masyarakat yang selalu

berusaha untuk menghindari interaksi dengan komunitas punk atau segala

sesuatu yang berhubungan dengan punk dapat memacu timbulnya sikap

antipati kaum punk terhadap masyarakat. Sikap antipati kaum punk Kota

Surakarta terhadap masyarakat disajikan pada Tabel 28.

Page 147: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

126

Tabel 28. Sikap Antipati Kaum Punk Kota Surakarta terhadap Masyarakat.

No Sikap antipati

terhadap masyarakat

Frekuensi Frekuensi relatif (%)

1 Sering 0 0

2 Kadang-kadang 48 68,57

3 Tidak pernah 22 31,43

Jumlah 70 100

Sumber : Hasil Penelitian

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa kaum punk di Kota

Surakarta kadang-kadang memiliki sikap antipati terhadap masyarakat sekitar

dengan presentase sebesar 68,57 %. Sikap antipati kaum punk terhadap

masyarakat tersebut sering menyebabkan terjadinya prasangka buruk antara

masyarakat dengan komunitas punk itu sendiri.

d. Karakteristik lain-lain

1) Orang tua

Orang tua merupakan figur yang penting dalam proses terbentuknya

karakter atau kepribadian seorang anak. Orang tua yang bertanggung jawab,

sebagian besar dari mereka mampu mendidik anak dengan baik. Sebaliknya

orang tua yang kurang memiliki sikap bertanggung jawab dalam keluarga

akan berdampak pada terbentuknya sikap mental atau kepribadian yang

kurang baik bagi anak. Keharmonisan keluarga, ada tidaknya kekerasan dalam

keluarga sangat berpengaruh terhadap perkembangan jiwa seorang anak.

Setiap punk memiliki latar belakang keluarga yang berbeda antara satu sama

lain.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dapat disimpulkan bahwa

hampir seluruh punk di Kota Surakarta memiliki orang tua yang masih

lengkap tetapi ada juga yang tidak lengkap. Sebagian besar dari mereka

berasal dari keluarga yang kurang harmonis dan orang tua mereka sebagian

ada yang bercerai. Kekerasan dan perselisihan yang sering terjadi di dalam

rumah tangga akhirnya berujung pada perceraian orang tua. Dalam situasi

keluarga yang demikian biasanya tidak terdapat ketenangan, kerhamonisan,

kerukunan, loyalitas, dan solidaritas keluarga yang kuat. Tidak ada pula upaya

Page 148: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

127

mendisiplinkan diri dengan kebiasaan hidup yang baik. Masing-masing orang

tua mau hidup dengan caranya sendiri, menurut selera dan kesenangan sendiri.

Keadaan keluarga tersebut diatas sangat mengacaukan perkembangan pribadi

anak. Berbagai masalah yang muncul dalam keluarga menyebabkan mereka

mencari suatu kelompok yang membuat mereka aman, sehingga mereka turun

ke jalan. Mereka meninggalkan orang tua atau dengan kata lain mereka jarang

bersosialisasi dengan keluarga dan masyarakat. Kaum punk menganggap

teman sebagai keluarga dan jalan sebagai rumah bagi mereka.

2) Pengejaran kaum punk Kota Surakarta oleh aparat negara

Aparat negara yang dimaksud dalam hal ini adalah Satpol PP (Satuan

Polisi Pamong Praja). Kaum punk seringkali berurusan dengan pihak

berwajib. Satpol PP seringkali melakukan sweaping terhadap kaum punk,

mereka menganggap aksi kaum punk meresahkan warga masyarakat seperti

mabuk-mabukan di lokasi scene (tempat dimana mereka berkumpul) dan

kadang di pinggir jalan. Dalam aksi tersebut seringkali terjadi baku hantam

antara Satpol PP dengan kaum punk. Sikap Satpol PP yang terlalu anarki

terhadap kaum punk membuat mereka sangat membenci aparat negara. Selain

hal tersebut terdapat sebab lain yang menyebabkan kaum punk sangat anti

terhadap aparat negara yaitu kaum punk menganggap bahwa sikap aparat

negara yang sering semena-mena terhadap rakyat kecil. Peran aparat negara

kini semakin tidak dipercaya oleh masyarakat, polisi seolah menjadi suatu alat

hegemoni pemerintah atau kalangan elit tertentu. Hak setiap orang untuk

mendapatkan perlindungan dan kedamaian saat ini nampaknya sangat sulit

diperoleh. Peran aparat negara yang seharusnya bertindak sebagai pelerai dan

pencegah aksi kekerasan justru mereka sering menjadi aktor dalam kasus

kekerasan. Hal-hal diatas merupakan salah satu dari beberapa penyebab

mengapa kaum punk sangat anti terhadap aparat negara atau militer.

Sebenarnya kaum punk sangat menginginkan hidup damai dan saling

menghormati antar sesama. Pengejaran kaum punk Kota Surakarta oleh aparat

negara disajikan pada Tabel 29.

Page 149: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

128

Tabel 29. Pengejaran Kaum Punk Kota Surakarta oleh Aparat Negara.

No Dikejar oleh aparat

negara

Frekuensi Frekuensi relatif (%)

1 Pernah 70 100

2 Tidak pernah 0 0

Jumlah 70 100

Sumber : Hasil Penelitian

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh punk di

Kota Surakarta pernah dikejar atau terkena razia oleh aparat negara terutama

Satpol PP.

3. Persepsi Masyarakat Terhadap Perilaku Punk

Sebagian besar masyarakat pada umumnya menilai seseorang berdasarkan

penampilan luar atau fisik orang tersebut. Hal itu sama seperti ketika masyarakat

mendeskripsikan seseorang tergabung dalam komunitas punk atau bukan juga

berdasarkan fashion dan style-nya saja. Mayoritas masyarakat menilai punk hanya

berdasar fashion dan style-nya. Sekumpulan orang dengan dandanan rambut gaya

mohawk dicat warna-warni, pakaian serba gelap, pierching dan tato di tubuh

seolah-olah membawa ingatan kepada segerombolan anak muda yang

menampilkan dirinya sebagai komunitas punk. Penganut dari komunitas punk

tersebut juga terus bertambah dari waktu ke waktu, yang menunjukkan bahwa

semakin banyak orang yang tertarik untuk masuk dalam komunitas tersebut. Pada

kenyataannya, semakin banyak orang yang dalam komunitas punk, ternyata bukan

malah menunjukkan adanya kelebihan dalam komunitas itu, tetapi justru

memperlihatkan adanya penolakan–penolakan dari masyarakat terhadap

komunitas punk. Pandangan sinis, cibiran, umpatan, pengucilan hingga pengusiran

pada beberapa acara tertentu (seperti contohnya pada acara-acara musik). Hal-hal

tersebut sudah sering diterima oleh komunitas punk.

Hal itu terasa wajar ketika dihadapkan bahwa terdapat kenyataan bahwa

komunitas punk termasuk sebagai kelompok minoritas dalam kehidupan

masyarakat. Mayoritas masyarakat lebih suka berpakaian rapi, cerah, dan sesuai

Page 150: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

129

dengan mode dunia, sedangkan komunitas punk dengan dandanannya yang identik

dengan warna hitam, sepatu boot dan dandanan lusuh lainnya menjadi kelompok

yang dianggap minoritas. Diantara mayoritas masyarakat yang semakin berlomba-

lomba untuk mempercantik diri, komunitas punk dengan konsepnya yang bebas

dan anti kemapanan sungguh terasa sangat mencolok. Perbedaan dalam cara

penunjukan identitas individu tersebut kemudian ternyata oleh masyarakat

dipandang sebagai sebuah kesalahan. Sebenarnya hal yang paling ditakutkan

dalam kesalahpahaman penerimaan masyarakat terhadap komunitas punk ini

adalah adanya kemungkinan bahwa itu adalah identitas sebenarnya masyarakat

Indonesia yang tidak mengakui adanya perbedaan. Atau dengan kata lain

mengatakan bahwa semua hal yang berbeda adalah suatu hal yang salah. Padahal

sebenarnya tidak ada yang salah dengan perbedaan itu. Setiap perbedaan yang

muncul adalah hal yang wajar, termasuk masalah identitas yang diangkat oleh

komunitas punk.

Terdapat beberapa masyarakat yang menyesal karena telah keliru menilai

sekelompok anak muda yang didalam darahnya menggelorakan nafas anti

kemapanan karena muak dengan ketidakadilan dan penindasan. Kehidupan

masyarakat kota yang individualis, mereka lawan dengan kebersamaan. Laporan

pemerintah yang menjanjikan pencapaian pembangunan, peningkatan ekonomi,

kesejahteraan rakyat, dan sudah tidak ada lagi kelaparan, ternyata hanyalah janji

belaka. Punk menjawab itu semua dengan cara turun ke jalan, mengamen untuk

bertahan hidup.

Masyarakat yang pernah berinteraksi atau bersosialisasi dengan punk

mengidentifikasikan punk sebagai pemberontakan. Pemberontakan punk

dinyatakan dengan pemberontakan yang diaplikasikan pada fashion dan musik.

Kemudian hal tersebut menjadikan kultur punk sebagai suatu gerakan gaya hidup

tandingan (counter culture). Punk memiliki penampilan yang nyentrik penuh

aksesoris dan seni tubuh. Padahal punk tak sebatas pada penampilan, punk tak

sekedar fashion dan tak hanya ngamen di perempatan jalan. Punk adalah pilihan

dan sandaran hidup. Punk adalah media ekspresi. Punk adalah eksistensi diri dan

punk adalah dunia sekelompok anak muda yang sedang meneriakkan suara-suara

Page 151: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

130

terbungkam dan termarjinalkan karena timpangnya kehidupan sosial masyarakat

kota atau kaum urban.

Kadang dengan sinis masyarakat menyebut punk sebagai gembel jalanan

Mereka menganggap punk hanya sebatas ngamen di jalan. Gaya penampilan punk

lebih cenderung kepada penampilan yang compang-camping bahkan lebih mirip

gelandangan, karena bagi mereka ini merupakan cara untuk menunjukkan

solidaritas mereka terhadap kaum yang masih tertindas diatas bumi ini. Semua

identitas yang mereka kenakan adalah simbol keberpihakan pada kaum yang

tertindas. Kaum punk akan berhenti mengenakan penampilan “compang-camping”

atau dandanan lusuh dan gaya hidup menggelandang ini setelah tidak ada lagi

penindasan di bumi ini. Semua berawal saat kelompok orang prihatin terhadap

nasib sesamanya dan menjadi marah dan berontak karena jiwa muda mereka.

Padahal lebih dari itu semua punk memiliki cara hidup dan ideologi yang berbeda

dengan budaya mainstream.

Publik senantiasa berpendapat bahwa punk identik dengan tindakan

kriminal seperti mencuri atau mencopet atau tindakan lain yang mengandung

unsur vandalisme. Pernyataan tersebut sungguh sangat menyakitkan bagi seorang

punk dan telah merusak citra komunitas punk. Berdasarkan fakta di lapangan hal

tersebut sangatlah tidak benar. Walaupun punk memiliki fashion dan style yang

menyerupai geng jalanan, tetapi dalam tindakan dan ucapannya punk itu selalu

jujur. Punk itu anti kekerasan dan anti penindasan. Punk tidak suka mengambil

hak milik orang lain. Punk sangat menghargai hak dan kebebasan hidup orang

lain. Punk bukan preman jalanan dan juga bukan sampah masyarakat. Di balik

fashion dan style yang berbeda dengan budaya mainstream dan telah dianggap

oleh sebagian besar masyarakat sebagai salah satu bentuk perilaku menyimpang,

sebenarnya terdapat suatu jiwa penyayang dan tidak suka merugikan hak milik

atau kebebasan orang lain. Punk memiliki jiwa yang mandiri, bebas dan merdeka.

Bebas dan merdeka dalam hal ini adalah bebas mengatur hidupnya sendiri, bebas

berfikir, berkreasi dan bebas yang bertanggungjawab. Kaum punk menjunjung

tinggi anti penindasan. Hal ini memiliki maksud bahwa semua umat manusia di

Page 152: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

131

bumi ini sama dan setara, lalu mengapa masih ada penindasan. Hal tersebut

mereka lawan dengan kebersamaan dan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia.

Hal tersebut diatas berkaitan dengan hal-hal yang tertulis dalam fanzine

yang diproduksi oleh komunitas punk itu sendiri. Adapun hal dibawah ini

merupakan kutipan dari fanzine yang diproduksi oleh komunitas punk di Jakarta.

“Baik musikalitas dan aksi politiknya, punk telah menjadi alarm terhadap

eksploitasi dan kacau balaunya dunia. Teriakan, harapan, kesedihan, dan

amarahnya memberikan peringatan bagi siapa saja yang mau mendengar, melihat,

dan peduli. Hampir semua kekacauan itu disebabkan oleh faktor ekonomi.

Ekonomi mempengaruhi politik atau sebaliknya, politik mempengaruhi ekonomi.

Faktor ekonomi erat kaitannya dengan sistem kapitalisme yang telah mendominasi

hampir seluruh lini kehidupan masyarakat. Munculnya kapitalisme telah

merugikan banyak pihak terutama masyarakat miskin. Kapitalisme telah

menjadikan kaum proletar/kelas pekerja semakin miskin dan menderita,

sedangkan para pemilik modal (borjuis) semakin kaya. Dalam kondisi tersebut

tidak terdapat pembagian hasil yang adil sehingga terjadi kesenjangan sosial

berdasarkan status kelas dalam masyarakat. Kapitalisme telah menciptakan tirani.

Manusia saling berebut penguasaan atas alat-alat produksi. Berbagai bentuk

eksploitasi yang menyebabkan rusaknya lingkungan hidup, penghianatan,

penindasan, penjajahan, pemberontakan, dan perjuangan radikal selalu berkaitan

erat dengan ekonomi yang berujung pada kapitalisme”, (Punk Ilegal DIYfanzine #

3, Mei 2010 hal 5, riz). Berdasarkan pada kutipan fanzine di atas dapat simpulkan

bahwa kapitalisme dan penindasan serta hal-hal lain yang merugikan masyarakat

terutama masyarakat miskin sangatlah ditentang oleh kaum punk.

Kaum punk sangat berpihak kepada kaum miskin dan sangat membenci

kapitalis. Tidak ada dalam sejarah dunia yang menyebutkan bahwa seorang punk

pernah bekerja sebagai buruh pabrik. Mereka lebih baik ngamen atau jadi buruh

kasar daripada bekerja sebagai buruh pabrik. Mereka menganggap seorang

kapitalis hanya mengeksploitasi tenaga manusia secara berlebihan tanpa

memberikan imbalan yang sepantasnya. “Lebih baik makan alang-alang daripada

Page 153: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

132

beras kapitalis”, sepenggal slogan diatas merupakan sedikit dari sekian banyak

kata yang digunakan untuk mengkritik paham kapitalis.

“Punk bicara tentang kebersamaan yang membuat kita bersatu dan kuat”.

Itulah sepenggal kalimat yang diucapkan salah satu punk. Memang tidak bisa

dipungkiri bahwa punk memiliki semangat kebersamaan yang tinggi. Hal tersebut

sejalan dengan salah satu filosofi dalam punk yaitu unity. Kebersamaan punk tak

hanya sebatas dalam tindakan yang dianggap sebagai perilaku menyimpang

misalnya mabuk-mabukan. Tetapi ada kebersamaan lain yang dilandasi oleh

semangat kekeluargaan yang tinggi misalnya di scene punk Kleco terdapat

beberapa punk dan sejumlah tamu dari luar kota. Sebagian dari mereka ngamen di

traffic light. Setelah itu uang hasil ngamen dikumpulkan untuk membeli makanan,

anggap saja itu sebungkus nasi dan beberapa lauk pauk. Kemudian mereka

menikmati nasi bungkus tersebut secara bersama-sama walaupun masing-masing

hanya mendapat beberapa suap nasi tetapi sama rata dan sama rasa. Hal tersebut

memberikan gambaran kepada kita bahwa seorang punk yang dianggap buruk

oleh masyarakat malah memiliki semangat kebersamaan dan kekeluargaan yang

tinggi tanpa melihat adanya perbedaan dalam kehidupan manusia. Punk berusaha

memudarkan jenjang status sosial, menjunjung tinggi equality, gotong royong,

kolektif, dan sebagainya.

Masyarakat sering menuduh punk melakukan serentetan tindak

kriminalitas. Citra punk yang nampak buruk tersebut disebabkan oleh segelintir

orang yang tidak bertanggungjawab dan mereka itu bukan berasal dari dalam

komunitas punk melainkan dari golongan kaum yang lain seperti anak jalanan

(anjal). Sering citra punk diperparah oleh anjal atau remaja yang ikut-ikutan

bergaya ala punk. Persepsi tentang menjadi punk itu sendiri juga disalah pahami

oleh sebagian besar generasi muda yang mengaku-ngaku sebagai punk. Mereka

menganggap bahwa kalau sudah berpakaian punk ala punk, bersepatu boot,

ditindik, ditato, mereka sudah punk. Sebagian remaja mengartikan punk sebagai

hidup bebas tanpa aturan. Pemahaman yang salah dan setengah-tengah itu

mengakibatkan banyak dari mereka melakukan tindakan meresahkan masyarakat.

Salah satu contohnya adalah mabuk-mabukan dimuka umum secara

Page 154: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

133

bergerombolan. Mereka sering melakukan kekacauan (chaos) dimana-mana

dengan mengatas namakan sebagai seorang punk. Mereka tidak memahami

filosofi dan ideologi punk yang sebenarnya. Kemudian, masyarakat awam

menarik kesimpulan bahwa punk adalah segerombolan remaja yang berperilaku

negatif. Didukung hingar bingar musik punk dan lirik yang berisi kecaman

perlawanan semakin menyempurnakan miringnya persepsi masyarakat tentang

punk. Bahkan, ada juga yang menganggap punk hanya sekedar aliran musik keras

belaka. Padahal, itu bukanlah cerminan dari punk sebenarnya. Dengan kata lain,

masyarakat hanya melihat punk dari kulit luarnya saja.

Secara visual masyarakat awam pada umumnya sulit membedakan antara

anak jalanan (anjal) dengan punk. Hal yang paling mudah untuk diamati untuk

membedakan antara anak jalanan dengan punk adalah dari segi fashion dan gaya.

Adapun dari segi fashion dan gaya, dandanan kaum punk atau street punk pada

umumnya terlihat lebih kacau (chaos) daripada anak jalanan. Hal paling mencolok

yang dapat dijadikan sebagai tolak ukur untuk membedakan antara anak jalanan

dengan kaum punk adalah terdapat pada sepatu boot atau boots. Pada umumnya

kaum punk cenderung lebih sering menggunakan boots sedangkan anak jalanan

lebih cenderung memakai sepatu warriors atau sepatu-sepatu biasa. Hal tersebut

dikarenakan terdapat sebuah makna atau filosofi yang penting dalam pemakaian

boots. Kaum punk menganggap bahwa boots adalah nyawa mereka, sedangkan

anak jalanan kurang begitu tahu tentang filosofis sepatu boot itu sendiri.

Selain faktor diatas terdapat hal lain yang memperburuk citra punk yaitu

kurangnya pengetahuan masyarakat dalam membedakan antara punk dan bukan

punk. Seringkali masyarakat awam menilai sekelompok remaja yang berada di

pinggir jalan yang bergaya ala berandalan atau preman itu merupakan bagian dari

komunitas punk. Padahal mereka bukan bagian dari komunitas punk dan punk

sendiri sangat tidak menyukai sikap premanisme. Preman jalanan sering meniru

fashion punk, tetapi fashion yang mereka gunakan terkesan kaku dan tidak sinkron

dengan esensi dalam punk. Sekelompok orang tersebut sering disebut sebagai

herbert. Herbert ditujukan kepada pengamen atau preman yang kadang lokasi

tongkrongan mereka berada di dekat scene punk. Kadang herbert sering

Page 155: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

134

menyanyikan lagu yang bertemakan punk sewaktu mereka mengamen. Seringkali

herbert juga melakukan pengompasan terhadap anak jalanan lainnya. Perilaku

herbert yang seperti itu sering membuat emosi kaum punk terpancing dan tak

jarang antara herbert dan punk sering terjadi baku hantam.

Punk secara keseluruhan adalah bentuk sebuah perlawanan terhadap

penindasan, namun disatu sisi ada beberapa segelintir punk yang hanya

berpenampilan punk dengan jiwa “premanisme”nya. Dengan serta merta mengaku

punk dan menindas komunitas lainnya. Realita ini memang terjadi dan sangat

disesalkan dari punk itu sendiri. Perihal ini mengimplementasikan bagaimana jika

suatu individu dalam masyarakat disudutkan pada sebuah kondisi dimana individu

tersebut menjadi victim tindak “premanisme” oknum punk. Mungkin hal tersebut

akan digeneralisasikan bahwa punk adalah komunitas “preman”. Bukankah tidak

sejalan, disatu pihak punk lain menyuarakan perlawanan terhadap sebuah sistem

yang menindas, tapi disatu pihak lainnya “oknum” punk lainnya menindas. Ironis

memang, namun inilah fakta yang terjadi. Memang setiap paham memiliki sudut

positif dan negatif tersendiri. At last but not least, penilaian tetap tergantung pada

individu masyarakat masing-masing dalam menyikapinya. Do it yourself (Punk

Ilegal DIYfanzine # 4, September 2010 hal 9, sty). Itulah beberapa faktor yang

telah menyebabkan citra punk nampak lebih buruk dimata publik.

Sebenarnya punk bukan hanya segerombolan anak muda yang dianggap

sampah masyarakat oleh mayoritas masyarakat. Punk merupakan sekelompok

anak muda yang mau berpikir dan peduli tentang keadaan sosial masyarakat

sekitar. Ketika mereka berada di lokasi scene, mereka sering melakukan sharing

bersama membahas tentang isu-isu yang sedang terjadi didalam maupun luar

negeri. Selain hal tersebut mereka juga membahas tentang aspek sosial, politik,

ekonomi, dan budaya serta bagaimana suatu sistem dalam instansi atau lembaga

sering menindas dan merugikan kaum miskin atau masyarakat ekonomi lemah.

Kemudian hal tersebut mereka lawan dengan membuat slogan-slogan sosial

berupa emblem yang tertempel pada celana dan jaket lusuh mereka. Terdapat juga

organisasi komunitas punk di Indonesia yang sering melakukan suatu aksi

penolakan terhadap suatu hal yang patut ditentang karena tidak sesuai dengan

Page 156: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

135

perikemanusiaan dan perikeadilan. Hal tersebut menunjukkan bahwa punk adalah

sekelompok remaja yang mau berpikir dan peduli tentang keadaan sosial

masyarakat.

Punk memang identik dengan jiwa pemberontak. Selain jiwa pemberontak,

dalam diri punk juga terdapat jiwa seni. Hal tersebut sering diimplementasikan

dalam desain-desain kaos yang dijual dalam komunitas. Kaos-kaos tersebut dijual

dengan harga yang murah hanya sebatas sebagai pengganti ongkos produksi.

Mayoritas dari mereka sangat menyukai design grafis. Ada juga sebagian dari

kaum punk yang memiliki kemampuan seni merajah tubuh atau berprofesi sebagai

tattoo artist. Tattoo artist yang keahliannya cukup terkenal di komunitas punk

atau skinhead di dalam maupun luar Kota Surakarta yaitu Arie kecil dan Londho

tato. Hal tersebut membuktikan bahwa punk dapat dikatakan sebagai individu

yang kreatif. Hasil survei menunjukkan bahwa 40% dari 50 responden

mengatakan bahwa punk sebagai individu yang kreatif sedangkan sisanya

mengatakan punk sebagai individu yang kurang kreatif, tidak kreatif, biasa saja

dan lain-lain.

Kaum punk memiliki jiwa sosial dan empati yang tinggi kepada

masyarakat terutama masyarakat miskin. Adapun hal tersebut dapat dibuktikan

berdasarkan fakta berikut ini. Kaum punk memiliki pemikiran bahwa untuk jaman

sekarang tampaknya keberadaan dukun sunat di perkotaan sudah mulai tergusur

oleh cara-cara yang lebih modern dan canggih seperti dokter, mantri atau ahli

bedah yang memang lebih aman dan lebih steril cara penanganannya. Otomatis

untuk kebanyakan masyarakat miskin yang ada diperkotaan mau tidak mau

terbiasa dan terkondisikan untuk mengkhitankan anaknya ke dokter, yang

biayanya cukup mahal. Pemerintah kita tidak mempunyai program khusus untuk

mengkhitankan anak-anak Indonesia secara gratis. Saat ini yang ada hanyalah

sunatan-sunaan massal yang diadakan oleh yayasan-yayasan independen mungkin

swasta mungkin juga negeri, tetapi itu hanya diadakan 1 tahun sekali atau 2 kali di

tempat yang itu-itu juga. Misalnya sunatan massal yang diadakan oleh Pertamina

yang diadakan di gedung Pertamina itu sendiri yang pesertanya tidak dapat

menjangkau kaum miskin kota yang berada di pinggiran atau di pelosok-pelosok

Page 157: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

136

daerah kumuh/tertinggal. Atas dasar pemikiran-pemikiran di atas tersebut kaum

punk berusaha berbagi kemandirian yang mereka miliki dengan membuat suatu

program sunatan massal yang akan mereka lakukan semampunya. Dimulai dengan

sumbangan dari kawan-kawan Jakarta punk yang sudah bekerja, kolekan dari

masing-masing komunitas dan juga sumbangan dari kawan-kawan dari luar

komunitas yang peduli akan keberadaan komunitas tanpa mengharapkan nama

besar dan lain-lainnya. Aksi sunatan massal pertama yang mereka adakan di

daerah Gunung Sindur Parung Tangerang pada tanggal 24 April 2008 dan aksi

yang kedua di daerah Rawa Belong Jakarta Barat pada tanggal 25 Mei 2008. Pada

tanggal 29 Juni 2008 diadakan di Bintaro tepatnya di Jalan Kebon Kopi, Pondok

Betung, Pondok Aren, Tangerang. Adapun untuk acara khitanan yang ketiga

tersebut dikerjakan oleh Bintaro street crew bekerja sama dengan semua kawan-

kawan punk di Jakarta, Tangerang, dan Bekasi dengan membuat acara malam

kamisan (Rabu malam) yaitu merupakan suatu acara yang berbentuk garage sale

(menjual barang-barang dengan harga obral), sablon (konsumen membawa kaos

sendiri dan biaya sablon dikenakan harga Rp. 4000,00), lelang (menjual barang-

barang koleksi dengan penawaran harga tertinggi), diskusi bahkan akustikan yang

kesemua hasilnya dialokasikan untuk keberlansungan acara seperti pengadaan

sarung, baju koko, kopiah, snack, susu dan bubur untuk sarapan yang akan

dikhitan, uang angpao, dokter, tenda, dan tumpengan bersama warga sekitar dan

lain-lainnya (Punk Ilegal DIYfanzine # 3, Mei 2010 hal 11, kr).

Adapun contoh hal positif lain yang terdapat dalam kaum punk kepada

warga masyarakat yang sedang tertimpa musibah adalah sebagai berikut. Seperti

yang kita ketahui dulu bahwa propinsi Daerah Istimewa Aceh pernah terkena

bencana alam tsunami pada tanggal 26 Desember 2006. Peristiwa tersebut

menelan banyak korban jiwa. Kerusakan terjadi dimana-mana. Butuh banyak

waktu dan dana untuk renovasi berbagai fasilitas terutama fasilitas kesehatan

berupa obat-obatan dan lain-lain. Sebenarnya aspek yang perlu disembuhkan

adalah aspek psikologisnya. Pada umumya mereka mengalami rasa trauma atau

depresi setelah peristiwa tersebut. Dengan adanya situasi tersebut, Marjinal yang

merupakan salah satu band anarcho punk yang cukup terkenal di Indonesia

Page 158: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

137

melakukan kegiatan bakti sosial dengan cara mereka mengadakan pertunjukkan

musik yang bertujuan untuk menghibur para korban tsunami. Uang hasil dari

penjualan tiket disumbangkan kepada para korban bencana tsunami di Aceh.

Selain hal tersebut diatas, terdapat contoh lain seperti yang tercetak dalam koran

Joglosemar edisi Rabu, 28 Juli 2010 hal 21 pada kolom Rakyat Bicara yang

mengatakan bahwa “Terimakasih buat anak punk yang menolong aku waktu

kecelakaan di bangjo dekat RS. Panti Waluyo pada hari Jum‟at tanggal 16 pagi

jam 08.30 semoga Allah Swt membalas kebaikanmu. Amin. (08995243342)”.

Kedua hal tersebut merupakan sebagian kecil sikap positif yang dapat diambil dari

kaum punk.

Perilaku punk yang dianggap oleh masyarakat sebagai perilaku

menyimpang karena pada umumnya perilaku punk tidak dapat diterima oleh

masyarakat dan tidak sesuai dengan norma sosial yang ada. Perilaku punk

terkesan acuh tak acuh terhadap norma sosial yang berlaku. Terdapat diferensiasi

atau perbedaan yang jelas dalam tingkah laku punk, yang berbeda dengan ciri-ciri

karakteristik umum, dan bertentangan dengan hukum atau melanggar peraturan

formal. Sehingga masyarakat merasa ngeri melihat tingkah laku punk seperti

tubuh penuh tato dan piercing serta kebiasan buruk lainnya.

Sebenarnya 95,71% dari 70 responden kaum punk mengetahui dan

memahami norma-norma yang berlaku dalam masyarakat, tetapi mereka

mengacuhkannya. Norma-norma tersebut dianggap sangat mengekang kehidupan

mereka. Kita dapat melihat bahwa sebagian dari norma sosial bertentangan

dengan fashion, lifestye dan musik punk, misalnya kebiasan mabuk-mabukan,

lirik lagu yang berisi kritik sosial dan makian. Kadang-kadang perilaku kaum

punk di scene dianggap meresahkan masyarakat sekitar seperti gitaran atau

kencrungan. Hal tersebut membuat masyarakat di sekitar lokasi scene merasa

kurang nyaman dan suasana menjadi berisik.

Salah satu personel dari Sampah Pribadi Wahyu aka Mbelek (Semangat

Djoeang Zine edisi 2#, July 2010) berpendapat tentang perkembangan punk di

Kota Surakarta “Mungkin bisa dibilang saat ini cukup membudaya di Kota

Surakarta, mungkin di setiap sudut kota kita pasti menjumpai pemuda-pemudi ber

Page 159: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

138

attribute punk, mulai dari yang kecil, muda, tua, cowok maupun cewek, gak tau

apa benar-benar dari lubuk hatinya atau hanya sekedar gaya atau

trend…hahaha…tapi kami tetap supprt 100% ! semoga semakin banyaknya scene

punk di Kota Surakarta tidak menimbulkan sebuah perpecahan tetapi semakin

mempererat persaudaraan…!”

Ada juga pesan dari salah satu personel Sampah Pribadi Encix untuk

teman-teman punk yang lain (Semangat Djoeang Zine edisi 2#, July 2010)

“Jadilah anak yang baik, hormati orang tua dan temen2mu, jangan bosan hidup di

jalan karena jalan tak pernah bosan menghidupimu!, punk boleh tapi kebersihan

harus tetap dijaga ‟ADUUUS NDHEE‟, bumi kita satu mengapa kita tidak

bersatu?! Keep DIY and Struggle for Our Life”.

Terdapat juga beberapa keluh kesah yang ingin disampaikan komunitas

punk kepada masyarakat. Hal tersebut seperti yang dikutip penulis dalam

Semangat Djoeang Zine edisi 2# “Kami mewakili teman-teman senasib

sependeritaan kami, ada beberapa keluh kesah kami selama ini (1) untuk orang-

orang yang berlindung dibalik jubah putihnya, jangan suka main pukul donk, itu

dosa loo…(2) untuk bapak-bapak Satpol, jangan gunduli kami terus donk… kami

capek lari-lari terus tiap malam! Hufd! (3) untuk orang-orang yang tak henti-

hentinya memfitnah kami, semoga dibuka pintu hatinya, rejeki lancar, jembar

kubure… oh yaa, yang terakhir… buat Bapak Walikota realisasikan venue gigs

buat kami dong… karena itu satu-satunya wadah kami berekspresi! yo‟i

mameeend…!”.

Orang-orang yang berlindung dibalik jubah putih disini maksudnya adalah

FPI (Front Pembela Islam). Memang FPI sering kali melakukan sweaping

terhadap kaum punk di lokasi scene. Alasan mereka cukup singkat yaitu karena

punk sering mabuk-mabukan. Selain tindakan FPI, sikap Satpol PP pun juga telah

membuat kaum punk kewalahan dalam menghadapinya. Satpol PP sering

mencukur rambut mohawk kaum punk apabila mereka terjaring dalam razia.

Beban kaum punk bertambah juga ketika sebagian dari masyarakat memfitnah

mereka. Sebenarnya hal yang sangat diharapkan oleh kaum punk di Kota

Surakarta adalah terealisasinya venue gigs yang resmi untuk mereka sehingga

Page 160: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

139

mereka dapat berekspresi dan berkreasi tanpa adanya suatu permasalahan dengan

aparat negara atau golongan lainnya.

Hasil survei dari 50 responden yang memiliki latar belakang yang

berbeda-beda menunjukkan bahwa 46% responden mengatakan perilaku punk

termasuk perilaku menyimpang, 34% responden mengatakan fashion dan musik

kaum punk dianggap biasa saja, 42% responden mengatakan perilaku kaum punk

di lokasi scene sekitar tempat tinggal mereka tidak mengganggu atau biasa saja,

40% responden mengatakan kadang-kadang kaum punk bersikap ramah terhadap

warga masyarakat, 42% responden mengatakan kaum punk tidak bersikap antipati

terhadap masyarakat sekitar, 38% responden mengatakan kadang-kadang aktivitas

kaum punk dianggap meresahkan oleh masyarakat sekitar, 40% responden

mengatakan kadang-kadang perilaku punk dianggap melanggar norma-norma

yang berlaku didalam masyarakat, dan 60% responden mengatakan terdapat sisi

positif dalam diri kaum punk.

Komunitas punk seringkali dianggap sebagai kelompok orang yang

seharusnya tidak ada dalam susunan masyarakat. Hal tersebut terjadi ketika alat

inderalah yang pertama kali digunakan dalam proses pembentukan persepsi.

Dandanan komunitas punk yang seringkali terlihat sangar selalu dipandang

sebagai hal yang menakutkan bagi masyarakat dan juga terdapat keinginan-

keinginan untuk menghindari interaksi dengan komunitas punk. Padahal yang

terjadi saat ini adalah, segala hal yang berhubungan dengan punk sedapat mungkin

akan dihindari oleh masyarakat.

Kesalahan persepsi bagi komunitas punk ternyata telah memasuki

pemikiran masyarakat lebih dalam dari yang telah diperkirakan. Bahkan dalam

kenyataannya didapati kasus bahwa kesalahan persepsi telah menutupi aspek

positif yang dimiliki oleh identitas yang diusung oleh komunitas punk ini. Segala

macam penerimaan buruk yang telah didapatkan oleh komunitas punk ternyata

tidak menghalangi kemauan untuk tetap eksis dalam tekanan yang telah diberikan

oleh kelompok mayoritas. Identitas mengenai kelompok anti kemapanan sebagai

bentuk solidaritas terhadap masyarakat yang masih tertindas oleh penguasa akan

tetap dipelihara oleh komunitas punk. Tetapi yang secara jelas harus dilakukan

Page 161: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

140

perubahan adalah mengenai perilaku masyarakat terhadap komunitas punk itu

sendiri.

Pada posisi punk, para pelaku punk, dan perilaku punk dianggap salah dan

menyimpang oleh kelompok masyarakat dominan. Masyarakat dominan ini

beranggapan bahwa perilaku mereka yang paling benar, tentunya asumsi ini

diperkuat dengan adanya birokrasi sistem negara. Punk merupakan bagian dari

masyarakat yang memiliki nilai-nilai normatif tersendiri, dengan mengedepankan

perjuangan akan kaum tertindas, mengungkapkan kepalsuan, dan lain-lain

ternyata dikucilkan dan diasingkan dan bahkan dianggap sebagai sampah oleh

masyarakat, sedangkan perangkat masyarakat yang legal yang melakukan

tindakan yang merugikan masyarakat didiamkan dan dianggap suatu hal yang

biasa dalam masyarakat. Kedua hal yang berbanding terbalik tersebut diatas

seharusnya menjadikan setiap individu untuk menjadi masyarakat yang sadar akan

arti dan makna hidup serta memiliki wacana yang luas terhadap realitas kehidupan

dalam bermasyarakat (Punk Ilegal DIYfanzine # 3, Mei 2010 hal 10, kr).

Komunitas punk sudah berusaha untuk selalu menunjukkan perilaku

positif dalam masyarakat, namun mayoritas masyarakat masih memberikan label

negatif terhadap keberadaan komunitas punk. Pemahaman masyarakat yang harus

dirubah adalah mengenai pemahaman bahwa berbeda tidak selalu berarti salah.

Perbedaan adalah hal yang bisa mempercantik suatu bentuk kehidupan

masyarakat. Hal yang diharapkan adalah jangan sampai pandangan negatif

terhadap perbedaan tersebut malah mengaburkan setiap kebenaran yang terdapat

didalam perbedaan tersebut. Atau dengan kata lain jangan sampai perbedaan

pemahaman mengenai identitas bisa membutakan mata untuk melihat hal positif

yang ingin disampaikan oleh komunitas punk. Seperti ketegaran komunitas punk

tanpa henti meneriakkan slogannya “PUNK NOT DEAD !!”, maka pengajaran

terhadap pemahaman bahwa perbedaan itu indah, harus tetap ditegakkan oleh

masyarakat Indonesia sehingga tak perlu lagi adanya penekanan-penekanan

terhadap kelompok minoritas.

Page 162: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

141

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan deskripsi dan analisis data yang diperoleh selama penelitian

mengenai studi perilaku menyimpang (deviant behavior) kaum urban (studi kasus

komunitas punk di Kota Surakarta) maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

Dengan melihat peta persebaran kaum punk di Kota Surakarta dapat

diketahui bahwa persebaran scene komunitas punk di Kota Surakarta terdapat

dibeberapa lokasi antara lain: Sriwedari, Kleco, Gladhag, Ngapeman, Timuran,

Brondongan, Purwosari, Ngarsopuro, dan Proliman. Scene komunitas punk atau

tempat berkumpulnya kaum punk tertua dan pertama di Kota Surakarta adalah di

jalanan sekitar Singosaren, kemudian pindah ke Sriwedari (belakang joglo

Sriwedari) hingga sampai sekarang komunitas punk tersebut tetap eksis dengan

sebutan Sriwedari Boot Bois.

Berdasarkan pada peta distribusi kaum punk di Kota Surakarta dapat

disimpulkan bahwa sebagian besar scene komunitas punk terletak di jalan arteri

dan jalan kolektor. Dengan kata lain terletak pada satu jalur jalan utama di Kota

Surakarta yaitu Jalan Slamet Riyadi sehingga memudahkan kaum punk baik yang

berasal dari dalam maupun luar Kota Surakarta untuk berkunjung dari satu scene

ke scene yang lain. Hal utama yang paling diperhitungkan dalam mencari lokasi

scene adalah lokasi yang strategis dan aman. Pada umumnya kaum punk memilih

lokasi scene yang terletak di perempatan jalan dan banyak terdapat traffic light

sehingga dapat dimanfaatkan oleh street punk untuk mengamen. Jaringan jalan

merupakan faktor utama yang diperhatikan oleh kaum punk dalam memilih lokasi

scene. Hal tersebut berkaitan dengan tingkat accebility atau keterjangkauan kaum

punk dalam bergerak dari satu scene ke scene lain.

Selain faktor jalan terdapat faktor lain yang menjadi dasar kaum punk

dalam memilih lokasi scene adalah lahan kosong. Mereka sering menggunakan

bekas bangunan kosong, reruntuhan bangunan, poskamling, gang sempit atau

Page 163: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

142

taman. Hal tersebut dimaksudkan agar aktivitas mereka tidak mengganggu

masyarakat sekitar.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa setiap punk di Kota

Surakarta memiliki latar belakang dan karakteristik yang berbeda-beda.

Karakteristik tersebut antara lain karakteristik demografi, karakteristik sosial

ekonomi, karakteristik punk, dan karakteristik lain-lain.

Karakteristik demografi kaum punk Kota Surakarta yaitu: (1) mayoritas

yang tergabung dalam komunitas punk rata-rata berjenis kelamin laki-laki dengan

presentase 92,86 %, sedangkan presentase perempuan 7,14 %; (2) mayoritas yang

tergabung dalam komunitas punk tergolong dalam usia remaja; (3) sebagian besar

kaum punk memiliki status belum pernah menikah dengan presentase 92,86 %,

sedangkan punk yang telah menikah 7,14 %; (4) rata-rata yang tergabung dalam

komunitas punk di Kota Surakarta berasal dari dalam Kota Surakarta itu sendiri

dengan presentase 64,29 %, sedangkan yang berasal selain dari Kota Surakarta

35,71 %.

Karakteristik sosial ekonomi kaum punk Kota Surakarta yaitu: (1) pada

umumnya yang tergabung dalam dalam komunitas punk adalah mereka yang

memiliki tingkat pendidikan jenjang SMA dengan presentase 61,43 %; (2)

berdasarkan hasil pengamatan di lapangan jenis pekerjaan mereka seperti

wiraswasta, percetakan, tattoo artist, design grafis, ngamen, sablon kaos, buruh

kasar, dan lain-lain.

Karakteristik punk Kota Surakarta yaitu: (1) fashion dan musik meliputi:

a) mayoritas punk di Kota Surakarta memiliki tata rambut yang masuk kedalam

kategori lain-lain dengan presentase 47,14 %. Sebagian besar punk di Kota

Surakarta memiliki warna rambut yang dicat hitam dengan presentase 58,57 %; b)

sebagian besar punk di Kota Surakarta sering menggunakan kaos berwarna hitam

dan berdesign band-band punk lokal dengan presentase 78,58 %; c) pada

umumnya punk di Kota Surakarta memakai celana gunung dengan presentase

sebesar 54,29 %. Sebagian besar punk atau 87,14 % dari responden menempel

emblem di celana atau jaket mereka; d) mayoritas kaum punk memakai sepatu

boot merk lain yaitu sepatu boot selain Doc. Mart atau sepatu boot yang dipesan

Page 164: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

143

dari perajin di Jogjakarta atau Jakarta dengan presentase 67,15 %; e) mayoritas

punk memakai piercing atau tindik dengan presentase 64,29 %, sedangkan yang

tidak memakai piercing atau tindik hanya 35, 71 %; f) sebagian besar kaum punk

memiliki tato permanen di tubuhnya dengan presentase 68,57 %; g) sebagian

besar punk di Kota Surakarta 54,29 % beraliran street punk, sedangkan anarcho

punk di Kota Surakarta hanya 25,71 %. (2) Sikap dan perilaku punk yaitu: a) tidak

terdapat perbedaan yang signifikan dari masing-masing kriteria pada intensitas

kaum punk di lokasi scene. Masing-masing kriteria hampir memiliki presentase

yang sama 30 %. Mayoritas punk di Kota Surakarta memiliki radius rumah

dengan lokasi scene > 1,5 km dengan presentase 81,43 %; b) seluruh kaum punk

pernah berkunjung ke scene punk ke luar kota atau scene punk daerah lain dengan

presentase 100 %; c) kaum punk sering mengunjungi gigs punk baik didalam

maupun luar Kota Surakarta. Menurut hasil penelitian tidak ditemukan punk yang

tidak pernah mengunjungi gigs. Setiap punk pasti pernah mengunjungi gigs; d)

sebagian besar kaum punk paham tentang norma-norma dalam masyarakat dengan

presentase 95,71 %, tetapi norma-norma tersebut tidak mereka implementasikan

dalam kehidupan sehari-hari; e) kaum punk di Kota Surakarta kadang-kadang

memiliki sikap antipati terhadap masyarakat sekitar dengan presentase 68,57 %.

Karakteristik lain-lain kaum punk Kota Surakarta yaitu: (1) sebagian besar

kaum punk Kota Surakarta berasal dari keluarga yang kurang harmonis; (2)

hampir seluruh kaum punk Kota Surakarta pernah dikejar atau terkena razia oleh

aparat negara terutama Satpol PP.

Mayoritas masyarakat menilai punk pertama kali hanya berdasarkan pada

penampilan luar atau fashion dan style-nya saja. Punk termasuk kelompok

minoritas dalam kehidupan masyarakat seringkali dianggap sebagai perilaku

menyimpang (deviant behavior). Masyarakat yang pernah berinteraksi atau

bersosialisasi dengan punk mengidentifikasikan punk sebagai pemberontakan.

Kadang dengan sinis masyarakat menyebut punk sebagai gembel jalanan. Publik

juga senantiasa berasumsi bahwa punk sering melakukan tindakan kriminal.

Pernyataan tersebut telah merusak citra komunitas punk. Hal tersebut tidak sesuai

dengan kenyataan atau fakta di lapangan. Walaupun punk memiliki fashion dan

Page 165: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

144

style yang menyerupai geng jalanan, tetapi dalam tindakannya punk itu selalu

jujur. Punk itu anti kekerasan dan anti penindasan. Punk tidak suka mengambil

hak milik orang lain. Punk sangat menghargai hak dan kebebasan hidup orang

lain. Salah satu faktor yang menyebabkan persepsi negatif masyarakat adalah

kurangnya pengetahuan masyarakat dalam membedakan antara punk dan bukan

punk.

Fashion dan style yang berbeda dengan budaya mainstream telah dianggap

oleh sebagian besar masyarakat sebagai salah satu bentuk perilaku menyimpang.

Mayoritas masyarakat menganggap punk menganut gaya hidup yang tidak sesuai

dengan lingkungan sekitar seperti mabuk-mabukan, bertato, berperilaku acuh tak

acuh terhadap lingkungan sekitar dengan mengabaikan norma yang berlaku.

Persepsi remaja lain terhadap kaum punk bahwa punk sebagai individu

yang kreatif dalam menciptakan musik yang berirama keras dengan lirik yang

berisi kecaman perlawanan terhadap suatu sistem yang tidak adil dan cenderung

menindas kaum miskin. Mereka juga menganggap bahwa walaupun punk sebagai

salah satu bentuk perilaku menyimpang tetapi mereka memiliki rasa sosial,

kebersamaan, dan persaudaraan yang kuat. Remaja lain sering menganggap kaum

punk sebagai remaja yang memiliki penampilan kumal karena mereka jarang

mandi, dan sebagian besar waktunya dihabiskan di jalanan atau scene punk.

Persepsi negatif masyarakat telah menutupi aspek positif yang dimiliki

oleh identitas yang diusung komunitas punk. Segala persepsi buruk dari

masyarakat ternyata tidak menghalangi kemauan kaum punk untuk tetap eksis dan

berkarya dalam tekanan yang telah diberikan oleh kelompok mayoritas. Punk

memiliki prinsip bahwa bertahan adalah suatu bentuk perlawanan. Identitas

mengenai kelompok anti kemapanan sebagai bentuk solidaritas terhadap

masyarakat yang masih tertindas oleh penguasa akan tetap dipelihara oleh

komunitas punk.

Page 166: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

145

B. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dikemukakan

diatas, maka implikasi yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut:

Fenomena punk telah mewabah di Kota Surakarta. Fenomena tersebut

masih dianggap asing oleh masyarakat sehingga mereka menganggap perilaku

punk sebagai deviant behavior. Seharusnya masyarakat harus lebih memahami hal

apakah yang ingin disampaikan atau diungkapkan oleh kaum punk dibalik fashion

dan style yang unik tersebut. Sebenarnya fashion dan style punk bersifat simbolik.

Apapun atribut atau setiap sesuatu yang dipakai oleh kaum punk memiliki makna

tertentu. Simbol-simbol tersebut merupakan aplikasi dari ekspresi kaum punk

terhadap kekecewaan dan pemberontakan dari sistem yang menindas kaum

miskin. Perlawanan punk tidak hanya berkutat pada sistem pemerintahan, politik,

perang dingin, dan sistem-sistem lain, tetapi punk juga sangat menentang

kapitalisme yang menindas ekonomi kaum miskin. Punk juga peduli pada isu-isu

baru yang muncul di dunia seperti pemanasan global dan perubahan iklim.

Perlawanan-perlawanan tersebut mereka ekspresikan lewat fashion, style, musik,

sikap, dan tingkah laku. Hal-hal tersebut diatas seharusnya mampu menjadi

sebagian referensi masyarakat dalam membuka wacana berpikir masyarakat

sehingga masyarakat dalam memberikan persepsi terhadap punk tidak hanya

berupa persepsi miring melainkan juga persepsi positif. Persepsi negatif

masyarakat terhadap kaum punk disebabkan kurangnya komunikasi dan diskusi

antara masyarakat dan kaum punk. Hal tersebut disebabkan sebagian besar

masyarakat merasa takut atau ngeri melihat fashion dan style punk yang terlihat

sangar sehingga masyarakat lebih baik menghindari interaksi terhadap kaum punk.

Sikap penghindaran masyarakat tersebut menimbulkan prasangka yang buruk

antara masyarakat dengan kaum punk sehingga masyarakat kadang berlaku sinis

terhadap kaum punk. Golongan mayoritas atau masyarakat mainstream selalu

meremehkan golongan minoritas seperti kaum punk. Seharusnya masyarakat lebih

bersikap terbuka dan menghargai perbedaan yang terjadi didalam dinamika

kehidupan sosial.

Page 167: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

146

Kaum punk yang mayoritas adalah remaja merupakan usia yang penuh

dengan tantangan dan ingin mencoba atau mengadopsi hal baru yang datangnya

dari luar tanpa menyaring terlebih dahulu apakah hal tersebut sesuai dengan

budaya Indonesia atau tidak, sehingga remaja yang menyukai hal-hal yang berbau

provokatif seharusnya mempunyai pendirian dan kepribadian yang kuat agar tidak

mudah terbawa arus terhadap hal-hal yang berdampak buruk.

Dengan mengetahui dimana saja titik-titik persebaran tempat

berkumpulnya atau scene komunitas punk Kota Surakarta diharapkan warga

masyarakat bersikap wajar ketika bertemu atau berinteraksi dan tidak memancing

suatu permasalahan yang dapat menimbulkan suatu pertengkaran dengan kaum

punk.

Dengan mengetahui karakteristik kaum punk Kota Surakarta diharapkan

semua pihak baik itu keluarga, masyarakat ataupun pemerintah lebih paham dan

tahu tentang punk sehingga tidak terjadi kesalahpahaman, lebih bijak dalam

menghadapi fenomena punk, kalau perlu semua pihak atau elemen masyarakat

bersatu dalam membimbing, mengarahkan, dan menciptakan suatu wadah bagi

kaum punk untuk berekspresi. Dengan adanya sikap positif dan dukungan dari

seluruh elemen masyarakat dapat memungkinkan terjadinya suatu perubahan yang

lebih baik pada kaum punk. Hal tersebut dapat memunculkan stigma masyarakat

terhadap kaum punk yang dahulu bersifat negatif lama kelamaan akan berubah

menjadi stigma positif. Dengan kata lain masyarakat mampu melihat sisi positif

dalam diri kaum punk.

Penyimpangan-penyimpangan sosial yang diakukan oleh kaum punk telah

membuat masyarakat sekitar merasa terganggu dan merasa tidak nyaman dengan

keberadaan mereka. Kadang kaum punk sering berurusan dengan aparat negara

terutama Satpol PP perihal tentang penyimpangan yang mereka perbuat,

seharusnya penanganan terhadap kaum punk dilakukan lebih intensif dan bijak

dengan mencari akar permasalahan dari diri kaum punk sebagai jalan keluarnya.

Hasil penelitian Kelas XI Semester I dengan materi pokok pembelajaran

Antroposfer. Adapun tujuan pembelajaran yaitu siswa diharapkan mampu untuk

menjelaskan tentang pengertian antroposfer secara luas. Setelah mempelajari

Page 168: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

147

materi tersebut, siswa diharapkan mampu memahami tentang pengertian

antroposfer, faktor-faktor antroposfer, dan wilayah budaya yang ada di permukaan

bumi.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti memberikan beberapa saran

sebagai berikut, kepada:

1. Kaum punk Kota Surakarta

Kaum punk diharapkan untuk memikirkan kembali gaya hidup sebagai

seorang punk dan mulai merencanakan masa depan, serta mewujudkan tujuan-

tujuan hidupnya dengan mengembangkan potensi yang dimiliki. Kaum punk

juga diharapkan untuk tetap berusaha menjalin hubungan baik dengan

masyarakat sekitar dan menunjukkan perilaku yang positif agar keberadaan

mereka tidak mendapat penolakan dari masyarakat.

2. Orang tua dan keluarga

Kaum punk sebagian besar memiliki latar belakang keluarga yang kurang

harmonis. Mereka adalah korban dari sikap egois orang tua terhadap anak.

Orang tua dan keluarga diharapkan lebih memperhatikan kebutuhan remaja,

baik secara fisik maupun psikologis dengan cara lebih memperhatikan

pergaulan anak, dan perlu menciptakan komunikasi yang baik, memberikan

pengertian dan kesempatan kepada anak terutama berkaitan dengan problem

yang dihadapi remaja, serta berusaha meluangkan waktu untuk anak.

3. Masyarakat

Diharapkan mempunyai sikap yang lebih bijaksana dalam memandang

fenomena punk, mencoba memahami bagaimana budaya punk dan makna

simbolik dibalik semua atribut yang dikenakan oleh punk, memahami

kehidupan kaum punk yang sebenarnya, serta berpikir positif dengan tidak

menciptakan persepsi-persepsi negatif terhadap komunitas punk sehingga akan

tercipta kerukunan dan hubungan yang baik antara masyarakat dan kaum

punk.

Page 169: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

148

4. Pemerintah Kota Surakarta

Diharapkan Bapak Walikota merealisasikan venue gigs yang resmi untuk

kaum punk karena hal tersebut merupakan satu-satunya wadah bagi kaum

punk untuk berekspresi dan berkreasi tanpa adanya suatu permasalahan

dengan aparat negara atau golongan lainnya. Diharapkan aparat negara

terutama Satpol PP untuk tidak bertindak kejam atau berlebihan dalam

penanganan terhadap kaum punk. Kaum punk juga manusia sama seperti kita

semua.

Page 170: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

149

DAFTAR PUSTAKA

Alfathri, Adlin, dkk. 2006. Resistensi Gaya Hidup: Teori dan Realitas.

Yogyakarta : Jalasutra.

Alya, Qonita. 2009. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta : PT. Indahjaya

Adipratama.

Barnard, Malcolm. 2009. Fashion sebagai Komunikasi: Cara Mengomunikasikan

Identitas Sosial, Seksual, Kelas, dan Gender. Yogyakarta : Jalasutra.

Bunga Hitam. Album: Persembahanku, rilis tahun 2004.

Butt, Malcolm. 2009. Sid Vicious Bintang Rock ‘n Roll. Yogyakarta : Ayyana.

Daldjoeni, N. 1997. Seluk Beluk Masyarakat Kota. Bandung : Alumni.

Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:

Balai Pustaka.

Endy Irwanto. 2007. Pengaruh Musik Underground terhadap Kehidupan Remaja

Surakarta (Studi Kasus tentang Kehidupan Sehari-hari Para Pemusik

Underground di Surakarta Tahun 1993-3003). Skripsi: FSSR UNS.

Hadi, Partoso. 2009.Prodi P. Geografi. Blog; http://partosohadi.staff.fkip.uns.ac.id

diakses Bulan Juni 2011.

Hadisuprapto, Paulus. 2008. Delinkuensi Anak: Pemahaman dan

Penanggulangannya. Malang : Bayumedia Publishing.

Hebdige, Dick. 1999. Asal-usul dan Ideologi Subkultur Punk. Yogyakarta : Buku

Baik.

Hendra Nugraha. 2007. Komunitas Skinhead di Kota Solo (Studi Deskriptif

Kualitatif Tentang Pola Komunikasi Skinhead di Kota Solo. Skripsi: FISIP

UNS.

Horton, Paul B & Hunt, Chester L. 1984. Sosiologi. Jakarta : Erlangga.

http://himago.wordpress.com (diakses Bulan 27 Juni 2011).

http://www.anarchoi.gudbug.com. Filosofi Punk – Anarkisme, Anonim (diakses

Bulan Maret 2010).

Page 171: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

150

Joglosemar. 2010. Surat Kabar: Kolom Rakyat Bicara. Tanggal, 28 Juli 2010.

Jube. 2008. Musik Underground Indonesia: Revolusi Indie Label. Yogyakarta :

Harmoni.

Kartono, Kartini. 2005. Patologi Sosial. Jakarta : PT Raja Grafindo.

__________. 2006. Patologi Sosial 2: Kenakalan Remaja. Jakarta : PT. Raja

Grafindo Persada.

Kennedy, Edward S, dkk. 2009. Galeri Urban: Narasi Kota dalam Labirin Seni.

Yogyakarta : EKSPRESI Buku.

Marzuki. 2002. Metodologi Riset. Yogyakarta : Fakultas Ekonomi Universitas

Islam Indonesia Press.

Miles, Matthew B & Huberman, A. Michael. 1992. Analisis Data Kualitatif.

Jakarta : Universitas Indonesia.

Moleong, Lexy J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja

Rosdakarya.

Nanik Irnawati. 2008. Perilaku pada Punker Solo (Studi Kasus Perilaku Anak

Punk di Komunitas Purwosari Street Punk Kota Surakarta). Skripsi: FKIP

UNS.

Narbuko, Cholid & Achmadi, Abu. 2003. Metodologi Penelitian. Jakarta : Bumi

Aksara.

Punk Ilegal DIYFanzine. (3rd

ed). Mei 2010. Kolom, Artikel, Gig report, Review

Band. Jakarta.

_________. (4th

ed). September 2010. Review Band. Jakarta.

Reid, Sue Titus. 2000. Crime and Criminology. New York : McGraw-Hill.

“Review Band”. (1st ed). 2009. Newsletter. Solo: Semangat Djoeang.

Rohman, Arif. 2009. Memahami Pendidikan & Ilmu Pendidikan. Yogyakarta :

Laksbang Mediatama.

Rusbiantoro, Dadang. 2008. Generasi MTV. Yogyakarta : Jalasutra.

Soerjono, Soekanto & Lestarini, Ratih. 1988. Sosiologi Penyimpangan. Jakarta :

Rajawali.

Page 172: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

151

Sudarsono. 2004. Kenakalan Remaja: Prevensi, Rehabilitasi, dan Resosialisasi.

Jakarta : Rineka Cipta.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT

Remaja Rosdakarya.

Sumardi, Mulyanto & Evers, Hans Dieter. 1982. Kemiskinan dan Kebutuhan

Pokok. Jakarta : Rajawali.

Swasono, Yudo. 1983. Metode Perencanaan Tenaga Kerja. Yogyakarta : BPFE.

Synnott, Anthony. 2007. Tubuh Sosial: Simbolisme, Diri, dan Masyarakat.

Yogyakarta : Jalasutra.

Tika, Moh. Pabundu. 1997. Metode Penelitian Geografi. Jakarta : PT. Gramedia

Pustaka Utama.

“Tua Muda Sama Rata Tanpa Membedakan Warna”. (2nd

ed). 2010. Newsletter.

Solo: Semangat Djoeang.

Wirosuhardjo, Kartomo. 1981. Kebijaksanaan Kependudukan dan

Ketenagakerjaan di Indonesia. Jakarta : LP3ES.

Page 173: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

152

Lampiran 1

DAFTAR PERTANYAAN PENELITIAN

“STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR) KAUM

URBAN (STUDI KASUS KOMUNITAS PUNK DI KOTA SURAKARTA)

TAHUN 2009 - 2010”

Peneliti : Listya Intan Artiani

NIM : K5405026

Program Studi : Pendidikan Geografi

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Perguruan Tinggi : Universitas Sebelas Maret, Surakarta

Wawancara dilakukan pada

Hari / tanggal : ….

Jam : ….

A. Identitas Umum

1. Nama : ….

2. Alamat Tinggal : ….

Kelurahan : ….

Kecamatan : ….

3. Lokasi Scene : ….

Kelurahan : ….

Kecamatan : ….

B. Karakteristik Demografi Kaum Punk

1. Jenis kelamin responden

1. Laki-laki

2. Perempuan *

1. Data hasil wawancara ini dijamin kerahasiannya.

2. Data hasil wawancara ini semata-mata hanya untuk kepentingan studi.

Page 174: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

153

2. Tempat dan tanggal lahir (umur)

Jawab : ….

3. Daerah asal : ….

Kelurahan : ….

Kecamatan : ….

4. Status perkawinan

1. Belum kawin

2. Kawin

3. Cerai (duda / janda)

C. Karakteristik Sosial Ekonomi Kaum Punk

5. Tingkat pendidikan saudara

1. Tidak tamat SD

2. Tamat SD

3. Tamat SMP

4. Tamat SMA

5. Akademi / Sarjana

6. Jenis pekerjaan : ….

Pekerjaan pokok : ….

Pekerjaan sampingan : ….

7. Berapa perkiraan pendapatan bersih rata-rata Anda setiap hari ?

Jawab : ….

D. Karakteristik Kaum Punk

8. Lokasi Scene : ….

Kelurahan : ….

Kecamatan : ….

9. Alasan Anda memilih lokasi scene ditempat tersebut ?

Jawab : ….

10. Berapakah perkiraan jarak radius rumah Anda dengan lokasi scene ini ?

1. Kurang dari 500 m

2. 500 m – 1 Km

3. 1 Km – 1,5 Km

Page 175: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

154

4. Lebih dari 1,5 m

11. Apakah setiap hari Anda berada di lokasi scene tersebut ?

1. Ya

2. Tidak

12. Dalam satu minggu, berapa hari Anda berada di lokasi snene ?

Jawab : ….

13. Berapa jam Anda berada di lokasi scene setiap harinya ?

Jawab : Dari jam …. WIB s/d ….WIB

Lamanya : ….Jam

14. Apa saja yang Anda lakukan ketika berada di scene komunitas punk ?

Jawab : ….

15. Apakah Anda pernah berkunjung ke scene komunitas punk di luar Kota Solo ?

1. Pernah

2. Tidak pernah

16. Apakah alasan Anda berkunjung ke scene komunitas punk di luar Kota Solo ?

Jawab : ….

17. Dimanakah lokasi scene komunitas punk di luar Kota Solo yang pernah Anda

kunjungi ?

Jawab : ….

18. Berapa lama Anda berada di scene komunitas punk di luar Kota Solo ?

Jawab : ….

19. Bagaimana sambutan komunitas punk lain di luar Kota Solo terhadap punk

Solo ?

Jawab : ….

20. Sejak kapan Anda telah mengenal punk ?

Jawab : ….

21. Siapa yang mengenalkan subkultur punk pada Anda ?

Jawab : ….

22. Mengapa Anda tertarik pada subkultur punk ?

Jawab : ….

Page 176: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

155

23. Bagaimana pendapat Anda mengenai subkultur punk ?

Jawab : ….

24. Apakah Anda memahami ideologi dalam subkultur punk ?

Jawab : ….

25. Apakah Anda mengimplementasikan punk sepenuhnya dalam kehidupan

sehari-hari ?

1. Ya

2. Tidak

26. Apakah Anda memahami tentang norma-norma yang berlaku didalam

masyarakat ?

1. Ya

2. Tidak

27. Bagaimana pendapat Anda tentang norma-norma yang berlaku didalam

masyarakat ?

Jawab : ….

28. Menurut sebagian besar masyarakat menyatakan bahwa “Perilaku punk

merupakan perilaku menyimpang”. Bagaimana pendapat Anda mengenai

pernyataan tersebut ? setuju atau tidak setuju ? serta berikan alasannya ?

Jawab : ….

29. Apakah Anda sering bersikap antipati atau anarki terhadap orang di sekitar

Anda ?

1. Sering

2. Kadang-kadang

3. Tidak pernah

30. Apakah Anda masih punya orang tua ?

1. Ya

2. Tidak

31. Bagaimana pendapat orang tua Anda terhadap perilaku Anda sebagai kaum

punk ?

Jawab : ….

Page 177: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

156

32. Apakah Anda pernah dikejar Satpol PP atau aparat negara lainnya ?

1. Pernah

2. Tidak pernah

E. Karakteristik Kaum Punk dalam Fashion dan Musik

33. Model rambut Anda

1. Mohawk Mohican

2. Mohawk runcing

3. Mohawk spiky

4. Kipas

5. Lain-lain (…………………………..)

34. Warna rambut Anda

1. Hitam

2. Lain-lain (…………………………..)

35. Warna dan gambar kaos yang sering digunakan oleh Anda

1. Hitam dan bergambar band-band punk

2. Hitam dan bertuliskan slogan kritik sosial

3. Lain-lain (…………………………..)

36. Jenis celana yang sering digunakan oleh Anda

1. Celana jeans ¾

2. Celana kotak-kotak ¾ dari bahan flannel

3. Lain-lain (…………………………..)

37. Apakah Anda menempel emblem pada celana ?

1. Ya

2. Tidak

38. Jenis sepatu boot yang Anda gunakan

1. Sepatu boot merk „Doc. Marteen‟

2. Sepatu boot merk lainnya (…………………………..)

3. Lain-lain (…………………………..)

39. Warna tali sepatu pada boot Anda

1. Hitam

2. Merah

Page 178: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

157

3. Biru

4. Kuning

5. Lain-lain (…………………………..)

40. Apakah Anda memiliki piercing (tindik) di tubuh ? dimana saja letaknya ?

Jawab : ….

41. Aksesoris yang sering dipakai oleh Anda

1. Ring

2. Rantai

3. Gembok

4. Gelang

5. Spike

6. Lain-lain (…………………………..)

42. Apakah Anda mempunyai tato di tubuh ?

1. Ya

2. Tidak

43. Aliran musik punk yang Anda sukai

1. Crustcore punk

2. Hardcore punk

3. Anarcho punk

4. Melodic punk

5. Ridicoulus punk / Fun Punk

6. Lain-lain (…………………………..)

44. Sebutkan band punk favorite Anda di Kota Solo ?

Jawab : ….

45. Sebutkan band punk favorite Anda dari luar Kota Solo ?

Jawab : ….

46. Sebutkan band punk favorite Anda dari luar negeri ?

Jawab : ….

47. Apakah Anda menyukai musik yang diproduksi oleh major label ?

1. Ya

2. Tidak

Page 179: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

158

48. Apakah Anda sering menghadiri gigs punk ?

1. Sering

2. Kadang-kadang

3. Tidak pernah

49. Di kota mana saja gigs punk yang pernah Anda hadiri selama periode tahun

2009 - 2010 ?

Jawab : ….

50. Sebutkan hal apa saja yang Anda lakukan dalam gigs punk ?

Jawab : ….

F. Karakteristik Kaum Punk dalam Sikap dan Perilaku

51. Bagaimana pendapat Anda tentang filosofi DIY dalam punk ?

Jawab : ….

52. Bagaimana pendapat Anda mengenai anarkhi dalam punk ?

Jawab : ….

53. Bagaimana sikap Anda terhadap warga masyarakat yang bertempat tinggal di

sekitar lokasi scene ?

Jawab : ….

54. Apakah Anda sering melakukan penyimpangan moral dalam kehidupan

sehari-hari ?

1. Sering

2. Kadang-kadang

3. Tidak pernah

55. Penyimpangan moral apa sajakah yang pernah Anda lakukan ?

Jawab : ….

Page 180: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

159

Lampiran 2

DAFTAR PERTANYAAN PENELITIAN

“STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR) KAUM

URBAN (STUDI KASUS KOMUNITAS PUNK DI KOTA SURAKARTA)

TAHUN 2009 -2010”

UNTUK MASYARAKAT TERHADAP PERILAKU KAUM PUNK

Peneliti : Listya Intan Artiani

NIM : K5405026

Program Studi : Pendidikan Geografi

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Perguruan Tinggi : Universitas Sebelas Maret, Surakarta

No Responden : ….

Tanggal Wawancara : ….

1. Nama : ….

2. Jenis kelamin : Laki-laki / perempuan *

3. Umur : …..th

4. Pekerjaan : ….

5. Tingkat pendidikan Anda

1. Tidak tamat SD

2. Tamat SD

3. Tamat SMP

4. Tamat SMA

5. Akademi / Sarjana

3. Data hasil wawancara ini dijamin kerahasiannya.

4. Data hasil wawancara ini semata-mata hanya untuk kepentingan studi.

Page 181: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

160

6. Apakah Anda mengetahui atau mengenal punk ?

1. Ya

2. Tidak

7. Dari hal apakah yang pertama Anda lihat ketika Anda mendeskripsikan

seorang itu sebagai punk ?

1. Rambut Mohawk

2. Dandanan lusuh

3. Aksesoris yang eksentrik

4. Perilaku menyimpang

5. Lain-lain (………………………………….)

8. Apakah Anda pernah berinteraksi atau bersosialisasi dengan kaum punk ?

1. Pernah

2. Tidak pernah

3. Kadang-kadang

4. Lain-lain (………………………………….)

9. Menurut Anda apakah perilaku punk termasuk perilaku menyimpang ?

1. Ya

2. Tidak

3. Lain-lain (………………………………….)

10. Bagaimana pendapat Anda tentang fashion dan musik kaum punk ?

1. Bagus

2. Biasa saja

3. Jelek

4. Lain-lain (………………………………….)

11. Sejauh pengamatan Anda tentang fashion, musik, dan kaum punk. Apakah

mereka dapat dikatakan sebagai individu yang kreatif ?

1. Kreatif

2. Kurang kreatif

3. Tidak kreatif

4. Biasa saja

5. Lain-lain (………………………………….)

Page 182: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

161

12. Bagaimana perilaku kaum punk di lokasi scene (tempat nongkrong) di dekat

atau sekitar tempat tinggal Anda ?

1. Menggangu

2. Biasa saja

3. Tenang atau damai-damai saja

4. Lain-lain (………………………………….)

13. Apakah mereka (kaum punk) bersikap ramah terhadap Anda dan masyarakat

sekitar ?

1. Ya

2. Tidak

3. Kadang-kadang

4. Lain-lain (………………………………….)

14. Apakah mereka bersikap antipati terhadap Anda dan masyarakat sekitar ?

1. Ya

2. Tidak

3. Kadang-kadang

4. Lain-lain (………………………………….)

15. Menurut Anda apakah keberadaan mereka (aktivitas kaum punk) meresahkan

Anda dan masyarakat sekitar?

1. Ya

2. Tidak

3. Kadang-kadang

4. Lain-lain (………………………………….)

16. Sejauh pengamatan Anda apakah perilaku punk melanggar norma yang

berlaku di dalam masyarakat ?

1. Ya

2. Tidak

3. Kadang-kadang

4. Lain-lain (………………………………….)

Page 183: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

162

17. Menurut pengamatan Anda apakah terdapat sisi positif dalam punk ?

1. Ada

2. Tidak ada

3. Lain-lain (………………………………….)

18. Sebutkan sisi positif yang Anda dapat simpulkan dari kaum punk !

Jawab : ….

19. Sebutkan sisi negatif yang Anda dapat simpulkan dari kaum punk ?

Jawab : ….

20. Menurut Anda, bagaimana seharusnya peran serta masyarakat dan pemerintah

dalam menghadapi fenomena punk di Indonesia pada umumnya dan di Kota

Surakarta pada khususnya ?

Jawab : ….

Page 184: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

163

Lampiran 3

Jumlah Responden (Kaum Punk) di Tiap-tiap Scene Komunitas Punk

di Kota Surakarta Tahun 2009-2010

No Lokasi Tempat Berkumpulnya

Komunitas Punk (Scene Punk)

di Kota Surakarta

Jumlah Responden

1 Sriwedari 11

2 Kleco 19

3 Gladhag 2

4 Purwosari 9

5 Timuran 7

6 Ngapeman 4

7 Brondongan 3

8 Proliman 6

9 Ngarsopuro 9

Jumlah 70

Page 185: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

164

Lampiran 4

Gambar 33. Beberapa Masyarakat yang Memberikan Pendapat Mengenai

Perilaku Punk

Page 186: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

165

Page 187: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

166

Page 188: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

167

Page 189: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

168

Page 190: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

169

Page 191: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

170

Page 192: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

171

Page 193: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

172

Page 194: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

173

Page 195: STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT BEHAVIOR · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN 2009 Skripsi Oleh : NIM K5405026 commit to user i STUDI PERILAKU MENYIMPANG (DEVIANT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

174