Upload
kacongmarcuet
View
40
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
4
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Paprika
Tanaman paprika (Capsicum annum var. grossum L.) termasuk ke dalam
kelas Dicotyledonae, ordo Solanales, famili Solanaceae dan genus Capsicum.
Tanaman paprika merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Tengah dan
Amerika Selatan. Tanaman paprika yang dibudidayakan di Indonesia, khususnya
di Cisarua Kabupaten Bandung Barat benihnya berasal dari Belanda. Varietas
yang biasa ditanam oleh petani di Cisarua diantaranya adalah Spartacus, Edison,
dan Athena.
Tanaman paprika tumbuh sebagai perdu atau semak dengan tinggi
mencapai empat meter. Batang tanaman paprika keras dan berkayu, berbentuk
bulat, halus, berwarna hijau gelap dan memiliki percabangan dalam jumlah yang
banyak. Buah paprika memiliki keanekaragaman bentuk, ukuran, warna dan rasa.
Buah paprika umumnya berbentuk seperti tomat, tetapi lebih bulat dan pendek,
atau seperti genta dengan permukaan bergelombang besar atau bersegi-segi
(Poulos, 1994).
Varietas paprika yang ditanam akan menentukan produktivitas paprika
yang diperoleh (Poulos, 1994). Ada sebelas varietas yang dibudidayakan di
Indonesia. Varietas paprika yang paling dominan yaitu Spartacus, Athena dan
Edison. Ketiga varietas paprika tersebut banyak dibudidayakan karena
pertumbuhan dan hasilnya yang baik, serta bentuk dan ukuran buah dari ketiga
varietas tersebut mudah untuk dijual di pasar lokal maupun luar negeri. Warna
dari ketiga varietas paprika tersebut ialah merah yang banyak disenangi konsumen
(Puslitbanghort, 2006).
Syarat Tumbuh
Keadaan iklim yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman
paprika meliputi temperatur, kelembaban udara, curah hujan dan cahaya matahari.
Tanaman paprika memerlukan temperatur 21-27 C pada siang hari dan 13-16 C
pada malam hari agar dapat tumbuh dengan baik dan berproduksi tinggi. Kondisi
5
tersebut dapat tercapai pada daerah-daerah dataran tinggi, namun tidak menutup
kemungkinan untuk membudidayakan paprika pada dataran rendah asal
kondisinya sesuai dengan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan paprika
(Puslitbanghort, 2006).
Kelembaban udara yang cukup ideal untuk budidaya paprika yakni 80 %.
Kelembaban yang terlalu rendah atau tinggi menyebabkan bunga dan buah muda
gugur. Kelembaban yang tinggi khususnya pada media akan menyebabkan
tanaman terserang penyakit Elephants foot atau lebih dikenal layu fusarium
yang disebabkan fungi Fusarium oxysporum (Jovicich dan Cantlife, 1999). Curah
hujan yang sesuai untuk tanaman paprika adalah sekitar 250 mm per bulan. Curah
hujan yang tinggi menyebabkan tanaman mudah terserang penyakit yang
disebabkan cendawan ataupun bakteri. Curah hujan berkaitan dengan intensitas
penyinaran matahari. Untuk memperoleh pertumbuhan dan pembentukan buah
yang maksimal, intensitas sinar matahari yang diperlukan berkisar antara 22-30 %
dari intensitas sinar matahari total yang diterima tanaman (Poulos, 1994). Tingkat
aborsi bunga paprika meningkat secara linear ketika cahaya matahari berkurang
dengan naungan, kerapatan tanaman yang tinggi atau pemangkasan (Marcelis et
al., 2004).
Pemeliharaan
Tanaman paprika yang banyak dibudidayakan oleh petani di Desa
Pasirlangu merupakan tanaman indeterminate yang akan tumbuh terus
membentuk cabang dan daun baru. Menurut hasil wawancara dengan Pak Sutardi,
Kepala Koperasi Desa Pasirlangu Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat,
paprika pada umur satu bulan setelah tanam dilakukan penjarangan 2-3 cabang per
tanaman. Nederhoff (2002) menyatakan kerapatan batang yang optimal adalah
5-6 batang per m dalam kondisi cahaya yang kurang menguntungkan dan sekitar
tujuh atau delapan batang per m dalam kondisi cahaya yang baik.
Petani di Desa Pasirlangu juga melakukan kegiatan pemangkasan tunas air
atau sering disebut pewiwilan, penjarangan buah dan perompesan daun bagian
bawah. Kegiatan pemeliharaan dilakukan diantaranya untuk mengurangi
6
kelembaban yang dapat mengundang hama dan penyakit tanaman, menaikkan
bobot buah per tanaman dan mengurangi beban tanaman.
Buah merupakan bagian tanaman yang paling banyak menyimpan hasil
fotosintesis. Buah yang terlalu banyak pada satu tanaman menyebabkan bagian
tanaman yang lain seperti daun dan batang menjadi kekurangan hasil fotosintesis
tersebut, sehingga pucuk tanaman menjadi kurus, pertumbuhan vegetatif tanaman
lambat, ukuran buah kecil dan gugurnya bunga (Puslitbanghort, 2008).
Pemangkasan pada paprika juga dapat mengurangi serangan organisme
pengganggu tanaman. Menurut Zrubecz dan Toth (2008) teknologi pemangkasan
sangat berpengaruh dalam memproteksi tanaman paprika yang tumbuh di daerah
yang telah terinfeksi serangga Frankliniella occidentalis.
Pemanenan
Paprika dapat dipanen dalam keadaan buah masih hijau maupun buah
matang sempurna (merah, oranye atau kuning) tergantung varietasnya. Buah
paprika mulai matang pada 4-5 minggu setelah pembungaan, dan dapat dipetik
5-7 hari kemudian. Puncak dari periode panen terjadi pada 4-7 bulan setelah benih
disemai (Poulos, 1994).
Paprika sebaiknya dipanen pada pagi hari ketika suhu udara di dalam
greenhouse masih rendah dan kelembaban udara masih cukup tinggi. Pemanenan
pada pagi hari dimaksudkan untuk mengurangi penguapan agar buah tidak layu
atau keriput. Pemanenan yang dilakukan saat buah berwarna hijau, tingkat
kekerasannya harus sudah cukup. Buah umumnya dipanen ketika persentase
warnanya sudah mencapai 80-90 % (Puslitbanghort, 2008).
Proses pemanenan dilakukan menggunakan pisau yang steril kemudian
bekas luka akibat potongan diolesi pestisida. Pengolesan pestisida pada bekas luka
bertujuan agar tanaman paprika terhindar dari serangan penyakit yang dapat
masuk lewat luka tersebut.
Botani Tomat
Tanaman tomat termasuk ke dalam kelas Dicotyledonae, ordo Solanales,
famili Solanaceae dan genus Solanum. Tanaman tomat (Lycopersicon esculentum)
7
merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Selatan (Opena dan Van Der
Vossen, 1994). Tanaman tomat yang dibudidayakan di Indonesia, khususnya di
PT JORO benihnya dihasilkan di Indonesia. Varietas yang biasa digunakan oleh
PT JORO diantaranya ialah Marta dan Warani.
Tanaman tomat merupakan tanaman herbaceous semusim dengan tinggi
hingga 2 m atau lebih. Akar tomat sangat kuat dapat menembus tanah hingga
0.5 m atau lebih sehingga akar sering rusak saat di tempat persemaian. Tanaman
tomat memiliki batang padat dan diselimuti bulu kasar. Buah tomat memiliki
keanekaragaman bentuk, ukuran, warna dan rasa. Bentuk buah tomat ada yang
bulat, bulat telur, lonjong dan rata. Buah tomat memiliki diameter 2-15 cm,
berwarna hijau dan berambut halus ketika muda dan licin serta mengkilat dengan
warna merah, oranye dan kuning ketika matang (Opena dan Van Der Vossen,
1994).
Varietas yang ditanam dan teknologi yang digunakan pada budidaya
tanaman tomat mempengaruhi tingkat produktivitas tomat yang dihasilkan (Opena
dan Van Der Vossen, 1994). Klasifikasi yang digunakan untuk membedakan
tomat diantaranya berdasarkan kebiasaan tumbuh (indeterminate, semi-
indeterminate dan determinate), berdasarkan ukuran buah (bulat kecil (cherry
30 g; money-maker 80 g), bulat sedang hingga besar (120-150 g), beefstek dan
ribbed( diatas 200 g)), berdasarkan bentuk buah (bulat, bulat telur, lonjong (san
marzano) atau rata (marmande)), berdasarkan warna (merah, merah muda,
oranye dan kuning) dan berdasarkan penggunaan (konsumsi langsung dan
prosesing) (Opena dan Van Der Vossen, 1994).
Syarat Tumbuh
Tomat membutuhkan iklim yang dingin dan kering untuk hasil panen yang
tinggi dan kualitas yang baik, akan tetapi tanaman ini cukup adaptif pada berbagai
kondisi iklim. Temperatur yang optimum untuk pertumbuhan dan perkembangan
tanaman tomat adalah pada suhu 21-24 C, jika ditanam dibawah suhu 12 C dapat
menyebabkan chilling injury. Tanaman tomat jika ditanam diatas 27 C
menyebabkan pertumbuhan tanaman dan buah terhambat. Kerusakan serbuk sari
dan sel telur terjadi ketika temperatur harian mencapai 38 C. Tomat dapat
8
tumbuh pada banyak tipe tanah dari lempung berpasir hingga tanah liat
berlempung yang kaya akan bahan organik. Tingkat keasaman yang ideal pada
rentang 6-6.5 (Opena dan Van Der Vossen, 1994).
Pemeliharaan
Tanaman tomat yang banyak dibudidayakan di dalam greenhouse adalah
tipe tanaman indeterminate yang akan tumbuh terus membentuk cabang dan daun
baru. Tanaman tomat dipelihara dengan hanya menyisakan satu cabang utama
dengan jarak dalam barisan 50 cm (dua tanaman per polybag). Pemangkasan tunas
autotrof pada ketiak daun dilakukan untuk tetap menjaga jumlah batang per
tanaman tetap satu. Penjarangan buah 2-4 buah per tangkai dilakukan pada saat
buah baru terbentuk. Penjarangan buah tomat dilakukan untuk mengurangi
kelembaban yang dapat mengundang hama dan penyakit tanaman, menaikkan
bobot buah per tanaman dan mengurangi beban tanaman.
Buah merupakan bagian tanaman yang paling banyak menyimpan hasil
fotosintesis. Jumlah buah yang terlalu banyak menyebabkan bagian tanaman yang
lain (daun dan batang) kekurangan hasil fotosintesis sehingga pucuk tanaman
menjadi kurus, pertumbuhan vegetatif tanaman lambat, ukuran buah kecil serta
gugurnya bunga (Puslitbanghort, 2008).
Pemanenan
Tomat untuk konsumsi umumnya dipanen saat buah masih hijau dan
matang dalam perjalanan atau dalam penyimpanan sebelum dipasarkan. Tomat
yang dipanen pada saat buah masih hijau cenderung memiliki kualitas yang
rendah dibandingkan dengan tomat yang matang sempurna di pohon. Tomat
prosesing dipanen pada saat buah hampir matang sempurna yaitu sekitar 85 %
tingkat kematangannya. Di beberapa negara berkembang proses pemanenan tomat
dilakukan menggunakan mesin. Hanya sekitar 65 % saja dari populasi tanaman
tomat yang dapat dipanen tiap panen. Beberapa petani menyemprotkan ethepon
untuk mempercepat laju kematangan tomat (Opena dan Van Der Vossen, 1994).