71
Skripsi Studi Selektivitas Interaksi Senyawa Turunan Maleimida dan PRIMA-1 Terhadap Protein p53 yang Termutasi pada Residu 273 Disusun oleh : Nur Mujahidah Mardhiyah ( M0302036) Disusun dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Sains Kimia JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009

Studi Selektivitas Interaksi Senyawa Turunan Maleimida dan .../Studi-Se...Teknik yang digunakan untuk mempelajari selektivitas senyawa reaktivator p53 adalah studi teoritis dengan

  • Upload
    lyanh

  • View
    218

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Studi Selektivitas Interaksi Senyawa Turunan Maleimida dan .../Studi-Se...Teknik yang digunakan untuk mempelajari selektivitas senyawa reaktivator p53 adalah studi teoritis dengan

Skripsi

Studi Selektivitas Interaksi Senyawa Turunan Maleimida dan PRIMA-1 Terhadap Protein p53

yang Termutasi pada Residu 273

Disusun oleh :

Nur Mujahidah Mardhiyah ( M0302036)

Disusun dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Sains Kimia

JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2009

Page 2: Studi Selektivitas Interaksi Senyawa Turunan Maleimida dan .../Studi-Se...Teknik yang digunakan untuk mempelajari selektivitas senyawa reaktivator p53 adalah studi teoritis dengan

ii

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi ini dibimbing oleh :

Pembimbing I

Dr. rer.nat Fajar Rakhman Wibowo, M.Si

NIP 132 258 067

Pembimbing II

Venty Suryanti, M.Phil

NIP 132 162 026

Dipertahankan didepan TIM Penguji Skripsi pada :

Hari : Rabu

Tanggal : 28 januari 2009

Anggota TIM Penguji :

1. Prof. Dra. Neng Sri Suharty, M.S, Ph.D

NIP. 130 902 529

2. Yuniawan Hidayat, M.Si

NIP. 132 308 802

1. ………………………………

2. ………………………………

Disahkan oleh

Jurusan Kimia

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Ketua Jurusan Kimia,

Drs. Sentot Budi Rahardjo, Ph.D

NIP. 131 570 162

Page 3: Studi Selektivitas Interaksi Senyawa Turunan Maleimida dan .../Studi-Se...Teknik yang digunakan untuk mempelajari selektivitas senyawa reaktivator p53 adalah studi teoritis dengan

iii

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “STUDI

SELEKTIFITAS SENYAWA TURUNAN MALEIMIDA dan PRIMA-1

TERHADAP PROTEIN p53 TERMUTASI PADA RESIDU 273” ini adalah

benar-benar karya saya sendiri yang disusun untuk memenuhi sebagian syarat

dalam memperoleh gelar kesarjanaan di perguruan tinggi, dan sepanjang

pengetahuan saya tidak terdapat kerja atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan

oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan

dalam daftar pustaka.

Surakarta, Januari 2009

Nur Mujahidah M

Page 4: Studi Selektivitas Interaksi Senyawa Turunan Maleimida dan .../Studi-Se...Teknik yang digunakan untuk mempelajari selektivitas senyawa reaktivator p53 adalah studi teoritis dengan

iv

ABSTRAK Nur Mujahidah M. 2008.” STUDI SELEKTIVITAS SENYAWA TURUNAN MALEIMIDA DAN PRIMA-1 TERHADAP P53 TER MUTASI PADA RESIDU 273”. Skripsi. Jurusan Kimia. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret Protein p53 akan menginduksi terjadinya apoptosis ketika terjadi kegagalan perbaikan sel atau DNA yang rusak. Mutasi pada p53 membuat induksi apoptosis tidak berjalan sehingga berpotensi terjadinya kanker. Mutasi p53 pada residu 273 dapat menyertai kerusakan DNA yang menyebabkan terjadinya kanker paru-paru, usus, dan payudara. Mutan p53 dapat dikembalikan fungsinya melalui reaktivasi p53. Potensi penyembuhan kanker melalui reaktivasi p53 memerlukan reaktivator yang selektif. Untuk mengetahui reaktivator p53 yang selektif dilakukan studi selektivitas senyawa reaktivator p53 terhadap mutasi p53 pada residu 273. Teknik yang digunakan untuk mempelajari selektivitas senyawa reaktivator p53 adalah studi teoritis dengan metode docking. Senyawa reaktivator p53 yang digunakan adalah turunan maleimida (MIRA: mutant-p53-dependent induction of rapid apoptosis) dan PRIMA-1 (p53 Reaktivation and Induction of massive Apoptosis). Tujuan dari studi ini adalah mengetahui interaksi spesifik senyawa reaktivator p53 dengan p53 termutasi residu 273. Hasil studi menunjukkan bahwa interaksi spesifik berada disekitar residu 273 yang termutasi. Interaksi spesifik yang terjadi dapat menunjukkan potensi reaktivasi p53 termutasi. Dari hasil studi ini PRIMA-1 memiliki interaksi spesifik yang berbeda dengan turunan maleimida, sehingga potensi untuk mereaktivasipun juga berbeda. Hasil studi ini sejalan dengan eksperimen Bykov dan kawan-kawan tentang kemampuan reaktivasi PRIMA-1 dan turunan Malaeimida terhadap berbagai mutan p53. Kata Kunci: Senyawa Reaktivator p53, Kanker, Apoptosis, p53, Residu 273, Docking

Page 5: Studi Selektivitas Interaksi Senyawa Turunan Maleimida dan .../Studi-Se...Teknik yang digunakan untuk mempelajari selektivitas senyawa reaktivator p53 adalah studi teoritis dengan

v

ABSTRACT

Nur Mujahidah Mardhiyah, 2009, “SELECTIVITY STUDY ON INTERACTION OF MALEIMIDA ANALOG AND PRIMA-1 AT PROTEIN P53 MUTATED 273 RESIDUE”. Thesis. Department of Chemistry. Mathematic and natural science. Sebelas Maret university.

Protein p53 will induce apoptosis when damage of DNA or cell failure to

repaired. Mutation p53 make p53 inacvtivate so that have potency of cancer. Mutated 273 residu which follow damage of DNA or cell have potency to occur lug, breast and colon cancer. Mutant p53 can be restorated its function through p53 reactivation. Reactivation it need reactivator p53 agent which selective. In order to understand its selectivity has done Selectivity Study on Interaction of p53 Reactivator at Mutated 273 Residue. Technique of this study is theoretical study with docking method. Reaktivator p53 agent represent Derivative of Maleimida (MIRA: mutant-p53-dependent induction rapid of apoptosis) and PRIMA-1 (p53 Reaktivation and Induction of Massive Apoptosis). Intention of this study is know specific interaction of p53 reaktivator agent at mutated 273 residue.

Result of study indicate that specific interaction around mutated 273 residue. Specific interaction can show potency mutant p53 reaktivation. Result of this study of PRIMA-1 has different specific interaction with Derivative of maleimida, so that potency for reactivation also differ. Result of this study in line with Bykov et al experiment about ability of PRIMA-1 reaktivate and Derivative of Malaeimida to various mutant p53

Page 6: Studi Selektivitas Interaksi Senyawa Turunan Maleimida dan .../Studi-Se...Teknik yang digunakan untuk mempelajari selektivitas senyawa reaktivator p53 adalah studi teoritis dengan

vi

Motto

Tiada kekayaan yang lebih utama dari pada akal Tiada kepapaan yang lebih menyedihkan dari pada kebodohan

Tiada warisan yang lebih baik dari pada pendidikan. (Ali Bin Abi Tholib)

I am only one, but I am still one. I can’t do everything, but still I can do

something. And Because I can’t do everything I will not refuse to do the something that I can do.

(Helen Keller)

Courage is going from failure to failure without losing enthuiasm (Winston Churchil)

Page 7: Studi Selektivitas Interaksi Senyawa Turunan Maleimida dan .../Studi-Se...Teknik yang digunakan untuk mempelajari selektivitas senyawa reaktivator p53 adalah studi teoritis dengan

vii

Persembahan Karya ini kupersembahkan tuk agama dan bangsaku

Abah dan Mak e yang selalu memberikan dukungan materiil dan spirituil. Adik-adikku Ifah dan Nisa yang selalu menguatkanku

Adik-adikku Miftah, Uli, Fatih yang lucu dan setia menemani kak nur Sahabatku Mutya N, Nila RF, Putri Palupi K Mutiara DNI,

Mukti Rahayu, Monique Anggun

Page 8: Studi Selektivitas Interaksi Senyawa Turunan Maleimida dan .../Studi-Se...Teknik yang digunakan untuk mempelajari selektivitas senyawa reaktivator p53 adalah studi teoritis dengan

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan

nikmat dan karunianya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan sebagai salah satu

syarat memperoleh gelar sarjana sains Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penyusunan skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya bimbingan,

dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan

ini penyusun menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Prof. Sutarno M.Sc., selaku dekan Fakultas MIPA Universitas Sebelas maret

Surakarta.

2. Drs. Sentot Budi Rahardjo, Ph.D., selaku ketua Jurusan Fakultas MIPA

Universitas Sebelas maret Surakarta.

3. Yuniawan Hidayat, M.Si., selaku Pembimbing Akademik, atas segala

bimbingan dan arahannya selama ini.

4. Dr.rer.nat. Fajar Rakhman Wibowo, M.Si., selaku dosen Pembimbing I atas

segala pengarahan dan bimbingannya pada penyusunan skripsi ini.

5. Venty Suryanti M Phil., selaku dosen Pembimbing II atas segala pengarahan

dan bimbingannya dalam penyusunan skripsi ini.

6. Bapak, Ibu dosen dan seluruh staf jurusan kimia serta semua pihak yang tidak

dapat kami sebutkan satu-persatu yang telah membantu penyusunan skripsi

ini.

Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang

membangun guna kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini

dapat memberi manfaat pada berbagai pihak.

Surakarta, Januari 2009

Nur Mujahidah M

Page 9: Studi Selektivitas Interaksi Senyawa Turunan Maleimida dan .../Studi-Se...Teknik yang digunakan untuk mempelajari selektivitas senyawa reaktivator p53 adalah studi teoritis dengan

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL……………………………………………………..i

HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………ii

SURAT PERNYATAAN.......……………………………………………iii

ABSTRAK...……………………………………………………………..iv

ABSTRACT...............................................................................................v

MOTTO .....................................................................................................vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................vii

KATA PENGANTAR ............................................................................ .viii

DAFTAR ISI ............................................................................................ix

DAFTAR TABEL..................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR................................................................................xii

DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................xiii

BAB I. PENDAHULUAN………………………………………………..1

A. LATAR BELAKANG..……………………………………….....1

B. IDENTIFIKASI MASALAH....………………………….……...3

C. BATASAN MASALAH.…………………………………....…. 3

D. RUMUSAN MASALAH………………………………….…....4

E. TUJUAN…………………………………………............…..... .5

F. MANFAAT...................................................................................5

BAB II. A. TINJAUAN PUSTAKA…………………………….….....…6

Kanker..................................………………………………………....6

Bunuh Diri Terprogram……………………………………………...7

p53 Tumor Supressor...........................................................................9

Struktur Protein dan Mutasi...............................................................11

Mutasi Residu 273 ..............................................................................12

Agen Reaktivator p53..........................................................................13

Docking ..............................................................................................16

Algoritma Lamarckian Genetik...........................................................17

Page 10: Studi Selektivitas Interaksi Senyawa Turunan Maleimida dan .../Studi-Se...Teknik yang digunakan untuk mempelajari selektivitas senyawa reaktivator p53 adalah studi teoritis dengan

x

B KERANGKA PEMIKIRAN…………………………..……..22

C HIPOTESIS……………………………………………….......23

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN …………………………………..24

A. TEMPAT DAN WAKTU ...............................................................24

B. ALAT DAN BAHAN .....................................................................24

C. PROSEDUR PENELITIAN ............................................................25

D. TEKNIK PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA ..................27 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................28 A .Pemetaan Interaksi Turunan Maleimida pada Protein p53...............28 B . Pemetaan Interaksi PRIMA-1 pada Makromolekul p53..................39 C. Pengaruh Struktur Ligan dan Jenis Mutasi .....................................43 BAB V . KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN ................................................................................44 B. SARAN ............................................................................................44

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................45 LAMPIRAN

Page 11: Studi Selektivitas Interaksi Senyawa Turunan Maleimida dan .../Studi-Se...Teknik yang digunakan untuk mempelajari selektivitas senyawa reaktivator p53 adalah studi teoritis dengan

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hasil Docking Lanjut Turuan Maleimida……………... ......... ..…......30

Tabel 2. Ringkasan Hasil Docking Turunan Maleimida pada Site Beda .............33

Tabel 3. Hasil Docking Lanjut PRIMA-1 pada Situs dengan Energi Terendah ..40

Page 12: Studi Selektivitas Interaksi Senyawa Turunan Maleimida dan .../Studi-Se...Teknik yang digunakan untuk mempelajari selektivitas senyawa reaktivator p53 adalah studi teoritis dengan

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Siklus Perkembangan Sel ........................................................... 7

Gambar 2. Interaksi p53 dengan DNA pada Domain inti .......................... 10

Gambar 3. Urutan spesifik (sequence-specific) protein p53......................... 10

Gambar 4. Mekanisme reaktivasi p53 dengan kemoterapi........................... 14

Gambar 5. Struktur Senyawa Reaktivator p53…………............................ 15

Gambar 6. Skematik docking molekul antara ligan dengan protein

target........................................................................................... 17

Gambar 7. Prinsip Genetik Algoritma. terjadinya crossover turunan yang

dihasilkan oleh parental 1 dan parental 2……………….......... 19

Gambar 8. Proses Perhitungan energi menggunakan LGA……………… 21

Gambar 9. Grid maps mencakup berbagai kemungkinan pergerakan atom

yang dipunyai oleh ligan............................................................. 26

Gambar10. Situs Terendah Turunan Maleimida pada p53.......................... 29

Gambar11. Perbandingan p53 normal manusia dan Tikus......................... 31

Gambar12. Peta interaksi site 6 MIRA-1 pada 2J20 ................................... 34

Gambar13. Peta interaksi MIRA-1 site 6 pada 2J20..................................... 36

Gambar14. Peta interaksi site 7 MIRA-2 pada 2BIM................................... 37

Gambar15. Peta interaksi site 8 MIRA-2 pada 2J20................................... 38

Gambar16. Pemetaan site Energi Terendah PRIMA-1 pada 1GZH.............. 39

Gambar17. Peta interaksi site 4 PRIMA-1 pada 2BIM ............................... 41

Gambar18. Peta interaksi site 4 PRIMA-1 pada 2J20............................ 42

Page 13: Studi Selektivitas Interaksi Senyawa Turunan Maleimida dan .../Studi-Se...Teknik yang digunakan untuk mempelajari selektivitas senyawa reaktivator p53 adalah studi teoritis dengan

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Interaksi ikatan hidrogen Situs beda Turunan Maleimida pada p53................................................................................. 47

Lampiran 2. Histogram hasil docking lanjut Turunan Maleimida pada situs beda .............................................................................. 50

Lampiran 3. Ikatan hidrogen pada 5 site terendah MIRA-1 terhadap 1GZH.................................................................................... 52

Lampiran 4. Gambar monomer p53 normal dan p53 termutasi pada manusia…………….................................... 54

Page 14: Studi Selektivitas Interaksi Senyawa Turunan Maleimida dan .../Studi-Se...Teknik yang digunakan untuk mempelajari selektivitas senyawa reaktivator p53 adalah studi teoritis dengan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kanker merupakan penyakit yang disebabkan oleh pembelahan sel yang

tidak terkendali serta mempunyai kemampuan untuk menjalar baik dengan dengan

pertumbuhan jaringan bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat

yang jauh (metastasis). Tiap kanker memberi gejala yang berbeda tergantung

pada lokasi, karakter keganasan dan adanya metastasis. Metastasis terjadi

karena sel-sel yang mengalami transformasi menjadi ganas sehingga memiliki

kemampuan untuk melakukan proliferasi ke lokasi-lokasi yang jauh di dalam

tubuh untuk mengkolonisasi berbagai organ tubuh.(Salmon & Sartorell., 1999)

Pengendalian pertumbuhan sel tidak lepas dari adanya gen tumor

suppressor, yang salah satunya dikenal dengan nama p53. Ketika terjadi

kerusakan DNA (deoxyribonucleic acid/asam deoksiribosanukleat) dan kerusakan

sel yang lain sebelum terjadinya replikasi maka dilakukan perbaikan, apabila

proses perbaikan gagal, protein p53 akan menginduksi terjadinya bunuh diri

terprogram (apoptosis). (Alberts et al., 2002).

Kemoterapi dapat mematikan sel-sel kanker, namun umumnya sel-sel

normal sulit dihindari tidak ikut rusak. Efek samping ini dapat direduksi dengan

target yang spesifik. Induksi apoptosis merupakan suatu target yang spesifik,

karena apoptosis hanya terjadi jika ada kerusakan DNA dan/atau sel yang lain,

sehingga hanya sel yang rusak saja yang mengalami bunuh diri terprogram

(apoptosis).

Kurang lebih 55% sel tumor manusia kehilangan fungsi p53 diakibatkan

oleh mutasi. Mutasi pada p53 sebagian besar terdapat pada bagian domain

intinya, ada enam titik yang sering termutasi (hot spots) yang terkait dengan

kanker manusia yaitu R175H, G245S, R248Q, R249S, R273H, dan R282W

(Hainaut & Hallstein., 2003). Hilangnya fungsi p53 menyebabkan kerusakan

DNA atau cacat sel lain yang tidak diikuti dengan penghentian replikasi.

Page 15: Studi Selektivitas Interaksi Senyawa Turunan Maleimida dan .../Studi-Se...Teknik yang digunakan untuk mempelajari selektivitas senyawa reaktivator p53 adalah studi teoritis dengan

2

Apoptosis tidak dapat berjalan meskipun terjadi kenaikan konsentrasi p53 (Bykov

et al., 2002a).

Menurut Bykov dkk (2002) penempelan ligan ataupun peptida pendek

dapat mengembalikan aktivitas p53. Beberapa penelitian untuk mengembalikan

fungsi p53 termutasi dengan molekul kecil telah dilakukan. Bukti-bukti

menunjukkan bahwa fungsi p53 dapat dikembalikan dengan mengatur konformasi

mutan p53 sehingga menyerupai wt (wild type) p53. Senyawa yang digunakan

dalam penelitian tersebut berbeda-beda antara lain PRIMA-1(p53 reactivation and

induction of massive apoptosis) (Bykov et al.,2002b), turunan maleimida, MIRA

(mutant–p53-dependent induction of rapid apoptosis) (Bykov et al.,2005) dan

beberapa peptida pendek spesifik (Issaeva et al.,2003). Namun demikian,

permasalahan sitotoksisitas dan farmakokinetik masih menjadi kendala bagi

penggunaan senyawa ini secara klinis serta dalam penelitian ini belum bisa

menjelaskan mekanisme restorasi p53 termutasi.

Pemahaman tentang interaksi spesifik antara ligan dan p53 akan

memberikan sumbangan yang cukup besar dalam pengembangan obat anti-kanker.

Informasi tentang interaksi spesifik ini dapat ditelusuri dengan menggunakan

teknik pemodelan molekuler menggunakan bantuan komputer.

Permasalahan interaksi spesifik tersebut dapat diselesaikan dengan

melihat kemungkinan-kemungkinan interaksi antara ligan dengan makromolekul.

Cara yang dilakukan yakni dengan menempatkan ligan pada makromolekul secara

sistematik yang dikenal dengan metode docking. Metode docking merupakan

sebuah studi untuk memprediksikan struktur dari suatu komplek yang terbentuk

antara dua atau lebih molekul serta proses interaksi yang terjadi.(Kaapru &

Ojanen, 2002).

Hasil penelitian secara eksperimen oleh Bykov dkk 2002, PRIMA-1

memiliki potensi untuk merestorasi p53 termutasi pada asam amino penyusun

polipeptida urutan ke 273 (residu 273), sedang senyawa turunan maleimida

kurang berpotensi untuk merestorasi mutan p53 residu 273. Namun pada

eksprimen Bykov tentang kemampuan PRIMA-1 dan turunan maleimida

merestorasi p53 termutasi belum diketahui interaksi yang terjadi. Dalam

Page 16: Studi Selektivitas Interaksi Senyawa Turunan Maleimida dan .../Studi-Se...Teknik yang digunakan untuk mempelajari selektivitas senyawa reaktivator p53 adalah studi teoritis dengan

3

penelitian ini dilakukan studi untuk mempelajari interaksi ligan-ligan yang telah

terbukti dapat merestorasi mutan p53 terhadap p53 yang termutasi residu 273

dengan metode docking sehingga dapat diketahui ligan mana yang selektif

terhadap p53 termutasi residu 273.

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Pada umumnya kemoterapi selain merusak sel-sel kanker kerusakan sel-

sel normal sulit dihindari. Maka pengobatan kanker secara kemoterapi harus

diteliti lebih lanjut. Eksperimen Bykov dkk telah membuktikan bahwa PRIMA-1

dan Turunan Maleimida mampu merestorasi fungsi p53 termutasi, hasil

eksperimen Issaeva dkk juga membuktikan bahwa peptida pendek mampu

merestorasi p53 termutasi. Perbedaan kemampuan restorasi obat kanker satu

dengan yang lain belum sepenuhnya diketahui pengaruhnya terhadap p53

termutasi pada residu yang sama. Terutama masalah interaksi yang terjadi

antara obat kanker terhadap p53 termutasi. Ada beberapa teknik yang digunakan

untuk mengetahui kemampuan restorasi obat kanker, yaitu dengan eksperimen

dan/atau teoritis. Teknik yang sering dipakai dalam studi teoritis adalah docking.

Beberapa program yang sering dipakai untuk proses docking adalah Autodock,

Dock serta FlexX.

Hasil eksperimen Bykov menunjukkan bahwa PRIMA-1 memiliki potensi

untuk merestorasi p53 termutasi residu 273 sehingga dapat berinteraksi kembali

dengan DNA, sedang MIRA, turunan maleimida memiliki potensi lebih rendah

dari pada PRIMA-1. Hasil eksperimen ini belum diketahui interaksi spesifik yang

terjadi antara ligan dengan makromolekul. Interaksi spesifik tersebut dapat dilihat

bagaimana posisi penempelan (Binding site) ligan terhadap p53 termutasi residu

273, serta interaksi-interaksi yang terjadi pada situs tersebut (binding mode),

seperti apa pengaruhnya terhadap restorasi p53 termutasi residu 273.

Page 17: Studi Selektivitas Interaksi Senyawa Turunan Maleimida dan .../Studi-Se...Teknik yang digunakan untuk mempelajari selektivitas senyawa reaktivator p53 adalah studi teoritis dengan

4

C. BATASAN MASALAH

Senyawa–senyawa yang telah diteliti secara eksperimen berpotensi untuk

merestorasi mutan p53 antara lain PRIMA-1 (Bykov et al.,2002b), turunan

maleimida, MIRA (Bykov et al.,2005) dan beberapa peptida pendek spesifik

(Issaeva et al.,2003). Proses pengembalian fungsi p53 melalui pengembalian

konformasi domain inti dari p53 termutasi memerlukan interaksi spesifik antara

ligan dan p53 termutasi. Namun interaksi spesifik yang dimaksud belum dapat

dilihat dari struktur senyawa yang telah terbukti dapat mengembalikan fungsi p53

Interaksi spesifik dapat dilihat dengan cara menempatkan ligan pada

makromolekul secara sistematis yang dikenal dengan metode docking (Morris et

al.,1998). Program docking yang digunakan dalam studi ini adalah Autodock,

pada program Autodock tersedia beberapa algoritma untuk proses perhitungan

antara lain Simulated annealing, Local search, algoritma genetik dan Algoitma

Lamarckian genetik. Dalam studi selektitas senyawa reaktivator p53 terhadap p53

termutasi residu 273 dibatasi pada:

1 Senyawa reaktivator p53 yang digunakan adalah PRIMA –1 serta Turunan

Maleimida (MIRA-1, MIRA-2, MIRA-3 ). Struktur senyawa ini digambar

dengan program molden kemudian dioptimasi terlebih dahulu dengan metode

ab initio pada level teori HF dan Basis set 6-31G*

2 Makromolekul yang diteliti adalah p53 termutasi dengan Residu R273H

(kode pdb: 2BIM), R273C (Kode pdb:2J20), wt p53 pada manusia (kode pdb:

1GZH) dan wt p53 pada tikus (kode pdb: 2IOO). Makromalekul ini dibuat

rigid

3 Proses Docking yang dilakukan dengan program Autodock 3.0 menggunakan

metode Lamarckian-Genetic Algorithm.

Page 18: Studi Selektivitas Interaksi Senyawa Turunan Maleimida dan .../Studi-Se...Teknik yang digunakan untuk mempelajari selektivitas senyawa reaktivator p53 adalah studi teoritis dengan

5

D. RUMUSAN MASALAH

1 Bagaimana interaksi PRIMA–1 dan Turunan Maleimida (MIRA-1,

MIRA-2, MIRA-3) terhadap makromolekul p53.

2 Apa pengaruh jenis mutasi residu 273 terhadap interaksi ligan dan makromolekul .

3 Ligan mana yang selektif terhadap p53 termutasi R273H dan/atau p53

termutasi R273C.

E. TUJUAN

1. Mengetahui interaksi PRIMA–1, Turunan Maleimida (MIRA-1, MIRA-2,

MIRA-3) dengan makromolekul p53.

2. Mengetahui pengaruh jenis mutasi residu 273 terhadap interaksi ligan dan makromolekul

3. Mengetahui ligan mana yang selektif terhadap p53 termutasi R273H dan/atau

R273C

F. MANFAAT

1. Teoritis: Memberi informasi tentang ligan mana yang selektif terhadap mutan

p53 pada residu 273

2. Praktis: Memberi sumbangan informasi pada dunia kesehatan terutama

masalah kemoterapi.

Page 19: Studi Selektivitas Interaksi Senyawa Turunan Maleimida dan .../Studi-Se...Teknik yang digunakan untuk mempelajari selektivitas senyawa reaktivator p53 adalah studi teoritis dengan

6

BAB II

LANDASAN TEORI

A. TINJAUAN PUSTAKA

Kanker

Karsinoma atau kanker merupakan penyakit sel yang berasal dari sel

normal dalam tubuh yang mengalami transformasi menjadi abnormal dan

mengalami perkembangan yang tak terkendali. Proses transformasi ini terjadi

karena mutasi spontan atau induksi karsinogen. Pengaruh paparan karsinogen

menyebabkan terjadinya kerusakan mekanisme pengaturan dasar perilaku sel,

khususnya mekanisme pertumbuhan dan differensiasi sel yang diatur oleh gen

(Maliya, 2004).

Kerusakan mekanisme pengaturan dasar perilaku sel menyebabkan

terjadinya proliferasi (pembelahan sel yang serupa) secara berlebihan dan

membentuk tumor lokal. Tumor lokal ini mempunyai kemampuan untuk

menekan dan menginvasi struktur normal yang ada di sekitarnya. Sel-sel abnormal

yang terbentuk mempunyai kemampuan untuk melakukan proliferasi ulang ke

lokasi-lokasi yang jauh di dalam tubuh untuk mengkolonisasi berbagai organ

tubuh, proses ini disebut metastasis. Proses invasif dan metastasis serta

serangkaian abnormalitas metabolisme yang disebabkan oleh kanker

menyebabkan penyakit dan pada akhirnya menyebabkan kematian pasien, kecuali

jika neoplasma itu dapat diberantas dengan pengobatan (Salmon &

Sartorelli,1999).

Pada awal pengetahuan para ahli hanya terbatas pada pengertian bahwa

sifat yang membahayakan dari sel kanker adalah dapat tumbuh dan menyebar

secara tidak terkendali. Khasiat suatu obat hanya dilihat dari dapat tidaknya

menghambat pembelahan sel, atau menginjeksi senyawa kimia tersebut pada sel

kanker dan mengamati terjadi penciutan. Ternyata beberapa senyawa yang

menyerang sel kanker juga dapat merusak jaringan sehat, sehingga terjadi efek

samping yang membahayakan kesehatan penderita.

Page 20: Studi Selektivitas Interaksi Senyawa Turunan Maleimida dan .../Studi-Se...Teknik yang digunakan untuk mempelajari selektivitas senyawa reaktivator p53 adalah studi teoritis dengan

7

Dewasa ini, kelainan atau kerusakan secara molekular yang mengubah sel

normal menjadi sel ganas mulai jelas. Beberapa kelainan disebabkan oleh

terjadinya mutasi pada kunci utama dari gen yang bertanggung jawab dalam

reproduksi sel. Mutasi tersebut mengubah kuantitas atau sifat protein yang dikode

oleh gen pengatur tumbuh dan selanjutnya menganggu fungsi kontrol pembelahan

sel (Sofyan, 2000).

Pemahaman tentang perkembangan sel kanker berhubungan dengan

mekanisme terjadinya proliferasi dan diferensiasi (perubahan sifat sel) dalam

sebuah siklus sel. Terdapat tiga kelompok sel yang berperan penting dalam siklus

sel yaitu terdiri dari kelompok sel yang aktif melakukan proliferasi, kelompok sel

yang selalu berdiferensiasi serta kelompok sel yang aktif berproliferasi yang

dapat masuk dalam siklus sel dengan stimulasi khusus (Karsono, 2006).

Bunuh Diri Terprogram

Dalam siklus sel (Gambar 1) pengaturan sel pada tahap G1/S memegang

peran penting, fase G1 (Fase paska mitosis) adalah fase terjadinya pemeriksaan

dalam siklus sel, jika DNA mengalami kerusakan DNA maka siklus akan

dihambat dan dilakukan kerusakan terhadap sel-sel tersebut, jika kerusakan tidak

dapat diperbaiki maka akan dilakukan bunuh diri terprogram (kresno,2002)

Gambar 1. Siklus perkembangan sel, proses cek poin berlangsung selama fase G1 dan G2. Fase S merupakan fase pembentukan RNA dan protein lain yang diperlukan (Mitchison, 1997)

Page 21: Studi Selektivitas Interaksi Senyawa Turunan Maleimida dan .../Studi-Se...Teknik yang digunakan untuk mempelajari selektivitas senyawa reaktivator p53 adalah studi teoritis dengan

8

Ghobrial et al (2005) menyatakan bahwa ada dua mekanisme utama

pembunuhan sel yaitu necrosis dan apoptosis. Pada necrosis pembunuhan sel

dilakukan oleh external injury sehingga necrosis merupakan program

pembunuhan sel yang independen. Necrosis merupakan rute alternatif untuk mati

yang sama-sama efisiennya dengan apoptosis dan dapat berfungsi sebagai

mekanisme cadangan atau sebagai tipe utama program bunuh diri sel. Sedang

apoptosis merupakan peristiwa bunuh diri sel yang dirangsang oleh internal diri

sel sendiri atau eksternal yaitu jaringan di sekelilingnya.

Menurut Ghobrial et al (2005) bunuh diri terprogram sel merupakan

mekanisme kontrol umum yang dilakukan sel–sel mati ketika DNA tidak dapat

diperbaiki. Bunuh diri terprogram merupakan salah satu mekanisme pengendalian

pertumbuhan sel yang biasa dikenal sebagai apoptosis. Pemahaman terhadap

proses apoptosis memberi dasar untuk kemoterapi melalui induksi kematian sel

kanker (Ghobrial et al., 2005). Proses apoptosis dapat terjadi melalui beberapa

jalur. Salah satunya mempunyai kaitan erat dengan kanker adalah melalui

induksi apoptosis oleh protein p53. Protein p53 merespon kerusakan DNA atau

stress sel yang lain dengan menghambat siklus sel atau menginduksi apoptosis

(Albert et al., 2002). Pada sel kanker mekanisme ini tidak bekerja secara normal.

Sejak awal tahun 1990an penelitian mengenai apoptosis berkembang

pesat (Capaulade et al.,2001;Yu Jian & Zhang Lin.,2005). Proses apoptosis yang

tidak sempurna dapat mengakibatkan timbul penyakit, apoptosis dalam jumlah

besar akan menyembuhkan penyakit sedang dalam jumlah kecil atau sedikit akan

menyebabkan kanker. Apoptosis dapat terjadi secara instan ketika suatu sel

mengalami kerusakan melebihi yang diperbaiki, atau adanya infeksi oleh virus.

Bila kemampuan sel yang mengalami apoptosis mengalami kerusakan misalnya

mutasi atau jika inisiator apoptosis terhalang oleh virus maka sel akan rusak dan

membelah terus menerus tanpa batas dan akan tumbuh menjadi kanker.

Page 22: Studi Selektivitas Interaksi Senyawa Turunan Maleimida dan .../Studi-Se...Teknik yang digunakan untuk mempelajari selektivitas senyawa reaktivator p53 adalah studi teoritis dengan

9

p53 Tumor Supressor

Protein yang berperan penting dalam proses pengecekan agar sel dapat

memasuki fase S adalah gen tumor suppressor, gen tumor supressor yang

pertama kali ditemukan adalah pRb pada retino blastoma manusia, meskipun pada

akhirnya pRb menyebabkan tumor tetap bertahan ada. Tumor supressor yang

cukup penting adalah p53 tumor supressor.

Protein p53 (gambar 2) memainkan peran penting di dalam proses seluler

(Lane.,1992; Levine.,1993), p53 berperan sebagai aktivator transkripsi dari

sejumlah kerusakan DNA .

Tumor Supressor memiliki fungsi antara lain:

1. Menekan gen-gen essensial untuk melanjutkan siklus sel. Bila gen tidak

nampak maka siklus sel tidak berlanjut, sehingga menghambat pembelahan

sel.

2. Berpasangan dengan DNA yang rusak. Selama DNA rusak di dalam sel maka

dia akan mengalami pembelahan. Setelah kerusakan diperbaiki, siklus sel

diteruskan.

3. Merangsang inisiasi sel untuk mengalami apoptosis, ketika kerusakan tidak

dapat diperbaiki, maka sel harus diinisiasi untuk mengalami apoptosis agar

menciptakan kondisi yang lebih baik di dalam organisme.

4. Mencegah penyebaran tumor, beberapa sel terlibat dalam penempelan sel

tumor untuk mencegah penyebaran, dan menghalangi kehilangan kontak

dengan penghambat serta menghambat metastasis.

Page 23: Studi Selektivitas Interaksi Senyawa Turunan Maleimida dan .../Studi-Se...Teknik yang digunakan untuk mempelajari selektivitas senyawa reaktivator p53 adalah studi teoritis dengan

10

Gambar 2. Interaksi p53 dengan DNA. Asam amino Arg 273 berinteraksi langsung pada groove mayor DNA sementara itu Arg 248 berinteraksi pada groove minor DNA. Interaksi ini secara struktural distabilkan oleh 4 residu utama yakni Arg 175, Gly 245, Arg 249 dan Arg 282. Visualisasi menggunakan perangkat lunak chimera (Pettersen et al., 2004) dengan kode protein p53 1TSR.

Protein p53 merupakan faktor transkripsi yang mengatur siklus sel

sehingga berfungsi sebagai tumor supressor. Pada manusia p53 berlokasi di

kromosom 17 dan p53 terdiri dari rantai asam amino panjang (393 asam amino)

yang terbagi 4 domain (gambar 3) yaitu : N-terminal Transcription –Activation

Domain (TAD), sebagai pengaktif transkripsi, terdapat pada residu 1-44. Pusat

DNA Binding Core Domain (DBD) yang berisi l seng dan residu asam amino

yang berawal dari residu 102-292. C-terminal homo Oligomeration Domain

(OD). Bertanggung jawab terhadap proses tetramerisasi yang berpengaruh pada

peningkatan aktivitas p53 in vivo, yaitu pada residu 320-356. Dan domain

regulator yang terdiri dari residu 356-393. (Zhao et al., 2001)

Gambar 3. urutan spesifik protein p53. Domain inti merupakan bagian yang

berhubungan langsung dengan DNA (Bai dan Zhu, 2006)

Page 24: Studi Selektivitas Interaksi Senyawa Turunan Maleimida dan .../Studi-Se...Teknik yang digunakan untuk mempelajari selektivitas senyawa reaktivator p53 adalah studi teoritis dengan

11

Protein p53 berikatan secara tetramer merespon elemen-elemen melalui

urutan– spesifik– Interaksi DNA domain inti yang terbentang dari residu asam

amino 96-308 (Pavletich et al.,1993). Hollstein dan kawan-kawan (1991) studi

dari tumor yang berhubungan dengan p53 termutasi memperlihatkan tidak

efektifnya kemampuan p53 dalam merespon residu-residu urutan–spesifik–

Interaksi DNA domain inti sehingga tidak dapat aktif melakukan proses

transkripsi

Kira-kira 50% dari penyakit kanker yang diderita manusia dipengaruhi

oleh kegagalan dari fungsi p53 (William Kaelin, 1999), p53 merupakan protein

labil yang terdiri dari lipatan dan wilayah tidak berstruktur dimana fungsinya

dalam sinergisitas gaya. Hilangnya fungsi p53 yang diakibatkan karena terjadinya

mutasi sebagian besar terjadi pada domain inti (DNA-Binding) (Pavletich et al.,

1993). Kebanyakan dari mutasi ini merusak kemampuan protein untuk berikatan

dengan target pada DNA pasangannya, dan mencegah aktivitas transkripsi dari

gen ini.

Protein p53 memiliki fungsi atau kegunaan dalam mekanisme kanker

antara lain

1 Mengaktifkan protein untuk memperbaiki DNA ketika DNA mengalami

kerusakan.

2 Mempertahankan siklus sel pada pengaturan G1/S perbaikan kembali DNA

yang rusak.

3 Menginisiasi apoptosis, bunuh diri terprogram, jika kerusakan DNA tidak

dapat diperbaiki.

Struktur Protein dan Mutasi

Struktur protein tersusun atas 4 tingkatan struktur, yaitu struktur primer,

sekunder, tersier serta struktur kuartener. Struktur primer protein ditentukan oleh

ikatan kovalen C karbonil dengan N antara residu asam amino yang berurutan

membentuk ikatan peptida. Urutan, macam, jumlah asam amino yang membentuk

rantai peptida merupakan struktur primer protein. Struktur sekunder protein

terjadi karena ikatan hidrogen pada backbonenya, ikatan hidrogen dalam satu

Page 25: Studi Selektivitas Interaksi Senyawa Turunan Maleimida dan .../Studi-Se...Teknik yang digunakan untuk mempelajari selektivitas senyawa reaktivator p53 adalah studi teoritis dengan

12

rantai polipeptida memungkinkan terbentuknya konformasi spiral yang disebut

struktur heliks. Bila ikatan hidogen tersebut terjadi antara dua rantai polipeptida

maka akan membentuk rantai paralel dengan bentuk berkelok-kelok yang disebut

β sheet (lembaran β). Struktur tersier protein terbentuk karena terjadi pelipatan

(folding) rantai α heliks maupun β sheet. Kemantapan struktur tersier disebabkan

oleh ikatan disulfida serta ikatan non kovalen yang menunjang terjadinya

pelipatan. Ikatan non kovalen yang terjadi antara gugus rantai samping

polipeptida terdiri dari ikatan hidrogen antar peptida, ikatan hidrogen rantai

samping, ikatan elektrostatik, interaksi hidrofob serta ikatan van der walls.

(Lehninger,1970)

Mutasi pada protein bisa akan membuat sruktur primer berubah, tetapi

struktur sekunder dan tersier belum tentu berubah tergantung dari mutasi dan

posisi residu yang termutasi. Mutasi dapat mengubah struktur sekunder dan

tersier jika perbedaan rantai yang termutasi cukup signifikan, contoh: glisin yang

tersubtitusi oleh tirosin yang memiliki rantai samping relatif lebih besar akan

membuat struktur sekunder dan/atau struktur tersier protein tersebut berubah.

Mutasi pada residu yang menjaga stabilitas struktur dengan energi destabilisasi

struktur lebih dari 3 kkal/mol akan menyebabkan pembukaan lipatan protein

secara luas pada suhu tubuh sehingga struktur tersier akan berubah. (Joerger et

al., 2005).

Mutasi residu 273

Hilangnya fungsi protein p53 diakibatkan oleh mutasi 90% terjadi pada

Domain inti, dari 90 % tersebut 40% mutasi terjadi pada residu-residu yang

terkait dengan kanker yang dikenal dengan sebutan hot spots (Wang et al ,1999).

Menurut Hainaut dan Hollstein (2000) enam hot spots yang sering terkait dengan

kanker pada manusia adalah R175.G245, R248, R249, R273 dan R282.

Mutasi pada p53 domain inti akan menurunkan kemampuan protein p53 untuk

dapat berinteraksi dengan targetnya pada DNA pasangannya, sehingga aktivitas

transkripsi jadi terganggu.

Residu 273 merupakan residu yang kontak lansung dengan DNA, menurut

Joerger dan kawan-kawan (2006) residu 273 merupakan residu yang berinteraksi

Page 26: Studi Selektivitas Interaksi Senyawa Turunan Maleimida dan .../Studi-Se...Teknik yang digunakan untuk mempelajari selektivitas senyawa reaktivator p53 adalah studi teoritis dengan

13

dengan DNA pada major groove. Pada p53 normal residu 273 merupakan

senyawa arginin yang memiliki gugus guanidin, muatan positif gugus guanidium

residu R273 berinteraksi dengan muatan negatif kerangka phospat pada DNA.

Selain itu R273 juga membentuk jembatan garam dengan gugus karboksilat

residu D281 pada heliks C-terminal (Joerger et al.,2005). Ketika Arginin residu

273 tersubtitusi oleh histidin maupun sistein maka gugus guanidin akan

tergantikan oleh gugus imidazol pada histidin atau gugus thiol pada sistein.

Gugus thiol maupun gugus imidazol relatif lebih pendek dibanding gugus

guanidin sehingga interaksi dengan DNA makin melemah dan cenderung akan

kehilangan kontak langsung dengan DNA.

Agen reaktivator p53

Pendekatan dalam pencegahan kanker yang biasa dilakukan antara lain

dengan: pencegahan interaksi dengan agen penyebab kanker, meningkatkan

mekanisme pertahanan terhadap kanker, modifikasi gaya hidup dan pencegahan

dengan bahan kimia (Murray.,1998). Terapi dengan mengunakan bahan kimia

atau yang dikenal dengan kemoterapi merupakan salah satu pendekatan yang

sering dipakai. Dalam hal ini efek samping dari terapi dapat dihindari dengan

target obat yang bersifat spesifik. Berdasarkan perbedaan kontrol pertumbuhan

pada sel kanker dengan sel normal, mekanisme kontrol pertumbuhan melalui

proses apoptosis sebagaimana gambar 4 merupakan target terapi yang

menjanjikan (Wang et al., 2003).

Page 27: Studi Selektivitas Interaksi Senyawa Turunan Maleimida dan .../Studi-Se...Teknik yang digunakan untuk mempelajari selektivitas senyawa reaktivator p53 adalah studi teoritis dengan

14

Gambar 4. Mekanisme reaktivasi p53 dengan kemoterapi, mutan p53 yang direaktivasi diharapkan dapat menginduksi terjadinya kematian sel dengan jalur apoptosis (Bykov et al., 2007).

Senyawa kemoterapi kanker pada umumnya merupakan senyawa hasil

alam atau analognya dari hasil sintesis (Sun et al., 2004). Bahan alam seperti

retinoid, polifenol dan vaniloid dapat menstimulasi apoptosis per-maglinan sel

secara in vitro dan in vivo.

Proses pengembalian fungsi p53 melalui pengembalian konfomer domain

inti dari p53 termutasi dengan molekul kecil telah dilakukan. Bukti-bukti

menunjukkan bahwa fungsi p53 dapat dikembalikan dengan mengatur konfomasi

mutan p53 sehingga menyerupai wild-type p53, senyawa yang digunakan antara

lain PRIMA–1 oleh Bykov dan kawan-kawan (2002), dan pada tahun 2005 Bykov

dkk mengunakan turunan maleimida (MIRA-1,MIRA-2 dan MIRA-3), CP-31398

oleh Wang dkk pada tahun 2003.

PRIMA-1 (gambar 5) telah diketahui dapat menghambat pertumbuhan tipe

tumor melalui jalur yang bergantung pada p53, turunan maleimida (gambar 5)

MIRA-1(1-propoksimetil-maleimida), MIRA-2 (1-hidroksimetil-maleimida),

MIRA-3 (1-etoksimetil-maleimida) mempunyai fungsi serupa dengan PRIMA–1

(2,2-bis(hidroksimetil)-1-aza bisiklo [2,2,2] oktan-3-one) karena sama-sama

memiliki gugus pendonor elektron yang akan berinteraksi dengan residu-residu

pada protein targetnya. Permasalahan sitotoksisitas dan farmakolinetik masih

Page 28: Studi Selektivitas Interaksi Senyawa Turunan Maleimida dan .../Studi-Se...Teknik yang digunakan untuk mempelajari selektivitas senyawa reaktivator p53 adalah studi teoritis dengan

15

menjadi masalah bagi pengunaan senyawa-senyawa tersebut secara klinis.

Struktur senyawa tersebut tidak menunjukkan kemiripan yang tinggi, sehingga

untuk merancang suatu senyawa baru diperlukan informasi lebih dari kemiripan

struktur. Melalui penelitian dengan metode docking diharapkan memperoleh

informasi yang dapat digunakan untuk mempermudah proses penemuan senyawa

yang dapat digunakan untuk terapi kanker secara spesifik.

Gambar 5 : Beberapa struktur senyawa reaktivator p53 yang terbukti secara

eksperimen dapat merestorasi fungsi p53. Turunan maleimida

dan PRIMA-1

N O

CH3

OO

O

MIRA-1

N

O

O

CH2OH

MIRA-2

MIRA-3

N

O

O

CH2OAcN

OH

OH

O

PRIMA

Page 29: Studi Selektivitas Interaksi Senyawa Turunan Maleimida dan .../Studi-Se...Teknik yang digunakan untuk mempelajari selektivitas senyawa reaktivator p53 adalah studi teoritis dengan

16

Docking

Aplikasi komputasi kimia salah satunya teknik docking yang

merupakan sebuah studi untuk memprediksi struktur 3 dimensi suatu kompleks

yang terbentuk antara suatu ligan dengan makromolekul, misalnya protein (Choi.,

2005). Menurut Teodore dan kawan-kawan (2000) docking mampu

memprediksikan kompleks ligan-protein dalam waktu yang cepat dan dengan

biaya yang relatif murah. Metode docking dilakukan dengan menempatkan ligan

secara sistematis pada situs aktif dari makromolekul (Morris et al., 1998)

Proses pengembalian fungsi p53 melalui pengembalian domain inti

dari p53 termutasi memerlukan interaksi spesifik antara molekul kecil dengan

makromolekul, problema interaksi spesifik dapat diselesaikan salah satunya

dengan melihat kemungkinan-kemungkinan interaksi antara molekul kecil

dengan makromolekul. Proses pencarian kemungkinan-kemungkinan interaksi

tersebut dilakukan dengan menempatkan molekul kecil pada makromolekul

secara sistematis yang dikenal dengan metode docking yang ditunjukkan oleh

gambar 6. Dengan metode ini upaya pencarian molekul baru dapat digunakan

untuk tujuan yang sama dapat dipercepat dan diturunkan biayanya.

Interaksi yang terjadi apabila suatu ligan ditempelkan pada suatu

makromolekul, akan mempengaruhi struktur 3 dimensinya, yang dipengaruhi oleh

adanya kontribusi interaksi elektrostatik, van der waals, ikatan hidrogen dan

sumbangan interaksi yang lain. Akibatnya ada beberapa kemungkinan tipe

konformasi bersama yang terbentuk. Konformasi yang terbentuk tersebut dalam

docking diketahui dengan melihat tempat penempelan (binding site), tipe

penempelan (binding mode) dan energi penempelan (binding energi) (Aatu

kaapru & Janne ojanen, 2002).

Page 30: Studi Selektivitas Interaksi Senyawa Turunan Maleimida dan .../Studi-Se...Teknik yang digunakan untuk mempelajari selektivitas senyawa reaktivator p53 adalah studi teoritis dengan

17

Gambar 6. Skematik docking molekul antara ligan dengan protein target, ligan menempel pada situs (bagian) aktif pada protein. Proses penempelan atau docking dilakukan dengan komputerisasi (Samee W, 2006)

Menurut Kitchen et al., 2004 ada dua masalah umum yang dijumpai

dalam docking molekul, masalah yang pertama adalah pemilihan fungsi energi

yang digunakan selama proses docking serta pemilihan algoritma yang tepat.

Proses docking dipengaruhi oleh afinitas ikatan antara ligan dengan reseptor.

Afinitas ikatan ini tergantung oleh degree of freedom (DOF) dari ligan, untuk satu

interaksi molekul dengan molekul yang lain terdapat enam kemungkinan

konfigurasi atau ada enam degree of freedom (sumbangan 3 translasi dan 3 rotasi)

(Teodoro et al., 1999).

Autodock merupakan software yang digunakan untuk proses docking.

Algoritma yang disediakan dalam proses docking pada autodock adalah SA

(Simulated Annealing Monte Carlo), algoritma genetik, Local search (LS) dan

algoritma Lamarckian Genetik. Pemetaan dengan algoritma SA dilakukan secara

acak ke seluruh area pada protein. Kelemahan metode ini hanya cocok untuk

ligan yang fleksibelitasnya maksimal 8 ikatan yang mampu berotasi, diatas 8

perhitungan akan menjadi sulit karena banyaknya kemungkinan konfigurasi

dalam docking sehingga global minimal sulit didapatkan. Algoritma Genetik

dikenal juga sebagai traditional Darwinian genetic algoritm, karena dasar yang

digunakan adalah teori genetik dan evolusi Darwin. Proses pemetaan tidak

dilakukan secara acak sehingga peluang global minimal tercapai cukup besar,

namun untuk protein yang memiliki cekungan (cavity) yang cukup dalam langkah

Page 31: Studi Selektivitas Interaksi Senyawa Turunan Maleimida dan .../Studi-Se...Teknik yang digunakan untuk mempelajari selektivitas senyawa reaktivator p53 adalah studi teoritis dengan

18

yang dilakukan banyak sehingga kurang efisien untuk mendapatkan posisi

minimal. Local Search (LS), LS merupakan algoritma mencari energi pada

lokal atau cekungan tertentu . LGA (Lamarckian genetic Algoritm) merupakan

algoritma gabungan antara GA-LS (Genetic algoritma-local search), disebut

LGA karena anak diperbolehkan untuk mewarisi adaptasi local search dari orang

tuanya. Pada LGA optimasi global dilakukan mengunakan GA sedang optimasi

lokal digunakan LS. Dengan algoritma gabungan ini cekungan yang cukup

dalam yang dilakukan perhitungan sedang cekungan yang lain tidak terlalu

diperhitungkan, kelebihan metode ini proses docking menjadi lebih efisien dan

langkah yang digunakan tidak terlalu panjang (Huey and Morries., 2003).

Dalam sebuah docking, data dan keterangan interaksi ligan dengan

makromolekul yang merupakan representasi translasi, rotasi dan konformasi

diasumsikan sebagai variabel posisi dari ligan. Variabel posisi tersebut kemudian

diasumsikan sebagai sebuah gen, dimana posisi ligan merupakan genotip

sedangkan koordinat atom dari posisi ligan merupakan fenotip. “Fitnes” atau

kemampuan interaksi merupakan total energi interaksi antara ligan dengan

protein yang dihitung dengan fungsi energi pada persamaan1

Edock =Evdw+E Hbond +Eelectrostatik+Einternal

Persamaan …………… 1

Dimana Evdw ; Energi dispersi E H-bond ; mengambarkan ikatan hidrogen

EElectrostatic ; merupakan energi elektostatik, sedangkan E internal meliputi

Econform ,Etor, serta Esol.. Esol yaitu mengambarkan desolvasi ikatan dan efek

hidrofobik sedangkan Econform adalah deviasi dari geometri kovalen dan E tor

mewakili retrisi dan rotor internal dari rotasi dan translasi global.

Algoritma Lamarckian Genetik

Algoritma genetik meniru kaidah dalam genetika. Kaidah genetika yang

digunakan antara lain posisi dan orientasi dari gen. Algoritma genetik mengenal

adanya mutasi hasil turunan individu pada populasi awal serta terjadinya

crossover yang ditunjukkan pada gambar 7 yaitu konformasi turunan yang

Page 32: Studi Selektivitas Interaksi Senyawa Turunan Maleimida dan .../Studi-Se...Teknik yang digunakan untuk mempelajari selektivitas senyawa reaktivator p53 adalah studi teoritis dengan

19

merupakan penyilangan antara dua konformasi yang dianggap sebagai parental.

Persilangan parent (induk) 1 dan parent (induk) 2 akan menghasilkan individu

baru dengan sifat campuran. Gambar 7 mengilustrasikan induk 1 dan induk 2

menghasilkan turunan dengan orientasi saling bersilangan, turunan 1 memiliki

orientasi sama dengan induk 2 sedang turunan 2 memiliki orientasi sama dengan

induk 1. Dari hasil persilangan akan menghasilkan individu yang memiliki sifat

campuran dari kedua induknya.

Gambar 7.Prinsip genetik algoritma terjadinya crossover turunan yang dihasilkan oleh parental 1 dan parental 2. Kiri mengambarkan genotip pada induk dan anak yang diwakili posisi, orientasi serta ikatan yang dapat berotasi pada ligan sedang gambar kanan merupakan ilustrasi gambar kiri dalam penerapan docking (Ravichandran, 2006).

Individu-individu baru dari populasi awal baik yang turunan asli ataupun

yang mengalami mutasi dan crossover masing-masing dihitung fitnessnya. Pada

Autodock proses akan terus berulang sampai didapatkan individu yang bagus

yaitu dengan fitness yang minimal (Morris et al., 1998).

Pada proses penterjemahan masing-masing genotip individu ke fenotip,

fitness masing–masing individu dievaluasi setiap saat. Fitness dari tiap-tiap

individu di hitung untuk menentukan individu yang layak untuk beregenerasi

(membuat individu baru). Proses seleksi merupakan bagian penting dalam

algoritma ini untuk menentukan populasi baru. Seleksi ini menggunakan rumus

pada persamaan 2. Dalam persamaan ini, apabila selisih antara individu terjelek

(fitness terbesar) dengan fitness tiap individu serta fitness rata-rata hampir sama,

Page 33: Studi Selektivitas Interaksi Senyawa Turunan Maleimida dan .../Studi-Se...Teknik yang digunakan untuk mempelajari selektivitas senyawa reaktivator p53 adalah studi teoritis dengan

20

maka akan didapatkan jumlah individu turunan yang dihasilkan dengan nilai

integer. Dengan demikian tidak semua populasi awal akan menghasilkan

keturunan karena tiap individu dengan energi terbesar akan dibuang. Proses akan

berhenti apabila jumlah individu baru tinggal satu setelah beberapa generasi.

Selain itu apabila individu terjelek dengan rata-rata individu sama maka proses

akan langsung berhenti dan proses dianggap telah konvergen. Di bawah ini adalah

persamaan algoritma yang digunakan dalam proses seleksi

ffff

ffn w

w

iw ≠−

−= ;0 Persamaan ……………..2

Keterangan:

wf = Individu dengan fitness terbesar (Energi yang tertinggi)

if = fitness tiap individu

f = rata-rata fitness

0n = jumlah individu yang dipertahankan

wf akan selalu lebih besar dari if maupun f , kecuali jika if = f

yang artinya dalam proses docking populasi diasumsikan telah konvergen dan

proses docking akan berakhir(Morris et al, 1998). Perhitungan dengan algoritma

Lamarckian Genetik memberikan nilai residual error hasil perhitungan konstanta

ikatan kompleks sebesar 2.177 kkal/mol (Morris et al.,1998). Nilai residual

error menunjukkan akurasi perhitungan dengan autodock dapat digunakan untuk

menunjukkan interaksi spesifik antara ligan dengan makromolekul pada

umumnya.

Persilangan yang diikuti mutasi akan mempengaruhi individu baru yang

mampu bertahan, secara matematis mutasi dibentuk dengan menambahkan suatu

bilangan real acak yang memiliki distribusi Cauchy. Distribusi Cauchy disajikan

pada persamaan 3

Page 34: Studi Selektivitas Interaksi Senyawa Turunan Maleimida dan .../Studi-Se...Teknik yang digunakan untuk mempelajari selektivitas senyawa reaktivator p53 adalah studi teoritis dengan

21

( ) ( )( )22,,χαβπ

βχβα

−−=C

...............................Persamaan 3

α ≥ 0, β ≥ 0, - ∼ < χ < ∼

Dimana α dan β merupakan parameter yang mempengaruhi rerata dan sebaran

distibusi.

Kekurangan GA, jika protein memiliki potensial energi surface

yang dalam atau lebar serta dalam jumlah yang banyak maka akan diperlukan

langkah yang banyak dan kurang efisien untuk mendapatkan posisi yang minimal.

(Ravicandran, 2006). Untuk mengatasi kelemahan GA maka digunakan

algoritma hibrid yaitu gabungan antara GA dengan local search (LS) yang

dikenal dengan istilah Lamarckian Genetic Algoritm (LGA). Metode ini

membuat langkah proses docking tidak terlalu panjang dan lebih efisien (Morris

et al., 1998). Dalam data hasil docking dan keterangan interaksi ligan dengan

makromolekul mengambarkan translasi, rotasi dan konformasi yang diasumsikan

sebagai variabel posisi dari ligan. Variabel posisi tersebut kemudian diasumsikan

sebagai sebuah gen, dimana posisi ligan merupakan genotip dan koordinat posisi

ligan merupakan fenotip ini dapat digambarkan pada gambar 8 yang

mengambarkan proses perhitungan pada LGA.

Gambar 8. Proses penghitungan energi menggunakan LGA (Morris et al., 1998)

Page 35: Studi Selektivitas Interaksi Senyawa Turunan Maleimida dan .../Studi-Se...Teknik yang digunakan untuk mempelajari selektivitas senyawa reaktivator p53 adalah studi teoritis dengan

22

Gambar 8 mengilustrasikan proses perhitungan algoritma Lamarckian

Genetik. Garis mendatar terbawah merepresentasikan genotip, sedangkan fenotip

direpresentasikan garis datar di atasnya. Genotip dipetakan ke fenotip dengan

fungsi pemetaan f (x). Gambar sisi kanan mengambarkan perhitungan algoritma

genetik dan sisi kiri local search.

B. KERANGKA PEMIKIRAN

Protein p53 merupakan salah satu pemicu proses apoptosis, hilangnya

fungsi protein p53 karena mutasi dapat mengganggu proses apoptosis dan

mengakibatkan terganggunya mekanisme pengendalian pertumbuhan sel yang

tidak terkendali yang biasa disebut tumor. Residu 273 salah satu hot spot yang

sering mengalami mutasi dan menyertai kanker seperti kanker pada usus, paru-

paru dan payudara. Untuk mengobati kanker biasanya dilakukan kemoterapi

dengan obat-obat kanker yang berupa peptida pendek maupun Ligan. Dari

eksperimen Bykov molekul ligan (PRIMA –1, Turunan Maleimida (MIRA-1,

MIRA-2, MIRA-3) telah terbukti dapat menghambat kanker dengan

mengembalikan aktivitas p53. Dari hasil penelitian Bykov dkk, 2002 PRIMA-1

mampu merestorasi mutan p53 pada R273H sedang turunan maleimida MIRA-1

lemah untuk membuat mutan R273 pada p53 termutasi kembali berinteraksi

dengan DNA, dari hasil eksperimen ini belum dapat diketahui interaksi yang

terjadi antara ligan dengan p53 termutasi pada residu 273. Oleh karena itu

diperlukan suatu studi untuk mengetahui interaksi yang terjadi mengunakan

metode docking dengan terlebih dulu ligan dioptimasi kemudian membandingkan

energi ikatan antara ligan dengan wild-type p53/p53 termutasi residu 273 pada

sisi potensial dari reseptor yang merupakan kontribusi dari ikatan hidrogen dan

gaya van der waals. Hasil docking ditentukan situs beda yaitu situs yang dimiliki

p53 termutasi tetapi tidak dimiliki wt-p53. Interaksi yang terjadi pada situs beda

(Binding mode) dianalisis apakah interaksi tersebut dapat membuat p53 termutasi

273 menyerupai wt-p53.

Page 36: Studi Selektivitas Interaksi Senyawa Turunan Maleimida dan .../Studi-Se...Teknik yang digunakan untuk mempelajari selektivitas senyawa reaktivator p53 adalah studi teoritis dengan

23

C HIPOTESIS

1. Tempat terjadinya interaksi yang memiliki kebolehjadian tertinggi antara

PRIMA-1 dan turunan maleimida berbeda.

2. Jenis mutasi residu 273 akan mengarahkan tempat-tempat interaksi ligan

dan makromolekul.

3. PRIMA-1 merupakan ligan yang selektif terhadap p53 termutasi R273H

dan/atau R273C

Page 37: Studi Selektivitas Interaksi Senyawa Turunan Maleimida dan .../Studi-Se...Teknik yang digunakan untuk mempelajari selektivitas senyawa reaktivator p53 adalah studi teoritis dengan

24

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah teoritis dengan teknik docking

yaitu memetakan interaksi mikromolekul (Ligan) dengan makromolekul (Wild-

type p53/p53 termutasi residu 273), kemudian melihat interaksi spesifik antara

ligan dengan residu 273.

Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Penelitian dilakukan laboratoriun komputasi jurusan kimia F MIPA UNS

dari bulan Maret 2007-Februari 2008.

Alat dan Bahan

1. Alat

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Komputer dengan spesifikasi: prosesor AMD X2 3600 +, RAM 512MB,

dan hard disk 250 GB.Software autodock versi 3.0 (Morris et al., 1998),

autodocks versi 1.5(Sanner et al.,2000),chimera (Pettersen et al., 2004), Molden

(Klinsky et al.,2004) Rasmol versi 2.7 (Bernstein et al.,1998).

2. Bahan

a. Struktur Wild-type p53 pada manusia kode PDB=1 GZH (Derbyshire et al

,2002) serta Wild-type p53 pada tikus kode PDB =2IOO (Zhao et al ,2006)

b. Struktur p53 termutasi pada R273H dengan kode PDB=2BIM (Joeger et a,l

2005 dan R273C ,kode PDB =2J20 (Joeger et al 2006).

c. Struktur PRIMA-1 dan turunan Maleimida MIRA-1, MIRA-2, MIRA-3.

Page 38: Studi Selektivitas Interaksi Senyawa Turunan Maleimida dan .../Studi-Se...Teknik yang digunakan untuk mempelajari selektivitas senyawa reaktivator p53 adalah studi teoritis dengan

25

Prosedur Penelitian

Optimasi Geometri senyawa reaktivator p53

Struktur senyawa reaktivator (PRIMA-1, MIRA-1, MIRA-2, MIRA-3)

dipersiapkan melalui optimasi geometri berdasar struktur 2 dimensi dengan

program molden (Klinsky et al, 2000), kemudian dioptimasi geometri dengan

dengan gaussian 98 pada level teori HF dengan basis set 6 -31G*. Struktur

yang selesai dioptimasi disimpan sebagai ligan pdb yang akan digunakan

dalam proses docking.

Pemetaan Interaksi Spesifik dengan docking Mengunakan program autodock3.

a. Penyiapan ligan

Struktur ligan dengan tipe file pdb yang telah dioptimasi ditambahkan

muatan parsialnya dengan metode Geistager, dihilangkan hidrogen non

polar dan ditentukan end rootnya (atom pusat rotasi) serta bagian-bagian

yang rotatable (dapat berotasi) dan unrotatable (tidak dapat berotasi)

dan disimpan dalam pdbq.

b. Persiapan Makromolekul

Struktur protein p53 dari Protein Data bank (PDB) diambil domain inti,

kemudian dipilih cincin yang utuh. Molekul tersebut dihilangkan airnya

jika ada, ditambahkan hidrogen polar serta dihilangkan hidrogen non

polarnya kemudian muatannya diparameterisasi dengan metode kollman

jika belum integral maka muatan yang tidak integral disebar sehingga

menjadi integral selanjutnya ditambahkan paramerisasi solvasi atomik

untuk logam Zn diganti M dan dimasukkan akan Rii =1.10 dan epsii

:0.0125 kemudian disimpan dalam makromolekul. pdbqs dan secara

manual parameter atom Zn diubah M.

c. Docking Awal

Makromolekulqs dan ligan.outq dibuatkotak (grid box), ukuran kotak

dibuat maksimal dengan maksud agar ligan dapat bergerak dengan bebas

pada makromolekul, pusat dari box pada pusat massa makromolekul.

Page 39: Studi Selektivitas Interaksi Senyawa Turunan Maleimida dan .../Studi-Se...Teknik yang digunakan untuk mempelajari selektivitas senyawa reaktivator p53 adalah studi teoritis dengan

26

Adapun gridbox yang dimaksud adalah ruang dimana ligan dapat

bergerak bebas dalam makromolekul seperti terlihat dalam Gambar 9

.Parameter lain mengacu pada pengatutan asli dari autodock. Dan

perhitungan autogrid dijalankan.

Gambar 9. Grid map, Ligan dapat berikatan dengan makromolekul pada situs aktif dari makromolekul dan setiap kemungkinan pergerakan atom dilakukan penghitungan (Morris et al ., 1998)

Proses autogrid selesai maka makromolekul dan ligan disiapkan dan

metode perhitungan dipilih Algoritma genetik dengan parameter docking

jumlah langkah 250 dan setiap langkah dilakaukan perulangan

perhitungan energi sebanyak 250.000 kali. Parameter yang lain mengacu

pada pengaturan asli autodock (Sanner, et al.,2000) .Kemudian disimpan

dalam lamarckian GA selanjutnya proses autodock dijalankan. Setelah

perhitungan selesai klaster–klaster dianalisis dan dicek situs-situs

potensial dengan bantuan chimera.

d. Docking Lanjut

Situs-situs yang berpotensi dapat diakses oleh ligan di docking lanjut

dengan memperkecil ukuran box dengan syarat ligan dapat bergerak

bebas pada situs tersebut, dan sebagai pusatnya adalah ligan dengan

pusat koordinat pada root (sumbu rotasi). Setelah autogrid lanjut selesai

kemudian didocking lanjut dengan mengubah jumlah perulangan

perhitungan energi menjadi 50.000.000 serta jumlah rlangkah diperkecil

menjadi 20. Analisis hasil dilakukan dengan Autodocks dan Chimera

Page 40: Studi Selektivitas Interaksi Senyawa Turunan Maleimida dan .../Studi-Se...Teknik yang digunakan untuk mempelajari selektivitas senyawa reaktivator p53 adalah studi teoritis dengan

27

E TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Pengumpulan Data

Data yang diambil adalah interaksi spesifik antara ligan (PRIMA-1,

MIRA-1,MIRA-2,MIRA-3) dengan makromolekul (Wild-type p53/p53 termutasi

residu 273 ). Interaksi yang terjadi berupa energi ikat yang merupakan kontribusi

ikatan hydrogen dan van der waals, dari data energi ikat dan model ikatan yang

terjadi dapat diperkirakan situs potensial ligan serta perkiraan model restorasi p53

termutasi residu 273.

Analisa Data

Dari informasi interaksi spesifik ligan dengan reseptor (Wild-type

p53/p53 termutasi 273) yang berupa energi penempelan (Binding Energi)

dilakukan analisis dengan melakukan pengelompokan klaster–klaster yang

memiliki binding energi terendah dengan RMSD (Root Mean Square Deviation)

maksimal 0.5. Dari pengelompokkan klaster tersebut diamati posisi

penempelannya dan dianalisis apakah posisi tersebut memungkinkan. Situs yang

memungkinkan terjadi binding didocking lanjut. Dari hasil docking lanjut binding

energi dibandingkan antara 1GZH dengan 2BIM dan 2J20 untuk masing-masing

ligan. Apakah ada situs beda, yaitu situs yang tidak dimiliki oleh 1GZH tetapi

dimiliki oleh 2BIM dan atau 2J20. Jika ada situs beda, maka situs beda tersebut

dianalisis tipe penempelannya (binding mode), dari binding mode dapat

diperkirakan ligan memiliki peluang atau tidak untuk merestorasi fungsi mutan

p53 R273H dan atau mutan p53 R273C.

Page 41: Studi Selektivitas Interaksi Senyawa Turunan Maleimida dan .../Studi-Se...Teknik yang digunakan untuk mempelajari selektivitas senyawa reaktivator p53 adalah studi teoritis dengan

28

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pemetaan Interaksi Turunan Maleimida pada protein p53

Pemetaan interaksi antara turunan maleimida (MIRA-1, MIRA-2,

MIRA-3) pada protein wt p53 dan p53 termutasi residu 273 bertujuan untuk

mengetahui interaksi spesifik yang terjadi. Selain p53 normal manusia

digunakan p53 normal pada tikus sebagai pembanding untuk mengetahui apakah

terdapat perbedaan yang cukup signifikan terhadap interaksi yang terjadi. Hasil

yang diperoleh akan menjadi pertimbangan pada pengujian secara in vitro.

Apabila terjadi perbedaan interaksi cukup kuat ada kemungkinan terdapat

perbedaan pengaruh ligan pengujian dengan tikus dan pengujian langsung pada

manusia.

Pemetaan awal diperoleh beberapa situs potensial pada domain inti

p53. Situs-situs potensial hanya pada bagian yang memungkinkan untuk

terjadinya interaksi. Bagian rantai yang berikatan dengan tetramer lainnya

diabaikan karena daerah tersebut memiliki kebolehjadian yang sangat kecil untuk

terjadinya interaksi antara ligan dengan makromolekul p53. Interaksi spesifik

turunan maleimida dapat diketahui dengan evaluasi lebih detail terhadap situs–

situs awal yang diduga berpotensi melalui docking lanjut. Verifikasi terhadap

situs pada docking awal maupun docking lanjut dilakukan untuk mengetahui

perubahan energi maupun posisi ligan pada makromolekul. Analisis lebih detail

terhadap interaksi yang terjadi perlu dilakukan untuk mengetahui kemungkinan

terjadinya pola interaksi yang berbeda antara wt p53 dengan p53 termutasi pada

residu 273. Proses docking lanjut dengan langkah docking diturunkan 20 kali dan

masing-masing langkah dilakukan evaluasi energi 50.000.000 kali diharapkan

akan ditemukan tempat interaksi spesifik turunan maleimida terhadap

makromolekul p53.

Page 42: Studi Selektivitas Interaksi Senyawa Turunan Maleimida dan .../Studi-Se...Teknik yang digunakan untuk mempelajari selektivitas senyawa reaktivator p53 adalah studi teoritis dengan

29

Hasil pemetaan interaksi turunan maleimida diambil situs dengan

energi yang terendah. Kemudian energi tersebut dibandingkan antara satu ligan

dengan ligan yang lain maupun antara makromalekul wt p53 dengan p53

termutasi residu 273. Penomoran situs 1 sampai 5 berdasarkan urutan energi

terendah dari hasil pemetaan MIRA-1 terhadap 1GZH, sedangkan situs 6 sampai 8

mengikuti dari urutan situs berikutnya sesuai penyajian tabel 1. Hasil pemetaan

tersebut dapat dilihat pada gambar 10.

Gambar 10. situs dengan energi terendah yang dapat diakses oleh turunan maleimida pada makromolekul p53 sesuai data pada tabel 1. Pita merupakan makromolekul p53 normal pada manusia, sedangkan bola dan stik adalah ligan. Situs yang ditunjukan pada p53 normal relatif sama dengan p53 termutasi residu 273. Tanda Oval merupakan posisi situs beda.

Page 43: Studi Selektivitas Interaksi Senyawa Turunan Maleimida dan .../Studi-Se...Teknik yang digunakan untuk mempelajari selektivitas senyawa reaktivator p53 adalah studi teoritis dengan

30

Tabel 1. Hasil docking lanjut Turunan Maleimida pada situs dengan energi

terendah. Situs-situs tabel 1 mengacu pada gambar 10.

Energi Docking (kkal/mol)

Makromolekul

Ligan Site

1GZ H 2BIM 2J20 2IOO

1 -6.19 -6.24 -6.37 -5.50

2 -6.03 -5.90 -5.49 _

3 -5.71 -6.50 -6.34 -5.10

4 -5.31 -5.65 -5.51 -5.72

5 -5.05 -4.18 _ -4.64

6 _ _ -5.04 _

MIRA-1

7

8

_

_

_

_

_

_

-4.15

_

1 -5.86 -5.55 -5.91 -5.55

2 -4.25 -5.22 -4.87 _

3 -4.80 -5.25 -5.06 -4.62

4 -4.77 -5.14 -5.17

5 -4.10 -4.63 _ -4.32

6 _ _ _ _

7 _ -4.14 _ _

MIRA-2

8 _ _ -6.02 _

1 -6.12 -6.16 -6.47 -5.47

2 -5.51 -5.69 -5.38 _

3 -5.31 -6.20 -5.84 -5.22

4 -5.74 -5.72 -5.26 -6.35

5 -4.97 -4.72 -4.57 -5.29

MIRA-3

6

7 8

_

_

_

_

_ _

-4.93

_

_

_

_

_

Tanda _ menunjukkan situs tersebut tidak diakses oleh ligan.

Page 44: Studi Selektivitas Interaksi Senyawa Turunan Maleimida dan .../Studi-Se...Teknik yang digunakan untuk mempelajari selektivitas senyawa reaktivator p53 adalah studi teoritis dengan

31

Pemetaan ketiga ligan turunan Maleimida: MIRA-1, MIRA-2 dan MIRA-3

pada 2IOO memiliki situs-situs yang hampir sama dengan 1GZH (tabel 1), karena

struktur 2IOO dengan 1GZH serupa tapi tidak sama hal ini dapat dilihat dari

gambar 11. Secara struktural p53 manusia dengan p53 tikus hampir sama,

meskipun ada beberapa urutan asam amino yang berbeda terutama asam amino

yang membentuk loop.

Gambar 11. a) p53 normal pada manusia (1GZH ) (b) p53 normal pada tikus (21OO). Terdapat 3 perbedaan utama antara makromolekul p53 normal pada tikus dan manusia yang ditunjukkan dengan tanda kotak, namun perbedaan ini tidak terlalu mempengaruhi pola interaksi ligan terhadap p53 normal pada manusia dan tikus hal ini didukung oleh data tabel 1 .

Situs beda merupakan situs atau daerah yang tidak diakses ligan pada wt p53

(p53 normal) tetapi diakses oleh ligan pada p53 termutasi. Gambar 10 situs beda

(situs 6, situs 7 dan situs 8) berada di sekitar residu 273 yang termutasi ini

menunjukkan bahwa mutasi dapat mengarahkan tempat interaksi.

Situs-situs yang diakses oleh MIRA-1 dan MIRA-3 pada 2BIM memiliki

energi yang tidak terbedakan (tabel 1) karena masih dalam range residual error

perhitungan autodock yaitu 2.177 kkal/mol. Situs beda (situs 6) MIRA-1 dan

MIRA-3 setelah dievaluasi lanjut MIRA-1 dan MIRA-3 pada situs tersebut

berpindah ke situs 4, artinya bahwa MIRA-1 dan MIRA-3 kurang menyukai posisi

situs 6. MIRA-1 dan MIRA-3 tidak cukup stabil pada situs 6 sehingga MIRA-1

Page 45: Studi Selektivitas Interaksi Senyawa Turunan Maleimida dan .../Studi-Se...Teknik yang digunakan untuk mempelajari selektivitas senyawa reaktivator p53 adalah studi teoritis dengan

32

dan MIRA-3 belum mampu membedakan p53 normal dengan p53 termutasi

R273H (arginin tersubtitusi histidin).

Hasil pemetaan pada 2J20 (p53 termutasi R273C) MIRA-1 dan MIRA-3

muncul situs beda (situs 6) yang tidak diakses pada p53 normal. Ini menunjukkan

bahwa MIRA-1 dan MIRA-3 dapat membedakan antara p53 normal dengan p53

termutasi R273C. Energi antara situs-situs pada 2J20 belum cukup terbedakan

karena selisihnya masih dalam range residual error program autodock yaitu 2.177

kkal/mol, sehingga situs 6 memiliki peluang hampir sama dengan situs yang lain

untuk diakses MIRA-1 dan MIRA-3 .

MIRA-2 dapat membedakan antara p53 normal dengan p53 termutasi 273

baik pada 2BIM maupun 2J20. Ini ditandai dengan munculnya situs beda pada

2BIM yaitu situs 7 dan situs 8 pada 2J20, situs tersebut tidak diakses MIRA-2

pada 1GZH (p53 normal). Situs beda MIRA-2 pada 2J20 dan 2BIM memiliki

energi yang belum cukup terbedakan dengan energi pada situs terendah yang lain,

karena masih dalam batas nilai residual error perhitungan autodock. Sehingga

situs beda ini memiliki peluang sama dengan situs dengan energi terendah yang

lain untuk dapat diakses oleh MIRA-2.

Tipe mutasi akan mempengaruhi situs spesifik (situs beda) yang dapat

diakses oleh ligan, MIRA-2 memiliki situs yang berbeda jika dipetakan pada

2BIM dan 2J20, MIRA-1 dan MIRA-3 hanya memiliki situs beda pada 2J20,

namun pada 2BIM situs dengan energi terendah berpindah ke situs 3. Selain itu

faktor sterik ligan juga mempengaruhi pola pemetaan. MIRA-1 dan MIRA-3 tidak

memiliki situs beda ketika dipetakan ke p53 termutasi R273H sedangkan

MIRA-2 yang memiliki rantai samping yang lebih pendek mampu membedakan

p53 normal dengan p53 termutasi R273H. Pemetaan turunan maleimida pada

2J20, MIRA-2 dengan jumlah gugus karbonil yang lebih sedikit memiliki situs

beda yang tidak sama dengan MIRA-1 dan MIRA-3 yang memiliki gugus

karbonil lebih banyak (gambar 5). Sedangkan MIRA-1 dan MIRA-3 dengan

jumlah karbonil yang sama memiliki situs yang sama ketika dipetakan pada p53

termutasi R273C (2J20).

Page 46: Studi Selektivitas Interaksi Senyawa Turunan Maleimida dan .../Studi-Se...Teknik yang digunakan untuk mempelajari selektivitas senyawa reaktivator p53 adalah studi teoritis dengan

33

Situs beda (6, 7 dan 8) yang diakses turunan maleimida berada pada

sekitar hot spot 273 (Gambar 10). Posisi penempelan ( Binding site) turunan

maleimida yang mampu membedakan p53 normal dengan p53 termutasi memiliki

peluang untuk merestorasi p53 termutasi residu 273 agar kembali binding dengan

DNA. Potensi ligan tersebut harus dievaluasi binding mode (tipe interaksi) ligan

dengan residu-residu p53 disekitar situs beda. Tabel 2 menunjukkan hasil

docking lanjut lebih detail dari situs beda turunan maleimida.

Tabel 2 : Ringkasan hasil docking lanjut Turunan Maleimida terhadap 2J20 dan

2BIM pada posisi situs beda.

Situs beda Jumlah Klaster

Jumlah populasi Dalam klaster Terendah

Energi final docking (kkal/mol)

Energi rata-rata Docking (kkal/mol)

Energi ikat (kkal/mol)

Situs 6, MIRA-1

pada 2J20

2 16 -5.04 -5.03 -4.17

Situs 7, MIRA-2 pada

2JBIM

1 20 -4.15 -4.14 -3.74

Situs 8, MIRA-2 pada

2J20

3 17 -6.02 -6.00 -5.72

Situs 6, MIRA-3 pada

2J20

1 20 -4.93 -4.92 -3.95

Jumlah klaster situs 6 MIRA-1 pada 2J20 ada 2, artinya ada dua

kemungkinan posisi dan/atau orientasi situs 6 MIRA-1 pada 2J20. Pengecekan

pemetaan MIRA-1 pada 2J20 dengan visualisasi chimera, 2 klaster tersebut berada

pada situs yang sama tetapi berbeda orientasi disebabkan bagian ligan yang dapat

berotasi. Residu-residu pada 2J20 yang berinteraksi dengan MIRA-1 pada situs 6

antara klaster satu dengan yang lain sama, pembedanya adalah jumlah ikatan

hidrogen pada residu lys 139. Klaster dengan energi terendah jumlah ikatan

hidrogen pada Lys 139 ada tiga. Karena adanya perbedaan orientasi ikatan

hidrogen pada lys 139 berkurang satu sehingga energi ikat relatif lebih tinggi dan

Page 47: Studi Selektivitas Interaksi Senyawa Turunan Maleimida dan .../Studi-Se...Teknik yang digunakan untuk mempelajari selektivitas senyawa reaktivator p53 adalah studi teoritis dengan

34

pada hasil pemetaan akan muncul jumlah klaster lebih dari 1, maka situs 6

MIRA- 1 pada 2J20 akan memiliki interaksi yang relatif fleksibel, kadang kuat

kadang melemah.

Jumlah klaster situs 6 MIRA-3 pada 2J20 adalah 1 begitu juga situs 7

MIRA-2 pada 2BIM ini menandakan ligan pada situs tersebut relatif stabil

dengan deviasi energi dockingnya relatif kecil, karena selisih energi docking

terendah dan energi rata-rata adalah 0.01 kkal/mol.

Situs 8 MIRA-2 pada 2J20 terdapat 3 klaster setelah divisualisasi posisi

situs tersebut dengan chimera, 2 klaster terjadi perpindahan situs dengan energi

yang relatif lebih tinggi daripada energi klaster yang tetap berada pada situs 8.

situs 8 memiliki presisi yang relatif lebih tinggi ini ditandai dengan jumlah

random 17 dari 20 (peluang situs tersebut diakses oleh ligan 17/20), dengan kata

lain 3 ligan MIRA-2 berada pada situs lain, dengan presisi yang sangat rendah.

Analisis jumlah kluster menunjukan ligan turunan maleimida pada situs

beda relatif stabil. Visualisasi hasil pemetaan pada situs beda akan membantu

menganalisis interaksi yang terjadi pada situs tersebut. Visualisasi interaksi situs

beda turunan maleimida disajikan pada gambar 12,13,14 serta 15.

Gambar 12. Peta interaksi MIRA-1 dengan asam amino pada situs sekitar hot spots 273. MIRA-1 digambarkan sebagai bola dan stik. a. visualisasi 1GZH b 2J20 sekitar residu hot spots 273. Pada 1GZH tidak ada ligan yang cukup dekat dengan situs tersebut.

Page 48: Studi Selektivitas Interaksi Senyawa Turunan Maleimida dan .../Studi-Se...Teknik yang digunakan untuk mempelajari selektivitas senyawa reaktivator p53 adalah studi teoritis dengan

35

Pada klaster terendah terdapat 5 ikatan hidrogen, yaitu 3 ikatan hidrogen

pada residu lisin 139, dari H pada NH2 gugus amino berinteraksi dengan O

karbonil pada MIRA-1, 1 ikatan hidrogen pada residu Leusine 137 H pada gugus

NH2 berinteraksi dengan O karbonil pada MIRA-1, dan yang terakhir 1 ikatan

hidrogen pada residu Tirosin 239, dimana H pada OH gugus fenolik-OH

berinteraksi dengan O karbonil pada MIRA-1 (gambar 20 lampiran 1), jika

dievaluasi binding site dan binding mode serta pengaruh interaksi dengan residu

lain belum ada kemungkinan MIRA-1 melakukan reaktivasi p53 termutasi

R273C, karena ikatan hidrogen pada ketiga residu tersebut belum berpotensi

untuk membuat 2J20 mirip dengan 1GZH (gambar 12), sehingga MIRA-1

dimungkinkan belum dapat membuat p53 termutasi R273C kembali binding

dengan DNA, diduga MIRA-1 hanya menempel saja pada p53 termutasi R273C

tanpa memiliki potensi untuk mengaktifkan kembali fungsi p53 termutasi R273C.

Hal ini sejalan dengan eksperimen Bykov tahun 2002.

MIRA-3 memiliki rantai samping relatif lebih panjang dari MIRA-1 tetapi

jumlah karbonilnya sama, kedua ligan tersebut memiliki situs beda yang sama

yaitu situs 6. Analisis binding mode situs 6 MIRA-3 (gambar 13) residu-residu

yang berinteraksi sama dengan situs 6 pada pemetaan interaksi MIRA-1 terhadap

2J20 (gambar 12). Ada perbedaan interaksi pada lisin139, pada MIRA-3 terjadi

penurunan jumlah ikatan hidrogen sehingga energi pada situs 6 MIRA-3 relatif

lebih tinggi dibanding MIRA-1. Hasil docking lanjut MIRA-1 menghasilkan 2

klaster, klaster kedua memiliki energi relatif lebih tinggi dari klaster pertama.

Interaksi klaster kedua pada situs 6 MIRA-1 sama dengan MIRA-3.

Page 49: Studi Selektivitas Interaksi Senyawa Turunan Maleimida dan .../Studi-Se...Teknik yang digunakan untuk mempelajari selektivitas senyawa reaktivator p53 adalah studi teoritis dengan

36

Gambar.13 Interaksi MIRA-3 dengan asam amino pada situs 6 a. visualisasi 1GZH b 2J20 sekitar residu hot spots 273. Pada 1GZH tidak ada ligan yang cukup dekat dengan situs tersebut.

Empat ikatan hidrogen yang terjadi pada situs 6, yaitu 1 ikatan hidrogen

antara H pada OH milik gugus fenolik-OH Tirosin 239 dengan O karbonil

MIRA-3, 1 ikatan hidogen pada H, NH2 gugus amino leusin 137 dengan O

karbonil MIRA-3 dan 2 ikatan hirogen pada residu lisin 139 dimana H pada NH

gugus amino berinteraksi dengan O pada O karbonil MIRA-3 (Gambar 19

lampiran 1). Interaksi MIRA-3 pada situs 6 belum bisa membuat 2J20 mirip

1GZH (gambar 15) sehingga situs 6 MIRA-3 pada 2J20 bukan merupakan situs

yang potensial untuk membuat p53 termutasi R273C binding dengan DNA.

MIRA-3 belum mampu merestorasi p53 termutasi R273C dapat dikatakan

MIRA-3 bukan merupakan senyawa reaktivator yang selektif untuk mengaktifkan

p53 termutasi R273C.

Page 50: Studi Selektivitas Interaksi Senyawa Turunan Maleimida dan .../Studi-Se...Teknik yang digunakan untuk mempelajari selektivitas senyawa reaktivator p53 adalah studi teoritis dengan

37

Gambar 14. Perbandingan interaksi MIRA-2 dengan asam amino pada situs sekitar hot spots 273 antara 1GZH dengan 2BIM a 1GZH b 2BIM. Tidak ada ligan di situs tersebut yang cukup dekat pada 1GZH.

Lima ikatan hidrogen yang terjadi antara MIRA-2 dengan residu

glutamine 165 ,Serin 166 dan glutamin 167 (gambar 13). Masing-masing 1

ikatan hidrogen pada residu 167 dan 165 dengan residu glutamin, dimana H

pada NH2 gugus amida berinteraksi dengan O karbonil pada MIRA-2 dan 3

ikatan hidrogen yang lain terdapat pada residu Serine 166, 2 ikatan hidrogen

terjadi antara H pada gugus OH hidroksil dengan O karbonil pada MIRA-2

masing–masing O pada OH heteroatom dan O pada O karbonil(gambar 20

lampiran 1) Interaksi hidrogen yang terjadi situs 7 bukan merupakan situs yang

bisa membuat MIRA-2 mereaktivasi p53 termutasi R273H sehingga bisa kembali

binding dengan DNA, binding mode MIRA-2 pada 2BIM belum memungkinkan

R273H tertarik atau terjembatani dan bisa mirip wt p53 (gambar 13) sehingga

MIRA-2 belum mampu membuat R273H binding dengan DNA. Posisi situs 7

bukan merupakan situs potensial karena ligan pada posisi tersebut diperkirakan

hanya menempel tanpa mempunyai potensi untuk merestorasi p53 termutasi

residu 273.

Page 51: Studi Selektivitas Interaksi Senyawa Turunan Maleimida dan .../Studi-Se...Teknik yang digunakan untuk mempelajari selektivitas senyawa reaktivator p53 adalah studi teoritis dengan

38

Gambar 15. Visualisai binding mode MIRA-2 dengan asam amino pada situs sekitar hot spots 273. A 1GZH b 2J20. Pada 2J20 terdapat ligan sedangkan 1GZH tidak ada ligan yang cukup dekat dengan situs tersebut.

Interaksi pada situs 8 belum mampu membuat 2J20) menyerupai 1GZH

(gambar 14). Ikatan hidrogen pada situs 8 sebanyak 3 yang terdiri dari 2 ikatan

hidrogen pada residu sistein, dimana 1 ikatan hidrogen terjadi pada sistein 176

dan satu lagi pada sistein 242. Ikatan hidrogen pada sistein terjadi antara H pada

SH gugus thiol dengan O pada gugus OH MIRA-2. Sedang 1 ikatan hidogen

yang lain terjadi pada methionin 243, yaitu antara H pada NH2 gugus amino dan

O pada O karbonil MIRA-2 (gambar 20 lampiran 1). Evaluasi MIRA-2 pada

situs 8 dengan single poin kemudian dilanjutan optimasi geometri belum

mempunyai potensi untuk mereaktivasi p53 termutasi R273C untuk kembali

binding dengan DNA, sehingga MIRA-2 dimungkinkan bukan merupakan ligan

yang selektif untuk merestorasi p53 termutasi R273C.

Page 52: Studi Selektivitas Interaksi Senyawa Turunan Maleimida dan .../Studi-Se...Teknik yang digunakan untuk mempelajari selektivitas senyawa reaktivator p53 adalah studi teoritis dengan

39

B Pemetaan interaksi PRIMA -1 pada makromolekul p53

PRIMA-1 memiliki struktur yang relatif berbeda dengan turunan

malaeimida. Hasil pemetaan yang disajikan pada gambar 16 dan ringkasan

docking lanjut ditampilkan pada tabel 3.

Situs terendah pada 1GZH ada pada situs 1, ini sama dengan hasil

pemetaan pada turunan maleimida, namun ada beberapa situs yang tidak dimiliki

pada PRIMA-1 tetapi dimiliki pada turunan maleimida yaitu situs 3 dan 4.

Gambar 16.Gambar hasil pemetaan PRIMA-1 pada makromolekul p53. p53 normal digambarkan l sebagai pita dan PRIMA-1 sebagai bola dan stik. Situs yang ditunjukan pada p53 normal relatif sama dengan p53 termutasi residu 273. Tanda oval merupakan posisi situs beda. Situs-situs yang ditunjukan pada gambar ini mengacu tabel 3.

Page 53: Studi Selektivitas Interaksi Senyawa Turunan Maleimida dan .../Studi-Se...Teknik yang digunakan untuk mempelajari selektivitas senyawa reaktivator p53 adalah studi teoritis dengan

40

Tabel 3. Hasil Docking lanjut PRIMA-1 pada situs dengan energi terendah.

Energi Docking (kkal/mol)

Ligan Situs

1 GZH. 2 BIM 2J20 2 IOO

1 -6.24 -6.26 - -

2 -5.75 - -6.04 -5.85

3 - -4.87 -5.86 -5.80

4 - -4.71 -5.22 -5.72

5 -4.17 -5.12 - -5.86

6 - - - -

PRIMA-1

7

8

-

-

-

-4.25

-

-

-

-

Tanda _ artinya tidak ada ligan yang ada disekitar situs tersebut.

Situs beda pada 2J20 dan 2BIM berada pada situs 4. Situs tersebut

ada di sekitar residu yang termutasi (gambar 16). Situs beda pada 2J20 dan 2BIM

dengan energi yang tidak cukup terbedakan karena masih dalam range nilai

residual error perhitungan autodock menunjukkan bahwa PRIMA-1 mampu

membedakan antara 1GZH (wt p53) dengan 2J20 maupun 2BIM yang merupakan

p53 termutasi residu 273. Situs beda yang masing–masing berada pada situs 4

ini dimungkinkan memiliki potensi untuk membuat p53 termutasi residu 273

menyerupai konformasi wt p53.

Analisis situs 4 (situs beda) pada 2J20 menunjukkan bahwa interaksi

PRIMA-1 melibatkan 4 residu yaitu Ser 21, Val 274, Ala 276 dan Asp 281

(Gambar17). Iinteraksi yang terjadi yakni 3 ikatan hidrogen dengan Ser 241 dan

masing-masing 1 ikatan dengan Ala 276, Val 274 dan Asp 281. Pengaruh

interaksi pada situs ini menyebabkan terjadinya perubahan konformasi p53, yang

diperkirakan bentuk konformasi ini akan menyerupai bentuk konformasi wild-type

(gambar 17). Ada dua perkiraan yang mungkin yang pertama konformasi pada

situs ini mirip dengan wild-type. Namun karena struktur sistein yang cukup

Page 54: Studi Selektivitas Interaksi Senyawa Turunan Maleimida dan .../Studi-Se...Teknik yang digunakan untuk mempelajari selektivitas senyawa reaktivator p53 adalah studi teoritis dengan

41

pendek perubahan konformasi hingga mirip dengan wild-type p53 sangat sulit.

Perkiraan yang kedua yaitu disamping PRIMA-1 mengubah konformasi daerah

sekitar mutan sekaligus PRIMA-1 bertindak sebagai penjembatan interaksi p53

dengan DNA targetnya.

Gambar 17. Visualisasi interaksi PRIMA-1. Struktur PRIMA-1 digambarkan sebagai bola dan stik a visualisasi 1GZH b 2J20. Pada 1GZH tidak ada ligan yang cukup dekat pada situs tersebut.

PRIMA-1 diduga merupakan senyawa reaktivator yang selektif terhadap

p53 termutasi R273C, ini sesuai dengan hasil eksperimen Bykov et al bahwa

PRIMA-1 mampu merestorasi p53 termutasi R273C sehingga bisa kembali

binding dengan DNA.

Situs beda PRIMA-1 pada 2BIM terdapat 3 klaster, klaster yang

energinya lebih rendah memiliki populasi yang dominan dengan kebolehjadian

16/20, sehingga bisa dikatakan interaksi pada situs 4 cukup stabil.

Gambar 18 menginformasikan PRIMA-1 memiliki kemungkinan cara lain

untuk merestorasi p53 termutasi R273H, walaupun posisi situs sama dengan 2J20

tetapi interaksi yang terjadi pada situs tersebut berbeda dengan 2J20, hal ini

a b.

Page 55: Studi Selektivitas Interaksi Senyawa Turunan Maleimida dan .../Studi-Se...Teknik yang digunakan untuk mempelajari selektivitas senyawa reaktivator p53 adalah studi teoritis dengan

42

disebabkan residu amino yang termutasi berbeda, dimana histidin memiliki

struktur yang relatif lebih panjang dibandingkan sistein

Gambar 18 Peta interaksi PRIMA-1 dengan asam amino pada situs sekitar

hotspot 273 (p53 termutasi dengan kode 2BIM. a visualisasi 1GZH b 2BIM sekitar residu hot spots 273. Pada 1GZH tidak ada ligan yang cukup dekat pada situs tersebut.

Situs beda (situs 4) melibatkan 3 ikatan hidrogen yang terjadi pada

PRIMA-1, yaitu 2 ikatan hidrogen pada His 273 dengan PRIMA-1, H pada NH

gugus imidazol berinteraksi dengan pada O karbonil dan O hidroksi PRIMA-1,

dan ikatan hidrogen pada Arg 248, dimana H pada NH2 gugus guanidin

berinteraksi dengan O hidoksil pada PRIMA-1, interaksi ini dimungkinkan

mampu menstabilkan posisi PRIMA-1 sehingga histidin bisa tertarik menyerupai

R273 pada p53 normal (gambar18) dan dimungkinkan dapat kembali binding

dengan DNA. Kembali bindingnya p53 yang termutasi R273H dengan DNA

membuat p53 kembali aktif melakukan fungsinya. Dengan demikian PRIMA-1

memiliki kemungkinan potensi untuk merestorasi p53 termutasi R273H, dan

diduga PRIMA-1 merupakan salah satu senyawa reaktivator yang selektif

terhadap p53 termutasi R273H.

a.

b.

Page 56: Studi Selektivitas Interaksi Senyawa Turunan Maleimida dan .../Studi-Se...Teknik yang digunakan untuk mempelajari selektivitas senyawa reaktivator p53 adalah studi teoritis dengan

43

B. Pengaruh Ligan dan jenis Mutasi Residu 273 Terhadap Pola

Interaksi Ligan pada Makromolekul

Struktur ligan dan jumlah gugus pendonor elektron ligan mempengaruhi

pola interaksi yang terjadi. MIRA-1 dan MIRA-3 dengan jumlah gugus karbonil

relatif lebih banyak dari MIRA-2 memiliki situs beda yang tidak sama ketika

didockingkan ke p53 termutasi residu 273 (tabel 1). PRIMA-1 dengan struktur

yang relatif berbeda dengan MIRA memiliki situs beda yang tidak sama ketika

didockingkan ke makromolekul yang sama (tabel 1 dan 3).

MIRA-1 memiliki rantai samping yang lebih pendek dibanding MIRA-3

tetapi MIRA-1 dan MIRA-3 memiliki jumlah gugus karbonil yang sama (gambar

5), hasil pemetaan MIRA-1 dan MIRA-3 pada makromolekul 2J20 memiliki situs

beda dan residu-residu yang berinteraksi sama, namun enegi docking

menunjukkan perbedaan nilai, setelah dianalisis ikatan hidrogennya terdapat

perbedaan interaksi pada lys 139, MIRA-1 memiliki 3 ikatan hidrogen pada lys

139 sedang MIRA-3 2 ikatan hidrogen. Hal ini dikarenakan MIRA-1 dengan

halangan sterik yang lebih kecil dari MIRA-3 (gambar 5). Sehingga selain jumlah

gugus pendonor elekton (karbonil atau hidroksil) faktor sterik juga

mempengaruhi pola interaksi.

Docking ligan yang sama pada makromolekul p53 termutasi residu 273

dengan jenis mutasi yang berbeda akan menghasilkan pola interaksi yang berbeda.

MIRA-1 dan MIRA-3 tidak memiliki situs beda ketika didockingkan ke p53

R273H tetapi memiliki situs beda ketika didockingkan ke p53 R273C, begitu juga

dengan MIRA-2 situs beda pada hasil docking ke p53 R273H tidak sama saat

didockingkan ke p53 R273C. Situs beda PRIMA-1 ketika didockingkan ke p53

R273H dan R273C sama tetapi dilihat dari interaksi ikatan hidrogen residu-residu

yang berinteraksi tidak sama (gambar 17 dan 18). Sehingga selain ligan jenis

mutasi juga akan mempengaruhi pola interaksi yang terjadi antara ligan dan

makromolekul

Page 57: Studi Selektivitas Interaksi Senyawa Turunan Maleimida dan .../Studi-Se...Teknik yang digunakan untuk mempelajari selektivitas senyawa reaktivator p53 adalah studi teoritis dengan

44

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A KESIMPULAN

Hasil studi teoritis diperoleh suatu kesimpulan yaitu

1 PRIMA-1 dan turunan maleimida memiliki perbedaan tempat terjadinya

interaksi dengan kebolehjadian tertinggi ketika didocking terhadap

makromolekul p53.

2 Jenis mutasi p53 R273H dan R273C akan mengarahkan pola interaksi

yang terjadi antara ligan dan p53.

3 PRIMA-1 merupakan ligan yang lebih selektif terhadap p53 R273H

dan/atau R273C dibandingkan turunan maleimida.

B SARAN

Studi lebih lanjut tentang mekanisme restorasi p53 termutasi oleh

PRIMA-1 dilakukan dengan mengunakan teknik simulasi kimia sehingga dapat

dilihat bagaimana mekanisme PRIMA-1 merestorasi p53 termutasi pada residu

273. Penelitian yang sama terhadap senyawa reaktivator yang lain akan diperoleh

senyawa reaktivator yang selektif terhadap p53 termutasi pada residu 273.

Page 58: Studi Selektivitas Interaksi Senyawa Turunan Maleimida dan .../Studi-Se...Teknik yang digunakan untuk mempelajari selektivitas senyawa reaktivator p53 adalah studi teoritis dengan

45

DAFTAR PUSTAKA

Alberts, B., Johnson, A., Lewis, J., Raff, M., Roberts, K., et al., 2002, Molecular Biology of the Cell, 4th ed., Garland Science, New York.

Bernstein, H. J and Bernstein, F. C., 2001, RasMol Version 2.7.0, 2.7.1, 2.7.1.1,

NY, USA Bykov, V. J., Issaeva, N., Selivanova, G., and Wilman, K. G., 2002a, Mutant p53-

dependent growth suppression distinguishes PRIMA-1 from known anticancer drugs: a statistical analysis of information in the National Cancer Institute database, Carcinogenesis, 23(12): pp. 2011–2018

Bykov, V. J., Issaeva, N., Zache, N., Shilov, A., Hulterantz, M., et al., 2005,

Reactivation of mutant p53 and induction of apoptosis in human tumor cells by maelimide analogs, J Biol Chem, 280(34): pp. 30384–30391

Bykov, V. J. N., Issaeva, N., Shilov, A., Hultcrantz, M., Pugacheva, E., et al.,

2002b, Restoration of the Tumor Suppresor function to mutant p53 by a Low-molecularweight compound, Nat Med, 8(3): pp. 282 – 288

Bykov, V. J., Issaeva, N., Selivanova, G., andWilman, K. G., 2007, Mutant p53

Reactivation as a Novel strategy for cancer therapy, Springer, 25 years of p53 research: pp. 399 – 419

Choi, Vichy, 2005, Yucca: An Efficient Algorithm for small – molecule Docking,

Chemistry & Biodiversity, 2:pp. 1517 – 1525. Derbyshire, D., Basu, B., Serpel, L., Joo, W., date,T., Iwabuchi, K., and Doherty,

A., 2002, Cristal structure of human 53BP1 BRCT domains bound to p53 tumour suppressor, Embo J, 21: pp. 3868

Frisch M. J., Trucks G. W., Schlegel H. B., Scuseria G. E., Robb M. A., et al.,

1995, Gaussian98 (Revision A.1), Gaussian, Inc., Pittsburgh PA Ghobrial, I. M., Witzig, T. E., and Adjie, A. A., 2005, Targeting Apoptosis

Pathways in Cancer Therapy, CA-Cancer J Clin, 55: pp. 178–194 Hainaut, P. and Hollstein, M., 2000, p53 and human cancer: the first ten thousand

mutations, Adv Cancer Res, 77: pp. 81–137 Joerger, A. C., Allen, M. D., and Ferst, A. R., 2004, Crystal structure of a

superstable mutant of human p53 cor domain, J Biol Chem, 279(2): pp. 1291–1296

Page 59: Studi Selektivitas Interaksi Senyawa Turunan Maleimida dan .../Studi-Se...Teknik yang digunakan untuk mempelajari selektivitas senyawa reaktivator p53 adalah studi teoritis dengan

46

Joerger, A. C., Ang, H.C., Veprintsev, D.B., Blair, C.M., and Fersht, A. R., 2005, Structure of p53 cancer mutants and mechanism or rescue by second-situs suppressor mutations, J Biol Chem, 280(3): pp. 16030

Joerger, A. C., Ang, H.C., and Fersht, A. R., 2006, Structural basis for

understanding oncogenic p53 mutantion and designing rescue drugs, Proc.Nat.Acad.Sci.USA, 103: pp. 15056

Kitchen, D.B., Decornez. H and Furr, J.R., 2004, Docking and Scoring in Virtual

screening for drug discovery: Methods and Aplications. Nature, 3: pp 935 – 945.

Kresno, S.B., 2002, Disregulasi Apoptosis pada Keganasan: Telaah kusus pada

Astrocytoma. Ilmu Dasar onkologi. Maliya, Arina, 2004, Perubahan Sel Menjadi Kanker dari Sudut Pandang biologi

molekuler, infokes Vol 2 no1. Morony, T. and Hieman, E.S. and Helin, K., 2002, The role of p53 and pRb in

apoptosis and cancer. Morris, G. M., Goodsell, D. S., Halliday, R. S., Huey, R., Hart, W. E., et al., 1998,

Automated Docking Using Lamarckian Genetic Algorithm and an Empirical Binding Free Energy Function, J Comput Chem, 19(14): pp. 1639 – 1662

Murray, R.K., Granner, D.K., Mayes, P.A., Rodwel, V.W., 1993, Harpers

Biochemistry, Prentice-Hall international inc, 62:779 - 800 Peng, Y., Li, C., Chen, L., Sebti, S., and Chen, J., 2003, Rescue of Mutant p53

Transcription function by Ellipticine, Oncogene, 22: pp. 4478 – 4487 Pettersen, E. F., Goddard, T. D., Huang, C. C., Couch, G. S., Greenblatt, D. M., et

al., 2004, UCSF chimera - a visualization system for exploratory research and analysis., J Comput Chem, 25: pp. 1605–12

Theodore, M.L., Philips, G.N. and Kavraki, L.E.,1999, Molecular docking: A

problem with thausands of degrees of freedom, Wang,W., Rastinejad, F., and El-Deiry,W. S., 2003, Restoring p53-dependent

tumor suppression, Cancer Biol Ther, 2(4 Suppl 1): pp. S55–S63 Zhao, K., Chai, X., Johnston, K., Clements, A., and Marmorstein, R., 2001,

Crystal structure of the mouse p53 core DNA-binding domain at 2.7 A resolution, J Biol Chem, 276(15): pp. 12120–12127

Page 60: Studi Selektivitas Interaksi Senyawa Turunan Maleimida dan .../Studi-Se...Teknik yang digunakan untuk mempelajari selektivitas senyawa reaktivator p53 adalah studi teoritis dengan

48

LAMPIRAN 1 Gambar Interaksi Ikatan Hidrogen pada situs beda hasil pemetaan turunan maleimida terhadap makromolekul p53

MIRA-1 Gambar 19. Ikatan Hidrogen situs 6 antara MIRA-1 dan MIRA-3 pada 2J20 Residu –residu situs 6 pada 2J20 yang terlibat ikatan hidrogen dengan MIRA-1 Finding intermodel H-bonds Constraints relaxed by 0.4 angstroms and 20 degrees Models used: #0 2J20_new.pdb #1.20 mira1.dlg.pdb H-bonds (donor, acceptor, D..A dist, D-H..A dist): #0 LEU 137.A N #1.20 2 2.het O 3.035 no hydrogen #0 LYS 139.A NZ #1.20 2 2.het O 2.792 no hydrogen #0 LYS 139.A NZ #1.20 2 2.het O 2.794 no hydrogen #0 TYR 239.A OH #1.20 2 2.het O 2.923 no hydrogen

Page 61: Studi Selektivitas Interaksi Senyawa Turunan Maleimida dan .../Studi-Se...Teknik yang digunakan untuk mempelajari selektivitas senyawa reaktivator p53 adalah studi teoritis dengan

49

Ikatan Hidrogen antara residu-residu site 6 2J20 dengan MIRA-3 Finding intermodel H-bonds Constraints relaxed by 0.4 angstroms and 20 degrees Models used: #0 2J20_new.pdb #1.3 mira3.dlg.pdb H-bonds (donor, acceptor, D..A dist, D-H..A dist): #0 LEU 137.A N #1.3 2 2 O 3.218 no hydrogen #0 LYS 139.A NZ #1.3 2 2 O 2.694 no hydrogen #0 LYS 139.A NZ #1.3 2 2 O 2.717 no hydrogen #0 TYR 239.A OH #1.3 2 2 O 2.976 no hydrogen

Situs 7 situs 8 Gambar 20. Ikatan Hidrogen MIRA-2 situs 7 pada 2BIM dan situs 8 pada 2J20

Page 62: Studi Selektivitas Interaksi Senyawa Turunan Maleimida dan .../Studi-Se...Teknik yang digunakan untuk mempelajari selektivitas senyawa reaktivator p53 adalah studi teoritis dengan

50

Interaksi ikatan hidrogen MIRA-2 dengan residu-residu pada site 7 2BIM dan 8 2J20 Finding intermodel H-bonds Constraints relaxed by 0.4 angstroms and 20 degrees Models used: #0 @BIMBbr.pdb #9.9 mira2.dlg.pdb H-bonds (donor, acceptor, D..A dist, D-H..A dist): #0 GLN 165.B NE2 #9.9 2 2 O 3.091 no hydrogen #0 SER 166.B N #9.9 2 2 O 3.022 no hydrogen #0 SER 166.B OG #9.9 2 2 O 3.443 no hydrogen #0 SER 166.B OG #9.9 2 2 O 2.837 no hydrogen #0 GLN 167.B NE2 #9.9 2 2 O 3.526 no hydrogen #9.9 2 2 O #0 SER 166.B OG 2.837 2.003

Finding intermodel H-bonds Constraints relaxed by 0.4 angstroms and 20 degrees Models used: #0 2J20_new.pdb #18.1 mira2.dlg.pdb H-bonds (donor, acceptor, D..A dist, D-H..A dist): #0 CYS 176.A SG #18.1 2 2 O 2.578 no hydrogen #0 CYS 242.A SG #18.1 2 2 O 2.948 no hydrogen #0 MET 243.A N #18.1 2 2 O 2.697 no hydrogen

Page 63: Studi Selektivitas Interaksi Senyawa Turunan Maleimida dan .../Studi-Se...Teknik yang digunakan untuk mempelajari selektivitas senyawa reaktivator p53 adalah studi teoritis dengan

51

LAMPIRAN 2 Histogram hasil docking lanjut Turunan Maleimida pada situs 6, 7 dan 8 MIRA-1 pada situs 6 2J20 CLUSTERING HISTOGRAM ____________________ _____|___________|_____|___________|_____|____:____|____:____|____:____|____:___ Clus | Lowest | Run | Mean | Num | Histogram -ter | Docked | | Docked | in | Rank | Energy | | Energy | Clus| 5 10 15 20 25 30 35 _____|___________|_____|___________|_____|____:____|____:____|____:____|____:___ 1 | -5.04 | 11 | -5.03 | 16 |################ 2 | -4.97 | 20 | -4.97 | 4 |####

MIRA-3 pada situs 6 2BIM CLUSTERING HISTOGRAM ____________________ _____|___________|_____|___________|_____|____:____|____:____|____:____|____:___ Clus | Lowest | Run | Mean | Num | Histogram -ter | Docked | | Docked | in | Rank | Energy | | Energy | Clus| 5 10 15 20 25 30 35 _____|___________|_____|___________|_____|____:____|____:____|____:____| 1 | -4.93 | 3 | -4.92 | 20 |####################

MIRA-2 pada Situs 7 2BIM CLUSTERING HISTOGRAM ____________________ _____|___________|_____|___________|_____|____:____|____:____|____:____|____:___ Clus | Lowest | Run | Mean | Num | Histogram -ter | Docked | | Docked | in | Rank | Energy | | Energy | Clus| 5 10 15 20 25 30 35 _____|___________|_____|___________|_____|____:____|____:____|____:____|____:___ 1 | -4.15 | 9 | -4.14 | 20 |####################

MIRA-2 pada situs 8 2J20

Page 64: Studi Selektivitas Interaksi Senyawa Turunan Maleimida dan .../Studi-Se...Teknik yang digunakan untuk mempelajari selektivitas senyawa reaktivator p53 adalah studi teoritis dengan

52

CLUSTERING HISTOGRAM ____________________ _____|___________|_____|___________|_____|____:____|____:____|____:____|____:___ Clus | Lowest | Run | Mean | Num | Histogram -ter | Docked | | Docked | in | Rank | Energy | | Energy | Clus| 5 10 15 20 25 30 35 _____|___________|_____|___________|_____|____:____|____:____|____:____|____:___ 1 | -6.02 | 1 | -6.00 | 17 |################# 2 | -5.88 | 13 | -5.86 | 2 |## 3 | -5.87 | 19 | -5.87 | 1 |#

Page 65: Studi Selektivitas Interaksi Senyawa Turunan Maleimida dan .../Studi-Se...Teknik yang digunakan untuk mempelajari selektivitas senyawa reaktivator p53 adalah studi teoritis dengan

53

LAMPIRAN 3 Ikatan Hidrogen pada residu–residu di sekitar situs terendah MIRA-1 pada 1GZH Situs 1 Finding intermodel H-bonds Constraints relaxed by 0.4 angstroms and 20 degrees Models used: #0 1GZH_br.pdb #1.18 mira1.dlg.pdb H-bonds (donor, acceptor, D..A dist, D-H..A dist): #0 HIS 115.C ND1 #1.18 2 2.het O 2.928 no hydrogen #0 SER 116.C N #1.18 2 2.het O 2.987 no hydrogen #0 SER 116.C N #1.18 2 2.het O 3.382 no hydrogen #0 THR 125.C OG1 #1.18 2 2.het O 3.548 no hydrogen #0 TYR 126.C N #1.18 2 2.het O 3.235 no hydrogen #0 ARG 282.C NH2 #1.18 2 2.het O 3.204 no hydrogen #0 ARG 282.C NH2 #1.18 2 2.het O 2.876 no hydrogen

Situs 2 Finding intermodel H-bonds Constraints relaxed by 0.4 angstroms and 20 degrees Models used: #0 1GZH_br.pdb #2.15 mira1.dlg.pdb H-bonds (donor, acceptor, D..A dist, D-H..A dist): #0 VAL 147.C N #2.15 2 2.het O 2.741 no hydrogen

Situs 3 Finding intermodel H-bonds Constraints relaxed by 0.4 angstroms and 20 degrees Models used: #0 1GZH_br.pdb #3.7 mira1.dlg.pdb H-bonds (donor, acceptor, D..A dist, D-H..A dist): #0 GLY 154.C N #3.7 2 2.het O 2.877 no hydrogen #0 THR 155.C N #3.7 2 2.het O 3.293 no hydrogen

Situs 4 Finding intermodel H-bonds Constraints relaxed by 0.4 angstroms and 20 degrees Models used:

Page 66: Studi Selektivitas Interaksi Senyawa Turunan Maleimida dan .../Studi-Se...Teknik yang digunakan untuk mempelajari selektivitas senyawa reaktivator p53 adalah studi teoritis dengan

54

#0 1GZH_br.pdb #4.2 mira1.dlg.pdb H-bonds (donor, acceptor, D..A dist, D-H..A dist): #0 LYS 132.C NZ #4.2 2 2.het O 3.068 no hydrogen #0 ARG 273.C NH1 #4.2 2 2.het O 2.709 no hydrogen

Situs 5 Finding intermodel H-bonds Constraints relaxed by 0.4 angstroms and 20 degrees Models used: #0 1GZH_br.pdb #5.16 mira1.dlg.pdb H-bonds (donor, acceptor, D..A dist, D-H..A dist): #0 ARG 156.C NH2 #5.16 2 2.het O 2.658 no hydrogen #0 ARG 158.C NH1 #5.16 2 2.het O 2.812 no hydrogen #0 ARG 158.C NH2 #5.16 2 2.het O 2.723 no hydrogen #0 ARG 158.C NH2 #5.16 2 2.het O 2.651 no hydrogen

Page 67: Studi Selektivitas Interaksi Senyawa Turunan Maleimida dan .../Studi-Se...Teknik yang digunakan untuk mempelajari selektivitas senyawa reaktivator p53 adalah studi teoritis dengan

55

LAMPIRAN 4 Gambar 21 Monomer p53 normal dan p53 termutasi residu 273 pada manusia

dalam bentuk surface

p53 Normal Manusia

p53 termutasi residu 273 Aginin termutasi menjadi Histidin

Page 68: Studi Selektivitas Interaksi Senyawa Turunan Maleimida dan .../Studi-Se...Teknik yang digunakan untuk mempelajari selektivitas senyawa reaktivator p53 adalah studi teoritis dengan

56

p53 termutasi residu 273 arginin tersubtitusi menjadi sistein

Page 69: Studi Selektivitas Interaksi Senyawa Turunan Maleimida dan .../Studi-Se...Teknik yang digunakan untuk mempelajari selektivitas senyawa reaktivator p53 adalah studi teoritis dengan

57

LEMBAR PENYELESAIAN REVISI Pertanyaan : Jelaskan secara kimia, perbedaan sel normal dengan sel kanker? bagaimana p53 mampu mencegah / pengendali pertumbuhan sel? Jawaban: Sel normal dan sel kanker memiliki perbedaan pada kontrol pertumbuhan sel, salah satu adalah adanya protein p53 ( halaman 1 paragraf 2). Pada sel normal p53 tidak stabil, hanya ada dalam konsentrasi rendah hal ini terjadi karena interaksi dengan protein Mdm2, dimana protein Mdm2 akan mendegradasi p53 pada kondisi normal sehingga apoptosis (Bunuh diri terprogram) tidak dapat berlangsung. Pada sel kanker kontrol pertumbuhan sel tidak berfungsi (halaman 7 paragraf 1 dan 2) karena p53 termutasi sehingga struktur protein p53 tidak memenuhi syarat untuk berinteraksi dengan DNA targetnya dan apoptosis tidak dapat dijalankan (halaman 8 paragraf 2 dan 3) Pertanyaan: Secara kimia apa itu mutasi pada p53? perbedaan kimia p53 berfungsi dengan p53 tidak berfungsi? Perbedaan kimia mutan p53 dengan wt p53? Jawaban: Mutasi pada protein p53 terjadi karena kesalahan dalam proses sintesis protein, mutasi p53 akan mengubah kuantitas dan sifat protein yang dikode oleh gen dan selanjutnya akan menganggu kontrol pembelahan sel( halaman 7 paragraf 1). Secara kimia mutasi akan menyebabkan struktur dan fungsi protein akan terganggu, misal jika p53 termutasi pada residu 273 akan membuat interaksi protein p53 dengan DNA targetnya melemah (halaman 13 paragraf 2) sehingga fungsi protein p53 (halaman 11 paragraf 3) akan terganggu. Jadi perbedaan kimia dari p53 berfungsi dan tidak berfungsi terdapat pada kemampuan protein untuk berinteraksi dengan DNA targetnya. Ketika terjadi mutasi pada residu yang mengakibatkan perubahan konformasi protein baik struktur primer sekunder atau tersier (halaman 11-12) akan membuat struktur tersebut kurang memungkinkan untuk berinteraksi dengan DNA sehingga protein p53 tidak bisa menjalankan fungsinya sebagaimana mestinya. Mutan p53 merupakan wt p53 (p53 normal) yang mengalami mutasi pada residu-residu tertentu sehingga mutasi ini dapat mengakibatkan stabilitas struktur protein dan/atau fungsinya terganggu ketika mutasi yang terjadi pada motif yang dipertahankan untuk fungsinya (conserved motif), tetapi jika mutasi yang terjadi bukan conserved motif, mutasi tersebut tidak akan mempengaruhi stabilitas struktur dan/atau fungsi protein tersebut.

Page 70: Studi Selektivitas Interaksi Senyawa Turunan Maleimida dan .../Studi-Se...Teknik yang digunakan untuk mempelajari selektivitas senyawa reaktivator p53 adalah studi teoritis dengan

58

Pertanyaan: Bagaimana senyawa kelompok MIRA dan PRIMA-1 dapat mengubah mutan p53 mirip dengan wt p53? Jawaban: Senyawa kelompok MIRA dan PRIMA-1 memiliki gugus pendonor elekton yang akan berinteraksi dengan akseptor elektron pada residu-residu asam amino penyusun protein tersebut. Interaksi yang terjadi bisa membuat mutan p53 mirip dengan konformasi wt p53. Beberapa cara diantaranya adalah sebagai penghubung(pengikat) atau jembatan, sebagai penghubung misal struktur 2 heliks yang diikat (dihubungkan) oleh ikatan disulfida karena adanya mutasi ikatan disulfida putus sehingga kedua heliks tersebut tidak ada yang mengikat akibatnya konformasi struktur protein akan berubah dan gagal berinteraksi dengan DNA, adanya senyawa reaktivator (contoh kelompok MIRA dan PRIMA-1) dapat sebagai penghubung atau pengikat 2 heliks tersebut mengantikan ikatan disulfida sehingga konformasi p53 termutasi tersebut akan mirip dengan wt p53 sedang sebagai jembatan senyawa tersebut akan berinteraksi dengan residu-residu pada p53 mutan dan akan sehingga bisa kembali binding dengan DNA ( halaman 40-41)

Page 71: Studi Selektivitas Interaksi Senyawa Turunan Maleimida dan .../Studi-Se...Teknik yang digunakan untuk mempelajari selektivitas senyawa reaktivator p53 adalah studi teoritis dengan

59

Pertanyaan: Urutan kerja (bagan Alir) sampai diperoleh data?

Mengetahui,

Pembimbing I Pembimbing II Dr.rer.nat Fajar Rakhman Wibowo, Msi Venty Suryanti, M.Phil NIP. 132 258 067 NIP 132 162 026

Situs potensial

Optimasi geometri ligan

Ligan teroptimasi

Docking awal

Docking lanjut

Binding energi

Binding site

Binding mode

I N T E R A K S I S P E S I F I K

Protein p53