61
LAPORAN AKHIR STUDI EVALUASI DAN KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN TERESTERIAL TRUNKED RADIO ACCESS DI INDONESIA DEPARTEMEN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SDM PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN POS DAN TELEKOMUNIKASI 2007

Studi trunking 2007

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Studi trunking 2007

LAPORAN AKHIR

STUDI EVALUASI DAN KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN TERESTERIAL TRUNKED

RADIO ACCESS DI INDONESIA

DEPARTEMEN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SDM

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN POS DAN TELEKOMUNIKASI 2007

Page 2: Studi trunking 2007

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

menyertai kita semua sehingga tim penulis dapat menyelesaikan Laporan Akhir Studi “Evaluasi dan Kebijakan Penyelenggaraan Teresterial Access Trunked Radio

Access di Indonesia” tepat pada waktunya sesuai dengan Surat Keputusan

Kapuslitbang Postel selaku Pejabat Pembuat Komitmen Badan Litbang SDM Kominfo Nomor 5KEP/BLSDM/KOMINFO/2/2007 tanggal Februari 2007 tentang

pembentukan tim studi Evaluasi dan Kebijakan Penyelenggaraan Teresterial Access Trunked Radio Access di Indonesia .

Laporan Akhir ini telah disesuaikan dengan masukan saran dari peserta pada presentasi rancangan laporan akhir . Laporan akhir terdiri dari pendahuluan

yang meliputi latar belakang, permasalahan, tujuan dan sasaran, ruang lingkup, .

Selain itu mencakup metodologi , gambaran umum dan landasan teori. Bab selanjutnya memuat pembahasan terdiri dari hasil pengumpulan data dan analisa

data, dilanjutkan dengan kesimpulan dan saran.

Akhir kata, dengan segala kekuranagn dan keterbatasan, tim penulis

mengucapkan terima kasha kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya laporan akhir tepat pada waktunya. Semoga Laporan Akhir ini

dapar memberikan gambaran Evaluasi dan Kebijakan Penyelenggaraan Teresterial Access Trunked Radio Access di Indonesia sehingga penyelenggaraan radio

trunking di Indonesia menjadi optimal

Jakarta, 2007

TIM PENULIS

Evaluasi dan Kebijakan Penyelenggaraan Teresterial Access

Trunked Radio Access di Indonesia

Page 3: Studi trunking 2007

iii

DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar........................................................................................................................ ii

Daftar Isi ................................................................................................................ iii

Daftar Tabel ................................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1

A. Latar Belakang ...............................................................................1

B. Permasalahan ........................................................................... 2

C. Tujuan dan Sasaran ........................................................................ 4

D. Ruang Lingkup ........................................................................ 5

BAB II METODOLOGI ................................................................................. 6

A. Pendekatan Penelitian ................................................................ 6

B. Pengumpuulan data........................................................................... 7

C. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 7

D. Populasi dan Sampel .........................................................................7

E. Lokasi Penelitian ............................................................7

F. Teknis Analisis ...............................................................7

G. Desain Variabel Penelitian.............................................................. 8

BAB III METODOLOGI ................................................................................. 9

A. Regulasi ................................................................ 9

B. Penyelenggaraan Telekomunikasi .......................................10

C. Penyelenggaraan Radio Trunking di Indonesia......................... 11

D. Perkembangan Teknologi ........................................................15

BAB IV HASIL PENGUMPULAN DATA ......................................................18

A. Data Primer ......... .........................................................................18

B. Data Sekunder ...........................................................................32

Page 4: Studi trunking 2007

iv

BAB V EVALUASI DAN ANALISIS KEBIJAKAN

PENYELENGGARAAN RADIO TRUNKING...................................33

A. Analisa Data ................................................................33

B. Evaluasi Kebijakan Penyelenggaraan Radio Trunking ....................50

BAB VI PENUTUP ...................................................................................53

A. Kesimpulan .................................................................................... 53

B. Rekomendasi ......................................................... 54

Page 5: Studi trunking 2007

v

DAFTAR TABEL

Tabel II. 1 : Desain, Variabel dan Operasional Variabel

Tabel III.1 : Daftar Penyelenggaraan Jaringan Bergerak Teresterial Radio Trunking

Tabel IV.1 : Data Modern Licensing Tabel IV.2 : Data Alasan Belum Menyelesaikan Perijinan

Tabel IV.3 : Komitmen Responden Yang Tertuang dalam Modern Licensing

Tabel IV.4 : Realisasi Terhadap Komitmen Responden yang Tertuang

dalam Modern Licensing Tabel IV.5 : Coverage Area Radio Trunking

Tabel IV.6 : Teknologi yang Digunakan Tabel IV.7 : Tarif yang dikenakan terhadap pelanggan

Tabel IV.8 : Model Bisnis Penyelenggaraan Layanan Radio Trunking

Tabel IV.9 : Alokasi Frekuensi Tabel IV.10 : Penggunaan Frekuensi

Tabel IV.11 : Pendapat tentang KM No. 20 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan Jaringan Telekomunikasi

Tabel IV.12 : Rencana Interkoneksi Tabel IV.13 : Stategi

Tabel IV.14 : Pengguna Jasa Radio Trunking

Tabel IV.15 : Jenis Layanan Radio Trunking Tabel IV.16 : Pendapat mengenai pembinaan oleh regulator

Page 6: Studi trunking 2007

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Undang-undang No. 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi telah

menderegulasi sektor telekomunikasi nasional melalui adanya larangan

praktek monopoli sehingga struktur industri menjadi lebih kompetitif.

Penyelenggaraan jaringan telekomunikasi terdiri dari penyelenggaraan

jaringan tetap dan penyelenggaraan jaringan bergerak. Penyelenggaraan

jaringan bergerak terdiri dari penyelenggaraan jaringan bergerak teresterial,

penyelenggaraan jaringan bergerak selular, penyelenggaraan jaringan

bergerak satelit.

Penyelenggara jaringan dan jasa bergerak teresterial meliputi

penyelenggara radio trunking, penyelenggara radio panggil untuk umum.

Radio trunking adalah telekomunikasi bergerak dua arah menggunakan

teknik trunking dimana teknologi yang digunakan masih sangat

konvensional ( half duplex suara). Penggunaan radio trunking sebagai alat

komunikasi untuk memenuhi kebutuhan bertelekomunikasi telah populer

dilakukan pada awal tahun 90-an. Keberadaan penyelenggara radio

trunking di Indonesia dibatasi hingga tujuh perusahaan, dengan syarat satu

perusahaan minimal melayani tiga ibukota provinsi.

Pada umumnya layanan jasa radio trunking tidak terlalu diminati oleh

masyarakat karena cakupan layanan yang ditawarkan radio trunking

sangat terbatas. Pelanggan radio trunking sebagaian besar adalah

perusahan bukan perorangan. Sampai saat ini masih banyak masyarakat

Indonesia yang beranggapan bahwa penggunaan radio trunking sebagai

alat komunikasi konvensional (half duplex suara). Disamping itu kebijakan

yang mengatur teknologi radio trunking dalam penyelenggaraan

telekomunikasi dirasakan belum optimal.

Page 7: Studi trunking 2007

2

Seiring dengan perkembangan teknologi, radio trunking telah mengalami

berbagai kemajuan dimana dapat dimodifikasi menjadi handphone

sekaligus walkie talkie yang memiliki kualitas suara dan transmisi yang baik

untuk melakukan komunikasi/percakapan. Disamping itu pada radio

trunking terdapat beberapa fitur antara lain sebagai penyebar pesan atau

dispatch, telepon, pager, SMS, dan juga pentransmisi data. Melihat

kemajuan teknologi radio trunking dengan berbagai fitur maka radio

trunking tersebut dapat digunakan salah satu penyedia jasa telekomunikasi

dan jaringan baik skala lokal maupun nasional.

Mengingat kenyataan bahwa masih kurang meratanya infrastruktur

telekomunikasi terutama di daerah perbatasan, kepulauan atau yang belum

mendapat akses telekomunikasi, pemerintah/regulator bidang

telekomunikasi harus mampu mendorong pengembangan infrastruktur

telekomunikasi dengan mengupayakan peningkatan penetrasi infrastruktur

telekomunikasi.

Dalam rangka upaya mengoptimalkan penggunaan radio truniking dalam

penyelenggaraan telekomunikasi di Indonesia dan evaluasi terhadap

kebijakan penyelenggaraa radio trunking maka perlu dilakukan studi tentang

evaluasi dan kebijakan penyelenggaraan terrestrial trunked radio access di

Indonesia.

B. PER MASALAHAN

Pengguna jasa radio trunking sebagian besar adalah perusahan bukan

perorangan. Cakupan wilayah radio trunking hanya mencakup beberapa

kota dan kabupaten dan dapat tidak tersambung antara lokasi yang satu

dengan lokasi lainnya. Disamping itu teknologi radio trunking belum setara

dengan teknologi selular.

Page 8: Studi trunking 2007

3

Sampai saat ini masih banyak masyarakat Indonesia yang beranggapan

bahwa penggunaan radio trunking sebagai alat komunikasi konvensional

(half duplex suara). Seiring dengan perkembangan teknologi, radio trunking

telah mengalami berbagai kemajuan dimana dapat dimodifikasi menjadi

handphone sekaligus walkie talkie yang memiliki kualitas suara dan

transmisi yang baik untuk melakukan komunikasi/percakapan serta

pengembangan fitur antara lain sebagai pager, SMS, dan juga

pentransmisi data.

Namun implementasi dilapangan, layanan radio trunking masih sebatas

layanan voice dengan cakupan beberapa kabupaten atau kota secara

terpisah. Sesuai dengan KM 20 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan

Jaringan Telekomunikasi dinyatakan bahwa Jaringan radio trunking dapat

disambungkan ke jaringan telekomunikasi lainnya. Peluang tersebut belum

sepenuhnya dimanfaatkan oleh penyelenggara radio trunking, sehingga

pengembangan layanan radio trunking belum berkembang seperti

penyelenggara telekomunikasi lainnya. Dari latar belakang dan

permasalahan tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan pokok studi

yaitu ” Bagaimana kondisi penyelenggaraan jaringan bergerak

teristerial radio trunking di Indonesia “, dengan rincian masalah yang

dapat diprediksi sebagai berikut :

1. Siapa saja penyelenggara radio trunking dan dimana saja radio trunking

diselenggarakan;

2. Siapa saja pengguna/pelanggan radio trunking;

3. Jenis layanan apa saja yang disediakan oleh penyelenggara radio

trunking;

4. Sejauhmana pelaksanaan kebijakan penyelenggaraan jaringan radio

trunking;

5. Masalah apa saja yang timbul dalam penyelenggaraan radio trunking.

Page 9: Studi trunking 2007

4

C. TUJUAN DAN SASARAN

Tujuan Penelitian

Penelitian diharapkan menghasilkan gambaran penyelenggaraan radio

trunking di Indonesia dan masukan dan bahan evaluasi penyempurnaan

kebijakan.

Sasaran Penelitian

Penelitian ini diharapkan menghasilkan :

1. Laporan hasil studi ilmiah, terdiri dari :

a. Laporan Pendahuluan (Inception Report )

Pada laporan pendahuluan ini diuraikan mengenai penjabaran

kerangka acuan, meliputi penjabaran latar belakang, metodologi

dan pendekatan teori serta rencana kerja kegiatan persiapan,

daftar pertanyaan untuk survei dan penyusunan laporan-laporan.

b. Laporan Antara (Interim Report )

Pada tahap laporan ini disampaikan kompilasi data dan informasi

yang telah ditabulasi dari hasil pengumpulan data baik primer

maupun sekunder.

c. Rancangan Laporan Akhir (Draft of Final Report)

Pada Rancangan Laporan Akhir ini telah dihasilkan kesimpulan

dan rekomendasi konsep penyempurnaan kebijakan,

berdasarkan hasil analisis dan evaluasi data pada laporan

sebelumnya.

d. Laporan Akhir (Final Report)

Laporan akhir merupakan laporan hasil penyempurnaan dari

Rancangan Laporan Akhir setelah pembahasan dan Laporan

Akhir disertai abstraksi studi.

2. Executive summary (ringkasan eksekutif)

Merupakan ringkasan dari laporan akhir (final report) studi Konsep

penyempurnaan kebijakan penyelenggaan radio trunking

3. Naskah/ buku hasil penelitian yang siap dipublikasikan

Page 10: Studi trunking 2007

5

D. RUANG LINGKUP

Penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup penelitian survey pengguna

radio trunking, penyelenggara radio trunking, regulator dengan pendekatan

penelitian kualitatif, dan mengacu pada asumsi-asumsi konsep teoritik

telekomunikasi. Jangkauan penelitian mencakup seluruh wilayah Indonesia.

Page 11: Studi trunking 2007

6

BAB II

METODHOLOGI

A. PENDEKATAN PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif.

Pendekatan yang diambil di literatur sangat banyak menurut Lasswell

tentang pemetaan kontektual termasuk dari sistem radio trunking, akan

melibatkan pemetaan partisipan/ stake holder perspektif mereka, situasi

dan nilai dan strategi mereka, serta hasil dan effek aktual yang mereka

inginkan. Pemetaan konteks problem memberikan kemungkinan untuk

memahami keragaman dimensi persepsi bagi masing-masing pihak baik

regulator, penyelenggara, pengguna jasa radio trunking sebagai sumber

data primer dan data sekunder, sehingga dapat memperbaharui

pengetahuan, yakinan, untuk mengevaluasi kebijakan penyelenggaraan

teressterial trunked radio access di Indoensia.

B. PENGUMPULAN DATA

Data dikumpulkan melalui penyebaran kuesioner (daftar pertanyaan)

yang seragam yang harus diisi dan dijawab oleh responden yang telah

ditentukan ke lokasi penelitian. Daftar pertanyaan untuk kegiatan survey

terdiri dari 3 (tiga) kelompok .

1. Daftar pertanyaan kepada pengguna layanan radio trunking di

Indonesia

2. Daftar pertanyaan untuk kelompok responden penyelenggara radio

trunking di Indonesia.

3. Daftar pertanyaan untuk kelompok regulator

Page 12: Studi trunking 2007

7

C. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Data dikumpuljan melalui penyebaran kuesioner kepada responden

pengguna/pelanggan layanan radio trunking, regulator dan

penyelenggara trunking.

D. POPULASI DAN SAMPEL

Pada penelitian ini digunakan sampling jenuh oleh karena populasi yaitu

penyelenggara radio trunking kurang dari 30 ( tiga puluh ), demikian juga

perusahaan pengguna jasa trunking juga tidak melebihi angka 30

(tigapuluh) perusahaan. Merupakan non probality sampling, teknik

pengambilan sampling yang tidak memberikan peluang dan kesempatan

yang sama setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi

sample. Disini tidak memperhitungkan hukum acak.

E. LOKASI PENELITIAN

Lokasi penelitian adalah 14 lokasi terdiri dari Medan, Pontianak,

Palembang, Yogyakarta, Surabaya, Bandung, Denpasar, Samarinda,

Makassar, Manado, Batam,Balikpapan, Banten dan Jakarta.

F. TEKNIK ANALISIS

Analisa argumen bagi setiap responden dan dikaitkan dengan setiap

kebijakan yang berhubungan dengan penyelenggaraan radio trunking.

Analisis penyampaian kebijakan dan aspek yang paling menonjol dari

Kebijakan, atau koreksi kebijakan dan penambahan serta agenda

kebijakan yang berpengaruh terhadap kemajuan radio trunking.

Kebijakan perlu diatur, dilkelola, dievaluasi dan dihentikan ada juga

berpendapat implementasi, monitoring, kontrol evaluasi dan review,

pemeliharaan kebijakan, penggantian dan terminasi (hogwood dan Gunn,

1984).

Page 13: Studi trunking 2007

8

G. DESAIN VARIABEL PENELITIAN

Studi ini merupakan sebuah penelitian terapan untuk memecahkan

masalah (problem solving research). Desain penelitian seperti terdiri

fase pertama kajian awal kerangka peraturan dan perundangan radio

trunking di Indonesia, pengumpulan data primer dan sekunder dan kajian

terhadap model kebijakan. Fase kedua analisa dari argument

penyelenggara dikaitkan dengan regulasi dan berdasarkan pengolahan

data. Dan fase terakhir adalah perumusan rekomendasi dan evaluasi

kebijakan . Adapun data yang dikumpulkan yang berkaitan dengan

operasionalisasi penelitian yang dijabarkan dari komitmen , realisasi dari

komitmen, tingkat optiomalisasi penggunaan frekuensi radio,rencana

interkoneksi, klasifikasi pengguna hal ini akan di lihat dari sudut

pengguna jasa radio trunking, penyelenggara, dan dari regulatoir sendiri.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel II.1 :Desain, Variabel dan Operasionalisasi Variabel

No VARIABEL OPERASIONALISASI

1. Perusahaan Pengguna

1. Komitmen dalam modern lisensing. 2. Realisasi komitmen 3. Tingkat optimalisasi penggunaan Frekuensi. 4. Rencana interkoneksi 5. Klasifikasi pengguna jasa radio trunking

2. Regulator 1. Komitmen dalam modern lisensing. 2. Realisasi komitmen 3.Tingkat optimalisasi penggunaan Frekuensi. 4. Rencana interkoneksi 5. Klasifikasi pengguna jasa radio trunking

3. Penyelenggara radio Trunking

1. Komitmen dalam modern lisensing. 2. Realisasi komitmen 3. Tingkat optimalisasi penggunaan Frekuensi. 4. Rencana interkoneksi 5. Klasifikasi pengguna jasa radio trunking

Page 14: Studi trunking 2007

9

BAB III

GAMBARAN UMUM

A. REGULASI

Regulasi telekomunikasi merupakan kebijakan yang ditetapkan oleh

pemerintah selaku regulator untuk menciptakan sistem pertelekomunikasian

yang kondusif, yang dijadikan pedoman bagi pelanggan/pengguna,

penyelenggara telekomunikasi, industri (vendor) dan regulator dalam

penyelenggaraan telekomunikasi. Regulasi yang secara spesifik mengatur

penyelenggaraan radio truking antara lain sebagai berikut:

1. Undang-undang No. 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi

2. Peraturan Pemerintah No. 52 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan

Telekomunikasi

3. Peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2000 tentang Penggunaan

Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit

4. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor. KM 20 tahun 2001 tentang

Penyelenggaraan Jaringan Telekomunikasi dan perubahannya Nomor

KM. 29 Tahun 2004

5. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 21 tahun 2001 tentang

Penyelenggaraan Jasa Telekomunikasi dan perubahannya Nomor KM

30 Tahun 2004

6. Peraturan Mentari Komunikasi dan Informatika Nomor 17 Tahun 2005

tentang Perturan Menteri Kominfo Nomor : 17

/PER/M.KOMINFO/0/2005 tentang Tata Cata Perizinan dan Ketentuan

Operasional Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio

Page 15: Studi trunking 2007

10

B. PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI

Undang-undang No. 36 tahun 1999 tentang telekomunikasi mengatur

bahwa penyelenggaraan telekomunikasi di Indoensia dibagi menjadi 3

(tiga): penyelenggaraan jaringan telekomunikasi, penyelenggaraan jasa

telekomunikasi dan penyelengaraan telekomunikasi khusus. Lebih lanjut,

dalam Peraturan Pemerintah No. 52 tahun 2000 tentang Penyelenggaraan

Telekomunikasi dijelaskan bahwa jaringan ini dibagi menjadi 2 (dua)

kelompok, yaitu penyelenggaraan jaringan tetap dan penyelenggaraan

jaringan bergerak. Penyelenggaraan tetap itu sendiri dibedakan menjadi 4

(empat) : penyelenggaraan jaringan tetap lokal, penyelenggaraan jaringan

tetap Sambungan Langsung Jarak Jauh (SLJJ), penyelenggaraan jaringan

tetap Sambungan Internasional (SLI) dan penyelenggaraan jaringan tetap

tertutup

Sedangkan penyelenggaraan jaringan bergerak itu sendiri dalam peraturan

pemerintah di atas dibedakan menjadi 3(tiga): penyelenggaraan jaringan

bergerak teresterial, penyelenggaraan jaringan bergerak selular,

penyelenggaraan jaringan bergerak satelit. Penyelenggara jaringan

bergerak teresterial meliputi penyelenggara radio trunking, penyelenggara

radio panggil untuk umum.

Penyelenggaraan jaringan tetap tertutup menyediakan jaringan

telekomunikasi untuk disewakan. Penyelenggaraan jaringan tetap tertutup

ini dapat menyewakan baik jaringan maupun jasa telekomunikasi. Selain itu,

penyelenggaraan telekomunikasi khusus yang hanya digunakan untuk

keperluan sendiri, yaitu pengguna jaringan untuk pemakaian kelompok

pengguna tertutup. Penyelenggaraan jaringan tetap tetutup yang

menyediakan jaringan untuk penyelenggaraan telekomunikasi dilarang

mengembangkan ke jaringan lain. Dalam Keputusan Menteri Perhubungan

Nomor KM 21 tahun 2001 tentang Penyelenggaraan Jasa Telekomunikasi

dan perubahannya Nomor KM 30 Tahun 2004, penyelenggara jasa teleponi

dasar ini dilakukan oleh penyelenggara jaringan tetap, jaringan bergerak

selular, jaringan bergerak satelit dan penyelenggara radio trunking.

Page 16: Studi trunking 2007

11

Penyelenggara jaringan radio trunking dapat menyelenggarakan jasa

telepon sambungan lokal.

C. PENYELENGGARAAN RADIO TRUNKING DI INDONESIA

Telekomunikasi adalah setiap pemancaran, pengiriman atau penerimaan

setiap jenis tanda, gambar, suara dan informasi dalam bentuk apapun

melalui sistem kawat, optik, radio atau sistem elektromagnetik lainnya.

Salah satu bentuk bentuk telekomunikasi adalah radio trunking, yaitu

telekomunikasi bergerak melalui radio trunking.

Teknik radio trunking adalah penggunaan sekelompok spektrum frekuensi

secara bergantian (otomatis), sehingga diperoleh efisiensi yang lebih baik

dan jumlah penggunaan per frekuensi yang lebih tinggi. Penyelenggaraan

telekomunikasi radio trunking dapat dilakukan dengan berbagai teknik, yaitu

simplex, semi-duplex, dan duplex. Teknik simplex adalah komunikasi antara

dua tempat dengan menggunakan satu kanal (frekuensi), komunikasi

dilakukan secara bergantian. Teknik semi-duplex adalah komunikasi

dilakukan secara bergantian. Teknik duplex adalah komunikasi antara dua

tempat dengan menggunakan sepasang kanal (frekuensi), komunikasi

dilakukan bersamaan.

Di Indonesia penyelenggara radio trunking termasuk dalam

penyelenggaraan jaringan bergerak teresterail. Beberapa ketentuan

berkaitan dengan penyelenggaraan radio trunking antara lain:

Penyelenggaraan jaringan radio trunking diwajibkan membangun

dan/atau menyediakan akses pelanggan di satu lokasi atau lebih

Jarinngan radio trunking dangan cakupan beberapa kabupaten dan

kota dapat tidak tersambung antara satu dengan lainnya;

Penyelenggara radio trunking wajib membangun dan/atau

menyediakan jaringan bergerak teresterial radio trunking;

Page 17: Studi trunking 2007

12

Penyelenggara radio trunking diselenggarakan dengan cakupan

kabupaten atau kota beberapa kabupaten dan kota;

Jaringan radio trunking dapat disambungkan ke jaringan

telekomunikasi lainnya dan pelaksanaannya wajib mengikuti

ketentuan teknis dan rencana dasar teknis yang ditetapkan oleh

Menteri;

Dalam hal jaringan radio trunking disambungkan ke jaringan

telekomunikasi lainnya, maka diberlakukan ketentuan-ketentuan

sebagaimana dimaksud dalam penyelenggaraan jaringan

telekomunikasi bergerak selular;

Penyelenggara radio trunking harus menggunakan spektrum

frekuensi radio yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal;

Pelanggan radio trunking dapat menyediakan sendiri terminal radio

trunking, dalam hal pelanggan tidak dapat menyediakan terminal

sendiri, penyelenggara radio trunking wajib menyediakan terminal

radio trunking bagi pelanggannya.

Penyelenggaraan radio trunking dikenakan Biaya Hak Penggunaan (BHP)

Frekuensi Radio yang besarnya ditetapkan Menteri setelah mendapat

persetujuan Menteri Keuangan. Rumus BHP adalah sebagai berikut:

BHP = [(Ib × HDLP × b) + (Ip × HDDP P) ] /2

Dimana

BHP adalah BHP Frekuensi Radio dalam rupiah

HDDP adalah Harga Dasar Daya Pancar (HDDP)

HDLP adalah Harga Dasar Lebar Pita Frekuansi Radio

p adalah lebar pita frekuensi yang diduduki (bandwidth occupied)

dalam KHz

Ib adalah indeks biaya pendudukan lebar pita

Ip adalah indeks biaya daya pancar

Page 18: Studi trunking 2007

13

Sampai saat ini penyelenggaraan jasa radio trunking di Indonesia dilakukan

oleh 11 perusahaan. Di lihat dari segi ekonomi dan bisnis penyelenggaraan

radio trunking merupakan salah satu entitas bisnis yang ikut merasakan

pahitnya dampak krisis ekonomi di Indoensia dan beberapa Negara Asia

Tenggara lainnya pada tahun 1997. Penyelenggaraan radio trunking mulai

bias menikmati jerih payahnya sekitar tahun 2000an seiring dengan

pemulihan perekonomian di Indonesia.

Masa menikmati jerih paya usaha tersebut tidak berlangsung lama karena

kemudian hadir teknologi telekomunikasi CDMA yang kembali mereduksi

pangsa pasar operator radia trunking, khususnya yang dijual secara retail

kepada perusahaan-perusahaan di wilayah DKI Jakarta.

Jumlah penyelenggara radio trunking sampai pada tahun 2006 terdiri dari 8

penyelenggara. Secara lengkap dapat dilihat pada tabel beriku:

Tabel III.1 Daftar Penyelenggara Jaringan Bergerak Teresterial Radio Trunking

Nama Penyelenggara

Izin Wilayah Operasi

PT Elnusa Rentrakom

PT Indocall Rintis Buana

1829/DIRJEN/1999 Jakarta, Tangerang, Bekasi, Cikarang, Bogor

PT Jastrindo Dinamika

314/DIRJEN 1999 KP 95 Tahun 2004

Bandung, Cilegon, Cirebom, Surabaya, Papua

PT Lyman Satya Jaya

SK. 6/PT.003/PHB-98 Pontianak, Balikpapan, Palembang, Medan, Batam

PT Maesa Nusatama

1709/DIRJEN/1999 KP 258 Tahun 2004

Jakarta, Denpasar

PT Mitra Antar Semesta

1748/DIRJEN/1999

PT Mobilkom Telekomindo

136/DIRJEN/2000

PT Prasarana Lokapratama

Sumber: Ditjen Postel 2006

Page 19: Studi trunking 2007

14

Dari kedelapan penyelenggara tersebut pada dasarnya hanya ada 3-4

penyelenggara yang masih aktif, yaitu PT Mobilkom Telekomindo, PT

Jastrindo Dinamika, PT. Maesa Nusatama. PT Elnus Rentrakom.

PT Mobilkom Telekomindo berdiri tahun 1993, yang mendapat ijin dari

pemerintah Indonesia untuk beroparsi di dua frekuensi sekaligus, yakni 400

MHz dan 800 MHz. Mobilkom menguasai pangsa pasar terbesar untuk

radio trunking di Indonesia, dengan lebih dari 350 perusahaan pelanggan

yang menggunakan jaringan komunikasi Mobilkom

Sampai tahun 1996 Mobilkom telah menginvestasikan lebih dari 23 juta dilar

AS untuk membangun infrastruktur (BTS). Ketika tahun 1997 mulai

dioparasikan ternyata tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Untuk

menggunakan jasa radio trunking, klien harus investasi sebesar $550

sampai $3,5000 per unit. Karena harganya terlalu mahal akhirnya mereka

menyewa. Akhirnya kien menyewa peralatan berikut jasa penggunaan radio

trunking dengan harga Rp. 200.000,- sampai Rp. 350.000,- per unit per

bulan. Biaya sewa ini termasuk jaminan kerusakan dan kien hanya

menggunakan saja tidak dibebani biaya-biaya lainnya. Dari bidang usaha

seperti ini, mobilkom hanya mendapat penghasilan sekitar Rp 200 Juta

perbulan, sehingga dalam kondisi terus merugi. Dengan situasi seperti ini,

daya tarik inverstasi penyelenggara radio trunking tidak menarik.

PT Jastrindo merupakan penyelenggara radio trunking yang pertama

beroperasi di Indoensia dengan lisensi sebagai penyelenggara jasa radio

trunking di Seluruuh Indonesia. Mulai beroparsi sejak tahun 1993 dan kini

sudah mengembangkan jaringannya di Jabotabek, Jawa Barat, Jawa Timur

dan Papua ( PT Freeport). Sistem Komunikasinya dua arah dengan semi

duplex dan menggunakan master switch untuk pengaturan penggunaan

kanal dalam jumlah besar. Setiap pengguna hanya menggunakan satu

kanal secara ekskusif hanya pada saat on-line (virtual Private Network).

Alokasi kanal dilakukan secara otomatis oleh sistem.

Page 20: Studi trunking 2007

15

D. PERKEMBANGAN TEKNOLOGI

Dalam kontek peranan perkembangan teknologi yang mengarah pada

digitalisasi, ada hal-hal yang sudah waktunya dan ada yang masih

menunggu kemampuan pasar untuk dapat diimplementasikannya,

merupakan inti pengamatan perkembangan teknologi

Page 21: Studi trunking 2007

16

contoh peralatan dalam pusat penyambungan.

Untuk melakukan panggilan dengan menggunakan radio trunking yang

menghubungkan pesawat pelanggan dengan pusat penyambunganyang

menggunakan teknologi digital, perangkat keras dan perangkat lunak.

Dari sisi pengguna/ pelanggan, dibutuhkan terminal radio trunking, yaitu

perangkat radio pelanggan yang memungkinkan hubungan dengan

jaringan trunking atau melakukan panggilan dengan teknologi radio

trunking. Saat ini tersedia berbagai model terminal radio trunking yang

bias dipilih pelanggan berdasarkan pertimbangan selera, teknologi dan

harga. Berikut beberapa contoh terminal radio trunking.

Telekomunikasi dengan radio trunking dapat dilakukan antara sesama

pelanggan jasa radio trunking ataupun dengan pelanggan PTSN (Public

switch Telecommunication) Network).

Page 22: Studi trunking 2007

17

Page 23: Studi trunking 2007

18

BAB IV

HASIL PENGUMPULAN DATA

Pengumpulan data dimaksudkan untuk mendapatkan informasi dan data yang

aktual dari penyelenggara radio trunking. Data tersebut terdiri dari data primer

yaitu jawaban koesioner dari penyelenggara radio trunking dan pengguna jasa

radio trunking dan data sekunder yang diperoleh dari studi pustaka melalui

inventarisasi regulasi telekomunikasi, data tentang penyelenggaraan jasa radio

trunking dan benchmarking dengan negara lain.

A. DATA PRIMER

Data primer diperoleh dengan cara penyebaran kuesioner kepada

penyelenggara radio trunking, pengguna di 14 lokasi terdiri dari Medan,

Pontianak, Palembang, Yogyakarta, Surabaya, Bandung, Denpasar,

Samarinda, Makassar, Manado, Batam,Balikpapan, Banten Jakarta , dan

regulator. Namun dengan adanya kebijakan nasional yang dikeluarkan

bertepatan dengan jadwal pelaksanaan pengumpulan data maka dari 14

lokasi yang direncanakan (sesuai TOR) hanya 3 (tiga) lokasi yaitu

Makassar, Medan dan Manado yang bisa dilaksanakan . Seda ngkan

kuesioner yang dikiramkan ke regulator (DJPT) belum dikembalikan.

Adapun hasil pengumpulan data primer adalah sebagai berikut:

1. Penyelenggara Radio Trunking

Hasil pengumpulan/pengolahan data yang dilakukan terhadap

penyelenggara radio trunking diperoleh jawaban dari 5 (lima)

penyelenggara radio trunking sedang hasil pengolahan data secara

keseluruhan adalah sebagai berikut

Page 24: Studi trunking 2007

19

a. Melaksanakan Moderen Lisencing

Dari hasil pengumpulan data kepada penyelenggara radio

trunking terlihat bahwa 5 reponden diperoleh jawaban bahwa

hanya PT Jatimas Fajar Satrio yang sudah mengoperasikan

perusahaan berdasarkan modern lisencing sedang yang

lainnya dalam proses persetujuan modern licensing bahkan ada

yang belum mengajukan modern licensing .

Tabel IV-1 : Data modern licensing

No Nama Perusahaan Jawaban

1 PT. Mobilkom Telekomindo

Sedang dalam proses persetujuan Modern Lisencing

2 PT. Daksina Arga Perkasa Belum

3 PT. Jatimas Fajar Satryo Sudah melaksanakan modern lisencing

4 PT.Telepoint Nusantara Sudah diajukan permohonan ijin, dg surat No 61/TPN/III/05, tgl 8 Maret 2005, namun hinga saat ini belum terbit.

5 PT. Elnusa Rentrakom Masa laku izin akan habis dan ditinjau kembali pada tahun 2008.

Sumber : diolah

b. Alasan

Penyelenggara radio trunking belum melakukan medern

licensing oleh karena sedang dalam proses , belum

mendapatkan ijin prinsip karena sedang dalam proses ULO

bahkan ada yang sama sekali belum melalui proses.

Tabel IV-2 : Alasan belum menyesuaikan perijinan

No Nama Perusahaan

Jawaban

1 PT. Mobilkom Telekomindo

Dalam Proses

2 PT. Daksina Arga Perkasa

Baru memiliki Izin Prinsip, ISR dan ULO dalam proses

3 PT. Jatimas Fajar Satryo

-

4 PT.Telepoint Nusantara

Surat Dirjen Postel No 113/DJPT.3/KOMINFO/7/05/, tgl 25 Juli 2005, Izin penyelenggaraan jaringan Penyelenggaraan Jaringan Bergeraktersterial radio trunking (Modren Lisencing) saat ini dalam proses.

5 PT. Elnusa Rentrakom

Belum

Sumber : diolah

Page 25: Studi trunking 2007

20

c. Komitmen

Dari lima penyelenggara radio trunking yang menjadi

responden telah memberikan jawaban komitmen yang tertuang

dalam modern licensing mengenai lokasi pembangunan,

cakupan layanan dan pengembangan jaringan trunking yang

secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel IV-3 :Komitmen responden yang tertuang dalam

modernlicensing

No Nama Perusahaan Jawaban

1 PT. Mobilkom Telekomindo

PT. Mobilkom Telekomindo Jangkauan saat ini : Jakarta, Riau, Laut Jawa, Sumatera Selatan Pengembangan ; Kaltim, Sumsel, Jawa Tengah, & Jawa Timur

2 PT. Daksina Arga Perkasa

Belum

3 PT. Jatimas Fajar Satryo

Komitmen pembangunan dan pengembangan jaringan radio trunking, sampai tahun 2006 kapasitas kanal frekuensi yang harus penuhi masih kurang 7 kanal, hal ini disebabkan karena masih mudahnya pengurusan izin telsus (Konsesi/konvensional maupun radio trunking) sehingga pengguna semakin menjadi semakin kecil dan terbatas. Data penyelenggara ada di 9 sembilan lokasi wilayah propinsi diantaranya; 7 repeter (Sidoarjo, Sleman, Badung, Banjar, Kutai, Minahasa, Maros) Base stasiun Trunking Taman Anggrek(Jakarta), base stasiun Soekarno Hatta-Banten.

4 PT.Telepoint Nusantara

PT.Telepoint Nusantara Dalam aplikasi moderen lisencing yang telah diajukan mengenai pembangunan, cakupan layanan dan pengembangan jaringan trunking sebagai berikut;

- tahun 2008: pembangunan cakupan layanan dan pelayanan jaringan trunking di wilayah jabodetabek.

- Tahun 2009, pembangunan cakupan layanan dan pengembangan jaringan trunking di wilayah Jawa Barat, Jawa tengah.

- Tahun 2010; pembangunan, cakupan layanan dan pengembangan jaringan trunking di wilaya Jawa Timur.

Page 26: Studi trunking 2007

21

Tahun 2011: Pembangunan cakupan layanan dan pengembangan jaringan

trunking di wilayah Bali.

5 PT. Elnusa Rentrakom

PT. Elnusa Rentrakom. Realisasi dari komitmen izin yang diberikan masih sulit untuk dipenuhi, karena pasar yang ada saat ini masih terbatas dan minat investor dalam bidang trunking radio masih kurang. Hal ini menjadi lebih sulit karena kemudahan para pengguna (instansi non pemerintah maupun pemerintah) dalam mendapatkan izin telekomunikasi khusus, walaupun secara undang-undang seharusnya tidak cukup kuat alasan untuk menyelenggarakan telekomunikasi khusus.

Sumber : diolah

d. Realisasi Komitmen

Realisasi terhadap komitmen modern licensing termasuk

kewajiban penyelenggara radio trunking mengenai BHP Postel

dan BHP Frekuensi serta kinerja operasi secara rinci dapat

dilihat pada tabel berikut :

Tabel IV-4 : Realisasi terhadap Komitmen responden yang tertuang dalam modern licensing

No Nama Perusahaan Jawaban

1 PT. Mobilkom Telekomindo

Komit dalam merealiosasikan pembangunan infrastruktur yang telah disampaikan Komit terhadap biaya BHP dan BHP Frekuensi

2 PT. Daksina Arga Perkasa

Belum

3 PT. Jatimas Fajar Satryo

PT. Jatimas Fajar Satryo memenuhi kewajiban pembayaran BHP Frekuensi & Telekomunikasi serta kontribusi USO. Sesua dengan laporan tahunan 2006 telah dilaporkan kinerja operasi untuk menetukan BHP telekomunikasi dan kontribusi USO, telah mendapatkan SPP dari Ditjen Postel terkait dengan kewajiban terswebut dan segera akan dilakukan pembayaran.

4 PT.Telepoint Nusantara

Sebagai penyelenggara sudah membayar BHP Frekuensi Radio di lokasi dimana sudah beroperasi ( Batam)

5 PT. Elnusa Rentrakom

-

Sumber : diolah

Page 27: Studi trunking 2007

22

e. Coverage area

Coverage area sudah dijangkau layanan radio trunking dari

lima penyelenggara radio trunking yang menjadi responden

secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel IV-5 : Coverage Area Layanan Radio Trungking

No Nama Perusahaan Jawaban

1 PT. Mobilkom Telekomindo

Jabotabek, Jawa Barat, Laut Jawa , Sumatera Selatan

2 PT. Daksina Arga Perkasa

PT. Daksina Arga Perkasa Sumatera Selatan sekitar Prabumulih dan Palembang

3 PT. Jatimas Fajar Satryo

Untuk setiap site pada 9 (9 lokasi) BTS sesuai dengan telah disebutkan diatas coverage area/daerah cakupannya relative mencapai 25-30 KM.

4 PT.Telepoint Nusantara Coverage area sementara masih di Pulau Batam

5 PT. Elnusa Rentrakom Sampai sat ini coverage area yang permanen baru di DKI Jakarta dan sekitarnya. Beberapa lokasi lain berdasarkan umur kontrak dengan pelanggan.

Sumber : diolah

f. Teknologi

Dari hasil pengumpulan data terhadap penyelenggara radio

trunking yang menjadi responden terlihat bahwa sebagian

besar masih menggunakan teknologi analog, sedangkan PT

Teleponit Nusantara saat ini telah menggunakan teknologi

IDEN ( Integrated Digital Enhanced Network ).

Tabel IV-6 : Teknologi yang digunakan

PT. ELNUSA RENTRAKOM

Pada saat ini masih menggunakan teknlogi SmarNet (analog) dan rencana ke depan akan menggunakan teknologi digital trunking yang lebih efisien.

PT. Telepoint Nusantara

Saat ini menggunakan teknologi IDEN ( integrated Digital Enhanced Network )dan rencana pengembangan akan direalisakan di wilayah Jabodetabek.

Sumber Data : diolah Sept 2007

Page 28: Studi trunking 2007

23

g. Tarif

Dari hasil pengumpulan data terhadap penyelenggara radio

trungking diperoleh data tentang tarif yang dikenakan kepada

pelanggan jasa radio trunking bervariasi, ada yang

mengenakan tarif flat per bulan ada juga yang mengenakan

tarif berlangganan per bulan, secara rinci dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel IV-7 : Tarif yang dikenakan terhadap pelanggan

No Nama Perusahaan Jawaban

1 PT. Mobilkom Telekomindo Tarif Publik untuk Jabotabek Rp. 100.000,-/per unit

Untuk daerah lainnya sesuai dengan SLA yang diinginkan

2 PT. Daksina Arga Perkasa Rencana pentarifan Rp. 300.000/ per izin

3 PT. Jatimas Fajar Satryo Tarif berlangganan untuk tiap bulannya antara Rp.250.000- Rp.325.000,- per unit tergantung pada spesifikasi & kondisi perangkat

4 PT.Telepoint Nusantara Tarif yang dikenakan pada pelanggan yaitu Flat, minimal Rp100.000 s/d Rp. 250.000 tergantung dari paket yang dipilih.

PT. Elnusa rentrakom -

Sumber : diolah

h. Model bisnis

Dari data tentang model bisnis yang dilaksanakan oleh para

penyelenggara terlihat bahwa terdapat model bisnis dengan

sistem jual dan sewa perangkat secara langsung kepada calon

pengguna, menyewakan perangkat radio dan transmisi bahkan

sedang berusaha untuk mengembangkan bisnis selain sebagai

penyelenggaraan radio trunking maupun rencana memasukkan

konten, secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut :

Page 29: Studi trunking 2007

24

Tabel IV-8 : Model bisnis penyelenggaraan layanan radio trunking

No Nama Perusahaan Jawaban

1 PT. Mobilkom Telekomindo

Saat ini mengembangan bisnis lain disamping sebagai penyelenggara jaringan radio trunking, seperti penyelenggara radio link sehingga dapat menekan biaya operasional dan dapat memberikan tarif yang lebih kompetitif

2 PT. Daksina Arga Perkasa

Sistem Sewa layanan

3 PT. Jatimas Fajar Satryo

melakukan kegiatan dengan sistem jual dan sewa perangkat secara langsung kepada calon pengguna.

4 PT.Telepoint Nusantara Akan berfokud pada vertical maerket(institusi, perusahaan, pemerintahan, perhoteklan, airport ) dan juga kepada masyarakat umum.

5 PT. Elnusa Rentrakom Model bisnis, sewa peangkat radio dan transmisi, kedepan kami merencanakan memasukkan konten.

Sumber : diolah

i. Alokasi frekuensi

Dari hasil pengumpulan data terlihat bahwa penyelenggara

yang sudah mendapat ijin prinsip telah mendapat alokasi

frekuensi sedangkan penyelenggara yang belum mendapat ijin

prinsip belum mendapat alokasi frekuensi, secara rinci dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel IV-9 : Alokasi frekuensi

No Nama Perusahaan

Jawaban

1 PT. Mobilkom Telekomindo

PT. Mobilkom Telekomindo 400 Mhz : Rx 419.0625 – 422.500 spasing 12,5 Khz Tx 426.25625-429.75625, spasing 12,5 Khz

800 Mhz.: Rx 816-821 Mhz, spasing 12,5 Khz. Tx 861-866 Mhz, spasing 25 Khz

2 PT. Daksina Arga Perkasa

Belum

3 PT. Jatimas Fajar Satryo

PT. Jatimas Fajar Satryo 400 Mhz : Rx 851.500-856.900 Mhz spasing 25 Khz Tx806.500-811.900 Mhz, spasing 25 Khz

4 PT.Telepoint Nusantara

PT.Telepoint Nusantara 864-866 Mhz, lebar pita 25 Khz dan spacing kanal 45 Mhz

5 PT. Elnusa PT. Elnusa Rentrakom Beropresi pada CH1

Page 30: Studi trunking 2007

25

Rentrakom TX 861.7375, Rx 816.7375 CH2 TX 862.7375, Rx 817.7375 CH 3 TX 863.7375, Rx 818.7375 Spasing kanal : 1. 000 Khz

Sumber : diolah

j. Penggunaan Frekuensi

Dari hasil pengumpulan data tentang pengunaan frekuensi oleh

masing-masing penyelenggara radio trunking, terlihat bahwa

sebagian besar belum menggunakan frekuensi yang telah

dialokasikan secara optimal, akan tetapi PT Telepoint

Nusantara yang mendapat hanya 4 kanal membutuhkan

frekuensi yang lebar lagi mengingat pelanggan PT Teleponit

Nusantara terus bertambah. Secara rinci dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel IV-10 : Penggunaan frekuensi

No Nama Perusahaan Jawaban

1 PT. Mobilkom Telekomindo

Belum optimal

2 PT. Daksina Arga Perkasa

Belum

3 PT. Jatimas Fajar Satryo

Belum optimal, karena beberapa site jumlah pengguna masih sedikit.

4 PT.Telepoint Nusantara Mengingat frekuensi yang diperoleh hanya 4 kanal dan pelanggan terus meningkat, maka dibutuhkan frekuensi yang lebih lebar lagi, yang nantinya untuk pengembangan di Jabodetabek (minimal 2 Mhz/ 80 kanal).

5 PT. Elnusa Rentrakom Saat ini sudah digunakan secara optimal untuk melayani 205 unit radio

Sumber : diolah

k. Pendapat tentang Keputusan Menteri Perhubungan No 20

tahun 2001 tentang penyelenggaraan Jaringan Telekomunikasi

Pasal 41

Dari hasil pengumpulan data terlihat bahwa pendapat

penyelenggara radio trunking tentang Keputusan Menteri

Page 31: Studi trunking 2007

26

Perhubungan No 20 tahun 2001 tentang penyelenggaraan

Jaringan Telekomunikasi Pasal 41 tentang penyelenggaraan

jaringan telekomunikasi bahwa radio trungking dapat

dihubungan dengan penyelenggaraan telekomunikasi lainnya,

penyelenggara radio trunking yang menjadi responden

berpendapat penyelenggara yang masih menggunakan

teknologi analog belum/tidak membutuhkan interkoneksi

sedang penyelenggara yang sudah/sedang merencanakan

system digital merasa bahwa interkoneksi sangat mendukung,

secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel IV-11 : Pendapat tentang KM No 20 tahun 2001 tentang

Penyelenggaraan Jaringan Telekomunikasi

No Nama Perusahaan Jawaban

1 PT. Mobilkom Telekomindo

Saat ini PT. Mobilkom tidak membutuhkan interkoneksi dengan penyelenggara telekomunikasi lainnya

2 PT. Daksina Arga Perkasa Secara teknis mungkin bisa dan untuk pelayanan customer yang maksimal dilegalkan

3 PT. Jatimas Fajar Satryo Untuk penyelengara jasa telekomunikasi sebaiknya dihubungkan dengan jasa telekomunikasi lainnya , kecuali tidak untuk telsus, demi untuk pelayanan dan added value pada penyelengara mapun pelangan

4 PT.Telepoint Nusantara Sangat mendukung, mengingat dengan adanya interkoneksi dengan operator lainnya sangat didukung oleh teknologi digital trunking.

5 PT. Elnusa Rentrakom Sebagai jasa telephoni dasar memang penyelenggara trunking harus dapat dihubungkan dengan penyelenggara telekomunikasi lainnya hal ini tidak hanya karena kebutuhan privacy dan integrasi pelangan namun juga menyangkut kebutuhan integrasi keperluan keamanan dan keselamata.

Sumber : diolah

Page 32: Studi trunking 2007

27

l. Rencana interkoneksi

Dari hasil pengumpulan data, terlihat bahwa penyelenggara

radio trunking ada yang bersedia berinterkoneksi dengan

penyelenggara telekomunikasi lain, ada yang baru berencena

bahkan ada yang sama sekali belum ada rencana , secara rinci

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel IV-12 : Rencana Interkoneksi

No Nama Perusahaan Jawaban

1 PT. Mobilkom Telekomindo Belum ada rencana untuk interkoneksi

2 PT. Daksina Arga Perkasa Belum ada rencana untuk interkoneksi

3 PT. Jatimas Fajar Satryo menjamin tersedianya interkoneksi dititik interkoneksi bagi penyelenggara jaringan telekomunikasi lainnya, tetapi saat ini belum tergantung pada kebutuhan dan permintaan dari pemakai jasa.

4 PT.Telepoint Nusantara Pada prinsipnya perusahaan berencana untuk melakukan interkoneksi dengan perusahaan lain yang menggunakan teknologi digital, untuk Jabodetabek kalau sudah beroperasi membutuhkan izin interkoneksi.

5 PT. Elnusa Rentrakom Saat ini belum ada rencana namun sesuai dengan tuntutan kebutuhan pelanggan interkoneksi akan dilakukan.

Sumber : diolah

m. Stategi

Dari hasil pengumpulan data terlihat bahwa penyelenggara

radio trunking sedang mempersiapkan kemungkinan

interkoneksi jika jumlah pelanggan sudah cukup banyak

dengan strategi win-win solusion, namum ada juga

penyelenggara yang belum mempunyai strategi

Page 33: Studi trunking 2007

28

Tabel IV-13 : Strategi

No Nama Perusahaan Jawaban

1 PT. Mobilkom Telekomindo

Belum ada strategi

2 PT. Daksina Arga Perkasa

Belum ada strategi

3 PT. Jatimas Fajar Satryo

Transaparan dalam penyediaan interkoneksi bagi setiap jaringan telekomunikasi dengan tarif yang feasible sesuai dengan kualitas sehingga tidak memberatkan bagi pelanggan.

4 PT.Telepoint Nusantara

Akan melakukan interkoneksi kalau jumlah pelanggan sudah mencukupi dan strategi dasarnya adalah hasilakhir yaitu win-win solution.

5 PT. Elnusa Rentrakom

Interkoneksi akan dilakukan dengan operator jaringan telekomunikasi terkait

Sumber : diolah

n. Pengguna Jasa radio Trunking

Dari hasil pengumpulan data terlihat bahwa pelanggan jasa

radio trunking adalah coporate bukan perorangan, secara rinci

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel IV-14 : Pengguna Jasa radio Trunking

No Nama Perusahaan

Jawaban

1 PT. Mobilkom Telekomindo

Industri oil dan Gas, industri courir, industri jasa sekuriti

2 PT. Daksina Arga Perkasa

Belum ada

3 PT. Jatimas Fajar Satryo

Pelaku-pelaku usaha di wilayah/area bandar udara dan sekitarnya (9 lokasipenyelenggaraaan sebagaimana terlampir.

4 PT.Telepoint Nusantara

Belum diklasifikasikan , sementarapengguna adalah perusahaan/pabrik, travel, kurur dan hotel.

5 PT. Elnusa Rentrakom

PT. Infomedias Nusantara, PT. Pelita Air Service, Conoco Philip, PT. Bima Jaya Security. Jumlah pengguna per tahun; Tahun 2005= 30 Unit Tahun 2006 = 173 unit Tahun 2007 = 205 unit

Sumber : diolah

Page 34: Studi trunking 2007

29

o. Jenis Layanan

Jenis layanan yang disediakan oleh penyelenggara radio

trunking antara lain Sewa Jaringan dan sewa terminal Daksina

Arga Layanan jasa Voice, Caller ID, Visit Regulaer

maintenance, repaire, Privat call layanan group talk dan

individual talk, secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel IV-15 : Jenis Layanan Radio Trunking

No Nama Perusahaan Jawaban

1 PT. Mobilkom Telekomindo

Sewa Jaringan dan sewa terminal

2 PT. Daksina Arga Perkasa

belum ada

3 PT. Jatimas Fajar Satryo

Layanan jasa Voice, Caller ID, Visit Regulaer maintenance, repaire

4 PT.Telepoint Nusantara

Layanan yang disediakan – Privat call: satu pelanggan ke 1 pelanggan, group call 1 pelanggan kepada beberapa pelanggan, dengan catatan bahwa pembicaraan tersebut tidakdapat didengar oleh non pelanggan karena bentuk sinyal digital dan encypted..

5 PT. Elnusa Rentrakom

Layanan group talk dan individual talk

Sumber : diolah

p. Pendapat mengenai pembinaan oleh regulator

Pendapat penyelenggara radio trungking mengenai pembinaan

yang dilakukan regulator adalah sebagai berikut:

Tabel IV-16 : Pendapat mengenai pembinaan oleh regulator

No Nama Perusahaan

Jawaban

1 PT. Mobilkom Telekomindo

Regulator belum memberikan pembinaan secara penuh dimana pemerintah masih memberi izin telsus baik untuk pengguna radio konvensional maupun trunking

2 PT. Daksina Arga Perkasa

Peraturan dilaksanakan secara konsisten dan pertimbangan kesulitran operator.

3 PT. Jatimas Fajar Satryo

Pada dasarnya untuk saat ini pembinaan sudah membaik tapi masih jauh dari harapan hal ini terkait pelaksanaan aturan yang menyangkut penyelenggaraan telekomunikasi khusus

Page 35: Studi trunking 2007

30

(konsesi/konvensional maupun radio trunking) dan jasa telekomunikasi masih belum optimal. Kebijakasanaan perijinan telekomunikasi khusus harus benar-benar berdasarkan pertimbangan yang matang dan seksama karena perusahaan-perusahaan itulah yang sebenarnya menjadi potensi pengguna trunking. Terkait kegiatan pengawasan dan pembinaan penggunaan frekuensi, keberadaan dan fungsi Balmon harus sebnatisa dioptimalkan dan dipantau terus kinerjanya. PT. Fajarmas satryo merasa penyalahgunaan frekuensi terjadi dimana-mana baik dari radio konvenmsional maupun radio trunking dalam hal ini bisa diselesaikan di lapangan. Jadi harapan kami kedepan keberadaan regulator beserta perangkatnya mampu memberikan kontribusi yang lebih optimal.

4 PT.Telepoint Nusantara

Pembinaan yang diberikan oleh regulator cukup baik tetapi agar lebih optimalkepada penyelesaian masalah yang dihadapi oleh penyelenggara radio trunking sejalan dengan adanya perkembangan dan keamjuan teknologi trunking yaitu mengalihkan dari analog ke digital.

5 PT. Elnusa Rentrakom

Masih perlu ditingkatkan terutama masalah persaingan usaha yang menuju persaingan kurang sehat. Dengan kondisi saat ini penyelenggara trunking sulit untuk berkembang dan secara nasional juga merugikan pemerintah karena tidak bisa mengandalkan jaringan trunking dalam konsdisi darurat, dimana di beberapa negara jaringan ini justru menjadi tulang punggung tanggap bencana.

Sumber : diolah

Page 36: Studi trunking 2007

31

2. Penguna Radio Trunking

Pengguana radio trunking yang menjadi responden adalah pengguna

radio trunking yang ada diwilayah Makassar, diantaranya adalah PT

Angkasa Pura I dan PT Madala Airline

a. PT. Anggaka Pura I Makassar

PT. Angkasa Pura I Makassara berlangganan radio trunking ke

PT Jatimas. PT Angkasa Pura I belangganan sejak dari tahun

1996 sampai sekarang. Alasan menggunakan jasa radio

trunking ini karena sebatas keperluan komunikasi internal dan

fasilitas seperti terminal, jaringan dan service sudah disediakan

oleh penyelenggara radio trunking

PT Angkasa Pura I beroprasi disekitar Bandara Hasanuddi,

area tersebut sudah tercover oleh layanan radio trunking.

Layanan digunakan masih sebatas vioce dan kualitas

layanannya dirasakan baik. PT angkasa pura I memerlukan

layanan radio trunking yang dapat terhubungan dengan

penyelenggara telekomunikasi lainnya. Teknologi yang

digunakan baik dan tarifnya cukup baik. Masalah yang sering

dijumpai dalam penggunaan radio trunking adalah kerusakan

pada terminal . Bilimana terjadi kerusakan terminal

penyelenggara radio trunking dengan cepat penangani

ganggunan kerusahan tersebut.

b. PT Mandala Air line

PT Mandala Airline berlangganan radio trunking ke PT Jatimas.

Alasan menggunakan jasa radio trunking karena fasilitas

seperti terminal, jaringan dan service sudah disediakan oleh

penyelenggara trunking. Coverage area layanan radio trunking

dapat menjangkau semua area Bandara Hasanuddin sehingga

komunikasi PT Mandala Airline dapat berjalan lancar. Layanan

digunakan masih sebatas voice dan kualitas layanannya

Page 37: Studi trunking 2007

32

dirasakan baik. Sampai saat ini kebutuhan PT Mandala Airline

hanya sebatas kebutuhan komunikasi antar karyawan,

sedangkan komunikasi eksternal menggunakan layanan dari

penyelenggara telekomunikasi yang lain.

B. DATA SEKUNDER BENCHMARKING DENGAN SINGAPURA

Sebuah perusahaan di Singapura bernama Digital Network Access

Communications Pte LTD telah memperkenalkan Push to Talk teknologi

komunikasi selular dengan kelebihan yaitu berfungsi sebagai Walkie Talkie

atau Handy Talkie atau HT. Teknologi ini dikembangkan oleh Motorolla

dengan menggunakan Integrated Digital Enhanced Network atau iDEN. Alat

tersebut dapat digunakan sebagai penyebar pesan atau dispatch, telepon,

pager, SMS dan juga pentrasmisi data.

Page 38: Studi trunking 2007

33

BAB V

EVALUASI DAN ANALISA

KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN RADIO TRUNKING

A. ANALISA DATA

Bahwa setiap kebijakan perlu diatur, dikelola, dievaluasi implementasi,

monitoring, kontrol evaluasi dan review, pemeliharaan kebijakan,

penggantian dan terminasi (Hogwood dan Gunn, 1984), demikian juga

dalam analisa kebijakan penyelenggaraan radio trunking di Indonesia perlu

dianalisa setiap isu/permalahan dalam penyelenggara radio trunking dan

dikaitkan dengan setiap kebijakan yang berhubungan dengan

penyelenggaraan radio trunking kemudian diuraikan dampak yang telah

dihasilkan oleh kebijakan untuk mendapatkan pemecahan masalah/solusi

untuk setiap isu/permasalahan tersebut. Isu dan aspek permasalahan yang

paling menonjol akan dianalisa sesuai dengan kebijakan yang sudah ada

serta agenda kebijakan yang berpengaruh terhadap kemajuan radio

trunking. Berikut analisa yang terkait dengan permasalahan yang diangkat

dalam studi tersebut:

1. Penyelenggara radio trunking dan Wilayah Layanan

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 52 Tahun 2000 tentang

Penyelenggaraan Telekomunikasi pada Pasal (4) diuraikan bahwa

Penyelenggara jaringan telekomunikasi dan atau penyelenggara jasa

telekomunikasi dapat dilakukan oleh badan hukum yang didirikan

untuk maksud tersebut berdasarkan ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berlaku yaitu: Badan Usaha Milik Negara (BUMN),

Badan Usaha Milik Daerah, Badan Usaha Swasta atau Koperasi.

Page 39: Studi trunking 2007

34

Data menunjukkan bahwa penyelenggaraan radio trunking saat ini

hanya diminati oleh Badan Usaha Swasta antara lain PT. Mobilkom

Telekomindo PT. Daksina Arga Perkasa PT. Jatimas Fajar Satryo

PT.Telepoint Nusantara PT. Elnusa Rentrakom . Badan Usaha Milik

Negara maupun Badan Usaha Milik Daerah belum ada yang menjadi

penyelenggara radio trunking.

Penyelenggaraan radio trunking di Indonesia tidak berkembang

dengan baik jika dibandingkan dengan penyelenggaraan

telekomunikasi lainnya. Salah satu faktor yang penyebab kurang

berkembangnya penyelenggaraan radio trunking adalah area

layananannya terfokus pada daerah-daerah tertentu seperti di PT.

Mobilkom Telekomindo mengembangkan layanannya di wilayah

Jabotabek, Jawa Barat, Laut Jawa , Sumatera Selatan. PT. Daksina

Arga Perkasa mengembangkan layanannya di wilayah Sumatera

Selatan sekitar Prabumulih dan Palembang. PT. Telepoin Nusantara

mengembangkan layanannya di Pulau Batam. PT. Elnusa Rentrakom

mengembangkan layanan di DKI Jakarta dan sekitarnya .

Sesuai dengan Keputusan Menteri No. 20 tahun 2001 tentang

Penyelenggaraan Jaringan Telekomunikasi Pasal 36 diuraikan

bahwa Penyelenggaraan jaringan bergerak terrestrial diwajibkan

membangun dan atau menyediakan jaringan bergerak terestrial untuk

akses pelanggan di satu lokasi atau lebih . Pasal 38 diuraikan bahwa

jaringan radio trunking dengan cakupan beberapa kabupaten dan

kota dapat tidak tersambung antara satu dengan lainnya dan

Penyelenggaraan radio trunking diselenggarakan dengan cakupan

kabupaten atau kota, atau beberapa kabupaten dan kota

Pada Keputusan Menteri No 21 tahun 2001 tentang

Penyelenggaraan Jasa Telekomunikasi Pasal 16 ayat 6 diuraikan

bahwa Penyelenggara jasa teleponi dasar yang menggunakan radio

trunking mencakup wilayah regional atau lokal.

Page 40: Studi trunking 2007

35

Kebijakan tersebut dinilai tidak mendukung perkembangan radio

trunking karena penyelenggara radio trunking diperbolehkan

menyediakan layanannya hanya pada daerah yang dianggap memiliki

potensi ekonomi yang cukup baik, dan tidak berminat

mengembangkan layanannya ke daerah potensi ekonominya sedikit.

Penyelenggara radio trunking berkewajiban

membangun/mengembangkan layanannya sesuai dengan komitmen

yang telah tertuang didalam modern licencing. Oleh karena itu

pemerintah perlu mengevaluasi komitmen setiap penyelenggara radio

trunking yang perijinannya sudah menyesuaikan modern licensing.

Untuk mengoptimalkan layanan radio trunking maka sebaiknya dibuat

suatu kebijakan penyelenggaraan radio trunking dapat memanfaatkan

layanan radio trunking sebagai alat komunikasi di daerah yang belum

dijangkau oleh telekomunikasi atau di pulau-pulau di daerah

perbatasan ataupun di daerah rawan bencana mengingat radio

trunking beroperasi pad frekuensi rendah sehingga jangkauannya

luas > 30 KM.

2. Pengguna/pelanggan radio trunking;

Hasil survey memperlihat bahwa pengguna/pelanggan jasa radio

trunking adalah corporate atau perusahaan, perorangan belum

berminat. Layanan Radio trunking hanya digunakan berkomunikasi

untuk keperluan khusus antara kantor dengan para karyawannya.

Layanan radio trunking saat ini sebagian besar digunakan antara lain

oleh Industri oil dan Gas, industri courir, industri jasa sekuriti, pelaku-

pelaku usaha di wilayah/area bandar udara, perusahaan/pabrik,

jasa transportasi dan hotel sehingga pelanggannya sangat terbatas.

Penyelenggara radio trunking belum memperluas pelangganya dari

kalangan pemerintah, industri bangunan dan komersial.

Page 41: Studi trunking 2007

36

3. Jenis layanan yang disediakan oleh penyelenggara radio

trunking;

Jenis Layanan yang disediakan oleh penyelenggara radio trunking

masih sebatas voice. Singapore dikembangkan teknologi Intergrated

Enhanced Network atau iDEN. Teknologi Intergrated Enhanced

Network memiliki kelebihan kualitas suara dan transmisi yang tinggi,

dan memungkinkan pembicaraan yang jelas, disamping menjamin

kerahasiaan dan keamanan. Dengan teknologi ini maka layanan

dapat ditingkatkan dimana layanan radio trunking dapat sebagai

penyebar pesan atau dispatch, telepon, pager, SMS dan juga

pentransmisi data.

4. Pelaksanaan kebijakan penyelenggaraan jaringan radio

trunking;

a. Modern licensing

Moderm licensing merupakan salah satu sarana pengendalian

lewat perangkat perijinan (licensi). Dalam perangkat perijinan ini

penyelenggara telekomunikasi akan terkait untuk

melaksanakan kewajibannya berdasarkan yang telah disepakati

dengan regulator. Hak penyelenggara yang disepakati dalam

Modren Lisencing antara lain :menyelenggarakan jasa,

menerima pembayaran dari pengguna jasa, memilih dan

menggunakan teknologi sepanjang memenuhi standar teknis,

sedangkan kewajiban yang disepakati dalam modern licesing

antara lain pengembangan wilayah layanan dan kinerja operasi,

kewajiban pelayanan Universal, mengikuti persyaratan teknis,

pemenuhan kewajiban terhadap pengguna jasa, membayar

BHP telekomunikasi, uji laik operasi, ganti rugi pada pengguna

jasa dan pelaporan. Pelaksanaan modern licensing didukung

oleh kebijakan antara lain

Page 42: Studi trunking 2007

37

1) UU RI No. 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi

Pasal 11 ayat (1)

Penyelenggaraan telekomunikasi dapat diselenggarakan

setelah mendapat izin dari Menteri.

Pasal 17 :

Penyelenggara jaringan telekomunikasi dan atau

penyelenggara jasa telekomunikasi wajib menyediakan

pelayanan telekomunikasi berdasarkan prinsip :

a. perlakuan yang sama dan pelayanan yang sebaik-

baiknya bagi semua pengguna;

b. peningkatan efisiensi dalam penyelenggaraan

telekomunikasi; dan

c. pemenuhan standar pelayanan serta standar

penyediaan sarana dan prasarana.

Pasal 60

Pada saat berlakunya Undang-undang ini, penyelenggara

telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam Undang-

undang Nomor 3 Tahun 1989 tentang Telekomunikasi,

tetap dapat menjalankan kegiatannya dengan ketentuan

dalam waktu selambat-lambatnya 1 (satu) tahun sejak

Undang-undang ini dinyatakan berlaku wajib menyesuaikan

dengan Undang-undang ini.

2) PP No. 52 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan

Telekomunikasi

Pasal 55 ayat (1)

Untuk penyelenggaraan telekomunikasi diberikan izin

melalui tahapan izin prinsip dan izin penyelenggaraan

Page 43: Studi trunking 2007

38

Pasal 56

(1) Izin prinsip sebagaimana dimaksud diberikan paling

lama 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang.

(2) Perpanjangan izin prinsip diberikan hanya untuk 1 (satu)

kali selama 1 (satu) tahun.

(3) Izin prinsip tidak dapat dipindah-tangankan.

Pasal 66

Menteri menerbitkan izin penyelenggaraan telekomunikasi

setelah sarana dan prasarana yang dibangun dinyatakan

laik operasi

Pasal 67:

(1) Izin penyelenggaraan telekomunikasi diberikan tanpa

batas waktu dan setiap 5(lima)tahun dilakukan evaluasi

(2) Terhadap hasil evaluasi yang tidak lagi memenuhi

persyaratan sesuai izin yang telah diberikan, Menteri

menerapkan sanksi administrasi.

(3) Ketentuan mengenai tata cara evaluasi diatur dengan

Keputusan Menteri

3) Keputusan Menteri (KM.20 thn 2001, tentang

penyelenggaraan jaringan telekomunikasi

Pasal 2 ayat (2)

Penyelenggaraan telekomunikasi wajib mendapatkan izin.

Pada UU no 36 Tentang Telekomunikasi pasal 11 diuraikan

tentang perijinan yang memuat azas dan prinsip perijinan

dengan modern licensing. Sejak berlakunya undang

undang ini penyelenggara telekomunikasi diberi waktu 1

tahun (pasal 60) untuk menyesuaikan dengan undang-

undang ini.

Page 44: Studi trunking 2007

39

Dari hasil survey memperlihatkan bahwa sampai saat ini

belum semua penyelenggara radio trunking menyesuaikan

perijinannya sesuai dengan undang-undang nomor 36

tentang telekomunikasi .

Oleh karena itu untuk mengoptimalkan penyelenggaraan

radio trunking maka setiap penyelenggara radio trunking

yang belum menyesuaikan perizinannya agar diwajibkan

menyesuaikan perijinannya sesuai Modern Licensing dan

pemerintah diwajibkan memberi pengawasan,

peringatan/sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Bagi penyelenggara yang sudah menyesuaikan

perijinannya sesuai modern Licensing supaya konsisten

dengan komitmennya.

b. Tarif

1) UU Nomor 36 tahun 1999 tentang Telekomunikasi

Pasal 27

Susunan tarif penyelenggaraan jaringan telekomunikasi

dan atau tarif penyelenggaraan jasa telekomunikasi diatur

dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 28

Besaran tarif penyelenggaraan jaringan telekomunikasi dan

atau jasa telekomunikasi ditetapkan oleh penyelenggara

jaringan telekomunikasi dan atau jasa telekomunikasi

dengan berdasarkan formula yang ditetapkan oleh

Pemerintah.

Page 45: Studi trunking 2007

40

2) PP No. 52 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan

Telekomunikasi

Jenis tarif penyelenggaraan jaringan telekomunikasi

terdiri atas:

a. biaya sewa jaringan

b. biaya interkoneksi

Struktur tarif penyelenggaraan jaringan telekomunikasi

terdiri atas:

a) biaya akses

b) biaya pemakaian

c) biaya kontribusi pelayanan universal

Model bisnis yang dilaksanakan oleh para penyelenggara

rata-rata menyewakan jaringan, menyewakan perangkat.

Tarif yang ditawarkan oleh penyelenggara radio trunking

bermacam-macam terlihat bahwa tarif yang ditawarkan

bervariasi antara Rp. 100.00 sampai 300.000 perbulan ,

tergantung paket yang ditawarkan oleh penyelenggara.

c. Alokasi dan penggunaan frekuensi

1) UU No. 36 tahun 1999 Tentang Telekomunikasi

Pasal 33

(1) Penggunaan spektrum radio dan orbit satelit wajib

mendapatkan izin Pemerintah

(2) Penggunaan spektrum frekuensi radio dan orbi satelit

harus sesuai dengan peruntukannya dan tidak saling

menggangu

(3) Pemerintah melakukan pengawasan dan pengendalian

penggunaan spektrum frekuensi radio dan orbit satelit

(4) Ketentuan penggunaan spektrum frekuensi radio dan

orbit satelit yang digunakan dalam penyelenggaraan

telekomunikasi diatur dengan Peraturan Pemerintah

Page 46: Studi trunking 2007

41

Pasal 34

(1) Pengguna spektrum frekuensi radio wajib membayar

biaya penggunaan frekuensi, yang besarnya

didasarkan atas penggunaan jenis dan lebar pita

frekuensi.

(2) Pengguna orbit satelit wajib membayar biaya hak

penggunaan orbit satelit

(3) Ketentuan mengenai biaya sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan

Pemerintah

2) Peraturan Pemeintah No 53 tahun 2000 tentang

Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit

Pasal 23:

BHP Fekuensi untuk ISR dalam bentuk penggunaan pita

fekuensi tertentu (dalam suatu cakupan) untuk jangka

waktu 10 tahun

Pasal 29:

Besaran tarif ijin penggunaan pita frekuensi untuk

penyelenggaraan telekomunikasi ditetapkan melalui

mekanisme seleksi

3) Perturan Menteri Kominfo Nomor : 17

/PER/M.KOMINFO/9/2005 tentang Tata Cata Perizinan dan

Ketentuan Operasional Penggunaan Spektrum Frekuensi

Radio

Pasal 21:

BHP spektrum frekuensi meliputi BHP ijin pita frekunesi radio

dan BHP untuk ISR

Page 47: Studi trunking 2007

42

Pasal 22:

BHP untuk ijin pita frekunesi radio terdiri dari

Biaya awal (up front fee) atau biaya awal

Kewajiban membayar BHP spektrum frekuensi tahun

berikutnya

Penyelenggara radio trunking mendapat izin penggunaan

spektrun frekuensi radio dalam bentuk blok fekuensi . PT.

Mobilkom Telekomindo 400 Mhz : Rx 419.0625 – 422.500

spasing 12,5 Khz Tx 426.25625-429.75625, spasing 12,5

Khz 800 Mhz.: Rx 816-821 Mhz, spasing 12,5 Khz. Tx

861-866 Mhz, spasing 25 Khz. PT. Jatimas Fajar Satryo

400 Mhz : Rx 851.500-856.900 Mhz spasing 25 Khz

Tx806.500-811.900 Mhz, spasing 25 Khz . PT. Telepoin

Nusantara 864-866 Mhz, lebar pita 25 Khz dan spacing

kanal 45 Mhz . PT. ELNUSA RENTRAKOM Beropresi

pada CH1 TX 861.7375, Rx 816.7375 CH2 TX 862.7375,

Rx 817.7375 CH 3 TX 863.7375, Rx 818.7375 Spasing

kanal : 1. 000 Khz .

Blok spektrum frekuensi tersebut dinilai belum

termanfaatkan secara optimal karena jumlah pelanggannya

yang masih kecil. Kebijakan tentang alokasi/penggunaan

frekuensi dimasa yang akan datang perlu dipertimbangkan

agar penggunaan pita frekuensi untuk penyelenggaraan

radio trunking lebih efektif dan optimal. Untuk Optimalisasi

tersebut Pemberian izin frekuensi sebaiknya dengan

mekanisme ISR tidak secara blok frekuensi .

Page 48: Studi trunking 2007

43

5. Masalah yang timbul dalam penyelenggaraan radio trunking.

a. Interkoneksi

1) UU Nomor 36 tahun 1999 tentang Telekomunikasi

Pasal 25

(1) Setiap penyelenggara jaringan telekomunikasi berhak

untuk mendapatkan interkoneksi dari penyelenggara

jaringan telekomunikasi lainnya

(2) Setiap penyelenggara jaringan telekomunikasi wajib

menyediakan interkoneksi apabila diminta oleh

penyelenggara jaringan telekomunikasi lainnya

(3) Pelaksanaan hak dan kewajiban sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan prinsip:

a. Pemanfaatan sumber daya secara efisien

b. Keserasian sistem dan perangkat telekomunikasi

c. Peningkatan mutu pelayanan

d. Persaingan sehat yang tidak saling merugikan

(4) Ketentuan mengenai interkoneksi jaringan

telekomunikasi , hak dan kewajiban sebagaimana

dimaksudkan pada ayat (1) , ayat (2) dan ayat (3) diatur

dengan Peraturan Pemerintah

2) Peraturan Pemerintah No. 52 Tahun 2000 tentang

Penyelenggaraan Telekomunikasi

Pasal 20

(1) Setiap penyelenggara jaringan telekomunikasi wajib

menjamin tersedianya interkoneksi

(2) Interkoneksi antar jaringan telekomunikasi

dilaksanakan pada titik interkoneksi

Page 49: Studi trunking 2007

44

(3) Pelaksanaan interkoneksi oleh penyelenggara jaringan

telekomunikasi diberikan atas dasar permintaan dari

penyelenggara jaringan telekomunikasi lainnya

Pasal 21

(1) Penyelenggara jaringan telekomunikasi dilarang

melakukan diskriminasi dalam penyediaan interkoneksi

(2) Dalam pelaksanaan interkonesi, penyelenggara

jaringan telekomunikasi wajib saling memberikan

pelayanan yang sesuai dengan tingkat layanan yang

disepakati

3) Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 20 Tahun 2001

tentang Penyelenggaraan Jaringan Telekomunikasi

Pasal 41

(1) Jaringan radio truking dapat disambungan ke jaringan

telekomunikasi lainnya

(2) Pelaksanaan penyambungan ke jaringan

telekomunikasi lainnya sebagaimana dimaksud dalam

ayat(1) wajib mengikuti ketentuan teknis dalam rencana

dasar teknis yang ditetapkan oleh menteri

(3) Dalam hal jaringan radio trunking disambungkan ke

jaringan telekomunikasi lainnya, maka diberlakukan

ketentuan-ketentuan sebagaimana dimaksud dalam

penyelenggaraa jaringan telekomunikasi bergerak

selular

Layanan radio trunking belum dapat berinterkoneksi

dengan penyelenggara jaringan telekomunikasi lainnya

maupun dengan sesama penyelenggara radio trunking,

dimana layanan ini hanya dapat digunakan antar sesama

pelanggan dalam perusahaan tersebut. Penyelenggara

radio trunking masih menggunakan teknologi analog ,

Page 50: Studi trunking 2007

45

dimana teknologi ini tidak mendukung pelaksanaan

interkoneksi .

Jika dilihat dari kebijakan yang ada, penyelenggaraan

radio trunking dimungkinkan untuk dapat berinterkoneksi

dengan penyelenggara telekomunikasi yang lain akan

tetapi apabila jaringan radio trukning tersambung ke

jaringan telekomunikasi lain maka diberlakukan ketentuan

sama seperti penyelenggara jaringan bergerak selular. Dari

data yang dikumpulkan penyelenggara radio trunking belum

berminat/berencana untuk berinterkoneksi dengan

penyelenggara telekomunikasi yang lain karena disamping

investasi untuk migrasi teknologi dinilai cukup mahal, juga

belum ada permintaan yang mendesak dari para

pengguna/pelanggannya

Pemerintah dan penyelenggara radio trunking sebaiknya

bersama-sama merencanakan stategi apabila

penyelenggara radio trunking berinterkonesi dengan

penyelenggara telekomunikasi lain, sebab untuk dapat

berintegrasi perlu mempertimbangkan antara lain: Migrasi

teknologi, Investasi dan Regulasi.

b. Startegi menghadapi interkoneksi

Penyelenggara radio trunking belum mendapatkan acuan yang

jelas bagaimana arah penyelenggaraan dimasa mendatang.

Pemerintah dan penyelenggara sebaiknya duduk bersama-

sama memikirkan arah pengembangan radio trunking di masa

mendatang, sehingga penyelenggaraan radio trunking dapat

dimanfaatkan secara optimal

Page 51: Studi trunking 2007

46

c. Pendapat tentang regulator

Pendapat penyelenggara radio trunking tentang pembinaan dari

regulator antara lain :

Pemerintah belum melakukan pembinaan secara penuh

pada radio trunking.

Pemerintah dalam memberikan izin kepada penyelenggara

telekomunikasi khusus kurang mempertimbangkan kondisi

eksisting penyelenggara radio trunking di wilayah setempat

Dari pendapat tersebut dianalisa bahwa sebaiknya

penyelenggara dan regulator bersama-sama berupaya untuk

mengoptimalkan penyelenggaraan radio trunking antara lain

dengan cara:

Realisasi pelaksanaan penyesuaian modern licencing

terus dilaksanakan dan mengevaluasi realisasi

pelaksanaan modern licingcing bagi penyelenggara yang

sudah menyesuaikan perijinannya

Pemerintah dan penyelenggara radio trunking harus

mempunyai misi yang sama dimasa mendatang tentang

kesinambungan penyelenggara radio trunking

Dalam memberikan perijinan kepada penyelenggara

telekomunikasi khusus pemerintah sebaiknya

mempertimbangan kondisi eksisting penyelenggara jasa

radio trunking di wilayah setempat

Diperlukan kebijakan agar penyelenggara radio trunking

diijinkan untuk membangun jaringannya di daerah rawan

bencana, karena radio trunking dimungkinkan sebagai alat

komunikasi utama jika terjadi bencana .

Page 52: Studi trunking 2007

47

d. Penyelenggaraan telekomunikasi khusus

Layanan radio trunking juga dapat diselenggarakan melalui

penyelenggaraan telekomunikasi khusus. Kebijakan yang

berkaitan dengan penyelenggaraan telekomunikasi khusus

antara lain:

1) UU Nomor 36 tahun 1999 tentang Telekomunikasi

Pasal 30 ayat (1)

Dalam hal penyelenggara jaringan telekomunikasi dan

atau penyelenggara jasa telekomunikasi belum dapat

menyediakan akses di daerah tertentu, maka

penyelenggara telekomunikasi khusus dapat

menyelenggarakan jaringan telekomunikasi dan atau jasa

telekomunikasi setelah mendapat izin Menteri.

Pasal 30 ayat (2)

Dalam hal penyelenggara jaringan telekomunikasi dan

atau penyelenggara jasa telekomunikasi sudah dapat

menyediakan akses di daerah sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), maka penyelenggara telekomunikasi

khusus dimaksud tetap dapat melakukan

penyelenggaraan jaringan telekomunikasi dan atau jasa

telekomunikasi.

2) PP No. 52 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan

Telekomunikasi

Pasal 39

Penyelenggara telekomunikasi khusus diselenggarakan

untuk keperluan:

c. sendiri

d. pertahanan kemanan

Page 53: Studi trunking 2007

48

e. penyiaran

Pasal 43 ayat (2)

Penyelenggara telekomunikasi khusus untuk keperluan

instansi pemerintah dapat diselenggarakan jika:

a. keperluannya tidak dapat dipenuhi oleh

penyelenggara jaringan dan atau jasa telekomunikasi

b. lokasi kegiatannya belum terjangkau oleh

penyelenggara jaringan dan atau jasa

telekomunikasi;

c. kegiatannya memerlukan jaringan telekomunikasi

yang tersendiri dan terpisah

Pasal 45 ayat (1)

Penyelenggaraan telekomunikasi khusus untuk keperluan

badan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39

huruf dilaksanakan oleh badan hukum untuk mendukung

kegiatan dan atau usahanya.

Pasal 45 ayat (2)

Penyelenggaraan telekomunikasi khusus untuk keperluan

badan hukum dapat diselenggarakan jika :

a. keperluannya tidak dapat dipenuhi oleh

penyelenggara jaringan dan atau jasa

telekomunikasi;

b. lokasi kegiatannya belum terjangkau oleh

penyelenggara jaringan dan atau jasa

telekomunikasi; dan atau

c. kegiatannya memerlukan jaringan telekomunikasi

yang tersendiri dan terpisah.

Page 54: Studi trunking 2007

49

Pasal 50 :

Penyelenggara telekomunikasi khusus dilarang untuk :

a. menyelenggarakan telekomunikasi di luar

peruntukannya;

b. menyambungkan atau mengadakan interkoneksi

dengan jaringan telekomunikasi lainnya; dan

c. memungut biaya dalam bentuk apapun atas

penggunaan dan atau pengoperasiannya, kecuali

untuk telekomunikasi khusus yang berkenaan

dengan ketentuan internasional yang telah

diratifikasi.

Pemberian izin Kepada penyelenggara telekomunikasi

khusus baik untuk pengguna radio konvensional maupun

trunking di lokasi yang sudah dilayani penyelenggara

radio trunking sering terjadi, bahkan penyelenggara

trunking telsus beroperasi di lokasi yang telah dilayani

jasa radio trunking. Hal ini tidak sesuai dengan kebijakan

yang menyatakan bahwa Penyelenggaraan

telekomunikasi khusus untuk keperluan badan hukum

dapat diselenggarakan jika keperluannya tidak dapat

dipenuhi oleh penyelenggara jaringan dan atau jasa

telekomunikasi;lokasi kegiatannya belum terjangkau oleh

penyelenggara jaringan dan atau jasa telekomunikasi;

dan atau kegiatannya memerlukan jaringan

telekomunikasi yang tersendiri dan terpisah.

Dalam memberikan izin penyelenggaraan telekomunikasi

khusus Perlu konsistensi pemerintah untuk tidak

memberikan izin bagi penyelenggara trunking telsus

dilokasi dimana lokasi tersebut sudah dijangkau

penyelenggara radio trunking. Diharapkan badan hukum

atau pemerintah yang berada dilokasi tersebut dapat

berlanggan kepada penyelenggara radio trunking.

Page 55: Studi trunking 2007

50

B. EVALUASI KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN RADIO TRUNKING

Perkembangan layanan radio trunking tidak sepesat perkembangan

penyelenggaraan telekomunikasi lainnya, bahkan penyelenggaraan radio

trunking hampir tidak mengalami kemajuan. Dalam analisa studi evaluasi

kebijakan penyelenggaraan terrestrial trunked radio access di Indonesia

ditemukenali beberapa faktor yang menyebabkan kurang berkembangnya

penyelenggaraan radio trunking. Faktor-faktor tersebut antara lain: teknologi

yang digunakan penyelenggara radio trunking saat belum mendukung ,

daerah layanannya terbatas, pangsa pasarnya tertentu, fiturnya terbatas.

Selain itu dalam kebijakan penyelenggaraan radio trunking di Indonesia

ditemukenali beberapa hal yang perlu diselaraskan, dan beberapa aspek

penyelenggaraan yang perlu dipikirkan bersama oleh stakehorder untuk

dituangkan pada rangcangan kebijakan penyelenggaraan radio trunking ke

depan:

a. Kebijakan yang perlu diselaraskan untuk mendorong

penyelenggaraan radio trunking

1) Efisiensi Frekuensi

Ijin penggunakan frekuensi radio untuk penyelenggaraan radio

trunking masih diberikan dalam bentuk blok frekuensi, hal ini

dinilai kurang efektif dan efisien mengingat pengguna radio

truking masih sedikit . Untuk Optimalisasi tersebut Pemberian

izin frekuensi sebaiknya dengan mekanisme ISR tidak secara

blok frekuensi .

2) Penyesuaian perijinan

Kebijakan tentang penyesuaian perijinan bagi penyelenggara

radio trunking belum sepenuhnya dilaksanakan. Oleh karena itu

perlu konsistensi pemerintah dan kesadaran penyelenggara

untuk menyesuaikan perijinan secara modern licensing, untuk

mendorong perkembangan penyelenggaraan radio trunking

Page 56: Studi trunking 2007

51

3) Pembinaan terhadap penyelenggara eksisting yang belum

menyesuaikan perijinannya dengan Undang-undang 36 tentang

telekomunikasi dan turunannya.

b. Aspek-aspek penyelenggaraan yang perlu dipikirkan oleh stakehorder

untuk meningkatkan perkembangan penyelenggaraan radio trunking

ke depan

1) Kebijakan interkoneksi

Kebijakan pemerintah yang memungkinkan penyenggaraan

radio trunking dapat berinterkoneksi dengan penyelenggara

telekomunikasi lainnya perlu dicarikan solusinya agar dapat

diimplementasikan seluruh penyelenggara radio trunking. Hal

ini dapat dimungkinkan bilamana teknologi yang digunakan

tidak lagi analog tetapi menggunakan teknologi digital. Untuk

melakukan migrasi teknologi perlu dilakukan strategi-strategi

diantaranya upaya kolabirasi antara strakeholder. Upaya

kolaborasi stakehorder diperlukan dalam rangka:

menentukan teknologi apa yang tepat digunakan dalam

perkembangan radio trunking ke depan.

Elemen kunci dalam mendorong pengembangan radio

trunking di Indonesia adalah bahwa perlu adanya standar

teknologi tertentu adopsi secara global. Dengan

diketahuinya standar teknologi yang digunakan akan

menentukan infrastruktur dasar dari layanan radio trunking

sehingga dapat melakukan interoperbility antar jaringan dan

layanan.

Waktu transisi dan waktu implementasi.

Layanan radio truking bukan merupakan layanan yang

baru, oleh karena itu diperlukan proses transisi dari sistem

yang lama menuju sistem layanan yang baru. Selama

proses transisi ini, perlu dilakukan langkah-langkah strategi

dalam rangka mendorong implementasi dan perkembangan

layanan radio trunking diantaranya membuat kebijakan

Page 57: Studi trunking 2007

52

penyelenggaraan layanan radio trunking menggunakan

peraturan yang ada sesuai dengan kebutuhan industri

penyelenggara dan menentukan regulasi yang sesuai dan

memenuhi kepentingan berbagai pihak

Alokasi frekuensi yang akan digunakan

Penyelarasan penyelenggaraan/perijinan

Cakupan layanan

Pentarifan

BHP Frekuensi

Kebutuhan dan perlindungan pelanggan

2) Kebijakan untuk menciptakan iklim yang sehat pada saat

migrasi dan implementasi

Penyelenggaraan radio truking akan menjadi pesaing dalam

industri selular. Oleh karena itu pemerintah harus membuat

perangkat kebijakan yang memungkinkan iklim kompetisi yang

sehat. Kompetisi yang sehat ditandai dengan tumbuh

kembangnya industri yang terlibat dalam penyelenggaraan

radio trunking, tidak ada industri yang menjadi Significant

Market Power (SMP) sehingga menghambat pemain baru

Page 58: Studi trunking 2007

53

BAB VI

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Penyelenggararaan radio trunking pada saat ini diselenggarakan

oleh Badan Usaha Milik Swasta, sedangkan Badan Usaha Milik

Daerah (BUMD), Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Koperasi

belum ada yang menjadi penyelenggara.

2. Pengguna/pelanggan dari radio trunking saat ini masih sebatas

perusahaan atau corporate, umumnya di daerah/lokasi industri, sektor

perbankan, sektor jasa sekuritas, sektor minyak dan gas dan lain-lain,

sedangkan perorangan belum ada yang menjadi pelanggan.

3. Para penyelenggara radio trunking eksisting di Indonesia masih

menyediakan layanan voice , sementara di beberapa negara seperti

Singapura dan Malaysia layanan tidak hanya sebatas voice tetapi

juga data karena sudah menggunakan teknologi digital;

4. Sebagian besar penyelenggara radio trunking belum menyesuaikan

perijinan modern licensing, namun bebarapa penyelenggara

menyatakan penyesuaiaan perijinan sedang dalam proses di Ditjen

Postel.

5. Pemanfaatan frekuensi para penyelenggara radio trunking belum

dilaksanakan secara optimal sesuai dengan peruntukannya .

6. Penyelenggara radio trunking eksisting sebagian besar masih

menggunanakan teknologi analog namun penyelenggara tersebut

berpendapat akan menyesuaikan teknologi sesuai dengan kebutuhan

pelanggan.

7. Para penyelenggara radio trunking eksisting saat ini belum berminat

melakukan inverstasi untuk pengembangan radio trunking yang dapat

interkoneksi dengan penyelenggara telekomunikasi lainnya. Namun

beberapa berpendapat perlu disiapkan kebijakan untuk

mengantisipasi permintaan dan kebutuhan pelanggan ke depan.

Page 59: Studi trunking 2007

54

B. REKOMENDASI

1. Perlu suatu kebijakan yang mendorong/memotivasi BUMD, koperasi

dan BUMN menjadi penyelenggara radio , terutama di daerah-daerah

perbatasan, kepulauaan, dan daerah yang belum dijangkau

telekomunikasi.

2. Pengguna layanan radio trunking dapat dikembangkan ke pengguna

perorangan bilamana layanan radio trunking sudah dapat

berinterkoneksi dengan jaringan telekomunikasi lainnya, sehingga

penyelenggara perlu mengantisipasi perkembangan dan kebutuhan

pelanggan tersebut.

3. Untuk mendorong penyelenggaraan radio trunking perlu dilakukan

penyelarasan kebijakan meliputi :

a. Efisiensi Frekuensi

Kebijakan tentang alokasi frekuensi untuk penyelenggaraan radio

trunking perlu dioptimalkan dengan cara pemberian ijin penggunaan

spektrum radio berdasarkan ISR dan kepada penyelenggara yang

sudah mendapat perijinan secara blok agar ditinjau kembali

b. Penyesuaian perijinan

Kebijakan tentang penyesuaian perijinan bagi penyelenggara radio

trunking belum sepenuhnya dilaksanakan. Oleh karena itu perlu

konsistensi pemerintah dan kesadaran penyelenggara untuk

menyesuaikan perijinan secara modern licensing, untuk

mendorong perkembangan penyelenggaraan radio trunking

c. Kebijakan tentang pembinaan terhadap penyelenggara radio

trunking.

Bagi penyelenggara eksisting yang belum menyesuaikan

perijinannya dengan Undang-undang 36 tentang telekomunikasi

dan turunannya agar segera ditindak lanjuti.

Page 60: Studi trunking 2007

55

4. Peningkatan penyelenggaraan radio trunking dimasa mendatang perlu

disiapkan kebijakan antara lain :

a. Kebijakan interkoneksi

Kebijakan pemerintah yang memungkinkan penyenggaraan radio

trunking dapat berinterkoneksi dengan penyelenggara

telekomunikasi lainnya perlu dicarikan solusinya agar dapat

diimplementasikan seluruh penyelenggara radio trunking. Hal ini

dapat dimungkinkan bilamana teknologi yang digunakan tidak lagi

analog tetapi menggunakan teknologi digital. Untuk melakukan

migrasi teknologi perlu dilakukan strategi-strategi diantaranya

upaya kolabirasi antara strakeholder. Upaya kolaborasi stakehorder

diperlukan dalam rangka:

menentukan teknologi yang tepat digunakan dalam

perkembangan radio trunking ke depan.

Waktu transisi dan waktu implementasi.

Alokasi frekuensi yang akan digunakan

Penyelarasan penyelenggaraan/perijinan

Cakupan layanan

Pentarifan

BHP Frekuensi

Kebutuhan dan perlindungan pelanggan

b. Kebijakan untuk menciptakan iklim yang sehat pada saat migrasi

dan implementasi

Page 61: Studi trunking 2007

56

DAFTAR REFERENSI

1. Undang-undang No. 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi

2. Peraturan Pemerintah No 52 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan

Telekomunikasi

3. Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2000 tentang Penggunaan

Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit

4. Keputusan Menteri No. 29 Tahun 2004 tentang Perubahan atas KM

No. 20 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan Jaringan

Telekomunikasi.

5. Keputusan Menteri No. 30 Tahun 2004 tentang Perubahan atas KM

No. 21 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan Jasa Telekomunikasi

6. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika No

01/PER/M.KOMINFO/1/2006 tentang Penataan Pita Frekuensi

Radio 2.1 GHz untuk Jaringan Bergerak Selular IMT-2000

7. Perturan Menteri Kominfo Nomor : 17 /PER/M.KOMINFO/9/2005

tentang Tata Cata Perizinan dan Ketentuan Operasional

Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio