79
BAB I PENDAHULUAN Analisis kuantitatif sendiri adalah suatu analisa tentang penentuan kadar suatu zat tertentu yang ada dalam suatu percobaan. Analisis kuantitatif berkaitan dengan penetapan beberapa banyak suatu zat tertentu yang terkandung dalam suatu sampel. Pengertian lain dari analisis kuantitatif adalah analisis yang bertujuan untuk mengetahui jumlah kadar senyawa kimia dalam suatu bahan atau campuran bahan. Pada umumnya analisis kuantitatif terdiri dari analisis gravimetri dan analisis volumetri. Analisis gravimetri ialah analisis yang menyangkut pengukuran berat. Analisis volumetri adalah pemeriksaan jumlah zat yang didasarkan pada pengukuran volume larutan pereaksi yang dibutuhkan untuk bereaksi secara stoikiometri dengan zat yang ditentukan. Tujuan praktikum analisis volumetri ini adalah mampu menentukan larutan baku yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti, yang selanjutnya digunakan sebagai larutan baku titrasi kadar asam cuka pada suatu sampel. Mampu mengetahui indikator serta titik akhir titrasi dengan suatu perubahan warna dan mampu menentukan reaksi-reaksi yang ada dalam analisis. Manfaat dari praktikum ini adalah kita dapat mengetahui kadar asam cuka pada suatu sampel dan membandingkan dengan tabel secara langsung.

Sudah selesai

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Sudah selesai

1

BAB I

PENDAHULUAN

Analisis kuantitatif sendiri adalah suatu analisa tentang penentuan kadar

suatu zat tertentu yang ada dalam suatu percobaan. Analisis kuantitatif berkaitan

dengan penetapan beberapa banyak suatu zat tertentu yang terkandung dalam

suatu sampel. Pengertian lain dari analisis kuantitatif adalah analisis yang

bertujuan untuk mengetahui jumlah kadar senyawa kimia dalam suatu bahan atau

campuran bahan.

Pada umumnya analisis kuantitatif terdiri dari analisis gravimetri dan

analisis volumetri. Analisis gravimetri ialah analisis yang menyangkut

pengukuran berat. Analisis volumetri adalah pemeriksaan jumlah zat yang

didasarkan pada pengukuran volume larutan pereaksi yang dibutuhkan untuk

bereaksi secara stoikiometri dengan zat yang ditentukan.

Tujuan praktikum analisis volumetri ini adalah mampu menentukan

larutan baku yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti, yang selanjutnya

digunakan sebagai larutan baku titrasi kadar asam cuka pada suatu sampel.

Mampu mengetahui indikator serta titik akhir titrasi dengan suatu perubahan

warna dan mampu menentukan reaksi-reaksi yang ada dalam analisis. Manfaat

dari praktikum ini adalah kita dapat mengetahui kadar asam cuka pada suatu

sampel dan membandingkan dengan tabel secara langsung.

Page 2: Sudah selesai

2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Analisis Kuantitatif

2.1.1. Pengertian analisis kuantitatif

Pengertian dari analisis kuantitatif adalah analisis tentang penentuan kadar

suatu zat tertentu yang ada dalam suatu percobaan atau praktikum. Analisis

volumetri merupakan suatu analisis kuantitatif yang dilakukan dangan jalan

mengukur volume larutan yang konsentrasinya diketahui dengan teliti. Analisis

kuantitatif berkaitan dengan penetapan beberapa banyak suatu zat tertentu yang

terkandung dalam suatu sampel. Zat yang ditetapkan tersebut, yang sering kali

dinyatakan sebagai konstituen atau analit, menyusun sebagian kecil ayau sebagian

besar sampel yang di anailisis. Analisis kuantitatif bertujuan menentukan kadar

ion atau molekul suatu sampel (Sumardjo 2006). Analisis kuantitatif

menggunakan zat tertentu. Zat yang ditetapkan tersebut seringkali dinyatakan

konstituen menyusun sebagian kecil atau sebagian besar sampel yang dianalisis

(Harlout, 2003). Zat yang dianalisis harus tepat.keberhasilan Analisis Kuantitatif

sangat tergantung pada indikator yang tepat sehingga mampu menentukan titik

akhir titrasi yang tepat (Ratna, 2008).

Page 3: Sudah selesai

3

2.1.2. Macam-macam analisa kuantitatif

Analisis gravimetri adalah proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsur

atau senyawa tertentu dan merupakan cara pemeriksaan jumlah zat yang paling

tua dan sederhana dibandingkan dengan pemeriksaan zat lainnya. Analisis

gravimetri ialah analisis yang menyangkut pengukuran berat (Rivai 2006). Bagian

terbesar dari penentuan senyawa gravimetri meliputi transformasi unsur atau

radikal senyawa murni stabil yang dapat segera diubah menjadi bentuk yang dapat

ditimbang dengan teliti. Berat unsur dapat dihitung berdasarkan rumus senyawa

dan berat atom unsur – unsur atau senyawa yang dikandung dilakukan dengan

berbagaicara, seperti: metode pengendapan; metode penguapan; metode

elektroanalisis; atau berbagai macam cara lainya. Analisis gravimetri memerlukan

pertimbangan larutan (Raymon, 2009). Yang dilakukan dalam analisis ini adalah

pemisahan komponen pada sampel kemudian dilakukan pengendapan. Hasil

analisis gravimetri berupa endapan dari bahan yang dianalisis (Didik et al., 2010).

Gravimetri adalah pemeriksaan jumlah zat dengan cara penimbangan hasil reaksi

pengendapan.

Analisis volumetri adalah pemeriksaan jumlah zat yang didasarkan pada

pengukuran volume larutan pereaksi yang dibutuhkan untuk bereaksi secara

stoikiometri dengan zat yang ditentukan ( Rivai, 2006 ). Dalam analisis volumetri

larutan yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti disebut volume standart.

Biasanya untuk mengukur volume larutan standar pada larutan standart tersebut

harus ditambahkan melalui alat yang disebut buret. Proses penambahan larutan

standart kedalam larutan yang ditentukan sampai terjadi reaksi yang sempurna

Page 4: Sudah selesai

4

disebut titrasi. Reaksi yang diperoleh dalam titrasi harus sempurna, maka saat

reaksi sempurna sudah tercapai disebut saat ekuivalen atau saat stoikiometri, yang

biasanya dapat diketahui karena adanya sesuatu yang tampak dalam larutan ini,

yaitu perubahan warna atau terjadinya suatu endapan yang disebabkan oleh

larutan standarnya sendiri atau karena adanya penambahan indikator. Sesuai

dengan pendapat bahwa akhir reaksi selama titrasi diketahui dengan bantuan

suatu indicator (Widodo, 2010). Saat dimana proses titrasi harus dihentikan

disebut saat akhir titrasi. Diharapkan saat ekuivalen sama dengan saat akhir titrasi.

Tapi pada kenyataannya kedua saat tersebut sulit dicapai secara bersamaan.Selisih

waktu tersebut menyebabkan kesalahan titrasi. Selain reaksi harus kuantitatif juga

harus berjalan cepat, sebab bila reaksinya lambat titik ekuivalen sulit untuk

diamati.

Analisis volumetri berdasarkan materi kimia secara konsentrasi adalah aA

+ bB cC , dengan A = larutantitrat (belum diketahui konsentrasinya ) dan B =

larutantitran/larutan standart (sudah diketahui konsentrasinya). Dua langkah

utama dalam analisis kuantitatif adalah indentifikasi dan estimasi komponen-

komponen suatu senyawa. Analisis kuantitatif Analisa Kuantitatif berkaitan

dengan penetapan berapa banyak suatu zat tertentu yang terkandung dalam sampel

bahwa analisis kuantitaitf menggunakan zat tertentu (Harcout 2003). Analisis

volumetri merupakan bagian dari metode analisis kuantitatif yang digunakan

dalam menentukan konsentrasi zat yang ada dalam larutan (Ratna, 2008).

Page 5: Sudah selesai

5

BAB III

MATERI DAN METODE

Praktikum Kimia Dasar dengan materi Pengenalan Analisis Kuantitatif

dilaksanakan pada hari Minggu, 29 September 2013 pukul 09.00-11.00 WIB di

Laboratorium Fisiologi dan Biokimia, Fakultas Peternakan dan Pertanian,

Universitas Diponegoro, Semarang.

3.1 Materi

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum Analisis Kuantitatif adalah

erlenmeyer 100ml sebagai tempat zat yang akan ditirasi, corong membantu

memasukkan larutan yang sempit mulutnya, labu ukur 250 ml dan 100 ml tempat

melakukan pengenceran dengan volume tertentu, buret tempat zat yang akan

menitrasi, pipet tetes untuk mengambil larutan dengan jumlah sedikit, dan pipet

volume 10 ml untuk mengambil larutan dalam jumlah yang cukup banyak. Bahan

yang digunakan dalam praktikum ini adalah asam oksalat(H2C2O4) yang di

encerkan untuk menentukan konsentrasi sesungguhnya larutan NaOH, dengan

cara titrasi, sedangkan NaOH 0,1 sebagai larutan untuk menitrasi asam cuka yang

akan dihitung kadarnya yang dicampur dengan aquades, fenolftalein(PP) 1%

sebagai indikator asam cuka.

Page 6: Sudah selesai

6

3.2. Metode

3.2.1 Standarisasi NaOH dengan larutan asam oksalat

Standarisasi NaOH dengan larutan asam oksalat yang dilakukan adalah

menimbang dengan tepat 0,63 gram oksalat (H2C2O4.2H2O), kemudian

melarutkan asam oksalat yang sudah ditimbang kedalam aquades dan diencerkan

menjadi 100ml dengan labu takar. Memasukkan larutan asam oksalat kedalam

buret. Mengambil 10 ml NaOH dan memasukkan kedalam Erlenmeyer 100ml,

kemudian menambahkan 3 tetes indikator PP. Larutan dititrasi dengan asam

oksalat standart sampai warna merah indikator hilang. Mencatat voleme asam

oksalat yang diperlukan. Melakukakn titrasi sebanyak 2 kali, dan menghitung

konsentrasi Standarisasi dengan larutan standar asam oksalat dalam percobaan ini

dapat dihitung konsentrasi NaOH dengan rumus:

V 1. N 1 = V 2. N 2

Ket: N1 = Normalitas Asam Oksalat

V1 = Rata-rata hasil titrasi Asam Oksalat

N2 = Normalitas NaOH

V2 = Volume NaOH yang diambil

3.3.2 Penetapan kadar asam cuka

Penetapan kadar asam cuka adalah dengan beberapa tahap diantaranya

mengisi larutan NaOH yang telah diketahui konsentrasinya kedalam buret,

mengambil 10 ml asam cuka dan mengencerkannya menjadi 250 ml dengan labu

Page 7: Sudah selesai

7

ukur, mengambil 10 ml asam cuka yang telah diencerkan dan memasukkan

kedalam Erlenmeyer. Menambahkan 3 tetes indicator PP, kemudian menitrasi

larutan dengan NaOH sampai timbul warna merah muda yang tepat.Mengulangi

titrasi 2 kali lagi untuk Erlenmeyer yang lain, mencatat volume NaOH yang

diperlukan.

Page 8: Sudah selesai

8

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Standarisasi NaOH dengan Larutan Asam Oksalat Standar

Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 1 . Hasil standarisasi NaOH

Sumber: Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2013.

Berdasarkan hasil praktikum diperoleh titik akhir titrasi 9,85 ml yang

ditandai dengan perubahan warna karena penambahan indikator PP yang semula

berwarna merah berubah menjadi bening. Perubahan warna tersebut menunjukkan

titik akhir titrasi. Hal ini sesuai dengan pendapat David et al., (2010) yang

menyatakan bahwa analisis volumetri menggunakan volume larutan ketika larutan

direksikan akan terjadi perubahan warna. Titik akhir titrasi ini digunakan untuk

menghitung normalitas sesungguhnya dari NaOH, hasilnya adalah 0,098 N.

Bahwa reaksi positif yang ditandai dengan indikator merah muda yang berubah

menjadi bening. Sesuai dengan pendapat Widodo (2010) bahwa akhir reaksi

selama titrasi diketahui dengan bantuan suatu indikator. Maka disini digunakan

indikator Phenolphtalein (PP), PP adalah indikator yang tidak berwarna pada

larutan asam, dan berwarna merah muda pada larutan basa.

Keterangan Volume Asam Oksalat (ml)

Titrasi I 10,2 ml

Titrasi II 9,5 ml

Rata-rata 9,85 ml

Page 9: Sudah selesai

9

4.2. Pengamatan Penetapan Kadar Asam Cuka

Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 2. Pengukuran kadar asam cuka

Sumber: Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2013.

Berdasarkan praktikum yang dilaksanakan diperoleh hasil bahwa larutan

asam cuka yang dititrasi dengan NaOH berubah menjadi warna merah muda yang

tetap atau bisa disebut juga sebagai titik ekuivalen yaitu titik tercapainya reaksi

sempurna, Hal ini sesuai dengan pernyataan Rivai (2006) bahwa titik akhir titrasi

ditandai dengan perubahan warna indikator asam basa. Diperkuat dengan

pendapat Hawab (2004) yang mengatakan bahwa titrasi dilakukan sampai

mencapai titik akhir titrasi yang di tandai dengan perubuahan warna merah. Hasil

dari perhitungan pengukuran kadar asam cuka adalah 25,84%.

Keterangan Volume NaOH (ml)

Titrasi I 17,4 ml

Titrasi II 17 ml

Rata-rata 17,2 ml

Page 10: Sudah selesai

10

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan mengenai Pengenalan

Analisa Kuantitatif ini dapat diambil kesimpulan antara lain: Titrasi dipengaruhi

oleh beberapa hal yaitu larutan standar, indikator dan saat ekuivalen, reaksi dalam

titrasi harus berjalan tetap dan kuantitatif, keberhasilan titrasi dapat dilihat dari

perubahan warna pada larutan yang dititrasi. Titrasi merupakan salah satu cara

analisa kuantitatif yang berdasarkan volume bahan yang diperlukan untuk

mencapai ekuivalen. Basa kuat (NaOH) jika ditambah dengan indikator PP

menghasilkan warna merah muda pada larutan agar reaksi berlangsung dengan

cepat dan tepat (kuantitatif) diperlukan pengamatan yang teliti pada titik

ekuivalen.

5.2 Saran

Ketelitian sangat diperlukan dalam praktikum ini, sehingga jika ada sedikit

terjadi kesalahan dapat mengulang. Oleh karena itu konsentrasi dalam praktikum

sangat perlu agar praktikum yang telah dikerjakan berjalan dengan lancar.

Page 11: Sudah selesai

11

DAFTAR PUSTAKA

Day, JR. A. Dan A.l.Underword. 2002. Analisis KimiaKuantitatif . Erlangga,

Jakarta.

Hawab, H.M. 2004. Pengantar Bio Kimia Edisi Revisi. Banyumedia, Malang.

Hart, Harold. 2003. Kimia Organik ; Suatu Kuliah Singkat Edisi Kesebelas.

Erlangga, Jakarta.

Marks, D. B. 2009. Biokimia Kedokteran Dasar. EGC, Jakarta.

Rivai, H. 2006. Asas Pemeriksaan Kimia, UI-Press, Padang.

Widodo, Didik S. 2010. Kimia Analisis Kuantitatif. Graha Ilmu, Yogyakarta.

Page 12: Sudah selesai

12

LAMPIRAN

Lampiran 1. Perhitungan Normalitas NaOH dan Kadar Asam Cuka

Perhitungan Normalitas NaOH

V 1. N 1 = V 2. N 2

0,1 . 9,85= 10. N2

N 2 = 0,1 x 9,85

10

= 0,098

Pengukuran Kadar Asam Cuka

= V1 ×N ×B ×P

V2 ×1000 ×100%

=17,2 × 0,098 × 60 × 25

10 × 1000 ×100%

= 25,84%

Page 13: Sudah selesai

13

Lampiran 2. Gambar Fungsi dan Alat

No. Gambar Alat Fungsi

1.

Buret

Meneteskan sejumlah reagen

cair

2.

Statif

Untuk menegakkan buret,

corong, corong pisah dan

peralatan gelas lainnya pada saat

digunakan.

3.

Erlenmeyer

Untuk menyimpan dan

memanaskan larutan,

Menampung filtrat hasil

penyaringan, Menampung titran

(larutan yang dititrasi) pada

proses titrasi

4.

Labu Ukur

Untuk membuat larutan dengan

konsentrasi tertentu dan

mengencerkan larutan.

Page 14: Sudah selesai

14

Lampiran 2. Gambar Fungsi dan Alat (Lanjutan)

5.

Pipet Volume

untuk mengambil cairan dalam

jumlah tertentu secara tepat

6.

Pipet Tetes

untuk mengambil cairan dalam

skala tetesan kecil.

7.

Gelas Ukur

Untuk mengukur volume larutan

tidak memerlukan tingkat

ketelitian yang tinggi dalam

jumlah tertentu

8.

Tabung Reaksi

Mereaksikan larutan yang

digunakan dalam praktikum

Page 15: Sudah selesai

15

Lampiran 2. Gambar Fungsi dan Alat (Lanjutan)

9.

Rak Tabung

Untuk Meletakkan tabung reaksi

10.

Penjepit Tabung

Untuk menjepi tabung reaksi

satat akan membakarnya

11.

Gelas Bekker

Untuk tempat sampel larutan

Page 16: Sudah selesai

16

Lampiran 3. Fotocopy Laporan Sementara Analisa Kuantitatif

Page 17: Sudah selesai

17

Lampiran 4. Fotocopy Literatur Analisa Kuantitatif

Page 18: Sudah selesai

18

Lampiran 4. Fotocopy Literatur (Lanjutan)

Page 19: Sudah selesai

19

Lampiran 4. Fotocopy Literatur (Lanjutan)

Page 20: Sudah selesai

20

Lampiran 4. Fotocopy Literatur (Lanjutan)

Page 21: Sudah selesai

21

Lampiran 4. Fotocopy Literatur (Lanjutan)

Page 22: Sudah selesai

22

Lampiran 4. Fotocopy Literatur (Lanjutan)

Page 23: Sudah selesai

23

BAB I

PENDAHULUAN

Praktikum karbohidrat ini penting dilakukan karena berhubungan dengan

beberapa jenis sakarida yang terkandung dalam sampel. Karbohidrat merupakan

suatu sakarida yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Karbohidrat merupakan

sumber energi yang murah dan mudah dijumpai. Di dalam tubuh karbohidrat

sangat berguna dalam mencegah timbulnya ketosis, pemecahan protein tubuh

yang berlebihan, kehilangan mineral, dan membantu metabolisme lemak dan

protein.

Karbohidrat yaitu senyawa organik terdiri dari unsur karbon,hidrogen,dan

oksigen. Berdasarkan gugus hidroksilnya karbohidrat di golongkan menjadi mono

sakarida, disakarida, dan polisakarida. Berdasarkan gugus fungsionalnya

karbohidrat dapat dibedakan menjadi gugus aldosa dan gugus ketosa.

Tujuan dari praktikum dengan materi karbohidrat adalah mempelajari sifat

umum dan sifat khusus dari karbohidrat. Manfaat dari praktikum ini adalah kita

dapat mengetahui sifat umum dan sifat khusus karbohidrat beserta kelompok-

kelompok karbohidrat.

Page 24: Sudah selesai

24

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Karbohidrat

Karbohirat disusun oleh C, H, dan O. Unsur ini terbentuk dari proses

fotosintesis. Karbohidrat berfungsi sebagai sumber energi, pemberi rasa manis

pada makanan, penghemat protein, metabolisme lemak, dan membantu

pengeluaran feses. Karbohidrat adalah sumber makanan yang penting bagi

manusia dan makhluk lainnya. Sumber karbohidrat yang paling dibutuhkan adalah

gula (Sumardjo, 2008). Sukrosa dan Glukosa merupakan sumber karbohidrat

terbaik (Marks B. D. 2009).

2.2. Macam-macam Uji Karbohidrat

Uji kualitatif karbohidrat dibedakan menjadi dua, yaitu uji umum dan uji

khusus. Uji umum berlaku untuk semua karbohirat sedangkan uji khusus hanya

berlaku untuk karbohidrat tertentu (Sumardjo, 2008). Uji umum dan uji khusus

masih mempunyai contoh uji tersendiri misal uji umum uji fehling, sedangkan uji

khusus misalnya uji benedict dan uji asam Pikrat ( Marks B. D. 2009 ).

2.2.1. Uji fehling

Uji fehling adalah salah satu cara untuk menguji karbohidrat pada

makanan. Larutan fehling berfungsi untuk menentukan kadar gula dalam suatu

makanan. Uji Fehling adalah pereaksi dari Fehling A (34,65 gr cupri sulfat dalam

Page 25: Sudah selesai

25

500ml air). Dan Fehling B (173 gr NaOH dan 125 gr Kalium Natrium Tartrat

dalam 500ml air) hingga mengakibatkan larutan campuran fehling berwarna biru.

Larutan fehling berwarna biru muda. Larutan yang positif akan membentuk

endapan berwarna merah bata (Sumardjo, 2008).

2.2.2. Uji benedict

Uji Benedict merupakan analisis kualitatif. Uji benedict adalah salah satu

contoh uji kualitatif (Pudjaatmaka 2002). Didapatkan dari campuran 17,3 gram

Kupri Sulfat, 173 gram Natrium Sitrat dan 100 gram Natrium Karbonat dalam 100

gram air. Jika positif larutan akan mengalami endapan berwarna merah bata.

Endapanakan berwarna hijau, kuning atau merah bata (Marks B. D. 2009). Dalam

percobaan ini akan ada proses oksidasi dan proses reduksi.Semua monosakarida

merupakan pereduksi karena mudah bereaksi dengan reagen (Pudjaatmaka 2002).

2.2.3. Uji asam pikrat

Uji asam pikrat digunakan untuk menunjukkan adanya karbohidrat

pereduksi. Karbohidrat apabila ditambah dengan asam Pikrat akan berubah warna

merah kecuali Polisakarida (Harold, 2003). Pada pemanasan uji asam Pikrat

menghasilkan warna merah pada larutan positif (Sumardjo, 2008).

Page 26: Sudah selesai

26

BAB III

MATERI DAN METODE

Praktikum Kimia Dasar dengan materi Pengenalan Karbohidrat

dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 29 September 2013 pukul 07.00-09.00

WIB di Laboraturium Fisiologi dan Biokimia, Fakultas Peternakan dan Pertanian,

Universitas Diponegoro, Semarang.

3.1. Materi

Peralatan yang digunakan antara lain pipet tetes yang digunakan untuk

mengambil beberapa larutan,tabung reaksi untuk mereaksikan larutan yang

digunakan praktikum, rak tabung untuk meletakkan tabung reaksi, kaki tiga untuk

menyangga gelas bekker, penjepit untuk menjepit tabung reaksi saat dibakar,

gelas beker 250ml untuk tempat larutan. Bahannya antara lain glukosa, laktosa,

maltosa, sukrosa, fruktosa, kanji, madu, sirup, NaOH 10%, Na2CO3, Fehling A,

Fehling B, Benedict, Asam Pikrat, dan aquades.

3.2. Metode

3.2.1. Uji kelarutan

Metode yang dilakukan dalam Uji Kelarutan yaitu menyiapkan 8 tabung

reaksi berisi Glukosa, Laktosa, Maltosa, Sukrosa, Fruktosa, kanji, madu, sirup

sebanyak 5 tetes, lalu menambahkan Aquades masing-masing tabung reaksi

sebanyak 5 tetes. Kemudian menutup tabung reaksi dengan ibu jari lalu di gojog

Page 27: Sudah selesai

27

dengan agar larutan tercampur dengan baik.Kemudian mengamati bagaimana

kelarutannya lalu catat hasil pengamatan dalam lembar pengamatan.

3.2.2. Uji fehling

Metode yang dilakukan dalam uji fehling yaitu siapkan 8 tabung reaksi

berisi glukosa, laktosa, maltosa, sukrosa, fruktosa, kanji, madu, sirup sebanyak 5

tetes, Kemudian menambahkan masing-masing 5 tetes fehing A dan 5 tetes

fehling B, selanjutnya di gojog. Lalu panaskan beberapa saat, uji positif jika

terbentuk endapan merah bata. Kemudian mengamati dan catat perubahan yang

terjadi pada lembar pengamatan.

3.2.3. Uji benedict

Metode yang dilakukan dalam uji benedict yaitu siapkan 8 tabung reaksi

berisi glukosa, laktosa, maltosa, sukrosa, fruktosa, kanji, madu, sirup sebanyak 5

tetes, lalu teteskan 5 tetes benedict ke masing-masing tabung, menggojog dan

mamanaskan beberapa saat diatas bunsen. Reaksi positif jika terbentuk endapan

merah bata. Mengamati dengan teliti dan catat hasil pengamatan pada lembar

pengamatan.

3.2.4. Uji asam pikrat

Metode yang dilakukan dalam uji asam pikrat yaitu menyiapkan 8 tabung

reaksi berisi glukosa, laktosa, maltosa, sukrosa, fruktosa, kanji, madu, sirup

sebanyak 5 tetes, kemudian menambahkan asam pikrat jenuh dan sodium karbonat

Page 28: Sudah selesai

28

(Na2CO3) ke masing-masing tabung, masing-masing 3 tetes. Memanaskan

beberapa saat. Reaksi Positif jika membentuk warna merah. Selanjutnya

mengamati perubahan warna yang terjadi dan mencatat hasil pengamatan pada

lembar pengamatan.

Page 29: Sudah selesai

29

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Uji Kelarutan

Berdasarkan praktikum pengenalan karbohidrat tentang uji kelarutan

diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 3. Hasil Pengamatan Uji Kelarutan

Sampel Warna Bentuk Keterangan

Glukosa Putih Bening Cair Larut

Fruktosa Kuning Cair Larut

Laktosa Putih kekuningan Cair Larut

Sukrosa Putih Bening Cair Larut

Kanji Putih Bening Kental Larut

Maltosa Putih Kekuningan Cair Larut

Madu Kuning Cair Larut

Sirup Putih Bening Cair Larut

Sumber: Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2013.

Berdasarkan uji kelarutan karbohidrat semua sampel yang diuji kelarutan

nya saat ditambakan aquades bersifat larut. Sampel karbohidrat yang diuji dapat

larut dalam aquades karena memiliki molekul sederhana. Dari ke delapan sampel

yang di uji, hanya kanji saja yang berbentuk kental yang menunjukan bahwa kanji

merupakan polisakarida. Sesuai pendapat Pudjaatmaka (2002) mengatakan bahwa

karbohidrat itu memiliki struktural molekul yang sederhana sehingga akan mudah

larut dalam air. Ditambahkan oleh Sumardjo (2008) yang menyatakan bahwa

monosakarida adalah karbohidrat yang tidak dapat diuraikan secara hidrolisis dan

mudah larut dalam air.

Page 30: Sudah selesai

30

4.2. Uji Fehling

Berdasarkan hasil praktikum tentang Uji Fehling diperoleh data sebagai

berikut:

Tabel 4. Hasil Pengamatan Uji Fehling

Sampel Reaksi (+/-) Keterangan

Laktosa + Merah Bata

Sukrosa - Hijau

Glukosa + Merah Bata

Fruktosa + Merah Bata

Kanji - Hijau

Madu + Merah Bata

Sirup + Merah Bata

Maltosa + Merah Bata

Sumber: Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2013.

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan sampel Laktosa,

Glukosa, Fruktosa, madu, sirup, dan Maltosa menghasilkan warna merah bata

dikarenakan Fehling reagen menyediakan Cu2+ yang harus direduksi oleh

substansi yang dites sehingga jadi oksida logamnya (Cu2O) yang tampak dalam

bentuk endapan merah bata. Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa Sukrosa

dan kanji bukan gula pereduksi fehling karena warna setelah reaksinya bukan

merah bata. Larutan yang mengalami endapan merah bata mengandung

karbohidrat. Uji fehling bertujuan untuk menentukan kandungan gula dalam

larutan. Sesuai dengan pendapat yang dikatakan oleh Sumardjo (2008) bahwa

hasil positif uji fehling mengalami endapan merah bata. Ditambahkan pendapat

Marks B.D. (2009) yang menyatakan bahwa larutan yang positif mengandung

gula.

Page 31: Sudah selesai

31

4.3. Uji Benedict

Berdasarkan hasil praktikum tentang Uji Benedict diperoleh hasil sebagai

berikut:

Tabel 5. Hasil Pengamatan uji Benedict

Sampel Reaksi (+/-) Keterangan

Glukosa + Merah Bata

Fruktosa + Merah Bata

Kanji - Biru

Laktosa + Merah Bata

Sirup + Merah Bata

Madu + Merah Bata

Maltosa + Merah Bata

Sukrosa - Biru

Sumber: Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2013.

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa 2 dari 8 sampel yaitu kanji dan

Sukrosa memiliki konsentrasi Karbohidrat yang tidak terlalu tinggi karena saat

dilakukan uji Benedict tidak terdapat endapan merah bata. Glukosa, Fruktosa,

Laktosa, sirup, madu, dan Maltosa ada proses pereduksi, karena mengalami

endapan merah bata. Endapan merah bata dihasilkan karena konsentrasi semakin

tinggi maka gugus reduksi yang ada pada larutan semakin banyak. Hal ini sesuai

dengan pendapat Sumardjo (2008) yang menyatakan bahwa pada pemanasan uji

benedict menghasilkan warna merah pada larutan positif. Ditambahkan dengan

pendapat Pudjaatmaka (2002) uji benedict merupakan uji kualitatif untuk

menunjukkan adanya glukosa.

Page 32: Sudah selesai

32

4.4. Uji Asam Pikrat

Berdasarkan hasil praktikum tentang uji asam pikrat diperoleh data sebagai

berikut:

Tabel 6. Hasil Pengamatan uji asam pikrat

Sampel Reaksi (+/-) Keterangan

Glukosa + Merah

Fruktosa + Merah

Sirup + Merah

Laktosa + Merah

Kanji - Kuning

Sukrosa - Kuning

Maltosa + Merah

Madu + Merah

Sumber: Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2013.

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa hanya kanji dan sukrosa saja yang

negatif terhadap uji asam Pikrat. Dalam percobaan glukosa, fruktosa, sirup,

laktosa, maltosa, madu menunjukkan adanya pereduksi, karena membentuk warna

merah. Glukosa teroksidasi menjadi asam glukonat dan asam pikrat menjadi asam

pikromat jika tereduksi, asam inilah yang berwarna merah. Hal ini sesuai dengan

pendapat Sumardjo (2008) yang mengatakan bahwa asam pikrat yang positif

membentuk warna merah. Ditambahkan oleh Harold (2003) yang mengatakan

bahwa karbohidrat apabila ditambah dengan asam pikrat akan berubah warna

merah.

Page 33: Sudah selesai

33

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa

Karbohidrat merupakan bahan makanan penting dan sumber tenaga yang terdapat

dalam tumbuhan dan hewan. Pada uji kelarutan Glukosa, Fruktosa, Laktosa, dan

Sukrosa memberikan warna jernih sedangkan pada kanji memberikan warna keruh

disertai dengan adanya endapan. Pada uji fehling Sukrosa tidak mengalami

pengendapan. Pada uji Benedict glukosa, fruktosa, madu, Laktosa dan sirup

berubah warna menjadi merah bata. Pada uji asam pikrat glukosa, fruktosa, kanji,

dan madu memberikan hasil positif, sedangkan Maltosa, Laktosa, dan sirup

memberikan hasil negatif. Glukosa dan fruktosa termasuk dalam monosakarida.

Maltosa, laktosa dan sukrosa termasuk dalam disakarida dan amilum termasuk

dalam polisakarida.

5.2. Saran

Sebaikmya lebih berhati-hati pada saat melakukan pratikum, karena alat

yang digunakan dalam praktikum adalah alat-alat yang mudah pecah. Lebih

menjaga konsentrasi dan menjaga keadaan agar tetap kondusif. Ini semua

dilakukan agar hasil lebih maksimal.

Page 34: Sudah selesai

34

DAFTAR PUSTAKA

Marks, D. B. 2009. Biokimia Kedokteran Dasar. EGC,Jakarta.

Hawab, H.M. 2004. Pengantar Bio Kimia Edisi Revisi.Banyumedia, Malang.

Hart, Harold. 2003. Kimia Organik ;Suatu Kuliah Singkat Edisi Kesebelas.

Jakarta, Erlangga

Pudjatmaka, A. H. 2002. Kamus Kimia. Balai Pustaka, Jakarta.

Sumardjo, Damin. 2008. Pengantar Kimia. EGC, Jakarta.

Widodo, Didik S. 2010. Kimia Analisis Kuantitatif. Graha Ilmu, Yogyakarta.

Page 35: Sudah selesai

35

LAMPIRAN

Lampiran 5. Alat dan Bahan

No. Gambar Alat Fungsi

1.

Buret

Meneteskan sejumlah reagen

cair

2.

Statif

Untuk menegakkan buret,

corong, corong pisah dan

peralatan gelas lainnya pada saat

digunakan.

3.

Erlenmeyer

Untuk menyimpan dan

memanaskan larutan,

Menampung filtrat hasil

penyaringan, Menampung titran

(larutan yang dititrasi) pada

proses titrasi

4.

Labu Ukur

Untuk membuat larutan dengan

konsentrasi tertentu dan

mengencerkan larutan.

Page 36: Sudah selesai

36

Lampiran 5. Alat dan Bahan (Lanjutan)

5.

Pipet Volume

untuk mengambil cairan dalam

jumlah tertentu secara tepat

6.

Pipet Tetes

untuk mengambil cairan dalam

skala tetesan kecil.

7.

Gelas Ukur

Untuk mengukur volume larutan

tidak memerlukan tingkat

ketelitian yang tinggi dalam

jumlah tertentu

8.

Tabung Reaksi

Mereaksikan larutan yang

digunakan dalam praktikum

Page 37: Sudah selesai

37

Lampiran 5. Alat dan Bahan (Lanjutan)

9.

Rak Tabung

Untuk Meletakkan tabung reaksi

10.

Penjepit Tabung

Untuk menjepi tabung reaksi

satat akan membakarnya

11.

Gelas Bekker

Untuk tempat sampel larutan

Page 38: Sudah selesai

38

Lampiran 6. Fotocopy Laporan Sementara Karbohidrat

Page 39: Sudah selesai

39

Lampiran 6. Fotocopy Buku Panduan Praktikum Kimia (Lanjutan)

Page 40: Sudah selesai

40

Lampiran 7. Literatur Karbohidrat

Page 41: Sudah selesai

41

Lampiran 7. Literatur (Lanjutan)

Page 42: Sudah selesai

42

Lampiran 7. Literatur (Lanjutan)

Page 43: Sudah selesai

43

Lampiran 7. Literatur (Lanjutan)

Page 44: Sudah selesai

44

Lampiran 7. Literatur (Lanjutan)

Page 45: Sudah selesai

45

Lampiran 7. Literatur (Lanjutan)

Page 46: Sudah selesai

46

BAB I

PENDAHULUAN

Protein merupakan komponen paling penting atau komponen utama sel

hewan atau manusia. Protein yang terdapat dalam makanan berfungsi sebagai zat

utama dalam pembentukan dan pertumbuhan tubuh. Pentingnya melakukan

praktikum ini adalah untuk lebih bisa mengenal protein dan fungsi protein.Protein

adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan

polimer dari monumer-monumer asam amino yang dihubungkan satu sama lain

dengan ikatan peptida.Lemak adalah suatu senyawa di dalam tubuh yang memiliki

ciri-ciri yang serupa dengan malam, atau minyak. Lemak berfungsi berperan

dalam membran sel dan organel untuk melindungi isi sel dan organel sel dari

lingkungan luar sel. Lemak bersifat hidrofobik, golongan senyawa ini dapat

dipakai tubuh sebagai sarana yang bermanfaat untuk berbagai keperluan. Lemak

tersusun atas asam lemak dan gliserol

Tujuan dari praktikum lemak dan protein adalah untuk mengetahui

beberapa sifat umum maupun sifat khusus dari protein dan lemak. Manfaat dari

percobaan ini adalah dapat mengetahui dan mengenal beberapa sifat umum dan

khusus dari protein dan lemak, dan dapat mengetahui reaksi yang terjadi pada

sampel protein dan lemak saat diuji dengan beberapa reagen serta reaksi sampel

protein dan lemak saat bereaksi dengan larutan garam logam berat.

Page 47: Sudah selesai

47

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Protein

2.1.1. Pengertian protein

Protein merupakan suatu zat makanan yang sangat penting karena selain

berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh juga berfungsi sebagai zat

pembangun. Protein merupakan komponen penting atau komponen utama sel

hewan atau manusia (Poedjiadi, 2006). Protein tidak hanya tersusun atas

komponen C, H, dan O saja tetapi juga tersusun atas unsur-unsur yang lain seperti

nitrogen, belerang, fosfor dan beberapa unsur lainnya. Protein merupakan susunan

asam-asam alfa amino yang mengandung unsur-unsur susunan kimia yaitu

karbon, oksigen, hidrogen dan nitrogen serta terkadang terdapat unsur belerang

(sulfur) (Sumardjo, 2009).

2.1.2. Klasifikasi protein

Klasifikasi protein dapat dibagi dalam beberapa kelompok, diantaranya

adalah berdasarkan kesamaan bentuk molekulnya, berdasarkan komposisi zat-zat

penyusun, berdasarkan tingkat degradasinya (Hawab, 2004). Berdasarkan peranan

atau fungsi biologinya protein dapat dibedakan atas protein struktural, protein

enzim, protein pelindung, protein hormon, protein kontraktil, protein pengangkut

dan protein simpanan (Sumardjo, 2009).

Page 48: Sudah selesai

48

Berdasarkan bentuk molekulnya protein dibagi menjadi dua yaitu globular

dan fibrosa (Oxtoby et al., 2003). Globular yaitu sifatnya larut dalam air dan

secara kasar berbentuk bola. Protein Globular ialah protein pembawa oksigen

dalam darah dan dalam sel. Protein Fibrosa yaitu merupakan zat pembentuk

stuktur pada hewan sehingga bersifat tidak larut dalam air (Sumardjo, 2009).

Berdasarkan tingkat degradasi, Protein dibagi menjadi protein alam dan

protein derivat. Protein alam yaitu merupakan protein asli yang terdapat di alam,

dan belum terjadi perubahan, baik yang berasal dari hewan maupun dari

tumbuhan (Sumardjo, 2009). Protein yang berasal dari hewan adalah protein

hewani, dan yang berasal dari tumbuhan disebut protein nabati. Protein derivat

yaitu merupkan Protein asli yang telah mengalami perubahan, tetapi

perubahannya belum menjadi asam-asam amino (Raymond, 2005).

2.1.3. Fungsi protein

Fungsi protein yang terdapat dalam makanan yaitu sebagai zat utama

dalam pembentukan dan pertumbuhan tubuh. Protein memindahkan berbagai

senyawa melalui aliran melintasi membran (Sumardjo, 2009). Protein juga dapat

digunakan sebagai sumber energi apabila tubuh kita kekurangan karbohidrat dan

lemak (Sloane, 2003).

Page 49: Sudah selesai

49

2.1. Lemak

2.1.1. Pengertian lemak

Lemak adalah ester antara gliserol dan asam lemak, dimana ketiga radikal

hidroksil dari gliserol semuanya diesterkan. Jadi jelaslah bahwa lemak itu adalah

trigliserida (Hawab, 2004). Lemak adalah salah satu kelompok senyawa organik

yang terdapat dalam tumbuhan, hewan atau manusia dan yang sangat berguna

bagi kehidupan manusia (Poedjiadi, 2006). Lemak adalah suatu zat yang tidak

larut dalam air yang dapat dipisahkan dari tumbuhan atau hewan

(Sastrohamidjoyo, 2005). Meskipun lemak berwujud padat dan minyak berwujud

cair, keduanya memiliki struktur organik dasar yang sama ( Hart ,2003). Sabun di

gunakan sebagai bahan pembersih kotoran yang bersifat lemak atau minyak

karena sabun dapat mengemulsi lemak dan minyak (Poedjiadi, 2006).

2.2.1. Klasifikasi lemak

Lipid sederhana adalah penggolongan ester asam lemak dengan berbagai

alkohol contohnya adalah lemak atau gliserida dan lilin (Poedjiadi, 2006). Lipid

sederhana adalah ester-ester dari asam lemak dengan bermacam-macam alkohol,

lipida sederhana sering disebut juga lipoid Lilin adalah ester-ester dari asam

lemak dengan alkohol yang bukan gliserol (Sastrohamidjoyo, 2005).

Lipid gabungan adalah penggolongan ester asam lemak yang mempunyai

gugus tambahnan contoh fosfolipid, serebrosida (Poedjiadi,2006). Fosfolipid

Page 50: Sudah selesai

50

adalah ester-ester yang mengandung asam lemak dan asam pospat dan biasanya

mengandung gugus nitrogen (Sastrohamidjoyo, 2005).

2.2.2. Fungsi lemak

Fungsi lemak secara umum dalam proses metabolisme adalah sebagai

sumber energi, sebagai cadangan energi, untuk mempertahankan, sebagai pelarut

vitamin A, D, E, dan K. Lemak memiliki fungsi yaitu untuk penghangat tubuh,

untuk melindungi organ-organ vital makhluk hidup, sebagai cadangan makanan,

menjaga daya tahan tubuh dan sebagai sumber energi (Sumardjo, 2009). Lemak

juga berfungsi membentuk struktur tubuh, pengatur proses yang berlangsung

dalam tubuh secara langsung dan tidak langsung (Suharjo et al., 2006).

Page 51: Sudah selesai

51

BAB III

MATERI DAN METODE

Praktikum kimia dasar dengan materi percobaan protein dan lemak

dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 20 Oktober 2013 pukul 07.00-09.00 WIB

di Laboratorium Fisiologi dan Biokimia, Fakultas Peternakan dan Pertanian,

Universitas Diponegoro, Semarang.

3.1. Materi

Alat-alat yang digunakan pada saat praktikum percobaan protein dan

lemak meliputi tabung reaksi yang digunakan sebagai tempat mereaksikan sampel

dengan berbagai, rak tabung reaksi yang digunakan sebagai tempat untuk

meletakkan tabung reaksi,dan pipet tetes yang digunakan untuk mengambil

sampel yang akan diuji. Bahan-bahan yang digunakan saat praktikum percobaan

Protein dan Lemak antara lain albumin telur, susu, minyak goreng,FeCl3, CuSO4

0.5 %, HgCl2, PbCOOH, HNO3pekat, dan NaOH 10 %, mentega, margarin,

Na2CO3, asam stearat, air sabun, aquades

3.2. Metode

3.2.1. Protein

3.2.1.1.Uji biuret, metode yang dilakukan dalam praktikum protein dengan uji

biuret antara lain mencampur 5 tetes albumin telur dengan 5 tetes NaOH 10 %

dalam tabung reaksi,menambahkan 2 tetes larutan CuSO4 0,5% dan mengaduk

Page 52: Sudah selesai

52

dengan sempurna. Terbentuknya warna merah muda atau ungu menunjukkan

reaksi positif percobaan tersebut. Mengulangi langkah kerja tersebut terhadap

susu dan minyak.

3.2.1.2. Presipitasi dengan larutan garam logam berat, metode yang dilakukan

dalam praktikum protein dengan presipitasi dengan larutan garam logam berat

adalah menyiapkan 4 buah tabung reaksi yang bersih dan mengisi masing- masing

tabung dengan 5 tetes larutan putih telur encer. Menambahkan tabung pertama

dengan larutan FeCl3, tabung kedua dengan CuSO4, tabung ketiga dengan larutan

HgCl2 dan tabung keempat dengan larutan PbCOOH masing-masing sebanyak 5

tetes.Mengamati dan membandingkan warna endapan yang terbentuk serta

mencatat pada lembar pengamatan. Mengulangi langkah tersebut dengan

menggunakan larutan protein susu sebagai pengganti larutan putih telur sebanyak

5 tetes.

3.2.1.3. Percobaan hehler, metode yang dilakukan dalam praktikum protein

dengan percobaan hehler adalah menyiapkan tabung reaksi, melarutkan protein

encer (putih telur dan susu) masing-masing sebanyak 5 tetes ke dalam tabung

reaksi dan menambahkan 5 tetes asam cuka (CH3COOH) ke dalam masing-

masing tabung reaksi, kemudian mengamati warna dan lapisan yang terbentuk.

Pembentukan lapisan berwarna putih menunjukkan bahwa protein telah

terdenaturasi karena pengaruh asam mineral pekat.

Page 53: Sudah selesai

53

3.2.2. Lemak

3.2.2.1.Sifat fisik, kekentalan, dan bau, metode yang digunakan dalam

percobaan sifat fisik, kekentalan, dan bau diantaranya mengamati sifat fisik,

kekentalan, dan bau dari minyak kelapa, lemak (gajeh), asam stearat, margarin,

dan mentega. Mencatat hasil pengamatan dalam lembar pengamatan.

3.2.2.2.Uji kelarutan lipid, metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah

menyiapkan 4 tabung reaksi. Memasukkan masing-masing 5 tetes air, Na2CO3,

alkohol, dan eter ke dalam masing-masing tabung reaksi. Menambahkan 5 tetes

minyak kelapa ke dalam masing-masing tabung reaksi. Menggocok tabung reaksi,

menunggu beberapamenit, mengamati dan mencatat hasil pengamatan pada

lembar pengamatan. Lalu mengulangi percobaan dengan perlakuan yang sama

menggunakan sampel margarin dan mentega.

3.2.2.3.Uji pembentukan emulsi, metode yang digunakan percobaan ini adalah

dengan menyiapkan 3 tabung reaksi. Memasukkan masing-masing 5 tetes air ke

dalam masing-masing tabung reaksi. Menambahkan 1 tetes minyak kelapa pada

tabung pertama, menambahkan 1 tetes minyak kelapa dan 1 tetes Na2CO3 pada

tabung reaksi kedua, menambahkan 1 tetes minyak kelapa dan 1 tetes air sabun

pada tabung reaksi ketiga. Mengocok tabung reaksi, membiarkan dalam 2 menit

dan mengamati terbentuknya emulsi pada masing masing tabung. Mencatat

hasilnya pada lembar pengamatan. Mengulangi percobaan dengan perlakuan yang

sama pada sampel mentega dan margarin.

Page 54: Sudah selesai

54

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Protein

4.1.1. Uji biuret

Berdasarkan hasil praktikum uji biuret didapatkan data sebagai berikut:

Tabel 7. Hasil Pengamatan uji biuret

Sampel Reaksi (+/-) Keterangan

Putih Telur + Bening menjadi Merah Muda

Susu + Putih menjadi Ungu

Minyak Kelapa - Kuning menjadi Putih

Sumber : Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2013.

Berdasarkan percobaan uji biuret diperoleh hasil putih telur dan susu

setelah ditambahkan NaOH 10 % dan CuSO4 0,5 % menunjukkan reaksi positif

dengan terbentuk warna merah muda atau ungu. Pada minyak kelapa

menunjukkan reaksi negatif karena tidak terbentuk warna merah muda atau ungu.

Reaksi positif menunjukkan adanya kandungan protein pada sampel tersebut. Hal

ini sesuai dengan pendapat Handayani (2002) menyatakan bahwa Uji Biuret

adalah reaksi untuk penetapan kualitatif dan kuantitatif protein yang menghasilkan

warna ungu. Ditambahkan oleh pendapat Sumardjo (2009) yang menyatakan

bahwa jika larutan protein encer yang dibuat basa dengan larutan natrium

hidroksida ditambah dengan beberapa tetes larutan tembaga sulfat encer, larutan

tersebut akan terbentuk warna merah muda sampai violet.

Page 55: Sudah selesai

55

4.1.2. Uji presipitasi dengan larutan garam logam berat (putih telur)

Berdasarkan hasil praktikum uji presipitasi dengan larutan garam logam

berat (putih telur) didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 8. Hasil pengamatan presipitasi dengan larutan garam logam berat

(Putih Telur)

Reagen Reaksi (+/-) Keterangan

FeCl3 + Putih menjadi Biru (ada endapan)

CuSO4 + Putih menjadi Merah (ada endapan)

HgCl2 + Putih menjadi Putih Kemerahan (ada

endapan)

PbCOOH + Putih menjadi Putih Pekat (ada

endapan)

Sumber : Data Primer Praktikum Kimia Dasar,2013.

Berdasarkan praktikum persipitasi dengan larutan garam logam berat pada

sampel putih telur menunjukkan bahwa sampel putih telur yang direaksikan

dengan reagen FeCl3, CuSO4, HgCl2, PbCOOH bereaksi positif terhadap proses

denaturasi protein dimana larutan mengalami pengendapan atau tidak larut. Hal

ini sesuai dengan pendapat Ophart (2003) yang menyatakan bahwa reaksi yang

terjadi antara garam logam berat akan mengakibatkan terbentuknya garam protein

dan logam yang tidak larut atau mengendap. Ditambah pendapat Sumardjo (2009)

yang menyatakan bahwa protein dalam susu dan telur dengan larutan logam akan

membentuk gumpalan yang sukar larut. Ditambahkan oleh pendapat

Sastrohamidjojo (2005) yang menyatakan bahwa sejumlah zat- zat lain, meliputi

garam logam berat, asam tanat, asam pikrat dan pereaksi-pereaksi alkaloid dapat

juga mengendapkan protein.

Page 56: Sudah selesai

56

4.1.3. Uji presipitasi dengan larutan garam logam berat (protein susu)

Tabel 9.Hasil Pengamatan Presipitasi dengan Larutan Garam Logam Berat

(Protein Susu)

Reagen Reaksi (+/-) Keterangan

FeCl3 + Ada Endapan (Putih Kuning)

CuSO4 + Ada Endapan (Putih Biru Muda)

HgCl2 + Ada Endapan (Putih Putih)

PbCOOH + Ada Endapan (Putih Putih Pekat)

Sumber : Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2013.

Berdasarkan praktikum persipitasi dengan larutan garam logam berat pada

sampel protein susu diperoleh pada penambahan reagen FeCl3, CuSO4, HgCl2,

dan PbCOOH menunjukkan reaksi positif dan menghasilkan endapan. Hal ini

sesuai dengan pendapat Soemardjo (2009) yang menyatakan bahwa protein dalam

susu dan telur dengan larutan logam akan membentuk gumpalan yang sukar larut.

Ditambahkan oleh pendapat Sastrohamidjojo (2005) yang menyatakan bahwa

sejumlah zat- zat lain meliputi garam logam berat, asam tanat, asam pikrat dan

pereaksi- pereaksi alkaloid dapat juga mengendapkan protein.

4.1.4. Uji percobaan hehler

Berdasarkan percobaan hehler didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 10. Hasil pengamatan percobaan hehler

Sampel Reaksi (+/-) Keterangan

Putih telur + Ada pembentukan lapisan putih

Susu + Ada pembentukan lapisan putih

Sumber : Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2013.

Page 57: Sudah selesai

57

Berdasarkan percobaan hehler diperoleh hasil bahwa pada sampel putih

telur dan susu menunjukkan reaksi positif. Terjadi pembentukan lapisan putih

setelah ditambahkan asam nitrat pekat dan mengalami denaturasi. Hal ini sesuai

dengan pendapat Sastrohamidjojo (2005) yang menyatakan bahwadenaturasi

adalah suatu proses perubahan konfigurasi tiga dimensi molekul protein tanpa

menyebabkan kerusakan ikatan peptida. Protein yang telah mengalami denaturasi

kelarutannya selalu lebih kecil dari bentuk aslinyadan aktivitas fisiologi aslinya

hilang sertakemungkinan juga dalam bentuk kristal hilang, sedangkan protein

yang tidak mengalami denaturasi telah ada yang dapat dikristalisasikan.

Ditambahkan oleh Sumardjo (2009) yang menyatakan bahwa protein dapat

mengalami denaturasi dan membentuk lapisan warna putih karena pengaruh Asam

Nitrat pekat. Larutan protein akan menggumpal apabila mengalami kontak dengan

asam mineral pekat, seperti asam nitrat pekat, asam klorida pekat, atau asam

belerang pekat.

Page 58: Sudah selesai

58

4.2. Lemak

4.2.1 Sifat fisik lemak

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 11. Hasil pengamatan sifat fisik, kekentalan dan bau.

Sampel Kekentalan Bau Sifat fisik

Minyak kelapa Encer Bau khas Cair

Lemak (gajeh) Padat Bau khas Padat

Asam stearate Kental Menyengat Padat

Margarin Padat Bau khas Padat

Mentega Padat Bau khas Padat

Sumber: Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2013.

Berdasarkan praktikum di dapatkan hasil sifat fisik, kekentalan, dan bau,

minyak kelapa mempunyai sifat fisik cair, sedangkan lemak, asam stearat,

margarin, dan mentega mempunyai sifat fisik padat atau kental. Minyak berwujud

cair karena biasanya ditemukan di dalam tumbuh-tumbuhan. Pada margarin,

mentega dan gajeh berbentuk padat karena biasanya ditemukan pada hewan. Hal

ini sesuai dengan pendapat Hart (2003) yang menyatakan bahwa meskipun lemak

berwujud padat dan minyak berwujud cair, keduanya memiliki struktur organik

dasar yang sama. Hal ini juga diperkuat dengan pendapat Hawab (2004) yang

menyatakan bahwa lemak mempunyai dua sifat yaitu padat dan cair.

Page 59: Sudah selesai

59

4.2.2. Uji kelarutan lipid

Berdasarkan percobaan yang di lakukan, diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 12. Hasil pengamatan uji kelarutan lipid

Sampel Kekentalan Bau Sifat fisik

Air Encer Tidak berbau Tidak larut

Na2CO3 Kental Tidak berbau Larut sebagian

Alkohol Encer tidak berbau Tidak larut

Eter Kental Berbau khas eter Larut sebagian

Sumber: Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2013.

Berdasarkan hasil praktikum uji kelarutan lipid, minyak kelapa tidak larut

dalam sampel air, dan alkohol, tetapi dapat larut pada sampel eter, dan Na2CO3.

Hal ini sesuai dengan pendapat Campbell (2002) yang menyatakan bahwa lemak

terpisah dengan air karena molekul air membentuk ikatan hidrogen satu sama lain

dan menyingkirkan lemak. Hal ini diperkuat dengan pendapat Hart (2003) bahwa

lemak tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik non polar seperti

eter.

Tabel 13. Hasil Pengamatan uji kelarutan lipid menggunakan margarin.

Sampel Kekentalan Bau Sifat fisik

Air Cair Tidak berbau Tidak larut

Na2CO3 Cair Tidak berbau Larut

Alkohol Cair Bau khas Tidak larut

Eter Cair Bau khas eter Larut

Sumber: Data Primer Percobaan Kimia Dasar, 2013.

Berdasarkan hasil praktikum uji kelarutan lipid, margarin tidak larut dalam

sampel air, dan alkohol, namun dapat larut pada sampel eter, dan Na2CO3. Hal ini

Page 60: Sudah selesai

60

sesuai dengan pendapat Hart (2003) yang menyatakan bahwa lemak tidak larut

dalam air tetapi larut dalam pelarut organik non polar seperti eter. Ditambahkan

oleh Sastrohamidjoyo (2005) yang menyatakan bahwa lemak adalah suatu zat

yang tidak larut dalam air yang dapat dipisahkan dari tanaman atau binatang.

Tabel 14. Hasil pengamatan uji kelarutan lipid menggunakan mentega.

Sampel Kekentalan Bau Sifat fisik

Air Cair Tidak berbau Tidak larut

Na2CO3 Cair Tidak berbau Larut

Alkohol Cair Khas Tidak larut

Eter Cair Khas Larut

Sumber: Data Primer Percobaan Kimia Dasar, 2013.

Berdasarkan hasil praktikum uji kelarutan lipid, mentega tidak larut dalam

sampel air, dan alkohol, namun dapat larut pada sampel eter, dan Na2CO3. Hal ini

sesuai dengan pendapat Hart (2003) yang menyatakan bahwa lemak tidak larut

dalam air tetapi larut dalam pelarut organik non polar seperti eter. Hal ini

diperkuat dengan pendapat Sumardjo (2009) lemak tidak dapat larut dalam air.

Page 61: Sudah selesai

61

4.2.3. Pembentukan emulsi

Berdasarkan percobaan yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 15. Hasil Pengamatan pembentukan emulsi menggunakan minyak

kelapa

Sampel Kekentalan Bau Sifat fisik

Air Encer Tidak berbau Tidak terbentuk emulsi

Air sabun Encer Berbau sabun Terbentuk emulsi

Na2CO3 Encer Tidak berbau Terbentuk emulsi

Sumber: Data Primer Percobaan Kimia Dasar, 2013.

Berdasarkan hasil praktikum, sampel air yang di tambah minyak kelapa

tidak membentuk emulsi, tetapi sampel air sabun dan Na2CO3 yang ditambah

minyak kelapa terbentuk emulsi. Hal ini sesuai dengan pendapat Hart (2003) yang

menyatakan bahwa molekul sabun membentuk agregat globular dalam air yang

dinamakan misel, dengan kepala hidrofiliknya yang polar menghadap ke air dan

ekor lipofiliknya yang nonpolar dibagian tengah, dalam kerjanya molekul sabun

mengelmusi butiran lemak atau minyak. Hal ini diperkuat dengan pendapat

Poedjiadi (2006) yang menyatakan bahwa sabun di gunakan sebagai bahan

pembersih kotoran yang bersifat lemak atau minyak, karena sabun dapat

mengemulsi lemak dan minyak.

Tabel 16. Hasil pengamatan pembentukan emulsi menggunakan margarin

Sampel Kekentalan Bau Sifat fisik

Air Encer Tidak berbau Tidak terbentuk emulsi

Air sabun Encer Berbau sabun Terbentuk emulsi

Na2CO3 Encer Tidak berbau Terbentuk emulsi

Sumber: Data Primer Percobaan Kimia Dasar, 2013.

Page 62: Sudah selesai

62

Berdasarkan hasil praktikum, sampel air yang di tambah margarin tidak

membentuk emulsi, tetapi sampel air sabun dan Na2CO3 yang ditambah margarin

terbentuk emulsi. Hal ini sesuai pendapat Hart (2003) yang menyatakan bahwa

molekul sabun membentuk agregat globular dalam air yang dinamakan misel,

dengan kepala hidrofiliknya yang polar menghadap ke air dan ekor lipofiliknya

yang nonpolar dibagian tengah, Dalam kerjanya molekul sabun mengelmusi

butiran lemak atau minyak. Hal ini diperkuat dengan pendapat Sumardjo (2009)

yang menyatakan bahwa air sabun dan minyak jika dicampur akan membentuk

dua lapisan.

Tabel 17. Hasil pengamatan pembentukan emulsi menggunakan mentega

Sampel Kekentalan Bau Sifat fisik

Air Encer Tidak berbau Tidak terbentuk emulsi

Air sabun Encer Berbau sabun Terbentuk emulsi

Na2CO3 Encer Tidak berbau Terbentuk emulsi

Sumber: Data Primer Percobaan Kimia Dasar, 2013.

Berdasarkan hasil praktikum, sampel air yang telah ditambahkan mentega

tidak membentuk emulsi, tetapi sampel air sabun dan Na2CO3 yang ditambah

mentega terbentuk emulsi. Hal ini sesuai pendapat Djojosumarto (2008) yang

berpendapat bahwa saat mentega dan air sabun disatukan akan menjadi emulsi

karena akan membentuk dua fase. Diperkuat juga dengan pendapat Poedjiadi

(2006) yang menyatakan bahwa sabun di gunakan sebagai bahan pembersih

kotoran yang bersifat lemak atau minyak, karena air sabun dapat mengemulsi

lemak dan minyak.

Page 63: Sudah selesai

63

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil praktikum mengenai uji biuret pada sampel telur dan

susu menunjukkan reaksi positif dengan terbentuknya warna ungu, maka kedua

sampel tersebut mengandung protein. Pada sampel minyak kelapa menunjukkan

reaksi negatif karena tidak terbentuk warna ungu, ini menunjukan sampel tersebut

tidak mengandung protein. Percobaan presipitasi dengan larutan garam logam

berat pada sampel putih telur dan protein susu setelah dicampurkan reagen-reagen

bahan kimia, kedua sampel tersebut menunjukkan reaksi positif yaitu dengan

terbentuknya endapan. Percobaan hehler pada sampel putih telur dan susu

menunjukkan reaksi positif dengan pembentukkan lapisan putih dan mengalami

denaturasi. Faktor yang mengakibatkan denaturasi yaitu disebabkan karena suhu

tinggi, perubahan pH yang ekstrim, pelarut organik, zat kimia tertentu dan

pengaruh mekanik (guncangan). Berdasarkan hasil praktikum pengujian lemak

dapat disimpulkan sifat yang paling menonjol pada lemak adalah tidak larut dalam

air, dan hanya larut dalam pelarut organik non polar. Menurut sifat fisiknya lemak

ada yang berbentuk padat dan cair serta memliki bau yang khas. Lemak hanya

akan terbentuk emulsi jika direaksikan dengan air sabun dan direaksikan dengan

Na2CO3.

Page 64: Sudah selesai

64

5.2. Saran

Sebaiknya selama praktikum selalu diusahakan selalu bersikap sesuai

dengan prosedur kesehatan keselamatan kerja pada laboratorium. Usahakan

jangan sampai terjadi kesalahan dalam proses percobaan, sehingga data yang

didapat akan lebih akurat dan dapat meminimalisasi terjadinya kesalahan.

Page 65: Sudah selesai

65

DAFTAR PUSTAKA

Chang, Raymond. Kimia Dasar Jilid 1 Edisi 3. Erlangga, Jakarta.

Hardjono, Sastrohamidjojo. 2005. Kimia Organik. Gajah Mada University Press,

Yogyakarta.

Hawab, H. M. 2004. Pengantar Biokimia. Bayumedia Publishing, Malang.

Ophart, C.E. 2003. Virtual Chembook. Emlhurst College, Illnois.

Oxtoby, Gillis, dan Nachtrieb. 2003. Prinsip-prinsip Kimia Modern. Erlangga,

Jakarta.

Poedjiadi, Anna. 2006. Dasar-dasar Biokimia.UIP, Jakarta.

Pudjaatmaka,Handayani. 2002. Kamus Kimia. Balai Pustaka, Jakarta

Sloane,Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk pemula. EGC, Jakarta.

Sumardjo, Damin. 2009. Pengantar Kimia. Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Page 66: Sudah selesai

66

LAMPIRAN

Lampiran 8. Alat dan Bahan

No. Gambar Keterangan

1.

Tabung Reaksi

Mereaksikan larutan yang digunakan

dalam praktikum

2.

Pipet Tetes

Untuk mengambil cairan dalam skala

tetesan kecil.

3.

Penjepit

Untuk menjepi tabung reaksi satat akan

membakarnya

4.

Rak Tabung

Untuk Meletakkan tabung reaksi

Page 67: Sudah selesai

67

Lampiran 9. Fotocopy Laporan Sementara Protein dan Lemak

Page 68: Sudah selesai

68

Lampiran 9. Fotocopy Laporan Sementara (lanjutan)

Page 69: Sudah selesai

69

Lampiran 9. Fotocopy Laporan Sementara (lanjutan)

Page 70: Sudah selesai

70

Lampiran 9. Fotocopy Laporan Sementara (lanjutan)

Page 71: Sudah selesai

71

Lampiran 10. Literatur Protein dan Lemak

Page 72: Sudah selesai

72

Lampiran 10. Literatur (lanjutan)

Page 73: Sudah selesai

73

Lampiran 10. Literatur (lanjutan)

Page 74: Sudah selesai

74

Lampiran 10. Literatur (lanjutan)

Page 75: Sudah selesai

75

Lampiran 10. Literatur (lanjutan)

Page 76: Sudah selesai

76

Lampiran 10. Literatur (lanjutan)

Page 77: Sudah selesai

77

Lampiran 10. Literatur (lanjutan)

Page 78: Sudah selesai

78

Lampiran 10. Literatur (lanjutan)

Page 79: Sudah selesai

79

Lampiran 10. Literatur (lanjutan)