sugi TESIS

Embed Size (px)

Citation preview

Judul Proposal Tesis: Nama Mahasiswa:

Hubungan Persepsi Pasien Tentang Kualitas Pelayanan Dengan Citra Rumah Sadkit Advent Bandar Lampung Sugiarto

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Kesehatan merupakan hak azasi sehingga setiap masyarakat berhak memperoleh pelayanan kesehatan secara adil, merata dan bermutu yang menjangkau seluruh masyarakat Indonesia. Salah satu sarana pelayanan yang mempunyai peran sangat penting dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat adalah rumah sakit. Rumah sakit merupakan lembaga dalam mata rantai sistem kesehatan nasional. Rumah sakit mengemban tugas untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat, karenanya pembangunan dan penyelenggaraan kesehatan di rumah sakit perlu diarahkan pada tujuan nasional dibidang kesehatan. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan memiliki peran yang sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia. Pola pelayanan kesehatan yang diharapkan adalah pelayanan yang berkualitas, sehingga mampu mengurangi angka kesakitan dan kematian serta menciptakan masyarakat sehat sejahtera. Kepuasan pelanggan telah menjadi konsep sentral dalam wacana bisnis dan menejemen. Pelanggan umumnya mengharapkan produk berupa barang atau jasa yang di konsumsi dapat diterima dan dinikmatinya dengan pelayanan yang baik atau memuaskan (Assauri, 2003). Pelayanan rumah sakit yang menjadi perhatian dalam penelitian ini meliputi pelayanan medis, paramedis, dan penunjang medis. Pelayanan yang baik akan memberikan kepuasan kepada pelanggannya. Kepuasan dapat berbentuk persepsi, dan hal ini dapat memposisikan produk perusahaan dimata pelanggannya. Pihak rumah sakit perlu mengetahui kualitas pelayanan yang telah diberikan, dan sampai seberapa jauh mempengaruhi kepuasan konsumennya. Hal tersebut penting sebagai acuan dalam

pembenahan kualitas pelayanan, sehingga pelayanan yang diberikan bisa memberikan kepuasan pada tingkat yang optimal. Antisipasi mutu harus dilakukan oleh rumah sakit untuk tetap bertahan dan berkembang adalah meningkatkan pendapatan dari pasien, karena pasien merupakan sumber pendapatan dari rumah sakit baik secara langsung maupun tidak langsung melalui asuransi kesehatan. Tanpa adanya pasien rumah sakit tidak dapat bertahan dan berkembang mengingat besarnya biaya untuk operasional rumah sakit yang sangat tinggi. Oleh sebap itu dalam rangka meningkatkan kunjungan pasien ke rumah sakit maka rumah sakit harus mampu menampilkan dan memberikan kepuasan kepada konsumen (Parasuraman, 1988). Salah satu cara utama memberikan pelayanan jasa kesehatan termasuk rawat inap adalah memberikan jasa pelayanan kesehatan yang berkualitas, lebih tinggi dari pesaing secara konsisten. Kuncinya adalah memenuhi atau melebihi harapan pasien tantang mutu pelayanan yang diterimanya. Setelah menerima jasa pelayanan kesehatan pasien akan membandingkan jasa yang dialaminya dengan jasa yang diharapkan. Jika jasa yang dialaminya berada dibawah jasa yang diharapkan, pasien tidak lagi datang pada penyedia pelayanan kesehatan. Jika jasa yang dialaminya memenuhi atau melebihi harapan, mereka akan menggunakan jasa pelayanan kesehatan itu lagi (Supranto, 1997). Rumah sakit Advent Bandar Lampung adalah salah satu rumah sakit swasta yang terletak di kota Bandar Lampung dengan kapasitas 140 tempat tidur. Rumah sakit yang terletak di jalan Teuku Umar berdiri sejak bulan Desember tahun 1994 yang sebelunya adalah balai pengobatan advent. Jenis pelayanan yang ada di rumah sakit Advent Bandar Lampung terdiri atas pelayanan rawat jalan yang terdiri atas poliklinik umum dan poliklinik spesialis, pelayanan rawat inap, pelayanan gawat darurat, pelayanan rawat bersalin, pelayanan rawat icu, pelayanan penunjang medis, pelayanan kamar operasi, pelayanan stroke unit dan pelayanan hemodialisa (HD). Persaingan antara rumah sakit di kota Bandar Lampung semakin tajam, demikian pula antara rumah sakit Advent dengan rumah sakit lain yang ada di kota Bandar Lampung. Masing masing rumah sakit tentunya berupaya untuk memenangkan persaingan dengan cara meningkatkan kualitas pelayanan dan

teknologi khusus pada peralatan penunjang medis. Berdasarkan data di rumah sakit Advent, konsumen utama rumah sakit adalah masyarakat dari penghasilan bawah sampai atas yang ada di sekitar rumah sakit, ada yang dari luar kota Bandar Lampung, perusahaan di kota Bandar Lampung dan perserta asuransi tertentu. Rumah sakit Advent terletak di tengah kota yang dikelilingi oleh banyaknya rumah sakit yang ada dan puskesmas. Rumah sakit Advent sebenarnya mempunyai potensi ekonomi dan prospek pasar pelayanan kesehatan rumah sakit yang cukup besar. Namun dengan persaingan yang cukup signifikan di kota Bandar Lampung mengenai citra rumah sakit apakah rumah sakit Advent masih menjadi rumah sakit pilihan utama untuk pasien berobat dan pelayanan rawat inap. Hal ini bisa dilihat dari tabel 1 di bawah ini mengenai jumlah kunjungan pasien rawat inap yang berobat : Tabel 1. Kunjungan Pasien Rawat Inap tahun 2006 - 2010 No 1 2 3 4 5 Sumber : Jumlah Pasien / tahun 2006 33.555 2007 38.525 2008 40.697 2009 34.913 2010 32.015 Rekam Medis dan IPD R. S. Advent Bandar Lampung Tahun

tahun 2010 Dari table 1 di atas tampak penurunan yang cukup berarti dari jumlah pasien yang rawat inap untuk tiap tahunnya, penurunan jumlah pasien rawat inap terlihat dari tahun ke tahun dan penurunan yang paling mencolok adalah dimulai dari tahun 2008. Peningkatan kualitas pelayanan dapat dilakukan dari berbagai aspek pelayanan seperti peningkatan kualitas fasilitas kesehatan, peningkatan kualitas profesionalisme sumber daya manusia dan peningkatan kualitas menejemen rumah sakit. Pelayanan yang berkualitas harus dijaga dengan melakukan pengukuran secara terus menerus, agar diketahui kelemahan dan kekurangan dari jasa pelayanan yang diberikan, dan dibuat tindakan lanjut sesuai perioritas permasalahannya. Tjiptono (2005) mengemukakan ada 5 (lima) dimensi yang digunakan untuk mengukur kualitas pelayanan, yaitu kehandalan, daya tanggap, jaminan,

empati dan bukti fisik. Menurut Hanjon (2000) ada 7 (tujuh) dimensi kualitas dalam pelayanan kesehatan, yaitu (1) jaminan, (2) empati, (3) kehandalan, (4) daya tanggap, (5) tampilan fisik, (6) pelayanan medis dan (7) profesionalisme. Indikasi kualitas pelayana kesehatan di rumah sakit dapat tercermin dari persepsi pasien atas pelayanan kesehatan yang telah diterimanya. Persepsi pasien atau pelanggan tentang kualitas pelayanan merupakan penilaian menyeluruh atas keunggulan suatu jasa atau pelayanan (Tjiptono, 2004). Persepsi pelanggan terhadap kualitas total akan mempengaruhi citra perusahaan dalam benak pelanggan. Citra merupakan seperangkat kepercayaan, daya ingat dan kesan kesan yang dimiliki seseorang terhadap suatu objek (Kotler, 2003). Sikap dan tindakan orang terhadap suatu objek ditentukan oleh citra objek tersebut, dalam hal ini objek yang dimaksud adalah kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit. Citra rumah sakit merupakan wujud nyata dari persepsi pelanggan terhadap pelayanan yang diberikan melalui apa yang diperoleh pelanggan sebagai hasil dari transaksi antara penyedia dan pengguna jasa serta bagaimana pelanggan memperoleh jasa tesebut (Gronroons, 2000). Beberapa determinan rumah sakit menurut Cooper (1994) antara lain adalah kualitas dokter, fasilitas perawatan dan teknologi, fasilitas diagnosa, dan kualitas perawatan secara keseluruhan. Cooper juga menyatakan bahwa perhatian interpersonal, kesadaran staf terhadap kebutuhan personel pasien, kontrol terhadap pasien, pengalaman pasien terhadap rumah sakit, lokasi dan biaya, kemudahan dari lokasi akan berpengaruh terhadap citra rumah sakit. Citra pelayanan kesehatan di Indonesia semakin menurun, hal ini terindikasi dengan tingginya minat masyarakat berobat keluar negri. Kecenderungan masyarakat berobat ke luar negri secara umum disebapkan faktor kelengkapan fasilitas dan kualitas pelayanan yang diberikan telah memenuhi harapan pasien. Permasalahan yang paling mendasar di rumah sakit Advent Bandar Lampung adalah kualitas pelayanan yang tidak memenuhi harapan pasien, indikasi ini terlihat dari wawancara langsung dengan keluarga pasien pada bulan Mei 2011, ada beberapa pasien dan keluarga pasien tidak puas terhadap pelayanan

yang diberikan oleh perawat dan dokter dan umumnya menyatakan bahwa petugas kesehatan tidak tanggap dan tidak cepat dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien, petugas yang tidak ramah terhadap pasien atau acuh tak acuh terhadap pasien dan keluarga pasien, petunjuk arah yang tidak jelas. Berdasarkan wawancara dengan keluarga pasien yang lain pada bulan Juni 2011, diketahui adanya keluhan mengenai penurunan kualitas pelayanan di rumah sakit Advent Bandar Lampung yang tidak baik seperti ketidakjelasan informasi tentang tindakan medis yang diberikan kepada pasien, dan dugaan pasien atau keluarga pasien terhadap kesalahan tindakan medis yang dilakukan oleh petugas rumah sakit advent Bandar Lampung, keterlambatan dalam pelayanan administrasi. Aspek aspek kualitas ini menjadi masalah yang harus diperhatikan oleh pihak rumah sakit Advent Bandar Lampung yang dapat mempengaruhi citra rumah sakit Advent Bandar Lampung. Tanggapan mengenai penurunan kualitas pelayanan di rumah sakit Advent Bandar Lampung mengakibatkan masyarakat beralih mencari rumah sakit lain yang lebih memenuhi harapan pasien dan penurunan kunjungan jumlah pasien rawat inap untuk lima tahun terakhir dapat dilihat ditabel 1 dia atas, ditambah lagi dengan persaingan antar rumah sakit yang ada di kota Bandar Lampung. Berdasarkan pembicaraan dengan beberapa keluarga pasien mengenai citra rumah sakit Advent Bandar Lampung akhir akhir ini mereka menyatakan bahwa citra rumah ssakit Advent Bandar Lampung mulai menurun oleh karena pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien tidak seperti sebelumnya, karena sebelumnya petugas pelayanan kesehatan memberikan pelayanan dengan senyuman, keramahan, dan pelayanan yang terbaik, tetapi pada akhir akhir ini petugas pelayanan kesehatan tidak memperhatikan aspek aspek tersebut sehingga membuat citra rumah sakit Advent Bandar Lampung menjadi tidak baik. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti Hubungan Persepsi Pasien Tentang Kualitas Pelayanan dengan Citra Rumah Sakit Advent Bandar Lampung yang terdiri dari professionalism, Assurance, reliability, accessibility, attitudes, responsiveness, Tangible, empathy dengan citra rumah sakit advent Bandar Lampung.

1.2.

Identifikasi Permasalahan Jumlah kunjungan pasien rawat inap di rumah sakit Advent Bandar

Lampung dari tahun ke tahun mengalami penurunan yang cukup signifikan. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan keluarga pasien terdapat keluhan mengenai pelayanan, sikap perawat pada saat memberikan pelayanan kepada pasien, ketidakjelasan mengenai informasi tindakan medis, keterlambatan pelayanan administrasi, petunjuk arah yang kurang dimengerti, sikap petugas pelayanan kesehatan yang acuh taka cuh dan terkesan cuek terhadap pasien, sikap petugas pelayanan kesehatan yang kurang ramah dan mahalnya biaya perawatan. Berdasarkan latar belakang dan pembahassan di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian yang dilakukan adalah : 1. Bagaimana persepsi pasien tentang kuslitas pelayanan secara teknis pada rumah sakit Advent Bandar Lampung. 2. Bagaimana persepsi pasien tentang kualitas pelayanan secara fungsional pada rumah sakit Advent Bandar Lampung. 3. Bagaimana persepsi pasien tentang citra rumah sakit Advent Bandar Lampung. 4. Bagaimana hubungan persepsi pasien tentang kualitas pelayanan secara teknis dan fungsional dengan citra rumah sakit Advent Bandar Lampung. 1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. 2. 3. 4. Untuk mengetahui persepsi pasien tentang kualitas pelayanan Untuk mengetahui persepsi pasien tentang kualitas pelayanan Untuk mengetahui persepsi pasien tentang citra rumah sakit Untuk mengetahui seberapa dekat hubungan persepsi pasien secara teknis pada rumah sakit Advent Bandar lampung secara fungsional pada rumah sakit Advent Bandar lampung Advent Bandar Lampung di mata masyarakat tentang kualitas pelayanan dengan citra rumah sakit Advent Bandar Lampung.

5. 1.4. Hipotesis

Meningkatkan kepercayaan pasien terhadap citra rumah sakit

advent Bandar Lampung. Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya harus diuji. Hipotesis dalam penelitian adalah : Terdapat hubungan antara persepsi pasien tentang kualitas pelayanan yang terdiri dari dimensi kualitas teknik (professionalism, assurance) dan dimensi kualitas fungsional (reliability, attitudes, accessibility, responsiveness, tangible dan empathy) dengan citra rumah sakit advent Bandar Lampung. Ha H0 1.5. : Ada hubungan yang positif antara kualitas pelayanan dengan citra Rumah sakit Advent Bandar lampung : Tidak terdapat hubungan antara kualitas pelayanan dengan citra Rumah sakit Advent Bandar lampung Manfaat Penelitian 1. Bagi Manajemen Rumah Sakit Advent Bandar Lampung a. Memberi masukan kepada menejemen Rumah Sakit Advent Bandar Lampung mengenai persepsi pasien tentang kualitas pelayanan dan citra rumah sakit dalam rangka mempertahankan pasien lama b. Sebagai dasar dan langkah awal evaluasi berkala dalam penilaian kualitas pelayanan petugas kepada pasien 2. Bagi Peneliti Menambah wawasan mengenai pesepsi pasien tentang kualitas pelayanan di Rumah Sakit Advent Bandar Lampung ddan nama baik rumah sakit di masyarakat 3. Bagi program studi Magister Manajemen UNAI Untuk menambah kepustakaan dan pengembangan ilmu dalam bidang administrasi pemasaran rumah sakit dan sebagai dasar untuk pengembangan penelitian dimasa mendatang mengenai persepsi pasien tentang kualitas pelayanan dengan citra rumah sakit.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rumah Sakit Rumah sakit merupakan satu institusi yang fungsi utamanya memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Tugas rumah sakit adalah melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan. Untuk dapat menyelenggarakan upaya - upaya tersebut dan mengelola rumah sakit agar tetap dapat memenuhi kebutuhan pasien dan masyarakat yang dinamis, maka setiap komponen yang ada di rumah sakit harus terintegrasi dalam satu sistem (Soejitno dkk, 2002). Rumah sakit merupakan satu sistem dapat di lihat pada gambar 2.1 di bawah berikut ini :

Masukan Pelanggan (sehat & sakit) Dokter Karyawan Sarana dan prasarana Peralatan, dsb

Proses Pelayanan rekam medik Rawat jalan & Inap IGD & ICU Laboratorium Administrasi

Luaran Pasien Sembuh / Cacat / Meninggal

Hasil Akhir Pasien puas atau tidak, Rumah sakit maju atau mundur

Lingkungan Luar Sanak Saudara, pihak asuransi, peraturan pemerintah, hukum, masyarakat, dsb

Gambar 2.1. Rumah Sakit Sebagai suatu Sistem Menurut Jacobalis (1989) rumah sakit sebagai satu sistem terdiri dari: 1. Input adalah sarana fisik, perlengkapan atau peralatan, organisasi dan menejemen, keuangan dan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya.

2. Proses adalah semua kegiatan dan keseluruhan input baik itu tindakan medis maupun tindakan non medis dalam interaksinya dengan pemberian pelayanan kesehatan. 3. Keluaran adalah hasil akhir dari kegiatan proses yaitu tindakan dokter dan profesi lain terhadap pasien dalam arti derajat kesehatan. Selain itu faktor lain yang mempengaruhi adalah faktor lingkungan. Yang dimaksud dengan unsur lingkungan adalah keadaan sekitar yang mempengaruhi penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Untuk suatu institusi kesehatan, keadaan sekitar yang terpenting adalah kebijakan, organisasi dan menejemen institusi kesehatan tersebut (Jacobalis, 1989). Pelayanan kesehatan rumah sakit terdiri dari : 1. Pelayanan medis, merupakan pelayanan yang diberikan oleh tenaga medis yang professional dalam bidangnya baik dokter umum maupun dokter spesialis. 2. Pelayanan keperawatan, merupakan pelayanan yang bukan tindakan medis terhadap pasien, tetapi merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan oleh perawat sesuai aturan keperawatan. 3. Pelayanan penunjang medik adalah pelayanan penunjang yang diberikan terhadap pasien, seperti : pelayanan gizi, laboratorium, farmasi, rehabilitasi medik, dan lain-lain. 4. Pelayanan administrasi dan keuangan, pelayanan administrasi antara lain salah satunya adalah bidang ketatausahaan seperti pendaftaran, rekam medis, dan kerumahtanggaan, sedangkan bidang keuangan seperti proses pembayaran biaya rawat jalan dan rawat inap pasien. Pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan produk jasa yang diberikan pihak rumah sakit kepada klienya. Pelayanan kesehatan yang diberikan rumah sakit merupakan tolak ukur dari kualitas rumah sakit tersebut. Bila suatu rumah sakit telah berhasil memberikan pelayanan kesehatan dengan baik sehingga dapat memberikan kepuasan kepada klienya, itu berarti rumah sakit tersebut telah memiliki kualitas yang baik. Dengan demikian, lambat laun pada rumah sakit tersebut akan tercipta suatu citra yang positif dari masyarakatnya (Lestari, 2004).

2.2.

Persepsi Konsumen Beberapa pengertian persepsi antara lain : 1. Persepsi menurut kamus umum Bahasa Indonesia diartikan sebagai proses seseorang untuk mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya atau menerima langsung / tanggapan dari suatu resapan. 2. Persepsi didefinisikan sebagai suatu proses dengan mana individu individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna kepada lingkungan mereka 3. Persepsi merupakan suatu proses stimulus dimana yang individu diterima melakukan kemudian pengorganisasian terhadap

dinterpretasikan, sehingga seseorang dapat menyadari dan mengerti tentang apa yang diterima dan hal ini dipengaruhi pula oleh pengalaman pengalaman yang ada pada diri yang bersangkutan 4. Persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa atau hubungan hubungan yang diperoleh dengan mengumpulkan informasi dan menyimpulkan pesan Salah satu faktor psikologis yang mempengaruhi pembeli adalah persepsi. Persepsi merupakan penafsiran realitas masing masing orang memandang realitas itu dari sudut perspektif yang berbeda (Kotler, 1994). Persepsi juga dapat diartikan sebagai proses seseorang individu memilih, mengorganisasikan dan menafsirkan masukan masukan informasi untuk menciptakan sebuah gambaran yang bermakna tentang dunia (Kotler, 1994). Kotler (1994) mengatakan bahwa mutu harus dimulai dari kebutuhan konsumen dan berakhir pada persepsi konsumen. Hal ini berarti bahwa citra mutu yang baik, bukannya menurut persepsi penyedia jasa, melainkan menurut persepsi konsumen. Konsumenlah yang menikmati jasa perusahaan karena itu merekalah yang seharusnya menentukan mutunya. Persepsi konsumen terhadap mutu pelayanan jasa merupakan penilaian menyeluruh atas keunggulan jasa. Persepsi akan berpengaruh pada perilaku konsumen yang akhirnya berpengaruh kepada keputusan membeli. Prosesnya dapat dilihat pada gambar 2.2 dibawah ini (Kotler, 1994)

Persepsi

positif

akan

mendorong

pasien

untuk

mempercayakan

kesehatannya pada rumah sakit. Persepsi pasien terhadap mutu pelayanan akan menentukan perilaku pasien didalam keputusan membeli produk jasa layanan kesehatan. Persepsi Konsumen

Proses Pengambilan Keputusan

Adanya kebutuhan

Identifikasi alternatif

Evaluasi alternatif

Keputusan membeli Sumber : (Kotler, 1994) Gambar 2.2 : Hubungan antara persepsi konsumen dengan keputusan Membeli (Kotler, 1994). Pada umumnya manusia mempersepsikan suatu objek berdasarkan kacamatanya sendiri, yang diwarnai oleh nilai dan pelanggannya. Notoadmodja (2003) mendefinisikan persepsi sebagai pengalaman yang dihasilkan melalui panca indra. Setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda, meskipun mengamati terhadap objek yang sama. Menurut Prasetijo (2004) pembentukan persepsi seseorang tergantung pada berbagai faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal seperti :

pengalaman, kebutuhan saat itu, nilai-nilai yang dianut, ekspetasi maupun faktor eksternal seperti : tampakan produk, sifat-sifat stimulus dan situasi lingkungan. Persepsi pasien terhadap kualitas pelayanan dipengaruhi oleh harapan terhadap pelayanan yang diinginkan. Harapan ini dibentuk oleh apa yang konsumen dengar dari konsumen lain dari mulut ke mulut, kebutuhan pasien, pengalaman masa lalu dan pengaruh komunikasi eksternal. Pelayanan yang diterima dari harapan yang ada mempengaruhi konsumen terhadap kualitas pelayanan (Zeithmal, 1990). Menurut Brown dkk (1991) persepsi pelanggan terhadap kualitas pelayanan adalah didasarkan atas sebuah kompleksitas dari serangkaian berbagai variabel termasuk pengalaman langsung yang dimiliki oleh para pelanggan selama menggunakan jasa dan hubungan mereka dengan perusahaan atau yang lainnya seperti apa yang mereka baca, lihat atau dengar mengenai perusahaan, dan apa yang mereka peroleh selama menggunakan dan berhubungan dengan jasa perusahaan. 2.3. Kualitas Pelayanan Kesehatan Dengan semakin kritisnya masyarakat saat ini terhadap pelayanan kesehatan yang diterimanya dan semakin ketatnya persaingan di era pasar bebas, menuntut banyak hal dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit yang harus dibenahi khususnya kualitas pelayanan (Lestari, 2004). Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Definisi kualitas jasa atau kualitas pelayanan berpusat pada upaya pemenuhan harapan dan keiinginan pelanggan serta ketetapan penyampaiannya untuk mengimbangi harapan pelanggan (Tjiptono, 2004) Menurut Tjiptono (2004) menyatakan kualitas pelayanan harus dimulai dari kebutuhan pelanggan dan berakhir pada persepsi pelanggan. Hal ini berarti bahwa citra kualitas yang baik bukanlah berdasarkan sudut pandang atau persepsi pihak penyedia jasa, melainkan berdasarkan sudut pandang atau persepsi pelanggan. Pelangganlah yang mengkonsumsi dan menikmati jasa perusahaan, sehingga merekalah yang seharusnya menentukan kualitas jasa.

Menurut Nasution (2004) yang dikutip oleh Elisa (2007) ada 2 (dua) faktor utama yang mempengaruhi kualitas jasa yaitu expected service dan perceived service, dimana apabila jasa yang dirasakan atau yang diterima (perceived service) sesuai atau melebihi dengan yang diharapkan maka kualitas jasa dipersepsikan baik dan memuaskan, begitu pula sebaliknya jika jasa yang diterima lebih rendah dari yang diharapkan maka kualitas jasa dipersepsikan buruk. Kualitas memberikan suatu dorongan kepada pelanggan untuk menjalin ikatan hubungan yang kuat dengan perusahaan. Dalam jangka panjang ikatan seperti ini memungkinkan perusahaan untuk memahami dengan seksama harapan pelanggan serta kebutuhan mereka (Tjiptono, 2004). Pohan (2003) menyatakan pelayanan kesehatan yang berkualitas adalah suatu pelayanan kesehatan yang dibutuhkan, dalam hal ini akan ditentukan oleh profesi pelayanan kesehatan dan sekaligus diinginkan baik oleh pasien atau konsumen ataupun masyarakat serta terjangkau oleh daya beli masyarakat. Mutu pelayanan kesehatan menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan, yang disatu pihak dapat menimbulkan kepuasan pada setiap pasien sesuai dengan tingkat kepuasaan rata-rata penduduk, serta dipihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan kode profesi yang telah ditetapkan (Azwar, 1996). Kualitas dalam pelayanan kesehatan bukan hanya ditinjau dari sudut pandang aspek teknis yang berhubungan langsung antara pelayanan medis dan pasien saja tetapi juga sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan, termasuk menejemen, administrasi, keuangan, peralatan dan tenaga kesehatan lainya (Wijono, 2000). Perspektif pasien atau masyarakat tentang pelayanan kesehatan yang bermutu adalah suatu pelayanan kesehatan yang dapat memenuhi kebutuhan yang dirasakan dan diselenggarakan dengan cara yang sopan dan santun, tepat waktu, tanggap dan mampu menyembuhkan keluhan serta mencegah berkembangnya atau meluasnya penyakit. Pasien atau masyarakat juga menganggap bahwa dimensi efektifitas, akses, hubungan interpersonal antar manusia, kesinambungan dan kenyamanan sebagai dimensi mutu pelayanan kesehatan yang sangat penting (Pohan, 2003).

Menurut Azwar (1994), ada lima bagian utama yang diidentifikasi dari kualitas pelayanan yang berkaitan dengan pasien yaitu : 1. Proses masuk bantuan personil. 2. Pelayanan perawatan oleh perawat, informasi dari perawat dan daya tanggap perawat terhadap kebutuhan pasien. 3. Pelayanan makanan, dihidangkan dengan temperatur yang sesuai dan waktu yang tepat, sesuai dengan kondisi penyakit pasien, serta kepuasan keseluruhan pada makanan yang dihidangkan. 4. Pemeliharaan rumah sakit dimana kesiapan ruangan pada saat pasien datang, kebersihan ruangan, kamar mandi, petugas kebersihan yang ramah. 5. Pelayanan teknis di rumah sakit, waktu tunggu pemeriksaan laboratorium dan radiologi, keramahan personilnya, adanya informasi yang cukup dari dokter tentang jadwal pemeriksaan, jadwal pengobatan serta keramahan dokter. Beberapa dimensi kualitas pelayanan kesehatan menurut Tjiptono (2005) mengemukakan bahwa ada 5 (lima) dimensi yang digunakan untuk mengukur kualitas pelayanan, yaitu sebagai berikut : 1. Reliabilitas, berkaitan dengan kamampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera, akurat dan sesuai dengan waktu yang disepakati. 2. Daya tanggap, berkenaan dengan kesediaan dan kemampuan para staf untuk mambantu para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap. 3. Jaminan, berkaitan dengan kemampuan, pengetahuan, ketrampilam staf dalam menangani setiap pelayanan yang diberikan sehingga mampu menumbuhkan kepercayaan dan rasa aman pada pelanggan. 4. Empati, berarti perusahaan bertindak demi kepentingan pasien, seperti kemudahan dalam melakukan hubungan komunikasi yang baik, perhatian, memahami kebutuhan pelanggan. rumah sakit merupakan waktu tunggu, prosedur mendapatkan pelayanan, penetapan ruangan perawatan, keramahan dan

5. Bukti fisik, berkenaan dengan daya tarik fasiltas fisik, perlengkapan yang tersedia, matrial yang digunakan perusahaan, serta penampilan karyawan. Menurut Hanjon (2000) ada tujuh dimensi kualitas dalam pelayanan kesehatan, yang terdiri dari : 1. Jaminan, berkaitan dengan kebaikan atau sikap sopan santun yang ditunjukan oleh dokter, perawat, ataupun staf lainya dan kemampuan mereka untuk menumbuhkan kepercayaan dan keyakinan pasien. 2. Empati, berkenaan dengan kepedulian dokter dan para staf dalam pelayanan kesehatan dengan memberikan perhatian secara individual kepada pasien. 3. Reliabilitas atau kehandalan, berkaitan dengan kemampuan untuk memberikan atau menampilkan pelayanan sesuai dengan harapan dan tepat. 4. Daya tanggap, meliputi kesediaan untuk memberikan pelayanan yang cepat. 5. Tampilan fisik, berkaitan dengan fasilitas fisik, peralatan dan bentuk atau keadaan hubungan personal. 6. Pelayanan medis, berkaitan dengan aspek inti dari pelayanan medik : kelayakan, efektifitas dan manfaat pelayanan untuk pasien. 7. Profesionalisme, berkaitan dengan pengetahuan, keahlian teknis dan pengalaman dalam pelayanan kesehatan. Menurut Parasurahman dkk (1990), mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan adalah: 1. Tangibles : berupa fasilitas fisik, peralatan kesehatan, penampilan petugas kesehatan 2. Komunikasi meliputi penjelasan kepada pasien dengan bahasa yang dapat dimengerti 3. Kompetensi dari semua kontak langsung yang mendukung petugas dalam hal pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan 4. Keterjangkauan pelayanan melaluhi akses telepon, waktu tunggu yang meyenangkan 5. Kesopan santunan

6. Pemahaman akan kebutuhan pasien 7. Responsiveness adalah kecepatan tanggap akan keinginan pasien dan memberikan palayanan yang cepat dan tepat 8. Reliability adalah pelayanan yang akurat dan dapat dipercaya 9. Empaty adalah memehami perasaan pasien dalam merawat dan memperhatikan. Gronroons (2000) memaparkan tiga dimensi utama atau faktor yang dipergunakan konsumen dalam menilai kualitas yaitu outcome-related (technical quality), process-related (functional quality), dan image related dimensions. Ketiga dimensi ini kemudian dijabarkan yaitu sebagai berikut : 1. professionalism and skills, yaitu merupakan outcome-related, dimana pelanggan menganggap bahwa penyedia jasa, para karyawan, sistem operasional, dan sumber daya fisiknya memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah pelanggan secara profesional. 2. Attitudes and Behavior yaitu merupakan process-related, pelanggan merasa bahwa karyawan dalam memberikan pelayanan selalu memperhatikan mereka dan berusaha membantu memecahkan masalah pelanggan secara spontan dan dengan senang hati. 3. Accessibility and Flexibility merupakan process-related, pelanggan merasa bahwa penyedia jasa, lokasi, jam kerja, karyawan dan sistem operasionalnya dirancang dan dioperasikan sedemikian rupa sehingga pelanggan dapat mengaksesnya dengan mudah. Selain itu juga dirancang dengan maksud agar dapat bersifat fleksibel dalam menyesuaikan permintaan dan keiinginan pelanggan. 4. Realibility and Trustworthiness merupakan process-related, pelanggan menyakini bahwa apapun yang terjadi atau telah disepakati, mereka bisa mengandalkan penyedia jasa, karyawan dan sistemnya dalam memenuhi janji-janjinya dan bertindak demi kepentingan pelanggan. 5. Service Recovery merupakan process-related, pelanggan meyakini bila ada kesalahan atau terjadi sesuatu yang diharapkan, penyedia jasa akan segera

dan secara aktif mengambil tindakan untuk mengendalikan situasi dan menemukan solusi yang tepat. 6. Servicecape merupakan process-related, pelanggan merasa bahwa kondisi fisik dan aspek lingkungan service encounter lainya mendukung pengalaman positif atas proses jasa. 7. Reputation and Credibility merupakan image-related, pelanggan meyakini bahwa bisnis penyedia jasa dapat dipercaya. Ziethaml Parasuraman Berry (1990), mengemukakan bahwa harapan konsumen terhadap kualitas pelayanan sangat dipengaruhi informasi yang diperolehnya dari mulut ke mulut, kebutuhan kebutuhan konsumen itu sendiri, pengalaman masalah lalu dalam mengkonsumsi suatu produk, sehingga pada komunikasi eksternal melalui iklan, dan sebagainya. Untuk mengetahui kualitas pelayanan yang dirasakan secara nyata oleh konsumen, Ziethaml Parasuraman Berry memberian indikator ukuran kualitas pelayanan yang terletak pada lima dimensi sebagai berikut : 1. Tangibles; kualitas pelayanan yang berupa sarana fisik perkantoran, komputerisasi administrasi, ruang tunggu, tempat informasi, dan sebagainya harus dapat diandalkan 2. Reliability ; kemempuan dan keandalan untuk menyediakan pelayanan yang terpercaya dan akurat, kinerja harus sesuai dngan harapan pelanggan dan tanpa kesalahan. 3. Responsiveness ; kesanggupan untuk membantu dan menyediakan pelayanan secara cepat, serta tanggap terhadap keinginan konsumen. 4. Assurance ; kemampuan dan keramahan, serta sopan ssantun pegawai dalam menyakinkan kepercayaan konsumen. 5. Empathy ; sikap tegas tapi penuh perhatian dari pegawan terhadap konsumen guna memahami keinginan konsumen. Menurut Cooper (1994) yang dikutip oleh Lita (2004) mengemukakan bahwa kualitas dokter, fasilitas perawatan dan teknologi, fasilitas diagnosa, kualitas perawatan keseluruhan, perhatian interpersonal, kesadaran staf terhadap kebutuhan personel pasien, kontrol pasien, pengalaman rumah sakit, lokasi dan biaya, kemudahan dari lokasi akan berpengaruh terhadap citra rumah sakit. Hal

tersebut sejalan dengan Josito (1997) yang menggunakan aspek kualitas pelayanan meliputi ketrampilan dokter dan perawat, keakuratan hasil pemeriksaan penunjang medis, kebersihan ruangan, kecanggihan alat dalam penelitiannya persepsi terhadap citra rumah sakit. Lita (2004), physical support dan contact personnel pada sistem penyampaian jasa rumah sakit mempunyai peran dalam membentuk citra rumah sakit. Contact personnel mempunyai pengaruh lebih kuat dari pada physical support terhadap citra rumah sakit, karena personel merupakan orang yang terlibat langsung dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan. Physical support meliputi kelayakan fasilitas gedung, ketersediaan, peralatan, kenyamanan, kondisi ruangan, kebersihan, kestrategisan lokasi, dan fasilitas pendukung. Contact personnel meliputi penampilan, kemampuan, daya tanggap, kecepatan, ketepatan, keramahan, kemudahan menemui dan memperoleh informasi serta prosedur pelayanan yang diberikan petugas. 2.4. Citra Peran citra sangat mempengaruhi keberhasilan kegiatan suatu lembaga seperti rumah sakit. Citra perusahaan yang positif, akan membantu dalam era kondisi persaingan saat ini. Perusahaan yang baik merupakan aset bagi kebanyakan perusahaan, karena citra dapat berdampak kepada persepsi atas kualitas, nilai dan kepuasan (Zeithaml, 996). Citra adalah seperangkat kepercayaan, daya ingat dan kesan-kesan yang dimiliki seseorang terhadap suatu objek. Sikap dan tindakan sesorang terhadap suatu objek sangat ditentukan oleh citra objek tersebut (Kotler, 2003). Pengertian citra itu sendiri abstrak atau intangible, tetapi wujudnya bisa dirasakan dari hasil penilaian, penerimaan, kesadaran dan pengertian, baik semacam tanda respek dan rasa hormat, dari publik sekelilingnya atau masyarakat luas terhadap perusahaan sebagai sebuah badan usaha ataupun terhadap personilnya (dipercaya, profesional dan dapat diandalkan dalam pemberian pelayanan yang baik). Terciptanya citra suatu perusahaan yang baik di mata publik akan banyak menguntungkan (Ruslan, 1995). Citra tidak dapat dicetak seperti membuat barang di pabrik, akan tetapi citra ini adalah kesan yang diperoleh sesuai dengan pengetahuan dan pemahaman

seseorang tentang sesuatu. Citra terbentuk dari bagaimana perusahaan melaksanakan kegiatan operasionalnya, yang mempunyai landasan utama pada segi pelayanan (Alma, 2005). Belanger (2002) yang dikutip oleh Lita (2004) Mengemukakan bahwa Citra organisasi merupakan hasil tanggapan pribadi seseorang individu terhadap suatu organisasi. Respon muncul akibat interaksi baik yang direncanakan atau tidak, dipengaruhi atau tidak, melalui perantara atau interpersonal. Citra masyarakat terhadap suatu organisasi, seringkali merupakan hasil interaksi masyarakat dengan anggota organisasi. Kotler (2003) mengatakan citra perusahaan merupakan persepsi masyarakat terhadap perusahaan atau produknya. Citra perusahaan dapat diidentifikasi sebagai suatu faktor untuk mengevaluasi jasa dan perusahaan secara keseluruhan (Andreassen and Lindestad, 1998). Evaluasi secara keseluruhan terhadap perusahaan diukur dengan menggunakan 3 indikator yaitu, (1) pendapatan keseluruhan perusahaan, (2) pendapatan mengenai kontribusi perusahaan untuk masyarakat dan (3) kesukaan terhadap perusahan. Menurut Sutojo (2004) mengatakan citra masyarakat terhadap perusahaan didasari pada apa yang mereka ketahui atau mereka kira tentang perusahaan yang bersangkutan. Keberhasilan perusahaan membangun citra dipengaruhi oleh berbagai macam faktor yaitu : 1. Citra dibangun berdasarkan orientasi terhadap manfaat yang dibutuhkan dan diinginkan kelompok sasaran. 2. Manfaat yang ditonjolkan cukup realitas. 3. Citra yang ditonjolkan sesuai dengan kemampuan perusahaan. 4. Citra yang ditonjolkan mudah dimengerti kelompok sasaran. 5. Citra yang ditonjolkan merupakan sasaran untuk mencapai tujuan usaha. Citra perusahaan yang baik dan kuat mempunyai manfaat sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5. Daya saing jangka menengah dan panjang yang mantap Menjadi perisai selama masa krisis Menjadi daya tarik eksekutif andal Meningkatkan efektivitas strategi pemasaran dan Penghematan biaya operasional.

Citra korporasi dan atau lokal (corporate and / or local) sangat penting dalam sebagian besar jasa. Faktor ini bisa mempengaruhi persepsi terhadap kualitas secara signifikan melalui berbagai cara. Jika penyedia jasa memiliki citra positif dibenak pelanggan, kesalahan minor yang terjadi sangat mungkin dimaafkan. Apabila kesalahan kerap kali terjadi, citra positif tersebut bakal rusak. Sebaliknya jika citra organisasi negatif, maka dampak dari setiap kesalahan kerap kali jauh lebih besar ketimbang bila citra positif. Dalam kaitannya dengan persepsi terhadap kualitas, citra dapat dipandang sebagai filter yang digunakan untuk mengevaluasi kualitas keseluruhan (Gronroons, 2000). Citra positif perusahaan akan memberikan banyak manfaat bagi perusahaan, diantaranya adalah terciptanya sikap positif pelanggan terhadap perusahaan yang nantinya akan bermuara pada kepuasan dan kesetiaan pelanggan terhadap perusahaan. Pembentukan Corporate Image terdiri atas empat dimensi yaitu kualitas, kinerja, tanggung jawab dan daya tarik. Untuk kualitas, terdapat empat atribut yakni kualitas dari perusahaan dalam memberikan perhatian kepada konsumen, kualitas dari produk atau jasa atau pelayanan yang diberikan, kepercayaan dari para stakeholder-nya serta atribut inovasi yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk terus menerus menghasilkan tingkat kualitas yang berkesinambungan. Kedua, dimensi kinerja yang mencerminkan sebagai perusahaan yang memiliki peluang untuk tumbuh dan berkembang serta perusahaan yang dikelola dengan baik. Sedangkan dimensi ketiga dimensi tanggung jawab memperlihatkan perusahaan yang peduli pada lingkungan dan memiliki tanggung jawab sosial. Adapun dimensi daya tarik, mencerminkan perusahaan sebagai tempat kerja idaman dan memiliki karyawan berkualitas 2.5. Landasan Teori Citra merupakan sebuah peran yang terpusat pada persepsi pelanggan akan kualitas jasa atau kualitas pelayanan. Citra merupakan hal yang penting bagi suatu perusahaan dan organisasi lainnya. Oleh karena itu penting sekali untuk mengelola citra dengan suatu cara yang tepat (Gronroons, 2000). Menurut Gronroons (2000) mengatakan bahwa pengalaman dalam menggunakan jasa merupakan sebuah fungsi dari dua dimensi yaitu technical

quality adalah apa yang diperoleh pelanggan sebagai hasil dari taransaksi peyedia dan pengguna jasa dan functional quality adalah bagaimana pelanggan memperoleh jasa tersebut. Dua model dimensi kualitas jasa tersebut menentukan citra perusahaan, hal ini karena adanya pengaruh persepsi pelanggan akan kualitas jasa tersebut. Persepsi pelanggan tersebut merupakan hasil penilaian pelanggan terhadap perbandingan antara jasa yang dirasakan dan diharapkan. Total Quality

Image (corporate/local)

Technical Quality of The Outcome What

Functional Quality of the Process How

Gambar 2.3. Dua Dimensi Kualitas Jasa (Gronroons, 2000) Keterkaitan antara pengalaman kualitas dengan aktivitas pemasaran tradisional akan menghasilkan perceived service quality (total perceived quality) persepsi kualitas positif diperoleh apabila kualitas yang dialami (experienced quality) sesuai dengan atau memenuhi harapan pelanggan (expected quality). Bila harapan pelanggan tidak realistis, maka persepsi kualitas total (total perceived quality) akan rendah, bahkan sekalipun kualitas yang dialami secara objektif benar-benar baik. Menurut Gronroons (2000) mengatakan bahwa kualitas yang diharapkan dipengaruhi sejumlah faktor, diantaranya komunikasi pemasaran, komunikasi dari kata-kata mulut, citra korporasi atau lokal, harga, serta kebutuhan dan nilai pelanggan. Komunikasi pemasaran meliputi periklanan, direct mail, wabsite, komunikasi internet, kampanye penjualan, dan promosi penjualan, yang secara langsung berada dalam kendali perusahaan. Sementara itu faktor kata-kata mulut,

citra, dan public relations hanya dapat dikendalikan secara tidak langsung oleh perusahaan. Untuk mengukur citra sarana pelayanan kesehatan dapat dilakukan melalui penilaian terhadap kualitas pelayanan kesehatan. Menurut Gronroons (2000) mengatakan bahwa pengalaman dalam menggunakan jasa merupakan sebuah fungsi dari dua dimensi kualitas yaitu technical quality dan functional quality yang akan menentukan citra perusahaan. 2.6. Krangka Kosep Penelitian Berdasarkan landasan teori maka peneliti dapat merumuskan kerangka konsep penelitian pada Gambar 2.4. Persepsi pasien tentang kualitas pelayanan Variabel independent Variabel Dependent

Persepsi Pasien Tentang Kualitas Teknis X 1 = Professionalism X 2 = Assurance

Citra Persepsi Pasien Tentang Kualitas Fungsional X 3 = Reliabillity X 4 = Attitudes X 5 = Accessibillity X 6 = Responsiveness X 7 = Tangible X 8 = Empathy Gambar 2.4. Kerangka Konsep Penelitian

Variabel independent dalam penelitian ini terdiri dari persepsi pasien tentang dimensi kualitas teknis dengan indikator professionalism, assurance dan persepsi pasien tentang dimensi kualitas fungsional dengan indikator reliability, attitudes, accessibility, responsiveness, Tangible dan empathy. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah citra rumah sakit.

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survey, dengan tipe explanatory research yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan antara variabel variabel penelitian melalui pengujian hipotesis. Pengumpulan data dilanjutkan dengan analisis metode kuantitatif untuk menjelaskan korelasi antara persepsi kualitas pelayanan dengan citra rumah sakit Advent Bandar Lampung. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Advent Bandar Lampung. pelaksanaan penelitian ini akan direncanakan pada bulan Januari 2012. 3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi Penelitian Penelitian populasi ini adalah pasien rawat inap Rumah Sakit Advent Bandar Lampung yang sedang manjalani perawatan rawat inap, dengan kriteria semua pasien umum. Populasi adalah keseluruhan subyek yang mempunyai karakteristik tertentu sesuai dengan penelitian. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 32.015 pasien, jumlah ini adalah jumlah pasien tahun 2010. Menurut Arikunto (2006), mengatakan apabila jumlah populasi kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, apabila jumlah populasi besar (lebih dari 100), dapat diambil antara 10 15 % atau 20 25 % atau lebih, tergantung setidak tidaknya kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu, tenaga dan dana, sempit luasnya wilayah pengamatan serta besar kecilnya resiko yang ditanggung peneliti. 3.3.2. Sampel Penelitian Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sampel pada penelitian ini adalah pasien rawat inap rumah sakit Advent Bandar Lampung yang sedang menjalani perawatan rawat inap. Prosedur pemilihan sampel yaitu dengan teknik purposive sampling, yaitu dengan mengambil setiap pasien yang datang ke rumah sakit Advent Bandar Lampung sesuai kriteria inklusi sampai tercapai jumlah yang ditentukan. Pengambilan sampel pasien ditentukan dengan menggunakan rumus seperti dibawah ini.

Dari jumlah populasi 32.015 orang pasien diambil sampel minimal dengan rumus sampel minimal size menurut Rao dengan uraian sebagai berikut : N n = 1 + (N) (moe)2 Dengan keterangan : n N moe = Jumlah sampel = Jumlah populasi (jumlah pasien rawat inap tahun 2010) = (margin of error) kesalahan yang ditolerir sebesar 10 % 32.015 n = 1 + (32.015) (0,01) 32.015 = 321.15 = 99,688 Dari perhitungan diperoleh sampel yang diambil adalah 99,688 yang dibulatkan menjadi 100 orang pasien rawat inap dengan kriteria sebagai berikut : 1. Pasien rawat inap rumah sakit Advent Bandar Lampung 2. Pasien yang dirawat lebih dari 2 X 24 jam, karena dianggap telah mengetahui situasi rumah sakit dan pelayanan yang diberikan. 3. Pasien dalam keadaan sadar dan mampu berwawancara atau menjawab pertanyaan, apabila yang tidak sadar dan tidak bisa menjawab pertanyaan akan dibantu oleh keluarga atau kerabat dekat 4. Pasien anak anak akan diwakili oleh orang tuanya atau keluarga dekat pasien.

dari jumlah populasi yang ada dapat ditentukan jumlah sampel sebagai berikut :

3.4 3.4.1

Metode Pengumpulan Data Data Primer Data primer terdiri dari karakteristik responden yang meliputi pendidikan

responden, umur responden, pendapatan responden, pekerjaan responden dan status responden pada saat berobat di rumah sakir Advent Bandar Lampung. Data primer diperoleh melalaui kuesioner langsung kepada responden dengan menggunakan bantuan kuesioner yang telah dirancang untuk data kuantitatif dan sebelumnya telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. wawancara langsung kepada responden dengan menggunakan bantuan kuisioner yang telah dirancang sebelumnya. 3.4.2 Data Skunder Data sekunder adalah data yang secara tidak langsung diperoleh dari sumbernya, tetapi melalui pihak kedua. Sumber data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari dokumen tertulis atau registrasi pasien tentang kunjungan pasien rawat inap rumah sakit Advent Bandar Lampung dan data yang berhubungan dengan pelayanan rawat inap rumah sakit Advent Bandar Lampung. 3.5 I. Variabel dan Definisi Operasional Adapun variabel dan definisi operasional dalam penelitian ini adalah : Variabel Independen Persepsi pasien tentang kualitas pelayanan terdiri dari : 1. Persepsi tentang dimensi kualitas teknis adalah tanggapan pasien terhadap apa yang bisa dilihat dan dirasakan langsung oleh responden, dengan indikator : a. Professionalism, yaitu tanggapan pasien bahwa penyedia jasa pelayanan menjamin dalam mengatasi masalah yang dihadapinya dengan trampil dan professional b. Assurance, yaitu adanya jaminan yang mencakup pengetahuan dan keterampilan petugas, kesopanan dan keramahan petugas, kemampuan petugas dalam berkomunikasi, sifat dapat dipercaya dari petugas serta ada jaminan keamanan.

2. Persepsi tentang dimensi kualitas fungsional adalah tanggapan pasien terhadap bagaimana penyedia jasa memberikan pelayanan kepada pasien, dengan indikator : a. Reliability adalah tanggapan pasien mengenai kehandalan petugas dalam memberikan pelayanan kepada responden atau pasien; b. Attitudes adalah tanggapan pasien terhadap sikap yang ditunjukan petugas dalam memberikan pelayanan kepada responden atau pasien; c. Accessibility adalah tanggapan pasien terhadap kemudahan mendapatkan pelayanan baik kemudahan menemui petugas, waktu kerja, menjangkau fasilitas dan lokasi pelayanan kesehatan; d. Responsiveness adalah respon atau kesigapan karyawan dalam membantu pelanggan dan memberikan pelayanan yang cepat dan tanggap. e. Tangible adalah tanggapan pasien terhadap kondisi fisik dan lingkungan penyedia jasa kesehatan baik fasilitas, peralatan dan penampilan petugas. f. Empathy adalah berkenaan dengan kepedulian dokter dan para staf dalam pelayanan kesehatan dengan memberikan perhatian secara individual kepada pasien. II Variabel Dependen Adapun Variabel dependen dalam penelitian ini adalah persepsi pasien tentang citra rumah sakit Advent Bandar lampung. 3.6 Metode Pengukuran Pengukuran terhadap variabel persepsi pasien tentang kualitas pelayanan yang terdiri dari persepsi pasien tentang dimensi kualitas teknis dengan indikator professionalism, assurance dan persepsi pasien tentang dimensi kualitas fungsional dengan indikator reliability, attitudes, accessibility, responsiveness, tangible dan empathy. Cara pengukuran dilakukan dengan wawancara menggunakan kuisioner dengan skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang

kualitas pelayanan di rumah sakit Advent Bandar Lampung. Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pernyataan dengan alternatif jawaban sangat baik (nilai 5), baik (nilai 4), kurang baik (nilai 3), tidak baik (nilai 2) dan sangat tidak baik (nilai 1). Demikian juga metode pengukuran terhadap variabel dependen yaitu citra dengan alternative jawaban sangat setuju (nilai 5), setuju (nilai 4), kurang setuju (nilai 3), tidak setuju (nilai 2) dan sangat tidak setuju (nilai 1). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.1 di bawah ini : Tabel 3.1 Pengukuran Variabel Independen dan dependen Variabel Variabel Independen Professionalism (X 1) Indikato r 4 Kategori 1 = Sangat Tidak Baik 2 = Tidak Baik 3 = Kurang Baik 4 = Baik Assurance (X 2) 7 5 = Sangat Baik 1 = Sangat Tidak Baik 2 = Tidak Baik 3 = Kurang Baik 4 = Baik Reliability (X 3) 4 5 = Sangat Baik 1 = Sangat Tidak Baik 2 = Tidak Baik 3 = Kurang Baik 4 = Baik Attitudes (X 4) 8 5 = Sangat Baik 1 = Sangat Tidak Baik 2 = Tidak Baik 3 = Kurang Baik 4 = Baik 5 = Sangat Baik Likert Likert Likert Skala ukur Likert

Accessibility (X 5)

7

1 = Sangat Tidak Baik 2 = Tidak Baik 3 = Kurang Baik 4 = Baik 5 = Sangat Baik 1 = Sangat Tidak Baik 2 = Tidak Baik 3 = Kurang Baik 4 = Baik 5 = Sangat Baik 1 = Sangat Tidak Baik 2 = Tidak Baik 3 = Kurang Baik 4 = Baik 5 = Sangat Baik 1 = Sangat Tidak Baik 2 = Tidak Baik 3 = Kurang Baik 4 = Baik 5 = Sangat Baik

Likert

Responsiveness (X 6)

6

Likert

Tangible (X 7)

6

Likert

Empathy (X 8)

6

Likert

Variabel dependen Citra (Y)

9

1 = Sangat Tidak Setuju 2 = Tidak Setuju 3 = Kurang Setuju 4 = Setuju 5 = Sangat Setuju

Likert

3.7

Metode Analisis Data Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan rumus korelasi

product moment kemudian dilanjutkan dengan uji Chi-Square. Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan variabel bebas dan variebel terikat dengan derajat kepercayaan 95 % (nilai probabilitas 0.05). DAFTAR PUSTAKA

Alma, Buchari. 2005. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, Alphabet Bandung Andreassen, Tor Warlin Lindestad, 1998. The Impact of Corporate Image on Quality, Custumer Satisfaction and Loyality for Custumers with Varying Degrees of Service Expertise, International Journal of Service Industry Management Volume 9, Bradford. Arikunto. S. 2006. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Penerbit Rineka Cipta. Edisi Revisi VI Assauri, sofjan. 2003. Customer Service yang Baik Landasan Pencapaian Customer Satisfaction dalam Usahawan. No. 1. tahun XXXII, Jakarta. Azwar. A. 1994. Program Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan (Aplikasi Prinsip Lingkungan Pemecahan Masalah), Yayasan Penerbit IDI, Jakarta Azwar. A 1996. Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan, Pustaka Sinar Harapan Jakarta Brown, Stephen, W. evert Gummesson, Bo Edvardsson, Bengtove gustavsson. 1991. Service Quality Multidisciplinary and Multinational Perspectives, Lexington Books. Cooper, R. Donald dan William C. emory. 1996. Metode Penelitian Bisnis, Terjemahan Ellen Gunawan dan Imam Nurmawan, Jakarta ; Erlangga Elisa, Z, 2007. Pengaruh Mutu Pelayanan Terhadap Kepuasan dan Hubungannya dengan Loyalitas Pasien Di Rumah Sakit umum Kota Sabang, Tesis, SPS USU, Medan. Goonroos, C. 2000. Service Management and Marketing, Published by Jhon Wiley And Sons Ltd, England Gunawan, Bambang. 2003. Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan (Studi Kasusu di Supermarket Cempaka Delangu Klaten), Penelitian Tesis, Surakarta : Universitas Muhamadyah Surakarta Hendrajana. 2005. Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Pelanggan Rawat Jalan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta, Penelitian Tesis, Surakarta : Universitas Muhamadyiah Surakarta Jacobalis. S. 1989. Menjaga Mutu Pelayanan Rumah Sakit (Quality Assurance) PT. Citra Windu Satria. Jakarta

Josito. 1997. Persepsi Terhadap Citra Rumah Sakit Medistra di Kalangan Eksekutif Masyarakat Jakarta, Tesis KARS, Universitas Indonesia, Depok Jakarta Kotler Philip. 1994. Manajemen Pemasaran : Analisis, Perencanaan, Implementasi, Pengendalian. Edisi ke enam. Penerbit Erlangga Kotler Philip. 2003. Marketing Management, Eleeventh Edition, Pretince Hall Lee, Hanjon, Linda M. Delene, Mary Anne Bunda and Chankon Kim, 2000. Methos of measuring Health Care Service Quality, Journal of Bussiness Research, Volume 48, New York. Lestari. T. R. P. 2004. Pemasaran Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Sebagai Upaya Menciptakan Image Positif di Masyarakt, Jurnal Manajemen Administrasi Rumah Sakit Indonesia, Universitas Indonesia. Jakarta Lita P. Pr. 2004. Pengaruh Sistem Penyampaian Jasa Terhadap Citra Rumah Sakit dan Dampaknya Terhadap Kepercayaan Pelanggan pada Rumah sakit Umum Sumatra Barat, Ilmu Ekonomi program Pascasarjana. Universitas Padjadjaran, Bandung Notoatmodjo. S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta Pohan. I. 2003. Jaminan mutu Layanan Kesehatan, EGC, Jakarta Prasetijo. R. Ihalauw. JJOI. 2004. Perilaku Konsumen, Penerbit Andi, Yogyakarta Riduwan. M. 2005. Metode dan teknik Menyusun Tesis, alphabet, Bandung Ruslan. R. 1995. Praktik dan Solusi Public Relation dalam Situasi Krisis dan Pemulihan Citra, Ghalia Indonesia, Jakarta Soejitno, Alkatiri dan Ibrahim. 2002. Reformasi Perumahsakitan Indonesia, Grasindo, Jakarta Supranto. J. 1997. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan, untuk Menaikan Pangsa Pasar, Pnerbit Rineka Cipta Sutojo. S. 2004. Membangun Citra Perusahaan, Damar Mulia Pustaka, Jakarta Tjiptono. F. 2004. Manajemen Jasa, Andi Offset, Yogyakarta Tjiptono Fandi dan Gregorius Canda. 2005. Service Quality and Satisfaction, Yogyakarta

Wijono. J. 2000. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan, Airlangga university Press Surabaya Zeithmal, Valerie A, Parasuraman A, Berry, LL. 1990. Delivering Quality Service Balancing Costumer Perseptions and Expectations, New York Zeithmal, Valerie A, and Bitner, Mery jo. 1996. Services Marketing, Singapore Mcgraw Hill