47
SUTRA SAHASRABHUJA SAHASRANETRA MAHASAMPURNA PRATISAMVIDA MAHA KARUNA DHARANI ( Mantra Seribu Tangan – Seribu Mata Dari Bodhisattva Avalokitesvara ) Penerjemah : Trisno Herman Dinijanto Pengetikan Ulang : Franklien K Herryanto 1

sulut.kemenag.go.idsulut.kemenag.go.id/.../file/BimasBuddha/dcle1341672601.docx · Web viewKarena tersebar kabar bahwa Sang Tathagata akan membabarkan Dharma yang sangat penting di

Embed Size (px)

Citation preview

SUTRASAHASRABHUJA SAHASRANETRAMAHASAMPURNA PRATISAMVIDA

MAHA KARUNA DHARANI

( Mantra Seribu Tangan – Seribu MataDari Bodhisattva Avalokitesvara )

Penerjemah :

Trisno Herman Dinijanto

Pengetikan Ulang :

Franklien K Herryanto

SUTRA

SAHASRABHUJA SAHASRANETRA MAHASAMPURNA PRATISAMVIDA

1

MAHA KARUNA DHARANI

( Sutra tentang Mantra agung yang bernama Maha Karuna Dharani

atau mantra Seribu Tangan Seribu Mata dari Bodhisattva Avalokitesvara )

Demikian yang kudengar;

Pada suatu hari Sakyamuni Buddha berada di Vihara Avalokitesvara yang terletak di Gunung Potalaka di wilayah Malakuta, pada saat Beliau sedang duduk di atas singgasana yang terdapat di Mandala Matra Vyuha ( aula tempat pembabaran Dharma ). Tempat tersebut dipenuhi dengan benda-benda penuh kemuliaan untuk memperagung dan memperindah Aula Dharma tersebut. Selain itu di sana sini banyak digantung panji-panji, bendera-bendera Dharma, dan umbul-umbul yang terus-menerus berkibar dan melambai-lambai tertiup hembusan angin sehingga membuat suasana menjadi semakin indah dan demikian agungnya.

Karena tersebar kabar bahwa Sang Tathagata akan membabarkan Dharma yang sangat penting di tempat tersebut, maka berdatanganlah para Bodhisattva dari 10 penjuru semesta yang jumlahnya banyak sekali. Adapun ketua-ketua rombongan Bodhisattva tersebut adalah;

Bodhisattva DharanirajaBodhisattva ManirajaBodhisattva BhaisajyarajaBodhisattva Bhaisajyaraja SamudgataBodhisattva AvalokitesvaraBodhisattva MahasthamapraptaBodhisattva GandhavuhaBodhisattva MahavyuhaBodhisattva Ratnagarbha

2

Bodhisattva GunagarbhaBodhisattva VajragarbhaBodhisattva AkasagarbhaBodhisattva MaitreyaBodhisattva SamantabhadraBodhisattva Manjusri

Para Bodhisattva yang berkumpul di Aula Dharma tersebut kesemuanya adalah yang menerima penahbisan ( abhisecani ) langsung dari Sang Tathagata.

Pada saat itu hadir pula para Maha Sravaka Sangha yang telah mencapai tingkatan Dharma yang cukup tinggi, yakni tingkatan kesucian Arahat dan tingkat Sepuluh Bhumi. Rombongan ini diketuai oleh Sang Arya Maha Kasyapa.

Hadir pula para dewa dari alam Sorga Brahma yang dipimpin oleh Raja Santabrahma, para dewaputra dari Surga Kamadhatu yang dipimpin oleh Raja Dewa Ghopaka, para Raja / Dewa Pelindung ( Lokapala ) dari alam Surga Catur Maharajakayika yang dipimpin oleh Maharaja Dhrtarastra, juga para Dewa lainnya, para naga, yaksa, gandharva, asura, garuda, kinnara, mahoraga, manusia, dan non-manusia yang kesemuanya dipimpin oleh Raja Naga Devagunaraja. Selanjutnya berdatangan pula rombongan para Dewi dari Surga Kamadhatu yang dipimpin oleh Dewi Kumaranetra, juga datang pula para Malaikat ( Dewa Pengatur / Pengurus Alam ) seperti Dewa Angkasa, Dewa Lautan, Dewa Mata Air, Dewa Obat, Dewa Pohon, Dewa Rumah, Dewa Air, Dewa Api, Dewa Bhumi, Dewa Angin, Dewa Prthivi ( tanah ), Dewa Gunung, Dewa Batu, Dewa Istana, dan masih banyak lagi yang lainnya.

Pada kesempatan yang sangat agung tersebut tiba-tiba Bodhisattva Avalokitesvara memancarkan seberkas cahaya yang sangat terang di ruang pertemuan yang sangat luas itu, cahaya tersebut sedemikian kuatnya hingga memancar ke 10 penjuru semesta dan menerangi tiga ribu-maha ribu sistem dunia sehingga semuanya menjadi berkilau keemasan. Seketika itu pula istana-istana para dewa dan naga yang perkasa bergetar dan getarannya semakin lama semakin kuat sehingga ikut menggetarkan sungai-sungai kecil, sungai-sungai besar, samudra, Gunung Cakkavada, gunung Sumeru, gunung Bhumi, dan gunung

3

Hitam. Suasana menjadi sedemikian terangnya, hingga sinar mentari, rembulan, bintang, dan mustika api sepertinya lenyap dengan seketika.

Melihat semua yang hadir takjub akan kejadian tersebut, maka Bodhisattva Dharaniraja bangkit dari tempat duduknya sambil beranjali dan memohon kepada Sang Buddha agar Beliau sudi menjelaskan kejadian yang sedemikian hebat. Dalam memanjatkan permohonannya Bodhisattva Dharaniraja melanjutkan gatha-gatha sebagai berikut;

O BhagavanSiapa gerangan yang telah mencapai Samyak Sambodhi pada hari ini ?Yang memancarkan cahaya sedemikian terangYang membuat ke-10 penjuru semesta bersinar keemasanBahkan hingga tiga ribu – maha ribu sistem dunia jauhnya ?

O BhagavanSiapa gerangan yang telah mencapai pembebasan pada hari ini ?Yang mampu mengeluarkan kekuatan gaib sedemikian hebatnya,Yang mampu menggetarkan Alam Buddha sedemikian banyaknya,Bahkan istana dewa, naga, dan gandharva pun ikut bergetar pula ?

Semua yang hadir merasa takjubSemua yang hadir bertanya-tanyaApa gerangan yang terjadi ?Dari mana asalnya ?

O BhagavanDemi para Bodhisattva dan para Sravaka,Demi para Dewa, Brahma, dan umat semua,Ku memohon pada Yang Maha Maitri Karuna Sang Tathagata,Sudilah kiranya menjelaskan semua ini kepada kami semua !

Setelah selesai Bodhisattva Dharaniraja melanjutkan gatha-gatha tersebut, Sang Buddha langsung menjawab; “Oh, Putra yang berbudi ! Anda seharusnya

4

mengetahui, bahwa pada saat ini, di ruangan Mandala Matra Vyuha yang megah ini, terdapat seorang Bodhisattva Mahasattva yang bernama Arya Avalokitesvara. Ketahuilah, bahwa Bodhisattva Mahasattva ini, sejak masa kehidupannya yang dulu, berkalpa-kalpa lamanya, telah mencapai tingkat Anuttara Samyak Sambodhi dan bertekad menjalankan Dharma Maitri Karuna, yaitu menaruh belas kasihan kepada siapapun tanpa kecuali ! Beliau juga memiliki ratusan ribu Dharani ( mantra ) penting. Pada saat ini Beliau bermaksud memberikan rasa bahagia dan rasa tentram kepada semua makhluk, itulah sebabnya Beliau sengaja mengeluarkan tenaga gaib yang sedemikian hebatnya untuk melindungi semua makhluk di bumi dan di alam-alam lainnya.”

Setelah Sang Buddha menerangkan hal tersebut, Bodhisattva Mahasattva Avalokitesvara menghentikan pancaran sinar gaibnya, lalu bangkit dari tempat duduknya, merapikan jubahnya, kemudian sambil beranjali berkata kepada Sang Buddha;

“O Bhagavan yang mulia ! Benar, saya memang memiliki sebuah mantra yang sangat ampuh, yakni mantra ‘Maha Karuna Dharani.’ Sekarang tekad saya telah bulat untuk membagikan mantra ini kepada para umat pecinta Dharma, agar mereka dapat mengatasi berbagai penderitaan seperti menghindarkan penyakit, memperpanjang umur, memperbaiki kesejahteraan, meringankan atau menghapuskan karma-karma buruk dan dosa berat, serta menghindari atau menyelamatkan diri dari kecelakaan atau malapetaka. Juga agar mereka dapat mengembangkan Dharma sejati, memupuk akar kebajikannya agar terus bertumbuh subur, serta melepaskan diri dari rasa takut dan kegelisahan hingga akhirnya mereka dapat mewujudkan apa yang mereka cita-citakan. Demikianlah, o Bhagavan yang mulia ! Sudilah kiranya Bhagavan merestui maksud hatiku untuk membagikan mantra tersebut.”

Sang Buddha pun menjawab, “Sungguh baik maksud hatimu, o Putra yang berbudi ! Sifat serta pikiranmu sungguh luhur dan penuh Maitri Karuna ( cinta kasih dan welas asih ). Engkau telah berbulat hati untuk membagikan mantra yang agung itu agar semua makhluk dapat memperoleh kebahagiaan dan kedamaian. Saat ini adalah saat yang sangat tepat untuk melangsungkan niatmu,

5

laksanakanlah, sebarkanlah Dharma itu, dan Saya pun turut merasa gembira, bahkan para Buddha yang berada di 10 penjuru pun akan senang dan merestui Anda !”

Kemudian Sang Avalokitesvara melanjutkan, “O Bhagavan ! Saya masih ingat, bahwa pada masa kehidupanku yang dulu, ber-kalpa-kalpa yang lampau, waktu itu muncul seorang Buddha di dunia, Beliau bernama Sahasraprabharaja Sthitika Tathagata. Beliau pernah mengajarkan kepada saya dan murid-muridnya lainnya, sebuah mantra yang berjudul ‘Maha Karuna Dharani.’ Setelah mantra tersebut saya hafalkan kemudian Buddha Sahasraprabharaja Sthitika menyentuh kepalaku dengan tangan keemasannya sambil berkata, ‘O Putra yang berbudi ! Anda harus menghayati mantra yang agung ini dan membacanya, lalu membangkitkan perasaan cinta kasih dan belas kasihan kepada semua makhluk yang sedang mengalami 5 macam kesengsaraan agar mereka dapat terbebas dari penderitaannya hingga akhirnya dapat terlahir di alam-alam yang berbahagia ( surga ) atau bahkan terlahir di Negeri Buddha ‘!”

“Pada saat itu o Bhagavan, status saya masih Bodhisattva Bhumi tingkat pertama, akan tetapi saya membaca mantra tersebut saya langsung mencapai tingkat kedelapan, pada saat itu pula saya langsung berikrar, ‘Jika memang benar bahwa saya bersungguh-sungguh, berbulat hati, serta bertekad untuk membantu para makhluk yang tertimpa kesengsaraan hingga mereka bisa terbebas dari penderitaannya, maka saya mohon agar saya dikaruniai seribu tangan dan seribu mata ( sahasrabhuja dan sahasranetra ) yang sempurna di tubuh saya !’ O para hadirin yang kuhormati ! Setelah saya ucapkan ikrar saya tersebut, tak selang beberapa lama muncullah seribu pasang tangan dan seribu pasang mata pada tubuhku. Mengingat peristiwa ini baru pertama kali terjadi, maka bergetarlah seluruh alam di sepuluh penjuru semesta dan ribuan Buddha pun memancarkan sinar hidupnya ke seluruh tubuhku.”

“Dengan badan baru yang gaib inilah saya selalu mendatangi negeri-negeri Buddha di 10 penjuru semesta untuk mendalami mantra agung dan mantra-mantra lainnya. Sejak saat itu pula saya tidak pernah lupa membaca mantra-mantra yang telah para Buddha ajarkan kepada saya. Yang paling

6

menggembirakan adalah, setelah berulangkali selama berkalpa-kalpa lamanya saya bertumimbal lahir, kini saya sudah tidak perlu dilahirkan melalui rahim seorang ibu, melainkan lahir melalui sekuntum bunga teratai raksasa. Sekarang, jika ada umat pecinta Dharma, entah itu bhiksu, bhiksuni, upasaka, atau upasika, atau siapa saja, asalkan ia mau bertekad bulat dan bersungguh-sungguh untuk mempraktekkan Mantra agung yang bernama Maha Karuna Dharani ini, maka ia akan dikaruniai pahala yang sangat melimpah dan tak terhitung jumlahnya, terutama jika ia mau membangkitkan perasaan cinta kasihnya ( maitri karuna ) kepada seluruh makhluk dan membantu mereka yang sedang menderita. Marilah, oh hadirin sekalian yang kuhormati ! Sekarang ikutilah saya membaca pendahuluan mantra sebagai berikut;”

Namo Avalokitesvara yang Mahakaruna !Berkatilah aku agar dapat memahami semua Dharma !

Namo Avalokitesvara yang Mahakaruna !Berkatilah aku agar dapat segera mendapatkan Mata Kebijaksanaan !

Namo Avalokitesvara yang Mahakaruna !Berkatilah aku agar dapat menyelamatkan para makhluk yang menderita !

Namo Avalokitesvara yang Mahakaruna !Berkatilah aku agar dapat memiliki kemampuan Upaya Kausalya !

Namo Avalokitesvara yang Mahakaruna !Berkatilah aku agar diriku dapat ‘berlayar’ dengan perahu Prajna !

Namo Avalokitesvara yang Mahakaruna !Berkatilah aku agar dapat menyeberangi Lautan Samsara dan mencapai ‘Pantai Seberang’ !

Namo Avalokitesvara yang Mahakaruna !

7

Berkatilah aku agar dapat melaksanakan Sila dan Dhyana !

Namo Avalokitesvara yang Mahakaruna !Berkatilah aku agar dapat mendaki gunung Nirvana !

Namo Avalokitesvara yang Mahakaruna !Berkatilah aku agar dapat bergabung dan berkumpul di gedung Asamskrta !

Namo Avalokitesvara yang Mahakaruna !Berkatilah aku agar dapat memperoleh tubuh Dharmata !

Apabila aku berhadapan dengan pedang yang tak terkira jumlahnya, maka patahlah pedang itu.

Apabila aku berhadapan dengan air bah yang mendidih, maka air tersebut akan kering seketika.

Apabila aku berada di antara makhluk preta ( setan lapar ), maka mereka akan merasa selalu kenyang.

Apabila aku berada di antara para asura, maka mereka akan bersikap baik terhadapku.

Apabila aku berada di antara gerombolan binatang buas, maka mereka akan menjadi jinak dan cerdas.”

“O hadirin yang kuhormati ! Demikianlah bagian pendahuluannya, lalu bagaimana tahap selanjutnya ? Sebutkan nama saya ( Namo Avalokitesvara Bodhisattva ) dengan pikiran terfokus penuh semangat, sebut pula nama guru saya, yaitu ‘Namo Amitabha Buddhaya’ lalu bacakan Mantra Maha Karuna Dharani sebanyak 5 kali setiap malam, dengan demikian pastilah setiap kesalahan

8

berat dan karma buruk yang terus-menerus mengakibatkan kita tumimbal lahir berulang kali di alam-alam kesengsaraan ( alam Saha ) selama ribuan koti kalpa lamanya itu, akan segera terhapuskan !”

Seusai memberikan penjelasan tentang Dharma tersebut, lalu kembali Beliau berbicara kepada Buddha Sakyamuni, “O Bhagavan yang termulia ! Mantra Maha Karuna Dharani itu bukan saja berguna untuk para manusia penganut Buddha Dharma, akan tetapi juga baik untuk para dewa di surga-surga, serta umat-umat yang awam sekalipun. Karena keampuhan yang luar biasa dari mantra ini, maka, entah itu manusia atau dewa, asalkan ia menjalankan Dharma ini, bila ajalnya tiba, maka para Buddha di 10 penjuru semesta akan memberikan restu kepada mereka, kemudian mereka akan dapat terlahir di Negeri Buddha atau surga-surga sesuai keinginan mereka.”

“O Bhagavan yang termulia ! Jika ada umat yang rajin menjalankan Dharma ini, membaca mantra agung ini dan mempraktekkan maîtri karuna secara tekun dan bersungguh-sungguh, akan tetapi setelah ajalnya tiba ia masih terlahir kembali di tiga alam kesedihan ( tridusgati ), maka saya bersumpah saya tidak akan menjadi seorang Buddha ! Demikian pula, apabila ada umat yang rajin dan bersungguh-sungguh menjalankan Dharma ini, tetapi ketika ajalnya tiba ia tidak dapat dilahirkan di Negeri Buddha atau surga seperti yang ia inginkan, maka saya bersumpah saya tidak akan menjadi Buddha ! O Bhagavan, apabila ada wanita yang berkeinginan untuk tidak dilahirkan lagi menjadi seorang wanita di kehidupan berikutnya dan setelah dengan rajin dan bersungguh-sungguh menjalankan Dharma ini dan ternyata keinginannya tidak terwujud, maka saya bersumpah saya tidak akan menjadi Buddha ! Akan tetapi, jika ada di antara umat yang menjalankan Dharma ini, tetapi pikirannya penuh dengan keragu-raguan, maka apa pun keinginannya tetap akan sulit untuk terwujudkan.”

“Jika terdapat umat yang berbuat jahat dengan melukai anggota Sangha, mencuri atau mengotori makanan dan minuman para anggota Sangha, atau bahkan merampok harta bendanya, jika ia tidak pernah mau bertobat, atau tidak sungguh-sungguh bertobat, maka kesalahan seperti ini makin lama akan makin berat dan menjadi sulit terhapuskan, namun jika sekali ini ia mau benar-benar

9

bertobat kemudian dengan rajin dan bersungguh-sungguh menjalankan Dharma ini, maka kesalahan yang seberat itu perlahan-lahan akan terkikis habis hingga tuntas. Mengapa bisa sedemikian hebatnya mantra ini ? Karena jika ada umat yang rajin dan bersungguh-sungguh mempraktekkannya, ia akan selalu diperhatikan dan diberi kekuatan oleh para Buddha di 10 penjuru semesta.”

“Jika terdapat umat yang melakukan perbuatan buruk paling berat seperti 10 Akusala Karma, 5 Anantarya ( membunuh ayah, ibu, Arahat, memecah belah Sangha, melukai seorang Buddha ), melakukan fitnah kepada umat dan Dharma, sengaja melanggar Sila, merusak stupa atau vihara, mencuri barang-barang vihara, mengotori / melukai fisik orang suci, berbuat asusila, dan sebagainya, maka orang ini akan terkena akibat dari karma buruknya tersebut selama ratusan ribu kalpa lamanya. Akan tetapi apabila ia mau membangkitkan kesadarannya, lalu dengan rajin dan bersungguh-sungguh menjalankan Dharma ini, maka karma-karma berat tersebut perlahan-lahan akan terkikis habis hingga tuntas, sehingga justru berkah dan anugerah dari para Buddha yang akan melimpahi umat tersebut.”

“O Bhagavan yang Termulia ! Siapa saja yang rajin dan bersungguh-sungguh menjalankan Dharma ini, entah itu manusia atau para dewa, maka bila masa hidupnya telah habis akan memperoleh 15 macam Sujata atau terlahir kembali dengan selamat, dan mereka tidak akan menemui ajal mereka dengan 15 macam kesengsaraan, yaitu, (1) Mati kelaparan, (2) Terkena hukuman mati, (3) Dibunuh, (4) Mati dalam peperangan, (5) Mati diterkam binatang buas, (6) Digigit serangga berbisa, (7) Terkena banjir atau kebakaran, (8) Terkena racun, (9) Digigit serangga berbisa, (10) Berpenyakit jiwa, (11) Tertimbun tanah longsor atau tertimpa pohon, (12) Terkenan guna-guna, (13) Diganggu makhluk halus, (14) Terkena penyakit ganas, (15) Bunuh diri. Sebaliknya, 15 macam Sujata yang akan ia peroleh adalah, (1) Lahir di surga, (2) Lahir di negeri yang makmur dan sejahtera, (3) Lahir di lingkungan yang aman dan tenteram, (4) Selalu bertemu orang bijak, (5) Tidak ada cacat tubuh, (6) Cepat mencapai Bodhi ( Kesadaran Agung ), (7) Jarang melanggar Sila atau Peraturan Setempat, (8) Memiliki keluarga dan saudara yang penyayang dan penuh cinta kasih, (9) Selalu dihormati dan dibantu orang lain, (10) Keperluan hidup dan rumah tangga selalu tercukupi,

10

(11) Tidak ada harta yang dirampok oleh orang jahat, (12) Cita-citanya terwujud, (13) Senantiasa dilindungi oleh para dewa, naga, dan gandharva yang baik, (14) Lahir di tempat di mana ia bisa mendapat kembali Buddha Dharma, (15) Dharma yang ia peroleh adalah Dharma yang sejati ( Saddharma ) yang akan membawanya ke Jalan untuk mencapai Penerangan Agung. Oleh karena itu saya sangat berharap kepada para hadirin sekalian yang Bhagavan pimpin ini, serta kepada para dewa dan makhluk-makhluk lain, agar mulai hari ini bertekad untuk bersungguh-sungguh menghayati dan menjalankan Dharma ini.”

Setelah selesai dengan ucapannya tersebut, Bodhisattva Avalokitesvara dengan beranjali menghadap ke para hadirin, sambil memancarkan perasaan cinta kasihnya dan welas asih, serta dengan muka yang berseri-seri dan memandang jauh ke depan, beliau mulai membacakan mantra agung Maha Karuna Dharani dalam bahasa Sansekerta;

MAHA KARUNA DHARANI

Namo Ratnatrayaya, Namo Aryavalokitesvaraya bodhisattvaya mahasattvaya maha karunikaya. Om, sarvarabhaye suddhanadasya. Namah skrtva imom aryavalokitesvara ramdhava. Namo narakindi. Heri maha vadhasame. Sarva arthadu subhum. Ajeyam. Sarva sattva ( namava satta ) nama vaga. Mava dudhu. Tadyatha om. Avaloki. Lokate. Karate. Ehri. Mahabodhisattva. Sarva sarva. Mala mala. Mahe mahredayam. Kuru kuru karmam. Dhuru dhuru vajayate. Mahavajayate. Dhara dhara dhirini. Svaraya. Cala cala. Mama vamara. Muktele. Ehe ehe. Cinda cinda. Arsam pracali. Vasa varsam prasaya. Huru huru mara. Huru huru hri. Sara sara. Siri siri. Suru suru. Bodhiya bodhiya. Buddhaya buddhaya. Maitriya. Narakindhi. Dhrisinina. Payamana. Svaha. Siddhaya. Svaha. Maha siddhaya. Svaha. Siddhayoge svaraya svaha. Narakindhi svaha. Maranara svaha. Sirasam amukhaya svaha. Sarva maha-asiddhaya svaha. Cakra-asiddhaya svaha. Padmakastaya svaha. Narakindi vagaraya svaha. Mavarisankraya svaha. Namo ratnatrayaya. Namo aryavalokitesvaraya svaha. Om, siddhyantu. Mantra padaya svaha.

11

( Hrdaya Mantra : Om, Vajra Dharma Hrih )

Seusai membacakan mantra agung tersebut, seketika pula seluruh dunia bergetar hingga 6 kali, bunga-bunga Mandarava turun dari angkasa. Para Buddha yang berada di 10 penjuru semesta merasa bergembira, hanya mara dan para penganut Tirthika (ajaran sesat ) yang merasa cemas. Para hadirin yang sangat antusias mendengar mantra tersebut, ada yang seketika mencapai tingkat kesucian Srotapanna, Sakrdagami, Anagami, bahkan Arahat. Ada pula yang mencapai tingkatan Bodhisattva Bhumi tingkat pertama, kedua, ketiga, keempat, kelima, bahkan sampai ke-10. Demikian banyaknya hadirin yang mendapatkan pahala seperti itu, namun ada juga hadirin yang belum memperoleh pahala tersebut, akan tetapi Bodhicitta ( kesadaran suci ) mereka sudah tergerakkan, dan pada saatnya nanti mereka pun akan dapat mencapai Penerangan Agung dan menjadi Bodhisattva.

Pada saat itu, Raja Maha Brahma bangkit dari tempat duduknya, merapikan jubahnya, dan sambilberanjali, beliau berkata kepada Bodhisattva

12

Avalokitesvara, “Sungguh mulia sekali, o Bodhisattva Avalokitesvara yang mulia! Sejak dahulu kala hingga saat ini, sudah berkali-kali dan tak terhitung jumlahnya saya menghadiri tempat-tempat pertemuan Dharma yang diselenggarakan oleh para Buddha. Pada pertemuan-pertemuan tersebut saya telah mendengar pembabaraan Dharma sejati, ribuan mantra pun telah para Buddha ajarkan, namun baru kali ini saya mendengar mantra yang berjudul ‘Maha Karuna Dharani,’ yang baru saja Bodhisattva bacakan, dan sangat menentramkan sekali, bahkan memiliki keampuhan yang luar biasa ! O Bodhisattva yang mulia, dengan ini kami mohon agar anda sudi menerangkan kepada kami, intisari serta hal-hal; penting yang menyangkut mantra agung ini, agar bagi mereka yang rajin dan bersungguh-sungguh menjalankannya, dapat mencapai hasilnya sedini mungkin !”

Setelah Raja Maha Brahma selesai menyampaikan permohonannya, Bodhisattva Avalokitesvara berkata kepada Sang Raja;

“O Raja yang terhormat ! Anda sungguh baik hati, dengan perasaan cinta kasih dan welas asih Anda meminta kepadaku untuk menerangkan intisari serta hal-hal penting tentang mantra agung ini, demi kebaikan para umat yang rajin dan bersungguh-sungguh ingin menjalankannya. Baiklah, o Raja Brahma yang terhormat dan para hadirin sekalian, sekarang akan saya jelaskan intisari dan hal-hal penting dari mantra agung ini.”

“Intisari dari mantra Maha Karuna Dharani ini adalah bahwa kita harus memiliki perasaan cinta kasih dan welas asih, tidak membeda-bedakan, bersikap jujur dan apa adanya, memiliki perasaan dan pikiran yang bersih, selalu terbuka pikirannya, selalu menghormati pihak lain, rendah hati, berpikir tenang dan teratur, tidak serakah, serta selalu mengembangkan bodhicitta ( pikiran suci / bijaksana ) yang luhur.”

“Ketahuilah, o Raja yang terhormat! Pikiran dan perasaan yang seperti itulah yang merupakan intisari dari mantra agung ini. Untuk itu, bagi mereka yang ingin berhasil dalam menjalankan Dharma ini, pertama-tama mereka harus mengembangkan pikiran dan perasaan yang sedemikian di dalam dirinya.”

13

Dengan perasaan gembira Sang Raja menjawab; “Sadhu! Sadhu! Sadhu! O Bodhisattva Avalokitesvara ! Sekarang baru aku mengerti dengan jelas, sejak hari ini aku berjanji untuk tidak melupakan ajaran-Mu yang agung ini. Mulai sekarang aku harus berbulat tekad dan dengan rajin dan bersungguh-sungguh menjalankan Dharma yang agung ini!”

Kemudian Bodhisattva Avalokitesvara melanjutkan sabdanya kepada para hadirin;

“O putra putri yang berbudi! Siapa saja yang berniat menjalankan Dharma ini, dengan cara membaca mantra agung ini, pertama-tama mereka harus membangkitkan Bodhicittanya (pikiran suci) yang luhur serta harus bertekad untuk berwelas asih dan menyelamatkan para makhluk yang menderita. Di samping itu, ia harus rajin menjalankan Sila dan peraturan lainnya. Tidak membeda-bedakan satu dengan yang lainnya, rajin membaca mantra ini dan tidak pernah lalai, dan bagi mereka yang mampu, sebaiknya menyediakan ruangan khusus yang bersih untuk pembacaan mantra ini, membersihkan badan ( mandi ) dan mengenakan pakaian yang bersih selama membacakan mantra, menyalakan pelita di atas meja altar, menggantungkan panji-panji kecil untuk mengagungkan suasananya. Menyediakan persembahan berupa bunga segar, makanan dan minuman yang bersih (bukan hasil pelanggaran Sila ), dupa wangi, dan sebagainya sesuai kemampuannya. Tahap selanjutnya, pusatkanlah pikiran atau bermeditasi, bebaskan pikiran dari hal-hal yang mengganggu konsentrasi, lalu perlahan-lahan bacalah mantra tersebut. Jika ia terus melaksanakannya, lama kelamaan akan datang 2 Bodhisattva dari alam Buddha Suddha Vaidurya di jurusan Timur. Mereka adalah Bodhisattva Candraprabhasa dan Bodhisattva Suryaprabhasa, dengan diiringi oleh para dewata, akan datang ke tempat si pemuja untuk membuktikan pelaksanaan Dharmanya. Pada saat itu saya juga akan hadir untuk menganugerahi si pemuja dengan tenaga gaib ‘seribu tangan seribu mata’ untuk melindunginya. Dengan demikian maka kemampuan si pemuja akan berkembang pesat, ia akan berkesempatan dan mampu membaca dan memahami berbagai Sutra penting, bahkan ajaran-ajaran kuno dari Trithika serta Sastra-sastra Veda.”

14

Sang Bodhisattva melanjutkan, “O putra putri yang berbudi! Ketahuilah, mantra ini sangat ampuh, asalkan Dharma ini dijalankan dengan rajin dan sungguh-sungguh, maka akan dapat mengobati berbagai macam penyakit, menaklukkan Mara jahat, jin-jin jahat, atau makhluk halus jahat lainnya. Apabila ada umat yang sedang berada di tempat yang jauh, terpencil, dan sunyi, asalkan ia membaca mantra ini maka ia tidak akan didatangi oleh Asura atau Gandharva yang berniat kurang baik. Walaupun hanya dibaca satu kali saja, maka mereka-mereka yang punya maksud jahat atau tidak baik akan segera pergi dan kembali ke tempat asal mereka.”

“Bagi mereka yang rajin dan bersungguh-sungguh menjalankan Dharma ini, yang mengembangkan perasaan cinta kasih dan belas kasihan (maîtri karuna ), yang bertekad menolong dan menyelamatkan para umat yang sedang menderita, membacakan mantra untuk mereka yang memerlukannya, maka dengan ini kumohonkan kepada para Malaikat ( Dewa Pelindung ), para Nagaraja, Vajra Guhyapada, serta makhluk suci lainnya agar mendatangi ke tempat mereka dan memberikan perlindungannya kepada mereka semua.”

Sebagai penekanan yang kuat terhadap permohonannya, Bodhisattva Avalokitesvara mengulangi lagi permohonannya dalam bentuk gatha-gatha ( syair ) agar para dewa dan makhluk-makhluk tersebut benar-benar ingat menjalankan kewajiban mereka melindungi umat-umat yang rajin dan bersungguh-sungguh menjalankan Dharma ini di Sahaloka.

“Dengar o dengarlah Para Pelindung yang Mulia !Kumohon demi untuk para pembaca Mantra Maha Karuna !

Oh para Dewa, Malaikat, serta Vajra Guhyapada,Juga Arya Usnisa Kunda dan Arya AnkusiyaSerta Kelompok-Delapan pimpinan Arya Sankara !Kumohon, jalankan perintahku : lindungi para pemuja setia !

Kupinta pada Dewa Mahi NarayanaJuga Dewa Kumbhira dan Dewa Vikarala,

15

Kumohon, jalankan perintahku: datangilah para pemuja setia!

Kepada Dewa Vatsi Saula,Dewa Mansanchaba CandraKumohon, jalankan perintahku: lindungilah para pencinta Dharma!

Kepada Dewa Sace Mavala,Dewa Kulan tante Pandira,Kumohon, jalankan perintahku: lindungilah para pemuja setia!

Kepada Raja Pippala, Indra Vita, dan Satvara.Kumohon, jalankan perintahku: bantulah mereka yang membaca mantra!

Kepada Raja Brahma Samvara,Lima Barisan Yamaraja dari Surga Suddavasa,Kumohon, jalankan perintahku: lindungilah mereka yang menjalankan Dharma!

Kepada Raja Sakra di surga ke-33,Jasa Maha Sarasvati dan Vatana,Kumohon, jalankan perintahku: turunlah ke Sahaloka dan lindungi para pemuja!

Kepada Raja Dhrtarastra, Dewi Matr-Nari dengan rombongan Mahabala-nya,Kumohon, jalankan perintahku: berikanlah perlindungan kepada para pemuja!

Kepada raja Virudhaka dari Surga Kayika,Raja Virupaksa serta Raja Vaisramana,Kumohon, jalankan perintahku: lindungilah pemuja yang mempelajari mantra!

16

Kepada Raja Mayura dengan jubah keemasannya,Serta Barisan Dua Puluh Delapan Maha Dewa,Kumohon, jalankan perintahku: lindungilah para pemuja di tempat mereka masing-masing!

Kepada Dewa Manibhadra,Serta Panglima Pancika dan Dewa Purava,Kumohon, jalankan perintahku: datangilah dan lindungilah para pemuja selalu!

Kupinta pula Dewa Nanda dan Upananda,Nagaraja Bhagara dan Nagaraja Ipala,Kumohon, jalankan perintahku: lindungilah para pemuja setia!

Kuperintahkan pula kepada para Asura dan Gandharva,Para Garuda, Kinnara, serta Mahoraga,Dengan budi baik jalankanlah perintah saya tersebut!

Juga Dewa Varuna, Dewa Agni, Udaka, Daivata, dan Vidyut,Raja Kumbhanda serta Raja Pisaca,Bersama-sama lakukanlah tugas mulia ini!”

Demikianlah gatha-gatha yang dibawakan oleh Sang Bodhisattva, kemudian Beliau melanjutkan sabdanya,

“O putra putri berbudi! Para Dewa, Malaikat, Raja Naga, Dewi Matr-Nari, serta yang lainnya, adalah mereka-mereka yang telah menumpuk budi baik dan bijak yang tak terkira, mereka dengan senang hati akan menjalankan perintahku. Dengan pengiring-pengiring mereka yang hebat, masing-masing 500 pengiring jumlahnya, mereka akan turun ke Sahaloka untuk melindungi umat-umat yang membaca mantra ‘Maha Karuna Dharani.’ Tak peduli di manapun kamu membacakan mantranya, di tempat terpencil di gunung, di desa-desa terpencil,

17

siang atau malam, seorang diri atau beramai-ramai, mereka tidak akan kesulitan menemukanmu dan selalu menyertai dan melindungimu. Jika kamu tersesat di dalam hutan, setelah engkau mendengarkan mantra agung ini, maka para pelindung akan menjelma menjadi seorang penunjuk jalan dan menolongmu menunjukkan jalan ke tempat tujuan. Jika engkau berada di pedalaman dan sulit mendapatkan makanan dan minuman, atau tidak ada api untuk memasak, maka tak akan lama engkau akan menemukan apa saja yang engkau perlukan.”

Kemudian Bodhisattva Avalokitesvara membacakan gatha yang berjudul ‘Syair Penyejuk’ untuk menekankan keampuhan mantra agung tersebut.

O Siswaku! Bila engkau rajin dan bersungguh-sungguh menjalankan Dharma ini,Meskipun engkau berada di tengah hutan belantara, gunung, ataupun rawa, Bertemu dengan srigala, ular berbisa, bahkan Mara jahat,Setelah kauperdengarkan Mantra Maha Karuna Dharani, mereka akan hilang dengan seketika !

Jika engkau berlayar di tengah sungai besar ataupun lautan,Ular laut, naga ganas, kalajengking, yaksa, ataupun raksasa,Ikan ataupun kura-kura buas menyerangmu,Mendengar Maha Karuna Dharani yang kaubacakan, seketika itupun mereka bersembunyi!

Jika engkau terlibat dalam peperangan, bertemu orang jahat atau perampok,Bacalah Maha Karuna Dharani dengan sungguh-sungguh,Maka mereka akan berbalik menjadi berwelas asih terhadapmu!

Jika engkau ditangkap oleh pihak keamanan tanpa berbuat kesalahan,Tubuhmu dirantai dan dijebloskan ke dalam penjara,Bacalah Maha Karuna Dharani dengan rajin dan bersungguh-sungguh, Maka segera Sang Penguasa akan membebaskan dan merehabilitasimu!

18

Jika engkau terperangkap dalam rumah yang penuh racun atau guna-guna,Yang disengaja ditujukan untuk membunuhmu,Bacalah Maha Karuna Dharani dengan rajin dan bersungguh-sungguh,Segala racun dan bisa akan berubah menjadi Amrtha (minuman para dewa)!

Jika ada ibu yang mengalami kesulitan dalam melakukan persalinannya,Posisi bayi terhalang untuk keluar,Bantulah dia, membacakan Maha Karuna Dharani untuknya,Maka halangan dan rintangan akan lenyap dan bayi pun lahir dengan selamat!

Jika wabah penyakit menular sedang disebarkan oleh Sang Mara,Menyebabkan para penderita sulit sembuh bahkan terancam meninggal dunia,Bantulah mereka, bacakan Maha Karuna Dharani untuk mereka,Maka berangsur-angsur penyakit pun akan hilang, mereka sembuh total!

Jika ada yang sedang terkena penyakit ganas,Tubuhnya bengkak, kulitnya mengupas, hingga mengeluarkan darah dan nanah,Bantulah dia, bacakan Maha Karuna Dharani untuknya,Maka setelah tiga kali ia memuntahkan cairan kotornya, penyakit pun akan sembuh!

Para dukun santet sering menggunakan ilmu sihir jahatnya,Mengguna-gunai orang yang dimusuhinya untuk dicelakai,Bantulah dia, bacalah Maha Karuna Dharani untuk membuyarkan sihirnya,Maka guna-guna jahat akan kembali ke si pengirimnya sendiri!

19

O siswaku, yang menyedihkan adalah pada saat akhir zaman tiba,Di mana nafsu birahi membakar manusia bagaikan kobaran api yang ganas,Suami meninggalkan istri, istri meninggalkan suami demi kesenangan belaka,Tak henti-hentinya mereka terombang-ambing oleh hawa nafsu, bagaikan dalam pusaran air

Akan tetapi, apabila mereka segera sadar,Lalu dengan rajin dan bersungguh-sungguh menjalankan Dharma ini,Membaca Maha Karuna Dharani,Maka kobaran nafsu birahinya akan mereda, dan mereka akan mulia kembali seperti semula !

O siswaku, inti sari atau hakikat dari mantra ini sungguh-sungguh sangat dalam dan bermanfaat,Meskipun selama berjuta-juta kalpa lamanya, tak akan pernah habis kuungkapkan !”

Seusai Sang Bodhisattva membacakan gatha-gatha tersebut, Arya Ananda bangkit dari tempat duduknya, sambil beranjali ia bertanya kepada Sang Buddha, “O Bhagavan yang termulia ! Apa gerangan nama Sutra yang Sang Bodhisattva baru saja selesai sabdakan ? Bagaimana saya harus menjalankannya ?”

Sang Buddha menjawab, “Mantra tersebut adalah Maha Karuna Dharani, dalam bentuk Sutra namanya ada beberapa, yaitu;

1) Mantra Maha Sampurna2) Pratisamvidha Maha Karuna3) Dukkha Pramocana Dharani4) Ayusri Dharani5) Dusgati Nirodha Dharani6) Karmapanaya Dharani7) Purna Pranidhana Dharani

20

8) Pravarana Vasita Dharani9) Utarabhumi Vikrama Dharani

Demikianlah Ananda! Lalu bagaimana cara menjalankannya? Kamu harus menjalankannya dengan rajin dan seksama!”

Lalu Arya Ananda kembali bertanya kepada Sang Buddha, “Siapa gerangan nama Bodhisattva yang demikian mahirnya membacakan mantra Maha Karuna Dharani itu?”

Sang Buddha menjawab, “Namanya adalah Avalokitesvara Bodhisattva Mahasattva, yang juga bergelar ‘Sahasra Prabha Netra.’ O Ananda, sejak masalampau, berjuta-juta kalpa lamanya, Beliau telah menjadi Anuttara Samyak Sambodhi, telah menjadi Buddha yang bernama ‘Saddharma Prabhasa Tathagata.’ Karena Beliau memiliki perasaan cinta kasih dan welas asih yang tak terhingga besarnya dan melihat masih banyaknya makhluk yang mengalami kesengsaraan dalam hidupnya, maka Beliau bertekad untuk turun takhta dari Singgasana Ke-Buddha-an-Nya, kembali ke Sahaloka dan menjelma menjadi Bodhisattva untuk menolong dan membantu para umat membebaskan diri dari kesengsaraan. Setiap saat Beliau menjelajah ke mana saja ke tempat para umat yang selalu atau sedang menyebut nama-Nya atau membaca mantra-mantra-Nya.”

“O para hadirin yang berbudi! Para Bodhisattva Mahasattva yang datang dari 10 penjuru semesta! Para Raja Brahma, Sakra, Dewa, Naga, beserta rombongannya, yang datang dari berbagai alam surga ! Aku berharap agar kalian selalu memanjatkan penghormatan kepada Beliau dengan memuliakan nama-Nya: Namo Avalokitesvara Bodhisattva ! Dengan demikian maka kalian akan memperoleh banyak kebajikan dan sekaligus menghapus banyak karma buruk, apabila tiba saatnya masa akhir kehidupanmu, pastilah kalian akan dapat dilahirkan di alam Sukhavati, alam kebahagiaan di bawah naungan Buddha Amitabha, atau alam-alam suci lainnya sesuai dengan keinginan kalian !”

21

Mendengar kalimat penutup dari Sang Buddha, para pendengar semua merasa sangat bahagia, mereka bertekad untuk menjalankan Dharma seperti yang diungkapkan dalam Sutra ini.

22

MAHA KARUNA DHARANI / TA PEI CHOU& 84 REBUS / LOGOGRAM

(karakter / tanda yang melambangkan kata )

1) Namo Ratna trayaya / namo ho la tan na to la ye yeSembah sujud pada TriratnaAvalokitesvara berdiri di atas teratai dengan tasbih di tanganDharani harus dihafal dengan tenang, pikiran jernih terkonsentrasi dan keyakinan

2) Namo Arya / namo o li yeSembah sujud pada Yang MuliaCintamanicakra Bodhisattva / Ru I Luen PhusaTekun dalam melaksanakan Dharma dan membangkitkan kehendak untuk mencapai Pencerahan

3) Avalokitesvaraya / po lo cie ti shuo po la yeRaja yang memperhatikan derita duniaAvalokitesvara memegang patta / Chibo Kuan Yin

4) Bodhisattvaya / phu ti sa tuo po yeSang BodhisattvaAmoghapasha Bodhisattva / Puk gung jien sou PhusaDigambarkan dengan “pasukan besar” untuk menyelamatkan makhluk hidup

5) Mahasattvaya / maha sa tuo po yeMakhluk agungZhong Zi Zi Song Chou PhusaAmoghapasa melafal mantra6) Mahakarunikaya / Maha cia lu ni cia ye

23

Karuna agungAsvaghosa / Ma Ming Phusa

7) OmSuara mantra universal, sumber segala suaraZhu qui shen he zhang ding sung chouSemua makhluk hidup yang menderita akan mengatupkan tangan beranjali saat mendengarkan Dharani

8) Sarva Abhaya / sa po la fa iJangan takut!Catummaharajika / 4 Ta Thien Wang

9) Sudhanadhasa / Su tan na ta syaMelihat Kebenaran MuliaPengikut catummaharajika / gui shen

10) Namo sukrtva (sukrtemama ) imam arya / namo si ci li to I mung o li yeNagarjuna Bodhisattva

11) Avalokitesvaragarbha ( ramdhava ) / Po lo cie ti she fo la ling to poRahim (sumber Avalokitesvara)Perwujudan Sempurna Nirmanakaya Vairocana / Yen man pao shen Lu She Na Fo

12) Namo Nilakantha ( narakindi ) / namo na la cin tzeSembah sujud pada Yang Berleher BiruVairocana Buddha

13) Sri maha bhadrasrame / si li maha pen to sa miYang MahaSuci, yang bergembira dalam keberuntungan

24

Raja dewa kepala kambing ( kerabat Mara ) / Yang Ming Thou Shen Wang

14) Sarvarthasubham / sa po o tha tou su pengSemua bermanfaat dan indahBodhisattva Embun Manis / Kan Lu Phusa

15) Ajeyam / a se yinTak terlihatRaja langit yakkha terbang

16) Sarvasattva nama sattva varga / sa po sa tuo na mo po sa tuo na mo po ciaKumpulan semua makhlukSang Raja Perkasa, Bhagavatta

17) Mahadhatu / mo fa te touEmpat unsur besarKundali Bodhisattva / Jun Za Li Phusa

18) Tadyatha / tan tze thaDemikianlahArahat berlidah panjang

19) Om Avaloke / om a po lu shihOm, Dia Yang Melihat ke BawahAvalokitesvara beranjali melihat seksama penuh kasih sayang

20) Lokite / lu cia tiDia mengamatiMahabrahma Devaraja

21) Karate / cia lo ti

25

Yang berkepala gundul / tercukur bersihPenguasa dewa tersenyum

22) Hari / I shih liCantik mempesonaMahesvara Devaraja (raja tavatimsa)

23) Maha Bodhisattvaya / maha phu ti sa tuoBodhisattva agungShi Xin Jeng Wu Zha Luan Xin Sa TuoBodhisattva adalah makhluk yang pikirannya tidak berkelana dan teguh

24) Sarva sarva / sa po sa poSemua! Semua!Ratnakuta Bodhisattva

25) Mala mala / mo la mo laKarangan bunga! Karangan bunga!Pandaravasini (Avalokitesvara berjubah putih) belia dengan permata pemberkah

26) Masi mahahrdayam / mo shih mo shih li to yinMasi masi Sang HatiAmitabha berambut putih

27 ) Kuru kuru karmam / chih lu chih lu cie mungKuru kuru Sang KehendakBodhisattva Tubuh Kekosongan / Gung Shen Phusa

28) Kuru kuru vijayati / tu lu tu lu fa se ye tiKuru kuru dia berhasilBodhisattva Kekal / Yen Jun Phusa

26

29) Maha Vijayati / maha fa se ye tiDia amat berhasilJenderal surga bertenaga besar / Ta Lik Lhien Ciang

30) Dhara dhara / to la to laYang menegakkan dan yang tidakMahapurusa (manusia agung) yang melatih pertapaan

31) Dharin / ti li niPenegak / penunjangRaja Simha / She Tze Wang Phing Yen Sung Du

32) Sunaya / she fo la yeBeraniBodhisattva Cui Sui Phusa memegang alu emas untuk menundukkan Mara

33) Cala cala / cheh la cheh laGuncang! Guncang!Bodhisattva Guntur / Phi Li Phusa memegang roda emas

34) Mama Brahmara / mo mo fa mo laTawon hitam-ku (= lingkaran di dahi, lambang mata ke-3 / mata dewa)Vajra Agung Penakluk Iblis memegang roda emas

35) Muktir / mu ti liYang BebasBodhisattva dari Semua Buddha, beranjali

36) Ehi ehi / I shih I shihDatang! Datang!

27

Mahesvara Devaraja

37) Chinda chinda / she na she naHancur! Hancur!Devaraja Jiana Mo Ciang Thian Ping

38 ) Harsam pracali / o la shen fu la she liMelebihi kebahagiaanAvalokitesvara membawa mangkuk dan anak panah

39) Basha bhasam / fa sa fa shenBicara dan uraikan!Penjaga bhumi bermata 3, tangan kiri memegang genta

40) Presaya / fu la se yeAmithabha, Guru Avalokitesvara

41) Huru huru mara / hulu hulu molaHuru huru, karangan bungaRaja dari 8 jenis makhluk spiritual alam Samsara / Pak Pu Gu Shen Wang

42) Huru huru hrih / hulu hulu shih liDewa berlengan 4

43) Sara sara / sala salaBodhisattva Sara sara

44) Siri siri / sili siliBodhisattva Siri siri

45) Suru suru / sulu suluBodhisattva Suru suru

28

46 ) Bodhiya bodhiya / phu ti ye phu ti ye(demi) Pencerahan! (demi) Pencerahan!Avalokitesvara menolong berbagai makhluk

47) Bodhaya Bodhaya / phu tho ye phu tho ye(demi) Kebijaksanaan! (demi) Kebijaksanaan!Ananda

48) Maitreya / mi ti li yeBodhisattva Kendaraan Agung

49) Nilakantha / na la cin tzeNagarjuna Bodhisattva

50) Darsinina / ti li she ni naPatut dilihatRatnadhvaja mengangkat garpu besi

51) Payamana / po ye mo naMinumBodhisattva Panji Cahaya Emas

52) Svaha / sa po hoDisabdakan dengan baikDewa gunung berkepala 3

53) Siddhaya / si to ye( demi ) Pencapaian !Sariputta Bodhisattva

54) Svaha / sa po hoAvalokitesvara berdiri di atas kura-kura raksasa Sungai Gangga

29

55) Mahasiddhaya / mo ho si to ye(demi) Pencapaian AgungBodhisattva Pancaran Cahaya

56) Svaha / sa po hoMaha Mogallana dengan jubah dan tongkat vihara

57) Siddha yoge / si to yu iYang Dibebani PencapaianBodhisattva Semua Dewa

58) Svaraya / she fo la yeSang RajaAmitabha menolong para dewa

59) Svaha / sa po hoAshena Phusa memegang tinggi mangkuk

60) Nilakantha / na la cin tzeBodhisattva Gunung Lautan Kasih Sayang menolong makhluk suci Hinayana

61) Svaha / sa po hoCandana Bodhisattva

62) Varahananaya / mo la na laKepada wanita berwajah rupawan dengan kendaraan berkahRatnamudrahasta Bodhisattva memegang kapak emas

63) Svaha / sa po hoJu I Luo Phusa bersandal jerami berjalan di atas gelombang

30

64) Simhasiramukhaya / si la shen o mu cia yeKepada Yang Kepala dan Wajahnya seperti SingaBhaisajyaraja Bodhisattva yang berkelana menyembuhkan makhluk hidup

65) Svaha / sa po hoYen Man Phusa

66) Sarva Mahasiddhaya / sa po maha o si to yeDemi setiap Pencapaian AgungBhaisajyasamudgata Bodhisattva, berkelana menyembuhkan makhluk hidup

67) Svaha / sa po hoSariputta, Bodhisattva Kebijaksanaan Agung

68) Cakrasiddhaya / tze ci la o si to yeDemi Pencapaian seperti Roda CakraJendral Langit Simhanada memegang kapak perang

69) Svaha / sa po hoRaja mara dari semua surga / Zhu Thien Mo Wang

70) Padmahastaya / pho tho mo tze si to yePada Yang Memegang TerataiBodhisattva Surga Harum Spiritual / Ling Sien Phusa memegang kendi berkah

71) Svaha / sa po hoBodhisattva Penebar Bunga

72) Nilakanthavikaraya / na la cin tze po cia layePada Makhluk Berleher Biru yang Menyeramkan

31

Purna Bodhisattva

73) Svaha / sa po hoTara Bodhisattva dengan penampilan seorang gadis

74) Maharsisamkaraya / mavarisamkaraya / mo po li shen cia la yePada Penglihat yang MengawasiSamadhi Dhyana Bodhisattva, duduk bersilang kaki, memegang lampu keramat di masing-masing tangan

75) Svaha / sa po hoMaha Kasyapa Bodhisattva memegang tasbih

76) Namo Ratnatrayaya / namo ho la tan na to la ye yeSembah sujud pada 3 Mustika / Tri RatnaAkasagarbha Bodhisattva duduk di atas batu memegang bunga

77) Namo Arya / namo o li yeSembah sujud pada Yang Mulia AryaSamantabhadra Bodhisattva, duduk bersilang kaki di atas gajah ‘seratus’ keramat

78) Avalokite / po lo cie tiYang Mengamati (dunia)Manjusri Bodhisattva, duduk di punggung singa, tangan kanan bermudra kekosongan

79) Svaraya / shih fo la ye(menjawab) suara ( dunia )Avalokitesvara Bodhisattva tampil sebagai Bodhisattva Teratai Emas 1.000 daun, yang membebaskan makhluk dari kemelekatan terhadap bentuk penglihatan

32

80) Svaha / sa po hoAvalokitesvara sebagai Bodhisattva yang membebaskan makhluk dari kemelekatan terhadap suara

81) Om Siddhyantu / om si thien tuOm, semoga tercapai!Avalokitesvara tampil sebagai Bodhisattva yang membebaskan makhluk dari kemelekatan terhadap penciuman

82) Mantra / man to laSimbol suaraAvalokitesvara sebagai Bodhisattva yang membebaskan makhluk dari kemelekatan terhadap pencecapan

83) Padaya / pa to yeSebaris ayatAvalokitesvara sebagai Bodhisattva yang membebaskan makhluk dari kemelekatan terhadap sentuhan

84) Svaha / sa po hoAvalokitesvara sebagai Bodhisattva yang membebaskan makhluk dari kemelekatan terhadap bentuk-bentuk pikiran

33

MAHA KARUNA DHARANI / TA PEI CHOU& 84 REBUS / LOGOGRAM

(karakter / tanda yang melambangkan kata )

34

35