17
SUMBER DAYA I. Pelestarian Sumber Daya Alam Pada Umumnya Pelestarian dalam pengertian yang paling luas selalu merupakan salah satu penerapan penting dari ekologi. Sayangnya istilah pelestarian mengesankan penimbunan, seakan gagasan tersebut hanyalah berarti persediaan tetap cadangan, sehingga ada sesuatu yang tertinggal untuk masa depan yang akan datang. Makna dari pelestarian yang berarti “pembangunan tanpa rencana yang melanggar hukum ekologi dan hukum manusia” mendapat tentangan dari para ahli pelestarian, menurut mereka tujuan dari rangkap pelestarian yang sebenarnya adalah : (1) memastikan pengawetan kualitas lingkungan yang mengindahkan estetika dan kebutuhan rekreasi maupun hasilnya, dan (2) memastikan kelanjutan hasil tanaman, binatang dan bahan-bahan yang berguna dengan menciptakan siklus seimbang antara panenan dan pembaharuan. Menurut kelestariannya sumber daya alam dapat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu : (a) yang dapat diperbaharui (renewable) dan yang tidak dapat diperbaharui (non renewable). Manusia tidak akan pernah

Sumber Daya

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Sumber Daya

SUMBER DAYA

I. Pelestarian Sumber Daya Alam Pada Umumnya

Pelestarian dalam pengertian yang paling luas selalu merupakan salah satu

penerapan penting dari ekologi. Sayangnya istilah pelestarian mengesankan

penimbunan, seakan gagasan tersebut hanyalah berarti persediaan tetap cadangan,

sehingga ada sesuatu yang tertinggal untuk masa depan yang akan datang. Makna

dari pelestarian yang berarti “pembangunan tanpa rencana yang melanggar hukum

ekologi dan hukum manusia” mendapat tentangan dari para ahli pelestarian,

menurut mereka tujuan dari rangkap pelestarian yang sebenarnya adalah : (1)

memastikan pengawetan kualitas lingkungan yang mengindahkan estetika dan

kebutuhan rekreasi maupun hasilnya, dan (2) memastikan kelanjutan hasil

tanaman, binatang dan bahan-bahan yang berguna dengan menciptakan siklus

seimbang antara panenan dan pembaharuan.

Menurut kelestariannya sumber daya alam dapat dibagi menjadi 2

kategori, yaitu : (a) yang dapat diperbaharui (renewable) dan yang tidak dapat

diperbaharui (non renewable). Manusia tidak akan pernah kekurangan bahan-

bahan vital jika saja mau menyesuaikan besarnya penduduk dengan kebutuhan

sumber daya, pada atau dibawah tingkatan yang memungkinkan daur biogeokimia

berlangsung sedimikian sehingga bahan-bahan maupun organisme terkumpul

kembali sama cepatnya dengan penyebaran. Meskipun penimbunan mungkin

bukanlah tujuan jangka panjang dari pelestarian yang baik, ada saatnya di mana

membatasi pemanfaatan merupakan cara pelestarian yang baik. Seperti telah

dinyatakan, pergeseran dari “pelestarian untuk keperluan tertentu” kepada

“pelestarian ekosistem secara keseluruhan” membantu menimbulkan fakta dalam

alam pikiran masyarakat awam bahwa manusia adalah bagian dari suatu

lingkungan yang kompleks, yang perlu dipelajari, dirawat dan diubah secara

keseluruhan dan bukan atas dasar “proyek” yang berdiri sendiri. Menurut Leopold

Page 2: Sumber Daya

(1941) menyatakan secara baik sekali kebutuhan umum akan filsafat dan

pengertian yang kuat akan prinsip ekologi. Leopold tidak akan merasa tercengang

dengan adanya apa yang kini dikenal sebagai serangan balik ekologi (ecological

backlash) atau bumerang ekologi.

Kita dapat mendefinisikan serangan balik ekologi sebagai konsekuensi

yang merusak dari suatu modifikasi lingkungan yang tidak dapat diramalkan

sebelumnya yang menghilangkan keuntungan yang telah direncanakan atau sangat

sering terjadi, kenyataannya akan menimbulkan lebih banyak masalah daripada

menyelesaikannya. Farvar dan Milton (1969) dan Cahn (1968) melukiskan

sejumlah serangan balik ekologi yang hebat pada tingkat internasional dimana

pembangunan bendungan-bendungan besar di negara-negara tropika yang belum

berkembang mungkin merupakan contoh yang baik. Salah satu bendungan yang

bersifat demikian adalah yang dibuat pada sungai Zambesi di Afrika. Dibangun

pertama-tama untuk keperluan pembangkit listrik bertenaga air, bendungan itu

menimbulkan serangan masalah yang tak “teramalkan”. Sementara beberapa

serangan balik ekologi yang lebih mencolok mata di negara-negara yang belum

berkembang dibantu penangannya oleh para teknokrat dari negara-negara maju,

tumbuh juga rasa keprihatinan mengenai apa yang akan sedang terjadi di negara-

negara kaya.

II. Sumber Daya Mineral

Sampai saat ini hanya sedikit perhatian dicurahkan pada pelestarian

sumber daya mineral, karena dikira masih banyak persediaan untuk berabad-abad

mendatang dan bahkan tidak ada yang dapat diperbuat untuk menyelamatkannya.

Cloud (1968, 1969, 1970) membuktikan kedua perkiraan tersebut salah dimana

Cloud mengadakan inventarisasi persediaan dan meninjau masa depannya. Ia

memperkenalkan dua konsep yang berguna untuk mengevaluasi keadaan.

Konsep pertama adalah kuosien demografi (demographic quotient) yang

akan dinamakan “Q” :

Page 3: Sumber Daya

Jika kuosien ini menurun, maka

kualitas kehidupan modern juga

menurun, penurunan ini terjadi

dalam kecepatan yang menakutkan

karena persediaan yang ada hanya

dapat (atau akhirnya) menurun

sementara konsumsi meningkat.

Bahkan andaikata persediaan yang

ada dipertahankan tetap dengan

jalan daur ulang atau cara lain, keadaan akan memburuk selama penduduk dan

terutama konsumsinya per-kapita naik dengan kecepatan yang tinggi. Andaikata

dunia yang belum berkembang dengan penduduknya yang luarbiasa banyak

meningkatkan penggunaan mineral per-kapita (dan bahan bakar fosil yang

diperlukan untuk diekstrak, serta penggunaan sumber daya mineral) sampai

mendekati tingkat penggunaan di Amerika Serikat, kekurangan yang sangat hebat

akan terjadi.

Konsep lain yang diperkenalkan oleh Cloud adalah model grafik kurva-

kurva penipisan (depletion curves) seperti pada gambar diatas, dengan masa

ledakan dan penurunan diperkirakan seperti ditunjukkan oleh kurva A. Skala

waktu tidak pasti karena ketidak adanya data untuk itu perlu dilakukannya daur

ulang seperti yang ditunjukkan oleh kurva B yang dapat dibuat lebih mendatar

yang menunjukkan penipisan. Pendaurulangan secara efisien dikombinasikan

dengan pelestarian yang ketat dan pengurangan dalam penggunaan perkapita

dapat memperpanjang penipisan untuk jangka waktu lama seperti yang

diperlihatkan pada kurva C. Perlu diingat bahwa dengan daur ulang secara tepat

pun penipisan akan tetap berlangsung.

III. Pertanian Dan Kehutanan

Page 4: Sumber Daya

Peningkatan produksi

pertanian yang biasa disebut

“revolusi hijau” terutama telah

dihasilkan oleh industrialisasi

pertanian yang melibatkan subsidi

bahan bakar energi yang banyak,

pengendalian kimiawi yang canggih

dan jenis-jenis tanaman yang telah

dijinakkan. Meningkatkan hasil

secara maksimal tanpa

memperdulikan akibat lain berarti

menimbulkan serangan balik yang

sungguh-sungguh pada lingkungan

maupun sosial, dimana dapat diperlihatkan pada gambar berikut :

Dari gambar disamping, menunjukkan bahwa untuk melipatgandakan hasil

tanaman dua kali diperlukan sepuluh kali peningkatan pupuk, pestisida dan tenaga

kuda. Jadi pertanian secara industri dengan memproduksi hasil empat kali lipat

per-hektar dibandingkan pertanian dengan tenaga manusia dan binatang

peliharaan, tetapi memerlukan seratus kali lipat sumber daya dan energi. Dengan

demikian tidak sulit untuk dimaklumi mengapa agroindustri merupakan salah satu

penyebab utama polusi udara dan air. Dari sebab itu maka para ahli dibidang

pertanian di masa yang akan datang harus lebih memikirkan kualitas lahan di

daerah pinggiran dalam hal kemampuan untuk menyediakan air dan udara bersih

maupun bahan makanan untuk daerah perkotaan.

Untuk kehutanan, terdapat Filsafati adalah bahwa peningkatan hasil hutan

akan “dibutuhkan” oleh meningkatnya penggunaan serat per-kapita maupun

peningkatan jumlah kerapatan penduduk dan satu-satunya cara untuk memenuhi

kebutuhan ini adalah dengan cara bertanam pohon atau semacam serat lainnya.

Guna meningkatkan hasil kualitas hutan secara maksimal berarti : (1)

Page 5: Sumber Daya

menyediakan subsidi energi yaitu dengan mengindustrikan kehutanan, (2)

monokultur yaitu dengan memanen satu jenis pohon secara bergilir pendek karena

hutan muda tumbuh lebih cepat daripada yang tua, (3) seleksi buatan atas jenis-

jenis penghasil banyak serat yang tergantung dari tinggi kecepatan pemupukan

dan penggunaan pestisida dimana nantinya akan meningkatkan polusi secara

menyeluruh dan bahaya wabah penyakit, dan (4) kemungkinan pengurangan

kualitas.

IV. Pengelolaan Satwa Liar

Pernyataan “wildlife” (satwa liar) mengandung pemahaman yang luas,

yaitu mencangkup segala macam kehidupan yang tidak dibudidayakan dan tidak

dijinakkan. Kata tersebut cenderung lebih banyak digunakan terutama untuk

hewan vertebrata buruan dan yang berbulu, serta untuk tumbuh-tumbuhan dan

binatang yang lebih sedikit yang berinteraksi secara langsung dengan jenis

binatang-binatang perburuan. Bahkan ikan yang sering kali “liar” tidak

dimasukkan kedalam kategori satwa liar. Pengelolaan satwa liar adalah suatu

bidang ekologi terapan yang mendapat perhatian tinggi dalam minat masyarakat.

Dalam tahun-tahun terakhir ini ilmu tersebut telah menjadi sesuatu yang tak dapat

dipungkiri sebab menarik banyak sekali kaum muda dengan rasa cinta terhadap

alam terbuka. Manajemen satwa liar tidak hanya menyangkut lahan penghasil

perburuan yang tidak cocok untuk keperluan lain apapun, tetapi juga tanaman

perburuan mungkin dapat diproduksi pada lahan yang lebih produktif, yang

dipakai terutama untuk pertanian atau kehutanan. Bila lahan ditanami secara

intensif atau dijadikan perkotaan, satwa liar kebanyaka berfungsi sebagai

pinggiran, sehingga jika lahan menjadi lebih "jinak", satwa liar juga

demikian. Dalam keadaan demikian, ruang lingkup habitat, penyakit, dan

masalah mangsa mengganti makanan sebagai faktor pembatas utama. .

Beberapa usaha untuk membantu peningkatan dan meningkatkan populasi

satwa liar biasanya diarahkan pada empat garis utama :(1) perlindungan

terhadap binatang pembiak, dengan jalan membuat undang-undang untuk

membatasi pemanenan, dan usaha-usaha lain, (2) pembiakan buatan, (3)

Page 6: Sumber Daya

perbaikan habitat, (4) beternak binatang perburuan.

Beberapa hal yang pokok dalam peternakan satwa liar mencakup

pembiakan buatan dari binatang, pemeliharaan, dan pemanenan dalam jangka

waktu beberapa hari atau minggu dengan membiarkan pemburu atau pencari

ikan yang telah membayar sejumlah iuran yang cukup besar untuk mendapat

hak berburu, atau mencari ikan. Besar iuran ini senilai dengan populasi yang

telah dijinakkan. Seperti semua agrobisnis, peternakan binatang buruan

mempunyai masalah-masalah "yang tak teramalkan" seperti mangsa, penyakit,

nutrisi, seleksi buatan, dan lain-lain, dan memerlukan subsidi energi dalam

bentuk makanan tambahan, tenaga kerja, pajak, dan lain-lain.

Binatang baru ( jenis yang bukan asli dari wilayah tersebut) yang didatang-

kan ke suatu lingkungan baru sering kali gagal sama sekali atau tidak begitu

berhasil sehingga menjadi hama (kelinci di Australia, contohnya), segala

macam usaha mendatangkan binatang asing harus dipertimbangkan dengan

sangat berhati-hati. Pada umumnya, bila ada jenis yang cocok yang berasal dari

wilayah tersebut, lebih baik memusatkan pengelolaan pada jenis ini, daripada

berusaha mendatangkan penggantinya. Sebaliknya jika lingkungan telah

sedemikian berubah karena manusia, sehingga jenis asli tidak mampu

bertahan maka perkenalan jenis yang telah terbiasa pada lingkungan baru

mungkin layak. Tentu saja, perkenalan jenis baru harus didahului oleh

penelitian, dan mungkin juga perlu diawasi oleh peraturan Federal

5. BUDIDAYA AIR

Bila populasi liar telah dimanfaatkan sampai pada batasnya, dan berkurang

karena pengambilan ikan yang melampaui batas, maka tentu saja perhatian akan

beralih kepada pemeliharaan ikan, atau budidaya air, terutama karena budidaya

semacam itu dapat merupakan cara yang efisien untuk memproduksi pangan

protein.

terdapat mata rantai makanan yang diperlukan dalam budidaya air :

fitoplankton, pemakan crustacea kecil dan serangga, carnivora kecil atau

Page 7: Sumber Daya

"detritivores" (sering disebut "forage fish", dan carnivora besar, atau ikan

perburuan.

Pengelolaan ikan perburuan air tawar di beberapa habitat, seperti kali-kali

tempat ikan "trout" kecil, melibatkan penyediaan tahunan ikan yang dipelihara di

tempat pembenihan, yang cepat sekali diambil oleh para nelayan. Tetapi di

kolam-kolam dan danau, usaha yang sungguh-sungguh dijalankan untuk

menjaga keseimbangan populasi, yang akan memungkinkan manusia mendapat

hasil terus-menerus, dengan adanya masukan pupuk organik tetapi tanpa masukan

makanan atau ikan (yaitu suatu sistem reproduksi mandiri). Kolam-kolam

pemancingan ikan direkayasa untuk menyederhanakan ekosistem, yaitu

membatasi komponen pada yang langsung terlibat pada rantai makanan secara

linear, yang mengarah pada hasil yang diinginkan. Hal ini dapat dilakukan

dengan jalan mengatur ukuran dan kedalaman badan air, dosis pemupukan, dan

komporisi jenis serta perbandingan ukuran populasi ikan .

Yang paling penting adalah perbandingan antara ikan peramban (forage

fish) (F) dengan ikan carnivora utama (C). Menururt Swingle (1950),

perbandingan F/C dalam arti biomas harus sekitar 4 (dengan kisaran antara 3 dan

6). Populasi ikan di kolam atau danau kiranya menjadi "tidak seimbang" akibat

meningkatnya perbandingan F/C (dengan berakibat terlalu penuhnya populasi dan

berkurangnya ukuran rata-rata ikan), dan bukan akibat terlalu banyak dipancing,

karena tidak seperti jala, memancing hanya mengambil ikan yang besar-besar

saja. Cara terbaik untuk memelihara hasil yang tinggi dari ikan untuk

perburuan dan pangan adalah mengeringkan atau menurunkan badan air secara

teratur sedemikian, sehingga sistem tersebut mendapat waktu untuk

perbaharuan dan pertumbuhan cepat

Seperti telah ditegaskan, produkvitas danau berbanding terbalik dengan

kedalamannya sehingga danau yang lebar dan dalam tidak dapat diperbandingkan

dengan danau yang kecil dan dangkal dalam hal produktivitas ikannya per satuan

luasnya (Rawson, 1952). Danau buatan memberikan hasil pemancingan yang

baik pada beberapa tahun pertama setelah pembuatannya (karena energi yang

terkumpul di daerah aliran sungai termanfaatkan), tetapi umumnya menjadi danau

yang kurang baik untuk pemancingan. Terlalu banyak tekanan diberikan kepada

Page 8: Sumber Daya

bendungan sungai utama yang besar dan mahal, padahal untuk tujuan yang sama

serangkaian bendungan kecil akan lebih efisien dan murah. Rencana bendungan

yang terdiri dari beberapa buah hanya akan memakan biaya sepertiga dari satu

bendungan besar. Selain berfungsi untuk menanggulangi jumlah air permukaan

dan persediaan air atau berpotensi mengendalikan banjir, tetapi untuk keperluan

rekreasi pemancingan dan kegunaan lainnya, kecuali untuk memproduksi listrik

tenaga air, bendungan-bendungan kecil lebih memberikan manfaat. Untuk

mempro duksi tenaga listrik di masa yang akan datang, kita mungkin akan lebih

bergantung kepada bahan-bahan fosil dan energi atom, dengan demikian akan

mengurangi kebutuhan bendungan untuk pembangkit listrik tenaga air yang baru.

6. PENGELOLAAN PADANG

Untuk menentukan daya dukung padang terhadap binatang pemakan rumput,

dua macam pertimbangan adalah penting : (1) produktivitas primer dan (2)

persentasi produktivitas bersih yang dapat dihasilkan setiap tahun, dengan tetap

meninggalkan tumbuhan rumput cukup sebagai cadangan untuk me-

mungkinkannya melakukan produktivitas di masa yang akan datang, dan terutama

untuk mengatasi tekanan pada waktu-waktu tertentu, pada saat udara kurang baik

(kekeringan, dsb.). Karena produktivitas primer kurang lebih sejalan dengan

keadaan curah hujan dan diketahui pula bahwa kurang dari setengah basil bersih

tahunan akan dikonsumsi oleh ternak, orang harus dapat memperhitungkan berapa

kilogram daging akan diproduksi (dengan menggunakan efisiensi transfer ekologi

untuk masukan curah hujan tertentu dan oleh karenanya menyesuaikan jumlah

ternak. Namun demikian hal itu tidaklah begitu sederhana, karena distribusi curah

hujan musiman, kualitas hijauan (terutama perbandingan protein karbohidrat),

kecocokan, musim tumbuh dan lain-lain, semuanya menjadikan gambaran yang

rumit. Penelitian dengan menggunakan pembuluh fistula dan teknik pencernaan

mikro memperlihatkan bahwa sapi bersifat pemilih dalam makanannya.

Dengan alasan inilah pengelola padang mendapatkan bahwa indikator komunitas

atau ekosistem memberikan cara paling praktis untuk menentukan apakah suatu

padang dimanfaatkan secara tepat . Terutama tumbuhan berguna yang bernama

Page 9: Sumber Daya

"decreasers" yang melenyapnya dari padang memberikan "tanda peringatan

dini" mengenai perumputan yang berlebihan. Jika tanda-tanda semacam itu tidak

diindahkan "gulma" yang tidak cocok (tahunan) dan semak padang pasir

("sagebrush, mesquite", dll.) menyerbu. Jika perumputan yang berlebihan

berjalan terus, hasilnya sudah pasti padang pasir buatan. Sekali tumbuh, vegetasi

padang pasir mungkin sulit diberantas. Binatang pengerat dan belalang mening-

kat dengan terjadinya perumputan yang berlebihan. Pembasmian binatang

pemangsa yang tidak perlu dapat menyebabkan masalah binatang pengerat

menjadi semakin besar. Usaha untuk memulihkan padang hanya dengan pembe-

rantasan binatang pengerat dan serangga saja, merupakan contoh yang baik dari

apa yang disebut Leopold "pengelolaan proyek terpencil", yang tidak

mengindahkan penyebab utama masalah.

Ekosistem secara keseluruhan, bukan hanya produser harus menjadi bahan

pertimbangan.

7. DESALINASI DAN MODIFIKASI CUACA

Usaha penjernihan air laut untuk keperluan minum di wilayah pantai

berpenduduk padat dalam skala kecil hanya sedikit sekali menimbulkan

bahaya, meskipun pilihan lain yang lebih sederhana dan murah sering kali

ada, misalnya, mendaur ulang air limbah dengan pengolahan tertier lengkap .

Desalinasi (pemurnian air laut) dalam skala luas untuk keperluan industri dan

pertanian adalah masalah lain. Satu hal, masalah polusi lain yang bersifat

sungguh-sungguh (serious) timbul akibat keperluan penggunaan energi secara

besar-besaran dan akumulasi garam. Semua analisis biaya dan manfaat

menunjukkan bahwa biaya desalinasi, meskipun dengan menggunakan tenaga

atom yang katanya murah, memerlukan kelayakan yang sungguh-sungguh,

lebih daripada nilai air dalam pertanian. Desalinasi untuk keperluan pertanian

di Timur Tengah misalnya, tidak akan menolong, paling tidak sampai

peledakan jumlah penduduk dan masalah sosial lainnya teratasi. Nilai air

yang dimurnikan untuk keperluan industri juga merupakan tanda tanya,

selama air yang didaur ulang masih dapat mengurangi kebutuhan.

Page 10: Sumber Daya

Dalam upaya modifikasi cuaca, banyak kasus yang membuktikan bahwa

terdapat hasil yang berlawanan dari apa yang diharapkan . Misalnya, meski_

pun penyemaian awan kadang-kadang meningkatkan curah hujan, namun pada

musim panas terjadi penurunan curah hujan. Agaknya, penyemaian telah

menyebabkan mendung atau gerimis, dan hal ini telah menghambat

pembinaan energi pada siang hari yang diperlukan untuk menggerakkan

petir yang biasanya merupakan sumber utama untuk hujan musim panas.

8.TATA GUNA LAHAN

Jika populasi manusia di suatu daerah kecil, tata guna lahan yang tidak

baik mungkin hanya berakibat pada orang-orang yang bersalah karena

pertimbangannya buruk. Tetapi jika populasi meningkat, setiap orang akan

menderita jika lahan digunakan secara tidak semestinya, karena setiap orang

akhirnya harus membayar untuk perbaikannya, atau seperti yang sering kali

terjadi, setiap orang sama sekali kehilangan sumber daya..

Sejauh ini, perencanaan tata guna lahan yang baik baru dilakukan setelah

manusia sangat merusakkan lahan terlebih dahulu. Seperti yang telah dikatakan

oleh Leopold : manusia tidak dapat memahami suatu sistem yang tidak

dibangunnya, dan karena itu rasanya pasti membuat rusak sebagian dan

membangunnya kembali terlebih dahulu sebelum dapat memahami pembatasan-

pembatasan dalam pemanfaatannya.

Seperti telah kita lihat, perencanaan tata guna lahan untuk wilayah

perkotaan kini sangat diperlukan, karena masalah pengrusakan kualitas

lingkungan wilayah perkotaan dan pinggiranlah yang menakutkan seluruh sistem

sosial dan ekonomi, dan bukan masalah ladang kapas yang tererosi. Menyusun

dan melaksanakan rencana tata guna lahan yang baik pada wilayah

perkotaan jauh lebih sulit daripada untuk wilayah pertanian atau daerah aliran

sungai di pedesaaan, karena menyangkut masalah-masalah sosial manusia, teruta-

ma karena sangat berbedanya nilai ekonomi berhubung dengan macam penggunaan

yang berbeda-beda. Tanah-tanah pertanian biasanya dinilai dan dibeli atau

dijual secara keseluruhan (dengan jenis-jenis lahan yang diper -

hitungkan sebagai bagian dari nilai integral). Sebaliknya lahan di wilayah

Page 11: Sumber Daya

perkotaan, hak milik komersial dinilai berlipat ganda dibandingkan

dengan tanah kosong, meskipun dalam jangka panjang kedua-duanya

sama penting untuk menunjang kota yang berkualitas. Oleh karenanya,

perencanaan tata guna lahan kota yang berhasil (sesuatu yang belum

dapat benar-benar diselesaikan di mana pun) akan memerlukan dasar

hukum, ekonomi dan poli tik yang jauh lebih kuat daripada yang diper -

lukan untuk pembaharuan pelestarian tanah.

Jika kita kembali kepada totalitas panorama perkotaan dan pedesaan, jelas

bahwa (1) wilayah alami yang terbuka merupakan bagian yang diperlukan dari

keseluruhan lingkungan manusia dan (2) perencanaan tataguna lahan dapat

merupakan cara yang paling efektif untuk mencegah kelebihan populasi bagi jenis

kita sendiri dengan memberikan sesuatu yang mirip pengendalian "teritorial"