Upload
christine-prita-bie
View
26
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
SUMBER DAYA
I. Pelestarian Sumber Daya Alam Pada Umumnya
Pelestarian dalam pengertian yang paling luas selalu merupakan salah satu
penerapan penting dari ekologi. Sayangnya istilah pelestarian mengesankan
penimbunan, seakan gagasan tersebut hanyalah berarti persediaan tetap cadangan,
sehingga ada sesuatu yang tertinggal untuk masa depan yang akan datang. Makna
dari pelestarian yang berarti “pembangunan tanpa rencana yang melanggar hukum
ekologi dan hukum manusia” mendapat tentangan dari para ahli pelestarian,
menurut mereka tujuan dari rangkap pelestarian yang sebenarnya adalah : (1)
memastikan pengawetan kualitas lingkungan yang mengindahkan estetika dan
kebutuhan rekreasi maupun hasilnya, dan (2) memastikan kelanjutan hasil
tanaman, binatang dan bahan-bahan yang berguna dengan menciptakan siklus
seimbang antara panenan dan pembaharuan.
Menurut kelestariannya sumber daya alam dapat dibagi menjadi 2
kategori, yaitu : (a) yang dapat diperbaharui (renewable) dan yang tidak dapat
diperbaharui (non renewable). Manusia tidak akan pernah kekurangan bahan-
bahan vital jika saja mau menyesuaikan besarnya penduduk dengan kebutuhan
sumber daya, pada atau dibawah tingkatan yang memungkinkan daur biogeokimia
berlangsung sedimikian sehingga bahan-bahan maupun organisme terkumpul
kembali sama cepatnya dengan penyebaran. Meskipun penimbunan mungkin
bukanlah tujuan jangka panjang dari pelestarian yang baik, ada saatnya di mana
membatasi pemanfaatan merupakan cara pelestarian yang baik. Seperti telah
dinyatakan, pergeseran dari “pelestarian untuk keperluan tertentu” kepada
“pelestarian ekosistem secara keseluruhan” membantu menimbulkan fakta dalam
alam pikiran masyarakat awam bahwa manusia adalah bagian dari suatu
lingkungan yang kompleks, yang perlu dipelajari, dirawat dan diubah secara
keseluruhan dan bukan atas dasar “proyek” yang berdiri sendiri. Menurut Leopold
(1941) menyatakan secara baik sekali kebutuhan umum akan filsafat dan
pengertian yang kuat akan prinsip ekologi. Leopold tidak akan merasa tercengang
dengan adanya apa yang kini dikenal sebagai serangan balik ekologi (ecological
backlash) atau bumerang ekologi.
Kita dapat mendefinisikan serangan balik ekologi sebagai konsekuensi
yang merusak dari suatu modifikasi lingkungan yang tidak dapat diramalkan
sebelumnya yang menghilangkan keuntungan yang telah direncanakan atau sangat
sering terjadi, kenyataannya akan menimbulkan lebih banyak masalah daripada
menyelesaikannya. Farvar dan Milton (1969) dan Cahn (1968) melukiskan
sejumlah serangan balik ekologi yang hebat pada tingkat internasional dimana
pembangunan bendungan-bendungan besar di negara-negara tropika yang belum
berkembang mungkin merupakan contoh yang baik. Salah satu bendungan yang
bersifat demikian adalah yang dibuat pada sungai Zambesi di Afrika. Dibangun
pertama-tama untuk keperluan pembangkit listrik bertenaga air, bendungan itu
menimbulkan serangan masalah yang tak “teramalkan”. Sementara beberapa
serangan balik ekologi yang lebih mencolok mata di negara-negara yang belum
berkembang dibantu penangannya oleh para teknokrat dari negara-negara maju,
tumbuh juga rasa keprihatinan mengenai apa yang akan sedang terjadi di negara-
negara kaya.
II. Sumber Daya Mineral
Sampai saat ini hanya sedikit perhatian dicurahkan pada pelestarian
sumber daya mineral, karena dikira masih banyak persediaan untuk berabad-abad
mendatang dan bahkan tidak ada yang dapat diperbuat untuk menyelamatkannya.
Cloud (1968, 1969, 1970) membuktikan kedua perkiraan tersebut salah dimana
Cloud mengadakan inventarisasi persediaan dan meninjau masa depannya. Ia
memperkenalkan dua konsep yang berguna untuk mengevaluasi keadaan.
Konsep pertama adalah kuosien demografi (demographic quotient) yang
akan dinamakan “Q” :
Jika kuosien ini menurun, maka
kualitas kehidupan modern juga
menurun, penurunan ini terjadi
dalam kecepatan yang menakutkan
karena persediaan yang ada hanya
dapat (atau akhirnya) menurun
sementara konsumsi meningkat.
Bahkan andaikata persediaan yang
ada dipertahankan tetap dengan
jalan daur ulang atau cara lain, keadaan akan memburuk selama penduduk dan
terutama konsumsinya per-kapita naik dengan kecepatan yang tinggi. Andaikata
dunia yang belum berkembang dengan penduduknya yang luarbiasa banyak
meningkatkan penggunaan mineral per-kapita (dan bahan bakar fosil yang
diperlukan untuk diekstrak, serta penggunaan sumber daya mineral) sampai
mendekati tingkat penggunaan di Amerika Serikat, kekurangan yang sangat hebat
akan terjadi.
Konsep lain yang diperkenalkan oleh Cloud adalah model grafik kurva-
kurva penipisan (depletion curves) seperti pada gambar diatas, dengan masa
ledakan dan penurunan diperkirakan seperti ditunjukkan oleh kurva A. Skala
waktu tidak pasti karena ketidak adanya data untuk itu perlu dilakukannya daur
ulang seperti yang ditunjukkan oleh kurva B yang dapat dibuat lebih mendatar
yang menunjukkan penipisan. Pendaurulangan secara efisien dikombinasikan
dengan pelestarian yang ketat dan pengurangan dalam penggunaan perkapita
dapat memperpanjang penipisan untuk jangka waktu lama seperti yang
diperlihatkan pada kurva C. Perlu diingat bahwa dengan daur ulang secara tepat
pun penipisan akan tetap berlangsung.
III. Pertanian Dan Kehutanan
Peningkatan produksi
pertanian yang biasa disebut
“revolusi hijau” terutama telah
dihasilkan oleh industrialisasi
pertanian yang melibatkan subsidi
bahan bakar energi yang banyak,
pengendalian kimiawi yang canggih
dan jenis-jenis tanaman yang telah
dijinakkan. Meningkatkan hasil
secara maksimal tanpa
memperdulikan akibat lain berarti
menimbulkan serangan balik yang
sungguh-sungguh pada lingkungan
maupun sosial, dimana dapat diperlihatkan pada gambar berikut :
Dari gambar disamping, menunjukkan bahwa untuk melipatgandakan hasil
tanaman dua kali diperlukan sepuluh kali peningkatan pupuk, pestisida dan tenaga
kuda. Jadi pertanian secara industri dengan memproduksi hasil empat kali lipat
per-hektar dibandingkan pertanian dengan tenaga manusia dan binatang
peliharaan, tetapi memerlukan seratus kali lipat sumber daya dan energi. Dengan
demikian tidak sulit untuk dimaklumi mengapa agroindustri merupakan salah satu
penyebab utama polusi udara dan air. Dari sebab itu maka para ahli dibidang
pertanian di masa yang akan datang harus lebih memikirkan kualitas lahan di
daerah pinggiran dalam hal kemampuan untuk menyediakan air dan udara bersih
maupun bahan makanan untuk daerah perkotaan.
Untuk kehutanan, terdapat Filsafati adalah bahwa peningkatan hasil hutan
akan “dibutuhkan” oleh meningkatnya penggunaan serat per-kapita maupun
peningkatan jumlah kerapatan penduduk dan satu-satunya cara untuk memenuhi
kebutuhan ini adalah dengan cara bertanam pohon atau semacam serat lainnya.
Guna meningkatkan hasil kualitas hutan secara maksimal berarti : (1)
menyediakan subsidi energi yaitu dengan mengindustrikan kehutanan, (2)
monokultur yaitu dengan memanen satu jenis pohon secara bergilir pendek karena
hutan muda tumbuh lebih cepat daripada yang tua, (3) seleksi buatan atas jenis-
jenis penghasil banyak serat yang tergantung dari tinggi kecepatan pemupukan
dan penggunaan pestisida dimana nantinya akan meningkatkan polusi secara
menyeluruh dan bahaya wabah penyakit, dan (4) kemungkinan pengurangan
kualitas.
IV. Pengelolaan Satwa Liar
Pernyataan “wildlife” (satwa liar) mengandung pemahaman yang luas,
yaitu mencangkup segala macam kehidupan yang tidak dibudidayakan dan tidak
dijinakkan. Kata tersebut cenderung lebih banyak digunakan terutama untuk
hewan vertebrata buruan dan yang berbulu, serta untuk tumbuh-tumbuhan dan
binatang yang lebih sedikit yang berinteraksi secara langsung dengan jenis
binatang-binatang perburuan. Bahkan ikan yang sering kali “liar” tidak
dimasukkan kedalam kategori satwa liar. Pengelolaan satwa liar adalah suatu
bidang ekologi terapan yang mendapat perhatian tinggi dalam minat masyarakat.
Dalam tahun-tahun terakhir ini ilmu tersebut telah menjadi sesuatu yang tak dapat
dipungkiri sebab menarik banyak sekali kaum muda dengan rasa cinta terhadap
alam terbuka. Manajemen satwa liar tidak hanya menyangkut lahan penghasil
perburuan yang tidak cocok untuk keperluan lain apapun, tetapi juga tanaman
perburuan mungkin dapat diproduksi pada lahan yang lebih produktif, yang
dipakai terutama untuk pertanian atau kehutanan. Bila lahan ditanami secara
intensif atau dijadikan perkotaan, satwa liar kebanyaka berfungsi sebagai
pinggiran, sehingga jika lahan menjadi lebih "jinak", satwa liar juga
demikian. Dalam keadaan demikian, ruang lingkup habitat, penyakit, dan
masalah mangsa mengganti makanan sebagai faktor pembatas utama. .
Beberapa usaha untuk membantu peningkatan dan meningkatkan populasi
satwa liar biasanya diarahkan pada empat garis utama :(1) perlindungan
terhadap binatang pembiak, dengan jalan membuat undang-undang untuk
membatasi pemanenan, dan usaha-usaha lain, (2) pembiakan buatan, (3)
perbaikan habitat, (4) beternak binatang perburuan.
Beberapa hal yang pokok dalam peternakan satwa liar mencakup
pembiakan buatan dari binatang, pemeliharaan, dan pemanenan dalam jangka
waktu beberapa hari atau minggu dengan membiarkan pemburu atau pencari
ikan yang telah membayar sejumlah iuran yang cukup besar untuk mendapat
hak berburu, atau mencari ikan. Besar iuran ini senilai dengan populasi yang
telah dijinakkan. Seperti semua agrobisnis, peternakan binatang buruan
mempunyai masalah-masalah "yang tak teramalkan" seperti mangsa, penyakit,
nutrisi, seleksi buatan, dan lain-lain, dan memerlukan subsidi energi dalam
bentuk makanan tambahan, tenaga kerja, pajak, dan lain-lain.
Binatang baru ( jenis yang bukan asli dari wilayah tersebut) yang didatang-
kan ke suatu lingkungan baru sering kali gagal sama sekali atau tidak begitu
berhasil sehingga menjadi hama (kelinci di Australia, contohnya), segala
macam usaha mendatangkan binatang asing harus dipertimbangkan dengan
sangat berhati-hati. Pada umumnya, bila ada jenis yang cocok yang berasal dari
wilayah tersebut, lebih baik memusatkan pengelolaan pada jenis ini, daripada
berusaha mendatangkan penggantinya. Sebaliknya jika lingkungan telah
sedemikian berubah karena manusia, sehingga jenis asli tidak mampu
bertahan maka perkenalan jenis yang telah terbiasa pada lingkungan baru
mungkin layak. Tentu saja, perkenalan jenis baru harus didahului oleh
penelitian, dan mungkin juga perlu diawasi oleh peraturan Federal
5. BUDIDAYA AIR
Bila populasi liar telah dimanfaatkan sampai pada batasnya, dan berkurang
karena pengambilan ikan yang melampaui batas, maka tentu saja perhatian akan
beralih kepada pemeliharaan ikan, atau budidaya air, terutama karena budidaya
semacam itu dapat merupakan cara yang efisien untuk memproduksi pangan
protein.
terdapat mata rantai makanan yang diperlukan dalam budidaya air :
fitoplankton, pemakan crustacea kecil dan serangga, carnivora kecil atau
"detritivores" (sering disebut "forage fish", dan carnivora besar, atau ikan
perburuan.
Pengelolaan ikan perburuan air tawar di beberapa habitat, seperti kali-kali
tempat ikan "trout" kecil, melibatkan penyediaan tahunan ikan yang dipelihara di
tempat pembenihan, yang cepat sekali diambil oleh para nelayan. Tetapi di
kolam-kolam dan danau, usaha yang sungguh-sungguh dijalankan untuk
menjaga keseimbangan populasi, yang akan memungkinkan manusia mendapat
hasil terus-menerus, dengan adanya masukan pupuk organik tetapi tanpa masukan
makanan atau ikan (yaitu suatu sistem reproduksi mandiri). Kolam-kolam
pemancingan ikan direkayasa untuk menyederhanakan ekosistem, yaitu
membatasi komponen pada yang langsung terlibat pada rantai makanan secara
linear, yang mengarah pada hasil yang diinginkan. Hal ini dapat dilakukan
dengan jalan mengatur ukuran dan kedalaman badan air, dosis pemupukan, dan
komporisi jenis serta perbandingan ukuran populasi ikan .
Yang paling penting adalah perbandingan antara ikan peramban (forage
fish) (F) dengan ikan carnivora utama (C). Menururt Swingle (1950),
perbandingan F/C dalam arti biomas harus sekitar 4 (dengan kisaran antara 3 dan
6). Populasi ikan di kolam atau danau kiranya menjadi "tidak seimbang" akibat
meningkatnya perbandingan F/C (dengan berakibat terlalu penuhnya populasi dan
berkurangnya ukuran rata-rata ikan), dan bukan akibat terlalu banyak dipancing,
karena tidak seperti jala, memancing hanya mengambil ikan yang besar-besar
saja. Cara terbaik untuk memelihara hasil yang tinggi dari ikan untuk
perburuan dan pangan adalah mengeringkan atau menurunkan badan air secara
teratur sedemikian, sehingga sistem tersebut mendapat waktu untuk
perbaharuan dan pertumbuhan cepat
Seperti telah ditegaskan, produkvitas danau berbanding terbalik dengan
kedalamannya sehingga danau yang lebar dan dalam tidak dapat diperbandingkan
dengan danau yang kecil dan dangkal dalam hal produktivitas ikannya per satuan
luasnya (Rawson, 1952). Danau buatan memberikan hasil pemancingan yang
baik pada beberapa tahun pertama setelah pembuatannya (karena energi yang
terkumpul di daerah aliran sungai termanfaatkan), tetapi umumnya menjadi danau
yang kurang baik untuk pemancingan. Terlalu banyak tekanan diberikan kepada
bendungan sungai utama yang besar dan mahal, padahal untuk tujuan yang sama
serangkaian bendungan kecil akan lebih efisien dan murah. Rencana bendungan
yang terdiri dari beberapa buah hanya akan memakan biaya sepertiga dari satu
bendungan besar. Selain berfungsi untuk menanggulangi jumlah air permukaan
dan persediaan air atau berpotensi mengendalikan banjir, tetapi untuk keperluan
rekreasi pemancingan dan kegunaan lainnya, kecuali untuk memproduksi listrik
tenaga air, bendungan-bendungan kecil lebih memberikan manfaat. Untuk
mempro duksi tenaga listrik di masa yang akan datang, kita mungkin akan lebih
bergantung kepada bahan-bahan fosil dan energi atom, dengan demikian akan
mengurangi kebutuhan bendungan untuk pembangkit listrik tenaga air yang baru.
6. PENGELOLAAN PADANG
Untuk menentukan daya dukung padang terhadap binatang pemakan rumput,
dua macam pertimbangan adalah penting : (1) produktivitas primer dan (2)
persentasi produktivitas bersih yang dapat dihasilkan setiap tahun, dengan tetap
meninggalkan tumbuhan rumput cukup sebagai cadangan untuk me-
mungkinkannya melakukan produktivitas di masa yang akan datang, dan terutama
untuk mengatasi tekanan pada waktu-waktu tertentu, pada saat udara kurang baik
(kekeringan, dsb.). Karena produktivitas primer kurang lebih sejalan dengan
keadaan curah hujan dan diketahui pula bahwa kurang dari setengah basil bersih
tahunan akan dikonsumsi oleh ternak, orang harus dapat memperhitungkan berapa
kilogram daging akan diproduksi (dengan menggunakan efisiensi transfer ekologi
untuk masukan curah hujan tertentu dan oleh karenanya menyesuaikan jumlah
ternak. Namun demikian hal itu tidaklah begitu sederhana, karena distribusi curah
hujan musiman, kualitas hijauan (terutama perbandingan protein karbohidrat),
kecocokan, musim tumbuh dan lain-lain, semuanya menjadikan gambaran yang
rumit. Penelitian dengan menggunakan pembuluh fistula dan teknik pencernaan
mikro memperlihatkan bahwa sapi bersifat pemilih dalam makanannya.
Dengan alasan inilah pengelola padang mendapatkan bahwa indikator komunitas
atau ekosistem memberikan cara paling praktis untuk menentukan apakah suatu
padang dimanfaatkan secara tepat . Terutama tumbuhan berguna yang bernama
"decreasers" yang melenyapnya dari padang memberikan "tanda peringatan
dini" mengenai perumputan yang berlebihan. Jika tanda-tanda semacam itu tidak
diindahkan "gulma" yang tidak cocok (tahunan) dan semak padang pasir
("sagebrush, mesquite", dll.) menyerbu. Jika perumputan yang berlebihan
berjalan terus, hasilnya sudah pasti padang pasir buatan. Sekali tumbuh, vegetasi
padang pasir mungkin sulit diberantas. Binatang pengerat dan belalang mening-
kat dengan terjadinya perumputan yang berlebihan. Pembasmian binatang
pemangsa yang tidak perlu dapat menyebabkan masalah binatang pengerat
menjadi semakin besar. Usaha untuk memulihkan padang hanya dengan pembe-
rantasan binatang pengerat dan serangga saja, merupakan contoh yang baik dari
apa yang disebut Leopold "pengelolaan proyek terpencil", yang tidak
mengindahkan penyebab utama masalah.
Ekosistem secara keseluruhan, bukan hanya produser harus menjadi bahan
pertimbangan.
7. DESALINASI DAN MODIFIKASI CUACA
Usaha penjernihan air laut untuk keperluan minum di wilayah pantai
berpenduduk padat dalam skala kecil hanya sedikit sekali menimbulkan
bahaya, meskipun pilihan lain yang lebih sederhana dan murah sering kali
ada, misalnya, mendaur ulang air limbah dengan pengolahan tertier lengkap .
Desalinasi (pemurnian air laut) dalam skala luas untuk keperluan industri dan
pertanian adalah masalah lain. Satu hal, masalah polusi lain yang bersifat
sungguh-sungguh (serious) timbul akibat keperluan penggunaan energi secara
besar-besaran dan akumulasi garam. Semua analisis biaya dan manfaat
menunjukkan bahwa biaya desalinasi, meskipun dengan menggunakan tenaga
atom yang katanya murah, memerlukan kelayakan yang sungguh-sungguh,
lebih daripada nilai air dalam pertanian. Desalinasi untuk keperluan pertanian
di Timur Tengah misalnya, tidak akan menolong, paling tidak sampai
peledakan jumlah penduduk dan masalah sosial lainnya teratasi. Nilai air
yang dimurnikan untuk keperluan industri juga merupakan tanda tanya,
selama air yang didaur ulang masih dapat mengurangi kebutuhan.
Dalam upaya modifikasi cuaca, banyak kasus yang membuktikan bahwa
terdapat hasil yang berlawanan dari apa yang diharapkan . Misalnya, meski_
pun penyemaian awan kadang-kadang meningkatkan curah hujan, namun pada
musim panas terjadi penurunan curah hujan. Agaknya, penyemaian telah
menyebabkan mendung atau gerimis, dan hal ini telah menghambat
pembinaan energi pada siang hari yang diperlukan untuk menggerakkan
petir yang biasanya merupakan sumber utama untuk hujan musim panas.
8.TATA GUNA LAHAN
Jika populasi manusia di suatu daerah kecil, tata guna lahan yang tidak
baik mungkin hanya berakibat pada orang-orang yang bersalah karena
pertimbangannya buruk. Tetapi jika populasi meningkat, setiap orang akan
menderita jika lahan digunakan secara tidak semestinya, karena setiap orang
akhirnya harus membayar untuk perbaikannya, atau seperti yang sering kali
terjadi, setiap orang sama sekali kehilangan sumber daya..
Sejauh ini, perencanaan tata guna lahan yang baik baru dilakukan setelah
manusia sangat merusakkan lahan terlebih dahulu. Seperti yang telah dikatakan
oleh Leopold : manusia tidak dapat memahami suatu sistem yang tidak
dibangunnya, dan karena itu rasanya pasti membuat rusak sebagian dan
membangunnya kembali terlebih dahulu sebelum dapat memahami pembatasan-
pembatasan dalam pemanfaatannya.
Seperti telah kita lihat, perencanaan tata guna lahan untuk wilayah
perkotaan kini sangat diperlukan, karena masalah pengrusakan kualitas
lingkungan wilayah perkotaan dan pinggiranlah yang menakutkan seluruh sistem
sosial dan ekonomi, dan bukan masalah ladang kapas yang tererosi. Menyusun
dan melaksanakan rencana tata guna lahan yang baik pada wilayah
perkotaan jauh lebih sulit daripada untuk wilayah pertanian atau daerah aliran
sungai di pedesaaan, karena menyangkut masalah-masalah sosial manusia, teruta-
ma karena sangat berbedanya nilai ekonomi berhubung dengan macam penggunaan
yang berbeda-beda. Tanah-tanah pertanian biasanya dinilai dan dibeli atau
dijual secara keseluruhan (dengan jenis-jenis lahan yang diper -
hitungkan sebagai bagian dari nilai integral). Sebaliknya lahan di wilayah
perkotaan, hak milik komersial dinilai berlipat ganda dibandingkan
dengan tanah kosong, meskipun dalam jangka panjang kedua-duanya
sama penting untuk menunjang kota yang berkualitas. Oleh karenanya,
perencanaan tata guna lahan kota yang berhasil (sesuatu yang belum
dapat benar-benar diselesaikan di mana pun) akan memerlukan dasar
hukum, ekonomi dan poli tik yang jauh lebih kuat daripada yang diper -
lukan untuk pembaharuan pelestarian tanah.
Jika kita kembali kepada totalitas panorama perkotaan dan pedesaan, jelas
bahwa (1) wilayah alami yang terbuka merupakan bagian yang diperlukan dari
keseluruhan lingkungan manusia dan (2) perencanaan tataguna lahan dapat
merupakan cara yang paling efektif untuk mencegah kelebihan populasi bagi jenis
kita sendiri dengan memberikan sesuatu yang mirip pengendalian "teritorial"