29
SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR – TAHUN 2014 Kajian Dampak Pembangunan Tanggul Laut Teluk Jakarta (Jakarta Giant Seawall) Terhadap Sumberdaya Laut dan Pesisir - 2014 Latar Belakang : Teluk Jakarta, merupakan wilayah perairan Provinsi Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta, memiliki kawasan pulau-pulau kecil di Kepulauan Seribu yang membentang hingga Laut Jawa bagian barat. Terdapat sekitar 13 Daerah Aliran Sungai (DAS) yang bermuara di Teluk Jakarta, sehingga menjadikan Teluk Jakarta cukup mengalami tekanan transpor massa limbah dari sepanjang kawasan DAS, seiring dengan meningkatnya pembangunan dan jumlah penduduk di Provinsi DKI Jakarta. Permasalahan klasik Provinsi DKI Jakarta adalah kemacetan, sampah dan banjir. Khusus di kawasan Jakarta Utara fenomena banjir air pasang (Rob) cukup memberikan tekanan terhadap laju ekonomi di kawasan tersebut. Salah satu program kerja yang akan dilakukan oleh Pemda Provinsi DKI Jakarta adalah membangun Tanggul Laut Teluk Jakarta (Jakarta Giant Seawall). Tujuan : 1. Mengetahui kondisi oseanografi (biologi-kimiawi dan fisika) perairanTeluk Jakarta. 2. Mengetahui sirkulasi arus laut Teluk Jakarta, 3. Mengetahui dampak Pembangunan Tanggul Laut Teluk Jakarta (Jakarta Giant Seawall) Terhadap Sumberdaya Laut dan Pesisir. Metode : 1. Melakukan identifikasi kondisi terumbu karang, kualitas perairan dan pengkuran oseanografi fisik (Pasang surut, arus, gelombang dan batimetri), 2. Pola sebaran parameter biofisika-kimiaperairan dianalisis dengan menggunakan software MINITAB versi 14. Lebih lanjut untuk mengetahui perbedaan antara kondisi perairan pada setiap zona dianalisis secara statistik dengan menggunakan uji t, 3. Menggunakan software MIKE 21 FM untuk memodelkan desain GSW, memperlihatkan pola perubahan hidrodinamika yang terjadi pada masing-masing desain serta implikasinya terhadap perairan di Teluk Jakarta. Hasil : . Kondisi terumbu karang dibagian selatan Kepulauan Seribu, yaitu karang hidup berkisar 857,12 hektar sedangkan karang mati berkisar 245,12 hektar.Kondisi fisika-kimia perairan Teluk Jakarta untuk kecepatan angin berkisar 2,25-5,62 m/s menuju timur laut, suhu berkisar 30-31,3 ºC, salinitas berkisar 23,6-27,36 psu, derajat keasaman (pH) berkisar 6,98-7,48, kekeruhan berkisar 0,49-4,64 NTU dan partikel tersuspensi (TSS) berkisar 27-54 mg/l. Logam berat terlarut untuk Pb Terlarut tidak terditeksi, Cd Terlarut berkisar 0,018-0,025 ppm, Cu Terlarut berkisar 0,005-0,007 ppm, Ni Terlarut berkisar 0,111-0,119 ppm dan Zn Terlarut berkisar 0,021-0,025 ppm. Logam berat sedimen untuk Pb Sedimen berkisar 38,62-103,43 ppm, Cd Sedimen berkisar 5,96-14,69 ppm, Cu Sedimen berkisar 13,54-71,12 ppm, Ni Sedimen berkisar 33,18-49,39 ppm dan Zn Sedimen berkisar 42,8-257,61 ppm. Karakteristik pasang surut di lokasi penelitian adalah jenis pasang surut bertipe tunggal dengan nilai bilangan Formzahl sebesar 6,5. Dalam satu hari di Teluk Jakarta terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dengan periode pasang surut sekitar 24 jam 50 menit. Pola arus hasil pengukuran sangat bervariasi terhadap waktu. Kecepatan arus Teluk Jakarta pada bulan April 2014 berkisar antara 0,001 m/detik s.d 0,296 m/detik dengan arah arus dominan menuju ke arah barat dan barat daya. Tinggi gelombang signifikan berkisar antara 0,05 meter s.d 2,74 meter dengan periode gelombang 1,52 detik s.d 3.45 detik. Gelombang laut Teluk Jakarta termasuk ke dalam gelombang pendek yang dibangkitkan oleh angin. Arah datang gelombang laut didominasi oleh arah gelombang yang berasal dari barat laut – utara – timur laut yang searah dengan arah angin pada bulan April. Pemodelan hidrodinamika dilakukan untuk investigasi dampak pembangunan JGSW terhadap hidrodinamika di Teluk Jakarta. Model diterapkan untuk tiga desain GSW, yaitu dengan satu, dua dan tiga pintu atau kanal yang menghubungkan perairan luar teluk dengan bagian dalamnya. Hasil pemodelan menunjukkan adanya penurunan drastis amplitude pasang surut sampai maksimal menjadi 0.09 m (atau seper-sepuluh dari amplitude normal) di dalam GSW dengan periode yang lebih panjang dari 24 jam. Selain itu, arus di dalam GSW pun sangat lemah, kecuali di celah atau kanal-kanal sempit yang berada di sela-sela pulau hasil reklamasi. Arus menyusur pantai (longshore current ) ditemui di sepanjang sisi luar tembok.Adanya GSW ini tidak hanya merubah sirkulasi arus di Teluk Jakarta secara drastis, namun juga membawa konsekuensi lain misalnya terhadap sebaran polutan dan ekosistem di dalam teluk. Menurunnya kecepatan akan meningkatkan water residence time dan flushing time. Unit Kerja Alamat : : Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir Jl. Pasir Putih I Gedung Balitbang II Lantai 4, Ancol Timur, Jakarta Utara 14430 – DKI Jakarta / Telp. : (021) 64711583 pes 4304 / Fax. : (021) 64711654 Lokasi Kegiatan : Propinsi DKI Jakarta Peneliti Utama Keg : : Dr. Taslim Arifin Muhammad Ramdhan, MT Fajar Yudi Prabawa, MT Hadiwijaya L. Salim, MSi Eva Mustikasari,MSI Aida Heriati. MT Program Renstra : Penelitian dan Pengembangan Iptek Kelautan dan Perikanan Mitra Kerja Sama Dana Pendamping Pengguna : : : Program APBN : Penelitian dan Pengembangan Iptek Sumber Dana : - RM - PHLN : : Rp. 600.000.000 Realisasi : Rp 593.458.000

SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR TAHUN 2014 Kajian Dampak

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR TAHUN 2014 Kajian Dampak

SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR – TAHUN 2014 Kajian Dampak Pembangunan Tanggul Laut Teluk Jakarta (Jakarta Giant Seawall) Terhadap Sumberdaya Laut dan Pesisir - 2014

Latar Belakang : Teluk Jakarta, merupakan wilayah perairan Provinsi Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta, memiliki kawasan pulau-pulau kecil di Kepulauan Seribu yang membentang hingga Laut Jawa bagian barat. Terdapat sekitar 13 Daerah Aliran Sungai (DAS) yang bermuara di Teluk Jakarta, sehingga menjadikan Teluk Jakarta cukup mengalami tekanan transpor massa limbah dari sepanjang kawasan DAS, seiring dengan meningkatnya pembangunan dan jumlah penduduk di Provinsi DKI Jakarta. Permasalahan klasik Provinsi DKI Jakarta adalah kemacetan, sampah dan banjir. Khusus di kawasan Jakarta Utara fenomena banjir air pasang (Rob) cukup memberikan tekanan terhadap laju ekonomi di kawasan tersebut. Salah satu program kerja yang akan dilakukan oleh Pemda Provinsi DKI Jakarta adalah membangun Tanggul Laut Teluk Jakarta (Jakarta Giant Seawall).

Tujuan : 1. Mengetahui kondisi oseanografi (biologi-kimiawi dan fisika) perairanTeluk Jakarta. 2. Mengetahui sirkulasi arus laut Teluk Jakarta, 3. Mengetahui dampak Pembangunan Tanggul Laut Teluk Jakarta (Jakarta Giant Seawall) Terhadap Sumberdaya Laut dan Pesisir.

Metode : 1. Melakukan identifikasi kondisi terumbu karang, kualitas perairan dan pengkuran oseanografi fisik (Pasang surut, arus, gelombang dan batimetri), 2. Pola sebaran parameter biofisika-kimiaperairan dianalisis dengan menggunakan software MINITAB versi 14. Lebih lanjut untuk mengetahui perbedaan antara kondisi perairan pada setiap zona dianalisis secara statistik

dengan menggunakan uji t, 3. Menggunakan software MIKE 21 FM untuk memodelkan desain GSW, memperlihatkan pola perubahan hidrodinamika yang terjadi pada masing-masing desain serta implikasinya terhadap perairan di Teluk Jakarta.

Hasil : . Kondisi terumbu karang dibagian selatan Kepulauan Seribu, yaitu karang hidup berkisar 857,12 hektar sedangkan karang mati berkisar 245,12 hektar.Kondisi fisika-kimia perairan Teluk Jakarta untuk kecepatan angin berkisar 2,25-5,62 m/s menuju timur laut, suhu berkisar 30-31,3 ºC, salinitas berkisar 23,6-27,36 psu, derajat keasaman (pH) berkisar 6,98-7,48, kekeruhan berkisar 0,49-4,64 NTU dan partikel tersuspensi (TSS) berkisar 27-54 mg/l. Logam berat terlarut untuk Pb Terlarut tidak terditeksi, Cd Terlarut berkisar 0,018-0,025 ppm, Cu Terlarut berkisar 0,005-0,007 ppm, Ni Terlarut berkisar 0,111-0,119 ppm dan Zn Terlarut berkisar 0,021-0,025 ppm. Logam berat sedimen untuk Pb Sedimen berkisar 38,62-103,43 ppm, Cd Sedimen berkisar 5,96-14,69 ppm, Cu Sedimen berkisar 13,54-71,12 ppm, Ni Sedimen berkisar 33,18-49,39 ppm dan Zn Sedimen berkisar 42,8-257,61 ppm. Karakteristik pasang surut di lokasi penelitian adalah jenis pasang surut bertipe tunggal dengan nilai bilangan Formzahl sebesar 6,5. Dalam satu hari di Teluk Jakarta terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dengan periode pasang surut sekitar 24 jam 50 menit. Pola arus hasil pengukuran sangat bervariasi terhadap waktu. Kecepatan arus Teluk Jakarta pada bulan April 2014 berkisar antara 0,001 m/detik s.d 0,296 m/detik dengan arah arus dominan menuju ke arah barat dan barat daya. Tinggi gelombang signifikan berkisar antara 0,05 meter s.d 2,74 meter dengan periode gelombang 1,52 detik s.d 3.45 detik. Gelombang laut Teluk Jakarta termasuk ke dalam gelombang pendek yang dibangkitkan oleh angin. Arah datang gelombang laut didominasi oleh arah gelombang yang berasal dari barat laut – utara – timur laut yang searah dengan arah angin pada bulan April. Pemodelan hidrodinamika dilakukan untuk investigasi dampak pembangunan JGSW terhadap hidrodinamika di Teluk Jakarta. Model diterapkan untuk tiga desain GSW, yaitu dengan satu, dua dan tiga pintu atau kanal yang menghubungkan perairan luar teluk dengan bagian dalamnya. Hasil pemodelan menunjukkan adanya penurunan drastis amplitude pasang surut sampai maksimal menjadi 0.09 m (atau seper-sepuluh dari amplitude normal) di dalam GSW dengan periode yang lebih panjang dari 24 jam. Selain itu, arus di dalam GSW pun sangat lemah, kecuali di celah atau kanal-kanal sempit yang berada di sela-sela pulau hasil reklamasi. Arus menyusur pantai (longshore current ) ditemui di sepanjang sisi luar tembok.Adanya GSW ini tidak hanya merubah sirkulasi arus di Teluk Jakarta secara drastis, namun juga membawa konsekuensi lain misalnya terhadap sebaran polutan dan ekosistem di dalam teluk. Menurunnya kecepatan akan meningkatkan water residence time dan flushing time.

Unit Kerja Alamat

: :

Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir Jl. Pasir Putih I Gedung Balitbang II Lantai 4, Ancol Timur, Jakarta Utara 14430 – DKI Jakarta / Telp. : (021) 64711583 pes 4304 / Fax. : (021) 64711654

Lokasi Kegiatan : Propinsi DKI Jakarta

Peneliti Utama Keg : :

Dr. Taslim Arifin Muhammad Ramdhan, MT Fajar Yudi Prabawa, MT Hadiwijaya L. Salim, MSi Eva Mustikasari,MSI Aida Heriati. MT

Program Renstra : Penelitian dan Pengembangan Iptek Kelautan dan Perikanan Mitra Kerja Sama Dana Pendamping Pengguna

: : :

Program APBN : Penelitian dan Pengembangan Iptek

Sumber Dana : - RM - PHLN

: :

Rp. 600.000.000 Realisasi : Rp 593.458.000

Page 2: SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR TAHUN 2014 Kajian Dampak

SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR – TAHUN 2014 Model Pengelolaan Kawasan Pesisir & Pulau-Pulau Kecil Berbasis Zonasi di Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan

Latar Belakang : Sebagai upaya pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, pemerintah mengeluarkan UU No. 27/2007 jo UU No. 1/2004. Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil meliputi kegiatan perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian terhadap interaksi manusia dalam memanfaatkan Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil serta proses alamiah secara berkelanjutan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan Masyarakat dan menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Rencana Zonasi dimaksudkan untuk membuat suatu jaringan/kisi-kisi spasial diatas lingkungan pesisir dan laut yang memisahkan pemanfaatan sumberdaya yang saling bertentangan dan menentukan kegiatan-kegiatan yang dilarang dan diizinkan untuk setiap zona peruntukan dalam rangka menciptakan suatu keseimbangan antara kebutuhan-kebutuhan pembangunan dan konservasi. Adapun tujuan rencana Zonasi adalah membagi wilayah pesisir kedalam zona-zona yang sesuai dengan peruntukan dan kegiatan yang bersifat saling mendukung (Compatible) serta memisahkannya dari kegiatan yang bersifat bertentangan (Incompatible). Rencana Zonasi WP-3-K meliputi Penetapan Zona-Zona dan Arahan Pemanfaatannya, yaitu Zona Pemanfaatan Umum (Multiple Use Zone), Zona Konservasi, Zona Kawasan Strategis Tertentu (kalau ada) dan Zona Alur (Corridor Zone).

Tujuan : 1. Megetahui karakteristik lingkungan perairan dan ekosistem terumbu karang, 2. Menyusun draft Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K) Kabupaten Barru

Metode : 1. Pola sebaran parameter biofisika-kimia perairan dianalisis dengan menggunakan software MINITAB versi 14. Lebih lanjut untuk mengetahui perbedaan antara kondisi perairan pada setiap zona dianalisis secara statistik

dengan menggunakan uji t, 2. Menyusun matriks kesesuaian dan pembobotan, menggunakan sistem informasi georafis

Hasil : Indentifikasi terumbu karang dan ikan karang dilakukan pada kedalaman 3 m dan 5 m. Lokasi pengamatan yaitu P Puteangin, P Pannikiang P Bakki, dan Kessipute. Kondisi terumbu karang pada seluruh stasiun termasuk dalam kategori sedang (klasifikasi kondisi menurut Brown(1986)). Gambaran kondisi ikan karang menunjukkan nilai yang bervariasi. Nilai kelimpahan tertinggi terdapat di P Pannikiang dengan jumlah individu sebanyak 1.015 ekor, selanjutnya P Puteanging berada pada posisi kedua dengan jumlah sebanyak 819 ekor, Kessipute sebanyak 748 ekor dan P Bakki sebanyak 509.

Zonasi perencanaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil Kabupaten Barru, meliputi : Wilayah zona 1 merupakan perairan utara Kabupaten Barru yang berbatasan langsung dengan Kota Pare-pare. Secara administrasi, wilayah ini meliputi satu Kecamatan pesisir yaitu Kecamatan Mallusetasi. Batas bentang alam wilayah ini berawal dari muara sungai yang berbatasan dengan Kota Pare-pare hingga di muara sungai yang berbatasan dengan Kecamatan Soppeng Riaja. Wilayah zonasi II berada di wilayah perairan laut Kecamatan Soppeng Riaja Kabupaten Barru. Batas bentang alam wilayah ini berawal dari muara sungai yang berbatasan dengan Kecamatan Mallusetasi hingga di muara sungai yang berbatasan dengan Kecamatan Balusu. Bentang alam pada wilayah perencanaan ini relatif lebih kompleks, dimana bentang alam pesisirnya terdapat teluk yang cukup besar dan kecil, tanjung yang besar dan kecil, perairan terbuka menghadap Selat Makassar dengan sedikit dangkalan/gusung. Wilayah III berada di wilayah perairan laut Kabupaten Barru dengan batas administrasi dua kecamatan pesisir, yaitu Kecamatan Balusu dan Kecamatan Barru. Batas bentang alam wilayah ini berawal dari muara sungai yang berbatasan dengan Kecamatan Soppeng Riaja hingga di muara sungai yang berbatasan dengan Kecamatan Tanete Rilau. Wilayah ini berada di perairan selatan Kabupaten Barru yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Pangkep. Secara administrasi, wilayah perencanaan IV meliputi satu wilayah Kecamatan pesisir yaitu, Kecamatan Tanete Rilau. Batas bentang alam wilayah ini berawal dari muara sungai yang berbatasan dengan Kecamatan Barru hingga di muara sungai yang berbatasan dengan Kabupaten Pangkep. Zonapemanfaatan budidaya laut adalah 389,99 Ha berada pada wilayah Teluk Labosso, Teluk Siddo, Teluk Labunge dan Awerange, Pulau Batukalasidan Pulau Bakki. Zonakonservasi terdiri dari konservasi laut dan konservasi mangrove berada di Pulau Pannikiang dan wilayah laut yang ada disekitarnyadenganluas wilayah konservasi mencapai 525,2 Ha.Zonawisata bahari beradasepanjang pantai daerah Kecamatan Mallusetasi, Pulau Batukalasi, Pulau Bakki dan Pulau Dutungan, Pulau Puteangin, sertadi Kecamatan Balusu dengan potensi denganestimasiluas wilayah 1.130,38 Ha.

Unit Kerja Alamat

: :

Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir Jl. Pasir Putih I Gedung Balitbang II Lantai 4, Ancol Timur, Jakarta Utara 14430 – DKI Jakarta / Telp. : (021) 64711583 pes 4304 / Fax. : (021) 64711654

Lokasi Kegiatan : Propinsi Sulawesi Selatan

Peneliti Utama Keg : :

Dr. Taslim Arifin Muhammad Ramdhan, MT Eva Mustikasari,MSI Aida Heriati. MT

Program Renstra : Penelitian dan Pengembangan Iptek Kelautan dan Perikanan Mitra Kerja Sama Dana Pendamping Pengguna

: : :

Program APBN : Penelitian dan Pengembangan Iptek

Sumber Dana : - RM - PHLN

: :

Rp. 270.000.000 Realisasi : Rp 265.848.200

Page 3: SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR TAHUN 2014 Kajian Dampak

SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR – TAHUN 2014 Riset Kebijakan Pengembangan Pariwisata Bahari Dengan Pendekatan Blue Economy di Kabupaten Wakatobi

Wawancara untuk memperoleh data persepsi

masyarakat

Penggunaan alat multi-parameter untuk mengukur

kualitas air laut

Peta desain kerja lapangan Kondisi Terumbu dan ikan karang di Perairan Kaledupa

Kondisi terumbu karang di Pulau Kaledupa dsk

Kondisi kualitas air pesisir Pulau Kaledupa dsk.

Analisis antar variabel perspektif masyarakat

Latar Belakang : Wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Kabupaten Wakatobi memiliki arti strategis karena merupakan Kawasan TamanNasionalLaut yang memiliki potensi sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan yang sangat kaya, sehingga menimbulkan daya tarik bagi berbagai pihak untuk memanfaatkan sumberdayanya. Di sisi lain, sumberdaya alam pesisir dan PPK ini sering bersifat multi-guna dimana berbagai kegiatan memiliki hak atas akses dan pemanfaatan sumberdaya di kawasan ini. Selain sebagai kawasan konservasi, wakatobi juga dapat dimanfaatkan sebagai tempat beraktifitas untuk penangkapan ikan dan juga kawasan ini merupakan ruang untuk melakukan aktivitas pariwisata bahari. Peranan yang besar itumenjadikan wilayah ini sangat rentan dari berbagai masalah, baik itu yang menyangkut masalah dari aspek fisik dan biologi maupun masalah yang menyangkut aspek sosial, ekonomi maupun budaya. Permasalahan ini terutama menyangkut sumberdaya alam sebagai kendala yang merupakan ekosistem penting bagi keberlanjutan hidup baik manusianya sendiri, maupun sumberdaya alam dan lingkungannya secara keseluruhan.Pendekatan konsep ekonomi biru pada pariwisata bahari berpeluang lebih menguntungkan secara lingkungan. Oleh karena itu dilakukan penelitian sebagai bahan rekomendasi pengembangan pariwisata bahari dalam kerangka penerapan ekonomi biru.

Tujuan : Mengetahui dan memetakan serta memberikan rekomendasi tentang pengembangan pariwisata bahari berbasis ekonomi biru di Kabupaten Wakatobi Provinsi Sulawesi Tenggara

Metode : - Analisis kondisi terumbu karang

- Analisi Kualitas air dan karakteristik pantai

- Analisis spasial untuk mengetahui dan memetakan kesesuaian pariwisata bahari

- Analisis prospektif untuk mengetahui domain utama pariwisata bahari di Pulau Kaledupa dsk.

- Analisis Strategi pengembangan pariwisata bahari di Pulau Kaledupa dsk.

Hasil : .

Pariwisata bahari di Pulau kaledupa dan sekitarnya sangat berpotensi untuk dikembangkan. Hasil survey dan analisis data menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah penelitian memiliki kondisi yang sesuai untuk pariwisata bahari. Potensi pengembangannya terdiri dari wisata pantai dan wisata laut. Wisata pantai didukung oleh pasir putih dan kemiringan yang landai dapat dikembangkan diantaranya untuk berjemur, volley pantai dan aktivitas pantai lainnya. Secara umum Adapun wisata laut didukung oleh hamparan karang tepi yang kondisinya masih tergolong baik, dengan keanekaragaman jenis soft coral, hard coral dan melimpahnya jenis-jenis ikan karang dengan kedalaman hingga 20 meter, dapat dikembangkan untuk snorkeling dan diving. Secara kualitas air, sebagian besar lokasi penelitian berkategori baik, kecuali di beberapa lokasi memiliki kekeruhan yang cukup tinggi dikarenakan lokasi budidaya rumput laut dan dangkalnya dasar perairan. Hasil analisis prospektif partisipatif diperoleh 4 (empat) vaiabel utama yang berperan dalam pengembangan pariwisata bahari dengan pendekatan ekonomi biru di Pulau Kaladupa dsk yaitu : Informatif, Koordinasi antar instansi, Sumberdaya alam dan Sumberdaya manusia. Strategi utama dalam pengembangan pariwisata bahari di Pulau Kaledupa dsk adalah mensinergikan kebijakan agar upaya pengembangan dapat berjalan secara efektif, efisien dan berkesinambungan. Tataran kebijakan mencakup pada kebijakan Taman Nasional yang telah memiliki Master Plan Pengembangan Pariwisata Alam, Pemerintah daerah dengan Rencana Induk Pariwisata Daerah, dan Kementerian Pariwisata sebagai organisasi yang mengatur tujuan wisata.

Unit Kerja Alamat

: :

Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir Jl. Pasir Putih I Gedung 2 Lantai 4, Ancol Timur, Jakarta Utara 14430 – DKI Jakarta / Telp. : (021) 64711583 pes 4304 / Fax. : (021) 64711654

Lokasi Kegiatan : Pulau Kaledupa dan sekitarnya, Kabupaten Wakatobi

Peneliti Utama Keg Peneliti Anggota

: :

Hadiwijaya L. Salim, M.Si Dr. Dini Purbani, M.Si Yulius, M.Si Muhammad Ramdhan, M.T

Program Renstra : Penelitian dan Pengembangan Iptek Kelautan dan Perikanan Program APBN : Penelitian dan Pengembangan Iptek

Mitra Kerja Sama : Dana Pendamping : Pengguna :

Anggaran Realisasi

- RM : Rp. 179.681.000 - RM : Rp. 166.645.000

- PHLN : - PHLN :

- PNBP : - PNBP :

Sumber Daya

Manusia Sumber Daya

Alam

Sumber Modal

Wisata

Manajemen

Pengelolaan Wisata

Pelayanan Wisata

Koordinasi antar

Instansi Partisipatif

Kolektifitas

Motivasi

Sejarah

Informatif Intermediasi

Pemberdayaan

Masyarakat Pulau Kecil

Perilaku

Masyarakat Menjaga

Lingkungan Karakter

Masyarakat Sarana Wisata Infrastruktur

Wisata

Transportasi

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

0.20

0.40

0.60

0.80

1.00

1.20

1.40

1.60

1.80

2.00

- 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60 1.80 2.00

Copyright:

0.0

5.0

10.0

15.0

20.0

25.0

30.0

35.0

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33

Suhu Konduktivitas Turbiditas

Page 4: SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR TAHUN 2014 Kajian Dampak

SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR – TAHUN 2014 ANALISIS PENGELOLAAN RUANG PESISIR SECARA TERPADU (ICZM) DALAM RANGKA PENERAPAN BLUE ECONOMY DI LOMBOK TIMUR,

NUSA TENGGARA BARAT

Peta Rencana Pengembangan Wilayah Pesisir Kab. Lotim (Zainuddin,2004)

Diskusi dengan Kepala Dinas - KP Kab. Lotim

Pengukuran kualitas air di Teluk Ekas.

Peta Sebaran Suhu di Teluk Ekas

Latar Belakang : Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan luas 49 307,19 km2 memiliki potensi sumberdaya hayati laut yang tinggi. Luas laut 29159,04 Km2, sedangkan luas daratan meliputi areal seluas 20153,15 Km2. Perairan laut tersebut mengelilingi garis pantai sepanjang 2333 km, dan di dalamnya terdapat berbagai ekosistem seperti mangrove, padang lamun dan terumbu karang serta berbagai jenis ikan dengan luas terumbu karang 3601 km2. Kabupaten Lombok Timur (Lotim) merupakan wilayah dengan garis pantai sepanjang 312,8 Km merupakan kabupaten dengan garis pantai terpanjang di pulau Lombok. Kabupaten Lombok Timur kaya dengan potensi sumberdaya laut, dan banyak dantaranya yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat dengan budidaya Keramba Jaring Apung (KJA) dengan komoditas utama Kerapu, Lobster, Mutiara dan Rumput Laut. Dengan demikian perlu usaha untuk melestarikan keanekaragaman hayati yang ada di Lombok Timur melalui implementasi konsep blue economy.

Tujuan : Menyediakan data-data potensi dan dinamika Sumber Daya Laut dan Pesisir untuk mendukung pengambilan kebijakan-kebijakan pengembangan Blue Economy Lombok Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat

Metode :

- Koordinasi dengan tim peneliti untuk perumusan dan pelaksanaan survey lapangan. - Diskusi dan konsultasi dengan kepala dinas kelautan dan perikanan Lombok Timur - Survei lapangan di Teluk Ekas dan Teluk Sereweh untuk mendapatkan data Primer dan Sekunder -Kompilasi dan analisis data secara keseluruhan. Hasil : . Berdasarkan pengukuran yang dilakukan oleh Tim Survey, temperatur di perairan Teluk Ekas pada pertengahan bulan Maret 2014 adalah berkisar 29,1 – 32,1 °C. Kisaran tersebut adalah normal dan mendukung kehidupan biota laut. Berdasarkan pengukuran yang dilakukan oleh Tim Survey, salinitas di perairan Teluk Ekas pada pertengahan bulan Maret 2014 adalah berkisar 30,0 – 30,7 ‰. Kisaran tersebut adalah normal dan mendukung kehidupan biota laut. Berdasarkan pengukuran yang dilakukan oleh Tim Survey, nilai pH hasil pengukuran yang dilakukan adalah 7,65 – 8,3 Derajat keasaman air tersebut adalah normal karena berada pada kisaran yang diperbolehkan oleh SK. MenKLH No. Kep-02/MENKLH/1988, yaitu 6 - 9 pH, sehingga direkomendasikan bisa mendukung untuk kegiatan pariwisata, rekreasi, budidaya, dan konservasi laut. Berdasarkan pengamatan terhadap hasil prediksi pasang surut menggunakan Oritide – Global Tide Model untuk bulan Januari 2004 dan peta distribusi tipe pasut Se-Asia Tenggara dari Wrytki (1961) diperoleh bahwa tipe pasut di perairan Teluk Ekas adalah campuran cenderung harian ganda (mixed tide prevailing semidiurnal). Hasil prediksi tersebut menunjukkan bahwa pada bulan Januari 2004 tinggi rata-rata air pasang tertinggi adalah +74,56 cm, air surut terendah –69,12 cm, dengan tunggang maksimum sekitar 258.63 cm.

Unit Kerja Alamat

: :

Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir Jl. Pasir Putih I Gedung 2 Lantai 4, Ancol Timur, Jakarta Utara 14430 – DKI Jakarta / Telp. : (021) 64711583 pes 4304 / Fax. : (021) 64711654

Lokasi Kegiatan : Teluk Ekas, Kab. Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat

Peneliti Utama Keg Peneliti Anggota

: :

Muhammad Ramdhan, M.T Dr. Taslim Arifin, M.Si Yulius, M.Si Hadiwijaya L. Salim, M.Si Fajar Yudi P., M.T.

Program Renstra : Penelitian dan Pengembangan Iptek Kelautan dan Perikanan Program APBN : Penelitian dan Pengembangan Iptek

Mitra Kerja Sama : Dana Pendamping : Pengguna :

Anggaran Realisasi

- RM : Rp. 270.000.000 - RM : Rp. 248.454.500

- PHLN : - PHLN :

- -

- PNBP : - PNBP :

Page 5: SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR TAHUN 2014 Kajian Dampak

SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR – TAHUN 2014 RISET KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR BERBASIS ZONASI RUMPUT LAUT DI KABUPATEN SUMBAWA, NUSA TENGGARA BARAT

Grafik Indeks Location Quotient Produksi Rumput Laut di Sumbawa

Distribusi suhu di perairan Teluk Saleh, Kab. Sumbawa bulan April 2014

Peta Kesesuaian kawasan budidaya rumput laut

Suasana Rapat Koordinasi Aktivitas survei lapangan

Latar Belakang :

Kabupaten Sumbawa merupakan salah satu dari 10 (sepuluh) Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), dan jika dilihat dari luas wilayahnya merupakan kabupaten terluas di Provinsi NTB. Secara administrasi dari 24 wilayah kecamatan terdapat 18 kecamatan pesisir (memiliki wilayah pesisir) dengan panjang garis pantai 982 km, terdapat 63 pulau-pulau kecil dan 63 desa pesisir. Berdasarkan surat nomor 552/114-4/Dislutkan/2013 perihal usulan riset bidang pengelolaan sumberdaya pesisir dari Bupati Sumbawa, pemda setempat menyatakan bahwa data dan informasi sebagai bahan acuan atau dasar pengambilan kebijakan masih kurang oleh sebab itu diperlukan kegiatan penelitian atau riset kebijakan pengembangan kawasan pesisir berbasis zonasi Budidaya Rumput Laut di Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat.

Tujuan : - Mengetahui Pengembangan Kawasan Pesisir Berbasis Zonasi Rumput Laut Di Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. - Memetakan Pengembangan Kawasan Pesisir Berbasis Zonasi Rumput Laut Di Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. - Merumuskan arahan kebijakan dan rencana strategi Pengembangan Kawasan Pesisir Berbasis Zonasi Rumput Laut Di Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Metode : - Analisis spasial dengan menggunakan Sistem Informasi Geografi (SIG) untuk menentukan kesesuaian kawasan Budidaya Rumput Laut

- Analisis deskriptif dengan menggunakan MS Excell 2007 untuk dapat menggambarkan kondisi eksisting kualitas perairan

- Analisis Location Quotient (LQ) untuk mengetahui kemampuan suatu sub-wilayah dalam sektor/kegiatan tertentu

- Analisis arahan kebijakan dan rencana pengembangan kawasan pesisir berbasis zonasi Budidaya Rumput Laut

Hasil : Dari hasil kegiatan riset kebijakan pengembangan kawasan pesisir berbasis zonasi rumput laut di Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat tahun 2014, untuk sementara dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1.Hasil analisis Location Quotient (LQ) menunjukkan bahwa selama 4 tahun pengamatan nilai dari Indeks LQ memiliki nilai diatas 1 (satu), hal ini menunjukkan bahwa produksi rumput laut Sumbawa selama waktu

pengamatan memiliki potensi yang tinggi dalam sektor perikanan. Hasil dari produksi rumput laut Sumbawa memberikan kontribusi yang tinggi bagi sektor perikanan dalam skala provinsi, karena itu pengembangan budidaya dan industri/bisnis di sektor perikanan khususnya rumput laut di Sumbawa akan sangat baik untuk dilakukan untuk menambah pendapatan dari sektor perikanan baik dalam skala regional maupun nasional;

2.Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi parameter kualitas air yang diamati masih memenuhi baku mutu yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004 Lampiran III, kecuali nilai konsentrasi parameter; (a) konsentrasi fosfat (PO43-) di semua lokasi penelitian pada umumnya telah melampaui baku mutu yang ditetapkan yaitu 0,015mg/L, konsentrasi tertinggi terdapat di stasiun SL2 dengan nilai konsentrasi 0,65 mg/l, sedangkan konsentrasi terendah terdapat di stasiun SL20 dengan nilai konsentrasi 0,03 mg/l dan (b) konsentrasi nitrat NO3- di semua lokasi pengamatan pada umumnya telah melampaui baku mutu yang ditetapkan yaitu 0,008 mg/L, konsentrasi tertinggi di stasiun SL2 dengan konsentrasi sebesar 4,9 mg/l, sedangkan konsentrasi terendah terdapat di stasiun SL17 dengan nilai konsentrasi 1,1 mg/l;

3.Berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan dengan aplikasi SIG di Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa, berhasil ditentukan kawasan yang sesuai untuk budidaya rumput laut, menunjukkan bahwa lokasi yang sesuai adalah di Kecamatan Plampang dengan luas sekitar 36.061,17 hektar atau 60,34 % dari luas total wilayah kawasan pengembangan

Unit Kerja Alamat

: :

Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir Jl. Pasir Putih I Lantai 3, Ancol Timur, Jakarta Utara 14430 – DKI Jakarta / Telp. : (021) 64711583 pes 4304 / Fax. : (021) 64711654

Lokasi Kegiatan : Kab. Sumbawa, Prov. NTB; Kec. Maronge, Kec. Tarano dan Kec. Plampang

Peneliti Utama Keg Peneliti Anggota

: :

Yulius, M.Si Dr. Taslim Arifin Dr. Dini Purbani Hadiwijaya Lesmana Salim, M.Si Mohammad Ramdhan, MT Aida Heriati, MT

Program Renstra : Penelitian dan Pengembangan Iptek Kelautan dan Perikanan Mitra Kerja Sama Dana Pendamping Pengguna

: : :

Program APBN : Penelitian dan Pengembangan Iptek

Sumber Dana : - RM - PHLN

: :

Rp. 270.000.000 Realisasi : Rp Rp 262.177.600

30323432.4 31.2

Suhu (oC)

Temperatur

SL1A

SL2A

Page 6: SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR TAHUN 2014 Kajian Dampak

Kebijakan Pengembangan Sumberdaya Pesisir – TAHUN 2014 Model Pengelolaan Pulau-pulau Kecil Berbasis Pariwisata-Konservasi

(Studi Kasus di Pulau Wangi-wangi Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara)

Latar Belakang : 1. Pariwisata bahari yang didukung oleh adanya TNW merupakan keunggulan aset yang memiliki potensi, seperti terumbu karang dan berbagai biota laut yang beraneka ragam dengan nilai estetika dan konservasi yang

tinggi. Pengembangan pariwisata adalah segala kegiatan dan usaha terkoordinasi untuk menarik wisatawan dan menyediakan semua sarana dan prasarana, baik berupa barang atau jasa dan fasilitas yang diperlukan guna melayani kebutuhan wisatawan (Musanet, 1995:1). Segala kegiatan pengembangan pariwisata mencakup berbagai segi yang sangat luas yang menyangkut berbagai segi kehidupan masyarakat mulai dari angkutan, akomodasi, makanan dan minuman, cinderamata dan pelayanan (service). Untuk itu guna mendapatkan hasil yang diharapkan dari pengembangan wisata di Pulau Wangi-wangi perlu dilakukan pengkajian akan model pengelolaannya berbasis pariwisata-konservasi. Tujuan Penelitian

Melakukan pengelolaan pulau-pulau kecil berbasis pariwisata-konservasi dengan melakukan pengkajian terhadap kondisi terumbu karang, melakukan analisis korelasi terhadap daya tarik objek pariwisata dan jumlah wisatawan yang berkunjung. Pendekatan analisis daya dukung dilakukan dengan melihat kemampuan lahan (ruang) dalam menampung suatu kegiatan ditinjau dari aspek kesesuaian lahan (fisik) dan sosial budaya

masyarakat setempat.

Metode : Pelaksanaan kegiatan terbagi dalam tahapan perencanaan, survei lapangan dan pelaporan. Kegiatan perencanaan mencakup konsultasi dengan narasumber serta pertemuan koordinasi internal. Kegiatan konsultasi dilaksanakan di kota Bandung. Kegiatan survei meliputi survei ikan karang, terumbu karang, kualitas air dan hubungannya dengan wisata bahari serta melakukan wawancara dengan para narasumber dari dinas terkait dan para stakholder. Metode visual sensus digunakan untuk pengamatan ikan karang, sedangkan pendekatan Point Intercept Transect (PIT) dilakukan dalam pengamatan terumbu karang. Hasil : Hasil survei terhadap karang ikan menunjukkan sebanyak 74 spesies ikan karang yang terlihat pada stasiun pengamatan dengan jumlah total sebanyak 6335. Sedangkan pengamatan terhadap terumbu karang menunjukkan jumlah karang hidup yang masih dapat tumbuh dengan baik dan terdapat pula karang mati di beberapa stasiun pengamatan disebabkan pengelolaannya yang kurang baik dan pengaruh iklim serta manusia. Hasil wawancara dengan beberapa narasumber menghasilkan bahwa selama ini pengelolaan yang dilakukan di pulau wangi-wangi lebih banyak dilakukan dilakukan oleh masyarakat. Oleh karena itu dibuatlah beberapa desa wisata yang mendukung wisata di daerah tersebut namun tetap memelihara kelestarian yang ada.

Unit Kerja Alamat

: :

Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir Jl. Pasir Putih I Lantai 3, Ancol Timur, Jakarta Utara 14430 – DKI Jakarta / Telp. : (021) 64711583 pes 4304 / Fax. : (021) 64711654

Lokasi Kegiatan : Pulau Wangi-wangi Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara Peneliti Utama Keg Peneliti Anggota

: :

Aida Heriati, MT Dr. Taslim Arifin Dr. Dini Purbani Eva Mustikasari, MT Fajar Yudi Prabawa, M.Sc

Program Renstra : Penelitian dan Pengembangan Iptek Kelautan dan Perikanan Mitra Kerja Sama Dana Pendamping Pengguna

: : :

Dinas KP, NGO, Universitas, Swasta

Program APBN : Program Penelitian dan Pengembangan Iptek

Sumber Dana : - RM - PHLN - PNBP

: : :

Rp 138.504.000,- Realisasi : Rp. 137.475.600

Page 7: SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR TAHUN 2014 Kajian Dampak

SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR – TAHUN 2014 VALIDASI USULAN LOKASI TES (TEMPAT EVAKUASI SEMENTARA) DAN TEA (TEMPAT EVAKUASI AKHIR) KOTA PARIAMAN

Lokasi Penelitian berada di 7 lokasi wilayah pesisir

Salah satu contoh rute evakuasi menuju shelter lokasi Desa Naras Satu

Peta Ketahanan Masyarakat (CCR) Kota Pariaman

Suasana wawancara dengan responden

Pengukurankekuatan bangunan di SDN 5 Marabau

Latar Belakang :

Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari tahun 2012 yang berjudul “Analisis Kebijakan Penataan Wilayah Pesisir Propinsi Sumatera Barat Berbasis Mitigasi Bencana”. Hasil dari penelitian tersebut mengusulkan lokasi usulan TES (Tempat Evakuasi Sementara) berjumlah 23 unit di wilayah rawan bencana gempabumi dan tsunami disamping usulan TES juga diusulkan 15 jalur menuju TEA (Tempat Evakuasi Akhir) di lokasi yang memiliki kontur diatas 15 mdpl. BPBD Kota Pariaman mengirimkan surat ke Ka Balitbang KP dengan nomor surat: 360/344/BPBD/V-2013 perihal Permohonan Fasilitas untuk melakukan lebih mendalam penempatan dan kelayakan shelter di wilayah yang rawan bencana di Kota Pariaman. Lokasi yang ditentukan untuk penelitian ini adalah: 1. Desa Naras Satu, 2. Desa Ampalu, 3. Desa Kampung Baru, 4. Desa Karan Aur, 5. Desa Taluak, 6. Desa Marabau dan 7. Desa Pasir Sunur.

Tujuan : 1). Menentukanlokasishelter yang mudahdicapaidanaman, 2). Mengukurkekuatanbangunanshelter yang sudahada, 3). Menghitungkapasitasshelter agar dapatmenampungkorbanbencana.

Metode :

1. Menggunakan analisis SIG (Sistem Informasi Geografis)dengan menerapkan jaringan jalan (network analysis)untuk menentukan rute evakuasi menuju shelter (TES) terdekat. 2. Analisis Ketahanan masyarakat pesisir/CCR (Coastal Community Resilience) untuk mengetahui kesiapsiagaan masyarakat pesisir dalam menghadapi bencana. Parameter yang digunakan terdiri dari 8 yaitu: 1.

Tata Pemerintahan, 2. Sosial Ekonomi dan Mata Pencaharian, 3. Pengelolaan Sumberdaya Peisir, 4. Pengelolaan Pemanfaatan Lahan dan Rancangan Struktural, 5. Pengetahuan Rsiko, 6. Sistem Peringatan dan Evakuasi, 7. Tanggap Darurat dan Bencana dan 8. Pemulihan.

3. Analisis kekuatan bangunan yang akan digunakan sebagai shelter dan menghitung kapasitas shelter yang dapat ditampung para korban. Hasil :

Dari hasil kegiatan riset kebijakan pengembangan kawasan pesisir berbasis zonasi rumput laut di Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat tahun 2014, untuk sementara dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Analisis SIG menggunakan metode jaringan jalan atau network analysis di7 lokasi penelitian sehingga didapatkan usulan shelter disetiap lokasi. Lokasi Desa Naras Satu 8 unit, Desa Ampalu 5 unit, Desa

Kampung Baru 11 unit, Desa Karan Aur dan Taluak 8 unit, Marabau 4 unit dan Pasir Sunur 3 unit. 2. Nilai Ketahanan Masyarakat Pesisir (CCR) tertinggi untuk parameter Sosial Ekonomi dan Mata Pencaharian (2,528), Pengelolaan Sumberdaya Pesisir (2,313), Pengelolaan Pemanfaatan Lahan dan Rancangan

Struktural (2,542), Tanggap Darurat dan Bencana (2,854) dan Pemulihan (2,889) berada di Desa Kampung Baru. 3. Nilai Ketahanan Masyarakat Pesisir (CCR) tertinggi untuk parameter Tata Pemerintahan (3,125)berada Desa Marabau. 4. Nilai Ketahanan Masyarakat Pesisir (CCR) tertinggi untuk parameter Pengetahuan Resiko (2,778 ) berada di Desa Kampung Baru dan Marabau. 5. Kekuatan bangunan yang dianalisis terdiri dari sesuai dan tidak sesuai. Sesuai berada di Naras Satu, SDN 15 Ampalu, SMPN 2 Pariaman (Kampung Baru), Kantor Walikota Lama (Karan Aur). Shelter Tidak

Sesuai berada di Taluak dan Marabau.

Unit Kerja Alamat

: :

Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir Jl. Pasir Putih I Lantai 3, Ancol Timur, Jakarta Utara 14430 – DKI Jakarta / Telp. : (021) 64711583 pes 4304 / Fax. : (021) 64711654

Lokasi Kegiatan : Kota Pariaman Propinsi Sumatera Barat

Peneliti Utama Keg Peneliti Anggota

: :

Dr. Dini Purbani Yulius, Msi Hadiwijaya Lesmana, MSi Joko Prihantono, MT Lestari Cendikia Dewi, MT

Program Renstra : Penelitian dan Pengembangan Iptek Kelautan dan Perikanan Mitra Kerja Sama Dana Pendamping Pengguna

: : :

Program APBN : Penelitian dan Pengembangan Iptek

Sumber Dana : - RM - PHLN

: :

Rp. 174.794. 000 Realisasi : Rp 170.563.200

Page 8: SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR TAHUN 2014 Kajian Dampak

SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR – TAHUN 2013 Kajian Dampak Penambangan Pasir Laut Pantai Utara Banten Untuk Reklamasi Teluk Jakarta Terhadap Sumberdaya Laut Dan Pesisir

Sebaran Padatan Tersuspensi di Laut dan Pesisir Serang,

Banten

Batimetri di Perairan Pesisir Kecamatan Tirtayasa, Serang, Banten

Dinamika Pesisir di Kecamatan Tirtayasa, Banten

Latar Belakang : Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta, di dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Tahun 2030 Pemerintah Daerah DKI Jakarta (PERDA Provinsi DKI Jakarta No. 1 Tahun 2012), merencanakan program reklamasi di kawasan Pesisir Utara Jakarta. Reklamasi yang direncanakan akan dilaksanakan hingga 2020/2030 akan membangun pulau pulau baru, yang diperuntukkan untuk berbagai kegiatan strategis, yang dibagi menjadi 3 cluster kepulauan, seperti: Pulau rekalamasi kawasan peruntukkan permukiman (cluster bagian barat); Pulau rekalamasi kawasan peruntukkan perkantoran, perdagangan dan jasa (cluster bagian tengah); Pulau reklamasi kawasan peruntukkan industri dan pergudangan (cluster bagian timur). Untuk memenuhi kebutuhan material reklamasi pulau pulau tersebut, direncanakan terdapat 2 kandidat lokasi penambangan pasir, yakni kawasan Pantai Utara Banten dan kawasan Lampung. Secara teoritis, penambangan pasir di kawasan pantai akan merubah struktur geomorfologi pantai dan batimetri yang secara lebih lanjut akan merubah pola arus susur pantai yang berpotensi menyebabkan erosi dan akresi pantai di kawasan penambangan pasir dan di sekitarnya. Teraduknya lumpur/ lanau akibat penambangan pasir tersebut dapat juga berpotensi berdampak terhadap kualitas air, dimana kekeruhan air yang kontinyu dan/atau tersuspensinya kandungan biogeokimia yang lain. Kekeruhan air tersebut dapat menghambat penetrasi sinar matahari yang merupakan energi utama yang menggerakkan siklus hidup ekosistem perairan pesisir. Apabila suatu ekosistem terganggu, maka ekosistem tersebut akan mencari suatu kesetimbangan yang baru ataupun hilang. Dikawatirkan, kedepan, akibat adanya kegiatan penambangan pasir secara besar-besaran yang akan berdampak kepada ekosistem perairan pesisir, secara lebih jauh juga akan berdampak kepada kegiatan aktivitas kelautan dan perikanan di Provinsi tersebut.

Tujuan : - Mengetahui dampak penambangan pasir laut terhadap sumber daya laut dan pesisir di pantai utara Banten. - Mengestimasi kapasitas pasir laut di banten untuk kebutuhan reklamasi Teluk Jakarta

Metode : 1. Studi Literatur 2. Pengumpulan data sekunder (Peta Laut Dishidros TNI AL, Peta LPI BIG, Peta RBI BIG, Peta Geologi, Data Meteorologi, Citra Satelit Landsat) 3. Pengumpulan data primer (SBP, Sedimen Permukaan, Batimetri, Pasut, Arus, Kualitas Air) 4. Pengolahan, pemodelan, dan analisis data 5. FGD 6. Penyusunan laporan dan Karya Tulis Ilmiah

Hasil : Berdasarkan hasil pengukuran kualitas air dapat dikatakan bahwa perairan di Kabupaten Serang berada di atas baku mutu yang disyaratkan Kep.Men LH Nomor. 51 Tahun 2004. Nilai kualitas air yang berada di atas baku

mutu tersebut bisa jadi disebabkan oleh limbah industri yang terbawa oleh arus sungai dan menyebar di laut. Berdasarkan pengakuan dari masyarakat isu pencemaran ini mengakibatkan menurunnya produksi rumput laut di sekitar Pulau Panjang, dan menurunnya produksi ikan budidaya tambak di Desa Lontar. Meskipun demikian rumput laut tumbuh subur dan jumlah tangkapan ikan tidak mengalami penurunan di Desa Lontar, Kec. Tirtayasa.

Hasil pengukuran batimetri menunjukkan adanya cekungan di bekas area penambangan yang mengindikasikan bekas pengerukan di area tersebut. cekungan tersebut dapat mengakibatkan perubahan pola arus yang mungkin dapat mengakibatkan abrasi dan juga mengganggu pelayaran nelayan. Meskipun demikian, hasil analisis garis pantai menggunakan citra satelit landsat secara multitemporal menunjukkan proses abrasi pantai di Kec. Tirtayasa telah terjadi sebelum aktivitas penambangan pasir laut dimulai. Proses abrasi pantai diduga terjadi sejak adanya pengalihan aliran sungai Ci Ujung yang pada awalnya bermuara di Tanjung Pontang dialihkan ke Tengkurak. Untuk mengetahui dampak penambangan pasir terhadap abrasi pantai ini perlu dilakukan pemodelan hidrodinamika di daerah pesisir tersebut.

Dampak secara langsung dari aktivitas penambangan pasir laut tidak teramati. Hal ini dikarenakan pada saat survei dilakukan sedang tidak ada aktivitas penambangan pasir laut yang berjalan. Penambangan pasir laut terakhir terjadi pada tahun 2012. Oleh karena itu disarankan dilakukan penelitian kembali pada saat ada aktivitas penambangan di perairan Serang untuk membuktikan dugaan-dugaan pada penelitian ini. Hasil temuan pada penelitian ini sebaiknya dijadikan pertimbangan untuk lebih memperkuat penegakan hukum atau peraturan yang telah dibuat. Tanpa penegakan hukum maka kerusakan lingkungan akan terjadi dengan cepat.

Unit Kerja Alamat

: :

Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir Gedung Balitbang KP II Lantai 4, Jl. Pasir Putih I, Ancol Timur, Jakarta Utara 14430 – DKI Jakarta / Telp. : (021) 64711583, 64711672 ext 4304 / Fax. : (021) 64711654

Lokasi Kegiatan : Perairan Laut Utara Kabupaten Serang, dan Pesisir Desa Lontar, Kecamatan Tirtayasa, Kabupaten Serang, Banten

Peneliti Utama Keg Peneliti Anggota

: :

Joko Prihantono, M.Si. 1. Rainer A. Troa, M.Si. 3. Lestari C. Dewi, M.Si. 2. Ira Dillenia, M.Hum. 4. Eko Triarso, M.Si.

Program Renstra : Penelitian dan Pengembangan Iptek Kelautan dan Perikanan Mitra Kerja Sama Dana Pendamping Pengguna

: : :

Program APBN : Penelitian dan Pengembangan Iptek

Sumber Dana : - RM - PHLN

: :

Rp. 500.000.000,- Realisasi : Rp. 494.039.200

Cekungan diduga bekas penambangan pasir laut

Page 9: SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR TAHUN 2014 Kajian Dampak

SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR – TAHUN 2014 REVITALISASI TATA KELOLA TAMBAK GARAM DALAM KERANGKA PENERAPAN EKONOMI BIRU PADA INDUSTRI GARAM RAKYAT

Lokasi penelitian di Cirebon (kiri) dan Pamekasan (kanan)

Analisis spasial dan proporsi

struktur tambak Layout tambak garam semi intensif

PRODUKSI GARAM

PENDAPAT AN PETANI GARAM

+

KONSUMSI GARAM

+

+

+

IMPORT GARAM

-

-

LUAS TAMBAK

+

+

KETRAMPILAN

+

+

EVAPORASI

+

CURAH HUJAN

-

REGULASI

-

-

Model optimasi pengelolaan tambak garam rakyat

Analisis emergy proses produksi garam

Fungsi mangrove dalam menjaga kelestarian ekosistem pantai

di tambak garam cirebon (kiri) dan Pamekasan (kanan)

Aktivitas survei lapangan Jalan produksi di sekitar meja kristal

Latar Belakang :

Fakta menunjukkan bahwa sebagian besar petambak garam rakyat mengelola 0,5 hingga 1 hektar perorang dengan produktivitas tambak dibawah 100 ton/ha/musim dan kualitas umumnya masih rendah.Sementara Kementerian Kelautan dan Perikanan menargetkan pendapatan setiap petambak garam sebesar dua juta perbulan. Langkah yang dapat dilakukan pemerintah menuju swasembada garam (konsumsi dan industri) adalah mendorong peningkatan produktivitas lahan, serta kualitas garam dari lahan yang tersedia.Masyarakat pelaku industri garam rakyat harus mendapat pemahaman rasional yang didasarkan pada kajian ilmiah bahwa perubahan tata kelola tambak garam dapat meningkatakan produksi garam dan menghasilkan produk turunan yang mempunyai nilai ekonomis, dengan target peningkatan pendapatan petambak garam. Pendekatan Konsep Blue Economypada industri garam rakyat berpeluang lebih menguntungkan secara ekonomi dan lingkungan. Oleh karena itu dilakukan penelitian untuk memperkuat tata kelola tambak garam dalam kerangka penerapan blue economy pada industri garam rakyat.

Tujuan : - menata proses dan sistem produksi garam rakyat menuju skala industri dengan kualitas yang tinggi. - merumuskan model optimasi pengelolaan tambak garam yang selaras dengan prinsip-prinsip blue economyuntuk meningkatkan kapasitas industri garam rakyat

Metode : - Analisis spasial dan proporsi struktur tambak (reservoir, condenser, crystalization) untuk membuat desain dan layout tambak garam semi intensif

- Analisis sistem dinamik untuk merumuskan model optimasi pengelolaan tambak garam rakyat

- Analisis emergy untuk mengevaluasi keberlanjutan proses produksi garam (Studi kasus di Pamekasan)

Hasil :

Dengan target produksigaram 100 ton/ha/musim, dibutuhkan brine sebanyak 5.000 m3(1 ton garam dihasilkan dari 50 m3 air laut 3,50Be).Berdasarkanperhitungan kesetimbangan massa brine dari 3,5 Be menjadi 13 0Be dan 13 0Be menjadi 25 0Be, diperoleh volume brine dan kebutuhan luas di tiap jenis kolam (lihat tabel). Komposisi luas dijadikan dasar membuat desain dan layout tambak garam rakyat.

Dalam causal loop diagram (CLD) model sistem dinamik produksi garam rakyat, faktorproduksi garamsaling mempengaruhi dengan faktor-faktor lain, antara lain yaitu luas lahan, tingkat konsumsi, keterampilan petambak, pendapatan dan impor garam. Sedangkan faktor yang mempengaruhi adalah kondisi cuaca dan tingkat evaporasi. Selain itu impor garam mempengaruhi pendapatan petambak dan dipengaruhi oleh regulasi.

Hasil analisis emergy produksi garam (Studi kasus: Pamekasan)menunjukkan bahwa radiasi matahari dan angin (emergy lingkungan)menjadi sumber energi utama yang mengendalikan evaporasi, Sedangkan tenaga kerja, gravitasi dan angin berfungsi membantu menuangkan dan memompa brine ke petakan-petakan tambak.Proses produksinya menunjukkan angka keberlanjutan yang tinggi,tetapi sangat tergantung pada persentase emergyterbarukan berupa tenaga kerja dan jasa.Proses ini dianggap sebagai suatu proses terbarukan(sedang s.d. tinggi)untuk memproduksi sebuah produk takterbarukan.Modernisasi yang melibatkan penggunaan bahan bakar, diduga dapat menurunkan tingkat kelestarian dan meningkatkan beban lingkungan akibat penggunaansumber daya tak terbarukan. Maka mempertahankan pola produksi on farm sejalan dengan konsep ekonomi biru, hanya saja perlu ditingkatkan kapasitas SDM dan optimaliasi pemanfaatan lahan.

Selanjutnya penataan dapat diarahkan pada aspek pengelolaan tambak garam rakyat yang berproduksi secara mandiri menjadi kelompok produsen garam dengan luas lahan yang memadai untuk menghasilkan garam dengan kualitas industri dan produk sampingan yang memiliki potensi nilai jual.

Unit Kerja Alamat

: :

Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir Jl. Pasir Putih I Lantai 3, Ancol Timur, Jakarta Utara 14430 – DKI Jakarta / Telp. : (021) 64711583 pes 4304 / Fax. : (021) 64711654

Lokasi Kegiatan : Kecamatan Losari Kabupaten Cirebon dan Kecamatan Pademawu Kabupaten Pamekasan

Peneliti Utama Keg Peneliti Anggota

: :

Rikha Bramawanto, S.Pi Hari Prihatno, M.Sc Sophia L. Sagala, M.Sc Nasir Sudirman, S.Pi

Program Renstra : Penelitian dan Pengembangan Iptek Kelautan dan Perikanan Mitra Kerja Sama Dana Pendamping Pengguna

: : :

Program APBN : Penelitian dan Pengembangan Iptek

Sumber Dana : - RM - PHLN

: :

Rp. 192.408.000 Realisasi : Rp 180.189.800

liter m3

reservoir 5.000.000 5.000 1 5.000 1.000

evaporator I 5.000.000 5.000 0,2 25.000 5.000

evaporator II 1.250.000 1.250 0,15 8.333 1.667

meja kristal 609.695 610 0,07 8.710 1.742

pematang dan jalan produksi (6% dari evaporator dan meja kristal) 2.823 565

49.866 9.973

luas untuk sekali

panen (m2)

luas komposisi

lahan (m2)

luas total untuk produksi 100.000 kg atau 100 ton

volume ketinggian air

(m)jenis kolam

Page 10: SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR TAHUN 2014 Kajian Dampak

Satuan Kerja : Loka Penelitian Sumberdaya dan Kerentanan Pesisir Alamat : Jl. Raya Padang Painan KM. 16, Komplek PPS Bungus, Padang. email: [email protected] Lokasi Kegiatan : PPN Tanjungpandan dan sekitarnya, Provinsi Bangka - Belitung

Penanggung Jawab Keg. Peneliti Kegiatan

: :

Gunardi Kusumah Gunardi Kusumah, Yunianto, Herina IR, Farid Hidayat, Prima Saputra, Ilham

Program RenstraProgram APBN

: :

Penelitian dan Pengembangan Iptek KP Penelitian dan Pengembangan Iptek

Mitra Kerjasama : Geoteknologi LIPI Dana Pendamping : -

Anggaran Realisasi Pengguna :

RM : Rp. 285.635.000 RM : Rp. 255.035.000 - PPN Tanjungpandan – DJPT

PHLN : Rp. PHLN : Rp. - Pemda Prov. Bangka – Belitung

PNBP : Rp. PNBP : Rp. - Ditjen KP3K

SUMBERDAYA DAN KERENTANAN PESISIR – TAHUN 2014 STUDI POTENSI SUMBER DAYA AIRTANAH DI KAWASAN PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL (PULAU BELITUNG DAN SEKITARNYA)

Penampang Bawah Permukaan - Hasil Pengukuran dengan metode Geolistrik

Latar Belakang : KKP untuk mencapai visi misinya bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan nilai tambah produk KP melalui konsep Industrialisasi kelautan dan perikanan. Beberapa lokasi tersebut diantaranya lokasi pelabuhan perikanan sebagai sentra industrialisasi perikanan tangkap. Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Tanjungpandan dalam rencana pengembangan kawasan pelabuhannya diharapkan dapat mendukung tujuan tersebut. Sesuai dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.16/MEN/2006 dan perubahannya Nomor PER.08/MEN/2011 pasal 22 tentang Kepelabuhanan Perikanan menyebutkan bahwa fasilitas pelabuhan perikanan meliputi fasilitas pokok, fasilitas fungsional, dan fasilitas penunjang. Salah satu fasilitas fungsional yang harus dipenuhi adalah suplai air bersih, yang dapat berasal dari air permukaan maupun bawah permukaan. Sumber daya air di kawasan pelabuhan perikanan sangat erat kaitannya dengan karakteristik air di wilayah pesisir. Pengambilan airtanah yang berlebihan tanpa disertai dengan perhitungan maupun perencanaan/ pengelolaan yang baik dikhawatirkan akan berdampak buruk terhadap kelestarian sumber daya airtawar, dan baik langsung maupun tak langsung akan berpengaruh pada tingkat produktivitas kawasan pelabuhan perikanan. Tujuan : Melakukan studi potensi sumberdaya air tawar di kawasan pesisir/pulau-pulau dengan fokus kawasan pelabuhan perikanan dan mendapatkan data karakteristik akuifer serta mendukung rencana eksploitasi airtanah juga sebagai bahan masukan untuk mendukung pengembangan kawasan pelabuhan. Metode : Persiapan, Kegiatan Koordinasi, Survei Lapangan (GIS, survei hidrometeorologi, & hidro-geologi), Analisis Data Lapang, Pengolahan data, Pelaporan. Hasil : Data: karakteristik hidrometeorologi wilayah; karakteristik akuifer; hasil geolistrik Informasi: karakteristik hidrogeologi dan titik-titik potensi keterdapatan air tanah Laporan hasil penelitian Tindak Lanjut: Rencana pelaksanaan pemboran sumur PPN Tanjungpandan dalam rangka pengembangan pelabuhan berdasarkan informasi titik-titik potensi keterdapatan air tanah

Grafik Kondisi Kualitas Airtanah sekitar lokasi PPN

Interpretasi Keterdapatan Airtanah di wilayah PPN

Page 11: SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR TAHUN 2014 Kajian Dampak

Satuan Kerja : Loka Penelitian Sumberdaya dan Kerentanan Pesisir Alamat : Jl. Raya Padang Painan KM. 16, Komplek PPS Bungus, Padang. email: [email protected]

Lokasi Kegiatan : Kabupaten Buleleng dan Karang Asem, Provinsi Bali

Penanggung Jawab Keg. Peneliti Kegiatan

: :

Semeidi Husrin, M.Sc Semeidi Husrin, M.Sc

Program Renstra Program APBN

: :

Penelitian dan Pengembangan Iptek KP Penelitian dan Pengembangan Iptek

Mitra Kerjasama : ITB, Bappeda Karang Asem/Buleleng Dana Pendamping : -

Nia Naelul Hasanah. S. Sos Anggaran Realisasi Pengguna : Dinas KP, Bappeda Kab Buleleng dan Karang Asem, BPSPL Bali, Ditjen KP3K, Universitas.

Try Al Tanto, S.Si RM : Rp. 311.058.000 RM : Rp. 311.058.000

Hadi Sofyan. ST Aprizon Putra. SPd

PHLN : Rp. PHLN : Rp.

PNBP : Rp. PNBP : Rp.

SUMBERDAYA DAN KERENTANAN PESISIR – TAHUN 2014

1. KAJIAN LINGKUNGAN PESISIR DAN SISTEM PERLINDUNGAN PANTAI DI BALI TIMUR

Gambar 1. Hasil survey lapangan, gambaran

pesisir Bali Timur

Gambar 2. Model hidrodinamika arus

Gambar 3. Kegiatan konferensi KTI

Latar Belakang : Tidak seperti bagian selatan, perekonomian masyarakat di Timur Pulau Bali terutama di Buleleng dan Karang Asem kurang maju karena minimnya atraksi pariwisata dan kondisi lahan yang selalu mengalami kekeringan. Ekonomi penduduk lokal di Timur Bali sudah lama bergantung pada eksploitasi sumber daya alam tradisional seperti pertanian, perkebunan, perikanan dan penambangan pasir di sungai-sungai yang kering. Pada tahun 1980-an, kapal karam Liberty Shipwrect di Tulamben, Karang Asem, mulai dikenal dunia pariwisata dan telah mengubah Tulamben yang masih tradisional menjadi masyarakat yang terbuka secara nasional dan internasional. Di awal tahun 2000-an Lokasi Kapal Karam Liberti telah menjadi daerah tujuan penyelaman paling populer di Bali dan Indonesia (UNWTO). Tidak hanya Tulamben, lokasi – lokasi lain di sepanjang pesisir Bali Timur juga mulai berkembang. Hal ini bisa terlihat dari tingginya pertumbuhan penginapan (hotel) dan infrastruktur penunjang pariwisata lainnya. Namun, fenomena alam dalam bentuk erosi pantai yang telah terjadi selama bertahun – tahun terus mengancam keberlanjutan industri pariwisata di Bali Timur. Upaya mitigasi berupa pembangunan tembok laut dalam berbagai bentuk dan ukuran telah dilakukan di sepanjang pesisir Bali Timur. Kajian ini menitikberatkan pada pemahaman lingkungan pesisir dan efektifitas dari sistem perlindungan pantai di Bali Timur yang telah dikerjakan selama bertahun – tahun tersebut.

Tujuan : 1. Memahami lingkungan pesisir terutama proses – proses fisik yang terjadi di Bali Timur yang terkait dengan fenomena erosi pantai. 2. Menyediakan bahan rekomendasi dan upaya – upaya perlindungan pantai di Bali Timur yang lebih efektif dan efisien.

Metode : Penelitian ini dimulai dengan studi literatur dan pencarian data sekunder yang diambil dari berbagai sumber. Data primer juga dibutuhkan sehingga metoda wawancara dan pengukuran langsung di lapangan harus dilakukan untuk mengukur kondisi sedimen dan karakteristik oseanogafi. Analisis pertama – tama dilakukan dengan metoda GIS untuk mendapatkan gambaran umum mengenai kondisi erosi di pantai Timur Bali dari waktu – ke waktu. Proses fisik seperti oseanografi dianalisis dengan memanfaatkan data pasut, arus dan gelombang. Arus dan pasang surut dimodelkan dengan menggunakan bantuan simulasi hidrodinamika. Setelah seluruh analisis dilakukan, pemahaman akan proses-proses yang terjadi dan menyebabkan kejadian erosi pantai dapat diperoleh. Hasil dari model-model tersebut kemudian divalidasi dan diverifikasi dengan data lapangan sehingga dapat dijadikan bahan rekomendasi penanganan erosi pantai di Bali Timur.

Hasil : 1. Aspek-aspek permasalahan lingkungan pesisir di Bali Timur berhasil diidentifikasi seperti erosi pantai yang tidak hanya disebabkan oleh aspek oseanografi tetapi juga aktifitas

gunung api, pergerakan lempeng dan aktifitas penambangan pasir, 2. Siklus erosi pantai di Bali Timur berhasil dijelaskan dan didukung oleh data dan pemodelan hidrodinamika, pergerakan lempeng dan GIS, 3. Bahan rekomendasi pengelolaan pesisir disampaikan berdasarkan analisis data dan informasi yang terkumpul. Efektifitas sistem perlindungan pantai yang ada bersifat

sementara dan tidak terintegrasi.

Page 12: SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR TAHUN 2014 Kajian Dampak

Satuan Kerja : Loka Penelitian Sumberdaya dan Kerentanan Pesisir

Alamat : Jl. Raya Padang Painan KM. 16, Komplek PPS Bungus, Padang. email: [email protected]

Lokasi Kegiatan : Kabupaten Lebak, Propinsi Banten dan Kabupaten Pesisir Selatan, Propinsi Sumatera Barat

Penanggung Jawab Keg. Peneliti Kegiatan

: :

Rizki Anggoro Adi, ST Dr.Ing. Semeidi Husrin, M.Sc, Gunardi Kusumah, MT ,Try Al Tanto, S.Pi, Aprizon Putra, S.Pd, Prima Saputra, ST, Ilham, A.Md, Farid Hidayat, A.Md Ilham

Program RenstraProgram APBN

: :

Penelitian dan Pengembangan Iptek KP Penelitian dan Pengembangan Iptek

Mitra Kerjasama : Ditjen KP3K Dana Pendamping : -

Anggaran Realisasi per November 2014 Pengguna :.

RM : Rp. 274.082.000 RM : Rp. 209.541.000 Ditjen KP3K, Dinas KP Lebak dan Dinas KP Pesisir Selatan, Institut Teknologi Bandung

PHLN : Rp. PHLN : Rp.

PNBP : Rp. PNBP : Rp.

SUMBERDAYA DAN KERENTANAN PESISIR – TAHUN 2014

Kajian Kerentanan Pesisir Kab. Lebak, Banten dan Kab. Pesisir Selatan, Sumatera Barat terhadap Bencana Tsunami

Gambar 1. Survei lapangan di Lokasi PDPT Kabupaten Lebak

Gambar 2. Pemodelan Tsunami pada lokasi PDPT Kabupaten Pesisir Selatan

Gambar 3. Proses Pantai yang terjadi dalam kurun waktu 1972 –

2012 di Pesisir Surantih

Latar Belakang :

Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari surat permintaan dari Direktorat Jenderal Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Kementerian Kelautan dan Perikanan terkait dengan Program Kegiatan Pengembangan Desa Pesisir Tangguh (PDPT) yang telah berjalan sejak tahun 2012 untuk dilakukan evaluasi teknis melalui kajian ilmiah khususnya pada pengukuran indikator ketangguhan desa terhadap bencana pesisir. Lokasi penelitian difokuskan pada desa-desa yang menjadi lokasi program PDPT di Kabupaten Lebak dan Kabupaten Pesisir Selatan. Selain itu kegiatan ini juga memenuhi surat permintaan bantuan penelitian hutan pantai untuk mitigasi bencana dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pesisir Selatan sebagai bahan rekomendasi penanganan proses abrasi pantai yang terjadi di wilayah pesisir Surantih Kecamatan Sutera Kabupaten Pesisir Selatan. Dalam kegiatan penelitian di wilayah pesisir Surantih ini juga dijadikan sebagai inisiasi kerjasama penelitian ke depan antara Indonesia dan Republik Rakyat Tiongkok dimana tim peneliti dari Tiongkok yang terlibat sebagai pengamat juga ikut turun serta dalam kegiatan survei lapangan dan memberikan bantuan pengolahan dan analisa data terkait dengan proses abrasi pantai yang terjadi saat ini.

Tujuan :

3. mempelajari Kerentanan Pesisir di lokasi kegiatan Pengembangan Desa Pesisir Tangguh (PDPT) sebagai bahan rekomendasi evaluasi kegiatan PDPT dalam menilai indikator ketangguhan desa terhadap bencana pesisir.

4. Mempelajari proses abrasi pantai di lokasi yang menjadi permintaan kajian Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pesisir Selatan.

Metode :

Secara umum, metoda penelitian ini dimulai dengan studi pustaka yang dilaksanakan secara komprehensif dengan menelusuri sumber-sumber hasil penelitian seperti jurnal ilmiah, laporan teknis, prosiding dan laporan – laporan sebagai upaya dalam mengidentifikasi permasalahan pesisir di Pesisir Selatan dan Lebak dan kondisi terkini kesiapsiagaanya dalam menghadapi bencana tsunami dan badai laut. Dari hasil studi pustaka tersebut tujuan penelitian dan metoda penelitian lebih dimatangkan lagi berdasarkan data dan informasi terbaru dan mengedepankan empat aspek, yaitu GIS, oseanografi, lingkungan dan kebencanaan. Selanjutnya, pengumpulan data dilakukan langsung di lapangan untuk mengambil data primer dan sekunder sebagai bahan analisis dan untuk proses validasi dan verifikasi potensi sumberdaya pesisir dan faktor-faktor pengancamnya. Setelah hasil analisis didapat, konsultasi publik dilakukan baik itu dalam bentuk kegiatan monitoring dan evaluasi (monev) dan focus group discussion (FGD). Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan masukkan dari berbagai pihak yang akan terlibat baik itu secara langsung maupun tidak langsung terhadap hasil kegiatan penelitian. Setelah mendapat masukkan dari masyarakat dan ahli, maka data dan informasi terkait kerentanan dan ketangguhan Pesisir Selatan dan Lebak terhadap bencana tsunami dan badai laut menjadi lebih dapat diandalkan.

Hasil :

4. Untuk kajian kerentanan pesisir terhadap ketangguhan desa pesisir sampai saat ini masih dalam proses analisa data. 5. Proses pantai di wilayah Pesisir Surantih dapat dijelaskan secara ilmiah dan didukung oleh data dan hasil analisis penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografis (GIS)

6. Dari hasil pemodelan hidrodinamika terlihat beberapa wilayah yang cukup rawan terhadap bencana tsunami yang ditunjukkan dengan zona rendaman yang tergambar dari hasil simulasi dengan memperhitungkan skenario terburuk yang ada.

Tindak lanjut :

Kegiatan ini mengalami keterlambatan 2 (dua) bulan dikarenakan adanya Inpres No. 4/2014 tentang penghematan Anggaran sehingga sempat kegiatan penelitian ini dihentikan (dropping) pada bulan Mei dan dilanjutkan kembali pada bulan Juli 2014. Rencana Forum Grup Discussion (FGD) akan dilaksanakan pada pertengahan Desember 2014 dan diharapkan akhir Desember nanti Laporan Akhir sudah dapat diselesaikan.

Page 13: SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR TAHUN 2014 Kajian Dampak

Satuan Kerja : Loka Penelitian Sumberdaya dan Kerentanan Pesisir

Alamat : Jl. Raya Padang Painan KM. 16, Komplek PPS Bungus, Padang. email: [email protected]

Lokasi Kegiatan : Kota Gorontalo

Penanggung Jawab Keg. Peneliti Kegiatan

: :

Nia Naelul Hasanah R Gunardi Kusumah, Semeidi Husrin, Ilham A, Ilham B, Abilawa Setyadi, Hadi Sofyan, Aprizon Putra

Program RenstraProgram APBN

: :

Penelitian dan Pengembangan Iptek KP Penelitian dan Pengembangan Iptek

Mitra Kerjasama :Dinas Kelautan dan Perikanan Prov. Gorontalo Dana Pendamping : -

Anggaran Realisasi Pengguna :

RM : Rp. 277.400.000 RM : Rp. 277.400.000 Pemda Gorontalo

PHLN : Rp. PHLN : Rp. Ditjen KP3K

PNBP : Rp. PNBP : Rp. Kemendikbud& Kemen Pariwisata

SUMBERDAYA DAN KERENTANAN PESISIR – TAHUN 2014 KAJIAN SUMBERDAYA DAN KERENTANAN POTENSI KAWASAN KONSERVASI MARITIM SITUS KAPAL TENGGELAM

DI PROVINSI GORONTALO

Gambar 1&2. Lokasi Situs Kapal & Kegiatan FGD

Gambar 3&4. Kondisi Kapal Tenggelam & Profil

Oseanografi

Gambar 5&6. Pengukuran Batimetri di Lokasi Situs

Gambar 7&8. Sketch Up 3D Modelling bangkai Kapal

Tenggelam

Gambar 9&10. Kondisi Kualitas Air & Hidupan Laut

Latar Belakang: "The Hidden Paradise" Gorontalo merupakan salah satu provinsi termuda di Indonesia yang memiliki sumberdaya pesisir dan laut yang potensial untuk dikembangkan. Di Kota Gorontalo terdapat situs kapal tenggelam Japanese Cargo Wreck yang terletakdi pantai Leato, Kec. Kota Selatan, Kota Gorontalo yang dapat dikembangkan sebagai destinasi wisata selam unggulan

di Gorontalo dan ke depan diharapkan dapat ditetapkan sebagai Kawasan Konservasi Maritim (KKM) dan situs cagar budaya bawah air. Pelestarian dan pengembangan kapal tenggelam Japanese Cargo Wreck dapat memberikan peluang pengelolaan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang berkelanjutan serta dapat memberikan devisa kepada negara seperti halnya di situs USAT Liberty Bali, SS Yongala Australia, dan USS Arizona USA. Penelitian ini dilakukan untuk mendukung arah kebijakan pengembangan wawasan budaya bahari, mendukung rencana pengelolaan Teluk Tomini yg merupakan tindak lanjut penandatanganan MoU Gubernur Sulteng, Sulut, dan Gorontalo dengan Men KP tentang Pengelolaan bersama Sumberdaya Pesisir Teluk Tomini, serta mendukung keinginan Pemda Gorontalo untuk mengembangkan situs kapal tenggelam Japanese Cargo Wreck sebagai tujuan wisata selam di Gorontalo. Tujuan :

Mengidentifikasi sumberdaya arkeologi laut kapal tenggelam di Gorontalo dan mengetahui kondisi serta signifikansi situs, mengetahui kondisi lingkungan fisik perairan di lokasi situs kapal tenggelam, menyediakan bahan rekomendasi untuk mendukung pengembangan wisata bahari dan penetapan Kawasan Konservasi Maritim Metode :

Studi lliteratur, pengumpulan data sekunder, konsultasi narasumber, koordinasi dengan instansi terkait, survei lapangan, pengolahan dan analisis data, penyusunan laporan dan KTI. Survei lapangan: pengukuran dan pendokumentasian data arkeologis kapal karam Japanese cargo melalui kegiatan penyelaman, pengambilan sampel air dan sedimen; pengukuran parameter fisik: suhu, salinitas, pH, DO, dengan Water Quality Checker TOA DKK; pengukuran pasang surut dengan tide master; pengukuran batimetri, dan pengamatan ekosistem, biota, garis pantai. Pengolahan, analisis, dan sintesis data dilakukan untuk mengidentifikasi situs dan bangkai Japanese Cargo wreck, mengetahui signifikansi, nilai historis situs, pemodelan sketch up 3D kapal Japanese Cargo, mendapatkan karakteristik oseanografis dan atmosferik, pengaruh sedimentasi dan erosi terhadap kelestarian situs, kondisi kualitas air dan ekosistem lingkungan situs dan berbagai faktor ancaman dan upaya mitigasinya. Hasil : • Kondisi Japanese Cargo wreck: dimensi kapal 45 x 12 x 8 m, keutuhan: 60 % Intact, posisi kapal terbalik, material Carbon Steel, propeller masih utuh, bilge Keel: ada, Rudder: Tidak ada,

bagian bow patah dan pecah, ruang mesin utuh, bagian portside berlubang, jangkar berada di jkedalaman 15 m, tiang kapal masih ada, tutupan terumbu karang di badan kapal sekitar 30 %.

• Japanese Cargo Wreck adalah kapal Jepang Masa Perang Dunia II. Menurut penduduk bernama “Kaisu Maru”. Namun di arsip Japanese Navy/Merchan Ship tidak ada kapal bernama Kaisu Maru. namun demikian, terdapat nama kapal “Kaisei Maru”, “Kashi Maru”, dan “Kyosei Maru”

• Japanese Cargo Wrek ini terbakar, terdampar 1 bulan, kemudian tenggelam di lokasi tersebut. Sebagian menyatakan kapal ini diserang oleh pejuang rakyat di bawah pimpinan Pahlawan Nani Wartabone. Muatan kapal: kopra, kayu, rotan. Tapi sebagian mempercayai muatan kapal adalah emas

• Pola Pasut: Mixed Predominantly Semi Diurnal (2 kali pasang tinggi dan rendah dalam satu hari)

• Kondisi perairan termasuk baik, sesuai standar baku mutu perairan KepMen LH No. 51 tahun 2004 untuk wisata bahari dan biota laut dan juga kondisinya subur terlihat dengan banyaknya soft coral, hard coral, dan biota lainnya.

• Laju sedimentasi kecil, keberadaan Sungai Bone dan material yang dibawanya belum berpengaruh besar pada kondisi perairan Japanese Cargo. Rekomendasi

Lokasi situs kapal tenggelam Japanese Cargo wreck dapat dijadikan sebagai tujuan wisata selam yang mempunyai nilai ekonomis dikarenakan sejumlah alasan seperti: kondisi bangkai kapal masih baik, kondisi laut yang terlindung karena berada di teluk, air laut yang jernih sehingga visibility di bawah air sangat baik, lokasi situs yang berada tidak jauh dari pusat kota, akses yang mudah untuk melakukan penyelaman (beach entry), keberadaan situs di lokasi yang mempunya pemandangan yang sangat indah dan tenang, kondisi kualitas air yang masih sesuai dengan baku mutu air laut untuk wisata bahari, serta adanya keanekaragaman biota laut yang berada dalam kondisi baik dan sehat yang dapat menarik kedatangan para turis maupun ilmuwan dari dalam maupun luar negeri.

• Perlu penelitian lanjutan, dan pengukuran jangka panjang untuk mengetahui tingkat kerentanannya, perlu penetapan segera sebagai zona KKM sebagai bentuk perlindungan hukum yang dapat menjaganya dari kerusakan dan pengrusakan oleh manusia.

• Untuk kepentingan konservasi fisik dan wisata bahari, perlu diterapkan penggunaanmetode in-situ preservation seperti catodic protection/corrosion control,pengaturan penyelaman,

Dep

th (m

)

Page 14: SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR TAHUN 2014 Kajian Dampak

SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR – TAHUN 2014 KAJIAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN LIMBAH GARAM MENGHASILKAN Mg(OH)2 dan SODA API

Lokasi Perolehan Limbah Garam

Skema pengolahan Limbah Garam Pertemuan Teknis Pemantapan Riset

Proses pengolahan filtrat melalui metode elektrolisa

Profil pH hasil elektrolisa tanpa membran (kiri) dan dengan membran (kanan)

Latar Belakang : Dalam proses pengolahan limbah garam menghasilkan magnesium, diperoleh limbah cair yang masih mengandung mineral lainnya yang berpotensi untuk dimanfaatkan juga. Meninjau persamaan reaksinya, limbah

cair ini mengandung Na secara dominan. Apabila Na dalam limbah cair ini dapat ditangkap (recovered) sebagai soda api (NaOH), maka limbah ini berpotensi dimanfaatkan kembali sebagai bahan baku (agen pengendap) dalam kegiatan pengolahan limbah garam (bittern) produksi Mg(OH)2. Teknologi ini dapat sebagai suatu alternatif kegiatan yang mendukung blue economy. Selain limbah cair, sumber Na yang berpotensi untuk diolah adalah bittern atau garam itu sendiri. Kajian pengolahan bahan tersebut untuk mendapatkan soda api juga potensi dipelajari. Penelitian ini bertujuan mengenai studi pengolahan limbah garam untuk menghasilkan soda api, yang juga merupakan salah satu produk turunan lainnya, selain Mg. Sasaran utama penelitian ini adalah untuk meningkatkan nilai guna bittern dan limbah dalam proses pengolahannya. Hasil yang akan diperoleh adalah produk turunan garam dan mengetahui potensi bittern garam Indonesia.

Tujuan : - Memperoleh teknologi pembuatan soda api dari produk sisa pada proses pembuatan magnesium dan air tua pada proses pembuatan garam - Memperbaiki teknologi pengelolaan limbah garam penghasil magnesium hidroksida untuk meningkatkan kualitasnya - Teridentifikasinya informasi proses pemanfaatan bittern secara comprehensive

Metode : - Analisa bahan baku (Bittern dan limbah cair dari proses pengolahan bittern menjadi Mg(OH)2), meliputi komposisi kation dan anion

- Perakitan kompartemen elektrolisa, pemilihan membran dan Elektrolisa garam dan filtrat (limbah cair pada proses pembuatan Mg(OH)2)

- Analisalaboratorium meliputi analisa komposisi, standarisasi dan morfologi

- Analisa data menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel 2007 dan Origin8

Hasil :

Bittern yang diperoleh dari tambak rakyat Pamekasan memiliki densitas 37oBe dengan kadar Mg, Na, dan Cl berturut-turut 5.27, 4.08, dan 18,30 %. Pada proses perbaikan mutu pengolahan bittern menghasilkan Mg(OH)2 dilakukan proses pencucian dengan tujuan meningkatkan kadar Mg(OH)2 yang dihasilkan. Hasil analisa menunjukkan bahwa melalui proses pencucian, diperoleh padatan Mg(OH)2 dengan kadar yang jauh lebih tinggi (92-96%) dibandingkan padatan Mg(OH)2 tanpa pencucian (lihat tabel). Komposisi Na dan Cl dalam padatan yang dicuci juga mengalami penurunan yang signifikan.

Dalam proses mendapatkan soda api cair, dilakukan terlebih dahulu proses elektrolisa terhadap larutan garam murni dengan dan tanpa membran. Elektrolisa tanpa menggunakan membrane menunjukkan adanya migrasi ion Cl pada anoda yang kembali terlarut dan berikatan dengan NaO- yang mulai terbentuk di katoda sehingga menyebabkan pH katolit (dimana soda api terbentuk) tidak stabil. Ketika reaksi elektrolisa dihentikan, larutan soda api pada katoda lama kelamaan menjadi kekuningan dan pH menjadi 7. Hasil uji cepat kualitatif mengindikasikan bahwa larutan kekuningan tersebut adalah larutan NaOCl. Sedangkan penggunaan membrane menunjukkan elektrolisa dapat menghasilkan pH katolit dan anolit yang stabil dan pH katolit tertinggi yang dicapai adalah 13. Dari hasil penentuan beda potensial (4-10V) diperoleh bahwa semakin tinggi beda potensial yang diaplikasikan, pH meningkat dan pembentukan NaOH pada katolit lebih cepat. Konsentrasi NaOH yang terbentuk dari elektrolisa larutan garam pada beda potensial 4V, 6V dan 10 V berturut-turut adalah 0,042 M, 0,080 M dan 0,126 M. Hasil elektrolisa terhadap filtrate untuk mendapatkan soda api dapat dilakukan pada beda potensial 6V selama 80-120 menit dengan konsentrasi OH yang dihasilkan adalah 0,178 M. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penelitian peningkatan kualitas Mg(OH)2 dapat dilakukan dengan metode pencucian mekanis menghasilkan Mg(OH)2 dengan kadar 96%. Proses pemanfaatan kembali filtrate menghasilkan soda api masih memerlukan studi lebih lanjut untuk mendapatkan kondisi optimum elektrolisa dengan kadar soda api tinggi.

Bahan Baku / Produk Komposisi

Mg (%) Na (%) Cl (%) Mg(OH)2 (%)

Bittern 5.27 4.08 18.30 - Filtrat (limbah cair) < 0.5 x 10-4 0.195-0.226 2.83-3.08 < 1.19 x 10-4 Mg(OH)2 tanpa pencucian 18.9-23.2 14.5-15.1 12.4-20.9 45.35-55.67 Mg(OH)2 dengan pencucian 38.5-40.2 1.96-1.98 1.56-1.59 92.38-96.46

Unit Kerja Alamat

: :

Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir Jl. Pasir Putih I Lantai 3, Ancol Timur, Jakarta Utara 14430 – DKI Jakarta / Telp. : (021) 64711583 pes 4304 / Fax. : (021) 64711654

Lokasi Kegiatan : Kecamatan Pademawu Kabupaten Pamekasan

Peneliti Utama Keg Peneliti Anggota

: :

Sophia Lasma Sagala, M.Sc. Rikha Bramawanto, S. Pi Hari Prihatno, M.Sc Dr. Ifan R. Suhelmi

Program Renstra Program APBN Sumber Dana

: : :

Penelitian dan Pengembangan Iptek Kelautan dan Perikanan Penelitian dan Pengembangan Iptek RM : Rp. 242.427.000 Realisasi : Rp 241.098.400

Mitra Kerja Sama Dana Pendamping Pengguna

: : :

Universitas Negeri Lampung

Page 15: SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR TAHUN 2014 Kajian Dampak

SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR – TAHUN 2014 Penerapan IPTEK untuk Pengembangan Model Kawasan Industri Garam Rakyat

Latar Belakang : Kebutuhanakangaramkianharimakinmeningkatseiringbertambahnyajumlahpendudukdanberkembangnyaberbagaiindustri. Produksi garam secara evaporasi sangat tergantung kondisi iklim dan cuaca. Pada tahun

2014 ini produksi cukup melimpah karena didukung oleh musim kemarau yang relatif panjang. Untuk memberikan nilai tambah bagi petani garam, diperlukan teknologi pengolahan garam sehingga nilai manfaat yang dinikmati petani garama tidak hanya garam krosok, tetapi garam olahan yang memiliki nilai jual yang lebih tinggi.Alatpemurniangaramtelahditerapkansejaktahun 2009 sebagai IPTEK untukMasyarakatataulebihdikenalsebagai IPTEKMAS Garam di 18 lokasikelompokpenerimatersebar di Indramayu, Cirebon, Pati, Rembang, Tuban, Lamongan, Tuban, Gresik, Surabaya, Sampang, PamekasandanSumenep. Padatahun 2012 paketteknologitelahmengalamipenyempurnaan. Paket yang diterapkantidakhanya proses pemurnian, namunjugatelahdilengkapidenganperalataniodisasidanpengemasan. Kemampuanproduksi rata-rata dapatmencapai 2 ton per haridanmenyerap 3 – 5 tenagakerja.

Selainalatteknologipemurnigaramsistemhiegenis, dikembangkan pula pengolahlimbahgaramatau bittern menjadi magnesium. “Bittern” dikenalsebagailimbah yang dihasilkanselama proses kristalisasigaram di tambak. Limbahcairsisadari proses kristalisasigaram. Selamaini bittern dibuangataudicampurkankembalidengan air lautuntuk proses mempercepatpenuaan air dalam proses pembuatangaram di tambak. Proses penguapan air lautdanpengkristalan “bittern” adalah proses alamifilterisasikandungan-kandungan mineral air laut. Dalam bittern terkandungdiantaranya 3,42% magnesium. Tujuan :

Tujuandarikegiataniniadalah (1) Meningkatkankemampuanproduksigaramolahandenganteknologipencuciangaramsebagaiupayaterwujudnyaindustrialisasigaramrakyatmemaluipenerapansistemproduksihiegenis. (2) Menjagakontinuitaspaketteknologi yang telahdiberikankepada para penerimamelaluipenguatansistemproduksi, pendampinganteknisdanmanajerialpengolahangaram, pendampingandalamanalisisbisnisgaram. Dan (3) Menerapkanpaketteknologipengolahlimbahgaram “bittern” menjadipadatan magnesium yang memilikinilaiekonomistinggi. Hal inidilakukanuntukmeningkatkankesejahteraanpetambakgaramdenganmenghasilkanproduktambahanselaingaram. Metode :

- Melakukanidentifikasipaketteknologi yang akandikembangkan

- Menentukanlokasipotensialbagicalonpenerimapaketteknolgi yang akandiserahkankepadamasyarakat - Menyusunlaporan/analisis/konseppengembangan/ penerapanan IPTEK sederhanasebagaipeningkatankapasitasdanpengembangansistemproduksihiegenis di Lamongan. - Merancangdanmenyusunpengembanganrancangbangunpaketmesinpengolahgaramturunangaram yang akanditempatkanpadabeberapasentragaram di PatidanPamekasan. - Melakukanpendampinganteknisdanbisnispengolahangaramdanpengolahanlimbahgaram. Pendampingandilakukanuntukmengujikemampuanalatsekaligusmemberikanpembelajaranbagipenerimapaketiptekmas.

Hasil : Hasil kegiatan ini berupa desain proses pengolahan garam hiegenis yang memiliki referensidasar yang digunakandalamperancanganpabrikpencuciangarambaikdasar proses pengolahangaramhinggapemilihan

material.Selain desain hiegenis, tata letak alat juga diatur sehingga proses produksi dapat berjalan dengan efisien. Pembangunan pabrik garam sistem hiegenis merupakan salah satu hasil dari kegiatan ini. Hasil yang lain adalah pengembangan paket teknologi pengolah limbah garam bittern menjadi padatan magnesium. Potensi ekonomi yang besar perlu dikembangkan secara masal dengan teknologi yang sederhana

sehingga dapat menjadi nilai tambah yang besar bagi petambak garam. Paket teknologi ini terdiri dari 3 (tiga) subsistem yang berupa pengaduk, pemisah magnesium padat dan pengering. Selain paket teknologi pengolah garam sistem hiegenis dan pabriknya serta paket teknologi pengolah limnag garam bittern menjadi padatan magnesium, perlu dilakukan pendampingan yang teratur dan

berkelanjutan. Keberhasilan proses produksi tidak hanya tergantung dari alat yang diberikan, namun jaminan pasar, ketersediaan bahan baku dan ketersediaan sumberdaya manusia yang cakap dalam menjalankan Standard Operasional Prosedur (SOP) pengolahan garam dan limbah garam akan menunjang keberhasilan dan keefektifan program.

Unit Kerja Alamat

: :

Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir Jl. Pasir Putih I Lantai 3, Ancol Timur, Jakarta Utara 14430 – DKI Jakarta / Telp. : (021) 64711583 pes 4304 / Fax. : (021) 64711654

Lokasi Kegiatan : Sentra garam di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur Peneliti Utama Keg Peneliti Anggota

: :

Dr. Ifan Ridlo Suhelmi Hariyanto Triwibowo, ST, Sophia L Sagala, M.Sc, Hari Prihatno, M.Sc, , Rikha Bramawanto, S.Pi, Aris Wahyu Widodo, ST

Program Renstra : Penelitian dan Pengembangan Iptek Kelautan dan Perikanan Mitra Kerja Sama Dana Pendamping Pengguna

: : :

Universitas Hang Tuah Surabaya - Petambak garam, KUB, KUGAR

Program APBN : Penelitian dan Pengembangan Iptek

Sumber Dana : - RM - PHLN

: :

Rp. 1.613.336.000 Realisasi : Rp. 1.610.646.850

Page 16: SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR TAHUN 2014 Kajian Dampak

KELOMPOK PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PESISIR

KEGIATAN: “OPTIMALISASI KAWASAN BUDIDAYA PULAU BURU, PROVINSI MALUKU”

Gambar

Latar Belakang

: Karakterisrik kawasan pulau-pulau kecil seperti; smallness, isolatian, dependence dan vulnerability (Adrianto 2008) menyebabkan cakupan ekonomi (economies of scope), skala ekonomi (economies of scale) dan kekhasan ekonomi (economies of uniqueness) setiap kawasan berbeda dengan pada kawasan daratan besar. Oleh sebab itu, nilai kekhasan dan saling terkait antar berbagai faktor ekonomi serta konfigurasi spasial setiap daerah penting dan perlu mendapat perhatian utama dalam perumusan rencana kebijakan pengembangan kawasan pulau-pulau kecil. Model analisis spasial tersebut dapat menjadi alternatif model pendukung perumusan rencana kebijakan pengembangan kawasan pulau-pulau kecil, sehingga berbagai keterkaitan potensi ekonomi dan konfigurasi wilayah dapat dipertimbangkan dalam kebijakan pengembangan kawasan pulau-pulau kecil. Untuk mengopimalkan kinerja pembangunan Gugusan Pulau Buru Maluku, maka diperlukan pendekatan model analisis spasial untuk dapat memetakan berbagai keterkaitan potensi dan konfigurasi wilayah baik antar kabupaten maupun antar wilayah pulau. Studi optimalisasi pengembangan budidaya laut di pulau buru menjadi penting dalam rangka peningkatan produksi perikanan budidaya.

Tujuan : 1. Menganalisis pola spasial tipologi potensi ekonomi kawasan Pulau Buru

2. Mengetahui daya dukung kawasan untuk pengembangan budidaya laut

3. Menganalisis dan merumuskan rekomendasi kebijakan untuk pengembangan budidaya laut.di Pulau Buru

Metoda

: Teknik Pengumpulan Data

- Kajian luas lahan dan sebaran serta potensi pengembangannya dilakukan melalui pendekatan penginderaan jauh dan sistem informasi geografis, survei lahan, dan penelusuran peta tematik.

- Data kondisi sosial ekonomi, kebijakan pemerintah, serta permasalahan diperoleh melalui wawancara, konsultasi publik, dan penelusuran data sekunder.

Teknik Analisa - Potensi lahan dan tata ruang pengembangannya dilakukan melalui analisis Sistem Informasi Geografis (SIG)

- Analisis daya dukung kawasan dilakukan melalui analisis biogeokimia kawasan teluk dan perairan

- Penyusunan rekomendasi pengelolaan kawasan budidaya dan industri minapolitan, melalui analisis AHP.

Hasil : - Teluk Kayeli sebagian besar wilayahnya sangat layak dikembangkan budidaya lautnya, bahkan dapat dikembangkan sebagai kawasan industri perikanan tangkap dan minapolitan, wisata bahari dan mancing

- Secara faktual sangat sedikitnya usaha budidaya dan nelayan pebudidaya bukan karena faktor kelayakan kawasan tapi karena faktor kultur masyarakatnya.

- Kegiatan penambangan di sekitar teluk tak berpengaruh signifikan terhadap kualitas dan kegiatan budidaya.

Satuan Kerja : PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBERDAYA PESISIR (P3SDLP)

Alamat : Jl. Pasir Putih no 1 Ancol Timur Jakarta Utara.

Lokasi Kegiatan : Pulau Buru, Propinsi Maluku, Kabupaten Buru, Teluk Kayeli, kota Namlea.

Penanggungjawab : Fajar Y Prabawa Program Renstra : Industrialisasi Kawasan Mitra Kerjasama : DKP Kab Buru, BAPPEDA Kab Buru, LSM, masyarakat nelayan.

Peneliti : - Fajar Yudi Prabawa - DR.Dini Purbani - Muhammad Ramdhan - DR.Taslim Arifin

Program APBN : Percepatan pembangunan kaw. Indonesia Timur Dana Pendamping Pengguna

: :

- -

Anggaran Realisasi

RM : Rp 169.143.000 RM : Rp 162.949.000

PHLN : - PHLN : -

PNBP : - PNBP : -

Page 17: SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR TAHUN 2014 Kajian Dampak

GEODINAMIKA DAN SUMBER DAYA LAUT DALAM – TAHUN 2014 Analisis Kondisi Geodinamika terhadap Potensi Sumber Daya Perairan Raja Ampat Papua

Posisi Aircraft Wreck di Selat Dampier Raja Ampat

3 Dimensi dasar laut lokasi aircraft wreck

Rambatan tsunami di perairan Maluku hingga Lokasi

Aircraft Wreck di Perairan Pulau Wai, Selat Dampier Raja Ampat

Dari hasil simulasi penjalaran tsunami, terlihat bahwa gelombang tsunami dapat meraih kawasan situs dalam waktu 1 jam. Keberadaan pulau – pulau kecil yangterdpat di sebelah selatan kawasan situs menjadipellindung alami dari kawasan ini dari ancaman tsunami. Kepala Burung papuamengalami tinggi tsunami yang cukup signifikan atau lebih dar 4 m sementara di kawasan situs ketinggian tsunami hanya sekitar 0.5 m.Namun demikian, walaupun ketinggian hanya 0.5 m, tsunami yang menjalar merupakan sebuah gelombang panjang yang memindahkanmassa air dari satu tempat ke tempat lainnya (gelombang transien), sehingga gelombang ini dapat menyebabkan gangguan yang cukupberarti pada wreck . Terlebih lagi, batimetri kawasan wreck cukup dangkal sehingga kemungkinan amplifikasi dari gelombang tsunamiyang akan melanda kawasan ini menjadi lebih tinggi.

hasil simulasi penjalaran tsunami, terlihat bahwa gelombang

tsunami dapat meraih kawasan situs dalam waktu 1 jam.

Current Profile

Current Force

Wave force

Hydrodynamics Force

Acting Forces on the Slope

adanya acting forces on the slope (gabungan dari current force

dengan hydrodynamic force yang terjadi pada situs)

Latar Belakang : Pengembangan Blue Economy di kawasan perairan Raja Ampat, yang juga merupakan wilayah Coral Triangle Initiative (CTI), dengan berbagai potensi sumber daya hayati dan non hayati’nya, serta pengelolaan taman konservasi laut Raja Ampat, tentu sangatlah berkaitan dengan kondisi geodinamika laut perairan Raja Ampat yang diketahui berada di lingkungan tektonik kompleks dan memiliki patahan-patahan aktif di dasar laut yang menjadi tempat pertemuan lempeng Australia di bagian selatan dan Pasifik di sebelah utara. Disamping itu proses geodinamika yang terjadi di lingkungan perairan Raja Ampat juga mengakibatkan erosi dan sedimentasi yang tinggi serta patahan, karstifikasi dan abrasi yang akan sangat berpengaruh pada potensi dan pengelolaan sumberdaya Perairan Raja Ampat, khususnya Ancient Shipwreck yang dikenal dengan Sumber Daya Arkeologi Laut, yang merupakan bagian dari sumber daya budaya maritim Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kondisi geodinamika tersebut mempengaruhi potensi sumber daya di perairan Raja Ampat, kegiatan pengembangan blue economy, kegiatan dan aktivitas pengelolaan potensi dan kawasan konservasi perairan di Raja Ampat. Hasil analisis dari kegiatan litbang di Perairan Kepulauan Raja Ampat ini diharapkan dapat menjadi bahan bagi penyusunan rekomendasi kebijakan pengelolaan yang dapat mendukung pengembangan potensi arkeogi laut (maritim) untuk wisata bahari yang mendukung kebijakan blue economy ,& MP3EI Tujuan : - Mengidentifikasi potensi dan kondisi sumberdaya arkeologi laut pada wilayah dengan kondisi geodinamika aktif

- Mengkaji dampaknya terhadap potensi sumberdaya arkeologi laut dilingkungannya - Mengidentifikasi model data dan informasi yang mendukung rekomendasi pemanfaatan situs sebagai wisata selam dengan berdasarkan konsep blue economy (sustainable development Metode : 7. Studi Literatur 8. Pengumpulan data sekunder (Referensi terkait sejarah kemaritiman di Perairan raja Ampat, Data Pengelolaan Kawasan Perairan Selat Dampier, Peta Seismik, Peta RBI BIG, Peta Geologi, Data Batimetri,, Data

lingkungan Fisik Perairan Situs) 9. Pengumpulan data primer (Artefak dan Struktur Shipwreck, Sedimen Permukaan, Kecerahan & Kualitas Air) 10. Pengolahan, pemodelan, dan analisis data 11. FGD 12. Penyusunan laporan dan Karya Tulis Ilmiah

Hasil : Potensi Arkeologi Maritim di Perairan Raja Ampat yang saat ini sedang dikembangkan pemanfaatannya untuk wisata bahari adalah situs yang terdapat di wilayah kawasan Perairan Selat Dampier yang merupakan salah satu

kawasan konservasi perairan daerah yang berada pada wilayah tektonik aktif. Potensi berupa pesawat sekutu dari masa perang dunia II dengan jenis P47 Thunderbolt ini berada : Dalam posisi terbalik disebuah slope dengan

kemiringan sekitar 50 derajat, dengan posisi kokpit dibawah (terbalik), dan pesawat ini bersandar di kedalaman 26 meter sampai dengan 33 meter dengan rentang sayap pesawat dari ujung kiri ke kanan, juga sekitar 15 meter

panjangnya.Bagian-bagian pesawat yang masih dapat terlihat adalah bentuk baling-baling didepan,sayap, ekor, dan bagian mesin. Secara keseluruhan pengukuran kualitas air di lokasi penelitian berada dalam kisaran normal

sehingga sangat cocok untuk pengembangan wisata bahari. Ancaman utama datang dari dua jenis ancaman dampak geodinamika terhadap keberadaan aicraftwreck di Raja Ampat yaitu guncangan akibat gempa dan

tsunami.Posisi wreck yang berada pada kemiringan sekitar 50 derajat jelas sangat sensitif terhadap guncangan yang dapat mengakibatkan wreck ini tergelincir ke perairan yang lebih dalam dari posisi saat ini. Pengancam

utama yang pernah terjadi adalah pada kejadian gempa tahun 2009 di NGT (Poiata, 2010)Sementara itu, tsunami yang kerap melanda kawasan ini juga berpotensi menyeret wreck dari posisinya.Ancaman terdekat dari

bencana gempa bumi dan tsunami yang mungkin terjadi d berasal dari zona subduksi yang terletak di sebelah selatan kawasan situs atau tepatnya pada Fault Seram. Aircraftwreck yang ditemukan di Selat Dampier, Raja

Ampat tersebut memiliki karakteristik posisi dengan Shallow Failure yang merupakan posisi berbahaya bagi keberadaan situs, karena aircraft dapat dengan tiba-tiba hilang dan jatuh ke dasar samudera yang diakibatkan

adanya acting forces on the slope (gabungan dari current force dengan hydrodynamic force yang terjadi pada situs). Konsep Penanggulangan Failure Zone adalah dengan membuat Small dan Anchor Reinforcement pada

Shipwreck (in situ preservation model)

Unit Kerja Alamat

: :

Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir Gedung Balitbang KP II Lantai 4, Jl. Pasir Putih I, Ancol Timur, Jakarta Utara 14430 – DKI Jakarta / Telp. : (021) 64711583, 64711672 ext 4304 / Fax. : (021) 64711654

Lokasi Kegiatan : Perairan Selat Dampier, Raja Ampat Papua Barat

Peneliti Utama Keg Peneliti Anggota

: :

Ira Dillenia, M.Hum 1. Rainer A. Troa, M.Si. 3. Lestari C. Dewi, M.Si. 2. Joko Prihantono, M.Si 4. Eko Triarso, M.Si.

Program Renstra : Penelitian dan Pengembangan Iptek Kelautan dan Perikanan Mitra Kerja Sama Dana Pendamping Pengguna

: : :

Program APBN : Penelitian dan Pengembangan Iptek

Sumber Dana : - RM - PHLN

: :

Rp. 270.000.000,- Realisasi : Rp. 261.360.400

Posisi Shipwreck

Page 18: SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR TAHUN 2014 Kajian Dampak

SUMBERDAYA AIR LAUT DAN GARAM Pemanfaatan Lahan Kritis Untuk Tambak Garam Tradisional di Kabupaten Lombok Timur

Gambar 1(a.b) Lahan kosong yang mulai di olah

Gambar 2. Peta kandungan mineral air laut Tl. Ekas

Gambar 3. Grafik Pasang Surut harian Tl. Ekas

Latar Belakang : Pemanfatan lahan di wilayah pesisir terkadang tidak terkendali mengingat bertambahnya penduduk menyebabkan bertambah pula kebutuhan mereka akan barang pangan, sandang dan papan, atau juga karena belum

matangnya perencanaan tata ruang sehingga penggunaan lahan yang terjadi tanpa memperhatikan kelas kemampuan lahan serta tidak dikelola dengan baik. Masalah pemanfaatan lahan di pesisir, seperti tersebut diatas dapat dikurangi dengan memanfaatkan lahan kritis ataupun lahan kosong yang ada di pesisir ke dalam bentuk tambak-tambak garam yang mandiri.

Melihat kondisi alam terutama jenis tanah, kualitas perairan serta iklim yang sesuai, menunjukkan bahwa pemanfaatan lahan kritis ataupun lahan kosong menjadi lahan tambak garam yang produktif, sangat lah tepat, apalagi bila didukung oleh peran pemerintah daerah dalam memfasilitasi kebutuhan sarana dan prasarana seperti perbaikan irigasi, akses jalan ataupun pembinaan dan pelatihan pengelolaan lahan tambak garam.

Melalui kegiatan pemanfaatan lahan kritis di pesisir tersebut, diharapkan dapat menjawab masalah yang ada, selain itu program ini juga akan mengurangi tingkat pengangguran yang tersebar di sekitar wilayah pesisir, sehingga ketergantungan kepada laut, bukan hanya pada tingkat tangkapan ikan saja, akan tetapi lebih meluas kepada industri-industri garam yang dapat dikelola secara mandiri oleh masyarakat di sekitar kawasan kepesisiran tersebut. Tujuan : Penelitian ini dilaksanakan untuk dapat memberikan gambaran (Visibility) tentang kondisi Laut dan pesisir di lokasi kajian, dalam upaya pemanfaatan lahan pesisir sebagai tambak garam guna mendukung swasembada

produksi garam nasional.

Metode : 1. Metode penelitian deskriptif yaitu metode penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi mengenai status gejala yang ada saat penelitian.

Metode deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tetapi hanya menggambarkan hal yang ada tentang suatu variable, gejala ataupun keadaan (Arikunto, 1995). 2. Intepretasi citra, menentukan kondisi obyek berdasarkan perhitungan , prediksi, ataupun manipulasi dari gambaran yang ada 3. Pengambilan sampel di lapangan dengan penentuan lokasi sampling menggunakan purposive sampling yaitu penentuan lokasi sampling dengan beberapa pertimbangan tertentu oleh peneliti (Sudjana, 1992). 4. Analisa laboratorium untuk sampel tanah dan air laut sehingga diketahui jenis, grain size, serta permiabilitas tanahnya, selain itu nilai unsur mineral mayor air laut pembentuk garam dapat diketahui kualitasnya. Hasil : Berdasarkan hasil pengukuran dan analisa laboratorium, diperoleh:

• Tipe atau Jenis tanah pesisir Teluk Ekas rerata lempung berpasir, lempung dan pasir lempung • Permeabilitas Tanah lapisan atas pesisir Teluk Ekas sangat lambat, dengan nilai Permiabilitasnya antara 1.37E-07 (0,000000137/Cm) sampai 7.11E-08 (0,0000000711/Cm) • Salinitas perairan Teluk Ekas pada bulan maret bernilai 30 – 30,8 ‰ • Nilai mineral air laut terutama Na (natrium) dan Cl (clor) rerata cukup tinggi, 11.976.84 – 13.980.12 mg/l untuk Na dan 19.000 - 22.000 mg/l untuk Cl. • Tunggang pasang surut di perairan Teluk Ekas berkisar 2 meter

Unit Kerja Alamat

: :

Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir Jl. Pasir Putih I Lantai 3, Ancol Timur, Jakarta Utara 14430 – DKI Jakarta / Telp. : (021) 64711583 pes 4304 / Fax. : (021) 64711654

Lokasi Kegiatan : Teluk Ekas, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat

Peneliti Utama Keg Peneliti Anggota

: :

Hari Prihatno. MSc Rikha Bramawanto, S.Pi Wahyu Hidayat

Program Renstra : Penelitian dan Pengembangan Iptek Kelautan dan Perikanan Mitra Kerja Sama Dana Pendamping Pengguna

: : :

Program APBN : Penelitian dan Pengembangan Iptek

Sumber Dana : - RM - PHLN

: :

Rp. 240.350.000,- Realisasi : Rp 235.337.000

Page 19: SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR TAHUN 2014 Kajian Dampak

SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR – TAHUN 2014 Peranan Ekosistem Pesisir Dalam Mitigasi Perubahan Iklim Pada Kawasan Percontohan Ekonomi Biru Nusa Penida, Bali

Latar Belakang : Kemampuanlautdanekosistempesisirberperananpentingdalammenjagakeseimbanganalamsertakondisilingkungansekitarnya. Ekosistempesisirjugaditengaraimemilikikemampuandalammenyerap CO2yang

dapatberimbaskepadasikluskarbon global sertakonsentrasi gas rumahkaca di atmosfer, khususnya di perairantropisseperti Indonesia. Nusa Penidamerupakansalahsatudaerahpesisirtropis yang merupakandaerahpercontohan (pilot project) pengelolaanKawasanKonservasiPerairan – Taman WisataPerairan yang efektifdenganmengacupadaprinsip-

prinsip yang terkandungdidalamparadigma Blue Economy. Prinsipinidapatdikembangkanuntukmendorongperekonomianmasyarakatdanpembangunandaerahberkelanjutansertaberwawasanlingkungan demi pemenuhankebutuhanhiduppenduduknya.

Status dankondisiterkini Nusa PenidasebagaiKawasanKonservasiPerairan – Taman WisataPerairansangatdiperlukansebagaiinformasiawaldalammengawasidanmengevaluasipembangunanberkelanjutan di kawasantersebutsertamenyelaraskannyadengankegiatan-kegiatandalamkonsep Blue Economy sehinggadapatmendukungpeningkatankegiatanperekonomianpenduduksekitar. OlehkarenaituPusatPenelitiandanPengembanganSUmberdayaLautdanPesisir (P3SDLP) menginisiasikegiatanpenelitian di KawasanKonservasiPerairan – Taman WisataPerairan Nusa Penida, Bali di tahun 2014. TujuanPenelitian 1. Memperolehinformasidasarmengenai “KarbonBiru” di perairan Indonesia bagiantengahkhususnya di Nusa Penida, Bali. 2. Mengetahuiperananekosistem “KarbonBiru” di perairan Indonesia bagiantengahdalamkaitannyadenganmitigasiperubahaniklim global 3. Mengkajipenerapan “KarbonBiru” dalampenyusunankebijakanpengelolaansumberdayapesisirdanlautsecaraterpadudanberkelanjutan

Metode : Pelaksanaan kegiatan terbagi dalam beberapa tahapan yaitu: perencanaan, kegiatan survei lapangan, analisa data, pengolahan data dan pelaporan. Kegiatan perencanaan terdiri atas pertemuanteknisanggotatim,

konsultasi dengan para narasumber, pakar serta koordinasidengan pemangku kepentingan (stakeholder)baik di pusatmaupun di daerah. Konsultasinarasumber dilakukan di kota Tangerang (Surya University). Kegiatan surveyterbagimenjadipra survey dan survey lapangan, metode yangdigunakanadalahmetode purposive sampling denganteknikpengukurandanpengambilan data untukmasing-masingeksosistemmengacupadametodeseagraswatch (lamun), sedangkanpada mangrove menggunakanmetodeBengenserta Kauffman danDonato. Hasil : Tindak Lanjut : Publikasi ilmiah hasil penelitian Sebagai rekomendasi dalam upaya pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan – Taman Wisata Perairan Nusa Penida, Bali

Unit Kerja Alamat

: :

Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir Gedung Balitbang 2, Lantai 4, Jl. Pasir Putih I Ancol Timur, Jakarta Utara 14430 – DKI Jakarta / Telp. : (021) 64711583 pes 4304 / Fax. : (021) 64711654

Lokasi Kegiatan : Perairan Nusa Lembongan, Kec. Nusa Penida, Kab. Klungkung, Provinsi Bali

Peneliti Utama Keg Peneliti Anggota

: :

August Daulat, S.St.Pi Dr. Andreas Hutahaean Dr. Agustin Rustam

Program Renstra : Penelitian dan Pengembangan Iptek Kelautan dan Perikanan Mitra Kerja Sama Dana Pendamping Pengguna

: : :

Dinas KP

Program APBN : Penelitian dan Pengembangan Iptek

Sumber Dana : - RM - PHLN

: :

Rp 226.040.000,- Realisasi : Rp. 212.374.000

Page 20: SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR TAHUN 2014 Kajian Dampak

KARBON LAUT – TAHUN 2014 Kajian Karbon Stock di Kepulauan Derawan dan Kepulauan Seribu untuk Mitigasi Perubahan Iklim

Survei di Kepulauan Seribu (kiri) dan Kepulauan Derawan (kanan)

Latar Belakang : Pembangunan sektorKelautandanPerikananberbasisekonomibirusangatditentukanolehinovasi yang berbasispadapenelitiandanpengembangan. Kajiankarbon stock yang merupakansalahsatuend-

pointdarisiklusekonomibirumasihsangatkurangmendapatperhatian. Padahalemisi yang dihasilkandari proses ekonomitersebuttelahmenghasilkanemisi yang dapatmengganggukelangsungan proses ekonomibiru. Perhitungankarbon stock secaraempirispadakawasanpesisirmemilikiperan yang pentingdanstrategisdalammengetahuifungsiekosistemtersebutterutamadalampenyerapanemisi CO2hasildariaktivitasekonomi di

daerahpesisirtersebut. Namun masih kurangnya informasi peranan ekosistem pesisir berbasis karbon biru sehingga peranan ekosistem pesisir dalam mitigasi perubahan iklim masih sangat kurang. Oleh karena itu, kajian mengenai karbon stock dan peranannya dalam pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut sangat penting untuk mengurangi dampak yang mungkin terjadi dengan kemampuan ekosistem pesisir dalam mitigasi perubahan iklim yangbermanfaat maksimaldalam ekosnomi karbon biru denganekosistem pesisir tetap lestari. TujuanPenelitian 1. Memperolehinformasidasardanperananblue carbondi perairanKepulauanDerawandanKepulauanSeribudalammitigasiperubahaniklim global 2. Mengkajipenerapanblue carbondalampenyusunankebijakanpengelolaansumberdayapesisirdanlautsecaraterpadudanberkelanjutansebagaibagiandaricarbon incentive mechanisms.

Metode : 1. Persiapankegiatanterdiridaristudiliteraturdanpengumpulan data sekundersertaanalisaawalcitrasatelit. 2. Surveilapanganmelakukanpengambilansampel air, biomass dansubstrat di wilayahstudiuntukmengukur parameter kimia-fisikdanbiologiperairan, pengukuranluasandanstrukturkomunitasdariekosistempesisirdanlaut,

insituobservasiekosistempesisirdanlautsepertiekosistem mangrove, padanglamundanterumbukarang. 3. Analisa Data

3.1. analisiskuantitasdandistribusi parameter-parameter yang diukur, yaitukualitaslingkunganperairanbaiksecaraFisika, Biologi, Kimia. 3.2. analisisekosistempesisirsepertiekosistem mangrove dan padangLamun. 3.3. analisisketerkaitanantara data perairandanekosistemhasilpengukurandengankonsepblue carbon

Hasil : Hasil yang didapat selama survei di Kep. Seribu:

besarnya karbon stok ekosistem mangrove bagian atas 268,24 Mg C/ha dan bagian bawah 323,93 Mg C/ha dengan total sebesar 592,17 Mg C/ha setara dengan 2.171,29 MgCO2/ha

besarnya karbon stok ekosistem lamun biomasa bagian atas 0,75 Mg C/ha dan bagian bawah 2,99 Mg C/ha, sedimen 358,52 Mg C/ ha dengan total sebesar 362,26 Mg C/ha setara dengan 1.328,29 MgCO2/ha

Besarnya karbon yang tersimpan dalam ekosistem karbon biru (ekosistem mangrove dan ekosistem lamun) dari 15 pulau di Kepulauan Seribu mampu menyimpan karbon sebesar 1.323,76 MgC/ha setara dengan penyerapan emisi CO2 sebesar 4.853,79 Mg CO2e/ha

Satuan Kerja Alamat

: :

Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir Jl. Pasir Putih I Lantai 3, Ancol Timur, Jakarta Utara 14430 – DKI Jakarta / Telp. : (021) 64711583 pes 4304 / Fax. : (021) 64711654

Lokasi Kegiatan : Kepulauan Derawan, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur dan Kepulauan Seribu, KabupatenAdministrasi Kepulauan Seribu, Daerah Khusus Ibukota Jakarta

Penanggung Jawab Peneliti Utama Keg.

: :

Restu Nur Afi Ati, M. Si Dr. Andreas Hutahaean

Program Renstra : Penelitian dan Pengembangan Iptek Kelautan dan Perikanan Mitra Kerja Sama Dana Pendamping Pengguna

: : :

Ditjen KP3K, Ditjen PSDKP, Dinas KP, Universitas, Masyarakat

Program APBN : Program Penelitian dan Pengembangan Iptek

Anggaran

- RM : Rp 582.160.000,-

- PHLN : - PNBP :

Realisasi

- RM : Rp 579.717.200

- PHLN : - PNBP :

Pengukuran mangrove di Kep. Derawan

Pengukuran lamun di Kep. Seribu Penyimpanan sedimen core

Lokasi survei di Kep. Seribu Lokasi survei di Kep. Derawan

Page 21: SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR TAHUN 2014 Kajian Dampak

SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR – TAHUN 2014 1.Analisis Sumberdaya Kelautan di WPP 714, 715, dan 718 Dalam Rangka Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan

Latar Belakang : Awalnya adalah dirancang untuk mendukung program dari KKP “Maluku sebagai Lumbung Ikan Nasional (MLIN)”, meliputi WPP 714 (Laut Banda), WPP 715 (Laut Maluku/ Seram) dan WPP 718 (Laut Arafura). Mandat utama lainnya kegiatan WPP adalah meng-online-kan WPP. Tujuan: Mengembangkanrekomendasi/ policy paper terkait pengelolaan WPP 714, 715, 718; Memutakhirkan informasi WPP dengan menambahkan parameter atmosfer; Memberikan data daninformasikepada isu yang sedang berkembang pdi tahun 2014 sebagai dukungan menuju konsep industrialisasi kelautan dan perikanan. TujuanPenelitian :

1. Mengembangkanrekomendasi/ policy paper terkait pengelolaan WPP 714, 715, 718. 2. Memutakhirkan informasi WPP dengan menambahkan parameter atmosfer. 3. Memberikan data daninformasikepada isu yang sedang berkembang pdi tahun 2014 sebagai dukungan menuju konsep industrialisasi kelautan dan perikanan.

Metode :

1. Studiliteraturdanpengumpulan data sekunder, denganmengkajibeberapaliteraturmaupunlaporanstudikasus yang pernahdilakukan; 2. Melakukankonsultasidengannarasumber yang berpengalamandibidangnya; 3. Melakukanpertemuankoordinasiantarlembaga yang terkaitdenganpengelolaanperikanandanwilayahpengelolaanperikanan. 4. Analisis data yang dikumpulkansesuaidenganpersayaratandalampengelolaan WPP secaraterpadudanberkelanjutan. Hasil :

1. 1 policy paper tentang linkage WPP dengan Ekoregion & RPPLH/ MLIN. 2. 1 Laporan update WPP online (+ Atmosferik parameter) {tahun 2013: WPP online pertama kalinya launch + Oseanografik parameter} 3. 1 paket data & informasi prediksi pasut 18 pelabuhan perikanan Jan-Dec 2014. Sudah diupload Jan 2014. Sedang disusun Bukunya. 4. 1 KTI tentang linkage WPP dengan Ekoregion & RPPLH. Studi kasus WPP-712 Laut Jawa.

Unit Kerja Alamat

: :

Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir Jl. Pasir Putih I Lantai 3, Ancol Timur, Jakarta Utara 14430 – DKI Jakarta / Telp. : (021) 64711583 pes 4304 / Fax. : (021) 64711654

Lokasi Kegiatan : Jakarta, Bogor, Bandung

Peneliti Utama Keg Peneliti Anggota

: :

Dr. –ing. Widodo S Pranowo Dr. Anastasia Rita Tisiana Herlina Ika Ratnawati, S.Si

Program Renstra : Penelitian dan Pengembangan Iptek Kelautan dan Perikanan Mitra Kerja Sama Dana Pendamping Pengguna

: : :

KKP, BPLHD Prov. Jakarta; Ditjen KP3K; TNC; Perguruan Tinggi Dinas KP,

Program APBN : Penelitian dan Pengembangan Iptek

Sumber Dana : - RM - PHLN

: :

Rp 270.000.000,- Realisasi : Rp. 176.713.700

Page 22: SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR TAHUN 2014 Kajian Dampak

SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR – TAHUN 2014 2.Kajian Perubahan Monsun di Perairan Indonesia (MOMSEI)

Latar Belakang : Sebagai komitmen dari P3SDLP terhadap Plan of Operation “Monsoon Onset Monitoring & Its Social & Ecosystem Impacts” (MOMSEI) antara P3SDLP dengan FIO-SOA untuk mengkaji dinamika Samudera Hindia khususnya terkait dengan Rencana Aksi Nasional Adaptasi Perubahan Iklim Bidang Ketahanan Pangan. Dengan tujuan: Mengembangkanrekomendasi/ policy paper terkait pengelolaan Samudera Hindia Timur; Menganalisis lebih lanjut hasil survei laut MOMSEI Cruise 2013; Mengembangkan naskah akademik. TujuanPenelitian

1. Mengembangkanrekomendasi/ policy paper terkait pengelolaan Samudera Hindia Timur.

2. Menganalisis lebih lanjut hasil survei laut MOMSEI Cruise 2013.

3. Mengembangkan naskah akademik.

Metode : 1 policy paper tentang naskah akademik terkait rencana penelitian bersama (lingkup nasional, regional dan internasional) di Samudera Hindia; 1 paket data & informasi karakteristik Samudera Hindia Timur berdasarkan pola monsun untuk dasar pengelolaan perikanan; 1 KTI Struktur upwelling berdasarkan data akuisisi argo float dan verifikasi momsei cruise 2013. Hasil :

1. 1. policy paper tentang naskah akademik terkait rencana penelitian bersama (lingkup nasional, regional dan internasional) di Samudera Hindia.. 2. paket data & informasi karakteristik Samudera Hindia Timur berdasarkan pola monsun untuk dasar pengelolaan perikanan. 3. 1 KTI Struktur upwelling berdasarkan data akuisisi argo float dan verifikasi momsei cruise 2013.

Unit Kerja Alamat

: :

Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir Jl. Pasir Putih I Lantai 3, Ancol Timur, Jakarta Utara 14430 – DKI Jakarta / Telp. : (021) 64711583 pes 4304 / Fax. : (021) 64711654

Lokasi Kegiatan : Indonesia, Thailand

Peneliti Utama Keg Peneliti Anggota

: :

Dr. –ing. Widodo S Pranowo Dr. Anastasia Rita Tisiana

Program Renstra : Penelitian dan Pengembangan Iptek Kelautan dan Perikanan Mitra Kerja Sama Dana Pendamping Pengguna

: : :

KKP, FIO-SOA; P4KSI; LPPT; STP Dinas KP,

Program APBN : Penelitian dan Pengembangan Iptek

Sumber Dana : - RM - PHLN

: :

Rp 393.000.000,- Realisasi : Rp. 280.835.600

Page 23: SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR TAHUN 2014 Kajian Dampak

SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR – TAHUN 2014 PENINGKATAN KUALITAS GARAM HASIL PEMURNIAN SISTEM MEKANIS DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI FILTER DAN BAK ALIR

Uji coba bahan penyaring yang sesuai dan hasil optimum

Bahan dasar media penyaring filter(Busa/spon,AF 10, W750)

3 buah tabung filter

Teknikpembuatanbak filter (PVC) Identifikasi air pencuci yang terlihat

bewarna kecoklatan

Proses pengolahan pemurnian garam sistem mekanis dengan menggunakan media filter 3 tingkat

Hasil akhir teknik filtering 3 tingkat terlihat secara visual garam halus jadi lebih putih(setelah pengeringan)

Hasil akhir teknik filtering 3 tingkat terlihat secara visual garam halus jadi lebih putih(setelah pengemasan)

Latar Belakang : Untukmensukseskan program swasembadagaramkonsumsi2012 dangaramindustri 2014 dapatdidekatimelalui 2 cara. Yang pertamaadalahpeningkatannilaikuantitasproduksigarammelaluiintensifikasilahandanpeningkatankwalitasproduksimelaluipemurniangaramkrosok. Pemurniangaramkrosokpadaintinyaadalahpeningkatankualitasgaramdibandingkandengan row materialnyasesuaisetandar yang diberlakukan (SNI 3556:2010).

Program IptekmasGaram yang dilaksanakanPusatLitbangSumberdayaLautdanPesisir yang dimulaitahun 2009 sampaitahun 2012 bergerakpadapemurniangaramdengansistemmekanis. Sisteminibertumpupadapengecilanbutirgarammenggunakanhamermill/discmilldanpencuciandenganmenggunakan air bersalinitastinggi (180 – 300 pemil). Air pencucidarisistemmekanisberasaldari air tua di tambakgaram, generator peminihan air tuaatau air tawar yang “dijenuhkan” dengangaramkrosok. Sebagaipembanding, air cuci yang berasaldari air tawardengan volume 1400 liter berkadarsalinitas 180 permildiperlukan 700 kg garamkrosok (InstalasiPemanfaatanSumberdaya Air LautLamongan, 2011). Denganpertimbanganbahankrosok yang begitubanyakuntukmembuat air cucitersebut, makakomponen air pencucidalamsistempencuciangarammekanisdigunakansebagaibahan yang dipakaisecaraberulang. Pemakaianberulang air pencucipadapemurniangaramsistemmekanisakanberdampakpadameningkatnyanilaikekeruhanserta mineral garamikutanselainNatriumChlorida (NaCl). Padabatastertentu air pencuciakanmengalamidisfungsipencuciandenganmenurunnyakualitasgaramtercuci.

Tujuan : 1. Penelitianinibertujuanuntukmembuatsebuahsistem filter danbakalir yang

efektifdanefisienmudahdalampengoperasiannya,sehinggaakanberdampaklangsungkepadapenghematanbiayaoperasionalpadawaktu proses produksipemurniangaram system mekanis.

2. Denganditangkapnya material dan mineral tersebut, dengansendirinya air tuauntuk proses pemurniantidakmengalamidisfungsidandapatdigunakandalam tempo yang lama.

Metode : - Mengamati dan mempelajari letak kekurangan alat IPTEKMAS khususnya di bagian kualitas air tua (brine) untuk bahan dasar untuk pemurnian garam krosok agar kualitas menjadi lebih meningkat. - Mendesain dan merancang serta membuat sebuah alat filter 3 tingkat untuk menyaring material terampung yang menyebabkan air tua cepat kotor, agar didapatkan hasil akhir dari produksi garam halus menjadi lebih

putih tambah mengubah kadar Naclnya. - Mengamati dan mencatat hasil perubahan yang diidapat dari alat filter 3 tingkat untuk diketahui seberapa besar daya saring yang dihasilkannya.(studi kasus di lokasi IPTEKMAS di gresik) Hasil : Sebagaiinformasipadapenelitianterdahulutentangpembuatanalat filter yang menggunakan system 2 tingkatsudahmempunyaikapasitas500 kg x 0,8 % = 4 kg/jam. Padapenelitian di tahun 2014 di lokasi IPTEKMAS gresikterdapatpeningkatantingkatkeberhasilandidalampenggunaanalat filter denganhasil yang dapatdilihatdenganmetode visual terdapatperubahanwarnaseperti yang terlihatpadagelasujibahandasar media filter seperti yang tercantum di bawahini:

1. Padatabung 1 yang menggunakan media penyaringdenganbahanbusaatausponterlihathanyasedikitperubahanwarnakecerahanpada air tua +/- 10 % 2. Padatabung 2 yang menggunakan media penyaringdenganbahan AF 10 terlihatlebihmeningkatperubahanwarnakecerahanpada air tua +/- 35 % 3. Padatabung 3 yang menggunakan media penyaringdenganbahan W 750 terlihatlebihbanyakperubahanwarnakecerahanpada air tua +/- 70 %. 4. Padapengujian yang menggunakan media W750 pada proses ke 4 terlihatperubahan yang signifikansepertiwarna air mineral dengantingkatkecerahanpada air tua +/- 85 %

Dari kesimpulankegiatanpenelitiantentangpembuatanalat filter untukpengolahangaramkrosokmenggunakansistemmekanisdapatdisimpulkanbahwasangatdibutuhkanpenambahanalatuntukmenyaringkotoranatau material pengotor yang terapungsepertilumpurataupun planktonpada para penerimabantuan IPTEKMAS yang bergunauntukmeningkatkanhasilproduksidanmenghematbiayauntukpenggatian air tua.

.

Unit Kerja Alamat

: :

Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir Jl. Pasir Putih I Lantai 3, Ancol Timur, Jakarta Utara 14430 – DKI Jakarta / Telp. : (021) 64711583 pes 4304 / Fax. : (021) 64711654

Lokasi Kegiatan : IPTEKMAS GRESIK

Peneliti Utama Keg Peneliti Anggota

: :

Hariyanto Triwibowo, ST Dr. Ifan Ridlo Suhelmi Aris Wahyu Widodo, ST

Program Renstra : Penelitian dan Pengembangan Iptek Kelautan dan Perikanan Mitra Kerja Sama Dana Pendamping Pengguna

: : :

Pengolah garam rakyat & UHT Pengolah garam rakyat

Program APBN : Penelitian dan Pengembangan Iptek

Sumber Dana : - RM - PHLN

: :

RP. 178.424.000 Realisasi : Rp. 177.713.200

Page 24: SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR TAHUN 2014 Kajian Dampak

SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR – TAHUN 2014 3.Kajian Variabilitas Laut-Iklim dan Hidrodinamika di Perairan Indonesia

Latar Belakang :

Laut – laut Indonesia yang terletakdekatdengan equator sangatdinamisdenganperubahaninteraksifenomenalaut-atmosfirdanjugaperubahandinamikalaut. Beberapafenomenainteraksilaut-atmosfirseperti Kelvin Wave, Madden Jullian Oscillation (MJO), Rossby Wave, Indian Ocean Dipole, ENSO yang merupakan waveguide equatorial signals danjuga seasonal upwelling adalahfenomena yang terjadi di laut-laut Indonesia (Pranowoet al., 2005). Pengamatandalamwaktu yang lama di laut-laut Indonesia sangatdiperlukanuntukmempelajarilebihlanjutfenomena-fenomenatersebutsebagaiinformasiuntukvariabilitasiklimdanperubahannya yang mempengaruhiperubahancuaca, iklim, kondisiekosistemlautdanpesisirsertaperubahanpolaproduktifitasikan (Supangatet al., 2004; Wirasantosadkk., 2011).

SamuderaHindia Selatan JawadanSelat Makassar memilikiaspekstrategissecarasumberdayakelautandanperikanannya. Salah satucontohnyaadalahSelat Makassar sebagaisalahsatu portal pentingdaripertukaranmassa air SamuderaHindiadanPasifik yang disanyalirmempunyaiinteraksieratdenganMonsun yang terjadi di Indonesia. SamuderaHindia Selatan Jawamerupakanwilayahpengelolaanperikanan yang setiaptahunnyaterdapatribuankapalpenangkap Tuna baikdarinelayan Indonesia maupundarinegara lain. TujuanPenelitian

1. pengembangan model prediksilautdenganmenggunakan model numerik 2. memberikanrekomendasiuntukperencanaanpembangunanstasiunpengamatan 3. memberikan data daninformasisebagaidukunganmenujukonsepindustrialisasikelautandanperikanan.

Metode : Data daninformasidaripenelitian/survei yang telahdilakukansebelumnyaolehBadanLitbang KP (2003-2011) dankompilasidariberbagaisumberakandiolahmenjadisuatuinformasi yang bergunauntukmendukung program nasionallintaskementerianterkaitdenganadaptasidanmitigasiperubahaniklim, serta program KKP dalamindustrialisasikelautandanperikanan. Adapunmetode yang akandigunakanadalah: time series analysis, pemodelannumerik, danstatistik. Hasil :

1. Sistem prediksi laut, suhu permukaan laut 2. Sistem prediksi laut, sirkulasi arus permukaan 3. Variabilitas Temperatur

Unit Kerja Alamat

: :

Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir Jl. Pasir Putih I Lantai 3, Ancol Timur, Jakarta Utara 14430 – DKI Jakarta / Telp. : (021) 64711583 pes 4304 / Fax. : (021) 64711654

Lokasi Kegiatan : Selat Makassar, Kabupaten Barru, Makassar

Peneliti Utama Keg Peneliti Anggota

: :

Dr. Anastasia Rita Tisiana

Program Renstra : Penelitian dan Pengembangan Iptek Kelautan dan Perikanan Mitra Kerja Sama Dana Pendamping Pengguna

: : :

Dishidros TNI-AL Dinas KP,

Program APBN : Penelitian dan Pengembangan Iptek

Sumber Dana : - RM - PHLN

: :

Rp 250.000.000,- Realisasi : Rp. 192.894.200

Page 25: SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR TAHUN 2014 Kajian Dampak

SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR – TAHUN 2014 4.Kajian Hidrodinamika Perairan Indonesia dan Dampaknya Terhadap Migrasi Musiman Ikan Pelagis (TIMIT)

Latar Belakang : Massa air hangatdarisamuderaHindiamengalirmelaluiselat Makassar, selat Lombok, laut Timor danselatOmbai yang dikenalsebagaiaruslintas Indonesia (Arlindo) atauIndonesia Throughflow. Massa air yang

dibawaolehArlindotentunyaakanmempengaruhikondisiekosistemlautdanpesisir yang dilaluinya, selainitujugadiyakinimempengaruhipolamigrasiikan di wilayah yang dilaluiArlindo. Massa air Arlindotelahmemperkayakeanekaragamanhayatilaut Indonesia karenamenjaditempatberkumpulnyakhazanahhayatiduasamuderabesar. Kegiatanpenelitiankerjasama Indonesia – China akandilakukanpadatahun 2015-2018 di jalurutamaArlindoyaituselat Makassar danselat Lombok. Kegiatantersebutselainmelakukankajianmengenai transport, internal waves dan proses percampuran yang terjadi di wilayahArlindoakan pula mengkajipengaruhnyaterhadapekosistempesisirdanlaut yang dilaluiolehArlindo. TujuanPenelitian

1. Pengukuran data dinamikalautdankualitasperairan. 2. Melakukanwawancaraterhadappihakdaninstansiterkait yang berhubungankajianpenelitian. 3. Mencari data pendukungberupa data meteorologidan data klimatologi, serta data hasilperikanantangkap.

Metode : Metode yang digunakanpada penelitian ini adalahmelakukansurveilaut, pengolahan data observasilautdanmeteorologi, analisastatistik, danpemodelannumerik. Hasil :

1. Data kualitas perairan 2. Data arus CTD 3. Hasil uji laboratorium sampel air dan plankton 4. Data hasil tangkapan ikan 5. Data meteorologi dan klomatologi

Unit Kerja Alamat

: :

Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir Jl. Pasir Putih I Lantai 3, Ancol Timur, Jakarta Utara 14430 – DKI Jakarta / Telp. : (021) 64711583 pes 4304 / Fax. : (021) 64711654

Lokasi Kegiatan : PerairanselatBadung, Nusa Lembongan, Bali Peneliti Utama Keg Peneliti Anggota

: :

Dr. Anastasia Rita Tisiana Dr. Devi Dwiyanti S

Program Renstra : Penelitian dan Pengembangan Iptek Kelautan dan Perikanan Mitra Kerja Sama Dana Pendamping Pengguna

: : :

Dishidros TNI-AL Dinas KP,

Program APBN : Penelitian dan Pengembangan Iptek

Sumber Dana : - RM - PHLN

: :

Rp 1.045.000.000,- Realisasi : Rp. 982.508.900

Page 26: SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR TAHUN 2014 Kajian Dampak

Geodinamika dan Sumberdaya Laut Dalam

Kajian Lingkungan Perairan dan Geodinamika Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat Keltibang

Konsentrasi kadmium sedimen dasar laut pada Teluk Ekas dan Teluk Serewe sudah di atas baku mutu.

Konsentrasi seng sedimen dasar laut pada Teluk Ekas bagian timur sudah di atas baku mutu.

Konsentrasi nitrat air laut permukaan pada Teluk Ekas dan Teluk Serewe sudah

di atas baku mutu.

Konsentrasi padatan tersuspensi air laut permukaan pada Teluk Ekas dan Teluk

Serewe masih di bawah baku mutu.

Percepatan tanah puncak pada periode

ulang 500 tahun di batuan dasar

Foto kegiatan pengambilan data insitu kualitas air, data sedimen dan data karakteristik pantai

Satuan kerja : Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Laut dan Pesisir

Alamat : Jl Pasir Putih 1 Ancol Timur Jakarta 14430 Telp (021) 64711583, 64711672 Ext 4304, fax (021) 64711654

Lokasi kegiatan : Teluk Ekas dan Teluk Serewe, Lombok, Propinsi Nusa Tenggara Barat

Latar Belakang :

Pada Tahun 2013, Kementerian Kelautan dan Perikanan mencanangkan proyek pilot Blue Economy di beberapa daerah

di Indonesia, dan salah satunya adalah Kabupaten Lombok Timur. Konsep blue economy menginginkan peningkatan

pertumbuhan ekonomi, pendapatan dan kesejahteraan masyarakat meningkat, namun lingkungan tetap bersih dan lestari. Konsep blue economy diharapkan dapat mendukung program KKP untuk meningkatkan produktivitas dan juga

mengelola sumber daya kelautan dan perikanan secara berkelanjutan. Kabupaten Lombok Timur merupakan daerah

yang dekat dengan jalur subduksi yang berada di selatan dan juga dekat dengan Flores-Back Arc Crust Thrust Fault di sebelah timur laut. Karena itulah wilayah ini memiliki ancaman gempa dan tsunami yang dapat merusak infrastruktur

dan perekonomian di pesisir dan laut. Selain peningkatan produktivitas perekonomian dan kesejahteraan masyarakat

pesisir meningkat, indikator blue economy adalah jumlah limbah yang dihasilkan dalam kegiatan produksi sangat kecil atau hampir tidak ada. Oleh karena itu pemantauan kualitas perairan laut perlu dilakukan.

Tujuan : mengkaji lingkungan perairan mencakup kualitas air dan hidrodinamika dan mengkaji geodinamika

mencakup kajian bahaya gempa.

Metode : metode pemodelan numerik untuk hidrodinamika, dan metode Probabilistic Seismic Hazard Analysis.

Hasil :

Konsentrasi merkuri, timbal, dan seng dalam air laut permukaan Teluk Ekas dan Serewe masih di bawah baku mutu.

Konsentrasi logam pada air laut yang sudah di atas baku mutu adalah arsen di Teluk Ekas bagian timur laut dan

kadmium di Teluk Ekas dan Serewe bagian barat.

Konsentrasi merkuri, timbal dan arsen pada sedimen dasar laut Teluk Ekas dan Serewe masih di bawah baku mutu.

Konsentrasi logam pada sedimen dasar laut yang sudah di atas baku mutu adalah seng pada Teluk Ekas bagian timur

dan kadmium di seluruh Teluk Ekas dan Serewe.

Konsentrasi nitrat di kedua teluk sudah di atas baku mutu. Sementara konsetntasi fosfat, pada umumnya masih di

bawah baku mutu, ada sebagian kecil yang sudah di atas baku mutu. Untuk konsentrasi amodia dan padatan

tersuspensi masih di bawah baku mutu.

Pada periode ulang gempa 500 tahun, nilai percepatan tanah maksimum di Lombok timur dan tengah memiliki rentang

antara 0.289 – 0.319 g. Analisis guncangan tanah maksimum ini diharaapkan menjadi masukan dalam pembangunan

infrastruktur untuk keberlangsungan blue economy.

Penganggungjawab : Lestari Cendikia Dewi Peneliti Utama Kegiatan : Lestari Cendikia Dewi, Joko Prihantono, Rainer

Arief Troa, Ira Dillenia

Program Renstra : Program APBN : Program Penelitian dan Pengembangan IPTEK

Anggaran

RM : Rp 260.000.000

PHLN :

PNBP :

Realisasi

RM : Rp 243.004.400,-

PHLN :

PNBP :

Mitra Kerjasama : kementrian ESDM Dana pendamping : -

Pengguna : -

Page 27: SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR TAHUN 2014 Kajian Dampak

KARBON BIRU-TAHUN 2014 POTENSI EKOSISTEM KARBON BIRU DALAM MITIGASI PERUBAHAN IKLIM DI PESISIR SELATAN PROVINSI SULAWESI UTARA

Latar Belakang : Luasnya wilayah laut dan pesisir Indonesia memberikan modal dasar yang besar bagi pembangunan bangsa. Selain potensi sumberdaya kelautan dan perikanan yang besar untuk dimanfaatkan secara

langsung oleh masyarakat, wilayah pesisir dan laut Indonesia juga sangat berpotensi untuk mitigasi perubahan iklim. Kemampuan ekosistem laut dan pesisir dalam mitigasi perubahan iklim terkait dengan kemampuannya

dalam penyerapan karbon. Secara alami ekosistem laut dan pesisir ini menyerap gas karbon dari atmosfir serta memanfaatkan karbon inorganik lainnya dalam mekanisme autotrofik melalui proses fotosintesis. Di laut,

fitoplankton dan alga sangat berperan penting dalam menjaga keseimbangan antara budget karbon di atmosfir dan laut. Sedangkan di pesisir, ekosistem mangrove dan padang lamun menyumbang kontribusi yang nyata

secara alami dalam penyerapan dan penyimpanan karbon dalam bentuk material organik. Karbon organik dan inorganik ini juga ternyata tersimpan di dalam sistem sedimen/subsrat yang ada. Mengingat luas dan beragamnya

pesisir Indonesia, sangatlah dibutuhkan upaya pengukuran dan pemetaan potensi karbon biru di sejumlah kawasan yang dianggap dapat mewakili keragaman ekosistem yang ada. Apalagi komplesitas sistem alami yang ada

di wilayah laut dan pesisir ditambah dengan meningkatnya aktifitas pembagunan di wilayah itu akan memberikan pengaruh terhadap kemampuan penyerapan dan penyimpanan karbon. Informasi ini akan menjadi nilai penting

yang dibutuhkan dalan upaya pemanfaatan sumberdaya laut dan pesisir yang berkelanjutan serta upaya mengukur kemampuan karbon biru Indonesia dalam skala nasional. Tujuan Penelitian

1. Memperoleh informasi kapasitas ekosistem “Karbon Biru” dalam mitigasi perubahan iklim

2. Peranan “Karbon Biru” dalam mitigasi perubahan iklim terutama untuk wilayah pesisir selatan Provinsi Sulawesi Utara

Metode : Pelaksanaan kegiatan dibagi dalam beberapa tahap yaitu perencanaan, kegiatan survei lapangan dan pelaporan. Kegiatan perencanaan terdiri atas pertemuan konsultasi dengan para narasumber, pakar dan serta

forum pemangku kepentingan (stakeholder) terkait serta pertemuan koordinasi internal. Kegiatan konsultasi ini dilaksanakan di kota Bogor dan Manado. Untuk survey digunakan metode purposive sampling dengan teknik

pengukuran dan pengambilan data untuk masing-masing eksosistem mengacu pada metode seagraswatch (lamun), (2003), Kauffman & Donato (2012) dan Sutaryo (2009) untuk mangrove. Hasil : Kualitas air di lokasi

penelitian sebagian besar masih memenuhi baku mutu air laut yang ditetapkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup. DO di perairan sekitar Pulau Lembeh yang berada di bawah ambang baku mutu. Kekeruhan di Teluk

Ratatotok dari hasil penelitian menunjukkan telah melampaui baku mutu, demikian pula di beberapa stasiun di Teluk Buyat dan perairan sekitar Pulau Lembeh. Kadar nitrat tercatat melebihi baku mutu di semua lokasi

penelitian. Analisis menggunakan statistik untuk mengamati hubungan antara pCO2 dengan pH, DO dan suhu di lokasi penelitian menunjukkan bahwa korelasi terbesar didapat pada data di lokasi Teluk Ratatotok yaitu

dengan nilai R sebesar 85,9%. Di Lembeh 12 species mangrove,yaitu: Bruguiera gymnorhiza, Bruguiera parvitflora, Rhyzophora mucronata, Rhyzophora apiculata, Xylocarpus granatum, Xylocarpus mekongensis, Ceriops

tagal, Ceriops decandra, Avicenia marina, Lumnitzera racemosa, Soneratia alba dan Nypah. R. mucronata mendominasi sebaran dengan nilai dominasi sebesar 248.5; nilai INP tertinggi adalah jenis mangrove S. alba besar

61,7% dan yang terendah pada C. decandra dengan INP 1,8%. Biomass mangrove di Pulau Lembeh adalah sebesar 78 (above ground) dan 36 (belowground). Nilai total karbon yang tersimpan di ekosistem mangrove di

Pulau Lembeh Kota Bitung adalah sebesar 52 MgC/ha untuk biomass above dan belowground serta 22 MgC/ha yang ada di dalam sedimen. Di Kab.Minahasa Tenggara, terdapat paling tidak 9 species mangrove Rhizophora

mucronata, Sonneratia alba, Bruguiera gymnorhiza, Bruguiera hainessii, Bruguiera cylindrica,Xylocarpus granatum, Schyphiphora hydrophyllacea, Avicennia alba dan Avicennia eucalyptifolia. R. stylosa dan R. apiculata juga

tumbuh di kawasan penelitian walalupun tidak teramati di dalam transek pengamatan. Total karbon untuk biomass di lokasi ini adalah sebesar 58,11 Mg C/ha. Dan karbon di sedimen mencapai 43 Mg C/ha. Terdapat 7 species

lamun di Pulau Lembeh yaitu Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Halophila ovali, Cymodocea serrulata, rotundata, Halodule uninervis danSyringodium isoetifolium. Nilai karbon dari biomas lamun sebesar 1,04 MgC/ha

dengan komposisi terbesar di belowground sebesr 63%. Karbon stol di sedimen ekosistem lamun sebesar 25,9 MgC/ha. Di Teluk Totok juga diidentifikasi 7 jenis lamun yaitu Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Halophila

ovali, Cymodocea serrulata, Cymodocea rotundata, Halodule pinifolia danSyringodium isoetifolium. Lamun yang berpotensi sebagai blue carbon ada 3 jenis yaitu Ea, Cr dan Th dengan potensi Ea sebesar 39,334 gC/m2, Cr

10,764 gC/m2 dan Th 10,114 gC/m2

Unit Kerja Alamat

: :

Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir Jl. Pasir Putih I, Ancol Timur, Jakarta Utara 14430 – DKI Jakarta / Telp. : (021) 64711583, 64711672 ext 4304 / Fax. : (021) 64711654

Lokasi Kegiatan : Provinsi Sulawesi Utara : Kab. Minahasa Selatan dan Kota Bitung (Teluk Tomini)

Peneliti Utama Keg Peneliti Anggota

: :

Dr. Andreas Hutahean Keltibang Karbon Biru

Program Renstra : Penelitian dan Pengembangan Iptek Kelautan dan Perikanan Mitra Kerjasama Dana Pendamping Pengguna

: : :

Dinas KP Provinsi dan Kabupaten/Kota, Stakeholders Karbon Biru lainnya di Prov. Sulawesi Utara.

Program APBN : Penelitian dan Pengembangan Iptek

Sumber Dana : - RM - PHLN

: :

Rp. 270.000.000,- Realisasi : Rp. 264.727.200

Page 28: SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR TAHUN 2014 Kajian Dampak

SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR – TAHUN 2014 Analisis Karakteristik Sumber Daya Laut Dalam di Kawasan Samudera Hindia

Peta lintasan BENTHIC Cruise di sepanjang Kawasan Samudera

Hindia Perairan Barat Sumatera

Pengambilan sampel sedimen dasar laut (gravity core) dan organisme bentik (dragnet) dari atas geladak kapal riset KR.

Geomarin III

Peserta BENTHIC Cruise 2014: FIO, China; P3SDLP-Balitbang

KP; P3GL-Balitbang ESDM; P2GT-LIPI

Latar Belakang :

Penelitian dan pengembangan sumber daya laut dalam harus selalu digiatkan, terutama dikaitkan dengan fenomena iklim kelautan dan perubahan lingkungan global yang melanda dunia saat ini. Di wilayah perairan Indonesia, Kawasan Samudera Hindia menjadi penting bagi penelitian ini karena merupakan tempat berlangsungnya proses upwelling, monsoon, dan geodinamika atau tektonik aktif sejak rentang waktu geologi jutaan tahun lalu hingga saat ini. Fenomena iklim kelautan tersebut terekam dalam lingkungan sedimen laut dan organisme bentik, tersimpan sebagai informasi sejarah kebumian yang dapat menjelaskan keseluruhan proses yang terjadi dalam lingkungan laut dalam. Fenomena iklim kelautan dan perubahan lingkungan global menjadi perhatian tersendiri pada saat sekarang karena cukup mempengaruhi kehidupan manusia. Di lain pihak, Indonesia memiliki banyak keterbatasan untuk melakukan riset kelautan secara mandiri sehingga kerjasama riset dengan mitra peneliti dari negara lain dirasakan sangat membantu baik dari sisi penguatan substansi ataupun dalam hal penggunaan fasilitas dan sarana laboratorium untuk melakukan analisis data.

Tujuan/Sasaran:

Tujuan penelitian adalah melakukan analisis karakteristik sumber daya laut dalam di Kawasan Samudera Hindia terkait fenomena kelautan dan perubahan iklim global melalui pendekatan studi paleoklimat dan geodinamika. Sasaran penelitian adalah didapatkan data dan informasi terkini mengenai karakteristik sumber daya laut dalam untuk memperkaya pemahaman terhadap proses perubahan iklim dari rentang waktu jutaan tahun lalu hingga kondisi sekarang sehingga dapat dilakukan adaptasi yang lebih baik bagi kehidupan manusia dan kelestarian sumber daya kelautan dan perikanan.

Metode :

Pelaksanaan pelayaran ilmiah atau ekspedisi riset (research cruise) dengan menggunakan K.R. Geomarin III milik P3GL yang berlokasi di Kawasan Samudera Hindia Perairan Barat Sumatera. Cruise dilakukan pada tanggal 10 – 29 Desember 2014 selama 20 hari layar dengan keberangkatan melalui Pelabuhan Cirebon, kemudian melintasi sepanjang Kawasan Samudera Hindia Perairan Barat Sumatera hingga utara Aceh (Laut Andaman), dan berakhir kembali di Pelabuhan Cirebon.Total panjang lintasan mencapai 3269 nautical miles. Di dalam ekspedisi riset ini dilakukan pengambilan data dan sampel air laut, material tersuspensi, sedimen gravity core, sedimen permukaan dasar laut, dan organisme bentik yang merupakan proxy untuk analisis laboratorium terkait fenomena iklim kelautan dan perubahan iklim global. Mitra peneliti yang terlibat dalam kegiatan ini berasal dari FIO-Cina dan institusi riset kelautan Indonesia yaitu Puslitbang Geologi Kelautan (P3GL) dan Puslit Geoteknologi LIPI dalam kerangka kerjasama riset kelautan BENTHIC. Setelah selesai pelaksanaan ekspedisi riset, data dan sampel yang telah dikumpulkan tersebut akan diinventarisasi untuk analisis awal secara deskriptif-kualitatif dan disimpan dalam fasilitas cold storage-core repository P3GL di Cirebon untuk keperluan analisis/studi lanjutan di laboratorium yang akan dilakukan pada tahun kedua kegiatan penelitian ini.

Hasil :

Lokasi penelitian merupakan kawasan laut dalam dengan kedalaman kolom air dapat mencapai > 2500 meter. Secara geologi dapat dibagi menjadi area cekungan busur muka (forearc basin) dan area zona penunjaman (subduction zone). Morfologi permukaan dasar laut umumnya datar sedikit bergelombang, dengan kemiringan 10-25o dan perbedaan kedalaman antara 1-2 meter. Kondisi cuaca musim barat di lokasi penelitian cukup mempengaruhi pengambilan data primer, namun demikian telah berhasil dikumpulkan beberapa sampel laut dalam sebagai berikut: sedimen dasar laut pada 20 titik (19 titik gravity core dan 1 titik box core); sampling air laut pada 12 titik; pengukuran CTD dan LISST pada 13 titik; dan sampling bentik dengan dragnet pada 1 titik. Hasil deskripsi dan analisis awal onboard menunjukkan bahwa permukaan dasar laut tersusun oleh sedimen berkarakteristik lempungan (greenish gray clays-lithic-mollusca-foram shells), pasiran (sands), dan lanauan (silty clays). Biota bentik dideskripsikan terdiri dari 23 spesies, dominasi dari berbagai jenis ikan (11 species) dan makro-bentik yaitu crustacea (10 spesies), moluska (1 spesies), dan echinodermata (1 species). Dari hasil pengukuran CTD, didapatkan lapisan campuran dan termoklin berada pada kedalaman antara 100 – 150 meter. Untuk observasi distribusi klorofil maksimun dilakukan pada kedalaman 50 – 100 meter. Berdasarkan data CTD, SST pada kisaran 29-30oC yang semakin menurun mengikuti kedalaman, kecepatan suara dalam air 1500 m/s yang polanya sama dengan grafik temperatur. Salinitas berkisar 31 PSU dan terlihat meningkat drastis nilainya pada kedalaman 100 – 150 meter.

Unit Kerja Alamat

: :

Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir Gedung Balitbang KP II Lantai 4, Jl. Pasir Putih I, Ancol Timur, Jakarta Utara 14430 – DKI Jakarta / Telp. : (021) 64711583, 64711672ext 4304 / Fax. : (021) 64711654

Lokasi Kegiatan : Kawasan Samudera Hindia Perairan Barat Sumatera (Indian Ocean Off Western Sumatra)

Peneliti Utama Keg Peneliti Anggota

: :

Rainer Arief Troa, M.Si 1.Joko Prihantono, M.Si 3. Lestari C. Dewi, M.Si. 2. Ira Dillenia, M.Hum. 4. Eko Triarso, M.Si.

Program Renstra : Penelitian dan Pengembangan Iptek Kelautan dan Perikanan Mitra Kerja Sama Dana Pendamping Pengguna

: : :

FIO, China; P3GL; P2GT-LIPI

Program APBN : Penelitian dan Pengembangan Iptek

Sumber Dana : - RM - PHLN

: :

Rp. 3.881.158.000 Realisasi : Rp 3.634.950.600

Page 29: SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR TAHUN 2014 Kajian Dampak