26
CO-MANAGEMENT CO-MANAGEMENT SUMBER DAYA PESISIR SUMBER DAYA PESISIR DISTRIK MOMI WAREN DISTRIK MOMI WAREN SECARA LESTARI SECARA LESTARI suatu pilot project pengembangan kawasan pesisir pantai teluk mawi bagi sektor perikanan dan pariwisata

Manajemen Sumberdaya Pesisir

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Manajemen Sumberdaya Pesisir

CO-MANAGEMENTCO-MANAGEMENTSUMBER DAYA PESISIR SUMBER DAYA PESISIR DISTRIK MOMI WAREN DISTRIK MOMI WAREN

SECARA LESTARISECARA LESTARI

suatu pilot project pengembangan kawasan pesisir pantai teluk mawi bagi

sektor perikanan dan pariwisata

Page 2: Manajemen Sumberdaya Pesisir

ISIISI

Latar BelakangLatar Belakang TujuanTujuan Kawasan Pesisir Pantai MomiwarenKawasan Pesisir Pantai Momiwaren Alternatif Perencanaan PengelolaanAlternatif Perencanaan Pengelolaan

Pengembangan PariwisataPengembangan Pariwisata Pengembangan Budidaya Perairan Pengembangan Budidaya Perairan

Co-ManagementCo-Management

Page 3: Manajemen Sumberdaya Pesisir

Mayoritas Mayoritas penduduk pesisir Distrik Momi penduduk pesisir Distrik Momi waren waren dan termasuk di dalamnya dusun dan termasuk di dalamnya dusun Siyeb Siyeb merupakan penduduk asli merupakan penduduk asli papua yang masih papua yang masih tertinggaltertinggal // terlupakanterlupakan dalam dalam pembangunan di era otsus saat inipembangunan di era otsus saat ini..

Dusun Siyeb memiliki potensi sumber daya alam berupa hasil hutan dan sumber Dusun Siyeb memiliki potensi sumber daya alam berupa hasil hutan dan sumber daya ikan yang melimpah serta memiliki pdaya ikan yang melimpah serta memiliki panorama alam pesisir anorama alam pesisir yang indah yang yang indah yang berbatasan dengan berbatasan dengan kawasan hutan lindung kawasan hutan lindung Momi Anggi dan Momi Anggi dan Taman Nasional Teluk Taman Nasional Teluk Cenderawasih Barat.Cenderawasih Barat.

Karena bKarena berbagai bias pembangunan erbagai bias pembangunan termasuk di termasuk di sektor perikanan dewasa ini sektor perikanan dewasa ini yang yang terjadi di Papua dan Papua Barat terjadi di Papua dan Papua Barat sebagai akibat dari sebagai akibat dari strategi strategi pengelolaanpengelolaan yang yang kurang terpadu dan cenderung tumpang tindih kurang terpadu dan cenderung tumpang tindih atau atau bersifat sporadibersifat sporadic, maka c, maka kebijakan pembangunan Otsus di Papua ini meskipun telah separuh jalan namun kebijakan pembangunan Otsus di Papua ini meskipun telah separuh jalan namun hasil yang terlihat belum begitu nyata terhadap peningkatan kesejahteraan hasil yang terlihat belum begitu nyata terhadap peningkatan kesejahteraan penduduk pribumi.penduduk pribumi.

Untuk itu dibutuhkan konsep kerjasama manajemen yang dapat diterima diantara Untuk itu dibutuhkan konsep kerjasama manajemen yang dapat diterima diantara pemerintah, agen pembangunan dan praktisi pembangunan sebagai sebuah pemerintah, agen pembangunan dan praktisi pembangunan sebagai sebuah alternatif strategi alternatif strategi manajemen manajemen perikanan untuk the top-down, pendekatan perikanan untuk the top-down, pendekatan manajemen terpusat di pemerintah manajemen terpusat di pemerintah kita kita dewasa ini.dewasa ini.

Kebutuhan Kebutuhan proses pembelajaran dan pengembangan kapasitas masyarakat pesisir proses pembelajaran dan pengembangan kapasitas masyarakat pesisir dalam mengelola sumber daya yang tersedia serta berbagai pihak yang dalam mengelola sumber daya yang tersedia serta berbagai pihak yang berkepentingan dengan kawasan tersebut secara berkesinambunganberkepentingan dengan kawasan tersebut secara berkesinambungan,, seiring seiring dengan tujuan pembangunan dengan tujuan pembangunan milenium dunia dewasa inimilenium dunia dewasa ini..

Latar BelakangLatar Belakang

Page 4: Manajemen Sumberdaya Pesisir

Tujuan :Tujuan :

Menyusun perencanaan pengembangan Menyusun perencanaan pengembangan kawasan pesisir teluk mawi sebagai suatu pilot kawasan pesisir teluk mawi sebagai suatu pilot poject pembangunan desa pesisir yang poject pembangunan desa pesisir yang berkelanjutan (berkelanjutan (sustainable developmentsustainable development). ).

Sasaran kegiatan :Sasaran kegiatan : Tersedianya rencana penataan kawasan pesisir Tersedianya rencana penataan kawasan pesisir

teluk mawi. teluk mawi. Tersedianya pilot poject pembangunan kawasan Tersedianya pilot poject pembangunan kawasan

pesisir bagi sektor pariwisata (ecotourism) dan pesisir bagi sektor pariwisata (ecotourism) dan budidaya perairan (aquaculture) yang berkelanjutan. budidaya perairan (aquaculture) yang berkelanjutan.

Page 5: Manajemen Sumberdaya Pesisir

KABUPATEN MANOKWARI

Distrik Momiwaren

Page 6: Manajemen Sumberdaya Pesisir

TATA GUNA LAHAN 1999BAPPEDA PROV. PAPUA

Page 7: Manajemen Sumberdaya Pesisir

KAWASAN KONSERVASICI. & BAPPEDA PAPUA 1999

Page 8: Manajemen Sumberdaya Pesisir

• Letak Geografis antara 1o33’-1o49’ LS dan 133o59’-134o11’ BT.

• Panjang garis pantai : ± 43 Km persegi.• Tipe pantai terjal tertutup.• Mengandung kumpulan berupa batuan

tertiary volcanic dengan jenis tanah Fh14-2/3c. (Conservation International, I999).

• Suhu udara minimum berkisar 26 oC pada bulan Februari dan suhu udara maksimum berkisar 33 oC pada bulan April dan Oktober.

• Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Februari 248 mm dan terendah pada bulan September 68 mm.

KAWASAN PESISIR MOMIWAREN

GEOGRAFI:Kamiani

Siyeb

Yekwandi

Page 9: Manajemen Sumberdaya Pesisir
Page 10: Manajemen Sumberdaya Pesisir

• Kelompok bahasa Mention (Leontine Visser, 1998) atau dengan nama setempat disebut bahasa Sougk-Bohom.

• Kelompok suku ini hidup dibagian selatan dari wilayah Kabupaten Manokwari yang berbatasan dengan suku Hatam, Meah dan Borai di utara serta Wandamen (Wamesa) di selatan. Menurut cerita adat setempat, awalnya suku ini bermukim di gunung Hirmeda / Humibou (kawasan pegunungan Arfak).

• Sebagai akibat dari perang suku antara suku Mention dan Wamesa yang kira-kira terjadi pada dekade 1940-an.

• Beberapa marga yang tergolong kedalam suku ini antara lain: Inyomusi, Trirbo, Mokiri, Ainusi, Kauwey, Sayori dll).

• Mayoritas kini telah menganut kepercayaan agama Kristen Protestan.

SOSIAL BUDAYA:

Page 11: Manajemen Sumberdaya Pesisir

Kebiasaan berkebun yang berpindah-pindah untuk jenis komoditas tanaman sayur-sayuran dan umbi-umbian dan seringkali dilakukan di lereng gunung yang menurut budaya setempat dianggap sebagai lahan yang subur. untuk suatu lahan yang telah dikerjakan dapat dimanfaatkan selama 2 – 3 tahun produksi yang kemudian setelah semakin berkurang kesuburannya mereka berpindah ke lahan baru sampai dengan siklus 10 tahunan lalu mereka kembali ke lahan kebun lama seperti terlihat pada gambar berikut.

Pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan makin lama telah berkurang, namun dalam hal bercocok tanam umumnya kaum laki-laki bertugas memberikan batas pada lahan yang akan dibuka dan sekaligus membersihkan serta membuat pagar kebun guna mencegah hama babi dan gangguan lainnya. Sedangkan kaum perempuan selanjutnya akan melakukan penanaman dan pemeliharaan sampai dengan panen dan pemasaran hasilnya.

Page 12: Manajemen Sumberdaya Pesisir

Ketika kelompok suku ini pertama kali turun ke pantai dan mengenal kegiatan menangkap ikan di pesisir pantai, mereka belum mengenal peralatan modern yang ada saat ini. Akan tetapi mereka sudah sudah bisa menangkap ikan dengan menggunakan peralatan panah dan tombak. Seringkali kegiatan ini mereka lakukan di daerah perairan pesisir pantai, disamping itu mereka juga menggunakan zat racun alamiah yang diperoleh dari akar-akaran tanaman di hutan untuk meracun ikan-ikan karang di dekat pesisir pantai

Kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan warga umumnya oleh kaum laki-laki dengan menggunakan sampan dan alat tangkap pancing, kalawai dan senapan ikan di sekitar perairan teluk selama 4 – 5 jam sejak pagi dan ada juga yang melakukannya pada malam hari menggunakan peralatan bantu berupa lampu gas

Page 13: Manajemen Sumberdaya Pesisir

Sebagai akibat kesenjangan pembangunan yang terjadi dimasa lampau antara pusat dan daerah, selanjutnya hal ini berdampak pada pembangunan kawasan kota dan perdesaan di Papua sampai dengan dekade 1990-an.

Hal inilah yang kemudian yang menciptakan kemiskinan secara terstruktur dan membutuhkan proses yang didasarkan pada strategi yang tidak dapat disamakan dengan umumnya daerah lain di Indonesia.

Hingga kini masyarakat dusun Siyeb masih tergolong miskin baik menyangkut ketersediaan pelayanan kesehatan sampai dengan pendapatan perkapita penduduk dusun ini masih jauh dari tingkat UMP yang di tetapkan pemerintah.

Page 14: Manajemen Sumberdaya Pesisir

Kawasan laut Teluk Cenderawasih memiliki keanekaragaman flora dan fauna yang tersebar baik di darat, di pulau-pulau maupun di perairan laut sekitarnya. Kawasan inipun memiliki fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan. Mengingat pentingnya kawasan ini maka, melalui Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 58/Kpts-II/1990 tanggal 3 Februari 1990, kawasan ini dinyatakan sebagai kawasan Cagar Alam Laut. Sekitar tiga tahun kemudian, kawasan konservasi ini ditetapkan sebagai Taman Nasional Laut Teluk Cenderawasih melalui Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 472/Kpts-II/1993 tanggal 2 September 1993.

Taman Nasional Laut Teluk Cenderawasih (TNTC), dengan luas 1.453.500 Ha, merupakan Taman Nasional Laut terluas di Indonesia. Secara geografis kawasan ini terletak antara 1° 43’- 3°22’ LS dan 134°06’ – 135°10’ BT. Secara administratif kawasan ini berada dalam wilayah dua kabupaten, yaitu Kabupaten Teluk Wondama dan Kabupaten Nabire. Luas kawasan yang masuk dalam wilayah Kabupaten Teluk Wondama adalah sekitar 80 persen dari luas TNTC secara keseluruhan. Kawasan TNTC membentang dari rangkaian Kepulauan Auri dari arah timur Tanjung Kwatisore di sebelah selatan sampai ke utara di atas Pulau Rumberpon atau tanjung dusun Syep.

Sumber Daya Pesisir

Page 15: Manajemen Sumberdaya Pesisir

Tipe-tipe ekosistem di kawasan pesisir ini secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi:

• Ekosistem hutan tropis daratan rendah;

• Ekosistem pantai; • Ekosistem perairan laut yang terdiri

dari terumbu karang, padang lamun dan dataran dangkal yang kurang dari 20 meter.

Page 16: Manajemen Sumberdaya Pesisir

Alternatif PengembanganAlternatif Pengembangan Pengembangan Pariwisata

Sarana Prasarana Air bersih Listrik Homestay (cottage)

Paket Ekowisata Wisata hutan

Taman burung Tanam anggrek

Wisata bahari Diving club etc. Fishing game

Sea food café & restaurant Pemasaran

Lokal : TV lokal

Internasional Web site Booklet, leaf let, majalah dll.

Page 17: Manajemen Sumberdaya Pesisir

Pengembangan Budidaya Perikanan Laut Budidaya Lobster, Windu KJA, Bak/Kolam Budidaya Kerapuh, Kakap, Baronang KJA Budidaya Kerang Mutiara, HIjau Rakit Budidaya Rumput Laut Rakit

Page 18: Manajemen Sumberdaya Pesisir

Co-ManagementCo-Management

Cooperative management or co-management can be defined Cooperative management or co-management can be defined as a partnership arrangement in which the community of as a partnership arrangement in which the community of local resource users (fishers), government, other local resource users (fishers), government, other stakeholders (boat owners, fish traders, boat builders, stakeholders (boat owners, fish traders, boat builders, businesspeople, etc.) and external agents (non-businesspeople, etc.) and external agents (non-governmental organizations (NGOs), academic and research governmental organizations (NGOs), academic and research institutions) share the responsibility and authority for the institutions) share the responsibility and authority for the management of the fishery. Through consultations and management of the fishery. Through consultations and negotiations, the partners develop a formal agreement on negotiations, the partners develop a formal agreement on their respective roles, responsibilities and rights in their respective roles, responsibilities and rights in management, referred to as 'negotiated power'. Co-management, referred to as 'negotiated power'. Co-management is also called participatory, joint, stakeholder, management is also called participatory, joint, stakeholder, multi-party or collaborative management.multi-party or collaborative management.

Kerjasama Manajemen atau co-management dapat digambarkan sebagai suatu pengaturan kemitraan di mana masyarakat lokal pemanfaat sumber daya (nelayan), pemerintah, stakeholders lainnya ( pemilik perahu, pedagang ikan, tukang pembuat perahu, usahawan, dll.) dan agen eksternal ( LSM ( NGOS), akademisi dan lembaga penelitian) berbagi tanggung jawab dan otoritas untuk mengelola sumber daya perikanan. Melalui negosiasi dan konsultasi, mitra membangun suatu persetujuan formal terhadp peran mereka masing-masing, tanggung-jawab dan hak dalam manajemen, dikenal sebagai ' kekuasaan yang dirundingkan'. Co-Management adalah juga disebut partisipasi, kerja sama, stakeholder, pihak-pihak terkait atau manajemen kolaboratif.

Page 19: Manajemen Sumberdaya Pesisir
Page 20: Manajemen Sumberdaya Pesisir

Co-management is not a regulatory technique, although regulations are used in co-management. It is a participatory management strategy that provides and maintains a forum or structure for action on empowerment, rule making, conflict management, power sharing, social learning, dialogue and communication, and development among the partners. Co-management is a consensus-driven process of recognizing different values, needs, concerns and interests involved in managing the resource. Partnerships, roles and responsibilities are pursued, strengthened and redefined at different times in the co-management process, depending on the needs and opportunities, the legal environment, the political support, capacities of partners and trust between partners. The co-management process may include formal and/or informal organizations of fishers and other stakeholders.

CO-MANAJEMEN SEBAGAI SUATU PROSES

Co-Management bukanlah merupakan suatu teknik peraturan, walaupun peraturan digunakan dalam co-management. Ini merupakan suatu strategi manajemen partisipasi yang menyediakan dan memelihara suatu struktur atau forum pada kegiatan pemberdayaan, membuat aturan, mengelola konflik, pembagian kekuasaan, pembelajaran sosial, dialog dan komunikasi, dan pengembangan antara mitra. Co-Management adalah suatu proses consensus-driven dalam mengenali perbedaan nilai-nilai, kebutuhan, minat dan perhatian yang dilibatkan dalam mengelola sumber daya tersebut, kemitraan, peran dan tanggung-jawab yang diikuti, memperkuat dan mendefenisikan ulang pada saat yang berbeda dalam proses co-management, tergantung pada peluang dan kebutuhan, lingkungan yang sah/sesuai undang-undang, dukungan politis, kapasitas mitra dan kepercayaan diantara mitra. proses co-Management bisa meliputi organisasi nelayan informal dan/atau formal dan stakeholders lainnya.

Page 21: Manajemen Sumberdaya Pesisir

A Process of Community-Based Co-management

Page 22: Manajemen Sumberdaya Pesisir
Page 23: Manajemen Sumberdaya Pesisir

The implementation of community-based co-management has four linked and complementary components:1. Resource management.2. Community and economic development/livelihoods.3. Capacity building.4. Institutional support/networking/advocacy.

Page 24: Manajemen Sumberdaya Pesisir

CO-MANAGEMENT SUMBER DAYA PESISIR CO-MANAGEMENT SUMBER DAYA PESISIR DISTRIK MOMI WAREN TAHUN 2009DISTRIK MOMI WAREN TAHUN 2009

IDENTIFIKASI MASALAHIDENTIFIKASI MASALAH

Diskusi TerbukaDiskusi Terbuka

Membangun KesepahamanMembangun Kesepahaman

Menyusun Rencana KerjaMenyusun Rencana Kerja

Asistensi MasyarakatAsistensi Masyarakat

Pertemuan MasyarakatPertemuan Masyarakat

Diskusi/ Workshop-Pemerintah-NGOS-Donor-Tomas

Diskusi/ Workshop-Pemerintah-NGOS-Donor-Tomas

Penyusunan Rencana Proyek dan strategi

sementara

Penyusunan Rencana Proyek dan strategi

sementara

Mencari Sumber Pembiayaan

Mencari Sumber PembiayaanMembangun Jaringan

Kelebagaan - Ditingkat atas

Membangun Jaringan Kelebagaan - Ditingkat atas

TAHAP PERSIAPANPELAKSANAAN

TAHAP PERSIAPANPELAKSANAAN

Page 25: Manajemen Sumberdaya Pesisir

NO DESKRIPSI KEGIATAN

WAKTU

Bulan …….. 2009 SUMBER BIAYA

1 2 3 4

I Identifikasi Masalah

1.1 Survei dan Pengumpulan data awal ……………….

1.2 Diskusi Terbuka ……………….

1.3 Penyusunan Rencana Kerja (TOR) ……………….

II Asistensi Masyarakat

2.1 Pertemuan Masyarakat ……………….

2.2 Diskusi dan Seminar ……………….

III Mencari sumber pendanaan

3.1 Pembuatan proposal ……………….

3.2 Membangun jaringan kelembagaan

3.3 Pilot project ……………….

TIME SCHEDULE

Page 26: Manajemen Sumberdaya Pesisir

TERIMA KASIHTERIMA KASIH

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI PAPUA BARATPEMERINTAH DAERAH PROVINSI PAPUA BARATBP3D - BIDANG EKONOMIBP3D - BIDANG EKONOMITAHUN 2009TAHUN 2009

Bravo