42
SURAT KABAR Guru Belajar | 1 Guru Belajar 10 Februari 2016 Menularkan Kegemaran Belajar Edisi 2 Tahun I | GuruBelajar.org UJIAN BAHASA JERMAN? BERANI! Bagaimana Guru Hasniar mengubah ujian Bahasa Jerman menjadi menyenangkan dan bermakna? Simak ceritanya MENCARI SUDUT PANDANG PELAJAR Di tangan Guru Luthfi, proses belajar dan asesmen Sosiologi menjadi menarik dan seru diikuti para pelajar. KETIKA PELAJAR MENILAI DIRI SENDIRI Apa jadinya bila pelajar kelas 2 SD diberi wewenang untuk melakukan penilaian terhadap proses belajarnya? ASESMEN YANG SANGAT MENYENANGKAN Bagaimana asesmen proses dan hasil belajar pelajar usia 2 tahun? Iya, dua tahun. Penasaran? Yuk baca Belajar Tanpa Ujian? Benarkah belajar bisa tanpa ujian? Atau justru ada yang bertanya, buat apa belajar bila tidak ada ujian? Pepatah lama yang sering dilontarkan tentang perbedaan sekolah dan kehidupan. Di sekolah, siswa belajar kemudian ujian. Di kehidupan, siswa ujian kemudian belajar. Pepatah itu adalah sindiran terhadap praktik belajar di sekolah yang mengkeramatkan ujian sebagai segala-galanya. Tanpa ujian, buat apa belajar? Padahal belajar adalah kemauan dan kemampuan alami manusia, yang telah ada sejak kita lahir. Jadi tanpa ada ujian pun, kita secara alami tetap belajar. Justru ketika ujian menjadi motivasi belajar, maka kita kehilangan kenikmatan belajar. Belajar jadi terpaksa semata mengejar nilai ujian. Selesai ujian, semua materi pelajaran dilupakan. Pada edisi ini, para guru berbagi praktik cerdas melakukan asesmen otentik. Proses ujian yang bermakna dan menyenangkan sebagaimana proses belajar itu sendiri. Bila membaca tulisan dan melihat fotonya, anda akan menyaksikan anak-anak yang bergembira mengikuti ujian. Seolah mereka tidak sedang ujian. Seolah mereka belajar tanpa ujian. Pada akhirnya, mari membaca dan belajar. Bila memang ada hal baik dari surat kabar ini, praktikkan dan sebarkan ke rekan guru yang lain. [email protected] Facebook: KapusGuruCikal Twitter: @KampusGuruCikal

Surat Kabar Guru Belajar 2 - kampusgurucikal.com · Apa jadinya bila pelajar kelas 2 SD diberi wewenang untuk ... untuk mengukur pencapaian KD pada KI-4. ... terjemahannya dalam bahasa

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Surat Kabar Guru Belajar 2 - kampusgurucikal.com · Apa jadinya bila pelajar kelas 2 SD diberi wewenang untuk ... untuk mengukur pencapaian KD pada KI-4. ... terjemahannya dalam bahasa

SURAT KABAR Guru Belajar | 1

Guru Belajar 10 Februari 2016

Menularkan Kegemaran BelajarEdisi 2 Tahun I | GuruBelajar.org

UJIAN BAHASA JERMAN? BERANI! Bagaimana Guru Hasniar mengubah ujian Bahasa

Jerman menjadi menyenangkan dan

bermakna? Simak ceritanya

MENCARI SUDUT PANDANG PELAJAR

Di tangan Guru Luthfi, proses belajar dan asesmen Sosiologi

menjadi menarik dan seru diikuti para pelajar.

KETIKA PELAJAR MENILAI DIRI SENDIRI Apa jadinya bila pelajar kelas 2 SD diberi wewenang untuk melakukan penilaian terhadap

proses belajarnya?

ASESMEN YANG SANGAT

MENYENANGKAN Bagaimana asesmen proses

dan hasil belajar pelajar usia 2 tahun? Iya, dua tahun. Penasaran? Yuk baca

Belajar Tanpa Ujian?Benarkah belajar bisa tanpa ujian? Atau justru ada yang bertanya, buat apa belajar bila tidak ada ujian?

Pepatah lama yang sering dilontarkan tentang perbedaan sekolah dan kehidupan. Di sekolah, siswa belajar kemudian ujian. Di kehidupan, siswa ujian kemudian belajar. Pepatah itu adalah sindiran terhadap praktik belajar di sekolah yang mengkeramatkan ujian sebagai segala-galanya. Tanpa ujian, buat apa belajar?

Padahal belajar adalah kemauan dan kemampuan alami manusia, yang telah ada sejak kita lahir. Jadi tanpa ada ujian pun, kita secara alami tetap belajar. Justru ketika ujian menjadi motivasi belajar, maka kita kehilangan kenikmatan belajar. Belajar jadi terpaksa semata mengejar nilai ujian. Selesai ujian, semua materi pelajaran dilupakan.

Pada edisi ini, para guru berbagi praktik cerdas melakukan asesmen otentik. Proses ujian yang bermakna dan menyenangkan sebagaimana proses belajar itu sendiri. Bila membaca tulisan dan melihat fotonya, anda akan menyaksikan anak-anak yang bergembira mengikuti ujian. Seolah mereka tidak sedang ujian. Seolah mereka belajar tanpa ujian.

Pada akhirnya, mari membaca dan belajar. Bila memang ada hal baik dari surat kabar ini, praktikkan dan sebarkan ke rekan guru yang lain.

[email protected] Facebook: KapusGuruCikal Twitter: @KampusGuruCikal

Page 2: Surat Kabar Guru Belajar 2 - kampusgurucikal.com · Apa jadinya bila pelajar kelas 2 SD diberi wewenang untuk ... untuk mengukur pencapaian KD pada KI-4. ... terjemahannya dalam bahasa

SURAT KABAR Guru Belajar | 2

Ujian Bahasa Jerman? Berani!Mengajar Bahasa Jerman adalah tantangan bagi Guru Hasniar. Bagaimana tidak, pelajaran Bahasa Jerman tidak dipelajari pelajar sebelumnya. Bagaimana Guru Hasniar mengubah ujian Bahasa Jerman menjadi menyenangkan dan bermakna? Simak ceritanya

Saya adalah guru bahasa Jerman di SMA Negeri 1 Sinjai, satu-satunya SMA yang menyelenggarakan kurikulum 2013 sejak diimplementasikan pada tahun pelajaran 2013/2014 hingga saat ini di Kabupaten Sinjai. Sinjai adalah sebuah kota kecil yang terletak di bagian timur Provinsi Sulawesi Selatan, bisa dijangkau kurang lebih 5-7 jam dari kota Makassar dengan naik mobil.

Salah satu tugas pokok guru sebagai pendidik setelah merencanakan dan melaksanakan pembelajaran adalah mengevaluasi dan menilai hasil pembelajaran. Dalam Permendiknas nomor 53 tahun 2015 pasal 1 dirumuskan bahwa “Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik adalah proses pengumpulan informasi/data tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam aspek sikap, aspek pengetahuan, dan aspek keterampilan yang dilakukan secara terencana dan sistematis yang dilakukan untuk memantau proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar melalui penugasan dan evaluasi hasil belajar”.

Selanjutnya pada pasal 3 disebutkan bahwa tujuan penilaian yang dilakukan oleh pendidik adalah untuk : a) mengetahui tingkat penguasaan kompetensi, b) menetapkan ketuntasan penguasaan kompetensi, c) menetapkan program perbaikan atau pengayaan berdasarkan tingkat penguasaan kompetensi, d) memperbaiki proses pembelajaran. Jadi, penilaian yang dilakukan pendidik tidak hanya penilaian atas pembelajaran (assessment of learning), melainkan juga penilaian untuk pembelajaran (assessment for learning) dan penilaian sebagai pembelajaran (assessment as learning). Penilaian atas pembelajaran dilakukan untuk mengukur capaian peserta didik terhadap kompetensi yang telah ditetapkan sedangkan penilaian untuk pembelajaran memungkinkan pendidik menggunakan informasi kondisi peserta didik untuk memperbaiki pembelajaran, sedangkan penilaian sebagai pembelajaran memungkinkan peserta didik melihat capaian dan kemajuan belajarnya untuk menentukan target belajar.

Kurikulum 2013 menerapkan pembelajaran berbasis aktivitas, yang diharapkan akan menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, dan efektif melalui penguatan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang terintegrasi. Hal ini berimplikasi pada pelaksanaan penilaian yang meliputi penilaian sikap, pengetahuan dan keterampilan. Penilaian sikap diarahkan untuk mengukur pencapaian Kompetensi Dasar (KD) pada Kompetensi Inti (KI-1 dan KI-2), penilaian pengetahuan untuk mengukur pencapaian KD pada KI-3 dan penilaian keterampilan untuk mengukur pencapaian KD pada KI-4.

Untuk mecapai sasaran di atas, Permendiknas No 66 tahun 2013 tentang Standar Pendidikan mengarahkan pendidik untuk melaksanakan penilaian autentik. Penilaian autentik merupakan bentuk penilaian yang menghendaki peserta didik menampilkan sikap, menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari pembelajaran dalam melakukan tugas pada situasi yang sesungguhnya yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses, dan keluaran (output) pembelajaran.

Berbagai acuan telah dibuat oleh pemerintah sebagai pedoman bagi pendidik untuk melaksanakan penilaian berdasarkan kurikulum 2013 ini. Namun, dalam pelaksanaannya terdapat berbagai tantangan. Jumlah siswa yang terlalu banyak dalam satu kelas dengan fasilitas yang masih sangat minim serta kondisi kelas yang sangat sederhana. Dengan tuntutan harus mengampu mata pelajaran 24 jam tatap muka per minggu bagi pendidik yang telah bersertifikasi menimbulkan masalah yang tentunya menantang para pendidik untuk terus berupaya berkreasi dan berinovasi agar dapat melaksanakan dan menyelesaikan semua tugas-tugas pokoknya sebagai guru, terutama dalam hal penilaian.

Dalam kurikulum 2013, mata pelajaran bahasa Jerman hanya ditempatkan sebagai mata pelajaran pilihan lintas

Guru Belajar 10 Februari 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

Page 3: Surat Kabar Guru Belajar 2 - kampusgurucikal.com · Apa jadinya bila pelajar kelas 2 SD diberi wewenang untuk ... untuk mengukur pencapaian KD pada KI-4. ... terjemahannya dalam bahasa

SURAT KABAR Guru Belajar | 3

Dalam kurikulum 2013, mata pelajaran bahasa Jerman hanya ditempatkan sebagai mata pelajaran pilihan lintas minat dari beberapa bahasa asing lainnya pada peminatan MIPA dan IPS. Pada kelas peminatan bahasa saja yang masuk sebagai mata pelajaran wajib, tetapi di sekolah kami tidak dibuka jurusan bahasa dengan berbagai alasan. Adalah sebuah tantangan berat bagi guru bahasa Jerman, apalagi bahasa Jerman sama sekali belum dikenal oleh para peserta didik baru. Sebuah kenistaan untuk peserta didik memilihnya jika tidak menggunakan tip dan trik yang jitu dengan cara menjadikan pembelajaran bahasa Jerman yang berkualitas, bermakna dan menyenangkan. Demikian pula teknik penilaiannya harus dirancang yang tetap membuat peserta didik rileks, merasa senang dan suasana kelas yang tidak menegangkan, dengan tetap memprioritaskan

ketercapaian fungsi dan tujuannya tentunya.

Untuk penilaian sikap misalnya, saya menggunakan teknik observasi secara berkesinambungan melalui pengamatan perilaku dengan asumsi bahwa pada dasarnya setiap peserta didik berperilaku baik sehingga yang perlu dicatat hanya perilaku yang sangat baik (positif) atau kurang baik (negatif). Catatan hal-hal positif dan menonjol digunakan untuk menguatkan perilaku positif, sedangkan perilaku negatif digunakan untuk pembinaan. Jurnal saya gunakan sebagai instrumen dalam penilaian ini. Berikut contoh jurnal yang saya gunakan.

Selain untuk pembinaan, catatan-catatan pada jurnal tersebut juga dijadikan pedoman bagi pendidik untuk memberikan nilai sikap pada setiap peserta didik di akhir semester. Peserta didik yang tidak memiliki catatan, baik positif

maupun negatif mendapat nilai baik, yang banyak catatan positifnya mendapat nilai sangat baik, sedangkan yang banyak catatan negatifnya mendapat nilai cukup atau kurang. Tetapi, jika catatan-catatan ini kita gunakan untuk pembinaan, maka sangat kecil kemungkinan peserta didik mendapat nilai cukup ataupun kurang.

Untuk mengukur ketercapaian aspek pengetahuan dan keterampilan saya rancang agar peserta didik tidak merasa takut dan tegang menghadapinya. Di kelas X semester II misalnya, dengan tema “Schule” (kehidupan di sekolah) sub tema “Gegenstände im Klassenraum” (Benda-benda di dalam ruang kelas). Untuk mengevaluasi kekuatan kosa kata dan kemampuan peserta didik mengelompokkan kata benda berdasarkan artikel tertentunya ( der, die atau das = gender) serta mengucapkan setiap kata dengan tepat sesuai aturan kebahasaan dalam bahasa Jerman, saya mengelompokkan peserta didik secara heterogen, 4 orang per kelompok. Pertama-tama saya membagikan kartu-kartu kosong kepada tiap kelompok, masing-masing mendapatkan 20 kartu. Tiap anggota kelompok harus menuliskan 5 kata benda yang biasanya terdapat di sebuah ruang kelas tanpa artikel tertentu. Kata yang ditulis oleh tiap anggota tidak boleh sama. Jadi dalam kondisi evaluasi, peserta didik tetap dididik untuk mengembangkan sikap kerja samanya.

Guru Belajar 10 Februari 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

Page 4: Surat Kabar Guru Belajar 2 - kampusgurucikal.com · Apa jadinya bila pelajar kelas 2 SD diberi wewenang untuk ... untuk mengukur pencapaian KD pada KI-4. ... terjemahannya dalam bahasa

SURAT KABAR Guru Belajar | 4

Guru Belajar 10 Februari 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

No Waktu Nama Kejadian/Perilaku Butir Sikap Pos/ Neg Tindak Lanjut

1 11/1/2016 MF Datang terlambat 10 menit Disiplin - Langsung diingatkan untuk tidak terlambat lagi.

2 11/1/2016 H

Menyajikan hasil diskusi kelompok dan menjawab sanggahan kelompok lain dengan tegas menggunakan argumentasi yang logis dan relevan

Percaya Diri + Diberi apresiasi/pujian

3 13/1/2016 SWMembantu guru mengambil lensa kaca mata yang terjatuh tanpa diminta.

peduli + Diberi apresiasi/pujian

4 13/1/2016 A Tidak menggunakan dasi seragam sekolah

disiplin -

Ditanya mengapa tidak menggunakan dasi dan diberi peringatan agar selalu memperhatikan aturan tentang pakaian seragam sekolah.

5 18/1/2016 XMelapor kepada pendidik bahwa dia tidak mengumpulkan tugas.

Jujur +

Diberi apresiasi/pujian dan ditanya apa alasannya tidak mengumpulkan tugas, agar selanjutnya selalu mengumpulkan tugas.

6 18/1/2016 ASG Tercepat menyelesaikan tugas Tanggung jawab + Diberi apresiasi/pujian.

Nama Satuan Pendidikan : SMA Negeri 1 Sinjai Tahun Pelajaran : 2015/2016 Kelas/Semester : XI IIS2/II Mata Pelajaran : Bahasa Jerman

Contoh Jurnal untuk Penilaian

Page 5: Surat Kabar Guru Belajar 2 - kampusgurucikal.com · Apa jadinya bila pelajar kelas 2 SD diberi wewenang untuk ... untuk mengukur pencapaian KD pada KI-4. ... terjemahannya dalam bahasa

SURAT KABAR Guru Belajar | 5

Setelah peserta didik menuliskan kata-kata dalam kartu, saya berkeliling dari kelompok ke kelompok untuk menilai ketepatan penulisan tiap anggota. Setelah itu semua kartu kata dalam kelompok disatukan, lalu diletakkan secara acak di atas meja dalam keadaan terbalik. Tulisan berada di bagian bawah. Selanjutnya anggota kelompok bergiliran mencabut satu kartu, kata yang terdapat di dalam kartu itu dibaca oleh anggota tersebut dengan artikelnya beserta terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Pada saat membaca, peserta didik harus memperhatikan tata bunyi dalam bahasa Jerman. Kartu kata itu lalu di tempatkan pada tempat yang disediakan. Rupanya tiap kelompok memiliki kreasi yang berbeda-beda. Ada yang membuat wadah dari kertas dan ditulisi dengan der, die, das. Ada juga yang cukup menulis der, die, das, di atas kertas lalu menempatkan di atas mejanya, tapi ada pula yang hanya menempatkan begitu saja di atas meja sesuai artikelnya tanpa label. Jadi dengan kegiatan ini kreatifitas peserta didik terbangun.

Saya puas melihat anak-anak didik kami melakukannya dengan santai, mereka tersenyum bahagia dengan keberhasilannya. Peserta didik yang belum berhasil mendapat nilai baik saya bangun rasa percaya dirinya dengan mengatan : “Nak, kamu sebenarnya bukan tidak tahu, hanya karena tidak hadir pada saat proses pembelajaran, makanya lain kali jangan lagi tinggalkan kelas kalau

tidak terlalu penting urusannya di luar”. “Ya Bu, Insya Allah saya tidak mau bolos lagi Bu”. Ya, kata-kata keras yang menghujat, menyinggung perasaan dan menyudutkan serta menyalahkan peserta didik saya hindarkan. Saya berusaha merangkul mereka dan terus memberikan semangat. Saya tidak menggunakan istilah remedi bagi mereka. Karena istilah itu menjadi momok yang sangat menakutkan bagi peserta didik. Di sekolah kami, remedi berarti peserta didik hanya bisa mendapatkan nilai terendah sesuai

KKM, itupun kalau berhasil. Tapi rumus itu saya tidak gunakan. Saya menghargai setiap usaha dari peserta didik. Jika mereka bisa mendapatkan nilai yang lebih baik setelah diberikan kesempatan untuk belajar kembali, apakah dengan pembelajaran ulang, belajar dengan teman sebaya, ataukah dengan penugasan, masa iya tidak dihargai. Saya tidak segan-segan memberikan nilai yang lebih baik. Dan menurut saya itulah hakikat dari pendidikan, apabila seorang peserta didik berusaha untuk bisa menjadi lebih

baik. Bukankah guru profesional itu salah satunya ditandai ketika dia bisa membuat peserta didiknya pulang ke rumahnya dalam keadaan tersenyum karena keadaannya yang lebih baik dari sebelumnya ?

Selain dengan metode penilaian di atas, saya juga menguji kemampuan peserta didik memahami teks dalam kelompok. Saya memberikan waktu 30 menit untuk bersama-sama memahami teks dalam kelompok. Lagi-lagi dalam kelompok heterogen, agar anggota kelompok yang lebih

cepat memahami isi teks dapat membantu mereka yang memiliki kemampuan agak lambat. Dan lagi-lagi faktor sikap tidak terabaikan. Sikap kerjasama dan sikap peduli dibutuhkan dalam proses ini. Pada saat evaluasi, mereka harus menyampaikan isi teks dalam bahasa Jerman. Jadi prinsip komunikatifnya juga tetap diperhatikan. Apakah peserta didik harus menyampaikan keseluruhan isi teks ? Tidak, karena peserta didik akan berusaha memahami isi teks

dengan cara menghafal dan hal itu akan membuat mereka stres.

Setelah mereka membaca teks, saya meminta mereka berdiri melingkar. Di tengah-tengah, saya letakkan kartu-kartu kata dengan ukuran yang agak besar, menggunakan kertas warna-warni dan bentuk serta tulisan yang menarik. Kata yang ditulis dalam kartu itu adalah kata-kata kunci yang terdapat dalam teks. Semua anggota berlomba mengambil satu kartu di bawah panduan guru,

Guru Belajar 10 Februari 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

Dan dengan semangat berapi-api mereka mendatangi saya dan mengatakan “Ibu, saya sudah bisa, saya mau coba lagi”.

Page 6: Surat Kabar Guru Belajar 2 - kampusgurucikal.com · Apa jadinya bila pelajar kelas 2 SD diberi wewenang untuk ... untuk mengukur pencapaian KD pada KI-4. ... terjemahannya dalam bahasa

SURAT KABAR Guru Belajar | 6

lalu berpindah tempat, tetapi harus tetap berada dalam lingkaran. Anggota yang paling akhir mendapatkan posisi baru itulah yang menyampaikan isi teks sesuai kata kunci yang didapatkan. Setelah itu, berpindah tempat lagi hingga semua anggota selesai menyampaikan isi teks sesuai kata kunci yang didapatkannya. Seru, bukan? Sangat seru malah. Tidak ada kesan menegangkan apalagi rasa takut salah. Peserta didik bahkan bisa tertawa lepas saat mereka bertabrakan dengan temannya atau menertawakan temannya yang terlambat mendapatkan posisi baru. Semua peserta didik dapat menyampaikan isi teks sesuai kata kunci yang didapatkannya, meskipun masih ada yang terbata-bata. Yang terbata-bata inilah yang saya minta untuk kembali duduk bersama kelompoknya, berlatih dengan anggota lain sehingga tidak merasa termarginalkan. Dibantu oleh teman kelompoknya mereka berusaha memahami isi teks. Dan dengan semangat berapi-api mereka mendatangi saya dan mengatakan “Ibu, saya sudah bisa, saya mau coba lagi”.

Saya yakin, ada pembaca yang akan mengatakan, “Itu mah dalam proses pembelajaran”. Kita boleh berbeda pendapat, tetapi itulah yang saya lakukan di sekolah kami, dan alhamdulillah tahun ini untuk yang kedua kalinya peserta didik kami akan mengikuti Final Olimpiade Tingkat Nasional di Jakarta pada tanggal 25 s.d 26 Januari 2016 setelah sebelumnya juga berhasil

pada tahun 2014. Dan duta kami adalah peserta didik dari kelas peminatan IPS yang nota bene peserta didik di sekolah kami yamg duduk di kelas peminatan IPS itu pada umumnya mereka yang tidak terjaring masuk di kelas peminatan MIPA. Di kelas XI saya hanya

mengajar di kelas XI IPS, karena kelas MIPA tidak belajar Bahasa Jerman.

Lain lagi metode saya untuk mengukur ketercapaian KD pada aspek keterampilan. Saya membawa mereka ke alam nyata. Salah satu tema di kelas XI adalah Alltagsleben (kehidupan sehari-hari). Saya memilih sub tema Einkaufen. Peserta didik saya bawa ke koperasi sekolah yang menjual berbagai macam kebutuhan hidup sehari-hari. Dalam satu kelompok ada yang bertugas sebagai pembeli, pelayan serta kasir. Asumsi saya, setiap anak membawa uang jajan untuk dia belanjakan di

sekolah. Maka saya meminta mereka benar-benar berbelanja sesuai kebutuhan mereka. Dan suasana belanja secara nyatapun terjadi. Mereka masuk ke toko, lalu disapa oleh pelayan dengan ramah, “Guten Morgen, was möchten Sie bitte”, Dijawab oleh pengunjung : “Morgen,

Ich möchte gern ein Brot und eine Flasche Mineralwasser”. “Sonst noch etwas”?. Pelayan bertanya lagi. Itulah cuplikan pembicaraan mereka. Komunikatif dan rileks. Mereka benar-benar merasakan seperti berbelanja dengan menggunakan bahasa Indonesia pada hari-hari biasa. Sekalipun tidak bisa dipungkiri, ada saja yang masih belum fasih. Tapi paling tidak, mereka sudah merasakan bagaimana berbelanja dalam dunia nyata dengan menggunakan bahasa Jerman yang sangat sederhana. Mereka kelihatan bangga dan puas sudah bisa menggunakan ilmu yang selama ini di dapatkannya.

Guru Belajar 10 Februari 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

Page 7: Surat Kabar Guru Belajar 2 - kampusgurucikal.com · Apa jadinya bila pelajar kelas 2 SD diberi wewenang untuk ... untuk mengukur pencapaian KD pada KI-4. ... terjemahannya dalam bahasa

SURAT KABAR Guru Belajar | 7

Saya memang banyak menggunakan bentuk tes yang bisa langsung menilai peserta didik, mengingat jumlah kelas dan siswa yang saya didik lumayan banyak. Siswa per kelas rata- rata antara 36 sampai 38 per kelas. Tetapi penilaian yang saya lakukan tetap mengacu pada indikator ketercapaian KD yang telah dirancang dalam RPP. Demikian pula pedoman penskoran dan rubrik penilaian tetap menjadi rujukan. Jika setiap kali melakukan penilaian harus dalam bentuk tertulis, maka kira-kira berapa waktu yang habis hanya untuk memeriksa dan menilai pekerjaan peserta didik. Tetapi penilaian yang saya lakukan tetap mengacu pada indikator ketercapaian KD yang telah dirancang dalam RPP. Demikian pula pedoman penskoran dan rubrik penilaian tetap menjadi rujukan. Sebelum saya menggunakan teknik ini, kadang sudah tiba saatnya Ulangan Akhir Semester, masih ada hasil Ulangan Harian Peserta didik yang belum saya nilai.

Ulangan tertulis saya butuhkan juga, terutama pada keterampilan menulis.

Tetapi lebih banyak menggunakan teknik penugasan. Tulisan terbaik saya pajang di Deutschwand (majalah dinding khusus bahasa Jerman) sebagai bentuk apresiasi saya kepada peserta didik yang bersangkutan. dan juga sekaligus menjadi inspirasi bagi peserta didik yang lain. Pada Ulangan Tengah Semester (UTS) dan Ulangan Akhir Semester (UAS) sebagaimana lazimnya saya tetap memberikan evaluasi dalam bentuk tertulis.

Berbagai metode dan teknik yang saya lakukan baik dalam pembelajaran maupun dalam penilaian telah berimplikasi baik terhadap pelajaran bahasa Jerman di sekolah kami. Sejak tahun 2014, Deutschclub (Kelompok Belajar Bahasa Jerman) atas desakan peserta didik kepada kepala sekolah, telah diakui sebagai salah satu kegiatan Ekstrakurikuler yang kegiatannya didanai oleh BOS. Hal ini tidak terjadi pada mata pelajaran bahasa lainnya. Cerita-cerita peserta didik kami kepada adik-adik kelasnya dan kepada kelas lain yang tidak belajar bahasa Jerman tentang keseruan

belajar bahasa Jerman dan sistem penilaiannya membuat bahasa Jerman menjadi pelajaran idola di sekolah kami. Kelas yang tidak belajar bahasa Jerman banyak yang bertanya kepada saya, mengapa mereka tidak belajar bahasa Jerman. Bahasa Jerman, telah mengangkat nama sekolah baik di tingkat lokal maupun nasional.

Guru Belajar 10 Februari 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

Dra. Hasniar

SMA Negeri 1 Sinjai, Penggerak Komunitas Guru

Belajar Sinjai.

Ingin mendapatkan Surat Kabar Guru Belajar langsung di kotak masuk Email anda?

Daftarkan email anda di KampusGuruCikal.com

Page 8: Surat Kabar Guru Belajar 2 - kampusgurucikal.com · Apa jadinya bila pelajar kelas 2 SD diberi wewenang untuk ... untuk mengukur pencapaian KD pada KI-4. ... terjemahannya dalam bahasa

SURAT KABAR Guru Belajar | 8

Guru Belajar 10 Februari 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

DiferensiasiMemahami Pelajar untuk Belajar Bermakna dan Menyenangkan

Penerbit: Literati & Kampus Guru Cikal

Penulis: Najelaa Shihab & Komunitas Guru Belajar

Editor: Bukik Setiawan dan Siti Nur Andini

ISBN: 978-602-8740-52-4

Tebal: VI + 252 halaman

Dimensi: 14 x 21 cm

Anda seorang guru? Anda kebingungan mendesain pembelajaran yang

bermakna dan menyenangkan? Anda belum tahu merancang pembelajaran untuk

beragam anak di kelas anda? Atau, anda ingin memperkaya strategi mengajar anda agar lebih berdampak positif pada pelajar

anda? Buku Diferensiasi ini adalah buku yang tepat untuk menjawab kebutuhan anda.

Bagian pertama buku ini membahas mengenai konsep diferensiasi sebagai cara pandang dalam merancang pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna. Setelah itu dibahas keterkaitan diferensiasi dengan berbagai konsep penting pembelajaran seperti peran guru, disiplin positif, keragaman anak, teori belajar, pembelajaran inkuiri dan rencana pelaksanaan pembelajaran.

Tidak hanya berhenti di konsep, buku ini pun menyajikan pengalaman para guru dalam menerapkan diferensiasi di kelas mereka. Guru yang berbagi pengalaman pun beragam, ada guru TK, SD dan SMP; ada guru Matematika, IPA, Seni

hingga guru Agama. Dengan menceritakan beragam pengalaman guru, buku ini membantu anda untuk lebih mengenal dan memahami diferensiasi untuk merancang pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan bagi pelajar anda.

Bagian paling akhir buku menceritakan pengakuan orangtua mengenai dampak positif diferensiasi terhadap anaknya dan pengakuan para pelajar dalam mengikuti pembelajaran menggunakan pendekatan diferensiasi. Karena apapun, pilihan pendekatan dan metode pengajaran harus berdampak pada pelajar sebagai subyek pendidikan.

Untuk sementara, buku belum tersedia di toko buku. Bila ingin mendapatkannya, anda bisa membeli di TokoBuku.com melalui tautan ini

http://bit.ly/BukuDiferensiasi

Untuk pembelian di atas 10 buku, silahkan email ke [email protected]

Page 9: Surat Kabar Guru Belajar 2 - kampusgurucikal.com · Apa jadinya bila pelajar kelas 2 SD diberi wewenang untuk ... untuk mengukur pencapaian KD pada KI-4. ... terjemahannya dalam bahasa

SURAT KABAR Guru Belajar | 9

Kata Kunci: Perspektif Sosiologis, Perspektif Murid, Asesmen Otentik, Argumentasi

Dalam tulisan ini, saya mencoba memberikan satu sudut pandang asesmen dalam pelajaran sosiologi dengan mengenalkan satu cara berargumentasi menggunakan perspektif sosiologis. Asesmen yang telah dan masih saya uji di lapangan ini tidak berfokus pada penjelasan kuantitatif juga tidak berfokus pada nilai “angka”. Saya mendesain satu asesmen yang berfokus pada aspek substantif yang bertujuan untuk dua hal: Mengenalkan kepada murid secara mendalam tentang ciri khas utama dari mata pelajaran yang dipelajari dan memampukan murid berpikir analitik secara argumentatif.

Pertanyaan besar yang wajib kita pertanyakan sebagai seorang guru adalah sejauh apa asesmen yang kita buat dapat mendekatkan murid kita pada tahap berpikir sesuai nalar khas ilmiah bidang ilmu yang kita ajar? Kedua, apa sisi otentik mencakup kelebihan dan kekurangan di asesmen yang saya ajukan?

Awal Mula dan Tantangan

Posisi saya sebagai guru sosiologi memang “diharuskan” sekolah memiliki tanggung jawab menjelaskan sosiologi secara prosedural. Justru karena kata “prosedural” itu lah saya sulit menemukan celah untuk menjelaskan sosiologi secara komprehensif. Padahal, fungsi utama seorang guru sosiologi adalah menjelaskan sesuai nalar sosiologis.

Salah satu sasaran utama mengapa penjelasan komprehensif penting untuk dilakukan adalah karena akan menjadi titik pijak seorang guru sosiologi untuk menuntun murid-muridnya masuk ke dalam dunia keilmuan sosiologi itu sendiri. Salah satu fokus yang harus dicapai adalah menuntun murid untuk dapat mempelajari perbedaan subject matter ilmu sosiologi.

Pengenalan Subject Matter adalah indikator utama yang saya gunakan

untuk melihat perkembangan pengetahuan kognitif anak untuk mendesain asesmen dan keberlanjutan pembelajaran berikutnya.

Hanya saja, untuk mencapai tujuan tersebut ada beberapa hal yang menjadi batu sandungan. Pertama, saya tentu merasa risih

dengan pendefinisian “asesmen” normatif dan

prosedural yang sering berhenti di level hafalan. Sehingga, hal

tersebut akan mengurung potensi kemampuan analitik murid di kelas.

Kedua, tidak jarang kita menemukan murid (atau gurunya sendiri) hanya berfokus dengan “angka”. Jadi, belajar hanya untuk mendapat angka yang tinggi saja, mendapat nilai 80, 90 lalu kemudian selesai. Boleh jadi, ia hanya pandai menghafal, belum tentu ia benar-benar paham esensi subject matter dari apa yang dipelajarinya.

Memilih Tema Akademis, Menulis Orisinil

Hal pertama yang saya lakukan adalah bagaimana caranya membuat desain pembelajaran yang tidak

Guru Belajar 10 Februari 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

Mencari Sudut Pandang PelajarPelajaran IPS seringkali dianggap sebagai pelajaran hafalan. Penilaiannya pun menilai hafalan pelajar. Tapi di tangan Guru Luthfi, proses belajar dan asesmen Sosiologi menjadi menarik dan seru diikuti para pelajar.

Pertanyaan besar yang wajib kita

pertanyakan sebagai seorang guru adalah sejauh apa

asesmen yang kita buat dapat mendekatkan murid kita pada

tahap berpikir sesuai nalar khas ilmiah bidang ilmu

yang kita ajar?

Page 10: Surat Kabar Guru Belajar 2 - kampusgurucikal.com · Apa jadinya bila pelajar kelas 2 SD diberi wewenang untuk ... untuk mengukur pencapaian KD pada KI-4. ... terjemahannya dalam bahasa

SURAT KABAR Guru Belajar | 10

keluar dari materi yang sudah disepakati lewat Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar namun tetap berbobot. Kreativitas saya sebagai guru diuji di tahap ini.

Beberapa tahapan ringkas yang saya lakukan dibagi menjadi tiga bagian: Pertama, Mempersiapkan penekanan perspektif sosiologis dari beragam tokoh sosiologi yang disesuaikan pada materi satu bab. Kedua, memilih Tema Akademik. Ketiga, saya membuat tulisan orisinil ilmiah populer sederhana sesuai tema akademik yang saya pilih kemudian didiskusikan bersama para murid.

Pada tahap pertama, penekanan utama saya adalah melakukan pemindaian awal tentang apa-apa saja materi yang tertera di dalam satu bab. Hal ini penting karena bagaimanapun kita harus memberi batas agar tidak terlalu melebar.

Untuk contoh real saya akan gunakan bab 1 sosiologi kelas X. Baik dalam KTSP maupun Kurikulum 2013, Bab 1 sosiologi intinya ingin berbicara tentang hakekat sosiologi. Pernyataannya, kalau hanya mengikuti penjelasan textbook atau SK-KD, maka penjelasannya akan terlalu fragmentatif dan sangat sederhana. Murid tidak akan benar-benar memahami secara holistik tentang sejarah perkembangan awal sosiologi dan perdebatan cara pandang para sosiolog yang terjadi didalamnya.

Cara mudah mengkritisi pola pembelajaran bab 1 secara teknis dan textbook adalah saya akan cepat mengetahui hasil belajar murid yang akan menggeneralisir bahwa “sosiologi adalah ilmu tentang masyarakat”. Lalu, hanya menghafal “bapak sosiologi adalah Auguste Comte” tanpa tahu latar belakang akademis Auguste Comte itu sendiri mengapa bisa dikatakan sebagai “Bapak” dan keterkaitan selanjutnya dengan Emile Durkheim.

Padahal George Ritzer telah menegaskan bahwa sosiologi adalah ilmu berparadigma ganda (Ritzer: 2007). Ini hal pertama yang seringkali dilupakan oleh guru sosiologi untuk diperkenalkan kepada murid.

Maka dari itu, saya mendesain khusus pola materi sosiologi mulai dari sejarah awal munculnya sosiologi, latar belakang akademis para tokoh pendirinya, hingga ciri khas pemikiran masing-masing tokoh. Ini adalah pekerjaan yang tidak mudah karena menuntut saya untuk banyak membaca dan menambah referensi pengetahuan. Mungkin kelihatannya tidak penting, namun sebetulnya penting dilakukan untuk menghindari diri dari sekedar mengajarkan, “sosiologi adalah ilmu tentang masyarakat”.

Setelah materi jadi dan telah dipelajari di dalam kelas, maka saya mulai

mempersiapkan apa yang disebut dengan tema akademis. Tema akademis diartikan sebagai “the topic we discuss, explore and study in classroom” (Mochinski, 2008:126). Kurang lebih ada tiga tipe: Generative Theme, Topical Theme dan Academic Theme (Shor, 1992:55). Dari apa

yang sudah saya buat, saya menggunakan topical theme

dan academic theme. Perbedaan mendasarnya, topical

theme lebih mengarah kepada kontekstualitas antara materi yang dipelajari

dengan suatu fenomena yang dipilihkan oleh guru. Sedangkan, academic theme mengarah pada pembicaraan lebih mendalam tentang struktur pengetahuan dalam satu disiplin ilmu yang lebih spesifik. Tema akademik adalah kunci bagi saya untuk mendesain asesmen yang berbobot kritis menggunakan materi yang sudah diajarkan dan ditetapkan di setiap bab.

Tahap ketiga, menulis. Ini salah satu sisi otentik yang saya tawarkan dalam membuat asesmen. Setelah berletih mengumpulkan bahan referensi bacaan dan memilih tema akademik, maka hal terakhir yang saya

Guru Belajar 10 Februari 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

Bagaimana caranya membuat

desain pembelajaran yang tidak keluar dari materi yang

sudah disepakati lewat Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar namun tetap berbobot.

Kreativitas saya sebagai guru diuji di tahap

ini.

Page 11: Surat Kabar Guru Belajar 2 - kampusgurucikal.com · Apa jadinya bila pelajar kelas 2 SD diberi wewenang untuk ... untuk mengukur pencapaian KD pada KI-4. ... terjemahannya dalam bahasa

SURAT KABAR Guru Belajar | 11

lakukan adalah membuat satu tulisan dalam bentuk artikel ilmiah sederhana namun orisinil. Artinya, saya benar-benar menuntut diri untuk bisa menyajikan tulisan sosiologi yang bernas dan khas untuk nantinya didiskusikan bersama murid di kelas.

Hal yang menarik, saya selalu mencoba tidak pernah benar-benar mengakhiri tulisan itu, dengan cara meninggalkan pertanyaan-pertanyaan reflektif di akhir tulisan, untuk dipikirkan, dicarikan jalan keluarnya sendiri atau mungkin disanggah. Cara tersebut ternyata efektif untuk membuat mereka berani “bersuara” lewat rangkaian diksi yang argumentatif.

Saya akan beberkan dua contoh yang sudah saya kerjakan. Saya menulis artikel tentang perdebatan perspektif antara Emile Durkheim yang mendefinisikan subject matter sosiologi dengan fakta sosial dan Max Weber yang mendefinisikan sosiologi dengan tindakan sosial. Murid saya ajak berpikir untuk menyatakan posisi setuju dan ketidaksetujan dengan kedua sosiolog tersebut. Ini ciri khas dari academical theme. Sedangkan, ketika menggunakan topical theme, saya mencoba untuk menerapkan perspektif Peter L Berger tentang bagan konstruksi realitas sosial kepada murid agar mereka dapat berlatih melakukan debunking baik realitas sosial yang taken for granted. Seperti contoh, setidaknya mereka dapat menjelaskan, “mengapa anak-anak laki-laki tidak boleh main boneka?”.

Perlu digarisbawahi, mengapa saya menekankan penggunaan medium tulisan untuk berinteraksi dengan murid? Jawabannya karena tidak

semua murid dapat terbiasa mengungkapkan suatu penjelasan lisan secara terstruktur. Sedangkan melalui medium tulisan, murid bisa lebih bebas mengeksplorasi jawaban secara mendalam dan tidak diburu waktu menjawab karena semuanya memiliki lama waktu menjawab yang sama.

Bila ditanya, di mana sisi menarik dari diskusi melalui medium tulisan seperti itu? Justru terletak pada keseriusan mereka untuk membaca, mengeryitkan dahi untuk berpikir. Bagaimana saya tahu? Dari cara mereka menyusun jawaban. Saya memberi saran, “Tidak usah membicarakan nanti jawabannya salah atau tidak, nilainya tinggi atau tidak. Berfokuslah pada cara menjawab secara argumentatif

berdasarkan pemikiran para tokoh”.

Sejujurnya, saya masih menggunakan momen konvensional untuk melakukan asesmen otentik ini: saat memberikan kuis harian, ketika waktu tanya jawab, ketika momen ujian. Mengapa harus pada momen-momen tersebut?

Pertama, alasan teknis. Mengingat sekolah saya tidak memiliki banyak waktu pelajaran, hanya 2 x 35 menit, sulit untuk membuka satu ruang diskusi terbuka. Terlebih, saya masih belum mendapat satu mind mapping pikiran yang berkembang dari masing-masing anak.

Guru Belajar 10 Februari 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

Page 12: Surat Kabar Guru Belajar 2 - kampusgurucikal.com · Apa jadinya bila pelajar kelas 2 SD diberi wewenang untuk ... untuk mengukur pencapaian KD pada KI-4. ... terjemahannya dalam bahasa

SURAT KABAR Guru Belajar | 12

Kedua, alasan substansial. Asesmen ini dibuat untuk menjawab tantangan bagaimana membantu anak untuk berpikir sesuai nalar dan perspektif sosiologis sejak kelas X untuk menganalisis masalah hingga upaya problem solving atas realitas juga masalah sosial yang diajukan dalam tulisan. Saya hanya tidak ingin terburu-buru. Maka, saya akan membiasakan murid-murid untuk terbiasa mengasah sensibilitas berpikir analitiknya secara kontinu dalam meminjam pemikiran para tokoh awal sosiologi. Perkiraan waktu yang cukup adalah sampai selesai UTS.

Menjawab Tantangan?

Kini kita sampai di penghujung tulisan, saya tentu harus menjawab apakah dengan melalui proses yang telah diuraikan di atas menjawab dua pertanyaan awal: apakah asesmen ini pada akhirnya dapat membantu menjawab murid berperspektif? Apa kelebihan dan kekurangan asesmen yang saya buat?

Dengan sistem pengenalan perspektif beserta latar biografis akademis para tokoh sosiologi dan kontekstualitas dengan masalah kekinian melalui medium tulisan yang saya buat, asesmen ini bisa mendorong anak untuk berpikir lebih mendalam, tidak hanya sekedar berani mengungkapkan isi pikirannya baik secara langsung maupun tak langsung.

Otentikasi yang ingin saya tunjukkan adalah bukan hasil akhir dari tanggapan atau jawaban murid tentang stimulus masalah yang diberikan, akan tetapi saya lebih menekankan pada suatu upaya murid untuk membiasakan diri membuat suatu pondasi jawaban yang mantap dalam menyuarakan pikirannya sendiri.

Faktanya, saya sedikit kurang setuju bila hanya sekedar membiarkan murid SMA “berani mengungkapkan isi pikirannya”. Mungkin saja jawaban mereka menarik, namun hal tersebut tidak cukup membantu mereka untuk mempertahankan argumentasinya dalam satu momen tukar pikiran secara langsung (Ini salah satu hal yang menunda saya untuk tidak terburu-buru mengadakan satu debat terbuka di kelas).

Saya akan berikan contoh sederhana: Berikan satu pertanyaan mendasar, “Mengapa kemiskinan terjadi?”.

Rata-rata jawaban yang akan kita dapatkan, “karena tidak tersedianya lapangan pekerjaan yang banyak bagi calon tenaga kerja”. Lalu, untuk membuat deadlock, guru tinggal memberikan umpan balik, “seandainya bila lapangan pekerjaan terbuka luas, apakah kemiskinan akan lantas hilang? Apakah tidak ada faktor lain yang menyebabkan kemiskinan?”. Murid tentu akan kesulitan memberikan umpan balik karena tidak ada satu fondasi perspektif yang cukup kuat untuk mempertahankan argumennya. Ia hanya akan berfokus “menjawab” pertanyaan. Meski tentu guru akan tetap memberikan apresiasi karena muridnya berani berbicara.

Hal ini berbeda ketika mereka menjawab dengan satu perspektif tertentu dalam satu mata pelajaran tertentu. Murid akan lebih bebas menentukan cara menjawab menggunakan perspektif fakta sosial Durkheim atau tindakan sosial Weber untuk menanggapi persoalan kemiskinan. Keduanya bisa saling mengoreksi kelebihan sekaligus kelemahan jawaban dan perspektif

Guru 10 Februari 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

Page 13: Surat Kabar Guru Belajar 2 - kampusgurucikal.com · Apa jadinya bila pelajar kelas 2 SD diberi wewenang untuk ... untuk mengukur pencapaian KD pada KI-4. ... terjemahannya dalam bahasa

SURAT KABAR Guru Belajar | 13

fakta sosial Durkheim atau tindakan sosial Weber untuk menanggapi persoalan kemiskinan. Keduanya bisa saling mengoreksi kelebihan sekaligus kelemahan jawaban dan perspektif yang digunakan oleh lawan diskusinya, misalnya.

Saya pernah mengajukan pertanyaan terbuka tentang fenomena tawuran murid SMA di kelas. Saya menyuruh mereka untuk menjelaskan mengapa fenomena tersebut terjadi. Jawabannya beragam, ada yang sangat Weberian sekali dengan mengatakan bahwa fenomena tawuran disebabkan karena ke kondisi internal siswa pelakunya, baik karena kurang ilmu agamanya, ego hingga memang gagal bersosialisasi dengan nilai dan norma sekolah. Ada juga yang mengutarakannya dengan semangat Durkheimian, melihat fakta sosial bahwa pihak sekolah gagal “mendidik” muridnya ketika di sekolah. Ada pula yang menjelaskan alur konstruksi sosial tawuran melalui perspektif Berger.

Respon siswa terhadap metode asesmen yang saya tawarkan beragam. Ada tipologi sederhana yang saya dapatkan. Bagi yang malas membaca dan tidak terbiasa mengungkapkan isi pikiran lewat tulisan, artikel yang saya buat akan ditanggapi secara sederhana. 1 hingga 5 murid tentu ada yang seperti ini. Sedangkan, justru bagi mereka yang sering diam, ternyata diam-diam memiliki kemampuan menulis yang apik. Keseluruhan respon itu ada yang hanya menanggapi secukupnya, ada yang mulai mencoba belajar menarik kesimpulan dari tulisan saya, ada yang menyanggah hingga yang menyatakan ketidaksetujuan dengan cara yang juga baik.

Setelah saya mengutarakan proses panjang di atas, ada banyak hal penting untuk disebutkan secara gamblang. Saya belajar bahwa sebagai guru bidang studi apapun, sosiologi khususnya, wajib untuk memperhatikan subject matter sehingga menghindarkan murid belajar secara pragmatis. Dengan melibatkan proses menulis, secara tidak langsung, ini adalah ajakan bagi saya dan rekan-rekan pembaca untuk semakin melatih konsistensi menulis, memperbaiki kualitas, terus menggali informasi dan referensi. Menulis akan meningkatkan kemampuan literasi dan interaksi guru-murid lewat diksi sekaligus membuka ruang sirkulasi bertukar pikiran dan gagasan di dalam kelas. Kelas menjadi hidup.

Saya juga menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam metode asesmen ini dan perlu secepatnya ada pengembangan. Salah satu kekurangan mendasar adalah saya tidak terlalu memperhatikan poin-poin untuk menerjemahkan hasil jawaban murid menjadi kalkulasi angka atau huruf.

Tak lupa, saya perlu mengembangkan cara untuk peningkatan kualitas murid dalam menjawab dengan menyajikan data. Karena, akan sampai pada satu titik tertentu di mana jawaban itu tak hanya sekedar analisis teori tetapi juga penyajian data yang informatif dan solutif. Salah satu kuncinya saya akan membantu mereka untuk mencari banyak data sebelum menulis lewat media koran, majalah, buku dan membuat spesifikasi asesmen ini dalam bentuk essay dan karya ilmiah, bukan sekedar latihan tugas atau ujian sederhana semata.

Daftar Bacaan

Mochinski, Tony. 2008. Critical Pedagogy and The Everyday Classroom. New York: Springer Science and Business Media

Shor, Ira. 1992. Empowering Education: Critical Teaching for Social Change. Chicago: The

University of Chicago Press

Ritzer, George. 2007. Sosiologi Ilmu Berparadigma Ganda. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Guru Belajar 10 Februari 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

M. Luthfi Ersa. F, S. PdGuru Sosiologi, SMAQ Al-

Ihsan, Tanjung Barat,Jakarta Selatan

Page 14: Surat Kabar Guru Belajar 2 - kampusgurucikal.com · Apa jadinya bila pelajar kelas 2 SD diberi wewenang untuk ... untuk mengukur pencapaian KD pada KI-4. ... terjemahannya dalam bahasa

SURAT KABAR Guru Belajar | 14

Ketika Pelajar Menilai Diri SendiriApa jadinya bila pelajar kelas 2 SD diberi wewenang untuk melakukan penilaian terhadap proses belajarnya? Ternyata seru. Simak kisahnya

Semester lalu kami melakukan tema pembelajaran yang membahas mengenai hewan. Untuk anak usia 7 ‒ 8 tahunan dalam kelas saya dan pada umumnya anak-anak usia tersebut, hewan adalah salah satu objek menyenangkan untuk dipelajari. Itulah mengapa banyak cerita anak berbentuk fabel.

Dalam tema pembelajaran ini kami mempelajari ciri-ciri hewan, tingkah laku hewan, serta bagaimana ciri dan tingkah laku hewan berpengaruh pada bentuk hubungan yang terjadi antara manusia dengan hewan tersebut. Tujuan kami adalah mengembangkan kemampuan penelitian. Pada tingkat kelas 2 SD, kemampuan penelitian yang kami kembangkan adalah merumuskan pertanyaan, bagaimana mencari cara untuk menjawab pertanyaan tersebut, mengumpulkan data yang mereka dapatkan, membuat perkiraan, dan menyajikan hasilnya. Secara alami, anak-anak memiliki banyak pertanyaan. Dalam tema ini yang dimaksud dengan merumuskan pertanyaan adalah merekam pertanyaan-pertanyaan anak yang terarah pada tema atau hewan pilihan mereka dan mencatatnya untuk diolah bersama. Saya tidak membatasi bentuk dan isi

pertanyaan. Namun perlahan kami belajar untuk memilah pertanyaan yang terarah pada tema.

Setiap anak dibebaskan memilih hewan untuk dipelajari. Anak-anak menunjukkan ketertarikan meskipun jarang di antara mereka yang mengenal hewan-hewan pilihan mereka secara langsung. Di antara

20 anak di kelas saya, terdapat 14 hewan pilihan yang berbeda. Pilihan mereka sangat beragam dari kupu-kupu, anjing peliharaan di rumah-rumah, kucing, kelinci, sampai lumba-lumba, buaya, burung nuri, anjing hutan, cendrawasih, elang, badak, macan, dan singa.

Dari pilihan-pilihan tersebut, masing-masing anak mendapatkan kesempatan yang sama untuk melakukan penelitian sederhana.

Metode yang paling banyak kami lakukan adalah dengan mempelajari literatur. Tidak mudah menemukan bahan bacaan yang menggunakan bahasa sesuai dengan tingkat kemampuan membaca anak-anak kelas 2 SD. Beruntung kami dapat menemukan sumber bacaan yang cukup bagus. Untuk beberapa jenis

bahan bacaan yang seharusnya untuk pembaca dewasa, saya berusaha membantu menyadurkan sehingga lebih mudah dibaca.

Penggunaan metode penelaahan bahan bacaan ini lebih ditujukan untuk pengembangan kemampuan membaca. Selain cara tersebut, saya juga meminta anak-anak mencari tahu dari pengalamannya sendiri, pengalaman orang lain yang dikenalnya, ataupun melalui internet. Semua informasi tersebut akan dituangkan

menjadi buku sederhana dengan bimbingan saya. Buku tersebut berupa kumpulan dari tiga poin bahasan, yaitu ciri hewan, tingkah laku hewan, dan bagaimana ciri dan tingkah laku hewan mempengaruhi hubungan yang terjadi antara hewan dan manusia. Pada bagian belakang anak-anak menambahkan sajak sederhana dan semacam tebakan mengenai hewan pilihannya.

Guru Belajar 10 Februari 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

Untuk membuat anak dapat memberikan penilaian yang tepat sesuai kondisi yang dialaminya, mereka perlu dibiasakan melalui latihan, serta sejak awal dan sepanjang proses diingatkan bahwa jawaban apapun asal sesuai dengan pengalamannya bisa diterima.

Page 15: Surat Kabar Guru Belajar 2 - kampusgurucikal.com · Apa jadinya bila pelajar kelas 2 SD diberi wewenang untuk ... untuk mengukur pencapaian KD pada KI-4. ... terjemahannya dalam bahasa

SURAT KABAR Guru Belajar | 15

Meskipun satu anak hanya mengerjakan satu hewan secara khusus, namun semua anak mendapatkan informasi yang cukup mengenai semua hewan yang dipilih anak sekelas karena sepanjang proses pembelajaran terdapat banyak sesi membaca bersama dan diskusi. Hasil pekerjaan anak-anak tentang masing-masing bagian juga ditampilkan secara terbuka pada display kelas sehingga bisa dibaca oleh siapapun kapan saja. Ini dilakukan di sepanjang perjalanan tema. Bagi anak pemilik project, keuntungannya adalah bisa mengambil pekerjaannya setiap saat jika ingin menambahkan sesuatu, karena display dirancang mudah dijangkau oleh anak yang tingginya antara 120-135 cm. Sementara untuk seisi kelas, dapat saling melihat hasil kerja temannya. Beberapa terinspirasi dengan pekerjaan temannya dan melakukan penambahan dalam pekerjaannya. Tapi ini bukan plagiat, toh pilihan hewan mereka tidak sama. Setelah semua bagian siap, kami susun

semua pekerjaan anak-anak ini dalam bentuk buku.

Pada akhir tema ini, anak-anak juga diminta untuk menampilkan pemahamannya mengenai hewan yang diteliti dalam pertunjukan kecil di kelas. Ciri-ciri tubuh yang mereka pahami ditampilkan melalui kostum kreasi mereka sendiri. Kemudian anak-anak mengelompokkan diri sesuai dengan tempat hidup hewan pilihan mereka. Kebanyakan dari mereka menampilkan drama sederhana. Ada beberapa jenis hewan berbeda yang berkumpul dalam satu tampilan. Misalnya cheetah, macan, dan singa yang berkumpul karena sama berasal dari hutan Afrika. Drama yang mereka lakukan menunjukkan perkelahian yang terjadi karena perebutan bahan makanan. Namun ada pula yang tampil hanya dengan hewan yang sama, seperti kelinci serta kupu-kupu. Bahkan ada yang tampil sendiri karena memang tidak bisa dikumpulkan dengan hewan lainnya, yaitu lumba-lumba. Selain itu, bentuk tampilan lain yang mereka

munculkan adalah menyanyi, bercerita, dan memberikan tebakan pada penonton yang tidak lain adalah orang tua mereka.

Dengan rancangan kegiatan seperti ini, kami dapat melakukan banyak sekali penilaian terhadap kemampuan membaca dan pemahaman ilmiah yang terdapat dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Namun, dalam tulisan ini saya tidak akan membahas satu per satu bentuk penilaian tersebut. Saya akan membahas satu bagian penting, yaitu pada saat anak-anak berproses mempersiapkan tampilan puncak mereka.

Dalam mempersiapkan tampilan, mereka diberi kesempatan untuk memimpin proyek mandiri. Persiapan ini mulai dari membuat kelompok sesuai tampilan yang diinginkan, menentukan bentuk tampilan, merencanakan skenario detil, menyiapkan kostum dan property, sampai pada latihan-latihan yang di dalamnya muncul improvisasi dan perbaikan-perbaikan. Dalam prosesnya, mereka

memang dibantu oleh banyak pihak seperti guru seni rupa, teman sekelas, saya sebagai guru kelas yang mengawal langsung proses ini, serta orang tua dan keluarga mereka di rumah. Namun tanggung jawab pelaksanaannya tetap ada pada masing-masing anak. Kami saling membantu menyempurnakan tampilan keseluruhan kami.

Guru Belajar 10 Februari 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

Page 16: Surat Kabar Guru Belajar 2 - kampusgurucikal.com · Apa jadinya bila pelajar kelas 2 SD diberi wewenang untuk ... untuk mengukur pencapaian KD pada KI-4. ... terjemahannya dalam bahasa

SURAT KABAR Guru Belajar | 16

Guru Belajar 10 Februari 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

Page 17: Surat Kabar Guru Belajar 2 - kampusgurucikal.com · Apa jadinya bila pelajar kelas 2 SD diberi wewenang untuk ... untuk mengukur pencapaian KD pada KI-4. ... terjemahannya dalam bahasa

SURAT KABAR Guru Belajar | 17

Khusus untuk proses ini, kami memberikan lembar refleksi yang akan diisi oleh masing-masing anak berdasarkan pengalamannya. Setiap bagian proses dari persiapan, saat tampil, sampai dengan setelah tampil dituangkan dalam lembar ini secara sederhana. Pada setiap bagian, anak-anak memberikan refleksinya dengan menandai simbol senyum, atau simbol wajah datar, dan simbol wajah sedih. Menandai bagian bergambar wajah tampak cukup mudah bagi anak. Namun bagi anak yang belum terbiasa menilai dirinya sendiri, mereka akan cenderung memilih simbol senyum karena bagi mereka kegiatan ini seru dan menyenangkan, atau karena bagi sebagian anak simbol senyum berarti nilai yang baik. Dan sudah sewajarnya anak-anak lebih suka hal-hal yang menyenangkan. Untuk membuat anak dapat memberikan penilaian yang tepat sesuai kondisi yang dialaminya, mereka perlu dibiasakan melalui latihan, serta sejak awal dan sepanjang proses diingatkan bahwa jawaban apapun asal sesuai dengan pengalamannya bisa diterima.

Langkah selanjutnya mereka harus memberikan penjelasan mengapa memilih lambang tersebut. Kegiatan ini juga perlu pengkondisian melalui instruksi yang jelas dan tepat, serta latihan memberikan penjelasan agar refleksinya dapat diterima.

Dengan menilai diri sendiri, anak-anak dapat mengetahui kehebatan mereka dan bagian yang perlu diperbaiki. Salah satu contoh terjadi pada anak yang baru masuk di tingkat kelas kami dan merasakan model belajar yang berbeda dari sekolah lamanya. Dalam refleksinya ia

menyebutkan bahwa awalnya ia merasa takut sekaligus penasaran bagaimana jadinya tampilan yang dirancang sendiri olen anak-anak. Namun setelah tampilan selesai, ia menarik kesimpulan bahwa tampil di depan penonton tidak terlalu sulit, bahkan menyenangkan!

Untuk membantu mereka mengingat proses dan memberikan respon yang tepat untuk setiap bagian yang direfleksi, saya melampirkan foto saat

mereka tampil. Setiap anak mendapat lembar dengan gambar berbeda sesuai tampilan mereka. Untuk membuat lembar kerja yang sangat individual ini memang memerlukan kecepatan kerja yang cukup menyita energi. Tapi saya melakukannya dengan senang, karena ini salah satu cara saya melayani anak secara individual.

Untuk dapat membayangkan sesenang saya, silahkan lihat lampiran gambar refleksi anak yang saya sertakan.

Guru Belajar 10 Februari 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

Lany RhGuru SD Yayasan Pendidikan Jayawijaya, Kuala Kencana.

Penggerak KomunitasGuru Belajar Timika.

Page 18: Surat Kabar Guru Belajar 2 - kampusgurucikal.com · Apa jadinya bila pelajar kelas 2 SD diberi wewenang untuk ... untuk mengukur pencapaian KD pada KI-4. ... terjemahannya dalam bahasa

SURAT KABAR Guru Belajar | 18

Page 19: Surat Kabar Guru Belajar 2 - kampusgurucikal.com · Apa jadinya bila pelajar kelas 2 SD diberi wewenang untuk ... untuk mengukur pencapaian KD pada KI-4. ... terjemahannya dalam bahasa

SURAT KABAR Guru Belajar | 19

Asesmen yang Sangat MenyenangkanAsesmen pada pelajar usia 2 tahun? Jangan-jangan salah baca, 20 tahun ya? Bukan, asesmen pada pelajar usia 2 tahun. Bagaimana cara melakukan asesmennya? Bisakah mereka duduk tenang mengerjakan soal asesmennya? Simak saja kisahnya ya

Dalam sebuah proses pembelajaran, dibutuhkan suatu penilaian untuk mengetahui apakah proses pembelajaran tersebut sudah sesuai dengan tujuan awal atau belum, dan juga untuk mengevaluasi apakah cara atau metode guru dalam mengajar sudah sesuai dengan apa yang anak butuhkan. Itulah tujuan utama dari asesmen, yaitu proses pengumpulan data atau dapat dikatakan sebagai cara untuk mengumpulkan data berkenaan dengan proses pengajaran (guru) dan proses pembelajaran (pelajar).

Saya mendapatkan kesempatan mengajar di Rumah Main Cikal Sudirman untuk level Adik-adik dan Kakak-kakak. Sepanjang proses belajar saya di RMC Sudirman yang berada di kawasan pusat perbelanjaan FX Sudirman, Jakarta Pusat. Saya banyak sekali mendapatkan bahan untuk tulisan saya di blog pribadi bertema edukasi. Saya berharap bahwa beberapa paragraf dalam tulisan saya mampu memberikan inspirasi bagi rekan guru di tempat lain.

Kali ini, saya ingin berbagi cerita dengan rekan-rekan mengenai proses penilaian atau asesmen yang pernah dilakukan di RMC Sudirman. Pada triwulan lalu, level Kakak-kakak

belajar mengenai tema “Aku dan Alam Semesta”. Terdengar cukup berat untuk dipelajari anak usia 2 tahun, bukan?! Namun, ketika kita mampu mengolah proses pembelajaran dan materi yang akan disampaikan dengan berwarna (variatif) dan bermakna (mengacu pada tujuan yang ingin dicapai) tema tersebut bisa jadi sangat menyenangkan untuk anak-anak pelajari selama tiga bulan.

Level Kakak-kakak di RMC Sudirman terdiri atas lima kelas, di kelas kakak-kakak ada 12 murid dengan 2 orang guru (1:6) dengan batas usia 2-3 tahun. Berkegiatan bersama 12

anak dengan karakter dan gaya belajar yang berbeda, membuat proses pembelajaran harus bervariatif disesuaikan dengan kondisi kebutuhan belajar dari setiap anak. Dari 12 anak, bisa saja 6 anak dengan cara belajar kinestetik (mengharuskan anak menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu untuk mengingatnya), 4 anak visual (menitikberatkan pada penglihatannya) dan 2 anak auditori (mengandalkan

pendengaran untuk dapat memahami dan mengingat).

Untuk mengantarkan satu materi saja, saya dan rekan guru lain harus menyiapkan beberapa strategi penyampaian, disinilah pentingnya diferensiasi. Itu merupakan tantangan tersendiri saat proses membuat planner. Demikian halnya, saat menentukan asesmen seperti apa yang akan digunakan untuk

Guru Belajar 10 Februari 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

Tujuan utama dari asesmen, adalah proses pengumpulan data atau dapat dikatakan sebagai cara untuk mengumpulkan data berkenaan dengan proses pengajaran (guru) dan proses pembelajaran (pelajar).

Page 20: Surat Kabar Guru Belajar 2 - kampusgurucikal.com · Apa jadinya bila pelajar kelas 2 SD diberi wewenang untuk ... untuk mengukur pencapaian KD pada KI-4. ... terjemahannya dalam bahasa

SURAT KABAR Guru Belajar | 20

mengambil data, menilai, maupun mengevaluasi proses pembelajaran tersebut bukanlah sesuatu yang mudah. Dengan 2 guru didalam kelas, kami berbagi tugas untuk bergaintian mencatat informasi yang dibutuhkan, merekamnya menjadi catatat harian yang bisa menjadi catatat observasi guru untuk melihat kebutuhan anak. Terkadang masih kewalahan untuk mencuri-curi waktu mengumpulkan informasi dalam bentuk anecdotal report yang tentu saja merupakan bagian dari proses asesmen.

Tujuan pembelajaran, agenda kegiatan mingguan, learning objective, sekaligus formative dan summative asessment sudah direncanakan pada saat pembuatan planner, yang kami sebut sebagai Unit Plan.

Proses evaluasi atau refleksi dipelajari dari hasil tahun sebelumnya, lalu bersama rekan guru melakukan diskusi untuk melengkapi maupun sekedar sharing pengalaman mengenai keberhasilan dan kegagalan proses asesmen tahun sebelumnya. Hasil dari diskusi ini digunakan untuk data pada proses

pembelajaran yang akan dilakukan. Misalnya jika pada tahun ajaran sebelumnya cukup berhasil, maka asesmen yang sama masih relevan digunakan untuk tahun ajaran ini. Atau sebaliknya, jika terdapat kegagalan, apa yang menyebabkan kegagalan tersebut, dan apa yang harus dilakukan untuk memperbaikinya pada tahun ajaran ini.

Melalui tema “Aku dan Alam Semesta” anak diharapkan memahami cara merawat benda hidup dan benda mati sesuai fungsi dan kebutuhannya. Dari segi

Guru Belajar 10 Februari 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

Figure 1 Unit Planner Term 2

Page 21: Surat Kabar Guru Belajar 2 - kampusgurucikal.com · Apa jadinya bila pelajar kelas 2 SD diberi wewenang untuk ... untuk mengukur pencapaian KD pada KI-4. ... terjemahannya dalam bahasa

SURAT KABAR Guru Belajar | 21

keterampilan, anak akan mampu untuk merawat benda hidup dan benda mati, serta mengamati perbedaan fungsi dan kebutuhan benda hidup dan benda mati. Sedangkan dari segi kognitif yang ingin dicapai adalah anak akan memahami fungsi dari benda hidup dan benda mati bagi dirinya dan lingkungan sekitar, memahami cara merawat benda hidup dan benda mati sesuai fungsi dan kebutuhannya, serta memahami konsekuensi dari perilaku manusia terhadap benda hidup dan benda mati.

Mengacu pada tujuan diatas, penilaian dilakukan dalam tiga bagian, diagnostic assessment, formative assessment dan summative assessment. Diagnostic assessment, biasanya dilakukan pada minggu awal pertemuan, sebagai informasi awal yang harus diketahui guru untuk menentukan cara belajar muridnya. Di Cikal sendiri dapat berupa informasi dalam edurecord, hasil wawancara dengan orangtua, dan observasi yang dilakukan guru di kelas untuk memetakan kemampuan dan cara belajar pelajar.

Sedangkan formative assessment dilakukan untuk mengidentifikasi beberapa hal atau area yang butuh perbaikan. Tes ini dilakukan secara terpadu antara diagnostic, formative maupun summative assessment, artinya setiap penilaian yang dilakukan memiliki keterkaitan dan tidak dapat kita pisah-pisahkan hasil dari setiap penilaiannya. Maka, dapat lebih dari satu kegiatan disesuaikan dengan kebutuhan. Dapat berupa observasi guru di kelas, daily report, dan beberapa kegiatan untuk menilai aspek-aspek tertentu, misalnya yang sudah dilakukan di RMC Sudirman.

Guru Belajar 10 Februari 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

Figure 2 Unit Planner Term 2

Page 22: Surat Kabar Guru Belajar 2 - kampusgurucikal.com · Apa jadinya bila pelajar kelas 2 SD diberi wewenang untuk ... untuk mengukur pencapaian KD pada KI-4. ... terjemahannya dalam bahasa

SURAT KABAR Guru Belajar | 22

Guru Belajar 10 Februari 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

Figure 3 Kunjungan ke

Kebun Binatang Ragunan

Figure 4

Laporan harian

Figure 5

Contoh portofolio

Page 23: Surat Kabar Guru Belajar 2 - kampusgurucikal.com · Apa jadinya bila pelajar kelas 2 SD diberi wewenang untuk ... untuk mengukur pencapaian KD pada KI-4. ... terjemahannya dalam bahasa

SURAT KABAR Guru Belajar | 23

Kegiatan pertama adalah Kunjungan ke Kebun Binatang Ragunan, untuk melihat bagaimana reaksi dan pemahaman anak terhadap mahluk hidup binatang khususnya tentang cara merawatnya. Di sana anak-anak melakukan kegiatan memberi makan gajah, karena selama proses belajar, mereka memahami bahwa mahluk hidup harus dirawat dengan diberi makan supaya tumbuh sehat dan tidak sakit.

Kegiatan kedua adalah menanam tanaman di Taman Gianetti Kebon Jeruk, di sana mereka ikut serta dilibatkan dalam proses merawat tumbuhan yaitu; menanam bibit, sensorik tanah, dan merawatnya dengan menyiram tanaman dengan air. Dari dua kegiatan ini saja, sudah dapat diambil beberapa informasi penting tentang anak, seperti bagaimana interaksi anak dengan lingkungan luar, keberanian mereka dalam mencoba hal baru dan mengemukakan pendapat, serta yang paling penting berkenaan dengan kelemahan mereka dari segi kognitif, motorik halus (dengan menolak saat memasukkan tanah ke dalam pot, jijik-an) serta sosial dan kemandirian anak.

Tugas rumah (Home Project) yang dilakukan bersama orangtua di rumah, dapat dijadikan sebagai salah satu asesmen. Anak bersama orangtua membuat barang daur ulang untuk nanti dipamerkan dalam kelas pameran. Kegiatan ini adalah yang paling saya sukai, disamping saya mendapatkan banyak informasi mengenai karakter dan latar belakang keluarga anak tersebut, keterlibatan orangtua

dalam proses penilaian perkembangan belajar anaknya adalah sesuatu yang sangat penting dan jarang dilakukan oleh sekolah lain.

Pembuatan tugas rumah dilakukan bersama orangtua, dengan batas waktu 2 minggu dari dikeluarkannya pengumuman sampai proses pengumpulan karya maupun poster (cara pembuatan barang daur ulang dibuat dalam bentuk poster untuk memudahkan anak menceritakan barang daur ulangnya). Di RMC Sudirman sendiri, seperti sudah menjadi kebiasaan di setiap tema pasti ada tugas rumah, orangtua biasanya sudah menanyakan pada pertemuan awal dan sudah mulai membuat sebelum pengumuman resmi dibagikan. Betapa antusiasnya mereka… Hal ini tentu saja membuat saya sebagai guru merasa bahagia.

Summative assessment yang dikenal sebagai tes akhir untuk mengetahui keberhasilan proses pembelajaran yang sudah dilakukan secara keseluruhan dan menilai apakah tujuan awal tercapai oleh anak atau tidak. Penilaian dapat berupa proyek, portofolio, ataupun performance. Untuk penilaian akhir atau summative ini, Cikal memiliki metode sendiri untuk merancangnya yang disebut GRASPS. Goal (tujuan), Role (peran), Audience (penonton), Situation (situasi), Product (hasil), Standard (standar kriteria). Metode ini dirasakan sangat membantu guru untuk menyusun proses formative dan summative assessment.

Tujuan tes akhir pada tema “Aku dan Alam Semesta” adalah menunjukkan perilaku yang tepat dalam merawat benda mati dan makhluk hidup sesuai dengan

Guru Belajar 10 Februari 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

Figure 11 Rubrik penilaian

Page 24: Surat Kabar Guru Belajar 2 - kampusgurucikal.com · Apa jadinya bila pelajar kelas 2 SD diberi wewenang untuk ... untuk mengukur pencapaian KD pada KI-4. ... terjemahannya dalam bahasa

SURAT KABAR Guru Belajar | 24

Guru Belajar 10 Februari 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

Figure 6

Berkebun

Figure 7

Presentasi tugas rumah

Figure 8

Pameran barang daur ulang

Page 25: Surat Kabar Guru Belajar 2 - kampusgurucikal.com · Apa jadinya bila pelajar kelas 2 SD diberi wewenang untuk ... untuk mengukur pencapaian KD pada KI-4. ... terjemahannya dalam bahasa

SURAT KABAR Guru Belajar | 25

Tujuan tes akhir pada tema “Aku dan Alam Semesta” adalah menunjukkan perilaku yang tepat dalam merawat benda mati dan makhluk hidup sesuai dengan kebutuhan dan manfaatnya. Peran anak dalam tes adalah sebagai pecinta lingkungan hidup, dengan guru dan teman sekelas sebagai penontonnya. Situasi yang terjadi adalah anak sebagai seorang pecinta lingkungan hidup yang merawat benda hidup dan benda mati disekitarnya, kelas dibagi menjadi beberapa pos. Produk adalah anak bermain peran, dan standarnya yaitu anak dapat menunjukkan cara merawat benda hidup dan benda mati sesuai dengan kebutuhan dan manfaatnya secara mandiri.

Anak dapat memilih sendiri mau menjadi peran apa, pecinta hewan, tukang kebun atau tukang reparasi

barang. Sebelumnya saya dan rekan guru mengkondisikan tiga sudut, sudut satu ada sebuah meja dengan akuarium kura-kura dan ikan, meja di sudut kedua terdapat dua pot tanaman, serta di sudut ketiga sudah disiapkan beberapa buku sobek dan mainan kotor maupun rusak.

Beberapa kelebihan dari metode ini secara langsung maupun tidak langsung mampu menunjukkan pemahaman anak yang orisinil sesuai kemampuannya, karena pada proses ini tidak ada lembar ujian, tidak mengharuskan mereka berfikir dan jawabannya harus benar. Anak melakukan tes dalam kondisi menyenangkan, dan atas dasar pilihan mereka sendiri, inilah yang saya sebut sebagai “belajar tumbuh dari perasaan bahagia dan muncul dari diri anak sendiri, dan mereka

sendirilah yang mengevaluasi diri sendiri.”

Kegiatan yang cukup aplikatif, bisa anak aplikasikan dalam keseharian mereka. Kegiatan ini juga sebagai bentuk kontribusi untuk lingkungan kelas khususnya, proses belajar dialami anak sendiri, pilihan sendiri, dan evaluasi anak dengan teman sekelas pada waktu yang sangat fleksibel. Itulah kurang lebih cerita mengenai proses asesmen yang dilakukan di Rumah Main Cikal Sudirman. Jika anda diposisi mereka, apakah proses penilaian masih dianggap memberatkan?! Saya akan berkata, SANGAT MENYENANGKAN!!

Guru Belajar 10 Februari 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

Fifin Agustin Guru Rumah Main Cikal

Sudirman, Jakarta

Figure 12 Contoh acuan pertanyaan

Page 26: Surat Kabar Guru Belajar 2 - kampusgurucikal.com · Apa jadinya bila pelajar kelas 2 SD diberi wewenang untuk ... untuk mengukur pencapaian KD pada KI-4. ... terjemahannya dalam bahasa

SURAT KABAR Guru Belajar | 26

Guru Belajar 10 Februari 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

Ujian Tak Lagi Jadi BebanGuru Dian melakukan asesmen dengan menggunakan gambar. Bukan hanya menulis jawaban, para pelajar pun menghasilkan gambar bercerita yang menarik.Ujian seringkali menjadi momok bagi siswa. Tak kalah, bagi gurupun sebenarnya demikian. Momok yang diciptakan oleh target nilai yang harus dikejar. Akhirnya, guru akan mati-matian mendorong siswa-siswanya mencapai target dengan berbagai macam cara. Para siswa yang didorong sekuat tenaga akan merasa mau berhenti sekolah saja. Kalau sudah begitu, bagaimana ujian tidak akan menjadi momok? Demikian pula yang saya pikirkan saat pertama kali mengajar di SD.

Beruntungnya, SD tempat saya mengajar tidak menjadikan nilai sebagai patokan akhir sebuah evaluasi pembelajaran. SD tempat saya mengajar juga tidak membiasakan siswa-siswanya dengan ulangan-ulangan, PR, dan ujian-ujian. PR mulai diberikan selepas mereka di kelas 2. Itupun biasanya hanya project yang berupa kegiatan di rumah bersama keluarga, seperti memasak atau menanam. Kembali lagi ke ujian, di sekolah saya hanya ada satu ujian yang dikenal para siswa, yaitu ujian akhir semester yang lebih dikenal dengan istilah paper party. Ujian atau ulangan lainnya tetap diberikan, hanya saja siswa tidak merasa sedang mengerjakannya. Guru juga tidak mengumumkan apakah itu ulangan atau ujian.

Soal paper party dibuat sendiri oleh guru kelas. Karena untuk siswa SD, maka soal-soalnya dibuat penuh warna dan gambar. Pertama kali membuat soal, saya merasa bingung. Persoalan muncul karena sebenarnya saya tidak bisa menggambar. Tahu bagaimana cara mewarnai yang tepat saja tidak. Saya ingat, dulu semasa SD nilai pelajaran menggambar saya paling rendah di kelas. Hendak menggunakan aplikasi corel draw bagi saya lebih sulit. Namun, saya tahu itu bukan alasan tepat bagi saya untuk tak mencoba membuat soal bergambar.

Berbekal buku cara menggambar berbagai macam benda, saya mencoba membuat soal ujian akhir untuk siswa-siswa saya. Meskipun gambar masih kaku dan kadang aneh, tapi tak apa. Tak ada kata gagal bagi yang sudah mencoba. Paling tidak, dia sudah sukses mencoba.

Soal-soal awal yang saya buat tak memiliki tema. Gambar asal comot saja, yang penting ada gambar dan warna. Namun tahun lalu, akhirnya saya bisa membuat soal yang ceritanya bersambung dari tiap mata pelajaran.

Dengan adanya cerita, saya merasa siswa-siswa saya memiliki kedekatan dengan soal yang saya buat. Mereka juga menantikan soal hari berikutnya. Beberapa merasa penasaran, soal besok ceritanya tentang apa ya? Judul ceritanya apa, ya? Akhir ceritanya bagaimana, ya? Tokoh yang muncul esok siapa saja, ya? Pertanyaan-pertaanyaan itu turut meniadakan beban dalam ujian. Mereka seperti tengah membaca buku cerita yang memiliki beberapa aktivitas. Mereka hanya perlu membaca sambil mengerjakan aktivitas yang ada dalam cerita.

Tahun lalu saya memilih tema dengan tokoh buah-buahan. Setiap mata pelajaran, saya buat soalnya dengan tokoh utama Jerry (si Jeruk) dan teman-temannya. Judulnya saya buat berbeda, misalnya untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia judulnya Selasa Super Seru dan untuk mata pelajaran IPA berjudul Planet Berisik. Benang merah cerita ada pada tokoh-tokohnya.

Soal kelas 3 semester 2 (2015)

Page 27: Surat Kabar Guru Belajar 2 - kampusgurucikal.com · Apa jadinya bila pelajar kelas 2 SD diberi wewenang untuk ... untuk mengukur pencapaian KD pada KI-4. ... terjemahannya dalam bahasa

SURAT KABAR Guru Belajar | 27

Guru Belajar 10 Februari 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

Ceritanya adalah tentang kejadian yang dialami oleh Jerry dan teman-temannya di sekolah dan di rumah. Di akhir cerita biasanya akan saya tutup dengan kalimat,”Terima kasih ya sudah mau menemaniku bertualang hari ini. Kalian mau, kan menemaniku di petualangan berikutnya?” Siswa saya bahkan ada yang menulis di bawah kalimat itu, “Sama-sama. Iya, aku mau.”

Di sekolah saya siswa hanya mengenal satu ujian, yaitu paper party. Efeknya, mereka sangat menantikan saat ujian tiba. Bagi mereka ujian adalah saat merayakan apa yang telah mereka pelajari. Perayaan tentu diisi dengan hal-hal yang menyenangkan. Soal-soal yang dapat mereka kerjakan adalah salah satu contohnya. Kertas soal akan penuh warna dengan gambar di mana-mana. Soal juga dibuat sebisa mungkin yang dapat mereka mengerti. Sudah bukan jamannya lagi guru membuat pertanyaan yang menjebak siswanya.

Biasanya sebelum mengerjakan ujian, akan ada kegiatan bersama semacam ice breaker. Tahun lalu setiap hari tema ice breakernya

berbeda. Hari Senin temanya garden party. Sebelum mengerjakan soal, kami menggelar karpet di bawah pohon matoa dan menikmati jajan pasar yang kami bawa. Hari Selasa temanya ball party. Jadi kami bermain dengan bola dulu sebelum mengerjakan soal. Hari Rabu kami bermain air sebelum mengerjakan soal. Itu karena temanya water party. Hari Kamis kami memakai topeng lalu menceritakan topeng yang dipakai. Ya, tema hari Kamis adalah mask party. Hari terakhir didahului dengan permainan mencari harta karun. Tepat, tema hari terakhir adalah treasure party.

Suasana menyenangkan yang dibangun membawa efek positif berikutnya. Ujian tak lagi menjadi momok atau beban. Bahkan saat menemukan soal yang dirasa susah sekalipun. Saat menemui kesulitan, ada siswa yang akan mendatangi saya untuk meminta penjelasan tambahan atau clue. Ada juga yang berusaha dengan mengingat-ngingat sambil bergumam. Namun demikian, saat kami melakukan refleksi, bagi mereka soal sulit itu tetap tak membuat ujian menjadi sesuatu yang

menakutkan. Bahkan, beberapa siswa ada yang meminta hari ujiannya ditambah.

Bagi guru, wajah-wajah ceria siswa tentu saja akan memantikkan semangat. Semangat untuk terus berkreasi menciptakan soal yang seru. Soal yang tak membuat siswa kehilangan gairahnya pergi ke sekolah saat ujian. Semangat untuk meniadakan suasana menegangkan saat ujian. Mengganti kerut kening dengan senyum merekah.

Ujian semestinya dapat dijadikan perayaan yang menggembirakan bagi siswa dan guru. Selayaknya pesta ulang tahun anak-anak, isilah dengan gelak tawa. Sesekali ada yang mungkin takut badut atau balon, namun dia mudah kembali tersenyum karena kue yang manis atau permen dengan bungkus lucu. Siswa-siswa mengerjakan ujian dengan bahagia. Sesekali ada soal yang dirasa susah namun tak menghilangkan kegembiraan yang mereka rasakan. Sudah saatnya menemukan tema perayaan yang tepat. Isilah dengan permainan atau cerita yang seru dan menggembirakan. Ingat pula untuk menyiapkan kue atau permen yang dapat segera mengembalikan senyum siswa. Karena sungguh sudah saatnya ujian tak lagi jadi beban.

Soal kelas 2 semester 1 (2013)

Dian NofitasariGuru Yogya Green School.

Penggerak Komunitas Guru Belajar Yogyakarta.

Page 28: Surat Kabar Guru Belajar 2 - kampusgurucikal.com · Apa jadinya bila pelajar kelas 2 SD diberi wewenang untuk ... untuk mengukur pencapaian KD pada KI-4. ... terjemahannya dalam bahasa

SURAT KABAR Guru Belajar | 28

Guru Belajar 10 Februari 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

Menulis Surat Pribadisebagai Asesmen Otentik Kapan terakhir anda menulis surat pribadi? Ssst jangan dilupakan, karena ternyata menulis surat pribadi bisa menjadi asesmen otentik. Simak kisah Guru Winda ini

Kata nilai seakan membawa setiap orang langsung pada sederet angka yang tertulis dalam raport atau pun ijazah. Penilaian seolah terpaku hanya pada tinggi rendahnya angka-angka yang tercetak sehingga cenderung menghasilkan generasi yang berorientasi pada hasil, melakukan segala cara meski itu curang dan mengabaikan pentingnya proses dalam pemerolehan hasil tersebut. Oleh karena itulah, saat ini muncul istilah baru yang dikenal dengan asesmen otentik, yakni penilaian yang bertujuan untuk mengukur setiap detil proses yang terjadi dalam proses kegiatan belajar mengajar, tidak melulu tentang angka, namun juga berupa catatan hasil observasi, jurnal atau lainnya. Penilaian dilakukan guru untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik, serta digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran (Rusman, 2014). Penilaian dilakukan berdasarkan sejumlah indikator yang ingin dicapai meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, dan juga sikap, dilakukan secara menyeluruh dalam setiap pertemuan di kelas.

Sebagai guru yang mengampu pelajaran Bahasa Inggris ada banyak tantangan yang dihadapi. Banyaknya kelas yang diasuh menimbulkan bermacam kesulitan baik itu dari segi perencanaan, pelaksanaan pembelajaran, juga dalam melakukan penilaian. Pertama, mengajar kelas X, XI dan juga XII mengharuskan saya untuk mempersiapkan rencana pembelajaran yang berbeda, menyiapkan materi dan media yang berbeda pula. Dalam proses kegiatan belajar mengajar, tentu keragaman dan banyaknya jumlah siswa, yakni rata-rata 30 orang satu kelas membuat pembelajaran harus dipersiapkan sebaik mungkin. Dalam kegiatan penilaian juga terdapat sejumlah tantangan yang saya hadapi, pertama ada empat skill yang harus diukur untuk menyatakan seorang murid mampu memahami dan mengaplikasikan sebuah materi, yaitu reading, writing,

speaking, dan listening. Banyaknya skill yang harus dinilai dari segi pengetahuan serta keterampilan menuntut guru untuk bisa kreatif tanpa melupakan terbatasnya waktu yang dimiliki dalam setiap pertemuan. Setiap skill memiliki kesulitan dan keunikan tersendiri, namun writing menjadi menarik karena didalamnya banyak aspek yang harus diperhatikan mencakup grammar (tata bahasa), vocabularies (kata/diksi), juga isi dari tulisan tersebut.

Salah satu penilaian otentik yang saya lakukan pada kelas XI semester 1 yang lalu adalah pada bahasan materi writing a personal letter dari Kompetensi Dasar (3.5) Menganalisis fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan dari teks surat pribadi, sesuai dengan konteks penggunaannya, (4.7) Menangkap makna teks surat pribadi, dan (4.8) Menyusun teks surat pribadi, dengan memperhatikan fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan yang benar dan sesuai konteks.

Gambar 1. Siswa berdiskusi tentang surat “A Letter to God”

Page 29: Surat Kabar Guru Belajar 2 - kampusgurucikal.com · Apa jadinya bila pelajar kelas 2 SD diberi wewenang untuk ... untuk mengukur pencapaian KD pada KI-4. ... terjemahannya dalam bahasa

SURAT KABAR Guru Belajar | 29

Guru Belajar 10 Februari 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

No. Aspek yang dinilai Skor

1 Ketepatan isi dan tema 0 - 20

2 Struktur kalimat 0 - 20

3 Koherensi antar kalimat 0 - 10

4 Kompleksitas (Ketepatan penggunaan kata dan istilah) 0 - 20

5 Tanda baca 0 - 15

6 Ejaan kata 0 - 15

Skor maksimum 100

Tabel 1. Rubrik penilaian menulis

No Nama

Indikator Sikap

Bertanggung jawab Jujur

Santun dalam ber-

komunikasiPercaya diri

Kedisiplinan dalam tugas

Nilai rata-rata (kualitatif/

huruf)

1

2

3

Tabel 2. Lembar Pengamatan Sikap Peserta didik

My Learning Journey

Name: _____________________

Today’s topic:

My difficulties in learning the topic:

Things I do to overcome these uncertainties?

Things I have learned successfully today:

I feel

Tabel 3 Format Jurnal Belajar

Catatan: Setiap aspek menggunakan skala 1 - 5 1 = Sangat Kurang 2 = Kurang 3 = Cukup 4 = Baik 5 = Amat Baik

Page 30: Surat Kabar Guru Belajar 2 - kampusgurucikal.com · Apa jadinya bila pelajar kelas 2 SD diberi wewenang untuk ... untuk mengukur pencapaian KD pada KI-4. ... terjemahannya dalam bahasa

SURAT KABAR Guru Belajar | 30

Guru Belajar 10 Februari 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

Indikator pencapaian kompetensi dasar di atas diantaranya:

1. Siswa dapat mengidentifikasi fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan dari teks surat pribadi.

2. Siswa terampil memahami makna dalam teks surat pribadi dengan tepat.

3. Siswa menyusun teks tulis surat pribadi yang disediakan dengan memperhatikan fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan yang benar sesuai konteks penggunaan dengan tepat.

Untuk dapat menulis sebuah surat, siswa terlebih dahulu harus mampu mengidentifikasi fungsi sosial, struktur dan unsur kebahasaan surat, membedakan surat resmi dan surat pribadi, serta memiliki kosa kata dan

pengetahuan struktur kalimat yang memadai.

Adapun tahapan yang saya lakukan dalam pelaksanaan kegiatan mengacu pada pendekatan saintifik (Scientific Approach) dalam kurikulum 2013 yaitu:

1. Mengamati: Memberikan contoh surat pribadi yang berjudul “A Letter to God”, siswa membaca dan mengidentifikasi bagian-bagian surat dan kalimat yang digunakan dalam menyusun surat.

2. Menanya: Kebanyakan siswa menanyakan perbedaan surat pribadi dan surat resmi, kemudian siswa menanyakan surat yang telah dibaca, beberapa kata sulit, dan unsur kebahasaan yang digunakan dalam penulisan surat.

3. Mengeksplorasi: Siswa berdiskusi tentang surat yang telah dibaca, menjawab pertanyaan terkait topik.

4. Mengasosiasi: Siswa diberikan tugas untuk menulis surat pribadi dengan pilihan topik “A Letter to God” or “A Letter to Family/ relatives/ friends/ boy/girlfriend”

5. Mengkomunikasikan: Siswa mengekspresikan diri lewat kata-kata dalam bentuk surat pribadi.

Untuk penilaian, saya menggunakan tes dan non tes. Tes berupa daftar pertanyaan tentang contoh surat yang dibaca “A Letter to God”, non tes berupa observasi dan jurnal. Instrumen yang digunakan adalah rubrik penilaian menulis.

Selain menggunakan rubrik diatas, saya juga menggarisbawahi kata atau kalimat yang salah. Kemudian dibagian akhir setiap surat, saya

memberi dua jenis komentar. Yang pertama mengenai tulisan secara struktur maupun tata bahasa. Yang kedua berupa sedikit saran atau masukan bagi yang berbagi masalah yang sedang dihadapi.

Aspek lain yang juga saya perhatikan mencakup penilaian sikap juga jurnal siswa untuk mengetahui lebih dalam kesulitan yang dialami siswa selama mempelajari topik ini.

Page 31: Surat Kabar Guru Belajar 2 - kampusgurucikal.com · Apa jadinya bila pelajar kelas 2 SD diberi wewenang untuk ... untuk mengukur pencapaian KD pada KI-4. ... terjemahannya dalam bahasa

SURAT KABAR Guru Belajar | 31

Guru Belajar 10 Februari 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

Dari kegiatan yang dilakukan, saya menemukan siswa merespon dengan positif. Hal ini dibuktikan dengan siswa mengumpulkan tugas tepat waktu dan tulisan siswa sangat beragam. Tambahan pula, saya memberikan tugas yang dekat dengan kehidupan siswa. Surat pribadi ini ditulis untuk berbagi, mengekspresikan diri dengan tidak menceritakan rahasia jika memang saya sebagai guru tidak boleh mengetahuinya. Di sini siswa boleh bercerita tentang apa saja kepada siapa saja, sehingga saya menemukan banyak hal menarik. Sebagian besar siswa menulis surat bernada mirip tentang keluarga dan liburan, sebagian lagi menuliskan tentang sulitnya masa remaja dengan bunga kasmaran, cinta yang ditolak, perasaan bertepuk sebelah tangan yang tentu saja ditujukan kepada siswa lain atau idola yang dikagumi,

dan beberapa menceritakan sulitnya hidup sebagai remaja dari keluarga yang berantakan, broken home. Tentu saja, saya sudah menjamin tidak akan membocorkan isi surat kepada siapapun. Hal menarik lainnya adalah saya membebaskan siswa untuk menulis surat menggunakan media kertas surat yang sudah jarang ada, atau mengetik kata-kata dengan komputer, dan menggunakan berbagai jenis amplop yang

disukai.

Meski terkesan seperti ajang curhat gratisan, tulisan surat pribadi ini memberi pelajaran kepada siswa dan saya sebagai guru. Bagi siswa, ini adalah contoh bahwa belajar tidak selalu tentang duduk, diam, mendengarkan guru, belajar bisa dilakukan dalam bentuk yang menarik yang terintegrasi dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, menulis surat membuka kesempatan bagi siswa untuk dapat mengekspresikan diri, mengungkapkan apa yang dirasakan dengan cara dituliskan sehingga memberi kelegaan tersendiri. Disamping tentu saja, pelajaran pokok yang didapat adalah cara menulis surat pribadi dengan struktur yang tepat, diksi dan struktur kalimat yang sesuai dengan cerita. Seperti yang dikatakan oleh salah satu siswa, “I think that it is great that we learned how to make a

personal letter. We can learn how to differentiate between personal and formal letter. Some may think that they’re the same but they’re actually different. By learning this, I can find out what are the general structures of a personal letter. I can also put on my imagination, learn new vocabs as I wrote the letter.”

Bagi saya sendiri, materi ini memberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengembangkan kreativitas. Selain itu, yang lebih penting, saya dikejutkan oleh banyaknya kesulitan yang dihadapi siswa dalam kehidupan mereka baik dalam sekolah maupun tantangan dari luar sehingga memerlukan perhatian khusus serta perlakuan yang bijaksana dari seorang guru. Selamat berkreativitas.

Winda Ari Anggraini, S.PdSMA Negeri 1 Manggar,

Belitung Timur, Kepulauan Bangka Belitung

Gambar 3. Surat dan komentar

Page 32: Surat Kabar Guru Belajar 2 - kampusgurucikal.com · Apa jadinya bila pelajar kelas 2 SD diberi wewenang untuk ... untuk mengukur pencapaian KD pada KI-4. ... terjemahannya dalam bahasa

SURAT KABAR Guru Belajar | 32

Guru Belajar 10 Februari 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

Perkenalan Memakai Puisi & ImajiKata orang, kesan pertama begitu mengesankan. Bagaimana mengesankan pelajar bila perkenalan saja sudah membosankan. Karena itulah Guru Umi melakukan terobosan, perkenalan memakai puisi dan imaji. Seperti apa ya?

Dalam mata pelajaran Bahasa Inggris pada kurikulum apapun selalu ada tema Mengenalkan Diri. Sejak jaman saya menjadi siswa sampai dengan sekarang menjadi guru kurang lebih dua puluh tahunan, kegiatan siswa pada tema tersebut, berkutat pada sekitaran; mengenalkan nama, tempat tanggal lahir, alamat, dan hal hal umum lainya. Hal tersebut terjadi hampir di semua tingkatan pendidikan, baik di tingkat SD, SMP, SMA, maupun Perguruan Tinggi. Saya merasa betapa siswa merasa tidak tertantang, dan tidak memberi warna pada tema tersebut.

Saya mengembangkan praktik cerdas yang menantang, proses belajar discovery oleh siswa, menemukan “a-ha moment” di setiap pertemuan, dengan pendekatan proses yang produktif. Saya selalu ingin menghindari hal hal yang hambar atau biasa biasa saja di kelas saya. Bagi saya; “My students are special and they should do something special” (Setiap siswa adalah special, maka selayaknyalah mereka melakukan suatu kegiatan yang special). Tiap siswa di kelas punya keunikan masing masing. Tanggung jawab saya sebagai guru “Tut Wuri Handayani” harus memfasilitasi hal tersebut, supaya tergali dengan baik.

Saya memutar otak mencari inspirasi untuk menampilkan kegiatan ekstra bagi murid saya. Sehingga

terciptalah banyak kelebihan dari hal yang biasa biasa saja, dari yang ordinary menjadi extraordinary. Saya harus memberikan atmosfer yang sehat bagi para siswa yang berpotensi besar. Saya banyak belajar dari siswa yang beragam tersebut. Saya selalu mengatakan pada mereka; “No matter how much you learn from me, I learn even more from you” (sebanyak apapun yang kalian pelajari dari saya, saya selalu lebih banyak belajar dari kalian).

Dari kebutuhan tersebut, maka munculah rancangan kegiatan ini, yakni Puisi Acak atau Slam Poetry dan Special Image atau Gambaran Individu. Saya merancang dua kegiatan berbeda dalam satu kesempatan dengan tujuan untuk memfasilitasi berbagai jenis tipe siswa belajar sehingga mereka punya pilihan yang sesuai dengan keinginan mereka. Hal tersebut saya lakukan untuk memperkecil siswa melakukan kegiatan belajar dengan rasa terpaksa. Harapan saya kebutuhan dan kondisi belajar siswa bisa terakomodasi dengan lebih baik. Belajar menjadi lebih menyenangkan, terjadi proses berbagi informasi lebih optimal, dan saling berinspirasi.

Kegiatan ini bertujuan untuk menumbuh kembangkan rasa percaya diri siswa, menggali potensi

masing masing siswa dengan keunikanya, meningkatkan rasa tanggung jawab, belajar menghormati orang lain dengan segala perbedaanya, serta belajar menghargai dan memanfaatkan waktu dengan lebih efektif dan efisien.

Dalam kegiatan ini alat alat yang perlu disiapkan adalah sebagai berikut: kertas HVS 15 lembar, atau sejumlah siswa (kertas bisa dilipat, digunting menjadi dua atau disesuaikan dengan kebutuhan), selotip atau klip (untuk menempel hasil kreasi siswa), gunting, dan spidol beberapa warna yang berbeda.

Langkah-langkah kegiatan tersebut adalah sebagaimana guru mengajar pada umumnya yakni terdiri dari Kegiatan Awal, Kegiatan Inti, dan Penutup. Tetapi yang membedakan adalah kegiatan apa yang saya lakukan pada tiap langkah-langkah tersebut.

Pada Kegiatan Awal, saya biasa membacakan sesuatu di kelas saya baik itu berupa; Puisi, kutipan kata-kata inspirasi, cerpen, maupun anekdot dari berbagai sumber. Saya juga memberi kesempatan pada siswa untuk secara sukarela membacakan sesuatu yang mereka punya. Karena hal ini sudah menjadi tradisi, masing-masing siswa selalu

Page 33: Surat Kabar Guru Belajar 2 - kampusgurucikal.com · Apa jadinya bila pelajar kelas 2 SD diberi wewenang untuk ... untuk mengukur pencapaian KD pada KI-4. ... terjemahannya dalam bahasa

SURAT KABAR Guru Belajar | 33

Guru Belajar 10 Februari 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

menyiapkan dan berlomba lomba memberikan persembahan di kelas secara bergantian tanpa saya menunjuk siswa tertentu. Hal tersebut saya lakukan dengan tujuan mengenalkan dan menghargai kepada anak-anak sejak dini hasil karya sastra yang ada di sekitaran kita, juga menumbuhkembangkan budaya produktif pada mereka.

Tujuan lain dari kegiatan ini adalah menyiapkan perhatian siswa supaya beralih dari kegiatan mereka sebelumnya. Saya menghindari himbauan semacam; “Anak- anak harap diam!” atau “Anak-anak mohon perhatianya!”. Menulis bebas juga sering saya lakukan pada Kegiatan Awal setiap pembelajaran. Kita menulis bebas bersama-sama selama 3 menit. Kadang saya beri satu kata sebagai pemicu, misalnya warna; White, Red, atau Black, dan sebagainya. Saya, sebagai guru “Ing Ngarso Sung Tulodho” tentu saja ikut menulis juga.

Langkah publikasi dari menulis bebas tersebut biasa saya lakukan dengan cara bermacam-macam. Hal tersebut tergantung dari kondisi kelas saya, apakah jam pertama ketika siswa masih fresh, ataukah jam terakhir, atau setelah pelajaran olah raga, dan lain-lain situasi yang terjadi saat jam belajar. Saya biasa

melakukan, misalnya memberi kesempatan membaca untuk diri mereka sendiri, untuk 2-3 orang teman terdekat, atau membaca keras untuk seluruh kelas. Anak-anak biasa juga meminta saya membaca kan hasil tulisan saya. Mereka selalu ingin tahu dan antusias terhadap isi dan makna dari tulisan orang lain.

Sebagai apresiasi dan publikasi terhadap hasil karya mereka, kadang saya foto, lalu saya minta ijin jika hasil karyanya boleh saya bacakan di kelas lain, atau pun saya upload di group telegram, instagram, maupun media yang lain. Terkadang sebagai ganti membaca keras untuk publikasi hasil tulisan siswa, saya minta mereka menempel di papan atau memajang buku mereka di lantai pada tempat yang berbeda. Kemudian saya beri kesempatan pada mereka untuk tour melihat hasil karya teman yang lain dan membacanya. Saya juga melakukan hal sama. Kita masing masing sudah punya fans, sudah punya pembaca dan penulis favorit di tiap-tiap kelas.

Untuk kegiatan Reading Tour ini saya hanya perlu waktu 4-5 menit saja.

Untuk Kegiatan Inti pada tema Mengenalkan Diri ini, saya memfasilitasi dua kegiatan yang bisa siswa pilih. Dua kegiatan tersebut adalah membuat Puisi dan merancang Image. Namun demikian

ada beberapa siswa yang mengerjakan keduanya. Saya memberi kebebasan berkreasi pada mereka sesuai dengan gaya belajar masing-masing. Untuk Puisi siswa menulis nama mereka ke bawah, lalu mereka menuliskan kata atau kalimat ke kanan dengan awalan huruf dari nama mereka. Kata atau kalimat tersebut dengan

konsep berupa gambaran diri masing-masing siswa, keunikan mereka yang membedakan mereka dengan orang lain.

Sebagai contoh nama saya; UMI ( U= unique English teacher at SMANA, M= melodrama movie watcher, I= intelect likes to seek new chalenge by traveling). Sementara untuk merancang Image, saya fasilitasi siswa dengan konsep bahwa mereka membuat draft satu image yang menggambarkan mereka. Sebagai contoh saya menggambarkan diri saya sebagai “Jembatan” karena saya mengenalkan Pojok Baca Senthong kepada Perpustakaan

Page 34: Surat Kabar Guru Belajar 2 - kampusgurucikal.com · Apa jadinya bila pelajar kelas 2 SD diberi wewenang untuk ... untuk mengukur pencapaian KD pada KI-4. ... terjemahannya dalam bahasa

SURAT KABAR Guru Belajar | 34

Guru Belajar 10 Februari 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

Daerah untuk medapatkan donasi buku. Atau saya menggambar “Backpack dengan bola dunia pada sisi penutupnya” karena salah satu impian terbesar dalam hidup saya adalah menjadi backpacker dunia.

Para siswa mengerjakan kegiatan tersebut pada kertas yang sudah disiapkan, memakai spidol warna warni, lalu menempel hasil karya mereka pada papan yang sudah disiapkan. Mereka lalu berkeliling, melihat hasil karya temanya, mendiskusikan dengan kelompok kecil, memilih 2-3 karya yang mereka suka untuk di bacakan atau diceritakan pada seluruh kelas. Dari proses kegiatan tersebut saya percaya bahwa siswa tumbuh dan berkembang rasa percaya dirinya, potensi dan keunikanya tergali secara optimal, rasa tanggung jawabnya bertambah, menghormati orang lain yang beragam, produktif, dan semakin menghargai waktu dan memanfaatkanya dengan lebih baik. Pada saat mereka menemukan hal-hal yang telah mereka capai selama proses belajar, saat itulah mereka mengekspresikan “Ooo….!” bersama-sama dan bertepuk tangan. Saat itulah yang paling membuat saya bahagia karena mereka menemukan “a-ha” dalam belajar. Saya biasa menyebutnya “a-ha moment”.

Pada Kegiatan Penutup saya biasa membuat refleksi “bersama” siswa. “Bersama” dalam arti saya membuat refleksi, demikian juga para siswa. Ini adalah komitmen saya sebagai guru “Ing Madya Mangun Karsa”. Pada kegiatan refleksi ini, secara umum siswa menulis dan

menceritakan hal-hal yang paling mereka sukai selama proses belajar, atau hal-hal yang tidak mereka suka-jika ada- lalu hal apa yang mereka pelajari dari kegiatan tersebut.

Tidak kalah penting saya juga selalu meminta kepada siswa untuk mengungkapkan perasaan mereka. Penutup ini saya lakukan baik dengan memberi kesempatan siswa membaca keras untuk seluruh kelas, atau untuk teman terdekat, atau untuk diri sendiri, maupun di pajang, atau di tempel. Sehingga siswa bisa saling melihat dan membaca tulisanya. Sekali lagi pemilihan kegiatan tersebut tergantung dari situasi kelas dan kondisi siswa yang berbeda saat proses belajar. Hal tersebut juga sangat berpengaruh pada jumlah pembagian waktu untuk masing-masing sesi.

Mereka, para siswa selalu antusias meminta saya membaca refleksi saya. Mereka bertepuk tangan, tertawa dan bergembira. Sebelum saya mengahiri proses belajar, kami membicarakan hal hal yang akan kami lakukan untuk pertemuan berikutnya dan hal-hal apa saja yang perlu disiapkan. Saya juga melakukan penilaian pada siswa selama proses tersebut dengan kategori A (sangat antusias, sangat percaya diri, dan suara lantang saat membaca atau presentasi di kelas) dan kategori B (bagi yang kurang atau tidak termasuk kategori A).

Demikian salah satu praktik cerdas yang saya lakukan, saya percaya dengan nilai yang baik lebih memotivasi siswa untuk gemar belajar. Karena saya lebih menekankan pada siswa untuk

tumbuh dan berkembang kegemaran belajar pada dirinya daripada belajar untuk mendapatkan nilai atau score. Saya juga membuktikan dengan pengalaman saya mengajar bertahun-tahun, saya tidak pernah menemukan siswa yang kesulitan dengan tes pilihan berganda.

Umi Rukailah SafariGuru Bahasa InggrisSMA Negeri Ambulu

Page 35: Surat Kabar Guru Belajar 2 - kampusgurucikal.com · Apa jadinya bila pelajar kelas 2 SD diberi wewenang untuk ... untuk mengukur pencapaian KD pada KI-4. ... terjemahannya dalam bahasa

SURAT KABAR Guru Belajar | 35

Guru Belajar 10 Februari 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

Menulis Dengan Cara BerbedaGuru Eka Wardana tidak bercerita tentang cara melakukan asesmen. Beliau bercerita mengenai cara belajar menulis yang menarik. Meski topik tidak sesuai tema, kami berharap pembaca dapat belajar dari kisah ini.

Tantangan terberat menulis adalah mengembangakan ide cerita. Biasanya kalau sudah punya ide langsung bisa digunakan untuk mengembangkan cerita. Sayangnya saya dan anak-anak memiliki kelemahan yang sama, yaitu tersendat-sendat kalau sudah mulai menulis.

Sudah satu semester ini saya diminta oleh Kepala Sekolah untuk mengasuh ekstrakurikuler jurnalistik. Tujuan ektrakurikuler ini agar anak-anak dapat menuangkan ekspresinya dalam bentuk tulisan. Pesertanya dari kelas tiga hingga kelas enam yang dipilih sendiri oleh saya. Mengapa dipilih, karena saya berharap anak-anak yang ikut ektrakurikuler jurnalistik, minimal sudah memiliki kemampuan menulis cukup baik. Sehingga saya tinggal mengasah keterampilan menulisnya agar lebih berkembang.

Beberapa pertemuan sebelumnya saya mengajak anak-anak untuk menemukan ide-ide menulis dengan cara menuliskan apa saja yang dirasakan saat ini di sebuah kertas. Setelah itu, saya sendiri kebingungan

bagaimana cara mengembangkan ide dalam bentuk kata-kata yang mewakili perasaan mereka menjadi sebuah cerita yang menarik.

Ya, bagaimana caranya mengajak anak-anak mengembangkan ide cerita menjadi sebuah cerita yang menarik? Ini tantangan buat saya untuk menarik perhatian anak-anak senang menulis. Anak-anak mempunyai kebiasaan enggan mengeksplorasi kosa kata. Misalnya

kata senang, maka langsung saja menggunakan kata itu tanpa mencoba menggali seperti apa senangnya. Rupa wajah orang yang senang, tingkah laku orang yang senang, sebab apa orang itu menjadi senang atau apa yang diucapkan orang yang sedang merasa senang.

Mungkin anak-anak juga akan kesulitan kalau praktek langsung menulis untuk mengembangkan kosa kata. Saya memberikan contoh sederhana tentang rasa senang yang melanda anak-anak lulus ujian. Biasanya ditulis: anak-anak itu begitu senangnya setelah lulus ujian semester, kemudian bisa dibuat kalimat lain dengan : anak-anak itu meloncat-loncat kegirangan sambil berseru “aku bebas, aku bebas”.

Kemudian, saya juga memberikan contoh yang lain membuat paragraf tentang nakal tetapi tidak menggunakan kata nakal sama sekali. Atau menulis satu tulisan tentang sedih akan tetapi menggunakan kata lain selain sedih. Dengan begitu, anak-anak mulai paham apa yang saya maksudkan.

Saya tidak langsung memberikan lembaran

kertas kepada anak-anak untuk berlatih mengembangkan tulisan, biasanya kalau menggunakan kertas yang lebar, anak-anak kurang fokus menulis. Saya berikan kertas post it warna-warni untuk memulai latihan mengembangkan tulisan seperti di atas.

Page 36: Surat Kabar Guru Belajar 2 - kampusgurucikal.com · Apa jadinya bila pelajar kelas 2 SD diberi wewenang untuk ... untuk mengukur pencapaian KD pada KI-4. ... terjemahannya dalam bahasa

SURAT KABAR Guru Belajar | 36

Guru Belajar 10 Februari 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

Awalnya anak-anak masih saja kesulitan mengganti kata-kata yang ia inginkan dengan menggunakan kata yang lain. Namun anak-anak ini terus mencoba mencari kata-kata yang mirip artinya dengan kata yang ingin dikembangkan. Mereka menggunakan kata senang untuk dibuat sebuah paragraf tanpa memakai kata senang.

Dinda, siswa kelas enam yang ikut kegiatan menulis ini awalnya hanya menulis beberapa kata. Saya ajukan pertanyaan pancingan untuk merangsang mencari kata yang lain, “Mungkin masih ada kata yang lain yang bisa menggambarkan kata senang, bisa dicoba lagi”. Dinda pun, mencoba membuat kalimat lain yang menggambarkan kata senang.

Dari sepuluh siswa yang mengikuti kegiatan menulis, terdapat dua siswa kelas tiga, yang masih kesulitan mencari padanan kata untuk membuat paragraf tentang kata senang. Saya memberikan bantuan dengan mangajukan pertanyaan yang mendorongnya melihat hasil tulisan kakak kelas, “Coba lihat apa yang sudah kak Dinda tulis, silahkan dibaca”. Setelah itu mereka berdua mengamati apa yang Dinda sudah tulis, kemudian tampak mulai mengerti. Agak ragu awalnya, tetapi mereka akhirnya sedikit-demi sedikit menulis juga.

Shakira siswa kelas enam, dengan cepat menulis paragraf tentang rasa senang ini. Bahkan Shakira dengan berani membuat kalimat-kalimat yang cukup menarik seperti : “aku seperti ingin melompat kencang-kencang di Trampolin”, atau “aku seperti ingin menggoncangkan Bumi

ini”. Ada sepuluh post it yang ia gunakan untuk membuat kalimat-kalimat tentang senang.

Seorang siswa kelas lima bernama Thifal, membuat paragraf tentang senang ini dengan menggali perasaan lebih dalam. Thifal menulis “aku merasa seperti jalan-jalan bersama keluargaku ke tempat yang indah, sejuk dan nyaman”. Ia menulis di lima post it yang berbeda yang menggambarkan tentang perasaan senang.

Saya mengira hanya kelas enam dan kelas lima saja yang dapat mengembangkan paragraf semacam itu, ternyata peserta kelas empat yakni Syifa mampu membuat paragraf yang cukup menarik. Ia menuliskan perasaan senang dengan, “ Hatiku seperti terbang tinggi, sehingga aku tidak bisa berkata apa-apa,..” lalu ia menuliskan lagi “ Sampai akhirnya aku tertawa sendiri, dan tidak sadar,..”. Dengan sedikit contoh dan pertanyaan-pertanyaan pancingan, rupanya anak-anak ini mampu mengembangkan kemampuan menggali kata-kata.

Selesai menuliskan kata-kata dengan menggunakan sinonimnya itu, kemudian ditempel menjadi satu antara satu post it dengan yang lain.

Bentuknya memanjang dengan warna-warni kertas post it yang menarik. Ditempel di pintu masuk guru supaya mudah dibaca. Selanjutnya anak-anak bisa membaca hasil karya teman yang lainnya.

Anak-anak melihat hasil karya mereka sendiri dan mengamati tulisan temannya. Lama berdiri di depan pintu dimana post it itu ditempel secara memanjang. Saya mengajukan pertanyaan kepada mereka “bagaimana hasilnya, baguskan?”. Anak-anak pun tersenyum.

Banyak hal yang bisa saya dapatkan dari pertemuan membuat paragraf dengan menggunakan sinonim kata ini. Anak-anak berlatih mengkonkretkan konsep-konsep yang abstrak. Mereka mencoba

Page 37: Surat Kabar Guru Belajar 2 - kampusgurucikal.com · Apa jadinya bila pelajar kelas 2 SD diberi wewenang untuk ... untuk mengukur pencapaian KD pada KI-4. ... terjemahannya dalam bahasa

SURAT KABAR Guru Belajar | 37

Guru Belajar 10 Februari 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

mengembangkan kata-kata menurut pikiran mereka sendiri, menumbuhkan percaya diri bahwa dirinya mempu mengembangkan wacana. Anak-anak pun merasakan bagaimana hasil tulisan yang dikembangkan dengan paragraf yang digali menggunakan kata-kata yang berbeda, membuat ceritera menjadi menarik.

Praktek langsung seperti ini menantang bagi siswa karena saya tidak terlalu banyak memberikan penjelasan dan teori-teori. Anak-anak hanya diberikan contoh, sedikit model cara mengembangkan paragraf, waktu lebih banyak digunakan untuk mencoba menulis. Hasilnya diluar dugaan saya, anak-anak ternyata sangat menikmati kegiatan tersebut. Dari empat puluh lima menit waktu yang tersedia, ternyata melebihi tenggat.

Lain halnya kalau saya mengajak anak-anak mengembangkan tulisan dengan sekedar memberikan teori

tentang apa itu tulisan yang baik, kemudian meminta mereka menuliskan apa yang mereka rasakan, lakukan atau pikirkan begitu saja. Respon anak-anak belum tentu sebegitu gembira sebagaimana bila mengeksplorasi perasaan dengan cara diatas. Biasanya mereka akan kebingungan akan menulis apa, kehabisan kata-kata, atau mengulang-ulang kata-kata yang itu-itu saja, sehingga akhirnya bosan sendiri. Diantara peserta itu, seringnya peserta kelas tiga atau empat, frustasi karena merasa selalu salah kalau menulis.

Siswa kelas tiga kemungkinan awalnya akan mengalami kesulitan mencari padanan kata yang mirip atau sama dengan kata yang akan dikembangkan, namun dengan sedikit memberi kesempatan anak-anak untuk berpikir, melihat hasil pekerjaan teman-temannya, perlahan akan mulai tergambar apa yang mesti dilakukan.

Satu ketrampilan yang penting bagi anak-anak adalah mereka mulai belajar tentang fokus dan detail. Dan keterampilan ini sangat diperlukan bagi pengembangan berpikir secara mendalam.

Bogor, 20 Januari 2016

Eka Wardana Guru Ekstrakurikuler Jurnalistik

SDIT Al Quds, Kota Bogor

Tentang Surat Kabar IniGuru Belajar adalah surat kabar dua bulanan yang

diterbitkan Komunitas Guru Belajar dengan misi Menularkan Kegemaran Belajar. Surat Kabar ini menyajikan praktik

cerdas pengajaran (#PraktikCerdas).

Apa pentingnya Surat Kabar ini? Ada banyak #PraktikCerdas yang dilakukan banyak guru tidak terpublikasikan.

Akibatnya, #PraktikCerdas itu tidak dapat dipelajari oleh guru yang lain. Dengan Surat Kabar ini harapannya, para

guru bisa berbagi dan saling belajar sebagai sesama praktisi pendidikan.

Dewan Redaksi: Najelaa Shihab

Bukik Setiawan

Editor Tamu:

Hesti Wulandari & Lany RH

GuruBelajar.org Grup Facebook: Komunitas

Guru Belajar

Page 38: Surat Kabar Guru Belajar 2 - kampusgurucikal.com · Apa jadinya bila pelajar kelas 2 SD diberi wewenang untuk ... untuk mengukur pencapaian KD pada KI-4. ... terjemahannya dalam bahasa

SURAT KABAR Guru Belajar | 38

Mengelola Emosi Sosial PelajarBagaimana mengajak anak-anak untuk lebih peka dan bersedia berbagi sekaligus gemar belajar? Simak kisah dari Guru Faisal dari Situbondo ini

Saya ingin menjelaskan tentang pengelolaan emosional ‒ sosial siswa sekolah dasar. Pengelolaan emosi ‒sosial siswa ini saya kaitkan dengan pengalaman masa lalu saya sebagai murid sekolah dasar dengan pengalaman yang akan saya berikan sebagai pendidik kepada siswa saya.

Awalan dan Tantangan

Selama 3 tahun ini saya pernah mengajar di 5 sekolah yang berbeda. Pada tahun pertama saya menjadi pembina Pramuka di SDN 2 Tribungan, selang beberapa bulan saya dipanggil untuk mengajar di SDN 2 Olean dan 5 Olean Situbondo. Tahun kedua, saya menjadi pembina Pramuka di SMPN 1 Situbondo dan tahun ketiga SDN 5 Patokan. Sekarang saya hanya mengajar 2 sekolah di SDN 2 Tribungan menjadi guru honorer dan pembina pramuka, di SMPN 1 Situbondo juga menjadi pembina pramuka.

Dari sanalah saya mengetahui arti hidup saya sebagai guru dan saya dahulu sebagai murid dengan kenakalan-kenakalan dan ketidak senangan saya bersekolah. Bagaimana saya dulunya menjadi siswa yang tidak menyenangi sebuah

pelajaran karena guru yang selalu membentak,menghukum dikala saya tidak mengetahui sebuah materi. Sekolah bukan tempat untuk kita berkreasi, meluapkan kesenangan, mencurahkan isi hati kepada guru dalam proses pendidikannya tetapi sekolah adalah momok yang ditakuti, tidak disenangi, dan lebih parah lagi sekolah adalah kegiatan yang harus dijauhi.

Disinilah tanggung jawab saya sebagai guru yang terlibat langsung ke dalam pengalaman dunia anak-anak sekolah dasar dalam proses pembelajaran di luar maupun di dalam kelas. Guru juga salah satu faktor baik dan buruk perkembangan siswa. Dengan memberikan pengalaman di sekolah entah itu pengalaman yang menyenangkan,

menakutkan, menyedihkan, dan cinta kasih sehingga akan membentuk perilaku anak.

Saya ingin membagi apa yang saya punya untuk murid-murid saya yang tidak pernah saya dapatkan dimasa sekolah dahulu. Kasih sayang, perhatian, bermain bersama itu hal yang akan saya bagikan kepada mereka sehingga akan membuat siswa senang di sekolah, merasa

sekolah adalah rumah kedua bagi mereka. Sekolah bukan lagi hal yang ditakuti, dijauhi, dan tidak disenangi. Lalu mereka gunakan di masyarakat maupun, di jenjang persekolahan berikutnya dan kehidupan mereka ke depan.

Ericson menyebutkan dalam 8 tahap perkembangan anak. Bahwa dalam setiap fase kehidupan akan mempengaruhi fase-fase berikutnya sehingga

tanggung jawab kita menjaga tumbuh kembang anak didik kita. Sekolah adalah salah satu fase yang yang dilewati anak didik dalam proses kehidupannya. Pengalaman murid di sekolah dasar akan menjadi landasan utama yang mereka gunakan untuk tahap-tahap berikutnya.

Guru Belajar 10 Februari 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

Page 39: Surat Kabar Guru Belajar 2 - kampusgurucikal.com · Apa jadinya bila pelajar kelas 2 SD diberi wewenang untuk ... untuk mengukur pencapaian KD pada KI-4. ... terjemahannya dalam bahasa

SURAT KABAR Guru Belajar | 39

Dalam pembentukan emosi ‒ sosial murid, hal pertama yang harus saya lakukan ialah mengetahui kesenangan mereka, berbaur dengan meraka, bermain bersama dengan mereka sehingga saya dapat mengetahui banyak hal-hal yang mereka suka, mereka butuhkan. Tetapi semua itu tidak mudah, menghadapi anak sekolah dasar yang masih belum menjadi manusia dewasa seutuhnya dengan pemikiran mereka yang manja, harus selalu diperhatikan.

“Pak minta uang!”

“Siapa pacar Pak Faisal sekarang?”

“Jangan mengganggu Pak!, minggir Pak!”

“Pinjam hpnya Pak mau maen game!”

Setiap hari, setiap beberapa menit sekali mereka akan mencari perhatian saya sebagai guru. Inilah tantangan saya sebagai guru sekolah dasar menghadapi murid yang belum matang emosinya sehingga mereka ingin selalu diperhatikan, ingin dicintai, ingin dihargai, agar merasa aman.

Aksi

Tetapi dari saya berinteraksi dengan mereka, saya mendapatkan informasi semua tentang anak didik saya itu dan akan saya gunakan di dalam semua kegiatan sekolah entah itu di luar maupun di dalam kelas sehingga mereka bisa menyenangi pembelajaran di sekolah. Ki Hajar Dewantara dengan kata-kata “Permainan anak-anak itulah pendidikan”. Guru mengajak

bermain, bersenang-senang, membentuk keluarga kecil dengan murid dengan menyelipkan sedikit demi sedikit pendidikan, tata krama, moral, budaya, dan agama.

Memahami mereka dalam setiap keadaan. Pada suatu hari ada murid kelas 3 diam merenung didalam kelas setelah proses pembelajaran yang saya berikan. Entah apa yang dia pikirkan, saya pun penasaran dan menghampirinya. “Kenapa nih tidak istirahat?” Dijawab “Pengen di dalam kelas saja Pak”. “Ayo kenapa tidak istirahat?” “Apa tidak ada uang untuk beli-beli?”Anak itu hanya terseyum. Langsung saja saya beri anak itu uang 2000 perak, lalu anak itu pergi “Makasih Pak Faisal”. Anak didik kita adalah anak yang pemalu tapi mereka butuh kasih sayang dari kita, jika kita biarkan mereka tanpa ada yang memperhatikan, masa mereka sekarang tidak akan dipenuhi rasa kasih sayang. Tidak memahami indahnya masa sekolah dan kasih sayang seorang guru.

Makan bersama menjadi keluarga kecil pada waktu istirahat pertama. Setiap hari saya melihat murid kelas 3 pada waktu istirahat kedua mereka tidak keluar kelas. Saya pun sebagai guru penasaran apa yang sedang terjadi. Mendekat saya dengan muka terseyum. “Kenapa ini? Kok hanya duduk-duduk dalam kelas, kenapa tidak keluar kelas?” Mereka hanya terseyum, “Tidak ada apa-apa Pak” tetep hanya diam sambil mengobrol dengan gerombolan teman yang lainnya. Tiba-tiba ada salah satu teman cowok yang berteriak “Itu Pak, uang mereka sudah habis

jadinya tidak keluar kelas!!!”. Saya berpikir sebagai guru. Waktu pulang sekolah saya pun mengumumkan kepada anak-anak bahwa besok anak-anak harus membawa bekal dari rumah, jika tidak ada lauk untuk dibawa, membawa nasi saja. Tiba lah hari esok, semua siswa pada istirahat pertama membawa bekal, saya pun juga membawa bekal dari rumah. Tetapi ada salah seorang siswa tidak membawa lauk pauk. Mendekat saya ke salah seorang itu, lalu bertanya “Kenapa Uur tidak membawa nasi?” jawabnya “Tadi terburu-buru berangkat sekolah Pak”.

Saya sebagai guru meberitahukan kepada anak-anak bahwa ada teman yang tidak membawa bekal, sebagai teman harus saling tolong menolong kepada teman yang membutuhkan. Anak-anak menjawab “Ini pak saya ada lebih tempe” “Ini pak saya bawa banyak mie goreng” “Ini pak nasi buat Uur”. Saya pun makan bersama dengan mereka membentuk keluarga kecil dalam kelas, saling membagi, saling memberi dalam kesenangan. Istirahat kedua yang bisanya mereka hanya diam tapi mereka bisa menikmati kesenangan di luar kelas dan pembelajaran jam terakhir bisa berjalan dengan semangat.

Menggambar bermakna. Saya mengerti, bagi anak-anak sekolah dasar menggambar adalah salah satu pembelajaran yang disukai selain olahraga di luar kelas, tetapi dalam pembelajaran menggambar anak-anak hanya mengumpulkan gambar, dinilai oleh guru dan dipampang di mading sekolah atau kelas.“Pak Faisal sekarang bukan waktunya

Guru Belajar 10 Februari 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

Page 40: Surat Kabar Guru Belajar 2 - kampusgurucikal.com · Apa jadinya bila pelajar kelas 2 SD diberi wewenang untuk ... untuk mengukur pencapaian KD pada KI-4. ... terjemahannya dalam bahasa

SURAT KABAR Guru Belajar | 40

Guru Belajar 10 Februari 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

matematika, sekarang waktunya menggambar Pak!!” semua murid menjawab “iya Pak menggambar, ayo Pak menggambar!!!”. Di kelas 3 tempat duduk sudah ditata berkelompok, topik yang saya beri ke anak-anak adalah menggambar jenis-jenis pekerjaan yang mereka ketahui seperti guru, polisi, doktor dan lainya. Jenis-jenis pekerjaan tadi, saya gambar di papan dan sebagian saya bagikan kepada kelompok. “Nah sekarang kalian menggambar tentang ini ya!!”. Ada yang bertanya “Pak, Pak Faisal guru kan? Saya mau menjadi seperti pak Faisal” “Saya mau menjadi tentara Pak, biar bisa berperang” dan lain-lain impian mereka. Setalah setiap kelompok selesai menggambar, saya menyuruh tiap kelompok menulis jenis-jenis pekerjaan yang meraka gambar di satu lembar kertas dan menyebutkan fungsi dari setiap jenis pekerjaan yang sudah mereka gambar. Setelah semua selesai, saya memanggil kelompok satu untuk memperlihatkan gambar mereka di depan kelas dan menyebutkan satu persatu yang mereka gambar beserta fungsi-fungsinya. Lalu saya menyuruh kelompok lain menambahkan dan memperbaiki mungkin ada kesalahan dalam fungsi dari pekerjaan tadi. Terakhir saya menjelaskan jenis-jenis pekerjaan adalah cita-cita kalian kelak. Kelak kalian harus menjadi seperti kalian gambar.

Tunjuk sifat dalam pembelajaran pramuka. Pramuka merupakan pendidikan keluarga yang dilakukan di alam terbuka dalam bentuk kegiatan yang menarik, menantang,

dan menyenangkan. Dalam pelaksanaannya saya membentuk anak-anak duduk melingkar seperti bola dan saya pun ikut dalam permainan tersebut. Permainan itu dimulai dari sebelah kiri saya menunjuk salah seorang untuk dikritik sifatnya oleh teman-teman yang lain, entah itu baik atau buruk, suka atau tidak suka. Kritikan tersebut ditulis di satu lembar buku yang setiap anak dalam lingkaran itu menulis sifat anak yang ditunjuk tanpa memberi nama si penulis dan otomatis individu yang ditunjuk tidak akan tahu siapa yang menulisnya. Pastinya dalam permainan itu saya juga akan dikritik oleh siswa.

Banyak kritikan yang dilontarkan siswa-siswa lain ke siswa yang ditunjuk seperti sok ganteng, sok pintar, jangan seperti perempuan, mukanya seperti ultramen, mukanya seperti bola kasti lah.“Hahahahaha dalam hati saya pun ketawa” dan anehnya murid yang diberi kritikan seperti itu tidak marah, malah mereka tertawa. Tetapi dalam permainan itu saya sebagai guru menengahi, menyelipkan apa yang harus diperbuat dan harus diubah oleh siswa yang dikritik. Tiba lah giliran saya yang dikritik oleh siswa saya dan satu kalimat mengatakan saya seperti demmiz. Demmiz adalah hewan air seperti ikan tapi kadang bisa berjalan di pasir dan suka meloncat. Terlalu asik bermain sambil belajar dengan mereka sehingga lupa akan waktu.

Pelajaran

Dari pengalaman, saya belajar bahwa anak-anak hanya butuh kasih sayang dari guru yang mempunyai hati mendidik, rasa kasih sehingga murid-murid akan merasa nyaman, aman dan senang berada disekolah. Dengan sesuatu yang mereka suka dan butuhkan, mereka akan mengingat pembelajaran yang dilakukan di sekolah. Tapi yang menjadi pemikiran saya sebagai guru, saya harus mencari dan mengetahui lebih banyak lagi apa yang mereka senangi dan saya implementasikan ke dalam proses di sekolah. Karena sesuatu yang mereka senangi tak akan bertahan lama, ada saatnya meraka akan bosan dengan hal yang sama. Seperti yang dikatakan Thorndike dalam hukum Law of Effect, sesuatu yang manusia senangi akan dipertahankan, tetapi dalam mempertahankan itu ada titik jenuh yang nantinya sesuatu yang disenangi akan dikurangi secara perlahan.

Faisal FaliyandraGuru honorer, pembina Pramuka

di SDN 2 Tribungan danSMPN 1 Situbondo

Page 41: Surat Kabar Guru Belajar 2 - kampusgurucikal.com · Apa jadinya bila pelajar kelas 2 SD diberi wewenang untuk ... untuk mengukur pencapaian KD pada KI-4. ... terjemahannya dalam bahasa

SURAT KABAR Guru Belajar | 41

Apa yang terjadi bila kelas tanpa guru? Mungkin anda sudah mengetahuinya. Tapi bila penasaran, anda bisa mencari kata kunci “kelas tanpa guru” di Youtube. Anda akan melihat sendiri kondisi kelas tanpa guru.

Pertanyaannya, mengapa perilaku pelajar berbeda antara di depan dengan di belakang guru? Bila kita renungkan, kemungkinan besar perilaku pelajar kita bukan berasal dari kesadaran diri sendiri. Mereka berperilaku baik karena memenuhi tuntutan guru dan sekolah, karena

ingin menyenangkan guru atau karena takut dihukum.

Karena itulah pentingnya disiplin positif. Sebuah metode menumbuhkan kedisiplinan dari dalam diri pelajar sendiri. Disiplin bukan karena ingin dapat ganjaran atau takut hukuman, tapi karena kesadarannya sendiri.

Anda punya #PraktikCerdas melakukan disiplin? Kirimkan ke Surat Kabar Guru Belajar agar bisa dipelajari oleh guru di seluruh Nusantara.

Cara mengirimkan tulisan:

1. Unduh panduan Penulisan #PraktikCerdas di http://bit.ly/MenulisKGB

2. Tuliskan sesuai panduan dan simpan dalam file dengan nama #PraktikCerdas "Nama Penulis"

3. Emailkan file beserta foto diri dan foto aktivitas dengan subyek email #PraktikCerdas "Nama Penulis" ke [email protected] paling lambat kami terima tanggal 20 Maret 2016

Guru Belajar 10 Desember 2015

Menularkan Kegemaran Belajar

Undangan Menulis: Disiplin Positif

Komunitas Guru BelajarGuru Belajar adalah komunitas pendidik yang diinisiasi oleh Kampus Guru Cikal untuk berdiskusi dan berbagi praktik cerdas pengajaran dan pendidikan melalui Facebook dan Temu Pendidik. Praktik cerdas yang sudah dikurasi akan dipublikasikan di situs GuruBelajar.org, dalam bentuk surat kabar, buku atau media pembelajaran.

Prinsip Nilai Kami1. Mewujudkan pelajar sepanjang hayat. Kami bercita-

cita menumbuhkan pemahaman, pengetahuan, keterampilan dan sikap yang positif agar setiap insan terus mau dan mampu belajar.

2. Memberdayakan semua pelaku dan peran. Kami sadar bahwa perubahan hanya akan terjadi pada mereka yang merdeka, yang berada dalam lingkungan yang mendukung setiap insan untuk menjadi penggerak.

3. Menghargai keragaman. Kami yakin keunikan adalah kekuatan, yang harus didorong dan dimaknai, dihormati dan dirayakan.

4. Berkolaborasi dengan terbuka. Kami sadar bahwa kami bagian kecil dari jaringan perjuangan, yang akan berdampak optimal hanya bila berbagi tanggungjawab dengan semua yang peduli.

5. Mempraktikkan standar terbaik. Kami bekerja keras untuk menjadi teladan dalam setiap aksi, selalu menggunakan ilmu dan bukti dengan sepenuh hati.

Komunitas Guru Belajar mempunyai kegiatan berkala tiap 2 bulan yang disebut Temu Pendidik dan Temu Pendidik Nusantara yang diadakan tiap tahun. Dalam Temu Pendidik, guru berbagi praktik cerdas pengajaran dan pendidikan melalui presentasi bercerita.

Apa kelebihan Temu Pendidik? 1. Singkat

Temu Pendidik berdurasi maksimal 2 jam agar mudah diselenggarakan dan diikuti semua guru.

2. PraktisTemu Pendidik memfasilitasi guru berbagi pengalaman praktis dalam mengatasi tantangan di kelas/sekolah.

3. KonkretTemu Pendidik memfasilitasi guru untuk membicarakan rencana konkret untuk dilakukan di kelasnya.

Tertarik bergabung? Daftarkan email anda di GuruBelajar.org

Bergabung diGrup FB Komunitas Guru Belajar

Unduh buku mini KGB:http://bit.ly/BukuMiniKGB

Page 42: Surat Kabar Guru Belajar 2 - kampusgurucikal.com · Apa jadinya bila pelajar kelas 2 SD diberi wewenang untuk ... untuk mengukur pencapaian KD pada KI-4. ... terjemahannya dalam bahasa

SURAT KABAR Guru Belajar | 42

Guru Belajar 10 Februari 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

Kampus Guru Cikal bekerjasama dengan Polres Jakarta Selatan mengadakan Pelatihan Interaksi

Bermakna dengan Anak

Kampus Guru Cikal mengadakan pelatihan Diferensiasi bagi guru untuk merancang

pembelajaran yang menyenangkan & bermakna

Kampus Guru Cikal melakukan Pelatihan Dasar bagi guru baru Sekolah Cikal selama 19 hari

Kampus Guru Cikal menghadiri Temu Pendidik Maluku yang diadakan oleh Komunitas Guru

Belajar Maluku

Kampus Guru Cikal bekerja sama dengan Komunitas Guru Belajar Sorowako mengadakan

Pelatihan Disiplin Positif

Kampus Guru Cikal terlibat dalam sosialisasi jenjang karir guru. Karir guru tidak sebatas

menjadi kepala sekolah