40
SURAT KABAR Guru Belajar | 1 Guru Belajar 25 Juni 2016 Menularkan Kegemaran Belajar Edisi 4 Tahun I | GuruBelajar.org PRAKTIK CERDAS Bagaimana para guru menunjukkan karya nyata dalam menumbuhkan budi pekerti para pelajarnya. Ada beragam praktik cerdas yang dapat menginspirasi Anda! DEBAT PUBLIK Bagaimana seharusnya pendidikan budi pekerti dilaksanakan? Pada semua pelajaran atau perlu pelajaran khusus? LIPUTAN Pesta Pendidikan menjadi kegiatan yang menghadirkan ratusan komunitas dalam sebuah kolaborasi yang sinergis. INFOGRAFI Apa arti guru belajar? Simak infografi Guru Belajar ini VIDEO Inilah kisah murid baik budi. Mengapa bisa terjadi? Budi Pekerti Jadi Kemudi Pendidikan seharusnya menumbuhkan kesadaran untuk menjadikan budi pekerti sebagai kemudi dalam mengarungi kehidupan. Lebih dari sepuluh tahun terakhir, budi pekerti seolah menjadi anak hilang, tersingkir oleh target-target akademis yang begitu ditekankan. Kebanggaan didapatkan dari nilai UN yang tinggi seolah mengabaikan pentingnya budi pekerti dalam pendidikan kita. Padahal, anak-anak kita akan menghadapi berbagai tantangan kehidupan. Ada banyak dilema yang akan mereka hadapi. Benar atau salah. Baik atau buruk. Dilema yang tak bisa diatasi dengan nilai atau ijazah ini, hanya bisa diatasi budi pekerti yang dimiliki anak-anak kita. Karena budi pekerti adalah kemampuan memilih dan bertindak berdasarkan kesadaran penuh, bukan karena ikut-ikutan atau pengaruh orang lain. Budi pekerti jadi kemudi bagi anak untuk mengarungi kehidupan. Surat Kabar Guru Belajar Edisi Keempat menghadirkan praktik cerdas yang dilakukan para guru dalam menumbuhkan budi pekerti. Ada beragam strategi dan cara yang bisa didiskusikan dan menjadi inspirasi untuk dipraktikkan rekan guru di daerah lain. Selain itu, ada sisipan rubrik video yang menampilkan siswa-siswa yang berbudi sebagai salah satu contoh nyata. Pada edisi kali ini, Kami memperkenalkan rubrik baru yaitu Debat Publik Pendidikan. Istilah debat sempat mendapat sanggahan karena dikhawatirkan menimbulkan perdebatan yang tak berujung. Tapi pemilihan istilah debat memang diniatkan membangun tradisi untuk menghargai keragaman cara pandang, strategi, opini dan cara yang terkait pendidikan. Keragaman tersebut ditampilkan agar kita semua bisa mengakui, menerima dan menghargai perbedaan. Terakhir, ada penambahan klausul di edisi ini yaitu tulisan yang diterbitkan tidak selalu mewakili pandangan redaksi. Tulisan yang diterbitkan adalah tulisan yang kami nilai mewakili keragaman dan bisa menjadi sumber belajar bagi kita semua. [email protected] Facebook: KampusGuruCikal Twitter: @KampusGuruCikal

Surat Kabar Guru Belajar 4 - kampusgurucikal.com · SURAT KABAR Guru Belajar | 3 Guru Berani Belajar, Guru Siap Mengajar Kebutuhan Alami Belajar bukan untuk mendapatkan insentif atau

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Surat Kabar Guru Belajar 4 - kampusgurucikal.com · SURAT KABAR Guru Belajar | 3 Guru Berani Belajar, Guru Siap Mengajar Kebutuhan Alami Belajar bukan untuk mendapatkan insentif atau

SURAT KABAR Guru Belajar | 1

Guru Belajar 25 Juni 2016

Menularkan Kegemaran BelajarEdisi 4 Tahun I | GuruBelajar.org

PRAKTIK CERDAS Bagaimana para guru

menunjukkan karya nyata dalam menumbuhkan budi pekerti para pelajarnya. Ada beragam praktik cerdas yang dapat menginspirasi Anda!

DEBAT PUBLIK Bagaimana seharusnya pendidikan budi pekerti

dilaksanakan? Pada semua pelajaran atau perlu pelajaran

khusus?

LIPUTAN Pesta Pendidikan menjadi

kegiatan yang menghadirkan ratusan komunitas dalam sebuah kolaborasi yang

sinergis.

INFOGRAFI Apa arti guru belajar? Simak

infografi Guru Belajar ini

VIDEO Inilah kisah murid baik budi.

Mengapa bisa terjadi?

Budi Pekerti Jadi KemudiPendidikan seharusnya menumbuhkan kesadaran untuk menjadikan budi pekerti sebagai kemudi dalam mengarungi kehidupan.

Lebih dari sepuluh tahun terakhir, budi pekerti seolah menjadi anak hilang, tersingkir oleh target-target akademis yang begitu ditekankan. Kebanggaan didapatkan dari nilai UN yang tinggi seolah mengabaikan pentingnya budi pekerti dalam pendidikan kita.

Padahal, anak-anak kita akan menghadapi berbagai tantangan kehidupan. Ada banyak dilema yang akan mereka hadapi. Benar atau salah. Baik atau buruk. Dilema yang tak bisa diatasi dengan nilai atau ijazah ini, hanya bisa diatasi budi pekerti yang dimiliki anak-anak kita. Karena budi pekerti adalah kemampuan memilih dan bertindak berdasarkan kesadaran penuh, bukan karena ikut-ikutan atau pengaruh orang lain. Budi pekerti jadi kemudi bagi anak untuk mengarungi kehidupan.

Surat Kabar Guru Belajar Edisi Keempat menghadirkan praktik cerdas yang dilakukan para guru dalam menumbuhkan budi pekerti. Ada beragam strategi dan cara yang bisa didiskusikan dan menjadi inspirasi untuk dipraktikkan rekan guru di daerah lain. Selain itu, ada sisipan rubrik video yang menampilkan siswa-siswa yang berbudi sebagai salah satu contoh nyata.

Pada edisi kali ini, Kami memperkenalkan rubrik baru yaitu Debat Publik Pendidikan. Istilah debat sempat mendapat sanggahan karena dikhawatirkan menimbulkan perdebatan yang tak berujung. Tapi pemilihan istilah debat memang diniatkan membangun tradisi untuk menghargai keragaman cara pandang, strategi, opini dan cara yang terkait pendidikan. Keragaman tersebut ditampilkan agar kita semua bisa mengakui, menerima dan menghargai perbedaan.

Terakhir, ada penambahan klausul di edisi ini yaitu tulisan yang diterbitkan tidak selalu mewakili pandangan redaksi. Tulisan yang diterbitkan adalah tulisan yang kami nilai mewakili keragaman dan bisa menjadi sumber belajar bagi kita semua.

[email protected] Facebook: KampusGuruCikal Twitter: @KampusGuruCikal

Page 2: Surat Kabar Guru Belajar 4 - kampusgurucikal.com · SURAT KABAR Guru Belajar | 3 Guru Berani Belajar, Guru Siap Mengajar Kebutuhan Alami Belajar bukan untuk mendapatkan insentif atau

SURAT KABAR Guru Belajar | 2

Guru Belajar 25 Juni 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

Tradisi mudik sejak awal sudah menjadi titik tolak bagi komunitas guru belajar saat memilih nama Temu Pendidik yang disingkat Mudik. Temu Pendidik yang menjadi forum guru bercerita praktik cerdas pengajaran dan pendidikan ini telah diadakan secara mandiri di berbagai daerah. Puncaknya, Temu Pendidik Nusantara pada akhir tahun yang tahun ini akan diadakan untuk ketiga kalinya.

Mudik adalah tradisi yang menjadi bagian dari budaya Indonesia sejak dulu, dan sebetulnya bisa jauh lebih bermakna dari perjalanan pulang ke udik (kampung). Saat kita mengamati dan merencanakan mudik, percakapan tentang perjalanan yang menyenangkan - aman dan nyaman - hampir semuanya berfokus pada aspek transportasi dan mobilitas manusia dari dan menuju kota. Padahal, salah satu aspek penting yang seringkali luput adalah apa yang (mungkin) terjadi selama mudik.

Mudik ke kampung halaman, bisa menjadi sumber inspirasi, refleksi dan aksi. Sama dengan

manfaat kegiatan temu pendidik, namun di periode

istimewa ini melibatkan belasan juta orang pada periode hari yang fitri. Momentum untuk kembali kepada fitrah menjadi sangat penting, karena sebetulnya kebutuhan untuk saling belajar - sama mendasarnya dengan kebutuhan untuk berinteraksi. Disadari atau tidak, pengalaman selama mudik adalah pengalaman belajar dan mengajar yang luar biasa. Jutaan orang mendapat kesempatan menjadi teladan bagi anak dan handai taulan, jutaan orang menularkan rasa ingin tahu melalui pertukaran praktik cerdas yang telah dilakukan setahun penuh. Mudik bukan hanya sumber perputaran ekonomi tapi juga sumber pertukaran informasi dan ide.

Pulang ke kampung halaman, semua perantau jadi guru. Namun tidak banyak yang menggunakannya untuk bertandang ke sekolah atau ke para pendidik di masa lampau. Jarang juga yang datang untuk lebih dari sekedar bernostalgia, padahal mereka yang disambangi juga punya banyak potensi dan tradisi

yang bisa menjadi sumber kearifan.

Rekan-rekan guru yang gemar belajar, mari manfaatkan kesempatan ini untuk menularkan semangat berbagi. Mari optimalkan budaya mudik untuk menjadi bagian dari perubahan dan perbaikan yang lebih bermakna bagi diri kita masing-masing, orang lain dan lingkungan di sekitar. Rekan-rekan guru bisa menggunakan Surat Kabar Guru Belajar ini sebagai media untuk berbagi dan berinteraksi.

Hati-hati selama perjalanan mudik, berbaik hati di kampung halaman.

Selamat Hari Raya Idul Fitri, menyambung silaturrahmi dan menghubungkan kebaikan.

Dewan Redaksi

Surat Untuk Guru Belajar

MUDIK

Unduh Surat Kabar Guru

Belajar di

Edisi 1 http://bit.ly/SKGuruBelajar1

Edisi 2 http://bit.ly/SKGuruBelajar2 Edisi 3 http://bit.ly/SKGuruBelajar3

Edisi 4 http://bit.ly/SKGuruBelajar4

Simpan di media

penyimpanan (flash disk) dan

bagikan di kampung halaman.

Page 3: Surat Kabar Guru Belajar 4 - kampusgurucikal.com · SURAT KABAR Guru Belajar | 3 Guru Berani Belajar, Guru Siap Mengajar Kebutuhan Alami Belajar bukan untuk mendapatkan insentif atau

SURAT KABAR Guru Belajar | 3

Guru Berani Belajar,Guru Siap Mengajar 

Kebutuhan AlamiBelajar bukan untuk mendapatkan insentif atau menghindari sanksi, tapi kebutuhan dari dalam diri guru.

KolaborasiBelajar bukan tergantung dari ahli, tapi melalui kolaborasi antar guru berbagai praktik cerdas dalam konteks utuh

KonteksPenentuan materi belajar bukan diseragamkan dari pusat, tapi sesuai konteks dan tujuan guru.

KemerdekaanBelajar bukan proses yang langsung jadi, tapi butuh kemerdekaan guru menentukan sasaran dan waktu

KarierBelajar bukan hanya untuk kepentingan jangka pendek, tapi juga untuk membangun karier guru

KomunitasBelajar tidak bisa sendiri, tapi butuh dukungan komunitas guru dan sekolah yang menghargai otonomi guru

Bila pendidikan dipahami sebatas capaian akademis, sebenarnya peran guru tidak lebih besar dibandingkan faktor lain. Tetapi peran guru menjadi sangat signifikan bila kita melihat pendidikan dalam konteks yang utuh. Peran guru tidak tergantikan dalam mengembangkan kegemaran belajar, menumbuhkan budi pekerti dan mengasah kemampuan berpikir pelajarnya. Karena itu penting menjadikan inisiatif peningkatan kualitas guru sebagai upaya percepatan mutu pendidikan. Berdasarkan berbagai kajian, peningkatan kualitas guru akan efektif bila guru belajar berpijak pada prinsip berikut ini.

Inspirasi di Temu Pendidik Komunitas

Guru Belajar

Belajar Metode & Konten Pengajaran

di Kelas Pelatihan

Publikasi Praktik Cerdas di Buku,

Jurnal & Surat Kabar Guru Belajar

AplikasiHasil Belajar

di Ruang Kelas

Penerapan Enam Prinsip pada Lingkar Guru Belajar ini TERBUKTI menumbuhkan semangat guru untuk berani belajar sehingga guru jadi lebih siap mengajar

Lingkar Guru Belajar

Enam Prinsip Guru Belajar

Guru Belajar 25 Juni 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

Page 4: Surat Kabar Guru Belajar 4 - kampusgurucikal.com · SURAT KABAR Guru Belajar | 3 Guru Berani Belajar, Guru Siap Mengajar Kebutuhan Alami Belajar bukan untuk mendapatkan insentif atau

SURAT KABAR Guru Belajar | 4

Belajar bertanggung jawab sebaiknya dimulai sejak kecil. Di kelas saya yang berisi anak usia 7-8 tahun, belajar bertanggung jawab dilakukan dalam kegiatan sehari-hari dan juga dimasukkan dalam tema pembelajaran. Cara belajarnya mengalir sekali, anak-anak tidak merasa tanggung jawab sebagai beban belajar, namun lebih sebagai proses pertumbuhan untuk menjadi “anak yang layak dianggap sudah besar”.

Di sekolah kami, pembelajaran dilakukan secara tematik, dengan 6 tema dalam satu tahun. Karena tahun sudah berakhir, kali ini saya bisa menggambarkan bentuk pembelajaran tanggung jawab dalam setiap tema kami.

Dalam tema pertama, kami belajar tentang tanggung jawab anak sebagai bagian dari komunitasnya. Komunitas yang dipelajari ini adalah komunitas di mana anak berada sehari-harinya. Berawal dari komunitas keluarga, komunitas teman dalam kelas, komunitas sekolah, komunitas tetangga, sampai komunitas kota secara luas.

Kegiatan dalam komunitas ini sebetulnya dalam prakteknya susah dipisahkan, antara bagian dari tema pembelajaran atau kegiatan sehari-hari, yaitu saat menguraikan tanggung jawab apa yang sebaiknya sudah bisa atau seharusnya bisa

dilakukan anak-anak di kelas 2. Sebagai ”anak baru” di kelas yang lebih tinggi, mereka akan sangat bangga dengan identitasnya. Jadi anak membuat daftar hal-hal yang bisa dilakukan, menyenangkan, membanggakan, sekaligus mendebarkan. Karena sebetulnya ada saja kan yang belum bisa mereka lakukan, tapi mereka sangat ingin dianggap bisa melakukannya.

Di sini peran lingkungan sosial memotivasi anak untuk bisa menguasai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya itu. Misalnya saja memimpin kelompok kelas. Selain memimpin barisan, seorang pemimpin kelas harus menahan diri untuk keluar dari barisan dan menunjukkan sikap tegas pada teman-temannya. Pada beberapa anak yang sangat pemalu, tugas ini termasuk sangat menantang.

Sementara tema kedua, kami belajar tentang cara berinteraksi dengan makhluk hidup lain, utamanya hewan. Dalam tema ini bentuk tanggung jawab yang dipelajari lebih abstrak, karena anak-anak saya tidak berinteraksi secara langsung dengan hewan-hewan yang mereka pilih untuk pelajari. Misalnya saja, tanggung jawab menjaga hutan agar populasi elang dapat terlindungi, tidak bisa secara langsung mereka lakukan sekalipun sekolah kami dekat dengan hutan. Namun, mereka

bisa melakukan kampanye untuk disampaikan pada pihak-pihak yang bisa melanjutkan aksi yang mereka sarankan.

Tema ketiga kami berbicara tentang mempelajari masa lalu. Dalam prakteknya, kami belajar tentang menjaga dokumen penting dan benda bersejarah. Sepanjang tema ini, bentuk tanggung jawab yang dipelajari adalah dengan mendukung orang tua menjaga dokumen-dokumen keluarga. Namun setelah tema ini, kami libur akhir semester sepanjang sebulan penuh. Sebagian anak beruntung untuk berkunjung ke museum atau tempat bersejarah di kota lain. Sepulangnya mereka kembali ke sekolah, mereka menunjukkan bagaimana menjadi pengunjung yang bertanggung jawab. Misalnya hanya mengabadikan dan tidak mencoret-coret tempat yang dikunjungi.

Pada semester 2, kami mengawali dengan belajar tentang gaya hidup sehat secara fisik maupun secara sosial. Dalam kesempatan ini anak lagi-lagi diajak untuk melakukan tanggung jawab nyata terhadap kesehatan dirinya sendiri. Daftar kegiatan yang mereka tuliskan sederhana namun nyata. Misalnya lebih banyak makan sayur, sikat gigi, berolahraga, maupun menggunakan pengaman saat melakukan kegiatan seperti bersepeda. Lebih lanjutnya,

Guru Belajar 25 Juni 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

Belajar Tanggung JawabSeseorang dianggap dewasa ketika ia bisa bertanggung jawab atas dirinya dan pilihan-pilihannya. Proses belajar untuk menjadi dewasa tentunya tidak bisa langsung jadi. Perlu waktu dan banyak sekali latihan serta refleksi diri.

Page 5: Surat Kabar Guru Belajar 4 - kampusgurucikal.com · SURAT KABAR Guru Belajar | 3 Guru Berani Belajar, Guru Siap Mengajar Kebutuhan Alami Belajar bukan untuk mendapatkan insentif atau

SURAT KABAR Guru Belajar | 5

Guru Belajar 25 Juni 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

Page 6: Surat Kabar Guru Belajar 4 - kampusgurucikal.com · SURAT KABAR Guru Belajar | 3 Guru Berani Belajar, Guru Siap Mengajar Kebutuhan Alami Belajar bukan untuk mendapatkan insentif atau

SURAT KABAR Guru Belajar | 6

anak-anak mengajak orang lain untuk bergaya hidup sehat melalui kampanye sederhana. Ada yang berbicara mengenai larangan merokok, mengajak berolahraga, bermain dengan adil, sampai dengan mengajak menanam pohon yang menghasilkan oksigen untuk badan yang sehat.

Tema ke-5 kami belajar tentang keharmonisan hidup di masyarakat. Secara umum, anak-anak belajar tentang perilaku mereka dan orang lain yang saling mempengaruhi. Dari sini, mereka diharapkan bisa berbuat baik pada temannya agar temannya pun berbuat baik pada mereka. Mengatur perilaku mereka adalah sebuah tanggung jawab cukup besar untuk dilakukan. Karena pada usia ini, mereka sedang menunjukkan egosentrisme pada level yang berbeda. Buat mereka, yang paling penting adalah diri mereka sendiri. Sehingga, menunjukkan sikap menghargai teman, mau mendengar pendapat teman tanpa melawannya, dan mau mengerti keadaan teman menjadi hal besar yang mereka pelajari.

Tema terakhir kami adalah tentang budaya dan kebiasaan dalam keluarga. Kelas saya terdiri dari anak dan keluarga dari bermacam suku di Indonesia. Percampuran budaya tidak terelakkan. Tanggung jawab yang terlihat dalam tema ini juga tergolong abstrak. Dalam refleksi pekerjaan mereka, tampak bahwa mereka merasa perlu belajar lebih banyak mengenai budayanya. Ini secara tidak langsung adalah suatu bentuk tanggung jawab pelestarian

budaya, namun kami memang tidak cukup kuat membahasnya karena konsep pelestarian budaya cukup abstrak buat anak-anak. Kegiatan nyata yang mereka rasakan misalnya dengan bangga menggunakan pakaian daerahnya, mau mempelajari bahasa daerahnya, dan berani bertanya mengenai kebiasaan-kebiasaan yang khas dalam budaya masing-masing.

Di luar pembelajaran tematik, tanggung jawab dipelajari sebagai kejadian sehari-hari yang dicatat dan direfleksi oleh anak di bawah bimbingan saya. Tapi, sebetulnya keterlibatan saya paling besar adalah pada awal-awal terbentuknya kelas. Saya memulai dengan membuat anak bercerita tentang apa yang bisa dan tidak bisa dilakukan di rumah dan di sekolah. Anak menuliskannya secara bebas. Ada yang berbentuk cerita, ada juga yang berbentuk daftar.

Kami juga membicarakan apa itu tanggung jawab. Sepanjang pengertian mereka, tanggung jawab biasanya diartikan menjadi sesuatu yang harus mereka lakukan. Tapi sebetulnya, mereka merasa harus berusaha untuk bisa melakukan setiap yang mereka sebutkan sebagai tanggung jawab tersebut.

Dalam daftar tanggung jawab mereka ada hal yang bisa dan sudah biasa dilakukan, ada juga yang masih perlu bantuan orang lain. Daftar ini kemudian saya letakkan dalam display kelas. Anak-anak bisa melihat komitmen tanggung jawab yang mereka buat setiap saat.

Terutama saat mengingatkan beberapa poin yang perlu dibahas.

Menjelang akhir tahun, kami membuka lagi lembar komitmen mereka, dan meminta mereka melakukan refleksi terhadap apapun yang mereka tuliskan. Beberapa dari mereka mengaku ada beberapa hal yang ternyata masih perlu diingatkan. Namun sebagian besar mereka mengaku sudah bisa melakukan tanggung jawabnya dengan baik.

Dalam gambar yang terlampir, kita bisa melihat apa saja hal yang mereka janjikan untuk dilakukan. Kelihatannya memang mudah, biasanya kita sebagai guru atau orang tua cenderung “menyuruh” anak-anak kita melakukan tanggung jawab seperti mengerjakan PR atau merapikan pekerjaannya sendiri. Namun seperti yang saya alami dengan anak-anak saya, sikap tanggung jawab mereka muncul ketika niat berasal dari mereka sendiri.

Menumbuhkan tanggung jawab ataupun karakter lainnya tidak perlu diperdebatkan tempat dan waktunya. Apakah masuk dalam pelajaran, ataupun tersebar di setiap kegiatan di sekolah. Jika memang ingin merasuk, lakukan di manapun dan kapanpun. Karena tanggung jawab toh tidak melihat tempat dan waktu.

Guru Belajar 25 Juni 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

Page 7: Surat Kabar Guru Belajar 4 - kampusgurucikal.com · SURAT KABAR Guru Belajar | 3 Guru Berani Belajar, Guru Siap Mengajar Kebutuhan Alami Belajar bukan untuk mendapatkan insentif atau

SURAT KABAR Guru Belajar | 7

Guru Belajar 25 Juni 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

Page 8: Surat Kabar Guru Belajar 4 - kampusgurucikal.com · SURAT KABAR Guru Belajar | 3 Guru Berani Belajar, Guru Siap Mengajar Kebutuhan Alami Belajar bukan untuk mendapatkan insentif atau

SURAT KABAR Guru Belajar | 8

Guru Belajar

Tidak ingin ketinggalan informasi?

Ingin mendapatkan Surat Kabar Guru Belajar langsung di kotak masuk email Anda?

Daftarkan email anda di KampusGuruCikal.com

25 Juni 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

Lany RhGuru SD Yayasan Pendidikan Jayawijaya, Kuala Kencana.

Penggerak KomunitasGuru Belajar Timika.

Page 9: Surat Kabar Guru Belajar 4 - kampusgurucikal.com · SURAT KABAR Guru Belajar | 3 Guru Berani Belajar, Guru Siap Mengajar Kebutuhan Alami Belajar bukan untuk mendapatkan insentif atau

SURAT KABAR Guru Belajar | 9

Pemandangan yang kurang sedap, ketika siswa keluar berhamburan berlari dan membeli pangan di luar sekolah. Mereka memilih makanan luar yang belum tentu sehat dan bergizi. Begitu nikmatnya makanan luar, walaupun bercampur debu kendaraan lewat atau lalat dekat tumpukan sampah. Saat ini memang tidak dirasakan secara langsung dampaknya. Pembaca mungkin melihat hal itu yang biasa-biasa saja. Padahal, sesungguhnya makanan adalah investasi kesehatan pada masa yang akan datang.

Saya sering menegur siswa, “Kebiasaan membeli dan makan makanan di luar merupakan krisis identitas, Nak!”. Dengan tanpa dosa, anak tersebut terus menikmati makanan tersebut. Siswa lain memberi alasan bahwa di kantin sekolah tidak ada menjual makanan yang menarik seperti ini. Di dalam kelas saya sering bercerita, bahwa orang tua kita dahulu mengajarkan agar berdoa sebelum makan, duduk sopan makan makanan buatan orang tua. Wah, ternyata kebiasaan buruk ini, menjadi lebih dalam yakni menyangkut masalah hati nurani yang mencerminkan adanya krisis karakter, kemudian menyentuh krisis yang berkaitan dengan jati diri bangsa.

Di sisi lain, para pedagang berupaya agar dagangannya laris sehingga mereka melanggar tata nilai yang semula berorientasi masalah idealis kejujuran, harga diri, dan rasa cinta tanah air, kini berubah mengarah pada orientasi uang, materi, dan pemahaman yang salah tentang kearifan. Saya juga sering, berdialog dengan

para pedagang agar mereka menjaga kesehatan etika makanan yang dijual.

Bukankah ini, pembiasaan yang terabaikan luput dari perhatian para pendidik? Tata krama leluhur yang memanfaatkan pekarangan dengan tanaman lokal semakin jauh dari kenyataan. Pembangunan dan kemajuan teknologi mengalahkan kegemaran makan pangan lokal sebagai identitas bangsa. Tata krama kepatutan yang kita junjung nyaris terlupakan.

Ada banyak alasan saya mempraktikkan topik “Menumbuhkan kesadaran memilih pangan lokal” di sekolah. Ternyata, potret membangun karakter budi pekerti yang terabaikan, dimulai dari usia dini yakni di lingkungan keluarga.” Para orang tua, yang beruntung memiliki uang, dengan mudah menyediakan makanan yang modern siap saji. Jarang mereka mengenalkan makanan khas daerah yang turun

temurun sudah ada. Tetapi orang tua yang kesulitan ekonomi, tentu berbeda. Mereka harus bekerja seharian di luar maka memilih makanan tidak dapat terkontrol. Anak-anak tumbuh di lingkungan yang kurang memperhatikan kesehatan makanan dan budi pekerti sopan santun kearifan lokal.

Para pembaca mungkin setuju, apabila pembentukan karakter yang keliru berlanjut terus-menerus, menjadi kebiasaan antipati lingkungan dan tidak peduli masa depan? Menurut saya, akar permasalahan adalah faktor manusianya. Yah, kita! Saya, teman guru lain di sekolah dan para orang tua siswa! Saya mengajak mereka bersama-sama menumbuhkan budi pekerti.

Guru BelajarMemilih Pangan LokalMakanan bukan sekedar membuat kenyang, tapi juga bisa membuat tubuh sehat dan proses belajar yang efektif. Bagaimana menumbuhkan kesadaran para siswa untuk memilih pangan lokal yang sehat dan bergizi?

25 Juni 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

Page 10: Surat Kabar Guru Belajar 4 - kampusgurucikal.com · SURAT KABAR Guru Belajar | 3 Guru Berani Belajar, Guru Siap Mengajar Kebutuhan Alami Belajar bukan untuk mendapatkan insentif atau

SURAT KABAR Guru Belajar | 10

Tindakan berikutnya, saya bersama siswa kelas IV membiasakan menanam tanaman pangan di pot atau halaman sempit di pekarangan sekolah dan rumah. Saya, sedikit berkorban membeli bibit tanaman sayuran, buah, bumbu-bumbuan atau obat-obatan. Media tanah pupuk, siswa yang menyiapkan. Tentang tempat: bisa di pot, polibek atau botol plastik yang tidak terpakai. Kegiatan ini, kami lakukan sore hari (ekstrakurikuler). Pemeliharaan, siswa lakukan setiap pagi. Bahkan anak sengaja membawa botol air untuk menyiram tanaman (Tujuan pembelajaran: menumbuhkan rasa cinta, peduli dan kesadaran tanaman pangan pada anak)

Selain itu, siswa kami membuat kegiatan “Kantin Jujur Sadar Pangan Lokal”. Makanan yang dijual adalah makanan yang dibuat orang tua siswa secara bergilir dan terjadwal. Pangan lokal tersebut diletakkan di meja yang telah dihitung jumlah dan harga perbiji. Bagi siswa ingin membeli, cukup meletakkan uang dan mengambil sendiri makanan yang tersedia. Jika ada kembalian, mereka ambil sendiri tanpa diawasi guru atau siswa lain. Siang hari setelah selesai jam istirahat kedua, dilakukan penghitungan jumlah pangan yang terjual dan jumlah uang yang terkumpul. Jika jumlah uang sesuai dengan data jumlah sebelumnya maka hari itu siswa mendapat predikat, “Kelas Jujur”, sebaliknya jika ada kekurangan atau hilang maka kelas tersebut menjadap predikat, “ Kelas Tidak Jujur.”

Apabila pangan lokal habis terjual maka kelas mendapat predikat, “Kelas Sadar Pangan Lokal,” sebaliknya jika masih tersisa (tidak laku terjual) maka kelas harus rela mendapat predikat, “Kelas Tidak Sadar Pangan Lokal.” (Tujuan kegiatan ini untuk melibatkan peran serta orang tua siswa menyiapkan pangan lokal sehat bergizi dan menumbuhkan kesadaran/kejujuran pada anak)

Tidak hanya itu, saya bersama guru lain, juga mendesain kegiatan belajar,”Wisata Kebun Pangan,” dan “Wisata Kuliner Pangan Lokal Lombok.” Pada bulan Mei 2016, kami berkunjung ke kebun-kebun yang menanam pangan lokal dekat sekolah. Bersamaan dengan itu, kami juga singgah di tempat wisata kuliner khas Lombok seperti: Taman Suranadi, Taman Lingsar, Taman Narmada dan pasar tradisional dekat sekolah. Siswa melihat langsung berbagai jenis tanaman pangan seperti kebun sayur, kebun ubi,

Guru Belajar 25 Juni 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

Page 11: Surat Kabar Guru Belajar 4 - kampusgurucikal.com · SURAT KABAR Guru Belajar | 3 Guru Berani Belajar, Guru Siap Mengajar Kebutuhan Alami Belajar bukan untuk mendapatkan insentif atau

SURAT KABAR Guru Belajar | 11

kebun buah-buahan, dan berwawancara dengan petani. Pada hari yang sama, perjalanan dilanjutkan mengamati langsung proses pembuatan dan penjualan pangan lokal di daerah wisata. Tidak hanya itu, kami juga sempatkan mengamati langsung proses pembuatan tahu tempe, dodol nangka dan aneka pangan lokal lain. (Tujuan kegiatan ini:

rekreasi dan menumbuhkan naluri wirausaha).

Strategi menumbuhkan kebiasaan tersebut, telah kami sosialisasi bersama guru, kepala sekolah, komite sekolah, orang tua siswa, tokoh masyarakat dan para pedagang yang di luar. Saya katakan kepada mereka bahwa menumbuhkan kesadaran memilih pangan lokal berpedoman pada totalitas psikologis yang mencakup seluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif, psikomotorik) dan fungsi totalitas sosiokultural interaksi dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Selanjutnya, saya jelaskan, “Pengkategorian nilai didasarkan

pada pertimbangan bahwa pada hakekatnya perilaku seseorang yang berkarakter dikelompokkan dalam: (1) olah hati (sikap jujur dan bertanggung jawab); (2) olah pikir (sikap cerdas dan kreatif); (3) olah raga dan kinestetik (sikap bersih dan sehat); dan (4) olah rasa dan karsa (sikap peduli dan suka menolong). Berkaitan dengan Muatan Lokal, maka ruang lingkup

pembelajaran terfokus pada perilaku kesadaran hidup sehat, cerdas kreatif, jujur bertanggung jawab, dan peduli suka menolong”. Muatan Lokal ini, kami integrasikan pada muatan pelajaran SBdP dan PJOK.

Oleh karena itu maka sikap peduli (CARE) sangat dibutuhkan, bukan sekedar mengajarkan pengetahuan pangan yang sehat tetapi lebih dari itu, yakni menanamkan kebiasaan tentang pola hidup mana yang baik sehingga siswa menjadi paham (kognitif) tentang mana yang benar dan salah, kemudian mampu merasakan (afektif) nilai yang baik dan terbiasa melakukannya (psikomotor). Dengan kata lain,

pembelajaran ICARE terfokus karakter, bukan saja aspek “pengetahuan” yang baik (moral knowing), akan tetapi juga “merasakan” dengan baik atau loving good (moral feeling), dan perilaku yang baik (moral action).

Dalam proses pembelajaran, totalitas psikologis dan sosiokultural berperan

meningkatkan sikap, kemampuan dan keterampilan dalam mengatasi masalah-masalah yang berkaitan dengan ketahanan pangan yaitu aspek ketersediaan, distribusi dan sistem konsumsi pangan yang sehat, beragam, bergizi seimbang dan aman. Dengan demikian batasan hasil belajar yang menjadi target kami sesuai dengan kurikulum 2013 (lihat permendikbud No.79/tahun 2014) yakni menetapkan topik kesadaran memilih pangan lokal yang sehat bergizi sebagai muatan lokal dengan rincian kompetensi inti sebagai berikut:

Kompetensi Inti 1 (KI 1) : Mengakui

Guru Belajar 25 Juni 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

Page 12: Surat Kabar Guru Belajar 4 - kampusgurucikal.com · SURAT KABAR Guru Belajar | 3 Guru Berani Belajar, Guru Siap Mengajar Kebutuhan Alami Belajar bukan untuk mendapatkan insentif atau

SURAT KABAR Guru Belajar | 12

Kompetensi Inti 1 (KI 1) : Mengakui dan mensyukuri anugrah Tuhan Yang Maha Esa atas keberagaman pangan lokal yang sehat bergizi dan aman, serta memiliki kemampuan introspeksi (refleksi) yakni meningkatkan kemampuan untuk mengevaluasi diri mengatasi masalah ketahanan pangan;

Kompetensi Inti 2 (KI 2) : Sikap kesadaran, kepedulian dan tanggung jawab ketahanan pangan di lingkungan diri dan keluarga. Sikap artinya mendorong siswa memiliki nilai-nilai sosial, bangga, kepekaan, kepedulian dan karakter terhadap lingkungan serta motivasi untuk berpartisipasi aktif dalam pengamanan dan peningkatan pangan. Istilah kesadaran artinya membuat keputusan siswa secara individu atau kelompok secara sadar dan peka terhadap permasalahan pangan serta dampaknya terhadap masa depan generasi muda sebagai anak bangsa, tanggung jawab artinya mengembangkan rasa tanggung jawab memecahkan masalah ketahanan pangan ditingkat pribadi/rumah tangga masing-masing;

Kompetensi Inti 3 (KI 3) : Memiliki pengetahuan tentang pangan lokal yang sehat bergizi. Pengetahuan artinya membekali siswa tentang pengetahuan ketahanan dan keamanan pangan khusus mengatasi permasalahan pangan;

Kompetensi Inti 4 (KI 4) : Memiliki keterampilan memilih dan menyajikan pangan lokal yang sehat bergizi dan aman di konsumsi. Keterampilan artinya melatih siswa untuk meningkatkan kecakapan

mengelola ketersediaan pangan yang cukup, bermutu, aman, merata dan terjangkau sesuai dengan kemampuan siswa.

Berkaitan cerita pengalaman tersebut, maka saya bertanya pada diri saya sendiri, “Apakah saya bersungguh-sungguh menumbuhkan budi pekerti?” “Apakah saya menyadari bahwa budi pekerti itu perlu dibangun, dibentuk, dibiasakan, ditempa dan dikembangkan dan dimantapkan?” Jika mengabaikan penumbuhan budi pekerti di rumah atau di sekolah, maka saya termasuk penyumbang krisis multidimensi di tanah air. Sebuah ungkapan bijak mengatakan, “Sepenting-pentingnya tugas, tidak ada yang dapat mengalahkan tanggung jawab untuk membentuk dan mencetak karakter seseorang anak pada usia sedini mungkin.”

Guru Belajar 25 Juni 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

Drs. I Made Ariawan Guru SD Negeri 33 Cakranegara, Kota Mataram

Provinsi Nusa Tenggara Barat Penggerak Komunitas Guru Belajar Kota Mataram

Tentang Surat Kabar IniGuru Belajar adalah surat kabar dua bulanan yang

diterbitkan Komunitas Guru Belajar dengan misi Menularkan Kegemaran Belajar. Apa pentingnya Surat Kabar ini? Ada

banyak #PraktikCerdas yang dilakukan banyak guru tidak

terpublikasikan. Akibatnya, #PraktikCerdas itu tidak dapat dipelajari oleh guru yang lain. Dengan Surat Kabar ini harapannya, para guru bisa berbagi dan saling belajar sebagai sesama praktisi pendidikan.

Tulisan yang diterbitkan di Surat Kabar Guru Belajar tidak

mewakili pandangan redaksi.

Dewan Redaksi: Najelaa Shihab Bukik Setiawan

Editor Tamu:

Lany Rh Indah Nova Ida Manurung

Poppy Yuniarti

GuruBelajar.org Grup Facebook: Komunitas

Guru Belajar

Page 13: Surat Kabar Guru Belajar 4 - kampusgurucikal.com · SURAT KABAR Guru Belajar | 3 Guru Berani Belajar, Guru Siap Mengajar Kebutuhan Alami Belajar bukan untuk mendapatkan insentif atau

SURAT KABAR Guru Belajar | 13

Guru Belajar

DiferensiasiMemahami Pelajar untuk Belajar Bermakna dan Menyenangkan

Penerbit: Literati & Kampus Guru Cikal

Penulis: Najelaa Shihab & Komunitas Guru Belajar

Editor: Bukik Setiawan dan Siti Nur Andini

ISBN: 978-602-8740-52-4

Tebal: VI + 252 halaman

Dimensi: 14 x 21 cm

Anda seorang guru? Anda kebingungan mendesain pembelajaran

yang bermakna dan menyenangkan? Anda belum tahu merancang pembelajaran

untuk beragam anak di kelas anda? Atau, anda ingin memperkaya strategi mengajar anda agar lebih berdampak positif pada pelajar

anda?

Buku Diferensiasi ini adalah buku yang tepat untuk menjawab kebutuhan anda.

Bagian pertama buku ini membahas mengenai konsep diferensiasi sebagai cara pandang dalam merancang pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna. Setelah itu dibahas keterkaitan diferensiasi dengan berbagai konsep penting pembelajaran seperti peran guru, disiplin positif, keragaman anak, teori belajar, pembelajaran inkuiri dan rencana pelaksanaan pembelajaran.

Tidak hanya berhenti di konsep, buku ini pun menyajikan pengalaman para guru dalam

menerapkan diferensiasi di kelas mereka. Guru yang berbagi pengalaman pun beragam, ada guru TK, SD dan SMP; ada guru Matematika, IPA, Seni hingga guru Agama. Dengan menceritakan beragam pengalaman guru, buku ini membantu anda untuk lebih mengenal dan memahami diferensiasi untuk merancang pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan bagi pelajar anda.

Bagian paling akhir buku menceritakan pengakuan orangtua mengenai dampak positif diferensiasi terhadap anaknya dan pengakuan para pelajar dalam mengikuti pembelajaran menggunakan pendekatan diferensiasi. Karena apapun, pilihan pendekatan dan metode pengajaran harus berdampak pada pelajar sebagai subyek pendidikan.

Untuk sementara, buku belum tersedia di toko buku. Bila ingin mendapatkannya, anda bisa membeli di TokoBuku.com melalui tautan ini

http://bit.ly/BukuDiferensiasi

25 Juni 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

Page 14: Surat Kabar Guru Belajar 4 - kampusgurucikal.com · SURAT KABAR Guru Belajar | 3 Guru Berani Belajar, Guru Siap Mengajar Kebutuhan Alami Belajar bukan untuk mendapatkan insentif atau

SURAT KABAR Guru Belajar | 14

Menumbuhkan Rasa Percaya DiriPernah menemui siswa yang tidak percaya diri tampil di depan kelas? Sampai kalau maju ke depan bisa jatuh pingsan? Kalau pernah, mungkin Anda bisa belajar dari Guru Rizqy

Setiap murid itu unik, mereka memiliki kemampuan berbeda-beda. Selama saya mengajar di SMA 1 Sragi Kabupaten Pekalongan saya menemui beberapa tipe siswa, siswa yang berani menyampaikan pendapat walau sebenarnya tidak tahu, siswa yang tahu namun malu mengungkapkan pendapatnya, dan siswa yang tidak tahu sekaligus pemalu. Tipe siswa terakhir adalah tipe siswa yang sulit.

Di awal-awal saya mengajar saya selalu memberikan perlakuan yang berbeda kepada siswa pemalu tersebut. Saya spesialkan dia, saya bebaskan dia dari presentasi di depan kelas. Namun ternyata yang saya lakukan salah. Siswa pemalu tak perlu dibedakan, mereka perlu diakui, seperti cerita saya berikut.

“Bagus sekali Refani, pembacaan puisi yang penuh penghayatan.”

Refani, duduk dengan senyum yang mengembang diiringi tepuk tangan teman-teman sekelasnya.

“Berikutnya sesuai urutan, Zelin ayo baca puisi yang ada di buku paket.”

Zelin, siswa berperawakan tinggi berkulit hitam manis ini tak berani menatapku. Pandangannya terus ke arah lantai, entah apa yang dilihatnya.

“Zelin, ayo maju!” perintahku diikuti sorak-sorai teman-temannya.

“Zelin maju, Zelin maju, Zelin maju” sorak-sorai semakin menjadi, semakin tak berminat pula Zelin untuk maju. Pandangannya terus ke bawah. Lalu saya hampiri dirinya.

“Zelin ayo maju, tidak ada yang perlu kamu khawatirkan” sambil kutepuk pundaknya.

Wajahnya mulai terlihat sekarang, kakinya melangkah menuju depan. Tangannya dengan gemetar memegang buku paket Bahasa Indonesia kelas X. Semua terdiam, melihat Zelin maju ke depan.

“Bruuuk....”

Zelin terjatuh dan tanpa sadarkan diri. Langsung saya lari ke arahnya, disusul oleh beberapa teman-temannya. Zelin pingsan. Buku Bahasa Indonesia tergeletak di samping tubuhnya. Ia tak jadi membaca puisi.

***

Ternyata tidak hanya di pembelajaran Bahasa Indonesia. Setelah saya tanya kepada beberapa guru Zelin pun sering pingsan ketika diminta maju ke depan kelas.

Zelin adalah tipe siswa pemalu, siswa yang duduk di pojok depan kelas, memperhatikan guru yang mengajar. Dan akan menunduk jika guru tersebut memandang ke arahnya. Zelin adalah siswa yang selalu menjadi bahan olok-olokan teman-temanya. Di kantor guru pun

Zelin pernah menjadi bahan pembicaraan.

“Zelin itu gimana sih, nilainya jauh di bawah teman lain” kata seorang guru.

“Bodoh banget, gini aja nggak bisa”.

Mendengar apa yang dikatakan bapak-ibu guru mengenai Zelin, membuat saya merasa kasihan dengan Zelin. Guru yang harusnya menjadi sosok yang bisa membuatnya percaya diri, dan memiliki keyakinan pun sama dengan yang lain. Memandangnya sebelah mata.

Dia sendirian.

Dia tidak boleh seperti Ihsan Awasti, seorang tokoh di film Tarre Zame Pyar yang merasa terpojok karena guru, keluarga, serta temannya tak mempercayainya, tak menganggapnya.. Dia butuh orang yang membuatnya percaya bahwa ia bisa, bahwa ia sama dengan yang lain.

***

Banyak siswa-siswa seperti Zelin, siswa pemalu yang tidak berani maju ke depan, yang menjadi bahan olok-olokan teman hingga guru pun tak mempercayainya lagi. Di tahun ini saya menemukan siswa serupa dengan Zelin, namanya Dyah Ristami. Dia pun duduk di pojok depan, tak mau maju jika diminta maju ke depan kelas, dan mendapat

Guru Belajar 25 Juni 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

Page 15: Surat Kabar Guru Belajar 4 - kampusgurucikal.com · SURAT KABAR Guru Belajar | 3 Guru Berani Belajar, Guru Siap Mengajar Kebutuhan Alami Belajar bukan untuk mendapatkan insentif atau

SURAT KABAR Guru Belajar | 15

nilai yang kurang maksimal di beberapa mata pelajaran. Akhirnya guru atau teman-temanya memperlakukanya berbeda dengan yang lain.

Setiap ada presentasi kelompok di depan kelas, Zelin atau Dyah Ristami tak diberi tempat untuk berbicara. Mereka menjadi anggota kelompok pasif, yang ditorelir jika tidak ikut kerja kelompok. Guru-guru pun sama, mereka tak diberi tempat lagi untuk berekspresi karena sang guru tahu kalau menyuruh mereka maju akan membutuhkan waktu yang sangat lama. Untuk itu lebih baik dilewati dan memilih siswa lain. Yang penting mereka datang, diam, mendengarkan penjelasan guru dan tentunya mengerjakan tugas.

Semakin lama jika itu dibiarkan membuat mereka tak akan berubah, dan malah akan membuatnya semakin meyakini bahwa mereka tidaklah bisa. Harusnya teman, ataupun guru mampu membangkitkan kepercayaan diri mereka dengan tidak membuat mereka seakan berbeda.

Saya memulai dengan membuat mereka nyaman. Saya tak akan memperlakukan mereka dengan berbeda. Di setiap pembelajaran

Bahasa Indonesia yang saya ampu, jika ada kompetensi dasar yang mengharuskan siswa tampil di depan kelas, seperti membaca puisi, membaca naskah berita, presentasi hasil karya ilmiah dengan tidak membedakan dengan lainnya, saya meminta Zelin ataupun Dyah Ristami untuk terlibat di dalamnya.

Misalnya waktu Zelin kelas X. Saya meminta siswa menceritakan isi buku yang pernah mereka baca. Tidak semua siswa yang maju, namun di antara siswa yang maju, saya meminta Zelin maju. Walau hasil yang dipresentasikan Zelin jauh dari yang diharapkan, di akhir presentasi saya meminta semua siswa untuk memberi aplouse kepada siswa yang telah maju di depan. Saya pun memberikan evaluasi kepada semua siswa, tak terkecuali Zelin. Zelin saya anggap sama dengan siswa lain.

Sama halnya dengan Dyah Ristami, waktu itu pembelajaran bermain peran. Ada sebuah benda yang saya letakan di tengah lapangan dan semua siswa kelas XI IPS 2 melingkarinya. Saya meminta siswa untuk berimajinasi dengan benda tersebut. Benda tersebut adalah ranting pohon, setiap siswa bebas mengimajinasikannya menjadi apa

saja dengan cara menggunakan gerakan tanpa menyebutkan benda imajinasi mereka, agar siswa lain bisa menebaknya.

Terlihat Saiful memegang benda itu dan tangannya mengayunkan benda itu ke atas lalu tangannya seakan melemparkan benda itu ke depan, dan ia duduk dengan memegang benda itu dengan ekspresi menunggu sesuatu.

“Mancing.. mancing” semua teman-temannya mencoba menebak apa yang dilakukan Saiful.

Satu per satu siswa berimajinasi dengan ranting pohon, kini giliran Dyah Ristami.

“Pak ojo Pak, nek Dyah Ristami kui nggawe suwi” (Pak jangan Pak, kalau Dyah Ristami itu membuat lama),” kata seorang siswa, ditimpali teman-teman lainya.

Namun saya tetap dengan pendirian saya, Dyah Ristami tidak boleh dibedakan. Ia harus tetap maju. Dyah Ristami malu-malu, ia berjalan mengambil ranting pohon di tengah lapangan. Dan ia mulai menggerakkan tangannya. Tangan satunya ia memegang ranting pohon, tangan lain seperti memegang sesuatu. Tangan yang memegang ranting ia gerakkan ke belakang, dan tangan satunya ia letakkan di depan. Ia mengayunkan tangan yang di belakang seakan memukul sesuatu yang ia pegang di tangannya yang di depan.

Semua sontak menjawab.

“Badminton ... raket ...”

Dyah Ristami tampak tertawa mendengar teman-temannya menjawab dengan benar apa yang ia praktikan. Dan saya benar-benar

Guru Belajar 25 Juni 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

Page 16: Surat Kabar Guru Belajar 4 - kampusgurucikal.com · SURAT KABAR Guru Belajar | 3 Guru Berani Belajar, Guru Siap Mengajar Kebutuhan Alami Belajar bukan untuk mendapatkan insentif atau

SURAT KABAR Guru Belajar | 16

melihat Dyah Ristami berbeda dari sebelumnya, langkahnya lebih meyakinkan ketika kembali ke tempat.

Selain itu untuk membuat mereka nyaman saya tak segan bercanda dengan mereka baik di kelas maupun di luar kelas.

“Ciye Zelin, lagi galau ya. Nastain nggak usah dipikirin. Kan ada Naufal” ledekku kepada Zelin. Zelin tersenyum malu-malu.

Saat berangkat ke sekolah pun kadang Zelin yang naik sepeda saya selip naik motor dan kemudian saya ledek.

“Zelin, ayo balapan. Saya duluan ya.”.

Entah kenapa hal-hal kecil semacam ledekan itu membuat mereka mulai berani berekspresi di kelas. Mulai berubah, mulai menampakkan perbaikan di tugas-tugas mereka. Seperti yang dilakukan Zelin ketika di kelas XI

Ketika di kelas XI, saya meminta siswa dalam satu semester membaca buku fiksi dan nonfiksi apa saja dan hasil bacaan mereka ditulis melalui resensi. Di pertengahan semester saya tanya kepada siswa-siswa mengenai tugas tersebut.

“Bagaimana, sudahkah ada yang selesai?”

Beberapa siswa selesai, dari 35 siswa hanya ada 4 siswa yang sudah membuat satu resensi. Salah satu dari keempat siswa tersebut adalah Zelin. Dan menurut saya hasil resensi Zelin belum bisa disebut resensi,

karena hanya mengandung sinopsis cerita, tanpa ulasan. Sedangkan ketiga teman lainnya sudah. Saya beri tahu Zelin kalau resensinya harusnya diberi ulasan buku.

“Keren nih resensimu, ayo perbaiki lagi! Baca lagi ya! Kamu keren”, tambah saya.

Di akhir pembelajaran saya menyampaikan sesuatu kepada kepada siswa di kelas tersebut.

“Kewajiban kalian dalam satu semester hanya satu buku, namun kalau lebih dari itu saya berterima kasih sekali kepada kalian”.

Setelah itu, banyak siswa-siswa yang berhenti di satu buku. Namun Zelin dia yang dianggap teman-temannya kurang, terus membaca. Sampai akhir semester dia berhasil membaca 5 buku, tanpa teman-temannya ketahui. Ia selalu sembunyi-sembunyi menyerahkan hasil resensinya kepada saya.

***

Belum ada seminggu kemarin, Zelin tanpa angin, tanpa hujan, tiba-tiba mengirimiku massage di Facebook.

“Pak, terima kasih sudah mengajari Zelin dari kelas 10-12”

Kalimat itu membuat saya terharu.

Zelin yang sering pingsan di depan kelas, yang dulu sering mendapatkan nilai tak lebih dari lima di semua

mata pelajaran, yang sering menempati peringkat akhir di kelasnya, yang dipandang sebelah mata oleh beberapa guru dan sering diejek oleh teman-temannya. Ia berhasil membuat saya menitikkan air mata.

Dari banyak muridku yang pandai, yang sering mendapat peringkat, Dia yang pertama berucap terima kasih dengan bahasa yang sopan dan lembut.

Guru Belajar 25 Juni 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

Rizqy Rahmat Hani, S.Pd. Guru Bahasa dan Sastra Indonesia SMA 1 Sragi, Pekalongan. Penggerak Komunitas

Guru Belajar Pekalongan

Page 17: Surat Kabar Guru Belajar 4 - kampusgurucikal.com · SURAT KABAR Guru Belajar | 3 Guru Berani Belajar, Guru Siap Mengajar Kebutuhan Alami Belajar bukan untuk mendapatkan insentif atau

SURAT KABAR Guru Belajar | 17

Temu Pendidik Nusantara III 2016Info Sekilas

Sebagai konferensi tahunan berskala nasional, Temu Pendidik Nusantara pada dasarnya ditujukan sebagai wadah bertemu, belajar, dan memperkuat jaringan bagi para pendidik bangsa (guru, pimpinan sekolah, pemerhati pendidikan, orangtua, penggerak pendidikan di daerah). Temu Pendidik Nusantara sekaligus puncak dari Temu Pendidik yang telah digelar secara berkala di berbagai daerah sepanjang tahun.

Jenis Kegiatan

Merdeka Belajar

5

4

2

1 Menumbuhkan Kreativitas: Belajar menyenangkan saja tak cukup memadai

Kearifan lokal: Menggunakan potensi dan tradisi untuk proses belajar

3 6Assessment otentik: Menilai bukan menguji, kompetensi bukan kompetisi

Gemar belajar: Motivasi dan budaya belajar yang tumbuh dan menular

Literasi dan integrasi: Berbagai pendekatan agar belajar menghasilkan aplikasi/praktik.

Kurikulum Efektif: Suara pelajar dan guru dalam memilih materi kurikulum 

28 - 29 Oktober 2016 09.00 - 16.00 WIB

Sekolah Cikal Cilandak Balai Rakyat Pasar Minggu*

SeminarPendidikan

Debat PublikPendidikan

KelasLokakarya

KelasMakalah

Undangan Berpartisipasi

Untuk komunitas/organisasi/individu yang ingin mengajarkan suatu program/metode/teknik pengajaran atau pendidikan pada kalangan pendidik di Kelas Lokakarya

Untuk guru, orangtua atau pendidik yang ingin berbagi praktik cerdas dalam menyelesaikan persoalan pendidikan di Kelas Makalah

@KampusGuruCikal

[email protected]

Kampus Guru Cikal

KampusGuruCikal.com

Hubungi Kami di Peserta

Pembicara Utama

Ribuan orang akan hadir di berbagai kegiatan Temu Pendidik Nusantara yang terdiri dari guru, pimpinan sekolah, pemerhati pendidikan, orangtua, penggerak pendidikan di daerah.

*Dalam konfirmasi

Bedah Buku

BedahFilm

Sub Topik

Ridwan Kamil*Walikota Bandung

Retno Marsudi*Menteri Luar Negeri RI

Page 18: Surat Kabar Guru Belajar 4 - kampusgurucikal.com · SURAT KABAR Guru Belajar | 3 Guru Berani Belajar, Guru Siap Mengajar Kebutuhan Alami Belajar bukan untuk mendapatkan insentif atau

SURAT KABAR Guru Belajar | 18

Mantra PilihanAsesmen pada pelajar usia 2 tahun? Jangan-jangan salah baca, 20 tahun ya? Bukan, asesmen pada pelajar usia 2 tahun. Bagaimana cara melakukan asesmennya? Bisakah mereka duduk tenang mengerjakan soal asesmennya? Simak saja kisahnya ya

Saat ini memang waktu yang tepat mengadakan refleksi mengajar yang telah berlangsung selama satu tahun. Di akhir semester, bahkan akhir tahun pelajaran menjadi ajang bagi guru untuk menengok apa yang telah dilakukan, dipikirkan, dirasakan selama mengajar di kelas.

Apa yang menimpa saat pertama kali saya mendapatkan tugas mengajar di kelas lima adalah bayangan sebuah kelas yang kaya akan konflik dan perilaku siswa yang sulit dikendalikan. Bagaimana tidak? Pintu kelas bagian tengah dan bawahnya jebol. Bukan karena pintu itu sudah tua, tetapi karena bekas kena pukul penghuni kelas itu.

Saya tidak hanya mendengar cerita dari guru-guru lain, tetapi mengalami secara langsung siswa yang saya ajar itu saling berteriak dan memaki ketika bertengkar di kelas. Yang saya lakukan saat itu justru tidak melakukan apa-apa. Hanya berjaga-jaga apabila antara mereka baku pukul. Karena sudah melibatkan fisik maka, mau tidak mau saya harus turun melerai. Rupanya, sikap saya itu, malah membuat mereka segan.

Saya dan guru-guru yang lain belum menemukan strategi yang tepat menangani perilaku yang kurang

terpuji tersebut. Saya juga mempunyai beban mental jika mereka tidak dapat mengendalikan ucapan dan tindakan yang tidak semestinya ada dalam diri mereka.

Perilaku ini sudah barang tentu perlu segera diarahkan kepada pengendalian diri yang lebih baik

lagi. Sopan santun tehadap sesama tanda bahwa kita menghargai diri sendiri dan orang lain. Itu pula yang bisa membangun iklim kelas yang sehat. Lagi pula sikap sopan santun akan membantu mereka nantinya bergaul pada lingkup yang lebih luas. Saya memang tidak ingin menjadikan mereka sebagai manusia dewasa sebelum waktunya, namun saya hanya ingin mereka memahami bahwa kesantunan itu dibutuhkan dalam pergaulan antar sesama.

Lalu apa yang mesti saya lakukan untuk membantu peserta didik menemukan pemahaman tentang penggunaan bahasa yang sopan kepada temannya? Apakah jika mereka diceramahi akan berubah perilakunya? Dan rupanya cara ini

sudah digunakan oleh hampir semua guru yang bersentuhan dengan kelas itu. Hasilnya, tetap saja perilaku dan kata-kata yang kasar beredar dalam interaksi di kelas.

Bagaimana dengan ancaman? Misalnya, jika mereka berkata kasar atau memaki maka akan diberikan sanksi tertentu, yang tujuannya membuat jera. Strategi ini pun dicoba oleh beberapa guru, ujungnya, mereka bukan mereda malah semakin menjadi-jadi, terutama kalau tidak ada guru.

Karena berbagai alasan itulah maka saya mulai mencoba menggunakan cara "Mantra Pilihan". Mengapa disebut dengan mantra? Karena digunakan mirip seperti pesulap yang akan menyulap sesuatu maka diucapkanlah mantra untuk mengubahnya, semacam kata-kata sakti. Tentu kata-kata ini bukan seperti dukun atau paranormal yang merapal untuk mengutuk peserta didik. Justru mantra ini digunakan

Guru Belajar

Gunakankata-kata yang membangkitkan kepercayaan kepada peserta didik serta mengharapkan yang terbaik dari mereka.

25 Juni 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

Page 19: Surat Kabar Guru Belajar 4 - kampusgurucikal.com · SURAT KABAR Guru Belajar | 3 Guru Berani Belajar, Guru Siap Mengajar Kebutuhan Alami Belajar bukan untuk mendapatkan insentif atau

SURAT KABAR Guru Belajar | 19

agar siswa fokus pada ekspektasi yang diharapkan guru.

Dalam beberapa literatur, mantra digunakan berkali-kali oleh guru, tanpa tergesa-gesa mengharapkan hasilnya muncul segera. Dengan begitu, peserta didik merasakan kepercayaan yang diberikan oleh guru untuk mereka supaya berubah. Rasa percaya inilah yang dapat memberikan energi positif bagi peserta didik, mengenali perilaku atau sikap yang diinginkan guru.

Apa bedanya mantra dengan kalimat yang biasa guru atau peserta didik ucapkan? Mantra yang digunakan merupakan kalimat klarifikasi dan pengarahan. Maksudnya, kalimat yang mengandung pernyataan sebuah perilaku yang dianggap penting. Misalkan, "Pastikan kalian melakukan yang terbaik dalam kerja kelompok", atau "Di kelas ini kita saling berbagi".

Lebih mudahnya, saya sering menggunakan kalimat berikut sebagai pemandu membuat mantra; "Aku ingin kamu melakukan..., bagaimana, ada pertanyaan?", titik-titik diisi dengan perilaku yang dianggap penting bagi guru.

Satu hal lagi yang perlu diperhatikan guru dalam membuat mantra adalah tidak menggunakan kata-kata yang menghakimi. Gunakan kata-kata yang membangkitkan kepercayaan kepada peserta didik serta mengharapkan yang terbaik dari mereka. Dengan mantra pilihan, peserta didik belajar percaya pada dirinya sendiri bahwa dirinya bisa berubah menjadi lebih baik.

Penggunaan mantra ini juga memiliki resiko yang kecil dibandingkan dengan strategi lain. Lalu bagaimana saya menerapkannya di kelas?

Mula-mula, jika ada siswa yang menggunakan kata-kata kasar kepada teman. Saya diam dan menyimak. Nanti setelah saya ada kesempatan berbicara, atau memberikan instruksi maka saya sisipkan mantra itu. Mantranya seperti ini, "Jadi kita hadir di kelas ini untuk saling menghargai kan?". Awalnya peserta didik terdiam. Setelah saya ucapkan beberapa kesempatan, rupanya mereka baru menyadari. Atau dengan menggunakan kalimat lain, "Bukankah, kita berkumpul disini untuk menuntut ilmu dan saling bekerja sama?",

Lambat laun, kata-kata kasar jarang digunakan. Namun jika marah masih bertengkar hebat, kali ini berkurang menggunakan kata makian. Bahkan di semester genap,

hampir saya tidak mendengar kata-kata kasar terdengar. Mungkin ada satu dua yang luput saya dapati. Secara keseluruhan, mantra pilihan terbukti cukup efektif.

Saya senang sekali dengan perubahan perilaku peserta didik. Beberapa guru juga saya minta pendapatnya, menyambut dengan positif apa yang saya lakukan kepada mereka. Peserta didik juga semakin akrab ketika bermain bersama. Kalaupun ada yang berselisih, paling menangis atau adu mulut sesaat setelah itu kembali bermain bersama kembali.

Di akhir tahun seperti ini, terkadang terbayang bagaimana peserta didik kelas lima ini bertingkah polah layaknya anak-anak yang kurang terdidik, namun diakhir kelas saya mendapati keakraban yang timbul karena perkataan yang sopan dan saling menghargai diantara mereka, pun kepada saya. Pembelajaran budi pekerti yang nyata mereka dapati, karena merasa dipercaya untuk bisa berubah.

Bogor, 20 Juni 2016

Eka Wardana Guru PKn dan IPS kelas lima SDIT AL QUDS.

Penggerak Guru Belajar Bogor.

Guru Belajar 25 Juni 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

Page 20: Surat Kabar Guru Belajar 4 - kampusgurucikal.com · SURAT KABAR Guru Belajar | 3 Guru Berani Belajar, Guru Siap Mengajar Kebutuhan Alami Belajar bukan untuk mendapatkan insentif atau

SURAT KABAR Guru Belajar | 20

Guru BelajarMenumbuhkan Kembali

Budi Pekerti Di era yang serba modern ini, para generasi muda mulai bergaya hidup hedonis dan pragmatis. Akhlak remaja pun kian jauh dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Hal ini menyebabkan hilangnya nilai luhur para generasi penerus bangsa Indonesia. Lalu bagaimana cara kita menumbuhkan kembali sikap budi pekerti bagi generasi muda? Penumbuhan budi pekerti di sekolah bisa dipupuk dengan berbagai kegiatan yang bermanfaat dan menyenangkan.

Saya adalah salah satu staf pengajar di Madrasah Ibtidaiyah Al Huda (MI AL HUDA). Sekolah kami terletak di pusat kota Malang, dan berada di tengah-tengah perumahan. Para siswa-siswi kami pun banyak yang berdomisili di daerah perumahan sekitar. Mereka adalah para siswa-siswi yang cerdas dan penuh talenta. Namun sayang, satu hal yang belum mereka pelajari, yaitu cara bagaimana mereka memperlakukan orang lain serta peduli terhadap keadaan orang lain.

Mereka lebih suka hidup berkelompok dengan siswa tertentu, menyibukkan diri dengan gadget dan tak jarang mereka membully siswa yang dianggap lemah. Sepertinya

rasa empati mereka telah layu atau bahkan telah mati.

Banyak bapak/ibu guru yang mengeluhkan tentang sikap mereka. Bapak/ibu guru takut jika suatu hari mereka menjadi manusia yang individualis serta acuh terhadap lingkungan sekitar. Hingga suatu hari, dalam sebuah forum rapat, kami bersama bapak/ibu guru berdiskusi untuk membahas

permasalahan ini. setelah banyak usulan dari bapak/ibu guru, maka lahirlah sebuah program yang kami sebut sebagai gerakan 5S yaitu : Sedekah Sego Sak bungkus Saben Sabtu.

Harapan kami dengan adanya program ini, akan dapat menumbuhkan kembali jiwa empati para siswa-siswi terhadap orang lain, terutama mereka yang kondisi ekonominya jauh di bawah kita. Setelah di bentuk kepanitiaan untuk

mengawal program ini, maka mulai bulan April 2016 program ini resmi dilaksanakan.

Sedekah on the road Program ini dilaksanakan setiap hari Sabtu sesuai jadwal per kelas. Dan saya bersyukur mendapatkan kesempatan untuk ikut berpartisipasi dalam program ini. Setiap sabtu

terkumpul sejumlah kurang lebih 160 bungkus nasi yang kami bagikan kepada warga sekitar yang membutuhkan. Pukul 07.30 WIB bapak/ibu guru bersama perwakilan siswa menyebar untuk membagikan nasi bungkus ini. Sasaran utama kami adalah tukang becak, sopir, tukang ojek, petugas kebersihan

dan para tuna wisma.

Setiap Sabtu, saya bersama anak dari kelas 5 berkeliling kampung untuk mencari para warga yang layak kita berikan sedekah nasi bungkus. Suatu ketika salah seorang siswa bertanya, “Pak kenapa tiap sabtu kita harus bagi-bagi makanan pada orang-orang”. Saya pun mencoba menjawab pertanyaan mereka dengan sedikit pancingan pertanyaan. “Misalkan kamu

25 Juni 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

Melalui program berbagi nasi, Guru Huda ingin menumbuhkan kembali budi pekerti.

Page 21: Surat Kabar Guru Belajar 4 - kampusgurucikal.com · SURAT KABAR Guru Belajar | 3 Guru Berani Belajar, Guru Siap Mengajar Kebutuhan Alami Belajar bukan untuk mendapatkan insentif atau

SURAT KABAR Guru Belajar | 21

Guru Belajarberangkat ke sekolah jam 5.30 pagi dalam keadaan lapar karena ibumu tidak sempat masak, kemudian tiba-tiba ada orang yang datang padamu dan memberikan nasi bungkus, maka bagaimana perasaanmu?” siswa tersebut tersenyum dan menjawab “Wah saya pasti habiskan makanannya pak”. Saya pun melanjutkan jawaban saya “nah... sama seperti orang yang telah kalian berikan nasi bungkus ini, bisa jadi mereka pun juga tidak sempat makan di rumah karena harus segera berangkat kerja sepagi mungkin, atau ada yang bahkan tidak sempat sarapan pagi karena tidak ada lauk untuk dimakan. Ketika kalian datang pada Pak becak atau Pak tukang sampah itu, pasti mereka akan sangat senang sekali”.

Pesan di balik nasi bungkus Saya sangat senang dengan antusiasme wali murid yang ikut berpartisipasi dengan memberikan nasi bungkus lebih banyak dari yang seharusnya di bawa oleh anak-anak. Dukungan seperti inilah yang juga kami harapkan untuk kesuksesan program ini. Selain itu respon masyarakat terhadap program ini sungguh luar biasa. Setiap sabtu mereka menantikan kami untuk mendapatkan jatah nasi bungkus. Anak-anak pun senang dengan kegiatan ini apalagi jika dilaksanakan beramai-ramai.

Mungkin bagi sebagian masyarakat, nasi bungkus hanyalah makanan

yang murah, namun hal itu akan bernilai sangat tinggi ketika kita mampu mengemasnya dalam sebuah program yang sangat bermanfaat bagi siswa kita di sekolah, yang dapat menumbuhkan semangat berbagi terhadap sesama. Karena dengan berbagi hidup ini akan lebih indah dan bermanfaat.

Meskipun program ini masih berumur 2 bulan, tapi sudah memberikan dampak yang luar biasa bagi anak-anak. Dengan terjun langsung ke lokasi, mereka mendapatkan pelajaran yang sangat berharga. Ternyata masih banyak masyarakat sekitar mereka yang masih membutuhkan bantuan. Selama ini mereka hidup dengan serba kecukupan, sehingga mereka lupa di luar sana banyak teman sebaya mereka yang hidup kekurangan.

Program ini telah menumbuhkan kembali sikap empati yang sebelumnya telah layu. Saya berharap program ini akan terus berlangsung di tahun ajaran

mendatang. Inilah langkah awal untuk menumbuhkan budi pekerti siswa-siswi MI AL HUDA, sesuai semboyan kami : MI AL HUDA : SIAP BERPRESTASI, JUNJUNG TINGGI BUDI PEKERTI.

Dengan program yang kreatif dan menyenangkan, maka nilai-nilai luhur bangsa dapat ditumbuhkan dengan mudah. Dengan kegiatan yang bersifat praktis, para siswa dapat belajar sekaligus mempraktikkan perilaku berbudi pekerti di masyarakat.

Semoga tulisan ini dapat bermanfaat dan memberikan inspirasi bagi kawan-kawan sesama guru yang terus berjuang demi kemajuan bangsa Indonesia. Salam : “Be the best and always remember to Allah SWT” (Huda Sensei)

Huda Sensei Guru di MI Al Huda

25 Juni 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

Page 22: Surat Kabar Guru Belajar 4 - kampusgurucikal.com · SURAT KABAR Guru Belajar | 3 Guru Berani Belajar, Guru Siap Mengajar Kebutuhan Alami Belajar bukan untuk mendapatkan insentif atau

SURAT KABAR Guru Belajar | 22

Apa yang terjadi bila kelas tanpa guru? Mungkin anda sudah mengetahuinya. Tapi bila penasaran, anda bisa mencari kata kunci “kelas tanpa guru” di Youtube. Anda akan melihat sendiri kondisi kelas tanpa guru.

Pertanyaannya, mengapa perilaku pelajar berbeda antara di depan dengan di belakang guru? Bila kita renungkan, kemungkinan besar perilaku pelajar kita bukan berasal dari kesadaran diri sendiri. Mereka berperilaku baik karena memenuhi tuntutan guru dan sekolah, karena

ingin menyenangkan guru atau karena takut dihukum.

Karena itulah pentingnya disiplin positif. Sebuah metode menumbuhkan kedisiplinan dari dalam diri pelajar sendiri. Disiplin bukan karena ingin dapat ganjaran atau takut hukuman, tapi karena kesadarannya sendiri.

Anda punya #PraktikCerdas melakukan disiplin positif? Kirimkan ke Surat Kabar Guru Belajar agar bisa dipelajari oleh guru di seluruh Nusantara.

Cara mengirimkan tulisan:

1. Unduh panduan Penulisan #PraktikCerdas di http://bit.ly/MenulisKGB

2. Tuliskan sesuai panduan dan simpan dalam file dengan nama #PraktikCerdas "Nama Penulis"

3. Emailkan file beserta foto diri dan foto aktivitas dengan subyek email #PraktikCerdas "Nama Penulis" ke [email protected] paling lambat kami terima tanggal 20 September 2016

Guru Belajar 10 Desember 2015

Menularkan Kegemaran Belajar

Undangan Menulis Buku

Komunitas Guru BelajarGuru Belajar adalah komunitas pendidik yang diinisiasi oleh Kampus Guru Cikal untuk berdiskusi dan berbagi praktik cerdas pengajaran dan pendidikan melalui Facebook dan Temu Pendidik. Praktik cerdas yang sudah dikurasi akan dipublikasikan di situs GuruBelajar.org, dalam bentuk surat kabar, buku atau media pembelajaran.

Prinsip Nilai Kami1. Mewujudkan pelajar sepanjang hayat. Kami bercita-

cita menumbuhkan pemahaman, pengetahuan, keterampilan dan sikap yang positif agar setiap insan terus mau dan mampu belajar.

2. Memberdayakan semua pelaku dan peran. Kami sadar bahwa perubahan hanya akan terjadi pada mereka yang merdeka, yang berada dalam lingkungan yang mendukung setiap insan untuk menjadi penggerak.

3. Menghargai keragaman. Kami yakin keunikan adalah kekuatan, yang harus didorong dan dimaknai, dihormati dan dirayakan.

4. Berkolaborasi dengan terbuka. Kami sadar bahwa kami bagian kecil dari jaringan perjuangan, yang akan berdampak optimal hanya bila berbagi tanggungjawab dengan semua yang peduli.

5. Mempraktikkan standar terbaik. Kami bekerja keras untuk menjadi teladan dalam setiap aksi, selalu menggunakan ilmu dan bukti dengan sepenuh hati.

Komunitas Guru Belajar mempunyai kegiatan berkala tiap 2 bulan yang disebut Temu Pendidik dan Temu Pendidik Nusantara yang diadakan tiap tahun. Dalam Temu Pendidik, guru berbagi praktik cerdas pengajaran dan pendidikan melalui presentasi bercerita.

Apa kelebihan Temu Pendidik? 1. Singkat

Temu Pendidik berdurasi maksimal 2 jam agar mudah diselenggarakan dan diikuti semua guru.

2. PraktisTemu Pendidik memfasilitasi guru berbagi pengalaman praktis dalam mengatasi tantangan di kelas/sekolah.

3. KonkretTemu Pendidik memfasilitasi guru untuk membicarakan rencana konkret untuk dilakukan di kelasnya.

Tertarik bergabung? Daftarkan email anda di GuruBelajar.org

Bergabung diGrup FB Komunitas Guru Belajar

Unduh buku Komunitas Guru Belajar:http://bit.ly/BukuKGB

Page 23: Surat Kabar Guru Belajar 4 - kampusgurucikal.com · SURAT KABAR Guru Belajar | 3 Guru Berani Belajar, Guru Siap Mengajar Kebutuhan Alami Belajar bukan untuk mendapatkan insentif atau

SURAT KABAR Guru Belajar | 23

Guru BelajarMenghargai Proses, Bukan HasilnyaKapan terakhir anda menulis surat pribadi? Ssst jangan dilupakan, karena ternyata menulis surat pribadi bisa menjadi asesmen otentik. Simak kisah Guru Winda ini

Sekolah kami secara geografis berada di Pulau Marabatuan, sebuah pulau dari 4 pulau berpenghuni manusia dan dari 9 pulau di Kecamatan Pulau Sembilan, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan. Untuk menjangkau sekolah kami, dapat ditempuh melalui jalur laut menggunakan kapal nelayan atau kapal perintis kurang lebih 10-12 jam dari ibu kota kabupaten jika cuaca baik.

Sebagai satu-satunya sekolah menengah atas di gugusan sembilan pulau di kecamatan Pulau Sembilan, yang berdiri sekitar delapan tahun lalu, siswa saya masih sangat awam dalam pengelolaan organisasi. Saya yang mengenal mereka selama 2 tahun terakhir ini melihat potensi yang sangat besar yang mereka miliki. Menggali potensi besar yang kalian miliki adalah tantangan besar bagi saya.

“Bu, kita tidak bikin acara lagikah di Hari Baden-Powell?”, tanya salah seorang siswa. “Iya, bu!!”, seru yang lain. “Tapi, waktu kita tinggal sepekan lagi”, kataku sembari berpikir dan memperhatikan raut muka mereka yang begitu antusias. “Em... kita bisa saja membuat sebuah kegiatan, tapi bisakah kita melakukan secara mandiri karena saat ini dana organisasi kita tidak mendukung”, kataku kemudian.

Seluruh siswa kemudian mulai mencari ide. “Kami akan jualan Bu. Modal awal kami akan kami ambil dari iuran anggota pramuka”, kata salah seorang siswi. “Bagus juga, kalian akan jualan apa?” tanyaku. “Kami akan jualan pentol ikan Bu. Kami akan buat sendiri. Dan untuk mengaktifkan semua anggota pramuka kami akan berikan jadwal jualan untuk masing-masing sangga. Kami akan belajar berwirausaha dan berbagi tanggung jawab”, kata yang lain sambil sumringah. Begitulah percakapan kami sesaat sebelum saya keluar kelas saat jam pelajaran Biologi di kelas XI IPA selesai.

Kegiatan kepramukaan di SMA Negeri 1 Pulau Sembilan terbilang masih sangat muda. Kegiatan ekstrakurikuler yang baru berumur dua tahun dengan kepengurusan berjalan 2 generasi. Meskipun demikian para siswa

sangat bersemangat mengeksplor kemampuan mereka, baik dalam hal kemampuan fisik maupun dalam hal kegiatan keorganisasian. Eksplorasi yang mereka lakukan yaitu bagaimana menyusun kegiatan secara terorganisir dan terencana. Di sore hari mereka berkumpul untuk membicarakan hal-hal yang akan mereka. Jika tahun lalu mereka mengadakan kegiatan hanya untuk sesama anggota ambalan, maka kali ini ambalan Pramuka Siammasei SMA Negeri 1 Pulau Sembilan melebarkan sayap kegiatan dengan melibatkan anak-anak sekolah dasar yang ada di pulau untuk turut serta memperingati Hari Bapak Pramuka, Baden-Powell.

Para pengurus ambalan Pramuka nampak berjibaku membuat perencanaan kegiatan. Ada kelompok yang bertugas untuk membuat proposal kegiatan, membuat skema pertandingan tarik tambang, perlombaan cerdas cermat dan baris berbaris. Masing-masing divisi tersebut membuat perencanaan kegiatan, menentukan peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan dan membuat estimasi anggaran agar diketahui seberapa besar dana yang dibutuhkan.

Ada banyak cerita menarik selama proses persiapan kegiatan. Mulai dari hilangnya sendal jepit akibat pulang larut setelah kerja kelompok membuat proposal kegiatan, maklum yang punya laptop hanya 1-2 orang saja. Ada yang izin pulang kampung, ke pulau sebelah untuk mengambil pisang. Katanya lumayan, bisa tambah-tambah pendapatan. Maklum, untuk pulau yang kami tempati, lahannya kurang subur, jadi keberadaan pohon pisang pun menjadi pemandangan yang langka. Para siswa mulai belajar untuk menanggalkan rasa risih dengan berdagang pentol ikan dan keripik pisang. Mereka menjajakan ke ruang guru dan ke teman-teman sebaya. Ada beberapa kelompok yang membuat sendiri pentol ikannya, sedangkan ada pula kelompok yang berbagi hasil dengan pedagang pentol yang ada di luar sekolah. Kreativitas mereka menjadi meningkat karena menginginkan keberhasilan kegiatan yang mereka rancang.

25 Juni 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

Page 24: Surat Kabar Guru Belajar 4 - kampusgurucikal.com · SURAT KABAR Guru Belajar | 3 Guru Berani Belajar, Guru Siap Mengajar Kebutuhan Alami Belajar bukan untuk mendapatkan insentif atau

SURAT KABAR Guru Belajar | 24

Guru Belajar 25 Juni 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

Kami sebagai pembina Pramuka sebanarnya telah membicarakan mengenai kegiatan yang akan dilaksanakan. Dan pihak sekolah sangat mendukung. Namun, kami tidak serta merta menghentikan kegiatan kewirausahaaan dari para anggota pramuka. Hal ini dimaksudkan agar ada rasa puas tersendiri telah meghasilkan dana dari keringat sendiri yang kemudian digunakan untuk berkegiatan.

Hingga H-2 ternyata setelah dikonfirmasi pada panitia pendaftaran, belum ada 1 pun sekolah yang mendaftarkan siswanya. Para pengurus mulai gusar, mengingat mereka telah mempersiapkan dengan sangat baik seluruh rangkaian acara. Namun mereka saling menguatkan, masih ada besok untuk mengonfirmasi kembali kesiapan dari masing-masing sekolah yang telah dikirimi surat. Namun ternyata yang ditakutkan memang benar terjadi. Tak ada satupun sekolah yang mendaftarkan siswanya.

Page 25: Surat Kabar Guru Belajar 4 - kampusgurucikal.com · SURAT KABAR Guru Belajar | 3 Guru Berani Belajar, Guru Siap Mengajar Kebutuhan Alami Belajar bukan untuk mendapatkan insentif atau

SURAT KABAR Guru Belajar | 25

Guru BelajarAkhirnya, para pengurus ambalan bersepakat, kegiatan tetap dilaksanakan dengan mengubah strategi yaitu peserta lomba kemudian dialihkan dengan tim berdasarkan sangga dan pertandingannya hanya tarik tambang dan baris-berbaris. Karena persiapan materi untuk perlombaan cerdas cermat tidak ada untuk tingkatan sangga, maka kegiatan tersebut ditiadakan.

Pun kegiatan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, namun para anggota dan pengurus Pramuka belajar banyak hal dari pengalaman ini. Mereka belajar mengorganisir sebuah kegiatan, bertanggung jawab, solid dan dapat mengambil keputusan di saat yang tepat.

Sehari setelah kegiatan, kami kemudian berkumpul dan menganalisis penyebab tidak adanya sekolah yang mengikuti kegiatan, yang sebenarnya kegiatan ini pun telah diundur selama seminggu untuk lebih memantapkan persiapan peserta. Dan yang bisa disimpulkan adalah setiap sekolah dasar yang diundang belum siap untuk mengikuti kegiatan yang telah dirancang. Mereka berdalih belum pengalaman mengikuti kegiatan tersebut.

Ya... apapun itu, saya sangat salut kepada para anggota dan pengurus Ambalan Siammasei yang telah mengorbankan moril dan materil untuk kesuksesan sebuah kegiatan.

Salam Pramuka! Kami dari SMA Negeri 1 Pulau Sembilan.

Guru Nur Hikmah

25 Juni 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

Page 26: Surat Kabar Guru Belajar 4 - kampusgurucikal.com · SURAT KABAR Guru Belajar | 3 Guru Berani Belajar, Guru Siap Mengajar Kebutuhan Alami Belajar bukan untuk mendapatkan insentif atau

SURAT KABAR Guru Belajar | 26

Guru BelajarBelajar tentang Perubahan Anak"When I approach a child, he inspires in me two sentiments ― tenderness for what he is and respect for what he may become." ~Louis Pasteur

Dalam satu minggu, saya hanya memiliki waktu sekitar 210 menit atau 3,5 jam pertemuan dengan setiap kelas. Tidak banyak, karena saya guru bidang studi pelajaran Bahasa Inggris dan Budi Pekerti, bukan sebagai wali kelas.

Dengan jumlah siswa yang sangat bervariasi antara kelas 4 hingga kelas 8, saya mencoba berinteraksi dengan setiap anak sebisa mungkin. Hingga sekarang belum semua dapat saya dekati, karena waktu pertemuan yang sangat singkat. Terkadang pada jam makan siang atau pulang sekolah saya suka manfaatkan untuk mengobrol dengan mereka. Untuk mengetahui keseharian mereka agar dapat memahami mereka satu per satu.

Di akhir semester ini, untuk menutup pelajaran Budi Pekerti yang saya ajarkan, saya memberi sebuah lembar pertanyaan atau kuisioner untuk dijawab oleh para orangtua murid. Ya, bukan oleh murid bersangkutan. Sederhana, hanya beberapa pertanyaan singkat untuk mengetahui lebih banyak apakah ada perubahan sikap dan tingkah laku mereka selama enam bulan terakhir ini.

Anak-anak penasaran ketika saya mewanti-wanti mereka untuk tidak membuka lembaran kuisioner yang terhekter. “Bagaimana ibu bisa tahu kalau kami buka?” tanya mereka. “Ibu pasti akan tahu,” jawab saya.

Mereka tidak tahu jika pertanyaan pertama di lembaran itu adalah “Apakah Bapak/Ibu menerima lembaran surat ini dalam keadaan tertutup dan dihekter?” Aha! Poin pertama ini adalah utuk menilai kejujuran mereka.

Dalam kuisioner saya menanyakan hal-hal sederhana seperti apakah anak berinisiatif membantu pekerjaan di rumah? Jika ya, pekerjaan seperti apa? Perubahan-perubahan apa saja yang dilihat orangtua dalam keseharian sikap dan tingkah laku anak mereka selama ini? Saya juga memberi beberapa pilihan agar memudahkan para orangtua mengisi kuisioner tersebut.

Terkadang orangtua tidak menyadari ketika anak mengalami perubahan sikap. Sedih rasanya jika ketika anak sudah berusaha bersikap lebih baik dan manis, tapi tidak dipahami oleh orangtuanya. Untuk itu, dengan lembar pertanyaan ini, saya ingin mengetahui seberapa jauh mereka menyadari dan memahami perubahan anak-anak mereka selama enam bulan ini.

Akhirnya, di hari-hari terakhir belajar semester ini, kuisioner yang disebar telah dikumpul kembali. Membaca semua jawaban kuisioner yang telah terisi ini membantu saya memahami bagaimana pola hidup anak-anak murid di rumah. Mungkin tidak lengkap, tapi paling tidak ada

telah ada sedikit gambaran mengenai keseharian mereka di rumah..

Ada beberapa hal yang dicentang oleh hampir semua orangtua murid, antara lain bahwa anak-anak mereka sudah bisa menyiapkan buku pelajaran untuk dibawa ke sekolah setiap hari, sudah bisa menyahut apabila dipanggil orangtua, sudah bisa berpamitan dengan orang rumah apabila akan pergi keluar, dan yang terakhir, sudah bisa menghabiskan makanan dengan bersih tanpa ada yang disisakan lagi di piring makanan. Saya senang dengan perubahan mereka. Tidak sia-sia saya menceritakan kisah nilai sebutir nasi pada awal pertama kali saya masuk ke kelas mereka. Ternyata cerita itu memberi kesan mendalam di benak mereka.

Salah satu pertanyaan lain yang saya ajukan adalah, "Jika ada, sifat seperti apa yang ingin Bapak/Ibu ubah atau kurangi dari anak Bapak/Ibu?" Untuk pertanyaan terakhir ini ada sebagian yang tidak menjawabnya. Sayang, padahal jawaban mereka bisa membantu saya untuk lebih memahami anak mereka. Beberapa menjawab tidak ada, karena anak mereka sudah baik di mata mereka. Syukurlah karena itu berarti mereka telah berhasil mendidik anak mereka dengan baik sesuai kriteria mereka. Sebagian besar lagi memberi jawaban tentang beberapa sifat anak mereka yang ingin dikurangi atau

25 Juni 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

Page 27: Surat Kabar Guru Belajar 4 - kampusgurucikal.com · SURAT KABAR Guru Belajar | 3 Guru Berani Belajar, Guru Siap Mengajar Kebutuhan Alami Belajar bukan untuk mendapatkan insentif atau

SURAT KABAR Guru Belajar | 27

Guru BelajarSalah satu pertanyaan lain yang saya ajukan adalah, "Jika ada, sifat seperti apa yang ingin Bapak/Ibu ubah atau kurangi dari anak Bapak/Ibu?" Untuk pertanyaan terakhir ini ada sebagian yang tidak menjawabnya. Sayang, padahal jawaban mereka bisa membantu saya untuk lebih memahami anak mereka. Beberapa menjawab tidak ada, karena anak mereka sudah baik di mata mereka. Syukurlah karena itu berarti mereka telah berhasil mendidik anak mereka dengan baik sesuai kriteria mereka. Sebagian besar lagi memberi jawaban tentang beberapa sifat anak mereka yang ingin dikurangi atau dirubah.

Di antara semua jawaban, ada satu yang menarik saya. Jawaban bapak ini. Saya mengenal cukup dekat kedua anaknya. Tidak menyangka ternyata ada kesalahpahaman si

kakak terhadap sikap orangtua mereka. Saya sangat berterima kasih karena para orangtua mau menjawab dengan jujur. Terkadang omelan orangtua di rumah sering tidak didengarkan. Mungkin karena terlalu sering sehingga anak-anak menjadi kebal dan kurang peduli dengan nasehat-nasehat itu lagi.

Kuisioner ini akan saya bahas satu-persatu dengan masing-masing murid. Pertemuan empat mata. Saya berharap mereka bisa mengerti masukan dan keluhan orangtua mereka. Mudah-mudahan saya bisa menjadi jembatan antara orangtua dan anak mereka. Semoga para orangtua juga mau belajar menyadari setiap perubahan sikap anak mereka dan belajar untuk lebih memahami mereka lagi setelah ini.Semoga.

"Children are likely to live up to what you believe of them." ~Lady Bird Johnson, Former First Lady of the United States

Salam hangat, Rumini, Guru Budi Pekerti

Sekolah Ananda Bagan Batu - Riau

25 Juni 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

Page 28: Surat Kabar Guru Belajar 4 - kampusgurucikal.com · SURAT KABAR Guru Belajar | 3 Guru Berani Belajar, Guru Siap Mengajar Kebutuhan Alami Belajar bukan untuk mendapatkan insentif atau

SURAT KABAR Guru Belajar | 28

Guru BelajarSemua Murid Semua GuruApa jadinya ketika ratusan komunitas pendidikan berkolaborasi baik dengan sesama komunitas pendidikan maupun dengan komunitas lain? Satu bulan penuh keseruan di Pesta Pendidikan yang dimulai dari pembukaan pada 1 Mei hingga puncaknya pada 29 Mei 2016.

Seringkali terdengar suara dari para pelaku dan komunitas pendidikan “merasa sendirian” dalam melakukan perubahan pendidikan. Padahal senyatanya, ada banyak inisiatif dan komunitas yang bergerak dan berkonstribusi pada masa depan anak bangsa. Perasaan sendirian itu sedikit banyak pernah dirasakan oleh 6 komunitas yaitu KeluargaKita.com, IniBudi.Org, Living Qur’an, Kampus Guru Cikal, Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan dan Youth Manual.

Kegelisahan tersebut yang mendorong keenam komunitas duduk bersama dan mendiskusikan solusinya sejak awal tahun 2016. Berbagai ide muncul, berbagai sanggahan hadir, hingga berujung kesepakatan untuk menggagas sebuah tradisi baru bernama Pesta Pendidikan. Sebuah undangan kepada seluruh komunitas baik pendidikan maupun non pendidikan untuk berkumpul dan bersinergi secara sukarela merayakan karya, capaian dan inisiatif pendidikan pada bulan Mei 2016.

Jauh di atas harapan, undangan tersebut mendapat respon positif dari berbagai komunitas seperti Akademi Berbagi, Sabang Merauke, Kelas Inspirasi, Pencerah Nusantara, Rumah Inspirasi dan Komunitas Guru Belajar. Komunitas demi komunitas turut bergabung dan terus bertambah bahkan hingga hari terakhir Pesta Pendidikan. Dukungan

bukan saja dari komunitas pendidikan, tapi juga dari kaum profesional Era Soekamto, Mel Ahyar, Maliq & d’essential, Efek Rumah Kaca, Angga Sasongko, Gina S Noer; dari kalangan media dan lembaga bisnis.

Respon tersebut menggembirakan sekaligus memberi tantangan besar dalam membangun kolaborasi di antara ratusan komunitas yang terlibat. Setiap komunitas dan pihak mempunyai karakteristik uniknya sendiri. Susunan acara terus mengalami dinamika sesuai aspirasi komunitas dan kondisi lapangan hingga detik-detik terakhir. Tak dipungkiri ada kekecewaan, karena bagaimana pun tak bisa memuaskan semua pihak, namun semuanya memberi pengertian yang luar biasa demi pencapaian tujuan yang lebih besar, terwujudnya ekosistem pendidikan yang kondusif terhadap perubahan.

Pada 2 Mei 2016, pembukaan Pesta Pendidikan yang diadakan di Monumen Nasional diawali dialog antara Ki Hajar Dewantara yang diperankan Menteri Anies Baswedan dan Dr Soetomo yang diperankan Reza Rahadian, kemudian dilanjutkan peluncuran buku “Belajar dari Ki Hadjar” dan “Budi Dr Soetomo. Pembukaan yang dihadiri seluruh komunitas tersebut diakhiri penyalaan tugu dengan tulisan Semua Murid Semua Guru.

Pesta Pendidikan dilanjutkan dengan serangkaian kegiatan yang disebut Buka Pintu Sekolah. Setiap komunitas mengadakan kegiatan secara mandiri maupun dengan berkolaborasi yang dapat diikuti secara cuma-cuma.

Puncak sekaligus penutupan Pesta Pendidikan diadakan pada Minggu, 29 Mei 2016 bertempat di FX Sudirman, Jakarta. Puncak acara dibuka oleh Menteri Anies Baswewan yang menegaskan pentingnya keterlibatan komunitas dalam membangun pendidikan Indonesia. Komunitas dan pihak yang terlibat hadir di Galeri Berjalan, ratusan talkshow dengan beragam tema, maupun sebagai peserta yang belajar dari berbagai komunitas yang lain. Keseruan puncak Pesta Pendidikan berimbas juga pada percakapan di media sosial hingga menjadi Trending Topic di Twitter.

Berawal dari niat baik, Pesta Pendidikan pun berakhir dengan lancar dan baik pula. Kerja keras semua komunitas baik di pembukaan, selama hingga penutupan terbayar tuntas dengan kepuasan belajar satu sama lain. Semua panitia yang bekerja sebagai relawan menunjukkan kualitas kerja yang profesional, mendedikasikan waktu, energi hingga begadang semalaman menjelang penutupan Pesta Pendidikan.

Sampai jumpa di Pesta Pendidikan berikutnya!

25 Juni 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

Page 29: Surat Kabar Guru Belajar 4 - kampusgurucikal.com · SURAT KABAR Guru Belajar | 3 Guru Berani Belajar, Guru Siap Mengajar Kebutuhan Alami Belajar bukan untuk mendapatkan insentif atau

SURAT KABAR Guru Belajar | 29

Guru Belajar 25 Juni 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

Gambaran Galeri Berjalan di Puncak Pesta Pendidikan di FX Sudirman yang menampilkan

ratusan komunitas pendidikan.

Pembukaan Pesta Pendidikan ditandai dengan dialog Menteri Anies Baswedan dan

Reza Rahadian. Puncaknya menyalakan Monas dengan tulisan “Semua Murid Semua

Guru”.

ACDP dan PSPK menggelar dialog membedah mitos dan fakta pendidikan. Ternyata banyak

mitos yang diyakini masyarakat sebagai kebenaran.

Inisiator Pesta Pendidikan, Najelaa Shihab sedang talkshow interaktif di Kompas TV untuk

mengajak semua komunitas terlibat.

Menteri Anies Baswedan, Najwa Shihab, dan Aan Mansyur pada dialog menumbuhkan literasi

masyarakat Indonesia di puncak Pesta Pendidikan.

Page 30: Surat Kabar Guru Belajar 4 - kampusgurucikal.com · SURAT KABAR Guru Belajar | 3 Guru Berani Belajar, Guru Siap Mengajar Kebutuhan Alami Belajar bukan untuk mendapatkan insentif atau

SURAT KABAR Guru Belajar | 30

Guru Belajar 25 Juni 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

Angga Sasongko, Gina S Noer bersama KeluargaKita.com berkolaborasi membuat

Sinedu.id untuk mendidik melalui film.

Bukik Setiawan dari Kampus Guru Cikal bersama Ainun Chomsun, Shafiq Pontoh & Najwa Shihab

berbincang tentang membangun komunitas.

Maliq & d’Essentials berkolaborasi dengan IniBudi.org dengan menyumbang sebuah lagu,

inspirasi lomba video dan tampil di puncak Pesta Pendidikan.

Efek Rumah Kaca berkolaborasi dengan IniBudi.org dengan menjadi inspirasi lomba video

dan membuat lagu berjudul “Merdeka” yang dinyanyikan di puncak Pesta Pendidikan.

Kampus Guru Cikal bersama desainer Era Soekamto dan Mel Ahyar sedang menampilkan

hasil desain motif baju guru.

Penggemar Ada Apa dengan Cinta dipuaskan dengan obrolan bersama Aan Mansyur penulis

Tidak Ada New York Hari Ini.

Page 31: Surat Kabar Guru Belajar 4 - kampusgurucikal.com · SURAT KABAR Guru Belajar | 3 Guru Berani Belajar, Guru Siap Mengajar Kebutuhan Alami Belajar bukan untuk mendapatkan insentif atau

SURAT KABAR Guru Belajar | 31

Guru BelajarMenerjemahkan “Nakal”Ketika ada anak yang mengganggu anak lain, apa yang harus dilakukan oleh guru? Apakah hukuman akan membuat pengganggu menghentikan gangguannya? Bila tidak, apa cara lain yang bisa dilakukan?

“Bu Guru, Mesak nakal!”

Begitu saya biasa mendengar laporan dari murid-murid lain tentang Mesak, salah seorang murid saya di kelas 1. Sebagai guru baru, saya sedang belajar cara terbaik menyikapi keluhan tentang murid yang nakal. Terutama tentang Mesak, yang memang sering dilaporkan nakal, di kelas maupun di luar sekolah. Insting pertama saya adalah untuk bertanya kembali, “Oh ya? Coba ceritakan bagaimana Mesak nakal?”

Langkah ini akan membawa kami dalam reka adegan yang dituturkan oleh beragam sudut pandang. Sang pelapor akan memberikan laporan yang lebih spesifik, seperti misalnya, “Mesak ada gigit saya, Bu Guru!” atau “Mesak dia lempar saya dengan batu.” Para saksi kejadian tersebut akan menambahkan rincian adegan, entah menegaskan kebenaran kejadian tersebut, pun memperkaya asal muasal terjadinya kenakalan tersebut, “Iyo! Betul! Kami sedang main karet lalu Mesak datang ganggu kami.”

Sebagaimana tidak semua laporan saya tanggapi sebagai kebenaran, selalu saya tanyakan juga kepada Mesak, sang terdakwa cilik, versi ceritanya sendiri. Pada awalnya,

meski saya selalu memberikan kesempatan bagi Mesak untuk membela diri atau menyangkal tuduhan yang diajukan teman-temannya, Mesak tidak selalu mau berbagi ceritanya kepada saya. Dia lebih banyak diam dan tersenyum-senyum saat saya memintanya bercerita dari sudut pandangnya

sendiri. Terkadang, ia malah dibela oleh murid lain yang kebetulan menjadi saksi dari kenakalan yang dilaporkan. “Tadi mereka ada ganggu Mesak dulu, Bu Guru.”

Saya tidak suka memberikan hukuman, maka cara saya menyelesaikan setiap laporan selalu

serupa: meminta dan memberi maaf. Setelah jelas duduk perkaranya (dengan atau tanpa cerita versi Mesak), saya akan mengajak Mesak dan sang pelapor untuk bersalaman sebagai tanda damai. Usulan saya ini tidak selalu berjalan dengan mulus. Biasanya, pada kenakalan yang berujung ke pertengkaran besar, baik

Mesak maupun murid lain yang terlibat enggan untuk berdamai.

Pernah suatu kali, pada saat saya memintanya berdamai dengan murid yang lain, Mesak menampik uluran tangan dari temannya dan bersiap memukul. Menangkap gelagatnya, saya cepat menangkap tangannya untuk mencegah pertengkaran yang lebih besar. Langkah saya membuatnya marah. Ia berteriak kencang dan memberontak. Saya kemudian merangkulnya dan membawanya ke sebuah

ruangan kecil yang terpisah dari ruang kelas kami.

Di ruangan itu saya berpesan, “Kita punya waktu untuk belajar tenang. Bu Guru akan tunggu di sini, di depan pintu, sampai Mesak sudah selesai marah. Kalau sudah tenang, kita bisa keluar.” Tangan saya dicengkram Mesak dalam-dalam sebelum akhirnya saya lepaskan untuk membiarkannya marah.

25 Juni 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

Keterangan foto: Ini dia Mesak Badii, yang pada akhirnya menjadi salah seorang murid yang paling rajin berdialog dengan saya.

Page 32: Surat Kabar Guru Belajar 4 - kampusgurucikal.com · SURAT KABAR Guru Belajar | 3 Guru Berani Belajar, Guru Siap Mengajar Kebutuhan Alami Belajar bukan untuk mendapatkan insentif atau

SURAT KABAR Guru Belajar | 32

Guru BelajarDengan tubuhnya yang mungil, ruangan itu dibuatnya porak poranda seketika. Sambil terus menimbang-nimbang apakah tindakan saya cukup tepat, saya mengawasi setiap gerakan Mesak dari dekat pintu. Tidak ada benda dalam ruangan itu yang sekiranya dapat menyebabkan bahaya serius, tapi tentu saya tetap awas.

Sesekali, saya akan menegaskan kembali pada murid kecil saya itu kenapa kami ada di ruangan tersebut. “Bu Guru tahu Mesak marah. Tapi, memukul teman bukan sesuatu yang baik untuk dilakukan, bukan? Maka, baik bila kamu marah dulu di sini. Kalau sudah selesai, sudah tenang, kita sama-sama keluar.” Mesak butuh waktu sekitar setengah jam sebelum ia akhirnya betul-betul tenang dan kami dapat berbincang sejenak sebelum keluar ruangan. Kami (saya, Mesak, dan temannya yang lain) kemudian berdamai bersama.

Upaya berdialog dengan anak-anak tidak selalu mudah untuk dilakukan, tapi saya selalu berusaha mengajak murid-murid saya untuk memilah bersama apa-apa saja yang kami anggap baik atau buruk dalam menghadapi kejadian yang kami alami bersama. Hal ini tidak selalu mudah, terutama pada awal-awal masa saya mengajar. Terlebih karena belum semua murid saya fasih berbicara Bahasa Indonesia. Beberapa dari mereka lebih nyaman menggunakan Bahasa Mee, bahasa asli suku mereka. Tapi, ketika kedekatan mulai terbangun di antara kami, komunikasi dan dialog semacam itu menjadi lebih mudah dilaksanakan. Murid-murid menjadi terbiasa untuk mengutarakan pendapat mereka dalam obrolan itu, meski dengan Bahasa Indonesia yang terbata-bata. Saya pun berupaya belajar kosakata yang umum mereka pakai untuk menerjemahkan pengalaman sehari-hari mereka. Lama kelamaan, dialog selalu terjadi tanpa perlu dipaksakan.

Hingga akhir tahun ajaran, saya masih beberapa kali mendapat laporan tentang mereka yang “nakal”. Kadang Mesak, kadang Petrus, kadang Yustinus, kadang Ance, semua saya pikir pernah mendapat giliran untuk dilaporkan. Pada awalnya mereka akan mengharapkan saya untuk menindaklanjuti laporan dan memberikan hukuman kepada terdakwa. Saya merasa sosok guru yang “adil dalam hukuman” itu menjadi momok juga yang diharapkan rekan guru lain kepada saya. Untuk itu saya belajar mencari bentuk hukuman yang tidak lalim,

belajar menimbang hal-hal mana yang perlu dihukum, mana yang tidak. Saya kemudian belajar juga untuk menjadi imbang dalam menjadi teman dan guru, yang murah hati pun tegas karena tentu ada nilai-nilai yang ingin saya sampaikan kepada murid-murid saya. Hal-hal seperti bersikap murah hati dan menghindari mengganggu serta menyakiti orang lain adalah pokok nilai yang ingin saya bagi dengan mereka. “Jangan nakal,” begitu singkatnya. Mengigit, melempar dengan batu, meludahi, memukul, mencakar, merebut barang, berkata kasar, mengganggu pekerjaan orang adalah beberapa hal yang kami sepakati bersama sebagai hal-hal yang kami terjemahkan sebagai “nakal”.

Saya pun percaya bahwa hukuman bukan yang utama dalam menjadi pagar bagi murid-murid saya untuk tidak “nakal”. Kesadaran pribadi menjadi penting dan hal itu saya temukan bisa dibangun bersama-sama lewat dialog. Karena upaya dialog sendiri merupakan budaya lokal yang mereka lihat contohnya di lingkungan mereka sehari-hari. Suku Mee percaya bahwa membicarakan segala sesuatunya dengan terbuka dapat menciptakan keseimbangan dalam komunitas. Tidak jarang, di pinggir-pinggir jalan kita dapat menyaksikan mereka yang berperkara membahas perkara mereka panjang lebar hingga kesepakatan tercapai. Dengan membiasakan murid-murid saya terlibat dalam dialog, saya yakin mereka dapat lebih mandiri merumuskan bagaimana bertingkahlaku yang baik. Terlebih, menurut saya, nilai-nilai baik itu sudah ada terlebih dulu dalam diri mereka. Tugas saya sebagai guru adalah mengupayakan mereka menerjemahkan nilai-nilai itu dalam tingkah dan laku.

25 Juni 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

Melita TarisaGuru SD YPPK St. Yohanes Pemandi Waghete, Timika,

Papua

Page 33: Surat Kabar Guru Belajar 4 - kampusgurucikal.com · SURAT KABAR Guru Belajar | 3 Guru Berani Belajar, Guru Siap Mengajar Kebutuhan Alami Belajar bukan untuk mendapatkan insentif atau

SURAT KABAR Guru Belajar | 33

Saya dan Moralitas SayaInilah sekelumit ulasan mengenai pendidikan budi pekerti dari Australia bagian selatan. Semoga bisa menjadi inspirasi buat guru di Indonesia.

Jika di lihat sekilas budi pekerti sepertinya merupakan bagian dari keseharian penduduk Indonesia, namun ada yang membedakannya dengan pengertian budi pekerti saat ini dan pengertian budi pekerti silam. Beberapa tahun yang lalu saat Indonesia tak memasukkan pendidikan budi pekerti sebagai bagian dari pembelajaran karena sudah sangat memasyarakatnya. Kita diajarkan dan dibesarkan atas dasar budi pekerti. Penanaman budi pekerti menjadi elemen utama di setiap keluarga. Namun seiring dengan perkembangan jaman maka pengertian budi pekerti ini perlahan mulai pudar.

Saya mulai benar-benar belajar mengenai budi pekerti saat mengajar di negeri kangguru. Di mana di setiap sekolah amat sangat ditekankan. Australia sebagai negara tetangga terdekat Indonesia banyak belajar mengenai budi pekerti dari Indonesia, betapa mereka selalu menggagung-agungkan keramahtamahan serta tutur kata sopan bangsa Indonesia. Budi pekerti atau pendidikan karakter merupakan elemen terpenting bagi pendidikan di Australia.

Pendidikan awal di mulai dari dalam perut saat bayi masih dalam kandungan ibu-ibu di Australia

biasanya tergabung dalam mothers group memulai pendidikan karakter sejak dini mereka memperdengarkan hal-hal yang berbau positif dimulai dengan acara berkumpul bersama melakukan olahraga yoga yang diselipi dengan pemutaran lagu-lagu klasik, di lain waktu kami biasa pergi ke perpustakaan untuk membacakan

buku bagi anak-anak usia 0-5 dan masih banyak lagi.

Pendidikan formal yang wajib di Australia dimulai di usia 6 tahun. Sementara ada pendidikan TK yang sifatnya tak wajib yang dimulai saat anak usia 5. Pembelajaran di TK ini beda dengan gaya TK di Indonesia. Di Australia ketika pertama kali anak masuk ke jenjang TK tidak serta merta pegang pensil. Pembelajaran di mulai dengan pembiasaan mengucapkan 2 kata ajaib yaitu kata tolong dan terima kasih. Kata terima kasih wajib diucapkan setiap kali anak diberikan hadiah atau sesuatu juga saat saat orang memberi

pertolongan. Selalu menyelipkan kata please (tolong) juga wajib terutama setiap kali anak ingin meminta sesuatu. Pembiasaan 2 kata ajaib ini prosesnya bisa 3 bulan penuh atau satu term dan disertai pembiasaan di rumah (biasanya anak sudah dibekali dengan pembiasaan ini) sehingga anak-anak terbiasa.

Untuk perkembangan motorik halus dan kasarnya. Di TK Australia anak-anak banyak melalukan kegiatan gambar dan mewarnai menggunakan berbagai variasi alat gambar mulai dari krayon sampai cat air (belum menggunakan pensil) sementara untuk keperluan motorik kasar anak-anak biasanya bermain ke taman

bermain yang tersedia bersebelahan dengan sekolah. Berbagai bentuk permainan yang tersedia di alam banyak digunakan oleh guru-guru seperti menyusun ranting pohon, memanjat pohon, mengumpulkan daun-daun kering untuk keperluan prakarya.

Saat anak memasuki jenjang SD pengembangan karakter anak lebih terfokus lagi. Di setiap kelas akan selalu terpampang peraturan kelas yang telah disepakati bersama. Di mana anak belajar untuk menjadi patient, resilience, consistent, hardworking, care for ourselves, care for others, care for environment.

Guru Belajar 25 Juni 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

Page 34: Surat Kabar Guru Belajar 4 - kampusgurucikal.com · SURAT KABAR Guru Belajar | 3 Guru Berani Belajar, Guru Siap Mengajar Kebutuhan Alami Belajar bukan untuk mendapatkan insentif atau

SURAT KABAR Guru Belajar | 34

for others, care for environment. Pembiasaan ini terjadi secara menyeluruh mulai dari kelas 1 sampai dengan kelas 7.

Aspek paling menarik dari program CARE adalah anak belajar untuk berempati pada diri sendiri, berempati pada orang lain, berempati pada lingkungan sekitar.

Contoh empati pada diri sendiri dimulai dari pembelajaran si anak untuk menghargai diri sendiri, mandiri dan siap menerima tantangan. Ini tidak mudah terutama untuk anak-anak kelas rendah karena pada umumnya mereka lebih mengutamakan ME / SAYA tapi tanpa mengerti apa sih SAYA.

Cerita unik saya ambil dari kelas Bahasa ada seorang murid bernama Jo (bukan nama asli), anak yang sangat ramai dan ekspresif di setiap

kesempatan selalu yang dipertanyakan adalah “How about Me ? Kenapa bukan saya?” Sebagai guru saya menyiasatinya dengan “How about the others? Bagaimana dengan yang lain? Sudahkah kamu pikirkan teman-temanmu? Menurutmu apakah mereka juga berkeinginan yang sama dengan kamu?” Dan Jo selalu berkata NO BUT Me FIRST. Tidak perduli pokoknya aku harus yang pertama.

Akhirnya aku menyiasatinya dengan menunjuk Jo sebagai penunjuk temannya. Bangga nya si Jo juga bangganya anak-anak yang lain karena mendapat giliran.

Jo dan anak-anak telah berhasil menunjukkan rasa CARE for self, Care for others.

Progaram CARE/PEDULI ini terus digunakan di setiap

kelas dan syukur alhamdulillah semua siswa mengikuti dan bangga setiap kali mendapat sertifikat CARE dari guru kelasnya.

Eny Krisnawati Cammiss Guru di St Brigids Evanston

Adelaide, Australia

Guru Belajar 25 Juni 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

Hari pertama sekolah adalah hari yang penting. Karena kesan pertama akan membangun relasi positif antara guru, murid dan orang tua. Melalui relasi positif itu maka ketiga pihak dapat mencapai sasaran bersama sekaligus mengatasi tantangan dengan penuh pengertian. Sebaliknya, tanpa relasi positif maka hal kecil seperti perbedaan cara mengajar bisa menimbulkan persoalan besar di salah satu pihak atau semua pihak.

Karena itu, jangan lewatkan begitu saja hari pertama sekolah. Rancang

program keren hari pertama sekolah, praktikkan dan tuliskan pengalamannya untuk diterbitkan pada Surat Kabar Guru Belajar Edisi Kelima.

Kirimkan tulisan Anda ke Surat Kabar Guru Belajar agar bisa dipelajari oleh guru di seluruh Nusantara. Cara mengirimkan tulisan: 1. Unduh panduan Penulisan #PraktikCerdas di http://bit.ly/MenulisKGB

2. Tuliskan sesuai panduan dan simpan dalam file dengan

nama #PraktikCerdas "Nama Penulis"

3. Emailkan file beserta foto diri dan foto aktivitas dengan subyek email #PraktikCerdas "Nama Penulis" ke [email protected] paling lambat kami terima tanggal 25 Juli 2016

Karena tulisan di Surat Kabar ini mempunyai format yang unik, silahkan baca juga Tips Menulis di Surat Kabar Guru Belajar di http://bit.ly/TipsMenulis1

Menulis di Edisi Kelima. Berani?

Page 35: Surat Kabar Guru Belajar 4 - kampusgurucikal.com · SURAT KABAR Guru Belajar | 3 Guru Berani Belajar, Guru Siap Mengajar Kebutuhan Alami Belajar bukan untuk mendapatkan insentif atau

SURAT KABAR Guru Belajar | 35

Guru Belajar 10 Februari 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

Hipnotis dan KejujuranBagaimana membangun kejujuran siswa dalam mengikuti ujian? Inilah salah satu cara yang dipraktikkan guru di kelas, menggunakan hipnotis.

Budaya nyontek adalah masalah yang masih melekat di kalangan siswa saat ujian. Baik ujian nasional, ujian semester, ujian akhir semester, bahkan ulangan harian sekalipun. Budaya yang hampir menjadi persoalan menyeluruh di kalangan siswa ini, merupakan sebuah masalah yang sangat perlu diperhatikan oleh guru.

Ketika mulai aktif mengajar tahun 2008 lalu, masalah di atas selalu menjadi perhatian besar bagi saya. Karena sesuai yang kita ketahui bahwa budaya nyontek adalah salah satu budaya yang mencerminkan rendahnya karakter seseorang, sama halnya seorang plagiator (penjiplak). Hal itu sejalan dengan pendapat Webster’s New Universal Unabridged Dictionary, bahwa menyontek diartikan sebagai perilaku yang menipu yaitu dengan kecurangan (Schmelkin, 2008). Hal itu ditegaskan pula oleh Eric, dkk (dalam Hartanto, 2012), bahwa menyontek berarti upaya yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan keberhasilan dengan cara-cara yang tidak jujur.

Berangkat dari pentingnya persoalan tersebut, maka saya melakukan berbagai cara saat siswa mengikuti ulangan harian. Tindakan yang dilakukan, seperti pengawasan super ekstra, mengeluarkan siswa yang ditemukan menyontek, atau mengambil pekerjaan siswa dan membatalkan hasil ulangannya. Namun, tindakan itu ternyata tidak memberikan efek jera atau dampak yang signifikan. Karena selain merasa teraniaya dengan tindakan yang arogan itu, rasa takut dan penyesalan justru tidak nampak sekalipun pada siswa. Mengapa? Karena tidak adanya dampak jangka

panjang yang mereka fikirkan. Siswa cenderung berpikir pragmatis, bahwa dengan sanksi-sanksi yang diterapkan itu hanya berlaku sementara.

Nah, dengan memiliki modal penah mengikuti pelatihan dan memegang sertifikat berlisensi Hypnosist dan Hypnotherapy dari lembaga pelatihan Hypnosist di Indonesia

(The Indonesian Board of Hypnotherapy - IBH), maka saya mencoba meramu sebuah cara atau teknik dalam mengatasi budaya nyontek dalam ulangan harian pada mata pelajaran saya.

Teknik Self Hypnosis

Teknik yang saya gunakan saat proses ulangan harian adalah Self Hypnosis. Self Hypnosis adalah suatu kegiatan mengkondisikan diri dalam keadaan konsentrasi penuh atau yang diistilahkan dengan trance. Dalam kondisi ini, sugesti dapat dengan mudah kita masukkan karena kondisi otak dalam frekuensi

alfa atau tetha. Sugesti dapat menembus pikiran bawah sadar pada kedua kondisi otak

tersebut.

Menurut Yan Nurindra, Presiden IBH dalam buku ‘Panduan Self Hypnosis’ (2008), bahwa Self Hypnosis adalah suatu metode untuk memasuki pikiran bawah sadar, sehingga kita dapat melakukan ‘program ulang’ terhadap pikiran dan juga melakukan ‘pembersihan data’.

Alasan memilih teknik Self Hypnosis, karena ia memiliki banyak manfaat

Praktik Self Hypnosis pada salah satu kelas sebelum ulangan harian (Kegiatan Belajar SMA Negeri 1 Watampone, Tahun 2014).

Page 36: Surat Kabar Guru Belajar 4 - kampusgurucikal.com · SURAT KABAR Guru Belajar | 3 Guru Berani Belajar, Guru Siap Mengajar Kebutuhan Alami Belajar bukan untuk mendapatkan insentif atau

SURAT KABAR Guru Belajar | 36

Guru Belajar 25 Juni 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

bagi manusia, diantaranya dapat menghilangkan atau mengubah kebiasaan, menghilangkan belief negatif, memasukkan sugesti positif, mengurangi rasa sakit, mengurangi stress, dan sebagainya. Dengan manfaat-manfaat tersebut, maka saya berkeyakinan bahwa teknik Self Hypnosis dapat diterapkan dalam meningkatkan kejujuran siswa, terutama saat ulangan harian. Dari sekian banyak manfaatnya, saya melihat manfaat yang paling cocok adalah mengubah kebiasaan dan memasukkan sugesti positif pada pikiran siswa.

Hypnosis menekankan pada komunikasi alam bawah sadar siswa, baik yang dilakukan dalam kelas maupun luar kelas. Hal ini bisa dilakukan dengan berbagai cara, di antaranya sugesti dan imajinasi. Sugesti memiliki kekuatan yang luar biasa. Kemampuan sugesti yang terus terngiang di otak mampu mengantarkan seseorang pada apa yang dipikirkan.

Contohnya, ketika sesorang sedang berpuasa, maka ia pasti merasakan lapar dan haus, namun karena selalu mensugesti pikiran bahwa ia melakukan semua itu dengan berharap pahala dari Allah SWT. Maka tanpa terasa ia akan melewatinya dengan sempurna, bahkan bisa melakukannya selama satu bulan.

Tantangan Penerapan Self Hypnosis

Awalnya, saat menerapkan teknik ini pada tahun 2011, tidak semua pihak menerimanya, tidak terkecuali guru-guru di tempat saya bertugas. Umumnya mereka berpikir, bahwa

kegiatan Hypnosist dalam pendidikan adalah hal yang berbau magic atau ilmu hitam dengan adanya pengaruh jin dalam kegiatan mensugesti. Sehingga beberapa kali aktivitas tersebut batal saya lakukan.

Namun dengan pendekatan persuasif dan dengan memperlihatkan antusiasme siswa dalam mengikutinya, terutama hasilnya tidak menimbulkan peristiwa aneh dan tidak berdampak negatif seperti yang dikhawatirkan. Justru sebaliknya, siswa-siswa semakin terbiasa dengan kondisi pengkondisian tersebut.

Langkah-langkah Melakukan Self Hypnosis dalam Ulangan Harian

Penerapan Self Hypnosis pada saat ulangan harian tidak sesulit yang dibayangkan. Baik bagi mereka yang pernah mengikuti pelatihan hypnotherapy, maupun yang belum pernah. Karena keterampilan yang dibutuhkan adalah penguasaan kelas dan kemampuan verbal yang baik. Saya yakin, seorang guru memiliki kedua kemampuan tersebut sebagai syarat utama dalam mengajar di kelas.

Sebelum melakukan Self Hypnosis maka guru melakukan persiapan seperti mengatur kondisi kelas sebagai persiapan mengikuti ulangan. Siswa diminta menyiapkan semua peralatan ulangan dan menempatkannya di atas meja. Selanjutnya mereka diminta untuk mengatur posisi duduk terbaik (biasanya melipat kedua tangan di atas meja atau meletakkannya di atas kedua paha).

Kemudian masuklah dalam tahapan-tahapan Self Hypnosis, yaitu: pertama, pengkondisian awal. Tahap ini siswa diminta menarik napas dengan baik dan menghembuskannya. Hal itu dilakukan sebanyak tiga kali atau lebih sampai siswa kelihatan merasa nyaman. Lalu meminta mereka menutup mata atas kehendaknya sendiri.

Kedua, mengkondisikan frekuensi otak, dimana siswa diminta untuk merelaksasikan seluruh tubuhnya mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki. Dimana pernapasan saat iu tetap dalam keadaan normal. Hal itu dilakukan sampai siswa betul-betul nampak nyaman.

Ketiga, pemberian sugesti. Sebagai sugesti awal, guru perlu mengarahkan terlebih dahulu beberapa poin utama yang ingin dicapai pada sesi itu. Nah, yang ingin dicapai saat itu adalah mengubah kebiasaan buruk siswa, yaitu menyontek dan memberikan sugesti positif untuk menjadi pribadi jujur. Dalam sesi ini, kita perlu mempertegas dampak menyontek bagi mereka, seperti bahwa menyontek adalah perbuatan dosa yang akan menghilangkan keberkahan ilmu selama-lamanya. Untuk selanjutnya guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengulang-ulang sugesti tersebut sampai kita yakin sepenuhnya bahwa sugesti itu sudah tertanam dengan baik dalam pikiran mereka.

Keempat, proses meyakinkan sugesti. Tahap ini, siswa diminta menyetujui komitmen perubahan sikap mereka

Page 37: Surat Kabar Guru Belajar 4 - kampusgurucikal.com · SURAT KABAR Guru Belajar | 3 Guru Berani Belajar, Guru Siap Mengajar Kebutuhan Alami Belajar bukan untuk mendapatkan insentif atau

SURAT KABAR Guru Belajar | 37

Guru Belajar 25 Juni 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

dengan menanyakannya apakah mereka sudah siap mengikuti ulangan tanpa nyontek dan selalu berlaku jujur. Hal itu ditandai dengan memintanya menganggukkan kepala sebanyak tiga kali.

Kelima, pengkondisian akhir. Tahap ini adalah mengembalikan kondisi tubuh mereka dalam keadaan normal. Mereka diminta menguatkan seluruh tubuhnya yang tadinya regang. Lalu memintanya membuka mata secara perlahan-lahan. Maka akan tanpak senyuman dan mata berbinar-binar, bahkan tampak lebih segar dan nyaman. Apalagi di akhir sesi kita menegaskan kepada mereka, bahwa Anda kini adalah pribadi baru yang penuh kejujuran dan siap mengikut ulangan dengan baik .

Demikianlah tahap-tahap Self Hypnosis yang dilakukan secara

singkat dan sederhana. Hal itu dapat dilakukan sekitar 5 sampai 10 menit sebelum ulangan dilakukan.

Dampak Positif Bagi Siswa

Setiap sesudah ulangan harian, saya melakukan wawancara kepada beberapa siswa yang dianggap berpotensi melakukan nyontek. Alhamdulillah, hasilnya cukup menggembirakan. Sebagian besar menjawab, bahwa ia takut menyontek dan ada saja dorongan dari hati untuk tidak melihat pekerjaan teman.

Dari sisi pencapaian hasil ulangan, harus diakui bahwa dengan teknik ini akan menghasilkan nilai apa adanya. Sehingga nilai-nilai mereka sangat variatif, dari nilai tinggi sampai ada yang memperoleh nilai anjlok.

Namun, hikmah yang dapat dipetik adalah, kita bisa mengubah budaya

siswa dari menyontek menjadi budaya No Nyontek. Kemudian yang lebih mulia lagi adalah mengajarkan mereka tentang kejujuran sebagai modal utama mencegah korupsi.

Ditulis di Watampone,

Kamis, 2 Juni 2016.

Shabiel Zakaria, S.Pd., M.Pd.Guru SMA Negeri 1 Watampone &

Penggiat Hypnoteaching di Sulawesi Selatan.

[email protected] / 085240735954

"Pak, boleh saya minta kunci motor Bapak?", tanya Yoga. "Untuk apa?" jawab pak Kundoyo"Kami sudah nazar Pak. Kalau kami naik kelas, kami akan mencucikan semua motor guru" Yoga, Widodo, Rudi dan Aldin dikenal sebagai siswa 'luar biasa' di awal semester. Dua di antara mereka malah pernah tidak naik kelas. Guru-guru dibuat repot oleh tindakan mereka. Bolos sekolah, tidak mengerjakan tugas, sampai ribut dan mengganggu hak belajar siswa lain. Bu Yeni Miladiani, wali kelas XI IPS 4 melakukan pendekatan humanis kepada mereka. Begitu pun dengan guru mata pelajaran lain. Dibantu oleh Bu Ani Lukisanita selaku BK.

Di semester 2 perubahan mulai terlihat dalam diri mereka. Yang awalnya membuat kelas gaduh, malah di akhir semester mampu mengendalikan kelas, mengkoordinir kelas menjadi aktif. Hari ini tanpa guru-guru minta, mereka mencucikan motor bapak ibu guru. Terima kasih Nak. Bapak, ibu guru belajar banyak dari Kalian. Kalian adalah guru terbaik kami.

Saksikan videonya di https://youtu.be/6R-QzvwHt2o

Sumber tulisan: Facebook.com/sma1sragi/

Cerita ini sudah menjadi viral dan diliput di Brilio.net

Video Budi Pekerti

Page 38: Surat Kabar Guru Belajar 4 - kampusgurucikal.com · SURAT KABAR Guru Belajar | 3 Guru Berani Belajar, Guru Siap Mengajar Kebutuhan Alami Belajar bukan untuk mendapatkan insentif atau

SURAT KABAR Guru Belajar | 38

Debat Publik Pendidikan

Guru Belajar 25 Juni 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

Bagaimana pendidikan budi pekerti seharusnya dilakukan? Apakah melalui ekstra kurikuler, kurikuler di semua pelajaran, mata pelajaran khusus atau alternatif lain? Apa alasan Anda?

Namanya pendidikan otomatis yang utama adalah moral, pembelajaran apapun pelajarannya. Contoh sederhana untuk mencapai nilai-nilai estetika harus pakai logika jangan langgar etika dengan demikian keseimbangan peran otak kanan dan kiri bekerja bersama akan tetapi pelajaran yang ada 80% memberdayakan otak kiri 20% sisanya tak mendapat perhatian. Pembelajaran sebagai upaya memberdayakan daya pikir, materinya jangan sampai memberatkan peserta didik.

Adi Budiyanto - SMA Negeri 1 Jember

Anak adalah peniru yg otentik. Guru memberi contoh langsung budi pekerti yg baik dlm perilaku guru sehari2. Masing2 guru kelas/ guru mapel membuat perencanaan proses pembelajaran yg memasukkan konten budi pekerti. Misalnya pd pelajaran matematika, materi statistika. Anak2 ditugaskan utk mengumpulkan data ttg kondisi jamban masyarakat di sekitar sekolah atau topik sosial lainnya yg menarik hati anak2. Lalu dibuat diagramnya. Lalu dibuat brosur ajakan kepada masyarakat utk gerakan jamban sehat. Bahkan anak2 bisa mengajak masyarakat utk turun langsung memantau dan membersihkan jamban di sekitar sekolah. Ini brosur yg dibuat murid2 sewaktu saya diundang mengajar anak2 miskin kota di Pondok Bambu Jakarta.

Sri Sulistiyani, Guru Matematika SMAN Balung Jember

Saya setuju pendidikan budi pekerti harusnya melingkupi seluruh bidang mata pelajaran, dan langsung dikaitkan dengan pengalaman atau kejadian yg sesuai saat itu. Jadi pasti mengena dan aplikatif sekali... seseorang bisa belajar bertoleransi atau memahami suatu fenomena tanpa mengada2....jika budi pekerti dijadikan sebagai sebuah pelajraan maka akan terkotak2 dan sangat dangkal.... karena belajar budi pekerti sama artinya dengan belajar budaya, agama, dan rasa kaitannya. Oleh sebab itu pendidikan budi pekerti harus ditanamkan secara menyeluruh...baik di rumah maupun disekolah, melibatkan olah fikir dan rasa.

Reni Pujianti Bekti, Sidoarjo

Dari KBBI : akhlak/akh·lak/ n budi pekerti; kelakuan: Bukankah inti pelajaran agama adalah keutamaan budi pekerti. Apakah guru agama yang tidak paham cara mengajarkan pelajaran agama sehingga muncul pemikiran untuk menghidupkan pelajaran budi pekerti?

Hakimi Sarlan Rasyid Pelatih guru

Page 39: Surat Kabar Guru Belajar 4 - kampusgurucikal.com · SURAT KABAR Guru Belajar | 3 Guru Berani Belajar, Guru Siap Mengajar Kebutuhan Alami Belajar bukan untuk mendapatkan insentif atau

SURAT KABAR Guru Belajar | 39

Debat Publik Pendidikan

Guru Belajar 25 Juni 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

Bolehlah kalau budi pekerti itu implisit dalam materi maupun proses pembelajaran dalam kurikulum, namun tak boleh dilupakan implementasinya dalam kurikulum tersembunyi (hidden curriculum). Tata-tertib di perpustakaan, kantin, kelas ditampilkan secara simpatik dalam poster yang menarik, tidak formal seperti biasanya yang diketik ada tanda tangan Kasek dan stempel sekolah seperti itu. Pendekatan formalistik seperti itu kurang menyentuh dan tidak menggerakkan untuk berbuat/ berperilaku secara spontan, melainkan sekedar menghindari sanksi atau hukuman bukan tumbuh sebagai kesadaran.

Iman Suligi, Dosen Universitas Muhammadiyah Jember

Belum pak....saya belum setuju ! Pertimbangan saya adalah begini : Jika Budi Pekerti diintegrasikan kedalam setiap mata pelajaran, para guru cenderung lupa sehingga acap kali yang kita temukan adalah guru hanya berfokus pada mata pelajaran saja. Kecuali ada model atau metode pembelajaran yang menyajikan mata pelejaran dengan berintegrasi dengan budi pekerti. Kalo begitu sih cocok itu pak.....

Pertanyaannya kemudian adalah: apakah semua rekan guru sudah mampu menyajikan model pembelajaran yang demikian??

Jika belum.... saya lebih setuju Budi Pekerti disajikan terpisah dari MP, namun cara penyajiannya bukan hanya sekedar pengetahuan tapi lebih kepada praktek atau sumilasi....

Demikian dari saya…..

Amelia Ketaren, Guru SMAN Pancurbatu, Medan

Mata pelajaran seni budayalah yang seharusnya menekankan peserta didik pada budi pekerti dulu pendidikan kesenian. Alasan ditinjau dari pengertian kesenian menurut Jhon Dewey seorang filusuf dan pendidik ialah mutu suatu perbuatan dan hasilnya sekaligus. Pengertian seni menurut kamus bahasa indonesia adalah kesanggupan akal untuk menciptakan sesuatu yang bernilai tinggi. Pengertian seni menurut Herbert Read adalah suatu usaha untuk menciptakan bentuk-bentuk yang menyengkan. Dengan inilah saya mengajarkan kepada anak didik budi pekerti, pembelajaran seni tidak mencetak anak pandai nari, pandai nyanyi, pandai bermain peran dan pandai melukis atau menggambar akan tetapi anak yang punya bakat dan punya hobi terfasilitasi. Dan dengan menyimak dari pengertian seni dan kesenian, sesuatu yang bernilai tinggi adalah perbuatan yang bermoral, mutu suatu perbuatan/perbuatan yang bermutu adalah moral yang berbudi pekerti, bentuk-bentuk yang menyenangkan adalah bentuk perbuatan yang menyenangkan. Pendidikan seni sebagai upaya menyeimbangkan otak kanan dan kiri dengan cara memadukan logika, etika dan estetika. Dalam proses pendidikan merupakan pembelajaran yang memberikan kegiatan mendidik, mengajar, dan melatih. Kegiatan mendidik inilah yang banyak dilupakan oleh guru karena terbebani dengan materi yang harus diajarkan, melatih agar supaya peserta didik dapat menerapkan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari.

Adi Budiyanto - SMA Negeri 1 Jember

Kalau saya tetap memilih no 1 pak. Smua guru wajib meleburkan budi pekerti dgn mata pelajaran yg diajarkannya. Saya guru IPA SMP tapi saya selalu mengajarkan terhadap siswa bagaimana seharusnya sikap yg baik saat di sekolah di luar sekolah, menghargai teman, menghargai guru seperti apa..guru itu tidak hanya menyampaikan materi, kalau hanya materi yg disampaikan guru di luar sekolah pun itu bisa didapat seperti ditempat les. Jadi saya setuju, budi pekerti ada di setiap pelajaran. Terima kasih.

Dahlia Pardede, Guru SMPN 1 Padang Lawas Utara, Sumatera Utara

Page 40: Surat Kabar Guru Belajar 4 - kampusgurucikal.com · SURAT KABAR Guru Belajar | 3 Guru Berani Belajar, Guru Siap Mengajar Kebutuhan Alami Belajar bukan untuk mendapatkan insentif atau

SURAT KABAR Guru Belajar | 40

Debat Publik Pendidikan

Guru Belajar 25 Juni 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

Budi pekerti harus diajarkan oleh semua pendidik di saat sedang mengajar ataupun di luar pelajaran. Guru pkn, agama dan semua guru harus mengajarkan dan memberi tauladan budi pekerti baik saat mengajar.kerjasama semua guru sangat diperlukan untuk menciptakan kebiasaan baik terhadap peserta didik. Semakin banyak yg mengingatkan dan berulang-ulang, semakin mudah proses pembiasaan dan terbentuklah pribadi peserta didik yg berkarakter baik.

Desi Diana, SMP Negeri 2 Jasinga, Bogor

Menurut saya, budi pekerti bukanlah sesuatu yang mendadak/instan dan tampak jelas bisa dilihat dan dirasakan menggunakan pancaindera manusia. Ia adalah sesuatu yang abstrak namun konkret digunakan untuk seluruh aspek kehidupan manusia untuk mencapai suatu tujuan.

Karena keabstrakan itu, budi pekerti agaknya menjadi sulit untuk dipetakan dan dibuatkan pelajaran khusus untuk mengajarkan budi pekerti pada siswa. Berbeda dengan pengetahuan-pengetahuan yang sifatnya kognitif, yang dapat diukur dengan menggunakan serangkaian tes. Namun, bukan berarti tidak mungkin memberikan pendidikan budi pekerti pada anak didik.

Lewat setiap mata pelajaran, guru bertanggung jawab memberikan pendidikan budi pekerti melalui sejumlah strategi pembelajaran yang relevan dengan mata pelajaran yang diajarkan. Misalnya, seorang guru ingin mengajarkan sikap ramah, optimis, dan tepat waktu. Guru Bahasa Indonesia dapat menugaskan siswa untuk mewawancarai orang-orang di sekitarnya yang tidak ia kenal. Dengan begitu, siswa digiring untuk mau bersosialisasi. Tenggat waktu yang diberikan guru akan membawa siswa pada sikap tepat waktu.

Pendidikan budi pekerti tidak cukup hanya teori atau ucapan belaka. Pendidikan budi pekerti adalah tanggung jawab setiap guru pada setiap bidang studi. Di sanalah guru berperan mengajarkan praktik berbudi pekerti lewat strategi pembelajaran dan teladan. Sangat sia-sia rasanya jika memetakan pendidikan budi pekerti hanya pada mata pelajaran tertentu saja, misalnya ekstrakurikuler. Sebab, budi pekerti adalah pembiasaan.

Indah Nova Ida Manurung, Guru BPK PENABUR Jakarta

Pendidikan budi pekerti sebaiknya dilakukan pada semua lapisan, tidak hanya pada ekstra kurikuler, kurikuler di semua pelajaran, mata pelajaran khusus atau alternatif lain. Karena negara sedang krisis etika, akibat dari pengaruh IT, khususnya pada generasi muda. Hal ini terjadi secara global, pengaruh IT secara tidak langsung membuat siswa-siswi yang mencari tugas dan lain sebagainya menjadi pecandu. Gadget mengurangi waktu mereka untuk berkumpul bersama dengan keluarga. Bahkan keluarga yang super sibuk, memberi anaknya mainan berupa gadget. Jika hal ini tidak diimbangi dengan pendidikan karakter, maka nilai nasionalisme dan sikap sopan santun sulit untuk ditemui. Pendidikan yang diterapkan tak perlu kaku, tanpa doktrin dan aturan yang mengekang. Tetapi pendidikan yang diberikan dari hati, mengerti dan memahami karakter dari setiap siswa.

Luhlul Kustiyani, MA Nahdlatul Arifin Jember

Anda punya pandangan berbeda? Anda ingin menanggapi pendapat guru di kolom Debat Publik ini? Ayo bergabung di Grup Facebook Komunitas Guru Belajar, dan tuliskan pendapat Anda di http://bit.ly/DebatPublik4