Upload
others
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS PEMASARAN EMPING MELINJO
DI PUSAT l(OPERASI PERTANIAN
GEMA REFORMASI DESA MENES KECAMAT AN MENES
KABUPATEN PANDEGLANG, HANTEN
SUSI NURASIAH
JURUSAN SOSIAL El(ONOMI PERTANIAN/AGRIBISNIS
FAI(ULTAS SAINS DAN TEl(]\J'OLOGI
UNIVERSIT AS ISLAM NE GERI
SY ARIF HIDAY A TULLAH
JAI(ARTA ?001. M/1A".lr. U
ANALISIS PEMASARAN EMPINC~ MELINJO
DI PUSAT l(OPERASI PERTANIAN GEl\1A REFORMASI
DESA MENES IillCAMATAN l\1ENES
I<ABUPATEN PANDEGLANG, BANTEN
Oleh:
SUSI NURASIAH 101092123410
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Jurusan Sosial Ekonomi Pe1ianian/Agribisnis
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN/AGRIBISNIS
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSIT AS ISLAl\!I NEGERI
SY ARIF HIDAY A TULLAH
JAI<ARTA _,....,.._.. __ ,_, ·- ---
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS SAINS DAN TEKl'lOLOGI
UNIVERSIT AS ISLAM NE(;ERI SY ARIF HIDA YATULLAH JAKARTA
-Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang ditulis oleh :
Nama NIM Program Studi Judul Skripsi
Susi Nurasiah I 0 I 092 I 23410 Sosial Ekonomi Pertanian Analisis Pemasaran Emping Melinjo di Pusat Koperasi Pertanian Gema Reformasi Desa Menes Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang, Banten
Dapat ditenma sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar sarjana Pertanian pada Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri SyarifI-Iidayatullah Jakarta.
hkarta, J anuari 2006 Menyetu jui,
Dosen Pembimbing
embimbing I
\~ --Ir. Muhandis Natadiwirya, l\1M, M.Si
Dekan,
DR. 'opiansyah Jaya Putra, M. Sis r NIP. 150 3 I 7 956
Mengetahui,
Pembimbing II
Ir. Achmad Tjahja Nugraha, M.P
Ketua Jurusan
-dJ--1~
Ir. Mudatsir Najamuddin, MM NIP. 150 317 958
PENGESAHAN UJIAN
Skripsi yang berjudul Analisis Pemasaran Emping Melinjo di Pusat Koperasi
Pertanian Gema Reformasi Desa Menes Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang,
Banten. Telah diuji dan dinyatakan lulus sidang munaqasyah Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Sabtu, 3
Desember 2005. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana Strata Satu (S 1) pada Jurusan Sosial Ekonomi
Pertanian/ Agribisnis.
Penguji II
-
Tim Penguji,
Penguji I
f
d-Yi~'J) (Ir. Mudatsir Najamuddin, M!Vl }
NIP. 150 317 958
Jakarta, Desember 2005
Penguji III
(Ir. Muhandis Natadiwirya, MM, M.Si) (Ir. Achmad Tjahja Nugraha, M.P)
Mengetahui,
Dekan
/~DR. Syopiansy h Jaya Putra, M.Sis l\.TTD l t:f\ '11 '7 net.::
PERNYATAAN
DENGAN IN! SAY A MENY AT AKAN BAHW A SKRIP SI !NI BENAR-BENAR
HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI
SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU
LEMBAGA MANAPUN.
Jakarta, Januari 2006
Susi Nurasiah 101092123410
RINGKASAN
SUSI NURASIAH. Analisis Pemasaran Emping Melinjo di Pusat Koperasi Pertanian Gema Reformasi Desa Menes Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang, Banten. (Dibawah bimbingan MUHANDIS NA TADIWIRYA dan ACHMAD TJAHJA NUGRAHA).
Industri emping melinjo di Pusat Koperasi Pertanian Gema Reformasi Desa Menes Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang merupakan salah satu bentuk usaha bagi masyarakat yang dapat dijadikan sebagai tambahan pendapatan keluarga dalam memenuhi kebutuhan sehari-sehari. Namun dalam kenyataannya, usaha yang dijalankan oleh Pusat Koperasi Pertanian Gema Reformasi Desa Menes 111asih 111enghadapi berbagai kendala dan permasalahan, baik dalam ha! produksi maupun dalam ha! pemasaran. Dalam ha! produksi, Pusat Koperasi Pertanian Gema Reformasi Desa Menes dihadapkan pada masih rendahnya kapasitas produksi yang bisa dicapai, sedangkan dalam hal pemasaran dihadapkan pada masih banyaknya produk emping emping melinjo yang tidak terjuaL
Tujuan penelitian ini adalah (I) menganalisis po la saluran pemasaran yang terjadi di daerah penelitian, (2) menganalisis media pengepakan yang digunakan pada setiap lembaga pemasaran, (3) menganalisis sebaran marjin pemasaran emping melinjo pada setiap lembaga pemasaran.
Hasi I penelitian menunjukkan bahwa saluran pemasaran emping me! injo di Pusat Koperasi Pertanian Gema Reformasi Desa Menes terdiri dari empat saluran pemasaran dan meliputi beberapa lembaga pemasaran, yaitu Pengrajin, Pedagang Pengumpul Desa (PPD), Pengecer Lokal dan Pengecer Luar Daerah. Saluran satu adalah pengrajin, PPD, pengecer lokal dan konsumen. Saluran dua adalah pengrajin, pengecer lokal dan konsumen. Saluran tiga adalah pengrajin, PPD, pengecer luar daerah dan konsumen. Saluran empat adalah pengrajin dan konsumen. Jumlah responden saluran satu dan tiga berjumlah 63,3 persen (19 orang), saluran dua berjumlah 23,4 persen (7 orang) dan saluran empat berjurnlah 13,3 persen ( 4 orang).
Media pengepakan yang digunakan setiap lernbaga pemasaran pada industri emping melinjo di Pusat Koperasi Pertanian Gema Reformasi Desa Menes antara lain plastik, kardus, kertas semen. Untuk meningkatkan suatu pengepakan, kemasan kardus ditutup rapat dengan lakban (dipress). Pengemasan sangat berpengaruh terhadap keuntungan, karena dengan adanya kemasan kebutuhan konsumen akan emping melinjo yang berada di luar Kabupaten Pandeglang (mancanegarn) bisa terpenuhi. Hnrga emping melinjo yang memakai kemasan adalah Rp. 32.000,00/kg, sedangkan harga emping melinjo yang tidak memakai kemasan adalah Rp. 12.6 I 7,95/kg dan Rp. 13 .000,00/kg. Dengan demikian, keuntungan untuk produk yang dikemas berbeda dengan yang tidak ' "
Efisiensi pemasaran yang terjadi pada Pusat Koperasi Pertanian Gema Reformasi Desa Menes meliputi efisiensi operasional dan efisiensi harga. Berclasarkan efisiensi operasional, maka saluran pemasaran tiga adalah saluran pemasaran yang paling efektif Hal ini dikarenakan total biaya, total marjin dan total keuntungan yang dihasilkan saluran pemasaran tiga paling besar dibandingkan dengan lembaga pernasarna lainnya, yaitu Rp.1.329,68/kg, Rp 6.052,37 dan Rp. 7.382,05/kg. Sedangkan berdasarkan efisiensi harga saluran pemasaran empat adalah saluran pemasaran yang paling efektif dengan total keuntungan dan total maijin sarna besar, yaitu Rp. 2.000,00/kg. Kondisi tersebut dikarenakan tidak adanya biaya pernasaran yang dikeluarkan dan jalur tataniaga yang dilakukan paling pendek.
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan ke hadapan Allah SWT, karena hanya dengan
rahmat-Nya skripsi ini dapat penulis selesaikan. Shalawat dan salam selalu
dilimpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, seluruh keluarga serta sahabat
sahabatnya sampai akhir zaman.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan,
bantuan dan dukungan baik secara moral maupun materil berbagai pihak. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih
sebesar-sebesarnya kepada :
I. Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis, sebagai Dekan Fakultas Sains dan
Teknologi.
2. lr. Mudatsir Najamuddin, MMA, sebagai Ketua .lurusan Sosial Ekonomi
Pertanian I Agribisnis.
3. Ir. Muhandis Natadiwirya, MM, M.Si, sebagai dosen pembimbing I yang telah
bersedia meluangkan waktu untuk memberikan dukungan moral, bimbingan
dan pengarahan selama kuliah sampai penyelesaian skripsi ini.
4 Ir. Achmad Tjahja Nugraha, M.P, sebagai dosen pembimbing II yang telah
banyak memberikan bimbingan, bantuan serta pengarahan selama penelitian,
penulisan dan penyelesaian skripsi.
5. Pak Undang, Pak Maryanto dan !bu Risda se11a seluruh prmpman dan
karyawan industri rumah tangga di Pusat Koperasi Pertanian Gema Reformasi
Desa Menes, Banten.
6. Ayahanda Ubik Baihaki dan lbunda Hunainy, yang saya cintai yamg telah
melahirkan. membesarkan serta menyekolahkan Ananda sampai ke Perguruan
7. Teh Nunung, teh Neli, kak Dedi, kak Budi, kak Deni dan adik Irma yang
senantiasa mendoakan Susi agar selalu dimudahkan dalam segala urusan.
Mudah-rnudahan Allah SWT membalas semua arnal clan selalu menyayangi
kita semua. Amin.
8. Sri, Riko dan Khairil Anwar sebagai teman satu bimbingan yang selalu
bersama-sama untuk saling mernbantu selama kuliah maupun penulisan
skripsi ini.
9. Nova, Fitri, Hera, Gandhi, Zubaedah, Tari, Mas Kaswid, Wildan dan semua
anak agribisnis angkatan 2001, baik kelas A maupun kelas B kalian
merupakan teman yang seialu setia clalam suka maupun duka dan semoga
persahabatan kita tetap terjaga.
l 0. !bu Rizki dan Pak Gunacli yang telah banyak membantu sehingga tugas akhir
ini clapat diselesaikan.
I I. Mozaik Komputer dan anak-anak kost yang selalu memberikan bantuan yang
tidak ternilai harganya.
12. Semua pihak yang tidak mungkin dapat disebutkan satu per satu, yang telah
banyak memberikan bantuan moril dan materiL
Semoga Allah yang Maha Pengasih clan Penyayang memberikan imbalan
yang sesuai atas segala bantuan dan jasa yang telah mereka berikan kepada
penulis selama ini.
Akhir kata semoga skripsi 1m dapat memberikan manfaat bagi para
peneliti selanjutnya.
Penulis
DAFTAR ISI
111
VII
KATA PENGANTAR.
DAFTAR ISi.
DAFTAR TABEL
DAFT AR GAMBAR.
DAFTAR LAMPIRAN.
.............. ...... Vlll
BAB I. PENDAHULUAN.
J. l. Latar Belakang .
l.2. Perurnusan Masalah ...
J. 3. Tujuan Penel itian .
1.4. Manfaat Penelitian
l.5. Sisternatika Peuulisan
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.
2. J Landasan Teori
2. J. I Pernasaran
2. 1.2. Lernbaga dan Saluran Pernasaran
2.1.3. Biaya Pernasaran dan Marj in Pemasaran
2. J .4. Kornoditi Emping Melinjo .
2.2 Kerangka Pernikiran ..
2.2. l. Kerangka Pernikiran Teoritis ..
2. 1. I I Konsep Media Pengepakan
..........
IX
. J
5
7
7
8
9
9
9
JO
13
J 5
18
JS
19
2.2.1.2. Konsep Marjin Pemasaran
2.2.1.3. Konsep Efisiensi Pemasaran
2.2.2. Kerangka Pemikiran Konseptual .
BAB III. METODE PENELIT!AN ..
3 .1. Definisi Operasional
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ..
3.3. Jenis dan Sumber Data
3 .4. Metode Pengumpulan Data .
3.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data
3.5.1. Analisis Saluran Pemasaran
3.5.2. Analisis Marjin Pemasaran
3.5.3. Analisis Media pengepakan
BAB IV. GAMBARAN UMUM PUSAT KOPERASI PERTANIAN
GEMA REFORMASI DESA MENES .
4.1. Sejarah dan Perkembangan Pusat Koperasi Pertanian Gema
Reformasi .
4.2. Visi, Misi dan Tujuan Pusat Koperasi Pertanian Gema
Reformasi .
4.3. Lokasi dan Keadaan Pusat Koperasi Pertanian Gema
Reformasi
4.4. Struktm Organisasi Pusat Kopernsi Pertanian Gema
Reformasi .
20
22
24
25
25
26
26
27
27
28
28
29
30
:io
31
32
33
4.5. Kegiatan Usaha Pusat Koperasi Pertanian Gema
Reformasi
4.6. Karakteristik Pengrajin
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN .
5.1. Industri Kecil Emping Melinjo
5.1.1. Sistem Pengadaan Bahan Baku .
5. 1 2. Pengadaan Perlengkapan dan Peralatan
5. I. 3. Proses Produksi .
5.2. Analisis Pemasaran
5.2.1. Saluran Pernasaran ..
5.2.1.1. Saluran Pernasaran Satu ........................... ..
5.2. I .2. Saluran Pernasaran Dua .......................... ..
5.2.1.3. Saluran Pemasaran Tiga ........................... .
5.2.14. Saluran Pemasaran Empat .
5.2.2. Media Pengepakan .
5 .2.2.1. Perbedaan Ernping Melinjo yang Mernakai
kemasan dengan yang Tidak Mernakai
Kernasan
5.2.2.2. Hubungan Media Pengepakan Terhadap
Keuntungan ............................................ .
5.2.3. Marjin Pemasaran
5.2.3.1. Saluran Pemasaran Satu .......................... ..
5.2.3.2. Saluran Pernasaran Dua
33
34
42
42
42
44
45
47
48
49
50
51
52
52
53
54
54
55
'7
5.2.3.3. Saluran Pemasaran Tiga
5.2.3.4. Saluran Pemasaran Empat..
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN .
6.1. Kesimpulan.
6.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA.
LAMP TRAN
58
60
61
61
62
.63
66
Tabel 1.1
Tabel 4. I
Tabel 4.2.
Tabel 4.3.
Tabel 4.4.
Tabel 4.5.
Tabel 4.6.
Tabel 4.7.
Tabel 4.8.
DAFTAR TABEL
Ekspor Emping Melinjo Berdasarkan Negara Tujuan
Periode Januari-Desember 200 J . . ....... .
Pengalaman Usaha Pengrajin Emping Melinjo.
Tingkat Pendidika1; Pengrajin Emping Melinjo.
Sebaran Usia Pengrajin Em ping Melinjo ...
Halaman
3
34
34
35
Sebaran Jenis Kelamin Pengrajin Emping Melinjo ..... ................. 36
Tingkat Peke1jaan Pengrajin Emping Melinjo.............................. 36
Tingkat Pendapatan Pengrajin Emping Melinjo ................................ 37
Sebaran Status Usaha Pengrajin Emping Melinjo ............................. 37
Sebaran Jumlah Anggota Keluarga Pengrajian Emping Melinjo ...... 38
Tabel 4.9. Sebaran Luas Laban yang Dikuasai Pengrajin Emping Melinjo ... 38
Tab el 4. J 0. Jen is Emping Melinjo yang Dihasilkan Pengrajin Emping Melinjo .. 39
Tabel 4.11. Jenis Emping Melinjo yang Laku Dipasarkan ........... ............ 40
Tabel 4.12. Tingkat Pemasaran Emping Melinjo yang Paling Laku
Tabel 4. I 3. Jenis Rasa yang Disukai dari Emping Melin30 ......... .
Tabel 5.1. Harga Emping Melinjo pada Saat Musim Panen Raya dan
Musim Panen Biasa ...
Responden Salman Pemasaran Emping Melinjo
Marjin Pemasaran Tingkat J (Rp/kg)
40
41
44
49
57
Tabel 5.2.
Tabel 5.3.
Tabel 5.4.
Tabel 5.5.
Tabel 5.6.
Maijin Pemasaran Tingkat 2 (Rp/kg). .. .. ................. 57
Marjin Pemasaran Tingkat 3 (Rp/kg) ................................................ 58
Marjin Pemasaran Tingkat 4 (Rp/kg) ....... .. ................................... 60
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Garn bar 2. I Pola Saluran Pemasaran Produk Industri ... . .................. 13
Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran Konseptual
Gambar 5 I. Proses Produksi Emping Melinjo .
.................................... 24
. ............... 47
Gambar 5.2. Pemasaran Em ping Melinjo di Pusat Koperasi
Gema Reformasi Desa Menes . . .......................................... 48
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I. Struktur Organisasi Pusat Koperasi Pertanian Gema
Reformasi Desa Menes
Lampiran 2. Sebaran Marj in Pemasaran Emping Melinjo di Pusat
Koperasi Pertanian Gema Reformasi Desa Menes
Lampiran 3. Komponen Biaya Produksi, Biaya dan Maijin Saluran
Pemasaran Tingkat Satu Emping Melinjo di Pusat
Koperasi Pe1ianian Gema Reformasi Desa Menes
(Rp.000)
Lampiran 4. Komponen Biaya Produksi, Biaya dan Mmjin Saluran
Pemasaran Tingkat Dua Emping Melinjo di Pusat
Koperasi Pertanian Gema Reformasi Desa Menes
(Rp.000)
Lampiran 5. Komponen Biaya Produksi, Biaya dan Marjin Saluran
Pemasaran Tingkat Tiga Em ping Mel injo di Pusat
Koperasi Pertanian Gema Reformasi Desa Menes
(Rp.000)
Lampiran 6. Komponen Biaya Produksi, Biaya dan Marjin Saluran
Pemasaran Tingkat Empat Ernping Melinjo di Pusat
Koperasi Pertanian Gema Reforrnasi Desa Menes
(Rp.000)
Larnpiran 7. Data Jumlah Unit Usaha dan Jumlah Tenaga Kerja
Usaha Emping Melinjo di Kecamatan Menes Tahun
2002-2004
Lampiran 8. Data Nilai Bahan Baku dan Nilai Produksi Usaha
Emping Melinjo di Kecamatan Menes Tahun 2002-
2004.
Lampiran 9. Banyaknya Tanaman yang Menghasilkan dan Produksi
Buah Melinio cli Kec.emet"n MPnP' Tohnn ?nnn_·)()n<
Halaman
67
68
69
70
71
72
72
73
Larnpiran l 0. Banyaknya Bahan Baku dan Nilai Bahan Baku yang
Dipakai Perusahaan lndustri Menurut Jenis Produksi di
Kabupaten Pandeglang Tahun 2000-2003 74
Larnpiran 11. Banyaknya Produksi dan Nilai Produksi pada
Perusahaan Industri Menurut Jenis Produksi di
Kabupaten Pandeglang Tahun 2000-2003
Lampiran 12. Peta Lokasi Centra Horne Industri Emping Melinjo
Lampiran 13 Peta Lokasi Desa Menes Kecematan Menes Kabupaten
Pandeglang ...
Lampiran 14. Pengesahan Akta Pendirian Pusat Koperasi Pertanian
Gema Reformasi Desa Menes
Lampiran I 5. Surat lzin Tempat Usaha
Lampiran I 6. Jumlah Unit Usaha yang Memiliki Surat Izin Usaha
74
75
76
77
80
81
BAB!
PENDAHULUAN
LL Latar Belakang
Si stern agribisnis memiliki ruang lingkup yang jauh lebih luas dari sekedar
pengertian pertanian primer. Paling sedikit sistem agribisnis mencakup empat
subsistem, yaitu subsistem hulu (up-stream agrih11si11ess), yaitu kegiatan ekonomi
yang menghasilkan agroindustri hulu dan perdagangan sarana produksi pertanian
primer seperti industri pupuk, obat-obatan, bibit/benih, ala! dan mesin pertanian,
dan lain-lain; subsistem usahatani (011:/cmu agrih11si11ess), atau yang lebih dikenal
sebagai sektor pertanian primer; subsistem hilir (dow11-stream agrihusiness), yaitu
kegiatan ekonomi yang mengolah hasil pertanian primer menjadi produk olahan,
baik dalam bentuk yang siap dimasak atau siap untuk disaji atau siap untuk
dikonsumsi, subsistem jasa dan layanan pendukung sepei-ti koperasi, lembaga
keuangan dan pembiayaan, transportasi, penyuluhan dan layanan informasi
agribisnis, penelitian dan pengembangan, dan lain-lain. Pengembangan agribisnis
dapat mernberikan berbagai manfaat dalam memberikan sumbangan terbesar
terhadap pendapatan nasional dan pendapatan daerah, kesempatan kerja secara
nasional dan di masing-masing daerah, ekspor non-migas dan penciptaan nilai
tambah (Krisnarnurthi, 2000:2).
Khusus dalam pengembangan sistem agribisnis koperasi mempunya1
peranan yang strategis. Koperasi dapat berperan dalam proses pra usahatani
seperti penyediaan permodalan bagi para petani, penyediaan pupuk, penyediaan
2
dapat berperan dalarn penanganan pascapanen, pengolahan rnelalui industri
1nakanan, dan pen1asaran produk dalan1 rangka n1e1nperkuat posisi tawar
(hurgu111111g) serta peningkatan nilai tarnbah dari produk yang dihasilkan.
Kabupaten Pandeglang merupakan sentra utama produksi melinjo di
Propinsi Banten. Menurut data Badan Pusat Statistik Kabupaten Pandeglang
(2002), luas areal tanaman melinjo yang ada di Kabupat•on Pandeglang adalah
sebesar 3 157 hektar. dengan perincian luas areal tanaman muda sebesar 618
hektar, tanaman produksi sebesar 2.470 hektar, tanarnan tua sebesar 69 hektar dan
luas bairn areal tanaman melinjo sebesar 4.137 hektar dengan jumlah petani
pemilik sebanyak 4.791 orang yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten
Pandeglang
lndustri pembuatan emping melinjo khususnya yang ada di Kabupaten
Pandeglang merupakan suatu primadona industri kecil yang ada di Kabupaten
Pandeglang yang dilakukan secara turun-temurun dan budaya bagi masyarakat
seternpat. Pada tahun 2004, tercatat 7.077 unit usaha pembuatan emping melinjo
yang ada di Kabupaten Pandeglang dengan nilai produksi sebesar Rp. 44,7 milyar.
lndustri ini hanya merupakan usaha sampingan bagi masyarakat sekitar, akan
tetapi dapat dijadikan tambahan pendapatan keluarga dalam memenuhi kebutuhan
sehari-hari. Jumlah unit usaha yang ada tersebut sebagian besar berbentuk industri
kecil clan industri rumah tangga dengan tenaga kerja yang digunakan masih
berjurnlah di bawah 20 orang yang sebagian besar merupakan anggota keluarga
atau masih ada ikatan persaudaraan. Secara total industri ini mampu menyerap
tenaga kerja sebanyak 13 .34 7 orang pada tahun 2003 dan meningkat menjadi
13_353 oran~J narl~ ttihlln ?004
3
Produk emping melinjo khususnya yang dihasilkan dari Kabupaten
Pancleglang merupakan salah satu procluk olahan dari melinjo yang banyak
diminati oleh konsumen dalam negeri maupun konsumen luar negeri. Khusus
untuk konsumsi dalam negeri, konsumen emping melinjo ini biasanya berasal dari
daerah golongan ekonomi menengah ke atas. Emping melinjo dapat dijadikan
makanan cemilan favorit keluarga. Emping melinjo Indonesia telah di ekspor ke
berbagai negara Eropa, Timur Tengah, clan Amerika Serikat, ini merupakan bukti
jika em ping rnelinjo telah banyak digernari oleh rnasyarakat dunia (Tabel I. I).
Tahcl I. 1. Ekspor Emping ivlelinjo Berdasarkan Negara Tujuan Periode Januari-Desemher 2001
NO. NEGARA TU.JUAN BERA T BERSII~ (KG) NILA! FOB (US$)
I. Hongkong 11 43
2. Taiwan 721 472 , China 13.393 1.684 0.
4. Singapura 88.747 98.719
5. Malaysia 245.350 69.460
6. Brunei Darussalam 1.433 4.425
7. Arab Saudi 8.215 5.352
8. Australia 1.204 370
9. Timar Timur I 13 l 12
10. Amerika Serikat 6.101 4.867
1 1. Beland a 59.095 108.984
12 Jerman 6 20
Sumber • Badan Pusat Stat1st1k, 2002
Besarnya potensi yang dimiliki clan peluang pengembangan yang masih
sangat terbuka lebar menyebabkan Pemerintah Daerah Kabupaten Pandeglang
memberikan prioritas pada pengembangan sistem agribisnis emping melinjo,
terrnasuk di dalamnya koperasi. Koperasi dalam bentuk koperasi produksi
4
didirikan oleh pengraJ1n emp111g melinjo. Pembentukan koperasi 1n1
dilatarbelakangi olch adanya keinginan para pengrajin untu~ n1eningkatkan
pendapatan dan diharapkan marnpu menjadi wadah bagi pengraJ1n dalarn
rnenampung hasil produksi dengan harga yang layak.
Diantara koperasi-koperasi primer yang beranggotakan para pengra11n
emping melinjo yang berada di Kabupaten Pandeglang kemudian bergabung
rnernbentuk Pusat Koperasi Pe11anian Gema Reformasi Desa Menes Kecarnatan
Menes Kabupaten Pandeglang Banten, dengan koperasi ini diharapkan kegiatan
usaha empimg melinjo dapat lebih efisien. Hal ini dikarenakan adanya skala usaha
yang lebih besar yang menyebabkan besarnya pula pemupukan modal. Koperasi
sekunder ini dapat berfungsi dalam hal penyediaan bahan baku melinjo dan
penampungan serta pemasaran ernping rnelinjo yang dihasilkan. Kernudian,
karena konsurnen emping melinjo biasanya berasal dari masyarakat golongan
ekonorni rnenengah ke atas ataupun konsurnen dari mancanegara yang sangat
memperhatikan pengernasan, kualitas se11a rasa dari ernping rnelinjo, maka Pusat
Koperasi Pe11anian Gema Reforrnasi Desa Menes Kecarnatan Menes Kabupaten
Pandeglang Banten dapat melakukan pengolahan emping rnelinjo lebih lanjut
se11a pengemasan yang lebih baik dan lebih mengandung unsur estetika serta
kesehatan.
5
1.2. Pcrumusan Masalah
Koperasi sebagai salah satu badan usaha tumbuh dan berkembang dalam
suatu lingkungan yang n1en1pengaruhinya secara langsung n1aupun tidak
langsung. Pola dasar pembangunan Kabupaten Pandeglang mempunyai visi
"Kabupaten Pandeglang dengan Agribisnis dan Daerah Tujuan Wisata Unggul di
Propinsi Banten Tahun 2005". Komoditi emping melinjo sebagai salah satu
komoditi unggulan claerah mendapatkan prioritas clalam penekanan pembangunan
sebagai sektor penanian serta pemerintah claerah berusaha keras untuk menarik
investor agar mau menanamkan moclalnya dalam industri emping melinjo. Peran
positif pernerintah daerah clalam pengembangan industri emping rnelinjo
mengakibatkan semakin meningkatnya jumlah unit usaha pengembangan emping
melinjo khususnya yang berada di Kabupaten Pandeglang. Menurut data Dinas
Perindustrian, Perdagangan clan Pasar Kabupaten Pandeglang (2005), meskipun
relatif kecil terjadi peningkatan dalam ha! jumlah unit usaha maupun nilai
produksi. Jumlah unit usaha meningkat dari 7.076 unit usaha pada tahun 2003
menjadi 7.077 unit usaha pada tahun 2004, dengan nilai produksi yang meningkat
dari Rp. 44,6 milyar pad a tahun 2003 menjadi Rp. 44, 7 milyar pada tahun 2004
sena peningkatan nilai bahan baku dari Rp. 29,6 milyar pada tahun 2002 menjadi
Rp. 29,8 milyar pada tahun 2004.
Namun dalam kenyataannya, usaha yang dijalankan oleh Pusat Koperasi
Pe11anian Gema Reformasi Desa Menes Kecarnatan Menes Banten masih
menghadapi berbagai kendala dan perrnasalahan, baik dalam hal produksi rnaupun
pemasaran. Dalarn hal produksi, Pusat Koperasi Penanian Gema Reforrnasi Desa
6
Menes Kecamatan Menes Banten dihadapkan pada masih rendahnya kapasitas
produksi yang bisa dicapai. Sampai saat ini Pusat Koperasi Pertanian Gema
Reformasi Desa Menes Kecarnatan Menes Banten hanya mampu memproduksi
em ping melinjo sebanyak 2 J ton per bulannya, padahal setiap hari pengrajin rata
rata dapat memproduksi 3,6 kilogram emping melinjo kering dengan jumlah
bahan bairn sebanyak 8 kilogram, dengan hari efektif bagi pengrajin setiap
bulannya 26 hari kerja maka dengan jumlah pengrajin sebanyak 1.550 orang
sebenarnya Pusat Koperasi Pertanian Gema Reformasi Desa Menes Kecamatan
Menes Banten dapat memproduksi emping melinjo sebanyak 145,08 ton untuk
setiap bulannya. Lebih parah lagi, jumlah emping melinjo yang terjual dalam satu
bulan rata-rata berada jauh di bawah jumlah emping melinjo yang dihasilkan
dalam bulan tersebut mengakibatkan banyaknya produk emping melinjo yang
tidak laku te1jual sehingga keulltungan yang diperoleh koperasi akan berkurang
serta dapat rnenghambat kelangsungan clan pengembangan koperasi.
Dari uraian di atas maka dapat dirumuskan rnasalah penelitian sebagai
berikut
l. Bagaimana po la saluran pemasaran industri empmg melinjo di daerah
penelitian?
2. Bagai1nana n1edia pengepakan yang digunakan pada setiap len1baga
pen1asaran ?
3. Bagaimana sebaran ma1jin pemasaran emping melinjo pada setiap lembaga
pe1nasaran ?
7
1.3. Tujuan Penelitian
Berclasarkan perurnusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah .
I. Menganalisis pola saluran pemasaran yang terjadi di daerah penelitian
2. wlengana1·1sis media pengepakan yang digunakan pada setiap lembaga
pen1asaran.
3. Menganalisis sebaran marjin pemasaran emping melinjo pada setiap lembaga
pen1asaran.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan rnanfaat bagi pihak-pihak
terkait, antara lain ·
l. Bagi petani dan len1baga peinasaran yang terlibat sebagai bahan infonnasi
untuk melaksanakan kerjasama yang saling menguntungkan dalarn pernasaran
emping rnelinjo.
2. Bagi peneliti sebagai penerapan ilmu atau teori yang telah didapat selarna
masa perkuliahan clan bisa diterapkan dalam perrnasalahan yang terjadi di
masyarakat dan dapat memberikan alternatif pemecahannya.
8
1.5. Sistcmatika Pcnulisan
Sistematika penulisan dalam proposal penelitian ini terdiri dari Bab I
Pendahuluan Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat
Penelitian, Bab II Tinjauan Pustaka : Landasan Teori (Pemasaran, Lembaga dan
Saluran Pemasaran, Biaya Pemasaran dan Marjin Pemasaran, Komoditi Emping
Melinjo), Kerangka Pemikiran (Kerangka Pemikiran Teoritis dan Kerangka
Pemikiran Konseptual), Bab Ill Metode Penelitian : Definisi Operasional, Lokasi
dan Waktu Penelitian, Jenis dan Sumber Data, Metode Pengumpulan Data,
Metocle Pengolahan dan Analisis Data. Bab IV : Sejarah clan Perkembangan Pusat
Koperasi Pertanian Gema Reformasi Desa Menes Kecamatan Menes Kabupaten
Pandeglang Banten, Visi, Misi clan Tujuan Pusat Koperasi Pe11anian Gema
Refor111asi Desa Menes Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang Banten, Lokasi
dan Keadaan Pusat Koperasi Pertanian Gema Refor111asi Desa Menes Kecamatan
Menes Kabupaten Pandeglang Banten, Struktur Orgarnsasi Pusat Koperasi
Pertanian Gema Reformasi Desa Menes Kecamatan Menes Kabupaten
Pandeglang Banten, Kegiatan Usaha Pusat Koperasi Pertanian Gema Reformasi
Desa Menes Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang Banten, Karakteristik
Pengraj in. Bab V lndustri Kecil Emping Mel111jo di Desa Menes, Sistem
Pengadaan Bahan Bairn, Pengadaan Perlengkapan dan Peralatan, Proses Produksi,
Analisis Pemasaran (Saluran Pemasaran, Media Pengepakan, IVlarjin Pe111asaran),
Bab VJ : Kesimpulan dan Saran.
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Pemasaran
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tataniaga pertanian ada:ah rnencakup segala pekerjaan dari badan-badan
yang rnenyelenggarakannya yang terlibat dalam pemindahan hasil-hasil pertanian
dari petani sampai ke tangan konsumen akhir (Thomsen, 1951:13). Pemasaran
adalah serangkaian proses kegiatan atau aktivitas yang ditujukan untuk
menyalurkan barang-barang atau jasa-jasa dari titik produsen ke titik konsumen
(Limbong dan Sitorus, 1987 3)
Menurut Azzaino (198313), tataniaga adalah suatu kegiatan produktif
karena dapat menciptakan tambahan nilai tempat, nilai waktu, nilai bentuk dan
nilai hak milik melalui proses keseimbangan permintaan dan pemasaran oleh
pedagang-pedagang sebagai perantara antara produsen dan konsumen akhir.
Menurnt Kotler ( 1997 9), pemasaran adalah proses sosial dan manajerial
dimana individu dan kelompok 111e111peroleh apa yang mereka butuhkan dan
inginkan, dengan earn menciptakan, menawarkan serta mempertiikarkan produk
dan nilai dengan individu dan kelompok lainnya. Menurnt Kotler dan Armstrong
(2004:5), pemasaran adalah proses pemberian kepuasan kepada konsumen untuk
mendapatkan laba. Dua sasaran pemasaran yang utama adalah menarik konsumen
ban.1 dengan menjanjikan nilai yang unggul dan 111e111pertahankan konsumen saat
ini dengan memberikan kepuasan.
JO
Backman dalarn Kotler ( 1985: J 9), rnendefinisikan bahwa pemasaran
mencakup segala aktivitas yang diperlukan dalam mengerjakan pemindahan hak
milik dan menyelenggarakan saluran fisik dari padanya. Pemasaran berarti
kegiatan manusia yang berlangsung dalam kaitannya dengan pasar untuk
mewujudkan pertukaran yang potensial dengan maksucl memuaskan kebutuhan
dan keinginan n1anusia.
Kotler ( 1996:2) mengemukakan bahwa pertukaran adalah konsep yang
melandasi pemasaran Agar terjac\i pertukaran maka lima kondisi berikut harus
dipenuhi, yaitu (I) sekurang-kurangnya ada dua pihak, (2) masing-masing pihak
mempunyai sesuatu yang bernilai bagi pihak lain, (3) masing-masing pihak
mampu berkomunikasi dan mengirim suatu produk kepada pihak lain, (4) masing
masing pihak bebas untuk menerima atau menolak tawaran pihak lain, (5) masing
masing pihak percaya dan berhubungan baik dengan pihak lain.
2.1.2. Lembaga dan Saluran Pemasaran
Dalam suatu sistem pemasaran, untuk menya111paikan barang dari tangan
produsen ke konsu111en akhir melibatkan beberapa lembaga pemasaran yang
mernbentuk berbagai sa!uran yang digunakan produsen untuk menyalurkan
produknya kepada konsumen c\ari titik proclusen. Lernbaga pemasaran adalah
badan-badan atau lernbaga-lembaga yang berusaha dalam bidang pemasaran,
menggerakkan barang dari produsen sampai ke konsumen rnelalui penjualan
(Lirnbong dan Sitorus, 1987:9). Lernbaga pernasaran pada dasarnya han.1s
berfungsi dalam memberikan pelayanan kepada pembeli maupun komoditi itu
sendiri (Saefuddin dalan1 I-Iidavati. 2000·9) serl::in~rk::in <.:.:.::iltir::in nP1n~1::!'.lr~n
11
merupakan sistem untuk menyampaikan produk yang dihasilkan oleh produsen
kepada konsumen.
Produsen melakukan berbagai pertimbangan dalam menyalurkan
produknya ke pasar berupa pertimbangan pasar, pertimbangan barang,
pertimbangan dari segi perusahaan, pertimbangan terhadap lembaga pemasaran
yang akan diikutsertakan dalam penyaluran komoditi . Adapun penjelasan tentang
pertimbangan tersebut adalah sebagai berikut :
•:• Pertimbangan pasar meliputi siapa konsumennya (rumah tangga, industri,
ataukah kedua-duanya), berapa jumlah pesanan clan bagaimana kebiasaan
konsumen membeli.
•:• Pertimbangan barang : berapa besar nilai per unit barang tersebut, besar dan
berat barang (mudah rusak atau tidak)
•:• Pertimbangan dari seg1 per·usahaan meliputi sumber permodalan,
kemampuan dan pengalaman manajemen, pengawasan penyaluran dan
pelayanan yang diberikan oleh penjual.
•:• Pertimbangan terhadap lembaga perantara pelayanan yang dapat diberikan
lembaga perantara, kegunaan perantara, volume penjualan dan pertimbangan
biaya.
Definisi saluran pemasaran menurut Kotler ( 1996:279) adalah sekolompok
perusahaan dan perorangan yang memiliki hak kepemilikan atas produk atau
rnembantu memindahkan hak kepemilikan produk atau jasa ketika dipindahkan
dari produsen ke konsumen. Salman pemasaran ini ada beberapa rnacam
tergantung dari jenis barang yang akan dipasarkan. Sernakin banyak tingkat
12
saluran pemasaran, maka semakin sedikit peran produsen terhadap barang/jasa
yang diperdagangkan. 1'ingkat saluran pe111asaran yang digunakan secara un1un1
terdiri dari empat, yaitu :
• Saluran no! tingkat; pada saluran no! tingkat di mana dari produsen produk
langsung dipasarkan ke konsumen akhir.
• Saluran satu tingkat; pada saluran satu tingkat di mana jalur pemasaran produk
adalah produsen - pengecer - konsumen.
• Saluran tingkat dua; pada saluran tingkat dua memiliki jalur pernasaran
produk mulai dari produsen - grosir - pengecer - konsumen.
• Saluran tiga tingkat; pada saturan tiga tingkat merniliki saluran pemasaran
produk mulai dari produsen - grosir - pemborong - pengecer - konsumen.
l'vlenurut Limbong dan Sitorus ( 1987:20), ada tiga kelompok yang secara
langsung terlibat dalam penyaluran barang atau jasa mulai dari tingkat produsen
sampai tingkat konsumen, yaitu (I) pihak produsen, (2) lembaga perantara, (3)
pihak konsumen akhir. Pihak lembaga perantara adalah yang memberikan
pelayanan dalam hubungannya dengan pembelian dan penjualan barang dan jasa
dari produsen dan konsumen, yaitu pedagang besar ( whose!ler) dan pedagang
pengecer (retai!e1), sedangkan konsumen akhir adalah pihak yang langsung
menggunakan barang dan jasa yang dipasarkan.
l'vlenurut Bucklin (1966:5), saluran distribusi (pemasaran) terdiri dari
seperangkat lembaga yang melakukan semua kegiatan (fungsi) yang digunakan
untuk menyalurkan produk dan status pernilikkannya dari produksi ke konsumen.
Banyaknya lembaga yang terlibat dalam suatu pemasaran dipengaruhi oleh jarak
13
dari produsen ke konsumen, sifat komoditas, skala produksi dan kekuatan modal
yang dimilki. Semakin jauh jarak antara produsen dan konsumen akan
mengakibatkan relatif panjangnya saluran pemasaran serta banyaknya aktivitas
bisnis yang dilakukan dengan melibatkan sejumlah pelaku pemasaran. Komoditas
yang cepat rusak membutuhkan saluran pemasaran yang relatif pendek agar dapat
segera diolah atau dikonsumsi. Skala produksi yang sernakin kecil menyebabkan
saluran pemasaran akan semakin banyak melibatkan lembaga pemasaran sebagai
pedagang perantara.
Produsen Pedagang Besar Konsumen
Akhir
Pedag<~ Pengec~
Gambar 2.1. Pola Saluran Pemasaran Prodnk lndustri
2.1.3. Biaya Pemasaran dan Marjin Pemasaran
Biaya pemasaran adalah pengeluaran yang diperlukan untuk
menggerakkan atau menyalurkan produk dari lokasi produksi ke Jokasi konsumen.
Selanjutnya, pos-pos atau biaya-biaya lain yang juga termasuk sebagai biaya
pemasaran antara lain adalah pengangkutan, penyimpa.nan, tenaga kerja,
standnrdisasi, pengepakan, pengolahan, kredit, informasi dan pajak (Atmakusuma,
I 984 22)
14
Thomsen ( 1951 :22) mendefinisikan marjin pemasaran sebagai perbedaan
nilai fisik suatu barang pada tingkat lembaga pemasaran yang berbeda, sehingga
marjin pemasaran dapat diartikan sebagai penjumlahan semua biaya pemasaran
yang dikeluarkan selama proses penyaluran suatu barang dari produsen ke
konsumen ditambah keuntungan yang diperoleh dari komoditi yang diusahakan.
Robinson dan Tomek (1990:22) mendefinisikan marjin tataniaga sebagai
perbedaan harga yang dibayarkan oleh konsumen dengan harga yang diterima
oleh produsen. Marjin tataniaga juga dinyatakan sebagai nilai dari jasa-jasa
pelaksanaan kegiatan sejak tingkat produsen sampai tingkat konsumen. Dahl dan
Hammond (1977:22) rnendefinisikan 111a1jin tataniaga sebagai perbedaan harga
pada setiap tingkatan yang berbeda dari suatu sistern pernasaran.
Berbedanya rantai pernasaran yang dilalui suatu produk dan berbedanya
perlakuan yang diberikan kepada produk dalam berbagai saluran pemasaran akan
rnenyebabkan terjadinya perbedaan harga jual produk. Semakin banyak lembaga
yang rnengarnbil peran terhadap hasil akhir dan penyaluran suatu komoditas,
rnaka konsurnen akan sernakin banyak membayar perbedaan harga yang terjadi
untuk produk dengan harga yang akan diterima produsen. Pada dasarnya, setiap
lembaga yang terlibat atau melibatkan dalam suatu saluran pemasaran komoditas
atau produk mernpunyai tujuan akhir memperoleh keuntungan atau laba.
Besarnya biaya pernasaran dan rnaijin keuntungan yang didapat lembaga
pemasaran berbeda-beda untuk setiap jenis produk dan tingkat lembaga
pemasaran. Perbedaan waktu saat dilakukannya kegiatan atau aktivitas pemasaran
juga merupakan salah satu faktor yang menimbulkan perbedaan pada biaya dan
marjin keuntungan yang harus dibayar dan yang didapatkan oleh lembaga
pemasaran.
15
2.1.4. Komoditi Emping Melinjo
Melinjo atau belinjo mcrupakan tanaman perkebunan atau industri yang
termasuk tumbuhan berbiji. Tumbuhan ini menghasilkan bunga dan biji yang bisa
dikembangbiakan dengan bijinya. Melinjo berbeda dengan tumbuhan berbiji
lainnya, kulit luar yang berwarna merah (bila sudah tua), adalah kulit biji. Itulah
sebabnya melinjo digolongkan ke dalam tumbuhan berbiji terbuka
(Gymnospermae). Klasifikasi melinjo dalam dunia tumbuh-tumbuhan adalah
sebagai berikut :
Divisi Spermatophyta
Subdivisi Gym11ospermae
Kelas Gnetinae
Ordo Gnetales
Famili Gnetaceae
Genus Gnetum
Spesies Gnetum gnemon (Melinjo)
Emping melinjo merupakan produk makanan olahan yang terbuat dari biji
melinjo. Untuk mengkonsumsinya, produk berbentuk chip (keripik) tersebut harus
digoreng terlebih dahulu. Jeni~ emping melinjo yang diperdagangkan ada tiga
macam. Jenis pe11ama Loce K (Loce Kecil), yaitu terdiri dari satu biji melinjo,
dengan garis tengah kurang dari 3 cm atau biasa disebut ceprek (keceprek). Jenis
kedua adalah G.2 (Gandeng dua), terdiri dari dua atau tiga biji melinjo dengan
garis tengah kurang lebih 6 cm. Jenis yang ketiga adalah Loce B (Loce Besar),
terdiri dari enarn sampai delapan biji melinjo dengan garis tengah kurang lebih 1 O
-·~ /0 •• ;.~_ .. _ 1 ("\f"\'1.0\
·16
Selain klasifikasi menurut jenis, dikalangan para pedagang juga dikenal
adanya klasifikasi mutu yaitu :
I. Kualitas I atau kualitas super dengan ciri-ciri wujuclnya tipis transparan,
ketebalan diseluruh permukaan sama, wama putih bening, bentuk bulat, tidak
tampak adanya sambungan biji dan baunya normal.
2. Kualitas II dengan ciri-ciri bentuk lebih tebal daripada kualitas I, warna putih
bening, ketebalan kurang merata dan tampak adanya sambungan biji.
3. Kualitas III dengan ciri-ciri bentuk tebal, ketebalan dan sisinya kurang merata,
warna kusam dan tampak adanya sambungan biji.
Perbedaan rnutu ernping bukan saja berbeda dalarn hal penarnpilan fisik
juga berbeda dalarn rasa. Ernping rnelinjo super rnernpunyai rasa yang lebih gurih
dibandingkan kualitas yang Jain. Perbedaan kualitas disebabkan oleh beberapa hal,
yaitu mutu, jenis bahan baku dan peralatan yang dipakai serta keterampilan teknis
pengraJ1n.
Pohon melinjo merupakan pohon yang hampir semua bagiannya dapat
dirnanfaatkan. Kayu rnelinjo dapat dirnanfaatkan untuk berbagai perkakas, kayu
bakar dan sebagai bahan pembuat bahan pembuat kertas. Kulit batang melinjo
mengandung serat yang baik untuk bahan tali, pucuk daun dan buahnya untuk
sayur, batok melinjo dapat dimanfaatkan untuk pupuk, buah melinjo yang sudah
tua dikupas kemudian dipukul sarnpai pipih lalu dikeringkan untuk menghasilkan
emping melinjo.
Untuk keperluan ekspor, emping melinjo hams mernpunyai klasifikasi dan
standar mutu te1tentu. Emping melinjo digolongkan atas satu jenis mutu dengan
• Kadar air
• Jamur
• Benda asing
• Warna
• Emping tidak utuh
Keterangan
Benda asing
Emping tidak utuh
12,0 persen
tidak terlihat mata
tidak ada
kuning bening sampai kuning keputihan, homogen
6, 0 !Jersen
17
bahan-bahan lain yang bukan emping melinjo yang
tercampur, seperti kulit biji, kotoran serangga dan
lain-lain.
emping yang satu per tiga bagian atau lebih dari
selumh luas permukaannya telah terlepas.
Emping melinjo dikemas dalam kantong plastik yang ditutup rapat,
kemudian dengan keranjang dimasukkan dalam peti dengan berat bersih
maksimum 50 kilogram setiap peti. Pada bagian luar peti ditulis dengan bahan cat
yang tidak mudah luntur, antara lain : nama barang, nama atau kode pemsahaan,
nomor lot, nomor pendaftaran pada Departemen Kesehatan RI, berat kotor, berat
bersih, produksi Indonesia, dan tempat atau negara tujuan (http
://warintek. progresio .or.id. Melinjo ).
Menumt Undang (2004: 11) jenis emping melinjo yang dihasilkan Pusat
Koperasi Gema Reformasi Desa Menes Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang
dapat dibedakan menjadi emping goblak (terbuat dari 20 s/d 30 biji melinjo,
menghasilkan setiap satu buah emping berdiameter 15 s/d 25 cm), emping banci
(terbuat dari 10 s/d 15 biji melinjo, menghasilkan setiap satu buah emping
18
menghasilkan setiap satu buah em ping berdiameter 6 s/d I 0 cm), em ping satu
(terbuat dari I s/d 2 buah biji melinjo, menghasilkan setiap satu buah emping
berdiameter 2 s/d 4 cm), emping benggol (terbuat dari 3 s/d 5 buah biji melinjo,
menghasilkan setiap satu buah emping berdiameter antara 4 s/d 7 cm).
2.2. Kerangka Pemikiran
2.2.1. Kerangka Pemikiran Teoritis
Tanaman melinjo (Gnetum gnemon) merupakan tanaman yang sudah lama
dikenal masyarakat luas. Sifat tanaman melinjo yang tidak membutuhkan kondisi
tanah yang khusus menyebahkan tanaman ini dapat tumbuh dimana-mana.
Tanaman melinjo menghasilkan biji melinjo yang merupakan bahan baku utama
dalam pembuatan emping melinjo.
Emping melinjo merupakan jenis makanan ringan yang bentuknya pipih
bulat dari biji melinjo yang sudah tua. Pembuatan emping melinjo melalui proses
yang sederhana dan secara keseluruhan dikerjakan oleh tenaga kerja manusia.
Sepe11i halnya industri pengolahan hasil pertanian lainnya, permasalahan yang
sering timbul dalam mengolah emping melinjo adalah masalah bahan bairn yang
sifatnya musiman, mudah rusak dan tidak tahan lama. Industri kecil emping
melinjo merupakan industri kecil pedesaan yang tumbuh berdasarkan kebutuhan
dan sumberdaya yang dimiliki masyarakat.
19
2.2.1.1. Konsep Media Pengepakan
Fungsi-fungsi pemasaran merupakan berbagai kegiatan yang bertujuan
untuk memperlancar penyaluran barang dan jasa dari produsen ke konsumen
menimbulkan kegunaan temp at, bentuk dan waktu pada barang dan jasa.
Dalam pemasaran suatu produk, pemberian wadah atau kemasan dapat
memainkan peran yang penting. Saat ini banyak orang pemasaran yang
menganggap masalah kemasan (packaging) sebagai faktor P kelima sesudah price
(harga), product (produk), place (tempat, distribusi) dan promotion (promosi,
iklan).
Masalah kemasan dirumuskan sebagai kegiatan merancang dan
memproduksi wadah atau bungkus suatu produk. Kemasan dasar adalah bungkus
langsung dari suatu produk. Kemasan tambahan ial ah bahan yang melindungi
kemasan dasar dan dibuang bila produk tersebut akan digunakan. Kemasan
pengiriman adalah setiap kemasan yang diperlukan waktu penyimpanan,
pengangkutan dan identifikasi (Bucklin, 1966:5).
Beberapa faktor telah ikut mengambil peran besar dalam semakin
meningkatnya kemasan sebagai suatu alat pemasaran :
a. Swalayan. Kemasan harus menarik, menyebarkan cm-cm produk,
meyakinkan konsumen dan memberi kesan menyeluruh yang menguntungkan.
b. Kemakmuran konsumen. Meningkatnya kekayaan konsumen akan berarti
bahwa konsumen bersedia membayar mahal bagi kemudahan, penampilan dan
prestise dari kemasan yang lebih baik.
20
c. Citra perusahaan dan merek. Banyak perusahaan mengakui adanya kekuatan
yang dikandung oleh kemasan yang dirancang dengan cermat dalam
mempercepat konsumen mengenali perusahaan atau merek tertentu.
d. Peluang inovasi. Cara pengemasan yang inovatif dapat memberi manfaat yang
besar bagi konsumen dan keuntungan bagi produsen.
Konsep pengemasan merupakan batasan bagaimana suatu kemasan itu
seharusnya dan berfungsi bagi suatu produk tertentu. Apakah fungsi-fi.mgsi suatu
kemasan itu harus melindungi produk sebaik mungkin, menyajikan cara membuka
yang baru, menggambarkan mutu tertentu dari produk atau perusahaan, atau
fungsi yang lain lagi. Disamping itu, konsep kemasan harus didasarkan juga pada
elemen-elemen seperti ukuran, bentuk, bahan warna, teks dan tanda merek.
Setelah desain kemasan disusun, berbagai jenis pengujian perlu dilakukan
seperti : uji perekayasaan untuk menjamin bahan kemasan mampu bertahan dalam
kondisi normal ; uji visual untuk meyakinkan bahwa segala. bentuk tulisan dapat
dibaca dengan warna yang seimbang ; uji penyalur untuk melihat apakah penyalur
bahwa kemasan cukup menarik dan mudah ditangani ; dan terakhir uji konsumen
urtuk meyakinkan bahwa adanya tanggapan baik dari para pembeli.
2.2.1.2. Ko11Sep Marj in Pemasaran
Marjin pemasaran didefinisikan sebagai perbedaan harga yang dibayar
konsumen dengan harga yang diterima produsen, dan dapat juga dinyatakn nilai
dari jasa-jasa pelaksanaan kegi«tan tataniaga sejak dari tingkat produsen hingga
tinglrnt konsum~n yl\l1g terdil'i dari komponen bi11yn pe111ns11rnn dnn ko111ponen
keuntungan lembaga pemasaran (Limbong dan Sitorus, 1987: 12).
..
21
B iaya pemasaran adalah semua jenis bi a ya yang dikeluarkan oleh
lembaga-lembaga yang terlibat dalam sistem pemasaran suatu komoditi dalam
proses penyampaian barang dalam ha! ini adalah emping melinjo, mulai dari
produsen sampai konsumen akhir. Keuntungan pemasaran adalah pengurangan
marjin pemasaran dengan biaya-biaya pemasaran (Uun Junandar, 2002:23).
Pengertian marj in pemasaran ini sering dipergunakan untuk menjelaskan
fenomena yang menjembatani kesenjangan antara pasar di tingkat petani dengan
pasar di tingkat pengecer. Tomek dan Robinson (1990:29) memberikan dua
alternatif dari definisi marjin pemasaran yaitu :
1. Perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima
produsen.
2. Merupakan harga dari kumpulan jasa-jasa pemasaran sebagai akibat adanya
permintaan dan penawaran jasa-jasa pemasaran tersebut.
Dengan adanya perbedaan kegiatan dari setiap lembaga akan
menyebabkan perbedaan harga jual antara lembaga yang :iatu dengan lembaga
yang lain sampai tingkat konsumen akhir. Semakin banyak lembaga yang terlibat
dalam penyaluran suatu komoditi dari titik produsen hingga konsumen, maka
akan semakin besar perbedaan harga komoditi tersebut di titik produsen
dibandingkan dengan harga yang akan dibayar oleh konsumen.
Marjin pemasaran yang tinggi dianggap sebagai indikator belum
efisiensinya sistem pemasaran, namun ha! ini masih memerlukan penelitian lebih
lanjut untuk mengetahui penyebab tingginya marjin pemasaran. Marjin pemasaran
yang tinggi akibat biaya pemasaran yang tinggi dikatakan tidak efisien karena
22
kepuasan konsumen berkurang. Tingginya marJm pernasaran akibat derajat
pengolahan yang tinggi sehingga berakibat pada rneningkatnya kepuasan
konsumen dianggap lebih efisien.
2.2.1.3. Konsep Efisiensi Pemasaran
Pemasaran disebut efisien apabila tercipta keadaan dimana pihak-pihak
yang terlibat baik produsen, lembaga-!embaga pemasara.n maupun konsumen
memperoleh kepuasan dengan adanya aktivitas pemasaran tersebut (Limbong dan
Sitorus, 1987:32).
Efisiensi pemasaran ada!ah maksimisasi dari ras10 input dan output.
Perubahan yang mengurangi biaya input tanpa mengurangi kepuasan konsumen
akan meningkatkan efisiensi, sedangkan perubahan yang mengurangi biaya input
tetapi mengurangi kepuasan konsumen akan menurunkan efisiensi pemasaran
(Thomsen, 1951 :26). Efisiensi pemasaran dibagi menjadi dua yaitu :
I. Efisiensi operasional (teknologi); efisiensi operasional rnenekankan pada
rninimisasi biaya untuk rnelakukan fungsi pemasaran.
2. Efisiensi harga (ekonomi); efisiensi harga rnenekankan pada harga antara
berbagai tingkat !embaga pasar dalarn rnengalokasikan komoditas dari
produsen ke konsumen yang disebabkan oleh perubahan ternpat, waktu dan
bentuk kornoditas.
Efisiensi pernasaran terjadi jika lernbaga pernasaran rnarnpu
menyampaikan basil dari produsen kepada konsumen dengan biaya semurah
rnurahnya dan rnarnpu rnengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga
yang dibavar konsumen akhir kPn::irl::i ~Prn11!l ... ;1,.,..,1,.. ., ...... ,~ :1. ..... __ ___..__ -1 '
23
produksi dan pemasaran barang. Jalur pemasaran yang efisien terjadi apabila rasio
marj in total relatif lebih tinggi dibandingkan jalur lainnya. Efisiensi pemasaran
juga dapat dilihat dari kecilnya biaya pemasaran pada masing-masing lembaga
pemasaran (Mubyarto, 1989:27).
2.2.2. Kerangka Pemikiran Konseptual
Pada model kegiatan pemasaran empmg melinjo lembaga-Jembaga
perantara pemasaran biasanya terdiri dari pedagang pengumpul desa (agen),
pedagang grosir dan pedagang pengecer. Pendekatan sistern pernasaran mengkaj i
keterkaitan antara berbagai lembaga pemasaran yang terlibat dalarn penyaluran
ernping melinjo, baik industri maupun lembaga perantara tadi rnelakukan kegiatan
yang dapat memperlancar produk sampai ke tangan konsurnen. Pada Gambar 2.2
dapat diketahui kerangka pemikiran penelitian bahwa pemasaran emping melinjo
merupakan kegiatan untuk menyalurkan empmg melinjo dari industri
(RT/Petani)/produsen sampai ke tangan konsumen. BerdaBarkan analisis marjin
pemasaran dapat diketahui efisiensi saluran melalui marjin pemasaran total.
24
~~-I_n_d_u_st_r_i/~~~~-L--e-n_1_b_a_g._a_P_e_r_a_n_ta_1_·a~~4-'-~[,~l-(_o_n_su~m-e_n~~ _ Produsen _ L (Pedagang Pengumpul Desai Agen,
Grosir, dan Pengecer)
l Analisis Pemasaran
L Saluran Pemasaran 2. Marjin Pemasaran 3. Media Pengepakan
1 Efisiensi Pemasaran
Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran Konseptual
3.1. Definisi Operasional
BAB III
METODE PENELITIAN
Konsep yang digunakan dalam penelitian 1111 secara operasional
didefinisikan sebagai berikut:
l. Biaya produksi; biaya produksi merupakan biaya yang dikeluarkan dalam
suatu proses produksi sampai menghasilkan produk. Biaya ini meliputi biaya
tetap dan biaya tidak tetap.
2. Biaya tetap; biaya tetap merupakan biaya yang besarnya tidak dipengaruhi
oleh besarnya produksi, sedangkan biaya tidak tetap besarnya berubah, sesuai
besarnya produksi.
3. Lembaga pemasaran; lembaga pemasaran merupakan suatu bentuk organisasi
atau aktivitas yang berhubungan dengan pemasaran yang dapat menentukan
fungsi pemasaran.
4. Saluran pemasaran; saluran pemasaran merupakan suatu saluran atau rantai
yang dipergunakan untuk menyampaikan barang atau jasa dari produsen ke
tangan konsumen. Saluran pemasaran terdiri dari pelaku-pelaku pemasaran
(lembaga-lembaga pemasaran) seperti pedagang pengumpul, pedagang besar
dan pengecer.
5. Pedagang pengumpul; pedagang pengumpul merupakan pedagang yang
melakukan pembelian dari pengrajin, mengumpulkannya dan menjual ke
pedagang yang lebih besar.
26
6. Pedagang pengecer lokal: pedagang pengecer lokal merupakan pedagang yang
berdagang di wilayah Pandeglang dan melakukan pembelian emping melinjo
dari produsen dan pedagang pengumpul.
7. Pedagang pengecer luar daerah; pedagang pengecer l.uar daerah merupakan
pedagang yang melakukan penjualan emping melinjo yang berdagang di luar
wilayah Kabupaten Pandeglang.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Pusat Koperasi Pe11anian Gema Reformasi
Kabupaten Pandeglang Banten, yang berlokasi di Jalan Raya Pandeglang-Labuan
Km. 28, Desa Menes Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang, Banten.
Penentuan lokasi dilakukan secara sengaja mengingat desa tersebut merupakan
penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli 2005.
3.3. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data sekunder diperoleh melalui literatur-literatur yang terkait dengan
topik penelitian, Pusat Koperasi Pertanian Pengembangan Banten, Perpustakaan
Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian !PB, Perpustakaan Gandaria Kebayoran Lama,
Perpustakaan Pusat Darmaga !PB, Depa11emen Perindustrian dan Perdagangan
serta Badan Pusat Statistik (BPS) Jakarta dan Pandeglang. Data primer diperoleh
melalui hasil pengamatan langsung atau observasi dan wawancara dengan
pengusaha, bandar, pedagang, pengecer serta pihak·pihak yang terkait.
27
Data yang digunakan adalah data pnmer maupun data sekunder. Data
primer adalah data yang diperoleh secara langsung di lapangan, baik melalui
pengamatan langsung dengan menggunakan kuesioner sejumlah petani dan
lembaga pemasaran yang terlibat (responden) juga wawancara. Data sekunder
adalah data yang diperoleh tanpa pengamatan langsung di lapangan dan
merupakan data penunjang yang diperoleh dari berbagai instansi diantaranya
Dinas Pertanian, Badan Pusat Statistik,internet dan catatan-catatan penting yang
berhubungan dengan penelitian.
3.4. Metode Pengumpnlan Data
Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner yang dipilh secara
acak sederhan (simple random sampling). Responden diambil sebanyak 30
pengrajin. Responden lembaga pemasaran dilakukan dtmgan mengikuti arus
barang dalam penyalurannya dari produsen sampai konsumen akhir. Responden
untuk lembaga perantara adalah pedagang pengumpul desa 4 responden, pedagang
pengecer luar daerah 4 responden dan pengecer lokal sebanyak 5 responden yang
dipilih secara sengaja.
3.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif dan kuantitatif.
Analisis kualitatif bertujuan untuk menganalisis saluran pemasaran dan media
pengepakan, sedangkan analisis kuantitatifuntuk menganalisis marjin pemasaran.
28
3.5.1. Analisis Saluran Pemasaran
Saluran pemasaran dimulai dari titik produsen sampai ke pedagang
pengecer. Alur pernasaran tersebut dijadikan dasar dalarn menggarnbarkan pola
saluran pernasaran.
3.5.2. Analisis Maij in Pemasaran
Analisis ini digunakan untuk mengetahui efisiensi pernasaran produk dari
produsen ke konsurnen. Alat ukur yang digunakan dalarn menilai efisiensi
tersebut adalah dengan menggunakan metode marJlll pemasaran. Marjin
pernasaran rnerupakan perbedaan harga diantara lernbaga pemasaran. Marjin
pernasaran ini terdiri dari biaya pemasaran dan keuntungan pernasaran.
Analisis rnarjin pernasaran terdiri dari analisis pernasaran dan analisis rasio
keuntungan dengan biaya pernasaran. Besarnya ma1jin pemasaran pada dasarnya
merupakan penjumlahan dari biaya-biaya pemasaran dan keuntungan yang
diperoleh lembaga-lembaga pemasaran.
Menurut Juwita Tarigan (2002 : 40-42) rnarjin pemasaran setiap lembaga
dapat dirurnuskan sebagai berikut :
Mi= Pri- Pfi
Mi= Ci+ rci
Sehingga : Pri - Pfi = Ci + ni
Dimana : Mi = Marjin pemasaran pada pasar tingkat ke-i
Pri = Barga jual pasar pada tingkat lernbaga ke-i
Pfi =Barga beli pasar pada tingkat lembaga ke-i
Ci = Biaya pernasaran pada tingkat lernbaga ke-i
29
Rumus di atas dipakai untuk mengolah data primer dalam bab pembahasan
tentang ma1jin pemasaran pada masing-masing saluran pemasaran, sedangkan
total marjin adalah penjumlahan marjin pemasaran di setiap lembaga-lembaga
pemasaran yang terlibat, sehingga dirumuskan sebagai berikut :
II
MT=l: Mi i=l
Dimana : MT= Total marjin pemasaran pada setiap lembaga pemasaran
Mi = Marj in pemasaran pada pasar tingkat ke-i
i = Tingkat lembaga pemasaran (1,2,3 ... ,n)
Penyebaran marJm pemasaran empmg melinjo dapat pula dilihat
berdasarkan persentase keuntungan terhadap biaya pemasaran pada rnasmg-
masmg lembaga pemasaran. Perhitungan dapat dilakukan dengan menggunakan
rumus :
Rasio Keuntungan Tcrhadap Biaya ('Vo)= rci x 100 %
Ci
Dimana : m = Keuntungan pemasaran lembaga ke-i (Rp/kg)
Ci = Biaya pernasaran lembaga ke-i (Rp/kg)
3.5.3. Analisis Media Pengepakan
Analisis media pengepakan dilihat berdasarkan perbedaan produk emping
melinjo yang dihasilkan Pusat Koperasi Pertanian Gema Reformasi Desa Menes
yang memakai kemasan dengan produk emping melinjo yang tidak memakai
kemasan serta bagairnana hubungan media pengepakan terhadap keuntungan.
BAB IV
GAMBARAN UMUM PUSA T KOPERASI Pli:RTANIAN GEMA REFORMASI DESA MENl~S KECAMATAN MENES
KABUPATEN PANDEGLANG BAN'lfEN
4.1. Sejarah dan Perkembangan Pusat Koperasi Pertanian Gema Reformasi
Pada akhir tahun 1994, bertempat di kantor Kecarnatan Menes diadakan
rapat pembentukan Koperasi Pasar (KOPPAS). Hadir para tokoh pernuda,
masyarakat dan pedagang pasar yang terns berjuang memperdayakan ekonomi
rakyat. Satu tahun kemudian dibentuklah KOPPAS INTI Kecamatan Menes
dengan susunan pengurus sebagai berikut Badan Pemeriksa (Drs. E. Iwa
Tuskana, U. Aha, U Supendi), Ketua (Drs. E. Aap Aptadi), Wakil Ketua (Drs.
Sihabuddin) dan Sekretaris (Ade, BA).
Awai tahun l 999, krisis moneter datang melanda masyarakat. Pada saat itu
pula Koppas INTI mengadakan Rapat Anggota Tahunan (RAT) memilih Drs.
Sihabuddin sebagai Ketua, sedangkan Drs. E. Aap Aptadi menjadi Ketua
Koperasi Pertanian. Kemudian masyarakat yang merasa tidak terwakili
membentuk Koperasi Pertanian Gema Reformasi dengan Ketua Drs. E. Iwa
Tuskana.
Pada awal tahun 2000 Koperasi Pertanian Gema Reformasi dengan
Koperasi Serba Usaha (KSU) Hikmat Reformasi, Koperasi Serba Usaha Menes
Bangkit, Koperasi Serba Usaha Kebon Jemk dan Koperasi Serba Usaha Menes
Persada mencoba mengadakan terobosan dengan menampung J 8.000 pengrajin
emping dari enam kecamatan, yaitu Kecamatan Menes, Bojong, Saketi, Pagelaran,
31
Komplek Pasar Rakyat Kebon Jeruk Desa Menes Kecamatan Menes Kabupaten
Pandeglang.
Motivasi dari pembentukkan Pusat Koperasi Pertanian Gema Reformasi
Desa Menes Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang Banten adalah agar
tercapainya suatu efisiensi dalam pemasaran emping melinjo yang dihasilkan
masing-masing koperasi primer melalui suatu peningkatan skala usaha dan
pernupukkan modal yang lebih besar, selain itu juga untuk rnengantisipasi
fluktuasi bahan bairn rnelinjo yang dibutuhkan industri emping melinjo yang ada
di Kabupaten Pandeglang.
Pusat Koperasi Pertanian Gema Reformasi Desa Menes Kecamatan Menes
Kabupaten Pandeglang Banten merupakan koperasi yang bergerak dalam bidang
usaha penyediaan bahan baku melinjo yang dibutuhkan serta pemasaran emping
melinjo. Pada tanggal 8 Februari 1999, Pusat Koperasi Pertanian Gema Reformasi
Desa Menes Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang Banten mendapatkan
pengesahan dari Departemen Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah Republik
Indonesia dengan nomor Bad an Hukum 08/BH/KDK. I 0.2/II/1999.
4.2. Visi, Misi dan Tujuan Pusat Koperasi Pertanian Gema Reformasi
Visi Pusat Koperasi Pertanian Gema Reformasi Desa Menes Kecamatan
Menes Kabupaten Pandeglang Eanten adalah untuk mengangkat pendapatan dan
taraf hidup para petani dan pengrajin emping rnelinjo. Misi Pusat Koperasi
Pertanian Gema Reformasi Desa Menes Kecamatan Menes Kabupaten
Pandeglang Banten adalah untuk meningkatkan upah pekerja dari Rp. 1000/kg
32
menjadi Rp. 2000/kg, sedangkan tujuan Pusat Koperasi Pertanian Gema
Reformasi Desa Menes Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang Banten adalah :
I. Memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada
umumnya.
2. Ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewudkan
masyarakat yang maju, adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang
undang Dasar Tahun 1945.
4.3. Lokasi dan Keadaan Pusat Koperasi Pertanian Gema Reformasi
Pusat Koperasi Pertanian Gema Reformasi berloka.si di JI. Raya Labuan
Km. 28 Kebon Jeruk, Desa Menes Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang,
Banten. Sarana dan prasarana Koperasi Pertanian yang mendukung
pengembangan Pusat Koperasi Pertanian Gema Reformasi Desa Menes meli puti :
I. Sarana jalan/transportasi, pada umumnya dilalui oleh jalan propinsi, jalan
kabupaten serta jalan desa dengan kondisi jalan beraspal sehingga transportasi
dapat berjalan lancar, pengangkuatan bahan baku dan hasil produksi dapat
berjalan lancar.
2. Fasilitas aliran listrik, yang telah masuk ke desa-·desa sebagai sarana
penerangan di tempat kerja atau untuk tenaga penggerak lainnya, banyak
membantu pengrajin emping.
3. Fasilitas sarana perkantoran, mernpakan tempat kegiatan administrasi terletak
di komplek pasar rakyat Koperasi Pertanian Pengembangan Banten Kebon
J ernk Desa Menes Kecamatan Menes.
33
4.4. Struktur Organisasi Pusat Koperasi Pertanian Gema Reformasi
Struktur organisasi Pu sat Ko perasi P ertanian Gema Reformasi Des a
Menes Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang Banten hampir sama dengan
koperasi-koperasi lainnya hanya saja pada Pusat Koperasi Pertanian Gema
Reformasi terdapat kelompok pengrajin emping melinjo yang ada di tiap
Kecamatan. Adapun struktur organisasi tersebut terlampir pada Lampiran I.
4.5. Kegiatan Usaha Pusat Koperasi Pertanian Gema Reformasi
Berdasarkan Anggaran Dasar Pusat Koperasi Pertanian Gema Reformasi
Desa Menes Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang Banten Bab IV Pasal 6,
Pusat Koperasi Pertanian Gema Reformasi Desa Menes Kecamatan Menes
Kabupaten Pandeglang Banten menyelenggarakan usaha sebagai berikut :
1. lndustri kerajinan emping melinjo.
2. Pengadaan dan distribusi sembako.
3. Waserda
Menjual macam-macam empmg (Goblak, Banci, Remaja, Satu, Benggol),
selain emping juga menju~l keceprek (rasa gurih, manis, pedas, mocca,
strawberry, pala dan cokelat), tas kulit Baduy, sate bandeng, baju Baduy, opak
ketan manis, opak ketan pedas dan parcel emping.
4. Usaha di bidang pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan.
5. Memberikan pelayanan pinjaman modal untuk permodalan anggota.
6. Menyediakan sarana dan prasarana pertanian.
7. Memasarkan hasil produksi emping me!injo.
8. !Vlelakukan kemitraan dengan BUMN, BUMD, BUMS, dan koperasi lainnya
34
4.6. Karakteristik Pengrajin
Pengrajin emping melinjo di Pusat Koperasi Pertanian Gema Refonnasi
Desa Menes Kecama:tan Menes Kabupaten Pandeglang Banten, sebesar 86, 7
persen telah berkecimpung dalam usaha emping melinjo selama 5-15 tahun,
sehingga pengrajin emping melinjo mempunyai keterampilan teknis dan produk
yang dihasilkan berkualitas tinggi.
Tabel 4.1. Pengalaman Usaha Pengrajin Emping Melinjo
No. Pengalaman Usaha (Tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)
I. 5-15 26 86,70
2. I 5-25 4 13,30
3. > 25 0 0.00 I
Jumlah 30 100,00
Sumber : Data Pruner d1olah, 2005
Tabel 4.2. Tingkat Pendidikan Pengrajin Emping Melinjo
No. Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase ('Yo)
I. SD 12 40.00
2. SLTP 15 50.00
3. SLTA 3 10.00
Jumlah 30 100.00
Sumber : Data Pruner d1olah, 2005
35
Usaha pembuatan emping melinjo di Pusat Koperasi Pertanian Gema
Reformasi Desa Menes Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang Banten
dilakukan oleh pengrajin dan ibu-ibu rumah tangga. Kegiatan usaha emp111g
melinjo di daerah penelitian adalah merupakan usaha keluarga yang dilakukan
secara turun temurun dan merupakan usaha pokok atau sebagai sumber mata
pencaharian utama disamping usaha lain sebagai buruh tani.
Tingkat pendidikan para pengrajin emping melinjo rnta-rata masih rendah.
Sebanyak 50 persen atau berjumlah 15 orang menamatkan sekolah SL TP dan 40
persen atau berjumlah l 2 orang tamatan SD, selebihnya tamatan SL TA.
Tabel 4.3. Sebaran Usia Pengrajin Emping Melinjo
No. Selang Umur Jumlah (orang) Persentase (%)
I. 15-20 8 26.70
2. 21-30 12 40.00
3. 31-40 10 33.30
Jumlah 30 100.00
Sumber : Data Pnmer d1olah, 2005
Pengrajin emping melinjo pada saat ini yang masih aktif bemsia 15-40
tahun, untuk menjadi pengrajin emping melinjo dibutuhkan tenaga fisik yang
cukup kuat mengingat pembuatan emping melinjo sangat mengandalkan kekuatan
tangan. Tabel 4.3 menjelaskan ilahwa sebagian pengrajin emping melinjo sekitar
12 orang atau 40 persen berada pada selang usia antara 21 sampai 30 tahun. Hal
ini dikarenakan pada usia tersebut tenaga dan fisik pengrajin emping relatif kuat
36
tangga memiliki waktu Juang yang cukup banyak karena mereka sudah tidak
memiliki anak berusia balita.
Tabel 4.4. Sebaran Jenis Kelamin Pengrajin Emping Melinjo
No. Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase (%)
I. Pria 14 46.70
2. Wanita 16 53.30
J umlah 30 100.00
Sumber : Data Primer diolah, 2005
Pada Tabel 4.4 para pengrajin emping melinjo di Pusat Koperasi Pertanian
Gema Reformasi Desa Menes Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang Banten
dari 30 responden sebanyak 16 orang atau 53,3 persen wanita, ha! ini dikarenakan
kaum wanita lebih memliki waktu luang dan tidak mempunyai kerja sampingan.
Tabel 4.5. Tingkat Pekerjaan Pengrajin Emping Melinjo
No. Tingkat Pekerjaan Jumlah (orang) Persentase ('Yo) .
I. Petani 6 20.00
2. Pedagang 15 50.00
3. Buruh Industri RT 9 30.00
Jumlah 30 100.00
Sumber : Data Pnmer d10Jah, 2005
37
Pada Tabel 4.5 pekerjaan pengrajin emping melinjo di Pusat Koperasi
Pertanian Gema Reformasi Desa Menes Kecamatan Menes Kabupaten
Pandeglang sebanyak 50 persen atau berjumlah 15 ornng sebagai pedagang,
buruh industri rumah tangga, sebanyak 30 persen atau berjumlah 9 orang dan
selebihnya petani sebanyak 20 persen atau berjumlah 6 orang.
Tabel 4.6. Tingkat Pendapatan Pengrajin Emping Melinjo
No. Tingkat Pendapatan Jumlah (orang) Persentase (%)
I. < Rp. 100.000 7 23.30
2. Rp. I 00.000 - Rp. 500.000 21 70.00
3. > Rp. 500.000 2 6.70
Jumlah 30 100.00
Sumber : Data Primer diolah, 2005
Tingkat pendapatan para pengrajin emping melinjo sebanyak 2 l orang
atau 70 persen sebesar Rp. 100.000 sampai Rp. 500.000, 23,3 persen atau
berjumlah 7 orang kurang dari Rp. 100.000 dan 6, 7 persen atau berjumlah 2 orang
lebih dari Rp. 500.000.
Tab el 4. 7. Sebaran Status Usaha Pengrajin Em ping Melinjo
No. Status Usaha J umlah (orang) Persentase ('Yo)
I. Mata Pencaharian Utama 16 53.30
2. Mata Pencaharian Sampingan 14 46.70
Jumlah 30 100.00
38
Status usaha pengrajin emping melinjo sebanyak 53,3 persen atau
berjumlah 16 orang merupakan mata pencaharian utama, sebanyak 16 dan 46, 7
persen atau berjumlah 14 orang merupakan mata pencaharian sampingan.
Tabel 4.8. Sebaran Jumlah Anggota Keluarga Pengra]in Emping Melinjo
No. Jumlah Anggota Kelu»rga Jumlah (orang) Persentase (%)
I. 1-2 6 20.00
2. 3-4 22 73.70
3. 5-6 2 6.70
Jumlah 30 100,00
Sumber: Data Primer d10lah, 2005
Sebaran jumlah anggota keluarga tiap pengrajin emping melinjo berbeda
satu sama lain yaitu sebanyak 22 orang atau 73, 7 persen mempunyai jumlah
anggota keluarga 3-4 orang, sebanyak 6 orang atau 20 persen mempunyai jumlah
anggota keluarga 1-2 orang da!l sebanyak 2 orang atau 6,7 persen mempunyai
jumlah anggota keluarga 5-6 orang.
Tabel 4.9. Sebaran Luas Lahan yang Dilmasai Pengrajin Emping Melinjo
No. Luas Lahan Jumlah (Orang) Persentase (%)
I. <1000 m2 28 93,30
2. 1000-2500 m2 2 6,70
Jumlah 30 100,00
' Sumber : Data Pruner diolnh, 2005.
39
Sebaran luas Jahan yang dikuasai pengraJm empmg di Pusat Koperasi
Pertanian Gema Reformasi Desa Menes Kecamatan Menes Kabupaten
Pandeglang Banten kurang dari 1000 m' sebanyak 93,3 persen atau berjumlah 28
orang dan sebanyak 2 orang atau 6, 7 persen I 000 sampai 2500 m'.
Tabel 4.10. Jenis Emping Melinjo yang Dihasilkan Pengrajin Ernping Melinjo
No. Jenis Emping Jumlah (orang) Persentase (%)
l. Remaja 2 6.70
2. Banci 4 13.30
3. Sa tu 18 60.00
4. Benggol 6 20.00
Jumlah 30 100.00
Sumber : Data Pruner d10Jah, 2005
Emping melinjo yang dihasilkan para pengraJm di Pusat Koperasi
Pertanian Gema Reformasi Desa Menes Kecamatan Menes Kabupaten
Pandeglang Banten adalah jenis emping satu paling banyak dibandingkan dengan
jenis emping lainnya, yaitu sebanyak 18 orang atau 60 persen.
40
Tabel 4.11. Jenis Emping Melinjo yang Lakn Dipa.sarkan Pengrajin
No. Jenis Emping Jumlah (orang) Persentase (%)
I. Kualitas I 13 43.30
2. Kualitas II 17 56.70
Ju ml ah 30 100.00
Sumber : Data Primer diolah, 2005
Jenis emping melinjo yang laku dipasarkan pengrajin di Pusat Koperasi
Pertanian Gema Reformasi Desa Menes Kecamatan Menes Kabupaten
Pandeglang Banten adalah kualitas II sebanyak 56, 7 persen atau berjumlah I 7
orang, sedangkan emping kualitas I sebanyak 13 orang atau 43,4 persen.
Tabel 4.12. Tinglrnt Pemasaran Emping Melinjo yang Paling Laku
No. Jenis Emping Jumlah (orang) Persentase (%)
I. Rumah Tangga 16 53.30
2. RumahMakan 4 13.30
3. Pasar Swalayan 8 26.70
4. Dan lain-lain 2 6.70
Jumlah 30 100.00
Sumber : Data Pnmer d1olah, 2005
Untuk tingkat pemasaran emping melinjo yang paling laku adalah untuk
mmah tangga sebanyak 53,3 persen atau berjumlah 16 orang, pasar swalayan 8
orang atau 26, 7 persen, mmah makan 13,3 persen atau be1jumlah 4 orang dan
lain-lain 6 7 ') nr->r~Pn ~ta•• 1 .... "' ... : •• -t-'-,...,
41
Tabel 4.13. Jenis Rasa yang Disukai dari Em ping Melinjo
No. Jenis Emping Jumlah (orang ) Persentase ('V.1)
I. Asin dan Gurih 28 93.30
2. Manis I 3.30
3. Pedas I 3.30
Jumlah 30 100.00
Sumber: Data Pmner d10lah, 2005.
Rasa yang paling disukai dari produk emping mdinjo adalah asin dan
gurih sebanyak 93,3 persen atau berjumlah 28 orang, sedangkan rasa manis dan
pedas masing-masing hanya 3,30 persen atau berjumlah I orang.
BABV
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Industri Kecil Emping Melinjo di Pusat Koperasi Pertanian Gema Reformasi Desa Menes
Kabupaten Pandeglang merupakan salah satu produsen utama empmg
melinjo di Indonesia. Industri emping melinjo yang terdapat di Kabupaten
Pandeglang secara umum tergolong ke dalam industri kecil dan kerajinan rumah
tangga. Dari seluruh unit usaha yang terdaftar di Dinas Perdagangan,
Perindustrian dan Pasar Kabupaten Pandeglang terdapat hanya 3 unit usaha yang
memiliki surat ijin untuk usaha dan selebihnya tidak memiliki surat ij in
(Deperindagpas Kabupaten Pandeglang, 2002).
Pada saat ini industri kecil emping melinjo belum menerapkan manajemen
usaha yang modern, hal ini dikarenakan adanya pemisahan antara manajemen
usaha dan manajemen keluarga. Peralatan yang digunakan masih merupakan
peralatan yang sangat sederhana, disamping itu pula untuk rnemperlancar proses
produksi masih didominasi oleh tenaga kerja manusia. Berkenaan itu, maka
produktivitas industri kecil emping melinjo sepenuhnya tergantung dari
produktivitas tenaga kerja.
5.1.1. Sistem Pengadaan Bahan Balm
Bahan baku merupakan faktor utama dan penting bagi kelangsungan hidup
dan berkembangnya industri. Kekurangan bahan baku selain akan menimbulkan
tidak terpakainya kapasitas produksi secara maksimal, juga merupakan kerugian
bagi perusahaan. Ketersediaan bahan baku ster."r" 1.-Ant;"'"' ~--•·····
43
perkembangan industri emping melinjo. Ketersediaan bahan balm produk
pertanian tidak dapat tersedia sepanjang waktu, ha! in i dikarenakan produk
pertanian memilki sifat musiman, sehingga suatu saat produk pertanian akan
melimpah dan pada saat lain akan kekurangan bahkan akan sulit untuk di
dapatkan.
Bahan baku utama industri emping melinjo adalah biji melinjo. Biji
melinjo sebagai salah satu produk pertanian memilki sifat produksi musiman.
Pohon melinjo dalam satu tahun memiliki masa panen sebanyak dua kali. Panen
raya berkisar pada bulan Juli, Oktober dan Januari, sedangkan panen biasa bulan
April. Kondisi ini sangat tidak menguntungkan untuk para pengusaha emping
melinjo, dikarenakan para pengusaha hanya bisa beke1ja secara efektif selama 4-6
bulan.
Seperti pada umumnya produk pertanian, biji melinjo memerlukan
perlakuan yang khusus agar dapat disimpan dalam jangka waktu yang cukup
lama. Penyimpanan yang baik untuk biji melinjo dapat bertahan selama 3-4
bulan.
Kebutuhan bahan baku di Pusat Kopersai Pertanian Gema Reformasi Desa
Menes disuplai dari berbagai sumber. Bagi pengrajin yang berskala kecil, melinjo
biasanya didapat dari hasil tanaman melinjo milik pengrajin sendiri, sedangkan
pengrajin yang mempunyai skala usaha yang cukup besar memperoleh bij i
melinjo dengan cara membeli dari para pengecer biji melinjo atau dari masyarakat
sekitar yang mempunyai tanaman melinjo. Pengrajin yang mempunyai skala
usaha yang besar memperoleh biji melinjo dari pedagang pengumpul biji melinjo.
44
Produksi tanaman melinjo yang bersifat musiman menyebabkan harga bij i
melinjo di Desa Menes sangat berfluktuasi. Pada musim panen raya harga bij i
melinjo berkisar antara Rp. 4.000 - Rp. 4.500 per kilogr<tm, sedangkan pada
musim biasa harga tertinggi dapat mencapai Rp. 7.000 - Rp. 7.500 per kilogram.
Fluktuasi harga bahan baku bi.ii melinjo sangat berpengaruh terhadap fluktuasi
harga emping melinjo, karena sebagian besar biaya produksi emping melinjo
adalah biaya bahan baku. Perincian harga emping melinjo pada saat musim panen
raya dan musim panen biasa dapat dilihat pada Tabel 5.1 di bawah ini.
Tabel 5.1. Harga Emping melinjo Pada Saat Mnsim Panen Raya dan Musim Panen Biasa (Harga Termasuk Kemasan)
No. Harga Pada Musim Panen Raya Harga Pada Mnsim Panen Biasa
I. Kualitas Ekspor (super) Kualitas ekspor (super)
Rp. 24.000/kg Rp. 28.000/kg
2. Kualitas baik (lokal) Kualitas baik (lokal)
Rp. 22.000/kg Rp. 24.000/kg
Sumber : Pusat Koperas1 Pertaman Gema Reformasi Desa Menes, 2005
5.1.2. Pengadaan Perlengkapan dan Peralatan
Perlengkapan dan peralatan yang digunakan oleh pengusaha empmg
melinjo dalam proses produksi emping melinjo meliputi :
1. Batu landasan (umpak); merupakan landasan yang digunakan untuk
memipihkan biji melinjo yang terbuat dari batu kali/kayu berbentuk segi
em pat.
45
2. Ancak atau ajang; merupakan tempat untuk menjemur emping melinjo yang
masih basah yang terbuat dari anyaman bambu berukuran sekitar 75 cm x 110
cm.
3. Palu atau martil; terbuat dari besi atau baja dengan garis tengah bi dang 6 - 8
cm dengan berat kira-kira 0,5 - l kilogram.
4. Kompor atau tungku; sebagai alat memanaskan biji melinjo.
5. Wajan; alat penyangrai biji melinjo.
6. Serokan; terbuat dari seng dengan pegangan terbuat dari kayu berguna untuk
mengambil biji melinjo yang sudah dipanaskan dari wajan.
7. Susuk; terbuat dari seng digunakan untuk mengambil emping basah dari batu
landasan.
5.1.2. Proses Produksi
Pembuatan emping melinjo adalah merubah bentuk fisik biji melinjo yang
berbentuk bulat panjang (kapsu1) menjadi bentuk pudar pipih. Proses pengolahan
emping melinjo di Pusat Koperasi Pertanian Gema Reformasi Desa Menes masih
bersifat konvensional. Proses pengolahan ini dimulai biji melinjo yang kulit
luarnya telah dikupas dipanaskan di alas kompor atau tungku dengan
menggunakan wajan yang diisi pasir halus. Penggunaan pasir dilakukan agar
pemanasan biji melinjo dapat merata dan rasa yang dihasilkan gurih apabila
dibandingkan dengan biji melinjo yang dikukus.
Pemanasan pada proses produl•si bertujuan juga aaar biji melinjo
mengeluarkan minyak dan cangkang serta kulit arinya mudah dilepaskan dari
,.
46
lepas dari biji melinjo dan emping yang dihasilkan akan pecah-pecah. Pemanasan
yang berlebihan akan menyebabkan emping yang dihasilkan akan berwarna coklat
yang terlihat seperii gosong. Pemanasan yang baik adalah berkisar antara empat
sampai lima menit serta pemanasan terhadap biji melinjo tidak dilakukan secara
sekaligus tetapi secara bertahap dimana setiap pemanasan ti.dak lebih dari 40 atau
50 biji melinjo. Setelah melakukan pemanasan cangkang biji melinjo dipecahkan
dengan palu maupun batu kecil kemudian biji melinjo yang sudah dilepas
dibersihkan dipukul satu persatu, satu sampai tiga kali pukulan dengan
menggunakan palu secara hati-hati sehingga biji melinjo menjadi pipih. Untuk
menghasilkan emping melinjo dengan kualitas yang baik dan bentuk yang bagus
diperlukan keterampilan yang memerlukan banyak latihan.
Batu landasan yang telah dipenuhi dengan emping melinjo, kemudian
dipisahkan satu persatu dengan menggunakan susuk yang disusun kembali di atas
alat penjemuran dan selanjutnya dilakukan proses pengeringan yaitu ditekan di
tempat yang cukup untuk mendapat sinar matahari. Pengeringan hams optimal
agar emping tidak cepat berjamur dan tahan lama. Proses pemanasan dilakukan
berulang-ulang sehingga semua biji melinjo terolah menjadi emping melinjo.
Secara sederhana proses produksi emping melinjo dapat dilihat pada
Gambar 5. I.
Biji Melinjo
Pemanasan biji mel.injo (4 -5 menit J dengan biji melinjo 40-50 biji)
Pemipihan Biji Melinjo J ( satu-tiga kali pukulan dengan palu)
i Penjemuran dipisahkan satu persatu J dengan susuk yang ditekan ditempat
yang cukup sinar matahari
Penyimpanan harus optimal agar empir;;-i_ tidak cepat berjamur dan tahan lama _J
Gambar 5.1. Proses Produksi Emping Melinjo
5.2. Analisis Pemasaran
47
Pemasaran merupakan serangkaian proses kegiatan atau aktivitas yang
ditujukan untuk menyalurkan barang-barang atau jasa-jasa dari titik produsen
sampai ke konsumen. Dalam suatu pemasaran barang atau jasa terdapat
keterkaitan berbagai pihak, baik dalam bentuk perorangan maupun kelembagaan,
diantaranya produsen, konsumen dan lembaga perantara.
Penelaahan pemasaran emping melinjo pada penelitian ini diawali dari
pengrajin emping melinjo sebagai produsen sampai pedagang pengecer lokal yang
ada di daerah Pasar Labuan, Pasar Menes dan Pasar Penziarahan Caringin.
Pedagang pengecer luar dnernh bernda di pasar Cikarnn~1 Bekasi dan Jakarta
sampai pada konsumen akhir. Adapun pada penelitian dikaji mengenai saluran
48
5.2.1. Saluran Pemasaran
Salah satu kegiatan pemasaran adalah melakukan pendistribusian atau
menyalurkan barang. Kegiatan tersebut melibatkan pelaku-pelaku pasar dalam
suatu saluran pemasaran. Saluran pemasaran emping melinjo di Pusat Koperasi
Pertanian Gema Reformasi Desa Menes meliputi beberapa lembaga pemasaran,
yaitu Pedagang Pengumpul Desa (PPD), Pengecer Loka.l dan Pengecer Luar
Daerah. Secara umum terdapat empat saluran pemasaran emping melinjo yang
terdapat di daerah penelitian seperti terlihat pada Gambar 5 .2.
I Pengrajin I . I I ' I Konsumen
I I PPD I Pengecer Lokal I I
'
2
0
Pengecer 0
Luar Daerah
·-
4 .
Gambar 5.2. Saluran Pemasaran Emping Melinjo d1i Pusat Koperasi Pertanian Gema Reformasi Desa Menes
Keterangan :
• Angka 1 sampai 4 menunjukkan tingkat saluran pemasaran, yaitu :
I. Saluran Satu
2. Saluran Dua
3. Saluran Tiga
Pengrajin 7 Pedagang Pengumpul Desa 7 Pengecer
Lokal 7 Konsumen
Pengrajin 7 Pengecer Lokal 7 Konsumen
Pengrajin 7 Pedagang Pengumpul Desa 7 Pengecer Luar
Daerah 7 Konsumen
I
49
Tabel 5.2. Responden Saluran Pemasaran Emping Melinjo
Saluran Respond en Pcngrajin PPD Pcngecer Pengcccr Konsumcn Perscntasc
Loi ml Luar
Dacrah
1,3 19 5 6 4 - 4
2 7 4 - 2 - 1
4 4 2 - - - 2
Sumber : Data Primer diolah, 2005
5.2.1.1. Saluran Pemasaran Satu (Pengrajin .+ Pedagang Pengumpul Desa .+ Pengecer Lokal .+Konsumen
(%)
63,3
23,4
13.3
Berdasarkan hasil penelitian terdapat sebanyak 63,3 persen pengrajin
emping melinjo menjual produknya ke Pedagang Pengumpul Desa. Prociuk
emping melinjo yang dihasilkan pengrajin ini dijual secara tunai kepada pedagang
pengumpul desa, sehingga pengrajin akan lebih cepat mendapatkan uang tunai
tanpa memikirkan pemasaran emping melinjo sampai ke tangan konsumen.
Penjualan emping melinjo pada pedagang pengumpul desa biasanya dilakukan
oleh pengrajin yang masih berskala keciL Pengrajin menjual emping ke pedagang
pengumpul desa dengan mengantarkan langsung ke rumah pedagang pengumpul
desa. Pedagang pengumpul desa ini berasal dari Desa Menes sendiri maupun desa
tetangga. Harga yang diterima oleh para pengrajin emping melinjo tersebut
berdasarkan harga pasaran dan kualitas emping yang dihasilkan. Pada kondisi ini
pengrajin tidak bisa menentukan harga jual dari produk yang mereka hasilkan.
Setelah melakukan transaksi pedagang pengumpul desa melakukan sortasi
serta penJemuran kembali entuk emping yang masih basah kemudian
50
yang datang untuk membeli empmg melinjo langsung ke rumah pedagang
pengumpul desa. Pedagang pengecer lokal datang dari Pasar Labuan, Pasar Menes
dan Pasar Penziarahan Caringin.
5.2.1.2. Saluran Pemasaran Dua (Pengrajin ~ Pengecer Lolrnl ~ Konsumen)
Pada saluran pemasaran model dua, produsen menjual emping melinjo ke
pengecer lokal yang terdapat di Pasar Labuan, Pasar Penziarahan Caringin dan
Pasar Menes. Terdapat pula pengrajin yang menjual emping melinjo langsung ke
supermarket (Superbazar) yang terdapat di Pasar Labuan. Pengrajin dapat
memasarkan produk di supermarket dengan cara menawarkan langsung
produknya kepada manajer supermarket, sedangkan pembayaran akan dilakukan
jika barang yang mereka titipkan telah habis terjual. Selanjutnya pihak
supermarket akan memesan kembali ketika para pengrajin mengambil hasil
penjualan emping melinjo tersebut.
Pembayaran dengan sistem ini sebenarnya culcup merugikan pengraJm
emping melinjo, hal ini dikarenakan pengrajin tidak dapat membeli persediaan
bahan baku (kurangnya modal kerja) untuk melakukan produksi kembali. Namun
demikian pemasaran melalui supermarket ini cukup menjanjikan, karena produk
yang mereka titipkan relatif cepat habis dan harga yang diterima pengrajin lebih
tinggi jika dibandingkan dengan menjual emping ke lembaga pemasaran yang
lain. Pemasaran emping melinjo melalui supermarket dilakukan oleh pengrajin
yang mempunyai jumlah produksi cukup besar dan produk yang mereka hasilkan
mempunyai lrnalitas yang baik atau kualitas super.
51
5.2.1.3. Saluran Pemasaran Tiga (Pengrajin _,.Bandar (PPD) _,. Pengecer Luar Daerah ~ Konsumen)
Pada saluran pemasaran model tiga pengrajin menjual emping melinjo
secara tunai di tempat dimana rnereka tinggal, selain itu pula terdapat pengrajin
yang mendatangi Pedagang Pengumpul Desa. Pada umumnya Pedagang
Pengumpul Desa akan mendatangi pengrajin emping melinjo untuk membeli
langsung emping melinjo jika pennintaan emping melinjo cukup tinggi dan
mereka tidak dapat memenuhinya dengan persediaan yang ada.
Emping melinjo yang ditampung oleh Pedagang Pengumpul Desa
biasanya masih mempunyai kadar kekeringan yang kurang optimal Namun
demikian pengeringan dilakukan kembali oleh Pedagang Pengumpul Desa agar
111encapa1 tingkat kekeringan yang optimal sehingga. ernping tersebut dapat
disirnpan dalarn jangka waktu yang lama tanpa diturnbuhi jarnur. Setelah
rnelakukan pengeringan ulang, Pedagang Pengumpul Desa rnelakukan sortiran
untuk memisahkan emprng yang mempunyai kualitas yang baik dan buruk.
Sebelurn melakukan pemasaran emping melinjo ke pengecer luar daerah, maka
Pedagang Pengumpul Desa melakukan pengemasan terlebih dahulu.
Emping melinjo dikemas dengan menggunakan kertas semen dengan
ukuran 10 kg dan 20 kg. Emping melinjo kemudian dijual ke pengecer luar daerah
yaitu daerah Bekasi, Pasar Cikarang dan Jakarta. Sistem pembayaran yang
dilakukan oleh pengecer luar daerah adalah tunai, namun terdapat pula yang
melakukan pembayaran diakhir atau pembayaran dilakukan ketika barang habis.
Hal tersebut dapat saja dilakukan jika pedagang pengumpul desa dan pengecer
52
5.2.1.4. Saluran Pemasaran Empat (Pengrajin ~ Konsumen)
Pengrajin yang menggunakan saluran pemasaran empat sebanyak 13,3
persen atau 4 responden dari jumlah pengrajin responden. Dalam saluran
pemasaran model empat, pengrajin berperan sebagai pengecer yang menj1ial
langsung emping melinjo ke konsumen lokal maupun konsumen luar daerah yang
sedang melakukan perjalanan ke daerah Pandeglang, dimana konsumen
mendatangi langsung pengrajin emping melinjo untuk membeli produk. Pengrajin
emping melinjo setelah melakukan proses produksi tidak langsung menjual
produknya akan tetapi melakukan pengeringan hingga optimal, kemudian
menyimpannya di dalam rnmah.
5.2.2. Media Pengepakan
Dalam pemasaran suatu produk, pemberian wadah atau kemasan dapat
memainkan peran yang penting. Masalah kemasan didefinisikan sebagai kegiatan
merancang dan memproduksi wadah atau bungkus suatu produk. Konsep
pengemasan mernpakan batasan bagaimana suatu kemasan itu seharnsnya dan
berfungsi bagi suatu produk. Untuk meningkatkan minat konsumen terhadap
emping, maka bentuk fisik kemasan akan dirnbah dan ditingkatkan sehingga
menjadi menarik. Disamping kualitas dan rasa emping, kemasan juga mernpakan
suatu aspek yang hams dijaga. Kemasan yang baik, tidak saja bentuknya yang
menarik, tetapi juga mengandung unsur estetika dan kesehatan juga sekaligus
memudahkan konsumen untuk mengenali produk.
53
5.2.2.1. Perbedaan Emping Melinjo yang Memakai Kemasan dengan Em ping Melinjo yang Tidak Memakai Kemasan
Emping melinjo pada Pusat Koperasi Pertanian Gema Reformasi Desa
Menes terdiri dari dua jenis, yaitu jenis emping melinjo yang memakai kemasan
dan jenis emping melinjo yang tidak memakai kemasan. Kedua jenis emping
melinjo tersebut terdapat beberapa perbedaan diantaranya :
J. Barga
Barga empmg meJinjo yang memakai kemasan Rp. 32.000/kg, sedangkan
harga emping melinjo yang tidak memakai kemasan adalah Rp. 12.617,95/kg
dan Rp. 13. 000/kg.
2. Jangka Waktu Simpan
Emping melinjo yang memakai kemasan lebih tahan lama dan tidak cepat
berjamur dibandingkan dengan emping yang tidak memakai kemasan, yaitu
hanya dapat bertahan sekitar 4-5 bulan.
3. Sortir
Penyortiran pada emping yang memakai kemasan lebih bersih dan menarik,
sedangkan penyortiran pada emping yang tidak memakai kemasan kurang
bersih dan tidak menarik.
4. Kemasan
Emping melinjo yang memakai kemasan dikemas dengan menggunakan
plastik, kardus, kertas semen, sedangkan emping melinjo yang tidak memakai
kemasan dikemas dengan kantong plastik.
54
5.2.2.2. Hubungan Kemasan Terhadap Keuntnngan
Emping melinjo yang memakai kemasan dapat berpengaruh besar terhadap
keuntungan, karena dengan adanya kemasan tersebut bisa memenuhi dan
melayani kebutuhan konsumen yang berada di luar Kabupaten Pandeglang.
Seperti telah dijelaskan pada awal Bab V harga emping melinjo setelah memakai
kemasan baik pada musim panen raya maupun pad a musim panen biasa jauh lebih
mahal dibandingkan sebelum memakai kemasan. Harga emping melinjo yang
tidak memakai kemasan rata-rata Rp. 13.000/kg, sedangkan harga emping melinjo
setelah memakai kemasan rata-rata Rp. 24.000/kg - Rp. 28.000/kg untuk emping
yang berkualitas ekspor dan Rp. 22.000/kg - Rp. 24.000/kg untuk emping yang
berkualitas biasa, dengan demikian keuntungan industri emping melinjo
meningkat Rp. 4.000/kg atau Rp. 7.000/kg, seperti terlihat pada Tabel 5.1.
5.2.3. Marjin Pemasaran
Marjin pemasaran merupakan perbedaan harga yang terjadi pada setiap
lembaga pemasaran. Besarnya marjin pemasaran dihitung dengan menjumlahkan
biaya-biaya pemasaran dengan besarnya keuntungan pada setiap lembaga
pemasaran yang terlibat dalam jalur tataniaga tersebut. Marjin ini dapat pula
ditunjukkan oleh selisih harga pembelian dengan harga penjualan pada Jembaga
yang bersangkutan.
55
5.2.3.1. Saluran Pemasaran Satu
Pengrajin emping mengeluarkan biaya produksi sebesar Rp. 12.617,95/kg.
Biaya produksi ini terdiri dari biaya bahan baku, biaya bahan bakar, biaya tenaga
kerja luar keluarga, biaya tenaga kerja keluarga dan biaya penyusutan.
Keuntungan pengrajin pada saluran pemasaran satu sebesar Rp. I.697,84/kg yang
mempakan keuntungan terkecil yang diterima pengrajin dibandingkan dengan
saluran pemasaran lain. Pedagang Pengumpul Desa memperjualbelikan emping
melinjo sebanyak 500 kilogram per hari dan harus mengeluarkan biaya sebesar
Rp. 763, 78/kg yang dipergunakan untuk mengupah tenaga kerja sebanyak 3 orang
untuk melakukan penyortiran, pengemasan dan pengangkutan.
Emping melinjo yang sudah ditampung pedagang pengumpul desa
biasanya mengalami penyusutan sebanyak 5 persen sehingga tidak terjual oleh
Pedagang Pengumpul Desa. Penyusutan ini terjadi karena kadar kekeringan yang
tidak optimal serta emping meJinjo yang berkualitas jelek seperti emping gosong
atau terdapat bercak hitam. Keuntungan yang diperoleh Pedagang Pengumpul
Desa sebesar Rp. 920,43/kg, sedangkan keuntungan yang diperoleh pengecer
lokal sebesar Rp. 898,00/kg. Pengecer Iokal memperoleh keuntungan yang paling
kecil karena pengecer lokal tidak bisa menetapkan harga yang tinggi, sedangkan
mereka hams mengeluarkan biaya transportasi, biaya restribusi, biaya
pengemasan dan sewa kios sebesar Rp. 102,00/kg.
Pengecer lokal hanya memperjualbelikan emping melinjo 15 kg per hari
dan mereka tidak bisa menetapkan harga tinggi karena pengecer lokal jumlahnya
sangat banyak. Total biaya pemasaran pada saluran satu sebesar Rp. 865,78/kg
56
komponen biaya yang paling besar dimiliki oleh Pedagang Pengumpul Desa yaitu
sebesar Rp. 763 ,78/kg dimana alokasi terbesar terjadi pad a bi a ya penyusutan
sebes:ii· 5 persen yaitu Rp. 715,78/kg serta biaya tenaga kerja Rp. 48,00/kg. Dalam
saluran satu pengecer lokal harus mengeluarkan biaya transportasi Rp. 25,00/kg.
Dalam penjualan ke konsumen pengecer lokal menggunakan plastik dengan biaya
Rp. 15,00/kg.
Pada saluran satu marjin terbesar dimiliki oleh pengrajin emping melinjo
yaitu sebesar 9,98 persen, disusul oleh Pedagang Pengumpul Desa sebesar 9,96
persen dan pengecer lokal 5,90 persen. Besarnya marjin pemasaran pada pengrajin
emping melinjo karena adanya keuntungan yang besar. Tingginya keuntungan
disebabkan pengrajin tidak menge!uarkan biaya pemasaran tetapi hanya
mengeluarkan biaya produksi. Besarnya marjin yang diperoleh Pedagang
Pengumpul Desa disebabkan banyaknya per!akuan yang dilakukan oleh Pedagang
Pengurnpul Desa dibandingkan dengan lembaga pemasaran lainnya. Total marjin
pemasaran pada saluran satu sebesar Rp. 4.382,05/kg atau 25,7 persen dari harga
jual pengecer lokal. Perincian sebaran marjin emping melinjo di Pusat Koperasi
pertanian Gema Reformasi Desa Menes dapat dilihat secara Jebih detail pada
Lampiran 2.
57
Tabel 5.3. Marjin Sah;ran Pemasaran Tingkat Satu (Rp. 000)
No. Uraian Pengrajin Pedagang Pengecer (Rp/Kg) Pengumpul Desa Lokal (Rp/Kg)
(Rn/K!!) 1. Biaya Produksi 12617,95 - -
2. Biaya Tetap dan - 763,78 102,00
Tidak Tetao 3. Harn:a Beli - 14315,79 16000,00 4. Harga Jual 14315,79 16000,00 17000,00 5. Keuntungan 1697,84 920,43 898,00 6. Mari in 1697,84 1684,21 1000,00
Sumber : Data Primer diolah, 2005
Tabel 5.4. Marjin Saluran Pemasaran Tingkat Dna (Rp. 000)
No. Uraian Pengraiin (RP/Kg) Penf'ecer Lokal (Rp/K!:!l 1. Biaya Produksi 13285,70 -2.
Biaya Tetap dan 100,00 77,00
Tidak Tetan " Harn:a Beli - 15857,14 J.
4. Harga Jual 15857,14 18500,00 5. Keuntungan 2471,44 2565,86 6. Mari in 2571,44 2642,86
Surnber : Data Primer diolah, 2005
5.2.3.2. Saluran Pemasaran Dua
Pengrajin harus mengeluarkan bi a ya sebesar Rp. I 00,00/kg yang
digunakan untuk biaya transponasi. Pada saluran dua pengrajin yang mendatangi
pengecer lokal. Pengrajin menjual emping melinjo dengan harga rata-rata
Rp. 15.857,14/kg kepada pengecer lokaL Keuntungan pengrajin pada saluran dua
Rp. 2.471,44/kg merupakan keuntungan terbesar diantara saluran pemasaran yang
lainnya. Keuntungan tersebut disebabkan tingginya harga jual emping melinjo,
karena emninQ mr:linin v~nrr ~jh,,,,..;11,..,.. ..... -~------~'---
..
58
Total biaya yang dikeluarkan pengecer lokal sebesar Rp. 77,00/kg dengan
keuntungan Rp. 2.565,86/kg. Biaya terbesar yang dikeluarkan pengecer lokal
adalah biaya sewa kios sebesar Rp. 52,00/kg. Saluran pemasaran dua mempunyai
total marjin Rp. 5.214,30/kg. Dalam saluran pemasaran dua, emping melinjo
mempunyai harga jual tertinggi dibandingkan dengan saluran lain· yaitu sebesar
Rp. 18.500/kg. Hal ini disebabkan kualitas yang lebih baik jika dibandingkan
dengan saluran lain.
Tabel 5.5. Marjin Saluran Pemasaran Tingkat Tiga (Rp.000)
No. Uraian Pengrajin Pedagang Pengecer Luar
(Rp/Kg) Pengumpul Desa Daerah (Rp/Kg)
(Rp/Kg)
I. Biaya Produksi 12617,95 - -2. Biaya Tetap dan - 1010,78 318,90
Tidak Tetap
3. Barga Beli - 14315,79 17500,00
4. Barga Jual 14315,79 17500,00 20000,00
5. Keuntungan 1697,84 2173,43 2181,10
6. Marj in 1697,84 3184,21 2500,00
Sumber : Data Primer diolah, 2005
5.2.3.3. Saluran Pemasaran Tiga
Emping melinjo yang dijual Pedagang Pengumpul Desa pada saluran tiga
sudah dikemas dengan menggunakan kertas semen. Total biaya yang harus
dikeluarkan Pedagang Pengumpul Desa sebesar Rp. I. 0 I 0, 78/kg. Bia ya ini
dipergunakan unti1k mengupah tenaga kerja dnn kertns semen sebagai kemasan.
Setelah emping melinjo melalui penyortiran, terjadi penyusutan sebanyak 5 persen
59
rnengangkut ernping rnelinjo ke Pasar Bekasi rnenggunakan minibus (colt diesel)
kapasitas 1 ton dengan biaya trnnsportasi Rp. 215.000/kg sehingga biaya yang
harus dikeluarkan sebesar Rp. 215,00/kg. Pada saluran tiga Pedagang Pengumpul
Desa memperoleh keuntungan sebesar Rp. 2. 173,43/kg.
Keuntungan berturut-turut dirniliki oleh lembaga pemasaran yaitu
pengrajin Rp. 1.697,84/kg, Pedagang Pengurnpul Desa Rp. 2. 173,43/kg dan
pengecer luar daerah Rp. 2. 181, 10/kg. Pengecer luar daerah rnernpunyai
keuntungan yang paling besar karena pengecer luar daerah rnenetapkan harga
yang tinggi, sedangkan biaya yang dikeluarkan untuk pemasaran sangat kecil.
Pengecer luar daerah hanya memperjualbelikan emping melinjo 20-30 kg per hari
sehingga untuk rnernperoleh ke'.lntungan yang besar pengecer rnenetapkan harga
yang tinggi.
Pengrajin rnemperoleh keuntungan yang paling kecil disebabkan biaya
produksi yang dikeluarkan cukup besar. Total biaya pada saluran pemasaran tiga
sebesar Rp. 1.329,68/kg. Komponen biaya terbesar dimiliki oleh Pedagang
Pengumpul Desa yaitu sebesar Rp. 1.010,78/kg dirnana alokasi terbesar pada
biaya penyusutan sebesar 5 persen sebesar Rp. 715, 78/kg serta biaya transportasi
Rp. 215,00/kg. Dalam saluran tiga Pedagang Pengumpul Desa yang datang pada
pengecer luar daerah, dengan demikian pengecer luar daerah tidak rnengeluarkan
biaya transpo1tasi.
Total biaya pada saluran tiga paling besar jika dibandingkan dengan
lembaga lainnya yaitu sebesar Rp. 1.329,68/kg, begitu pula ·dengan total
keuntungan sebesar Rp. 6.052,37/kg yang menyebabkan total marjin pemasaran
60
Tabel 5.6. Marj in Saluran Pemasaran Tingkat Empat (Rp.000)
No. Uraian Pengrajin (Rn/K2) I. Biaya Produksi 13000,00
2. Harga Jual 2000,00
' Keuntungan 2000,00 .) .
4. Ma1jin 15000,00
Sumber : Data Pruner d1olah, 2005
5.2.3.4. Saluran Pemasaran Empat
Pada saluran pemasaran empat, pengraJm langsung menjual empmg
melinjo hasil produksinya ke konsumen. Pengrajin menjual emping melinjo
tersebut bukan di pasar melainkan di rumah mereka sendiri, konsumen yang
membutuhkan emping melinjo mendatangi pengrajin ke rumahnya. Konsumen
yang datang merupakan konsumen yang sudah memesan terlebih dahulu emping
melinjo. Pada saluran empat tidak terdapatnya biaya pemasaran. Total biaya yang
dikeluarkan pengrajin adalah total biaya produksi sebesar Rp. 13.000/kg dengan
harga jual Rp. 15.000/kg sehingga keuntungan yang diperoleh pengrajin sebesar
Rp. 2.000/kg. Tidak adanya peran lembaga pemasaran pada saluran empat
menyebabkan marjin pemasaran dan keuntungan yang diterima pengrajin sama
besar yaitu sebesar Rp. 2.000/kg atau sebesar 13,3 persen.
6.1. Kesimpulau
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
I. Hasil penelitian menunjukau bahwa saluran pemasaran emping melinjo yang
terdapat di Pusat Koperasi Pertanian Gema Reformasi Desa Menes dapat
diidentifikasi menjadi empat saluran pemasaran, yaitu :
Saluran I
Saluran 2
Saluran 3
Pengrajin ' Bandar (PPD) 'Pengecer Lokal ' Konsumen
Pengrajin ' Pengecer Lokal ' Konsumen
Pengrajin ' Bandar (PPD) ~ Pengecer Luar Daerah '
Konsumen
Saluran 4 : Pengrajin ' Konsumen
2. Hubungan kemasan terhadap keuntungan sangat berpengaruh besar, karena
dengan adanya kemasan kebutuhan konsumen akan emping melinjo yang
berada di luar Kabupaten Pandeglang bisa terpenuhi dan keuntungan industri
emping melinjo meningkat Rp. 4.000/kg atau Rp. 7.000/kg.
3. Marj in pemasaran yang paling efisien terbentuk pada saluran pemasaran
empat yaitu sebesar Rp. 2.000/kg karena tidak adanya peran lembaga
pemasaran dan rantai tataniaga yang dilakukan paling pendek.
62
6.2. Saran
Hasil penelitian rnenunjukan bahwa ada beberapa ha! yang perlu
diperhatikan dan diperbaiki dalarn upaya rneningkatkan produktivitas dan
keuntungan usaha emping rnelinjo ini, diantaranya :
I. Koperasi sebaiknya memperluas jaringan pernasaran dan distribusi emping
rnelinjo yang dihasilkannya dan tidak hanya menjualnya secara langsung. Hal
ini bisa dilakukan diantaranya dengan pernbukaan outlet baru, kerjasa:rna
dengan agen penjual ernping rnelinjo, mernasok ernping ke toko-toko, pasar
swalayan dan berbagai pasar tradisional dengan tujuan untuk meningkatkan
penjualan dan rnengurangi jurnlah produk yang tidak terjual.
2. Untuk rnenjarnin pasokan bahan baku rnelinjo, koperasi seharusnya
rnengikutsertakan para petani rnelinjo dalarn keanggotaan koperasi.
3. Pernbangunan fasilitas gudang yang baru diharapkan dapat segera
dilaksanakan. Pernbangunan gudang baru ini bertujuan agar kontinuitas
persediaan bahan baku dapat terpenuhi, sehingga kapasitas produksi dapat
ditingkatkan.
DAFTAR PUSTAKA
Aris Firmansyah, 2003. Analisis Strategi Pemasaran Emping Melinjo Pada Pusat Koperasi Pertanian (PUSKOPTAN) Pengembangan Banten. [Skripsi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian, 2003
Atmakusuma, 1984. Komponen Biaya Pemasaran. (Jakrta : Cv. Yasaguna, 1984)
Azzaino, Z, 1981. Pengantar Tataniaga Pertanian. Jurusan Ilmu-ilmu Sosek Pertanian. Fakultas Pertanian, IPB Bogor.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Pandeglang, 2002. Luas Areal Tanaman Melinjo di Kabupaten Pandeglang (Pandeglang, 2002)
Bucklin, 1966. A TheOJy of Distribution Channel Structure (Berkeley : University of California, 1966)
Dahl, Dale C. and Jerome W Hammond, 1977. Market and Price Analysis. Mc Grow Hill Inc. United States
Departemen Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Pandeglang, 2005. Data Jumlah Unit Usaha, Jumlah Tenaga Ke1.1a, Data Nilai Bahan Baku dan Nilai Produksi Usaha Emping Melinjo Berdasarkan KecamatanTahun 2003-2004 (Pandeglang, 2005)
Dwi Arie Isdiyanto, 2002. Analisis Saluran Pemasaran Ayam Kampung (Gallus domesticus) di Jakarta Se!atan, Propinsi DK! Jakarta. [Skripsi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian, 2002
Dwi Ria Safitri, 2003. Analisis Efisiensi Pemasaran Pupuk Urea (Studi Kasus : Pemasaran PUSRI Daerah Jawa Timur). [Skripsi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor, Fakultas Pe1tanian, 2003
Hidayati, Asri, 2000. Analisis Kine1.1a Sistem Pemasaran dan Lembaga Pemmjang Pemasaran Kaitannya dengan Pengembangan Produksi Rumput Laut di Kah. Lombok Timur. Tesis. Program Pascasarjana, !PB Bogor
http://warintek.progresio.or.id. Melinjo (Gnetum gnemon)
http://www.belitungisland.com. Proyek Perkebunan Me/injo dan Jndustri Melinjo
64
Junandar, Uun, 2002. Analisis Pendapatan Usahatani dan Pemasaran Jndustri Kecil Emping Melinjo di Desa Dahu Kecamatan Jiput Kabupaten Pandeglang. (Skripsi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian, 2002
Juwita, Tarigan, 2002. Analisis Pemasaran Jeruk Siam Medan di Desa Payung Kecamatan Payung Kabupaten Karo, Sumatera Utara. [Skripsi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian, 2002
Kohls, R. L, 1987. Marketing of Agricultural Products. The Macmillan Company
Kotler, Phillip, 1985. Manajemen Pemasaran. Analisis Perencanaan dan Pengendalian (Jakaita : Prenhallindo, 1985)
_______ , 1996. Dasar-Dasar Pemasaran. Edisi Sembilan (Jakarta : PT Indeks, 1996)
______ , 1997. Manajemen Pemasaran, Perencanaan, Jmplementasi dan Kontrol. Edisi Indonesia ( Jakarta : Prenhallindo, 1997)
Kotler & Armstrong, 2004. Dasar-Dasar Pemasaran. Edisi. Sembilan (Jakarta : PT Indeks, 2004)
Krisnamurthi, Bayu, 2000. Pengertian dan Ruang Lingkup Agribisnis. Laboratorium Ekonomi dan Manajeman Agribisnis, IPB
Limbong W.H. & P. Sitorus. 1987. Pengantar Tata Niaga Pertanian. Jurusan Ilmu-ilmu Sosek Pertanian. Fakultas Pertanian, IPB Bogor
Mirawati, 2000. Kajian Pengembangan Manajemen Jndustri Kecil Emping Melinjo di Kabupaten Pandeg!ang. [Skripsi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian, 2002
Mosher, A. T, 1981. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. Disadur oleh Ir. S. Krisnandhi dan Bahrin Smad. Cetakan ke-7. Penerbit Cv. Yasaguna, Jakarta
Mubyarto, 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. Penerbit LP3ES, Jakarta
Profil Desa, 2004. Dajtar lsian Data Dasar Projil Desa Menes Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang (Banten : Profil Desa, 2004)
____ , 2004. Letak elem Luas Wt/ayah Desa Menes
____ , 2004. Keadaan Alam Desa Menes
65
____ , 2004. Komposisi Penduduk Desa Menes Menurut Pekerjaan dan U~ia Ta/nm 2004
____ , 2004 . .Jenis Penggunaan Tanah di Desa Menes Ta/nm 2004
Sutanto, Hatta, l 994. Budidaya Melin.Jo dan Usaha l'roduksi Emping Me/injo. Kanisius, Y ogyakarta
Thomek, W and Keneth, L. Robinson, 1990. Agricultural Product Price. Third Edition. Printing Corne! University Press. Ithaca
Thomsen, L. F and Forte, R. J, 1951. Agricultural Price. McGrow-Hill Book Company. New York
Umar, Husein. Rise! Pemasaran dan Peri/a/w Konsumen (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2000)
Undang, 2002. Budidaya Produksi Emping Melin.Jo Kecamalan Menes Kabupaten Pandeg/ang (Banten : Pusat Koperasi Pertanian, 2002)
.OAJJ f\l'i I I KETUA I ' I PEN GA WAS
PENGAWASAN
WAKILKETUA I INTERN
,;, , . . ,
' I
SEKRETARIS ( BENDAHARA I
I I g Bagian U111un1 Bagian Bagian Bagian Bagian Penjualan/ ~an Administrasi/ Pembelian Persediaan Produksi Pernasaran
Akunting
,J_, I I I I I
Pembelian di Koord Pembelian Persediaan Persediaan Pemasak Pengrajin Koord Show Penjualan Kecamatan di Tangkil Emping Kp. Menes Em ping Pengrajin Room Curah/
Menes Kecamatan Lain Kee. Menes Kee. Lain Pasar
I
I I I Ko ordinator I Koordinator I
Kecamatan Kelompok Menes Pengrajin
I I I I I I I
ELOMPOK KETUA KELOMPOK KETUA KELOMPOK KETUA KELOMPOK KETUA KELOMPOK KETUA KELOMPOK KETUA KELOMPOK KETUA KELOMPOK
iRAJIN PENGRAJIN PENGRAJIN PENGRAJIN PENGRAJIN PENGRAJIN PENGRAJIN PENGRAJIN .
:O:NGRAJIN DI KECAMAT AN LAINNY A (SELAIN KECAMAT AN MENES) DI WILA Y AH KABUP ATEN P ANDEGLANG
Lampiran 2. Sebaran Marj in Pemasaran Emping Melinjo di Pusat Koperasi Pertanian
Gema Reformasi Desa Menes Kecamatan Menes Kabnpaten Pandeglang Banten
68
1bag11 Uraian Saluran 1 Saluran 2 Saluran 3 Saluran 4 1asaran Rn/kf1 % Rn/Im % I Rn/Im % Rn/Im grajin Biava Produksi 12617,95 74,2 13285,70 71,8 I 12617,95 63 13000,00
Bia ya 100,00 0,5
I Tranno1tasi Keuntung:an 1697,84 9,9 2471,44 13,4 1697,84 8,5 2000,00 Mari in 1697,84 9,9 2571,44 13,8 1697,84 8,5 2000,00 1-lar!.!a Jual 14315.79 84,2 15857,14 85,7 14315,79 71,6 J 5000,llll
11gang Haroa BcE 14315,79 84,2 14315,79 71,6 gun1pul Biava 763,78 4,5 1010,78 5,1 l Keuntunnan 920,43 5,4 I 2173,43 10,8
Mnriin 1684,21 9,9 i 3184,21 15,9 Harna Jual 16000,00 94,1 17500,00 87,5
gcccr Har!!.a Beli 16000,00 94,1 15857, 14 85,7 al Biava 102,00 0,6 77,00 0,4 I
Keuntungan 898,00 5,3 2565,86 13,8 Mari in 1000,00 5,9 2642,86 14,2 I
L-J-Iarna Jual 17000,00 JOO 18500,00 100
r1cccr "
Han1a Beli 17500,00 87,5 r , Biava 318,90 1,7 r:1h Keuntungan 2181,10 10,9
Mari in 2500,00 12,5 1-Ian!a Jual 20000,00 100
11 Biava 865,78 177,00 1329,68 0 11 3516,27 5037,30 6052,37 2000 ntunrran 11 4382,05 5214,30 7382,05 2000 ·iin
ber : Data Primer diolah, 2005
~rangan :
t1garajin pada saluran pe111asaran satu, tiga clan e1npat tidak 1ne1npunyai biaya transportasi. Hal ini
•arenakan le1nbaga pe1nasaran yang 1nelakukan kegiatan pe1nasaranhnenyalurkan etnping 1neliitjo adalah
:lagang pengu1npl1l desa, sehingga yang 1nengeluarkan biaya transportasi bukannya pengrajin tetapi le1nbaga .._ . ~-.
tnasaran lainnya.
11grajin pada saluran pernasaran dua 111e1npunyai biaya transporlasi karena dala111 n1enyalurkan e1nping
~lirtjC: pengrajin 1nendatangi langsung pengecer lokal, sehingga han1s n1engeluarkan biaya sebesar Rp.
ll,00/kg ym1g dipcl'g1mnlrnn umuk tnmsponnsi.
% 86,7
13,3 13,3 100
No.
I.
2.
3. 4. 5. 6.
69
Lampiran 3. Komponen Biaya Produksi, !liaya dan Marjin Saluran lPemasaran Tingkat
Satu Emping Melinjo di Pusat Koperasi Pertanian Gema Reformasi Desa Menes (Rp.000)
Uraian Pengrajin Pedagang Pengumpul Pengecer Lokal (Rn/K") Desa (Rp!_!(<J) <Rn/K<>)
Biava Produksi a. Biava Bahan Baku 7806,17 b. Biaya Bahan Bakar 4000,00 c. Biaya TK Luar Keluarga 48,00 d. Biava TK Keluarga 48,00 e. Biaya Penyusutan 715,78 Total Biava Produksi 12617,95 Biava Tetap dan Tidak Tetap a. Uoah TK 48,00 b. Penvusutan 5 % 715, 78 c. Transportasi 25,00 d. Sewa Kios 52,00 e. Restribusi 10,00 f. Plastik 15,00 Total Biava 763,78 102,00 Harga Beli 14315,79 16000,00 Harga Jual 14315,79 J 6000,00 17000,00 Keuntungan 1697,84 920,43 898,00 Mariin 1697,84 1684,21 1000,00
umber : Data Pnmer d1olah, 2005
70
Lampiran 4. Komponen Biaya Produksi, Biaya dan Marjin Saluran Pemasaran Tinglrnt
Dua Emping Melinjo di Pusat Koperasi Pertanian Gema Reformasi Desa Menes (Rp.000) ·t,.,
No. Uraian Pengrajin Pengecer Lokal (Ro/K<>) (Ro/[(<>)
L Biava Produksi a. Biava Bahan Baku 8907,30 b. Biaya Bahan Bakar 4000,00 c. Biaya TK Luar Keluarga 48,00 d. Biaya TK Keluarna 48,00 e. Biaya Penvusutan 282,40 Total Biava Produksi 13285,70
2. Biava Tetap dan Tidak Tetap a. Upah TK b. Penyusutan 5 % c. Transportasi 100,00 d. Sewa Kios 52,00 e. Restribusi 10,00 f. Plastik 15,00 Total Biava 100,00 77,00
3. Harga Beli 15857,14 4. Harna Jual 15857,14 18500,00 5. Keuntungan 2471,44 2565,86 6. Mariin 2571,44 2642,86
Sumber : Data Pnmer d1olah, 2005
No.
I.
2.
3. 4. 5. 6.
71
Lampiran 5. Komponen Biaya Produksi, Biaya dan Marjin Saluran F'emasaran Tinglrnt
Tiga Emping Melinjo di Pusat Koperasi Pertanian Gema Reformasi Desa Menes (Rp.000) '\.,
Uraian Peng raj in Pedagang Pengumpul Pengecer Lokal (Rp/K!!) Desa (R11/K!!) <Rn/K"l
Biava Produksi a. Biava Bahan Baku 7806, 17 b. Biava Bahan Bakar 4000,00 c. Biaya TK Luar Keluarga 48,00 d. Biaya TK Keluarna 48,00 e. Biaya Penvusutan 715,78 Total Biava Produksi 12617,95 Biava Tetap dan Tidak Tetap a. Upah TK 48,00 b. Penyusutan 5 % 715,78 c. Transportasi 25,00 d. Sewa Kios 52,00 e. Restribusi 10,00 f Plastik 15,00 Total Biava 763,78 102,00 Harga Beli 14315,79 16000,00 Harna Jual 14315,79 16000,00 17000,00 Keuntungan 1697,84 920,43 898,00 Mari in 1697,84 1684,21 1000,00
umber : Data Primer d1olah, 2005
72
Lampiran 6 Komponen Biaya Produksi, Biaya dan Marj in Pemasaran Tingkat Empat
Emping Melinjo di Pusat Koperasi Pertanian Gema Reformasi Desa Menes (Rp. 000)
No. Uraian Pcmgraiin (Rp/Kv)
I. Biava Produksi a. Biava bahan baku 8188,22 b. Biava bahan bakar 4000,00 c. Biava TK luar keluarga 48,00 d. Biava TK keluarga 48,00 e. Biava penyusutan 715, 78 Total Biava Produksi 13000,00
2. Harga Jual 15000,00 3. Keuntungan 2000,00 4. Marj in 2000,00
Sumber : Data Primer diolah, 2005
Lampiran 7. Data Jumlah Unit Usaha dan Jumlah Tenaga Kerja Usaha Emping Melinjo
di Kecamatan Menes Tahun 2002-1.004
No. Uraian Tahun
2002 20113 2004 I. Jumlah Unit Usaha 959 959 960 2. · Jumlah Tenaga Kerja 1.936 1.936 1.942
Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pasar Kabupaten Pandeglang, 2005
' ~ ..
Lampiran 8. Data Nilai Bahan Balm dan Nilai Produksi Usaha Emping Melinjo di
Kecamatan Menes Tahun 2002-2004
73
·1---.
No. Uraian Tahun
2002 2003 2004 1. Nilai Bahan Baku (Rp.000) 6.150.900 6.150.900 6.150.900 2. Nilai Produksi (Ro.000) 8.602.500 8.602.500 8.602.500
Sumber : Dinas Penndustnan, Perdagangan dan Pasar Kabupaten Pandeglang, 2005
Lampiran 9. Banyaknya Tanaman yang Menghasilkan dan Produks.i Buah Melinjo di
Kecamatan Menes Tahun 2000-2003
No. Uraian Tahun
2000 2001 2002 2003 1. Produksi (Kwintal) 242 107 - 4.735 2. Banyaknya Tanaman 905 2.612 - 7.005
Sumber : Dmas Pertaman Kabupaten Pandeglang, 2005
. -.
74
Lampiran 10. Banyaknya Bahan Balm dan Nilai Bahan Balm yang Dipakai Perusahaan
lndnstri Mennrut Jenis Produksi di Kabupaten Pandeglang Tahun 2000-2003
No. Uraian Tahun
2000 2001 2002 2003 I. Produksi (Ton) 4.923,49 4.923,50 316.307,00 4.968,40 2. Nilai (Ro.000) 29.450.946,00 29.665.321,00 44.282.930,00 29.810.946,00
Sumber : Dinas Pertaman Kabupaten Pandeglang, 2005
Lampiran 11. Banyaknya Produksi dan Nilai Produk~i pada Perusahaan lndustri
Menumt Jenis Produksi di Kabupaten Pandeglang 1['ahun 2000-2003
No. Uraian Tahun
2000 2001 2002 2003 I. Produksi (Ton) 2.952,20 2.952,20 3.000,20 2.976,19 2. Nilai (Rp.000) 44.282.930,00 46.707.076,00 47.466.488,00 44.642.930,00
Sumber : Dmas Pertaman Kabupaten Pandeglang, 2005
,:(.,. •,
Cap
t.• ..
\ t I l cf)>.')( I © > I
... /
~ -- - .. =
c,
J ·~ 0 @§
,J.· ,j
' '
....... _______ _ I
'-0g :c
i I.
-- -----.......... ,, . " ' '
'L-~---
), ., "' " "
• . .. -'
"0> -'
·"
NAM !1
•l(C<· "--" . ..
"\.·-·
DEPARiTEMEN KOPERASI PENGUSAH/\ KECIL DAN MENENGAH REPUBU~ INDONESIA
~rzis~ Ver\rzln~1Hi "fi'f:.M/\ RtfORW~Sl '' Kteiwl~t\tt ~ri~s.
f\LAMAT/Tl:MI 'f,T
KEDUDUKAl•J 1~\J· ~VwM+\«J1n0ariQ Tu)ti- 11\ie;ru;s ~ttc, ttw1~s \~~:,~n 1'~1t1'121lGfu.tut
DIDAFTAR DALAM BUl<U DAFTAF! UMUM -DEPARTEMEN !<OPERAS!, PENGUSAHA KECIL. DAN MENENGAH - ;
REPUBLll< INDONESIA ' KA~JTOR DEPARTEMEf\J l<AGUP;\TEN P/l,NDEGLANG
DEJ>,1.;,1EMEN KOPJi:l~J\Sl, I'ENCUSAllA l\.l•:Cll, llAN l\!li:Nl•:l'H;All 1\.1.
-:; )
/ i I : c ~ , . ' t
KANTOR WI LAY All l'ROI'J.N~L JA \VA llARAT KANTOR DEPARTEMEN KABUPA'T EN PANDEGLANG
Alamat : JJ. YusufMarta.dihiga No. 5 T~lp.(0253) 21121 Kod~ Pos 42: 12 - P?~:.hg1it,1g
I . ~ I ' ' I
j ' i ~ . I I ;_ - •
i ~·:.· :,.
UJ '\: ,:~r1~ ;. Ll ·11r,t
!·'!.' r,11_.,J.J~'.f'tl Jt"1
i 1 i; 11: 11 H : . J r 1
., '1.'.
, l I J , .,I,'._,
.;·.I. r 1 t I 'I f I l} ;/ l I ' "
j ,., .,
"\.,
·~- '..,· :,
! I
;,:•
" ' p l ~
. ,, q 'f 11' ( ;i / ,, ' f 'i
j
;-.(,I .- ) ; ·, I ' -' ~ '. ·, ! , i ''
,- '"• :'' '·' -' '; . ,I:
' " .,.., ! ' ( ':.' •· 1
(i·:·1
s- .-- . - .!
! r1riC•f"li-·: l ,-, l·lc•r:·1-::•r
•I•!·:·,- 1 1 I Jc,9 .:~f
'''·"
:•_J
''-',
. -:::-:
I . I ' !',."• •: >' il ) ::·!!··ti!
\ l ·.'i,'{•'-';' l j 1.
D·-~Z-j•l.'..'>1::..1 . .J,·.:·. i .. i.:-;
! ' •":"I ~ :_ '' i t c • I I • F i
'" l .. J, I ' I" I) I
I ! 1. ,, 1 , I '· .i t •
\ j 1 I \ _·,I' < ! • ! F
• I ';'"
i '. ,,.
I . ;
) I ' i! • J 1,"'
:.·.1
: j._-, _ ' '
·>' ,.
I ~ - [ ·
,:. ·.),,;
• ••.!' ,;· ;1r
!) I·;
11·!•• 1 1 I,,, , .. ,,
·I' !.!I ·•.<1 ;,,,, ",11
" ' '
'.
[ ,l ·~ l \ · 1,• t •,I' • ·:·!·'. t" :,: l.
,,
_, .
i-: .. :-i,·:_:u: .. 1
\' ·1 · 1!• I
" ' '' ,, '
'" ,,
ERTAMf.\
E fl t l Pr
: f j GA
LJMA
M E M Li T LI S K A N
l'j!.'!T'IQC'=·.'.'1h/.;;:1n {)fi.·t~i f'C.:1nl.l.ir-i11r, l(cq:•C'l.i1!£.j f-1 f;'rt.:.1n~i:1n [;[/'Ii'\ id .. FClf\l•J(..)SJ ~:.ec~rri~1t;1r1 l·Jr:·n~::~ d.l ~::i1t11.1p.:1tf.:-ri fJ~11·1cJr::,qJtir1n •.111 1.•il.
~·.r:·l•1ri iut11·,-.-r di! c·liut 1.~_q1t'' iP·l (;[:fJI-) f.iJ:r£1l<1•i/1:.;1 ·,:o1i1-,·~:1 {•":' ,·1lc1111 1 1lll".1201pi.1! kc·du1Juh;1n di i.11111ri1.nq K;:~dul ornbcinci L1~·~-t1 /·!·::111.·~-·
!l1·11<1,·111 di•·.,-d1J..J•,t11r1·1.1 r"il- t '-•t i't·r1d1r.i.:o) Ji,tq1.· __ •J 1\~.J • .. t:Li,t(_!,!JIJ•clfl
cJJiH<:1k~.ud d.ihtuf/1 F'l:fi-IH/'lrl, .rt1dt.:;;1 f;c•per;;1·;:.j ter:.:.e·but if1::rr•r·.::·1-
ciJ eh =·t ritu:. B21dcin Huh:u111. -------------·-·-------------- -- --·-···
t-ic11nc1r dc1f-1 t;1ri99nl ~:uri1t };;eputu!: . .:1n (1/.:t,:1 Pc,ndir.i.:1n he1.::.c:•rt<-1 T"1t:Hl1i:1, illi"lll!;1l!l.{'fll!J1-!I l·<:duClL!l1;,-111 1.:(.ij){;'/"\1':!.
ULil &:1f/1 lh1Ji.u !):::11 t ;:ir l.lrnum dc,11q1:1n /IJ~'n!,;gt-11·1r1J..t1n r1!:i,·11~::i,.
><c:·pultt!::·i"in ir1.i c!.i!; . .:unpo:1ili', .. ,o) djJ~0ti1~1t1i.--·-----·--·------
J1.epi'1dz1
1::npr:'l"t1!:.i d ! ( ·1l .. :1i
U/"U l,
Agar setiap or~ng {'!'.(ti l'1,-11dt1 I.Ill ) 11/'~,'I ,1'·! l 111 d111 .. 1 ,,
_111c.•no1u11t111d:. tin
Llc·r 1 I i:1 f~.i::t1.t-1 r 1:1
r 1r·nqcn· .d 1.11 t
l \ t! r.• 1._t ! ' I l :
J ,-;do1·1r:-~ . .i £"1. ---· ·· - ---· - - -·
J ! I ( : ' ~. , t I d·. ,- JI 1 d t r·r,1.Jt;1·t.:a ;-,/.)(\, I . ' I ' j . f I . ~ ' I " I '· 1 ' \ l t"1,' 1'f Uh't1;,;.·1 t'·,· 1,:.-,
11,/·i.f'I /-ill 1-:J !.(1; ! l~/1~:·J ~
f·· Ll ~::.."'L:~.f.:.j-{{-i .I·.!. Cl L [)f-11·1 l'iEl -iEl·,(;.-:·11--1
~r.;21/.: f•1enter1 h.C1f:·t21-cis ... 1 ~P·~·n·;~ 1.1;:;.;;;f·1::< ·2~:1 _i dr-:r·r f•;£:•nr~-ri~1nh ~*S2J<.1~etrq·}-::. Jt:r-·d!?1-;4J UcpJ,:or·~ r·; d,.,,, l·i '~I di .J.:th;;u·t.t:t; ~Ptth·. £>.ir_is;:11 1:cq:-ic:rii!;._i f1vr1i·C•l•, f'I di.di !'I I·.'! .:Ji J~ik£·;r tc.i; 1pc1k ViiJ .. .-111~1il Pt:·f.d .. c1i.1~ J·') .. d11ii :·I r•,-c11•.Ji·,11,'11· cli !:li"'(ndurii:,1; ,- i ·--··-------·~--·-·--····-·-······
SURAT !JIN TEMPJ\T US/tHA PETJKA N:
TAPEM / 19 9:l :Serie A
---·--·--.. GCLONGAN I N '.' 000469
'IUP,\TJ KEPAL\ DM'RAH_TINGKAT II PA1'DEGLANG
n1berikan ljin Tt:111pa! L:iaha kcpada:
45 TAHUN ___ , PF.I\!! L! K PER USA I fAAN
JENJS PERUS.-\H.-\·\N
NM,/A PERUS1\llAAN
r1:.\IPAT PERUSAllAAN Kl-. J J L, K,.DlJ KOViiJONG DESA / KELURAf/AN .r.li!:X&S KECAMATAN
KABUl'ATl'N D1\ERA!-[ TINGKAT Tl PANDEGLANG
l'GA'l !(ETENTUAN Sllll.: , -.---.. . . -----: 26 APP. JL 2082 3 ( 'L'iga)
SunH l.1111 1n1 b~rlak\l 1;an1j~iil dcngnntanggal ; -------------·- brrl<lku __ ···---~··- tnhun ..1;111 ~lapat diperp:lnJang upabila pcn1s:ih:i:111 bc15angkutan n1crncnuhi pcrsyaratun bcrdas:irkan kctcntuan Peraturan Pcrundang-undangan ::ang bt:rlaku, dcngan n1cngajuknn pcrn1ohonan kc1nbali.
Pengusaha Ji;.iru~ 111e1nbayar· Pa1:i.K Pend:1r1:1r:tn pcru~ahaan d~:n Rctribusi .Hak Tetap bagi Peinegang Jjin Ganggua11, bi!rdasarkan Pcrda Kabupalen Dati II Pandeglang No1nor 4 rahun 1992 ~cbi:sar Rp. 22.5c0,- setiap tahun.
Pcngusaha harus mcn1iliki 31UP dan TOP yang dikeluarkan Dcpartcmcn Pcrindustrian & Percl<1gangan Kabupatcn Pandeglang, berdt·sarka.:i u!lda:1g-undang Nomor 3 tahun 1982 dan diharusk:tn n1endapa 1.ka l Rekon1cr,dasi dari Jnstansi tcrkait scsuai dengan jcnis Pcrusahaan bc.rsangkutan.
l'Ei,GUSAHA J-IAR 1JS Ml:Ml'ER!-IATIKAN.
<1.~~1-:~1-~n!n______ B<lngun<1n hurus 'crhuat dari baban yu.r:~ tidak nn1dah tcrbakaf, hanis n1cnyedi:\ka11 alat pen1ac!an~ kcbakaran scrta mcntaati kctcntuan; kC'&da-
111at:.\n kcrja d,1n llarus tcrscdia g..Jdang yang 1ncn1cnuhi syarat untuh. renyi1npanan baning.
b. Kctcrtiban Pcnyin1p~inan nnrang harus tenib, rapih tidak mi.:ngganggu lalu lintas dan ------·-- kcind;1han, harus mcntuati ketentuan jan1 kcrja serta pcndirian- bangunan
ha··11,~ :,csu<ii (kng;1n l;ctcntuan yang ditetapkan oh:h Pcmcrintah Oaerah Tirgk;1 t . f Pandcglang.
l'. Kcbcrsih~111 l~ Keschata:1: Pcrusohaan han1s n1enjag:i dan 1nc1nc!ihara kebcrsihan Jingkungan, 1\1enyediaka11 1e1npat pcn1buangan sampah dan atau sarana pengolaban li111Dah, n1cnjaga kcnn1ngkinao tin1bu!nya penccmaran lingkungt1n.
Bagi Pen1sahaan ya,1g tijak 1nentaati kctentuan tcrsebut diatas sesuai dengan jcnis usahanya aknn di:tn1~1il tindakan l crda::<ukan huku111 yang bcrlaku, scrta akan dicabut Jjin Tcn1pa! UsahnnyH<
Pandcglang, __ 26 -=-:'.Pril__:::___ 19 _29
BUPAT! KEPALA D,\ERAH TINGKAT Jl
'"
..
"' 1::' >
'
·' I
). ' '• ;
' ·~
).
--
t' ' ~· '
;
' .. '
' ..
'
'i,. , ..
'
:·,.,
' ,;::
' " } Ii
•,\ '
I I 1
l
Lampiran 16. Jumlah Unit Usaha yang Memiliki Snrat Izin Usaha
No. Nam a No. Ijin & Tgl Lokasi Pernsahaan Jen is Jenis Jumlah Kapasitas Perusahaan/Pemilik Pendaftaran Perusahaan Produksi TK Produksi/thn
1. PD. Sari Jaia/ 503/150-indagpas Kp. Bojong Canar lndustri Emping 187 30 ton H. Jasari B. Sanjaya 21 Feb 2003 Ds. Cipicung kerupuk dan melinjo
Kee. Menes seJemsnya 2. Yayasan YPC Budi 503/ I 50-indagpas Kp. Pabuaran lndustri Emping 2 3,6 ton
Asih/ 16 Agustus 2003 Ke!. Pagadungan kerupuk dan melinjo Ahmad Sahrani Kee Karang Tanjung Seje11IS!1ya
3. PD. Mekar Sri Sakti/ 503/284-indilgpas Kp. Kadu Hapa Industri Emping 2 4,5 ton Upi Jupri 21 Juli 2004 Ds. Babakan Lor pembuatan melinjo
Kee. Cikedal en1p1ng Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pasar Kabupaten Pandeglang, 2005