71
Bab VI. Spek Tek B1. Interior VI – B.1 - 1 BAB VI. B.1 B.1. SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN INTERIOR Pasal 1 Pekerjaan Persiapan Lingkup pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan, sehingga dapat dicapai hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna. 1.1 Pekerjaan Pembongkaran 1.1.1 Pekerjaan Pembongkaran. a. Sebelum memulai pekerjaan pembongkaran, pelaksana pekerjaan harus memberitahukan kepada Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas (MK) dan pihak terkait (Pengelola Gedung) guna pemeriksaan awal dan ijin pelaksanaan pekerjaan. b. Waktu pemberitahuan minimal 2 x 24 jam sebelum memulai pekerjaan. 1.1.2 Pemeriksaan Tempat Kerja. Pelaksanaan pembongkaran sebelumnya harus yakin akan kesiapan dan segala akibat yang mungkin dapat timbul dalam proses pelaksanaan pekerjaan pembongkaran. Persetujuan ijin mulai pelaksanaan pekerjaan adalah setelah dilakukan pemeriksaan kondisi lokasi bersama-sama Konsultan Pengawas (MK), Perencana dan Pemberi Tugas. 1.1.3 Pengamanan/pemutusan Jalur-jalur Instalasi. a. Amankan jalur-jalur air, listrik, gas, Air Conditioning (AC) atau instalasi lain dengan menutupnya dengan bahan yang diijinkan atau disyaratkan oleh Konsultan Pengawas, Pemilik bangunan (Pengelola gedung) dan pihak-pihak lain yang berkepentingan. 1.1.4 Pembongkaran a. Pembongkaran dilakukan dengan alat-alat yang mencukupi, tepat guna dan aman. Pengawasan agar dilakukan tehadap timbulnya debu, suara dan getaran yang mempengaruhi lingkungan sekitar/sekelilingnya. b. Agar diusahakan alat-alat atau cara-cara pengamanan, baik untuk bangunan yang tidak dibongkar atau kesiapan-kesiapan pekerjaannya c. Segala kerusakan yang terkadi menjadi Tnggung jawab pelaksana pembongkaran/kontaktor. d. Puing-puing hasil pembongkaran harus segera dibuang dari lokasi pekerjaan (proyek). e. Semua bongkaran berupa barang yang masih utuh (seperti lampu, dll) dan dapat digunakan kembali, disimpan dan diserahkan kepada Pemberi Tugas dengan diketahui oleh Konsultan Pengawas/MK dengan disertai daftra/list item barang- barang tersebut. 1.2 Pekerjaan Pengamanan. 1.2.1 Apabila dalam pelaksanaan pekerjaan terdapat barang-barang kantor/peralatan di lokasi proyek, maka kontraktor wajib mengamankan/melindungi barang-barang tersebut dari akibat pekerjaan bongkaran. Material pelindung yang dipakai adalah berupa plastik lembaran atau karton kardus atau material lain yang disetujui Konsultan Pengawas/MK. 1.2.2 Pemasangan alat Bantu Scalf Holding atau bekisting atau tangga harus dipasang secara hati-hati. 1.2.3 Area yang tidak menjadi bagian pekerjaan, harus dibangun pagar atau panel partisi pembatas setinggi ruangan atau sekat lainnya yang diizinkan/disetujui oleh Konsultan Pengawas/MK.

Syarat dan Ketentuan Pekerjaan Interior.pdf

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Syarat dan Ketentuan Pekerjaan Interior.pdf

Citation preview

Bab VI. Spek Tek B1. Interior VI – B.1 - 1

BAB VI. B.1

B.1. SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN INTERIOR

Pasal 1 Pekerjaan Persiapan

Lingkup pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan, sehingga dapat dicapai hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna. 1.1 Pekerjaan Pembongkaran

1.1.1 Pekerjaan Pembongkaran. a. Sebelum memulai pekerjaan pembongkaran, pelaksana pekerjaan harus

memberitahukan kepada Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas (MK) dan pihak terkait (Pengelola Gedung) guna pemeriksaan awal dan ijin pelaksanaan pekerjaan.

b. Waktu pemberitahuan minimal 2 x 24 jam sebelum memulai pekerjaan.

1.1.2 Pemeriksaan Tempat Kerja. Pelaksanaan pembongkaran sebelumnya harus yakin akan kesiapan dan segala akibat yang mungkin dapat timbul dalam proses pelaksanaan pekerjaan pembongkaran. Persetujuan ijin mulai pelaksanaan pekerjaan adalah setelah dilakukan pemeriksaan kondisi lokasi bersama-sama Konsultan Pengawas (MK), Perencana dan Pemberi Tugas.

1.1.3 Pengamanan/pemutusan Jalur-jalur Instalasi.

a. Amankan jalur-jalur air, listrik, gas, Air Conditioning (AC) atau instalasi lain dengan menutupnya dengan bahan yang diijinkan atau disyaratkan oleh Konsultan Pengawas, Pemilik bangunan (Pengelola gedung) dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.

1.1.4 Pembongkaran

a. Pembongkaran dilakukan dengan alat-alat yang mencukupi, tepat guna dan aman. Pengawasan agar dilakukan tehadap timbulnya debu, suara dan getaran yang mempengaruhi lingkungan sekitar/sekelilingnya.

b. Agar diusahakan alat-alat atau cara-cara pengamanan, baik untuk bangunan yang tidak dibongkar atau kesiapan-kesiapan pekerjaannya

c. Segala kerusakan yang terkadi menjadi Tnggung jawab pelaksana pembongkaran/kontaktor.

d. Puing-puing hasil pembongkaran harus segera dibuang dari lokasi pekerjaan (proyek).

e. Semua bongkaran berupa barang yang masih utuh (seperti lampu, dll) dan dapat digunakan kembali, disimpan dan diserahkan kepada Pemberi Tugas dengan diketahui oleh Konsultan Pengawas/MK dengan disertai daftra/list item barang-barang tersebut.

1.2 Pekerjaan Pengamanan.

1.2.1 Apabila dalam pelaksanaan pekerjaan terdapat barang-barang kantor/peralatan di lokasi proyek, maka kontraktor wajib mengamankan/melindungi barang-barang tersebut dari akibat pekerjaan bongkaran. Material pelindung yang dipakai adalah berupa plastik lembaran atau karton kardus atau material lain yang disetujui Konsultan Pengawas/MK.

1.2.2 Pemasangan alat Bantu Scalf Holding atau bekisting atau tangga harus dipasang secara hati-hati.

1.2.3 Area yang tidak menjadi bagian pekerjaan, harus dibangun pagar atau panel partisi pembatas setinggi ruangan atau sekat lainnya yang diizinkan/disetujui oleh Konsultan Pengawas/MK.

Bab VI. Spek Tek B1. Interior VI – B.1 - 2

1.3 Pemindahan Barang-barang.

Pemindahan barang-barang di lokasi proyek harus disetujui dan disaksikan oleh Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas/MK.

1.4 Marking.

Sebelum dimulainya pelaksanaan konstruksi di lokasi proyek, untuk menyamakan persepsi ukuran-ukuran yang akan dilaksanakan antara gambar perencanaan dengan ukuran sebenarnya di lokasi, perlu dilakukan marking oleh kontraktor untuk penentuan ukuran-ukuran yang akan dilaksanakan atas dasar kondisi sebenarnya di lokasi proyek. Hasil marking tersebut harus disetujui oleh Konsultan Pengawas/MK dan Perencana.

Pasal 2

Pekerjaan Dinding Partisi 2.1. Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan ini dilakukan meliputi pemasangan dinding partisi gypsum, termasuk pemasangan rangka sesuai yang disebutkan / ditunjukkan dalam gambar dan sesuai petunjuk Konsultan Pengawas.

2.2. Persyaratan Bahan

a. Rangka : Rangka vertikal dari besi hollow 4 x 4 cm/ 2 x 4 cm, tebal pelat besi hollow minimal 0,3 mm dan diberi meni. Rangka horizontal atas dan bawah dari metal runner berbahan steel galvanized, berupa profil kanal C (C-Channal).

b. Penutup partisi : Digunakan Gypsum Board yang bermutu baik produk JAYA Plasterboard atau produk lain yang setara, tebal = 12 mm.

c. Bahan penutup sambungan partisi : Compound atau bahan plester ex UB400 atau produk lain yg setara. Paper tape yang berpori/berlubang dan bergaris tengah, serta Corner Bead berbahan metal, yaitu untuk penutup bagian sudut dinding partisi.

d. Bahan Insulasi Glasswool, tebal 4 cm density 28 kg/m3. e. Kesemua bahan di atas harus disetujui oleh Konsultan Pengawas, Perencana dan Pemberi

Tugas. 2.3. Syarat-syarat Pelaksanaan

a. Sebelum melaksanakan pekerjaan, Kontraktor diwajibkan untuk meneliti gambar-gambar yang ada dan kondisi di lapangan (ukuran dan peil), termasuk mempelajari bentuk, pola lay-out / penempatan, cara pemasangan, mekanisme dan detail-detail sesuai gambar. Juga terlebih dahulu harus memeriksa untuk dikoordinasikan dengan pekerjaan-pekerjaan yang terkait dengan partisi gypsum, diantaranya adalah :

- Pekerjaan Instalasi pada dinding - Pekerjaan Kosen, dan lain sebagainya yang terkait dalam terlaksananya

pekerjaan ini. b. Gypsum board yang dipasang adalah gypsum board yang telah dipilih dengan baik,

bentuk dan ukuran masing-masing unit sama, tidak ada bagian yang retak, gompal atau cacat-cacat lainnya dan telah mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas.

c. Sebelum pemasangan metal runner, dibuat tanda/marking terlebih dahulu di atas bidang lantai sesuai gambar rencana dan diajukan untuk diperiksa terlebih dahulu oleh Konsultan Pengawas dan Perencana.

d. Modul rangka vertikal besi hollow adalah setiap berjarak per as = 60 cm. e. Rangka besi hollow dan metal runner harus siku, tegak, kaku dan kuat, kecuali bila

dinyatakan lain, misal : permukaan merupakan bidang miring sesuai yang ditunjukkan dalam gambar.

f. Bahan penutup langit-langit adalah gypsum dengan mutu bahan seperti yang telah dipersyaratkan dengan pola pemasangan sesuai yang ditunjukkan dalam gambar. Gypsum board dipasang dengan sekrup khusus, dengan menggunakan alat bor listrik dan setiap pemasangan masing-masing sekrup sejajar minimal berjarak 300 mm.

g. Kepala sekrup yang terlihat diberi compund agar tertutup dan diamplas.

Bab VI. Spek Tek B1. Interior VI – B.1 - 3

h. Sambungan partisi gypsum board diberi compound dengan sebelumnya diberi paper tape khusus gypsum. Setelah compound kering, diamplas sampai rata dan garis sambungan setiap unit gypsum board hilang.

i. Bagian sudut partisi gypsum board yang tidak terlindung oleh material lain, diberi corner bead dan dicompound dan diamplas dengan baik.

j. Setelah panel gypsum board terpasang, bidang permukaan partisi harus rata, lurus dan siku, dan antara unit-unit gypsum board tidak terlihat bergelombang dan sambungan. Kecuali bila dinyatakan lain, misal : permukaan merupakan bidang miring atau melengkung sesuai yang ditunjukkan dalam gambar.

k. Untuk menguji kesikuan/kerataan bidang partisi gypsum, dilakukan dengan menggunakan waterpas khusus, dan diperiksa bersama-sama Konsultan Pengawas/MK.

Pasal 3

Pekerjaan Dinding Bata

3.1 Lingkup pekerjaan Pekerjaan ini dilakukan meliputi pemasangan dinding bata, termasuk acian dan plesteran dinding sesuai yang disebutkan / ditunjukkan dalam gambar dan sesuai petunjuk Konsultan Pengawas/MK.

3.2 Persyaratan Bahan

a. Bata yang dipasang adalah jenis bata press sejenis HEBEL atau setara, dengan tebal = 8 cm.

b. Semen Portland (PC) yang bermutu I dan dari satu produk. Pasir bermutu baik dan air pencampur/pelarut/pengencer yang disetujui oleh Konsultan Pengawas.

3.3 Syarat-syarat Pelaksanaan

a. Campuran (aggregate) untuk plester, perekat naad antar bata dan acian halus harus dipilih yang bersih dan bebas dari segala macam kotoran, dan melalui ayakan.

b. Campuran plesteran dan perekat antar bata adalah dengan perbandingan 1 PC : 5 Pasir pasang.

c. Lebar atau tebal naad/siar-siar adalah sesuai petunjuk yang disyaratkan oleh produk bata bersangkutan.

d. Untuk area basah adalah dinding trasraam/rapat air dengan ketinggian dari lantai setinggi 120 cm. Campurannya adalah 1 PC : 3 pasir pasang.

e. Tebal plesteran adalah minimal 1,5 cm, apabila tebal melebihi 2 cm harus diberi kawat ayam untuk membantu dan memperkuat daya lekat plesteran.

f. Perbandingan campuran plesteran acian halus adalah 1 PC : 3 pasir pasang. Diterapkan pada seluruh permukaan plesteran adukan 1 : 5 maupun 1 : 3 yang sudah kering benar.

g. Hasil akhir dinding adalah rata, tideak bergelombang.

Pasal 4 Pekerjaan Panel

4.1. Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan ini dilakukan meliputi pemasangan panel kayu /plywood veneer dan panel MDF pada partisi gypsum dan plafon/ceiling/langit-langit, juga panel back-dropped sesuai yang disebutkan / ditunjukkan dalam gambar dan sesuai petunjuk Konsultan Pengawas/MK.

4.2. Persyaratan Bahan a. Bahan panel kayu/plywood veneer yg digunakan pada partisi adalah :

- Plywood veneer Nyatoh dan Mega Sungkai tebal 3-4 mm bermutu baik. - MDF tebal minimal 9 mm sebagai backing atau alas/dasar plywood veneer. - Rangka plywood atau MDF sebagai penebal dan pengaku. - Bahan perekat adalah lem putih setara Rakol atau di-stapler. - Kayu solid sungkai yang kering dan bermutu baik untuk edging sekeliling panel

b. Bahan panel kayu MDF yang digunakan adalah : - MDF dengan tebal 12 mm yang bermutu baik. - Rangka plywood atau MDF sebagai penebal dan pengaku. - Kayu solid sungkai yang kering dan bermutu baik untuk edging sekeliling panel.

c. Bahan panel Back-dropped adalah polyester resin dengan ketebalan 10 mm, motif alabaster.

Bab VI. Spek Tek B1. Interior VI – B.1 - 4

4.3. Syarat-syarat Pelaksanaan

a. Alas/backing/dasar untuk dipasangi panel, baik partisi maupun plafon/ceiling, harus merupakan permukaan yang bersih dan rata.

b. Bahan plywood veneer harus dipilih motif yang rata-rata sama dan tidak ada cacat serta bebas dari mata kayu.

c. Panel kayu/plywood adalah di-finish dengan melamic (lihat pasal melamic), sedangkan panel MDF di-finish wall cover (lihat pasal wall cover).

d. Panel kayu/plywood setelah selesai di-finish, diberi perlindungan agar tidak rusak/cacat oleh pekerjaan lainnya.

e. Panel polyester resin untuk back-dropped harus dikerjakan oleh tenaga yang ahli dan berpengalamam.

f. Panel polyester resin tidak terlalu pekat dan masih bisa ditembus oleh sinar cahaya lampu.

Pasal 5

Pekerjaan Wall Cover

5.1. Lingkup Pekerjaan Pekerjaan ini dilakukan meliputi pemasangan wall cover pada bidang partisi, panel dan plafon/ceiling sesuai yang disebutkan / ditunjukkan dalam gambar dan sesuai petunjuk Konsultan Pengawas/MK.

5.2. Persyaratan Bahan

a. Bahan wall cover adalah ex Goodrich, tipe GE 3014, untuk tipe WC.1. b. Bahan wall cover adalah ex Goodrich, tipe AZ 119 SU, untuk tipe WC.2. c. Bahan wall cover adalah ex Goodrich, tipe PE 4006 Marco, untuk tipe WC..3 d. Bahan wall cover adalah ex Goodrich, tipe Symphoni Intermezzo AZ 506921 MZ, untuk

tipe WC 5. e. Bahan wall cover adalah ex Goodrich, tipe GU 2536 Leather, untuk tipe WC.6. f. Bahan wall cover adalah ex Goodrich, tipe Symphony Etude AZ 51004 ET, untuk tipe

WC.7. g. Bahan wall cover adalah ex MATCH atau setara, untuk tipe WC.8.

5.3. Syarat-syarat Pelaksanaan

a. Pada permukaan dinding yang akan dilapisi wall covering, permukaannya harus rata, kering dan bersih (bebas debu dan kotoran lainnya).

b. Harus mengikuti aturan / persyaratan pabrik dalam mencampur dan menggunakan bahan pelapis dan perekat.

c. Sebelum pemotongan pola dan warna harus diperiksa dan dicocokkan dengan contoh yang telah disetujui Konsultan Pengawas/MK dan Perencana.

d. Semua bagian wall cover, terutama pada bagian tepi dan antar sambungan vertikal dengan wall cover selanjutnya, terpasang sama rekat dan hasilnya tidak bergelembung.

e. Pemotongan wall cover harus dilakukan secara hati-hati dan rapih dengan menggunakan alat potong (cutter) yang tajam.

f. Awal pemasangan dan sisa buangan harus dikoordinasikan dan disetujui oleh Konsultan Pengawas/MK.

Pasal 6

Pekerjaan Screeding

6.1. Lingkup Pekerjaan Pekerjaan ini dilakukan meliputi area seluruh lantai beton yang tidak rata/level dan rusak sesuai yang disebutkan / ditunjukkan dalam gambar atau sesuai petunjuk Konsultan Pengawas/MK.

6.2. Persyaratan Bahan Semen Portland (PC) yang bermutu I dan dari satu produk. Pasir bermutu baik dan air pencampur/pelarut/pengencer yang disetujui oleh Konsultan Pengawas/MK.

6.3. Syarat-syarat Pelaksanaan

Bab VI. Spek Tek B1. Interior VI – B.1 - 5

a. Screeding lantai dilakukan bila dasar lantai yang merupakan beton plat lantai, dibersihkan dari segala bongkaran, kotoran, debu dan bebas dari pengaruh pekerjaan yang lain.

b. Bahan screeding merupakan campuran dari bahan PC dan pasir yang sudah diayak halus dan dilarutkan dengan air.

c. Tebal screeding disesuaikan dengan finishing pelapis lantai yang ditunjukkan oleh gambar rencana. Dan tergantung dari toleransi kerataan keseluruhan lantai beton.

d. Sebelum dilakukan screeding, alas/dasar lantai harus dibersihkan dengan air bersih. Setelah dibersihkan, lalu disiram dengan cairan air semen maksimum ditunggu selama 20 menit, setelah itu baru dilakukan pekerjaan screeding.

e. Pekerjaan dilakukan secara sekaligus pada masing-masing lokasi pemasangan/ruangan. f. Permukaan lapisan screed harus dibasahi selama beberapa hari untuk kesempurnaan

pengeringan. g. Untuk pemasangan bahan-bahan finishing lantai dapat dilakukan setelah screeding benar-

benar kering atau setelah mendapat persetujuan Konsultan Pengawas/MK.

Pasal 7 Pekerjaan Lantai Karpet

7.1. Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan ini dilakukan meliputi area seluruh lantai karpet tile sesuai yang disebutkan / ditunjukkan dalam gambar atau sesuai petunjuk Konsultan Pengawas/MK.

7.2. Persyaratan Bahan

Pekerjaan ini dilakukan meliputi area seluruh lantai karpet tile sesuai yang disebutkan / ditunjukkan dalam gambar atau sesuai petunjuk Konsultan Pengawas/MK. a. Bahan Carpet Tile adalah CA.1 = ex C & A tipe Moxie. b. Bahan Carpet Tile adalah CA.2 = ex C & A tipe Mayhem. c. Bahan Carpet Tile adalah CA.3 = ex C & A atau setara. d. Ketiga bahan carpet tile di atas memiliki beberapa persyaratan, yaitu:

Product definition/construction : tufted textured loop Yarn / fibre : 100 % Nylon Colour system : Solution / Yarn Dyed Pile thickness : 3,50 mm – 5,00 mm Tile size : 450 x 450 mm – 500 x 500 mm Backing structure : Synthetic Protective treatment : soil / stain protection Face weight : 25 oz – 30 oz , untuk tipe carpet CA1 dan CA.2 Face weight : 20 oz – 25 oz , unutk tipa carpet CA.3.

7.3. Syarat-syarat Pelaksanaan

a. Pelaksana harus meneliti keadaan permukaan lantai sebelum pekerjaan dimulai. b. Permukaan lantai harus dalam keadaan kering, rata, bersih dan bebas dari cacat c. Pelaksana harus memberitahukan secara tertulis kepada direksi lapangan bila keadaan

lapangan tidak memuaskan untuk penyelesaian pekerjaan secara sempurna. Pekerjaan tidak boleh dimulai bila kerusakan / kekurangannya belum diselesaikan.

d. Permukaan dasar lantai karpet (leveling screed) harus cukup halus, rata dan datar. e. Pemasangan karpet harus dilaksanakan sendiri oleh suppliernya, sebagai orang yang ahli

di dalam bidang tersebut. f. Setiap pertemuan lantai karpet dengan material lain, harus diberi list pancing dari profil

aluminium atau material lain sesuai dengan yang ditunjukkan dalam gambar detail rencana.

g. Hasil pemasangan karpet harus rata, kuat, tidak menggelembung dan bebas noda akibat pekerjaan lain. Sambungan-sambungan yang terjadi harus rapi dan tidak terlihat.

h. Setelah pemasangan, seluruh karpet harus dibersihkan dengan alat vacuum dan siap untuk dipakai. Apabila masih ada pekerjaan lain di lokasi yang sudah dipasang karpet, harus diberi pelindung/proteksi agar tidak rusak dan kotor. Pelaksana/kontraktor bertanggungjawab atas kerusakan-kerusakan yang terjadi.

i. Untuk setiap jenis dan warna dari bahan-bahan lunak disediakan sisa minimal sebesar 5% untuk cadangan penggantian apabila ada kerusakan dan diserahkan kepada pihak Pemberi Tugas.

Bab VI. Spek Tek B1. Interior VI – B.1 - 6

Pasal 8 Pekerjaan Lantai Parquet

8.1. Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan ini dilakukan meliputi area seluruh lantai karpet parquette/parket sesuai yang disebutkan/ditunjukkan dalam gambar atau sesuai petunjuk Konsultan Pengawas/MK.

8.2. Persyaratan Bahan

a. Bahan yg digunakan adalah : - Laminated Parquet LOKAL ex TEKA LANTEKAYU tipe LINE Kempas atau produk lain

yang setara dan bermutu baik. - Underlayer menggunakan polyfoam dgn tebal 3mm. - Bahan perekat adalah lem putih setara Rakol.

b. Warna dan motif akan ditentukan kemudian atau seperti yg ditunjukkan pada detail gambar.

c. Kesemua bahan di atas harus disetujui oleh Konsultan Pengawas/MK, Perencana dan Pemberi Tugas

d. Lokasi pemasangan finishing lantai parquet: sesuai dengan yang sudah disebutkan / ditunjukkan dalam detail gambar.

8.3. Syarat-syarat Pelaksanaan

a. Alas dari parquet harus merupakan permukaan screed yang keras dan diaci halus, dan setelah itu diberi underlayer berupa polyfoam dengan tebal minimal 3 mm. Underlayer polyfoam tsb. diletakkan di atas permukaan screed yg sudah halus dan benar-benar rata.

b. Parquet tiles direkatkan langsung di atas permukaan underlayer yg sudah bersih dengan lem putih setara Rakol.

c. Teknik pemasangan parquet harus diperhatikan dan dikoordinasikan dengan Konsultan Pengawas/M dan harus dilakukan oleh ahli yang berpengalaman dalam pemasangan parquet.

d. Awal pemasangan dan sisa buangan harus dikoordinasikan dan disetujui oleh Konsultan Pengawas/MK.

e. Bagian ujung/tepi dari lantai parquet yang berbatasan atau bertemu dengan lantai berbahan lain, dipasang list pancing, berupa profil stainless steel. Ukuran dan bentuk profil ditunjukkan pada gambar kerja untuk pelaksanaan.

Pasal 9

Pekerjaan Marmer

9.1 Lingkup Pekerjaan a. Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu

lainnya yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini, sehingga dapat tercapai hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.

b. Pekerjaan pedestal marmer termasuk meja vanity marmer serta seluruh peralatan bantu yang digunakan. Pekerjaan marmer ini dilakukan meliputi seluruh detail yang disebutkan / ditunjukkan dalam gambar.

9.2 Persyaratan Bahan

a. Bahan marmer dari produk IMPOR atau setara yang bermutu baik, berjenis NERO MARQUINA dan SERPEGIANTE.

b. Bahan untuk marmer yang digunakan tebal minimum 20 mm. c. Bahan pengisi siar Liticrete 3701 dan Laticrete seri 500. d. Bahan perekat terdiri dari 2 bagian Laticrete 4237 : 3 Bagian PC : 3 Bagian pasir dan

Sealant atau Epoxy (utk di meja Vanity). e. Warna akan ditentukan kemudian atau seperti yg ditunjukkan pada detail gambar, warna

harus seragam, warna yang tidak seragam akan ditolak. f. Kesemua bahan di atas harus disetujui oleh Konsultan Pengawas, Perencana dan Pemberi

Tugas.

9.3 Syarat-syarat Pelaksanaan a. Bahan-bahan yang digunakan dalam pekerjaan ini, sebelum dipasang terlebih dahulu

harus diserahkan contoh-contohnya kepada Konsultan Pengawas untuk mendapatkan

Bab VI. Spek Tek B1. Interior VI – B.1 - 7

persetujuan, minimal 2 (dua) produk pabrik. Pengajuan / penyerahan harus disertai brosur / spesifikasi dari masing-masing pabrik yang bersangkutan.

b. Alas dari pasangan pedestal adalah dinding bata yang permukaannya telah diratakan, dan multiplex 18mm untuk meja vanity wastafel. Adapun dasar pemasangan marmer merupakan plesteran atau multiplex yang rata dan tegak.

c. Bahan dipasang dengan adukan pengikat atau perekat (sealant atau epoxy) sesuai dengan syarat tersebut diatas. Pemasangan adukan pengikat dan perekat ini harus mencakup seluruh permukaan pasangan secara merata tanpa ada bagian yang berongga.

d. Bahan harus bebas dari segala cacat dan berstruktur padat dan halus pada setiap permukaan yang exposed dan siku sisi-sisinya.

e. Pemotongan dari unit-unit bahan harus menggunakan alat potong khusus (mesin pemotong elektrik) sesuai ketentuan dari pabrik.

f. Sebelum dilakukan pemasangan, unit-unit dari bahan harus dibeberkan terlebih dahulu supaya marmer dapat disusun sedemikian rupa sehingga pola / warna teratur.

g. Jarak antara masing-masing unitnya, diisi dengan bahan grouting yang telah disyaratkan. Hasil pemasangan harus sama dan membentuk garis-garis yang lurus dan sejajar, pada perpotongan siar-siarnya harus saling berpotongan tegak lurus sesamanya.

h. Bidang permukaan pasangan harus rata, semua unit-unitnya terpasang kuat (tidak goyang), sisi-sisi dan sudutnya utuh (tanpa cacat, retak dan gompal).

i. Siar-siar harus diisi dengan bahan pengisi khusus, sesuai yang disyaratkan. Pengisian siar-siar dilakukan setelah pasangan cukup kuat, minimum 10 (sepuluh) hari setelah pemasangan selesai.

j. Sesudah pemasangan selesai, permukaan lantai harus dibersihkan dan dipolish dengan mesin wash / polish.

k. Lantai yang telah dipasang harus dihindarkan dari sentuhan / benturan, selama 3x24 jam dan untuk seterusnya dilindungi dari kemungkinan cacat akibat pekerjaan lain.

Pasal 10

Pekerjaan Pintu/Jendela Kayu 10.1 Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan pembuatan kusen kayu dan daun pintu/jendela meliputi seluruh detail yang dinyatakan / ditunjukkan dalam gambar.

10.2 Persyaratan Bahan

a. Bahan kusen dari kayu Nyatoh dan Kamper yang telah dikeringkan / oven mutu kelas A, kelas kuat I-II dan kelas awet I.

b. Pengawetan kayu Seluruh bahan kayu diawetkan dengan cara-cara yang diusulkan oleh Kontraktor dan harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Konsultan Pengawas/MK.

c. Ukuran finish kusen sesuai detail gambar. d. Kayu yang dipakai harus cukup tua, lurus, kering dengan permukaan rata, bebas dari

cacat seperti retak-retak, mata kayu dan cacat lainnya. e. Bahan-bahan penutup daun pintu/jendela adalah :

- Panel penutup daun pintu adalah plywood 6mm dan lapisan terluar decorative NYATOH dan MEGA SUNGKAI Plywood 3mm dua muka. Diberi edging kayu nyatoh solid atau kayu solid sungkai di sekeliling daun pintu.

- Rangka dalam adalah kayu kamper solid (bukan Plywood) mutu kelas A, kering dan sudah di oven.

f. Kesemua bahan di atas harus disetujui oleh Konsultan Pengawas/MK, Perencana dan Pemberi Tugas.

g. Accessories daun pintu/jendela lihat di pasal pekerjaan Hardware. 10.3 Syarat-syarat Pelaksanaan

a. Sebelum melaksanakan pekerjaan, Kontraktor diwajibkan untuk meneliti gambar-gambar yang ada dan kondisi di lapangan (ukuran dan lubang-lubang), termasuk mempelajari bentuk, pola, layout / penempatan, cara pemasangan, mekanisme dan detail-detail sesuai gambar.

b. Sebelum pemasangan, penimbunan kayu di tempat pekerjaan harus ditempatkan pada ruang / tempat dengan sirkulasi udara yang baik, tidak terkena cuaca langsung dan terlindung dari kerusakan dan kelembaban.

Bab VI. Spek Tek B1. Interior VI – B.1 - 8

c. Harus diperhatikan semua sambungan dalam pemasangan klos-klos, baut, angker-angker dan penguat lain yang diperlukan hingga terjamin kekuatannya dengan memperhatikan / menjaga kerapihan terutama untuk bidang-bidang tampak tidak boleh ada lubang-lubang atau cacat bekas penyetelan.

d. Semua kayu tampak harus diserut halus, rata, lurus dan siku-siku satu sama lain sisi-sisinya dan dilapangan sudah dalam keadaan siap untuk penyetelan / pemasangan, kecuali bila ditentukan lain.

e. Semua ukuran harus sesuai ukuran gambar dan merupakan ukuran jadi. Pemotongan dan pembuatan profil kayu dilakukan dengan mesin di luar tempat pekerjaan / pemasangan.

f. Kusen yang terpasang harus sesuai petunjuk gambar dan diperhatikan ukuran, bentuk profil, type kusen dan arah pembukaan pintu / jendela.

g. Detail kusen dan sambungan dengan material lain harus disesuaikan dengan type pintu / jendela yang akan terpasang.

h. Pembuatan dan penyetelan / pemasangan kusen-kusen harus lurus dan siku, sehingga mekanisme pembukaan pintu / jendela bekerja dengan sempurna.

i. Kusen tidak diperkenankan dipulas dengan cat, vernis, meni atau finishing lainnya sebelum diperiksa dan diteliti oleh Konsultan Pengawas/MK.

j. Semua kusen yang melekat pada dinding beton / bata diberi penguat angker diameter minimum 10 mm. Pada setiap sisi kusen pintu yang tegak dipasang 3 angker dan untuk sisi kusen jendela 2 angker.

k. Setelah kusen dan daun pintu/jendela dipasang, antara kusen dan daun pintu/jendela tidak terjadi gap/jarak yang besar, maksimal toleransi adalah 2mm.

l. Pola serat decorative plywood adalah sesuai dengan yang ditunjukkan oleh gambar kerja. m. Setelah terpasang perlu diberi pelindung terhadap benturan dan pengotoran dari

pelaksanaan pekerjaan lain. n. Penutup rangka panel pintu menggunakan plywood dengan ketebalan yang diijinkan

(6+3mm) pemasangan menggunakan lem khusus serta bahan pembantu paku yang ditumpulkan ujungnya, kemudian ditutup dengan dempul. Bahan penutup plywood yang sudah dinyatakan kerataannya baru dilapis cat sesuai spesifikasi dan setelah disetujui Konsultan Pengawas/MK.

Pasal 11

Pekerjaan Pengecatan Dinding & Plafon 11.1 Lingkup Pekerjaan.

Definisi pekerjaan cat adalah semua pelapisan permukaan pada berbagai material untuk maksud-maksud perlindungan, pemberian warna, pemberian teksture. Penggunaan : 1. Untuk Interior (Permukaan dinding, kolom-kolom, atau sesuai petunjuk pada gambar kerja). 2. Untuk Plafond dan plester/aci halus (skim coat) yang ditunjukkan dalam gambar kerja. 3. Untuk pengecatan kembali acoustic ceiling exisiting.

11.2 Persyaratan Bahan.

- Bahan yang digunakan adalah cat Emusion Paint water base ex CATYLAC. - Tipe atau jenis yang dipilih ditentukan kemudian atau yang sudah ditunjukkan pada

gambar kerja. - Pengecatan seluruh pekerjaan harus sesuai dengan NI-3 dan NI-4 atau sesuai dengan

spesifikasi dari pabrik cat yang digunakan. - Standard dari bahan prosedur cat ditentukan pabrik pembuat cat dan kontrak tidak

dibenarkan merubah standar dengan jalan mencampur dan mencairkan yang tidak sesuai dengan instruksi pabrik atau tanpa ijin dari Konsultan Pengawas.

- Kontraktor diwajibkan membuat mock-up cat yang akan dipakai pada semua penggunaannya , yaitu pada bidang yang lebih besar di salah satu ruangan proyek. Dan harus diajukan dan disetujui oleh Konsultan Pengawas/MK, Perencana dan Pemberi Tugas.

11.3 Syarat-syarat Pelaksanaan

a. Plamur yang digunakan adalah plamur tembok Danplamur wall putty 550-1967 merk Danapaint.

b. Sebelum dinding plamur, plesteran sudah harus betul-betul kering, tidak ada retak-retak dan Kontraktor meminta persetujuan kepada Konsultan Pengawas/MK.

Bab VI. Spek Tek B1. Interior VI – B.1 - 9

c. Pekerjaan plamur dilaksanakan dengan pisau plamur dari plat baja tipis dan lapisan plamur dibuat setipis mungkin sampai membentuk bidang yang rata.

d. Sesudah plamur kering, diamplas, kemudian dibersihkan dengan bulu ayam sampai bersih betul. Selanjutnya dinding dicat dengan menggunakan Roller.

e. Lapisan pengecatan dinding dalam terdiri-dari 3 (tiga) lapis dengan kekentalan cat sebagai berikut :

- Lapisan I encer yaitu dengan tambahan 20% air bersih. - Lapisan II dan III kental yaitu dengan tambahan 10% air bersih.

f. Setelah pekerjaan cat selesai, bidang dinding dan plafond merupakan bidang utuh, rata, licin, tidak ada bagian yang belang dan bidang dinding dijaga terhadap pengotoran-pengotoran.

g. Untuk pengecatan acoustic ceiling existing, kontraktor wajib memperhatikan metode kerja yang akan digunakan dan sudah disetujui oleh MK. Semua komponen/armatur di luar acoustic yang terdapat pada permukaan/bidang ceiling harus terhindar dari akibat pekerjaan pengecatan acoustic ceiling.

h. Setelah pekerjaan pengecatan acoustic ceiling selesai, semua komponen/armatur tesebut harus bersih dari hasil pekerjaan pengecatan. Komponen/armatur tersebut adalah : rangka plafond (main tee dan cross tee), komponen fire fighting (sprinkler, smoke detector, dsb), armatur penerangan/lighting existing dan baru, grill/diffuser AC, komponen indoor antenna, dsb.

Pasal 12

Pekerjaan Finishing Melamic 12.1 Lingkup Pekerjaan.

Digunakan pada semua finishing kayu pintu/jendela, panel-panel atau pada bagian-bagian sesuai yang ditunjukkan pada gambar kerja untuk pelaksanaan.

12.2 Persyaratan Bahan.

a. Wood Filler, Stain, Base Coat dan Top Coat : ex IMPRA atau produk lain yang setara. b. Thinner dengan kualitas no. 1 c. Warna dari melamic adalah ditentukan dalam Tabel/Skema Material yang ditunjukkan

oleh Perencana. d. Tingkat kilap dari melamic adalah SEMI GLOSS (tidak terlalu mengkilap). e. Kontraktor wajib membuat contoh/sample melamic di atas material yang akan dipakai

dalam proyek ini dan diajukan dan disetujui Konsultan Pengawas/MK, Perencana dan Pemberi Tugas.

12.3 Syarat-syarat Pelaksanaan.

a. Melamic harus dilaksanakan oleh tenaga-tenaga yang trampil dalam pekerjaan ini dan pekerjaan ini harus dipimpin oleh seorang mandor yang betul-betul ahli dan berpengalaman.

b. Sebelum pekerjaan finishing mellamic / polyurethane dimulai harus dipastikan bahwa tersedia ventilasi / sirkulasi udara bersih dalam ruangan yang akan dicat.

c. Permukaan kayu yang retak-retak, lubang-lubang atau bercelah harus digosok dengan amplas kayu, dicat dasar di dempul kemudian diamplas kembali sehingga benar-benar halus permukaannya.

d. Permukaan plywood veneer sebaiknya diamplas secukupnya agar serat kayu pada lembaran veneer tidak habis dan serat masih terlihat baik.

e. Setiap mata kayu yang besarnya lebih dari 1 cm harus dipotong dan diganti dengan kayu yang mulus, atau permukaannya diperbaiki dengan potongan kayu.

f. Mata kayu yang besarnya kurang dari 1 cm cukup diberi 2 lapis plamir yang tipis. g. Setiap lubang paku dan lubang-lubang atau cacat-cacat lainnya harus didempul. h. Semua permukaan kayu/plywood yang hendak di-melamic dibersihkan dari debu minyak

dan kotoran yang mungkin melekat disitu. i. Sesudah betul-betul bersih, digosok dengan amplas kayu, agar supaya seluruh permukaan

kayu rata dan licin, tidak lagi terdapat serat kayu yang tidak rata pada permukaan kayu tersebut.

j. Apabila seluruh permukaan kayu/plywood sudah licin, pori-pori kayu harus ditutup dengan wood filler secukupnya dengan menggunakan kape, sampai pori-pori tertutup sempurna.

Bab VI. Spek Tek B1. Interior VI – B.1 - 10

k. Permukaan kayu/plywood yang telah diplamur dengan wood filler tersebut, setelah kering dihaluskan dengan amplas duco yang halus, kemudian debu bekas amplas tersebut dibersihkan.

l. Setelah bersih permukaan kayu/plywood diberi Stain (pewarna), dengan menggunakan Spray gun atau kuas, dan diratakan dengan kain bal setelah kurang lebih 30 detik mengering. Warna akan ditentukan kemudian oleh perencana.

m. Setelah itu diberi Base Coat/Cat Dasar atau sanding sealer. Dibutuhkan minimal 2 lapis cat dasar setiap lapisan, dan setiap lapisan harus diamplas sempurna sehingga diperoleh permukaan yang halus dan rata.

n. Lapis pertama Top-Coat/Cat diulaskan dengan rata sampai sempurna dan diamplas sempurna, kemudian ulaskan top coat lapis ke 2 dan yang terakhir lapis 3 adalah lapisan finished tidak perlu diamplas.

o. Hasil pekerjaan melamic ini harus merupakan suatu hasil pekerjaan yang rata dan jelas menunjukkan serat kayunya serta tidak cacat.

p. Setelah pekerjaan melamic kayu selesai harus dijaga terhadap kemungkinan kerusakan terkena benda lain atau noda-noda dan sebagainya.

q. Lindungi pekerjaan ini dan juga pekerjaan atau material lain yang dekat dengan pekerjaan ini seperti fitting-fitting, kosen-kosen dan sebagainya dengan cara menutup / melindungi bagian tersebut selama pekerjaan pengecatan berlangsung.

Pasal 13

Pekerjaan Kaca & Cermin

13.1 Lingkup Pekerjaan. Lingkup penggunaan bahan yang dimaksud untuk pelaksanaan sesuai dengan rincian pekerjaan seperti yang tercantum pada gambar kerja untuk konstruksi dan dengan tata cara penanganan pekerjaan seperti tersebut pada persyaratan teknis pelaksanaan dokumen teknis

13.2 Persyaratan Bahan.

Bahan yang dipakai adalah : - Kaca lembaran bening (Clear Float Glass) - Kaca tempered (Tempered Glass) - Kaca cermin. - Kaca adalah benda terbuat dari bahan glass yang pipih, mempunyai ketebalan yang sama

dalam satu lembarnya, mempunyai sifat tembus cahaya. - Khusus untuk kaca lembaran bening (clear float glass) adalah kaca yang dihasilkan dengan

proses tarik, kemudian dipotong menjadi lembaran dengan ukuran tertentu. Kedua permukaan rata licin dan bening.

- Produksi ex lokal PT. MULIA GLASS atau produk yang setara. - Untuk cermin, pelindung belakang adalah non-paperback, yaitu menggunakan cat bahan

tembaga (copper back) 13.3 Syarat-syarat Pelaksanaan.

1. Batas Toleransi : Untuk kaca lembaran toleransi panjang, lebar, ketebalan, kesikuan dan cacat mengikuti pada Standar Industri Indonesia (SII – 0891 –78).

2. Untuk cermin, sesuai dengan gambar rencana. Menggunakan bahan perekat khusus (3 m double active achesive) dan dilaksanakan oleh tenaga ahli yang berpengalaman.

3. Hasil pemasangan kaca harus dalam alur rangkanya rapat, kuat / tidak goyang dan dijamin kerapihannya.

4. Pertemuan atau sambungan setiap unit kaca, memakai silicone sealant dengan warna ditentukan kemudian. Atau warna tsb. diajukan terlebih dulu ke Konsultan Pengawas/MK, Perencana dan Pemberi Tugas.

5. Pada pemasangan dinding kaca tanpa kusen atau frameless, bagian tepi menggunakan profil besi galvanized atau aluminium profil U ukuran lebih besar dari tebal kaca tsb. Ditanam pada bagian konstruksi, dan jarak atau gap yang terjadi antara metal profil U dengan kaca, diberi silicone sealant warna putih atau bening.

6. Hasil pemasangan kaca (khususnya kaca bening/clear) yang sudah selesai dan sudah diterima oleh Konsultan Pengawas/MK diberi tanda agar tidak tertabrak oleh pekerja atau orang lain

Pasal 14

Bab VI. Spek Tek B1. Interior VI – B.1 - 11

Pekerjaan Hardware

14.1 Lingkup Pekerjaan. Pekerjaan ini meliputi pekerjaan yang berhubungan dengan semua daun pintu/jendela dan furniture yang akan dipasang dalam proyek ini dan ditunjukkan dalam table/door schedule serta gambar kerja untuk konstruksi.

14.2 Persyaratan Bahan.

Bahan , type dan merk yang digunakan pada proyek ini ditunjukkan oleh Tabel atau Door Schedule. Semua hardware yang akan digunakan harus diajukan dulu dan dimintakan persetujuannya ke Konsultan Pengawas/MK, Perencana dan Pemberi Tugas.

14.3 Syarat-syarat Pelaksanaan.

a. Tenaga Pekerjaan ini harus dilakukan / dikerjakan oleh tenaga-tenaga ahli yang betul-betul berpengalaman dan menguasai teknologi pemasangan, serta mempunyai keahlian khusus dalam pekerjaannya.

b. Pelaksanaan 1. Hardware harus terpasang dengan baik, sempurna, kokoh dan siku, sesuai dengan

yang dipersyaratkan dan disetujui Konsultan Pengawas. Termasuk pemasangan kunci dan alat-alat bantu yang digunakannya

2. Beberapa hal yang harus dihindarkan dalam pemasangan lock case yaitu : jangan memasang spindle dengan cara dipukul dengan palu, jika lubang dead bolt tidak pas, jangan ditekan secara paksa, jangan melubangi lock case dan jangan memberi beban berlebih pada handel pintu.

3. Seluruh pemasangan Hardware dilaksanakan di lokasi pekerjaan, dengan mempergunakan peralatan lengkap sesuai untuk pekerjaan tersebut.

4. Semua sistem mekanis dari Hardware harus dapat bekerja dengan baik dan sempurna.

5. Kontraktor harus menjaga pekerjaan Hardware yang sudah selesai dilaksanakan, sehingga terhindar dari kejadian-kejadian yang bisa menimbulkan kerusakan.

6. Hasil pekerjaan pemasangan Hardware harus dapat berfungsi dengan sempurna dan tidak cacat.

Pasal 15

Pekerjaan Sanitary Fittings/Fixtures

15.1 Lingkup Pekerjaan. Pekerjaan ini meliputi pekerjaan yang berhubungan dengan semua kamar mandi dan toilet yang ada dalam proyek ini yang ditunjukkan dalam tabel/schedule spesifikasi Sanitair, serta lokasi penempatannya ditunjukkan dalam gambar kerja untuk konstruksi.

15.2 Persyaratan Bahan.

Merk yang dipakai adalah ex TOTO atau setara. Bahan , type dan merk yang digunakan pada proyek ini ditunjukkan oleh gambar detail rencana yang dibuat oleh Perencana.

15.3 Syarat-syarat Pelaksanaan.

a. Pekerjaan ini harus dilakukan / dikerjakan oleh tenaga-tenaga ahli yang betul-betul berpengalaman dan menguasai teknologi pemasangan, serta mempunyai keahlian khusus dalam pekerjaannya.

b. Sanitair harus terpasang dengan baik, sempurna, dan kokoh, sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam petunjuk pemasangan produk sanitair bersangkutan dan disetujui Konsultan Pengawas.

c. Semua sistem dari Sanitair harus dapat bekerja dengan baik dan sempurna. d. Kontraktor harus menjaga pekerjaan Sanitair yang sudah selesai dilaksanakan,

sehingga terhindar dari kejadian-kejadian yang bisa menimbulkan kerusakan e. Hasil pekerjaan pemasangan Sanitair harus dapat berfungsi dengan sempurna dan

tidak cacat. f. Perbedaan letak/posisi plumbing yang terjadi di lapangan, harus segera dilaporkan ke

Konsultan Pengawas agar segera dibuatkan shop drawingnya oleh Kontraktor. Dan

Bab VI. Spek Tek B1. Interior VI – B.1 - 12

semuanya harus diajukan dan disetujui oleh Konsultan Pengawas/MK, Perencana dan Pemberi Tugas.

Pasal 16

Pekerjaan Plafond Gypsum Board dan Acoustic Ceiling 16.1 Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan ini dilakukan meliputi pemasangan plafond gypsum board termasuk pemasangan rangkanya dan penyetelan kembali atau re-kondisi leveling acoustic ceiling existing, sesuai yang disebutkan / ditunjukkan dalam gambar dan sesuai petunjuk Konsultan Pengawas/MK.

16.2 Persyaratan Bahan a. Rangka :

Rangka dari besi hollow 4 x 4 cm/ 2 x 4 cm, tebal pelat besi hollow minimal 0,3 mm dan diberi meni.

b. Penutup langit-langit : Digunakan Gypsum Board yang bermutu baik produk Jaya Plasterboard atau produk lain yang setara, tebal = 9mm

c. Bahan penutup sambungan plafond : Compound atau bahan plester ex UB400 atau produk lain yg setara. Dan paper tape yang berpori/berlubang dan bergaris tengah.

d. Kesemua bahan di atas harus disetujui oleh Konsultan Pengawas/MK, Perencana dan Pemberi Tugas.

16.3 Syarat-syarat Pelaksanaan

a. Sebelum melaksanakan pekerjaan, Kontraktor diwajibkan untuk meneliti gambar-gambar yang ada dan kondisi di lapangan (ukuran dan peil), termasuk mempelajari bentuk, pola lay-out / penempatan, cara pemasangan, mekanisme dan detail-detail sesuai gambar.

b. Gypsum board yang dipasang adalah gypsum board yang telah dipilih dengan baik, bentuk dan ukuran masing-masing unit sama, tidak ada bagian yang retak, gompal atau cacat-cacat lainnya dan telah mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas/MK.

c. Pemasangan rangka plafond besi hollow disesuaikan dengan kondisi ruangan dan dengan pola yang ditunjukkan / disebutkan dalam gambar dengan memperhatikan modul pemasangan penutup langit-langit yang dipasangnya

d. Modul rangka besi hollow adalah 600 x 600 mm. e. Rangka penggantung bisa menggunakan besi hollow 2x4 cm, konstruksi ke pelat dak

beton di fisher dan sekrup atau dengan paku tembak-dyna bolt. f. Bidang pemasangan bagian rangka langit-langit harus rata, tidak cembung, kaku dan

kuat, kecuali bila dinyatakan lain, misal : permukaan merupakan bidang miring / tegak sesuai yang ditunjukkan dalam gambar.

g. Setelah seluruh rangka langit-langit terpasang, seluruh permukaan rangka harus rata, lurus dan waterpas, tidak ada bagian yang bergelombang.

h. Bahan penutup langit-langit adalah gypsum dengan mutu bahan seperti yang telah dipersyaratkan dengan pola pemasangan sesuai yang ditunjukkan dalam gambar. Plafond gypsum board dipasang dengan sekrup khusus dan setiap pemasangan masing-masing sekrup sejajar minimal berjarak 300 mm.

i. Hasil pemasangan penutup langit-langit harus rata, tidak melendut. j. Sambungan plafond gypsum board diberi compound dengan sebelumnya diberi paper

tape khusus gypsum. Setelah compound kering, diamplas sampai rata dan garis sambungan setiap unit gypsum board hilang.

k. Setelah plafond gypsum board terpasang, bidang permukaan langit-langit harus rata, lurus, waterpas dan antara unit-unit gypsum board tidak terlihat.bergelombang dan sambungan

l. Pada beberapa tempat tertentu harus dibuat manhole / access panel ukuran 60x60 cm di langit-langit yang bisa dibuka, diberi engsel tanpa merusak gypsum board disekelilingnya, untuk keperluan pemeriksaan / pemeliharaan M & E.

m. Pelaksanaan pekerjaan penyetelan level plafond ceiling acoustic harus dilakukan secara hati-hati terhadap semua komponen yang terdapat di bagian dalam atau dibalik plafond acoustic, yaitu semua komponen instalasi Mekanikal & Elektrikal existing dan yang baru.

Pasal 17 Pekerjaan Horizontal dan Roll Blind

Bab VI. Spek Tek B1. Interior VI – B.1 - 13

17.1 Lingkup Pekerjaan

Lingkup pelaksanaan pekerjaan pemasangan horizontal dan roll blind hanya pada jendela gedung atau/dan sesuai yang ditunjukkan pada gambar rencana dan ruang-ruang yang tercakup dalam lingkup renovasi.

17.2 Persyaratan Bahan

a. Horizontal blind terbuat dari bilah-bilah bahan aluminium yang ringan, lebar daun 25mm dengan mekanisme penggerak khusus di bagian atas, untuk mengatur pencahayaan yang masuk.

b. Roll Blind adalah terbuat dari bahan lembaran seperti kain, berupa bahan khusus yang tidak mudah sobek. Mempunyai mekanisme penggerak khusus di bagian atas, berfungsi untuk menggulung roll blind dan mempunyai mekanisme berhenti yang unik, agar blind yang tergulung tidak jatuh ke bawah atau berhenti pada ketinggian tertentu sesuai keinginan pemakai.

c. Horisontal blind yang disyaratkan adalah ex Tachikawa, tipe T 9013 25 mm perforated atau setara.

d. Roll blind adalah ex Tachikawa, tipe SS M850-2 atau setara. 17.3 Syarat-syarat Pelaksanaan

a. Kontraktor/ pemborong harus mengajukan data dan spesifikasi produk, cara pemasangan dan pengoperasian sesuai dengan ketentuan yang diajukan dan mengajukan contoh/ mock up horizontal dan roll blind, yang dapat memperlihatkan cara kerja dengan baik dan benar.

b. Pelaksanaan 1. Kontraktor/Pemborong harus mengukur di lapangan tempat-tempat/jendela-jendela

yang akan dipasang horizontal blind untuk fabrikasinya. 2. Semua perakitan dilakukan di pabrik, perubahan-perubahan kecil saja yang bisa

dilakukan dilapangan. 3. Posisi penempatan rumah atau penggerak mekanisme horizontal/roll blind harus

pada bidang yang kuat agar tidak ambruk dan harus dikoordinasikan dan disetujui Konsultan Pengawas/MK dan Perencana. Dihindarkan pemasangan rumah penggerak pada kusen/mullion jendela kaca gedung.

4. Posisi pemasangan tongkat/tuas/rantai penggerak blind harus dikoordinasikan dan disetujui oleh Konsultan Pengawas/MK dan Perencana.

5. Apabila ditemukan kejanggalan sebelum pemasangan, harus segera diinformasikan kepada Konsultan Pengawas.

6. Pemasangan sesuai dengan petunjuk pemasangan dari pabrik. 7. Pemasangan dilakukan dengan mempergunakan sekrup bukan paku.

c. Garansi

1. Kontraktor /Pemborong menjamin barang yang dikirim adalah asli dan baru serta belum pernah dipasang ditempat lain.

2. Kontraktor/Pemborong bertanggung jawab untuk perawatan selama masa garansi masih berlaku.

Bab VI. Spek Tek B2. Furniture VI - B.2 - 1

BAB VI. B.2

B.2. SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN FURNITURE

Pasal 1

Pekerjaan Custom Made Furniture

1. PERSYARATAN UMUM

1.1. Batasan Lingkup Kerja : Penyediaan tenaga kerja, bahan, peralatan, disiapkan untuk membuat custommade furniture, seperti yang dispesifikasikan dan tertera dalam gambar desain.

2. PRODUK 2.1. Bahan / Material

2.1.1. Jenis : jenis bahan / material yang digunakan dalam pembuatan furniture adalah sebagai berikut : a. Bahan utama 1 : Plywood veneer dan kayu padat. b. Bahan utama 2 : Plywood dan MDF untuk finishing dengan HPL. c. Bahan pengikat & perekat. d. Bahan finishing 1 : Melamic . e. Bahan finishing 2 : High Pressure Laminate ( HPL ) . f. Bahan finishing 3 : pelapis kain/kulit (upholstery). g. Bahan pelengkap/Hardware. h. Dan bahan / material lain seperti yang tercantum dalam gambar

rancangan/desain, seperti : marmer ex Impor tipe Nero Marquina dan Serpegiante, kaca bening tebal minimal 8 mm, dan stainless steel ( baik pelat maupun profil ).

2.1.2. Persyaratan : Pemilihan jenis bahan / material dan sumbernya harus sesuai dengan spesifikasi.

2.1.3. Pengajuan Alternatif : Apabila karena suatu hal, Pelaksana akan mengganti jenis bahan / material atau sumber yang telah dispesifikasikan, pengajuan alternatif tersebut harus memenuhi persyaratan yang ada dan mendapat persetujuan Konsultan Pengawas/MK dan Perencana.

3. SYARAT PELAKSANAAN

3.1. Plywood Veneer dan Kayu Padat 3.1.1. Persyaratan : Jenis plywood veneer yang dipakai adalah plywood nyatoh dan plywood

mega sungkai atau sesuai yang tercantum dalam gambar desain. 3.1.2. Kayu padat/solid yang dipakai adalah sama/sejenis dengan plywood veneer yang

dipakai dalam satu barang/item tersebut. 3.1.3. Ukuran-ukuran yang tertera pada gambar desain adalah ukuran jadi artinya ukuran

kayu sesudah diserut dan diproses atau diberi finishing. 3.1.4. Kedap air : kayu harus melalui proses tertentu supaya mempunyai kedap air yang

cukup, terutama bila digunakan untuk jenis furniture sebagai berikut : 3.1.5. Kualitas / Mutu Kayu : Kayu yang digunakan harus memiliki kualitas / mutu yang

sesuai standard yang ada dan sesuai dengan tujuan penggunaannya. 3.1.6. Kelembaban Kayu : Persyaratan kelembaban kayu yang dipakai harus memenuhi

syarat NI-5 (PPKI tahun 1961). Untuk pekerjaan ini, kelembaban kayu yang dijinkan, baik kayu padat maupun kayu lapis tidak boleh melebihi 12% WMC. Khusus untuk kayu Kamper atau kayu Kapur tidak diperkenankan melebihi 10% WMC.

3.1.7. Pola Serat Kayu : Harus diperhatikan pola serat kayu pada pekerjaan kayu dekoratif, baik yang bersifat “veneer matching”, “cross veneer inlay”, ataupun “banding”, harus sesuai dengan desain dan pola yang tertera pada gambar desain, serta sesuai dengan contoh warna pada Material color board. Pengerjaan harus dilakukan sebaik-baiknya

Bab VI. Spek Tek B2. Furniture VI - B.2 - 2

sehingga menghasilkan permukaan dekoratif yang betul-betul rata, sejajar, halus dan menghasilkan daerah-daerah pertemuan yang rapi.

3.1.8. Metode : Semua pekerjaan kayu di tempat pengerjaan harus sebaik mungkin, dalam ruang yang kering, sirkulasi udara baik dan dijaga agar tidak terkena cuaca / udara langsung. Pencegahan kerusakan oleh benturan amat mutlak, baik sebelum maupun sesudah terpasang.

3.2. Alat Pengikat & Bahan Perekat – Meja

3.2.1. Alat Pengikat : Sediakan alat-alat pengikat kayu yang diperlukan seperti angkur, paku, sekrup, baut dan jenis lain yang disetujui. Penggunaan pengikat ini harus tampak rapi, tidak menimbulkan keretakan dan harus menunjang konstruksi furniture agar kuat dan kokoh. Bila perlu kayu harus dibor agar permukaannya tidak retak.

3.2.2. Metode : Pembuatan, persiapan dan pemasangan alat-alat pengikat yang terbuat dari logam / “iron mongery” pada kayu harus dikerjakan dengan mesin kayu sehingga tercapai kerapian dan ketepatan yang setinggi-tingginya.

3.2.3. Bahan Perekat : Perekat yang digunakan harus disetujui dan tidak berpengaruh bagi kesehatan. Penggunaan perekat ini harus menunjang konstruksi furniture agar kuat dan kokoh, permukaan kayu harus tampak rapi dan tidak meninggalkan noda (terutama bila di-spesifikasikan bahwa permukaan kayu diberi “clear / transparent finish”).

3.3. Bahan Finishing 1 - Melamic

3.3.1. Persyaratan : Finishing melamic yang dipakai adalah warna yang sesuai dengan skema warna dan material yang dikeluarkan oleh Perencana dengan syarat intensitas warna sama antara masing-masing bagian bidang permukaan kayu/plywood. Contoh warna melamic, harus diajukan terlebih dulu oleh kontraktor, untuk disetujui Konsultan Pengawas/MK dan Perencana.

3.3.2. Lapisan akhir : seluruh kayu/plywood bagian top harus diberi lapisan akhir dengan jenis polyurethane, atau sesuai dengan ditunjukkan dalam gambar rencana.

3.3.3. Semua bagian kayu yang terlihat (exposed) harus difinish, termasuk semua permukaan yang terlihat bila pintu dan laci dibuka dan ditutup.

3.3.4. Pekerjaan finishing kayu harus dilaksanakan sebagai berikut : - Digosok dengan amplas no. 2 sampai 0 - Diberi wood filler, ICI atau Nippon paint dan dikerjakan spray gun. - Digosok dengan amplas duco - Diberi bahan pewarna (wood stain) dengan teknik spray gun sesuai dengan warna

yang ditentukan Perencana. Bahan pewarna : IMPRA, NIPPON PAINT atau sejenis. - Sanding sealer dengan spray gun. Bahan sanding sealer : IMPRA, NIPPON PAINT

atau sejenis - Digosok dengan amplas ducco - Melamic coating dengan spray gun, ICI, NIPPON PAINT atau sejenis.

3.4. Bahan Finishing 2 - HPL

3.4.1. Persyaratan : High Pressure Laminate ( HPL ) yang dipakai adalah ex Grassmerino motif kayu dan warna solid atau Setara, warna sesuai dengan skema warna dan material yang dikeluarkan oleh Perencana.

3.4.2. Tebal HPL yang disyaratkan adalah minimum 0,8 mm. Untuk finishing HPL dengan profil post forming adalah dengan ketebalan maksimal 0,8 mm.

3.4.3. Proses laminasi sebaiknya dipress secara hydrolis (High Pressure system ) di bengkel / work-shop Kontraktor.

3.4.4. Arah serat dari HPL, sesuai yang ditunjukkan dalam gambar rencana/desain. 3.4.5. Permukaan HPL dilarang keras diamplas. 3.4.6. Bagian tepi (edging) dari daun pintu, bidang atas/top meja /credenza, diberi edging

berbahan PVC tebal minimal 2 mm. Warna disesuaikan dengan warna HPL nya atau sesuai petunjuk gambar rencana/desain.

3.5. Bahan Finishing 3 - Pelapis / “Upholstery”

3.5.1. Persyaratan : Tekstur bahan pelapis harus konsisten, polanya rapi dan teratur dan tidak bercacat. Kondisinya harus kuat, tidak menyusut. Mempunyai warna yang awet, tidak luntur / “colorfast” dan mempunyai daya tahan terhadap sinar matahari / “UV resistant.

Bab VI. Spek Tek B2. Furniture VI - B.2 - 3

3.5.2. Tahan api : Harus mempunyai daya tahan terhadap api dan memenuhi standard

keselamatan. 3.5.3. Anti noda : Bahan pelapis tersebut harus sudah diberi lapisan anti noda yang sesuai

dan memenuhi standard.

3.6. Bahan Pelengkap / Hardware 3.6.1. Jenis : Bahan pelengkap / hardware yang digunakan untuk furniture ini adalah

produk Hafele ex Jerman, Blum ex Austria atau Stanley. 3.6.2. Untuk handel laci/pintu lemari digunakan ex Vogel atau setara, metal/besi dengan

diameter handel 12mm panjang + 15 cm, kecuali disebutkan lain dalam gambar rencana/desain ( misal dengan finger pull, dll ).

3.6.3. Glides untuk kaki meja/kursi/sofa/credenza : Berbahan plastik atau karet keras harus berasal dari sumber yang disetujui Perencana / KP dan dianggap memenuhi persyaratan penggunaan setelah pihak Pelaksana mengajukan contohnya.

3.6.4. Tacon : Bila digunakan plastik dalam bentuk Tacon ex Jerman atau setara untuk bahan penutup permukaan BAGIAN BAWAH meja, lemari simpan dan lain-lain, dipersyaratkan dengan kwalitas yang baik dan warna merata.

3.6.5. Hardware : Pemasangan rel laci, rel laci, engsel, handel dan kunci dll, harus kuat dan tepat, sehingga mudah digunakan dan mudah dibuka – tutup.

3.6.6. Elemen Lepasan : Pemasangan elemen lepasan harus tepat dan sesuai dengan ukuran yang telah ditetapkan. Kesalahan dalam ukuran yang berakibat pada kerapihan bentuk dan desain harus dihindari. Bila hal itu terjadi, Pelaksana harus mengganti sebagian atau seluruh bagian yang tidak sesuai.

3.7. Mock Up

3.7.1. Penyerahan : Bila jenis furniture yang dibuat berjumlah 10 (sepuluh) buah / unit atau lebih, maka dalam pelaksanaannya diwajibkan untuk membuat 1 (satu) contoh / mock up.

3.7.2. Penilaian : Mock up tersebut dinilai dan diuji oleh Perencana dan Konsultan Pengawas/MK. Hasil penilaian mengikat di dalam proses pengerjaan selanjutnya.

3.7.3. Revisi : Bila diperlukan, maka revisi yang menyangkut pekerjaan konstruksi, metode pelaksanaan atau ukuran-ukuran masih dapat dilakukan oleh Pelaksana, dengan mempertimbangkan penilaian dan pengarahan dari Perencana dan Konsultan Pengawas/MK.

3.8. Penyesuaian dan Pembersihan

3.8.1. Penyesuaian : Sebelum dan setelah pengiriman ke site, perlu dilakukan penyesuaian / penyetelan untuk menguatkan konstruksi furniture yang sudah dibuat.

3.8.2. Pembersihan : Setelah penyetelan selesai dilakukan dan sebelum penyerahan barang,

Pelaksana harus membersihkan seluruh noda, bekas goresan maupun kotoran bekas tangan pekerja. Penyerahan furniture harus dalam kondisi yang baik dan sempurna.

4. SYARAT PEMELIHARAAN

4.1. Perbaikan : Pelaksana diwajibkan memperbaiki furniture yang rusak, cacat atau ternoda. 4.2. Pengamanan : harus diberi perlindungan agar tidak rusak, karena pekerjaan lain yang

mungkin dapat menyebabkan rusaknya furniture. 4.3. Pelaksana bertanggung jawab untuk menyimpan dan memelihara seluruh furniture,

sebelum dilakukan penyerahan resmi kepada pihak Pemberi Tugas. 4.4. Finishing ulang : adanya perbedaan suhu di bengkel dan di proyek / site akan

mempengaruhi kadar kelembaban dan finishing dari furniture. Apabila setelah ditempatkan di site diperlukan finishing kembali, maka biaya yang timbul ditanggung oleh Pelaksana.

Pasal 2 Pekerjaan Work Station

1. PERSYARATAN UMUM

1.1. Batasan

Bab VI. Spek Tek B2. Furniture VI - B.2 - 4

1.1.1. Lingkup Kerja : Work station untuk spesifikasi ini termasuk penyediaan bahan untuk pemasangan dan penghubungan work station alat-alat, perlengkapan-perlengkapan, perangkat keras untuk pekerjaan furniture dan asesoris lainnya untuk membuat sistem menjadi sempurna.

1.1.2. Pelaksanaan : Semua pekerjaan work station dan finishing harus dilaksanakan di luar site (work shop) hanya pekerjaan perbaikan kecil-kecilan serta penyetelan boleh dilakukan di site.

1.2. Rekomendasi Pabrik

Persyaratan : Menggunakan seluruh bahan / peralatan harus dengan memperhatikan petunjuk spesifikasi teknis bahan / peralatan tersebut yang dikeluarkan oleh pabrik pembuatannya.

1.3. Ajuan 1.3.1. Teknik Ajuan : Detail data ukuran teknis dan spesifikasi bahan dari semua bagian

work station sebagai berikut : 1.3.1.1. Panel / partisi 1.3.1.2. Rangka 1.3.1.3. Sistem bongkar pasang 1.3.1.4. Perlengkapan-perlengkapan per satuan work station, seperti meja,

moveable drawer, credenza, keyboard tray, dan lain-lain. 1.3.2. Ajuan foto dan brosur : sesuai dengan standar produksi pabrik pembuatnya.

2. PRODUK

2.1. Tingkat Kwalitas 2.1.1. Produk yang dijadikan acuan pekerjaan work-station adalah ex Post-Mo. Alternatif

ajuan produk selain Post-Mo adalah harus setara dan dengan mutu terbaik. 2.1.2. Semua assesoris untuk penghubung furniture, panel / partisi dan penataan kabel

harus merupakan sistem yang terpadu. 3. SYARAT PELAKSANAAN

3.1. Panel / Partisi 3.1.1. Rangka dalam panel adalah metal (aluminium atau besi), yang dipasang sangat kuat

antar sambungan. 3.1.2. Bahan rangka dalam tersebut dan pengikat (sekrup, dll) adalah berbahan metal yang

anti karat/korosi. 3.1.3. Rangka bagian dalam, mempunyai lubang-lubang, sebagai tempat /jalur kabel yang

akan melewatinya baik dari samping, atas dan dari bawah. 3.1.4. Sambungan antara panel harus dengan konstruksi yang baik dan kuat. 3.1.5. Plint bawah untuk penempatan outlet elektirkal, terbuat dari bahan metal yang kuat

dan cukup tebal, dan di-finish anodized. Bisa dilepas pasang dengan mudah. 3.1.6. Penutup/capping bagian tepi atas dan samping adalah Aluminium dengan finishing

anodized. 3.1.7. Tebal total panel adalah berkisar 30 mm sampai dengan 70 mm. 3.1.8. Tinggi total panel untuk Senior Staf dan Staf adalah 1200 mm. 3.1.9. Jenis penutup panel yang digunakan adalah :

3.1.9.1. Panel MDF dengan ketebalan minimal 6 mm dilapis fabric ex Ateja. 3.1.9.2. Fabric Ateja adalah tipe Riverside WR dan Spring, dipasang dengan baik

kencang, dan tidak berkerut. 3.1.9.3. Panel dengan variasi kaca bening. 3.1.9.4. Penutup panel (panel MDF lapis fabric) tersebut harus bisa dilepas-pasang

dengan mudah.

3.2. Meja dan Credenza/open cabinet. 3.2.1. Work top atau Top table, terbuat dari bahan MDF, dengan tebal total minimal 25

mm. 3.2.2. Semua bagian dilapis dengan HPL, kecuali bagian bawah meja dan yang tidak

terlihat, diperbolehkan dengan lapisan yang lebih tipis ( tacon, melamin atau setara) atau melaminto putih.

Bab VI. Spek Tek B2. Furniture VI - B.2 - 5

3.2.3. HPL yang dipakai adalah ex Grasmerino motif kayu dan warna solid atau setara ( lihat Pasal 1 ).

3.2.4. Proses finishing HPL bisa dilihat pada Pasal 1. 3.2.5. Seluruh sistem memakai sistem knock down / bongkar pasang. 3.2.6. Pelubangan meja untuk kabel dibuat serapih mungkin dan ditutup dengan cable cap

(grommet).

3.3. Mobile Drawer – Pedestal 3.3.1. Bahan dasar pedestal adalah MDF dengan finishing HPL. 3.3.2. Kunci central lock pada sisi muka. 3.3.3. Mempunyai 3 laci terdiri dari : pencil drawer, paper drawer dan hanging map file

drawer. 3.3.4. Castor/roda di bagian bawah pedestal adalah berbahan Nylon keras bermutu baik,

dan secara keseluruhan pedestal dapat bergerak dengan lincah dan baik. 3.3.5. HPL yang dipakai adalah ex Grasmerino motif kayu dan warna solid atau setara ( lihat

Pasal 1 ). 3.3.6. Proses finishing HPL bisa dilihat pada Pasal 1.

3.4. Keyboard Tray

Mekanisme dapat didorong dan ditarik dengan mudah untuk ditempatkan di bawah meja / work top, berbahan plastik keras.

3.5. Fabrikasi

3.5.1. Semua komponen konstruksi dikerjakan dengan mesin potong di pabrik agar dapat dihasilkan ukuran yang tepat sama dari setiap komponen untuk mendapatkan sambungan yang tepat

3.5.2. Setiap panel yang dilapis/ditutup dengan kain pelapis, pembuatannya harus dikerjakan di pabrik.

3.6. Bobot Komponen Work Station

Bobot komponen lokal work station minimum 60% dan komponen impor maksimum 40%.

3.7. Mock Up 3.7.1. Pelaksana diwajibkan membuat contoh prototype / mock-up. 3.7.2. Prototipe / mock-up tersebut dibuat berdasarkan spesifikasi dan gambar

rencana/desain. Pilihan tipe work-station untuk dibuat mock-up tersebut akan ditunjukkan oleh Perencana.

3.7.3. Contoh prototype/mock-up tersebut dijadikan standard dalam pemasangan work-station selanjutnya.

3.8. Tenaga dan Peralatan

3.8.1. Ahli Pemasangan : Pemasangan harus dilakukan oleh tenaga ahli yang berpengalaman dalam merakit atau memasang work station, dengan menunjukkan hasil pekerjaan yang sudah pernah dilaksanakan.

3.8.2. Pemasangan harus disesuaikan dengan gambar lay out dan gambar rancangan. 3.8.3. Perakitan harus mengikuti aturan atau persyaratan pabrik pembuatnya.

3.9. Kebersihan

3.9.1. Semua permukaan panel harus bebas dari cacat, goresan dan noda. 3.9.2. Semua panel harus dilindungi dari kotor dan kerusakan sampai pemasangan selesai. 3.9.3. Kotoran-kotoran yang ditimbulkan dari pemsangan work station harus segera dibuang

ke luar site atas tanggungan Pelaksana. 4. SYARAT PEMELIHARAAN

4.1. Perbaikan : Pelaksana wajib memperbaiki pekerjaan work station yang rusak sebelum serah terima pekerjaan I.

4.2. Pengamanan : Work station yang sudah terpasang harus diberi perlindungan agar tidak rusak, karena pekerjaan lain yang mungkin dapat menyebabkan rusaknya work station

4.3. Pelaksana bertanggung jawab untuk menyimpan dan memelihara seluruh work station yang dibuat sebelum dilakukan penyerahan resmi kepada Pemberi Tugas.

Bab VI. Spek Tek B2. Furniture VI - B.2 - 6

Pasal 3 Pekerjaan Kursi Kerja, Kursi Hadap dan Kursi Rapat

1. PERSYARATAN UMUM

1.1. Batasan Lingkup kerja : Penyediaan tenaga kerja, bahan, peralatan, disiapkan untuk menyediakan kursi kerja, kursi hadap dan kursi rapat seperti yang dispesifikasikan dan tertera dalam gambar desain.

1.2. Rekomendasi Pabrik

Persyaratan : Menggunakan seluruh bahan / peralatan dengan memperhatikan petunjuk spesifikasi teknis bahan / peralatan tersebut yang dikeluarkan oleh pabrik pembuatnya.

1.3. Hak Cipta

1.3.1. Persyaratan : Harus dipastikan bahwa tidak ada hak cipta yang dilanggar. Penggunaan hasil ciptaan orang lain harus mengikuti seluruh cara / kondisi yang disyaratkan pihak pencipta.

1.4. Ajuan 1.4.1. Teknik ajuan : Detail data ukuran teknis dan spesifikasi bahan kursi kerja 1.4.2. Ajuan foto dan Brosur : sesuai dengan standard produksi pabrik pembuatnya.

2. PRODUK

2.1. Tingkat Kwalitas 2.1.1. Semua material harus dengan mutu terbaik. 2.1.2. Semua komponen harus mendukung kekokohan kursi kerja

2.2. Jenis Kursi Kerja

Persyaratan : Jenis kursi kerja yang digunakan disesuaikan dengan peringkat penggunaan kursi tersebut, dengan ketentuan seperti tertera dalam Dokumen 2 Gambar dan Spesifikasi.

2.3. Bahan Pelapis Kursi / Upholstery

2.3.1. Persyaratan : Tekstur bahan pelapis harus konsisten, polanya rapi dan teratur dan tidak bercacat. Kondisinya harus kuat, tidak menyusut. Mempunyai warna yang awet, tidak luntur / colorfast dan mempunyai daya tahan terhadap sinar matahari / U.V. resistant.

2.3.2. Jahitan : Harus dipastikan bahwa kualitas jahitan kuat dan tidak rusak bila dicuci / dibersihkan. Benang jahit yang digunakan sebagai berikut 2.3.2.1. Panjang tiap jahitan : disesuaikan dengan jenis bahan pelapis dan bahan

isian 2.3.2.2. Warna : sesuai dengan bahan pelapis 2.3.2.3. Bagian ujung / pojok dan sambungan : jahitan yang aman dan terkunci.

2.3.3. Jenis dan warna : disesuaikan dengan skema warna yang dikeluarkan oleh Perencana.

3. SYARAT PELAKSANAAN

3.1. Umum 3.1.1. Persyaratan : Pembuatan dan perakitan seluruh kursi harus dalam ukuran yang

tepat, dan sesuai dengan data-data yang telah dispesifikasikan pabrik. 3.1.2. Persetujuan : Semua kursi kerja harus diperiksa dan mendapat persetujuan dari

Konsultan Pengawas/MK. .

3.2. Mock Up 3.2.1. Semua Kursi ( kursi kerja, kursi hadap, dan kursi rapat ), diwajibkan diajukan contoh

prototype/mock-up nya oleh Kontraktor. 3.2.2. Persetujuan : Semua kursi di atas harus diperiksa dan mendapat persetujuan dari

Konsultan Pengawas/MK , Perencana dan Pemberi Tugas.

3.3. Penyesuaian dan Pembersihan Kursi

Bab VI. Spek Tek B2. Furniture VI - B.2 - 7

3.3.1. Penyesuaian : Sebelum dan setelah pengiriman ke site, perlu dilakukan penyesuaian / penyetelan untuk menguatkan konstruksi kursi kerja yang sudah dibuat.

3.3.2. Pembersihan : Setelah penyetelan selesai dilakukan dan sebelum penyerahan barang, Pelaksana harus membersihkan seluruh noda, bekas goresan maupun kotoran bekas tangan pekerja. Penyerahan furniture harus dalam kondisi yang baik dan sempurna.

4. SYARAT PEMELIHARAAN

4.1. Perbaikan : Pelaksana diwajibkan memperbaiki furniture yang rusak, cacat atau ternoda. 4.2. Pengamanan : harus diberi perlindungan agar tidak rusak, karena pekerjaan lain yang

mungkin dapat menyebabkan rusaknya furniture. 4.3. Pelaksana bertanggung jawab untuk menyimpan dan memelihara seluruh furniture,

sebelum dilakukan penyerahan resmi kepada pihak Pemberi Tugas.

Bab VI. Spek Tek B3. Mekanikal & Elektrikal VI - B. 3 - 1

BAB VI. B.3

B.3. SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN MEKANIKAL & ELEKTRIKAL

1.1. Umum. 1.1.1. Uraian pekerjaan.

Uraian ini mencakup persyaratan teknis untuk pelaksanaan pembongkaran dan pemasangan, pekerjaan instalasi pengkabelan, kabel daya, stop kontak serta instalasi pengkabelan untuk penerangan. Pekerjaan yang diuraikan adalah pekerjaan yang berkaitan diantaranya :

a. Pekerjaan instalasi. b. Pekerjaan armature lampu. c. AC dan exhaust fan. d. Telepon. e. Plumbing / sanitasi

Kontraktor bertanggung jawab pada aspek design detail yang dilaksanakan sesuai regulasi yang berlaku (design & build).

1.1.2. Ketentuan. a. Pekerjaan ini harus dilaksanakan oleh tenaga ahli yang berpengalaman dan

mengerti teknik-teknik instalasi listrik dan pengujian. b. Kontraktor harus menyediakan peralatan kerja untuk pelaksanaan dan

pengujian yang diperlukan guna kelancaran dan terlaksananya pekerjaan menurut persyaratan yang berlaku.

c. Standar referensi yang dipakai adalah : Peralatan umum instalasi listrik (PUIL) tahun 2000, SNI 04-0225-2000

(SK Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No: KEP-174/MEN/2002). Peraturan menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik nomor

023/PRT/1973 tentang Peraturan Instalasi Listrik (PIL). Peraturan menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik nomor

024/PRT/1973 tentang Syarat-syarat Penyambungan listrik (SPL). Standar atau peraturan teknis dari negara lain/ internasional yang

dijadikan pegangan antara lain : AVE Belanda. UDE/ DIN Jerman. British Standard Associates. JIS Japan Standard. NFC Perancis. NEMA USA.

d. Pelaksanaan teknis. Sebelum melaksanakan pekerjaan-pekerjaan instalasi, kontraktor/ pemborong harus terlebih dahulu membongkar sebagian atau seluruh instalasi lama sesuai rencana yang berkaitan dengan penambahan instalasi pengkabelan yang baru.

e. Pengujian. Sebelum mengoperasikan stop kontak dan instalasi lampu, kontaktor/ pemborong harus melakukan pengujian instalasi untuk membuktikan bahwa pekerjaan tersebut baik. Pengujian tersebut berupa pengukuran tahanan isolasi kabel terhadap instalasi yang bersangkutan.

f. Pelaksanaan pemasangan. Pada prinsipnya pemasangan seluruh instalasi pengkabelan harus dilakukan oleh ahli dalam hal ini perusahaan yang memiliki SIKA dan SPI yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang. Selain itu pemasang instalasi dilakukan oleh tenaga ahli yang berpengalaman di bidangnya.

g. Termasuk dalam lingkup kerja kontraktor adalah sebagai berikut (sesuai BQ, gambar dan kondisi eksisting): Pembongkaran, pembersihan dan pemasangan kembali ceiling speaker Pembongkaran dan pemasangan kembali head sprinkler, termasuk relokasi Pembaongkaran dan pemasangan kembali CCTV Pembongkaran dan pemasangan kembali antenna indoor jaringan seluler

Bab VI. Spek Tek B3. Mekanikal & Elektrikal VI - B. 3 - 2

Pasal 1 PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK DAN LAMPU

1.2. Pekerjaan instalasi listrik dan armature lampu. 1.2.1. Umum.

a. Uraian pekerjaan. Pekerjaan system listrik ini mencakup persyaratan teknis untuk pelaksanaan pembongkaran dan pemasangan serta pengujian, perlatan dan tenaga kerja sehingga seluruh system listrik dapat beroperasi dengan sempurna.

b. Lingkup pekerjaan. Lingkup pekerjaan listrik ini mencakup pengadaan dan pemasangan instalasi listrik dan armature sesuai dengan gambar.

c. Ketentuan. Pekerjaan ini harus dilaksanakan oleh tenaga ahli yang berpengalaman dan

mengerti teknik instalasi dalam bank, serta pancingan kawat penggantung untuk kabel data sesuai gambar.

Kontraktor/ pemborong harus menyediakan peralatan bantu untuk pelaksanaan dan pengujian yang diperlukan guna kelancaran dan terlaksanya pekerjaan menurut persyaratan yang berlaku.

Standar dan referensi yang dipakai adalah : Peralatan umum instalasi listrik (PUIL) tahun 2000, SNI 04-0225-2000 (SK

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No: KEP-174/MEN/2002) Peraturan menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik nomor

023/PRT/1973 tentang Peraturan Instalasi Listrik (PIL). Peraturan menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik nomor

024/PRT/1973 tentang Syarat-syarat Penyambungan listrik (SPL). Pelaksanaan teknis.

Sebelum melaksanakan pekerjaan-pekerjaan instalasi, kontraktor/ pemborong harus terlebih dahulu membongkar sebagian atau seluruh instalasi lama sesuai rencana yang berkaitan dengan penambahan instalasi pengkabelan baru yang tertera pada gambar serta merapikan kembali sesuai dengan fungsinya masing-masing. Kontraktor/ pemborong listrik harus bekerja sama dengan kontrakto/ pemborong power untuk komputer yang ada di banking hall dan back office dengan diawasi oleh pengawas. Pemindahan kabel grounding harus memperhatikan estetika interior.

Pengujian. Sebelum mengoperasikan stop kontak dan instalasi lainnya, kontaktor/ pemborong harus melakukan pengujian instalasi untuk membuktikan bahwa pekerjaan tersebut sudah memenuhi syarat dan siap dioperasikan. Pekerjaan tersebut berupa pengukuran tahanan isolasi.

Pelaksanaan pemasangan. Pada prinsipnya pemasangan seluruh instalasi pengkabelan harus dilakukan oleh tenaga ahli listrik dalam hal ini perusahaan yang memiliki SIKA dan SPI yang dikeluarkan olh instansi yang berwenang. Selain itu pemasang instalasi dilakukan oleh tenaga ahli yang berpengalaman di bidangnya.

1.2.2. Material. a. Instalasi pengkabelan dari panel menuju stop kontak, saklar, stop kontak

computer dan untuk instalasi penerangan memakai jenis kabel NYM 3×2,5 mm dengan arde.

b. Setiap sambungan kabel tidak diperkenankan menggunakan selotip, tetapi harus menggunakan konektor khusus/ lasdop.

c. Jaringan listrik dalam dinding harus ditanam dalam pipa PVC pada belokan menggunakan pipa fleksibel.

d. Pada setiap cabang pengkabelan harus menggunakan boks lengkap dengan tutupnya.

Bab VI. Spek Tek B3. Mekanikal & Elektrikal VI - B. 3 - 3

e. Setiap armature lampu/ saklar/ stop kontak harus menggunakan boks dus dengan mutu yang bagus sebagaimana standar kelistrikan.

f. Merek kabel yang disyaratkan adalah bahan : Kabelindo, Kabel Metal, Tranka Kabel dan Supreme.

g. Armature lampu sesuai dengan jenis penggunaan, sesuai gambar buatan pabrik Artolite atau Lomm atau setara.

h. Komponen lampu yang digunakan adalah merek Philips atau Osram, atau setara.

i. Saklar lampu sesuai dengan jenis penggunaan sesuai gambar, ada yang tunggal, seri, triple, dan saklar kelompok. Semua komponen tersebut merek Clipsal atau setara.

j. Stop kontak yang digunakan adalah buatan Clipsal atau setara. k. Stop kontak normal 2 (dua) gang maupun stop kontak UPS 4 (empat) gang

menggunakan merek German. l. Stop kontak lantai yang digunakan adalah merek Legrand. m. Out-let telepon buatan Cipsal atau setara. n. Pipa PVC 20 mm produksi Ega atau Clipsal. o. Protektor kabel merek Ega atau Clipsal. p. AC Split yang digunakan adalh merek Panasonic atau Daikin.

Pasal 2 PEKERJAAN INSTALASI AC dan EXHAUST

2.3. Pekerjaan Relokasi Air Condition (AC) diffuser dan Exhaust fan.

2.3.1. Lingkup pekerjaan a. Pembongkaran, relokasi dan perapihan kembali supply diffuser AC b. Penambahan flexible duct yang disesuaikan dengan ukuran existing

2.3.2. Syarat pelaksanaan dan material a. Sebelum melakukan pekerjaan kontaktor harus membuat gambar shopdrawing

yang disesuaikan dengan gambar desain dan kondisi lapangan b. Ducting utama tidak dirubah sehingga perubahan posisi supply diffuser harus

diikuti dengan penambahan flexible duct c. Flexible duct harus dilapisi insulasi dan aluminium foil d. Ukuran flexible duct yang dugunakan disesuaikan dengan kondisi existing e. Kontraktor/pemborong harus membersihkan kembali bekas pekerjaan dan

material sisa di lapangan

Pasal 3

PEKERJAAN INSTALASI TELEPON, DATA DAN OUTLET TV

3.4. Pekerjaan instalasi telepon. 3.4.1. Lingkup pekerjaan.

Lingkup pekerjaan telepon adalah dari outlet telepon, instalasi kabel hingga ke terminal box tiap lantai, selanjutnya dari terminal per lantai ke MDF di ruang PABX.

3.4.2. Masa Jaminan. Semua perkerjaan instalasi maupun peralatannya harus dijamin akan bekerja dengan sempurna. Semua peralatan yang masuk dalam lingkup pekerjaan diatas harus diberi masa pemeliharaan cuma-cuma Setelah penyerahan pekerjaan tersebut, terutama untuk material utama seperti TRO/ key telephone (letter of guaranty dari pabrik). Setelah masa pemeliharaan cuma-cuma selesai, kontraktor/ pemborongdapat saja mengajukan usulan untuk mengadakan kontrak pemeliharaan kepada pemilik, kecuali apabila ditentukan oleh pemilik.

3.4.3. Syarat-syarat pelaksanaan. a. Kontraktor/ pemborong harus meyakinkan pemberi tugas, bahwa pekerjaan

dilaksanakan oleh tenaga-tenaga yang berpengalaman dan mengikuti syarat-syarat yang telah dikeluarkan oleh PT. Telekomunikasi Indonesia.

Bab VI. Spek Tek B3. Mekanikal & Elektrikal VI - B. 3 - 4

b. Kontraktor/ pemborong harus menjamin bahwa pemasangan akan disahkan oleh PT. Telekomunikasi Indonesia sehingga penyambungan saluran dari instansi terkait sampai di bangunan tidak menemui kesulitan baik prosedur teknis maupun non-teknis.

c. Selama pemasangan/ instalasi kontraktor/ pemborong harus menempatkan seorang ahli yang mengawasi pelaksanaan.

d. Kontraktor/ pemborong harus mengganti kembali material-material yang rusak, sehingga syarat-syarat fisik maupun teknis tetap dapat dipenuhi.

e. Kontraktor/ pemborong harus membersihkan kembali sisa-sisa/ bekas-bekas pekerjaan yang berupa potongan-potongan kayu, kabel, metal, bekas bobokan baik pada tembok/ beton maupun pada dinding dan lantai serta memperbaiki finishing seperti keadaan semula.

f. Kontraktor/ pemborong harus mengadakan testing, start up dimana segala ketentuan untuk ini adalah menjadi tanggung jawab dan biaya kontraktor/ pemborong.

3.4.4. Manual, Spare part dan instruksi. Kontraktor/ pemborong wajib menyerahkan manual, keterangan spare part serta instruksi-instruksi yang dianggap perlu terhadap semua peralatan yang dipasang.

3.4.5. Built-in Insert. Kontraktor/ pemborong harus menyediakan semua “Insert” serta peralatan-peralatan tambahan lain yang dibutuhkan yang harus dipendam dalam beton maupun cara pemasangan yang lain

3.4.6. Finishing. Semua material yang dipasang harus sudah dalam keadaan difinish dengan baik sesuai yang disyaratkan , finishing setelah terpasang adalah disyaratkan dan ini mencakup segala perbaikan pada material tersebut maupun pekerjaan lain sebagai akibat pemasangan instalasi tersebut termasuk didalamnya perbaikan, pengecatan kembali, pembersihan dan lainnya.

3.4.7. Key Telephone/ TRO 3.4.8. Hubungan antara kabel pesawat teleppon dengan kabel instalasi harus dengan

outlet tidak boleh dengan terminal strip. Outlet telepon dipasang secara “flush-mounted” pada dinding.

3.4.9. Pemasangan . a. Kabel yang keluar dari MDF (Main Distribution Frame) ke CTB (cable Terminal

Box) sampai ke pesawat dengan jumlah pair seperti tertera pada gambar, dari kabel berisolasi PVC dengan pita pelindung statis (sesuai dengan ketentuan VDE 0815 atau Perumtel K.9-1-011). Sedangkan untuk kabel di luar bangunan menggunakan kabel tanah. Seluruh instalasi kabel telepon dalam conduit unit (High Impact Conduit) dan setiap pencabangan harus dilakukan dalam junction box dari bahan besi tuang (bahan metal).

b. Untuk instalasi di dalam bangunan di beberapa tempat, kabel telepon dalam conduit PVC high impact diletakkan bersama-sama kabel listrik dalam jalur kabel/ race-way. Selain itu terdapat juga instalasi telepon di dalam conduit yang menempel di dinding. Maupun yang tertanam di dalam beton lengkap dengan terminal maupun junction box.

c. Kabel-kabel ari CTB ke setiap outlet dapat juga menggunakan kabel 1 (satu) par atau multi pair untuk beberapa outlet asalkan disambung melalui outlet/ terminal.

3.4.10. Konduit, junction box, MDF dan CTB selain konduit yang ditanam pada dinding atau pilar/ beton maka terdapat konduit untuk telepon di atas langit-langit. Pipa-pipa konduit telepon dari MDF sampai CTB, dan dari CTB sampai outlet telepon adalah dari bahan PVC high impact. Konduit telepon di atas ceiling/ plafon/ langit-langit dari MDF ke CTB, atau dari CTB ke setiap outlet telepon yang penyambungannya dilakukan secara rapi dan kuat dengan penyambung yang sesuai untuk conduit telepon. Bagian ujung dari konduit ini harus ditanahkan (yaitu pada CTB). Kontraktor/ pemborong harus membuat gambar detail/ gambar kerja untuk sistem pentanahan (gounding) pada CTB, MDF dan untuk key telepon. Penghubung konduit yang berada diatas plafon dengan konduit vertical (pada pilar/ kolom/ dinding) atau dengan conduit ara 90º dengan lainnya harus

Bab VI. Spek Tek B3. Mekanikal & Elektrikal VI - B. 3 - 5

dilakukan melalui junction box dari bahan cast iron dan penyambungan harus dengan “brass compression gland”. Konduit untuk telepon dari CTB ke pesawat dan lain-lain harus terpasang di dinding atau tertanam di tiang beton. Kontraktor/ pemborong harus meneliti dengan sempurna pada gambar. Pda pemasangan kontraktor/ pemborong harus menyesuaikan letak dari konduit tersebut dengan gambar instalasi dilengkapi dengan junction box dan aksesoris lain sekalipun pada gambar tidak dinyatakan dengan jelas. Semua belokan dan cadangan harus melalui junction box. Segala syarat dan cara pemasangan outlet telepon serta dan

penginstalasiannya menjadi tanggungan kontraktor/ pemborong telepon. Outlet-outlet yang dipasang harus sudah lengkap dengan kabel sampai ke

CTB. Semua konduit yang terpasang di plafon atau di tempat lain secara out-bow

harus dilapisi dengan cat dasar dan cat akhir yang warnanya akan ditentukan kemudian oleh konsultan perencana.

Kotak-kotak CTB atau MDF harus terbuat dari plat besi dengan ketebalan minimal 1,5 mm dengan difinished dengan cat dasar dan cat akhir dengan warna yang ditentukan kemudian.

Semua cat CTB dan MDF harus dilengkapi dengan kunci ”Master key type”. 3.4.12. Persyaratan bahan/ material.

a. Semua material yang di suplai dan di pasang oleh kontraktor/ pemborong harus baru dan material tersebut khusus untuk pemasangan di daerah tropis serta sebelum pemasangan harus mendapatkan ijin tertulis dari konsultan pengawas.

b. Kontraktor/ pemborong harus bersedia mengganti material yang tidak disetujui karena menyimpang dari spesifikasi atau hal lainnya, dimana penggantian tersebut tanpa biaya ekstra.

c. Komponen-komponen dari material mungkin sering diganti harus dipilih yang mudah diperoleh di pasaran bebas.

d. Daftar material Kabel telepon dari outlet ke terminal box tiap lantai menggunakan kabel telepon Supreme 2 pair. Kabel dari terminal box tiap lantai ke MDF menggunakan kabel telepon Supreme multipair sesuai dengan kebutuhan tiap lantai

No PERALATAN/ MATERIAL BUATAN PABRIK/ MERK 1. 2. 3. 4. 5. 6.

TB KABEL KABEL DARI IB-HANDSET OUTLET TELEPON KONDUIT PVC RACK KABEL

- LOKAL - SUPREME - LAPP CABLE - BROCO - MERTEN - SETARA - EGA - CLIPSAL - GILFLEX - LOKAL

3.5. Pekerjaan instalasi data.

3.5.1. Lingkup pekerjaan. Lingkup pekerjaan instalasi data adalah mulai dari outlet (modular); instalasi kabel sampai ke patch panel pada wall mounted rack tiap lantai.

3.5.2. Persyaratan bahan/ material. Kabel yang dipakai Belden cat. 5E, modular & faceplate AVAYA; patch panel AVAYA

3.6. Pekerjaan outlet TV. 3.6.1. Lingkup pekerjaan.

Lingkup pekerjaan outlet TV adalah instalasi kabel dari terminal antenna TV hingga ke posisi outlet tiap lantai.

3.6.2. Persyaratan bahan/ material. Kabel yang digunakan adalah kabel Coaxial 75 ohm merk Belden dan outlet dari Clipsal.

Bab VI. Spek Tek B3. Mekanikal & Elektrikal VI - B. 3 - 6

Pasal 4 PEKERJAAN INSTALASI PLUMBING / SANITASI

4.7. Instalasi Plumbing/ Sanitasi.

4.7.1. Umum. a. Semua material yang disuplai dan dipasang oleh kontraktor/ pemborong harus

baru (New product) dan material tersebut khusus untuk pemasangan di daerah tropis serta sebelum pemasangan harus mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas.

b. Kontraktor/ pemborong harus bersedia mengganti material yang tidak disetujui karena menyimpang dari spesifikasi atau hal lainnya, dimana penggantian tersebut tanpa biaya tambahan/ extra cost dari pemilik.

c. Komponen-komponendari material yang mungkin seringa diganti harus dipilih yang mudah diperoleh di pasaran bebas.

4.7.2. Lingkup pekerjaan. a. Pengadaan dan pemasangan instalasi air bersih, air buangan, air bekas dan

instalasi air kotor. b. Bahan/ material yang dipakai / digunakan adalah produk/ merek Wavin,

Rucika kelas AW. c. Pengadaan bahan dan pemasangan seluruh sanitair dan aksesoris serta tenaga

kerja komplit beserta alat-alat pendukungya. d. Kontraktor/ pemborong wajib membuat shop drawing untuk instalasi plumbing

dan harus sudah disetujui oleh Konsultan Pengawas sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai.

4.7.3. Ajuan. Pengajuan contoh warna sanitair yang akan dipakai sesuai dengan tipe yang telah ditentukan oleh Konsultan pengawas pada detail gambar perencanaan.

4.7.4. Pengiriman, penyimpanan dan penanganan barang a. Semua barang yang dikirim harus dalam keadaan baik, bebas dari cacat pabrik

yang diakibatkan yang diakibatkan waktu pembuatan maupun cacat lain seperti robek, kotor atau menunjukkan noda lainnya.

b. Semua barang yang dikirim harus dibungkus dengan rapi, komplit dengan label atau keterangan lainnya termasuk dengan segel asli dari pabrik.

c. Penyimpanan barang/ bahan harus ditempatkan oada tempat khusus tidak tercampur dengan barang-barang lain yang dapat mengakibatkan kerusakan seperti cat, minyak kayu, besi, atau barang cair/ padat lainnya.

d. Kondisi tempat penyimpanan harus dalam keadaan bersih dan kering. 4.7.5. Bahan/ material.

a. Tipe lihat gambar detail perencanaan. b. Bahan yang dipakai ex. TOTO warna standard White (lihat gambar detail

perencanaan). c. Bahan perekat sesuai dengan yang direkomenasikan dari pabrik.

4.7.6. Pelaksanaan. a. Kontrol/ pemeriksaan. b. Pemerikasaan lokasi/ bidang yang akan dipasang harus dilakukan oleh

kontraktor sebelum pekerjaan pemasangan dilakukan. c. Bila dalm pemeriksaan diketemukan bidang yang tidak memenuhi syarat untuk

dipasang, Kntraktor dapat memperbaiki sendir atau melaporkan kepada Konsultan Pengawas.

4.7.7. Pemasangan. a. Kondisi ruangan sebelum dan sesudah pemasangan harus lebih bersih dan

terhindar dari debu yang berlebihan. b. Pemasangan sanitair dan aksesoris harus sesuai dengan ketentuan pabrik dan

harus dihindari kebocoran pada lantai dan dinding yang dapat mengakibatkan rembesan air kelantai di bawahnya.

c. Setelah selesai terpasang maka kontraktor/ pemborong wajib mencoba beberapa waktu/ periode dan memastikan peralatan yang terpasang tersebut berfungsi dengan baik.

4.7.8. Kebersihan.

Bab VI. Spek Tek B3. Mekanikal & Elektrikal VI - B. 3 - 7

a. Kontraktor/ pemborong harus selalu menjaga kebersihan lokasi pemasangan dari sisa hasil pemasangan.

b. Sisa sampah bekas pemasangan harus dibuang sendiri setiap hari oleh kontraktor/ pemborong atas biaya sendiri.

4.7.9. Perlindungan. Perlindungan harus diberikan pada sanitair dan aksesoris yang sudah terpasang dengan baik. Kerusakan yang diakibatkan karena kontraktor/ pemborong menjadi tanggungan kontraktor/ pemborong atas biaya sendiri.

4.7.10. Perbaikan/ garansi/ Masa pemeliharaan. a. Kontraktor/ pemborong diharuskan mengadakan perbaikan jika ada kerusakan/

kebocoran yang diakibatkan dari kelalaian dalam pemasangan/ kerusakan lain atas biaya sendiri.

b. Selama pemeliharaan dimulai sesuai dengan perjanjian dengan pemberi tugas. c. Selama itu pula kontraktor/ pemborong berkewajiban untuk merawat dan

memperbaiki kerusakan dengan biaya sendiri.

Bab VI. Spek Tek E.1. Sistem Elektrikal VI - E.1 - 1

BAB VI. E.1 E.1. SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN MEKANIKAL & ELEKTRIKAL

Pasal E - 1

Pekerjaan Sistem Elektrikal 1. Pekerjaan Sistem Distribusi Listrik 1.0 Lingkup Pekerjaan 1.0.1 Lingkup pekerjaan ini termasuk pengadaan dan pemasangan semua material, peralatan, tenaga

kerja dan lain-lain untuk pemasangan, pengetesan, commissioning dan pemeliharaan yang sempurna untuk seluruh instalasi listrik seperti dipersyaratkan dalam buku ini dan seperti ditunjukkan dalam gambar-gambar rancangan listrik. Dalam Pekerjaan ini harus termasuk sertifikat keaslian produk pabrik dari peralatan yang akan dipakai, jaminan garansi, petunjuk operasi dan pekerjaan-pekerjaan kecil lain yang berhubungan dengan pekerjaan ini yang tidak mungkin disebutkan secara terinci di dalam buku ini tetapi dianggap perlu untuk keselamatan dan kesempurnaan fungsi dan operasi sistem distribusi listrik.

1.0.2 Kontraktor harus menawarkan seluruh lingkup pekerjaan yang dijelas-kan baik dalam spesifikasi

teknis ini ataupun yang tertera dalam gambar-gambar perencanaan, dimana bahan dan peralatan yang digunakan sesuai dengan ketentuan pada spesifikasi teknis ini. Bila ternyata terdapat perbedaan antara spesifikasi bahan dan atau peralatan yang dipasang dengan spesifikasi teknis yang dipersyaratkan pada pasal ini, merupakan kewajiban Kontraktor untuk mengganti bahan atau peralatan tersebut sehingga sesuai dengan ketentuan pada pasal ini tanpa adanya ketentuan tambahan biaya. Lingkup pekerjaan yang dimaksud adalah sebagai berikut :

a. Transformator Daya,

Pemerisaan dan pengetesan transformator daya eksisting yang terpasang sehingga dapat berfungsi sesuai dengan gambar perencanaan.

b. Panel-Panel Daya Tegangan Rendah,

Pekerjaan ini meliputi perbaikan panel MDP existing agar sesuai dengan gambar perencanaan dan pengadaan panel SDP Panel Daya, Panel Penerangan Umum, Panel Daya Pompa – pompa, AHU dan lain sebagainya sesuai dengan gambar perencanaan, termasuk seluruh peralatan proteksi dan peralatan bantu lainnya yang dibutuhkan untuk kesempurnaan sistem distribusi daya listrik.

c. Kabel-Kabel Feeder Daya Tegangan Rendah.

Pekerjaan ini meliputi kabel utama dari busduck (existing) dari MDP (existing) ke SDP bangunan MDP(baru) yang melayani Panel Hydrant, Panel Genset, Panel Pompa. Juga sudah termasuk seluruh peralatan-peralatan bantu yang dibutuhkan untuk kesempurnaan sistem jaringan instalasi listrik.

d. Instalasi Daya,

Pekerjaan ini meliputi seluruh instalasi listrik yang digunakan untuk menghubungkan panel-panel daya dengan outlet-outlet daya dan peralatan-peralatan listrik, seperti Exhaust Fan, Motor-motor Listrik pada peralatan Sistem Mekanikal serta peralatan lain sesuai dengan Gambar rancangan dan Buku Persyaratan Teknis.

e. Instalasi Penerangan,

Pekerjaan ini meliputi seluruh instalasi listrik yang menghubung-kan panel-panel penerangan dengan fixture lampu, baik di dalam maupun di luar bangunan, sesuai dengan Gambar rancangan dan Buku Persyaratan Teknis.

Bab VI. Spek Tek E.1. System Elektrikal VI - E. 1 - 2

f. Fixture Lampu,

Yang termasuk di dalam pekerjaan ini adalah armature lampu, fitting, ballast, starter, capasitor, lampu-lampu dan peralatan-bantu lainnya yang berhubungan dengan item pekerjaan sesuai dengan standard pabrik yang dipilihdan sesuai gambar rancangan.

g. Sistem Pembumian Pengaman,

Yang termasuk di dalam pekerjaan sistem pengebumian meliputi batang elektroda pengebumian yang menghubungkan setiap panel daya listrik yang harus dikebumikan dengan elektroda pembumian termasuk seluruh peralatan-peralatan bantu yang dibutuhkan untuk kesempurnaan sistem ini seperti yang ditunjukan dalam gambar perencanaan.

h. Peralatan Penunjang Instalasi,

Pekerjaan ini meliputi junction box, conduit, sparing, doos outlet daya, doos saklar, doos penyambungan, doos pencabangan, elbow, flexible conduit, klem dan peralatan-peralatan lain yang dibutuhkan untuk kesempurnaan jaringan instalasi yang terpa-sang meskipun peralatan-peralatan ini tidak disebutkan dan digambarkan dengan jelas di dalam Gambar rancangan.

i. Peralatan bantu/pendukung lainnya yang diperlukan untuk kesempurnaan kerja sistem,

meskipun peralatan tersebut tidak disebutkan secara jelas atau terinci di dalam Gambar Rancangan dan Persyaratan Teknis.

1.1 Kemampuan Operasi Sistem Distribusi Listrik

1.1.1 Sistem Distribusi Listrik 1.1.1.1 Pada keadaan normal, seluruh beban dilayani oleh sumber catu daya listrik utama yang berasal

dari Jaringan Tegangan Menengah PLN (20 kV, 3 phasa, 50 Hertz). Sumber Daya yang bersumber dari jaringan PLN dengan dua buah trafo penurun tegangan seperti ditunjukan dalam gambar perencanaan.

1.1.1.2 Pada saat sumber catu daya utama dari PLN mengalami gangguan, secara otomatis beban daya

dilayani oleh sumber catu daya cadangan yang berasal dari Diesel Generating Set (existing). 1.1.1.3 Pada keadaan darurat (terjadi kebakaran), secara otomatis seluruh beban dimatikan oleh signal

listrik yang dikirimkan dari sentral Sistem Pengindera Kebakaran (FACP) kecuali daya listrik untuk mencatu beban-beban khusus seperti Electric Fire Pump, Fuel Pump lift kebakaran, control sprinkler dan peralatan bantu evakuasi seperti gambar rancangan.

1.2 Sistem Penerangan 1.2.1 Klasifikasi Lampu Penerangan.

Lampu-lampu penerangan di dalam gedung dikategorikan sebagai berikut : a. Lampu penerangan normal (normal lighting) yaitu lampu penerangan buatan dengan

intensitas penerangan yang disesuai-kan berdasarkan jenis kegiatan pada masing – masing area bangunan rumah sakit seperti gambar rancangan.

b. Lampu penerangan darurat (emergency lighting) yaitu lampu penerangan buatan sebagai

pengganti bila lampu penerangan normal terganggu (mati) lampu ini akan menyala baik pada kon-disi normal maupun darurat. Lampu penerangan dalam gedung terdiri dari : Escape lighting yaitu lampu penerangan darurat untuk menjamin kelancaran dan

keamanan evakuasi pada saat terjadi darurat kebakaran emergency. Emergency Exit lighting yaitu lampu penerangan darurat untuk penunjuk jalan keluar

yang aman pada saat terjadi darurat kebakaran.

Bab VI. Spek Tek E.1. System Elektrikal VI - E. 1 - 3

1.2.2 Pada setiap ruangan kecuali Tangga, koridor dan tempat – tempat umum disediakan saklar-saklar setempat untuk menyalakan atau mematikan lampu. Sedangkan untuk penerangan kios menjadi beban pengguna kios dengan dibatasi oleh MCB sebelum meter seperti ditunjukan dalam gambar perencanaan.

1.3 Persyaratan Pekerjaan Panel Tegangan Rendah 1.3.1 Konstruksi Box Panel

a. Yang melaksanakan pembuatan panel harus sub Kontraktor panel (panelmaker) yang telah berpengalaman dalam pembuatan/ pabrikasi panel dengan menunjukkan bukti sertifikat yang telah diakui oleh Badan terkait dalam hal ini PLN dan mempunyai workshop yang terkait dengan pabrikasi panel.

b. Panel terbuat dari plat baja dengan rangka terbuat dari besi siku dengan ukuran minimal

600 x 400 x 400 mM (free standing) atau plat besi yang terbentuk (wall mounted). c. Rangka utama harus diberi tutup dari bahan plat baja dengan dengan ketebalan sebagai

berikut :

Panel Dinding Pintu

SDP, SDP-FH 20 mM 3,0 mM

LP, PP 1,6 mM 2,0 mM c. Plat tutup harus dikerjakan dengan baik dan setiap siku dari plat tutup ini harus benar-

benar 90o. Plat penutup kerangka panel harus disekrup dengan rapi yang dilengkapi cincin plastic sebelum cincin besi terhadap kerangka panel. Plat penutup ini harus dapat dilepas-lepas.

d. Panel dilengkapi dengan tutup atas atau tutup bawah yang dapat dilepas-lepas dan harus

disiapkan lubang serta Compression Cable Glad untuk setiap incoming dan outgoing feeder.

e. Pada dinding belakang atau/dan samping diperlukan membuat lubang-lubang ventilasi

yang cukup. Lubang ventilasi ini harus dibuat dengan cara punch dan rapi. Pada bagian dalam dari dinding yang diberi ventilasi harus dilengkapi tambahan dinding yang diberi lubang punch, hal ini untuk menjaga masuknya benda-benda/binatang bagian yang bertegangan dari peralatan panel.

f. Antara badan panel tempat dudukan peralatan listrik yang bertegangan dengan pintu

panel harus dilengkapi dengan dinding pengaman pelindung peralatan listrik dengan material yang sama, sehingga pada saat pintu panel dibuka yang tampak hanya tuas – tuas peralatan listrik, sedangkan jaringan/montase kabel terlindung oleh dinding pengaman tersebut.

g. Engsel yang digunakan harus kuat dan tidak menonjol dan harus tersembunyi serta rapi.

Kunci dan handle pintu harus dari type Spagnolet dengan tungkai penguat bawah dan atas dan dari bahan yang dilapisi vernikel. Kontraktor/subkon./ Panel harus dilengkapi “master key” yang bisa membuka seluruh panel yang terpasang.

h. Rangka, penutup, cover plate dan pintu seluruhnya harus diberi cat dasar dan dilapisi

dengan powder coating warna abu-abu atau warna yang dipilih oleh Pemberi Tugas melalui DIREKSI PENGAWAS/MK. Kontraktor sebelum pekerjaan pengecatan dilaksanakan harus terlebih dahulu menyerahkan contoh warna dan metoda pelaksanaan pada DIREKSI PENGAWAS/MK untuk dimintakan persetujuan.

i. Panel yang berada di luar bangunan harus mempunyai index protection (IP) 557,

sedangkan untuk dalam bangunan IP 540 sesuai standad yang dipersyaratkan. j. Ukuran panel diusahakan standart ukuran panel dan disediakan ruang yang cukup apabila

terdapat penambahan peralatan.

Bab VI. Spek Tek E.1. System Elektrikal VI - E. 1 - 4

k. Dalam box panel harus disediakan sarana pendukung kabel yang diketanahkan

(grounding) dan busbar pentanahan, yang berfungsi untuk dudukan ujung kabel pentanahan sehingga pada saat pintu panel dibuka dalam keadaan aktif kemungkinan adanya muatan kapasitif dapat dihindari.

l. Pada circuit breaker, sepatu kabel, kabel incoming dan outgoing serta terminal

penyambungan kabel harus diberi indikasi/label/ sign plates mengenai nama beban atau kelompok beban yang dicatu daya listriknya. Petunjuk tersebut berupa diagram system satu garis dan label ini harus terbuat dari plat aluminium atau sesuai standard DIN 4070.

m. Pada bagian atas panel (dari ambang atas sampai dengan 12 cM dibawah ambang atas

panel atau disesuaikan dengan kebutuhan harus disediakan tempat untuk pemasangan lampu indikator, fuse dan alat-alat ukur. Bagian tersebut merupakan bagian yang terpisah dari pintu panel dan kedudukannya menetap (fixed).

1.3.2 Busbar dan Terminal Penyambungan.

a. Panel harus sesuai untuk sistem 3 phasa, 4 kawat dan mem-punyai 5 busbar dimana busbar pentanahan terpisah. Kecuali panel untuk ruang operasi yang dilengkapi dengan “trafo Isolasi” Kontraktor harus melaksanakan seperti gambar ranca-ngan atau jika ada hal yang bertentangan dengan system agar dikonsul-tasikan dengan DIREKSI PENGAWAS/MK untuk men-dapatkan persetujuan.

b. Busbar dari bahan tembaga yang digalvanisasi dengan bahan perak. Galvanisasi ini,

termasuk pula bagian-bagian yang menempel pada busbar, seperti sepatu kabel dan peraltan Bantu lainnya.

c. Pemasangan kabel (untuk semua ukuran luas penampang kabel) pada busbar dan terminal

penyambungan harus menggunakan sepatu kabel. d. Busbar dan terminal penyambungan harus disusun dan dipegang oleh isolator dengan

baik, sehingga mampu menahan electro mechanical force akibat arus hubung singkat terbesar yang mungkin terjadi.

1.3.3 Circuit Breaker.

a. Circuit breaker yang digunakan dari jenis MCB, MCCB, ACB, yang dilengkapi dengan thermal overcurrent release dan electromagnetic overcurrent release yang rating ampere trip-nya dari type adjustable dari salah satu bagian jaringan untuk jarak jaringan kabel yang pendek, sedangkan untuk jaringan kabel yan panjang kedua belah sisi pengamannya harus dari type adjustable atau seperti yang ditunjukan gambar rancangan.

b. Outgoing circuit breaker dari Panel khusus untuk motor-motor harus dilengkapi dengan

proteksi kehilangan arus satu phasa. Dan system jaringan yang dilengkapi DOL atau Y - ∆ atau seperti gambar rancangan tergantung besar – kecilnya beban daya listrik. Jika dalam gambar rancangan tidak terindikasi sudah merupakan kewajiban Kontraktor untuk melengkapinya seperti yang dipersyaratkan oleh standard yang berlaku tanpa mengakibatkan adanya biaya tambah.

c. Circuit Breaker untuk proteksi motor-motor listrik harus meng-gunakan Circuit Breaker yang dirancang khusus untuk penga-man motor (Circuit Breaker tipe M).

d. Breaking capacity dan rating CB yang digunakan harus sebesar yang tercantum dalam

Gambar rancangan. e. Tipe Circuit Breaker yang digunakan adalah,

Icu = Ics ( arus komulatif = arus short circuit) ≤ 32 Ampere tipe MCB, 40 ≥ sampai dengan 63 Ampere tipe MCCB Fixed, ≤ 80 Ampere tipe MCCB Adjustable.

f. Pemasangan MCB harus menggunakan Omega Rail sedangkan pemasangan MCCB dan

komponen komponen lain, seperti magnetic contactor, time switch dan lainnya harus

Bab VI. Spek Tek E.1. System Elektrikal VI - E. 1 - 5

menggunakan dudukan plat. Pemasangan komponen-komponen tersebut harus rapi dan kokoh sehingga tidak akan epas oleh gangguan mekanis.

g. Jika di dalam Gambar rancangan dinyatakan ada spare, maka spare tersebut harus

terpasang secara lengkap atau sesuai dengan keterangan gambar rancangan

h. Semua Circuit Breaker harus diberi label/signplate yang terbuat dari Alumunium mengenai nama beban atau kelompok beban yang dicatu daya listriknya. Label itu harus terbuat dari plat alumunium atau sesuai standard DIN-4070.

1.3.4 Alat Ukur/indikator.

a. Panel panel dilengkapi dengan alat-alat ukur, seperti : Volt meter &, Ampere meter, Cosphi meter, Frequensi meter, Trafo arus, Selector switch kWh yang terpasang pada setiap kios KVAR meter, yang terpasang pada sisi developer. Indicator lamp & mini fuse, Tidak semua panel dilengkapi dengan peralatan seperti di atas, melainkan harus

disesuaikan dengan gambar rancangan

b. Volt meter dilengkapi dengan selector switch yang mempunyai mode 7 (tujuh) posisi : kali phasa terhadap netral, kali phasa terhadap phasa, posisi Off.

c. Amperemeter yang dipasang pada panel utama selain mempunyai pointer (jarum

penunjuk) untuk menunjukkan besarnya arus listrik yang ada dilengkapi juga dengan pointer lain yang berfungsi sebagai "Maximum Demand Indicator"

d. Lampu indikator yang digunakan adalah :

Warna hijau untuk phasa R, Warna kuning untuk phasa S, Warna merah untuk phasa T,

Lampu-lampu indikator harus diproteksi dengan menggunakan mini fuse. 1.3.5 Tipe Panel.

a. Berdasarkan cara penggunaannya dan pemasangannya, panel-panel tegangan rendah di klasifikasikan dari type free standing dan wall mounting.

b. Panel jenis Free Standing dipasang pada lantai kerja dengan lokasi seperti pada Gambar

rancangan. Pemasangan panel harus menggunakan dudukan konstruksi baja dan harus diperkuat dengan mur baut atau dynabolt sehingga tidak akan berubah posisi oleh gangguan mekanis.

c. Panel jenis wall mounting dipasang flush mounting pada dinding tembok dengan lokasi

sesuai Gambar rancangan. Pemasangan panel pada dinding harus diperkuat dengan baut tanam (anchor bolt) sehingga tidak akan rusak oleh gangguan mekanis.

d. Box panel dan semua material yang bersifat konduktif yang berada di sekitar panel listrik

harus dihubungkan ke Sistem Pembumian Pengaman. 1.3.6 Gambar Skema Rangkaian Listrik.

a. Panel harus dilengkapi dengan gambar skema rangkaian listrik, lengkap dengan keterangan mengenai bagian instalasi yang diatur oleh panel tersebut.

Bab VI. Spek Tek E.1. System Elektrikal VI - E. 1 - 6

b. Gambar skema rangkaian listrik dibuat dengan baik, dilaminasi plastik dan ditempelkan pada pintu luar panel bagian dalam.

1.4 Persyaratan Pekerjaan Kabel Tegangan Rendah 1.4.1 Ketentuan Umum.

a. Persyaratan teknis ini berlaku untuk : Kabel daya, Instalasi daya, dan Instalasi penerangan.

b. Yang dimaksud dengan kabel daya adalah kabel yang meng-hubungkan antara panel satu

dengan panel ( MDP ke SDP) dan yang lainnya termasuk peralatan bantu yang dibutuhkan.

c. Yang dimaksud dengan instalasi daya adalah kabel yang menghubungkan panel-panel

daya dengan beban-beban stop kontak, peralatan Sistem Tata Udara dan Penghawaan (Smoke Vestibule Ventilator, Exhaust Fan), peralatan Sistem Pemadam Kebakaran (Fire Hydrant Pump, Jockey Pump, Fuel Transfer Pump), Pompa Air Bersih, Elevator, sesuai dengan Gambar rancangan. Didalam instalasi daya ini harus sudah termasuk outlet daya, conduit, sparing, doos untuk outlet daya/ penyam-bungan/pencabangan, flexible conduit dan peralatan - peralatan bantu lainnya yang dibutuhkan untuk kesempurnaan sistem instalasi daya.

d. Yang dimaksud dengan instalasi penerangan adalah kabel-kabel yang menghubungkan antara panel-panel penerangan dengan fixture-fixture lampu penerangan buatan. Di dalam instalasi penerangan ini harus sudah termasuk semua jenis/tipe saklar, conduit, sparing, doos untuk saklar/penyambungan/ pencabang-an, metal flexible conduit dan peralatan-peralatan bantu lainnya yang dibutuhkan untuk kesempurnaan sistem instalasi pene-rangan buatan.

1.4.2 Jenis Kabel.

a. Kabel listrik yang digunakan harus sesuai dengan standard SII dan SPLN atau standard-standard lain yang diakui di negara Republik Indonesia serta mendapat rekomendasi dari LMK.

b. Ukuran luas penampang kabel untuk jaringan instalasi listrik Tegangan Rendah yang

digunakan minimal harus sesuai dengan Gambar rancangan. c. Kabel listrik yang digunakan harus mempunyai rated voltage sebesar 600 Volt/1000 Volt. d. Tahanan isolasi kabel yang digunakan harus sedemikian rupa sehingga arus bocor yang

terjadi tidak melebihi 1 mA untuk setiap 100 M panjang kabel.

e. Kecuali untuk instalasi yang harus beroperasi pada keadaan darurat (seperti lift dan lain-lain seperti ditunjukkan di dalam Gambar Perencanaan) kabel-kabel yang digunakan adalah kabel PVC dengan jenis kabel yang sesuai dengan fungsi dan lokasi pemasangannya seperti tabel di bawah ini :

No. Pemakaian Jenis Kabel

1. 2. 3. 4. 5.

Ins. Penerangan dalam bangunan Ins. Penerangan luar bangunan Ins. Dan kabel daya dalam bangunan Ins. Daya luar bangunan Ins. daya khusus (emergency)

NYA/NYM NYY/NYFGbY NYY NYFGbY Tahan api

f. Kabel yang digunakan untuk instalasi daya listrik yang dioperasikan pada saat terjadi

kebakaran antara lain :

Bab VI. Spek Tek E.1. System Elektrikal VI - E. 1 - 7

Smoke Vestibule Ventilator Elevator emergency, Contactor dan Electric Strike, Fire Pump,

dari jenis kabel tahan api (Flexible Mineral Insulated Fire Resis-tant) yang dapat menahan temperatur 950 oC selama 3 jam dan lulus Impact Test on Fire.

g. Pada kabel instalasi harus dapat dibaca mengenai merk, jenis, ukuran luas penampang,

rating tegangan kerja dan standard yang digunakan.

h. Pada ujung kabel-kabel daya utama harus diberi label/sign-plate yang terbuat dari alumunium mengenai nama beban yang dicatu daya listriknya atau nama sumber yang mencatu daya kabel/beban tersebut.

1.4.3 Persyaratan Pemasangan.

a. Pemasangan kabel instalasi tegangan rendah harus memenuhi peraturan PLN dan PUIL 2000 atau peraturan lain yang diakui di negara Republik Indonesia.

b. Kabel harus diatur dengan rapi dan terpasang dengan kokoh sehingga tidak akan lepas

atau rusak oleh gangguan gangguan mekanis. c. Pembelokan kabel harus diatur sedemikain rupa sehingga jari-jari pembelokan tidak boleh

kurang dari 15 kali diameter luar kabel tersebut atau harus sesuai dengan rekomendasi dari pabrik pembuat kabel.

d. Setiap ujung kabel harus dilengkapi dengan sepatu kabel tipe press, ukuran sesuai dengan

ukuran luas penampang kabel serta dililit dengan “excelcior tape” dan difinish dengan bahan isolasi ciut panas yang sesuai.

e. Penyambungan kabel pada kabel daya, kabel instalasi daya dan instalasi penerangan tidak

diperkenankan kecuali untuk pencabangan pada kabel instalasi daya dan instalasi penerangan. Penyambungan kabel untuk pencabangan harus dilakukan di dalam junction box atau doos sesuai dengan persyaratan.

f. Penarikan kabel harus menggunakan peralatan-peralatan bantu yang sesuai dan tidak

boleh melebihi strength dan stress maximum yang direkomendasikan oleh pabrik pembuat kabel.

g. Sebelum dilakukan pemasangan/penyambungan, bagian ujung awal dan ujung akhir dari

kabel daya harus dilindungi dengan 'sealing end cable', sehingga bagian konduktor maupun bagian isolasi kabel tidak rusak.

h. Pemasangan kabel di dalam bangunan dapat dilakukan,

Pada rak kabel, Di dalam dinding yang dilengkapi conduit Di plat lantai atap yang dilengkapi conduit.

i. Pemasangan kabel pada rak kabel harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

Kabel harus diatur rapi Kabel harus diperkuat dengan klem pada setiap jarak 40 cM dengan perkuatan mur

baut pada dudukan/struktur rak. Untuk kabel instalasi daya dan penerangan harus dilindungi dengan conduit PVC type

High Impact. Tidak diperkenankan adanya sambungan kabel di dalam conduit kecuali di dalam

kotak sambung atau kotak cabang.

j. Pemasangan kabel dalam dinding harus memperhatikan hal hal sebagai berikut :

Bab VI. Spek Tek E.1. System Elektrikal VI - E. 1 - 8

Kabel harus dilindungi dengan sparing. Sparing (pipa pelindung kabel yang ditanam dalam High Impact Conduit) sebelum

ditutup tembok harus disusun rapi dan diklem pada setiap jarak 60 cM. Jika sparing tersebut berjumlah cukup banyak, maka perkuatan tersebut harus dilakukan dengan menggunakan kombinasi antara klem dan kawat ayam sehingga tersusun rapi dan kokoh.

Kabel instalasi yang datang dari conduit menuju sparing harus dilindungi dengan 'metal flexible conduit' serta pertemuan antara conduit/sparing dengan metal flexible conduit harus dilakukan dengan cara klem.

Untuk instalasi kabel expose harus di dalam RSC (Rigid Steel Conduit). 1.5 Persyaratan Teknis Peralatan Instalasi 1.5.1 Outlet Daya.

a. Outlet daya dan plug yang digunakan harus memenuhi standard SII, SPLN, VDE/DIN atau standard-standard lain yang berlaku dan diakui di Indonesia.

b. Outlet daya/plug yang terpasang harus mempunyai spesifikasi sebagai berikut:

Rating tegangan : 250 Volt Rating arus : 16 A atau seperti Gambar rancangan Tipe pemasangan : recessed

Khusus untuk ruang operasi harus tahan zat kimia yang bersifat korosif.

c. Outlet daya dan plug harus mempunyai label yang menunjukkan merk pabrik pembuat, standard produk, tipe dan rating arus serta tegangannya.

d. Outlet daya yang digunakan jenis putas dan tusuk kontak yang dilengkapi dengan

protector. e. Kontraktor harus mengkoordinasikan warna, bentuk dan ukuran outlet daya dengan pihak

Perencana Arsitektur/Interior. f. Outlet daya dipasang pada dinding atau partisi harus mengguna-kan doos dengan

ketinggian pemasangan 30 cM dari permukaan lantai atau ditentukan oleh Perencana Interior atau atas per-setujuan Pemberi Tugas melalui DIREKSI PENGAWAS/MK.

g. Tata letak outlet daya sesuai dengan Gambar rancangan dan harus dikoordinasikan

dengan tata letak furnitures/peralatan. 1.5.2 Saklar Lampu Penerangan.

a. Saklar yang digunakan harus sesuai dengan standard PLN, SII dan VDE/DIN atau standard-standard lain yang berlaku dan diakui di Indonesia.

b. Saklar harus mempunyai spesifikasi sebagai berikut :

Rating tegangan : 250 Volt Rating arus : minimal 10 A Tipe : recessed

c. Saklar lampu harus mempunyai label yang menunjukkan merk pabrik pembuat, standard

produk, tipe dan rating arus serta tegangannya. d. Saklar harus dipasang pada dinding atau partisi dengan ketinggian 150 cM dari permukaan

lantai atau ditentukan oleh Perencana Interior atau keinginan Pemberi Tugas. Pemasangan saklar harus menggunakan doos.

Bab VI. Spek Tek E.1. System Elektrikal VI - E. 1 - 9

e. Tata letak saklar harus sesuai dengan Gambar rancangan dan dikoordinasikan dengan Perencana Interior atau atas keinginan Pemberi Tugas melalui/sepengetahuan DIREKSI PENGAWAS/MK.

1.6 Persyaratan Teknis Penunjang Instalasi 1.6.1 Rigid Conduit.

a. Rigid conduit yang dipasang secara exposed menggunakan conduit jenis PVC high impac dengan ketebalan minimum 2 mm juga termasuk conduit yang ditanam di dalam tembok/beton.

b. Conduit dan sparing harus mempunyai ukuran diameter dalam sebesar 1,5 kali dari total

diameter luar kabel yang dilindunginya dan ukuran minimum sebesar 3/4". Oleh karena itu, kontraktor sebelum memasang conduit harus re-konfirmasi dahulu terhadap kabel yang akan dilindunginya.

c. Ujung ujung conduit bahan steel/GSP yang dikondisikan untuk pelindung kabel luar

bangunan harus dihaluskan dan diberi tules agar tidak merusak isolasi kabel. d. Conduit untuk keperluan instalasi satu dengan instalasi lainnya harus dibedakan dengan

cara dicat finish dengan warna yang berbeda sebagai berikut :

Instalasi listrik : warna hitam, Instalasi fire alarm : warna merah, Instalasi tata suara : warna putih, Instalasi telepon : warna kuning,

e. Pemakaian conduit di sini dimaksudkan untuk finishing seluruh instalasi daya, instalasi

penerangan dan instalasi lainnya. Oleh karena itu pemasangannya harus dilakukan serapi mungkin dan dikoordinasikan dengan pekerjaan Finishing Arsitektur atas koordinasi DIREKSI PENGAWAS/MK.

f. Pemasangan pipa conduit di atas plafond harus dikoordinasikan dengan penggunaan jalur

untuk utilitas lain seperti instalasi komunikasi, fire alarm, sound system, matv, ducting AC dan lain-lain sehingga tersusun rapi, kokoh dan tidak saling mem-pengaruhi/mengganggu.

g. Dalam hal jalur pipa conduit pada gambar rancangan diper-kirakan tidak mungkin lagi

untuk dilaksanakan,maka Kontraktor wajib mencari jalur lain sehingga pelaksanaan mudah dan tidak mengganggu utilitas lain, tetapi tetap harus sesuai dengan persyaratan.

h. Pertemuan antara pipa sparing yang muncul dari dalam dinding dengan pipa conduit di

atas plafond harus menggunakan doos dan diantara doos tersebut dipasang flexible conduit. Pemasangan flexible conduit tersebut harus dilakukan dengan cara klem.

i. Setiap sparing maupun conduit maximum hanya dapat diisi dengan 1 (satu) kabel berinti

banyak atau satu pasang kabel untuk phasa, netral dan grounding, baik untuk kabel daya maupun untuk kabel lain.

j. Conduit untuk instalasi listrik harus berjarak minimum 50 cM dari pipa air panas.

k. Jumlah sparing (conduit yang ditanam di dalam beton) harus disediakan minimum

sebanyak 120 % dari jumlah kabel yang akan melewatinya atau minimum mempunyai satu buah sparing lebih banyak dari jumlah kabel yang akan melewatinya.

1.6.2 Flexible Conduit.

a. Flexible conduit digunakan untuk melindungi kabel :

Yang ke luar dari conduit dan masuk ke dalam sparing. Yang ke luar dari conduit ke titik titik lampu. Yang ke luar dari conduit ke mesin mesin atau beban-beban yang lainnya.

Bab VI. Spek Tek E.1. System Elektrikal VI - E. 1 - 10

Pembelokan instalasi. Dan keperluan lain seperti tercantum di dalam Gambar Perencanaan

b. Penyambungan flexible conduit dengan conduit lain harus dilakukan di dalam doos

penyambungan.

c. Ukuran conduit harus mempunyai diameter dalam minimum 1,5 kali total diameter luar kabel yang dilindunginya.

d. Pemasangan flexible conduit harus menggunakan klem.

e. Khusus flexible conduit yang dipergunakan untuk pelindung instalasi pompa – pompa atau

peralatan yang disimpan di luar bangunan yang kemungkinan akan mendapatkan gangguan mekanis harus menggunakan flexible dengan bahan metal tahan karat.

1.6.3 Rak Kabel.

a. Rak kabel yang digunakan untuk menyanggqa kabel-kabel daya kabel instalasi daya, penerangan serta kabel instalasi arus lemah.

b. Rak kabel terbuat dari plat baja dengan ketebalan 2 mM yang dilapisi Hot Dipped

Galvanised dengan ketebalan lapisan minimum 50 M dan disesuiakan dengan standart BS 729 (dalam shaft).

c. Rak kabel harus dilengkapi dengan tutup (cover) rakrung penyangga kabel, jarak antar

ruang penyangga kabel maximum 50 cM.

d. Penggantung rak kabel dipasang pada plat beton dengan anchor bolt dan harus kuat untuk menyangga rak kabel beserta isiannya serta harus tahan pula menahan gangguan-gangguan mekanis

e. Rak kabel harus mempunyai penggantung yang dapat diatur (adjustable) yang terbuat dari

bahan besi.

f. Rak kabel yang dipergunakan arus kuat dan arus lemah harus dipisahkan untuk menghindari kemungkinan adanya induksi yang akan mengganggu fungsi system operasi. Jarak rak kabel arus kuat dan arus lemah adalah 1 meter yang dipasang sejajar, sedangkan yang bersilangan 30 cM.

1.7 Persyaratan Teknis Fixture Penerangan 1.7.1 Armature Lampu.

a. Armatur-armatur lampu harus memenuhi persyaratan teknis, bentuk dan penampilan sesuai dengan Gambar rancangan. Dan kontraktor sebelum melaksanakan pekerjaan harus menyerahkan contoh armature setiap type yang akan dipasang lengkap dengan komponennya untuk dimintakan persetujuan dari Pemberi Tugas melalui DIREKSI PENGAWAS/MK.

b. Armatur-armatur lampu menggunakan produk lokal dengan standard kualitas yang baik

dan mempunyai workshop untuk pabrikasi pekerjaan terkait. c. Armatur-armatur lampu yang terbuat dari plat baja harus mem-punyai ketebalan plat

minimal 0,7 mm, dicat dasar dengan meni tahan karat dan finish cat bakar.

d. Pemilihan warna cat ditentukan oleh Perencana Arsitektur/ Interior/ atas permintaan Pemberi Tugas melalui sepengetahuan DIREKSI PENGAWAS/MK.

e. Armatur lampu untuk lampu TL, PL/PLC, SL harus dilengkapi dengan komponen-komponen

lampu berupa ballast jenis low loss, starter dan kapasitor dengan kualitas terbaik.

Bab VI. Spek Tek E.1. System Elektrikal VI - E. 1 - 11

f. Pemasangan armatur harus dipasang dengan baik dan kokoh sehingga tidak mudah terlepas oleh gangguan mekanis. Cara pemasangan lampu harus sesuai dengan rekomendasi pabrik pembuat.

1.7.2 Lampu Penerangan Buatan.

a. Jenis-jenis lampu harus sesuai dengan Gambar rancangan. b. Lampu-lampu yang digunakan harus mempunyai kualitas terbaik. c. Semua lampu yang digunakan harus mempunyai spesifikasi sebagai berikut :

Tegangan kerja : 210 Volt - 240 Volt Konsumsi daya : sesuai dengan gambar perencanaan Frekuensi : 50 Hertz

1.8 Emergency Lamp 1.8.1 Lampu Exit dan Emergency

a. Lampu Exit/emergency ini harus menyala biasa dalam keadaan normal pada saat terjadi indikasi kebakaran.

b. Sistem penyalaan Lampu Exit/emergency harus dilengkapi dengan Magnetic Contactor.

c. Gelombang Electromagnetic yang ditimbulkan tidak boleh lebih besar dari 50 Oersted.

d. Lampu Exit dan Emergency dilengkapi dengan :

High Temperature Rechargeable Nickle Cadmium Battery yang mampu bekerja selama

3 jam operasi. Change Over Switch Converter - Inverter

1.9 Sistem Pembumian Untuk Pengaman 1.9.1 Ketentuan umum.

a. Yang dimaksud dengan sistem pembumian untuk pengaman adalah pembumian dari badan-badan peralatan listrik atau benda-benda di sekitar instalasi listrik yang bersifat konduktif dimana pada keadaan normal benda-benda tersebut tidak bertegangan, tetapi dalam keadaan gangguan seperti hubung singkat phasa ke badan peralatan kemungkinan benda-benda tersebut menjadi bertegangan.

b. Sistem pembumian ini bertujuan untuk keamanan/keselamatan manusia dari bahaya

tegangan sentuh pada saat terjadinya gangguan. c. Semua badan peralatan atau benda-benda di sekitar peralatan yang bersifat konduktif

harus dihubungkan dengan sistem pembumian ini. d. Ketentuan-ketentuan lain harus sesuai dengan PUIL 2000, SPLN dan standard-standard

lain yang diakui di Negara Republik Indonesia. 1.9.2 Konstruksi.

a. Sistem pembumian terdiri dari grounding rod, kabel penghubung antara benda-benda yang diketanahkan dan peralatan bantu lain yang dibutuhkan untuk kesempurnaan sistem ini.

b. Grounding rod dari sistem pembumian terbuat dari pipa GIP dan tembaga dengan

konstruksi seperti Gambar Perencanaan.

Bab VI. Spek Tek E.1. System Elektrikal VI - E. 1 - 12

c. Konduktor penghubung antara peralatan (yang digrounding) dengan grounding rod

terbuat dari 'bare copper conductor' atau kabel berisolasi sesuai dengan Gambar Perencanaan.

d. Tahanan sistem pembumian sedemikian rupa sehingga tahanan sentuh yang terjadi harus

lebih kecil dari 50 Volt. 1.9.3 Pemasangan

a. Grounding rod harus ditanam langsung dalam tanah dengan bagian grounding rod yang tertanam di dalam tanah minimum sepanjang 6 M dan masing-masing titik grounding rod mem-punyai tahanan tidak lebih dari 1 Ohm.

b. Grounding rod harus ditempatkan di dalam bak kontrol yang tertutup. Tutup bak kontrol

harus mudah dibuka dan dilengkapi dengan handle. Bak kontrol ini mempunyai fungsi sebagai tempat terminal penyambungan dan tempat pengukuran tahanan pembumian grounding rod. Ukuran bak kontrol harus sesuai dengan Gambar rancangan.

c. Hantaran pembumian harus dipasang sempurna dan cukup kuat menahan gangguan mekanis.

d. Penyambungan bagian hantaran pembumian yang tertanam di dalam tanah harus

menggunakan sambungan las sedangkan penyambungan dengan peralatan yang diketanahkan harus menggunakan mur-baut seperti dalam gambar rancangan.

e. Sistem pembumian harus terpisah dari sistem pembumian :

Pembumian instalasi sistem penangkal petir, Pembumian sistem arus lemah, dan Peralatan Kedokteran/operasi

Bab VI. Spek Tek E.2. Sistem Komunikasi Telepon VI - E.2 - 1

BAB VI. E.2

E.2. SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN MEKANIKAL & ELEKTRIKAL

Pasal E – 2 Pekerjaan Sistem Komunikasi Telepon

2. Pekerjaan Sistem Telepon 2.1 Lingkup Pekerjaan 2.1.1 Lingkup pekerjaan ini termasuk pengadaan semua material peralatan tenaga kerja dan lainnya

untuk pemasangan, test commissioning untuk seluruh sistem komunikasi telepon seperti dipersyaratkan di dalam buku ini dan seperti ditunjukkan di dalam Gambar rancangan. Di dalam pekerjaan ini harus termasuk juga pekerjaan-pekerjaan lain yang berhubungan dengan pekerjaan ini yang tidak mungkin disebutkan secara terinci di dalam buku ini tetapi dianggap perlu untuk kesempurnaan fungsi dan operasi sistem komunikasi telepon.

2.1.2 Kontraktor harus menawarkan seluruh lingkup pekerjaan yang dijelaskan baik dalam spesifikasi

teknis ini ataupun yang tertera dalam gambar rancangan, dimana bahan-bahan dan peralatan yang digunakan sesuai dengan ketentuan pada spesifikasi teknis ini. Bila ternyata terdapat perbedaan antara spesifikasi bahan dan atau peralatan yang dipasang dengan spesifikasi teknis yang dipersyarat-kan pada pasal ini, merupakan kewajiban Kontraktor untuk mengganti bahan atau peralatan tersebut sehingga sesuai dengan ketentuan pada pasal ini tanpa adanya ketentuan tambahan biaya. Lingkup pekerjaan yang dimaksud adalah sebagai berikut :

a. Instalasi Telepon

Pengadaan kabel instalasi yang menghubungkan antara Terminal Box Telepon (TBT) satu dengan TBT yang terpasang di setiap lantai, kabel instalasi yang menghubungkan TBT dengan outlet telepon termasuk outlet telepon, metal doos serta conduit/sparing pelindung kabel instalasi yang menuju setiap kios.

Pemasangan kabel instalasi disesuaikan dengan pemakaian antara instalasi luar bangunan (type OTC) dengan dalam bangunan (Type ITC). Dan untuk OTC harus dilengkapi dengan conduit GSP Medium agar tahap terhadap gangguan mekanis.

kabel instalasi harus mampu menyalurkan komunikasi telepon, dan fungsi intercom dengan baik.

b. Boxes Panel

Pengadaan TBT sesuai gambar rancangan, kualitas dan material TBT harus sama dengan panel listrik, untuk itu diharapkan agar pengadaan TBT diambil dari merk yang sama atau atas persetujuan DIREKSI PENGAWAS/MK.

c. Peralatan Bantu, Pengadaan dan pemasangan peralatan bantu yaitu peralatan-peralatan yang diperlukan untuk kesempurnaan kerja sistem, meskipun peralatan tersebut tidak disebutkan secara jelas atau terinci di dalam gambar rancangan dan Persyaratan Teknis.

d. Sistem Pembumian Pengaman,

Yang termasuk di dalam pekerjaan sistem pengebumian meliputi batang elektroda pengebumian dan bare copper conductor atau kabel yang menghubungkan peralatan yang harus dikebumikan dengan elektroda pembumian termasuk seluruh peralatan-peralatan bantu yang dibutuhkan untuk kesempurnaan sistem ini.

Instalasi pembumian harus terpisah dengan pembumian arus kuat. Pekerjaan titik pembumian arus kuat dan arus lemah tidak boleh digabung, kedua titik

pembumian tersebut dibuat terpisah dengan jarak minimal 6 meter.

e. PABX (existing)

Bab VI. Spek Tek E.2. Sistem Komunikasi Telepon VI - E.2 - 2

Kontraktor harus menghubungkan jaringan instalasi dari TBT utama yang terpasang dalam bangunan ke unit PABX existing sehingga dapat berfungsi sesuai gambar rancangan dan Kontraktor membantu Pemberi Tugas dalam memprogram ulang sistem PABX sesuai fungsi yang tergambar dalam rancangan dan spesifikasi teknis

f. Test Commissioning

Kontraktor harus melaksanakan pekerjaan test commissioning dengan tahapan sebagai berikut,

Pengecekan instalasi secara parsial yang terpasang di setiap lantai dari sub TBT sampai titik outlet yang berada pada tiap kios untuk tahanan isolasi (merger) dan fungsi jaringan sesuai gambar rancangan.

Pengecekan instalasi dari sub TBT ke sub TBT dan dari M-TBT ke PABX existing dengan metoda yang sama seperti tersebut diatas.

Setiap langkah pengecekan harus sepengetahuan/diketahui DIREKSI PENGAWAS/MK.

2.2 Kemampuan Operasi 2.2.1 Sistem Komunikasi

Pemasangan jaringan instalasi, yang menuju kios terhubung secara langsung dari MDPT ke outlet telepon yang berada di setiap kios, sedangkan untuk manajemen bangunan/Developer jaringan telepon tersmabung melalui PABX exsisting seperti ditunjukan dalam gambar perencanaan.

2.2.2 Komunikasi dari luar ke dalam

Komunikasi dari luar ke dalam harus terhubung langsung, sedangkan yang melalui PABX harus dapat diprogram untuk dapat dihubungi langsung atau tidak dapat dihubungi langsung dari luar kecuali melalui operator.

2.2.3 Penomoran pesawat cabang Penomoran outlet pesawat telepon menjadi beban tanggungjawab telkom, sedangkan

kontraktor pelaksana harus menyediakan/ membantu Telkom yang berhubungan dengan fungsi system yang dipersyaratkan oleh Telkom, sehingga system dapat berfungsi sesuai dengan perencanaan.

2.3 Terminal Box Telepon (TBT) 2.3.1 Terminal Box Telepon terbuat dari plat baja dengan ketebalan minimum 2 mM, konstruksi las,

dicat dengan meni tahan karat dan cat finish. Dalam pabrikasi harus mempunyai kesamaan dengan pabrikasi panel listrik.

2.3.2 Kontraktor harus menkonsultasikan dengan perencana arsitektur/ interior atau atas persetujuan

Pemberi Tugas melalui DIREKSI PENGAWAS/MK dalam penentuan warna cat. 2.3.3 Kapasitas terminal box disesuaikan dengan Gambar Perencanaan. 2.3.4 dilengkapi dengan pintu, handle, kunci (harus dilengkapi dengan master key) dan dipasang

flush mounting pada dinding.TBT 2.3.5 Penyambungan kabel instalasi telepon dalam TBT dilakukan dengan menggunakan terminal

penyambungan dari jenis sambungan jepit'. 2.4 Kabel Instalasi 2.4.1 Kabel instalasi telepon menggunakan kabel PVC berukuran 4 x 0,6 mM2 sesuai gambar

rancangan dengan merk sesuai standard yang telah diakui/lolos uji dari lembaga yang terkait.

Bab VI. Spek Tek E.2. Sistem Komunikasi Telepon VI - E.2 - 3

2.4.2 Kabel instalasi dipasang didalam pipa sparing/conduit yang diklem pada rak kabel atau ditanam didalam dinding serta di bawah lantai (didalam saluran penghubung under floor duct system).

2.4.3 Konduktor kabel instalasi telepon mempunyai inti solid yang terbuat dari bahan tembaga yang

dilapisi perak dan pelindung induksi medan magnit. 2.4.4 Pipa-pipa pelindung kabel instalasi telepon harus dibedakan dari pipa-pipa pelindung kabel

untuk keperluan instalasi yang lain dengan cara menandai dengan cat finish berwarna hijau atas persetujuan DIREKSI PENGAWAS/MK.

2.4.5 Persyaratan teknis mengenai instalasi penunjang seperti conduit, sparing, rak kabel dan lainnya

sama dengan persyaratan penunjang untuk instalasi sistem catu daya listrik dan penerangan. 2.5 Outlet Telepon 2.5.1 Outlet telepon dipasang pada dinding dengan ketinggian pemasangan 30 cM dari permukaan

lantai atau mengikuti ketentuan dalam gambar rancangan. Jika dalam gambar dan spesifikasi teknis terdapat informasi yang bertentangan Kontraktor agar menghubungi DIREKSI PENGAWAS/MK untuk mendapatkan persetujuan dan solusi pemasangan.

2.5.3 Outlet telepon dipasang pada dinding dengan menggunakan square metal box dan outlet

telepon harus dibedakan dari outlet daya dan outlet data computer. 2.5.4 Pemasangan outlet telepon harus diperkuat sehingga tidak mudah lepas oleh gangguan

mekanis walaupun dalam gambar rancangan dan spesifikasi teknis tidak menjelaskan secara rinci. Sedangkan cara pemasangannya disesuaikan dengan rekomendasi dari produk yang dipilih.

2.6 Sistem Pembumian Untuk Pengaman

Sistem pembumian untuk system telepon harus mengikuti ketentuan yang dijelaskan dalam uraian pembumian pekerjaan system tata suara, dan system instalasi pembumiannya saling terhubung dengan system tata suara.

Bab VI. Spek Tek E.3. Instalasi Data VI - E.3 - 1

BAB VI. E.3

E.3. SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN MEKANIKAL & ELEKTRIKAL

Pasal E – 3 Pekerjaan Instalasi Data

3.0 LINGKUP PEKERJAAN

Lingkup pekerjaan ini termasuk pengadaan semua material peralatan, tenaga kerja dan lain-lain untuk pemasangan, pengetesan, untuk seluruh sistem jaringan Komunikasi Data (Komputer) seperti dipersyaratkan di dalam buku ini dan seperti ditunjukkan di dalam gambar rancangan. Kontraktor harus menawarkan seluruh lingkup pekerjaan yang di jelaskan baik dalam spesifikasi teknis ini ataupun yang tertera dalam gambar rancangan, dimana bahan-bahan dan peralatan yang digunakan sesuai dengan ketentuan pada spesifikasi teknis ini. Bila ternyata terdapat perbedaan antara spesifikasi bahan dan atau peralatan yang dipasang dengan spesifikasi teknis yang dipersyarat-kan pada pasal ini, merupakan kewajiban Kontraktor untuk mengganti bahan atau peralatan tersebut sehingga sesuai dengan ketentuan pada pasal ini tanpa adanya ketentuan tambahan biaya.

Lingkup pekerjaan yang dimaksud,

3.0.1 Sistem Jaringan Instalasi

Kontraktor harus melaksanakan pekerjaan jaringan instalasi Komunikasi data secara terpisah yang masing – masing jaringan instalasi penggunaan kabel data 8 x 0,6 mm dilengkapi dengan conduit PVC high impact seperti yang ditunjukan pada gambar rancangan beserta peralatan pendukungnya.

3.0.2 Perlengkapan Bantu (Accessories)

Peralatan bantu yaitu peralatan-peralatan yang diperlukan untuk kesempurnaan instalasi yang harus disediakan oleh Kontraktor tanpa mengakibatkan adanya tambahan biaya meskipun peralatan tersebut tidak disebutkan secara jelas atau terinci di dalam gambar rancangan dan Persyaratan Teknis.

3.0.3 Test Commisioning

Kontraktor harus melaksanakan pekerjaan test commissioning dengan tahapan sebagai berikut,

Pengecekan instalasi secara parsial yang terpasang di setiap lantai area shaft sampai titik instalasi data yang berada pada tiap ruangan untuk tahanan isolasi (merger ≥ 600 kΩ) dan fungsi jaringan sesuai gambar rancangan.

Pengecekan instalasi dari yang direncanakan akan ditempatkan terminal hubung elektronik

(HUB) ke mani HUB (lokasi peralatan utama server akan dipasang) dengan metoda yang sama seperti tersebut diatas.

Akhirnya, pengecekan menyeluruh secara lengkap untuk kepentingan operasional seperti

yang ditunjukan dalam gambar rancangan dan spesifikasi teknis ini.Setiap tahapan pengecekan harus sepengetahuan/diketahui DIREKSI PENGAWAS/MK.

3.0.4 Sistem Pembumian Pengaman

Kontraktor melaksanakan penarikan jaringan/instalasi pembumian dari TB masing–masing system arus lemah (elektronik) sampai ke titik–titik pembumian khusus untuk system elektronik seperti yang ditunjukan dalam gambar rancangan untuk kesem-purnaan sistem ini.

Bab VI. Spek Tek E.3. Instalasi Data VI - E.3 - 2

3.1 KEMAMPUAN OPERASI JARINGAN INSTALASI 3.1.1 Sistem Komunikasi Data (Komputer)

a. Sistem jaringan/instalasi data mampu mendistribusikan sinyal audio/video melalui perangkat Personal Computer, Laptop, hand phone dan CDMA dengan kecepatan (kByte) sesuai kemampuan maksimal yang disediakan oleh Telkom/provider setempat melalui external modem yang tersedia di ruang server komputer.

b. Sistem jaringan sudah disesuaikan/dimungkinkan adanya peralatan tambahan tanpa

membongkar jaringan yang sudah terpasang seperti yang ditunjukan dalam gambar rancangan.

3.1.2 Teknis Jaringan Komunikasi Data Sistem instalasi Komunikasi yang terpasang harus mampu menyalurkan data komunikasi

Audio/video dengan kecepatan maksimal (kbps) sesuai system jaringan yang dipunyai oleh TELKOM/Provider setempat, dengan peralatan bantu external Modem, HUB dan External Ethernet switching seperti gambar rancangan.

3.2 SISTEM PEMBUMIAN UNTUK PENGAMAN 3.2.1 Ketentuan umum

a. Yang dimaksud dengan sistem pembumian untuk pengaman adalah pembumian dari badan-badan peralatan listrik atau benda-benda di sekitar instalasi listrik yang bersifat konduktif dimana pada keadaan normal benda-benda tersebut tidak bertegangan, tetapi dalam keadaan gangguan seperti hubung singkat phasa ke badan peralatan kemungkinan benda-benda tersebut menjadi bertegangan.

b. Sistem pembumian ini bertujuan untuk keamanan/keselamatan manusia dari bahaya tegangan

sentuh pada saat terjadinya gangguan.

c. Semua badan peralatan atau benda-benda di sekitar peralatan yang bersifat konduktif harus dihubungkan dengan sistem pembumian ini.

d. Ketentuan ketentuan lain harus sesuai dengan PUIL 2000, SPLN dan standard-standard lain

yang diakui di Negara Republik Indonesia. 3.2.2 Konstruksi

a. Sistem pembumian terdiri dari grounding rod, kabel penghubung antara benda-benda yang diketanahkan dan peralatan bantu lain yang dibutuhkan untuk kesempurnaan sistem ini.

b. Grounding rod dari sistem pembumian terbuat dari pipa GIP dan tembaga dengan konstruksi

seperti Gambar Perencanaan.

c. Konduktor penghubung antara peralatan (yang digrounding) dengan grounding rod terbuat dari 'bare copper conductor' atau kabel berisolasi sesuai dengan Gambar Perencanaan.

d. Tahanan sistem pembumian sedemikian rupa sehingga tahanan sentuh yang terjadi harus

lebih kecil dari 45 Volt. 3.2.3 Pemasangan

a. Grounding rod harus ditanam langsung dalam tanah dengan bagian grounding rod yang tertanam di dalam tanah minimum sepanjang 6 M dan masing masing titik grounding rod mempunyai tahanan tidak lebih dari 1 Ohm.

Bab VI. Spek Tek E.3. Instalasi Data VI - E.3 - 3

b. Grounding rod harus ditempatkan di dalam bak kontrol yang ter- tutup. Tutup bak kontrol harus mudah dibuka dan dilengkapi dengan handle. Bak kontrol ini mempunyai fungsi sebagai tempat terminal penyambungan dan tempat pengukuran tahanan pembumian grounding rod. Ukuran bak kontrol harus sesuai dengan Gambar Perencanaan.

c. Hantaran pembumian harus dipasang sempurna dan cukup kuat menahangangguan mekanis. d. Penyambungan bagian bagian hantaran pembumian yang tertanam di dalam tanah harus

menggunakan sambungan las sedangkan penyambungan dengan peralatan yang diketanahkan harus menggu-nakan mur-baut atau sesuai dengan Gambar rancangan.

e. Penyambungan hantaran pembumian dengan grounding rod harus menggunakan mur baut

berukuran M-10 sebanyak tiga titik. Penyambungan ini dilakukan di dalam bak kontrol. f. Ukuran hantaran pembumian harus sesuai dengan yang tercantum di dalam Gambar

rancangan.

Bab VI. Spek Tek E.4. Sistem Tata Suara VI - E.4 - 1

BAB VI. E.4 E.4. SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN MEKANIKAL & ELEKTRIKAL

Pasal E - 4

Pekerjaan Sistem Tata Suara (Sound System)

4. Persyaratan sitem Tata Suara 4.0 Lingkup Pekerjaan 4.0.1 Termasuk pengadaan semua material, peralatan, tenaga kerja dan lain-lain untuk pemasangan, test

commissioning seluruh sistem tata suara seperti dipersyaratkan di dalam buku ini dan seperti ditunjuk-kan di dalam gambar rancangan. Dalam pekerjaan ini harus termasuk juga pekerjaan-pekerjaan lain yang berhubungan dengan pekerjaan ini yang tidak mungkin disebutkan secara terinci di dalam buku ini tetapi dianggap perlu untuk kesempurnaan fungsi dan operasi sistem tata suara.

4.0.2 Kontraktor harus menawarkan seluruh lingkup pekerjaan yang di jelaskan baik dalam spesifikasi

teknis ini ataupun yang tertera dalam gambar rancangan, dimana bahan-bahan dan peralatan yang digunakan sesuai dengan ketentuan pada spesifikasi teknis ini. Bila ternyata terdapat perbedaan antara spesifikasi bahan dan atau peralatan yang dipasang dengan spesifikasi teknis yang dipersyarat-kan pada pasal ini, merupakan kewajiban Kontraktor untuk mengganti bahan atau peralatan tersebut sehingga sesuai dengan ketentuan pada pasal ini tanpa adanya ketentuan tambahan biaya. Lingkup pekerjaan yang dimaksud,

4.0.2.1 Sistem Tata untuk Public Address' yaitu Tata Suara yang terdiri dari :

a. Sentral Tata Suara Public Address' Pekerjaan ini menggunakan Sentral Existing

b. Instalasi Yang termasuk kedalam pekerjaan instalasi meliputi pekerjaan terminal box tata suara, wiring tata suara lengkap dengan conduitnya, attenuator serta kelengkapan lainnya yang dibutuhkan untuk kesempurnaan kerja sistem tata suara.

c. Kepengkapan (Accessories) Ceiling Speaker Yang termasuk kedalam pekerjaan ini meliputi ceiling speaker, box speaker (dalam & luar plafond), dudukan speaker, grille, matching transformer dan peralatan bantu lainnya untuk kesempurnaan sisten Tata suara seperti yang dipersyaratkan dalam gambar rancangan dan persyaratan teknis ini.

d. Test Commissioning Kontraktor harus melaksanakan pekerjaan test commissioning dengan tahapan sebagai berikut,

Pengecekan instalasi secara parsial yang terpasang di setiap lantai dari sub TBT sampai titik instalasi speaker yang berada pada tiap ruangan untuk tahanan isolasi (merger ≥ 400 kΩ) dan fungsi jaringan sesuai gambar rancangan.

Pengecekan instalasi dari sub TBT ke sub TBT dan dari M-TBT ke peralatan utama Tata Suara dengan metoda yang sama seperti tersebut diatas.

Akhirnya, pengecekan menyeluruh secara lengkap untuk kepentingan operasional seperti yang ditunjukan dalam gambar rancangan dan spesifikasi teknis ini.

Setiap tahapan pengecekan harus sepengetahuan/diketahui DIREKSI PENGAWAS/MK.

4.0.2.2 Sistem Pembumian Pengaman,

Yang termasuk di dalam pekerjaan sistem pengebumian meliputi batang elektroda pengebumian dan bare copper conductor atau kabel yang menghubungkan peralatan yang harus dikebumikan dengan elektroda pembumian termasuk seluruh peralatan-peralatan bantu yang dibutuhkan untuk kesempurnaan sistem ini.

Bab VI. Spek Tek E.4. Sistem Tata Suara VI - E.4 - 2

4.1 Tujuan Penggunaan 4.1.1 Sistem Tata Suara Public Address, 4.1.1.1 Sistem Tata Suara ini digunakan untuk area Public Address mempunyai 3 (tiga) tujuan, yaitu :

a. Back Ground Music b. Paging and Messaging c. Emergency Call

4.1.1.2 Pemasangan Sistem Tata Suara untuk Public Address ini diatur sedemikian rupa, sehingga

mempunyai urutan prioritas seperti tersebut di bawah ini : a. Emergency Call b. Paging and Messaging c. Back Ground Music

4.1.1.3 Tidak semua speaker digunakan untuk sarana penunjang ke tiga tujuan seperti tersebut di atas. Ada

speaker hanya untuk tujuan b dan ada speaker untuk tujuan a, b dan c. 4.1.1.4 Dalam kondisi biasa, Sistem Tata Suara digunakan sebagai back ground music yang dilayani dari

Ruang Kontrol. 4.1.1.5 Sistem Tata Suara disusun di dalam rak yang ditempatkan di Ruang Kontrol seperti ditunjukan

dalam gambar rancangan atau atas permintaan Pemberi Tugas. Kontraktor sudah memperhitungkan kemungkinan kondisi ini tanpa kemungkinan adanya biaya tambah.

4.2 Instalasi 4.2.1 Spesifikasi seluruh instalasi Sistem Tata Suara untuk bangunan ini menggunakan kabel yang

mempunyai tegangan kerja 100 Volt. 4.2.2 Kabel instalasi untuk ke speaker dipergunakan kabel jenis NYMHY yang dilengkapi PVC Insulated

dengan jumlah inti dan luas penampang kabel seperti tercantum di dalam gambar rancangan 4.2.3 Kabel yang digunakan untuk attenuator dihubungkan sedemikian rupa sehingga sistem dapat

bekerja dengan baik dan benar. 4.2.4 Kabel instalasi yang digunakan dimasukkan dalam conduit atau sparing dan setiap pipa hanya boleh

diisi dengan satu pasang kabel. 4.2.5 Jika pemasangan kabel ini paralel dengan kabel daya listrik, maka harus mempunyai jarak minimum

30 cm. 4.2.6 Pada dasarnya pipa untuk kabel sistem tata suara dipasang pada rak kabel atau ditanam di dalam

dinding. 4.2.7 Sistem Tata Suara di dalam gambar rancangan tidak mengikat dan penambahan alat diperbolehkan.

Penambahan alat harus disesuai-kan dengan kemampuan peralatan yang ada pada setiap produk yang dipilih, sehingga pengoperasian dari Sistem Tata Suara tersebut tetap berada kemampuan puncak.

4.2.8 Kontraktor Sistem Tata Suara berkewajiban men-chek dan menyesuai- kan kabel instalasi agar

dapat berfungsi dan bekerja dengan baik dan sesuai dengan persyaratan teknis dan rekomendasi dari produk sistem tata suara yang terpilih.

4.2.9 Pipa instalasi tata suara harus dibedakan dengan pipa-pipa untuk keperluan utilitas lainnya. 4.2.10 Persyaratan teknis mengenai instalasi penunjang seperti conduit, sparing, rak kabel dan lain lain

sama dengan persyaratan penunjang untuk instalasi sistem daya listrik dan penerangan. 4.3 Terminal Box Sistem Tata Suara 4.3.1 Terminal Box terbuat dari plat baja/PVC dengan ketebalan minimum 2 mM Konstruksi las, dicat

dengan meni tahan karat dan cat finish dengan warna yang akan ditentukan kemudian atas persetujuan DIREKSI PENGAWAS/MK.

Bab VI. Spek Tek E.4. Sistem Tata Suara VI - E.4 - 3

4.3.2 Kapasitas terminal box disesuaikan dengan Gambar rancangan. 3.3.3 Terminal Box dipasang flush mounting pada dinding. 4.3.4 Terminal Box dilengkapi dengan pintu, kunci , handle. Dalam pabrikasi harus mempunyai kesamaan

dengan box system lain (kesamaan merk) dan dilengkapi master key, 4.3.5 Penyambungan kabel instalasi sistem tata suara didalam terminal box dilakukan dengan

menggunakan terminal penyambungan dari jenis 'screw type'. 4.4 Sistem Pembumian Untuk Pengaman 4.4.1 Ketentuan umum

a) Yang dimaksud dengan sistem pembumian untuk pengaman adalah pembumian dari badan-badan peralatan listrik atau benda-benda di sekitar instalasi listrik yang bersifat konduktif dimana pada keadaan normal benda-benda tersebut tidak bertegangan, tetapi dalam keadaan gangguan seperti hubung singkat phasa ke badan peralatan kemungkinan benda-benda tersebut menjadi bertegangan.

b) Sistem pembumian ini bertujuan untuk keamanan/keselamatan manusia dari bahaya tegangan

sentuh pada saat terjadinya gangguan. c) Semua badan peralatan atau benda-benda di sekitar peralatan yang bersifat konduktif harus

dihubungkan dengan sistem pembumian ini. d) Ketentuan ketentuan lain harus sesuai dengan PUIL, SPLN dan standard-standard lain yang

diakui di Negara Republik Indonesia. 4.4..2 Konstruksi

a) Sistem pembumian terdiri dari grounding rod, kabel penghubung antara benda-benda yang diketanahkan dan peralatan bantu lain yang dibutuhkan untuk kesempurnaan sistem ini.

b) Grounding rod dari sistem pembumian terbuat dari pipa GIP dan tembaga dengan konstruksi

seperti Gambar Perencanaan. c) Konduktor penghubung antara peralatan (yang digrounding) dengan grounding rod terbuat dari

'bare copper conductor' atau kabel berisolasi sesuai dengan Gambar Perencanaan. d) Tahanan sistem pembumian sedemikian rupa sehingga tahanan sentuh yang terjadi harus lebih

kecil dari 45 Volt. 4.4.3 Pemasangan

a) Grounding rod harus ditanam langsung dalam tanah dengan bagian grounding rod yang tertanam di dalam tanah minimum sepanjang 6 M dan masing masing titik grounding rod mempunyai tahanan tidak lebih dari 1 Ohm.

b) Grounding rod harus ditempatkan di dalam bak kontrol yang ter- tutup. Tutup bak kontrol harus

mudah dibuka dan dilengkapi dengan handle. Bak kontrol ini mempunyai fungsi sebagai tempat terminal penyambungan dan tempat pengukuran tahanan pembumian grounding rod. Ukuran bak kontrol harus sesuai dengan Gambar Perencanaan.

c) Hantaran pembumian harus dipasang sempurna dan cukup kuat menahangangguan mekanis. d) Penyambungan bagian bagian hantaran pembumian yang tertanam di dalam tanah harus

menggunakan sambungan las sedangkan penyambungan dengan peralatan yang diketanahkan harus menggunakan mur-baut atau sesuai dengan Gambar rancangan.

e) Penyambungan hantaran pembumian dengan grounding rod harus menggunakan mur baut

berukuran M-10 sebanyak tiga titik. Penyambungan ini dilakukan di dalam bak kontrol. f) Ukuran hantaran pembumian harus sesuai dengan yang tercantum di dalam Gambar

rancangan.

Bab VI. Spek Tek E.5. Sistem Fire Alarm VI - E. 5 - 1

BAB VI. E.5

E.5. SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN MEKANIKAL & ELEKTRIKAL

Pasal E - 5 Pekerjaan Sistem Fire Alarm Kebakaran

5.0 Lingkup Pekerjaan 5.0.1 Lingkup pekerjaan ini harus termasuk pengadaan semua material, peralatan, tenaga kerja dan

lain-lain untuk pemasangan, pengetesan, seluruh pekerjaan sistem pengindera kebakaran seperti dipersyarat-kan di dalam buku ini dan ditunjukkan di dalam gambar rancangan. Dalam pekerjaan ini harus termasuk sertifikat pabrik dari pembuat peralatan dan pekerjaan-pekerjaan lain yang tidak mungkin disebut-kan secara terinci di dalam buku ini tetapi dianggap perlu untuk keamanan dan kesempurnaan fungsi dan operasi sistem pengindera kebakaran secara keseluruhan.

5.0.2 Kontraktor harus menawarkan seluruh lingkup pekerjaan yang dijelaskan baik dalam

spesifikasi teknis ini ataupun yang tertera dalam gambar rancangan, dimana bahan-bahan dan peralatan yang digunakan sesuai dengan ketentuan pada spesifikasi teknis ini. Bila ternyata terdapat perbedaan antara spesifikasi bahan dan atau peralatan yang dipasang dengan spesifikasi teknis yang dipersyarat-kan pada pasal ini, merupakan kewajiban Kontraktor untuk meng-ganti bahan atau peralatan tersebut sehingga sesuai dengan keten-tuan pada pasal ini tanpa adanya ketentuan tambahan biaya.

Lingkup pekerjaan yang dimaksud,

a. Pusat Control

Pekerjaan ini meliputi pekerjaan central processing unit fire alarm (FACP) semi adresable, dan peralatan-peralatan bantu lain yang dibutuhkan untuk kesempurnaan system atau ditentukan lain sesuai keinginan Pemberi Tugas.

b. Initiating Device Item pekerjaan ini meliputi pekerjaan jaringan instalasi dengan kelengkapan/type titik–tittik deteksi, yang berupa Ionization Smoke Detector, Rate of Rise and Fixed Temperature Detector, Fixed Temperature Detector, Gas Detector dan kelengkapan pendukung lainnya untuk kelengkapan system.

c. Alarm Device Pekerjaan ini meliputi pekerjaan Visual Alarm Devices (lampu indikator beserta lampu exit) dan Audible Alarm Device (bell).

d. Kelengkapan Tambahan (Accessories)

Kontraktor harus melengkapi peralatan yang harus dipasang bila secara system diperlukan walaupun dalam gambar rancangan dan spesifikasi teknis tidak terindikasi. Termasuk kelengkapan yang harus disediakan adalah batere cadangan dengan charger-nya (NiCad) yang kapasitasnya disesuaikan dengan kebutuhan peralatan dan harus mampu bekerja dalam waktu 12 jam.

e. Test Commisioning Kontraktor harus melaksanakan pekerjaan test commissioning dengan tahapan sebagai berikut,

Pengecekan instalasi secara parsial yang terpasang di setiap lantai dari sub TBF

(Terminal Box Fire) sampai titik instalasi detector yang berada pada tiap ruangan untuk tahanan isolasi (merger ≥ 400 kΩ) dan fungsi jaringan sesuai gambar rancangan.

Pengecekan instalasi dari sub TBT ke sub TBT dan dari M-TBT ke peralatan utama FACP dengan metoda yang sama seperti tersebut diatas.

Akhirnya, pengecekan menyeluruh secara lengkap untuk kepentingan operasional seperti yang ditunjukan dalam gambar rancangan dan spesifikasi teknis ini.

Bab VI. Spek Tek E.5. Sistem Fire Alarm VI - E. 5 - 2

Setiap tahapan pengecekan harus sepengetahuan/diketahui DIREKSI PENGAWAS/MK.

5.1 Instalasi Sistem 5.1.1 Pekerjaan ini meliputi jaringan instalasi lengkap dengan conduit, sparing, doos terminal untuk

fixture unit, pencabangan dan penyambungan serta peralatan bantu lainnya.

5.1.2 Peralatan bantu yaitu peralatan-peralatan yang diperlukan untuk kesempurnaan kerja sistem, meskipun peralatan tersebut tidak disebutkan secara jelas atau terinci di dalam gambar rancangan dan Persyaratan Teknis.

5.1.3 Sistem Pembumian Pengaman

Yang termasuk di dalam pekerjaan sistem pengebumian meliputi batang elektroda pengebumian dan bare copper conductor atau kabel yang menghubungkan peralatan yang harus dikebumikan dengan elektroda pembumian termasuk seluruh peralatan-peralatan bantu yang dibutuhkan untuk kesempurnaan sistem ini.

5.2 Penjelasan Sistem 5.2.1 Pusat Kontrol Pusat kontrol merupakan pusat untuk melakukan fungsi monitoring, alerting/signalling dan

controlling baik secara otomatis dan atau manual. Operasi otomatis dilakukan berdasarkan suatu program tertentu yang telah ditentukan sebelumnya sedangkan operasi manual berdasarkan suatu prosedur operasi tertentu melalui input unit. Pusat kontrol tersebut harus dapat memonitor dan mengontrol, a. Pendeteksi kebakaran dan tanda (alarm) kebakaran. b. Peralatan bantu evakuasi yang terdiri dari lampu exit, lampu emergency, voice

communication, prezzurized fan dan pintu darurat. c. Sinyal trigger untuk memfungsikan sistem perlawanan kebakaran yang terdiri dari sistem

sprinkler dan hidrand. d. Lampu lampu penerangan, dan e. Pemutusan aliran listrik.

5.2.2 Peralatan sentral fire alarm (FACP) dan Anunciator Panel harus diletakkan pada area yang mudah dapat dilihat oleh Petugas atau Manajemen Bangunan sesuai aturan/persyaratan/ketentuan yang harus dipenuhi dalam hal penempatan peralatan system perlawanan kebakaran.

5.2.3 Kontraktor harus berkonsultasi dengan DIREKSI PENGAWAS/MK dan Perencana

Arsitektur/Interior dalam hal penempatan unit FACP atau sesuai keinginan Pemberi Tugas. 5.2.4 Peralatan Pendeteksi

Pendeteksi operasi peralatan yang disupervisi disesuaikan dengan jenis dan kerja dari peralatannya. Peralatan pendeteksian disesuaikan berdasarkan kondisi area/ruang/tempat, yaitu terdiri, a. Rate of rise and fixed temperature detector, fixed temperature detector, ionization smoke

detector, gas detector dan manual station untuk mendeteksi kebakaran dalam ruangan.

b. Water level kontrol untuk mendeteksi kondisi air dalam ground reservoir dan bahan bakar dalam tanki bahan bakar.

c. Flow switch untuk mendeteksi adanya aliran air dalam pipa, system sprinkler.

5.3 Kemampuan Operasi

Bab VI. Spek Tek E.5. Sistem Fire Alarm VI - E. 5 - 3

5.3.1 Ketentuan Umum 5.3.1.1 Sistem harus mampu melakukan fungsi monitoring,

a. kejadian atau kondisi ruang/tempat yang dilengkapi dengan peralatan deteksi yang sesuai dengan tujuan penggunaannya,

b. Kondisi operasi peralatan yang disupervisi.

5.3.1.2 Sistem harus mampu melakukan fungsi Alerting dan Signaling yaitu bila terjadi kondisi yang

tidak normal, maka sistem secara otomatis akan memberikan tanda tanda tertentu. 5.3.1.3 Sistem harus mampu melakukan fungsi Controlling yaitu meng -operasikan semua sistem

yang dikontrolnya. Pengoperasian tersebut harus dapat dilaksanakan dengan cara, a. Secara otomatis berdasarkan kejadian artinya apabila sistem mendeteksi adanya ketidak

wajaran maka secara otomatis sistem menjalankan fungsi pengontrolan sebagai contoh apabila sistem mendeteksi adanya asap pada suatu ruangan, maka sistem akan otomatis memberikan tanda alarm.

b. Secara manual melalui pusat kontrol.

5.3.1.4 Pengoperasian seperti dijelaskan diatas harus dapat diprogram sesuai kebutuhan. 5.3.1.5 Fire Detection dan Signaling

a. Dari Pusat Kontrol, harus dapat diprogram (maupun dikerjakan secara manual) perintah pengoperasian sistem. Adanya indikasi bahaya kebakaran dan bekerjanya Control Point pada masing masing zone, dapat dimonitor/direkam oleh Fire Alarm Control Panel dan ditandai dengan adanya indicator cahaya maupun alarm bunyi.

b. Dari pusat kontrol harus dapat dimonitor adanya 'ketidak wajaran operasi sistem' baik

pada bagian-bagian instalasi, power supply, monitor point, batere maupun pusat kontrol sendiri.

c. Setelah pusat kontrol menerima Signal dari Initiating Devices, maka harus mampu

(secara otomatis) memberikan perintah Tripping kepada Circuit Breaker di Panel setiap lantai yang memberikan indikasi signal kebakaran, perintah pengoperasian fire hydrant pump, perintah pengoperasian smoke vestibule ventilator dan firedamper extract fan dan lain-lain.

d. Di pusat kontrol harus disediakan fasilitas pesawat telepon khusus yang secara otomatis

langsung akan terhubung dengan Fire Brigade Tata Kota (jika keadaan memungkinkan) apabila terjadi indikasi bahaya kebakaran.

e. Pada lantai yang dianggap perlu sesuai permintaan Pemberi Tugas/sesuai gambar

rancangan disediakan Annunciator Panel yang menunjukkan lokasi/zone terjadinya bahaya kebakaran.

f. Dari pusat kontrol harus dapat diprogram secara otomatis atau secara manual untuk

malakukan general alarm ke seluruh ruangan/ lantai/ gedung/zone pengindera kebakaran.

5.3.2 Pemutusan Aliran Listrik 5.3.2.1 Pada saat terjadi indikasi bahaya kebakaran, maka dari pusat kontrol harus dapat dikirim

sinyal kontrol untuk pemutusan aliran listrik terhadap zone yang memberikan indikasi kebakaran.

5.3.2.2 Pemutusan aliran listrik ini dilaksanakan melalui fasilitas 'Motorized Unit' yang dipasang pada

sisi incoming panel pada jaringan Sistem Distribusi Listrik. 5.3.2.3 Pengontrolan Peralatan Bantu Evakuasi

a. Pengontrolan Pintu Darurat

Bab VI. Spek Tek E.5. Sistem Fire Alarm VI - E. 5 - 4

Pintu darurat harus dilengkapi dengan electric strike dan sensor unit sehingga dari pusat kontrol dapat dimonitor kondisi pintu tersebut, sedangkan pada saat terjadi kebakaran, pintu tersebut dapat dibuka secara remote dari pusat kontrol.

b. Pengontrolan Voice Communication

Sistem dilengkapi dengan peralatan Telepon Emergency. Pada keadaan normal, alat komuunikasi tersebut tidak bekerja; sedangkan pada saat terjadi kebakaran, pusat kontrol akan mengaktifkan alat komunikasi tersebut. (Peralatan ini digunakan untuk memberi petunjuk kepada Sentral Fire Alarm tentang kondisi kebakaran melalui sarana telephone emergency.

c. Pengontrolan Lift Kebakaran

Pada keadaan kebakaran, sistem akan mengontrol semua lift untuk turun ke lantai yang paling bawah dan pintunya membuka. Setelah beberapa menit, sistem dapat mengontrol lift kebakaran untuk dapat dioperasikan kembali.

d. Monitor Kondisi Air pada Ground Reservoir

Dari pusat kontrol harus dapat dimonitor kondisi air dalam ground reservoir. Pelaksanaan monitoring ini dilakukan dengan pemasangan water level control di ground reservoir.

5.4 Pusat Kontrol 5.4.1 Ketentuan Dasar 5.4.1.1 Pusat kontrol dan annunciator panel yang digunakan adalah Multi Zone Solid State Micro

Processor dengan Presignal type yang bekerja pada sistem tegangan rendah (24 Volt DC) dan tetap berope-rasi dengan normal pada operating temperature 0 - 40 oC.

5.4.1.2 Digunakan peralatan-peralatan dengan sistem module (standard) yang ditempatkan di dalam

Enclosure/Box. Kabel untuk merangkai module harus Factory Made dan hubungannya secara 'solderless'.

5.4.1.3 Pusat Kontrol dan annuniator panel dapat bekerja secara 'silenceable' maupun 'non

silenceable' untuk Alarm Signal Output dan Trouble Signal Output. 5.4.1.4 Wiring ke semua Initiating Devices (Monitor Point), Alarm Devices dan Releasing Devices

(Control Point) harus dilengkapi dengan alat-alat supervisi secara elektris, untuk melihat adanya troubles yang terjadi melalui Pusat Kontrol dan interface unit. Trouble yang perlu dideteksi yaitu Short Circuit, Open Circuit dan Ground Fault.

5.4.1.5 Pusat Kontrol harus dilengkapi dengan switchswitch kontrol untuk reset silence switch, alarm

lamp test switch, AC power failure switch, batere equalizer normal switch dan beberapa switch kontrol yang tidak disebutkan di sini (sesuai dengan produk terpilih).

5.4.2 Power Supply 5.4.2.1 Catu Daya Primer menggunakan sistem tegangan 220V - AC, 50 Hz, 1 phasa, sistem 3 kawat

dan dilengkapi dengan 'Electronics Voltage Stabilizer' sehingga fluktuasi tegangan sumber berada pada batas kerja Pusat Kontrol dan interface unit.

5.4.2.2 Pusat Kontrol dan interface unit dilengkapi dengan standby battery unit (24V-DC) jenis Sealed

Acid Battery, rechargeable yang dilengkapi dengan Chargernya. 5.4.2.3 Jika Primary Supply mengalami kegagalan, maka secara otomatis beban akan dilayani oleh

Stand by Battery. 5.4.2.4 Stand by Battery harus mampu melayani sistem selama 24 jam dalam Normal Operation dan

ditambah 30 menit dalam keadaan alarm (terjadi bahaya kebakaran).

Bab VI. Spek Tek E.5. Sistem Fire Alarm VI - E. 5 - 5

5.4.3 Peralatan Indikasi Alarm 5.4.3.1 FACP harus mempunyai lampu-lampu indikator untuk memberitahu-kan kepada Operator

tentang apa yang terjadi. 5.4.3.2 Indikator True Alarm

a. Lampu indikator berwarna merah

Menandakan adanya initiating device yang aktif. Dari lampu indikator yang menyala, juga dapat diketahui initiating device dari zone mana yang sedang aktif.

Menandakan bahwa alarm devices pada zone yang sedang aktif tersebut juga telah berbunyi/menyala.

Menandakan bahwa pemutusan daya listrik telah beroperasi. Menandakan bahwa Smoke Vestibule Ventilator telah bekerja. Menandakan bahwa fire hydrant pump telah bekerja. Indikasi False Alarm,

b. Lampu indikator berwarna kuning

Menandakan adanya trouble seperti: short circuit, open circuit dan lain-lain. Dalam kondisi seperti ini juga harus dapat diketahui mengenai wiring pada bagian mana yang mengalami trouble.

Menandakan tegangan stand by battery lebih rendah dari harga yang diijinkan. Menandakan catu daya primer mengalami kegagalan.

5.4.3.3 Indikasi Power Supply On

Lampu indikator berwarna hijau, menandakan bahwa catu daya primer dalam keadaan normal.

5.4.4 Konstruksi Enclosure 5.4.4.1 Enclosure harus merupakan Factory made dimana pintu enclosure dilengkapi dengan kunci. 5.4.4.2 Khusus untuk switch-switch kontrol diberi pintu khusus yang di lengkapi dengan kunci,

sehingga jika akan dilakukan pengontrolan dari switch control tersebut tidak perlu membuka seluruh pintu enclosure.

5.4.4.3 Enclosure harus dilapisi dengan cat dasar dan diberi cat akhir dengan warna merah enamel. 5.4.4.4 Pemasangan enclosure secara wall mounting dengan tata letak/ penyusunan disesuaikan

atau dikoordinasikan dengan modul ruang kontrol dan peralatan lain yang ada di ruangan tersebut.

5.4.5 Kelengkapan Tambahan Sistem

a. Peralatan Recording yang terdiri dari Dot Matrik Printer. b. Peralatan Monitoring yang terdiri dari LCD Display. c. Peralatan hand set telephone emergency sebanyak 5 buah. d. Peralatan lain sesuai dengan fungsi sistem seperti dalam gambar rancangan, dan bila

dipersyaratkan adanya peralatan tambahan yang harus dilengkapi sesuai merk yang telah ditentukan, merupakan kewajiban Kontraktor untuk melengkapi tanpa adanya biaya tambahan.

5.5 Peralatan Pendeteksi (Iniating Devices) 5.5.1 Ketentuan Dasar 5.5.1.1 Initiating Devices yang digunakan terdiri dari Automatic Initiating Devices dan Manual Initiating

Devices dimana Automatic Initiating Devices yang digunakan terdiri dari Ionization Smoke

Bab VI. Spek Tek E.5. Sistem Fire Alarm VI - E. 5 - 6

Detector, Combination Rate of Rise and Fixed Temperature Detector dan Fixed Temperature Detector dan Gas detector.

5.5.1.2 Manual Initiating Devices yang digunakan jenis Break glass dan Pre-Signal Alarm. 5.5.1.3 Rangkaian Initiating Devices yang digunakan jenis surface mounting. 5.5.1.4 Rangkaian Initiating Devices harus menggunakan End of Line Resis-tance (EOLR) yang

ditempatkan dalam Electrical Box (metal doos) atau sesuai dengan Rekomendasi dari pabrik pembuat.

5.5.1.5 Detektor Asap

a. Ionization Smoke Detector digunakan harus jenis Completely Solid State, pengionisasiannya menggunakan bahan radioaktif berkadar rendah dengan sistem 2 ruang ionisasi (two ionization chamber) sehingga sensitivity deteksinya stabil walaupun terjadi perubahan kondisi lingkungan.

b. Ionization Smoke Detector harus mempunyai switch untuk mengatur tingkat sensitivitas (2 posisi) dan mempunyai indikator alarm (LED) yang menyala jika kondisi alarm.

c. Ionization Smoke Detector harus mampu mendeteksi daerah kebakaran (detector

coverage area) minimal seluas 80 M2 pada ketinggian ceiling 4,5 M. d. Ionization Smoke Detector bekerja pada tegangan nominal sebesar 24 Volt dan tetap

bekerja normal pada tegangan kerja + 25% di atas nominal. e. Ionization Smoke Detector harus mampu bekerja dengan normal pada kondisi temperatur

kerja 0 - 60 0 C, Air Velocity 90 M/menit dan Relative Humidity 95 %. f. Kontraktor harus mengatur posisi pemasangan Ionization Smoke Detector sehingga

sistem pendeteksi kebakaran bekerja dengan tepat dan LED Alarm terlihat dengan jelas dari arah pintu masuk.

5.5.1.6 Detektor Manual

a. Manual Initiating Devices atau Manual Alarm Station yang digunakan jenis Pre Signal Alarm dimana Manual Initiating ini juga dilengkapi dengan kunci untuk General Alarm.

b. Manual Initiating Devices yang digunakan jenis Pulling Handle dengan Break glass Cover

atau jenis lain sesuai dengan merk yang dipilih. c. Kontraktor harus menyediakan Glass Cover sebanyak 20% dari jumlah Manual Initiating

Devices yang terpasang untuk spare. d. Manual Initiating Devices harus tetap dapat dioperasikan dengan baik pada temperatur

operasi 0 – 60 oC dan pada Relative Humidity 95%. e. Manual Initiating Devices dari bahan metal difinish dengan cat merah enamel, dipasang

pada dinding secara inbow dengan menggunakan doos (sesuai dengan Rekomendasi dari pabrik). Sedangkan yang dipasang pada kolom-kolom beton menggunakan Surface Mounting Box menggunakan box khusus untuk Manual Initiating Devices sesuai dengan merk yang dipilih.

5.5.1.7 Detektor Panas

a. Rate of Rise and Fixed Temperature Detector yang digunakan mempunyai Rate of Rise Setting sebesar 8 oC/menit dan fixed temperature setting 56 oC.

b. Rate of Rise and Fixed Temperature Detector harus mampu men deteksi di dalam suatu

ruangan minimal seluas 40M2 pada ketinggian ceiling 4,5 M.

Bab VI. Spek Tek E.5. Sistem Fire Alarm VI - E. 5 - 7

5.5.1.8 Persyaratan Pemasangan

a. Pemasangan Initiating Devices harus menggunakan doos sesuai petunjuk pabrik pembuat dan lokasinya disesuaikan dengan lokasi boks hidrand seperti gambar rancangan.

b. Heat Detector Pemasangan Heat Detector setiap 40 M, minimum 1 (satu) buat detector dan jarak maximum dari dinding 4,4 M. Pemasangan Heat Detector langsung menempel pada plafond/beton.

c. Smoke Detector Pemasangan Smoke Detector setiap 80 M, minimum 1 (satu) detector dan jarak maximum ke dinding 6,7 M. Jarak pemasangan Smoke Detector ke plafond minimal 30 mM dan maksimal 200 mM.

5.6 Peralatan Tanda Alarm 5.6.1 Ketentuan Dasar 5.6.1.1 Alarm Devices yang digunakan terdiri dari Audible Alarm Devices dan Visual Alarm Devices. 5.6.1.2 Audible Alarm Devices yang digunakan terdiri dari Bell (buzzer) sedang Visual Alarm Devices

digunakan Flashlight Lamp. 5.6.1.3 Semua rangkaian Alarm Devices harus menggunakan/dipasang EOLR walaupun di dalam

Gambar rancangan tidak ditunjukkan dengan nyata dan EOLR harus ditempatkan di dalam doos terminal.

5.6.2 Alarm Suara (Audible Alarm) 5.6.2.1 Alarm suara yang digunakan berupa Bell 24V DC atau 220V AC. 5.6.2.2 Bell mempunyai Sound Level kira-kira 115 dB pada jarak 1 M pada tegangan kerja masing-

masing/minimum dapat didengar oleh manusia pada titik terjauh. 5.6.2.3 Bell harus dapat bekerja pada tegangan nominal dan harus tetap dapat bekerja pada

tegangan + 25% di atas nominal. 5.6.2.4 Boks Alarm Bell harus dibuat Corrosion Proof dicat warna enamel dan didisain untuk

pemasangan di dalam ruangan menyatu dengan boks hydrand seperti ditunjukan dalam gambar rancangan.

5.6.2.5 Dilengkapi kabel tahan api (Flexible Fire Resistance) untuk sumber daya listriknya. 5.6.3 Alarm Cahaya ( Visual Alarm ) 5.6.3.1 Visual Alarm Devices yang digunakan dari jenis High Intensity Flash Lighting dengan nyala

lampu berwarna merah. 5.6.3.2 Visual Alarm jenis Electronic Flashing dengan menggunakan kapasi-tor sebagai penyimpan

muatan listrik. 5.6.3.3 Visual Alarm harus dapat bekerja pada kondisi tegangan sebesar + 25% di atas tegangan

nominalnya. 5.6.3.4 Daya Flash Light 15 W dengan kecepatan 60 flash/menit. 5.6.4 Paralel Lampu Indikasi 5.6.4.1 Dalam keadaan normal lampu indikator tidak menyala dan harus secara otomatis dapat

menyala pada saat terjadi indikasi kebakaran.

Bab VI. Spek Tek E.5. Sistem Fire Alarm VI - E. 5 - 8

5.6.4.2 Lampu indikator dilengkapi 'push button' untuk pengetesan lampu. 5.6.4.3 Kontraktor sebelum melaksanakan pemasangan harus menyerahkan contoh material tersebut

untuk mendapatkan persetujuan dari DIREKSI PENGAWAS/MK, karena dalam penempatannya terkait dengan pekerjaan lain yaitu pekerjaan Arsitektur/Interior.

5.6.5 Persyaratan Pemasangan 5.6.5.1 Dalam pemasangan, Visual Alarm, Audible Alarm Devices (Horn) dimasukan dalam boks

hydrand atau ditentukan lain berdasarkan persetujuan dari Pemberi Tugas melalui DIREKSI PENGAWAS/MK.

5.6.5.2 Pemasangan Alarm Devices harus sesuai dengan persyaratan pemasangan yang telah

ditetapkan atau berdasarkan petunjuk pemasangan yang dikeluarkan oleh merk yang telah disetujui,

5.6.5.3 Ukuran 119 x 119 x 54 (mM) atau ukuran lain sesuai dengan produk yang dipilih. 5.7 Kabel Instalasi 5.7.1 Persyaratan Pengerjaan 5.7.1.1 Kabel untuk keperluan Emergency Call (Voice Communication) semua wiring (kabel) instalasi

baik yang ada di dalam FACP maupun di luar panel kontrol harus menggunakan kabel jenis NYAFHY sesuai gambar rancangan.

5.7.1.2 Kecuali instalasi untuk control point, Terminal Tripping, Telephone emergency, electric strike,

fire damper, extrac fan dan semua instalasi ke circuit yang ada menggunakan kabel jenis isolasi PVC dengan ukuran luas penampang kabel minimal 1,5 mM2 atau sesuai rekomendasi dari produk terpilih.

5.7.1.3 Instalasi untuk control point, Terminal Tripping, Telephone emergency, electric strike, fire

damper, extract fan menggunakan jenis kabel tahan api (Flexible Mineral Insulated) dengan ukuran luas penampang sesuai dengan rekomendasi dari pabrik pembuat alat.

5.7.1.4 Semua kabel instalasi, kecuali untuk kabel jenis tahan api harus dimasukkan dalam conduit

High Impact atau RSC thickwall untuk instalasi expose yang sesuai (minimal 3/4"). 5.7.1.5 Semua instalasi harus dilengkapi dengan kabel supervisi atau harus memenuhi instalasi

sistem pengindera kebakaran kelas A., sehingga Kontraktor harus diperhatikan dalam pemilihan jumlah kabel untuk setiap titik instalasi sesuai standard yang telah ditetapkan.

5.7.1.6 Instalasi Penunjang

Persyaratan teknis mengenai instalasi penunjang seperti konduit, sparing, rak kabel dan lainnya sama dengan persyaratan penunjang untuk instalasi daya listrik.

5.8 Sistem Pembumian Untuk Pengaman 5.8.1 Ketentuan umum 5.8.1.1 Yang dimaksud dengan sistem pembumian untuk pengaman adalah pembumian dari badan-

badan peralatan listrik atau benda-benda di sekitar instalasi listrik yang bersifat konduktif dimana pada keadaan normal benda-benda tersebut tidak bertegangan, tetapi dalam keadaan gangguan seperti hubung singkat phasa ke badan peralatan kemungkinan benda-benda tersebut menjadi bertegangan.

5.8.1.2 Sistem pembumian ini bertujuan untuk keamanan/keselamatan manusia dari bahaya

tegangan sentuh pada saat terjadinya gangguan.

Bab VI. Spek Tek E.5. Sistem Fire Alarm VI - E. 5 - 9

5.8.1.3 Semua badan peralatan atau benda-benda di sekitar peralatan yang bersifat konduktif harus dihubungkan dengan sistem pembumian ini.

5.8.1.4 Ketentuan ketentuan lain harus sesuai dengan PUIL, SPLN dan standard-standard lain yang

diakui di Negara Republik Indonesia. 5.8.2 Konstruksi 5.8.2.1 Sistem pembumian terdiri dari grounding rod, kabel penghubung antara benda-benda yang

diketanahkan dan peralatan bantu lain yang dibutuhkan untuk kesempurnaan sistem ini. 5.8.2.2 Grounding rod dari sistem pembumian terbuat dari pipa GIP dan tembaga dengan konstruksi

seperti Gambar Perencanaan. 5.8.2.3 Konduktor penghubung antara peralatan (yang digrounding) dengan grounding rod terbuat

dari 'bare copper conductor' atau kabel berisolasi sesuai dengan Gambar Perencanaan. 5.8.2.4 Tahanan sistem pembumian sedemikian rupa sehingga tahanan sentuh yang terjadi harus

lebih kecil dari 45 Volt. 5.8.3 Pemasangan 5.8.3.1 Grounding rod harus ditanam langsung dalam tanah dengan bagian grounding rod yang

tertanam di dalam tanah minimum sepanjang 6 M dan masing masing titik grounding rod mempunyai tahanan tidak lebih dari 1 Ohm.

5.8.3.2 Grounding rod harus ditempatkan di dalam bak kontrol yang ter- tutup. Tutup bak kontrol

harus mudah dibuka dan dilengkapi dengan handle. Bak kontrol ini mempunyai fungsi sebagai tempat terminal penyambungan dan tempat pengukuran tahanan pembumian grounding rod. Ukuran bak kontrol harus sesuai dengan Gambar Perencanaan.

5.8.3.3 Hantaran pembumian harus dipasang sempurna dan cukup kuat menahangangguan mekanis. 5.8.3.4 Penyambungan bagian bagian hantaran pembumian yang tertanam di dalam tanah harus

menggunakan sambungan las sedangkan penyambungan dengan peralatan yang diketanahkan harus menggu-nakan mur-baut atau sesuai dengan Gambar rancangan.

5.8.3.5 Penyambungan hantaran pembumian dengan grounding rod harus menggunakan mur baut

berukuran M-10 sebanyak tiga titik. Penyambungan ini dilakukan di dalam bak kontrol. 5.8.3.6 Ukuran hantaran pembumian harus sesuai dengan yang tercantum di dalam Gambar

rancangan.

Bab VI. Spek Tek M.1. Penghawaan VI - M.1 - 1

BAB VI. M.1

M.1. SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN MEKANIKAL & ELEKTRIKAL

Pasal M - 1 Pekerjaan Sistem Penghawaan

1 Persyaratan Teknis 1.1 Lingkup Pekerjaan

Kontraktor harus menawarkan seluruh lingkup pekerjaan yang di- jelaskan baik dalam spesifikasi teknis ini ataupun yang terteram dalam gambar perencanaan, dimana bahan-bahan dan peralatan yang digunakan sesuai dengan ketentuan pada spesifikasi . Bila ternyata terdapat perbedaan antara spesifikasi bahan dan atau peralatan yang dipasang dengan spesifikasi teknis yang diper-syaratkan pada pasal ini, merupakan kewajiban Kontraktor untuk mengganti bahan atau peralatan tersebut sehingga sesuai dengan ketentuan pada pasal ini tanpa adanya ketentuan tambahan biaya. Lingkup pekerjaan yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1.1.1 Sistem distribusi dan ekstraksi udara beserta seluruh peralatan bantunya secara lengkap dengan

peralatan utama menggunakan exhaust fan type inline Centrifugal yang dilengkapi pembungkus peredam suara (soundproof).

1.1.2 Pengadaan dan pemasangan Saluran Udara Fresh Air dan Exhaust dari toilet masing – masing

kamar mandi dan koridor dengan zone area seperti gambar perencanaan. 1.1.3 Peralatan bantu/pendukung lainnya yang diperlukan untuk kesem-purnaan kerja sistem, meskipun

peralatan tersebut tidak disebutkan secara jelas atau terinci di dalam Gambar Perencanaan dan Persyaratan Teknis.

1.1.4 Pekerjaan balancing, testing dan commisioning terhadap seluruh sistem sehingga dapat bekerja

dengan baik sesuai fungsinya. 1.2 Kondisi Dan Operasi Sistem 1.2.1 Exhaust Fan Inline Centrifugal. 1.2.1.1 Ketentuan Umum,

a. Unit harus dipilih dengan laju aliran udara yang mampu menga-tasi beban kerja seperti yang dicantumkan pada gambar skedul peralatan.

b. Pada saat pengajuan usulan tipe dan kapasitas Fan, Kontraktor harus sudah memperhitungkan

segala kemungkinan adanya penurunan kapasitas terhadap pertambahan static pressure sebagai akibat dari static pressure loss pada diffuser atau grille atau atau filter atau damper dan/atau peralatan lain di dalam saluran udara sesuai dengan yang akan dipasang.

1.2.1.2 Konstruksi,

a. Harus dari jenis Adjustable Pitch Axial-flow Fan factory adjusted dan fixed pada sudut tertentu sesuai dengan kebutuhan.

b. Form of running dengan motor berada pada sisi hulu dari arah aliran udara.

1.2.1.3 Impeller,

a. Harus dari bahan die-cast aluminium alloy dengan kekuatan sesuai standard ARI atau standard lain yang setaraf yang disetujui.

b. Harus seimbang secara dinamis maupun statis. c. Kipas harus dari jenis Airfoil atau Aerofoil. d. Harus direct coupled dengan motor penggeraknya.

1.2.1.4 Casing,

Bab VI. Spek Tek M.1. Penghawaan VI - M.1 - 2

a. Harus dari bahan hot dip galvanized cold-rolled steel dicat anti korosi dengan bahan chlorinated

rubber paint. b. Casing dari jenis long-type casing yang menutupi impeller dan motor. c. Dilengkapi bell-mouth inlet and fan outlets untuk sambungan dengan saluran udara.

1.2.1.5 Motor,

a. Dari jenis non-ventilated squirrel-cage induction type, dust- grease-corrosion-proof motor dengan insulation class F.

b. Dapat digunakan untuk menghisap udara pada temperatur yang berkisar antara 50 - 75 0C. 1.2.2 Peralatan Kontrol Otomatis 1.2.2.1 Ketentuan Umum,

a. Seluruh peralatan kontrol yang digunakan harus dari buatan pabrik yang sama. b. Peralatan dalam satu rangkaian kerja sistem kontrol harus sesuai (match) antara satu dengan

lainnya atau sesuai secara elektris terutama terhadap impedansi pada jenis peralatan yang menggunakan prinsip jembatan Wheatstone.

c. Komponen-komponen yang disatukan (assy) harus sesuai satu dengan lainnya secara mekanis maupun elektris.

d. Seluruh peralatan harus dapat beroperasi pada arus bolak balik dengan tegangan 240 VAC kecuali dinyatakan lain.

1.3 Persyaratan Pemasangan 1.3.1 Ketentuan Umum, 1.3.1.1 Pada saat peralatan/unit mesin yang dipesan oleh Kontraktor tiba di tapak, segera harus dilakukan

pembongkaran peti pembungkus atau container dengan disaksikan bersama. 1.3.1.2 Kontraktor bertugas membuat dan mengisi check-list untuk pemeriksaan dan diserahkan kepada

DIREKSI, untuk ketentuan lebih detail tentang hal ini diatur oleh DIREKSI. 1.3.1.3 Apabila dalam pemeriksaan visual di atas ditemukan kerusakan fisik terhadap peralatan, maka

segala penggantian/perbaikan dan lain- lainnya diatur oleh DIREKSI. 1.3.1.4 Khusus untuk kerusakan pada lapisan cat, Kontraktor harus melakukan perbaikan dengan

melakukan cat ulang dengan kualitas pengecatan yang paling tidak harus sama, dimana sebelumnya harus dilakukan pembersihan yang sempurna (dengan sikat kawat, degreasing liquid dan sebagainya).

1.3.1.5 Segala sesuatu yang timbul sebagai akibat dari uraian di atas menjadi tanggungan dan atas beban

biaya Kontraktor yang bersangkutan. 1.3.2 Pemasangan Unit Fan Inline Centrifugal, 1.3.2.1 Penyambungan instalasi kabel daya, kabel kontrol dan instalasi ducting disesuaikan dengan

persyaratan pabrik, bila terjadi ketidak sesuaian dengan Dokumen Kontrak, sehingga dapat mengakibatkan terganggunya operasi, pemborong harus mengajukan gambar kerja (shop drawing) untuk disetujui oleh DIREKSI.

1.3.2.2 Unit mesin fan harus dilengkapi rumah seperti gambar perencanaan agar tidak terjadi noise disekitar

area koridor. 1.3.2 Pengujian Kriteria Kebisingan (Noise Criteria), 1.3.2.1 Pengukuran dilakukan terhadap Tingkat Tekanan Suara dalam satuan ukuran atau skala 'weighing'

decible (dBCA) pada berbagai pita frekuensi sehingga dapat dibuat kurva Noise Criteria. 1.3.2.2 Hasil pengukuran harus dilaporkan dalam bentuk hasil pengukuran dan diplot pada NC chart.

Bab VI. Spek Tek M.1. Penghawaan VI - M.1 - 3

1.3.2.3 Apabila NC melebihi angka-angka perancangan seperti pada pasal terdahulu, maka Kontraktor harus menambahkan beberapa pere-dam suara pada saluran udara, misalnya duct acoustic lining disekitar dacting pembungkus fan.

1.3.3 Pengujian Operasi Sistem, 1.3.3.1 Pengujian ini dilakukan setelah seluruh peralatan atau sistem diuji dan dibersihkan, dan telah

menjalani 'trial-run' selama 3 x 24 jam. 1.3.3.2 Pengujian ini dimaksudkan untuk sekaligus menguji kemampuan sistem dengan dioperasikan secara

terus menerus selama 6 x 24 jam. 1.3.3.3 Pada saat pengujian ini Kontraktor harus melakukan bersama dan atas petunjuk, hal yang diuji

adalah berikut : a. Mengamati seluruh sistem saluran udara. b. Mengamati kerja sistem kontrol. c. Mengamati kerja Fan dalam sistem ventilasi. d. Memperbaiki segala hal yang masih belum beroperasi dengan semestinya dan bila terdapat

getaran atau noise yang berlebihan dan segala hal yang menurut DIREKSI perlu diadakan perbaik-kan/penyempurnaan.

1.3.4 Laporan Pengujian, 1.3.4.1 Menggunakan formulir-formulir yang dicantumkan dalam buku 'SMACNA, Testing and Balancing of

Air Conditioning System' dan/atau buku 'NEBB', National Engineering Balancing Bureau. 1.3.4.2 Segala kebutuhan untuk hal tersebut diatas menjadi tanggung jawab Kontraktor yang bersangkutan

baik dalam segi pengadaan buku asli, hasil fotokopi formulir dan pengisiannya sehingga merupakan hasil pengujian yang baik.

1.3.5 Pemberian Tanda-Tanda Penyetelan (Marking),

Setelah seluruh sistem bekerja dengan baik, lancar dan sesuai dengan fungsinya, Kontraktor harus memberi tanda-tanda pada splitter damper, volume damper dan peralatan pengatur serta pengukur lainnya dengan cara-cara yang disetujui DIREKSI.

1.4 Pekerjaan Ducting Saluran Udara 1.4.1 Persyaratan Bahan 1.4.1.1 Saluran persegi empat Pelat Baja Lapis Seng (BjLS)

a. Digunakan untuk saluran udara exhaust dari ruangan toilet tiap kamar hotel/penginapan yang dapat menimbulak bau.

b. Daftar penggunaan bahan untuk saluran dengan kecepatan udara tidak lebih besar dari 2000

fpm dan tekanan statik tidak lebih besar dari 2 inWG, menggunakan bahan yang sesuai dengan tabel di bawah ini,

Sisi terpanjang Saluran ( Inch)

Tebal Plat (mM2)

Ukuran BjLS (SII standart )

Lapisan Seng Galvanis (g/M2)

S/d 12 “ 13“ – 18” 19“ – 30” 31’ – 40”

40” ke atas

0,60 0,70 0,80 0,90 1,00

BjLS.60-K BjLS.70-K BjLS.80-K BjLS.90-K

BjLS.1000K

305 305 305 305 305

Standard mutu bahan adalah SII.0137-80. 1.4.1.2 Lubang Pengujian

a. Harus disediakan lubang-lubang pengujian sesuai dengan tem-pat-tempat yang diberi notasi pada gambar dan tempat-tempat lainnya yang dipandang perlu sesuai dengan kondisi di lapangan.

Bab VI. Spek Tek M.1. Penghawaan VI - M.1 - 4

b. Lubang pengujian harus ditempatkan pada daerah dengan aliran turbulen yang sekecil mungkin.

c. Lubang pengujian dibuat dengan melubangi saluran udara pada sisi-sisinya dengan diameter

50 mM, mengelilingi saluran udara pada setiap jarak seperti yang ditentukan oleh SMACNA. d. Lubang tersebut diberi tutup dari bahan karet penutup sehingga kedap udara dan dapat dibuka

dengan mudah bila diperlukan. e. Apabila mesin yang dipasang oleh Kontraktor dapat menyebab-kan atau menyebabkan Noise-

Criteria di luar batas yang ditentu-kan di atas maka Kontraktor harus menyesuaikan panjang lining akustik yang dipasang dengan kebutuhan berdasarkan hasil perhitungan/pemeriksaan tersebut.

f. Ukuran saluran udara pada bagian yang dipasang lining akustik harus diperbesar dengan ditambahkan tebal lapisan lining akustik, terhadap ukuran pelat baja saluran yang tercantum pada gambar perancangan.

1.4.2 Persyaratan Pemasangan 1.4.2.1 Pemasangan saluran udara

a. Segala yang tercantum pada gambar adalah gambar peranca-ngan dan bukan merupakan gambar untuk pelaksanaan seperti definisi gambar yang dijelaskan di depan.

b. Kontraktor harus memperhitungkan adanya jalur-jalur instalasi lain pada daerah jalur saluran udara terutama jalur pemipaan dan fixture penerangan.

c. Seluruh saluran udara harus dibuat dari pelat BjLS yang baru dan bersih/bebas dari karat atau cacat-cacat lainnya dan berasal dari tempat penyimpanan yang dilindungi atap dan dinding.

d. Dimensi yang ditulis/disebut dalam gambar maupun buku spesifikasi adalah ukuran bersih sisi dalam saluran, dengan demikian untuk saluran dengan infill lining harus diberikan koreksi terhadap dimensi saluran baja tersebut.

e. Dinding saluran udara harus bebas dari gelombang maupun gelembung-gelembung setempat, untuk itu pemotongan dan penekukan/lipatan pelat harus dibuat dengan mesin (mesin potong pelat atau mesin tekuk).

f. Perubahan ukuran dan belokan,

- Selama tidak dinyatakan lain, setiap perubahan ukuran saluran udara harus dibuat taper/konis dg kemiringan 15 0 atau maksimum 1: 5.

- Belokan harus dibuat dengan r/d= 1.5, kecuali bila tidak memungkinkan, boleh dibuat dengan konstruksi belokan pa-tah dan dilengkapi dengan turning vanes, dengan seijin DIREKSI.

g. Pembersihan saluran udara,

- Pembersihan saluran udara harus dilakukan sebelum outlet terminal dipasang dan sebelum ceiling dan carpet pada Pekerjaan Finishing dipasang.

- Sebelum fan dijalankan, saluran udara harus dibersihkan dari segala kotoran yang melekat, debu, lemak, bekas-bekas pengerjaan dan segala jenis kotoran lainnya.

- Selama pekerjaan berlangsung, saluran yang telah selesai dikerja- kan harus ditutup dengan rapat menggunakan pelat baja untuk menghindarkan kotoran masuk ke dalam saluran.

- Bila ditemukan kotoran yang cukup mengganggu maka saluran udara harus dibongkar untuk dibersihkan dan ke-mudian bila masih memungkinkan dapat dipasang kembali.

h. Perapat untuk saluran udara,

Seluruh sambungan pada saluran udara harus diberi perapat dari jenis fire resistant duct sealer untuk mendapatkan saluran udara yang kedap terhadap kebocoran. Sealant tersebut harus dioleskan pada saat fabrikasi.

i. Sambungan dan detail sambungan,

- Saluran udara harus dibuat dengan konstruksi mengikuti ketentuan yang dikeluarkan oleh SMACNA 'Sheet Metal and Air-Conditioning National Association' dengan detail kons-truksi seperti yang dicantumkan pada buku SMACNA 'Low Velocity Duct Construction Standard'.

Bab VI. Spek Tek M.1. Penghawaan VI - M.1 - 5

- Pemasangan semua peralatan di dalam saluran udara harus mengikuti ketentuan yang diberikan oleh SMACNA, seperti pada buku SMACNA, Duct liners Application Standards & Duct heaters Application Standards.

- Sambungan saluran udara dengan outlet-terminals harus benar-benar kedap udara, dengan bantuan sealant atau neoprene sponge rubber gasket pada sambungan tersebut.

- Semua slip-joint harus dibuat dengan arah yang sama ter-hadap arah aliran udara sehingga tidak menyebabkan turbulensi pada aliran udara.

j. Konstruksi saluran udara segi empat,

- Sambungan pelipit (seams),

Groove, Pittsburgh lock seams dan Slip joints harus diguna-kan pada seluruh sambungan saluran udara, kecuali di-nyatakan lain dalam buku ini maupun dalam gambar. Khusus untuk kitchen exhaust duct dan bath room exhaust duct, sambungan dibuat dengan solder atau dapat juga dengan sealing packing seams.

- Sambungan (connection) antara saluran.

Sambungan antara saluran harus dengan sambungan flange, dari bahan besi siku yang diikat dengan paku keling terhadap saluran udara, dan diberi sealing packing untuk menjamin kedap udara. Baja siku yang digunakan harus mengikuti ketentuan seperti tabel berikut :

Ukuran sisi Terpanjang

Saluran (inch)

Flange Saluran (inch)

Paku Keling

Baja Siku(mM)

Sambungan Dia (mM)

Pitch (mM)

Dia (mM)

Pitch (mM)

S/d 12 “ 13 – 18 “ 19 – 30 “ 31 – 42 “

42” keatas

15x25x3 30x30x3 40x40x3 40x40x3 40x40x5

1800 1800 1800 1800 1800

4.5 4.5 4.5 4.5 4.5

65 65 65 65 65

8.0 8.0 8.0 8.0 8.0

100 100 100 100 100

- Penguatan saluran udara

Baja siku atau pelipit yang digunakan untuk perkuatan saluran udara harus mengikuti ketentuan seperti pada tabel berikut ini : Perkuatan melebar (Width reinforcement).

Ukuran Sisi Terpanjang Saluran (Inch)

Standard Seam Reinforced Air Duct (mM)

Tinggi Seam Jarak Maks. s/d 12’

13 – 18” 25 25

1200 900

Ukuran Sisi Terpanjang Saluran (Inch)

Angle Steel Seam Reinforced Air Duct (mM)

Tinggi Seam Jarak Maks. 19 – 30” 31 – 42”

42” ke atas

30 x 30 x 3 40 x 40 x 5 40 x 40 x 5

900 900 900

Perkuatan arah memanjang (Longitudinal reinforcement)

Ukuran Sisi Terpanjang Saluran (inch)

Dimensi Siku (mM)

Standing Seam (mM)

70 – 88” 88” ke atas

40 x 40 5 40 x 40 x 5

1 perkuatan di tengah 2 perkuatan di tengah

1.4.3 Pekerjaan Penggantung dan Penumpu 1.4.3.1 Persyaratan Bahan

a. Prinsip,

Bab VI. Spek Tek M.1. Penghawaan VI - M.1 - 6

Untuk setiap jalur pemipaan, setiap jalur pekerjaan pelat atau sheet metal works dan peralatan/unit mesin fan harus diberi dudukan dalam bentuk penumpu atau penggantung atau inserts atau pengikat/brackets atau rangka dudukan atau peluncur atau lainnya sesuai dengan dudukan yang dibutuhkan sehingga kokoh berada pada posisinya.

b. Pemuaian dan penyusutan,

Penggantung harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menampung gerakan-gerakan akibat pemuaian dan penyusu-tan dan harus pula mampu memberikan kelonggaran terhadap gerakan-gerakan tersebut.

c. Saluran udara BjLS,

Diberi dudukan dengan penggantung atau penumpu seperti yang dijelaskan pada pasal selanjutnya.

d. Koordinasi,

Koordinasi kerja antar disiplin harus diperhatikan dengan seksama dalam pengertian bahwa penggantung/penumpu harus digunakan sesuai dengan fungsinya. Tidak diperkenankan misalnya menumpu pipa dengan penggantung ducting kecuali dinyatakan lain dalam gambar- gambar perancangan

1.4.3.2 Penggantung saluran udara,

a. Harus dari jenis channel/angle framing type trapezze hangers.

b. Dimensi baja kanal dan/atau baja siku harus mengikuti ketentuan seperti yang dicantumkan pada buku 'SMACNA'.

c. Rangka baja pembantu,

Penggantung atau penumpu bila perlu harus diberi rangka baja pembantu sebagai tempat pengikatan atau dudukan dari penumpu/penggantung tersebut.

d. Penahan Penggantung (Hanger support)

Penggantung pipa, ducting dan peralatan lainnya harus ditahan dengan cara-cara sesuai ketentuan berikut :

- Sebelum beton di cor, Penahan dibuat dari malleable iron insert yang dipasang sebelum beton dicor.

- Sesudah beton di cor, Penahan dibuat dari threaded insert yang dimasukkan ke dalam lubang pelat beton yang di bor.

- Penahan dibuat dari pelat berukuran 100x100x6 mM yang dipasang pada sisi atas pelat beton pracetak tersebut dan di bor sehingga menembus ke bawah, untuk kemudian diberi adukan beton, atau pelat 100x100x6 mM yang dilas ketulang-an/angker yang telah disediakan.

1.4.3.3 Persyaratan Pemasangan

a. Untuk hal-hal yang belum tercakup pada pasal-pasal terdahulu, harus dicari acuannya pada pasal persyaratan pelaksanaan.

b. Penumpu/penggantung harus dipasang pada jarak maks. sejauh 30 cM dari setiap elbow pada pemipaan horisontal.

c. Penumpu atau penggantung,

Harus dapat diatur ketinggiannya dalam batas-batas 40 mM setelah pipa dipasang.

d. Pipa vertikal harus diikat pada setiap lantai, khusus pada pipa air kotor (soil stack) harus diikat pada setiap lantai pada sisi pipe-hub.

Bab VI. Spek Tek M.2. Hydrant VI - M.2 - 1

BAB VI. M.2

M.2. SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN MEKANIKAL & ELEKTRIKAL

Pasal M - 2 Pekerjaan Sistem Perlawanan Kebakaran

(Hydrant dan Sprinkler) 2.0 Lingkup Pekerjaan 2.0.1 Kontraktor harus menawarkan seluruh lingkup pekerjaan yang di jelaskan baik dalam spesifikasi

teknis ini ataupun yang tertera dalam gambar-gambar perencanaan, dimana bahan-bahan dan peralatan yang digunakan sesuai dengan ketentuan pada spesifikasi teknis ini.

Bila ternyata terdapat perbedaan antara spesifikasi bahan dan atau peralatan yang dipasang dengan spesifikasi teknis yang dipersyarat-kan pada pasal ini, merupakan kewajiban Kontraktor untuk mengganti bahan atau peralatan tersebut sehingga sesuai dengan ketentuan pada pasal ini tanpa adanya ketentuan tambahan biaya. Lingkup pekerjaan yang dimaksud adalah sebagai berikut :

2.0.1.1 Pekerjaan meliputi pengadaan segala peralatan yang diperlukan berikut pemasangan secara

lengkap sehingga sistem dapat bekerja sesuai dengan peraturan yang berlaku. 2.0.1.2 Penggantian dan pemasangan Kotak Hydrant, tabung fire extinguisher berikut isinya, dan lainnya

secara lengkap yang ditempatkan di lokasi existing. 2.0.1.3 Unit Pompa Kebakaran termasuk panel kontrolnya menggunakan unit existing.

2.0.1.4 Pengadaan dan pemasangan sistem instalasi pemipaan sprinkler dan hidran, sedangkan pipa riser

menggunakan instalasi existing. 2.0.1.5 Pekerjaan lain yang masih termasuk dalam pekerjaan ini sesuai dengan Persayaratan Teknis dan

gambar perancangan. 2.0.1.6 Peralatan bantu dan pendukung yang diperlukan untuk kesempur-naan kerja sistem, meskipun

peralatan tersebut tidak disebutkan secara jelas atau terinci di dalam Gambar rancangan dan Persyaratan Teknis.

2.0.1.7 Pekerjaan testing dan comissioning terhadap seluruh sistem sehingga dapat bekerja dengan

baik sesuai dengan fungsinya. 2.1 Sistem Dan Persyaratan Operasi 2.1.1 Sistem perlawanan kebakaran dengan air yang diterapkan adalah automatic sprinkler wet-

pipe/riser dan standpipe hose system wet-pipe/riser. 2.1.2 Sistem perlawanan kebakaran dengan bahan kimia yang diterapkan dengan menggunakan tabung

APAR (Portable Fire-extinguisher) jenis Dry Chemical Multi Purpuse. 2.1.3.1.1 Air di dalam pipa selamanya dipertahankan untuk tetap bertekanan dengan bantuan automatic

jockey pump yang merupakan bagian dari sistem kerja otomatis dari automatic fire hydrant pumps set.

2.1.4 Standard yang diikuti

a. Surat keputusan Menteri Pekerjaan Umum No: 02/KPTS/1985, tentang ketentuan pencegahan dan penanggulangan kebakaran pada bangunan gedung.

b. Standard Konstruksi Bangunan Indonesia, SKBI c. National Fire Codes yang dikeluarkan oleh NFPA, artikel nomer :

- NFPA 12A/1990 ; NFPA 13/1990 ; NFPA 14/1990 ; NFPA 19/1990 ; NFPA 20/1990 ; NFPA 24/1990

2.1.5 Semua peralatan utama sistem perlawanan kebakaran, seperti :

Bab VI. Spek Tek M.2. Hydrant VI - M.2 - 2

a. Main electric fire pump dan panel kontrolnya, b. Diesel fire pump dan panel kontrolnya, c. Accesories utama pemipaan, dan d. Peralatan penting lainnya, harus sesuai dengan standar yang dinyatakan pada NFPA dan

harus dinyatakan terdaftar pada badan yang berwenang (Underwriter Laboratory) dengan indikasi 'UL Listed'.

2.1.6 Semua pompa, motor, diesel engine dan pemipaan sistem kebakaaran dicat warna merah. 2.2 Persyaratan Peralatan Dan Bahan 2.2.1 Fire-Pumps Set Dan Fire-Pumps Controller ( Existing) 2.2.1.1 Kelengkapan Fire-Pumps set

Terdiri dari kelengkapan sistem pompa kebakaran sebagai berikut : a. Electric-driven Jockey pump, b. Electric-driven Main pump, c. Diesel-driven Main pump, d. Jockey pump controller, e. Automatic Electric driven Fire-pumps controller, f. Automatic Diesel driven Fire-pumps controller, g. Diafragma tank, Water flow meter, test-line, gate valve, check valve, pressure gage, float

valve dan kelengkapan lainnya. 2.2.1.2 Pompa Hidran Utama Dan Sprinkler ( Existing )

2.2.2 Pemipaan 2.2.2.1 Bahan yang digunakan dalam sistem pemipaan secara umum harus mengikuti segala ketentuan

yang tercantum pada pasal 1.1.2 dan segala sesuatu yang tercantum pada National Fire Codes artikel, NFPA No. 24-1990 seperti disebut terdahulu.

2.2.2.2 Pipa, fitting dan segala peralatan bantu sistem pemipaan harus dipasang sesuai dengan segala

yang tercantum pada gambar perancangan. 2.2.2.3 Katup-katup penutup harus dari jenis 'SUPERVISED' dan dihubungkan dengan Central Fire Alarm

(FACP) dan/atau Local Master Fire Alarm Control Panel (LMFAC) sesuai dengan rancangan dan peralatan yang terpasang/ditawarkan dari Sistem Pengindera Kebakaran.

2.2.2.4 Pipa dan perlengkapannya (fitting, katup dan lainnya)harus mengikuti standard ANSI, dalam hal ini

adalah : a. ANSI; kelas 300 PSI : untuk katup dan peralatan sejenisnya. b. ASTM A.53; Sch.40 : untuk pipa galvanis. c. ANSI B.16; 5,9,10,11 : untuk screwed, flanged, welded fittings.

2.2.3 Peralatan Hidran Dan Sprinkler 2.2.3.1 Sprinkler Head,

a. Jenis : Pendent type dan wall type b. K factor : 5.65 c. Orifice : 15 mM d. Suhu leleh : 57 0 C

2.2.3.2 Fire Hose Cabinet,

a. Jenis : semi-recessed wall mounted indoor hydrant box. b. Kabinet/Box : pelat baja tebal 1.6 mM, dengan konstruksi rangka, sambungan dengan las,

dicat warna merah terang. c. Pintu : pintu berengsel, institutional (heavy duty). d. Hose rack : one piece 16 US gauge steel,

Bab VI. Spek Tek M.2. Hydrant VI - M.2 - 3

e. Asesories : 1.5 inch hose rack dilengkapi, 1.5 inch nipple, 1.5 inch cast brass valve,1.5 inch rubber lined hose, panjang 25 meter. f. Nozzle : 1.5x10 inch smooth bore, straight type, 300 psi test pres. g. Standard : ANSI

2.2.3.4 Hydrant Check Valve,

a. Jenis : hydrant underground check valve cast iron b. Ukuran : 6 inch c. Standard,kelas : ANSI, 300 psi WOG

2.2.3.5 Hydrant Main Valve,

a. Jenis : Hydrant underground gate valve cast-iron, b. Ukuran : 6 inch c. Standard : ANSI, 300 psi WOG

2.2.3.6 Landing Valve

a. Jenis : Oblique cast iron landing valve dicat merah terang, b. Ukuran : 2.5 inch c. Kelengkapan : cap and chain, hose coupling, rising OS&Y stem, handwheel operated,

cadmium plated escutcheon. d. Standard,kelas : ANSI, 300 psi WOG.

2.2.4 Alat Pemadam Api Ringan 2.2.4.1 Portable Fire Extinguisher yang digunakan berisi bahan pemadam jenis dry chemical powder kelas

A, B, C dengan kapasitas tabung sesuai dengan kelas emadaman 2A-10B/NFPA.10 atau 2A/SKBI atau minimum 6 kG.

2.2.4.2 Extinguisher Head (Operating Head) dari jenis High Strength Non Corrosive dan dilengkapi

dengan Discharge Hose yang mempunyai Discharge Nozzle. 2.2.4.3 Tabung APAR dipasang di dalam kotak FHC. 2.3 Persyaratan Pemasangan 2.3.1 Dasar Pelaksanaan 2.3.1.1 Pemipaan secara umum harus mengikuti segala ketentuan yang ter- cantum pada manual seperti

yang disebut pada pasal selanjutnya. 2.3.1.2 Manual untuk pemasangan pipa,

Steel Pipe Design and Installation, seperti dari AWWA.M11 Steel Pipe Manual atau dapat juga dari ANSI B.35.1 Codes for pressure piping.

2.3.1.3 Manual untuk pelapisan pelindung pipa (coating and lining standards), Standards for coal for

Enamel Protective coating for steel water pipelines, AWWA.C203-78. 2.3.1.4 Manual untuk sambungan pipa, Standards for Field Welding of Steel Water Pipe Joints,

AWWA.C206-82. Standards for Steel Pipe Flanges, AWWA.C207-78. 2.3.1.5 anual untuk fitting pipa, AWWA Standards for dimensions for Steel Water Pipe Fittings,

AWWA.C208-83. 2.3.2 Pemipaan Dalam Bangunan 2.3.2.1 Pada dasarnya, pelaksanaan pekerjaan pemipaan harus mengikuti segala ketentuan yang

tercantum dalam buku NFPA No. 19-1990. 2.3.2.2 Mechanical joint (sambungan mekanis) harus menggunakan Rubber Gasket model A, dimana

sebelum dipasang ujung socket dan gasket harus dicuci bersih dengan sabun/deterjen lunak (TEPOL atau setaraf).

Bab VI. Spek Tek M.2. Hydrant VI - M.2 - 4

2.3.2.3 Screw-thread joint (sambungan ulir) harus menggunakan kompon (joint-compound) atau dapat

juga menggunakan seal-tape dan di- pasang pada ulir laki (male thread) saja. Uliran pada pipa yang tersisa setelah pemasangan harus dilapis dengan kompon untuk mencegah terjadinya karat.

2.3.2.4 Welded joint (sambungan las) harus dari jenis 'Butt welding' atau 'Welded flange', dan hanya

digunakan untuk pipa-pipa dengan ukuran 65mM atau lebih besar, kecuali untuk tempat-tempat khusus dengan pertimbangan untuk kemudahan perawatan seperti yang dinyatakan pada gambar.

2.3.2.5 Harus disiapkan Water Supply test dan drain pada setiap pipa tegak dan disediakan jalur buangan

ke saluran air hujan terdekat dimana di ujung saluran tersebut diberi kawat pelindung. 2.3.2.6 Untuk diatas plafond asbes dipasang two-way head sprinkler. 2.3.3 Pemipaan Luar Bangunan 2.3.3.1 Pada dasarnya, pelaksanaan pekerjaan pemipaan harus mengikuti segala ketentuan yang

tercantum pada buku National Fire Codes, NFPA No. 24-1990. 2.2.3.2 Segala yang tercantum pada buku NFPA No.24 adalah mengikat dan merupakan bagian yang tidak

dapat dipisahkan dari kelengkapan Dokumen Pelelangan /Pelaksanaan /Kontrak (Gambar dan Buku Spesifikasi).

2.4 Persyaratan Pengujian 2.4.1 Pengujian yang harus dilakukan untuk sistem Sprinkler, Hidran halaman dan Pipa-Tegak hidran

ini mengikuti segala ketentuan yang dicantumkan pada NFPA pada buku dengan nomer berikut ini, - No. 19-1990 - No. 20-1990 - No. 24-1990.

2.4.2 Dengan demikian segala metoda dan cara pengujian baik untuk pengujian sistem maupun

pengujian pemipaan yang terdapat pada referensi di atas adalah mengikat dan merupakan bangian yang tidak terpisahkan dari Dokumen Pelelangan /Pelaksanaan /Kontrak (Gambar dan Buku Spesifikasi).

Bab VI. Spek Tek M.3. Plumbing VI - M.3 - 1

BAB VI. M.3 M.3. SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN MEKANIKAL & ELEKTRIKAL

Pasal M - 3

Pekerjaan Sistem Air Bersih dan Air Kotor

1.0 Lingkup Pekerjaan

Kontraktor harus menawarkan seluruh lingkup pekerjaan yang dijelaskan baik dalam spesifikasi teknis ini ataupun yang tertera dalam gambar-gambar perancangan, dimana bahan dan peralatan yang digunakan sesuai dengan ketentuan pada spesifikasi teknis ini. Bila ternyata terdapat perbedaan antara spesifikasi bahan dan atau peralatan yang dipasang dengan spesifikasi teknis yang dipersyarat-kan pada pasal ini, merupakan kewajiban Kontraktor untuk mengganti bahan atau peralatan tersebut atas persetujuan DIREKSI, sehingga sesuai dengan ketentuan pada pasal ini tanpa adanya ketentuan tambahan biaya. Lingkup pekerjaan yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1.0.1 Pekerjaan Instalasi Air-Bersih.

1.0.2 Pekerjaan Instalasi Air Panas.

1.0.3 Pekerjaan Instalasi Air-kotor dalam bangunan sampai dengan Septik Tank seperti gambar perencanaan.

1.0.4 Pekerjaan saluran drainase air hujan.

1.0.5 Pekerjaan Instalasi Daya

1.0.6 Peralatan bantu dan pendukung lainnya yang diperlukan untuk kesempurnaan kerja sistem, meskipun peralatan tersebut tidak disebutkan secara jelas atau terinci di dalam Gambar rancangan dan Persyaratan Teknis.

1.0.7 Testing dan Commissioning seluruh sistem hingga berjalan dengan baik dan sempurna sesuai dengan spesifikasi teknis.

1.1 Pekerjaan Air Bersih

1.1.0 Lingkup Pekerjaan

1.1.0.1 Pengadaan dan pemasangan Instalasi Air Bersih secara lengkap sehingga sistem dapat interkoneksi dengan instalasi eksisting dan berfungsi dengan baik.

1.1.0.2 Pengadaan dan pemasangan Pemipaan air bersih dari Pemipaan utama mesin pompa eksisting dengan tambahan bantuan pompa booster yang menuju ke titik-titik distribusi air bersih dalam bangu-nan sesuai dengan gambar perancangan.

1.1.1 Persyaratan Pelaksanaan

1.1.1.1 Pemipaan,

a. Pemipaan secara umum harus mengikuti segala ketentuan yang tercantum pada pasal terdahulu dan segala sesuatu yang tercantum dalam buku Pedoman Plambing Indonesia.

Bab VI. Spek Tek M.3. Plumbing VI - M.3 - 2

b. Contoh-contoh bahan dan konstruksi harus diajukan kepada DIREKSI untuk diperiksa dan disetujui, selambat-lambatnya 3 (tiga) minggu sebelum pembuatan dan pemasangan

c. Pemasangan pipa datar harus dibuat dengan kemiringan 1/1000 ke arah katup/flange pembuangan (drain valve/flange) dan pipa naik/ turun harus benar-benar tegak.

d. Pemasangan pipa mendatar dalam bangunan harus dibuat dengan kemiringan 1/1000 menuju ke arah pipa tegak/riser.

e. Pelaksanaan Pemasangan/penyambungan pipa dengan fitting – fitting/alat bantu harus menggunakan bahan dengan standard ukuran/merk yang sama dan Kontraktor agar memperhatikan petunjuk /ketentuan /persyaratan penyambungan dengan baik.

f. Belokan harus menggunakan long-radius elbow, penggunaan short elbow, standard elbow, bend dan knee sama sekali tidak diperkenankan.

g. Fitting, peralatan bantu, peralatan ukur dan lainnya yang memiliki tahanan aliran yang berlebih tidak diperkenankan dipasang kecuali yang disyaratkan pada buku ini.

h. Pada belokan dari pipa datar ke pipa tegak harus dipasang alat pengumpul kotoran yang tertutup (capped dirt pocket).

i. Semua alat ukur harus dalam batas ukur yang baik dan mempu-nyai ketelitian yang sewajarnya untuk pengukuran.

j. Selama pemasangan berjalan, Kontraktor harus menutup setiap ujung pipa yang terbuka untuk mencegah tanah, debu dan kotoran lainnya, dengan dop/blind flange untuk pipa baja dan copper, pemanasan press untuk pipa PVC.

k. Setiap jaringan yang telah selesai dipasang, harus ditiup dengan udara kempa (compressed air) untuk jangka waktu yang cukup lama, agar kotoran kotoran yang mungkin sudah masuk ke dalam pipa dapat terbuang sama sekali.

l. Ketentuan/Persyaratan teknis tentang instalasi pemipaan, peralatan bantu, dan yang lainnya telah diuraiakan pada pasal terdahulu

1.1.1.2 Desinfeksi,

a. Desinfeksi dilakukan setelah seluruh sistem pemipaan air bersih dapat berfungsi dengan baik, dan sebelum penyerahan pertama.

b. Desinfeksi dilakukan dengan memasukkan Chlorine ke dalam sistem jaringan instalasi dengan cara injeksi.

c. Dosis Chlorine adalah 50 ppm.

d. Setelah 16 jam, seluruh sistem pipa harus dibilas dengan air bersih sehingga kadar Chlorine tidak melebihi 0,2 ppm.

1.1.1.3 Pengujian Instalasi Pemipaan,

a. Pengujian instalasi pipa dikerjakan sesuai tahapan pekerjaan/ parsial seperti telah diuraikan pada bab sebelumnya.

b. Pengujian dilakukan untuk menguji hasil pekerjaan penyam-bungan pipa serta kondisi dari pipa yang telah dipasang.

c. Pengujian dilakukan setelah seluruh sistem pemipaan selesai dikerjakan dan siap untuk dilakukan pengujian.

d. Pengujian dilakukan dengan memberikan tekanan hidrostatik pada sistem pemipaan, tekanan yang diberikan adalah 1,5 kali tekanan kerja, minimum 10 kg/cM2.

e. Pengujian dilakukan selama 2x24jam, tanpa terjadinya penuru-nan tekanan.

Bab VI. Spek Tek M.3. Plumbing VI - M.3 - 3

f. Apabila terjadi penurunan tekanan, maka Kontraktor harus mencari sebab-sebabnya dan melakukan penggantian bila keadaan mengharuskan.

g. Perbaikan yang sifatnya sementara tidak diizinkan.

1.2 Pekerjaan Air-Kotor Dalam Bangunan

1.2.1 Lingkup Pekerjaan,

a. Pemipaan air kotor dari sanitary fixtures di setiap kamar mandi memalui shaft kamar mandi dan koridor bangunan sampai dengan septic tank di luar gedung.

b. Kontraktor sudah memperhitungkan, akan adanya tambahan pipa utama yang menuju kelantai selanjutnya (Lantai 1 & 2) sehingga dalam tahapan pelaksanaan selanjutnya tidak mengalami kesulitan dalam penyambungan.

1.2.2 Persyaratan Bahan dan Peralatan

1.2.2.1 Pipa dan Fitting,

a. Untuk sistem pemipaan tegak, Pipa dan fitting yang digunakan dalam sistem pemipaan ini harus dari jenis PVC dan berasal dari satu merk serta mengikuti SII 1246-85 , SII 1448-85 dan JIS.

b. Fitting dapat juga dari merk lain selama ada jaminan dari pabrik pembuat pipa bahwa pipa yang diproduksi oleh pabrik itu menggunakan fitting standard ukuran yang diproduksi oleh pabrik lain yang ditentukan olah pabrik pembuat pipa tersebut.

c. Untuk hal tersebut di atas Kontraktor harus menyediakan potongan pipa dari berbagai ukuran yang akan digunakan dan membuat contoh sambungan (mock up) antara pipa dengan pipa dan pipa dengan fitting untuk ditunjukkan kepada DIREKSI dan mendapat persetujuan untuk penggunaan pipa dan fitting tersebut serta memberikan jaminan purna jual untuk pipa dan fitting tersebut.

1.2.2.2 Sambungan,

a. Untuk pipa kelas S-12.5 dengan diameter 50 mM atau lebih kecil menggunakan perekat solvent cement.

b. Untuk pipa kelas S-16 dengan diameter lebih besar dari 50 mM menggunakan sambungan dengan rubber-ring bell and spigot.

1.2.3 Persyaratan Pelaksanaan

1.2.3.1 Pemipaan,

a. Semua pipa dan fitting yang dipakai dalam pekerjaan ini harus dari satu merk dan standad yang sama.

b. Fitting harus terbuat dari bahan yang sama dengan bahan pipa.

c. Fitting harus dari jenis "injection moulded", sedangkan "Welded fitting" sama sekali tidak diperkenankan untuk dipergunakan dalam sistem pemipaan.

Bab VI. Spek Tek M.3. Plumbing VI - M.3 - 4

d. Setiap sambungan berubah arah dibuat dengan WYE-45, TEE Sanitair atau COMBINATION WYE-45 atau LONG RADIUS BEND dengan clean out dan untuk luar bangunan harus dilengkapi dengan bak control.

e. Pipa vent service harus dipasang tidak kurang 15 cM di atas muka banjir alat sanitair tertinggi dan dibuat dengan kemiringan minimum sebesar 1%.

f. Kemiringan pipa dibuat sesuai dengan yang dinyatakan dalam gambar dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

g. Pipa vent yang menembus atap harus dipasang sekurang-kurangnya 15 cM di atas atap dan tidak boleh digunakan untuk keperluan lain.

h. Untuk pipa vent mendatar, jarak tumpuan sama dengan jarak tumpuan pada pipa air kotor.

i. Dalam pemasangan jaringan pemipaan ini, harus diadakan koordinasi dengan pekerjaan-pekerjaan struktur mengingat adanya penembusan-penembusan betonan lantai maupun dinding.

j. Pemasangan dan penempatan pipa-pipa ini disesuaikan dengan gambar pelaksanaan dan dimensi dari masing-masing pipa tercakup pula dalam gambar tersebut.

k. Di setiap floor drain dilengkapi dengan U Trap, untuk mencegah masuknya gas yang berbau kedalam ruangan.

l. Pada saluran buangan dari prepation area dapur, sebelum masuk ke inlet, sistem permipaan air kotor bangunan, harus dipasang penyaring kotoran dari bahan stainless steel untuk mencegah penyumbatan di dalam pipa.

m. Pada jalur perpipaan air kotor yang mengandung lemak dipasang clean out di setiap belokan dan pada pipa vertikal utama (di setiap pintu shaft).

n. Persyaratan material (kelas, standard dan lainnya), ketentuan cara pemasangan seperti diuraikan pada bab sebelumnya.

1.2.3.2 Pengujian Sistem,

a. Semua lubang pada pipa pembuangan ditutup.

b. Seluruh sistem pemipaan diisi air sampai ke lubang vent tertinggi.

c. Pengujian dinyatakan berhasil dan selesai bila tidak terjadi penurunan muka-air setelah lewat 6 (enam) jam dan atas sepe-ngetahuan/persetujuan DIREKSI.