Upload
geum-efronzz-tu-yunalabelle
View
6
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
yes
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Syariah islam ialah tata cara pengaluran tentang perilaku hidup manusia
untuk mencapai keridhaan Allah SWT. Seperti yang dirumuskan dalam Al-Qur’an
surat Asy-Syara ayat 13 yang artinya:
“Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-
Nya kepada Nuh dan apa yang telah kamu wahyukan kepadamu dan apa yang
telah kami wasiatan kepada Ibrahim Musa dan Isa”.
Allah telah mengatur segala sesuatu kepentingan manusia, baik yang telah
tercantum di al-qr’an, maupun yang telah dijelaskan lewat pembawa risalah-Nya,
Muhammad SAW. Namun era ini, manusia semakin menjauh dari ketentuan yang
telah ada. Syari’at diangggap memberatkan manusia, tidak cocok dengan kondisi,
ataupun yang lain.
Dengan semakin bertambahnya manusia yang tidak menjalankan syari’at
yang ada, maka perlu adanya pengetahuan tentang syar’at dan kegunaannya dalam
kehidupan sehari-hari. Hal ini berguna agar kita dapat menjalankan semua
perintah dan menjauhi semua larangan dengan sempurna.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang terdapat dalam makalah ini adalah :
1. Apa pengetian dari syari’at?
2. Apa tujuan dari syari’at yang telah dibuat?
3. Bagaimana uang lingkup syari’at?
1.3 Tujuan
Tujuan yang terdapat dalam makalah ini adalah :
1. Menjelaskan pengertian dari syari’at
2. Menjelaskan tujuan dari dibuatnya syari’at
3. Menjelaskan ruang lingkup syari’at
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Defenisi Syari’ah
Secara etimologi syariah berarti aturan atau ketetapan yang Allah
perintahkan kepada hamba-hamba-Nya, seperti: puasa, shalat, haji, zakat dan
seluruh kebajikan. Kata syariat berasal dari kata syar’a al-syai’u yang berarti
menerangkan atau menjelaskan sesuatu. Atau berasal dari kata syir’ah dan syariah
yang berarti suatu tempat yang dijadikan sarana untuk mengambil air secara
langsung sehingga orang yang mengambilnya tidak memerlukan bantuan alat lain.
Syariat dalam istilah syar’i hukum-hukum Allah yang disyariatkan kepada
hamba-hamba-Nya, baik hukum-hukum dalam Al-Qur’an dan sunnah nabi Saw
dari perkataan, perbuatan dan penetapan. Syariat dalam penjelasan Qardhawi
adalah hukum-hukum Allah yang ditetapkan berdasarkan dalil-dalil Al-Qur’an
dan sunnah serta dalil-dalil yang berkaitan dengan keduanya seperti ijma’ dan
qiyas. Syariat Islam dalam istilah adalah apa-apa yang disyariatkan Allah kepada
hamba-hamba-Nya dari keyakinan (aqidah), ibadah, akhlak, muamalah, sistem
kehidupan dengan dimensi yang berbeda-beda untuk meraih keselamatan di dunia
dan akhirat.
Demikian juga istilah “hukum Islam” sering diidentikkan dengan kata
norma Islam dan ajaran Islam. Dengan demikian, padanan kata ini dalam bahasa
Arab barangkali adalah kata “al-syari’ah”. Namun, ada juga yang mengartikan
kata hukum Islam dengan norma yang berkaitan dengan tingkah laku,
yang padanannya barangkali adalah “al-fiqh”.
Penjabaran lebih luas dapat dijelaskan sebagai berikut: bahwa kalau
diidentikkan dengan kata “al-syari’ah”, hukum Islam secara umum dapat diartikan
dalam arti luas dan dalam arti sempit.
1. Syari'ah Dalam Arti Luas
Dalam arti luas “al-syari’ah” berarti seluruh ajaran Islam yang berupa
norma-norma ilahiyah, baik yang mengatur tingkah laku batin (sistem
kepercayaan/doktrinal) maupun tingkah laku konkrit (legal-formal) yang
individual dan kolektif.
2
Dalam arti ini, al-syariah identik dengan din, yang berarti meliputi seluruh
cabang pengetahuan keagamaan Islam, seperti kalam, tasawuf, tafsir, hadis, fikih,
usul fikih, dan seterusnya. (Akidah, Akhlak dan Fikih).
Hal ini sebagaimana dimaksudkan dalam al-Qurân surat asy-Syura ayat
13:
Artinya: Dia telah mensyari`atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah
diwasiatkan-Nya kepada Nûh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan
apa yang telah kamu wasiatkan kepada Ibrâhim, Mûsâ dan `Isa, yaitu
tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah-belah tentangnya. Amat berat
bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru kepada mereka. Allah menarik
kepada agama itu orang-orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk
kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya).
Dan surat al-Jâsiyah ayat 18: Artinya: kemudian kami jadikan kamu
berada diatas syari`ah (peraturan) dari urusan (agama) itu, maka ikutilah
syari`ah itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak
mengetahui.
2. Syari'ah Dalam Arti Sempit
Dalam arti sempit al-syari’ah berarti norma-norma yang mengatur sistem
tingkah laku individual maupun tingkah laku kolektif. Berdasarkan pengertian
ini, al-syari’ah dibatasi hanya meliputi ilmu fikih dan usul fikih. Dalam pengertian
khusus tersebut, syari`ah adalah ketentuan-ketentuan atau peraturan-peraturan
hukum yang mengatur segala perbuatan serta tingkah laku orang-orang islam.
Pengertian ini meliputi dua bagian, yaitu:
a. Ibadah, yang membahas hubungan manusia dengan Allah swt. (hubungan
vertikal), yaitu ketentuan yang menyangkut perbuatan yang dikerjakan
untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. Dan mengingat kebesaran-Nya.
Hal ini meliputi shalat, zakat, puasa dan ibadah haji. Dan keempat bentuk
ibadah ini diwajibkan bagi seseorang yang telah mengucapkan dua kalimat
syahadat. Sabda Rasulullah saw:
Artinya: Islam ditegakan diatas lima asas, yaitu bersaksi bahwa tidak ada
tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah,
3
mengerjakan shalat, mengeluarkan zakat, melaksanakan ibadah haji dan
puasa bulan Ramadhan.
b. Mu`amalah, yang membahas hubungan manusia dengan lingkungannya
(horizontal), yaitu ketentuan hukum yang mengatur perbuatan yang
dilakukan untuk menjaga tata tertib, mencegah kekacauan dan
memperoleh kemaslahatan hidup bersama dalam masyarakat. Hal ini
meliputi masalah ekonomi (jual-beli), warisan, munakahat (pernikahan),
siyasah (politik/strategi), hudud (hukuman) qadha, jinayah dan hal-hal
yang menyangkut hubungan masyarakat Islam dengan yang bukan Islam.
2.2 Sifat-Sifat Syari’ah Islam
Syariat Islam adalah ketetapan Allah SWT, maka memiliki sifat-sifat,
antara lain:
1. Umum, maksudnya syariat Islam berlaku bagi segenap umat Islam di seluruh
penjuru dunia, tanpa memandang tempat, ras, dan warna kulit. Berbeda
dengan hukum perbuatan manusia yang memberlakukannya terbatas pada
suatu tempat karena perbuatannya berdasarkan faktor kondisional dan
memihak pada kepentingan penciptanya.
2. Universal, maksudnya syariat Islam mencakup segala aspek kehidupan umat
manusia. Ditegaskan oleh Allah SWT. "Tidak ada sesuatu pun yang kami
luputkan di dalam Kitab (Al-Qur'an)." (QS. 6/An-An'am: 38). Maksudnya di
dalam Al-Qur'an itu telah ada pokok-pokok agama, norma-norma, hukum-
hukum, hikmah-hikmah, dan tuntunan untuk kebahagiaan manusia di dunia
dan di akhirat.
Bukti bahwa hukum Islam mencakup segala urusan manusia, berikut
kami petikkan beberapa ayat Al-Qur'an, antara lain:
a. Tentang ekonomi dan keuangan. Hai orang-orang yang beriman, apabila
kamu melakukan utang-piutang untuk waktu yang ditentukan, hendaklah
kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu
menuliskannya dengan benar." (QS. 2/Al-Baqoroh: 282].
b. Tentang usaha dan kerja. “Dan bahwa manusia hanya memperoleh apa
yang telah diusahakannya." (QS. 53/An-Najm: 39).
4
c. Tentang peradilan. "...dan apabila kamu menetapkan hukum di antara
manusia hendaknya kamu menetapkannya dengan adil." (QS. 4/An-
Nisa':58).
d. Tentang militer. "Dan persiapkanlah dengan segala kemampuan untuk
menghadapi mereka dengan kekuatan yang kamu miliki dan dari pasukan
berkuda yang dapat menggentarkan musuh Allah, musuhmu, dan orang-
orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya, tetapi Allah
mengetahuinya." (QS. 8/Al-Anfal: 60)
e. Tentang masalah perdata. "Hai orang-orang yang beriman, penuhilah
janji-janji." (QS. 5/Al-Maidah: 1). Maksudnya adalah janji kepada Allah,
janji terhadap sesama manusia, dan janji kepada diri sendiri.
3. Orisinil dan abadi, maksudnya syariat ini benar-benar diturunkan oleh Allah
SWT, dan tidak akan tercemar oleh usaha-usaha pemalsuan sampai akhir
zaman. "Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur'an, dan pasti
Kami (pula) yang memeliharanya." (QS. 151 Al-Hijr: 9). Firman Allah
tersebut telah terbukti. Beberapa kali umat lain gagal memalsukan ayat-ayat
Al-Qur'an.
4. Mudah dan tidak memberatkan. Kalau kita mau merenungkan syariat Islam
dengan seksama dan jujur, akan kita dapati bahwa syariat Islam sama sekali
tidak memberatkan dan tidak pula menyulitkan. "Allah tidak membebani
seseorang, melainkan sesuai dengan kesanggupannya." [QS. 2/Al-Baqoroh:
286).
Bukti-bukti bahwa syariat ini mudah dan tidak memberatkan, bisa kita
dapati antara lain bagi:
a. Orang yang bepergian (Musafir) mendapat keringanan boleh mengqoshor
(memendekkan sholat yang empat rokaat menjadi dua rokaat), dan boleh
tidak berpuasa dengan catatan harus menggantinya pada hari yang lain.
b. Orang yang sedang sakit tidak diharuskan bersuci dengan wudhu,
melainkan dengan tayammum yakni menggunakan debu. Dalam
menunaikan sholat pun jika tidak sanggup berdiri, boleh dengan duduk,
atau bahkan boleh sambil merebahkan diri.
5
c. Percikan najis dari genangan air di jalanan, apabila mengena pakaian,
dimaafkan karena itu sulit di hindarkan.
d. Dalam keadaan terpaksa, tidak ada secuil pun makanan untuk mengganjal
perut, makanan yang telah diharamkan seperti bangkai, boleh dimakan
asalkan tidak berlebihan.
5. Seimbang antara kepentingan dunia dan akhirat. Islam tidak memerintahkan
umatnya untuk mencari kesenangan dunia semata, sebaliknya juga tidak
memerintahkan pemeluknya mencari kebahagiaan akhirat belaka. Akan tetapi
Islam mengajarkan kepada pemeluknya agaromencari kebahagiaan hidup di
dunia dan akhirat kelak. Ayat-ayat Al Quran yang mensuratkan
keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat, antara lain: "Dan carilah
(pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah
kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia." (QS. 28/Al-
Qoshosh: 77). Dialah yang menjadikan malam untukmu (sebagai) pakaian,
dan tidur untuk istirahat, dan Dia menjadikan siang untuk bangkit berusaha."
(QS. 25/Al-Furqon: 47).
2.3 Tujuan Syariat Islam
Tujuan Syari’ah Islam yang paling utama adalah untuk membangun
kehidupan manusia atas dasar ma’rufat ( kebaikan-kebaikan ) dan
membersihkannya dari munkarat ( keburukan-keburukan ).
1. Ma’rufat adalah nama untuk semua kebajikan atau sifat-sifat yang baik, yang
sepanjang masa telah diterima sebagai sesuatu yang baik oleh hati nurani
manusia.
Syari’ah Islam membagi ma’ruf itu dalam 3 kategori, yaitu :
a. Fardhu : wajib.
b. Sunah : anjuran.
c. Mubah : boleh.
2. Munkarat adalah nama untuk segala dosa dan kejahatan yang sepanjang masa
telah dikutuk oleh watak manusia sebagai sesuatu yang jahat.
6
Syari’ah Islam membagi munkarat itu dalam 2 kategori, yaitu :
a. Haram.
b. Makruh.
2.4 Ruang Lingkup Syari’ah
Dengan definisi syariat Islam baik secara etimologis maupun terminologis
syar‘î menegaskan ruang lingkup dari syariat Islam yang sesungguhnya yaitu
mencakup keseluruhan ajaran Islam, baik yang berkaitan dengan akidah, ibadah,
akhlaq dan termasuk di ataranya adalah muamalah yang mengatur tentang
peraturan atau sistem kehidupan manusia. Dengan demikian secara sederhana
diahami bahwa yang dimaksud dengan Syariah Islam adalah aturan kehidupan
yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia dalam bentuk hukum-hukum
Islam yang terkandung dalam Al Qur’an dan As Sunah yang terdiri atas (1) aspek
Aqidah, (2) Aspek Ibadah dan (3) Aspek Muamalah atau hukum-hukum
‘amaliyah (praktis).
Perkara yang berkaitan dengan Aspek Aqidah mejadi dasar pokok dalam
ajaran Islam. Aqidah Islam merupakan benuk keimanan kepada Allah dan para
malaikat-Nya; pada kitab-kitab-Nya; kepada para rasul-Nya; serta pada Hari
Akhir dan takdir, yang baik dan buruknya berasal dari Allah SWT semata. Aqidah
Islam meliputi keimanan pada adanya surga, neraka, dan setan serta seluruh
perkara yang berkaitan dengan semua itu. Demikian juga dengan hal-hal gaib dan
apa saja yang tidak bisa dijangkau oleh indera yang berkaitan dengannya. Aqidah
Islam merupakan pemikiran yang sangat mendasar (fikr asâsi). Aqidah inilah
yang menjadi landasan utama manusia dalam menjalankan perintah dan larangan
Allah swt. Yang berarti bahwa aqidah Islam mencakup pola berpikir menyeluruh
(fikrah kulliyyah) dan mendasar yang mencakup persoalan alam semesta, manusia,
dan kehidupan; eksistensi Pencipta dan Hari Akhir; Hubungan alam, manusia, dan
kehidupan dengan Pencipta dan Hari Akhir.
Perkara yang berkaitan dengan ibadah terbagi menjadi dua bagian, yaitu
ibadah Khas dan ibadah Umm. Ibadah Khas adalah merupakan ibadah yang tata
cara pelaksanaan dan ketentuan syarat sahnya terdapat petunjuk nash baik dalam
al-Qur;an dan Hadits. Sementara aspek Ibadah Umm atau ibadah umum adalah
7
ibadah yang tata cara pelaksanaan dan ketentuan atau syarat sahnya tidak terdapat
secara rinci dalam nash. Perkara yang berkaitan dengan ibadah khusus itu seperti
iabadah Sholat, Puasa, Zakat, dan haji sementara perkara yang berkaitan dengan
ibadah umum adalah keseluruhan amaliyah yang menyangkut kehidupan
manusiayang mencakup antara lain
1. Ahkamul Akhwal Syakhsiah yaitu hukum-hukum yang mengatur hubungan
rumah tangga, Dalam Al Qur’an terdapat sekitar 70 ayat yang membahas
masalah ini.
2. Al Ahkamul Madaniyah yaitu hukum-hukum yang mengatur transaksi
ekonomi sesama anggota masyarakat, seperti jual beli, pegadaian, sewa
menyewa, hutang piutang, syirkah dan seterusnya. Dalam Al Qur’an terdapat
sekitar 70 ayat yang membahas masalah ini.
3. Al Ahkamul Jinaiyah (hukum-hukum pidana), mengatur segala hal yang
berkaitan dengan tindak pidana kejahatan serta hukumannya. Dalam Al
Qur’an terdapat sekitar 30 ayat yang membahas masalah ini.
4. Al Ahkamul Dusturiyah (hukum ketatanegaraan): mengatur mekanisme
penyelenggaraan negara berikut hubungan antara penguasa dan rakyat. Dalam
Al Qur’an terdapat sekitar 10 ayat yang membahas masalah ini.
5. Ahkamul Murafa’at (hukum perdata): mengatur hal-hal yang berkaitan
dengan dunia peradilan, kesaksian dan sumpah. Dalam Al Qur’an terdapat
sekitar 13 ayat yang membahas ini.
6. Al Ahkamul Iqtishodiyah wal Maliyah (ekonomi dan moneter) ; mengatur
pendapatan dan belanja negara serta interaksi antara kaum kaya dan miskin
sertanegara dan warga negara dalam masalah ekonomi. Dalam Al Qur’an
terdapat sekitar 10 ayat yang membahas masalah ini.
7. Al Ahkam Ad Duwaliyah : mengatur hubungan antara negara Islam dengan
negara lain dan hubungan negara dengan warga negara kafir dzimmi dalam
negara Islam. Dalam Al Qur’an terdapat sekitar 10 ayat yang membahas
masalah ini.
[Tarikhu Al Tasyri' Al Islami hal. 84-86, Al Madkhal Ila Dirasati Syari'ah
Islamiyah hal. 49-53 dan 156-158, Ilmu Ushulil Fiqhi hal. 32-33 ].
8
Sementara itu, peraturan atau sistem kehidupan Islam merupakan
kumpulan ketentuan yang mengatur seluruh urusan manusia; baik yang berkaitan
dengan ubudiah, akhlak, makanan, pakaian, muamalat, maupun
persanksian. Tentu saja, untuk bisa disebut sistem Islam, ia harus digali dari dalil-
dalil tafshîli (rinci); baik yang bersumber dari al-Quran, Hadis Nabi, Ijma
Sahabat, maupun Qiyas.
Al-Quran, misalnya, dengan tegas menyatakan:
ء�﴾ ي� ش� ل� ك ل� ن�ا ش�ا ي� ل� ش� ش�ا ل ي� ا ش� ي� ش� ش� ش�ا ي� �� ش ش� �ش ﴿
Kami telah menurunkan al-Kitab (al-Quran) ini kepadamu (Muhammad) untuk
menjelaskan segala sesuatu. (QS an-Nahl [16]: 89).
Hadis Nabi juga telah menjelaskan hal yang sama:
ل� « ل� ل� ش� ش ��ش ك! �ش ل� ا�� ش� ش�ا ل" ش#ا ل$ ل% ي& ك� ي '�ش ش# ش� ش)ا ك��وا ل* ش� ي+ ش� ل+ ي, ش- ي) ش.ا ي& ك ل/� ك0 ي" ش- ش� ش1 » ش2ا
Aku telah meninggalkan dua perkara yang menyebabkan kalian tidak akan sesat
selamanya selama kalian berpegang teguh pada keduanya, yaitu Kitabullah dan
Sunnah Nabi-Nya. (HR at-Turmudzî, Abû Dâwud, Ahmad).
Dari dua nash di atas, tampak jelas bahwa syariat Islam yang ditinggalkan
oleh Rasulullah saw. telah mengatur segala urusan tanpa kecuali; mulai dari
hubungan manusia dengan Penciptanya—dalam konteks Aqidah dan ibadah
semisal shalat, puasa, zakat, haji dan jihad; hubungan manusia dengan dirinya
sendiri seperti dalam urusan pakaian, makanan dan akhlak; hingga hubungan
manusia dengan sesamanya seperti dalam urusan pemerintahan, ekonomi, sosial,
pendidikan, dan politik luar negeri, dll. Secara konseptual, semuanya telah diatur
oleh Islam dengan sejelas-jelasnya.
Hukum-hukum ini dibukukan dan diatur lagi secara detail dalam As Sunah
An Nabawiyah yang jumlahnya sangatlah banyak. Demikianlah, syariah Islam
merupakan aturan hidup dan perundangundangan paling lengkap dan sempurna
yang Allah Ta’ala turunkan untuk umat manusia sampai akhir zaman nanti.
Secara garis besar peraturan Allah yang diberikan kepada manusia terbagi
menjadi dua yaitu pertama, peraturan yang bertalian dengan perbuatan manusia
guna mendekatkan diri kepada Allah, mengingat ingat ke-Agungan-Nya dan
9
berterimakasih atas karunia yang diberikan-Nya kepada manusia. Bagian ini
sering disebut ibadat, seperti shalat, zakat, puasa dan haji. Kedua, peraturan yang
bertalian dengan kegiatan manusia guna menemukan kebaikan bersama dan
mengurangi kedzaliman atas manusia lain pada umumnya. Bagian kedua ini
sering disebut mu’amalat, seperti pernikahan, pembagian harta waris, penggunaan
barang atau jasa orang lain, hak hak dasar mencapai kemaslahatan umum.
Perbuatan manusia dalam bentuk ibadat terdiri dari bersuci diri dari
kotoran dan najis (thaharah), shalat, zakat, puasa dan haji.
Tujuan dari thaharah ialah membiasakan manusia hidup bersih agar
manusia lain merasa nyaman ditengah tengah kehadirannya. Tujuan dari shalat
ialah menanamkan kesadaran diri manusia tentang identitas asal usulnya dari
tanah serta kurun waktu 24 jam dalam kehidupannnya yang dibuktikan dengan
tidak melakukan perbuatan merugikan orang banyak (fahisah) dan lisannya tidak
melukai perasaan orang lain.
Tujuan dari zakat ialah membiasakan manusia untuk berbagi dengan
mnusia lain yang tidak bekerja produktif. Zakat dapat dilakukan setiap saat asla
ada keuntungan yang diperoleh dari pekerjaannya. Sasaranya adalah pekerja tidak
produktif yang ada di lingkungan sekitar tempat tinggalnya. Dengan berzakkat,
manusia bersyukur atas karunia yang diberikan Allah dengan gratis, seperti udara
segar, kesehatan tubuh, kecerdasan pikiran, keluasan pergaulan dan kepercayaan
diri dengan manusia lain.
Tujuan dari puasa ialah membiasakan manusia untuk jujur pada diri sendiri
dan berempati atas penderitaan orang lain dengan cara meniru sifat sifat Tuhan
tidak pernah makan, minum dan berkeluarga. Dengan berpuasa, manusia
menyucikan dirinya dari iri hati, cemburu, keinginan melihat orang lain sehingga
menjaddi manusia yang toleran, berbaik sangka kepada orang lain, dan selau
berusaha melayani orang lain sebaik baiknya.
Tujuan dari haji ialah mempersiapkan manusia untuk sanggup datang
kepada Allah sendiri sendiri dengan menanggalkan seluruh kekayaan, ikatan
kekerabatan, jabatan kekuasaan, kecuali amal perbuatan yang telah dilakukannya.
Dengan dua helai kain ihram, orang berhaji sedang mensimulasi menjadi orang
mati, yaitu dibungkus dengan dua helai kain putuh, diantarkan kerabat dan
10
tetangga ke liang lahat, lalu tinggal sendiri dibawah gundukan tangah dengan
telanjang dan hanya amal perbuatan yang dapat menolong dan menemani manusia
di alam kubur..
Perbuatan manusia dalam bentuk mu’amalat terdiri dari ikatan pertukaran
barang dan jasa, ikatan pernikahan, ikatan pewarisan, ikatan kemasyarakatan dan
ikatan kemanusiaan. Tujuan dari ikatan pertukaran barang dan jasa ialah agar
kebutuhan dasar hidup manusia tersedia dengan cara yang sportif. Sportif artinya
dalam ikatan pertukaran mempersyaratkan kerelaan kedua belah pihak dan
kejelasan status barang dan jasa yang dipertukarkan. Apabila kedua persyaratan
ini tidak dipenuhi dalam ikatan pertukaran, maka terjadilah kedzaliman (homo
homini lupus : manusia memakan manusia).
Tujuan ikatan pernikahan ialah melestarikan generasi manusia dengan cara
rekreassi permanen yang diikat perjanjian atas dasar kesukarelaan kedua belah
pihak dan tolong menolong dalam kebaikan serta taqwa diantara keduanya.
Apabila unsur kesukarelaan dan tolong menolong sudah hilang dalam ikatan
pernikahan, maka pintu perceraian yang sportif terbuka lebar bagi masing masing
pasangan.
Tujuan dari ikatan pewarisan ialah menjamin kebutuhan dasar hidup bagi
keturunan dari orang meninggal agar tidak menjadi benalu bagi manusia lain.
Anak laki laki dan perempuan adalah pewaris utama atas harta peninggalan kedua
orang tuanya. Anak laki laki memperoleh bagian lebih besar dibandingkan dengan
bagian waris anak perempuan karena anak laki laki menggantika peran ayah
dalam keluarga. Apabila anak perempuan sudah menikah dengan pria dari
keluarga lain, kemudian terjadilah perceraian diantara keduanya, maka rumah
tempat kembali bagi anak perempuan tersebut adalah rumah saudara kandungnya
yang laki laki. Dengan demikian, anak anak dari saudara perempuannya tersebut
menjadi tanggungan ekonomi keluarga saudara kandung laki laki.
Tujuan ikatan kemasyarakatan ialah agar terjadi pembagian peran dan
fungsi sosial yang seadil adilnya atas dasar musyawarah, menegakkan kedamaian
bersama dan kesederajatan manusia dibawah hukum kemasyarakatan yang dibuat
bersasma. Apabila ketiga prinsip tersebut dilanggar, maka terjadilah konflik sosial
dan jatuhlah masyarakat manusia ke lubang anarkisme.
11
Tujuan ikatan kemanusiaan ialah agar terjadi saling tenggang rasa, karya
dan cipta diantara manusia yang berkaitan dengan keutuhan fisik, kesmpurnaan
nyawa, kenormalan akal, keterjaminan hak milik, keselamatan keluarga dan
kebebasan melakuka keyakinan agama. Kelima ikatan kemanusiaan tersebut
bersifat universal dan melintassi budaya, suku, ras bahkan agama itu sendiri.
Sementara itu, dalam tataran praktis atau aplikatif, Islam juga memiliki
tatacara tertentu yang digunakan untuk mengaplikasikan hukum-hukumnya,
memelihara akidahnya, dan mengembannya sebagai risalah dakwah. Dengan
demikian, yang pertama bersifat konseptual dan tidak mempunyai pengaruh
secara fisik sehingga disebut sebagai fikrah(konsep) saja, sedangkan yang kedua
bersifat praktis dan aplikatif sehingga disebut dengan tharîqah (metode). Sebab,
yang terakhir ini tidak hanya bersifat konseptual, tetapi juga bersifat praktis dan
aplikatif karena merupakan aktivitas fisik yang mempunyai pengaruh secara fisik,
di samping bersifat tetap.
2.5 Kedudukan Syari’ah dalam pokok ajaran Islam
Syari’ah merupakan bukti aqidah yang diwujudkan dalam bentuk
perbuatan perbuatan. Perbuatan tersebut dilakukan manusia semenjak lahir sampai
mati dalam ruang waktu kehidupan dunia ini. Semenjak manusia terbangun dari
tidur hingga tidur kembali dalam waktu 24 jam, perbuatan manusia dibingkai oleh
nilai nilai transendental thaharah dan shalat.
Umumnya manusia beristirahat malam hari dan bekerja pada siang hari.
Hasil pekerjaan tersebut disyukuri dengan cara berbagi kepada orang yang tidak
mampu bekerja. Nilai nilai transedental zakat melandasi setiap tetes keringat yang
keluar dari tubuh manusia karena kerja keras mereka pada saat terjaga.
Kedudukan syari’ah dalam ajaran Islam adalah sebagai bukti aqidah.
Setiap detik kehidupan manusia diisi dengan perbuatan perbuatan. Perbuatan-
perbuatan itu dilandasi akar keyakinan hati akan tunduk dan patuh secara sukarela
pada kehendak Tuhan(aqidah). Buah dari perbuatan itu dinamai akhlaq.
12
2.6 Pelaksanaan Syariat Islam
Syariat Islam ini berlaku bagi hamba-Nya yang berakal, sehat, dan telah
menginjak usia baligh atau dewasa. (dimana sudah mengerti/memahami segala
masalah yang dihadapinya). Tanda baligh atau dewasa bagi anak laki-laki, yaitu
apabila telah bermimpi bersetubuh dengan lawan jenisnya, sedangkan bagi anak
wanita adalah jika sudah mengalami datang bulan (menstruasi).
Bagi orang yang mengaku Islam, keharusan mematuhi peraturan ini
diterangkan dalam firman Allah SWT. "kemudian Kami jadikan engkau
(Muhammad) mengikuti syariat (peraturan) dari agama itu, maka ikutilah syariat
itu, dan janganlah engkau ikuti keinginan orang-orang yang tidak mengetahui."
(QS. 45/211-Jatsiyah: 18).
Syariat Islam ini, secara garis besar, mencakup tiga hal:
1. Petunjuk dan bimbingan untuk mengenal Allah SWT dan alam gaib yang tak
terjangkau oleh indera manusia (Ahkam syar'iyyah I'tiqodiyyah) yang
menjadi pokok bahasan ilmu tauhid.
2. Petunjuk untuk mengembangkan potensi kebaikan yang ada dalam diri
manusia agar menjadi makhluk terhormat yang sesungguhnya (Ahkam
syar'iyyah khuluqiyyah) yang menjadi bidang bahasan ilmu tasawuf (ahlak).
3. Ketentuan-ketentuan yang mengatur tata cara beribadah kepada Allah SWT
atau hubungan manusia dengan Allah (vetikal), serta ketentuan yang
mengatur pergaulan/hubungan antara manusia dengan sesamanya dan dengan
lingkungannya.
Dalam melaksanakan syari’ah ada 2 hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
a. Bahwa ketentuan Allah dan Rasul-Nya tentang pelaksanaan Syari’ah Islam
tidak semata-mata didasarkan atas klasifikasi hukum saja, misalnya wajib,
sunah, mubah, makruh maupun haram.
Tetapi juga harus didasarkan pada niat yang ikhlas karena niat
dapat mengubah klasifikasi hukum tertentu. Misalnya amalan syari’ah
yang termasuk dalam kategori wajib seperti shalat. Jika dilaksanakan
dengan niat ikhlas karena Allah, maka kewajiban terpenuhi dan sekaligus
mendapatkan pahala.
13
Dalam melaksanakan Syari’ah Islam hendaknya disertai dengan
sikap wara’ dan hati-hati, serta niat yang ikhlas agar pelaksanaan syari’ah
tersebut tidak menjadi sia-sia di sisi Allah swt.
b. Bahwa ketentuan Allah dan Rasul-Nya tentang pelaksanaan Syari’ah Islam
berhubungan erat dengan situasi dan kondisi, misalnya dalam situasi
perang, shalat dapat dilaksanakan dengan cara menjama’ atau mengqashar
seperti dalam keadaan musafir, bisa dilaksanakan dengan duduk seperti
dalam kondisi sakit dan sebagainya.
Perubahan situasi dan kondisi sama sekali tidak boleh dijadikan
alasan untuk meninggalkan kewajiban yang telah ditetapkan oleh syari’ah.
Kewajiban mutlak harus dilaksanakan dalam situasi dan kondisi apapun
juga, namun peraturan pelaksanaannya boleh mengalami perubahan sesuai
dengan ketentuan syari’ah, karena dalam pelaksanaan syari’ah terdapat
kategori rukhsah ( keringanan ).
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Syariah islam ialah tata cara pengaluran tentang perilaku hidup manusia
untuk mencapai keridhaan Allah SWT. Syari’at haruslah diterapkan oleh semua
manusia dalam kegiatan apapun. Allah telah mengatur segala aspek yang menjadi
kepentingan manusia dalam al-qur’an dan dalam penjelasan Rosulullah SAW.
3.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini kelompok masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu kelompok meminta kritik dan saran yang membangun dari pembaca.
Semoga makalah yang kami buat dapat bermanfaat bagi pembaca.
15