23
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Syariah islam ialah tata cara pengaluran tentang perilaku hidup manusia untuk mencapai keridhaan Allah SWT. Seperti yang dirumuskan dalam Al-Qur’an surat Asy- Syara ayat 13 yang artinya: “Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah kamu wahyukan kepadamu dan apa yang telah kami wasiatan kepada Ibrahim Musa dan Isa”. Allah telah mengatur segala sesuatu kepentingan manusia, baik yang telah tercantum di al-qr’an, maupun yang telah dijelaskan lewat pembawa risalah-Nya, Muhammad SAW. Namun era ini, manusia semakin menjauh dari ketentuan yang telah ada. Syari’at diangggap memberatkan manusia, tidak cocok dengan kondisi, ataupun yang lain. Dengan semakin bertambahnya manusia yang tidak menjalankan syari’at yang ada, maka perlu adanya pengetahuan tentang syar’at dan kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini berguna agar kita dapat menjalankan semua perintah dan menjauhi semua larangan dengan sempurna. 1.2 Rumusan Masalah 1

syari'ah

Embed Size (px)

DESCRIPTION

yes

Citation preview

Page 1: syari'ah

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.    Latar Belakang

Syariah islam ialah tata cara pengaluran tentang perilaku hidup manusia

untuk mencapai keridhaan Allah SWT. Seperti yang dirumuskan dalam Al-Qur’an

surat Asy-Syara ayat 13 yang artinya:

“Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-

Nya kepada Nuh dan apa yang telah kamu wahyukan kepadamu dan apa yang

telah kami wasiatan kepada Ibrahim Musa dan Isa”.

Allah telah mengatur segala sesuatu kepentingan manusia, baik yang telah

tercantum di al-qr’an, maupun yang telah dijelaskan lewat pembawa risalah-Nya,

Muhammad SAW. Namun era ini, manusia semakin menjauh dari ketentuan yang

telah ada. Syari’at diangggap memberatkan manusia, tidak cocok dengan kondisi,

ataupun yang lain.

Dengan semakin bertambahnya manusia yang tidak menjalankan syari’at

yang ada, maka perlu adanya pengetahuan tentang syar’at dan kegunaannya dalam

kehidupan sehari-hari. Hal ini berguna agar kita dapat menjalankan semua

perintah dan menjauhi semua larangan dengan sempurna.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang terdapat dalam makalah ini adalah :

1. Apa pengetian dari syari’at?

2. Apa tujuan dari syari’at yang telah dibuat?

3. Bagaimana uang lingkup syari’at?

1.3 Tujuan

Tujuan yang terdapat dalam makalah ini adalah :

1. Menjelaskan pengertian dari syari’at

2. Menjelaskan tujuan dari dibuatnya syari’at

3. Menjelaskan ruang lingkup syari’at

1

Page 2: syari'ah

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Defenisi Syari’ah

Secara etimologi syariah berarti aturan atau ketetapan yang Allah

perintahkan kepada hamba-hamba-Nya, seperti: puasa, shalat, haji, zakat dan

seluruh kebajikan. Kata syariat berasal dari kata syar’a al-syai’u yang berarti

menerangkan atau menjelaskan sesuatu. Atau berasal dari kata syir’ah dan syariah

yang berarti suatu tempat yang dijadikan sarana untuk mengambil air secara

langsung sehingga orang yang mengambilnya tidak memerlukan bantuan alat lain.

Syariat dalam istilah syar’i hukum-hukum Allah yang disyariatkan kepada

hamba-hamba-Nya, baik hukum-hukum dalam Al-Qur’an dan sunnah nabi Saw

dari perkataan, perbuatan dan penetapan. Syariat dalam penjelasan Qardhawi

adalah hukum-hukum Allah yang ditetapkan berdasarkan dalil-dalil Al-Qur’an

dan sunnah serta dalil-dalil yang berkaitan dengan keduanya seperti ijma’ dan

qiyas. Syariat Islam dalam istilah adalah apa-apa yang disyariatkan Allah kepada

hamba-hamba-Nya dari keyakinan (aqidah), ibadah, akhlak, muamalah, sistem

kehidupan dengan dimensi yang berbeda-beda untuk meraih keselamatan di dunia

dan akhirat.

Demikian juga istilah “hukum Islam” sering diidentikkan dengan kata

norma Islam dan ajaran Islam. Dengan demikian, padanan kata ini dalam bahasa

Arab barangkali adalah kata “al-syari’ah”. Namun, ada juga yang mengartikan

kata hukum Islam dengan norma yang berkaitan dengan tingkah laku,

yang padanannya barangkali adalah “al-fiqh”.

Penjabaran lebih luas dapat dijelaskan sebagai berikut: bahwa kalau

diidentikkan dengan kata “al-syari’ah”, hukum Islam secara umum dapat diartikan

dalam arti luas dan dalam arti sempit. 

1. Syari'ah Dalam Arti Luas

Dalam arti luas “al-syari’ah” berarti seluruh ajaran Islam yang berupa

norma-norma  ilahiyah, baik yang mengatur tingkah laku batin (sistem

kepercayaan/doktrinal)  maupun tingkah laku konkrit (legal-formal) yang

individual dan kolektif. 

2

Page 3: syari'ah

Dalam arti ini,  al-syariah identik dengan din, yang berarti meliputi seluruh

cabang pengetahuan keagamaan Islam, seperti kalam, tasawuf, tafsir, hadis, fikih,

usul fikih, dan seterusnya. (Akidah, Akhlak dan Fikih).

Hal ini sebagaimana dimaksudkan dalam al-Qurân surat asy-Syura ayat

13:

Artinya: Dia telah mensyari`atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah

diwasiatkan-Nya kepada Nûh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan

apa yang telah kamu wasiatkan kepada Ibrâhim, Mûsâ dan `Isa, yaitu

tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah-belah tentangnya. Amat berat

bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru kepada mereka. Allah menarik

kepada agama itu orang-orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk

kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya).

Dan surat al-Jâsiyah ayat 18: Artinya: kemudian kami jadikan kamu

berada diatas syari`ah (peraturan) dari urusan (agama) itu, maka ikutilah

syari`ah itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak

mengetahui.

2. Syari'ah Dalam Arti Sempit

Dalam arti sempit al-syari’ah berarti norma-norma yang mengatur sistem

tingkah laku individual maupun tingkah laku kolektif. Berdasarkan pengertian

ini, al-syari’ah dibatasi hanya meliputi ilmu fikih dan usul fikih. Dalam pengertian

khusus tersebut, syari`ah adalah ketentuan-ketentuan atau peraturan-peraturan

hukum yang mengatur segala perbuatan serta tingkah laku orang-orang islam.

Pengertian ini meliputi dua bagian, yaitu:

a. Ibadah, yang membahas hubungan manusia dengan Allah swt. (hubungan

vertikal), yaitu ketentuan yang menyangkut perbuatan yang dikerjakan

untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. Dan mengingat kebesaran-Nya.

Hal ini meliputi shalat, zakat, puasa dan ibadah haji. Dan keempat bentuk

ibadah ini diwajibkan bagi seseorang yang telah mengucapkan dua kalimat

syahadat. Sabda Rasulullah saw:

Artinya: Islam ditegakan diatas lima asas, yaitu bersaksi bahwa tidak ada

tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah,

3

Page 4: syari'ah

mengerjakan shalat, mengeluarkan zakat, melaksanakan ibadah haji dan

puasa bulan Ramadhan.

b. Mu`amalah, yang membahas hubungan manusia dengan lingkungannya

(horizontal), yaitu ketentuan hukum yang mengatur perbuatan yang

dilakukan untuk menjaga tata tertib, mencegah kekacauan dan

memperoleh kemaslahatan hidup bersama dalam masyarakat. Hal ini

meliputi masalah ekonomi (jual-beli), warisan, munakahat (pernikahan),

siyasah (politik/strategi), hudud (hukuman) qadha, jinayah dan hal-hal

yang menyangkut hubungan masyarakat Islam dengan yang bukan Islam.

2.2 Sifat-Sifat Syari’ah Islam

Syariat Islam adalah ketetapan Allah SWT, maka memiliki sifat-sifat,

antara lain:

1. Umum, maksudnya syariat Islam berlaku bagi segenap umat Islam di seluruh

penjuru dunia, tanpa memandang tempat, ras, dan warna kulit. Berbeda

dengan hukum perbuatan manusia yang memberlakukannya terbatas pada

suatu tempat karena perbuatannya berdasarkan faktor kondisional dan

memihak pada kepentingan penciptanya.

2. Universal, maksudnya syariat Islam mencakup segala aspek kehidupan umat

manusia. Ditegaskan oleh Allah SWT. "Tidak ada sesuatu pun yang kami

luputkan di dalam Kitab (Al-Qur'an)." (QS. 6/An-An'am: 38). Maksudnya di

dalam Al-Qur'an itu telah ada pokok-pokok agama, norma-norma, hukum-

hukum, hikmah-hikmah, dan tuntunan untuk kebahagiaan manusia di dunia

dan di akhirat.

Bukti bahwa hukum Islam mencakup segala urusan manusia, berikut

kami petikkan beberapa ayat Al-Qur'an, antara lain:

a. Tentang ekonomi dan keuangan. Hai orang-orang yang beriman, apabila

kamu melakukan utang-piutang untuk waktu yang ditentukan, hendaklah

kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu

menuliskannya dengan benar." (QS. 2/Al-Baqoroh: 282].

b. Tentang usaha dan kerja. “Dan bahwa manusia hanya memperoleh apa

yang telah diusahakannya." (QS. 53/An-Najm: 39).

4

Page 5: syari'ah

c. Tentang peradilan. "...dan apabila kamu menetapkan hukum di antara

manusia hendaknya kamu menetapkannya dengan adil." (QS. 4/An-

Nisa':58).

d. Tentang militer. "Dan persiapkanlah dengan segala kemampuan untuk

menghadapi mereka dengan kekuatan yang kamu miliki dan dari pasukan

berkuda yang dapat menggentarkan musuh Allah, musuhmu, dan orang-

orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya, tetapi Allah

mengetahuinya." (QS. 8/Al-Anfal: 60)

e. Tentang masalah perdata. "Hai orang-orang yang beriman, penuhilah

janji-janji." (QS. 5/Al-Maidah: 1). Maksudnya adalah janji kepada Allah,

janji terhadap sesama manusia, dan janji kepada diri sendiri.

3. Orisinil dan abadi, maksudnya syariat ini benar-benar diturunkan oleh Allah

SWT, dan tidak akan tercemar oleh usaha-usaha pemalsuan sampai akhir

zaman. "Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur'an, dan pasti

Kami (pula) yang memeliharanya." (QS. 151 Al-Hijr: 9). Firman Allah

tersebut telah terbukti. Beberapa kali umat lain gagal memalsukan ayat-ayat

Al-Qur'an.

4. Mudah dan tidak memberatkan. Kalau kita mau merenungkan syariat Islam

dengan seksama dan jujur, akan kita dapati bahwa syariat Islam sama sekali

tidak memberatkan dan tidak pula menyulitkan. "Allah tidak membebani

seseorang, melainkan sesuai dengan kesanggupannya." [QS. 2/Al-Baqoroh:

286).

Bukti-bukti bahwa syariat ini mudah dan tidak memberatkan, bisa kita

dapati antara lain bagi:

a. Orang yang bepergian (Musafir) mendapat keringanan boleh mengqoshor

(memendekkan sholat yang empat rokaat menjadi dua rokaat), dan boleh

tidak berpuasa dengan catatan harus menggantinya pada hari yang lain.

b. Orang yang sedang sakit tidak diharuskan bersuci dengan wudhu,

melainkan dengan tayammum yakni menggunakan debu. Dalam

menunaikan sholat pun jika tidak sanggup berdiri, boleh dengan duduk,

atau bahkan boleh sambil merebahkan diri.

5

Page 6: syari'ah

c. Percikan najis dari genangan air di jalanan, apabila mengena pakaian,

dimaafkan karena itu sulit di hindarkan.

d. Dalam keadaan terpaksa, tidak ada secuil pun makanan untuk mengganjal

perut, makanan yang telah diharamkan seperti bangkai, boleh dimakan

asalkan tidak berlebihan.

5. Seimbang antara kepentingan dunia dan akhirat. Islam tidak memerintahkan

umatnya untuk mencari kesenangan dunia semata, sebaliknya juga tidak

memerintahkan pemeluknya mencari kebahagiaan akhirat belaka. Akan tetapi

Islam mengajarkan kepada pemeluknya agaromencari kebahagiaan hidup di

dunia dan akhirat kelak. Ayat-ayat Al Quran yang mensuratkan

keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat, antara lain: "Dan carilah

(pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah

kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia." (QS. 28/Al-

Qoshosh: 77). Dialah yang menjadikan malam untukmu (sebagai) pakaian,

dan tidur untuk istirahat, dan Dia menjadikan siang untuk bangkit berusaha."

(QS. 25/Al-Furqon: 47).

2.3 Tujuan Syariat Islam 

Tujuan Syari’ah Islam yang paling utama adalah untuk membangun

kehidupan manusia atas dasar ma’rufat ( kebaikan-kebaikan ) dan

membersihkannya dari munkarat ( keburukan-keburukan ).

1. Ma’rufat adalah nama untuk semua kebajikan atau sifat-sifat yang baik, yang

sepanjang masa telah diterima sebagai sesuatu yang baik oleh hati nurani

manusia.

Syari’ah Islam membagi ma’ruf itu dalam 3 kategori, yaitu :

a. Fardhu : wajib.

b. Sunah : anjuran.

c. Mubah : boleh.

2. Munkarat adalah nama untuk segala dosa dan kejahatan yang sepanjang masa

telah dikutuk oleh watak manusia sebagai sesuatu yang jahat.

6

Page 7: syari'ah

Syari’ah Islam membagi munkarat itu dalam 2 kategori, yaitu :

a. Haram.

b. Makruh.

2.4 Ruang Lingkup Syari’ah

Dengan definisi syariat Islam baik secara etimologis maupun terminologis

syar‘î menegaskan ruang lingkup dari syariat Islam yang sesungguhnya yaitu

mencakup keseluruhan ajaran Islam, baik yang berkaitan dengan akidah, ibadah,

akhlaq dan termasuk di ataranya adalah muamalah yang mengatur tentang

peraturan atau sistem kehidupan manusia. Dengan demikian secara sederhana

diahami bahwa yang dimaksud dengan Syariah Islam adalah aturan kehidupan

yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia dalam bentuk hukum-hukum

Islam yang terkandung dalam Al Qur’an dan As Sunah yang terdiri atas (1) aspek

Aqidah, (2) Aspek Ibadah dan (3) Aspek Muamalah atau hukum-hukum

‘amaliyah (praktis).

Perkara yang berkaitan dengan Aspek Aqidah mejadi dasar pokok dalam

ajaran Islam. Aqidah Islam merupakan benuk keimanan kepada Allah dan para

malaikat-Nya; pada kitab-kitab-Nya; kepada para rasul-Nya; serta pada Hari

Akhir dan takdir, yang baik dan buruknya berasal dari Allah SWT semata. Aqidah

Islam meliputi keimanan pada adanya surga, neraka, dan setan serta seluruh

perkara yang berkaitan dengan semua itu. Demikian juga dengan hal-hal gaib dan

apa saja yang tidak bisa dijangkau oleh indera yang berkaitan dengannya. Aqidah

Islam merupakan pemikiran yang sangat mendasar (fikr asâsi). Aqidah inilah

yang menjadi landasan utama manusia dalam menjalankan perintah dan larangan

Allah swt. Yang berarti bahwa aqidah Islam mencakup pola berpikir menyeluruh

(fikrah kulliyyah) dan mendasar yang mencakup persoalan alam semesta, manusia,

dan kehidupan; eksistensi Pencipta dan Hari Akhir; Hubungan alam, manusia, dan

kehidupan dengan Pencipta dan Hari Akhir.

Perkara yang berkaitan dengan ibadah terbagi menjadi dua bagian, yaitu

ibadah Khas dan ibadah Umm. Ibadah Khas adalah merupakan ibadah yang tata

cara pelaksanaan dan ketentuan syarat sahnya terdapat petunjuk nash baik dalam

al-Qur;an dan Hadits. Sementara aspek Ibadah Umm atau ibadah umum adalah

7

Page 8: syari'ah

ibadah yang tata cara pelaksanaan dan ketentuan atau syarat sahnya tidak terdapat

secara rinci dalam nash. Perkara yang berkaitan dengan ibadah khusus itu seperti

iabadah  Sholat, Puasa, Zakat, dan haji sementara perkara yang berkaitan dengan

ibadah umum adalah keseluruhan amaliyah yang menyangkut kehidupan

manusiayang mencakup antara lain

1. Ahkamul Akhwal Syakhsiah yaitu hukum-hukum yang mengatur hubungan

rumah tangga, Dalam Al Qur’an terdapat sekitar 70 ayat yang membahas

masalah ini.

2. Al Ahkamul Madaniyah yaitu hukum-hukum yang mengatur transaksi

ekonomi sesama anggota masyarakat, seperti jual beli, pegadaian, sewa

menyewa, hutang piutang, syirkah dan seterusnya. Dalam Al Qur’an terdapat

sekitar 70 ayat yang membahas masalah ini.

3. Al Ahkamul Jinaiyah (hukum-hukum pidana), mengatur segala hal yang

berkaitan dengan tindak pidana kejahatan serta hukumannya. Dalam Al

Qur’an terdapat sekitar 30 ayat yang membahas masalah ini.

4. Al Ahkamul Dusturiyah (hukum ketatanegaraan): mengatur mekanisme

penyelenggaraan negara berikut hubungan antara penguasa dan rakyat. Dalam

Al Qur’an terdapat sekitar 10 ayat yang membahas masalah ini.

5. Ahkamul Murafa’at (hukum perdata): mengatur hal-hal yang berkaitan

dengan dunia peradilan, kesaksian dan sumpah. Dalam Al Qur’an terdapat

sekitar 13 ayat yang membahas ini.

6. Al Ahkamul Iqtishodiyah wal Maliyah (ekonomi dan moneter) ; mengatur

pendapatan dan belanja negara serta interaksi antara kaum kaya dan miskin

sertanegara dan warga negara dalam masalah ekonomi. Dalam Al Qur’an

terdapat sekitar 10 ayat yang membahas masalah ini.

7. Al Ahkam Ad Duwaliyah : mengatur hubungan antara negara Islam dengan

negara lain dan hubungan negara dengan warga negara kafir dzimmi dalam

negara Islam. Dalam Al Qur’an terdapat sekitar 10 ayat yang membahas

masalah ini.

[Tarikhu Al Tasyri' Al Islami hal. 84-86, Al Madkhal Ila Dirasati Syari'ah

Islamiyah hal. 49-53 dan 156-158, Ilmu Ushulil Fiqhi hal. 32-33 ].

8

Page 9: syari'ah

Sementara itu, peraturan atau sistem kehidupan Islam merupakan

kumpulan ketentuan yang mengatur seluruh urusan manusia; baik yang berkaitan

dengan ubudiah, akhlak, makanan, pakaian, muamalat, maupun

persanksian. Tentu saja, untuk bisa disebut sistem Islam, ia harus digali dari dalil-

dalil tafshîli (rinci); baik yang bersumber dari al-Quran, Hadis Nabi, Ijma

Sahabat, maupun Qiyas.

Al-Quran, misalnya, dengan tegas menyatakan:

ء�﴾ ي� ش� ل� ك ل� ن�ا ش�ا ي� ل� ش� ش�ا ل ي� ا ش� ي� ش� ش� ش�ا ي� �� ش ش� �ش ﴿

Kami telah menurunkan al-Kitab (al-Quran) ini kepadamu (Muhammad) untuk

menjelaskan segala sesuatu. (QS an-Nahl [16]: 89).

Hadis Nabi juga telah menjelaskan hal yang sama:

ل� « ل� ل� ش� ش ��ش ك! �ش ل� ا�� ش� ش�ا ل" ش#ا ل$ ل% ي& ك� ي '�ش ش# ش� ش)ا ك��وا ل* ش� ي+ ش� ل+ ي, ش- ي) ش.ا ي& ك ل/� ك0 ي" ش- ش� ش1 » ش2ا

Aku telah meninggalkan dua perkara yang menyebabkan kalian tidak akan sesat

selamanya selama kalian berpegang teguh pada keduanya, yaitu Kitabullah dan

Sunnah Nabi-Nya. (HR at-Turmudzî, Abû Dâwud, Ahmad).

Dari dua nash di atas, tampak jelas bahwa syariat Islam yang ditinggalkan

oleh Rasulullah saw. telah mengatur segala urusan tanpa kecuali; mulai dari

hubungan manusia dengan Penciptanya—dalam konteks Aqidah dan ibadah

semisal shalat, puasa, zakat, haji dan jihad; hubungan manusia dengan dirinya

sendiri seperti dalam urusan pakaian, makanan dan akhlak; hingga hubungan

manusia dengan sesamanya seperti dalam urusan pemerintahan, ekonomi, sosial,

pendidikan, dan politik luar negeri, dll. Secara konseptual, semuanya telah diatur

oleh Islam dengan sejelas-jelasnya.

Hukum-hukum ini dibukukan dan diatur lagi secara detail dalam As Sunah

An Nabawiyah yang jumlahnya sangatlah banyak. Demikianlah, syariah Islam

merupakan aturan hidup dan perundangundangan paling lengkap dan sempurna

yang Allah Ta’ala turunkan untuk umat manusia sampai akhir zaman nanti.

Secara garis besar peraturan Allah yang diberikan kepada manusia terbagi

menjadi dua yaitu pertama, peraturan yang bertalian dengan perbuatan manusia

guna mendekatkan diri kepada Allah, mengingat ingat ke-Agungan-Nya dan

9

Page 10: syari'ah

berterimakasih atas karunia yang diberikan-Nya kepada manusia. Bagian ini

sering disebut ibadat, seperti shalat, zakat, puasa dan haji. Kedua, peraturan yang

bertalian dengan kegiatan manusia guna menemukan kebaikan bersama dan

mengurangi kedzaliman atas manusia lain pada umumnya. Bagian kedua ini

sering disebut mu’amalat, seperti pernikahan, pembagian harta waris, penggunaan

barang atau jasa orang lain, hak hak dasar mencapai kemaslahatan umum.

Perbuatan manusia dalam bentuk ibadat terdiri dari bersuci diri dari

kotoran dan najis (thaharah), shalat, zakat, puasa dan haji.

Tujuan dari thaharah ialah membiasakan manusia hidup bersih agar

manusia lain merasa nyaman ditengah tengah kehadirannya. Tujuan dari shalat

ialah menanamkan kesadaran diri manusia tentang identitas asal usulnya dari

tanah serta kurun waktu 24 jam dalam kehidupannnya yang dibuktikan dengan

tidak melakukan perbuatan merugikan orang banyak (fahisah) dan lisannya tidak

melukai perasaan orang lain.

Tujuan dari zakat ialah membiasakan manusia untuk berbagi dengan

mnusia lain yang tidak bekerja produktif. Zakat dapat dilakukan setiap saat asla

ada keuntungan yang diperoleh dari pekerjaannya. Sasaranya adalah pekerja tidak

produktif yang ada di lingkungan sekitar tempat tinggalnya. Dengan berzakkat,

manusia bersyukur atas karunia yang diberikan Allah dengan gratis, seperti udara

segar, kesehatan tubuh, kecerdasan pikiran, keluasan pergaulan dan kepercayaan

diri dengan manusia lain.

Tujuan dari puasa ialah membiasakan manusia untuk jujur pada diri sendiri

dan berempati atas penderitaan orang lain dengan cara meniru sifat sifat Tuhan

tidak pernah makan, minum dan berkeluarga. Dengan berpuasa, manusia

menyucikan dirinya dari iri hati, cemburu, keinginan melihat orang lain sehingga

menjaddi manusia yang toleran, berbaik sangka kepada orang lain, dan selau

berusaha melayani orang lain sebaik baiknya.

Tujuan dari haji ialah mempersiapkan manusia untuk sanggup datang

kepada Allah sendiri sendiri dengan menanggalkan seluruh kekayaan, ikatan

kekerabatan, jabatan kekuasaan, kecuali amal perbuatan yang telah dilakukannya.

Dengan dua helai kain ihram, orang berhaji sedang mensimulasi menjadi orang

mati, yaitu dibungkus dengan dua helai kain putuh, diantarkan kerabat dan

10

Page 11: syari'ah

tetangga ke liang lahat, lalu tinggal sendiri dibawah gundukan tangah dengan

telanjang dan hanya amal perbuatan yang dapat menolong dan menemani manusia

di alam kubur..

Perbuatan manusia dalam bentuk mu’amalat terdiri dari ikatan pertukaran

barang dan jasa, ikatan pernikahan, ikatan pewarisan, ikatan kemasyarakatan dan

ikatan kemanusiaan. Tujuan dari ikatan pertukaran barang dan jasa ialah agar

kebutuhan dasar hidup manusia tersedia dengan cara yang sportif. Sportif artinya

dalam ikatan pertukaran mempersyaratkan kerelaan kedua belah pihak dan

kejelasan status barang dan jasa yang dipertukarkan. Apabila kedua persyaratan

ini tidak dipenuhi dalam ikatan pertukaran, maka terjadilah kedzaliman (homo

homini lupus : manusia memakan manusia).

Tujuan ikatan pernikahan ialah melestarikan generasi manusia dengan cara

rekreassi permanen yang diikat perjanjian atas dasar kesukarelaan kedua belah

pihak dan tolong menolong dalam kebaikan serta taqwa diantara keduanya.

Apabila unsur kesukarelaan dan tolong menolong sudah hilang dalam ikatan

pernikahan, maka pintu perceraian yang sportif terbuka lebar bagi masing masing

pasangan.

Tujuan dari ikatan pewarisan ialah menjamin kebutuhan dasar hidup bagi

keturunan dari orang meninggal agar tidak menjadi benalu bagi manusia lain.

Anak laki laki dan perempuan adalah pewaris utama atas harta peninggalan kedua

orang tuanya. Anak laki laki memperoleh bagian lebih besar dibandingkan dengan

bagian waris anak perempuan karena anak laki laki menggantika peran ayah

dalam keluarga. Apabila anak perempuan sudah menikah dengan pria dari

keluarga lain, kemudian terjadilah perceraian diantara keduanya, maka rumah

tempat kembali bagi anak perempuan tersebut adalah rumah saudara kandungnya

yang laki laki. Dengan demikian, anak anak dari saudara perempuannya tersebut

menjadi tanggungan ekonomi keluarga saudara kandung laki laki.

Tujuan ikatan kemasyarakatan ialah agar terjadi pembagian peran dan

fungsi sosial yang seadil adilnya atas dasar musyawarah, menegakkan kedamaian

bersama dan kesederajatan manusia dibawah hukum kemasyarakatan yang dibuat

bersasma. Apabila ketiga prinsip tersebut dilanggar, maka terjadilah konflik sosial

dan jatuhlah masyarakat manusia ke lubang anarkisme.

11

Page 12: syari'ah

Tujuan ikatan kemanusiaan ialah agar terjadi saling tenggang rasa, karya

dan cipta diantara manusia yang berkaitan dengan keutuhan fisik, kesmpurnaan

nyawa, kenormalan akal, keterjaminan hak milik, keselamatan keluarga dan

kebebasan melakuka keyakinan agama. Kelima ikatan kemanusiaan tersebut

bersifat universal dan melintassi budaya, suku, ras bahkan agama itu sendiri.

Sementara itu, dalam tataran praktis atau aplikatif, Islam juga memiliki

tatacara tertentu yang digunakan untuk mengaplikasikan hukum-hukumnya,

memelihara akidahnya, dan mengembannya sebagai risalah dakwah. Dengan

demikian, yang pertama bersifat konseptual dan tidak mempunyai pengaruh

secara fisik sehingga disebut sebagai fikrah(konsep) saja, sedangkan yang kedua

bersifat praktis dan aplikatif sehingga disebut dengan tharîqah (metode). Sebab,

yang terakhir ini tidak hanya bersifat konseptual, tetapi juga bersifat praktis dan

aplikatif karena merupakan aktivitas fisik yang mempunyai pengaruh secara fisik,

di samping bersifat tetap.

2.5 Kedudukan Syari’ah dalam pokok ajaran Islam

Syari’ah merupakan bukti aqidah yang diwujudkan dalam bentuk

perbuatan perbuatan. Perbuatan tersebut dilakukan manusia semenjak lahir sampai

mati dalam ruang waktu kehidupan dunia ini. Semenjak manusia terbangun dari

tidur hingga tidur kembali dalam waktu 24 jam, perbuatan manusia dibingkai oleh

nilai nilai transendental thaharah dan shalat.

Umumnya manusia beristirahat malam hari dan bekerja pada siang hari.

Hasil pekerjaan tersebut disyukuri dengan cara berbagi kepada orang yang tidak

mampu bekerja. Nilai nilai transedental zakat melandasi setiap tetes keringat yang

keluar dari tubuh manusia karena kerja keras mereka pada saat terjaga.

Kedudukan syari’ah dalam ajaran Islam adalah sebagai bukti aqidah.

Setiap detik kehidupan manusia diisi dengan perbuatan perbuatan. Perbuatan-

perbuatan itu dilandasi akar keyakinan hati akan tunduk dan patuh secara sukarela

pada kehendak Tuhan(aqidah). Buah dari perbuatan itu dinamai akhlaq.

12

Page 13: syari'ah

2.6 Pelaksanaan Syariat Islam

 Syariat Islam ini berlaku bagi hamba-Nya yang berakal, sehat, dan telah

menginjak usia baligh atau dewasa. (dimana sudah mengerti/memahami segala

masalah yang dihadapinya). Tanda baligh atau dewasa bagi anak laki-laki, yaitu

apabila telah bermimpi bersetubuh dengan lawan jenisnya, sedangkan bagi anak

wanita adalah jika sudah mengalami datang bulan (menstruasi).

Bagi orang yang mengaku Islam, keharusan mematuhi peraturan ini

diterangkan dalam firman Allah SWT. "kemudian Kami jadikan engkau

(Muhammad) mengikuti syariat (peraturan) dari agama itu, maka ikutilah syariat

itu, dan janganlah engkau ikuti keinginan orang-orang yang tidak mengetahui."

(QS. 45/211-Jatsiyah: 18).

Syariat Islam ini, secara garis besar, mencakup tiga hal:

1. Petunjuk dan bimbingan untuk mengenal Allah SWT dan alam gaib yang tak

terjangkau oleh indera manusia (Ahkam syar'iyyah I'tiqodiyyah) yang

menjadi pokok bahasan ilmu tauhid.

2. Petunjuk untuk mengembangkan potensi kebaikan yang ada dalam diri

manusia agar menjadi makhluk terhormat yang sesungguhnya (Ahkam

syar'iyyah khuluqiyyah) yang menjadi bidang bahasan ilmu tasawuf (ahlak).

3. Ketentuan-ketentuan yang mengatur tata cara beribadah kepada Allah SWT

atau hubungan manusia dengan Allah (vetikal), serta ketentuan yang

mengatur pergaulan/hubungan antara manusia dengan sesamanya dan dengan

lingkungannya.

Dalam melaksanakan syari’ah ada 2 hal yang perlu diperhatikan, yaitu :

a. Bahwa ketentuan Allah dan Rasul-Nya tentang pelaksanaan Syari’ah Islam

tidak semata-mata didasarkan atas klasifikasi hukum saja, misalnya wajib,

sunah, mubah, makruh maupun haram.

Tetapi juga harus didasarkan pada niat yang ikhlas karena niat

dapat mengubah klasifikasi hukum tertentu. Misalnya amalan syari’ah

yang termasuk dalam kategori wajib seperti shalat. Jika dilaksanakan

dengan niat ikhlas karena Allah, maka kewajiban terpenuhi dan sekaligus

mendapatkan pahala.

13

Page 14: syari'ah

Dalam melaksanakan Syari’ah Islam hendaknya disertai dengan

sikap wara’ dan hati-hati, serta niat yang ikhlas agar pelaksanaan syari’ah

tersebut tidak menjadi sia-sia di sisi Allah swt.

b. Bahwa ketentuan Allah dan Rasul-Nya tentang pelaksanaan Syari’ah Islam

berhubungan erat dengan situasi dan kondisi, misalnya dalam situasi

perang, shalat dapat dilaksanakan dengan cara menjama’ atau mengqashar

seperti dalam keadaan musafir, bisa dilaksanakan dengan duduk seperti

dalam kondisi sakit dan sebagainya.

Perubahan situasi dan kondisi sama sekali tidak boleh dijadikan

alasan untuk meninggalkan kewajiban yang telah ditetapkan oleh syari’ah.

Kewajiban mutlak harus dilaksanakan dalam situasi dan kondisi apapun

juga, namun peraturan pelaksanaannya boleh mengalami perubahan sesuai

dengan ketentuan syari’ah, karena dalam pelaksanaan syari’ah terdapat

kategori rukhsah ( keringanan ).

14

Page 15: syari'ah

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Syariah islam ialah tata cara pengaluran tentang perilaku hidup manusia

untuk mencapai keridhaan Allah SWT. Syari’at haruslah diterapkan oleh semua

manusia dalam kegiatan apapun. Allah telah mengatur segala aspek yang menjadi

kepentingan manusia dalam al-qur’an dan dalam penjelasan Rosulullah SAW.

3.2 Saran

Dalam pembuatan makalah ini kelompok masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu kelompok meminta kritik dan saran yang membangun dari pembaca.

Semoga makalah yang kami buat dapat bermanfaat bagi pembaca.

15