Upload
ratna-lia-adriaty
View
98
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
ISLAM SEBAGAI SISTEM HIDUP YANG SEMPURNA
1.1Pendahuluan
Danul Islam adalah suatu sistem hidup komprehensif yang Allah SWT
turunkan melalui Rasul-Nya, Muhammad SAW yang meliputi aqidah, ubudiah,
mu’amalah, mu’asyarah dan akhlak yang memandu manusia sehingga hidup
penuh kemuliaan. Konsep komprehensif bermakna aturan menyeluruh yang
merangkum berbagai aspek kehidupan, baik berdimensi keyakinan (aqidah),
ritualitas penghambban diri (ubudiah) dan aspek sosial yaitu mu’amalah,
mu’syariah, dan akhlak. Aqidah dan ubudiah diperlukan untuk menjaga ketaatan
dan keharmonisan hubungan manusia dengan khaliqnya, sedangkan mu’amalah
dan akhlak diturunkan untuk menjadi aturan main dalam kehidupan sosial.
1.2 Prinsip Dasar Ekonomi Islam
Menurut Abdul Manan (1993) landasan ekonomi islam didasarkan pada
tiga konsep fundamental yaitu: keimanan kepada Allah (tauhid), kepemimpinan
(khalifah), dan keadilan (a’dalah). Tauhid adalah konsep yang paling penting dan
mendasar, sebab konsep yang pertama adalah dasar pelaksanaan segala
aktivitas baik yang menyangkut ubudiah/ibadah, muamalah, muasyarah hingga
akhlak.
Konsep kepemimpinan (khalifah) setiap orang adalah bagian dari orang
lain mengadung makna persatuan fundamental dan persaudaraan umat
manusia. Konsep persaudaraan ini akan seimbang dengan disertai konsep
a’dalah dan keadilan. Dapat diambil kesimpulan bahwa ekonomi merupakan
bagian dari muamalah harus memperhatikan prinsip tauhid, khalifah, dan
keadilan.
1.3 Pentingnya Mempelajari Ekonomi Islam
Aktivitas penelaahan dan penyusunan ilmu ekonomi islam bersumber
utama dari Al-Qur’an, Al-Hadits dan sumber lainnya tanpa mengabaikan sumber
yang sudah ada (konvensional) yang dapat digunakan untuk menyempurnakan
konstruksi manajemen islam. Tujuan aktivitas penelaah dan penyusunan ini
tidak sekedar membandingkan konstruksi konvensional yang sudah ada, yaitu
berupaya merekontruksi perilaku ekonomi yang berakhlak mulia, dimana
perilaku tersebut harus memperhatikan nilai kemuliaan dan kejujuran, keadilan,
kepercayaan (amanah), tanggung jawab, dsb. Jika diterapakan akan
menghasilkan strategi pembangunan ekonomi yang sejahtera dan berkeadilan.
1.4 Istilah Ekonomi Islam
Istilah iqtishad merupakan bagian dari muamalah yang mengandung
makna pengaturan dalam bisnis. Istilah ekonomi islam bermacam-macam
sebutannya, ada yang menyebut ekonomiillahiyah (ekonomi bersumber dari
Tuhan), ekonomi qur’ani atau ekonomi syariah (ekonomi dengan ilmu islam).
Untuk membedakan dari ilmu ekonomi lain seperti ekonomi kapitalis, ekonomi
sosialis.
Berbagai definisi ekonomi islam:
1. Muhammad Abdul Manan mendefinisikan ilmu ekonomi islam adalah ilmu
pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-masalah ekonomi rakyat yang
di ilhami oleh nilai-nilai islam.
2. Muhammad Syauki Al Fanjari mendefinisikan ekonomi islam adalah segala
sesuatu yang mengendalikan dan mengatur aktivitas ekonomi sesuai dengan
ajaran islam (pokok-pokok islam) dan politik ekonomi.
3. Muhammad bin Abdullah Al Arabi mendefinisikan ekonomi islam adalah
kumpulan prinsip-prinsip umum tentang ekonomi yang diambil dari Al Qur’an
dan As Sunah Nabi Muhammad SAW dan pondasi ekonomi yang dibangun
atas dasar pokok-pokok ajaran islam dengan mempertimbangkan kondisi
lingkungan dan waktu.
1.5 Karakteristik Ekonomi Islam
Terdapat beberapa karakteristik yang merupakan kelebihan dalam sistem
ekonomi islam menurut Abdullah At Tariqi (2004) antara lain:
a. Bersumber dari ilahiyah
Sumber awal ekonomi islam merupakan muamalah, berbeda dengan
sumber sistem ekonomi lainnya karena ekonomi islam merupakan aturan dari
Allah.
b. Ekonomi pertengahan dan berimbang
Ekonomi islam berposisi diantara aliran individu (kapitalis) yang melihat
bahwa hak kepemilikan individu bersifat absolut dan tidak boleh diintervensi
oleh siapapun, aliran sosialis (komunis) menyatakan ketiadaan hak individu
dan mengubahnya ke dalam kepemilikan bersama dengan menempatkannya
dibawah dominasi negara.
c. Ekonomi berkecukupan dan berkeadilan
Ekonomi islam memiliki kelebihan dengan menjadikan manusia
sebagai fokus perhatian. Manusia diposisikan sebagai pemimpin (khalifah)
untuk memakmurkan dan tidak hanya mengeksploitasi dan memanfaatkan
saja.
d. Ekonomi pertumbuhan dan keberkahan
Ekonomi islam memiliki kelebihan dari sistem yang lain yaitu beroprasi
atas dasar pertumbuhan dan investasi harta secara legal, agar tidak terhenti
dari rotasinya dalam kehidupan sebagai bagian dari mediasi jaminan
kebutuhan pokok bagi manusia.
1.6 Urgensi Implementasi Ekonomi Islam
Sejumlah masalah yang berhubungan dengan implementasi ekonomi
islam menuru Abdul Manan (1993):
1. Apakah ilmu ekonomi islam adalah suatu ilmu pengetahuan normatif, positif
atau keduanya? Ilmu ekonomi islam berasal dari Al Qur’an dan hadits dimana
keduanya merupakan hukum integratif yang berisi seluruh aspek kehidupan
manusia baik normatif maupun positif.
2. Apakah teori ekonomi islam diperlukan mengingat tidak ada ekonomi yang
aktual? Ekonomi islam mampu menangkap sekaligus menyelesaikan
berbagai permasalahan perekonomian di masyarakat lokal maupun global.
3. Apakah ekonomi islam itu suatu sistem ataukan ilmu pengetahuan? Dalam
konsep ekonomi islam satu sistem dan yang lainnya saling berhubungan
dengan intensitas tertentu. Sistem yang baik membutuhkan ilmu pengetahuan
untuk melaksanakan sistem tersebut, dalam ajaran islam kewajiban menuntut
ilmu pengetahuan demi terlaksananya tindakan (amalan).
BAB II
LANDASAN HUKUM EKONOMI ISLAM
2.1 Pendahuluan
Para ulama khususnya ahlusunah wal jamaah bersepakat bahwa sumber
hukum dalam islam adalah Al Qur’an, As Sunah, Ijma, dan Qiyas. Dengan kata
lain jika terdapat permasalahan maka dari ke empat sumber hukum tersebut
harus dilihat nashnya.
2.2 Al Qur’an
1. Pengertian Al Qur’an dan Periode Turunnya
Sumber hukum dalam manajemen islam yang pertama adalah Al
Qur’an. Al Qur’an secara etimologis adalah bentuk mashdar dari kata qa-ra-a
yang artinya bacaan. Al Qur’an adalah wahyu kalam yang diturunkan melalui
Rasulullah SAW yang disampaikan kepada umat manusia (muslim) dalam
rangka menuntun kehidupan di dunia. Al Qur’an terdiri dari 30 juz, 114 surat,
6.236 ayat dan 324.345 huruf.
2. Fungsi Al Qur’an
Dilihat dari isinya Al Qur’an mempunyai berbagai fungsi (multifungsi),
namun dari fungsi-fungsi tersebut dapat dirangkum menjadi dua fungsi.
Pertama sebagai rahmat yang dikaruniakan Allah kepada umat manusia bila
mereka menerima dan mengamalkan keseluruhan isi Al Qur’an, maka akan
mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Kedua sebagai hudan atau petunjuk. Kata petunjuk ini mengandung
arti luas, dapat berarti petunjuk bagi manusia untuk mengenal rasul dan
membuktikan kebenaran yang menjadi tanda atau identitas kerasulan.
3. Kandungan Al Qur’an
Al Qur’an merupakan sumber petunjuk bagi kehidupan manusia,
petunjuk Al Qur’an itu dapat diklasifikasikan ke dalam dua bentuk. Pertama
ada ayat-ayat yang sudah mengatur hukum secara jelas atau eksplisit dan
terinci yang tidak memungkinkan untuk penafsiran lain, namun berlaku untuk
jumlah yang terbatas.
Kedua ayat-ayat Al Qur’an yang secara implisit mengatur dan
menjelaskan secara garis besar saja. Ayat yang demikian masih memerlukan
penjelasan, penafsiran, dan penjabaran secara rinci oleh Nabi SAW dan para
pengikutnya.
4. Al Qur’an Sebagai Sumber Hukum Eekonomika Syariah
Kedudukan Al Qur’an sebagai sumber utama dan pertama bagi
penetapan hukum, maka apabila seseorang ingin menemukan hukum untuk
suatu kejadian, tindakan pertama yang harus dilakukan adalah mencari
penyelesaiannya dari Al Qur’an. Selama hukumnya dapat diselesaikan
dengan Al Qur’an, maka ia tidak boleh mencari jawaban lain diluar Al Qur’an.
Al Qur’an menjadi sumber dari segala sumber hukum.
2.3 As Sunnah
1. Pengertian As Sunnah
As sunnah secara harfiah berarti cara, adat istiadat, kebiasaan hidup
yang mengacu kepada perilaku Nabi SAW yang dijadikan teladan. Sunnah
dalam istilah ulama ushul adalah apa-apa yang diriwayatkan dari Nabi
Muhammad SAW, baik dalam bentuk ucapan, perbuatan, maupun pengakuan
dan sifat Nabi.
Sedangkan sunnah dalam istilah ulama fiqih adalah sifat hukum bagi
suatu perbuatan yang dituntut melakukannya dalam bentuk tuntutan yang
tidak pasti dengan pengertian jika melakukan akan mendapatkan pahala dan
tidak dosa jika tidak melakukannya.
2. Macam As Sunnah
Sunnah menurut pemahaman ulama ushul fiqih dibagi tiga yaitu:
a. Sunnah Qauliyah adalah ucapan lisan dari Nabi tapi bukan wahyu Al
Qur’an
b. Sunnah Fi’liyah adalah semua perbuatan dan tingkah laku Nabi SAW yang
dilihat, diperhatikan oleh sahabat, kemudian disebarluaskan.
c. Sunnah Taqririyah yaitu apabila seorang sahabat melakukan perbuatan
atau mengemukakan ucapan dan tidak disanggah oleh Nabi SAW
(disetujui Nabi SAW).
3. Dasar Hukum As Sunnah Sebagai Sumber Hukum
Dasar hukum hadits atau sunnah sebagai rujukan setiap persoalan
termasuk bidang manajemen setelah Al Qur’an.
2.4 Ijma’
1. Pengertian Ijma’
Pengertian ijma’ menurut istilah ahli ushul fiqih adalah kesepakatan
mujtahid di antara umat islam pada suatu masa setelah Rasulullah wafat
terhadap hukum syara tentang suatu masalah.
Ijma’ adalah suatu penetapan hukum yang muncul sebagai akibat dari
penularan yang dilakukan atas suatu peristiwa hukum yang berkembang
dengan cepat akibat perubahan fenomena masyarakat.
2. Jenis Ijma’
1. Ijma Bayani
Ijma bayani yaitu suatu pendapat dari para ahli hukum (fiqih) yang
mengeluarkan pendapatnya untuk menentukan suatu masalah.
2. Ijma Sukuti
Ijma sukuti adalah suatu pendapat seseorang atau beberapa ahli
hukum, tetapi ahli hukum lainnya tidak membantah.
2.5 Qiyas
1. Pengertian Qiyas
Pengertian qiyas menurut bahasa berarti mengukur dan menyamakan
suatu hal dengan hal lain yang sudah ada. Sedangkan secara istilah qiyas
artinya menyamakan hukum suatu hal yang tidak terdapat ketentuannya
dalam Al Qur’an dan Al Hadits dengan hal yang sudah ada hukumnya dalam
Al Qur’an dan Al Hadits karena adanya persamaan penyebab.
2. Qiyas Sebagai Dalil Hukum Syara
Dalil atau petunjuk yang membolehkan qiyas sebagai landasan hukum
dalam fiqih islam termasuk fiqih muamalah. Perintah mentaati Allah berarti
mengikuti hukum dalam Al Qur’an, perintah mengikuti Rasul berarti perintah
untuk melaksanakan hukum yang terdapat dalam sunnah dan perintah
mentaati ulil amri berarti perintah mengikuti hukum hasil ijma’ ulama.
BAB III
KEPEMILIKAN
3.1 Pendahuluan
Menurut bahasa adalah pembelanjaan (alokasi harta) dengan dasar legal
formal berupa perintah dan larangan yang berlaku di tengah masyarakat.
Menurut Abdul Salam Al Abadi (1987) kepemilikan adalah hak khusus manusia
terhadap kepemilikan barang yang diizinkan bagi seseorang untuk
memanfaatkan dan mengalokasikantanpa batas hingga terdapat alasan yang
melarangnya.
Dengan demikian kepemilikan dalam islam adalah kepemilikan harta yang
didasarkan atas agama. Kepemilikan harta pada esensinya hanya sementara,
tidak abadi, tidak lebih dari pinjaman terbatas dari Allah. Kepemilikan dalam
islam bertujuan untuk melindungi agar tidak terjadi dua persoalan mendasar
yaitu:
1. Penguasaan harata oleh seseorang secara berlebihandan menjadikannya
tidak terbatas
2. Munculnya kemiskinan dan efek negatifnya baik dalam ukuran individu
maupun sosial.
Tujuan kepemilikan dalam islam berdasarkan syariah dibagi menjadi
dua yaitu kepemilikan umum dan kepemilikan khusus.
3.2 Arti dan Tujuan Kepemilikan Umum
1. Arti Kepemilikan Umum
Kepemilikan umum adalah syar’i yang terkandung pada suatu barang
atau kegunaan yang menuntut adanya kesempatan seluruh manusia secara
umum atau diantara mereka untuk memanfaatkan dan menggunakan dengan
jalan penguasaan.
2. Tujuan Kepemilikan Umum
a. Pelayanan yang mempunyai fungsi sosial yaitu pelayanan yang
mempunyai fungsi sosial yang harus dimiliki oleh semua manusia, baik
yang tergolong kebutuhan primer maupun kebutuhan lain.
b. Jaminan pendapatan negara yaitu negara menjaga hak warganya dan
bertanggung jawab atas semua kewajiban seperti memberikan jaminan
sosial bagi orang-orang lemah, kaum miskin, anak yatim, pendidikan,
pelayanan kesehatan dan semua fasilitas umum yang bervariasi.
c. Pengembangan dan penyediaan semua jenis pekerjaan produktif bagi
masyarakat yang membutuhkan. Investasi menjadi sumber yang tetapa
agar terbebas dari lilitan kebutuhan.
d. Urgensi kerjasama antar negara dalam usaha menciptakan kemakmuran
bersama, diperlukan adanya hubungan pertukaran kemaslahatan dan
kemajuan antar negara untuk saling menyempurnakan karena bangsa
manapun tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri.
e. Investasi harta untuk mencapai kemakmuran bersama, masyarakat
memerlukan layanan dan tatanan yang mampu membangkitkan aktivitas
ekonomi, menambah semangat hidup, menciptakan kebaikan dan
kebahagiaan masyarakatnya.
3.3 Sumber Dan Jenis Kepemilikan Umum
Sumber kepemilikan umum
1. Wakaf adalah menahan suatu harta yang manfaatnya disalurkan untuk
kepentingan agama Allah.
2. Proteksi pemerintah adalah perlindungan dari penguasa terhadap tanah
yang tidak bertuan yang diperbolehkan bagi kepentingan kaum, tidak
dikhususkan bagi satu orang tertentu.
3. Kebutuhan pokok seperti air, udara, dan sinar matahari merupakan bagian
yang dimiliki semua manusia, tidak diperbolehkan bagi satu orang
memilikinya (melarang kepemilikan).
4. Barang-barang tambang adalah segala sesuatu yang keluar dari dalam
bumi berupa apa yang diciptakan Allah agar dapat dimanfaatkan oleh
manusia.
5. Pantai, lautan, padang pasir, gunung, tanah mati menjadi milik negara dan
khalifah mengaturnya untuk kemaslahatan rakyat.
6. Ash-Shafawi yaitu tanah yang dikumpulkan khalifah dari tanah-tanah negeri
taklukan dan ditetapkan untuk baitul mal.
7. Istana dan bangunan termasuk dalam golongan ini adalah setiap istana,
bangunan, balairung yang dikuasai oleh negara untuk kepentingan umum
masyarakat.
3.4 Arti dan Tujuan Kepemilikan Khusus
Kepemilikan khusus yang diberlakukan untuk memberikan hak khusus
manusia atau seseorang dalam kepemilikan bendaatau manfaat serta hak
membelanjakannya tanpa ada sesuatu yang melarang.
Tujuan Kepemilikan khusus:
1. Meningkatkan kerjasama internasional melalui kerjasama antar individu dan
kelompok non pemerintah.
2. Merealisasikan kebaikan, kemakmuran, dan kemanfaatan umum melalui
persaingan sehat antar produsen.
3. Negara tiidak diperkenankan melakukan investasi jika hanya menghambat
kreativitas individu.
3.5 Jenis Kepemilikan Khusus
1. Kepemilikan pribadi merupakan kepemilikan yang manfaatnya hanya
berkaitan dengan satu orang saja, tidak ada orang lain kecuali yang ikut andil
dalam kepemilikan itu.
2. Kepemilikan perserikatan (organisasi) merupakan kepemilikan yang
manfaatnya dapat digunakan oleh beberapa orang yang dibentuk dengan
cara tertentu, seperti kerjasama yang melibatkan orang tanpa melibatkan
sekelompok orang lain.
3. Kepemilikan kelompok merupakan kepemilikan yang tidak boleh dimiliki
perorangan atau kelompok kecil, namun pembagiannya harus didasarkan
pada persebaran terhadap banyaknya pihak dimana manfaatnya
diprioritaskan untuk orang-orang yang sangat membutuhkan.
3.6 Sebab-sebab Kepemilikan Pribadi
1. Bekerja
2. Penguasaan
3. Kepemilikan barang-barang yang halal
4. Harta dari pemberian negara kepada rakyat atau individu
5. Transaksi
3.7 Batasan Kepemilikan Khusus
a. Untuk memperoleh hak kepemilikan itu hendaknya dilakukan dengan cara
legal dan halal.
b. Tidak terdapat hal yang secara langsung dapat membahayakan keselamatan
seseorang atau kelompok pada proses kepemilikan, pengalokasian, dan
pemanfaatan barang.
c. Menjaga kepentingan umum tanpa menciptakan kegoncangan di dalamnya
dengan adanya proteksi dan realisasi bagi kepentingan umum.
d. Alokasi kepemilikan yang tepat
Kewajiban dalam Kepemilikan Khusus
a. Memberikan kepada mereka yang berhak seperti istri, anak-anak yang belum
bekerja
b. Zakat sebagian dari fardhu ain yang diwajibkan Allah dalam harta orang-
orang kaya dan dialokasikan kepada orang-orang miskin.
c. Beberapa hak yang harus ditunaikan selain zakat maka hak selain zakat
harus ditunaikan terlebiha dahulu sebagai pelaksanaan kewajiban.
BAB IV
PRODUKSI DALAM ISLAM
4.1 Pendahuluan
Produksi dalm istilah konvensional adalah mengubah sumber-sumber dasar
dalam barang jadi atau proses input dimana input diolah menjadi output. Istilah
efisiensi ekonomis yaitu suatu usaha yang meminimalkan biaya tingkat output
selama periode yang dibutuhkan.
4.2 Urgensi Produksi dalam Islam
1. Motivasi Produksi dalam Islam
a. Produksi merupakan pelaksanaan fungsi manusia sebagai khalifah
Seorang muslim harus menyadari bahwa manusia diciptakan sebagai
khalifah fil ardhi (pemimpin bumi) harus mampu mengarahkan manusia
untuk menciptakan kebaikan dan kemaslahatan dimuka bumi.
b. Berproduksi merupakan ibadah.
Seorang muslim perlu bertanggung jawab terhadap pengelolaan bumi
untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Berproduksi adalah ibadah karena
merupakan aktivitas seorang muslim ketika ada perintah dari Allah SWT
atau persetujuan Rasulullah SAW.
c. Produksi sebagai sarana pencapaian akhirat
Allah SWT telah menundukkan bumi untuk kesejahteraan manusia. Dia
melengkapi manusia dengan potensi penglihatan, pendengaran, dan
kemampuan berfikir yang membantu mereka mengambil kemanfaatan
yang ada di bumi.
2. Tujuan Produksi
Menurut Nejatullah Shiddiqi (1996), pertumbuhan ekonomi yang
merupakan wujud produksi dalam Islam bertujuan :
a. Merespons kebutuhan produsen secara pribadi dengan bentuk yang
memiliki ciri keseimbangan.
b. Memenuhi kebutuhan keluarga
c. Mempersiapkan sebagian keburuhan terhadap ahli warisnya dan generasi
penerusnya.
d. Pelayanan sosial dan berinfak di jalan Allah
Tujuan produksi menurut perspektif fiqih ekonomi khalifah Umar bin
Khatab adalah sebagai berikut (Al Haritsi, 2008) :
a) Merealisasikan keuntungan seoptimal mungkin : Maksud tujuan ini
berbeda dengan pemahaman ahli kapitalis yang berusaha meraih
keuntungan sebesar mungkin, tetapi ketika berproduksi memerhatikan
realisasi keuntungan dalam arti tidak sekedar berproduksi rutin atau asal
produksi.
b) Merealisasikan kecukupan individu dan keluarga : Seorang muslim wajib
melakukan aktivitas yang dapat merealisasikan kecukupannya dan
kecukupan orang yang menjadi kewajiban nafkahnya.
c) Tidak mengandalkan orang lain : Umar r.a. tidak membolehkan seseorang
yang mampu bekerja untuk menadah tangannya kepada orang lain
dengan meminta-minta, dan menyerukan untuk bersandar kepada diri
mereka sendiri, tidak mengharapkan orang lain.
d) Melindungi harta dan mengembangkannya : harta memiliki peranan besar
dalam islam, sebab dengan harta dunia dan agama dapat ditegakan.
Karena harta sebagai kemuliaan dan kehormatan untuk melindungi agama
seseorang.
e) Mengeksplorasi sumber-sumber ekonomi dan mempersiapkannya untuk
dimanfaatkan : Allah SWT telah mempersiapkan bagi manusia di dunia ini
banyak sumber ekonomi, namun pada umumnya tidak memenuhi hajat
insani bila dieksplorasi oleh manusia dalam kegiatan produksi yang
mempersiapkannya agar layak dimanfaatkan.
f) Pembebasan dari belenggu ketergantungan ekonomi : Produksi
merupakan sarana terpenting dalam merealisasikan kemandirian ekonomi.
Bangsa yang mandiri akan terbebas dari ketergantungan ekonomi bangsa
lain.
g) Taqarrub kepada Allah SWT : Seorang produsen muslim akan meraih
pahala dari sisi Allah SWT disebabkan aktivitas produksinya, baik
bertujuan untuk memperoleh keuntungan, merealisasikan kemapanan,
melindungi harta dan mengembangkannya.
4.3Prinsip Produksi dalam Islam
1. Motivasi berdasarkan keimanan : aktivitas produksi yang dijalankan oleh
seorang muslim terikat dengan motivasi keimanan atau keyakinan positif.
Maka prinsip kejujuran, amanah, dan kebersamaan dapat dijunjung tinggi.
2. Berproduksi berdasarkan azaz manfaat dan maslahat : tidak semata-mata
mencari keuntungan maksimum tetapi juga seberapa penting manfaat
keuntungan tersebut untuk kemaslahatan masyarakat.
3. Mengoptimalkan kemampuan akalnya : Seorang muslim harus
menggunakan kemampuan akalnya (kecerdasannya) serta profesionalitas
dalam mengelola sumber daya dan untuk mengoptimalkan kemampuan yang
telah Allah berikan.
4. Adanya sikap tawazun (keberimbangan) : Produksi dalam Islam juga
mensyaratkan adanya sikap tawazun antara dua kepentingan, yakni
kepentingan umum dan kepentingan khusus sebagai satu kesatuan.
5. Harus optimis : yakin bahwa apa pun yang diusahakannya sesuai dengan
ajaran Islam tidak membuat hidupnya menjadi kesulitan.
6. Menghindari praktik produksi yang haram : Seorang produsen muslim
menghindari praktik produksi yang mengandung unsur haram atau riba, pasar
gelap, dan spekulasi.
4.4Bidang – bidang Produksi
Bidang produksi yang dianjurkan menurut Al-Qur'an dan Al-hadits :
1. Perdagangan: dasar hukumnya adalah usaha produktif utama, pentingnya
perdagangan berkaitan dengan mata pencaharian paling utama, etika
pedagang mengetahui hukum dan etika dalam perdagangan.
2. Pertanian dan Perkebunan: dasar hukumnya memilih jenis produksi,
kepentingan pertanian membutuhkan air dan tanaman.
3. Industri: dasar hukum mengolah sesuatu menjadi suatu barang yang
bermanfaat, macam-macamnya industri pakaian, kontstruksi, perkapalan,
industri besi dan baja.
BAB V
KONSUMSI DALAM ISLAM
5.1 Pendahuluan
Harta dalm kehidupan umat manusia saling terkait erat, harta merupakan
sarana di dunia untuk mencapai akhirat. Konsep islam harta tidak melahirkan
harta, akan tetapi yang menciptakan harta. Kerja adalah setiap tenaga maupun
akal yang dikeluarkan manusia dalam kegiatan ekonomi. Islam tidak mengenal
pembungaan uang tanpa kerja. Ajaran islam menyukai produktivitas, tidak suka
malas, pengangguran, kemandegan.
5.2Urgensi dan Tujuan Konsumsi dalam Islam
1. Urgensi Konsumsi
Konsumsi memiliki urgensi yang sangat besar dalam setiap
perekonomian, karena tidak ada kehidupan bagi manusia tanpa konsumsi.
Khalifah Umar bin Khatab di masa kekhalifahannya memberikan perhatian
penting terhadap konsumsi:
a. Umar r.a sangat antusias dalam memenuhi tingkat konsumsi yang layak
bagi setiap rakyatnya.
b. Umar r.a berpendapat seorang muslim bertanggung jawab memenuhi
tingkat konsumsi yang layak bagi keluarganya.
c. Umar r.a ingin menegakan hukum had pencurian.
d. Umar r.a tidak memperkenankan mengonsumsi hal yang mubah yang
membahayakan diri meskipun tujuannya ibadah.
2. Tujuan Konsumsi
Tujuan konsumsi seseorang dalam ajaran Islam antara lain :
a. Untuk mengharap ridha Allah SWT
Tercapainya kebaikan dan tuntutan jiwa yang mulia harus
direalisasikan untuk mendapatkan pahala dari Allah agar menjadi alokasi
dana untuk mendapatkan surga dengan segala kenikmatannya.
b. Untuk mewujudkan kerja sama antaranggota masyarakat dan tersedianya
jaminan sosial. Takdir hidup manusia di dunia ini berbeda-beda,
mengulurkan bantuan kepada orang yang membutuhkan merupakan
perbuatan utama dalm tolong-menolong.
c. Untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab individu terhadap kemakmuran
diri, keluarga dan masyarakat sebagai bagian aktivitas dan dinamisasi
ekonomi.
d. Untuk meminimalisasi pemerasan dengan menggali sumber-sumber
nafkah. Media dan sumber nafkah sangat beragam, demikian juga yang
berharta untuk memberikan nafkah dari banyak sisi kehidupan.
e. Supaya negara melakukan kewajibannya terhadap warga yang masih
miskin.
Penyediaan lapangan kerja
Pemberian nafkah bagi masyarakat tidak mampu
Menyediakan pendidikan dan saran kesehatan gratis
Penyediaan tempat tinggal orang-orang lemah
Negara harus menanggung masyarakat yang kekurangan
5.3Prinsip Konsumsi Muslim
1. Prinsip Syariah : Perilaku konsumsi dari segi tujuan tidak hanya mencapai
kepuasan dari konsumsi barang, melainkan berfungsi "ibadah" dalam rangka
mendapatkan ridha Allah SWT. Dari segi kaidah ilmiah harus memperhatikan
kebersihan.
2. Prinsip Kuantitas: sederhan tidak mewah berda diantara boros dan pelit,
sederhana merupakan sifat hamba Allah yang pengasih. Balance antara
pemasukan dengan konsumsi.
3. Prinsip Prioritas : Prioritas atau urutan konsumsi alokasi harta menurut
syariat Islam, antara lain :
a. Untuk nafkah diri, istri, anak, dan saudara
b. Untuk memperjuangkan agama Allah
4. Prinsip Moralitas : Perilaku konsumsi seorang muslim dalam berkonsumsi
juga memerhatikan nilai prinsip moralitas, di mana mengandung arti ketika
berkonsumsi terhadap suatu barang, maka dlam rangka menjaga mertabat
manusia yang mulia, berbeda dengan makhluk Allah lainnya.
BAB VI
DISTRIBUSI KEPEMILIKAN DALAM ISLAM
6.1 Pendahuluan
Perbedaan kepemilikan harta dalam kehidupan manusia merupakan
hukum dan ketetapan dari Allah yang mempunyai banyak hikmah dan maknanya
bagi kehidupan manusia. Perbedaan ini ada perintah Allah yang merupakan
suatu ibadah ketika mengamalkannya. Bagi yang berlebih kepemilikan hartanya,
maka ada perintah untuk mendistribusikan sebagian kelebihannya. Sedangkan
bagi yang kekurangan kepemilikan maka ada perintah Allah untuk bersabar
diatas kekurangan, tidak menjadikannya berkecil hati atau kesusahan. Distibusi
ini untuk menjaga keseimbangan dan keharmonisan.
6.2 Kepentingan Distribusi Kepemilikan dalam Islam
Distribusi menjadi posisi penting dari teori ekonomi Islam karena
pembahasan distribusi khusunya distribusi pendapatan berkaitan bukan saja
berhubungan dalam aspek ekonomi tetapi juga aspek sosial dan aspek politik.
Islam telah menganjurkan untuk mengerjakan zakat, infaq, dan shadaqoh.
Islam tidak mengarahkan distribusi pendapatan yang sama rata, letak
pemerataan dalam Islam adalah keadilan atas dasar maslahah, di mana antara
satu orang dan yang lain dalam kedudukan sama atau berbeda, mampu atau
tidak mampu saling bisa menyantuni, menghargai, dan menghormati peran
masing-masing yang dijalankan.
6.3Instrumen Distribusi Kepemilikan Utama dalam Islam
Dalam wacana fiqih Islam, peraturan terhadap redistribusi pendapatan antara
lain adalah :
1. Zakat
a. Hakekat dan fungsi zakat
Pengertian zakat menurut Sulaiman Rasyid (2005) adalah "kadar
harta tertentu yang diberikan kepada yang berhak menerimanya dengan
beberapa syarat". Dari segi hukumnya, zakat adalah salah satu rukun
Islam yang merupakan fardu'ain atas tiap-tiap orang yang cukup syarat -
syaratnya. Hal ini mengandung dua fungsi ibadah, yaitu beribadah secara
individual dan juga melaksanakan ibadah secara sosial bahkan
keharmonisan.
Zakat berfungsi tidak hanya eksternal tetapi internal function bagi
individu muslim itu sendiri. Fungsi zakat yang pokok adalah membuktikan
keimanan hanya kepada Allah, karena rezeki sesungguhnya milik Allah
sehingga kecintaan terhadap harta tidak mengalahkan cinta kepada Allah
SWT.
b. Dalil zakat
Terdapat firman Allah SWT surat An Nisa:77, At Taubah:34-35, 60 dan
103.
c. Kegunaan (hikmah) zakat
Menolong orang lemah dan susah
Membersihkan diri dari sifat kikir dan tercela
Sebagai ucapan syukur dan terimakasih atas nikmat yang diberikan
Mencegah kejahatan
Mendekatkan hubungan kasih sayang
d. Objek zakat
Binatang ternak
Zakat emas dan perak
Zakat pertaniaan
Zakat paroan sawah
Harta perniagaan
Zakat rikaz dan tambang
Zakat uang kertas
e. Distribusi zakat dikelompokkan menjadi delapan yaitu :
Fakir :ialah seseorang yang tidak memiliki harta serta kemampuan
untuk mencari nafkah hidupnya.
Miskin : Seseorang dapat disebut miskin apabila penghasilannya tidak
mencukupi kebutuhannya.
Amil : adalah orang- orang yang bertugas mengumpulkan zakat.
Muallaf : orang - orang yang baru memeluk Islam, dalam rangka untuk
menetapkan keislamannya.
Budak : Bagian zakat untuk mereka diberikan kepada majikannya guna
memenuhi perjanjian kebebasan para budak yang mereka miliki.
Orang yang berutang : ialah seseorang kurang mampu yang berutang
untuk keperluan ketaatan kepada Allah atau untuk hal yang mubah.
Pejuang dijalan Allah : Yaitu orang-orang yang berjuang untuk
menegakkan agama Islam.
Ibnu sabil : Yaitu orang yang datang dari suatu kota (negeri) ke kota
(negeri) lain.
2. Sedekah dan Infaq
Ayat-ayat yang menganjurkan bersedekah dan berinfaq cukup banyak,
karena berkaitan dengan ciri-ciri orang beriman dan bertaqwa kepada Rabb-
Nya. Artinya sudah sepantasnya orang-orang yang beriman dan bertaqwa
senang bershadaqah atau membelanjakan sebagian hartanya di jalan Allah.
Distribusi sedekah dan infaq pada dasarnya sama dengan distribusi
zakat yaitu menyangkut delapan asnaf, namun pada shadaqah lebih
diutamakan pada tingkatan yang lebih membutuhkan dan juga berkaitan
dengan golongan orang-orang yang lebih dekat pada Allah SWT (lebih
bertaqwa).
6.4Instrumen Lain
Instrumen distribusi pendapatan dalam Islam antara lain :
1. Fai
Fai menurut Imam Al Mawardhi adalah semua harta yang didapatkan
kaum Muslimin dari orang-orang musyrik dengan sukarela tanpa melalui
pertempuran, maka ia seperti uang damai, jizyah dan sepersepuluh bisnis
mereka. Atau harta diperoleh seperti aung pajak maka seperlima diberikan
kepada penerima.
Seperlima fai didistribusikan kepada Rasulullah SAW ketika beliau masih
hidup. Setelah beliau meninggal jatah fai beliau diberikan kepada :
Pertama jatah untuk beliau digunakan untuk diri sendiri, keluarga,
kepentingan pribadi, kepentingan kaum muslimin.
Penerima fai kedua adalah sanak kerabat Rasul.
Penerima fai ketiga adalah anak-anak yatim dari kalangan orang-orang
miskin.
Penerima fai keempat adalah orang-orang miskin.
Penerima fai kelima adalah ibnu sabil.
Ketentuan distribusi seperlima fai kepada kelima penerimanya:
1. Empat perlima fai menjadi milik para tentara, orang selain mereka tidak
mempunyai hak di dalamnya itulah gaji mereka.
2. Empat perlima fai dialokasikan untuk kepentingan umum kaum muslimin
seperti gaji tentara, dan kepentingan yang tidak bisa dielakan oleh kaum
muslimin.
2.Ghanimah
Ghanimah mencangkup :
a. Tawanan perang adalah orang laki-laki kafir yang terlibat perang,
kemudian kaum Muslimin berhasil menangkap mereka hidup-hidup.
b. Sandera adalah wanita dan anak-anak. Jika mereka dari ahli kitab, mereka
tidak boleh dibunuh, karena Rasulullah SAW melarang pembunuhan wanita
dan anak-anak.
c. Harta Kaum Muslimin yang Dikuasai Orang-orang Musyrik Ketika
orang- orang musyrik menguasai harta kaum Muslimin, mereka tidak berhak
memilikinya dan harta tersebut tetap menjadi milik kaum Muslimin. Jika
harta tersebut dikuasai kembali oleh kaum Muslimin, harta tersebut
dikembalikan kepada pemiliknya tanpa pemberian ganti rugi kepada orang
yang berhasil membebaskannya.
d. Lahan Tanah yang Dikuasai kaum Muslimin Jika kaum Muslimin berhasil
menguasai lahan tanah, maka lahan tanah tersebut terbagi ke dalam tiga
bagian. Pertama lahan tanah dikuasai dengan kekerasan dan paksaan,
kedua tanah yang dikuasai dengan damai. Ketiga lahan tanah dikenakan
pajak.
e. Harta Benda Bergerak Harta benda bergerak termasuk ghanimah yang
bisa ditoleransi. Tadinya Rasulullah membagi-bagikan berdasarkan
ijtihadnya. Namun karena kaum muhajirin dan anshar memperebutkannya
pada perang badar maka Allah menjadikannya sebagai milik Rasul-Nya dan
beliau bebas menggunakannya. Para penerima ghanimah adalah para
penerima fai.
3. Jizyah
Jizyah adalah hak yang diberikan Allah SWT kepada kaum Muslimin
dari orang - orang musyrik. Keduanya mempunyai tiga kesamaan dan tiga
perbedaan. Persamaannya: 1) keduanya didapatkan dari orang musyrik 2)
keduanya adalah harta fai 3) keduanya wajib ditunggu satu tahun dan
sebelum satu tahun keduanya tidak berhak memiliki. Perbedaannya: 1) jizyah
berdasarkan nash (dalil) sedang pajak berdasarkan ijtihad 2) jumlah minimal
jizyah ditentukan syariat dan maksimal ditentukan ijtihad 3) jizyah diambil dari
orang kafir.
Jizyah dikenakan kepada setiap kepala. Jizyah tidak dipungut kecuali
dari orang laki-laki yang merdeka (bukan budak) dan berakal. Jizyah tidak
dipungut dari wanita, anak-anak, orang gila, dan budak, karena mereka
menginduk kepada pihak tertentu (suami, orang tua, pemilik budak, dsb).
4. Al-Kharaj (Pajak)
Pajak adalah uang yang dikenakan terhadap tanah dan termasuk hak-
hak yang harus ditunaikan.
Ada dua penafsiran tentang firman Allah SWT :
a. Kata kharaj artinya upah
b. Kata kharaj artinya manfaat
Al-Kharju (upah) diterapkankepada orang, sedangkan Al-kharaj (pajak)
diterapakan kepada tanah. Tanah dibagi menjadi empat:
a. Tanah yang sejak awal dihidupkan kaum muslimin
b. Tanah yang pemiliknya masuk islam
c. Tanah yang didapatkan dari orang-orang musyrik dengan kekerasan
senjata.
d. Tanah yang didapatkan dari oarng-orang musyrik dengan cara damai