29
BAB I ISLAM SEBAGAI SISTEM HIDUP YANG SEMPURNA 1.1 Pendahuluan Danul Islam adalah suatu sistem hidup komprehensif yang Allah SWT turunkan melalui Rasul-Nya, Muhammad SAW yang meliputi aqidah, ubudiah, mu’amalah, mu’asyarah dan akhlak yang memandu manusia sehingga hidup penuh kemuliaan. Konsep komprehensif bermakna aturan menyeluruh yang merangkum berbagai aspek kehidupan, baik berdimensi keyakinan (aqidah), ritualitas penghambban diri (ubudiah) dan aspek sosial yaitu mu’amalah, mu’syariah, dan akhlak. Aqidah dan ubudiah diperlukan untuk menjaga ketaatan dan keharmonisan hubungan manusia dengan khaliqnya, sedangkan mu’amalah dan akhlak diturunkan untuk menjadi aturan main dalam kehidupan sosial. 1.2 Prinsip Dasar Ekonomi Islam Menurut Abdul Manan (1993) landasan ekonomi islam didasarkan pada tiga konsep fundamental yaitu: keimanan kepada Allah (tauhid), kepemimpinan (khalifah), dan keadilan (a’dalah). Tauhid adalah konsep yang paling penting dan mendasar, sebab konsep yang pertama adalah dasar pelaksanaan segala aktivitas baik yang menyangkut ubudiah/ibadah, muamalah, muasyarah hingga akhlak. Konsep kepemimpinan (khalifah) setiap orang adalah bagian dari orang lain mengadung makna persatuan fundamental dan persaudaraan umat manusia. Konsep

Syariah Finall (Ratna)

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Syariah Finall (Ratna)

BAB I

ISLAM SEBAGAI SISTEM HIDUP YANG SEMPURNA

1.1Pendahuluan

Danul Islam adalah suatu sistem hidup komprehensif yang Allah SWT

turunkan melalui Rasul-Nya, Muhammad SAW yang meliputi aqidah, ubudiah,

mu’amalah, mu’asyarah dan akhlak yang memandu manusia sehingga hidup

penuh kemuliaan. Konsep komprehensif bermakna aturan menyeluruh yang

merangkum berbagai aspek kehidupan, baik berdimensi keyakinan (aqidah),

ritualitas penghambban diri (ubudiah) dan aspek sosial yaitu mu’amalah,

mu’syariah, dan akhlak. Aqidah dan ubudiah diperlukan untuk menjaga ketaatan

dan keharmonisan hubungan manusia dengan khaliqnya, sedangkan mu’amalah

dan akhlak diturunkan untuk menjadi aturan main dalam kehidupan sosial.

1.2 Prinsip Dasar Ekonomi Islam

Menurut Abdul Manan (1993) landasan ekonomi islam didasarkan pada

tiga konsep fundamental yaitu: keimanan kepada Allah (tauhid), kepemimpinan

(khalifah), dan keadilan (a’dalah). Tauhid adalah konsep yang paling penting dan

mendasar, sebab konsep yang pertama adalah dasar pelaksanaan segala

aktivitas baik yang menyangkut ubudiah/ibadah, muamalah, muasyarah hingga

akhlak.

Konsep kepemimpinan (khalifah) setiap orang adalah bagian dari orang

lain mengadung makna persatuan fundamental dan persaudaraan umat

manusia. Konsep persaudaraan ini akan seimbang dengan disertai konsep

a’dalah dan keadilan. Dapat diambil kesimpulan bahwa ekonomi merupakan

bagian dari muamalah harus memperhatikan prinsip tauhid, khalifah, dan

keadilan.

1.3 Pentingnya Mempelajari Ekonomi Islam

Aktivitas penelaahan dan penyusunan ilmu ekonomi islam bersumber

utama dari Al-Qur’an, Al-Hadits dan sumber lainnya tanpa mengabaikan sumber

yang sudah ada (konvensional) yang dapat digunakan untuk menyempurnakan

konstruksi manajemen islam. Tujuan aktivitas penelaah dan penyusunan ini

Page 2: Syariah Finall (Ratna)

tidak sekedar membandingkan konstruksi konvensional yang sudah ada, yaitu

berupaya merekontruksi perilaku ekonomi yang berakhlak mulia, dimana

perilaku tersebut harus memperhatikan nilai kemuliaan dan kejujuran, keadilan,

kepercayaan (amanah), tanggung jawab, dsb. Jika diterapakan akan

menghasilkan strategi pembangunan ekonomi yang sejahtera dan berkeadilan.

1.4 Istilah Ekonomi Islam

Istilah iqtishad merupakan bagian dari muamalah yang mengandung

makna pengaturan dalam bisnis. Istilah ekonomi islam bermacam-macam

sebutannya, ada yang menyebut ekonomiillahiyah (ekonomi bersumber dari

Tuhan), ekonomi qur’ani atau ekonomi syariah (ekonomi dengan ilmu islam).

Untuk membedakan dari ilmu ekonomi lain seperti ekonomi kapitalis, ekonomi

sosialis.

Berbagai definisi ekonomi islam:

1. Muhammad Abdul Manan mendefinisikan ilmu ekonomi islam adalah ilmu

pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-masalah ekonomi rakyat yang

di ilhami oleh nilai-nilai islam.

2. Muhammad Syauki Al Fanjari mendefinisikan ekonomi islam adalah segala

sesuatu yang mengendalikan dan mengatur aktivitas ekonomi sesuai dengan

ajaran islam (pokok-pokok islam) dan politik ekonomi.

3. Muhammad bin Abdullah Al Arabi mendefinisikan ekonomi islam adalah

kumpulan prinsip-prinsip umum tentang ekonomi yang diambil dari Al Qur’an

dan As Sunah Nabi Muhammad SAW dan pondasi ekonomi yang dibangun

atas dasar pokok-pokok ajaran islam dengan mempertimbangkan kondisi

lingkungan dan waktu.

1.5 Karakteristik Ekonomi Islam

Terdapat beberapa karakteristik yang merupakan kelebihan dalam sistem

ekonomi islam menurut Abdullah At Tariqi (2004) antara lain:

a. Bersumber dari ilahiyah

Page 3: Syariah Finall (Ratna)

Sumber awal ekonomi islam merupakan muamalah, berbeda dengan

sumber sistem ekonomi lainnya karena ekonomi islam merupakan aturan dari

Allah.

b. Ekonomi pertengahan dan berimbang

Ekonomi islam berposisi diantara aliran individu (kapitalis) yang melihat

bahwa hak kepemilikan individu bersifat absolut dan tidak boleh diintervensi

oleh siapapun, aliran sosialis (komunis) menyatakan ketiadaan hak individu

dan mengubahnya ke dalam kepemilikan bersama dengan menempatkannya

dibawah dominasi negara.

c. Ekonomi berkecukupan dan berkeadilan

Ekonomi islam memiliki kelebihan dengan menjadikan manusia

sebagai fokus perhatian. Manusia diposisikan sebagai pemimpin (khalifah)

untuk memakmurkan dan tidak hanya mengeksploitasi dan memanfaatkan

saja.

d. Ekonomi pertumbuhan dan keberkahan

Ekonomi islam memiliki kelebihan dari sistem yang lain yaitu beroprasi

atas dasar pertumbuhan dan investasi harta secara legal, agar tidak terhenti

dari rotasinya dalam kehidupan sebagai bagian dari mediasi jaminan

kebutuhan pokok bagi manusia.

1.6 Urgensi Implementasi Ekonomi Islam

Sejumlah masalah yang berhubungan dengan implementasi ekonomi

islam menuru Abdul Manan (1993):

1. Apakah ilmu ekonomi islam adalah suatu ilmu pengetahuan normatif, positif

atau keduanya? Ilmu ekonomi islam berasal dari Al Qur’an dan hadits dimana

keduanya merupakan hukum integratif yang berisi seluruh aspek kehidupan

manusia baik normatif maupun positif.

2. Apakah teori ekonomi islam diperlukan mengingat tidak ada ekonomi yang

aktual? Ekonomi islam mampu menangkap sekaligus menyelesaikan

berbagai permasalahan perekonomian di masyarakat lokal maupun global.

3. Apakah ekonomi islam itu suatu sistem ataukan ilmu pengetahuan? Dalam

konsep ekonomi islam satu sistem dan yang lainnya saling berhubungan

dengan intensitas tertentu. Sistem yang baik membutuhkan ilmu pengetahuan

Page 4: Syariah Finall (Ratna)

untuk melaksanakan sistem tersebut, dalam ajaran islam kewajiban menuntut

ilmu pengetahuan demi terlaksananya tindakan (amalan).

Page 5: Syariah Finall (Ratna)

BAB II

LANDASAN HUKUM EKONOMI ISLAM

2.1 Pendahuluan

Para ulama khususnya ahlusunah wal jamaah bersepakat bahwa sumber

hukum dalam islam adalah Al Qur’an, As Sunah, Ijma, dan Qiyas. Dengan kata

lain jika terdapat permasalahan maka dari ke empat sumber hukum tersebut

harus dilihat nashnya.

2.2 Al Qur’an

1. Pengertian Al Qur’an dan Periode Turunnya

Sumber hukum dalam manajemen islam yang pertama adalah Al

Qur’an. Al Qur’an secara etimologis adalah bentuk mashdar dari kata qa-ra-a

yang artinya bacaan. Al Qur’an adalah wahyu kalam yang diturunkan melalui

Rasulullah SAW yang disampaikan kepada umat manusia (muslim) dalam

rangka menuntun kehidupan di dunia. Al Qur’an terdiri dari 30 juz, 114 surat,

6.236 ayat dan 324.345 huruf.

2. Fungsi Al Qur’an

Dilihat dari isinya Al Qur’an mempunyai berbagai fungsi (multifungsi),

namun dari fungsi-fungsi tersebut dapat dirangkum menjadi dua fungsi.

Pertama sebagai rahmat yang dikaruniakan Allah kepada umat manusia bila

mereka menerima dan mengamalkan keseluruhan isi Al Qur’an, maka akan

mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.

Kedua sebagai hudan atau petunjuk. Kata petunjuk ini mengandung

arti luas, dapat berarti petunjuk bagi manusia untuk mengenal rasul dan

membuktikan kebenaran yang menjadi tanda atau identitas kerasulan.

3. Kandungan Al Qur’an

Al Qur’an merupakan sumber petunjuk bagi kehidupan manusia,

petunjuk Al Qur’an itu dapat diklasifikasikan ke dalam dua bentuk. Pertama

ada ayat-ayat yang sudah mengatur hukum secara jelas atau eksplisit dan

Page 6: Syariah Finall (Ratna)

terinci yang tidak memungkinkan untuk penafsiran lain, namun berlaku untuk

jumlah yang terbatas.

Kedua ayat-ayat Al Qur’an yang secara implisit mengatur dan

menjelaskan secara garis besar saja. Ayat yang demikian masih memerlukan

penjelasan, penafsiran, dan penjabaran secara rinci oleh Nabi SAW dan para

pengikutnya.

4. Al Qur’an Sebagai Sumber Hukum Eekonomika Syariah

Kedudukan Al Qur’an sebagai sumber utama dan pertama bagi

penetapan hukum, maka apabila seseorang ingin menemukan hukum untuk

suatu kejadian, tindakan pertama yang harus dilakukan adalah mencari

penyelesaiannya dari Al Qur’an. Selama hukumnya dapat diselesaikan

dengan Al Qur’an, maka ia tidak boleh mencari jawaban lain diluar Al Qur’an.

Al Qur’an menjadi sumber dari segala sumber hukum.

2.3 As Sunnah

1. Pengertian As Sunnah

As sunnah secara harfiah berarti cara, adat istiadat, kebiasaan hidup

yang mengacu kepada perilaku Nabi SAW yang dijadikan teladan. Sunnah

dalam istilah ulama ushul adalah apa-apa yang diriwayatkan dari Nabi

Muhammad SAW, baik dalam bentuk ucapan, perbuatan, maupun pengakuan

dan sifat Nabi.

Sedangkan sunnah dalam istilah ulama fiqih adalah sifat hukum bagi

suatu perbuatan yang dituntut melakukannya dalam bentuk tuntutan yang

tidak pasti dengan pengertian jika melakukan akan mendapatkan pahala dan

tidak dosa jika tidak melakukannya.

2. Macam As Sunnah

Sunnah menurut pemahaman ulama ushul fiqih dibagi tiga yaitu:

a. Sunnah Qauliyah adalah ucapan lisan dari Nabi tapi bukan wahyu Al

Qur’an

b. Sunnah Fi’liyah adalah semua perbuatan dan tingkah laku Nabi SAW yang

dilihat, diperhatikan oleh sahabat, kemudian disebarluaskan.

c. Sunnah Taqririyah yaitu apabila seorang sahabat melakukan perbuatan

atau mengemukakan ucapan dan tidak disanggah oleh Nabi SAW

(disetujui Nabi SAW).

Page 7: Syariah Finall (Ratna)

3. Dasar Hukum As Sunnah Sebagai Sumber Hukum

Dasar hukum hadits atau sunnah sebagai rujukan setiap persoalan

termasuk bidang manajemen setelah Al Qur’an.

2.4 Ijma’

1. Pengertian Ijma’

Pengertian ijma’ menurut istilah ahli ushul fiqih adalah kesepakatan

mujtahid di antara umat islam pada suatu masa setelah Rasulullah wafat

terhadap hukum syara tentang suatu masalah.

Ijma’ adalah suatu penetapan hukum yang muncul sebagai akibat dari

penularan yang dilakukan atas suatu peristiwa hukum yang berkembang

dengan cepat akibat perubahan fenomena masyarakat.

2. Jenis Ijma’

1. Ijma Bayani

Ijma bayani yaitu suatu pendapat dari para ahli hukum (fiqih) yang

mengeluarkan pendapatnya untuk menentukan suatu masalah.

2. Ijma Sukuti

Ijma sukuti adalah suatu pendapat seseorang atau beberapa ahli

hukum, tetapi ahli hukum lainnya tidak membantah.

2.5 Qiyas

1. Pengertian Qiyas

Pengertian qiyas menurut bahasa berarti mengukur dan menyamakan

suatu hal dengan hal lain yang sudah ada. Sedangkan secara istilah qiyas

artinya menyamakan hukum suatu hal yang tidak terdapat ketentuannya

dalam Al Qur’an dan Al Hadits dengan hal yang sudah ada hukumnya dalam

Al Qur’an dan Al Hadits karena adanya persamaan penyebab.

2. Qiyas Sebagai Dalil Hukum Syara

Dalil atau petunjuk yang membolehkan qiyas sebagai landasan hukum

dalam fiqih islam termasuk fiqih muamalah. Perintah mentaati Allah berarti

mengikuti hukum dalam Al Qur’an, perintah mengikuti Rasul berarti perintah

untuk melaksanakan hukum yang terdapat dalam sunnah dan perintah

mentaati ulil amri berarti perintah mengikuti hukum hasil ijma’ ulama.

Page 8: Syariah Finall (Ratna)

BAB III

KEPEMILIKAN

3.1 Pendahuluan

Menurut bahasa adalah pembelanjaan (alokasi harta) dengan dasar legal

formal berupa perintah dan larangan yang berlaku di tengah masyarakat.

Menurut Abdul Salam Al Abadi (1987) kepemilikan adalah hak khusus manusia

terhadap kepemilikan barang yang diizinkan bagi seseorang untuk

memanfaatkan dan mengalokasikantanpa batas hingga terdapat alasan yang

melarangnya.

Dengan demikian kepemilikan dalam islam adalah kepemilikan harta yang

didasarkan atas agama. Kepemilikan harta pada esensinya hanya sementara,

tidak abadi, tidak lebih dari pinjaman terbatas dari Allah. Kepemilikan dalam

islam bertujuan untuk melindungi agar tidak terjadi dua persoalan mendasar

yaitu:

1. Penguasaan harata oleh seseorang secara berlebihandan menjadikannya

tidak terbatas

2. Munculnya kemiskinan dan efek negatifnya baik dalam ukuran individu

maupun sosial.

Tujuan kepemilikan dalam islam berdasarkan syariah dibagi menjadi

dua yaitu kepemilikan umum dan kepemilikan khusus.

3.2 Arti dan Tujuan Kepemilikan Umum

1. Arti Kepemilikan Umum

Kepemilikan umum adalah syar’i yang terkandung pada suatu barang

atau kegunaan yang menuntut adanya kesempatan seluruh manusia secara

umum atau diantara mereka untuk memanfaatkan dan menggunakan dengan

jalan penguasaan.

2. Tujuan Kepemilikan Umum

a. Pelayanan yang mempunyai fungsi sosial yaitu pelayanan yang

mempunyai fungsi sosial yang harus dimiliki oleh semua manusia, baik

yang tergolong kebutuhan primer maupun kebutuhan lain.

Page 9: Syariah Finall (Ratna)

b. Jaminan pendapatan negara yaitu negara menjaga hak warganya dan

bertanggung jawab atas semua kewajiban seperti memberikan jaminan

sosial bagi orang-orang lemah, kaum miskin, anak yatim, pendidikan,

pelayanan kesehatan dan semua fasilitas umum yang bervariasi.

c. Pengembangan dan penyediaan semua jenis pekerjaan produktif bagi

masyarakat yang membutuhkan. Investasi menjadi sumber yang tetapa

agar terbebas dari lilitan kebutuhan.

d. Urgensi kerjasama antar negara dalam usaha menciptakan kemakmuran

bersama, diperlukan adanya hubungan pertukaran kemaslahatan dan

kemajuan antar negara untuk saling menyempurnakan karena bangsa

manapun tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri.

e. Investasi harta untuk mencapai kemakmuran bersama, masyarakat

memerlukan layanan dan tatanan yang mampu membangkitkan aktivitas

ekonomi, menambah semangat hidup, menciptakan kebaikan dan

kebahagiaan masyarakatnya.

3.3 Sumber Dan Jenis Kepemilikan Umum

Sumber kepemilikan umum

1. Wakaf adalah menahan suatu harta yang manfaatnya disalurkan untuk

kepentingan agama Allah.

2. Proteksi pemerintah adalah perlindungan dari penguasa terhadap tanah

yang tidak bertuan yang diperbolehkan bagi kepentingan kaum, tidak

dikhususkan bagi satu orang tertentu.

3. Kebutuhan pokok seperti air, udara, dan sinar matahari merupakan bagian

yang dimiliki semua manusia, tidak diperbolehkan bagi satu orang

memilikinya (melarang kepemilikan).

4. Barang-barang tambang adalah segala sesuatu yang keluar dari dalam

bumi berupa apa yang diciptakan Allah agar dapat dimanfaatkan oleh

manusia.

5. Pantai, lautan, padang pasir, gunung, tanah mati menjadi milik negara dan

khalifah mengaturnya untuk kemaslahatan rakyat.

6. Ash-Shafawi yaitu tanah yang dikumpulkan khalifah dari tanah-tanah negeri

taklukan dan ditetapkan untuk baitul mal.

Page 10: Syariah Finall (Ratna)

7. Istana dan bangunan termasuk dalam golongan ini adalah setiap istana,

bangunan, balairung yang dikuasai oleh negara untuk kepentingan umum

masyarakat.

3.4 Arti dan Tujuan Kepemilikan Khusus

Kepemilikan khusus yang diberlakukan untuk memberikan hak khusus

manusia atau seseorang dalam kepemilikan bendaatau manfaat serta hak

membelanjakannya tanpa ada sesuatu yang melarang.

Tujuan Kepemilikan khusus:

1. Meningkatkan kerjasama internasional melalui kerjasama antar individu dan

kelompok non pemerintah.

2. Merealisasikan kebaikan, kemakmuran, dan kemanfaatan umum melalui

persaingan sehat antar produsen.

3. Negara tiidak diperkenankan melakukan investasi jika hanya menghambat

kreativitas individu.

3.5 Jenis Kepemilikan Khusus

1. Kepemilikan pribadi merupakan kepemilikan yang manfaatnya hanya

berkaitan dengan satu orang saja, tidak ada orang lain kecuali yang ikut andil

dalam kepemilikan itu.

2. Kepemilikan perserikatan (organisasi) merupakan kepemilikan yang

manfaatnya dapat digunakan oleh beberapa orang yang dibentuk dengan

cara tertentu, seperti kerjasama yang melibatkan orang tanpa melibatkan

sekelompok orang lain.

3. Kepemilikan kelompok merupakan kepemilikan yang tidak boleh dimiliki

perorangan atau kelompok kecil, namun pembagiannya harus didasarkan

pada persebaran terhadap banyaknya pihak dimana manfaatnya

diprioritaskan untuk orang-orang yang sangat membutuhkan.

3.6 Sebab-sebab Kepemilikan Pribadi

1. Bekerja

2. Penguasaan

3. Kepemilikan barang-barang yang halal

Page 11: Syariah Finall (Ratna)

4. Harta dari pemberian negara kepada rakyat atau individu

5. Transaksi

3.7 Batasan Kepemilikan Khusus

a. Untuk memperoleh hak kepemilikan itu hendaknya dilakukan dengan cara

legal dan halal.

b. Tidak terdapat hal yang secara langsung dapat membahayakan keselamatan

seseorang atau kelompok pada proses kepemilikan, pengalokasian, dan

pemanfaatan barang.

c. Menjaga kepentingan umum tanpa menciptakan kegoncangan di dalamnya

dengan adanya proteksi dan realisasi bagi kepentingan umum.

d. Alokasi kepemilikan yang tepat

Kewajiban dalam Kepemilikan Khusus

a. Memberikan kepada mereka yang berhak seperti istri, anak-anak yang belum

bekerja

b. Zakat sebagian dari fardhu ain yang diwajibkan Allah dalam harta orang-

orang kaya dan dialokasikan kepada orang-orang miskin.

c. Beberapa hak yang harus ditunaikan selain zakat maka hak selain zakat

harus ditunaikan terlebiha dahulu sebagai pelaksanaan kewajiban.

Page 12: Syariah Finall (Ratna)

BAB IV

PRODUKSI DALAM ISLAM

4.1 Pendahuluan

Produksi dalm istilah konvensional adalah mengubah sumber-sumber dasar

dalam barang jadi atau proses input dimana input diolah menjadi output. Istilah

efisiensi ekonomis yaitu suatu usaha yang meminimalkan biaya tingkat output

selama periode yang dibutuhkan.

4.2 Urgensi Produksi dalam Islam

1. Motivasi Produksi dalam Islam

a. Produksi merupakan pelaksanaan fungsi manusia sebagai khalifah

Seorang muslim harus menyadari bahwa manusia diciptakan sebagai

khalifah fil ardhi (pemimpin bumi) harus mampu mengarahkan manusia

untuk menciptakan kebaikan dan kemaslahatan dimuka bumi.

b. Berproduksi merupakan ibadah.

Seorang muslim perlu bertanggung jawab terhadap pengelolaan bumi

untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Berproduksi adalah ibadah karena

merupakan aktivitas seorang muslim ketika ada perintah dari Allah SWT

atau persetujuan Rasulullah SAW.

c. Produksi sebagai sarana pencapaian akhirat

Allah SWT telah menundukkan bumi untuk kesejahteraan manusia. Dia

melengkapi manusia dengan potensi penglihatan, pendengaran, dan

kemampuan berfikir yang membantu mereka mengambil kemanfaatan

yang ada di bumi.

2. Tujuan Produksi

Menurut Nejatullah Shiddiqi (1996), pertumbuhan ekonomi yang

merupakan wujud produksi dalam Islam bertujuan :

a. Merespons kebutuhan produsen secara pribadi dengan bentuk yang

memiliki ciri keseimbangan.

b. Memenuhi kebutuhan keluarga

Page 13: Syariah Finall (Ratna)

c. Mempersiapkan sebagian keburuhan terhadap ahli warisnya dan generasi

penerusnya.

d. Pelayanan sosial dan berinfak di jalan Allah

Tujuan produksi menurut perspektif fiqih ekonomi khalifah Umar bin

Khatab adalah sebagai berikut (Al Haritsi, 2008) :

a) Merealisasikan keuntungan seoptimal mungkin : Maksud tujuan ini

berbeda dengan pemahaman ahli kapitalis yang berusaha meraih

keuntungan sebesar mungkin, tetapi ketika berproduksi memerhatikan

realisasi keuntungan dalam arti tidak sekedar berproduksi rutin atau asal

produksi.

b) Merealisasikan kecukupan individu dan keluarga : Seorang muslim wajib

melakukan aktivitas yang dapat merealisasikan kecukupannya dan

kecukupan orang yang menjadi kewajiban nafkahnya.

c) Tidak mengandalkan orang lain : Umar r.a. tidak membolehkan seseorang

yang mampu bekerja untuk menadah tangannya kepada orang lain

dengan meminta-minta, dan menyerukan untuk bersandar kepada diri

mereka sendiri, tidak mengharapkan orang lain.

d) Melindungi harta dan mengembangkannya : harta memiliki peranan besar

dalam islam, sebab dengan harta dunia dan agama dapat ditegakan.

Karena harta sebagai kemuliaan dan kehormatan untuk melindungi agama

seseorang.

e) Mengeksplorasi sumber-sumber ekonomi dan mempersiapkannya untuk

dimanfaatkan : Allah SWT telah mempersiapkan bagi manusia di dunia ini

banyak sumber ekonomi, namun pada umumnya tidak memenuhi hajat

insani bila dieksplorasi oleh manusia dalam kegiatan produksi yang

mempersiapkannya agar layak dimanfaatkan.

f) Pembebasan dari belenggu ketergantungan ekonomi : Produksi

merupakan sarana terpenting dalam merealisasikan kemandirian ekonomi.

Bangsa yang mandiri akan terbebas dari ketergantungan ekonomi bangsa

lain.

g) Taqarrub kepada Allah SWT : Seorang produsen muslim akan meraih

pahala dari sisi Allah SWT disebabkan aktivitas produksinya, baik

Page 14: Syariah Finall (Ratna)

bertujuan untuk memperoleh keuntungan, merealisasikan kemapanan,

melindungi harta dan mengembangkannya.

4.3Prinsip Produksi dalam Islam

1. Motivasi berdasarkan keimanan : aktivitas produksi yang dijalankan oleh

seorang muslim terikat dengan motivasi keimanan atau keyakinan positif.

Maka prinsip kejujuran, amanah, dan kebersamaan dapat dijunjung tinggi.

2. Berproduksi berdasarkan azaz manfaat dan maslahat : tidak semata-mata

mencari keuntungan maksimum tetapi juga seberapa penting manfaat

keuntungan tersebut untuk kemaslahatan masyarakat.

3. Mengoptimalkan kemampuan akalnya : Seorang muslim harus

menggunakan kemampuan akalnya (kecerdasannya) serta profesionalitas

dalam mengelola sumber daya dan untuk mengoptimalkan kemampuan yang

telah Allah berikan.

4. Adanya sikap tawazun (keberimbangan) : Produksi dalam Islam juga

mensyaratkan adanya sikap tawazun antara dua kepentingan, yakni

kepentingan umum dan kepentingan khusus sebagai satu kesatuan.

5. Harus optimis : yakin bahwa apa pun yang diusahakannya sesuai dengan

ajaran Islam tidak membuat hidupnya menjadi kesulitan.

6. Menghindari praktik produksi yang haram : Seorang produsen muslim

menghindari praktik produksi yang mengandung unsur haram atau riba, pasar

gelap, dan spekulasi.

4.4Bidang – bidang Produksi

Bidang produksi yang dianjurkan menurut Al-Qur'an dan Al-hadits :

1. Perdagangan: dasar hukumnya adalah usaha produktif utama, pentingnya

perdagangan berkaitan dengan mata pencaharian paling utama, etika

pedagang mengetahui hukum dan etika dalam perdagangan.

2. Pertanian dan Perkebunan: dasar hukumnya memilih jenis produksi,

kepentingan pertanian membutuhkan air dan tanaman.

3. Industri: dasar hukum mengolah sesuatu menjadi suatu barang yang

bermanfaat, macam-macamnya industri pakaian, kontstruksi, perkapalan,

industri besi dan baja.

Page 15: Syariah Finall (Ratna)

BAB V

KONSUMSI DALAM ISLAM

5.1 Pendahuluan

Harta dalm kehidupan umat manusia saling terkait erat, harta merupakan

sarana di dunia untuk mencapai akhirat. Konsep islam harta tidak melahirkan

harta, akan tetapi yang menciptakan harta. Kerja adalah setiap tenaga maupun

akal yang dikeluarkan manusia dalam kegiatan ekonomi. Islam tidak mengenal

pembungaan uang tanpa kerja. Ajaran islam menyukai produktivitas, tidak suka

malas, pengangguran, kemandegan.

5.2Urgensi dan Tujuan Konsumsi dalam Islam

1. Urgensi Konsumsi

Konsumsi memiliki urgensi yang sangat besar dalam setiap

perekonomian, karena tidak ada kehidupan bagi manusia tanpa konsumsi.

Khalifah Umar bin Khatab di masa kekhalifahannya memberikan perhatian

penting terhadap konsumsi:

a. Umar r.a sangat antusias dalam memenuhi tingkat konsumsi yang layak

bagi setiap rakyatnya.

b. Umar r.a berpendapat seorang muslim bertanggung jawab memenuhi

tingkat konsumsi yang layak bagi keluarganya.

c. Umar r.a ingin menegakan hukum had pencurian.

d. Umar r.a tidak memperkenankan mengonsumsi hal yang mubah yang

membahayakan diri meskipun tujuannya ibadah.

2. Tujuan Konsumsi

Tujuan konsumsi seseorang dalam ajaran Islam antara lain :

a. Untuk mengharap ridha Allah SWT

Tercapainya kebaikan dan tuntutan jiwa yang mulia harus

direalisasikan untuk mendapatkan pahala dari Allah agar menjadi alokasi

dana untuk mendapatkan surga dengan segala kenikmatannya.

b. Untuk mewujudkan kerja sama antaranggota masyarakat dan tersedianya

jaminan sosial. Takdir hidup manusia di dunia ini berbeda-beda,

mengulurkan bantuan kepada orang yang membutuhkan merupakan

perbuatan utama dalm tolong-menolong.

Page 16: Syariah Finall (Ratna)

c. Untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab individu terhadap kemakmuran

diri, keluarga dan masyarakat sebagai bagian aktivitas dan dinamisasi

ekonomi.

d. Untuk meminimalisasi pemerasan dengan menggali sumber-sumber

nafkah. Media dan sumber nafkah sangat beragam, demikian juga yang

berharta untuk memberikan nafkah dari banyak sisi kehidupan.

e. Supaya negara melakukan kewajibannya terhadap warga yang masih

miskin.

Penyediaan lapangan kerja

Pemberian nafkah bagi masyarakat tidak mampu

Menyediakan pendidikan dan saran kesehatan gratis

Penyediaan tempat tinggal orang-orang lemah

Negara harus menanggung masyarakat yang kekurangan

5.3Prinsip Konsumsi Muslim

1. Prinsip Syariah : Perilaku konsumsi dari segi tujuan tidak hanya mencapai

kepuasan dari konsumsi barang, melainkan berfungsi "ibadah" dalam rangka

mendapatkan ridha Allah SWT. Dari segi kaidah ilmiah harus memperhatikan

kebersihan.

2. Prinsip Kuantitas: sederhan tidak mewah berda diantara boros dan pelit,

sederhana merupakan sifat hamba Allah yang pengasih. Balance antara

pemasukan dengan konsumsi.

3. Prinsip Prioritas : Prioritas atau urutan konsumsi alokasi harta menurut

syariat Islam, antara lain :

a. Untuk nafkah diri, istri, anak, dan saudara

b. Untuk memperjuangkan agama Allah

4. Prinsip Moralitas : Perilaku konsumsi seorang muslim dalam berkonsumsi

juga memerhatikan nilai prinsip moralitas, di mana mengandung arti ketika

berkonsumsi terhadap suatu barang, maka dlam rangka menjaga mertabat

manusia yang mulia, berbeda dengan makhluk Allah lainnya.

Page 17: Syariah Finall (Ratna)

BAB VI

DISTRIBUSI KEPEMILIKAN DALAM ISLAM

6.1 Pendahuluan

Perbedaan kepemilikan harta dalam kehidupan manusia merupakan

hukum dan ketetapan dari Allah yang mempunyai banyak hikmah dan maknanya

bagi kehidupan manusia. Perbedaan ini ada perintah Allah yang merupakan

suatu ibadah ketika mengamalkannya. Bagi yang berlebih kepemilikan hartanya,

maka ada perintah untuk mendistribusikan sebagian kelebihannya. Sedangkan

bagi yang kekurangan kepemilikan maka ada perintah Allah untuk bersabar

diatas kekurangan, tidak menjadikannya berkecil hati atau kesusahan. Distibusi

ini untuk menjaga keseimbangan dan keharmonisan.

6.2 Kepentingan Distribusi Kepemilikan dalam Islam

Distribusi menjadi posisi penting dari teori ekonomi Islam karena

pembahasan distribusi khusunya distribusi pendapatan berkaitan bukan saja

berhubungan dalam aspek ekonomi tetapi juga aspek sosial dan aspek politik.

Islam telah menganjurkan untuk mengerjakan zakat, infaq, dan shadaqoh.

Islam tidak mengarahkan distribusi pendapatan yang sama rata, letak

pemerataan dalam Islam adalah keadilan atas dasar maslahah, di mana antara

satu orang dan yang lain dalam kedudukan sama atau berbeda, mampu atau

tidak mampu saling bisa menyantuni, menghargai, dan menghormati peran

masing-masing yang dijalankan.

6.3Instrumen Distribusi Kepemilikan Utama dalam Islam

Dalam wacana fiqih Islam, peraturan terhadap redistribusi pendapatan antara

lain adalah :

1. Zakat

a. Hakekat dan fungsi zakat

Pengertian zakat menurut Sulaiman Rasyid (2005) adalah "kadar

harta tertentu yang diberikan kepada yang berhak menerimanya dengan

beberapa syarat". Dari segi hukumnya, zakat adalah salah satu rukun

Islam yang merupakan fardu'ain atas tiap-tiap orang yang cukup syarat -

Page 18: Syariah Finall (Ratna)

syaratnya. Hal ini mengandung dua fungsi ibadah, yaitu beribadah secara

individual dan juga melaksanakan ibadah secara sosial bahkan

keharmonisan.

Zakat berfungsi tidak hanya eksternal tetapi internal function bagi

individu muslim itu sendiri. Fungsi zakat yang pokok adalah membuktikan

keimanan hanya kepada Allah, karena rezeki sesungguhnya milik Allah

sehingga kecintaan terhadap harta tidak mengalahkan cinta kepada Allah

SWT.

b. Dalil zakat

Terdapat firman Allah SWT surat An Nisa:77, At Taubah:34-35, 60 dan

103.

c. Kegunaan (hikmah) zakat

Menolong orang lemah dan susah

Membersihkan diri dari sifat kikir dan tercela

Sebagai ucapan syukur dan terimakasih atas nikmat yang diberikan

Mencegah kejahatan

Mendekatkan hubungan kasih sayang

d. Objek zakat

Binatang ternak

Zakat emas dan perak

Zakat pertaniaan

Zakat paroan sawah

Harta perniagaan

Zakat rikaz dan tambang

Zakat uang kertas

e. Distribusi zakat dikelompokkan menjadi delapan yaitu :

Fakir :ialah seseorang yang tidak memiliki harta serta kemampuan

untuk mencari nafkah hidupnya.

Miskin : Seseorang dapat disebut miskin apabila penghasilannya tidak

mencukupi kebutuhannya.

Amil : adalah orang- orang yang bertugas mengumpulkan zakat.

Muallaf : orang - orang yang baru memeluk Islam, dalam rangka untuk

menetapkan keislamannya.

Page 19: Syariah Finall (Ratna)

Budak : Bagian zakat untuk mereka diberikan kepada majikannya guna

memenuhi perjanjian kebebasan para budak yang mereka miliki.

Orang yang berutang : ialah seseorang kurang mampu yang berutang

untuk keperluan ketaatan kepada Allah atau untuk hal yang mubah.

Pejuang dijalan Allah : Yaitu orang-orang yang berjuang untuk

menegakkan agama Islam.

Ibnu sabil : Yaitu orang yang datang dari suatu kota (negeri) ke kota

(negeri) lain.

2. Sedekah dan Infaq

Ayat-ayat yang menganjurkan bersedekah dan berinfaq cukup banyak,

karena berkaitan dengan ciri-ciri orang beriman dan bertaqwa kepada Rabb-

Nya. Artinya sudah sepantasnya orang-orang yang beriman dan bertaqwa

senang bershadaqah atau membelanjakan sebagian hartanya di jalan Allah.

Distribusi sedekah dan infaq pada dasarnya sama dengan distribusi

zakat yaitu menyangkut delapan asnaf, namun pada shadaqah lebih

diutamakan pada tingkatan yang lebih membutuhkan dan juga berkaitan

dengan golongan orang-orang yang lebih dekat pada Allah SWT (lebih

bertaqwa).

6.4Instrumen Lain

Instrumen distribusi pendapatan dalam Islam antara lain :

1. Fai

Fai menurut Imam Al Mawardhi adalah semua harta yang didapatkan

kaum Muslimin dari orang-orang musyrik dengan sukarela tanpa melalui

pertempuran, maka ia seperti uang damai, jizyah dan sepersepuluh bisnis

mereka. Atau harta diperoleh seperti aung pajak maka seperlima diberikan

kepada penerima.

Seperlima fai didistribusikan kepada Rasulullah SAW ketika beliau masih

hidup. Setelah beliau meninggal jatah fai beliau diberikan kepada :

Pertama jatah untuk beliau digunakan untuk diri sendiri, keluarga,

kepentingan pribadi, kepentingan kaum muslimin.

Penerima fai kedua adalah sanak kerabat Rasul.

Page 20: Syariah Finall (Ratna)

Penerima fai ketiga adalah anak-anak yatim dari kalangan orang-orang

miskin.

Penerima fai keempat adalah orang-orang miskin.

Penerima fai kelima adalah ibnu sabil.

Ketentuan distribusi seperlima fai kepada kelima penerimanya:

1. Empat perlima fai menjadi milik para tentara, orang selain mereka tidak

mempunyai hak di dalamnya itulah gaji mereka.

2. Empat perlima fai dialokasikan untuk kepentingan umum kaum muslimin

seperti gaji tentara, dan kepentingan yang tidak bisa dielakan oleh kaum

muslimin.

2.Ghanimah

Ghanimah mencangkup :

a. Tawanan perang adalah orang laki-laki kafir yang terlibat perang,

kemudian kaum Muslimin berhasil menangkap mereka hidup-hidup.

b. Sandera adalah wanita dan anak-anak. Jika mereka dari ahli kitab, mereka

tidak boleh dibunuh, karena Rasulullah SAW melarang pembunuhan wanita

dan anak-anak.

c. Harta Kaum Muslimin yang Dikuasai Orang-orang Musyrik Ketika

orang- orang musyrik menguasai harta kaum Muslimin, mereka tidak berhak

memilikinya dan harta tersebut tetap menjadi milik kaum Muslimin. Jika

harta tersebut dikuasai kembali oleh kaum Muslimin, harta tersebut

dikembalikan kepada pemiliknya tanpa pemberian ganti rugi kepada orang

yang berhasil membebaskannya.

d. Lahan Tanah yang Dikuasai kaum Muslimin Jika kaum Muslimin berhasil

menguasai lahan tanah, maka lahan tanah tersebut terbagi ke dalam tiga

bagian. Pertama lahan tanah dikuasai dengan kekerasan dan paksaan,

kedua tanah yang dikuasai dengan damai. Ketiga lahan tanah dikenakan

pajak.

e. Harta Benda Bergerak Harta benda bergerak termasuk ghanimah yang

bisa ditoleransi. Tadinya Rasulullah membagi-bagikan berdasarkan

ijtihadnya. Namun karena kaum muhajirin dan anshar memperebutkannya

pada perang badar maka Allah menjadikannya sebagai milik Rasul-Nya dan

beliau bebas menggunakannya. Para penerima ghanimah adalah para

penerima fai.

Page 21: Syariah Finall (Ratna)

3. Jizyah

Jizyah adalah hak yang diberikan Allah SWT kepada kaum Muslimin

dari orang - orang musyrik. Keduanya mempunyai tiga kesamaan dan tiga

perbedaan. Persamaannya: 1) keduanya didapatkan dari orang musyrik 2)

keduanya adalah harta fai 3) keduanya wajib ditunggu satu tahun dan

sebelum satu tahun keduanya tidak berhak memiliki. Perbedaannya: 1) jizyah

berdasarkan nash (dalil) sedang pajak berdasarkan ijtihad 2) jumlah minimal

jizyah ditentukan syariat dan maksimal ditentukan ijtihad 3) jizyah diambil dari

orang kafir.

Jizyah dikenakan kepada setiap kepala. Jizyah tidak dipungut kecuali

dari orang laki-laki yang merdeka (bukan budak) dan berakal. Jizyah tidak

dipungut dari wanita, anak-anak, orang gila, dan budak, karena mereka

menginduk kepada pihak tertentu (suami, orang tua, pemilik budak, dsb).

4. Al-Kharaj (Pajak)

Pajak adalah uang yang dikenakan terhadap tanah dan termasuk hak-

hak yang harus ditunaikan.

Ada dua penafsiran tentang firman Allah SWT :

a. Kata kharaj artinya upah

b. Kata kharaj artinya manfaat

Al-Kharju (upah) diterapkankepada orang, sedangkan Al-kharaj (pajak)

diterapakan kepada tanah. Tanah dibagi menjadi empat:

a. Tanah yang sejak awal dihidupkan kaum muslimin

b. Tanah yang pemiliknya masuk islam

c. Tanah yang didapatkan dari orang-orang musyrik dengan kekerasan

senjata.

d. Tanah yang didapatkan dari oarng-orang musyrik dengan cara damai