22

Systems Engineering Proposal Rev.1 - Avicenna Gina Najmi Nora

Embed Size (px)

Citation preview

  • Definition Analysis Phase Kesehatan adalah kebutuhan yang paling fundamental bagi manusia untuk melakukan aktivitas sehari-hari mereka. Oleh karena itu, kesehatan menjadi salah satu dari hak asasi manusia yang harus dijamin dan dipenuhi oleh pemerintah dengan pelayanan yang baik pada sistem pelayanan kesehatan. Pemerintah diwakili oleh Kementerian Kesehatan mengeluarkan peraturan melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.: 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit untuk mendukung kualitas pelayanan kesehatan yang baik untuk masyarakat. Akan tetapi, tidak semua rumah sakit/puskesmas bisa menjalankan peraturan ini. Puskesmas Riau mengalami kehabisan stok obat dengan rentang waktu empat sampai sembilan puluh hari . Disebutkan pula di Malang, bahwa pasien rawat jalan harus menunggu hingga mencapai tiga puluh menit untuk mendapatkan pelayanan kesehatan (Ns. Kumboyono, 2013).

    Untuk memahami sistem yang akan dibuat, maka kami akan membuat sebuah system diagram yang akan melihat secara keseluruhan dari sistem pelayanan kesehatan yang akan dibuat. Berikut system diagram yang telah kami buat

    Gambar 1. System Diagram

  • Dari system diagram diatas dapat dilihat bahwa kementerian kesehatan mempunyai beberapa pilihan kebijakan yang dapat diimplementasikan sebagai pemilik masalah untuk menyelesaikan masalah dan mengoptimisasi pelayanan kesehatan di Indonesia.

    Baseline Problems and Opportunities Sebagaimana telah dijelaskan di system diagram, dapat dilihat tujuan dari pemilik masalah adalah untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan pasien rawat jalan di pusat kesehatan baik itu rumah sakit ataupu puskesmas. Kami mendefinisikan kualitas dari sistem pelayanan kesehatan ini berupa dua poin. Pertama, kebutuhan obat yang selalu memenuhi permintaan dari pasien rawat jalan dan kedua adalah total waktu yang dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan pasien rawat jalan. Definisi tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini

    Sistem ini mempunyai tujuan untuk mengurangi kehabisan stok obat menjadi rata-rata satu hari. Solusi ini akan didukung oleh manajemen smart-shelf yang menggunakan teknologi RFID. Teknologi ini akan membuat apotek dari rumah sakit atau puskesmas mengetahui berapa permintaan setiap hari dan kebutuhan obat yang harus dibeli. Selain itu teknologi ini juga membuat apotek lebih mudah untuk mengambil obat yang nantinya akan diambil oleh pasien. Dikarenakan pentingnya akan kebutuhan obat ini maka sistem ini harus dikembangkan secara cepat. Kami memperkirakan kejadian stock out akan berkurang mencapai rata-rata satu hari dari kejadian dengan rentang 4-90 hari. Dengan menerapkan teknologi ini kami juga memperkirakan keuntungan yang akan didapat mencapai satu milyar rupiah.

    Brief Statements of Problems, Opportunity, or Directive Urgency Visibility Benefits

    Priority or Rank Proposed Solution

    1. Medicine stock out has reduced to an average 1 day ASAP High

    Rp 1 billion 1 New development

    2. Outpatient total service time has reduced to an average 45 minutes 6 months High - 2 New development

    Gambar 2. Brief Statements of Problems, Opportunity or Directive Table

  • Tujuan lainnya yaitu mengurangi lama waktu pelayanan menjadi rata-rata empat puluh lima menit. Kami mendefiniskan lama pelayanan sebagai lama waktu pasien mendaftar dikonter, menunggu giliran di poli, lama konsultasi dan cek-up, mendapatkan obat hingga membayar di kasir. Akan tetapi sistem ini membutuhkan waktu yang lama untuk diterapkan dikarenakan instalasi fasilitas berupa cloud repository, komputer dan instalasi jaringan serta kebiasaan dari penyedia layanan yang belum terbiasa dengan sistem ini. Terlebih lagi, sistem yang lama masih bisa digunakan untuk melayani kebutuhan ketika sistem yang baru akan mulai diterapkan.

    Baseline Scope Dalam sistem ini, kami mendefinisikan batasan-batasan yang kami terapkan seperti yang dijelaskan dibawah ini:

    Types of data: Patients health records, Medicine information, Patients information data Business Process: Smart-shelf management, Patient health record database, Patient check-up data entry. User Interface: Outpatients, Personal doctors, Receptionist, Cashier, Pharmacists

  • Stakeholder Analysis Pada sistem baru yang akan kami buat ini akan terlebih stakeholder yang sudah disebutkan pada system diagram yang sudah dijelaskan diatas. Pada bagian ini akan dijelaskan stakeholder yang lebih rinci pada system diagram. Berikut stakeholder diagram yang memuat hubungan antara stakeholder pada sistem ini:

    Pada sistem ini dijelaskan bahwa ada stakeholder yang mendukung dari sistem ini dan juga ada yang tidak mendukung. Seperti contoh pada asuransi yang tidak mendukung sistem ini dikarenakan sistem ini akan memberikan kemudahan orang untuk melakukan checkup. Asuransi tidak menginginkan banyaknya orang yang mengeluarkan uang ketika keadaannya tidak terlalu darurat. Sehingga asuransi tidak mendukung sistem yang baru ini. Begitu pula, dengan rumah sakit swasta yang umumnya tidak mendukung sistem ini dikarenakan rumah sakit swasta mempunyai kebijakan yang sudah direncanakan sendiri. Untuk melihat bagaimana posisi dari masing-masing stakeholder akan diperlihatkan pada stakeholder matrix berikut ini.

    Gambar 3. Stakeholder diagram

  • Dari matrix diatas dapat dilihat bahwa puskesmas sebagai tempat yang diterapkan kebijakan tersebut mempunyai interest dan power yang cukup kuat dan harus diperhatikan dalam sistem ini. Sementara supplier obat, perbankan dan asuransi dengan interest yang tidak terlalu besar dengan power yang besar harus selalu dijaga kepuasannya. Sementara apotek, pasien dan dokter dengan interest yang besar dan power yang lemah harus terus di berikan informasi mengenai sistem ini. Sementara untuk rumah sakit swasta sebaiknya tidak terlalu diperhatikan.

    Keep Satisfied Manage closely

    Minimum effort Keep informed

    Apotek Pasien

    Puskesmas

    Supplier obat

    Asuransi

    Rumah sakit swasta Dokter

    Perbankan

    Gambar 4. Stakeholder matrix

  • Problem Analysis Phase Dalam context diagram dibawah ini, kami akan menganalisis hubungan-hubungan dari sistem kami yang akan kami kembangkan dan juga menganalisis masalah yang akan kami coba selesaikan melalui pengembangan sistem kami yang baru ini

    Gambar 5. Context Diagram

    Context diagram bertujuan untuk memperlihatkan bagaimana hubungan entitas yang terlibat didalam suatu sistem dan bagaimana respon balik dari entitas tersebut pada sistem. Dari context diagram diatas dapat dilihat bahwa pasien sebelum memasuki sistem yang baru ini harus mendaftarkan diri menjadi anggota suatu rumah sakit dengan menginput informasi yang dibutuhkan. Hal ini hampir sama dengan sistem yang ada tetapi bedanya bentuk dari informasi berupa data dijital yang disimpan dalam repository sistem bukan dokumen-dokumen. Nantinya

  • pasien akan mendapatkan kartu dengan RFID tag yang akan didapatkan dari sistem berupa informasi medis, checkup dan juga pembayaran ketika sudah selesai melakukan aktivitas dalam sistem.

    Entitas kedua yaitu dokter pribadi akan mendapatkan data informasi pasien beserta data kesehatannya dari sistem sehingga akan memudahkan dokter untuk pengambilan keputusan. Nantinya data dari hasil check up akan diinput ke sistem oleh dokter beserta resep obat. Resep obat dan seluruh laporan ini akan diterima oleh entitas ketiga yaitu apotek dari sistem. Resep obat ini akan mengeluarkan informasi obat beserta lokasi di lemari penyimpanan sebelah mana. Sehingga apotek dapat menyediakan obat yang dipasang oleh RFID tag sebelum pasien datang. Dengan adanya RFID ini selain memudahkan pengambilan obat juga memudahkan apotek untuk menjadwalkan pembelian obat sehingga permasalahan stockout dapat dikurangi. Pada proses terakhir pada kasir akan didapatkan informasi pasien beserta laporan pembelian obat dan check up yang nantinya akan menghasilkan informasi pembayaran. Informasi pembayaran ini nantinya akan dikirimkan sistem ke bank untuk pembayaran dengan kartu kredit. Dengan sistem yang terintegrasi ini tentunya akan mengurangi biaya operasional dari puskemas/rumah sakit. Mengurangi kesalahan penulisan dan interpretasi dari masing-masing entitas serta kemudahan berkomunikasi dari setiap elemen-elemen yang ada yang secara langsung akan membuat lama waktu pelayanan menjadi lebih singkat.

  • Requirements Analysis Phase

    Actor Description Asuransi Penyedia layanan asuransi

    Perbankan Penyedia pembayaran melalui perbankan Pasien rawat jalan Orang yang membutuhkan layanan

    kesehatan Rumah sakit /Puskesmas

    Penyedia tempat layanan kesehataan

    Dokter Orang yang memeriksa kesehatan Database kesehatan

    Layanan tempat menyimpan segala data kesehatan

    Apotek Penyedia obat Warehouse Tempat penyimpanan obat di apotek

    Gambar 6. Use-Case Diagram dan Actor Glossary

    Untuk mengumpulkan system requirement maka kami menggunakan use-case diagram dari sistem yang ingin kami kembangkan. Dari use case diagram maka kami mendapatkan requirement dari sistem yang akan kami kembangkan sesuai dengan use-case diagram beserta actor glossary.

  • Decision Analysis Phase Dalam decision analysis phase akan ditampilkan sistem-sistem yang sudah diterapkan pada healthcare system. Kami mempunyai tiga kandidat sistem yaitu PeaceHealth, Deaconess Billings Clinic dan North Mississippi Healh Service. Kriteria yang dianalisis adalah operational, technical, culture, economic, schedule dan legal.

    Kandidat yang kami masukkan

    Tabel 1. Candidate-Feasibility Matrix

    Feasibility Criteria

    Wt. Peace Health Deaconess Billings Clinic North Mississippi Health Service (NMHS)

    Operational Feasibility

    15% Pasien dapat membuat jadwal janji periksa, membayar tagihan rumah sakit, melihat hasil tes, dan mendapatkan bantuan dalam manajemen pengobatan mereka secara online. Dokter praktek mendapatkan akses terhadap informasi yang penting mengenai masalah-masalah pasien, alergi, pengobatan pasien, dll. Dalam cara mendapatkan obat, pasien dapat memesan obat hanya dengan cara online.

    Di DBC, dokter memiliki akses untuk membaca/menulis ke 3M Clinical Workstation dan sistem HELP. Informasi yang tersedia berupa hasil tes pasien, hasil radiologi, catatan perkembangan, patologi, dan mikrobiologi. Untuk pengobatan rawat jalan, 3M Workstation klinis memungkinkan dokter dan staf mengakses ke catatan pasien berupa 'kemajuan, hasil laboratorium, hasil radiologi, mikrobiologi dan patologi, demografi, informasi penjadwalan, daftar masalah, daftar obat, dan daftar alergi. Dokter mecatata kemajuan mereka, yang kemudian disalin dan tersedia dalam Workstation Clinical.

    Semua fasilitas perawatan darurat NMHS termasuk laboratorium, radiologi, departemen farmasi, rehabilitasi rawat inap , dan lantai medis / bedah memiliki akses ke EHR pusat. Dokumentasi dokter di rumah sakit tetap tulisan tangan. Setelah menyelesaikan implementasi sistem pengisian dokumen , dokumen-dokumen ini akan dipindai ke dalam sistem EHR.. Untuk order obat dikirim ke apotek. Kemudian apoteker memverifikasi perintah ini dan memberikan obat melalui kurir, tube system atau pengiriman pengeluaran cart.

    Score : 90 Score: 80 Score: 80

  • Technical feasibility

    20% Sistem elektronik dilaksanakan di unit rehabilitasi rawat inap, klinik rawat jalan, laboraturium, apotek. Sistem utama yang digunakan untuk mengumpulkan informasi klinis adalah IDX LastWord dengan software Peace Health Patient Connection dan RxPad. .

    Menggunakan perangkat lunak VistaCare. Di internal rumah sakit dibentuk steering committee dibentuk yang terdiri dari dokter dan manajer departemen. Dokter masih menulis perintah di atas kertas untuk diambil apoteker dan selanjutnya diverifikasi.

    NMHS mengembangkan basis data ACHE. Ketika pasien datang, perawat melihat riwayat kesehatan pasien, dokter menulis catatan kesehatan pasien dan resep di atas kertas dan perawat memverifikasi dokumen tersebut. Kemudian dokumen dimasukkan ke EHR oleh petugas dan dikirim ke departemen terkait (laboratorium , radiologi , farmasi ) Untuk bagian apotek, NMHS menggunakan sistem Pyxis yaitu sitem dosis unit yang terkait dengan E7000 tersebut. Untuk pengiriman obat digunakan tube sistem yang menghubung farmasi ke ER, ICU, dan CCU.

    Score : 90 Score : 80 Score : 70 Culture Feasibility

    15% Pelatihan karyawan digalakkan Strategi pertama yang digunakan membiasakan staf dengan sistem lain: e -mail , referensi web , dll.

    Budaya organisasi di DBC adalah pengambilan keputusan bersama melalui diskusi kelompok. DBC tidak melakukan perubahan organisasi yang besar akibat dari sistem EHR ini

    Hubungan kerja baik di dalam NMHS dan dalam masyarakat penting untuk ditumbuhkan dan dipelihara. Semangat Kerja ditekankan. Selain itu budaya dokter Missisipi yang ramah mendorong pelaksanaan sistem ini.

    Score : 90 Score : 80 Score : 70 Economic Feasibility

    30% Annual cost: $ 1.500.000 Payback period: 5 tahun

    Initial cost: $ 9.000.000 Payback period: 7 tahun

    Initial cost: $ 20.000.000 Payback period: 10 tahun

    Score :90 Score : 70 Score: 50

  • Schedule Feasibility

    10% 13 tahun 6 tahun implementasi. 6 tahun penyempurnaan

    5 tahun

    Score :65 Score : 70 Score :90 Legal Feasibility 10% Sejak tahun 2001, Departemen

    Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan ( HHS ) telah secara aktif mempromosikan pengembangan dan penggunaan catatan kesehatan elektronik . Pembentukan sistem informasi kesehatan nasional telah menjadi prioritas utama nasional.

    Sejak tahun 2001, Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan ( HHS ) telah secara aktif mempromosikan pengembangan dan penggunaan catatan kesehatan elektronik . Pembentukan sistem informasi kesehatan nasional telah menjadi prioritas utama nasional.

    Hukum lingkungan mendorong NMHS beroperasi membuat dokumentasi hukum prioritas, dan NMHS juga memberikan payung perlindungan untuk beberapa organisasi yang berafiliasi relatif terhadap HIPAA. Hukum lingkungan juga muncul untuk membatasi pertimbangan oleh NMHS yang memungkinkan akses oleh pasien atau masyarakat untuk setiap bagian dari MIS.

    Score : 90 Score : 90 Score : 70 Ranking: 100% 76,5 72,75 64,5

  • Pre-Feasibility Study

    Dokumentasi kesehatan secara elektronik dengan Electronic Health Record memungkinkan penyediaan layanan kesehatan untuk mengelola dan memberikan perawatan secara efisien. Sistem pelayanan kesehatan berbasis komputer ini sudah mulai banyak diterapkan di beberapa negara. Program ini membantu penyediaan informasi layanan kesehatan di seluruh rumah sakit. Namun secara teknis penerapan dari masing-masing sistem ini memiliki cara yang berbeda. Beberapa contoh sistem kesehatan yang sudah menerapkan electronic heath record adalah Peace health, Deaconess Billings Clinic, dan North Missisipi Heath Service. Dari tiga kandidat tersebut, Peace Health memiliki sistem yang bagus dalam pengimplementasiannya dan bisa juga di adaptasi untuk rumah sakit yang ada di Indonesia.

    Secara operasional, sistem EHR yang diterapkan oleh Peace Health ini berbasis elektronik secara keseluruhan. Semua bagian d rumah sakit, staf, perawat dan dokter menggunakan EHR. Integrasi informasi kesehatan pasien menggunakan internet sehingga pelayanan menjadi lebih cepat. Contohnya saja ketika pasien ingin mengambil obat, resep sudah terlebih dahulu dikirim ke bagian farmasi sehingga antrian pasien dalam pengambilan obat bisa dikurangi. Selain itu, sistem ini juga menyediakan layanan dimana pasien bisa memesan obat secara online sendiri. Sedangkan di DBS dan NMHS, sistem EHR tidak sepenuhnya menggunakan elektronik karena semua kegiatan transfer informasi kesehatan dilakukan oleh staf termasuk pemindaian resep dari dokter.

    Di Indonesia sendiri sudah ada beberapa rumah sakit yang menerapkan sistem EHR yang dikenal dengan Rekam Kesehatan Elektronik (RKE). RKE ini hanya sebatas pengintegrasian data dan pendukung dalam pengambilan keputusan namun tetap saja pelayanan kesehatan masih tidak terlalu bagus eperti antrian di rumah sakit.

    Sistem yang dijalankan di Peace Health mungkin bisa diterapkan di Indonesia dimana pengintegrasian informasi layanan kesehatan dimulai sejak pasien mendaftar hingga pengambilan obat. Semua bagian di rumah sakit harus terintegrasi dengan sistem EHR itu sendiri agar memudahkan transfer informasi. Namun pengisian database secara elektronik hanya bisa dilakukan oleh dokter (dalam diagnosa penyakit dan resep obat) dan staf rumah sakit. Selain itu perlunya integrasi dari dokter ke bagian farmasi agar pasien bisa mengurangi waktu tunggunya dalam pengambilan obat. Dengan penerapan EHR ini, bagian farmasi bisa mengetahui kapasitas obat yang tersedia di tempat penyimpanannya dan sehingga memudahkan bagian farmasi untuk penyetokan obat lagi.

  • Jika di lihat dari segi ekonomi, biaya yang dikeluarkan untuk sistem di PeaceHealth lebih murah dibandingkan DBC dan NMHS. Jika disesuaikan dengan kondisi ekonomi Inodnesia, sistem ini lebih mungkin diadopsi dari pada yang lain. Selain itu Indonesia bisa juga mencari vendor bagian IT.

    Dengan penerapan sistem ini maka akan mengurangi kesalahan dalam pengobatan akibat tulisan yang tidak terbaca atau tidak lengkap, mengurangi waktu tunggu pasien ketika berobat dan pengambilan obat, dan waktu kerja lebih cepat 20% - 30% sehingga mencapai kepuasan pelanggan.

    Dilihat dari segi budaya masyarakat, penerapan sistem EHR di Indonesia perlu disosialisasikan terlebih dahulu mengingat banyak masyarakat Indonesia yang terbiasa dengan cara lama. Petugas rumah sakit juga memiliki kewajiban untuk mengarahkan pasien agar mengikuti alur sistem EHR. Sedangkan dilihat dari sisi pemerintah, sistem ini perlu dukungan dari pemerintah pusat agar sistem ini dapat dijalankan secara menyeluruh dengan 1 sistem yang terintegrasi di semua klinik dan rumah sakit di Indonesia. Kelebihan yang didapatkan apabila sistem ini dijalankan oleh seluruh rumah sakit dan terintegrasi di seluruh rumah sakit adalah data dan informasi kesehatan pasien dapat diakses oleh seluruh rumah sakit sehingga tidak tercecer dan lengkap, data kesehatan pasien menjadi data kesehatan negara yang bermanfaat untuk kepentingan negara, kemudahan pasien untuk berpindah rumah sakit, dan produktivitas dan efisiensi yang tinggi dalam segi pelayanan kesehatan.

  • Concept of Operation

    Front-End operation flow Dalam sistem kami, pasien akan menjumpai interface yang langsung berhubungan dengan sistem kami. Pasien yang melakukan rawat jalan akan menjumpai lima bagian yaitu sistem di registration counter, ruang tunggu, ruang konsultasi, apotek dan kasir. Berikut penjelasan dari masing-masing front end operation flow.

    Gambar 7. Registration Counter

    Hal pertama yang dijumpai dalam pasien adalah tempat registrasi. Tempat registrasi disini adalah pendaftaran melalui tap kartu kesehatan untuk mendaftarkan pasien dalam sistem. Perrtamatama pasien masuk ke dalam sistem (ditunjukkan nomer 1) kemudian menuju ke tempat pendaftaran dan men-tap kartu kesehatannya (ditunjukkan nomer 2) yang akan muncul informasi dan memunculkan letak ruangan dokter pribadinya. Selanjutnya pasien akan diberikan arahan oleh pegawai menuju ke ruangan masing-masing dokter pribadinya (ditunjukkan nomer 3).

    1

    3 2

  • Gambar 8. Ruang tunggu poli

    Kemudian pasien akan sampai di ruang tunggu (ditunjukkan nomer 1) dan pasien dapat melihat ke layar (ditunjukkan nomer 2 warna hitam) apakah mereka sudah bisa memasuki ruangan dokter atau harus mengantri. Jika mereka mengantri (ditunjukkan nomer 2 warna biru) maka mereka akan duduk di tempat duduk dan jika mereka sudah bisa memasuki ruangan (ditunjukkan nomer 3 warna hitam) maka mereka dapat masuk ke ruangan dokter untuk melanjutkan ke proses berikutnya. Sementara pasien yang menunggu jika sudah waktunya akan dipanggil dan memasuki ruangan (ditunjukkan nomer 3 warna biru)

    Gambar 9. Ruang konsultasi dokter

    1

    2

    3

    2

    3

    1

  • Di dalam ruang konsultasi dokter pasien akan duduk dan kemudian pasien akan ditanyakan dan diperiksa oleh dokter mengenai keluhan yang dirasakan oleh pasien. Dan dokter akan menmasukkan data-data yang didapatkan dari hasil pemeriksaan dan resep obat yang akan dijelaskan pada proses back-end operation flow.

    Gambar 10. Apotek (untuk pengambilan obat)

    Setelah pemeriksaan dan check up oleh dokter maka pasien akan datang ke apotek puskesmas untuk mengambil obat (ditunjukkan nomer 1). Obat ini didapatkan dari masukan input dari dokter dan akan muncul di gudang yang akan disediakan dan diletakkan di tempat pengantaran obat (ditunjukkan nomer 2). Ketika pasien datang maka kasir akan mencocokkan dengan data yang didapatkan dari hasil tap kartu dan kemudian memberikan obat ke pasiennya (ditunjukkan nomer 3). Ketika sudah didapatkan obat maka pasien akan menuju kasir untuk melakukan pembayaran.

    1

    3

    2

  • Gambar 11. Kasir

    Pada tahap akhir dari sistem ini pasien akan pergi ke kasir untuk melakukan pembayaran. Pasien akan men-tap kartu untuk memperlihatkan informasi dari pasien selama di puskesmas atau rumah sakit. Nantinya akan terangkum informasi-informasi mengenai pembayaran dan pasien dapat melakukan pembayaran melalui kartu kredit ataupun cash. Kemudian pasien selesai melakukan pembayaran.

    Back-End operation flow Dalam sistem ini selain terdapat interface yang dijumpai oleh pasien terdapat juga interface yang tidak dijumpai oleh pasien yaitu back-end operation flow. Terdapat lima back end operation flow yaitu computer interface di registration counter, interface ruang konsultasi, interface apotek dan warehouse, interface kasir dan juga alur di warehouse.

    Hal pertama yang terlihat dari proses backend flow ini adalah ketika pasien berada di registration counter. Ketika pasien men-tap kartu maka data informasi pasien akan terlihat sebagai berikut

    1

    2

  • Gambar 12. Interface registration counter

    Setelah itu back-end operation flow selanjutnya ada pada ruang konsultasi dokter. Di ruang konsultasi ini dokter akan memeriksa dan memasukkan input hasil dari pemeriksaan beserta dengan resep obat. Disertai dengan persetujuan dokter dengan cara memasukkan user serta password dari dokter. Interface akan seperti berikut:

    Gambar 13. Interface ruang konsultasi dokter

  • Informasi dari dokter akan dimuat oleh apotek yang isinya berisikan laporan checkup serta resep obat yang diperlukan untuk pengambilan obat di apotek. Informasi ini akan muncul di bagian apotek yang nantinya akan dicocokkan dengan obat yang sudah diletakkan di pos peletakkan obat yang akan diberikan kepada pasien.

    Gambar 14. Interface apotek

    Back-end operation flow yang lain berupa manajemen inventori obat di apotik. Interface akan muncul memberikan informasi pasien beserta resep obat beserta informasi obat untuk mengambil obat. Interface diperlihatkan sepert dibawah ini

    Gambar 15. Interface warehouse apotek

  • Dari informasi yang didapat maka petugas akan mengambil obat (ditunjukkan nomer 1 warna biru) sesuai dengan informasi dan letak obat yang sudah dipasang oleh RFID. RFID ini akan memberikan informasi mengenai kondisi lemari apotek jika RFID scan di lemari membaca RFID tag diobat maka akan berwarna hijau di layar yang berarti ada sementara jika tidak terbaca akan berwarna merah. Nantinya petugas akan membawa ke tempat peletakkan obat dan melepas RFID tag serta mengelompokkannya sesuai dengan pasien (ditunjukkan nomer 2 warnabiru). Nantinya obat yang akan datang akan dipasangi RFID tag yang akan dikumpulkan di tempat penempelan RFID tag (ditunjukkan nomer 1 hitam). Berikut back-end operation flow dari warehouse

    Gambar 16. Back-end operation flow warehouse apotek

    1

    2

    1

  • Dan terakhir pasien setelah mendapatkan obatnya pasien akan menuju kasir untuk membayar. Di kasir akan tampil interface yang memperlihatkan aktivitas pasien selama di rumah sakit seperti hasil pemeriksaan pasien, obat dan juga informasi pembayaran disertai dengan pemasukkan user dan password dari kasir untuk keamanan dari transaksi. Berikut interface dari kasir:

    Gambar 17. Interface kasir

    coverSystem Engineering ProposalBaseline Problems and OpportunitiesSistem ini mempunyai tujuan untuk mengurangi kehabisan stok obat menjadi rata-rata satu hari. Solusi ini akan didukung oleh manajemen smart-shelf yang menggunakan teknologi RFID. Teknologi ini akan membuat apotek dari rumah sakit atau puskesmas menget...

    Baseline ScopeStakeholder AnalysisProblem Analysis PhaseRequirements Analysis PhaseDecision Analysis PhaseConcept of OperationFront-End operation flowPada tahap akhir dari sistem ini pasien akan pergi ke kasir untuk melakukan pembayaran. Pasien akan men-tap kartu untuk memperlihatkan informasi dari pasien selama di puskesmas atau rumah sakit. Nantinya akan terangkum informasi-informasi mengenai pem...Back-End operation flow