51

Syukur pada-Mu Tuhan · dalam cerita yang coba kami ungkapkan diatas kertas putih. Semoga pengalaman ini dapat menjadi bekal dan berkat bagi kami untuk perjalanan hidup kami selanjutnya

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Syukur pada-Mu Tuhan · dalam cerita yang coba kami ungkapkan diatas kertas putih. Semoga pengalaman ini dapat menjadi bekal dan berkat bagi kami untuk perjalanan hidup kami selanjutnya
Page 2: Syukur pada-Mu Tuhan · dalam cerita yang coba kami ungkapkan diatas kertas putih. Semoga pengalaman ini dapat menjadi bekal dan berkat bagi kami untuk perjalanan hidup kami selanjutnya
Page 3: Syukur pada-Mu Tuhan · dalam cerita yang coba kami ungkapkan diatas kertas putih. Semoga pengalaman ini dapat menjadi bekal dan berkat bagi kami untuk perjalanan hidup kami selanjutnya

Syukur pada-Mu Tuhan

Terima kasihku tuk semua

Waktu kian terus berlalu, detik demi detik telah kami lewati. Ukiran

pengalaman yang menyenangkan maupun yang menyedihkan telah mewarnai

perjalanan kami. Terima kasih Tuhan, untuk semua rahmat-Mu yang telah

memampukan kami menjalani parjalanan akhir kuliah kami dalam PPL ini. Tak

terkira waktu yang telah Kau sediakan ini dapat kami isi dengan ukiran

pengalaman hidup yang telah memperkaya hidup kami.

Layaknya orang bijak mengatakan “pengalaman menjadi guru yang terbaik”

demikian pun kami mengakui kebenaran hal itu. Pengalaman menjadi guru kelas,

menghadapi anak yang bermasalah, percekcokan dengan teman kelompok,

berdiskusi dengan guru, bertemu dengan wali murid, itu semua tidak kami

dapatkan dibangku kuliah. Namun di tempat PPL inilah, kami telah memperoleh itu

semua. Pengalaman yang telah kami dapatkan ini, akan kami jadikan oase tuk

hidup kami sebagai seorang guru yang siap di utus untuk melayani dan mendidik

putra-putri bangsa.

Tak berujung terima kasih, kami ucapkan untuk Dosen pembimbing kami Bu

Eny yang telah berkenan membimbing dan mendampingi kami dalam masa PPL ini.

Para dewan Guru SD Kanisius Gayam I Yogyakarta yang telah dengan sukarela

membagi ilmu untuk kami, para putra-putri SD Kanisius Gayam I Yogyakarta yang

tercinta dan teman sekelompok PPL yang telah bekerjasama dengan amat baik.

Seluruh untaian dan ukiran hidup ini dengan hati tulus kami persembahkan

dalam cerita yang coba kami ungkapkan diatas kertas putih. Semoga pengalaman

ini dapat menjadi bekal dan berkat bagi kami untuk perjalanan hidup kami

selanjutnya.

Cintaku Untukmu putra-putri Bangsaku

Bhaktiku Bagimu Negeriku

Page 4: Syukur pada-Mu Tuhan · dalam cerita yang coba kami ungkapkan diatas kertas putih. Semoga pengalaman ini dapat menjadi bekal dan berkat bagi kami untuk perjalanan hidup kami selanjutnya

“Sebuah langkah pertama menuju keberhasilan adalah dimulai dari dalam pikiran”

Richard Doebler

Page 5: Syukur pada-Mu Tuhan · dalam cerita yang coba kami ungkapkan diatas kertas putih. Semoga pengalaman ini dapat menjadi bekal dan berkat bagi kami untuk perjalanan hidup kami selanjutnya

7 Januari 2014 pertama kali sepatu vantofel kami menapaki SD Kanisius

Gayam I Yogyakarta. Yeah SD Kanisius Gayam I Yogyakarta, sebuah sekolah

kanisius kota yang akan kami gunakan untuk praktek sampai tiga bulan yang akan

datang. Perasaan yang tak karuan nampak diwajah kami. Takut, senang, malu, rasa

yang bercampur dihati kami, namun kembali lagi pada tujuan, kami harus

menaklukkan semua rasa itu untuk satu tujuan. Satu tujuan untuk mendapatkan

Gelar sarjana. Kami bertekad untuk masuk dalam kehidupan sekolah dasar dan

memberikan yang terbaik sebagai pertanggungjawaban seorang sarjana sejati.

Sebelum kami bercerita panjang lebar tentang pertempuran kami di SD Kanisius

Gayam I Yogyakarta ijinkan kami memperkenalkan diri.

Tarsisius Ferry Koko Gustomo, rela meninggalkan kota kelahirannya

Lampung untuk menempuh pendidikan di Sanata Darma Yogyakarta. Panggilan saja

dia Koko, seorang laki-laki yang penuh dengan kharismatik. Tidak salah kami

memilihnya untuk menjadi ketua kelompok PPL kami. Walaupun orangnya kecil,

tetapi tanggungjawabnya luar biasa. Agusta Mistiyah, beliau adalah seorang suster

dari kongregasi FSGM. Sr. Alex biasa kami memanggilnya. Beliau adalah seorang

suster yang ceria dan dewasa, walaupun kata anak-anak beliau adalah seorang

suster yang galak. Beliau juga sering menjadi penasehat kami. Yeah itulah suster

Alex yang nama panggilannya tidak nyambung dengan nama panjangnya.

Selanjutnya adalah Dwi, nama lengkapnya adalah Elisabeth Dwi Astuti. Rambut

yang sedikit kriting melekat di kepalanya. Dwi yang sedikit kacau dengan

kecerdasan spasialnya. Dia sangat sering membuang-buang waktu untuk sampai

kesekolah karena jalan yang dipilih berputar-putar. Walaupun demikian dia selalu

sampai di sekolah lebih awal daripada kami. Begitulah Dwi, wanita yang tangguh

menurut kami.

Page 6: Syukur pada-Mu Tuhan · dalam cerita yang coba kami ungkapkan diatas kertas putih. Semoga pengalaman ini dapat menjadi bekal dan berkat bagi kami untuk perjalanan hidup kami selanjutnya

Personil berikutnya adalah dua wanita yang berbadan sedikit besar dari saya,

dia adalah Terry dan Resty. Terry Ayuk Desiana adalah nama panjang dari Terry.

Terry, berambut panjang dengan berat badan kira-kira 70kg. Bisa dibilang sedikit

gendut karena tinggi badannya hanya sekitar 150cm. Terry sering berbicara dan

tertawa dengan not-not tinggi sampai sesekali kami menegurnya. Vincensia Septy

Restiningtias nama lengkap dari Resty. Resty memiliki postur tubuh hampir sama

dengan Terry, ya meskipun sedikit langing sih. Guru-guru juga sering keliru

memanggil Terry dan Resty. Resty adalah seorang yang sering lupa dengan segala

sesuatu yang penting. Sampai kami hanya bisa geleng-gelang kepala dan bilang

resti.. resti.. ketika ada yang ketinggalan. Sosok wanita yang sering melakukan hal

konyol kata anak-anak. Namun begitu, dia sangat baik kepada kami karena sering

mentraktir kami.

Giliran berikutnya adalah Fx. Candra Dwi Putranto, kami memanggilnya Putra

ketika di SD Kanisius Gayam I Yogyakarta. Putra merupakan pribadi yang suka

menolong dan dekat dengan siswa-siswi. Tinggi dan sedikit ganteng melekat pada

penampilan fisiknya, namun sedikit kurang rapi. Tebaran pesonanya inilah yang

membuat Putra memiliki lebih banyak fans fanatik dari pada kami. Fans putra adalah

siswi-siswi perempuan di kelas atas. Ketika putra tidak sibuk, ada saja siswi yang

menyambangi dan mengobrol dengannya.

Laki-laki yang terakhir dikelompok kami adalah Puguh Wismadi, laki-laki ini

sedikit berkulit gelap dari pada kami. Puguh selalu berpakaian rapi. Puguh sering

berangkat ketika bel masuk akan berbunyi. Puguh yang sering duduk diam sendiri

membuat kita sering bingung dengan sikapnya. Puguh pintar dalam berbahasa jawa

ketika berbicara. Dan yang paling terakhir nomor induk mahasiswanya adalah saya,

teman-teman biasa memanggil saya Okta. Darti Oktaviani, itu adalah nama lengkap

saya. Hemm… berbicara tentang saya sepertinya yang paling cepat diingat adalah

Page 7: Syukur pada-Mu Tuhan · dalam cerita yang coba kami ungkapkan diatas kertas putih. Semoga pengalaman ini dapat menjadi bekal dan berkat bagi kami untuk perjalanan hidup kami selanjutnya

cepat lapar. Saya selalu mengemparkan seisi perpustakaan ketika perut sudah tidak

bisa diajak kompromi lagi. Narsis, kata teman-teman ketika melihat saya berfoto

dengan siswa-siswi ketika istirahat. Saya juga sering mengganggu teman yang

sedang berkonsentrasi tinggi. Ya tentu saja, karena saya tidak ingin ikut stres ketika

melihat wajah-wajah yang jelek ketika berpikir. Yeh itulah kami berdelapan,

kelompok PPL SD Kanisius Gayam I Yogyakarta yang kata guru-guru adalah

kelompok yang solid.

Markas PPL kami ada di Perpustakaan SD Kanisius Gayam I Yogyakarta

yang cukup luas. Ketika kalian pernah melihat mahasiswa yang cantik-cantik dan

ganteng-ganteng di sana, ya itulah kami. Dan ini adalah cerita pertempuran kami

yang bisa kalian baca. Jadikanlah inspirasi ketika ada pengalaman yang baik dan

jangan ditiru pengalaman konyol yang pernah kami perbuat selama tiga bulan.

Terimakasih Selamat Membaca!

Page 8: Syukur pada-Mu Tuhan · dalam cerita yang coba kami ungkapkan diatas kertas putih. Semoga pengalaman ini dapat menjadi bekal dan berkat bagi kami untuk perjalanan hidup kami selanjutnya

Aku sadar,

banyaknya

tuntutan yang

dibuat semata-

mata untuk

kepentingan

diriku sendiri

agar kelak aku

dapat menjadi

sosok guru yang

memiliki bibit

yang unggul.

Tantangan Yang Mengembangkan “Sr. Alex”

Setiap orangakan merasa bahagia bila sesuatu yang di kejarnya akan segera

tercapai. Demikian pun dengan aku. Aku sangat senang karena sebentar lagi, aku akan

mengakhiri masa kuliahku. Perjalanan panjang yang telah aku

lalui ini, akan segera berakhir dengan adanya praktek

lapangan yang saat ini sedang aku jalani. Praktek ini aku

jalani sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan

oleh pihak kampusku. Walaupun ini sebagai penanda

terakhir bagi perjalanan perkuliahanku, namun ini

tidaklah mudah untuk dijalani. Banyak batu kerikil yang

telah aku lewati. Pengalaman suka duka telah memberi

warna tersendiri disetiap waktu disaat aku menjalani

kegiatan ini.

Pergulatan yang cukup berat aku alami, ketika aku mengalami kesulitan untuk

membagi waktu, membagi tugas, dan sedikit pertentangan yang terjadi diantara

kelompokku. Namun aku bersyukur bahwa musyawarah yang terjadi diantara kami,

dapat menjadi sarana yang paling tepat untuk menyelesaikan masalah yang terjadi.

Pertentangan terjadi dalam kelompok karena adanya tuntutan yang cukup banyak

yang harus kami lakukan, padahal disini ditempat aku praktek, memiliki keterbatasan

yang harusnya, memang dipahami secara bijaksana oleh kelompok kami sebab hal itu,

memang tidak dapat diubah.

Aku sadar, banyaknya tuntutan yang dibuat semata-mata untuk kepentingan

diriku sendiri agar kelak aku dapat menjadi sosok guru yang memiliki bibit yang

Page 9: Syukur pada-Mu Tuhan · dalam cerita yang coba kami ungkapkan diatas kertas putih. Semoga pengalaman ini dapat menjadi bekal dan berkat bagi kami untuk perjalanan hidup kami selanjutnya

unggul. Namun demikian, hendaknya pembuat kebijakan haruslah lebih bijaksana

agar apa yang telah ditetapkan dapat dengan mudah dijalani mengingat bahwa saat

ini si pelaksana kebijaksanaan, masih ada mata kuliah yang harus dijalani dan tugas

akhir (skripsi) yang harus diselesaikan.

Pengalaman demi pengalaman yang telah aku lewati menjadi sumber kekayaan

bagi diriku sendiri. Ini semua kan ku jadikan bekal dalam perjalananku kelak. Terima

kasihku, kuucapakan untuk para dewan guru SD Kanisius Gayam yang telah tiada

taranya banyak membagikan ilmu untukku, dosen pembimbingku tercinta yang

senantiasa memberikan kelegaan dan penyelesaian masalah yang amat bijaksana dan

teman-temanku tercinta dalam kelompok PPL yang sangat kreatif dan mudah diajak

kerjasama kalian semua menjadi inspirasi bagiku.

Page 10: Syukur pada-Mu Tuhan · dalam cerita yang coba kami ungkapkan diatas kertas putih. Semoga pengalaman ini dapat menjadi bekal dan berkat bagi kami untuk perjalanan hidup kami selanjutnya

Pengakuanku

pada makhluk

kecil itu,

membuatku

merasa

merdeka.

Aku dan “R” “Sr. Alex”

Suara anakyang sedang berlari mengejar temannya di ruang perpustakaan,

membuyarkan lamunanku. Hari ini adalah awal dimana aku akan mengajar di kelas,

layaknya seorang guru kelas. Beragam perasaan muncul dalam diriku bisa tidak ya,

nanti anak-anak mengerti tidak ya akan apa yang aku sampaikan? Anak-anak ribut

tidak ya? Dan masih banyak lagi yang mengacak-acak isi pikiranku.

Aku sendiri mempunyai pergulatan tersendiri dalam diriku. Sebenarnya, aku

merasa cukup berat ketika aku diutus untuk study lanjut di PGSD,

Sanata Dharma. Aku tak pandai bicara, mudah bingung dan

gugup, terkadang juga kurang yakin akan diri sendiri. Dan satu hal

lagi yang membuatku sedih adalah aku tak dapat melafalkan

huruf “R” dengan baik. Aku sendiri tidak mengerti dengan persis

mengapa aku tak dapat melafalkan huruf itu. Pernah suatu hari aku bertanya pada

ayah dan jawabannya sangat menyesakkan diriku sendiri katanya setiap kali aku

belajar alphabet dan sampai pada huruf “R”, aku selalu diam dan kemudian

melompatinya ke huruf selanjutnya. Bila aku dipaksa untuk mengucapkannya aku

lebih suka memilih menangis dan akhirnya tidak jadi belajar. Begitulah yang terjadi

setiap kali aku belajar melafalkan alphabet.

Studi di PGSD pasti dan pasti akan menjadi guru SD. Muncul ketakutan dalam

diriku walau nantinya yang aku hadapi adalah anak-anak kecil namun aku merasa

berat. Terbayang dalam benakku ketika aku masuk kelas satu dan harus mengajar

alphabet dan sampai pada huruf “R” apa yang harus aku lakukan?. Apa aku harus juga

menghindarinya seperti yang pernah aku lakukan saat aku masih kecil?. “Ah,

Page 11: Syukur pada-Mu Tuhan · dalam cerita yang coba kami ungkapkan diatas kertas putih. Semoga pengalaman ini dapat menjadi bekal dan berkat bagi kami untuk perjalanan hidup kami selanjutnya

bagaimana ini, apa yang harus aku buat?”. Hal ini menjadi beban tersendiri untukku.

Jujur saja, jauh dalam lubuk hatiku yang paling dalam, sebenarnya aku tidak siap

untuk ditertawakan, ditolak dan diolok-olok tak terbayangkan kalau hal itu dilakukan

oleh muridku sendiri. “Oh Tuhan, mengapa Kau memilih aku justru dalam

keterbatasanku? “ tanyaku dalam hati.

Hari ini aku tidak sedang bermimpi atau melamun tapi ini kenyataan. Aku

masuk dan mengajar di kelas 2. Anak kelas 2 di sekolah ini cukup kritis, banyak yang

pintar dan berani untuk bertanya dan juga berani mengungkapkan pendapat mereka.

Pada pertengahan pembelajaran, aku telah mempersiapakan soal mencongak untuk

mereka. Sesuai dengan indikator yang telah ditentukan, soal tersebut dibacakan untuk

melihat ketepatan anak dalam mendengarkan. Hingga akhirnya, sampailah pada soal

yang menggunakan huruf “R” beberapa anak bertanya kepadaku “suster gak jelas

ngomong apa?”. Seperti biasanya jika sedang gugup, aku keringatan, kapur yang ku

pegang jatuh dan tampak kacau. Untung saja, aku bisa mengendalikan diriku sendiri

aku langsung menuliskannya di papan tulis walaupun itu tidak boleh aku lakukan.

Namun spontan, itulah yang aku lakukan.

Setelah aku menuliskannya di papan tulis, seorang anak datang kedepan dan

berkata “oh kelereng ya, tadi suster tidak jelas mengatakannya”. Kemudian dengan

jujur dan tanpa beban dalam benakku, aku mengakui “maaf nak suster tidak bisa

mengucapkan huruf “R” dengan baik”. Tanyanya “mengapa suster?”. Jawabku singkat

“tidak apa-apa”. Tampak dalam matanya yang bening, aku melihat dia sudah cukup

mengerti dengan jawabanku dan ia kembali duduk dengan tenang.

Page 12: Syukur pada-Mu Tuhan · dalam cerita yang coba kami ungkapkan diatas kertas putih. Semoga pengalaman ini dapat menjadi bekal dan berkat bagi kami untuk perjalanan hidup kami selanjutnya

Situasi kelas pun tetap tenang tidak seperti yang pernah aku bayangkan. Aku

merasa berbeda ternyata pengakuanku pada makluk kecil itu, membuatku merasa

merdeka. Tak sesulit yang pernah aku bayangkan dia tidak menertawakanku, tidak

mongolok-olok aku atau seburuk yang pernah aku bayangkan. Aku yakin dia tetap

menerimaku. Ini aku rasakan karena mereka tetap antusias mengikuti pelajaran dan

sepertinya mereka tidak mempermasalahkan hal itu. Aku merasa ada kemerdekaan

dalam hatiku. Dalam hati kecilku berbisik kerendahanhati sangat penting tuk ku miliki

dalam setiap langkah hidupku.

Page 13: Syukur pada-Mu Tuhan · dalam cerita yang coba kami ungkapkan diatas kertas putih. Semoga pengalaman ini dapat menjadi bekal dan berkat bagi kami untuk perjalanan hidup kami selanjutnya
Page 14: Syukur pada-Mu Tuhan · dalam cerita yang coba kami ungkapkan diatas kertas putih. Semoga pengalaman ini dapat menjadi bekal dan berkat bagi kami untuk perjalanan hidup kami selanjutnya

Belajar Untuk MenjadiGuru “Koko”

Tak terasaaku di semester 8. Telah kujalani dengan indah perkuliahanku di

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, dengan mengambil program studi PGSD-S1.

Menjadikan sosok guru SD yang humanis dikemudian hari yang berguna bagi bangsa

mungkin merupakan dambaan dari semua mahasiswa PGSD. Memilih masuk PGSD

merupakan pilihanku sendiri dan ada juga dari segelintir mahasiswa yang pernah

cerita kepadaku memilih “masuk PGSD” karena paksaan dari orang-orang terdekatnya

yang menunjukkan bahwa PGSD merupakan tempat yang tepat baginya. Tuhan pasti

akan menunjukkan jalan yang terbaik jika kita menjalaninya dengan ikhlas hati dan

percaya pada-Nya.

Banyak pengetahuan dan pengalaman yang telah kudapatkan selama aku

kuliah, sebagai bekal menjadi guru SD. Pihak kampus telah membuat program

pengalaman secara langsung di sekolah dasar seperti pramuka, bimbingan belajar,

probaling dan PPL, kesemuannya itu telah aku jalani bersama teman-teman

“seangkatanku”. Pengalaman yang begitu bermakna bagiku adalah Program

Pengalaman Lapangan (PPL).

Selama tiga bulan ini, dari bulan januari-maret 2014 telah kuselesaikan PPL-ku

bersama teman-temanku tujuh mahasiswa PGSD. Aku bersyukur mendapatkan teman-

teman yang begitu baik bagiku sehingga kami dapat menjalani PPL di sekolah dasar

dengan baik. Rasa syukurku kepada Tuhan bukan hanya teman yang telah

kudapatkan tetapi juga bersyukur mendapatkan SD yang begitu “ramah dan nyaman”

untuk kami menjalani selama tiga bulan yang tak terasa sudah berakhir.

Page 15: Syukur pada-Mu Tuhan · dalam cerita yang coba kami ungkapkan diatas kertas putih. Semoga pengalaman ini dapat menjadi bekal dan berkat bagi kami untuk perjalanan hidup kami selanjutnya

Menilik lebih jauh kembali, sebelum kami melakukan PPL di SD. aku

menyadari, banyak permasalahan yang terjadi dari pihak kampus karena kurangnya

persiapan yang begitu matang. Dari cara menentukkan SD yang harus disamakan

dengan SD penelitian dan pembekalan yang tergesa-gesa sehingga mahasiswa tidak

mendapatkan buku panduan PPL ketika pembekalan di ruang Kunjono. Semua itu

menjadi pelajaran bagi kita, yang terjadi biarlah terjadi, yang sudah terjadi kita

perbaiki agar menjadi lebih baik sehingga kejadian itu tidak terjadi lagi dengan adik

tingkat kami.

Program di semester 8 ini, mahasiswa harus dibarengi dengan penelitian

(skripsi) dan PPL. Aku mahasiswa yang melakukan penelitian di SD yang berbeda

dengan PPL. Aku sangat bersyukur dengan SD (PPL) karena begitu baik bagiku dan

begitu pula SD penelitianku, walaupun berbeda tetapi aku bisa menjalaninya dengan

baik.

Aku menyadari saat menjalani tiga bulan lalu, aku merasakan kesibukan yang

begitu melelahkan karena banyaknya dari program-program yang diberikan kampus

untuk kami mahasiswa angkatan 2010.

Kesibukan dari segi kegiatan PPL yang harus dikuasai mahasiswa untuk

“mematangkan” menjadi sosok guru di sekolah dasar. Kami mendapatkan kesempatan

melakukan praktek mengajar di kelas dengan RPP yang telah kami buat, melakukan

bimbingan, kegiatan pramuka dan kegiatan lainnya di sekolah. Begitu bermakna

semua kegiatan yang telah aku dapatkan di SD Gayam.

Kesibukan dari penelitian (skripsi) kami, yang ditargetkan oleh pihak kampus

adalah mahasiswa “lulus” tahun ini. Secara pribadi, aku senang dengan target yang

Page 16: Syukur pada-Mu Tuhan · dalam cerita yang coba kami ungkapkan diatas kertas putih. Semoga pengalaman ini dapat menjadi bekal dan berkat bagi kami untuk perjalanan hidup kami selanjutnya

ditunjukkan kampus untuk kami. Mengadakan program “Payung” untuk memayungi

beberapa mahasiswa dengan judul skripsi yang telah ditentukan dosen. Sehingga

setiap minggunya kami harus meluangkan waktu bersama dosen untuk melakukan

bimbingan berdasarkan kesepakatan dosen dan mahasiswa yang berada di payung

tersebut.

Dengan dibarengi PPL dan penelitian (membuat skripsi) selama tiga bulan ini,

bagiku sangat melelahkan. Ketika aku dititik “terendah”, aku berkata pada diriku “aku

capek, aku lelah, aku pusing”. Ternyata banyak mahasiswa yang merasakan sama

dalam batinnya.

Saat aku dititik “terendah”, aku juga merasa jauh dari KELUARGAKU. Setiap

aku kangen dan merindukan kehangatan dari mereka, aku telpon mereka. Dan

kuceritakan semua pengalamanku saat aku PPL dan skripsi, katanya:

“Wong kuliah ki angel, tapi nyatane masmu ki iso, mesti koe iso”.

(orang kuliah itu memang sulit, tapi nyatanya kakakmu bisa, kamu pasti bisa)

Keluargaku adalah penyemangat hidupku. Aku bahagia dengan keluarga yang

diberikan Tuhan untukku.

Mungkin, program PPL yang dibarengi dengan skripsi merupakan program

yang terbaik untuk para mahasiswa. Dan nyatanya juga, dilihat dari “angkatan” tahun

lalu pun program itu dapat diterapkan.

Akhirnya juga, akupun bisa melewati tiga bulan ini. Terimakasih God n my

family.

Keluarga anda tempat penyemangat dalam hidup.

Page 17: Syukur pada-Mu Tuhan · dalam cerita yang coba kami ungkapkan diatas kertas putih. Semoga pengalaman ini dapat menjadi bekal dan berkat bagi kami untuk perjalanan hidup kami selanjutnya

Hidup Untuk Berefleksi

“Koko”

Suara belsekolah terdengar keras di dalam ruang perpustakaan. Menandakan

kegiatan belajar mengajar harus dihentikan terlebih dahulu. Tak lupa siswa dan guru

berdoa kepada Tuhan Yesus sebagai tanda terimakasih karena proses belajar mengajar

dapat berjalan dengan baik. Dengan keramaiannya, siswa pun berlari keluar untuk

istirahat.

Walaupun terik matahari sudah berada di bayangan lurus, tidak menghentikan

keceriaan mereka untuk istirahat di luar kelas. Bermain bola, bermain egrang, bermain

petak umpet, dan masih banyak permainan lainnya yang mengundang keceriaan

mereka saat bersama temannya. Mengungkapkan bahwa kebahagian yang seperti ini

yang diinginkan mereka saat bersama orang terdekatannya.

Tak seperti biasa, aku ingin melihat mereka berada di halaman sekolah karena

kesibukaanku untuk mengerjakan tugas di perpustakaan. Terdengar, langkah kaki dari

setiap anak yang ingin menuju perpustakaan. Satu-persatu datanglah mereka untuk

membaca, meminjam buku, dan mengintip aktivitas kami saat di perpustakaan. Aku

tak menghiraukan mereka berada di perpustakaan, tetapi ada salah satu anak

mendekati aku yang sedang mengerjakan tugas, dan menghentikan aku.

Dan anak itupun berkata kepadaku “Pak Koko, lagi ngapain?”

“Pak Koko lagi kerja tugas” jawabku kepada anak selalu ceria setiap aku melihatnya.

“Kenapa kamu tidak main dengan teman-temanmu?” tambahku kepadanya.

“Lagi pengen disini” jawab anak itu.

Kuajak dia untuk duduk di dekatku dan kuhentikan pekerjaaanku.

“Tadi belajar apa?” tanyaku kepadanya.

Page 18: Syukur pada-Mu Tuhan · dalam cerita yang coba kami ungkapkan diatas kertas putih. Semoga pengalaman ini dapat menjadi bekal dan berkat bagi kami untuk perjalanan hidup kami selanjutnya

“Matematika” jawabnya.

“Pak Koko, lagi kerja apa?” tanya anak padaku.

“Pak Koko lagi membuat refleksi harian” sambil kutunjukkan lembar kertas refleksiku

kepadanya.

Kuijinkan dia, untuk membaca refleksi harianku. Anak itupun membaca sekilas

tulisanku, yang telah aku tulis.

Dan katanya kepadaku “Kok refleksi seperti itu to pak?”

Akhirnya kuceritakan tentang kegiatanku jika setiap hari aku membuat refleksi

harian. “Ia.. bapak itu membuat refleksi tiap hari. Refleksi yang bapak tulis adalah

kegiatan yang telah bapak lakukan” sambil menunjukkan lagi lembar refleksiku.

“Pernah, kamu membuat refleksi seperti ini?” tanyaku lagi kepadanya.

“Belum pernah, Pak Koko” jawab anak. “Nah... sekarang coba, mulai hari ini. Kamu

setiap hari membuat refleksi. Satu kalimat saja. Kamu tulis kegiatan, yang terjadi dari

kamu bangun pagi sampai mau tidur yang paling berkesan atau yang paling kamu

senangi. Satu kalimat saja” kujelaskan dia untuk membuat refleksi harian.

Anak itupun tersenyum.Kujelaskan lagi, “Kamu kerjakan sebelum kamu tidur,

kamu ingat-ingat kegiatan hari ini. Besok kapan-kapan bapak lihat”. Bel sekolah pun

berbunyi tanda bahwa kegiatan belajar mengajar dimulai kembali.

Setelah beberapa minggu berlalu, dengan aktivitasku. Kujalani seperti biasa

dengan kenyamanan dan keramahan berada disini. Anak itu pun menghampiri aku

dan berkata kepadaku “Pak Koko, aku udah buat refleksi”.“Oooo ia.... Bagus itu”

kagetku dihadapannya dan tak terlalu terpikirkan bahwa ternyata dia mengerjakan

apa yang telah aku minta. “Pak Koko, nanti liat ya?” mengharapkan aku melihat

refleksinya.

Page 19: Syukur pada-Mu Tuhan · dalam cerita yang coba kami ungkapkan diatas kertas putih. Semoga pengalaman ini dapat menjadi bekal dan berkat bagi kami untuk perjalanan hidup kami selanjutnya

Bel istirahat berbunyi menandakan bahwa anak-anak akan istirahat.

“Ni... Pak Koko” sambil memberikan buku refleksi hariannya kepadaku, saat aku di

perpustakaan.

Ku kulihat dan ku baca isi buku tersebut. Ternyata dia benar-benar membuat

refleksi harian setiap hari. Walaupun hanya kegiatan sederhana yang dia tuliskan, dia

telah belajar untuk mengingat-ingat kegiatan telah dilakukkan setiap hari. Dan

menurut aku bahwa kegiatan-kegiatan yang dituliskannya merupakan kegiatan yang

berguna.

“Bagus” sambil aku memberikan satu jempol kepadanya.

Dan tambahku sambil mengembalikan buku refleksinya “Dikerjakan lagi ya, besok

kalau kamu sudah besar kamu akan tersenyum melihatnya”.

Dengan keceriaannya yang ditunjukkan kepadaku, Aku menyadari bahwa kita

memang perlu berefleksi atas semua kegiatan yang telah kita lakukan setiap hari.

Berefleksi untuk tidak mengulang perbuatan yang merugikan diri sendiri dan orang

lain dan berusaha melakukan perbuatan yang berguna untuk orang disekitar kita.

Hidup kita hanyalah refleksi dari tindakan kita. Bila kau ingin mendapatkan lebih banyak cinta di dunia ini, maka berikanlah cinta dari hatimu. Bila kau

ingin mendapatkan kebaikan dari orang lain, maka berikanlah kebaikan dari dirimu.

Page 20: Syukur pada-Mu Tuhan · dalam cerita yang coba kami ungkapkan diatas kertas putih. Semoga pengalaman ini dapat menjadi bekal dan berkat bagi kami untuk perjalanan hidup kami selanjutnya

Teguran Bibir Mungilmu “Terry”

Alarm pagiyang berdering dengan kerasnya membangunkanku. Kulihat jam

beker hello kitty yang merupakan hadiah ulangtahun dari teman-temanku tahun lalu

sudah menunjukkan pukul 04.00 pagi. Aku juga mendengar ayam jantan bernyanyi

berkokok bersahut-sahutan mengiringi suara adzan. Kubuka selimut yang menutupi

badanku lalu kulipat selimut itu dan aku bergegas menuju kamar mandi untuk

mengambil air wudhu untuk melaksanakan ritual rutin yaitu sholat subuh. Hari ini

berbeda dari biasanya, kenapa? Ya hari ini adalah hari dimana saya mengajar IPS

untuk kelas IV, untuk itulah saya bangun sepagi ini. Kelas yang dimana menurut

sebagian kelompok PPL saya adalah kelas yang sangat mengerikan. Yah, tapi itu

kulakukan semua dengan senang hati karna aku yakin kelas ini akan menjadi kelas

malaikat bukan kelasnya penghuni neraka.

Kembali lagi ke rutinitas awal, setelah beribadah yang kurang lebih 5 menitan

dengan tergesa-gesa aku lalu mengambil handuk berwarna merah tua yang

kugantungkan didekat pintu kamarku. Sekonyong-konyong aku mengambil tempat

peralatan mandiku yang berjejer dengan teman-teman kos lain. Kubuka pintu kamar

mandi yang kira-kira luasnya 2X3 meter lalu aku masuk dengan segera. Selang

duapuluhan menit aku selesai mandi dan langsung menuju kamarku. Kututup pintu

kamarku rapat-rapat dan aku segera mencari-cari sepotong baju di almari kayuku. Aku

kelabakan memilih baju yang akan kugunakan untuk mengajar kelas yang menurutku

sangat istimewa pada hari itu. Busyet, aku kelupaan bahwa hari itu adalah hari Rabu.

Hari dimana bahwa sudah diputuskan harus memakai seragam lurik kompakan

dengan kawan-kawan se-PPL ku. Yah, namanya juga kelabakan kalo misalkan lupa itu

Page 21: Syukur pada-Mu Tuhan · dalam cerita yang coba kami ungkapkan diatas kertas putih. Semoga pengalaman ini dapat menjadi bekal dan berkat bagi kami untuk perjalanan hidup kami selanjutnya

adalah hal yang wajar bukan?. Yah, kulirik jam beker itu lagi, ternyata jarum pendek

sudah mengarah di angka enam dan jarum panjang sudah menunjukkan angka satu itu

artinya saya harus berangkat. Kukunci pintu kamarku rapat-rapat dan sebagai jaminan

keamanan sewaktu mengunci harus berbunyi “klek”. Kuambil sepatu coklatku yang

sering kupakai itu, lalu aku berlari menuju tempat parkir motorku yang ada disamping

pintu kos. Dua menitan sudah motor itu aku panasi, lalu aku segera mengegasnya agar

cepat sampai di sekolahku.

Sesampainya di sekolah aku disambut oleh beberapa malaikat kecil yang sudah

menghiasi sekolah sejak pagi buta itu. Yah, walaupun hati saya deg-degan tidak

karuan bila sudah melihat senyum malaikat kecil itu rasa deg-degan tiba-tiba saja

hilang dibawa hembusan angin. Tak kulupa dengan segera aku melepas jaket dan tas

laptopku lalu kuletakkan di bangku. Sebelumnya, saya juga sudah disambut oleh dua

kawan PPL saya yang memang sudah berangkat pagi pada hari itu. Dengan tergopoh-

gopoh aku segera berlari menuju halaman sekolah untuk menyambut anak dengan

saling bersalaman. Rupanya pagi itu sangat cerah sekali secerah hati malaikat-malaikat

yang kusambut dengan senyum di pagi itu.

Kring…kring…kring…bel sudah berbunyi, jam juga sudah menunjukkan pukul

06.55 dan itu artinya anak-anak harus berbaris dengan rapi sebelum memasuki kelas

untuk mengikuti rangkaian pelajaran di sekolah ini. Saya langsung menuju ke halaman

kelas IV untuk membantu anak-anak menyiapkan barisan. Pagi itu yang menyiapkan

barisan adalah jatah anak perempuan, yah seperti biasanya barisan paling belakang

adalah barisan yang paling hancur tidak mau rapi. Berkali-kali saya harus bolak-balik

ke depan belakang untuk mengecek anak-anak yang barisannya masih kurang lurus.

Page 22: Syukur pada-Mu Tuhan · dalam cerita yang coba kami ungkapkan diatas kertas putih. Semoga pengalaman ini dapat menjadi bekal dan berkat bagi kami untuk perjalanan hidup kami selanjutnya

Hati bertambah deg-degan ketika aku harus melihat senyum anak-anak kelas IV di

kala pagi itu, tapi aku berusaha se-rileks mungkin. Sebelum memasuki kelas, satu

persatu anak harus bersalaman denganku sebagai tanda hormat siswa terhadap

gurunya.

Tugas membariskan anak sudah selesai, aku bergegas menuju ruang

perpustakaan, yang notabene’nya ruang perpustakaan adalah basecamp selama aku

dan kawan-kawan ber-PPL di sekolah ini. Kubuka laptopku untuk sekedar membaca-

baca materi yang akan saya sampaikan pada hari itu. Kubuka halaman demi halaman

yang berformat pdf itu, kubaca dengan seksama dan kumengerti betul materi itu.

Oiya, hari ini aku mengajar pukul 11.40-13.00 yah dua jam dikelas itu, kelas yang

menurut keyakinanku kelas itu akan menjadi kelasnya malaikat-malaikat yang lucu

dan penurut, simpel bukan?.

Kring…kring…kring…bel berbunyi untuk istirahat yang kedua, sejenak

pandanganku pecah oleh suara bel itu. Hati semakin berdegup tak karuan, ditambah

lagi perut yang tiba-tiba tidak bersahabat semacam mulas seperti biasanya ketika

waktu akan mengajar. Bagaimana tidak, itu artinya duapuluh menit lagi aku harus

mengajar. Mempersiapkan diri dan mental menghadapi kelas itu di jam-jam terakhir.

Bhaaa… suara anak laki-laki itu membuyarkan rasa mulas dan deg-deganku.

Anak laki-laki itu duduk disampingku untuk sekedar bertanya-tanya. Ibuk hari ini

mengajar dikelasku yah? Mengajar IPS kan buk? Anak-anak itu memang antusias sekali

bila diajar oleh PPL. Iya jawabku kepada anak itu. Anak itu bersorak sorai tanda

gembira dan mengayunkan tangannya ke atas untuk sekedar merasa senang dan puas.

Yah seperti ketika istirahat-istirahat biasanya, aku segera menuju halaman sekolah

untuk sekedar bermain dengan anak-anak yang lain.

Page 23: Syukur pada-Mu Tuhan · dalam cerita yang coba kami ungkapkan diatas kertas putih. Semoga pengalaman ini dapat menjadi bekal dan berkat bagi kami untuk perjalanan hidup kami selanjutnya

Kring…kring…kring…bel berbunyi, anak-anak berhamburan menuju ke

halaman kelasnya masing-masing untuk kemudian berbaris sebelum memulai pelajaran

lagi. Itu artinya aku harus bergegas menuju ruang kelas IV untuk mengajar. Seperti

biasa selesai anak-anak berbaris mereka lalu menuju ruang kelas untuk segera

mempersiapkan diri mengikuti pelajaran IPS denganku. Siang itu anak-anak antusias

mengikuti pelajaranku, saking antusiasnya mereka pada ramai sendiri. Saya berusaha

menenangkan malaikat-malaikat yang ada di dalam kelas itu sebelum berubah jadi

berandalan yang tidak tahu aturan apabila sedang ada guru yang mengajar. Beberapa

anak yang memang tidak bisa tenang menjadi bulan-bulanan perkataanku, layaknya

bayi yang kehausan aku menimpali anak-anak itu dengan kata-kata yang sedikit kasar.

Wali kelas IV menyuruhku dengan tegas bila anak-anak yang tidak bisa diam langsung

saja disuruh keluar kelas. Tetapi aku tidak sampai hati melakukan itu, aku tetap

berusaha menenangkan walaupun suaraku sedikit galak dan memenuhi ruangan itu.

Keringat mulai bermunculan ketika suaraku dan suara anak-anak yang mulai

gerah ingin bermain bersahut-sahutan mengimbangiku. Suara tiga anak laki-laki itu

benar-benar menyaingi suaraku ketika aku sedang mentransfer ilmu yang sudah

kupelajari untuk anak-anak kelas IV. Aku mulai geram dengan suara-suara yang tidak

kuharapkan keluar dari mulut mungil mereka, anak-anak yang lainpun juga mulai

terganggu dengan suara itu. Mereka bersuara tidak penting dan mulai meremehkan

saya. Seketika aku berteriak-teriak tanda bahwa aku sedang setengah marah, karna

memang tiga anak itu kelakuannya sudah tidak bisa saya tolerir lagi.

Seketika suaraku mulai memelan dan lirih ketika ada salah satu anak yang

notabene’nya dia anak yang pendiam dan tidak pernah protes terhadap apapun tiba-

tiba bibir mungilnya berkata “Ibuk Terry hari ini galak sekali, cobalah bersabar

Page 24: Syukur pada-Mu Tuhan · dalam cerita yang coba kami ungkapkan diatas kertas putih. Semoga pengalaman ini dapat menjadi bekal dan berkat bagi kami untuk perjalanan hidup kami selanjutnya

menghadapi teman-temanku buk”. Seandainya hujan lebat, petir menyambar tiang

listrik, tiang listrik roboh menimpa pohon rambutan, pohon rambutan roboh dan

terjungkal mengenai atap rumah dan aku berharap ada didalam rumah tersebut.

Duh….rasa-rasanya seperti ingin pingsan ketika aku mendapatkan kata-kata itu. Aku

langsung diam sejenak dan berpikir ketika malaikat mungil yang tidak pernah protes

dan tergolong anak yang yang patuh dikelasnya menegurku seperti itu.

Nah itulah sepenggal cerita yang kudapatkan ketika aku mengajar. Pelajaran

yang kudapatkan hari itu adalah bersabar menghadapi anak-anak yang sedang ingin

mencari jati diri mereka. Yah, pelajaran yang tidak pernah aku dapatkan di bangku

kuliah tapi aku dapatkan ketika mengikuti PPL. Bersabarlah dan hadapi tantangan

itu!!!

Page 25: Syukur pada-Mu Tuhan · dalam cerita yang coba kami ungkapkan diatas kertas putih. Semoga pengalaman ini dapat menjadi bekal dan berkat bagi kami untuk perjalanan hidup kami selanjutnya

Tuntutan Yang Menimbulkan Gejolak “Terry”

Pernah mendengarperibahasa “dimana langit berpijak disitu langit dijunjung”. itu

peribahasa yang cocok dengan situasi yang aku hadapi sekarang ini. Semester delapan

adalah awal dimana saya harus menyesuaikan diri lagi. Menyesuaikan diri bagaimana

maksudnya? Yah menyesuaikan diri di lingkungan yang baru. Tepatnya tanggal 7

Januari 2014 itu adalah awal penyesuaian diriku dengan lingkungan yang baru.

Lingkungan apa? Yah, lingkungan sekolah, tepatnya sekolah dasar. Sebagaimana telah

diketahui banyak orang, dari semester satu sampai dengan semester tujuh

lingkunganku adalah lingkungan kampus, jika ke sekolah dasar biasanya hanya untuk

sekedar observasi maupun probaling (program pengakraban lingkungan).

Desember akhir, dimulainya sosialisasi PPL. Yah seperti biasanya rentetan

peraturan dan tuntutan yang harus diselesaikan selama PPL memang sangatlah

banyak. Peraturan dan tuntutan yang harus dituruti sesuai dengan tulisan yang

berjudul “PANDUAN PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN (PPL)”. Bagaimana

bisa sebagai mahasiswa harus tunduk dengan peraturan yang semacam itu, yang

notabene’nya apabila diikuti bisa membuat saya pusing tujuh keliling. Yah sekali lagi

peraturan yang dibuat memang harus dilanggar. Upsss,,,tetapi saya orangnya tunduk

kok…

Aku membaca salah satu luaran yang diharapkan dalam buku panduan tersebut

yaitu “Terselenggaranya pembelajaran inovatif di SD dari kelas 1 sampai dengan kelas

6 sesuai dengan kurikulum yang berlaku serta mengevaluasi pelaksanaannya”. Nah

bagaimana bisa hal itu terwujud semuanya? Mari aku ulas satu persatu. Aku bersama

tujuh teman kelompok PPL saya menempati SD Kanisius Gayam I Yogyakarta.

Page 26: Syukur pada-Mu Tuhan · dalam cerita yang coba kami ungkapkan diatas kertas putih. Semoga pengalaman ini dapat menjadi bekal dan berkat bagi kami untuk perjalanan hidup kami selanjutnya

Bagaimana bisa kita memasuki kelas enam untuk latihan mengajar sedangkan para

guru sedang berlomba-lomba memasukkan materi ke otak siswa yang sebentar lagi

akan menghadapi ujian hidup yang bisa dibilang ujian yang akan menentukan

kelulusan mereka. Aku sebagai mahasiswa yang PPL tentu tidak tega melakukan

praktek di kelas enam. Karna hal itu sudah jelas, kelas enam tidak bisa buat

sembarangan praktek, karna apabila materi yang aku ajarkan tidak tersampaikan

tentunya hal itu hanya akan membuang-buang waktu saja. Sangat disayangkan bukan,

jika waktu yang digunakan untuk belajar akan terbuang sia-sia.

Yang kedua “Pembelajaran inovatif”dilaksanakan minimal 12 kali secara

terbimbing dan minimal 6 kali secara mandiri dari kelas 1-6 SD”. Kata-kata minimal itu

yang membuat aku harus berpikir memutar otak kesana-kemari. Belum terbayangkan

bukan mainnya kelompok aku kelabakan mencari kelas dan hari yang akan digunakan

dalam mengajar. Bayangkan saja, aku dan teman-teman berdelapan. Itu apabila

dijumlahkan sesuai dengan tuntutan dari kampus totalnya 18 kali mengajar X 8

mahasiswa yahh sekitar 144 kali mengajar. Bagaimana bisa sekolah yang jumlah

kelasnya hanya enam, dan yang bisa kita masuki hanya kelas satu sampai dengan kelas

lima bisa buat mengajar 144 kali? Omaigattt,,,aku tidak bisa membayangkan

bagaimana merepotkannya aku dan teman-teman di sekolah itu.

Belum lagi jika terjun langsung menghadapi siswa-siswi yang beragam dari

keluarga yang berbeda latar belakang. Siswa-siswi di sekolah ini sangat beragam,

banyak sekali anak korban brokenhome. Pernah membayangkan mengajar anak

korban brokenhome? Wow,,,susahnya bukan main mengatur mereka, banyak sekali

tingkah aneh yang mereka tunjukkan baik dikelas maupun diluar kelas. Ada yang

Page 27: Syukur pada-Mu Tuhan · dalam cerita yang coba kami ungkapkan diatas kertas putih. Semoga pengalaman ini dapat menjadi bekal dan berkat bagi kami untuk perjalanan hidup kami selanjutnya

mencari perhatian dengan bermain sendirilah, mengganggu temannyalah, menangsi

tanpa sebablah, membuat kegaduhanlah yang bisa menurut mereka bisa menarik

perhatian gurunya. Nah, bila itu sudah terjadi bagaimana aku sebagai pengajar bisa

mentransfer ilmu ke anak tersebut, padahal di kelas saja mereka sering membuat

kegaduhan. Juga barangkaliaku masih latihan kali ya….Tuntutan dari guru-guru juga

tidak kalah menyenangkannya, misalkan ditengah-tengah mengajar bila rencanaku

berbalik arah dengan yang ada di RPP, mereka pada protes. Bagaimana tidak,aku

berbalik arah bila anak-anak yang kuajar kelakuannya tidak semanis yang aku

harapkan. Tentunya aku harus membuat haluan sendiri secara spontan agar anak-anak

tersebut bisa diam kan!! Terus misalkan ada indikator yang belum tercapai di

beberapa anak didik, terkadang ada guru yang protes. Sekali lagi anak-anak yang

tidak bisa mencapai indikator adalah anak korban brokenhome yang sering menarik

perhatian gurunya agar diperhatikan. Bagaimana bisa, aku PPL itu kan baru saja

latihan untuk menjadi guru yang sebenarnya. Tapi tuntutan-tuntutan yang kecil itu

sungguh memberatkan mahasiswa yang menjalaninya.

Yah tuntutan untuk mahasiswa memang sih tidak sebesar dunia, mahasiswa

harus mengimbangi antara tuntutan dari sekolah tempat ber-PPL dan tuntutan yang

datangnya dari kampus sendiri. Yayaya, sekali lagi tuntutan yang tidak sesuai dengan

kenyataan di lapangan. Mungkin jika membuat aturan dan tuntutan harus

dipertimbangkan matang-matang ya…Jangan sampai memberatkan dan

membingungkan pihak satu dengan pihak lainnya.

Page 28: Syukur pada-Mu Tuhan · dalam cerita yang coba kami ungkapkan diatas kertas putih. Semoga pengalaman ini dapat menjadi bekal dan berkat bagi kami untuk perjalanan hidup kami selanjutnya

Tantangan Seorang Guru

“Resti”

Kringg!!!Bunyi alarm hari itu, memaksa ku untuk membuka mataku. Tepat

pukul 04.00 pagi di tanggal 7 Januari lalu masih ku ingat bagaimana aku

mempersiapkan diriku untuk menjadi bagian di SD Kanisius Gayam bersama dengan

ketujuh orang temanku. Pagi itu kira-kira pukul 07.00 aku dan teman-temanku sampai

di sekolah ini. Bersama ibu dosen, kamipun akhirnya diserahkan di sini untuk belajar

tentang sesuatu yang belum pernah kami pelajari dikampus kami.

Seminggu sudah, kami menyusun segala program kerja untuk tiga bulan

kedepan. Ada jadwal mengajar terbimbing, jadwal mengajar mandiri, refleksi harian,

dsb. Begitu kami selesai menyusun semua tibalah bagi kami untuk masuk kedalam

kelas dan belajar menjalani peran kami sebagai guru. Masih jelas dalam ingatan,

waktu itu hari senin tanggal 13 Januari aku mendapatkan giliran pertama untuk masuk

di kelas IV. Dag...dig...dug... mungkin itu yang aku dengar dari suara jantungku. Aku

berharap semua baik-baik saja. Dan ketika aku mulai memasuki ruang kelas IV apa

yang aku takutkanpun tidak terjadi.

Dua hari kemudian aku masih masuk dikelas tersebut karena di jadwalku

minggu ini aku harus memasuki kelas tersebut untuk mengajarkan materi yang sama.

Semua pembelajaranpun telah aku siapkan untuk mendukung pembelajaran hari itu.

“15 Januari”, ah sepertinya ini hari yang melelahkan untukku. Dengan perlahan aku

memasuki kelas IV lagi, perasaanku masih tak menentu. Yang kuingat di hari itu, aku

berpikir apakah ini yang harus aku alami sebagai guru baru?? Apakah pembelajaranku

hari ini akan berhasil? Apakah anak-anak itu mau mendengarkanku? Ataukah mereka?

Page 29: Syukur pada-Mu Tuhan · dalam cerita yang coba kami ungkapkan diatas kertas putih. Semoga pengalaman ini dapat menjadi bekal dan berkat bagi kami untuk perjalanan hidup kami selanjutnya

Begitulah aku bergumul dalam hatiku. Namun akhirnya aku mantapkan hatiku bahwa

semua akan baik-baik saja karena sebelumnya juga baik-baik saja.

Semangat! Aku dengar teriakan itu dari sahabat-sahabatku. Mereka begitu

antusias tatkala aku mulai menenteng map berisi segala macam perangkat

pembelajaranku. Aku berjalan perlahan menuju ke kelas itu. Raut mukaku, ku pasang

secantik mungkin dengan senyum lebarku. “Selamat siang anak-anak” itulah sapaanku

dalam apersepsiku dan semua menjawab dengan penuh semangat. Akupun ikut

bersemangat sama seperti mereka hari itu.

Akhirnya tibalah waktunya aku untuk membagi mereka ke dalam kelompok.

Aku mengajak mereka untuk berkelompok mengikuti tempat duduk mereka. Seketika

itu, mereka protes dan memintaku untuk membagi mereka dengan cara menghitung.

Ku turuti kemauan mereka untuk membentuk kelompok dengan cara menghitung.

Dan ku pikir semua sudah selesai dan baik-baik saja keadaannya. Tak ku sangka,

seorang anak maju kedepan kelas dan berkata “Bu, ada temanku ga mau masuk ke

kelompoknya!”. Tanpa basa-basi ku datangi anak itu dan ku rayu dia untuk berpindah

mengikuti kelompoknya.

Betapa kagetnya aku ketika kudengar anak itu berteriak di depanku dan tidak

mau untuk berpindah ke kelompoknya. Aku terus berusaha meyakinkannya bahwa

dia akan baik-baik saja dikelompoknya, namun kemarahannya semakin menjadi-jadi.

Teman disekelilingnyapun akhirnya juga ikut protes karena teman yang mereka

anggap “penyusup” itu tidak mau berpindah. Aku tak dapat lagi membayangkan apa

yang akan kulakukan hari itu. Ku yakinkan kembali semuanya bahwa dimanapun

kelompoknya mereka akan tetap baik-baik saja.

Page 30: Syukur pada-Mu Tuhan · dalam cerita yang coba kami ungkapkan diatas kertas putih. Semoga pengalaman ini dapat menjadi bekal dan berkat bagi kami untuk perjalanan hidup kami selanjutnya

Nihil, ucapanku tetap tak mereka gubris! Hawa panas dalam kelompok itu

akhirnya menyebar dan pecahlah kelas itu. Semua berbicara dan tak mendengarkan

ucapanku lagi. Oh Tuhan,, mataku mulai berkaca-kaca tak sanggup menghadapi kelas

ini. Sebagai seorang guru aku tak dianggap. Aku gagal! Itulah yang ku pikirkan

seketika itu. Ku tahan semua air mataku dan ku yakinkan diriku sendiri bahwa aku

sanggup menyelesaikan semuanya. Aku paksa memberanikan diriku untuk berbicara

lebih keras dan ku paksa diriku untuk bisa mengubah wajahku menjadi seorang yang

lebih tegas. Meskipun tak ada rasa takut dan penyesalan dari muridku setidaknya aku

sedikit bisa menenangkan mereka dan membuat mereka mendengarkan teman

mereka dari kelompok lain untuk berpresentasi. Masalah anak dalam kelompok itu,

ah sudahlah aku biarkan saja dia dan akhirnya dia masuk sendiri kedalam kelompok

sebenarnya

Belpun akhirnya berbunyi, lega setidaknya aku telah menyelesaikan tugas

mengajarku hari itu. Ku tutup pembelajaran hari itu, dan ku kemasi barang pribadiku.

Dengan langkah terburu aku kembali ke perpustakaan tempat istirahatku. Demikian

ku rasakan hari itu, dan akhirnya aku berpikir “Mungkin inilah tantangan menjadi

seorang guru”.

Page 31: Syukur pada-Mu Tuhan · dalam cerita yang coba kami ungkapkan diatas kertas putih. Semoga pengalaman ini dapat menjadi bekal dan berkat bagi kami untuk perjalanan hidup kami selanjutnya

Percayalah Kamu Bisa!

“Resti”

Pagi itu, kulihat matahari bersinar begitu cerah. Mengingatkan aku untuk terus

selalu bersemangat hari ini. Hore! Hatiku seketika melonjak kegirangan mengingat aku

harus mengajar di kelas 1. Media dan perangkat pembelajaran yang lainpun telah

masuk didalam tas gendongku.

Tepat pukul 06.15 suara motor temankupun terdengar, itu berarti saatnya aku

berangkat. Seperti biasanya, aku sampai di sekolah ini tepat pukul 06.35. Tak lupa ku

salami anak-anak seperti biasanya. Kring...Kring...Kring....Bel sekolahpun mulai

berbunyi. Oh Tuhan, ini saatnya aku mengajar. Perlahan tapi pasti kutapaki kakiku di

koridor perpustakaan sampai kelas 1.

Masih segar dalam ingatanku hari itu aku mengajarkan tentang “Cara

menyampaikan sesuatu yang baik”. Semua berjalan lancar dan anak-anakpun juga

antusias mendengarkan penjelasanku. Rasa bahagia tak bisa kututupi ketika aku

diterima kembali dikelas ini. Pembelajaranpun berakhir, ini saatnya aku menemui guru

kelas dan ku atur waktu untuk melakukan follow up dengan beliau.

Siang ini dihari yang sama aku melakukan follow up bersama guru kelas 1.

Menyenangkan ketika beliau menerimaku dan bisa memberi feedback yang mungkin

bisa membantuku untuk menjadi lebih maju. “Mbak, indikator milik mbaknya salah

kemudian jangan copy-paste ya mbak soalnya dalam penilaian ini mata pelajarannya

matematika bukan PKn”. Inilah yang beliau katakan kepadaku siang itu. Akupun

menuruti dan dihari lain kucoba untuk lebih teliti dalam membuat RPP.

Aku berusaha semampuku untuk membuat rencana pembelajaran sesempurna

mungkin. Namun, entah apa yang terjadi pada hari itu, ketika aku mengajar mandiri

Page 32: Syukur pada-Mu Tuhan · dalam cerita yang coba kami ungkapkan diatas kertas putih. Semoga pengalaman ini dapat menjadi bekal dan berkat bagi kami untuk perjalanan hidup kami selanjutnya

semua blank. Apa yang terjadi denganku? Mungkin tuntutan skripsiku yang segera

harus jadi dan dikumpulkan membuat konsentrasiku menjadi buyar. Bayangkan saja

dua tugas berat harus selesai secara bersamaan.

Teguran itupun kembali datang untukku. Down! Kata itu paling tepat

menggambarkan suasana hatiku kala itu. Takut bercampur jengkel menyentuh

pikiranku. Kala itu hatiku semakin berkecamamuk tatkala dosen pembimbingku

datang menilaiku. Disaat itu juga teguran itu disampaikan kepada beliau. Merasa

bodoh itulah yang aku rasakan kala itu. “Iya, aku bodoh, ceroboh, kenapa bisa aku

melakukan kesalahan dua kali? Seandainya aku bisa mengulang waktu pasti akan ku

ulang semua.” Begitulah kira-kira gumamku waktu itu.

Dihari lain, kami dikumpulkan oleh guru pembimbing kami. Ya ampun,

kesalahan itu lagi yang dibahas. Rupanya? Ah sudahlah yang penting Tuhan tahu

berapa besar usahaku kala itu. Seperti biasanya orang lain hanya bisa menuntutku

untuk menjadi lebih dan lebih. Lebih dari seminggu aku hidup dan berjuang untuk

bangkit dari kebodohanku. Aku bisa! “Hey, kamu bisa res! Kamu nggak bodoh!

Kesalahan itu biasa terjadi.” Itulah yang kudengar suara teman-temanku memberi

semangat padaku. Aku harus bisa menghadapi tuntutan dari sekolah ini dan dari

kampus.

Aku meyakinkan diriku sekali lagi aku bisa menyelesaikan skripsiku dan dapat

juga kuselesaikan PPLku. Sampai saat ini, ketika aku sudah purna PPL di tempat ini aku

mampu menyelesaikan skripsiku dan mengajarku dengan baik. Aku percaya sekali kita

punya keyakinan untuk bisa kita pasti bisa. Ya “Aku Pasti Bisa!” itulah yang kupegang

Page 33: Syukur pada-Mu Tuhan · dalam cerita yang coba kami ungkapkan diatas kertas putih. Semoga pengalaman ini dapat menjadi bekal dan berkat bagi kami untuk perjalanan hidup kami selanjutnya

saat ini. Dan akhirnya kuucapkan “Selamat tinggal PPL terimakasih untuk semua

pembelajaran yang belum pernah kutemui sebelumnya” .

Page 34: Syukur pada-Mu Tuhan · dalam cerita yang coba kami ungkapkan diatas kertas putih. Semoga pengalaman ini dapat menjadi bekal dan berkat bagi kami untuk perjalanan hidup kami selanjutnya
Page 35: Syukur pada-Mu Tuhan · dalam cerita yang coba kami ungkapkan diatas kertas putih. Semoga pengalaman ini dapat menjadi bekal dan berkat bagi kami untuk perjalanan hidup kami selanjutnya

Aku Kena Imbasnya “Dwi”

Seperti biasaaku sedikit panik karena pagi itu akan mengajar kelas 1. Aku

khawatir kalau-kalau apa yang aku persiapkan semalam suntuk tidak membuahkan

hasil apapun. Ternyata, kekhawatiran itu hilang ketika melihat mereka sangat antusias

mengikuti pelajaran. Saat itu aku mengajar pelajaran Bahasa Indonesia dan PKn

menggunakan media teknologi selama 4 jam pelajaran.Terang saja karena ruang guru

selesai direnovasi maka ruang kegiatan baru dapat dipergunakan. Kesempatan emas

itu aku pergunakan untuk menampilkan film animasi berdurasi pendek dan materi di

dalam power point.

Aku tersadar bahwa anak belajar bukan dimulai dari membuka buku atau

memperhatikan guru yang sedang menyampaikan materi melainkan seberapa besar

minat yang dimiliki untuk mau belajar. Aku pun mengadakan kuis untuk mengisi

waktu yang tersisa banyak dan terutama untuk memotivasi belajar mereka. Satu per

satu kuis pun terlewati. Ada beberapa anak yang kecewa karena tak mendapat

bintang sebagai tanda penghargaan karena dapat menjawab soal dengan benar dan

cara main yang tepat.

Pelajaran dapat dilanjutkan dengan baik hingga hampir selesai. Tiba-tiba, hah!

Gawat! Ada kekacauan di sudut kelasku. Konsentrasiku pun buyar untuk mengakhiri

pelajaran. Guru kelas yang tadinya duduk di belakang memberi penilaian kebetulan

keluar kelas untuk ke kamar mandi. Aku setengah panik. Anak itu marah karena

teman sebangkunya keluar masuk dari tempat duduknya untuk bertanya padaku atau

temannya sehingga itu mengganggu konsentrasinya belajar. Ternyata

permasalahannya tidak hanya itu, masih ada lagi. Teman-temannya menghampiri dan

Page 36: Syukur pada-Mu Tuhan · dalam cerita yang coba kami ungkapkan diatas kertas putih. Semoga pengalaman ini dapat menjadi bekal dan berkat bagi kami untuk perjalanan hidup kami selanjutnya

memojokkannya. Kali ini aku panik, bukan setengah panik lagi. Aku bingung karena

usahakau untuk menenangkan kelas terutama di sudut kelasku tidak berhasil. Kelas

semakin kacau. Ya Tuhaaannn, bagaimana ini?? Tanyaku dalam hati. Aku pun

meminta salah satu murid lain untuk mencari guru kelas agar dapat membantuku.

Seharusnya aku tidak membantu bantuan karena ini mengajar mandiri tetapi tak ada

pilihan lain karena muridku yang katanya tempramental ini mulai mencakarku,

memukulku dan berteriak histeris tepat di depan wajahku sambil menangis. Aku pun

memeganginya sekuat tenaga agar bisa tenang dan tidak memberontak. Aku

bertambah panik ketika mengetahui bahwa muridku yang kumintai tolong tadi

mengatakan bahwa guru kelas tidak ada dimana-mana. Lalu aku meminta tolong lagi

untuk memanggil rekan PPL ku. Tak lama kemudian, rekan PPL ku yang belum sampai

menginjakkan kaki di ruang kelasku guru kelas pun datang dengan langkah yang

tenang lalu menghampiri anak yang sedari tadi kupegangi.

“Ada apa? Kamu kenapa menangis?” tanyanya menenangkan.

“Aku tadi dipukul dia.” Jawabnya sambil menunjuk salah satu temannya.

Guru kelas tersebut langsung menggandeng kedua muridnya, dibawanya ke

belakang kelas untuk mendamaikan. Pelajaran tetap kulanjutkan walaupun masih

banyak yang memperhatikan ke belakang kelas. Bel sekolah pun berbunyi tanda

waktuku mengajar sudah usai. Selesainya anak-anak berhamburan keluar kelas untuk

pulang, tatapan teduh itu tertuju padaku sambil tersenyum. Senyuman yang

menandakan ada pertanyaan untukku “Bagaimana perasaanmu mengajar hari ini?”.

Aku menarik nafas dalam-dalam dan membalas senyuman itu sambil menunjukkan

tatapan tanda sisa-sisa kegelisahan. Sembari aku membereskan peralatan mengajarku,

aku masih menunjukkan kegelisahanku atas kejadian yang baru saja terjadi. Aku pun

Page 37: Syukur pada-Mu Tuhan · dalam cerita yang coba kami ungkapkan diatas kertas putih. Semoga pengalaman ini dapat menjadi bekal dan berkat bagi kami untuk perjalanan hidup kami selanjutnya

segera duduk berhadapan bersama guru kelas untuk evaluasi sekaligus menceritakan

awal mula apa yang terjadi.

Aku semakin menyadari bahwa setiap anak itu berbeda. Sekalipun kembar,

pasti ada perbedaan dalam dirinya. Hal yang paling sulit menjadi calon guru masih

harus melatih kesabaran dalam menghadapi anak. Pengalaman ini adalah pengalaman

yang tidak akan pernah terlupakan seumur hidupku karena ini akan menjadi bekal di

saat aku menyandang sarjana pendidikan yang sebentar lagi aku raih. Menurutku,

pengalaman seperti ini bukanlah sebuah kegagalanku mengajar melainkan sebuah

pelajaran untuk mengolah emosi menghadapi anak.

Cara terbaik untuk meramal masa depan adalah dengan menciptakannya. - Peter Drucker -

Page 38: Syukur pada-Mu Tuhan · dalam cerita yang coba kami ungkapkan diatas kertas putih. Semoga pengalaman ini dapat menjadi bekal dan berkat bagi kami untuk perjalanan hidup kami selanjutnya

50 : 50

“Dwi”

Hidup adalahpilihan. Semakin ku bertambah usia, semakin banyak keputusan

yang harus kuambil sendiri termasuk pilihan jurusan kuliah yang kuambil. Awalnya

aku mantap untuk menjadi guru SD hingga aku diterima di PGSD Sanata Dharma

setelah ditolak sebanyak 4x. Aku pun bersemangat kuliah hingga semester 4. Ketika

aku menginjak semester 5 hingga semester 6 ada pertanyaan yang selalu menghantui

pikiranku “Akankah aku bersungguh-sungguh menjadi guru atau tidak?”

Aku sungguh bingung. Aku pun membiarkan semuanya mengalir mengingat

orang tuaku sudah berharap banyak padaku untuk menjadi seorang guru. Aku masih

menjalani hingga saatnya tahun terakhirku kuliah, tahun dimana penentuan

kelulusanku.

Kini aku menginjak semester 8. Aku gugup karena semester ini adalah program

mengajar dilaksanakan dan juga skripsi. Skripsi lebih mencemaskan daripada PPL.

Ketika liburan semester, ada kabar burung dari teman-teman mengenai penawaran

payung skripsi. Payung skripsi yang aku minati tidak menerimaku karena katanya

pemilihan anggotanya dipilih dengan cara diundi. Oh Tuhan! Apa-apan ini? Mengapa

undian? Ya sudah, aku pun mulai panik karena teman-temanku sudah mendaftar

payung skripsi yang sudah ada.

Langkahku tergopoh-gopoh menuju salah satu ruang dosen menanyakan

payung skripsi yang diampunya. Aku pun tanpa berpikir panjang langsung mendaftar.

Dosenku tahu benar bahwa aku gelisah. Selang beberapa waktu, akhirnya aku fix

Page 39: Syukur pada-Mu Tuhan · dalam cerita yang coba kami ungkapkan diatas kertas putih. Semoga pengalaman ini dapat menjadi bekal dan berkat bagi kami untuk perjalanan hidup kami selanjutnya

mengambil payung skripsi yang bertemakan kecerdasan ganda yang hingga kini masih

kutekuni. Aku senang karena penentuan judul memang harus dimulai tetapi aku tidak

bisa memahami pengumuman yang diberikan dari kampus serba mendadak dan kabar

yang terbang hanyalah simpang siur tetapi kejadian itu masih berulang ketika akan

PPL. Waktu yang ditentukan untuk penentuan SD sangatlah cepat. Selain itu, masih

ada sedikit kebimbangan mengenai persoalan PPL dengan penelitian skripsi.

Akhirnya, aku pun mendapat SD yang kutuju. Sekolah itu memang jauh dari

tempat tinggalku karena jarak yang kutempuh hampir sama dengan jarak rumahku

dengan kampus. Hal ini bukan menjadi penghalang untukku, aku tetap menikmati

perjalanan PPL ku. Kebijakan kampus yang diberikan kampus kepada kami pun ada

segi positifnya agar kami dapat cekatan menanggapinya.

Jika memang bisa, LAKUKANLAH! Jika memang belum bisa, MENCOBALAH!

- Elisabeth Dwi Astuti -

Page 40: Syukur pada-Mu Tuhan · dalam cerita yang coba kami ungkapkan diatas kertas putih. Semoga pengalaman ini dapat menjadi bekal dan berkat bagi kami untuk perjalanan hidup kami selanjutnya

Sempat Mengeluh

“Okta”

Saya adalahmahasiswa semester delapan. Semester akhir yang menuntut saya

untuk segera menuntaskan segala kewajiban kuliah sebagai sarat meraih gelar sarjana.

Sempat melamun membayangkan masa wisuda yang indah dan penuh kebahagiaan.

Belum sempat membayangkan masa-masa indah lebih jauh, handphone berbunyi

“klung.. klung”. Ketua kelompok memberi kabar untuk berkumpul membahas

kegiatan PPL di bulan Januari. Rasanya masih ingin berlama-lama liburan sebelum

PPL, tapi keinginan itu harus saya tepis sejenak untuk kepentingan bersama. Jauh

sebelum kegiatan PPL di mulai, saya bersama tujuh teman dalam kelompok sering

berkumpul untuk membahas jadwal dan kelengkapan PPL. Saat itu yang paling sulit

adalah membuat jadwal mengajar terbimbing dan mandiri. Langkah pertama yang

kami lakukan adalah meminta jadwal dari SD tempat kami PPL. Kami berdelapan, PPL

di SD Kanisius Gayam I Yogyakarta. Jadwal sudah ada di tangan kami, langkah

selanjutnya yaitu melihat hari efektif. Nah.. disini kami mulai binggung membagi

jadwal mengajar yang menurut kami sangat banyak. Masing-masing dari kami harus

melakukan praktek mengajar sebanyak delapan belas kali. Ya benar, delapan belas

kali, dikali delapan orang mahasiswa dengan keterbatasan waktu dan kelas yang kami

gunakan untuk praktek mengajar. SD Kanisius Gayam hanya ada lima kelas yang

dapat digunakan untuk praktek. Lama sekali kami berdiskusi, membuat, mengganti,

membuat, mengganti, berulang-ulang kami lakukan. Pada akhirnya jadwal itu jadi,

kami sedikit bernafas lega walaupun sewaktu-waktu jadwal bisa berubah lagi.

Kami berkumpul memang lebih awal dari pada kelompok PPL di sekolah lain.

Tidak heran jika banyak teman berkata “Ya elah cah, sregep banget e”. Ya tidak apa-

Page 41: Syukur pada-Mu Tuhan · dalam cerita yang coba kami ungkapkan diatas kertas putih. Semoga pengalaman ini dapat menjadi bekal dan berkat bagi kami untuk perjalanan hidup kami selanjutnya

apalah mereka bilang seperti itu, anggap saja kami memang anak-anak muda yang

penuh semangat menghadapi PPL. Ada cerita lucu dari kata-kata yang diucapkan

teman-teman, jadi ada beberapa teman yang baru berkumpul dengan kelompoknya

mendekati penerjunan PPL di SD. Mereka mengeluh membuat jadwal praktek

mengajar, “ya.. ya.. itu yang kami rasakan dulu” kata teman-teman satu kelompok

saya. Berharap kebijakan prodi itu bisa direvisi untuk kedepannya.

Harapan mahasiswa yang kesulitan menentukan jadwal praktek mengajar

dilihat dari jumlah mahasiswa PPL dengan ketersediaan kelas di sekolah dan

keterbatasan waktu untuk PPL. Sebenarnya kebinggungan kami bukan hanya

membuat jadwal praktek mangajar, tetapi ada kebingungan-kebingungan lain

diantaranya adalah memahami modul PPL. Kami menunggu cukup lama untuk

memperoleh modul PPL setelah pembekalan PPL selesai dilakukan. Kami tidak bosan-

bosannya meminta modul PPL di sekre, hasilnya selalu “zonk”. Cukup jengkel, dan

lagi-lagi kami tidak bisa berbuat apa-apa. Hingga pada akhirnya kami meminta file

modul PPL dalam bentuk softcopy, kami harus menyebarkan file itu kepada teman-

teman mahasiswa semester delapan.

Urusan kelengkapan PPL menurut kami sudah sedikit beres, kami

memberanikan diri untuk menemui dosen pembimbing kami. Singkat cerita semua

urusan sudah beres, dan tibalah waktunya untuk kami diterjunkan di SD Kanisius

Gayam. Pesan Kepala Sekolah di SD Kanisius gayam adalah berpakaian yang rapi dan

sopan. Sempat beberapa saat kami berdiskusi dengan beliau tentang penampilan

seorang guru. Kepala sekolah juga sempat bercerita tentang penampilan dosen PGSD

yang kurang sesuai dengan lingkungannya. Bukan hanya guru sekolah dasar yang

harus memberikan contoh positif terhadap murid-muridnya, namun seorang dosen

Page 42: Syukur pada-Mu Tuhan · dalam cerita yang coba kami ungkapkan diatas kertas putih. Semoga pengalaman ini dapat menjadi bekal dan berkat bagi kami untuk perjalanan hidup kami selanjutnya

pun harus mampu memberikan contoh positif kepada mahasiswanya. Kepala Sekolah

juga sempat menyebutkan beberapa dosen yang saya kenal di lingkungan PGSD. Ya

memang, saya juga sependapat dengan beliau, mahasiswa memperoleh ilmu dari

dosen seperti murid sekolah dasar yang mendapatkan ilmu dari gurunya. Murid

sekolah dasar saja sangat kritis jika melihat gurunya berpenampilan “nyeleneh”.

Kenapa selama ini kita sebagai mahasiswa hanya diam dan seolah tidak terjadi sebuah

kejanggalan?. “Hemm.. ya sudahlah, tidak berani juga jikalau harus menyampaikan ke

dosen” kata saya sambil nyengir dan garuk-garuk kepala.

Hari demi hari kami berproses di SD Kanisius Gayam. Cerita senang saat

bermain dengan anak-anak saat istirahat. Cerita jengkel ketika anak-anak ramai di

kelas, cerita konyol saat bangun kesiangan. Banyak cerita yang kami buat selama tiga

bulan di SD Kanisius Gayam, sungguh sebagai cerita yang tidak pernah dapat saya

lupakan. Pelajaran demi pelajaran telah kami dapatkan di sekolah. Sampai pada suatu

hari, ketika satu persatu dari kami dituntut untuk mengerjakan kewajiban yang lain.

Kewajiban sebagai syarat meraih gelar sarjana juga, ya kewajiban itu adalah

menyelesaikan skripsi.

Selain kegiatan PPL kewajiban mahasiswa semester delapan adalah

menyelesaikan skripsi tepat waktu. Ada beberapa mahasiswa dari kami yang memiliki

dosen pembimbing yang sama atau satu kelompok “payung”. “Payung” adalah

sebuah kelompok studi yang sedang naik daun dikalangan mahasiswa PGSD USD. Satu

kelompok payung memiliki dua dosen pembimbing dengan satu tema skripsi. Kami

sebagai mahasiswa yang memiliki mimpi untuk lulus tepat waktu harus mampu

menyelesaikan keduanya dengan maksimal.

Page 43: Syukur pada-Mu Tuhan · dalam cerita yang coba kami ungkapkan diatas kertas putih. Semoga pengalaman ini dapat menjadi bekal dan berkat bagi kami untuk perjalanan hidup kami selanjutnya

Rasa lelah, pusing dan bosan harus kami singkirkan jauh-jauh dari benak kami.

Sempat kami mengeluh, merasa tidak kuat menjalani dua kewajiban yang cukup besar

antara PPL dan Skripsi. Keinginan dan impian untuk lulus itulah yang memaksa kami

untuk bangkit. Rasa lelah ketika pulang dari sekolah harus segera bergegas ke kampus

untuk mengikuti bimbingan. Bimbingan yang dilakukan terkadang sampai larut malam

hingga kami sering lupa makan. Rasa pusing ketika kami harus bimbingan skripsi,

tetapi keesokan harinya kami harus mempersiapkan perlengkapan untuk mengajar.

Saya merasakan bosan dengan rutinitas di semester delapan ini, sempat mengeluh

juga.

Saya berharap kegiatan PPL segera berakhir dan fokus menyelesaikan skripsi. Ya

saya adalah tipe orang yang kurang fokus ketika melakuakan dua kegiatan sekaligus.

Berharap dalam diam, kegiatan PPL tidak dibarengi dengan tugas skripsi. “Mungkin

saya tidak akan keteteran seperti ini” kata saya dalam hati. “Ah itu hanya keinginan

yang mengenakan saya” tepis saya untuk kembali berpikir positif. “Justru dengan

kegiatan PPL dan skripsi di semester delapan ini, bisa melatih saya untuk lebih

bertanggung jawab”. Ya kata-kata itu yang sering saya ucapkan untuk memberikan

motivasi untuk diri saya sendiri. Bukankan masa kuliah itu adalah masa dimana

seorang anak muda berkarya?. Ya dijalani saja kebijakan itu, semua yang kita lakukan

dengan ikhlas dan penuh tanggung jawab pasti akan berujung dengan keindahan.

Keindahan itu benar adanya, sabtu 29 Maret 2014 adalah hari perpisahan kami

dengan pihak sekolah yang artinya tugas kami dalam kegiatan PPL sudah berakhir.

Ucapan terimakasih dan permohonan maaf sudah diucapkan masing-masing

mahasiswa termasuk saya. Saya sangat berterimakasih dengan pengalaman dan ilmu

yang telah saya dapat di SD Kanisius Gayam. Ilmu yang tidak pernah saya dapat di

Page 44: Syukur pada-Mu Tuhan · dalam cerita yang coba kami ungkapkan diatas kertas putih. Semoga pengalaman ini dapat menjadi bekal dan berkat bagi kami untuk perjalanan hidup kami selanjutnya

bangku kuliah selama tujuh semester. Oya keindahan itu terucap dari para guru SD

Kanisius Gayam, hampir semua guru memberikan selamat kepada kami dan memuji

kinerja kami selama di sekolah. Beberapa guru berkata “mahasiswa PPL tahun ini lebih

baik daripada mahasiswa PPL tahun lalu”. Woow sungguh pujian yang luar biasa

menurut saya, ada guru juga yang berkata “kalian adalah mahasiswa yang peka

dengan suatu keadaan”. Kata-kata yang sangat menyentuh kami, kata beliau

“kepekaan tidak dimiliki oleh banyak orang, tetapi kepekaan itu bisa dilatih”.

Pujian demi pujian kami dapatkan saat perpisahan membuat energi positif

dalam tubuh saya kembali penuh. Berdinamika dengan kalian selama tiga bulan ini

sangat menyenangkan dan membuat saya merasa memiliki sebuah keluarga baru.

Senang, susah, jengkel, marah pernah kita luapkan bersama-sama.

Terimakasih teman-teman, kalian terbaik! Terimakasih juga guru-guru SD

Kanisius Gayam I Yogyakarta yang sudah menerima kami menjadi bagian dari

keluarga SD Kanisiusa Gayam. Sangat luar biasa kegiatan PPL PGSD USD. Tingkatkan!

Page 45: Syukur pada-Mu Tuhan · dalam cerita yang coba kami ungkapkan diatas kertas putih. Semoga pengalaman ini dapat menjadi bekal dan berkat bagi kami untuk perjalanan hidup kami selanjutnya

Manusia Kecil Tak Berdosa

“Okta”

Hari Selasa, 7 Januari 2014 berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Pagi itu

sekitar pukul 07:30 WIB kelompok PPL kami sudah berada di depan SD Kanisius

Gayam I Yogyakarta,menunggu dosen pembimbing kami untuk menitipkan kami di

SD tersebut. Cantik-cantik dan ganteng-ganteng dengan seragam batik baru yang kami

kenakan. Sepatu vantovel yang berkilau karena disemir kemarin. Ya memang harus

rapi karena mulai pagi itu sampai 29 Maret 2014, setiap hari kita harus bangun lebih

awal untuk menimba ilmu di sekolah dasar.

Minggu pertama PPL, kami isi dengan kegiatan observasi kelas untuk melihat

cara guru dalam mengajar. Observasi pertama, saya mendapat giliran masuk di ruang

yang cukup besar di samping perpustakaan yaitu kelas tiga. Kelas tiga merupakan kelas

dengan penghuni paling banyak dibandingkan kelas yang lain. Kegiatan belajar yang

saya amati cukup efektif, guru kelas menggunakan alat peraga ketika menjelaskan

materi pecahan kepada siswa. Saya mengamati trik-trik yang digunakan guru untuk

mengkondisikan kelas. Waktu observasi yang cukup lama membuat saya leluasa

membayangkan, seandainya saya yang berada di depan kelas dan mengajar siswa

sebanyak itu apakah mungkin berhasil seperti bu Novi. Margaretha Novida siburian

atau yang akrab dipanggil bu Novi adalah guru kelas tiga yang hebat.

Jadwal mengajar telah dibagi ke masing-masing mahasiswa dan guru kelas. Dua

hari sebelum praktek masing-masing mahasiswa harus konsultasi dengan guru kelas. Ya

tentu saja, saya harus konsultasi dengan ibu Novi tentang materi mengajar karena

sesuai jadwal saya mendapatkan kesempatan pertama masuk di kelas tiga.

Page 46: Syukur pada-Mu Tuhan · dalam cerita yang coba kami ungkapkan diatas kertas putih. Semoga pengalaman ini dapat menjadi bekal dan berkat bagi kami untuk perjalanan hidup kami selanjutnya

13 Januari 2014 bayangan saya ketika observasi terwujud. Hari itu pertama kali

saya memperoleh pengalaman mengajar di kelas tiga. Rasa takut, grogi dan malu

bercampur menjadi satu, hingga terasalah sakit diperut. Woow sungguh pengalaman

yang tidak bisa saya lupakan, menurut saya hari itu gagal melaksanakan praktek

mengajar. Siswa-siswi ramai tidak mau diam saat dibentuk kelompok, ya walaupun

pada awalnya mereka sangat antusias dan memperhatikan penjelasan saya. Saya terus

berefleksi apa yang salah dengan cara mengajar saya. Sempat berpikir saya salah

ketika menyuruh mereka belajar di dalam kelompok. Saya juga mengingat-ingat

kembali ilmu yang saya dapat saat kuliah KDM (Ketrampilan Dasar Mengajar). Saya

ingat waktu itu, saya beserta teman-teman mahasiswa yang lain sering menggunakan

metode diskusi ketika praktek mengajar di kuliah KDM, dan berhasil tanpa ada

masalah yang berarti. Tertawa kecil ketika mengingat masa kuliah itu, ya pantas saja

siswa-siswi ketika kuliah KDM adalah seorang mahasiswa. Mahasiswa yang berumur

21 tahun sangatlah berbeda dengan siswsa-siswi yang masih berumur 8 tahun.

Mahasiswa lebih mudah diatur daripada siswa-siswi yang sesungguhnya.

Perasaan jengkel, kesal, marah sempat bersarang ditubuh saya. Suara saya habis

ketika harus teriak-teriak mengkondisikan siswa-siswi kelas tiga. Saya belum hafal

nama-nama siswa kelas tiga sehingga saya tidak bisa memanggil satu persatu siswa

yang ramai. Kacau suasana kelas saat itu, pokoknya jauh berbeda dengan suasana

kelas ketika kuliah KDM. Mulai saat itu saya menarik kesimpulan mahasiswa satu

angkatan tidak sesuai jika harus menjadi siswa atau menyamar sebagai siswa SD. Hari

itu menjadi pengalaman saya untuk mengajar di kelas-kelas berikutnya. Saya tidak lagi

menggunakan metode diskusi dengan anggota kelompok tiga, empat atau lima orang

di kelas kecil.

Page 47: Syukur pada-Mu Tuhan · dalam cerita yang coba kami ungkapkan diatas kertas putih. Semoga pengalaman ini dapat menjadi bekal dan berkat bagi kami untuk perjalanan hidup kami selanjutnya

Kring.. kring.. suara bel berbunyi, yang artinya selesai sudah jam mengajar

saya. Lega, sungguh lega terasa di dada saya. Namun perasaan kesal dengan siswa

masih sedikit tertinggal di tubuh saya. Selesai mengajar saya istirahat di halaman

sekolah, banyak siswa-siswi kelas tiga yang mendatangi saya dan bertanya-tanya

tentang saya tanpa merasa dosa. Tersenyum dan berpikir, kenapa saya harus kesal

dengan siswa kalau mereka bisa mengembalikan semangat saya, ketika saya melihat

tingkah lucu mereka. Hemm.. siswa memang manusia kecil tak berdosa. Ketika kami

jengkel mereka selalu bertingkah lucu, tertawa lepas dan ceria.

Praktek demi praktek mengajar saya lakukan, ilmu yang semakin banyak saya

dapatkan. Saya mulai bisa mengkondisikan kelas dengan segala tingkah laku yang

dibuat siswa-siswi. Hal yang paling membanggakan adalah ketika saya hafal satu

persatu nama siswa-siswi. Ada cerita lucu tentang nama siswa, kala itu saya baru

pertama kali masuk di kelas lima. Masuk kelas bukan untuk mengajar terbimbing atau

mandiri, melainkan masuk kelas menunggu siswa-siswi ketika guru berhalangan hadir.

Saya sebenarnya belum terlalu hafal dengan semua nama siswa, tetapi ketika mereka

ramai saya bertanya kepada salah satu siswa yang duduk di depan saya tanpa

sepengetahuan siswa lain. Mereka yang ramai saya panggil satu per satu. Sontak

mereka kaget dan diam. Ada salah satu siswa yang berkata “weih.. Bu Okta hafal,

padahal belum pernah masuk kelas” kata anak itu terheran-heran. Saya yang

mendengar kata-kata itu, rasanya ingin tertawa tetapi saya hanya diam dan tersenyum

menjaga image saya sebagai seorang guru. Saya yakin ketika kita memanggil anak

dengan namanya, panggilan itu akan memberikan kesan kita peduli, kita mengenal

Page 48: Syukur pada-Mu Tuhan · dalam cerita yang coba kami ungkapkan diatas kertas putih. Semoga pengalaman ini dapat menjadi bekal dan berkat bagi kami untuk perjalanan hidup kami selanjutnya

anak itu. Saya berusaha untuk terus mengenal nama-nama siswa SD Kanisius Gayam

sebagai salah satu kekuatan saya saat mengajar.

Ada kenangan sedih dan ada kenangan senang ketika mengajar itu sudah biasa.

Hal yang luar biasa adalah ketika kita terus belajar dengan pengalaman-pengalaman

yang kita dapat. Membuka diri terhadap lingkungan dan berusaha memberikan hal

baru kepada siswa. Tiga bulan berproses di SD Kanisius Gayam membuat saya

bermetamorfosis menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih mantap terjun di dunia

sekolah dasar. Siswa yang nakal bukan lagi menjadi halangan melainkan menjadi

motivasi saya untuk membuat anak tersebut menjadi pribadi yang santun.

Oke. Terimakasih untuk proses ini! Suka cita ada di dalam hati kami satu

kelompok PPL SD Kanisius Gayam I Yogyakarta.

Page 49: Syukur pada-Mu Tuhan · dalam cerita yang coba kami ungkapkan diatas kertas putih. Semoga pengalaman ini dapat menjadi bekal dan berkat bagi kami untuk perjalanan hidup kami selanjutnya
Page 50: Syukur pada-Mu Tuhan · dalam cerita yang coba kami ungkapkan diatas kertas putih. Semoga pengalaman ini dapat menjadi bekal dan berkat bagi kami untuk perjalanan hidup kami selanjutnya
Page 51: Syukur pada-Mu Tuhan · dalam cerita yang coba kami ungkapkan diatas kertas putih. Semoga pengalaman ini dapat menjadi bekal dan berkat bagi kami untuk perjalanan hidup kami selanjutnya