tafsir

Embed Size (px)

Citation preview

Maksudnya : Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hambaNya pada suatu malam dari Al-Masjidil Haram ke Al-Masjidil Aqsa yang telah kami berkati sekelilingnya (daerah-daerah sekitarnya yang mendapat berkat dari Allah dengan diperturunkan nabi-nabi di negeri itu dan kesuburan tanahnya) agar Kami perlihatkan kepadanya sebahagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. [1]1060-Tafsir ayat peristiwa Israk[2] : FirmanNya : () iaitu Allah S.W.T memuji akan diriNya sendiri dengan firmanNya () dan menyucikan zatNya yang Maha Tinggi daripada segala apa yang tidak layak dengan sifat kemuliaanNya, dan mengagungkan kedudukanNya kerana qudratNya mengatasi akan segala-galanya kerana tidak ada sesiapa pun yang memiliki kekuasaan melainkanNya yang Maha Kuasa dan tidak ada tuhan yang disembah melainkanNya. FirmanNya : ( ) iaitu yang memperjalankan hambaNya pada waktu malam. Adapun Israk bermaksud : berjalan pada waktu malam keseluruhannya. Firman Allah S.W.T : ( ) adalah lafaz Al-tankir yang menunjukkan kepada tempoh masa Israk yang singkat kerana Allah S.W.T telah memperjalankan hambaNya pada sebahagian waktu malam. Dan maksud ( ) ialah nabi kita Muhammad S.A.W penutup sekalian nabi. FirmanNya : ( ) bermaksud daripada masjid Makkah iaitu Masjid Al-Haram dengan tepatnya dan inilah makna zahir ayat. Dikatakan ; sesungguhnya nabi Isra dari rumah Ummu Hani binti Abi Talib. Maksud Masjid Al-Haram ialah kemuliaannya kerana meliputi kawasan masjid. Diriwayatkan daripada Ibnu Abbas berkata : Al-Haram (yang dimuliakan) adalah keseluruhannya masjid. ( ) adalah masjid Bait Al-Muqaddas. Adapun () bermaksud suatu yang amat jauh. Dinamakan sedemikian kerana kedudukannya yang jauh daripada Mekah atapun kerana tidak terdapat masjid di sebaliknya. FirmanNya : ( ) iaitu kami berkati persekitarannya dengan keberkatan dari segi agama (ad-din) dan keduniaan kerana tanah yang suci (al-ard al-muqaddasah) tersebut merupakan tempat tinggal bagi para nabi, tempat turunnya para nabi dan merupakan perkampungan mereka. Dan di sana juga merupakan tempat tanaman bagi ladang dan pohon buahan, maka keberkatan Allah meliputi kedua-dua aspek tersebut secara menyeluruh. FirmanNya : ( ) menunjukkan kepada hikamah daripada peristiwa Isra yang bermaksud supaya kami memperlihatkan kepada Muhammad S.A.W sebahagian daripada tanda-tanda kebesaran Kami iaitu dengan pemergiannya (nabi Muhammad S.A.W) yang sekejap yang hanya mengambil sebahagian daripada waktu malam sedangkan sepatutnya jaraknya adalah sebulan perjalanan, penyaksiaannya terhadap Bait Al-Muqaddas, memberi gambaran para nabi kepadanya dan memperlihatkan kepadanya akan kedudukan (maqam) para nabi yang tinggi. FirmanNya : ( ) yang bermaksud Maha Mendengar akan segala percakapan hambaNya dan perbuatan mereka. Tidak tersembunyi sesuatu apapun daripadaNya segala apa yang ada di bumi dan di langit.1061-Peristiwa Israk berlaku secara ruh dan jasad :Peristiwa Israk nabi Muhammad S.A.W ke bait Al-Muqaddas adalah berlaku secara ruh dan jasad serta dalam keadaan yang sedar dan jaga (yaqazhoh) dan inilah pandangan Jumhur ulama salaf dan khalaf. Tidaklah benar untuk berpegang kepada pandangan yang mengatakan bahawa peristiwa israk berlaku secara ruhnya (nabi Muhammad S.A.W) dan sesungguhnya baginda bermimpi di dalam tidur. Seandainya peristiwa Israk berlaku dalam keadaan tidur, maka tidaklah ianya akan menjadi sebagai bukti dan mukjizat bagi nabi Muhammad S.A.W dan tidaklah orang kafir quraisy makin membenci dan mendustakannya. Sekiranya semuanya ini hanyalah mimpi sudah tentu mereka tidak mengingkarinya.Dan di dalam FirmanNya : ( ) yang dimaksudkan dengan hambaNya ialah nabi Muhammad S.A.W dan kalimah ( ) merangkumi ruhnya dan jasadnya [3].------------------------------------------------bersambung... akan datang Insyaallah : Peristiwa Mikraj Pengajaran daripada peristiwa Israk dan Mikraj

[1] Surah Al-Isra : ayat 1[2] Tafsir Ibnu Kathir, Jil. 3, m/s 2; Tafsir Al-Kasyaf, Jil.2, m/s 646-647; Tafsir Al-Qasini, Jil.10, m/s 183-185.[3] Tafsir Ibnu Kathir, Jil.3, m/s 23; Tafsir Al-Qasimi, Jil.10, m/s 189. 17. Al IsraaSurat ini terdiri atas 111 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah. Dinamakan dengan Al Israa yang berarti memperjalankan di malam hari, berhubung peristiwa Israa Nabi Muhammad s.a.w. di Masjidil Haram di Mekah ke Masjidil Aqsha di Baitul Maqdis dicantumkan pada ayat pertama dalam surat ini. Penuturan cerita Israa pada permulaan surat ini, mengandung isyarat bahwa Nabi Muhammad s.a.w. beserta umatnya kemudian hari akan mencapai martabat yang tinggi dan akan menjadi umat yang besar.Surat ini dinamakan pula dengan Bani Israil artinya keturunan Israil berhubung dengan permulaan surat ini, yakni pada ayat kedua sampai dengan ayat kedelapan dan kemudian dekat akhir surat yakni pada ayat 101 sampai dengan ayat 104, Allah menyebutkan tentang Bani Israil yang setelah menjadi bangsa yang kuat lagi besar lalu menjadi bangsa yang terhina karena menyimpang dari ajaran Allah s.w.t. Dihubungkannya kisah Israa dengan riwayat Bani Israil pada surat ini, memberikan peringatan bahwa umat Islam akan mengalami keruntuhan, sebagaimana halnya Bani Israil, apabila mereka juga meninggalkan ajaran-ajaran agamanya. Pokok-pokok isinya: 1. Keimanan:Allah tidak mempunyai anak baik berupa manusia ataupun malaikat; Allah pasti memberi rezki kepada manusia; Allah mempunyai nama-nama yang paling baik; Al Quran adalah wahyu dan Allah yang memberikan petunjuk, penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman; adanya padang Mahsyar dan hari berbangkit. 2. Hukum-hukum:Larangan-larangan Allah tentang: menghilangkan jiwa manusia; berzina, mempergunakan harta anak yatim kecuali dengan cara yang dibenarkan agama; ikut-ikutan baik dengan kata-kata maupun dengan perbuatan dan durhaka kepada ibu bapa. Perintah Allah tentang: memenuhi janji dan menyempurnakan timbangan dan takaran, melakukan shalat lima waktu dalam waktunya. 3. Kisah-kisah:Kisah Israa Nabi Muhammad s.a.w., beberapa kisah tentang Bani Israil. 4. Dan lain-lain:Pertanggungan jawab manusia masing-masing terhadap amal perbuatannya; beberapa faktor yang menyebabkan kebangunan dan kehancuran suatu umat; petunjuk-petunjuk tentang pergaulan dengan orang tua, tetangga dan masyarakat; manusia makhluk Allah s.w.t. yang mulia, dalam pada itu manusia mempunyai pula sifat-sifat yang tidak baik seperti suka ingkar, putus asa dan terburu-buru; dan persoalan roh.Banyak ayat-ayat dalam surat ini mengemukakan bahwa Al Quran yang dibawa Nabi Muhammad s.a.w. benar-benar wahyu Allah, dan bahwa manusia itu pasti mengalami hari berbangkit. Dalam surat ini dikemukakan pula dalil-dalil kekuasaan dan ke-esaan Allah s.w.t. serta hukum-hukum yang diturunkan-Nya yang wajib diperhatikan dan dikerjakan oleh manusia. HUBUNGAN SURAT AL ISRAA DENGAN SURAT AL KAHFI 1. Surat Al Israa dimulai dengan tasbih (membaca subhanallah) pada Allah sedang surat Al Kahfi dibuka dengan tahmid (membaca alhamdulillah) kepada-Nya. Tasbih dan tahmid adalah dua kata yang acapkali bergandengan dalam firman-firman Allah. 2. Persamaan antara penutup surat Al Israa dengan pembukaan surat Al Kahfi yaitu sama-sama dengan tahmid kepada Allah. 3. Menurut riwayat, ada tiga buah pertanyaan yang dihadapkan oleh orang-orang Yahudi dengan perantaraan orang-orang musyrikin kepada Nabi Muhammad s.a.w. yakni masalah roh, cerita Ashabul Kahfi dan kisah Zulqarnain. Masalah roh itu dijawab dalam surat Al Israa, dan dua masalah lainnya pada surat Al Kahfi. 4. Dalam surat Al Israa ayat 85 Allah berfirman: Dan tidaklah kamu diberi ilmu hanyalah sedikit Firman ini ditujukan kepada sebagian orang-orang Yahudi yang merasa sombong dengan ilmu pengetahuan yang ada pada mereka, sebab bagaimanapun juga mereka adalah manusia yang hanya diberi ilmu pengetahuan yang sedikit. Dalam surat Al-Kahfi Allah menceritakan tentang Nabi Musa a.s. dengan Nabi Khidhr a.s. yang belum pernah diketahui oleh orang-orang Yahudi.Tafsir Al-Quran Surah An-Israa (Memperjalankan di Malam Hari)Surah Makkiyyah; surah ke 17: 111 ayatImam Ahmad meriwayatkan dari Abu Lubabah, aku pernah mendengar Aisyah ra. menceritakan: Rasulullah saw. membaca surah al-Israa dan az-Zumar pada setiap malam.bismillaaHir rahmaanir rahiimDengan menyebut Nama Allah Yang Mahapemurah lagi Mahapenyayang.1. Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. (al-Israa: 1)Allah memuji diri-Nya sendiri, mengagungkan kedudukan-Nya, karena kekuasaan-Nya ata apa yang tidak dikuasai oleh siapapun selain Dia. dengan demikian, tidak ada Ilah [yang berhak diibadahi] selain Dia dan tidak pula ada Rabb selain diri-Nya saja. alladzii asraa biabdiHii (Yang telah memperjalankan hamba-Nya.) yaitu Muhammad. Lailan (pada suatu malam.) yakni pada sebagian malam. Minal masjidil haraami (Dari masjidil Haram) yaitu masjid di Makkah. Ilal masjidil aqshaa (Menuju ke Masjidil Aqsha.) yaitu Baitul Maqdis yang terletak di Iliya yang merupakan pusat para Nabi dari sejak Nabi Ibrahim al-Khalil as. Oleh karena itu, mereka berkumpul di sana untuknya. Beliau [Ibrahim] menjadi imam mereka di tempat dan rumah mereka semua. Dengan demikian menunjukkan, beliau adalah seorang imam yang besar, dan pemimpin terdepan shalawat dan salam semoga Allah limpahkan kepada mereka-.Dan firman-Nya: alladzii baaraknaa haulaHuu (Yang telah Kami berkahi sekelilingnya.) yakni berbagai tanaman dan buah-buahan. linuriyaHuu (Agar Kami perlihatkan kepadanya.) yakni Muhammad saw. Min aayaatinaa (Sebagian dari tanda-tanda Kami.) yakni kebesaran Kami. Sebagaimana yang Dia firmankan: laqad ra-aa min aayaati rabbiHil kubraa (Sesungguhnya dia telah melihat sebagian tanda-tanda kekuasaan Rabb-nya yang paling besar.)(an-Najm: 18)Firman Allah: innaHuu Huwas samiiul bashiir (Sesungguhnya Dia Mahamendengar lagi Mahamelihat.) maksudnya, Mahamendengar perkataan hamba-hamba-Nya; baik yang beriman maupun yang kafir, perkataan yang membenarkan maupun yang mendustakan. Dan Mahamelihat, sehingga Dia berikan kepada masing-masing mereka segala yang menjadi haknya di dunia dan di akhirat.Imam Abu Abdullah al-Bukhari meriwayatkan dari Syuraik bin Abdullah, ia bercerita, aku pernah mendengar Anas bin Malik berkata pada malam Rasulullah saw. diperjalankan dari masjidil Haram, bahwa beliau didatangi oleh tiga orang sebelum beliau diberi wahyu, yang ketika itu beliau tengah tidur di Masjidil Haram. Orang yang pertama bertanya: Yang manakah ia [Muhammad] di antar mereka itu? Orang yang kedua menjawab: Ia adalah orang yang paling baik di antara mereka. Sedangkan orang yang terakhir berkata: Ambillah yang paling baik di antara mereka.Pada malam itu beliau tidak melihat mereka sehingga mereka mendatangi beliau pada malam yang lain, dimana hatinya melihat padahal matanya tidur sedang hatinya tidak tidur. Demikian halnya para nabi lainnya, mata mereka tidur tetapi hati mereka tidak pernah tidur. Ketiga orang itu tidak mengajak beliau berbicara sehingga mereka membawa beliau dan meletakkannya di dekat sumur zam-zam. Kemudian Jibril mengambil beliau dari mereka, lalu Jibril membelah tenggorokannya sampi ke perutnya. Setelah dada dan perutnya terbelah, Jibril mencucinya dengan air zam-zam dengan tangannya sehingga isi dada dan perutnya benar-benar bersih. Kemudian dibawalah wadah dari emas yang di dalamnya terdapat bejana yang juga terbuat dari emas yang dipenuhi dengan iman dan hikmah. Kemudian Jibril mengisi dadanya dengannya, demikian juga urat-urat lehernya, selanjutnya ditutup kembali. setelah itu Jibril membawanya naik ke langit dunia, lalu ia mengetuk salah satu pintunya, sehingga ia diseru oleh penghuni langit: Siapa itu.? Jibril. Jawabnya. Siapakah bersamamu? tanya mereka. Jibril menjawab: Muhammad bersamaku. Sudahkah dia diangkat menjadi nabi? tanya mereka. Jibril menjawab: Ya benar. Mereka pun berkata: Kalau begitu selamat datang kepadanya.Para penghuni langit pun merasa gembira dengan kedatangan beliau. Mereka tidak mengetahui apa yang dikehendaki Allah dengannya di bumi sehingga Allah memberitahu mereka. Hingga akhirnya ia bertemu dengan Adam di langit, maka Jibril pun berkata kepadanya: Ini adalah bapakmu, Adam. Karenanya ucapkanlah salam kepadanya. Maka beliau mengucapkan salam kepada Adam. Dan Adam pun menjawab salam beliau. Kemudian Adam berkata kepadanya: Selamat datang, wahai anakku, sungguh engkau anak yang menyenangkan.Ternyata di langit itu beliau menemukan dua sungai, maka beliau bertanya: Sungai apa keduanya itu wahai Jibril? Jibril menjawab: Itu adalah sungai Nil dan sungai Furat.Lalu Jibril membawa beliau berjalan di langit, tiba-tiba beliau melihat sungai yang lain lagi yang di atasnya terdapat istana yang terbuat dari mutiara dan batu permata. Kemudian beliau memukulkan tangannya, ternyata [keluar] bersamanya minyak kasturi yang sangat wangi. Kemudian beliau bertanya: Apa ini, ya Jibril? Jibril menjawab: Ini adalah al-Kautsar yang disembunyikan Rabb-mu untuk dirimu.Setelah itu Jibril membawa beliau naik ke langit tingkat kedua. Maka para malaikat disana pun berkata seperti yang dikatakan oleh para malaikat di langit tingkat pertama: Siapa itu? Jibril. Jawabnya. Lalu siapa bersamamu itu? tanya mereka. Jibril menjawab: Muhammad saw. Sudahkah dia diangkat sebagai nabi? sahut mereka. Ya benar. Papar Jibril. Kalau begitu, selamat datang kepadanya. Ujar mereka.Lalu Jibril membawa beliau naik ke langit tingkat ketiga. Para malaikat di sana juga berkata seperti apa yang dikatakan oleh para malaikat yang berada di tingkat pertama dan kedua.Lalu Jibril membawa beliau naik ke langit tingkat keempat, dan para malaikat pun mengatakan hal yang sama seperti sebelumnya.Lalu Jibril membawa beliau naik ke langit tingkat kelima, dan para malaikat pun mengatakan hal yang sama seperti itu.Lalu Jibril membawa beliau naik ke langit tingkat keenam, dan para malaikat pun mengatakan hal yang sama.Kemudian Jibril membawanya ke langit tingkat tujuh, dan merekapun mengatakan hal yang serupa. Di setiap langit terdapat para Nabi yang berliau telah menyebut namanya dan aku mengingatnya, mereka itu adalah Idris berada di tingkat kedua, Harun di tingkat keempat, dan yang lainnya berada di tingkat kelima yang aku tidak hafal namanya. Dan Ibrahim berada di tingkat enam, Musa berada di tingkat ketujuh dengan diberikan keistimewaan yang pernah berbicara langsung dengan Allah. Musa berkata: Wahai Rabb-ku, aku tidak mengira Engkau akan mengangkat seseorang di atasku.Allah Subhanahu wa Taala berfirman didalam kitabNya yang mulia : Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil haram ke Al Masjidil aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. [QS Al-Isra' : 1]Allah telah memulai surat ini dengan mengagungkan diriNya dan menggambarkan kebesaran peranNya karena kekuasaanNya melampaui segala sesuatu yang tidak mampu dilakukan oleh seorang pun selain Dia sendiri. Maka tidak ada Rabb selain Allah. yang telah memperjalankan hamba-Nya [QS Al-Isra' : 1]Yang dimaksud hambaNya adalah Nabi Muhammad Shallallaahu alaihi wasallam.pada suatu malam [QS Al-Isra' : 1]Maksudnya, di dalam kegelapan di malam hari. dari Al-Masjidil Haraam [QS Al-Isra' : 1]Masjidil Haram berada di kota Makkah. ke Al-Masjidil Aqshaa [QS Al-Isra' : 1]Yakni Baitul Muqaddas yang terletak di wilayah Elia (Yerussalem), tempat asal para Nabi terdahulu sejak Nabi Ibrahim Alaihissalam. Karena itulah semua Nabi dikumpulkan di Masjidil Aqsa pada malam itu. Lalu Nabi Shallallahu alaihi wasallam mengimami mereka. Hal ini menunjukkan bahwa Nabi Muhammad adalah imam terbesar dan pemimpin para Nabi yang didahulukan. Semoga shalawat dan salam terlimpahkan kepada mereka semuanya. yang telah Kami berkahi sekelilingnya [QS Al-Isra' : 1]Yakni tanam-tanaman dan buah-buahan (yang ditanam di sekitar wilayah itu). agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami [QS Al-Isra' : 1]Maksudnya, Kami perlihatkan kepada Muhammad sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Kami yang paling besar. Didalam ayat yang lain, Allah Taala berfirman : Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar. [QS An-Najm : 18] Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. [QS Al-Isra' : 1]Allah Maha Mendengar semua ucapan hamba-hambaNya, yang mukmin maupun yang kafir, yang membenarkan maupun yang mendustakan diantara mereka. Dan Dia Maha Melihat semua perbuatan mereka. Maka, kelak Dia akan memberikan kepada masing-masing dari mereka balasan yang berhak mereka terima di dunia dan di akhirat.Hadits-hadits Peristiwa Isra MirajHadits-hadits yang menerangkan peristiwa Isra Miraj adalah hadits-hadits yang mutawatir. Asy-Syaikh Al-Albaaniy didalam kitabnya, Al-Isra wal Miraj menyebutkan bahwa ada 16 sahabat yang meriwayatkan peristiwa ini, diantaranya adalah Anas bin Maalik, Abu Dzar Al-Ghifaariy, Maalik bin Shashaah, Ibnu Abbaas, Jaabir bin Abdillaah, Abu Hurairah, Ubay bin Kab, Buraidah Al-Aslamiy, Hudzaifah bin Al-Yamaan, Syaddaad bin Aus, Shuhaib, Abdurrahman bin Qurath, Ibnu Umar, Ibnu Masuud, Aliy bin Abi Thaalib, Umar bin Al-Khaththaab -radhiyallahu anhum-.Telah menceritakan kepada kami Anas bin Maalik, dari Malik bin Shashaah -radhiyallahu anhuma-, ia berkata, Nabi Shallallaahu alaihi wasallam bersabda: Ketika aku berada di sisi Baitullah antara tidur dan sadar. Lalu Beliau menyebutkan, yaitu: Ada seorang laki-laki diantara dua laki-laki yang datang kepadaku membawa baskom terbuat dari emas yang dipenuhi dengan hikmah dan iman, lalu orang itu membelah badanku dari atas dada hingga bawah perut, lalu dia mencuci perutku dengan air zamzam kemudian mengisinya dengan hikmah dan iman.Kemudian aku diberi seekor hewan tunggangan putih yang lebih kecil dari pada bighal namun lebih besar dibanding keledai bernama Al-Buraq. Maka aku berangkat bersama Jibril Alaihissalam, hingga sampai di langit dunia. Lalu ditanyakan; Siapakah ini?. Jibril menjawab; Jibril. Ditanyakan lagi; Siapa orang yang bersamamu?. Jibril menjawab; Muhammad. Ditanyakan lagi; Apakah dia telah diutus?. Jibril menjawab; Ya. Maka dikatakan; Selamat datang, sebaik-baik orang yang datang telah tiba. Kemudian aku menemui Adam Alaihissalam dan memberi salam kepadanya lalu dia berkata; Selamat datang bagimu dari anak keturunan dan Nabi.Kemudian kami naik ke langit kedua lalu ditanyakan; Siapakah ini?. Jibril menjawab; Jibril. Ditanyakan lagi; Siapa orang yang bersamamu?. Jibril menjawab; Muhammad. Ditanyakan lagi; Apakah dia telah diutus?. Jibril menjawab; Ya. Maka dikatakan; Selamat datang baginya dan ini sebaik-baiknya kedatangan orang yang datang. Lalu aku menemui Iisaa dan Yahyaa Alaihimassalam lalu keduanya berkata; Selamat datang bagimu dari saudara dan Nabi.Kemudian kami naik ke langit ketiga lalu ditanyakan; Siapakah ini?. Jibril menjawab; Jibril. Ditanyakan lagi; Siapa orang yang bersamamu?. Jibril menjawab; Muhammad. Ditanyakan lagi; Apakah dia telah diutus?. Jibril menjawab; Ya. Maka dikatakan; Selamat datang baginya dan ini sebaik-baiknya kedatangan orang yang datang. Lalu aku menemui Yuusuf Alaihissalam dan memberi salam kepadanya lalu dia berkata; Selamat datang bagimu dari saudara dan Nabi.Kemudian kami naik ke langit keempat lalu ditanyakan; Siapakah ini?. Jibril menjawab; Jibril. Ditanyakan lagi; Siapa orang yang bersamamu?. Jibril menjawab; Muhammad. Ditanyakan lagi; Apakah dia telah diutus?. Jibril menjawab; Ya. Maka dikatakan; Selamat datang baginya dan ini sebaik-baik kedatangan orang yang datang. Lalu aku menemui Idriis Alaihissalam dan memberi salam kepadanya lalu dia berkata; Selamat datang bagimu dari saudara dan Nabi.Kemudian kami naik ke langit kelima lalu ditanyakan; Siapakah ini?. Jibril menjawab; Jibril. Ditanyakan lagi; Siapa orang yang bersamamu?. Jibril menjawab; Muhammad. Ditanyakan lagi; Apakah dia telah diutus?. Jibril menjawab; Ya. Maka dikatakan; Selamat datang baginya dan ini sebaik-baiknya kedatangan orang yang datang. Lalu aku menemui Haaruun Alaihissalam dan memberi salam kepadanya lalu dia berkata; Selamat datang bagimu dari saudara dan Nabi.Kemudian kami naik ke langit keenam lalu ditanyakan; Siapakah ini?. Jibril menjawab; Jibril. Ditanyakan lagi; Siapa orang yang bersamamu?. Jibril menjawab; Muhammad. Ditanyakan lagi; Apakah dia telah diutus?. Jibril menjawab; Ya. Maka dikatakan; Selamat datang baginya dan ini sebaik-baiknya kedatangan orang yang datang. Kemudian aku menemui Muusaa Alaihissalam dan memberi salam kepadanya lalu dia berkata; Selamat datang bagimu dari saudara dan Nabi. Ketika aku sudah selesai menemuinya, tiba-tiba dia menangis. Lalu ditanyakan; Mengapa kamu menangis?. Muusaa menjawab; Ya Rabb, anak ini yang diutus setelah aku, ummatnya akan masuk surga dengan kedudukan lebih utama dibanding siapa yang masuk surga dari ummatku.Kemudian kami naik ke langit ketujuh lalu ditanyakan; Siapakah ini?. Jibril menjawab; Jibril. Ditanyakan lagi; Siapa orang yang bersamamu?. Jibril menjawab; Muhammad. Ditanyakan lagi; Apakah dia telah diutus?. Jibril menjawab; Ya. Maka dikatakan; Selamat datang baginya dan ini sebaik-baiknya kedatangan orang yang datang. Kemudian aku menemui Ibraahiim Alaihissalam dan memberi salam kepadanya lalu dia berkata; Selamat datang bagimu dari saudara dan Nabi.Kemudian aku ditampakkan Al-Baitul Mamur. Aku bertanya kepada Jibril, lalu dia menjawab; Ini adalah Al-Baitul Mamur, setiap hari ada tujuh puluh ribu malaikat mendirikan sholat disana. Jika mereka keluar (untuk pergi shalat) tidak ada satupun dari mereka yang kembali. Kemudian diperlihatkan kepadaku Sidratul Muntaha yang ternyata bentuknya seperti kubah dengan daun jendelanya laksana telinga-telinga gajah. Di dasarnya ada empat sungai yang berada di dalam (disebut Bathinan) dan di luar (Zhahiran) . Aku bertanya kepada Jibril, maka dia menjawab; Adapun Bathinan berada di surga sedangkan Zhahiran adalah An-Nail dan Al-Furat (dua nama sungai di dunia).Kemudian diwajibkan atasku shalat lima puluh kali (dalam sehari). Aku menerimanya hingga aku datang pada Muusaa Alaihissalam dan bertanya; Apa yang telah diwajibkan?. Aku jawab: Aku diwajibkan shalat lima puluh kali. Muusaa berkata; Akulah orang yang lebih tahu tentang manusia daripada engkau. Aku sudah berusaha menangani Bani Israil dengan sungguh-sungguh. Dan ummatmu tidak akan sanggup melaksanakan kewajiban shalat itu. Maka itu kembalilah kau kepada Rabbmu dan mintalah (keringanan) . Maka aku meminta keringanan lalu Allah memberiku empat puluh kali shalat lalu aku menerimanya dan Muusaa kembali menasehati aku agar meminta keringanan lagi, kemudian kejadian berulang seperti itu (nasehat Muusaa) hingga dijadikan tiga puluh kali lalu kejadian berulang seperti itu lagi hingga dijadikan dua puluh kali kemudian kejadian berulang lagi hingga menjadi sepuluh lalu aku menemui Muusaa dan dia kembali berkata seperti tadi hingga dijadikan lima waktu lalu kembali aku menemui Muusaa dan dia bertanya; Apa yang kamu dapatkan?. Aku jawab; Telah ditetapkan lima waktu. Dia berkata seperti tadi lagi. Aku katakan; Aku telah menerimanya dengan baik. Tiba-tiba ada suara yang berseru: Sungguh Aku telah putuskan kewajiban dariku ini dan Aku telah ringankan untuk hamba-hambaKu dan aku akan balas setiap satu kebaikan (shalat) dengan sepuluh balasan (pahala) . [HR Al-Bukhaariy no. 2968, dan ini adalah lafazh Al-Bukhaariy].Didalam lafazh Muslim no. 234,Dari Anas bin Maalik bahwa Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam bersabda: (tanpa menyebutkan peristiwa pembelahan dada) Aku telah didatangi Buraq. Yaitu seekor binatang yang berwarna putih, lebih besar dari keledai tetapi lebih kecil dari bighal. Ia merendahkan tubuhnya sehingga perut buraq tersebut mencapai ujungnya. Beliau bersabda lagi: Maka aku segera menungganginya sehingga sampai ke Baitul Maqdis. Beliau bersabda lagi: Kemudian aku mengikatnya pada tiang masjid sebagaimana yang biasa dilakukan oleh para Nabi. Sejurus kemudian aku masuk ke dalam masjid dan mendirikan shalat sebanyak dua rakaat. Setelah selesai aku terus keluar, tiba-tiba aku didatangi oleh Jibril dengan membawa semangkuk arak dan semangkuk susu. Dan aku pun memilih susu. Lalu Jibril berkata, Kamu telah memilih fitrah. Lalu Jibril membawaku naik ke langit.(matan hadits selanjutnya sama dengan lafazh Al-Bukhari hingga) Beliau bersabda: Aku masih saja bolak-balik antara Rabbku dan Nabi Muusaa, sehingga Allah berfirman: Wahai Muhammad! Sesungguhnya aku fardhukan lima waktu sehari semalam. Setiap shalat fardhu dilipatgandakan dengan pahala sepuluh kali lipat. Maka itulah lima puluh shalat fardhu. Begitu juga barangsiapa yang berniat untuk melakukan kebaikan tetapi tidak melakukanya, niscaya akan dicatat baginya satu kebaikan. Jika dia melaksanakannya, maka dicatat sepuluh kebaikan baginya. Sebaliknya barangsiapa yang berniat ingin melakukan kejahatan, tetapi tidak melakukannya, niscaya tidak dicatat baginya sesuatu pun. Lalu jika dia mengerjakannya, maka dicatat sebagai satu kejahatan baginya. Aku turun hingga sampai kepada Nabi Muusaa, lalu aku memberitahu kepadanya. Dia masih saja berkata, Kembalilah kepada Rabbmu, mintalah keringanan. Aku menjawab, Aku terlalu banyak berulang-ulang kembali kepada Rabbku, sehingga menyebabkanku malu kepada-Nya.Imam At-Tirmidziy meriwayatkan dari jalan Qataadah dari Anas bin Maalik, bahwa Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam ketika di Isra`kan, beliau diberi Buraq yang lengkap dengan tali (kendali) dan pelana, tetapi ia mempersulit beliau (tidak mau ditunggangi) lalu Jibril berkata padanya: Patutkah kamu lakukan ini pada Muhammad? padahal belum ada yang menunggangimu yang paling mulia disisi Allah selain Muhammad? Beliau bersabda: Lantas mengalirlah keringatnya (karena takut). [HR Tirmidziy no. 3056, beliau berkata hasan gharib. Diriwayatkan pula oleh Ahmad no. 12211].Imam Ahmad bin Hanbal meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Abu An-Nadhr, telah menceritakan kepada kami Syaibaan, dari Aashim, dari Zirr bin Hubaisy, ia berkata; Aku mendatangi Hudzaifah bin Al-Yamaan saat ia bercerita tentang malam isra` Nabi Muhammad Shallallaahu alaihi wa salam, beliau bersabda: Kami pergi hingga sampai Baitul Maqdis. Hudzaifah berkata : Tapi keduanya tidak masuk. Aku (Zirr) berkata; Tapi Rasulullah Shallallaahu alaihi wa salam memasukinya di malam itu dan shalat di dalamnya. Hudzaifah bin Al-Yamaan bertanya; Siapa namamu wahai orang yang botak? Aku mengenali wajahmu tapi aku tidak kenal namamu. Aku menjawab: Aku Zirr bin Hubaisy. Berkata Hudzaifah bin Al Yamaan: Apa dalilmu bahwa Rasulullah Shallallaahu alaihi wa salam shalat di masjid itu dimalam itu?. Aku menjawab: Al Quran memberitahukan hal itu padaku. Berkata Hudzaifah bin Al-Yamaan: Barangsiapa berbicara dengan Al Quran maka ia beruntung, bacalah! Lalu aku membaca: Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al-Masjidil Haram. (QS Al-Israa` : 1). Berkata Hudzaifah bin Al-Yaman: Wahai orang yang botak! Apa kau menemukan (dalam dalil itu) bahwa beliau shalat di dalamnya? Aku menjawab: Tidak. Ia berkata; Demi Allah beliau tidak shalat di dalamnya pada malam itu, andai beliau shalat di dalamnya pastilah diwajibkan atas kalian untuk shalat ditempat itu seperti halnya diwajibkan untuk shalat di Baitul Atiiq (masjidil haram), demi Allah keduanya tetap bersama Buraq hingga dibukakan baginya pintu-pintu langit, keduanya melihat surga dan neraka serta janji akhirat seluruhnya, kemudian keduanya kembali ditempat semula, lalu Hudzaifah tertawa hingga aku melihat gigi gerahamnya, ia mengatakan: Mereka bercerita bahwa Jibril mengikatnya (Buraq) agar tidak lari tapi Allah yang mengetahui alam gaib dan nyata menundukkannya untuk beliau (Rasulullah). Aku bertanya: Hai Abu Abdillah! Hewan apakah Buraq itu? Hudzaifah menjawab: Hewan putih dan panjang seperti ini, langkahnya sejauh mata memandang. [HR Ahmad no. 22197].Tentang hadits Imam Ahmad ini, Al-Haafizh Ibnu Katsiir berkata, pendapat yang dikemukakan oleh Hudzaifah ini bertentangan dengan apa yang dikatakan oleh sahabat lainnya dari Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam yang mengatakan bahwa Buraq ditambatkan di halqah (tempat berbentuk lingkaran) dan bahwa Rasulullah melakukan shalat di Baitul Maqdis seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Oleh karena itu, keterangan sebelumnya lebih didahulukan daripada pendapat Hudzaifah ini. Wallahu alam.Imam Al-Bukhaariy meriwayatkan, Ibnu Syihaab Az-Zuhriy berkata, Ibnu Hazm mengkhabarkan kepadaku bahwa Ibnu Abbaas dan Abu Habbaah Al-Anshaariy (Amiir bin Amr) keduanya berkata, Nabi Shallallaahu alaihi wasallam bersabda: Kemudian aku dimirajkan hingga sampai ke suatu tempat yang disitu aku dapat mendengar suara pena (qalam) yang menulis. Berkata Ibnu Hazm dan Anas bin Maalik radhiyallahu anhu, Nabi Shallallaahu alaihi wasallam bersabda: Kemudian Allah Azza wa Jalla memfardhukan kepadaku lima puluh kali shalat (matan selanjutnya sama seperti hadits Malik bin Shashaah). Kemudian aku dimasukkan ke dalam surga, terlihat kubahnya terbuat dari mutiara dan tanahnya dari misik. [HR Al-Bukhaariy no. 3094].Imam Abu Daawud meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Ibnul Mushaffaa, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Baqiyyah dan Abul Mughiirah, keduanya berkata, telah menceritakan kepada kami Shafwaan, ia berkata; telah menceritakan kepadaku Raasyid bin Sad dan Abdurrahman bin Jubair, dari Anas bin Maalik, ia berkata, Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam bersabda: Ketika aku dinaikkan ke langit (dimirajkan), aku melewati suatu kaum yang kuku mereka terbuat dari tembaga, kuku itu mereka gunakan untuk mencakar muka dan dada mereka. Aku lalu bertanya, Wahai Jibril, siapa mereka itu? Jibril menjawab, Mereka itu adalah orang-orang yang memakan daging manusia (ghibah) dan merusak kehormatan mereka. [HR Abu Daawud no. 4235. Diriwayatkan pula oleh Imam Ahmad no. 12861].Imam Ibnu Maajah meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan bin Muusaa, dari Hammaad bin Salamah, dari Aliy bin Zaid, dari Abu Ash-Shalt, dari Abu Hurairah ia berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berkata: Pada malam Isra miraj aku mendatangi suatu kaum, perut mereka seperti rumah-rumah yang dihuni oleh ular dan dapat dilihat dari luar perut-perut mereka. Aku pun bertanya: Wahai Jibril, siapakah mereka itu? ia menjawab, Mereka adalah pemakan riba. [HR Ibnu Maajah no. 2264].Imam An-Nasaaiy meriwayatkan, telah mengkhabarkan kepada kami Muhammad bin Aliy bin Harb, dia berkata, telah menceritakan kepada kami Muaadz bin Khaalid, dia berkata, telah memberitakan kepada kami Hammaad bin Salamah, dari Sulaimaan At Taimiy, dari Tsaabit, dari Anas bin Maalik, Nabi Shalallaahu Alaihi Wa Sallam bersabda: Pada malam Isra Miraj aku datang kepada Muusaa Alaihissalam di bukit pasir merah, dan dia sedang shalat di atas kuburannya. [HR An-Nasaaiy no. 1613 dan ini lafazhnya, diriwayatkan pula oleh Muslim no. 4379 & Ahmad no. 12046].Imam Ahmad mengetengahkan sebuah riwayat, telah menceritakan kepada kami Abu An-Nadhr, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Thalhah, dari Al-Waliid bin Qais, dari Ishaaq bin Abu Al-Kahtalah, Muhammad berkata, aku kira dari Ibnu Masuud bahwa ia berkata; Sesungguhnya Muhammad tidak melihat Jibril dalam wujud aslinya kecuali dua kali, pertama karena beliau meminta untuk memperlihatkan dirinya dalam wujud asli, ia pun menampakkan wujud aslinya yang menutup seluruh ufuk, sedang kesempatan lain beliau naik bersamanya ketika beliau miraj.FirmanNya : Sedang dia berada di ufuk yang tinggi. Kemudian dia mendekat, lalu bertambah dekat lagi, maka jadilah dia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi). Lalu dia menyampaikan kepada hamba-Nya (Muhammad) apa yang telah Allah wahyukan. [QS An-Najm : 7-10]. Ibnu Masuud berkata : Tatkala Jibril mengetahui Rabbnya, ia kembali kepada wujud aslinya dan bersujud.Sedangkan firmanNya : Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar. [QS An-Najm : 13-18]. Ibnu Masuud berkata : (yang dimaksudkan) adalah penciptaan Jibril Alaihissalam. [HR Ahmad no. 3670].Dan masih banyak lagi riwayat-riwayat yang berhubungan dengan peristiwa Isra Miraj seperti yang diriwayatkan dari para Imam yaitu Ibnu Abi Haatim, Ibnu Jariir Ath-Thabariy, Abu Bakr Al-Baihaqiy, Abu Yalaa Al-Maushiliy, Al-Bazzaar, Ath-Thabaraaniy dan lain-lain yang kesemua riwayat-riwayat tersebut walaupun berbeda-beda lafazh (ada yang panjang dan ada yang singkat) dan berbeda-beda tingkat keshahihannya namun keseluruhannya saling mendukung dan saling menguatkan. Oleh karena itu, kita cukupkan riwayat-riwayatnya hanya dari kitab-kitab hadits yang 7 saja.Faidah Ilmu dari Al-Haafizh Ibnu Katsiir rahimahullahBeliau membuat kesimpulan kronologis peristiwa Isra Miraj dengan sangat bagus.Dimulai dari peristiwa pembedahan dada Nabi hingga ke perut oleh Malaikat Jibril, dikeluarkannya segala sifat kejelekan, kedengkian dan sifat buruk dan diisinya hati Nabi dengan iman dan hikmah, kemudian didatangkan pada Nabi Shallallaahu alaihi wasallam sebuah kendaraan Buraq yang mana bila ia melangkah maka langkahnya adalah sejauh mata memandang. Kemudian beliau mengendarai Buraq dari Makkah ke Baitul Maqdis. Disebutkan bahwa setelah Rasulullah tiba di pintu Masjidil Aqshaa, beliau menambatkan hewan kendaraannya di dekat pintu masjid, lalu memasukinya dan mengerjakan shalat sebanyak 2 rakaat. Kemudian didatangkanlah Miraj, sebuah alat seperti tangga, memiliki undaan-undaan untuk naik ke atas. Lalu Nabi Shallallaahu alaihi wasallam menaikinya menuju ke langit yang terdekat, kemudian ke langit-langit yang selanjutnya hingga sampai pada langit ketujuh.Di setiap lapisan langit, Nabi disambut oleh penghuni langit yang ada di lapisan langit tersebut. Nabi Shallallahu alaihi wasallam mengucapkan salam kepada Nabi-nabi yang ada di setiap langit sesuai dengan kedudukan dan tingkatan mereka. Lalu berjumpalah Rasulullah dengan Nabi Musa Alaihissalam -yang pernah diajak bicara langsung oleh Allah Taala- di langit keenam, dan beliau berjumpa dengan khalilullah Nabi Ibrahim Alaihissalam di langit yang ketujuh.Kemudian sampailah Rasulullah pada tingkatan yang dari tempat itu beliau dapat mendengar geretan kalam yakni kalam yang mencatat takdir terhadap segala sesuatu. Beliau melihat Sidratul Muntaha yang diliputi oleh perintah Allah Azza wa Jalla yaitu oleh sejumlah yang sangat besar dari kupu-kupu emas dan berbagai macam warna-warni, para malaikat pun meliputinya pula. Di tempat itulah, Nabi Shallallaahu alaihi wasallam melihat rupa dan bentuk asli dari Malaikat Jibril yang memiliki 600 sayap. Dan Nabi melihat rafraf (bantal-bantal) hijau yang menutupi semua cakrawala pandangan.Nabi shallallaahu alaihi wasallam melihat Al-Baitul Mamur dan Nabi Ibraahiim pembangun Kabah bumi sedang menyandarkan punggungnya ke Baitul Mamur karena Baitul Mamur adalah Kabahnya para penghuni langit. Setiap hari, ia dimasuki oleh 70000 malaikat yang melakukan ibadah didalamnya, kemudian mereka tidak kembali lagi hingga hari kiamat.Ditampakkan kepada Nabi Shallallaahu alaihi wasallam, surga dan neraka serta keadaan para penghuninya. Kemudian difardhukan atas beliau dan umatnya, shalat 50 kali, kemudian diberikan keringanan oleh Allah Taala sampai menjadi 5 kali shalat (shalat 5 waktu) sebagai rahmat dan kasih sayang Allah kepada hamba-hambaNya. Dalam hal ini terkandung faidah yang besar terhadap kemuliaan dan kebesaran shalat fardhu yaitu ia diperintahkan langsung kepada Nabi Muhammad Shallallaahu alaihi wasallam dan tidak melewati malaikat Jibril.Lalu Nabi turun ke Baitul Maqdis dengan ditemani oleh para Nabi. Kemudian Nabi shallallahu alaihi wasallam shalat bersama mereka setelah waktu shalat tiba. Kemungkinan shalat yang dimaksud adalah shalat subuh. Sebagian ulama ada yang berpendapat bahwa Nabi mengimami mereka di langit. Tetapi, berdasarkan riwayat yang lebih shahih, hal itu terjadi di Baitul Maqdis. Hanya dalam sebagian riwayat itu disebutkan bahwa shalat itu dilakukan ketika pertama kali Nabi memasukinya.Menurut lahiriah makna hadits menunjukkan hal itu terjadi setelah Nabi pulang menuju ke Baitul Maqdis. Dikatakan demikian, karena ketika Nabi melewati di tempatnya masing-masing, beliau bertanya pada Jibril tentang masing-masing dari mereka dan Jibril Alaihissalam pun memberitahukan kepada Nabi. Kesimpulan inilah yang layak dipegang karena pada awalnya Nabi Shallallaahu alaihi wasallam diperintahkan untuk menghadap kepada Allah Taala untuk difardhukan atasnya dan umatnya perintah yang dikehendaki Allah Taala. Setelah selesai menerima perintah dari Allah, maka barulah Nabi Shallallahu alaihi wasallam berkumpul bersama saudara-saudaranya dari kalangan para Nabi. Kemudian ditampakkan keutamaan dan kemuliaan Nabi Shallallaahu alaihi wasallam atas mereka, oleh karena itu beliau diajukan untuk menjadi imam shalat mereka, Jibril-lah yang mengisyaratkan hal tersebut kepada beliau.Setelah itu, Nabi keluar dari Baitul Maqdis lalu mengendarai Buraqnya dan kembali ke Makkah sebelum pagi hari.Adapun mengenai penyuguhan beberapa jenis minuman kepada beliau yaitu susu, madu dan khamr, atau susu, air dan khamr atau semuanya, menurut sebagian riwayat, maka hal itu terjadi di Baitul Maqdis sedangkan menurut riwayat yang lain terjadi di langit. Barangkali hal ini terjadi di Baitul Maqdis dan di langit mengingat kedua riwayat itu tidak bertentangan dan dapat dijamak.Allaahu alam.*Banyak mengambil faidah dari penjelasan Ibnu Katsiir dalam tafsir beliau pada QS Al-Israa ayat 1.

Maha Suci (Allah) yang memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada waktu malam dari Masjid al Haram (Makkah) ke Masjid al Aqso (Bait al Maqdis) yang Kami berkati sekitarnya untuk Kami perlihatkan kepadanya sebahagian tanda-tanda (kekuasaan & kebijaksanaan) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat. [al Isra': 1]

: Kalimah yang membawa maksud penyucian. Ertinya menyucikan Allah Ta'ala daripada sebarang kekurangan. Allah Ta'ala memulakan ayat ini dengan kalimah '' sebagai isyarat bahawa peristiwa Isra' & Mi'raj adalah peristiwa ajaib. Peristiwa ajaib ini hanya mampu dilakukan oleh Dia yang Maha Suci daripada segala kekurangan dan kelemahan walaupun gagal ditafsir oleh akal pemikiran yang dibatasi kelemahan dan kekurangan. Ia juga mengajar kita bahawa kalimah ' ' elok diungkapkan ketika melihat atau mendengar berita mengenai peristiwa yang ajaib sebagai lambang kekaguman.

: Memperjalankan. Ini membawa erti bahawa Rasulullah bukan berjalan dengan kudrat Baginda pada malam bersejarah itu kerana perjalanan yang hanya memakan tempoh separuh malam itu tidak mungkin boleh dilakukan dengan kemampuan Baginda bahkan Baginda digerakkan oleh kuasa lain yang mampu menjadikan perjalanan berbulan-bulan hanya menjadi separuh malam. Kuasa itu adalah kuasa Allah Ta'ala!

: Hamba-Nya; iaitu Sayyiduna Rasulullah . Ini adalah gelaran kehormat buat Baginda yang membuktikan bahawa Baginda telah mencapai tahap 'Ubudiyyah (perhambaan) yang sempurna dan tertinggi. Menjadi hamba Allah adalah suatu kebanggaan buat seluruh orang beriman. Inilah yang sering kita ulangi dalam sembahyang:

Hanya kepada Engkau kami memperhambakan diri dan hanya daripada Engkau kami memohon pertolongan. [al Fatihah: 5]

Seorang penyair bermadah:

#

Antara perkara yang menambah kemuliaan dan kebanggaanku;Hingga hampir aku menjejak Kejora dengan kakiku.

#

Bila aku termasuk dalam panggilan-Mu, "Wahai para hamba-Ku";Dan Kau jadikan pula Ahmad sebagai Nabiku.

Kemudian, Allah Ta'ala menyandarkan kalimah 'hamba' kepada-Nya dengan menyebut "hamba-Nya" untuk menunjukkan bahawa Baginda berada di dalam kesempurnaan kawalan dan perhatian Allah Ta'ala.[1]

Kalimah ini juga dijadikan dalil oleh para ulama' bahawa peristiwa Isra' & Mi'raj berlaku dengan jasad dan roh Baginda bukannya di dalam mimpi.[2]

: Pada waktu malam. Ini menunjukkan peristiwa ini berlaku pada waktu malam. Kemudian kalimah ini di'nakirah'kan bagi menunjukkan singkatnya tempoh malam tersebut.[3] Ertinya peristiwa Isra' Mi'raj berlaku pada waktu malam dalam tempoh yang sangat singkat. Jika timbul pertanyaan: Kenapa peristiwa ini berlaku pada waktu malam? Kenapa tidak berlaku pada waktu siang agar boleh dilihat oleh kaum musyrikin sehingga mereka tidak boleh mendustakan Baginda?

Jawapannya: Berlakunya peristiwa ini pada waktu malam lebih mendalam kesannya bagi menunjukkan keajaiban peristiwa ini di samping menguji keutuhan iman kaum Muslimin ketika itu bahkan sebenarnya sama saja jika peristiwa ini berlaku pada waktu siang sekalipun, kaum musyrikin tetap mendustakan Baginda dan menyatakan bahawa ia adalah sebahagian sihir sepertimana yang pernah mereka katakan ketika melihat mukjizat Rasulullah .

: Kami berkati sekitarnya. Kawasan sekitar Bait al Maqdis itu diberkati oleh Allah Ta'ala dengan tumbuhnya pepohonan dan mengalirnya sungai sebagaimana yang disebutkan oleh golongan mufassirin.[4] Allah Ta'ala membahasakan Diri-Nya dengan kata ganti diri 'Kami' bagi menunjukkan betapa hebatnya keberkatan yang dilimpahkan ke atas Bait al Maqdis dan kawasan sekitarnya.

: Untuk Kami perlihatkan kepadanya sebahagian tanda-tanda (kekuasaan & kebijaksanaan) Kami. Inilah hikmah yang ingin dizahirkan oleh Allah Ta'ala apabila Dia memperjalankan Sayyiduna Rasulullah pada malam tersebut supaya apabila Baginda melihat tanda-tanda itu, maka hati Baginda menjadi tenang dan bertambah yakin terhadap kekuasaan dan kehebatan Allah Ta'ala. Di saat ini, Baginda telah mencapai martabat 'Ainul Yaqin'.[5] Sama seperti Sayyiduna Ibrahim yang telah mencapai martabat 'al Yaqin' setelah melihat tanda-tanda kekuasaan Allah Ta'ala. Firman Allah Ta'ala ketika menceritakan tentang Nabi Ibrahim :

Dan demikianlah Kami perlihatkan kerajaan langit dan bumi kepada Ibrahim supaya dia menjadi sebahagian daripada golongan orang-orang yang yakin (terhadap kekuasaan Kami). [al An'aam: 75]

: Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat. Yang masyhurnya, kata ganti diri '' (Dia) kembali kepada Allah Ta'ala sepertimana yang saya terjemahkan di sini. Ertinya Dia Maha Mendengar dan Maha Melihat segala tindak-tanduk Rasulullah pada malam itu. Ada yang mengatakan bahawa kata ganti diri ini kembali kepada Sayyiduna Rasulullah . Ertinya Baginda mendengar segala bunyi yang wujud dalam peristiwa itu tanpa terlindung dan melihat segala perkara tanpa terserong. Allah Ta'ala berfirman:

Penglihatan (Rasulullah) tidak berpaling (daripada melihat dengan tepat) dan tidak pula melampaui batas. [al Najm: 17]

Humair,Hayyu Sabi', Madinah Nasr,Kaherah, MESIR.

Bibliografi:[1] Al Quran Mushaf Malaysia dan Terjemahan, cetakan tahun 2006, terbitan Yayasan Restu.[2] Tafsir al Jalalain, Syeikh Jalaluddin al Mahalli & Syeikh Jalaluddin al Suyuti, cetakan kedua 1995 M (1415 H), terbitan Darul Jiil, Beirut.[3] Hasyiah al Sowi 'ala Tafsir al Jalalain, al 'Allamah Syeikh Ahmad bin Muhammad al Sowi al Maliki, tahqiq Syeikh Toha Abdur Rauf Sa'ad, terbitan Maktabah al Thaqofah al Diniyyah, Kaherah.[4] Rowai'ul Bayan Tafsir Ayatil Ahkam minal Quran, juzu' kedua, Syeikh Muhammad 'Ali al Sobuni, cetakan pertama 1999 M (1420 H), terbitan Dar al Sobuni.

[1] Rowai'ul Bayan Tafsir Ayat al Ahkam minal Quran, m/s: 431.[2] Hasyiah al Sowi, juzu' kedua, m/s: 560.[3] Tafsir al Jalalain, m/s: 282.[4] Hasyiah al Sowi, juzu' kedua, m/s: 561.[5] Yaqin itu ada tiga peringkat: 'Ilmul Yaqin, Haqqul Yaqin & 'Ainul Yaqin. 'Ainul Yaqin lebih tinggi kerana ia adalah keyakinan yang dicapai setelah melihat sesuatu perkara itu dengan mata kepala.Oleh: Danial Farhan @ Humair pada 9:11 PG

http://wwwhumair-humair.blogspot.com/2009/06/isra-miraj-di-sebalik-butir-kalimah.html