Upload
iphul-bugy-wara
View
42
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
T.A.K PADA PASIEN DENGAN KONSEP DIRI : HARGA DIRI RENDAH
A. PENGERTIAN
Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan-perasaan tentang
diri dan kemampuan diri yang negate yang dapat diekspresikan secara
langsung atau tidak langsung (Townsend, 1998:72).
Harga diri rendah adalah suatu kondisi di mana individu menilai
dirinya negatif (Carpenito, 1998:847).
Harga diri rendah adalah perasaan negative terhadap diri sendiri
termasuk rasa percaya diri, tidak erharga, tidak berguna, tidak berdaya,
pesimis, tidak ada harapan dan putus asa (Depkes RI, 1996).
Jadi dapat disimpulkan bahwa harga diri rendah adalah perasaan
negative terhadap diri sendiri yang diekspresikan secara langsung ataupun
tidak langsung.
B. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala HDR (Ticker, 1998:21) :
1. Mengungkapkan penilaian negatif tentang diri.
2. Mengekspresikan malu atau bersalah.
3. Evaluasi terhadap diri sendiri sebagai tidak mampu menghadapi
peristiwa.
4. Ragu-ragu mencoba sesuatu dan situasi yang baru.
5. Mencari alas an atau menolak umpan balik positif.
6. Merasionalkan kegagalan pribadi.
7. Sangat peka terhadap kritikan.
8. Menyangkut masalah-masalah yang lalu pada orang lain.
Tanda dan gejala HDR (Stuart and Sunden, 1998:230) :
1. Mengkritik diri sendiri dan orang lain.
2. Penurunan produktivitas.
3. Gangguan dalam berhubungan.
4. Destruktif yang diarahkan orang lain.
5. Perasaan tidak mampu.
6. Rasa bersalah.
7. Mudah tersinggung.
8. Perasaan negative mengenai tubuhnya sendiri.
9. Pandangan hidup yang bertentangan.
10. Destruktif terhadap diri sendiri.
11. Keluhan fisik.
12. Pandangan hidup yang pesimis.
13. Penyalahgunaan obat.
14. Menarik diri secara social.
15. Menarik diri dari realita, khawatir.
C. PENYEBAB TERJADINYA MASALAH HDR
Pada klien yang mengalami gangguan konsep diri harga diri rendah karena
mekanisme koing yang tidak efektif maka klien merasakan minder, tidak
mampu, dan tidak berdaya. Hal ini terjadi karena :
a. Privacy yang kurang diperhatikan.
b. Perlakuan petugas yang kurang baik.
c. Harapan akan struktur, bentuk, dan fungsi tubuh, gangguan tidak tercapai
karena kurang dirawat.
Dari ketiga hal di atas, maka akan menyebabkan individu paling menyendiri
sehingga ia akan memikirkannya secara terus-menerus sehingga rangsangan
internal terus diikuti yang kemudian akan menyebabkan atau mengakibatkan
menarik diri.
D. AKIBAT HDR
Harga diri rendah dapat mengakibatkan terjadinya “isolasi sosial :
menarik diri “ yaitu keadaan di mana individu mengalami/merasakan
kebutuhan/keinginan atau meningkatkan ketertiban dengan orang lain tetapi
tidak mampu untuk membuat kontak (Carpenito, 2001).
Harga diri rendah disebabkan oleh ketidakmampuan untuk percaya
kepada orang lain, kerentanan seseorang, rendah diri, system pendukung yang
tidak adekuat, ego kurang berkembang, kemungkinan factor herediter dan
disfungsi system keluarga.
Dari teori di atas, penyebab yang muncul adalah mekanisme koping individu
yang tidak efektif (kelainan perilaku adaptif dan kemampuan memecahkan
masalah saat menghadapi kebutuhan hidup akan peran tertentu).
Adapun tanda dan gejala menarik diri adalah :
a. Apatis, ekspresi wajah sedih, afek tumpul.
b. Menghindari orang lain (menyendiri).
c. Komunikasi kurang atau tidak ada.
d. Tidak merawat dan memperhatikan kebersihan diri.
e. Mengisolasi diri.
f. Harga diri rendah.
g. Posisi janin saat tidur.
h. Kurang energi
i. Aktivitas menurun
j. Retensi urine dan feses
E. FAKTOR PREDISPOSISI
Faktor predisposisi adalah factor resiko yang mempengaruhi jenis dan
jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress
(Stuart and Sunden, 1998:229)
Faktor predisposisi HDR antara lain :
1. Penolakan orang tua
2. Harapan orang tua yang tidak realistis.
3. Kegagalan yang berulang kali.
4. Kurang mempunyai tanggungjawab personal.
5. Ideal diri yang tidak realistis.
F. FAKTOR PRESIPITASI
Faktor presipitasi adalah stimulus yang dipersepsikan oleh individu
sehingga tantangan, ancaman, atau tuntutan dan yang memerlukan energy
ekstra untuk koping (Stuart and Sunden, 1998:33).
Faktor presipitasi dapat ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal (
Stuart and Sunden), factor tersebut antara lain :
1. Trauma seperti penganiayaan seksual, dan psikologis atau menyaksikan
kejadian yang mengancam kehidupan.
2. Ketegangan peran berhubungan dengan peran/posisi yang diharapkan di
mana individu mengalaminya sebagai frustasi.
Ada 3 jenis transisi peran yaitu :
a. Transisi peran perkembangan
Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan
individu/keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai dan tekanan
untuk menyesuaikan diri. Perubahan normative ini berkaitan dengan
pertumbuhan.
b. Transisi peran situasi
Terjadi dengan bertambahnya atau berkurangnya anggota-anggota
keluarga melalui kelahiran atau kematian.
c. Transisi peran sehat sakit
Sebagai akibat pergeseran keadaan sehat ke keadaan sakit.
Transisi ini dicetuskan oleh :
1. Kehilangan bagian tubuh
2. Prosedur medis
3. Perubahan ukuran, bentuk, penampilan dan fungsi tubuh.
G. POHON MASALAH
akibat
masalah utama
penyebab
H. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI
1. Isolasi social : menarik diri (MD)
Keadaan di mana individu mengalami/merasakan kebutuhan/keinginan
atau meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu
membuat kontak (Carpenito, 2001).
DS : - Kurang bergairah
Suka menyendiri
Banyak tidur siang
DO : - Tidak komunikatif
Melamun dan menyendiri
Tampak diam
Tidak berlebihan
Isolasi social : menarik diri
Harga diri rendah (HDR)
Mekanisme koping tidak efektif
Tinggal di tempat tidur dalam waktu yang lama.
2. Harga diri rendah (HDR)
Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan-perasaan tentang diri
dan kemampuan diri yang negate yang dapat diekspresikan secara
langsung atau tidak langsung (Townsend, 1998:72).
DS :
Selera makan kurang
Tidak berani menatap lawan bicara
Merusak diri/orang lain dan lingkungan.
Nada suara rendah/lemah.
DO:
Khawatir
Wajah murung
Penampilan tidak rapi
Banyak menunduk
3. Mekanisme koping yang tidak efektif
Adalah suatu metode/cara yang dimiliki seseorang untuk
memecahkan/menyelesaikan masalah tetapi metode tersebut dirasa kurang
efektif sehingga masalah yang ada malah tidak dapat diselesaikan.
DS : - merasa minder
Tidak mampu
Tidak berdaya
I. DIAGNOSA
1. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
2. Mekanisme koping yang tidak efektif
3. Resiko isolasi social : menarik diri
J. TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
TUM : Klien memiliki konsep diri yang positif.
TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan
perawat.
a. Kriteria evaluasi :
Setelah…….kali interaksi, klien menunjukkan ekspresi wajah
bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat
tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, klien mau
duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah
yang dihadapi.
b. Intervensi :
Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip
komunikasi terapeutik :
i. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal.
ii. Perkenalkan diri dengan sopan.
iii. Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai klien.
iv. Jelaskan tujuan pertemuan.
v. Jujur dan menepati janji.
vi. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
vii. Beri perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar klien.
TUK II : Klien dapat mengidentifikasi aspek positif dan
kemampuan yang dimiliki
a. Kriteria evaluasi :
Setelah…….kali interaksi, klien menyebutkan :
i. Aspek positif dan kemampuan yang dimiliki.
ii. Aspek positif keluarga.
iii. Aspek positif lingkungan klien.
b. Intervensi :
i. Diskusikan dengan klien tentang:
Aspek positif yang dimiliki klien, keluarga dan lingkungan.
Kemampuan yang dimiliki klien.
ii. Bersama klien, buat daftar tentang :
Aspek positif klien, keluarga dan lingkungan.
Kemampuan yang dimiliki klien.
iii. Beri pujian yang realistis, hindarkan member penilaian negative.
TUK III : Klien dapat menilai kemampuan yang dimiliki untuk
dilaksanakan.
a. Kriteria evaluasi :
Setelah……kali interaksi klien menyebutkan kemampuan yang
dapat dilakukan.
b. Intervensi :
i. Diskusikan dengan klien kemampuan yang dapat dilaksanakan.
ii. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan pelaksanaannya.
TUK IV : Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki.
a. Kriteria evaluasi :
Setelah……kali interaksi klien dapat membuat rencana kegiatan
harian.
b. Intervensi :
a. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan
setiap hari sesuai kemampuan klien :
Kegiatan mandiri
Kegiatan dengan bantuan
b. Tingkatkan kegiatan sesuai kondisi klien.
c. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat dilakukan
klien.
TUK V : Klien dapat melakukan kegiatan sesuai rencana yang
dibuat.
a. Kriteria hasil :
Setelah…….kali interaksi klien dapat melakukan kegiatan sesuai
jadwal yang dibuat.
b. Intervensi :
i. Anjurkan klien untuk melaksanakan kegiatan yang telah
direncanakan.
ii. Pantau kegiatan yang dilaksanakan klien.
iii. Beri pujian atas usaha yang dilakukan klien.
iv. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan kegiatan setelah pulang.
TUK VI : Klien dapat memanfaatkan system pendukung yang
ada.
a. Kriteria evaluasi :
Setelah.….kali interaksi klien memanfaatkan system pendukung
yang ada di keluarga
b. Intervensi :
i. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat
klien dengan HDR.
ii. Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat.
iii. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
II. Metode Therapy Aktivitas Kelompok
a. Stimulasi Kognitif / Persepsi
Klien dilatih mempersepsikan stimulus, yang disediakan atau yang pernah
dialami. Kemampuan persepsi klien dievaluasi dan ditingkatkan pada tiap sesi.
Dengan proses ini diharapkan respon klien terhadap berbagai stimulus dalam
kehidupan menjadi adaptif.
1) Stimulasi Sensoris
Aktivitas digunakan sebagai stimulus pada sensori klien, kemudian
diobservasi reaksi sensori klien terhadap stimulus yang disediakan berupa
ekspresi perasaan secar non-verbal.
2) TAK Orientasi Realitas
Klien diorientasikan kepada kenyataan yang ada disekitarnya (diri sendiri,
orang lain disekelilingnya, orang yang dekat dengan klien, dan lingkunan yang
mempunyai hubungan dengan klien).
Demikian pula dengan orientasi waktu saat ini, waktu yang lalu dan rencana
kedepan, aktivitas dapat berupa orientasi orang, waktu, tempat, benda yang ada
disekitar dan semua kondisi nyata.
3) TAK Sosialisasi
Merupakan suatu upaya untuk memfasilitasi kemampuan sosialisasi sejumlah
klien dengan masalah hubungan sosial. Tujuan umum dari terapi ini ialah klien
dapat meningkatkan hubungan sosial dalam kelompok secara bertahap. Sosialisasi
dapat juga dilakukan secara bertahap dari interpersonal, kelompok dan massa.
Aktifitas dapat berupa latihan sosialisasi dalam kelompok.
b. Metode
Ada 3 macam metode dalam TAK ini antara lain :
Dinamika kelompok.
Diskusi dan tanya jawab.
Bermain peran atau simulasi.
Ini sangat baik untuk terapi dengan klien yang memerlukan fasilitas dalam
mengembangkan kemampuan mengingat, meningkatkan ketenangan dan
mengontrol emosi.
Kegiatan ini dinamakan shering perasaan dimana anggota akan belajar untuk
saling berkomunikasi yang memiliki tujuan mengutarakan perasaan dan persepsi
dalam memperjelas sesuatu masalah yang diungkapkan, sehingga secara bertahap
klien akan melakukan hubungan sosial dengan orang lain.
TAK STIMULASI PERSEPSI: HARGA DIRI RENDAH
Sesi 1: Identifikasi Hal Positif pada Diri
I. Tujuan Umum
1. Klien memiliki konsep diri yang positi
II. Tujuan khusus
1. Klien dapat mengidentifikasi pengalaman yang tidak menyenangakan
2. Klien dapat mengidentifikasi hal positif pada dirinya
III. Kriteria anggota
Klien sebagai anggota yang mengikuti therapy aktivitas kelompok ini adalah
1. Klien yang tidak terlalu gelisah.
2. Klien yang bisa kooperatif dan tidak mengganggu berlangsungnya Terapi
Aktifitas Kelompok.
3. Klien tindak kekerasan yang sudah sampai tahap mampu berinteraksi
dalam kelompok kecil.
4. Klien tenang dan kooperatif
5. Kondisi fisik dalam keadaan baik.
6. Mau mengikuti kegiatan terapi aktivitas
IV. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Therapy aktivitas Kelompok ini dilaksanakan pada:
Hari / Tanggal :
Waktu :
Tempat :
V. Nama Klien dan Ruangan
Klien yang mengikuti kegiatan berjumlah 5 orang, sedangkan yang
lainnya sebagai cadangan jika klien yang ditunjuk berhalangan.
Adapun nama-nama klien yang akan mengikuti TAK serta pasien sebagai
cadangan yaitu:
Klien peserta TAK :
a) Tn.
b) Tn.
c) Tn.
d) Tn.
e) Tn.
Klien peserta TAK cadangan:
(a) Tn.
(b) Tn.
VI. Metode dan Alat
TAK kali ini tidak menggunakan alat atau media yang spesifik,
penggunaan alat hanya yang ada diruangan saja seperti :
1. Spidol sebanyak jumlah klien yang mengikuti TAK
2. Kertas putih HVS 2 kali jumlah klien yang mengikuti TAK
Metode
1. Diskusi
2. Permainan
VII. Susunan Pelaksana
Yang bertugas dalam TAK kali ini disesuaikan dengan petugas sesi 1 yang
telah disepakati, sebagai berikut:
Leader :
Co. Leader :
Fasilitator 1 :
Fasilitator 2 :
Fasilitator 3 :
Fasilitator 4 :
Fasilitator 5 :
Fasilitator 6 :
Observer :
VIII. Uraian Tugas Pelaksana
a) Leader
Tugas :
i. Katalisator, yaitu mempermudah komunikasi dan interaksi dengan
jalan menciptakan situasi dan suasana yang memungkinkan klien
termotivasi untuk mengekspresikan perasaannya.
ii. Auxilery Ego, yaitu sebagai penopang bagi anggota yang terlalu
lemah atau mendominasi.
iii. Koordinator, yaitu Mengarahkan proses kegiatan kearah
pencapaian tujuan dengan cara memberi motivasi kepada anggota
untuk terlibat dalam kegiatan.
b) Co. Leader
Tugas :
i. Membuka acara.
ii. Mendampingi Leader.
iii. Mengambil alih posisi Leader jika Leader bloking.
iv. Menyerahkan kembali posisi kepada Leader.
v. Menutup acara diskusi.
c) Fasilitator
Tugas :
i. Mempertahankan kehadiran peserta.
ii. Mempertahankan dan meningkatkan motivasi peserta.
iii. Mencegah gangguan atau hambatan terhadap kelompok baik dari
luar maupun dari dalam kelompok.
d) Observer
Tugas :
i. Mengidentifikasi isue penting dalam proses
ii. Mengidentifikasi strategi yang digunakan Leader
iii. Mengamati dan mencatat :
1) Jumlah anggota yang hadir
2) Siapa yang terlambat
3) Daftar hadir
4) Siapa yang memberi pendapat atau ide
5) Topik diskusi
iv. Mencatat modifikasi strategi untuk kelompok pada sesion atau
kelompok yang akan datang.
v. Memprediksi respon anggota kelompok pada sesion berikutnya.
IX.MEKANISME KEGIATAN
Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang
Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Memilih klien sesuai dengan indikasi yaitu klien dengan gangguan konsep
diri : Harga diri rendah
b. Membuat kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
1) Salam terapeutik
a. Salam dari terapis kepada klien
b. Perkenalkan nama dan panggilan terapis ( pakai papan nama )
c. Menanyakan nama dan panggilan semua klien ( beri papan nama )
2) Evaluasi / validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini
3) Kontrak
a. Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu bercakap – cakap tentang
hal positif diri sendiri
b. Terapis menjelaskan aturan main berikut :
Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta
izin kepada terapis
Lama kegiatan 45 menit
Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
4) Tahap kerja
a. Terapis memperkenalkan diri : nama lengkap dan nama panggilan
serta memakai papan nama.
b. Terapis membagikan kertas dan spidol kepada klien.
c. Terapis meminta tiap klien menulis pengalaman yang tidak
menyenangkan.
d. Terapis memberi pujian atas peran serta klien
e. Terapis membagikan kertas yang kedua
f. Terapis meminta tiap klien menulis hal positif tentang diri sendiri :
kemampuan yang dimiliki, kegiatan yang biasa dilakukan dirumah
dan di RS.
g. Terapis meminta klien membacakan hal positif yang sudah ditulis
secara bergiliran sampai semua klien mendapat giliran.
h. Terapis memberi pujian pada setiap peran serta klien.
5) Tahap terminasi
a. Evaluasi
a) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
b) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Tindak lanjut
Terapis meminta klien menulis hal positif lain yang belum tertulis
c. Kontrak yang akan datang
a) Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu melatih hal positif
diri yang dapat diterapkan di RS dan dirumah.
b) Menyepakati waktu dan tempat
Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi
Evalusi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang di evalusai adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk
TAK stimulus presepsi : harga diri rendah Sesi 1, kemamapuan klien yang diharapkan
adalah menuliskan pengalaman yang tidak menyenangkan dan aspek positif
( kemampuan ) yang di miliki. Formulir evaluasi sebagai berikut .
Sesi 1
Stimulus persepsi : harga diri rendah
Kemampuan menulis pengalaman yang tidak menyenangkan dan hal positif diri
sendiri
No. Nama Klien Menulis pengalaman yang tidak
menyenangkan
Menulis hal
positif diri sendiri
1
2
3
4
5
6
7
8
Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan menulis pengalaman
yang tidak menyenangkan dan aspek positif diri sendiri. Beri tanda ( √ ) jika
klien mampu dan tanda ( x ) jika klien tidak mampu.
Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan tiap klien. Contoh : klien mengikuti Sesi 1, TAK stimulus
persepsi harga diri rendah. Klien mampu menuliskan tiga hal pengalaman yang
tidak menyenangkan, mengalami kesulitan menyebutkan hal positif diri.
Anjurkan klien menulis kemampuan dan hal positif dirinya dan tingkatkan
reinforcement ( pujian )
Sesi 2 : Melatih Positif pada Diri
I. Tujuan umum
Klien memiliki konsep diri yang positif
II. Tujuan khusus
1. Klien dapat menilai hal positif diri yang dapat digunakan.
2. Klien dapat memilih hal positif diri yang akan dilatih.
3. Klien dapat melatih hal positif diri yang telah dilatih.
4. Klien dapat menjadwalkan penggunaan kemampuan yang telah dilatih.
III. Kriteria anggota
Klien sebagai anggota yang mengikuti therapy aktivitas kelompok ini
adalah
7. Klien yang tidak terlalu gelisah.
8. klien yang bisa kooperatif dan tidak mengganggu berlangsungnya
Terapi Aktifitas Kelompok.
9. Klien HDR yang sudah sampai tahap mampu berinteraksi dalam
kelompok kecil.
10. Klien tenang dan kooperatif
11. Kondisi fisik dalam keadaan baik.
12. Mau mengikuti kegiatan terapi aktivitas
13. Sudah mengikuti TAK Sesi 1
IV. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Therapy aktivitas Kelompok ini dilaksanakan pada:
Hari / Tanggal :
Waktu :
Tempat :
V. Nama Klien dan Ruangan
Klien yang mengikuti kegiatan berjumlah 5 orang, sedangkan yang
lainnya sebagai cadangan jika klien yang ditunjuk berhalangan.
Adapun nama-nama klien yang akan mengikuti TAK serta pasien sebagai
cadangan yaitu:
Klien peserta TAK :
a) Tn.
b) Tn.
c) Tn.
d) Tn.
e) Tn.
Klien peserta TAK cadangan:
(a) Tn.
(b) Tn.
VI. Metode dan Alat
TAK kali ini tidak menggunakan alat atau media yang spesifik,
penggunaan metode dan alat hanya yang ada diruangan saja seperti :
Alat
1. Spidol dan papan tulis
2. Sesuaikan dengan kemampuan yang akan dilatih
3. Kertas daftar kemampuan positif pada Sesi 1
4. Jadwal kegiatan sehari – hari dan pulpen
5. Tape recorder
6. kaset tape
7. gelas plastik
Metode
1. Diskusi dan tanya jawab
2. Bermain peran
3. Dinamika kelompok
VII. Susunan Pelaksana
Yang bertugas dalam TAK kali ini disesuaikan dengan petugas sesi 1 yang
telah disepakati, sebagai berikut:
Leader :
Co. Leader :
Fasilitator 1 :
Fasilitator 2 :
Fasilitator 3 :
Fasilitator 4 :
Fasilitator 5 :
Fasilitator 6 :
Observer :
VIII. Uraian Tugas Pelaksana
a) Leader
Tugas :
i. Katalisator, yaitu mempermudah komunikasi dan interaksi
dengan jalan menciptakan situasi dan suasana yang
memungkinkan klien termotivasi untuk mengekspresikan
perasaannya.
ii. Auxilery Ego, yaitu sebagai penopang bagi anggota yang
terlalu lemah atau mendominasi.
iii. Koordinator, yaitu Mengarahkan proses kegiatan kearah
pencapaian tujuan dengan cara memberi motivasi kepada
anggota untuk terlibat dalam kegiatan.
b) Co. Leader
Tugas :
i. Membuka acara.
ii. Mendampingi Leader.
iii. Mengambil alih posisi Leader jika Leader bloking.
iv. Menyerahkan kembali posisi kepada Leader.
v. Menutup acara diskusi.
c) Fasilitator
Tugas :
i. Mempertahankan kehadiran peserta.
ii. Mempertahankan dan meningkatkan motivasi peserta.
iii. Mencegah gangguan atau hambatan terhadap kelompok baik
dari luar maupun dari dalam kelompok.
d) Observer
Tugas :
i. Mengidentifikasi isue penting dalam proses
ii. Mengidentifikasi strategi yang digunakan Leader
iii. Mengamati dan mencatat :
1.Jumlah anggota yang hadir
2.Siapa yang terlambat
3.Daftar hadir
4.Siapa yang memberi pendapat atau ide
5.Topik diskusi
iv. Mencatat modifikasi strategi untuk kelompok pada sesion
atau kelompok yang akan datang.
v. Memprediksi respon anggota kelompok pada sesion
berikutnya.
IX. MEKANISME KEGIATAN
A. Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
2. Sesuaikan dengan kemampuan yang akan dilatih.
3. Ruangan nyaman dan tenang.
Keterangan:
Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah mengikuti Sesi 1
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1. Salam dari terapis kepada klien
2. Klien dan terapis pakai papan nama
b. Evaluasi / validasi
1. Menanyakan perasaan klien saat ini
2. Menanyakan apakah ada tambahan hal positif klien
c. Kontrak
1. Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu melatih hal positif pada
klien
2. Terapis menjelaskan aturan main berikut :
Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta
izin kepada terapis
Lama kegiatan 45 menit
Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
3. Tahap kerja
a. Siapkan peserta, 2 fasilitator membentuk perangkap dengan
bergandengan tangan dan anggota kelompok membentuk barisan
memanjang ke belakang sambil memegang pundak di depannya.
b. Hidupkan kaset pada tape recorder.
c. Pada saat tape dimatikan, anggota kelompok yang masuk perangkap
mendapatkan giliran untuk menyebutkan kembali daftar kemampuan
positif pada sesi 1 kemudian menyebutkan kemampuan yang menjadi
pilihannya dan menulisnya di whiteboard.
d. Ulangi a, b dan c sampai semua anggota kelompok mendapat giliran.
e. Hidupkan kembali kaset pada tape recorder dan mainkan permainannya
lagi. Pada saat tape dimatikan, minta pada anggota kelompok yang masuk
perangkap untuk menyebutkan kembali daftar kemampuan positif pada
sesi 1 kemudian menyebutkan kemampuan yang menjadi pilihannya dan
menulisnya di whiteboard.
f. Ulangi e sampai semua anggota mendapat giliran.
g. Kemudian terapis mengidentifikasi kegiatan yang paling banyak dipilih
oleh pasien diambil untuk dilatih.
h. Terapis melatih cara pelaksanaan kegiatan / kemampuan yang dipilih
dengan cara berikut:
1. Terapis memperagakan
2. Klien memperagakan ulang ( semua klien mendapat giliran )
3. Berikan pujian sesuai dengan keberhasilan klien
i. Kegiatan a sampai dengan g, dapat diulang untuk kemampuan / kegiatan
yang berbeda.
j. Beri pujian untuk setiap keberhasilan anggota kelompok dengan member
tepuk tangan.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2. Terapis memberikan pujian kepada kelompok.
b. Tindak lanjut
Terapis meminta klien memasukkan kegiatan yang telah dilatih pada
jadwal kegiatan sehari - hari
c. Kontrak yang akan datang
1. Menyepakati TAK yang akan datang untuk hal positif
2. Menyepakati waktu dan tempat sampai aspek positif selesai dilatih
Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi
Evalusi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang di evalusai adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk
TAK stimulus presepsi : harga diri rendah Sesi 2, kemamapuan klien yang diharapkan
adalah memiliki satu hal positif yang akan dilatih dan memperagakannya. Formulir
evaluasi sebagai berikut.
Sesi 2
Stimulus persepsi : harga diri rendah
Kemampuan melatih kegiatan positif
No Nama Klien Membaca daftar
hal positif
Memilih hal
positif yang akan
Memperagakan
kegiatan positif
dilatih
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan membaca ulang daftar hal
positif dirinya, memilih satu hal positif untuk dilatih dan memperagakan
kegiatan positif tersebut. Beri tanda ( √ ) jika klien mampu dan tanda ( x ) jika
klien tidak mampu.
Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh : klien mengikuti Sesi 2, TAK stimulus persepsi harga
diri rendah. Klien telah melatih merapikan tempat tidur. Anjurkan dan jadwalkan agar
klien melakukannya serta berikan pujian.
STRATEGI PELAKSANAAN
TAK SESI 1
Pertemuan 1 : SP1 TAK
Masalah keperawatan : Harga Diri Rendah
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien :
2. Kriteria anggota :
a. Klien yang tidak terlalu gelisah.
b. klien yang bisa kooperatif dan tidak mengganggu berlangsungnya
Terapi Aktifitas Kelompok.
c. Klien tindak kekerasan yang sudah sampai tahap mampu berinteraksi
dalam kelompok kecil.
d. Klien tenang dan kooperatif
e. Kondisi fisik dalam keadaan baik.
f. Mau mengikuti kegiatan terapi aktivitas.
3. Nama Klien
a. Klien peserta TAK
Tn.
Tn.
Tn.
Tn.
Tn.
Tn.
2) Klien Peserta TAK cadangan
Tn.
Tn.
4. Diagnosa keperawatan : Harga Diri Rendah
5. Tujuan :
TUM : Klien memiliki konsep diri yang positif
TUK I :
- Klien dapat membina hubungan saling percaya.
- Klien dapat mengidentifikasi aspek positif dan kemampuan yang
dimiliki.
- Klien dapat menilai kemampuan yang dimiliki untuk dilaksanakan.
- Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki.
- Klien dapat melakukan kegiatan sesuai rencana yang dibuat.
- Klien dapat memanfaatkan system pendukung yang ada.
6. Tindakan keperawatan
SP1P :
- Mengidentifikasi aspek positif klien.
- Menilai aspek positif klien.
- Memilih aspek positif klien.
- Melatih aspek positif klien.
- Memasukkan dalam rencana harian.
B. STRATEGI PELAKSANAAN (SP)
1. Fase orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi…..Perkenalkan nama saya……Nama mbak siapa?Mbak
biasa dipanggil siapa???Saat ini saya yang bertugas di ruang ini selama
…….. hari.”.
Validasi
“Bagaimana perasaan mbak hari ini?Apa yang dirasakan sekarang?Ada
masalah yang dirasakan?”
Kontrak
“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan dan kegiatan
yang pernah dilakukan baik di rumah maupun di rumah sakit?Kita bisa
ngobrol dimana?Bagaimana kalau di taman saja?Berapa lama kita akan
ngobrol?Bagaimana kalau 15 menit?”
2. Fase kerja
“Sebelum kita mulai,ada yang ingin mbak tanyakan?Baiklah, apa saja
kemampuan yang mbak miliki?Bagus,,,apalagi mbak?Saya tulis dulu ya…
Apa lagi kegiatan yang biasa dilakukan?Bagaimana kalau
merapikan/membersihkan tempat tidur dan menyapu?Oooo,Mbak juga sering
mencuci piring?Bagus sekali…Jadi sekarang ada 4 kemampuan yang mbak
miliki Nah sekarang sudah ada 4 kemampuan yang bisa mbak lakukan.
Sekirnya mana yang mbak bisa lakukan di rumah sakit?Iya mbak, merapikan
tempat tidur juga bisa. Mari kita lakukan.!Bagus mbak bisa merapikan tempat
tidur dengan baik. Mbak bisa melakukannya tiap hari. Alangkah indah dan
nyaman sekali kamar mbak ini.”
3. Fase terminasi
a. Evaluasi subjektif
“Sekarang,bagaimana perasaan mbak setelah kita melakukan latihan tadi?
b. Evaluasi objektif
“Tadi kan mbak punya 4 kemampuan yang dimiliki. Mbak masih ingat
tidak apa saja tadi?Iya benar.”
c. Rencana tindak lanjut
“Mbak, kemampuan-kemampuan tadi kita masukkan ke jadwal yuk!!!
Pertama kali kita mulai dari kegiatan yang pertama kita lakukan tadi,
begini caranya…Ayo dilakukan sendiri!!Iya bagus. Dilanjutkan kegiatan
yang selanjutnya. Mbak, mau berapa hari sekali merapikan tempat
tidur???Iya , mbak bagus!!!Setiap pagi atau sehabis bangun tidur. Kita
masukkan ke jadwal harian ya mbak!!!Nah jadi kan.”
d. Kontrak
- Topik :”Mbak, besok pagi kita lakukan latihan lagi ya mbak
seperti hari ini tapi nanti kita tambah lagi ya???? Besok mau
melakukan apa mbak???Iya baiklah besok ditambah menyapu ya
mbak.”
- Tempat :”Besok kita mau ngobrol di mana mbak???Bagaimana
kalau besok saya datang ke kamar mbak saja??kan besok kita akan
berlatih merapikan tempat tidur, bagaimana mbak???”
- Waktu :”Kalau begitu besok kita bisa ketemu jam berapa
mbak???Bagaimana kalau pagi sekitar jam 08.00 WIB???Setelah
sarapan ya mbak??”
“Berhubung waktu yang sudah kita sepakati telah habis,maka pertemuan
kali ini saya cukupkan sampai di sini dulu ya mbak. Besok kita ketemu
sesuai dengan yang kita sepakati tadi ya mbak???Saya permisi dulu ya
mbak. Sampai ketemu besok mbak. Selamat siang.”
STRATEGI PELAKSANAAN
TAK SESI 2
Pertemuan 2 : SP2 TAK
Masalah keperawatan : Harga Diri Rendah
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien :
2. Kriteria anggota :
a. Klien yang tidak terlalu gelisah.
b. klien yang bisa kooperatif dan tidak mengganggu berlangsungnya
Terapi Aktifitas Kelompok.
c. Klien tindak kekerasan yang sudah sampai tahap mampu berinteraksi
dalam kelompok kecil.
d. Klien tenang dan kooperatif
e. Kondisi fisik dalam keadaan baik.
f. Mau mengikuti kegiatan terapi aktivitas.
B. Nama Klien
1) Klien peserta TAK
Tn.
Tn.
Tn.
Tn.
Tn.
Tn.
2) Klien Peserta TAK cadangan
Tn.
Tn.
3) Diagnosa keperawatan : Harga Diri Rendah
4) Tujuan :
Klien dapat melakukan kegiatan kedua sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki
5) Tindakan Keperawatan
SP2P : - Mengeevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
1. Melatih kemampuan kedua
2. Menganjurkan pasien untuk memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian
B.STRATEGI PELAKSANAAN (SP)
1.Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“ Selamat pagi mbak …. Masih ingat dengan saya ? iya , benar sekali.
b. Validasi
“Bagaimana perasaan mbak … hari ini ? Apakah kegiatan – kegiatan
kemarin sudah dilakukan ? Bagaimana hasilnya setelah melakukanya ?
Iya,bagus.”
c. Kontrak
“Ok,Sesuai kesepakatan kemarin ,hari ini kita bertemu lagi untuk
melakukan kegiatan yang kedua yaitu menyapu.Berapa lama kita akan
melakukan kegiiatan tersebut mbak?Bagaimana kalau 15 menit?Ok,15
menit ya mbak.”
2.Fase Kerja
“Apakah ada yang ingin mbak tanyakan sebelum kita mulai melakukan
kegitan menyapu ? Nah,caranya ambil sapu itu kemudian mulailah
menyapu dari sudut kemudian ketengah.Setelah sudah terkumpul ditengah
kemudian buang ketempat sampah yang sudah disediakan.Bagaimana bisa
kan mbak ? Oooo,, mbak mau mencoba ? Iya mas ,silahkan !!! Coba
mbak menyapu dikamar mbak ini saja dulu.Iya mbak,,bagus sekali.Mbak
bisa melakukan dengan baik.Nah,alangkah lebih bersih dan nyamannya
kamar mbak ini jika disapu setiap hari mbak,mau kan melakukannya ?
Jangan lupa kegiatan ini tadi dimasukkan dalam jadwal kegiatan harian ya
mbak !!!”
3.Fase Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaanya sekarang mbak ?”
b. Evaluasi Obyektif
“Coba mbak sebutkan kegiatan apa saja yang sudahh kita lakukan
mulai kemarin sampai hari ini. Iya,benar sekali mbak.Mbak bisa
melakukan semua kegiatan itu tiap hari,OK !!!”
c. Rencana Tindak Lanjut
“Seperti kemarin ,kegitan yang ini juga dimasukkan kejadwal kegiatan
harian.Mau berapa kali sehari mbak ??
Ok, 3x sehari ya mbak.Pagi,siang dan sore.Masih ingat kan cara
memasukkanya.Iya,benar sekali mbak.”
d. Kontrak
“Yach,waktu kita sudah habis mbak.Tapi tidak apa-apa besok kita
lanjutkan lagi untuk mengetahui sejauh mana mbak …. Melakukan
kegiatan – kegiatan itu dan juga mengetahui manfaatnnya buat mbak
….. Bagaimana apakah mbak bersedia ? Ok, besok saya bisa menemui
mbak ….dimana? Baik,ditaman ya.Jam berapa Mas ? Jam 10.00 ya
mas ? Baiklah kalau begitu,berap lama ?
Bagaiman kalau 15 menit ? Ok,besok saya akan menemui mbak …..
ditaman jam 10.00 pagi ya. Sampai ketemu besok ya mbak.Saya
permisi dulu .Selamat Pagi mbak !!!!”
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, Budi Anna & Akemat. 2004. Keperawatan Jiwa, Terapi Aktivitas Kelompok.
Jakarta: EGC.
Wuyungvh (2010), TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SESI 2. http://wuyungnurse.blogspot.com/2010/01/terapi-aktivitas-kelompok-sesi-2.html. Diakses pada tanggal
Darsana, Wayan (2009), http://darsananursejiwa.blogspot.com/2009/09/pedoman-
pelaksanaan-terapi-aktivitas.html. Diakses pada tanggal
Stuart, Gail W.2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5 . Jakarta: EGC.
Yosep, Iyus.2007. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama