73
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No.4893 KEUANGAN NEGARA. Pajak. Penghasilan. Perubahan.(Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 133) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENT ANG PAJAK PENGHASILAN I. UMUM 1. Peraturan perundang-undangan perpajakan yang mengatur tentang Pajak Penghasilan yang berlaku sejak 1 Januari 1984 adalah Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan. Undang-Undang Pajak Penghasilan ini dilandasi falsafah Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang di dalamnya tertuang ketentuan yang menjunjung tinggi hak warga negara dan menempatkan kewajiban perpajakan sebagai kewajiban kenegaraan dan merupakan sarana peran serta rakyat dalam pembiayaan negara dan pembangunan nasional. 2. Dengan pesatnya perkembangan sosial ekonomi sebagai hasil pembangunan nasional dan globalisasi serta reformasi di berbagai bidang dipandang perlu untuk dilakukan perubahan Undang-Undang tersebut guna meningkatkan fungsi dan peranannya dalam rangka mendukung kebijakan pembangunan nasional khususnya di bidang ekonomi. www.djpp.kemenkumham.go.id

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI...perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi,

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI...perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi,

TAMBAHANLEMBARAN NEGARA RI

No.4893 KEUANGAN NEGARA. Pajak. Penghasilan.Perubahan.(Penjelasan Atas Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2008 Nomor 133)

PENJELASAN

ATAS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 36 TAHUN 2008

TENTANG

PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG

NOMOR 7 TAHUN 1983 TENT ANG PAJAK PENGHASILAN

I. UMUM

1. Peraturan perundang-undangan perpajakan yang mengatur tentang PajakPenghasilan yang berlaku sejak 1 Januari 1984 adalah Undang-UndangNomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telahbeberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun2000 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun1983 tentang Pajak Penghasilan. Undang-Undang Pajak Penghasilan inidilandasi falsafah Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945 yang di dalamnya tertuang ketentuan yangmenjunjung tinggi hak warga negara dan menempatkan kewajibanperpajakan sebagai kewajiban kenegaraan dan merupakan sarana peranserta rakyat dalam pembiayaan negara dan pembangunan nasional.

2. Dengan pesatnya perkembangan sosial ekonomi sebagai hasilpembangunan nasional dan globalisasi serta reformasi di berbagai bidangdipandang perlu untuk dilakukan perubahan Undang-Undang tersebutguna meningkatkan fungsi dan peranannya dalam rangka mendukungkebijakan pembangunan nasional khususnya di bidang ekonomi.

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 2: TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI...perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi,

No.4893 2

3. Perubahan Undang-Undang Pajak Penghasilan dimaksud tetap berpegangpada prinsip-prinsip perpajakan yang dianut secara universal, yaitukeadilan, kemudahan, dan efisiensi administrasi, serta peningkatan danoptimalisasi penerimaan negara dengan tetap mempertahankan sistem selfassessment. Oleh karena itu, arah dan tujuan penyempurnaan Undang-Undang Pajak Penghasilan ini adalah sebagai berikut:

a. lebih meningkatkan keadilan pengenaan pajak;

b. lebih memberikan kemudahan kepada Wajib Pajak;

c. lebih memberikan kesederhanaan administrasi perpajakan;

d. lebih memberikan kepastian hukum, konsistensi, dan transparansi; dan

e. lebih menunjang kebijakan pemerintah dalam rangka meningkatkandaya saing dalam menarik investasi langsung di Indonesia baikpenanaman modal asing maupun penanaman modal dalam negeri dibidang-bidang usaha tertentu dan daerah-daerah tertentu yangmendapat prioritas.

4. Dengan berlandaskan pada arah dan tujuan penyempurnaan tersebut perludilakukan perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentangPajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhirdengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 tentang PerubahanKetiga atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang PajakPenghasilan meliputi pokok-pokok sebagai berikut:

a. dalam rangka meningkatkan keadilan pengenaan pajak maka dilakukanperluasan subjek dan objek pajak dalam hal-hal tertentu danpembatasan pengecualian atau pembebasan pajak dalam hal lainnya;

b. dalam rangka meningkatkan daya saing dengan negera-negara lain,mengedepankan prinsip keadilan dan netralitas dalam penetapan tarif,dan memberikan dorongan bagi berkembangnya usaha-usaha kecil,struktur tarif pajak yang berlaku juga perlu diubah dan disederhanakanyang meliputi penurunan tarif secara bertahap, terencana, pembedaantarif, serta penyederhanaan lapisan yang dimaksudkan untukmemberikan beban pajak yang lebih proporsional bagi tiap-tiapgolongan Wajib Pajak tersebut; dan

c. untuk lebih memberikan kemudahan kepada Wajib Pajak, sistem selfassessment tetap dipertahankan dan diperbaiki. Perbaikan terutamadilakukan pada sistem pelaporan dan tata cara pembayaran pajakdalam tahun berjalan agar tidak mengganggu likuiditas Wajib Pajakdan lebih sesuai dengan perkiraan pajak yang akan terutang. Bagi

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 3: TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI...perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi,

No.48933

Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaanbebas, kemudahan yang diberikan berupa peningkatan batas peredaranbruto untuk dapat menggunakan norma penghitungan penghasilanneto. Peningkatan batas peredaran bruto untuk menggunakan norma inisejalan dengan realitas dunia usaha saat ini yang makin berkembangtanpa melupakan usaha dan pembinaan Wajib Pajak agar dapatmelaksanakan pembukuan dengan tertib dan taat asas.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal I

Angka 1

Pasal 1

Undang-Undang ini mengatur pengenaan Pajak Penghasilanterhadap subjek pajak berkenaan dengan penghasilan yang diterimaatau diperolehnya dalam tahun pajak. Subjek pajak tersebut dikenaipajak apabila menerima atau memperoleh penghasilan. Subjekpajak yang menerima atau memperoleh penghasilan, dalamUndang-Undang ini disebut Wajib Pajak. Wajib Pajak dikenai pajakatas penghasilan yang diterima atau diperolehnya selama satu tahunpajak atau dapat pula dikenai pajak untuk penghasilan dalam bagiantahun pajak apabila kewajiban pajak subjektifnya dimulai atauberakhir dalam tahun pajak.

Yang dimaksud dengan “tahun pajak” dalam Undang-Undang iniadalah tahun kalender, tetapi Wajib Pajak dapat menggunakantahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender, sepanjangtahun buku tersebut meliputi jangka waktu 12 (dua belas) bulan.

Angka 2

Pasal 2

Ayat (1)

Huruf a

Orang pribadi sebagai subjek pajak dapat bertempat tinggalatau berada di Indonesia ataupun di luar Indonesia. Warisanyang belum terbagi sebagai satu kesatuan merupakan subjekpajak pengganti, menggantikan mereka yang berhak yaitu ahliwaris. Penunjukan warisan yang belum terbagi sebagai subjekpajak pengganti dimaksudkan agar pengenaan pajak atas

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 4: TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI...perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi,

No.4893 4

penghasilan yang berasal dari warisan tersebut tetap dapatdilaksanakan.

Huruf b

Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yangmerupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupunyang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas,perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha miliknegara atau badan usaha milik daerah dengan nama dandalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun,persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa,organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga,dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektifdan bentuk usaha tetap.

Badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerahmerupakan subjek pajak tanpa memperhatikan nama danbentuknya sehingga setiap unit tertentu dari badanPemerintah, misalnya lembaga, badan, dan sebagainya yangdimiliki oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yangmenjalankan usaha atau melakukan kegiatan untukmemperoleh penghasilan merupakan subjek pajak.

Dalam pengertian perkumpulan termasuk pula asosiasi,persatuan, perhimpunan, atau ikatan dari pihak-pihak yangmempunyai kepentingan yang sama.

Huruf c

Cukup jelas.

Ayat (1a)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Subjek pajak dibedakan menjadi subjek pajak dalam negeri dansubjek pajak luar negeri. Subjek pajak orang pribadi dalamnegeri menjadi Wajib Pajak apabila telah menerima ataumemperoleh penghasilan yang besarnya melebihi PenghasilanTidak Kena Pajak. Subjek pajak badan dalam negeri menjadiWajib Pajak sejak saat didirikan, atau bertempat kedudukan diIndonesia. Subjek pajak luar negeri baik orang pribadi maupunbadan sekaligus menjadi Wajib Pajak karena menerima dan/atau

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 5: TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI...perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi,

No.48935

memperoleh penghasilan yang bersumber dari Indonesia ataumenerima dan/atau memperoleh penghasilan yang bersumberdari Indonesia melalui bentuk usaha tetap di Indonesia. Denganperkataan lain, Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badanyang telah memenuhi kewajiban subjektif dan objektif.Sehubungan dengan pemilikan Nomor Pokok Wajib Pajak(NPWP), Wajib Pajak orang pribadi yang menerimapenghasilan di bawah Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)tidak wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP.

Perbedaan yang penting antara Wajib Pajak dalam negeri danWajib Pajak luar negeri terletak dalam pemenuhan kewajibanpajaknya, antara lain:

a. Wajib Pajak dalam negeri dikenai pajak atas penghasilan baikyang diterima atau diperoleh dari Indonesia maupun dari luarIndonesia, sedangkan Wajib Pajak luar negeri dikenai pajakhanya atas penghasilan yang berasal dari sumber penghasilandi Indonesia;

b. Wajib Pajak dalam negeri dikenai pajak berdasarkanpenghasilan neto dengan tarif umum, sedangkan Wajib Pajakluar negeri dikenai pajak berdasarkan penghasilan brutodengan tarif pajak sepadan; dan

c. Wajib Pajak dalam negeri wajib menyampaikan SuratPemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan sebagai saranauntuk menetapkan pajak yang terutang dalam suatu tahunpajak, sedangkan Wajib Pajak luar negeri tidak wajibmenyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan PajakPenghasilan karena kewajiban pajaknya dipenuhi melaluipemotongan pajak yang bersifat final.

Bagi Wajib Pajak luar negeri yang menjalankan usaha ataumelakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia,pemenuhan kewajiban perpajakannya dipersamakan denganpemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak badan dalamnegeri sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini danUndang-Undang yang mengatur mengenai ketentuan umum dantata cara perpajakan.

Ayat (3)

Huruf a

Pada prinsipnya orang pribadi yang menjadi subjek pajakdalam negeri adalah orang pribadi yang bertempat tinggal

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 6: TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI...perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi,

No.4893 6

atau berada di Indonesia. Termasuk dalam pengertian orangpribadi yang bertempat tinggal di Indonesia adalah merekayang mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia.Apakah seseorang mempunyai niat untuk bertempat tinggal diIndonesia ditimbang menurut keadaan.

Keberadaan orang pribadi di Indonesia lebih dari 183 (seratusdelapan puluh tiga) hari tidaklah harus berturut-turut, tetapiditentukan oleh jumlah hari orang tersebut berada diIndonesia dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan sejakkedatangannya di Indonesia.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Warisan yang belum terbagi yang ditinggalkan oleh orangpribadi subjek pajak dalam negeri dianggap sebagai subjekpajak dalam negeri dalam pengertian Undang-Undang inimengikuti status pewaris. Adapun untuk pelaksanaanpemenuhan kewajiban perpajakannya, warisan tersebutmenggantikan kewajiban ahli waris yang berhak. Apabilawarisan tersebut telah dibagi, kewajiban perpajakannyaberalih kepada ahli waris.

Warisan yang belum terbagi yang ditinggalkan oleh orangpribadi sebagai subjek pajak luar negeri yang tidakmenjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui suatubentuk usaha tetap di Indonesia, tidak dianggap sebagaisubjek pajak pengganti karena pengenaan pajak ataspenghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadidimaksud melekat pada objeknya.

Ayat (4)

Huruf a dan huruf b

Subjek pajak luar negeri adalah orang pribadi atau badanyang bertempat tinggal atau bertempat kedudukan di luarIndonesia yang dapat menerima atau memperolehpenghasilan dari Indonesia, baik melalui maupun tanpamelalui bentuk usaha tetap. Orang pribadi yang tidakbertempat tinggal di Indonesia, tetapi berada di Indonesiatidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 7: TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI...perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi,

No.48937

jangka waktu 12 (dua belas) bulan maka orang tersebutadalah subjek pajak luar negeri.

Apabila penghasilan diterima atau diperoleh melalui bentukusaha tetap maka terhadap orang pribadi atau badan tersebutdikenai pajak melalui bentuk usaha tetap. Orang pribadi ataubadan tersebut, statusnya tetap sebagai subjek pajak luarnegeri. Dengan demikian, bentuk usaha tetap tersebutmenggantikan orang pribadi atau badan sebagai subjek pajakluar negeri dalam memenuhi kewajiban perpajakannya diIndonesia. Dalam hal penghasilan tersebut diterima ataudiperoleh tanpa melalui bentuk usaha tetap maka pengenaanpajaknya dilakukan langsung kepada subjek pajak luar negeritersebut.

Ayat (5)

Suatu bentuk usaha tetap mengandung pengertian adanya suatutempat usaha (place of business) yaitu fasilitas yang dapatberupa tanah dan gedung termasuk juga mesin-mesin, peralatan,gudang dan komputer atau agen elektronik atau peralatanotomatis (automated equipment) yang dimiliki, disewa, ataudigunakan oleh penyelenggara transaksi elektronik untukmenjalankan aktivitas usaha melalui internet.

Tempat usaha tersebut bersifat permanen dan digunakan untukmenjalankan usaha atau melakukan kegiatan dari orang pribadiyang tidak bertempat tinggal atau badan yang tidak didirikan dantidak bertempat kedudukan di Indonesia.

Pengertian bentuk usaha tetap mencakup pula orang pribadi ataubadan selaku agen yang kedudukannya tidak bebas yangbertindak untuk dan atas nama orang pribadi atau badan yangtidak bertempat tinggal atau tidak bertempat kedudukan diIndonesia. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal ataubadan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan diIndonesia tidak dapat dianggap mempunyai bentuk usaha tetapdi Indonesia apabila orang pribadi atau badan dalammenjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesiamenggunakan agen, broker atau perantara yang mempunyaikedudukan bebas, asalkan agen atau perantara tersebut dalamkenyataannya bertindak sepenuhnya dalam rangka menjalankanperusahaannya sendiri.

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 8: TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI...perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi,

No.4893 8

Perusahaan asuransi yang didirikan dan bertempat kedudukan diluar Indonesia dianggap mempunyai bentuk usaha tetap diIndonesia apabila perusahaan asuransi tersebut menerimapembayaran premi asuransi atau menanggung risiko di Indonesiamelalui pegawai, perwakilan atau agennya di Indonesia.Menanggung risiko di Indonesia tidak berarti bahwa peristiwayang mengakibatkan risiko tersebut terjadi di Indonesia. Yangperlu diperhatikan adalah bahwa pihak tertanggung bertempattinggal, berada, atau bertempat kedudukan di Indonesia.

Ayat (6)

Penentuan tempat tinggal orang pribadi atau tempat kedudukanbadan penting untuk menetapkan Kantor Pelayanan Pajak manayang mempunyai yurisdiksi pemajakan atas penghasilan yangditerima atau diperoleh orang pribadi atau badan tersebut.

Pada dasarnya tempat tinggal orang pribadi atau tempatkedudukan badan ditentukan menurut keadaan yang sebenarnya.Dengan demikian penentuan tempat tinggal atau tempatkedudukan tidak hanya didasarkan pada pertimbangan yangbersifat formal, tetapi lebih didasarkan pada kenyataan.

Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan oleh Direktur JenderalPajak dalam menentukan tempat tinggal seseorang atau tempatkedudukan badan tersebut, antara lain domisili, alamat tempattinggal, tempat tinggal keluarga, tempat menjalankan usahapokok atau hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan untukmemudahkan pelaksanaan pemenuhan kewajiban pajak.

Angka 3

Pasal 3

Ayat (1)

Sesuai dengan kelaziman internasional, kantor perwakilannegara asing beserta pejabat-pejabat perwakilan diplomatik,konsulat dan pejabat-pejabat lainnya, dikecualikan sebagaisubjek pajak di tempat mereka mewakili negaranya.

Pengecualian sebagai subjek pajak bagi pejabat-pejabat tersebuttidak berlaku apabila mereka memperoleh penghasilan lain diluar jabatannya atau mereka adalah Warga Negara Indonesia.

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 9: TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI...perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi,

No.48939

Dengan demikian apabila pejabat perwakilan suatu negara asingmemperoleh penghasilan lain di Indonesia di luar jabatan ataupekerjaannya tersebut, maka ia termasuk subjek pajak yangdapat dikenai pajak atas penghasilan lain tersebut.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Angka 4

Pasal 4

Ayat (1)

Undang-Undang ini menganut prinsip pemajakan ataspenghasilan dalam pengertian yang luas, yaitu bahwa pajakdikenakan atas setiap tambahan kemampuan ekonomis yangditerima atau diperoleh Wajib Pajak dari manapun asalnya yangdapat dipergunakan untuk konsumsi atau menambah kekayaanWajib Pajak tersebut.

Pengertian penghasilan dalam Undang-Undang ini tidakmemperhatikan adanya penghasilan dari sumber tertentu, tetapipada adanya tambahan kemampuan ekonomis. Tambahankemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajakmerupakan ukuran terbaik mengenai kemampuan Wajib Pajaktersebut untuk ikut bersama-sama memikul biaya yangdiperlukan pemerintah untuk kegiatan rutin dan pembangunan.

Dilihat dari mengalirnya tambahan kemampuan ekonomiskepada Wajib Pajak, penghasilan dapat dikelompokkan menjadi:

i. penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja danpekerjaan bebas seperti gaji, honorarium, penghasilan daripraktek dokter, notaris, aktuaris, akuntan, pengacara, dansebagainya;

ii. penghasilan dari usaha dan kegiatan;

iii.penghasilan dari modal, yang berupa harta gerak ataupunharta tak gerak, seperti bunga, dividen, royalti, sewa, dankeuntungan penjualan harta atau hak yang tidak dipergunakanuntuk usaha; dan

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 10: TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI...perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi,

No.4893 10

iv. penghasilan lain-lain, seperti pembebasan utang dan hadiah.

Dilihat dari penggunaannya, penghasilan dapat dipakai untukkonsumsi dan dapat pula ditabung untuk menambah kekayaanWajib Pajak.

Karena Undang-Undang ini menganut pengertian penghasilanyang luas maka semua jenis penghasilan yang diterima ataudiperoleh dalam suatu tahun pajak digabungkan untukmendapatkan dasar pengenaan pajak. Dengan demikian, apabiladalam satu tahun pajak suatu usaha atau kegiatan menderitakerugian, kerugian tersebut dikompensasikan denganpenghasilan lainnya (kompensasi horizontal), kecuali kerugianyang diderita di luar negeri. Namun demikian, apabila suatujenis penghasilan dikenai pajak dengan tarif yang bersifat finalatau dikecualikan dari objek pajak, maka penghasilan tersebuttidak boleh digabungkan dengan penghasilan lain yang dikenaitarif umum.

Contoh-contoh penghasilan yang disebut dalam ketentuan inidimaksudkan untuk memperjelas pengertian tentang penghasilanyang luas yang tidak terbatas pada contoh-contoh dimaksud.

Huruf a

Semua pembayaran atau imbalan sehubungan denganpekerjaan, seperti upah, gaji, premi asuransi jiwa, danasuransi kesehatan yang dibayar oleh pemberi kerja, atauimbalan dalam bentuk lainnya adalah Objek Pajak.

Pengertian imbalan dalam bentuk lainnya termasuk imbalandalam bentuk natura yang pada hakikatnya merupakanpenghasilan.

Huruf b

Dalam pengertian hadiah termasuk hadiah dari undian,pekerjaan, dan kegiatan seperti hadiah undian tabungan,hadiah dari pertandingan olahraga dan lain sebagainya.

Yang dimaksud dengan penghargaan adalah imbalan yangdiberikan sehubungan dengan kegiatan tertentu, misalnyaimbalan yang diterima sehubungan dengan penemuan benda-benda purbakala.

Huruf c

Cukup jelas.

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 11: TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI...perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi,

No.489311

Huruf d

Apabila Wajib Pajak menjual harta dengan harga yang lebihtinggi dari nilai sisa buku atau lebih tinggi dari harga ataunilai perolehan, selisih harga tersebut merupakan keuntungan.Dalam hal penjualan harta tersebut terjadi antara badan usahadan pemegang sahamnya, harga jual yang dipakai sebagaidasar untuk penghitungan keuntungan dari penjualan tersebutadalah harga pasar.

Misalnya, PT S memiliki sebuah mobil yang digunakandalam kegiatan usahanya dengan nilai sisa buku sebesarRp40.000.000,00 (empat puluh juta rupiah). Mobil tersebutdijual dengan harga Rp60.000.000,00 (enam puluh jutarupiah). Dengan demikian, keuntungan PT S yang diperolehkarena penjualan mobil tersebut adalah Rp20.000.000,00 (duapuluh juta rupiah). Apabila mobil tersebut dijual kepada salahseorang pemegang sahamnya dengan harga Rp55.000.000,00(lima puluh lima juta rupiah), nilai jual mobil tersebut tetapdihitung berdasarkan harga pasar sebesar Rp60.000.000,00(enam puluh juta rupiah). Selisih sebesar Rp20.000.000,00(dua puluh juta rupiah) merupakan keuntungan bagi PT S danbagi pemegang saham yang membeli mobil tersebut selisihsebesar Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) merupakanpenghasilan.

Apabila suatu badan dilikuidasi, keuntungan dari penjualanharta, yaitu selisih antara harga jual berdasarkan harga pasardan nilai sisa buku harta tersebut, merupakan objek pajak.Demikian juga selisih lebih antara harga pasar dan nilai sisabuku dalam hal terjadi penggabungan, peleburan, pemekaran,pemecahan, dan pengambilalihan usaha merupakanpenghasilan.

Dalam hal terjadi pengalihan harta sebagai pengganti sahamatau penyertaan modal, keuntungan berupa selisih antaraharga pasar dari harta yang diserahkan dan nilai bukunyamerupakan penghasilan.

Keuntungan berupa selisih antara harga pasar dan nilaiperolehan atau nilai sisa buku atas pengalihan harta berupahibah, bantuan atau sumbangan merupakan penghasilan bagipihak yang mengalihkan kecuali harta tersebut dihibahkan

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 12: TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI...perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi,

No.4893 12

kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satuderajat. Demikian juga, keuntungan berupa selisih antaraharga pasar dan nilai perolehan atau nilai sisa buku ataspengalihan harta berupa bantuan atau sumbangan dan hibahkepada badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosialtermasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yangmenjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diaturlebih lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan bukanmerupakan penghasilan, sepanjang tidak ada hubungannyadengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan diantara pihak-pihak yang bersangkutan.

Dalam hal Wajib Pajak pemilik hak penambanganmengalihkan sebagian atau seluruh hak tersebut kepada WajibPajak lain, keuntungan yang diperoleh merupakan objekpajak.

Huruf e

Pengembalian pajak yang telah dibebankan sebagai biayapada saat menghitung Penghasilan Kena Pajak merupakanobjek pajak.

Sebagai contoh, Pajak Bumi dan Bangunan yang sudahdibayar dan dibebankan sebagai biaya, yang karena sesuatusebab dikembalikan, maka jumlah sebesar pengembaliantersebut merupakan penghasilan.

Huruf f

Dalam pengertian bunga termasuk pula premium, diskontodan imbalan sehubungan dengan jaminan pengembalianutang.

Premium terjadi apabila misalnya surat obligasi dijual di atasnilai nominalnya sedangkan diskonto terjadi apabila suratobligasi dibeli di bawah nilai nominalnya. Premium tersebutmerupakan penghasilan bagi yang menerbitkan obligasi dandiskonto merupakan penghasilan bagi yang membeli obligasi.

Huruf g

Dividen merupakan bagian laba yang diperoleh pemegangsaham atau pemegang polis asuransi atau pembagian sisahasil usaha koperasi yang diperoleh anggota koperasi.Termasuk dalam pengertian dividen adalah:

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 13: TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI...perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi,

No.489313

1) pembagian laba baik secara langsung ataupun tidaklangsung, dengan nama dan dalam bentuk apapun;

2) pembayaran kembali karena likuidasi yang melebihijumlah modal yang disetor;

3) pemberian saham bonus yang dilakukan tanpa penyetorantermasuk saham bonus yang berasal dari kapitalisasi agiosaham;

4) pembagian laba dalam bentuk saham;

5) pencatatan tambahan modal yang dilakukan tanpapenyetoran;

6) jumlah yang melebihi jumlah setoran sahamnya yangditerima atau diperoleh pemegang saham karenapembelian kembali saham-saham oleh perseroan yangbersangkutan;

7) pembayaran kembali seluruhnya atau sebagian darimodal yang disetorkan, jika dalam tahun-tahun yanglampau diperoleh keuntungan, kecuali jika pembayarankembali itu adalah akibat dari pengecilan modal dasar(statuter) yang dilakukan secara sah;

8) pembayaran sehubungan dengan tanda-tanda laba,termasuk yang diterima sebagai penebusan tanda-tandalaba tersebut;

9) bagian laba sehubungan dengan pemilikan obligasi;

10) bagian laba yang diterima oleh pemegang polis;

11) pembagian berupa sisa hasil usaha kepada anggotakoperasi;

12) pengeluaran perusahaan untuk keperluan pribadipemegang saham yang dibebankan sebagai biayaperusahaan.

Dalam praktek sering dijumpai pembagian atau pembayarandividen secara terselubung, misalnya dalam hal pemegangsaham yang telah menyetor penuh modalnya dan memberikanpinjaman kepada perseroan dengan imbalan bunga yangmelebihi kewajaran. Apabila terjadi hal yang demikian makaselisih lebih antara bunga yang dibayarkan dan tingkat bungayang berlaku di pasar, diperlakukan sebagai dividen. Bagian

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 14: TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI...perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi,

No.4893 14

bunga yang diperlakukan sebagai dividen tersebut tidak bolehdibebankan sebagai biaya oleh perseroan yang bersangkutan.

Huruf h

Royalti adalah suatu jumlah yang dibayarkan atau terutangdengan cara atau perhitungan apa pun, baik dilakukan secaraberkala maupun tidak, sebagai imbalan atas:

1. penggunaan atau hak menggunakan hak cipta di bidangkesusastraan, kesenian atau karya ilmiah, paten, desainatau model, rencana, formula atau proses rahasia, merekdagang, atau bentuk hak kekayaan intelektual/industrialatau hak serupa lainnya;

2. penggunaan atau hak menggunakan peralatan/perlengkapan industrial, komersial, atau ilmiah;

3. pemberian pengetahuan atau informasi di bidang ilmiah,teknikal, industrial, atau komersial;

4. pemberian bantuan tambahan atau pelengkap sehubungandengan penggunaan atau hak menggunakan hak-haktersebut pada angka 1, penggunaan atau hak menggunakanperalatan/perlengkapan tersebut pada angka 2, ataupemberian pengetahuan atau informasi tersebut pada angka3, berupa:

a) penerimaan atau hak menerima rekaman gambar ataurekaman suara atau keduanya, yang disalurkan kepadamasyarakat melalui satelit, kabel, serat optik, atauteknologi yang serupa;

b) penggunaan atau hak menggunakan rekaman gambaratau rekaman suara atau keduanya, untuk siaran televisiatau radio yang disiarkan/dipancarkan melalui satelit,kabel, serat optik, atau teknologi yang serupa;

c) penggunaan atau hak menggunakan sebagian atauseluruh spektrum radio komunikasi;

5. penggunaan atau hak menggunakan film gambar hidup(motion picture films), film atau pita video untuk siarantelevisi, atau pita suara untuk siaran radio; dan

6. pelepasan seluruhnya atau sebagian hak yang berkenaandengan penggunaan atau pemberian hak kekayaan

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 15: TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI...perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi,

No.489315

intelektual/industrial atau hak-hak lainnya sebagaimanatersebut di atas.

Huruf i

Dalam pengertian sewa termasuk imbalan yang diterima ataudiperoleh dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungandengan penggunaan harta gerak atau harta tak gerak, misalnyasewa mobil, sewa kantor, sewa rumah, dan sewa gudang.

Huruf j

Penerimaan berupa pembayaran berkala, misalnya"alimentasi" atau tunjangan seumur hidup yang dibayarsecara berulang-ulang dalam waktu tertentu.

Huruf k

Pembebasan utang oleh pihak yang berpiutang dianggapsebagai penghasilan bagi pihak yang semula berutang,sedangkan bagi pihak yang berpiutang dapat dibebankansebagai biaya. Namun, dengan Peraturan Pemerintah dapatditetapkan bahwa pembebasan utang debitur kecil misalnyaKredit Usaha Keluarga Prasejahtera (Kukesra), Kredit UsahaTani (KUT), Kredit Usaha Rakyat (KUR), kredit untukperumahan sangat sederhana, serta kredit kecil lainnyasampai dengan jumlah tertentu dikecualikan sebagai objekpajak.

Huruf l

Keuntungan yang diperoleh karena fluktuasi kurs mata uangasing diakui berdasarkan sistem pembukuan yang dianut dandilakukan secara taat asas sesuai dengan Standar AkuntansiKeuangan yang berlaku di Indonesia.

Huruf m

Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva sebagaimanadimaksud dalam Pasal 19 merupakan penghasilan.

Huruf n

Dalam pengertian premi asuransi termasuk premi reasuransi.

Huruf o

Cukup jelas.

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 16: TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI...perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi,

No.4893 16

Huruf p

Tambahan kekayaan neto pada hakekatnya merupakanakumulasi penghasilan baik yang telah dikenakan pajak danyang bukan Objek Pajak serta yang belum dikenakan pajak.Apabila diketahui adanya tambahan kekayaan neto yangmelebihi akumulasi penghasilan yang telah dikenakan pajakdan yang bukan Objek Pajak, maka tambahan kekayaan netotersebut merupakan penghasilan.

Huruf q

Kegiatan usaha berbasis syariah memiliki landasan filosofiyang berbeda dengan kegiatan usaha yang bersifatkonvensional. Namun, penghasilan yang diterima ataudiperoleh dari kegiatan usaha berbasis syariah tersebut tetapmerupakan objek pajak menurut Undang-Undang ini.

Huruf r

Cukup jelas.

Huruf s

Cukup jelas.

Ayat (2)

Sesuai dengan ketentuan pada ayat (1), penghasilan-penghasilansebagaimana dimaksud pada ayat ini merupakan objek pajak.Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan antara lain:

- perlu adanya dorongan dalam rangka perkembangan investasidan tabungan masyarakat;

- kesederhanaan dalam pemungutan pajak;

- berkurangnya beban administrasi baik bagi Wajib Pajakmaupun Direktorat Jenderal Pajak;

- pemerataan dalam pengenaan pajaknya; dan

- memerhatikan perkembangan ekonomi dan moneter,

atas penghasilan-penghasilan tersebut perlu diberikan perlakuantersendiri dalam pengenaan pajaknya.

Perlakuan tersendiri dalam pengenaan pajak atas jenispenghasilan tersebut termasuk sifat, besarnya, dan tata cara

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 17: TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI...perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi,

No.489317

pelaksanaan pembayaran, pemotongan, atau pemungutan diaturdengan Peraturan Pemerintah.

Obligasi sebagaimana dimaksud pada ayat ini termasuk suratutang berjangka waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan, sepertiMedium Term Note, Floating Rate Note yang berjangka waktulebih dari 12 (dua belas) bulan.

Surat Utang Negara yang dimaksud pada ayat ini meliputiObligasi Negara dan Surat Perbendaharaan Negara.

Ayat (3)

Huruf a

Bantuan atau sumbangan bagi pihak yang menerima bukanmerupakan objek pajak sepanjang diterima tidak dalamrangka hubungan kerja, hubungan usaha, hubungankepemilikan, atau hubungan penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan. Zakat yang diterima oleh badanamil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk ataudisahkan oleh pemerintah dan para penerima zakat yangberhak serta sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagipemeluk agama lainnya yang diakui di Indonesia yangditerima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk ataudisahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerimasumbangan yang berhak diperlakukan sama seperti bantuanatau sumbangan. Yang dimaksud dengan “zakat” adalahzakat sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yangmengatur mengenai zakat.

Hubungan usaha antara pihak yang memberi dan yangmenerima dapat terjadi, misalnya PT A sebagai produsensuatu jenis barang yang bahan baku utamanya diproduksi olehPT B. Apabila PT B memberikan sumbangan bahan bakukepada PT A, sumbangan bahan baku yang diterima oleh PTA merupakan objek pajak.

Harta hibahan bagi pihak yang menerima bukan merupakanobjek pajak apabila diterima oleh keluarga sedarah dalamgaris keturunan lurus satu derajat, dan oleh badan keagamaan,badan pendidikan, atau badan sosial termasuk yayasan atauorang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 18: TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI...perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi,

No.4893 18

termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan,sepanjang diterima tidak dalam rangka hubungan kerja,hubungan usaha, hubungan kepemilikan, atau hubunganpenguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Pada prinsipnya harta, termasuk setoran tunai, yang diterimaoleh badan merupakan tambahan kemampuan ekonomis bagibadan tersebut. Namun karena harta tersebut diterima sebagaipengganti saham atau penyertaan modal, maka berdasarkanketentuan ini, harta yang diterima tersebut bukan merupakanobjek pajak.

Huruf d

Penggantian atau imbalan dalam bentuk natura ataukenikmatan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa merupakantambahan kemampuan ekonomis yang diterima bukan dalambentuk uang. Penggantian atau imbalan dalam bentuk naturaseperti beras, gula, dan sebagainya, dan imbalan dalambentuk kenikmatan, seperti penggunaan mobil, rumah, danfasilitas pengobatan bukan merupakan objek pajak.

Apabila yang memberi imbalan berupa natura ataukenikmatan tersebut bukan Wajib Pajak atau Wajib Pajakyang dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final dan WajibPajak yang dikenai Pajak Penghasilan berdasarkan normapenghitungan khusus (deemed profit), imbalan dalam bentuknatura atau kenikmatan tersebut merupakan penghasilan bagiyang menerima atau memperolehnya.

Misalnya, seorang penduduk Indonesia menjadi pegawai padasuatu perwakilan diplomatik asing di Jakarta. Pegawaitersebut memperoleh kenikmatan menempati rumah yangdisewa oleh perwakilan diplomatik tersebut atau kenikmatan-kenikmatan lainnya. Kenikmatan-kenikmatan tersebutmerupakan penghasilan bagi pegawai tersebut sebabperwakilan diplomatik yang bersangkutan bukan merupakanWajib Pajak.

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 19: TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI...perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi,

No.489319

Huruf e

Penggantian atau santunan yang diterima oleh orang pribadidari perusahaan asuransi sehubungan dengan polis asuransikesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransidwiguna, dan asuransi bea siswa, bukan merupakan ObjekPajak. Hal ini selaras dengan ketentuan dalam Pasal 9 ayat (1)huruf d, yaitu bahwa premi asuransi yang dibayar oleh WajibPajak orang pribadi untuk kepentingan dirinya tidak bolehdikurangkan dalam penghitungan Penghasilan Kena Pajak.

Huruf f

Berdasarkan ketentuan ini, dividen yang dananya berasal darilaba setelah dikurangi pajak dan diterima atau diperolehperseroan terbatas sebagai Wajib Pajak dalam negeri, danbadan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah, daripenyertaannya pada badan usaha lainnya yang didirikan danbertempat kedudukan di Indonesia, dengan penyertaansekurang-kurangnya 25% (dua puluh lima persen), tidaktermasuk objek pajak. Yang dimaksud dengan “badan usahamilik negara” dan “badan usaha milik daerah” pada ayat ini,antara lain, adalah perusahaan perseroan (Persero), bankpemerintah, dan bank pembangunan daerah.

Perlu ditegaskan bahwa dalam hal penerima dividen ataubagian laba adalah Wajib Pajak selain badan-badan tersebutdi atas, seperti orang pribadi baik dalam negeri maupun luarnegeri, firma, perseroan komanditer, yayasan dan organisasisejenis dan sebagainya, penghasilan berupa dividen ataubagian laba tersebut tetap merupakan objek pajak.

Huruf g

Pengecualian sebagai Objek Pajak berdasarkan ketentuan inihanya berlaku bagi dana pensiun yang pendiriannya telahmendapat pengesahan dari Menteri Keuangan. Yangdikecualikan dari Objek Pajak adalah iuran yang diterima daripeserta pensiun, baik atas beban sendiri maupun yangditanggung pemberi kerja. Pada dasarnya iuran yang diterimaoleh dana pensiun tersebut merupakan dana milik dari pesertapensiun, yang akan dibayarkan kembali kepada mereka padawaktunya. Pengenaan pajak atas iuran tersebut berarti

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 20: TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI...perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi,

No.4893 20

mengurangi hak para peserta pensiun, dan oleh karena ituiuran tersebut dikecualikan sebagai Objek Pajak.

Huruf h

Sebagaimana tersebut dalam huruf g, pengecualian sebagaiObjek Pajak berdasarkan ketentuan ini hanya berlaku bagidana pensiun yang pendiriannya telah mendapat pengesahandari Menteri Keuangan. Yang dikecualikan dari Objek Pajakdalam hal ini adalah penghasilan dari modal yang ditanamkandi bidang-bidang tertentu berdasarkan Keputusan MenteriKeuangan. Penanaman modal oleh dana pensiundimaksudkan untuk pengembangan dan merupakan danauntuk pembayaran kembali kepada peserta pensiun dikemudian hari, sehingga penanaman modal tersebut perludiarahkan pada bidang-bidang yang tidak bersifat spekulatifatau yang berisiko tinggi. Oleh karena itu penentuan bidang-bidang tertentu dimaksud ditetapkan dengan KeputusanMenteri Keuangan.

Huruf i

Untuk kepentingan pengenaan pajak, badan-badansebagaimana disebut dalam ketentuan ini yang merupakanhimpunan para anggotanya dikenai pajak sebagai satukesatuan, yaitu pada tingkat badan tersebut. Oleh karena itu,bagian laba yang diterima oleh para anggota badan tersebutbukan lagi merupakan objek pajak.

Huruf j

Cukup jelas.

Huruf k

Yang dimaksud dengan “perusahaan modal ventura” adalahsuatu perusahaan yang kegiatan usahanya membiayai badanusaha (sebagai pasangan usaha) dalam bentuk penyertaanmodal untuk suatu jangka waktu tertentu. Berdasarkanketentuan ini, bagian laba yang diterima atau diperoleh dariperusahaan pasangan usaha tidak termasuk sebagai objekpajak, dengan syarat perusahaan pasangan usaha tersebutmerupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yangmenjalankan usaha atau melakukan kegiatan dalam sektor-sektor tertentu yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, dan

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 21: TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI...perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi,

No.489321

saham perusahaan tersebut tidak diperdagangkan di bursaefek di Indonesia.

Apabila pasangan usaha perusahaan modal ventura memenuhiketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf f,dividen yang diterima atau diperoleh perusahaan modalventura bukan merupakan objek pajak.

Agar kegiatan perusahaan modal ventura dapat diarahkankepada sektor-sektor kegiatan ekonomi yang memperolehprioritas untuk dikembangkan, misalnya untuk meningkatkanekspor nonmigas, usaha atau kegiatan dari perusahaanpasangan usaha tersebut diatur oleh Menteri Keuangan.

Mengingat perusahaan modal ventura merupakan alternatifpembiayaan dalam bentuk penyertaan modal, penyertaanmodal yang akan dilakukan oleh perusahaan modal venturadiarahkan pada perusahaan-perusahaan yang belummempunyai akses ke bursa efek.

Huruf l

Cukup jelas.

Huruf m

Bahwa dalam rangka mendukung usaha peningkatan kualitassumber daya manusia melalui pendidikan dan/atau penelitiandan pengembangan diperlukan sarana dan prasarana yangmemadai. Untuk itu dipandang perlu memberikan fasilitasperpajakan berupa pengecualian pengenaan pajak atas sisalebih yang diterima atau diperoleh sepanjang sisa lebihtersebut ditanamkan kembali dalam bentuk pembangunan danpengadaan sarana dan prasarana kegiatan dimaksud.Penanaman kembali sisa lebih dimaksud harus direalisasikanpaling lama dalam jangka waktu 4 (empat) tahun sejak sisalebih tersebut diterima atau diperoleh.

Untuk menjamin tercapainya tujuan pemberian fasilitas ini,maka lembaga atau badan yang menyelenggarakanpendidikan harus bersifat nirlaba. Pendidikan serta penelitiandan pengembangan yang diselenggarakan bersifat terbukakepada siapa saja dan telah mendapat pengesahan dariinstansi yang membidanginya.

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 22: TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI...perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi,

No.4893 22

Huruf n

Bantuan atau santunan yang diberikan oleh BadanPenyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) kepada Wajib Pajaktertentu adalah bantuan sosial yang diberikan khusus kepadaWajib Pajak atau anggota masyarakat yang tidak mampu atausedang mendapat bencana alam atau tertimpa musibah.

Angka 5

Pasal 6

Ayat (1)

Beban-beban yang dapat dikurangkan dari penghasilan brutodapat dibagi dalam 2 (dua) golongan, yaitu beban atau biayayang mempunyai masa manfaat tidak lebih dari 1 (satu) tahundan yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun.Beban yang mempunyai masa manfaat tidak lebih dari 1 (satu)tahun merupakan biaya pada tahun yang bersangkutan, misalnyagaji, biaya administrasi dan bunga, biaya rutin pengolahanlimbah dan sebagainya, sedangkan pengeluaran yangmempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun,pembebanannya dilakukan melalui penyusutan atau melaluiamortisasi. Di samping itu, apabila dalam suatu tahun pajakdidapat kerugian karena penjualan harta atau karena selisih kurs,kerugian-kerugian tersebut dapat dikurangkan dari penghasilanbruto.

Huruf a

Biaya-biaya yang dimaksud pada ayat ini lazim disebut biayasehari-hari yang boleh dibebankan pada tahun pengeluaran.Untuk dapat dibebankan sebagai biaya, pengeluaran-pengeluaran tersebut harus mempunyai hubungan langsungmaupun tidak langsung dengan kegiatan usaha atau kegiatanuntuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilanyang merupakan objek pajak.

Dengan demikian, pengeluaran-pengeluaran untukmendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yangbukan merupakan objek pajak tidak boleh dibebankan sebagaibiaya.

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 23: TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI...perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi,

No.489323

Contoh:

Dana Pensiun A yang pendiriannya telah mendapatpengesahan dari Menteri Keuangan memperoleh penghasilanbruto yang terdiri dari:

a. penghasilan yang bukan merupakan objek pajak sesuai

dengan Pasal 4 ayat (3) huruf h Rp100.000.000,00

b. penghasilan bruto lainnya sebesar Rp300.000.000,00 (+)

Jumlah penghasilan bruto Rp400.000.000,00

Apabila seluruh biaya adalah sebesar Rp200.000.000,00 (duaratus juta rupiah), biaya yang boleh dikurangkan untukmendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan adalahsebesar 3/4 x Rp200.000.000,00 = Rp150.000.000,00.

Demikian pula bunga atas pinjaman yang dipergunakan untukmembeli saham tidak dapat dibebankan sebagai biayasepanjang dividen yang diterimanya tidak merupakan objekpajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf f.Bunga pinjaman yang tidak boleh dibiayakan tersebut dapatdikapitalisasi sebagai penambah harga perolehan saham.

Pengeluaran-pengeluaran yang tidak ada hubungannyadengan upaya untuk mendapatkan, menagih, dan memeliharapenghasilan, misalnya pengeluaran-pengeluaran untukkeperluan pribadi pemegang saham, pembayaran bunga ataspinjaman yang dipergunakan untuk keperluan pribadipeminjam serta pembayaran premi asuransi untukkepentingan pribadi, tidak boleh dibebankan sebagai biaya.

Pembayaran premi asuransi oleh pemberi kerja untukkepentingan pegawainya boleh dibebankan sebagai biayaperusahaan, tetapi bagi pegawai yang bersangkutan premitersebut merupakan penghasilan.

Pengeluaran-pengeluaran sehubungan dengan pekerjaan yangboleh dikurangkan dari penghasilan bruto harus dilakukandalam bentuk uang. Pengeluaran yang dilakukan dalambentuk natura atau kenikmatan, misalnya fasilitas menempatirumah dengan cuma-cuma, tidak boleh dibebankan sebagaibiaya, dan bagi pihak yang menerima atau menikmati bukanmerupakan penghasilan. Namun, pengeluaran dalam bentuk

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 24: TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI...perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi,

No.4893 24

natura atau kenikmatan tertentu sebagaimana diatur dalamPasal 9 ayat (1) huruf e, boleh dibebankan sebagai biaya danbagi pihak yang menerima atau menikmati bukan merupakanpenghasilan.

Pengeluaran-pengeluaran yang dapat dikurangkan daripenghasilan bruto harus dilakukan dalam batas-batas yangwajar sesuai dengan adat kebiasaan pedagang yang baik.Dengan demikian, apabila pengeluaran yang melampaui bataskewajaran tersebut dipengaruhi oleh hubungan istimewa,jumlah yang melampaui batas kewajaran tersebut tidak bolehdikurangkan dari penghasilan bruto.

Selanjutnya lihat ketentuan dalam Pasal 9 ayat (1) huruf f danPasal 18 beserta penjelasannya.

Pajak-pajak yang menjadi beban perusahaan dalam rangkausahanya selain Pajak Penghasilan, misalnya Pajak Bumi danBangunan (PBB), Bea Meterai (BM), Pajak Hotel, dan PajakRestoran, dapat dibebankan sebagai biaya.

Mengenai pengeluaran untuk promosi perlu dibedakan antarabiaya yang benar-benar dikeluarkan untuk promosi dan biayayang pada hakikatnya merupakan sumbangan. Biaya yangbenar-benar dikeluarkan untuk promosi boleh dikurangkandari penghasilan bruto.

Besarnya biaya promosi dan penjualan yang diperkenankansebagai pengurang penghasilan bruto diatur dengan atauberdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

Huruf b

Pengeluaran-pengeluaran untuk memperoleh harta berwujuddan harta tak berwujud serta pengeluaran lain yangmempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun,pembebanannya dilakukan melalui penyusutan atauamortisasi.

Selanjutnya lihat ketentuan Pasal 9 ayat (2), Pasal 11, danPasal 11A beserta penjelasannya.

Pengeluaran yang menurut sifatnya merupakan pembayarandi muka, misalnya sewa untuk beberapa tahun yang dibayarsekaligus, pembebanannya dapat dilakukan melalui alokasi.

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 25: TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI...perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi,

No.489325

Huruf c

Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkanoleh Menteri Keuangan boleh dibebankan sebagai biaya,sedangkan iuran yang dibayarkan kepada dana pensiun yangpendiriannya tidak atau belum disahkan oleh MenteriKeuangan tidak boleh dibebankan sebagai biaya.

Huruf d

Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yangmenurut tujuan semula tidak dimaksudkan untuk dijual ataudialihkan yang dimiliki dan dipergunakan dalam perusahaanatau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih danmemelihara penghasilan dapat dikurangkan dari penghasilanbruto.

Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yangdimiliki tetapi tidak digunakan dalam perusahaan, atau yangdimiliki tetapi tidak digunakan untuk mendapatkan, menagihdan memelihara penghasilan, tidak boleh dikurangkan daripenghasilan bruto.

Huruf e

Kerugian karena fluktuasi kurs mata uang asing diakuiberdasarkan sistem pembukuan yang dianut dan dilakukansecara taat asas sesuai dengan Standar Akuntansi Keuanganyang berlaku di Indonesia.

Huruf f

Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yangdilakukan di Indonesia dalam jumlah yang wajar untukmenemukan teknologi atau sistem baru bagi pengembanganperusahaan boleh dibebankan sebagai biaya perusahaan.

Huruf g

Biaya yang dikeluarkan untuk keperluan beasiswa, magang,dan pelatihan dalam rangka peningkatan kualitas sumber dayamanusia dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan denganmemperhatikan kewajaran, termasuk beasiswa yang dapatdibebankan sebagai biaya adalah beasiswa yang diberikankepada pelajar, mahasiswa, dan pihak lain.

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 26: TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI...perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi,

No.4893 26

Huruf h

Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dapatdibebankan sebagai biaya sepanjang Wajib Pajak telahmengakuinya sebagai biaya dalam laporan laba-rugikomersial dan telah melakukan upaya-upaya penagihan yangmaksimal atau terakhir.

Yang dimaksud dengan penerbitan tidak hanya berartipenerbitan berskala nasional, melainkan juga penerbitaninternal asosiasi dan sejenisnya.

Tata cara pelaksanaan persyaratan yang ditentukan dalamayat (1) huruf h ini diatur lebih lanjut dengan atauberdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

Huruf i

Cukup jelas.

Huruf j

Cukup jelas.

Huruf k

Cukup jelas.

Huruf l

Cukup jelas.

Huruf m

Cukup jelas.

Ayat (2)

Jika pengeluaran-pengeluaran yang diperkenankan berdasarkanketentuan pada ayat (1) setelah dikurangkan dari penghasilanbruto didapat kerugian, kerugian tersebut dikompensasikandengan penghasilan neto atau laba fiskal selama 5 (lima) tahunberturut-turut dimulai sejak tahun berikutnya sesudah tahundidapatnya kerugian tersebut.

Contoh :

PT A dalam tahun 2009 menderita kerugian fiskal sebesarRp1.200.000.000,00 (satu miliar dua ratus juta rupiah). Dalam 5(lima) tahun berikutnya laba rugi fiskal PT A sebagai berikut :

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 27: TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI...perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi,

No.489327

2010 : laba fiskal Rp200.000.000,00

2011 : rugi fiskal (Rp300.000.000,00)

2012 : laba fiskal Rp N I H I L

2013 : laba fiskal Rp100.000.000,00

2014 : laba fiskal Rp800.000.000,00

Kompensasi kerugian dilakukan sebagai berikut :

Rugi fiskal tahun 2009 (Rp1.200.000.000,00)

Laba fiskal tahun 2010 Rp 200.000.000,00 (+)

Sisa rugi fiskal tahun 2009 (Rp1.000.000.000,00)

Rugi fiskal tahun 2011 (Rp 300.000.000,00)

Sisa rugi fiskal tahun 2009 (Rp1.000.000.000,00)

Laba fiskal tahun 2012 Rp N I H I L (+)

Sisa rugi fiskal tahun 2009 (Rp1.000.000.000,00)

Laba fiskal tahun 2013 Rp 100.000.000,00 (+)

Sisa rugi fiskal tahun 2009 (Rp 900.000.000,00)

Laba fiskal tahun 2014 Rp 800.000.000,00 (+)

Sisa rugi fiskal tahun 2009 (Rp 100.000.000,00)

Rugi fiskal tahun 2009 sebesar Rp100.000.000,00 (seratus jutarupiah) yang masih tersisa pada akhir tahun 2014 tidak bolehdikompensasikan lagi dengan laba fiskal tahun 2015, sedangkanrugi fiskal tahun 2011 sebesar Rp300.000.000,00 (tiga ratus jutarupiah) hanya boleh dikompensasikan dengan laba fiskal tahun2015 dan tahun 2016, karena jangka waktu lima tahun yangdimulai sejak tahun 2012 berakhir pada akhir tahun 2016.

Ayat (3)

Dalam menghitung Penghasilan Kena Pajak Wajib Pajak orangpribadi dalam negeri, kepadanya diberikan pengurangan berupaPenghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) berdasarkan ketentuansebagaimana dimaksud dalam Pasal 7.

Angka 6

Pasal 7

Ayat (1)

Untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak dari WajibPajak orang pribadi dalam negeri, penghasilan netonya dikurangidengan jumlah Penghasilan Tidak Kena Pajak. Di samping untuk

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 28: TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI...perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi,

No.4893 28

dirinya, kepada Wajib Pajak yang sudah kawin diberikantambahan Penghasilan Tidak Kena Pajak.

Bagi Wajib Pajak yang isterinya menerima atau memperolehpenghasilan yang digabung dengan penghasilannya, Wajib Pajaktersebut mendapat tambahan Penghasilan Tidak Kena Pajakuntuk seorang isteri paling sedikit sebesar Rp15.840.000,00(lima belas juta delapan ratus empat puluh ribu rupiah).

Wajib Pajak yang mempunyai anggota keluarga sedarah dansemenda dalam garis keturunan lurus yang menjadi tanggungansepenuhnya, misalnya orang tua, mertua, anak kandung, atauanak angkat diberikan tambahan Penghasilan Tidak Kena Pajakuntuk paling banyak 3 (tiga) orang. Yang dimaksud dengan“anggota keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya”adalah anggota keluarga yang tidak mempunyai penghasilan danseluruh biaya hidupnya ditanggung oleh Wajib Pajak.

Contoh:

Wajib Pajak A mempunyai seorang isteri dengan tanggungan 4(empat) orang anak. Apabila isterinya memperoleh penghasilandari satu pemberi kerja yang sudah dipotong Pajak PenghasilanPasal 21 dan pekerjaan tersebut tidak ada hubungannya denganusaha suami atau anggota keluarga lainnya, besarnyaPenghasilan Tidak Kena Pajak yang diberikan kepada WajibPajak A adalah sebesar Rp21.120.000,00 {Rp15.840.000,00 +Rp1.320.000,00 + (3 x Rp1.320.000,00)}, sedangkan untukisterinya, pada saat pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 olehpemberi kerja diberikan Penghasilan Tidak Kena Pajak sebesarRp15.840.000,00. Apabila penghasilan isteri harus digabungdengan penghasilan suami, besarnya Penghasilan Tidak KenaPajak yang diberikan kepada Wajib Pajak A adalah sebesarRp36.960.000,00 (Rp21.120.000,00 + Rp15.840.000,00).

Ayat (2)

Penghitungan besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajaksebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan menurutkeadaan Wajib Pajak pada awal tahun pajak atau pada awalbagian tahun pajak.

Misalnya, pada tanggal 1 Januari 2009 Wajib Pajak B berstatuskawin dengan tanggungan 1 (satu) orang anak. Apabila anakyang kedua lahir setelah tanggal 1 Januari 2009, besarnya

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 29: TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI...perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi,

No.489329

Penghasilan Tidak Kena Pajak yang diberikan kepada WajibPajak B untuk tahun pajak 2009 tetap dihitung berdasarkanstatus kawin dengan 1 (satu) anak.

Ayat (3)

Berdasarkan ketentuan ini Menteri Keuangan diberikanwewenang untuk mengubah besarnya Penghasilan Tidak KenaPajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) setelah berkonsultasidengan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia denganmempertimbangkan perkembangan ekonomi dan moneter sertaperkembangan harga kebutuhan pokok setiap tahunnya.

Angka 7

Pasal 8

Sistem pengenaan pajak berdasarkan Undang-Undang inimenempatkan keluarga sebagai satu kesatuan ekonomis, artinyapenghasilan atau kerugian dari seluruh anggota keluargadigabungkan sebagai satu kesatuan yang dikenai pajak danpemenuhan kewajiban pajaknya dilakukan oleh kepala keluarga.Namun, dalam hal-hal tertentu pemenuhan kewajiban pajak tersebutdilakukan secara terpisah.

Ayat (1)

Penghasilan atau kerugian bagi wanita yang telah kawin padaawal tahun pajak atau pada awal bagian tahun pajak dianggapsebagai penghasilan atau kerugian suaminya dan dikenai pajaksebagai satu kesatuan. Penggabungan tersebut tidak dilakukandalam hal penghasilan isteri diperoleh dari pekerjaan sebagaipegawai yang telah dipotong pajak oleh pemberi kerja, denganketentuan bahwa:

a. penghasilan isteri tersebut semata-mata diperoleh dari satupemberi kerja, dan

b. penghasilan isteri tersebut berasal dari pekerjaan yang tidakada hubungannya dengan usaha atau pekerjaan bebas suamiatau anggota keluarga lainnya.

Contoh:

Wajib Pajak A yang memperoleh penghasilan neto dari usahasebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) mempunyaiseorang isteri yang menjadi pegawai dengan penghasilan neto

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 30: TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI...perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi,

No.4893 30

sebesar Rp70.000.000,00 (tujuh puluh juta rupiah). Apabilapenghasilan isteri tersebut diperoleh dari satu pemberi kerja dantelah dipotong pajak oleh pemberi kerja dan pekerjaan tersebuttidak ada hubungannya dengan usaha suami atau anggotakeluarga lainnya, penghasilan neto sebesar Rp70.000.000,00(tujuh puluh juta rupiah) tidak digabung dengan penghasilan Adan pengenaan pajak atas penghasilan isteri tersebut bersifatfinal.

Apabila selain menjadi pegawai, isteri A juga menjalankanusaha, misalnya salon kecantikan dengan penghasilan netosebesar Rp80.000.000,00 (delapan puluh juta rupiah), seluruhpenghasilan isteri sebesar Rp150.000.000,00 (Rp70.000.000,00+ Rp80.000.000,00) digabungkan dengan penghasilan A.Dengan penggabungan tersebut, A dikenai pajak ataspenghasilan neto sebesar Rp250.000.000,00 (Rp100.000.000,00+ Rp70.000.000,00 + Rp80.000.000,00). Potongan pajak ataspenghasilan isteri tidak bersifat final, artinya dapat dikreditkanterhadap pajak yang terutang atas penghasilan sebesarRp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) tersebutyang dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan PajakPenghasilan.

Ayat (2) dan ayat (3)

Dalam hal suami-isteri telah hidup berpisah berdasarkankeputusan hakim, penghitungan Penghasilan Kena Pajak danpengenaan pajaknya dilakukan sendiri-sendiri. Apabila suami-isteri mengadakan perjanjian pemisahan harta dan penghasilansecara tertulis atau jika isteri menghendaki untuk menjalankanhak dan kewajiban perpajakannya sendiri, penghitunganpajaknya dilakukan berdasarkan penjumlahan penghasilan netosuami-isteri dan masing-masing memikul beban pajak sebandingdengan besarnya penghasilan neto.

Contoh:

Penghitungan pajak bagi suami-isteri yang mengadakanperjanjian pemisahan penghasilan secara tertulis atau jika isterimenghendaki untuk menjalankan hak dan kewajibanperpajakannya sendiri adalah sebagai berikut.

Dari contoh pada ayat (1), apabila isteri menjalankan usaha salonkecantikan, pengenaan pajaknya dihitung berdasarkan jumlah

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 31: TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI...perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi,

No.489331

penghasilan sebesar Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluhjuta rupiah).

Misalnya, pajak yang terutang atas jumlah penghasilan tersebutadalah sebesar Rp27.550.000,00 (dua puluh tujuh juta lima ratuslima puluh ribu rupiah) maka untuk masing-masing suami danisteri pengenaan pajaknya dihitung sebagai berikut:

- Suami: 100.000.000,00 x Rp27.550.000,00= Rp11.020.000,00

250.000.000,00

- Isteri : 150.000.000,00 x Rp27.550.000,00 = Rp16.530.000,00

250.000.000,00

Ayat (4)

Penghasilan anak yang belum dewasa dari mana pun sumberpenghasilannya dan apa pun sifat pekerjaannya digabung denganpenghasilan orang tuanya dalam tahun pajak yang sama.

Yang dimaksud dengan “anak yang belum dewasa” adalah anakyang belum berumur 18 (delapan belas) tahun dan belum pernahmenikah.

Apabila seorang anak belum dewasa, yang orang tuanya telahberpisah, menerima atau memperoleh penghasilan, pengenaanpajaknya digabungkan dengan penghasilan ayah atau ibunyaberdasarkan keadaan sebenarnya.

Angka 8

Pasal 9

Ayat (1)

Pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan Wajib Pajak dapatdibedakan antara pengeluaran yang boleh dan yang tidak bolehdibebankan sebagai biaya.

Pada prinsipnya biaya yang boleh dikurangkan dari penghasilanbruto adalah biaya yang mempunyai hubungan langsung dantidak langsung dengan usaha atau kegiatan untuk mendapatkan,menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan objekpajak yang pembebanannya dapat dilakukan dalam tahunpengeluaran atau selama masa manfaat dari pengeluarantersebut. Pengeluaran yang tidak boleh dikurangkan dari

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 32: TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI...perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi,

No.4893 32

penghasilan bruto meliputi pengeluaran yang sifatnya pemakaianpenghasilan atau yang jumlahnya melebihi kewajaran.

Huruf a

Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apa pun,termasuk pembayaran dividen kepada pemilik modal,pembagian sisa hasil usaha koperasi kepada anggotanya, danpembayaran dividen oleh perusahaan asuransi kepadapemegang polis, tidak boleh dikurangkan dari penghasilanbadan yang membagikannya karena pembagian laba tersebutmerupakan bagian dari penghasilan badan tersebut yang akandikenai pajak berdasarkan Undang-Undang ini.

Huruf b

Tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto perusahaanadalah biaya-biaya yang dikeluarkan atau dibebankan olehperusahaan untuk kepentingan pribadi pemegang saham,sekutu atau anggota, seperti perbaikan rumah pribadi, biayaperjalanan, biaya premi asuransi yang dibayar olehperusahaan untuk kepentingan pribadi para pemegang sahamatau keluarganya.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Premi untuk asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransijiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa yang dibayarsendiri oleh Wajib Pajak orang pribadi tidak bolehdikurangkan dari penghasilan bruto, dan pada saat orangpribadi dimaksud menerima penggantian atau santunanasuransi, penerimaan tersebut bukan merupakan Objek Pajak.

Apabila premi asuransi tersebut dibayar atau ditanggung olehpemberi kerja, maka bagi pemberi kerja pembayaran tersebutboleh dibebankan sebagai biaya dan bagi pegawai yangbersangkutan merupakan penghasilan yang merupakan ObjekPajak.

Huruf e

Sebagaimana telah diuraikan dalam penjelasan Pasal 4 ayat(3) huruf d, penggantian atau imbalan dalam bentuk natura

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 33: TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI...perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi,

No.489333

dan kenikmatan dianggap bukan merupakan objek pajak.Selaras dengan hal tersebut, dalam ketentuan ini penggantianatau imbalan dimaksud dianggap bukan merupakanpengeluaran yang dapat dibebankan sebagai biaya bagipemberi kerja. Namun, dengan atau berdasarkan PeraturanMenteri Keuangan, pemberian natura dan kenikmatan berikutini dapat dikurangkan dari penghasilan bruto pemberi kerjadan bukan merupakan penghasilan pegawai yangmenerimanya:

1. penggantian atau imbalan dalam bentuk natura ataukenikmatan yang diberikan berkenaan dengan pelaksanaanpekerjaan di daerah tersebut dalam rangka menunjangkebijakan pemerintah untuk mendorong pembangunan didaerah terpencil;

2. pemberian natura dan kenikmatan yang merupakankeharusan dalam pelaksanaan pekerjaan sebagai saranakeselamatan kerja atau karena sifat pekerjaan tersebutmengharuskannya, seperti pakaian dan peralatan untukkeselamatan kerja, pakaian seragam petugas keamanan(satpam), antar jemput karyawan, serta penginapan untukawak kapal dan yang sejenisnya; dan

3. pemberian atau penyediaan makanan dan atau minumanbagi seluruh pegawai yang berkaitan dengan pelaksanaanpekerjaan.

Huruf f

Dalam hubungan pekerjaan, kemungkinan dapat terjadipembayaran imbalan yang diberikan kepada pegawai yangjuga pemegang saham. Karena pada dasarnya pengeluaranuntuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilanyang boleh dikurangkan dari penghasilan bruto adalahpengeluaran yang jumlahnya wajar sesuai dengan kelazimanusaha, berdasarkan ketentuan ini jumlah yang melebihikewajaran tersebut tidak boleh dibebankan sebagai biaya.Misalnya, seorang tenaga ahli yang merupakan pemegangsaham dari suatu badan memberikan jasa kepada badantersebut dengan memperoleh imbalan sebesarRp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 34: TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI...perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi,

No.4893 34

Apabila untuk jasa yang sama yang diberikan oleh tenaga ahlilain yang setara hanya dibayar sebesar Rp20.000.000,00 (duapuluh juta rupiah), jumlah sebesar Rp30.000.000,00 (tigapuluh juta rupiah) tidak boleh dibebankan sebagai biaya. Bagitenaga ahli yang juga sebagai pemegang saham tersebutjumlah sebesar Rp30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah)dimaksud dianggap sebagai dividen.

Huruf g

Cukup jelas.

Huruf h

Yang dimaksudkan dengan Pajak Penghasilan dalamketentuan ini adalah Pajak Penghasilan yang terutang olehWajib Pajak yang bersangkutan.

Huruf i

Biaya untuk keperluan pribadi Wajib Pajak atau orang yangmenjadi tanggungannya, pada hakekatnya merupakanpenggunaan penghasilan oleh Wajib Pajak yangbersangkutan. Oleh karena itu biaya tersebut tidak bolehdikurangkan dari penghasilan bruto perusahaan.

Huruf j

Anggota firma, persekutuan dan perseroan komanditer yangmodalnya tidak terbagi atas saham diperlakukan sebagai satukesatuan, sehingga tidak ada imbalan sebagai gaji. Dengandemikian gaji yang diterima oleh anggota persekutuan, firma,atau perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atassaham, bukan merupakan pembayaran yang bolehdikurangkan dari penghasilan bruto badan tersebut.

Huruf k

Cukup jelas.

Ayat (2)

Sesuai dengan kelaziman usaha, pengeluaran yang mempunyaiperanan terhadap penghasilan untuk beberapa tahun,pembebanannya dilakukan sesuai dengan jumlah tahun lamanyapengeluaran tersebut berperan terhadap penghasilan. Sejalandengan prinsip penyelarasan antara pengeluaran denganpenghasilan, dalam ketentuan ini pengeluaran untukmendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 35: TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI...perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi,

No.489335

mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun tidak dapatdikurangkan sebagai biaya perusahaan sekaligus pada tahunpengeluaran, melainkan dibebankan melalui penyusutan danamortisasi selama masa manfaatnya sebagaimana diatur dalamPasal 11 dan Pasal 11A.

Angka 9

Pasal 11

Ayat (1) dan ayat (2)

Pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud yangmempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun harusdibebankan sebagai biaya untuk mendapatkan, menagih, danmemelihara penghasilan dengan cara mengalokasikanpengeluaran tersebut selama masa manfaat harta berwujudmelalui penyusutan. Pengeluaran-pengeluaran untukmemperoleh tanah hak milik, termasuk tanah berstatus hak gunabangunan, hak guna usaha, dan hak pakai yang pertama kalitidak boleh disusutkan, kecuali apabila tanah tersebutdipergunakan dalam perusahaan atau dimiliki untuk memperolehpenghasilan dengan syarat nilai tanah tersebut berkurang karenapenggunaannya untuk memperoleh penghasilan, misalnya tanahdipergunakan untuk perusahaan genteng, perusahaan keramik,atau perusahaan batu bata.

Yang dimaksud dengan “pengeluaran untuk memperoleh tanahhak guna bangunan, hak guna usaha, dan hak pakai yangpertama kali” adalah biaya perolehan tanah berstatus hak gunabangunan, hak guna usaha, dan hak pakai dari pihak ketiga danpengurusan hak-hak tersebut dari instansi yang berwenang untukpertama kalinya, sedangkan biaya perpanjangan hak gunabangunan, hak guna usaha, dan hak pakai diamortisasikanselama jangka waktu hak-hak tersebut.

Metode penyusutan yang dibolehkan berdasarkan ketentuan inidilakukan:

a. dalam bagian-bagian yang sama besar selama masa manfaatyang ditetapkan bagi harta tersebut (metode garis lurus ataustraight-line method); atau

b. dalam bagian-bagian yang menurun dengan cara menerapkantarif penyusutan atas nilai sisa buku (metode saldo menurunatau declining balance method).

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 36: TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI...perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi,

No.4893 36

Penggunaan metode penyusutan atas harta harus dilakukansecara taat asas.

Untuk harta berwujud berupa bangunan hanya dapat disusutkandengan metode garis lurus. Harta berwujud selain bangunandapat disusutkan dengan metode garis lurus atau metode saldomenurun.

Dalam hal Wajib Pajak memilih menggunakan metode saldomenurun, nilai sisa buku pada akhir masa manfaat harusdisusutkan sekaligus.

Sesuai dengan pembukuan Wajib Pajak, alat-alat kecil (smalltools) yang sama atau sejenis dapat disusutkan dalam satugolongan.

Contoh penggunaan metode garis lurus:

Sebuah gedung yang harga perolehannya Rp1.000.000.000,00(satu miliar rupiah) dan masa manfaatnya 20 (dua puluh) tahun,penyusutannya setiap tahun adalah sebesar Rp50.000.000,00(Rp1.000.000.000,00 : 20).

Contoh penggunaan metode saldo menurun:

Sebuah mesin yang dibeli dan ditempatkan pada bulan Januari2009 dengan harga perolehan sebesar Rp150.000.000,00(seratus lima puluh juta rupiah). Masa manfaat dari mesintersebut adalah 4 (empat) tahun. Kalau tarif penyusutan misalnyaditetapkan 50% (lima puluh persen), penghitunganpenyusutannya adalah sebagai berikut.

Tahun

Tarif Penyusutan Nilai Sisa Buku

Harga Perolehan 150.000.000,00

2009 50% 75.000.000,00 75.000.000,00

2010 50% 37.500.000,00 37.500.000,00

2011 50% 18.750.000,00 18.750.000,00

2012 Disusutkan

sekaligus

18.750.000,00 0

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 37: TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI...perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi,

No.489337

Ayat (3)

Penyusutan dimulai pada bulan dilakukannya pengeluaran ataupada bulan selesainya pengerjaan suatu harta sehinggapenyusutan pada tahun pertama dihitung secara pro-rata.

Contoh 1:

Pengeluaran untuk pembangunan sebuah gedung adalah sebesarRp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). Pembangunan dimulaipada bulan Oktober 2009 dan selesai untuk digunakan padabulan Maret 2010. Penyusutan atas harga perolehan bangunangedung tersebut dimulai pada bulan Maret tahun pajak 2010.

Contoh 2:

Sebuah mesin yang dibeli dan ditempatkan pada bulan Juli 2009dengan harga perolehan sebesar Rp100.000.000,00 (seratus jutarupiah). Masa manfaat dari mesin tersebut adalah 4 (empat)tahun. Kalau tarif penyusutan misalnya ditetapkan 50% (limapuluh persen), maka penghitungan penyusutannya adalahsebagai berikut.

Tahun Tarif Penyusutan Nilai Sisa Buku

Harga Perolehan 100.000.000,00

2009 6/12 x 50% 25.000.000,00 75.000.000,00

2010 50% 37.500.000,00 37.500.000,00

2011 50% 18.750.000,00 18.750.000,00

2012 50% 9.375.000,00 9.375.000,00

2013 Disusutkan

sekaligus

9.375.000,00 0

Ayat (4)

Berdasarkan persetujuan Direktur Jenderal Pajak, saat mulainyapenyusutan dapat dilakukan pada bulan harta tersebut digunakanuntuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan ataupada bulan harta tersebut mulai menghasilkan. Saat mulaimenghasilkan dalam ketentuan ini dikaitkan dengan saat mulai

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 38: TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI...perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi,

No.4893 38

berproduksi dan tidak dikaitkan dengan saat diterima ataudiperolehnya penghasilan.

Contoh:

PT X yang bergerak di bidang perkebunan membeli traktor padatahun 2009. Perkebunan tersebut mulai menghasilkan (panen)pada tahun 2010. Dengan persetujuan Direktur Jenderal Pajak,penyusutan traktor tersebut dapat dilakukan mulai tahun 2010.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Ayat (6)

Untuk memberikan kepastian hukum bagi Wajib Pajak dalammelakukan penyusutan atas pengeluaran harta berwujud,ketentuan ini mengatur kelompok masa manfaat harta dan tarifpenyusutan baik menurut metode garis lurus maupun saldomenurun.

Yang dimaksud dengan “bangunan tidak permanen” adalahbangunan yang bersifat sementara dan terbuat dari bahan yangtidak tahan lama atau bangunan yang dapat dipindah-pindahkan,yang masa manfaatnya tidak lebih dari 10 (sepuluh) tahun,misalnya barak atau asrama yang dibuat dari kayu untukkaryawan.

Ayat (7)

Dalam rangka menyesuaikan dengan karakteristik bidang-bidangusaha tertentu, seperti perkebunan tanaman keras, kehutanan,dan peternakan, perlu diberikan pengaturan tersendiri untukpenyusutan harta berwujud yang digunakan dalam bidang-bidang usaha tertentu tersebut yang ketentuannya diatur denganatau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

Ayat (8) dan ayat (9)

Pada dasarnya keuntungan atau kerugian karena pengalihan hartadikenai pajak dalam tahun dilakukannya pengalihan hartatersebut.

Apabila harta tersebut dijual atau terbakar, maka penerimaanneto dari penjualan harta tersebut, yaitu selisih antara hargapenjualan dan biaya yang dikeluarkan berkenaan denganpenjualan tersebut dan atau penggantian asuransinya, dibukukan

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 39: TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI...perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi,

No.489339

sebagai penghasilan pada tahun terjadinya penjualan atau tahunditerimanya penggantian asuransi, dan nilai sisa buku dari hartatersebut dibebankan sebagai kerugian dalam tahun pajak yangbersangkutan.

Dalam hal penggantian asuransi yang diterima jumlahnya barudapat diketahui dengan pasti pada masa kemudian, Wajib Pajakdapat mengajukan permohonan kepada Direktur Jenderal Pajakagar jumlah sebesar kerugian tersebut dapat dibebankan dalamtahun penggantian asuransi tersebut.

Ayat (10)

Menyimpang dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat(8), dalam hal pengalihan harta berwujud yang memenuhi syaratsebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan hurufb, nilai sisa bukunya tidak boleh dibebankan sebagai kerugianoleh pihak yang mengalihkan.

Ayat (11)

Dalam rangka memberikan keseragaman kepada Wajib Pajakuntuk melakukan penyusutan, Menteri Keuangan diberiwewenang menetapkan jenis-jenis harta yang termasuk dalamsetiap kelompok dan masa manfaat yang harus diikuti olehWajib Pajak.

Angka 10

Pasal 11A

Ayat (1)

Harga perolehan harta tak berwujud dan pengeluaran lainnyatermasuk biaya perpanjangan hak guna bangunan, hak gunausaha, hak pakai, dan muhibah (goodwill) yang mempunyaimasa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun diamortisasi denganmetode:

a. dalam bagian-bagian yang sama setiap tahun selama masamanfaat; atau

b. dalam bagian-bagian yang menurun setiap tahun dengan caramenerapkan tarif amortisasi atas nilai sisa buku.

Khusus untuk amortisasi harta tak berwujud yang menggunakanmetode saldo menurun, pada akhir masa manfaat nilai sisa bukuharta tak berwujud atau hak-hak tersebut diamortisasi sekaligus.

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 40: TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI...perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi,

No.4893 40

Ayat (1a)

Amortisasi dimulai pada bulan dilakukannya pengeluaransehingga amortisasi pada tahun pertama dihitung secara pro-rata.

Dalam rangka menyesuaikan dengan karakteristik bidang-bidangusaha tertentu perlu diberikan pengaturan tersendiri untukamortisasi yang ketentuannya diatur lebih lanjut denganPeraturan Menteri Keuangan.

Ayat (2)

Penentuan masa manfaat dan tarif amortisasi atas pengeluaranharta tak berwujud dimaksudkan untuk memberikankeseragaman bagi Wajib Pajak dalam melakukan amortisasi.Wajib Pajak dapat melakukan amortisasi sesuai dengan metodeyang dipilihnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)berdasarkan masa manfaat yang sebenarnya dari tiap harta takberwujud. Tarif amortisasi yang diterapkan didasarkan padakelompok masa manfaat sebagaimana yang diatur dalamketentuan ini. Untuk harta tidak berwujud yang masamanfaatnya tidak tercantum pada kelompok masa manfaat yangada, maka Wajib Pajak menggunakan masa manfaat yangterdekat. Misalnya harta tak berwujud dengan masa manfaatyang sebenarnya 6 (enam) tahun dapat menggunakan kelompokmasa manfaat 4 (empat) tahun atau 8 (delapan) tahun. Dalam halmasa manfaat yang sebenarnya 5 (lima) tahun, maka harta takberwujud tersebut diamortisasi dengan menggunakan kelompokmasa manfaat 4 (empat) tahun.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Metode satuan produksi dilakukan dengan menerapkanpersentase tarif amortisasi yang besarnya setiap tahun samadengan persentase perbandingan antara realisasi penambanganminyak dan gas bumi pada tahun yang bersangkutan dengantaksiran jumlah seluruh kandungan minyak dan gas bumi dilokasi tersebut yang dapat diproduksi.

Apabila ternyata jumlah produksi yang sebenarnya lebih kecildari yang diperkirakan, sehingga masih terdapat sisa pengeluaranuntuk memperoleh hak atau pengeluaran lain, maka atas sisa

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 41: TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI...perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi,

No.489341

pengeluaran tersebut boleh dibebankan sekaligus dalam tahunpajak yang bersangkutan.

Ayat (5)

Pengeluaran untuk memperoleh hak penambangan selain minyakdan gas bumi, hak pengusahaan hutan, dan hak pengusahaansumber alam serta hasil alam lainnya seperti hak pengusahaanhasil laut diamortisasi berdasarkan metode satuan produksidengan jumlah paling tinggi 20% (dua puluh persen) setahun.

Contoh:

Pengeluaran untuk memperoleh hak pengusahaan hutan, yangmempunyai potensi 10.000.000 (sepuluh juta) ton kayu, sebesarRp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) diamortisasi sesuaidengan persentase satuan produksi yang direalisasikan dalamtahun yang bersangkutan. Jika dalam 1 (satu) tahun pajakternyata jumlah produksi mencapai 3.000.000 (tiga juta) tonyang berarti 30% (tiga puluh persen) dari potensi yang tersedia,walaupun jumlah produksi pada tahun tersebut mencapai 30%(tiga puluh persen) dari jumlah potensi yang tersedia, besarnyaamortisasi yang diperkenankan untuk dikurangkan daripenghasilan bruto pada tahun tersebut adalah 20% (dua puluhpersen) dari pengeluaran atau Rp100.000.000,00 (seratus jutarupiah).

Ayat (6)

Dalam pengertian pengeluaran yang dilakukan sebelum operasikomersial, adalah biaya-biaya yang dikeluarkan sebelum operasikomersial, misalnya biaya studi kelayakan dan biaya produksipercobaan tetapi tidak termasuk biaya-biaya operasional yangsifatnya rutin, seperti gaji pegawai, biaya rekening listrik dantelepon, dan biaya kantor lainnya. Untuk pengeluaranoperasional yang rutin ini tidak boleh dikapitalisasi tetapidibebankan sekaligus pada tahun pengeluaran.

Ayat (7)

Contoh:

PT X mengeluarkan biaya untuk memperoleh hak penambanganminyak dan gas bumi di suatu lokasi sebesar Rp500.000.000,00.Taksiran jumlah kandungan minyak di daerah tersebut adalahsebanyak 200.000.000 (dua ratus juta) barel. Setelah produksi

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 42: TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI...perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi,

No.4893 42

minyak dan gas bumi mencapai 100.000.000 (seratus juta) barel,PT X menjual hak penambangan tersebut kepada pihak laindengan harga sebesar Rp300.000.000,00. Penghitunganpenghasilan dan kerugian dari penjualan hak tersebut adalahsebagai berikut:

Harga perolehan Rp500.000.000,00

Amortisasi yang telah dilakukan:

100.000.000/200.000.000 barel (50%) Rp250.000.000,00

Nilai buku harta Rp250.000.000,00

Harga jual harta Rp300.000.000,00

Dengan demikian jumlah nilai sisa buku sebesarRp250.000.000,00 dibebankan sebagai kerugian dan jumlahsebesar Rp300.000.000,00 dibukukan sebagai penghasilan.

Ayat (8)

Cukup jelas.

Angka 11

Pasal 14

Informasi yang benar dan lengkap tentang penghasilan Wajib Pajaksangat penting untuk dapat mengenakan pajak yang adil dan wajarsesuai dengan kemampuan ekonomis Wajib Pajak. Untuk dapatmenyajikan informasi dimaksud, Wajib Pajak harusmenyelenggarakan pembukuan. Namun, disadari bahwa tidaksemua Wajib Pajak mampu menyelenggarakan pembukuan. SemuaWajib Pajak badan dan bentuk usaha tetap diwajibkanmenyelenggarakan pembukuan. Wajib Pajak orang pribadi yangmenjalankan usaha atau melakukan pekerjaan bebas dengan jumlahperedaran bruto tertentu tidak diwajibkan untuk menyelenggarakanpembukuan.

Untuk memberikan kemudahan dalam menghitung besarnyapenghasilan neto bagi Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankanusaha atau pekerjaan bebas dengan peredaran bruto tertentu,Direktur Jenderal Pajak menerbitkan norma penghitungan.

Ayat (1)

Norma Penghitungan adalah pedoman untuk menentukanbesarnya penghasilan neto yang diterbitkan oleh Direktur

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 43: TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI...perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi,

No.489343

Jenderal Pajak dan disempurnakan terus-menerus. PenggunaanNorma Penghitungan tersebut pada dasarnya dilakukan dalamhal-hal:

a. tidak terdapat dasar penghitungan yang lebih baik, yaitupembukuan yang lengkap, atau

b. pembukuan atau catatan peredaran bruto Wajib Pajak ternyatadiselenggarakan secara tidak benar.

Norma Penghitungan disusun sedemikian rupa berdasarkan hasilpenelitian atau data lain, dan dengan memperhatikan kewajaran.

Norma Penghitungan akan sangat membantu Wajib Pajak yangbelum mampu menyelenggarakan pembukuan untuk menghitungpenghasilan neto.

Ayat (2)

Norma Penghitungan Penghasilan Neto hanya boleh digunakanoleh Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usahaatau pekerjaan bebas yang peredaran brutonya kurang darijumlah Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus jutarupiah). Untuk dapat menggunakan Norma PenghitunganPenghasilan Neto tersebut, Wajib Pajak orang pribadi harusmemberitahukan kepada Direktur Jenderal Pajak dalam jangkawaktu 3 (tiga) bulan pertama dari tahun pajak yangbersangkutan.

Ayat (3)

Wajib Pajak orang pribadi yang menggunakan NormaPenghitungan Penghasilan Neto tersebut wajibmenyelenggarakan pencatatan tentang peredaran brutonyasebagaimana diatur dalam Undang-Undang yang mengaturmengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan. Pencatatantersebut dimaksudkan untuk memudahkan penerapan normadalam menghitung penghasilan neto.

Ayat (4)

Apabila Wajib Pajak orang pribadi yang berhak bermaksuduntuk menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto,tetapi tidak memberitahukannya kepada Direktur Jenderal Pajakdalam jangka waktu yang ditentukan, Wajib Pajak tersebutdianggap memilih menyelenggarakan pembukuan.

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 44: TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI...perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi,

No.4893 44

Ayat (5)

Wajib Pajak yang wajib menyelenggarakan pembukuan, wajibmenyelenggarakan pencatatan, atau dianggap memilihmenyelenggarakan pembukuan, tetapi:

a. tidak atau tidak sepenuhnya menyelenggarakan kewajibanpencatatan atau pembukuan; atau

b. tidak bersedia memperlihatkan pembukuan atau pencatatanatau bukti-bukti pendukungnya pada waktu dilakukanpemeriksaan

sehingga mengakibatkan peredaran bruto dan penghasilan netoyang sebenarnya tidak diketahui maka peredaran bruto WajibPajak yang bersangkutan dihitung dengan cara lain yang diaturdengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan danpenghasilan netonya dihitung dengan menggunakan NormaPenghitungan Penghasilan Neto.

Ayat (6)

Cukup jelas.

Ayat (7)

Menteri Keuangan dapat menyesuaikan besarnya batasperedaran bruto sebagaimana dimaksud pada ayat (2) denganmemerhatikan perkembangan ekonomi dan kemampuanmasyarakat Wajib Pajak untuk menyelenggarakan pembukuan.

Angka 12

Pasal 16

Penghasilan Kena Pajak merupakan dasar penghitungan untukmenentukan besarnya Pajak Penghasilan yang terutang. DalamUndang-Undang ini dikenal dua golongan Wajib Pajak, yaitu WajibPajak dalam negeri dan Wajib Pajak luar negeri.

Bagi Wajib Pajak dalam negeri pada dasarnya terdapat dua carauntuk menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak, yaitupenghitungan dengan cara biasa dan penghitungan denganmenggunakan Norma Penghitungan.

Di samping itu terdapat cara penghitungan dengan mempergunakanNorma Penghitungan Khusus, yang diperuntukkan bagi Wajib

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 45: TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI...perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi,

No.489345

Pajak tertentu yang diatur dengan atau berdasarkan PeraturanMenteri Keuangan.

Bagi Wajib Pajak luar negeri penentuan besarnya Penghasilan KenaPajak dibedakan antara:

1. Wajib Pajak luar negeri yang menjalankan usaha atau melakukankegiatan melalui suatu bentuk usaha tetap di Indonesia; dan

2. Wajib Pajak luar negeri lainnya.

Ayat (1)

Bagi Wajib Pajak dalam negeri yang menyelenggarakanpembukuan, Penghasilan Kena Pajaknya dihitung denganmenggunakan cara penghitungan biasa dengan contoh sebagaiberikut.

- Peredaran bruto Rp6.000.000.000,00

- Biaya untuk mendapatkan, menagih,

dan memelihara penghasilan Rp5.400.000.000,00(-)

- Laba usaha (penghasilan neto usaha) Rp 600.000.000,00

- Penghasilan lainnya Rp50.000.000,00

- Biaya untuk mendapatkan,

menagih, dan memelihara

penghasilan lainnya

tersebut Rp 30.000.000,00(-)

Rp 20.000.000,00(+)

- Jumlah seluruh penghasilan neto Rp620.000.000,00

- Kompensasi kerugian Rp 10.000.000,00(-)

- Penghasilan Kena Pajak

(bagi Wajib Pajak badan) Rp 610.000.000,00

- Pengurangan berupa Penghasilan

Tidak Kena Pajak untuk Wajib Pajak

orang pribadi (isteri + 2 anak) Rp 19.800.000,00(-)

- Penghasilan Kena Pajak

(bagi Wajib Pajak orang pribadi) Rp 590.200. 000,00

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 46: TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI...perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi,

No.4893 46

Ayat (2)

Bagi Wajib Pajak orang pribadi yang berhak untuk tidakmenyelenggarakan pembukuan, Penghasilan Kena Pajaknyadihitung dengan menggunakan Norma PenghitunganPenghasilan Neto dengan contoh sebagai berikut.

- Peredaran bruto Rp4.000.000.000,00

- Penghasilan neto (menurut Norma

Penghitungan) misalnya 20% Rp 800.000.000,00

- Penghasilan neto lainnya Rp 5.000.000,00(+)

- Jumlah seluruh penghasilan neto Rp 805.000.000,00

- Penghasilan Tidak Kena Pajak

(isteri + 3 anak) Rp 21.120.000,00(-)

- Penghasilan Kena Pajak Rp 783.880.000,00

Ayat (3)

Bagi Wajib Pajak luar negeri yang menjalankan usaha ataumelakukan kegiatan melalui suatu bentuk usaha tetap diIndonesia, cara penghitungan Penghasilan Kena Pajaknya padadasarnya sama dengan cara penghitungan Penghasilan KenaPajak bagi Wajib Pajak badan dalam negeri. Karena bentukusaha tetap berkewajiban untuk menyelenggarakan pembukuan,Penghasilan Kena Pajaknya dihitung dengan cara penghitunganbiasa.

Contoh:

- Peredaran bruto Rp 10.000.000.000,00

- Biaya untuk mendapatkan, menagih,

dan memelihara penghasilan Rp 8.000.000.000,00(-)

Rp 2.000.000.000,00

- Penghasilan bunga Rp 50.000.000,00

- Penjualan langsung barang

yang sejenis

dengan barang yang dijual

bentuk usaha tetap

oleh kantor pusat Rp 2.000.000.000,00

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 47: TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI...perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi,

No.489347

- Biaya untuk mendapatkan,

menagih, dan memelihara

penghasilan Rp 1.500.000.000,00(-)

Rp 500.000.000,00

Dividen yang diterima atau diperoleh

kantor pusat yang mempunyai hubungan

efektif dengan bentuk usaha tetap Rp 1.000.000.000,00(+)

Rp 3.550.000.000,00

- Biaya-biaya menurut Pasal 5 ayat (3) Rp 450.000.000,00(-)

- Penghasilan Kena Pajak Rp 3.100.000.000,00

Ayat (4)

Contoh:

Orang pribadi tidak kawin yang kewajiban pajak subjektifnyasebagai subjek pajak dalam negeri adalah 3 (tiga) bulan dandalam jangka waktu tersebut memperoleh penghasilan sebesarRp150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) makapenghitungan Penghasilan Kena Pajaknya adalah sebagaiberikut.

Penghasilan selama 3 (tiga) bulan Rp 150.000.000,00

Penghasilan setahun sebesar:

(360 : (3x30)) x Rp150.000.000,00 Rp600.000.000,00

Penghasilan Tidak Kena Pajak Rp 15.840.000,00(-)

Penghasilan Kena Pajak Rp584.160.000,00

Angka 13

Pasal 17

Ayat (1)

Huruf a

Contoh penghitungan pajak yang terutang untuk Wajib Pajakorang pribadi:

Jumlah Penghasilan Kena Pajak Rp600.000.000,00.

Pajak Penghasilan yang terutang:

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 48: TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI...perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi,

No.4893 48

5% x Rp50.000.000,00 = Rp2.500.000,00

15% x Rp200.000.000,00 = Rp30.000.000,00

25% x Rp250.000.000,00 = Rp62.500.000,00

30% x Rp100.000.000,00 = Rp30.000.000,00 (+)

Rp125.000.000,00

Huruf b

Contoh penghitungan pajak yang terutang untuk Wajib Pajakbadan dalam negeri dan bentuk usaha tetap:

Jumlah Penghasilan Kena Pajak Rp1.250.000.000,00

Pajak Penghasilan yang terutang:

28% x Rp1.250.000.000,00 = Rp350.000.000,00

Ayat (2)

Perubahan tarif sebagaimana dimaksud pada ayat ini akandiberlakukan secara nasional dimulai per 1 Januari, diumumkanselambat-lambatnya 1 (satu) bulan sebelum tarif baru itu berlakuefektif, serta dikemukakan oleh Pemerintah kepada DewanPerwakilan Rakyat Republik Indonesia untuk dibahas dalamrangka penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan danBelanja Negara.

Ayat (2a)

Cukup jelas.

Ayat (2b)

Cukup jelas.

Ayat (2c)

Cukup jelas.

Ayat (2d)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Besarnya lapisan Penghasilan Kena Pajak sebagaimanadimaksud pada ayat (1) huruf a tersebut akan disesuaikan denganfaktor penyesuaian, antara lain tingkat inflasi, yang ditetapkandengan Keputusan Menteri Keuangan.

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 49: TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI...perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi,

No.489349

Ayat (4)

Contoh:

Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp5.050.900,00 untukpenerapan tarif dibulatkan ke bawah menjadi Rp5.050.000,00.

Ayat (5) dan ayat (6)

Contoh:

Penghasilan Kena Pajak setahun (dihitung sesuai denganketentuan dalam Pasal 16 ayat (4)): Rp584.160.000,00

Pajak Penghasilan setahun:

5% x Rp 50.000.000,00 = Rp 2.500.000,00

15% x Rp 200.000.000,00 = Rp 30.000.000,00

25% x Rp250.000.000,00 = Rp 62.500.000,00

30%x Rp84.160.000,00 = Rp 25.248.000,00(+)

Rp 120.248.000,00

Pajak Penghasilan yang terutang dalam bagian tahun pajak(3 bulan)

((3 x 30) : 360) x Rp120.248.000,00 = Rp30.062.000,00

Ayat (7)

Ketentuan pada ayat ini memberi wewenang kepada Pemerintahuntuk menentukan tarif pajak tersendiri yang dapat bersifat finalatas jenis penghasilan tertentu sebagaimana dimaksud dalamPasal 4 ayat (2), sepanjang tidak lebih tinggi dari tarif pajaktertinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Penentuan tarifpajak tersendiri tersebut didasarkan atas pertimbangankesederhanaan, keadilan, dan pemerataan dalam pengenaanpajak.

Angka 14

Pasal 18

Ayat (1)

Undang-Undang ini memberi wewenang kepada MenteriKeuangan untuk memberi keputusan tentang besarnyaperbandingan antara utang dan modal perusahaan yang dapatdibenarkan untuk keperluan penghitungan pajak. Dalam dunia

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 50: TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI...perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi,

No.4893 50

usaha terdapat tingkat perbandingan tertentu yang wajarmengenai besarnya perbandingan antara utang dan modal (debtto equity ratio). Apabila perbandingan antara utang dan modalsangat besar melebihi batas-batas kewajaran, pada umumnyaperusahaan tersebut dalam keadaan tidak sehat. Dalam haldemikian, untuk penghitungan Penghasilan Kena Pajak, Undang-Undang ini menentukan adanya modal terselubung.

Istilah modal di sini menunjuk kepada istilah atau pengertianekuitas menurut standar akuntansi, sedangkan yang dimaksuddengan “kewajaran atau kelaziman usaha” adalah adat kebiasaanatau praktik menjalankan usaha atau melakukan kegiatan yangsehat dalam dunia usaha.

Ayat (2)

Dengan makin berkembangnya ekonomi dan perdaganganinternasional sejalan dengan era globalisasi dapat terjadi bahwaWajib Pajak dalam negeri menanamkan modalnya di luar negeri.Untuk mengurangi kemungkinan penghindaran pajak, terhadappenanaman modal di luar negeri selain pada badan usaha yangmenjual sahamnya di bursa efek, Menteri Keuangan berwenanguntuk menentukan saat diperolehnya dividen.

Contoh:

PT A dan PT B masing-masing memiliki saham sebesar 40%dan 20% pada X Ltd. yang bertempat kedudukan di negara Q.Saham X Ltd. tersebut tidak diperdagangkan di bursa efek.Dalam tahun 2009 X Ltd. memperoleh laba setelah pajaksejumlah Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Dalam hal demikian, Menteri Keuangan berwenang menetapkansaat diperolehnya dividen dan dasar penghitungannya.

Ayat (3)

Maksud diadakannya ketentuan ini adalah untuk mencegahterjadinya penghindaran pajak yang dapat terjadi karena adanyahubungan istimewa. Apabila terdapat hubungan istimewa,kemungkinan dapat terjadi penghasilan dilaporkan kurang darisemestinya ataupun pembebanan biaya melebihi dari yangseharusnya. Dalam hal demikian, Direktur Jenderal Pajakberwenang untuk menentukan kembali besarnya penghasilandan/atau biaya sesuai dengan keadaan seandainya di antara para

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 51: TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI...perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi,

No.489351

Wajib Pajak tersebut tidak terdapat hubungan istimewa. Dalammenentukan kembali jumlah penghasilan dan/atau biaya tersebutdigunakan metode perbandingan harga antara pihak yangindependen (comparable uncontrolled price method), metodeharga penjualan kembali (resale price method), metode biaya-plus (cost-plus method), atau metode lainnya seperti metodepembagian laba (profit split method) dan metode laba bersihtransaksional (transactional net margin method).

Demikian pula kemungkinan terdapat penyertaan modal secaraterselubung, dengan menyatakan penyertaan modal tersebutsebagai utang maka Direktur Jenderal Pajak berwenang untukmenentukan utang tersebut sebagai modal perusahaan.Penentuan tersebut dapat dilakukan, misalnya melalui indikasimengenai perbandingan antara modal dan utang yang lazimterjadi di antara para pihak yang tidak dipengaruhi olehhubungan istimewa atau berdasar data atau indikasi lainnya.

Dengan demikian, bunga yang dibayarkan sehubungan denganutang yang dianggap sebagai penyertaan modal itu tidakdiperbolehkan untuk dikurangkan, sedangkan bagi pemegangsaham yang menerima atau memperoleh bunga tersebutdianggap sebagai dividen yang dikenai pajak.

Ayat (3a)

Kesepakatan harga transfer (Advance Pricing Agreement/APA)adalah kesepakatan antara Wajib Pajak dan Direktur JenderalPajak mengenai harga jual wajar produk yang dihasilkannyakepada pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa(related parties) dengannya. Tujuan diadakannya APA adalahuntuk mengurangi terjadinya praktik penyalahgunaan transferpricing oleh perusahaan multi nasional. Persetujuan antara WajibPajak dan Direktur Jenderal Pajak tersebut dapat mencakupbeberapa hal, antara lain harga jual produk yang dihasilkan, danjumlah royalti dan lain-lain, tergantung pada kesepakatan.Keuntungan dari APA selain memberikan kepastian hukum dankemudahan penghitungan pajak, Fiskus tidak perlu melakukankoreksi atas harga jual dan keuntungan produk yang dijual WajibPajak kepada perusahaan dalam grup yang sama. APA dapatbersifat unilateral, yaitu merupakan kesepakatan antara DirekturJenderal Pajak dengan Wajib Pajak atau bilateral, yaitukesepakatan Direktur Jenderal Pajak dengan otoritas perpajakan

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 52: TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI...perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi,

No.4893 52

negara lain yang menyangkut Wajib Pajak yang berada diwilayah yurisdiksinya.

Ayat (3b)

Ketentuan ini dimaksudkan untuk mencegah penghindaran pajakoleh Wajib Pajak yang melakukan pembelian saham/penyertaanpada suatu perusahaan Wajib Pajak dalam negeri melaluiperusahaan luar negeri yang didirikan khusus untuk tujuantersebut (special purpose company).

Ayat (3c)

Contoh:

X Ltd. yang didirikan dan berkedudukan di negara A, sebuahnegara yang memberikan perlindungan pajak (tax havencountry), memiliki 95% (sembilan puluh lima persen) saham PTX yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia. X Ltd.ini adalah suatu perusahaan antara (conduit company) yangdidirikan dan dimiliki sepenuhnya oleh Y Co., sebuahperusahaan di negara B, dengan tujuan sebagai perusahaanantara dalam kepemilikannya atas mayoritas saham PT X.

Apabila Y Co. menjual seluruh kepemilikannya atas saham XLtd. kepada PT Z yang merupakan Wajib Pajak dalam negeri,secara legal formal transaksi di atas merupakan pengalihansaham perusahaan luar negeri oleh Wajib Pajak luar negeri.Namun, pada hakikatnya transaksi ini merupakan pengalihankepemilikan (saham) perseroan Wajib Pajak dalam negeri olehWajib Pajak luar negeri sehingga atas penghasilan daripengalihan ini terutang Pajak Penghasilan.

Ayat (3d)

Cukup jelas.

Ayat (3e)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Hubungan istimewa di antara Wajib Pajak dapat terjadi karenaketergantungan atau keterikatan satu dengan yang lain yangdisebabkan:

a. kepemilikan atau penyertaan modal; atau

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 53: TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI...perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi,

No.489353

b. adanya penguasaan melalui manajemen atau penggunaanteknologi.

Selain karena hal-hal tersebut, hubungan istimewa di antaraWajib Pajak orang pribadi dapat pula terjadi karena adanyahubungan darah atau perkawinan.

Huruf a

Hubungan istimewa dianggap ada apabila terdapat hubungankepemilikan yang berupa penyertaan modal sebesar 25% (duapuluh lima persen) atau lebih secara langsung ataupun tidaklangsung.

Misalnya, PT A mempunyai 50% (lima puluh persen) sahamPT B. Pemilikan saham oleh PT A merupakan penyertaanlangsung.

Selanjutnya, apabila PT B mempunyai 50% (lima puluhpersen) saham PT C, PT A sebagai pemegang saham PT Bsecara tidak langsung mempunyai penyertaan pada PT Csebesar 25% (dua puluh lima persen). Dalam hal demikian,antara PT A, PT B, dan PT C dianggap terdapat hubunganistimewa. Apabila PT A juga memiliki 25% (dua puluh limapersen) saham PT D, antara PT B, PT C, dan PT D dianggapterdapat hubungan istimewa.

Hubungan kepemilikan seperti di atas dapat juga terjadiantara orang pribadi dan badan.

Huruf b

Hubungan istimewa di antara Wajib Pajak dapat juga terjadikarena penguasaan melalui manajemen atau penggunaanteknologi walaupun tidak terdapat hubungan kepemilikan.

Hubungan istimewa dianggap ada apabila satu atau lebihperusahaan berada di bawah penguasaan yang sama.Demikian juga hubungan di antara beberapa perusahaan yangberada dalam penguasaan yang sama tersebut.

Huruf c

Yang dimaksud dengan “hubungan keluarga sedarah dalamgaris keturunan lurus satu derajat” adalah ayah, ibu, dan anak,sedangkan “hubungan keluarga sedarah dalam garisketurunan ke samping satu derajat” adalah saudara.

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 54: TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI...perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi,

No.4893 54

Yang dimaksud dengan “keluarga semenda dalam garisketurunan lurus satu derajat” adalah mertua dan anak tiri,sedangkan “hubungan keluarga semenda dalam garisketurunan ke samping satu derajat” adalah ipar.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Angka 15

Pasal 19

Ayat (1)

Adanya perkembangan harga yang mencolok atau perubahankebijakan di bidang moneter dapat menyebabkankekurangserasian antara biaya dan penghasilan, yang dapatmengakibatkan timbulnya beban pajak yang kurang wajar.Dalam keadaan demikian, Menteri Keuangan diberi wewenangmenetapkan peraturan tentang penilaian kembali aktiva tetap(revaluasi) atau indeksasi biaya dan penghasilan.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Angka 16

Pasal 21

Ayat (1)

Ketentuan ini mengatur tentang pembayaran pajak dalam tahunberjalan melalui pemotongan pajak atas penghasilan yangditerima atau diperoleh oleh Wajib Pajak orang pribadi dalamnegeri sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan. Pihakyang wajib melakukan pemotongan pajak adalah pemberi kerja,bendahara pemerintah, dana pensiun, badan, perusahaan, danpenyelenggara kegiatan.

Huruf a

Pemberi kerja yang wajib melakukan pemotongan pajakadalah orang pribadi ataupun badan yang merupakan induk,cabang, perwakilan, atau unit perusahaan yang membayaratau terutang gaji, upah, tunjangan, honorarium, danpembayaran lain dengan nama apa pun kepada pengurus,pegawai atau bukan pegawai sebagai imbalan sehubungan

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 55: TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI...perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi,

No.489355

dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan yang dilakukan. Dalampengertian pemberi kerja termasuk juga organisasiinternasional yang tidak dikecualikan dari kewajibanmemotong pajak.

Yang dimaksud dengan “pembayaran lain” adalahpembayaran dengan nama apa pun selain gaji, upah,tunjangan, honorarium, dan pembayaran lain, seperti bonus,gratifikasi, dan tantiem.

Yang dimaksud dengan “bukan pegawai” adalah orangpribadi yang menerima atau memperoleh penghasilan daripemberi kerja sehubungan dengan ikatan kerja tidak tetap,misalnya artis yang menerima atau memperoleh honorariumdari pemberi kerja.

Huruf b

Bendahara pemerintah termasuk bendahara Pemerintah Pusat,Pemerintah Daerah, instansi atau lembaga pemerintah,lembaga-lembaga negara lainnya, dan Kedutaan BesarRepublik Indonesia di luar negeri yang membayar gaji, upah,tunjangan, honorarium, dan pembayaran lain sehubungandengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan.

Yang termasuk juga dalam pengertian bendahara adalahpemegang kas dan pejabat lain yang menjalankan fungsi yangsama.

Huruf c

Yang termasuk “badan lain”, misalnya, adalah badanpenyelenggara jaminan sosial tenaga kerja yangmembayarkan uang pensiun, tunjangan hari tua, tabungan haritua, dan pembayaran lain yang sejenis dengan nama apa pun.

Yang termasuk dalam pengertian uang pensiun ataupembayaran lain adalah tunjangan-tunjangan baik yangdibayarkan secara berkala ataupun tidak yang dibayarkankepada penerima pensiun, penerima tunjangan hari tua, danpenerima tabungan hari tua.

Huruf d

Yang termasuk dalam pengertian badan adalah organisasiinternasional yang tidak dikecualikan berdasarkan ayat (2).

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 56: TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI...perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi,

No.4893 56

Yang termasuk tenaga ahli orang pribadi, misalnya, adalahdokter, pengacara, dan akuntan, yang melakukan pekerjaanbebas dan bertindak untuk dan atas namanya sendiri, bukanuntuk dan atas nama persekutuannya.

Huruf e

Penyelenggara kegiatan wajib memotong pajak ataspembayaran hadiah atau penghargaan dalam bentuk apa punyang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadidalam negeri berkenaan dengan suatu kegiatan. Dalampengertian penyelenggara kegiatan termasuk antara lainbadan, badan pemerintah, organisasi termasuk organisasiinternasional, perkumpulan, orang pribadi, serta lembagalainnya yang menyelenggarakan kegiatan. Kegiatan yangdiselenggarakan, misalnya kegiatan olahraga, keagamaan, dankesenian.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Bagi pegawai tetap besarnya penghasilan yang dipotong pajakadalah penghasilan bruto dikurangi dengan biaya jabatan, iuranpensiun, dan Penghasilan Tidak Kena Pajak. Dalam pengertianiuran pensiun termasuk juga iuran tunjangan hari tua atautabungan hari tua yang dibayar oleh pegawai.

Bagi pensiunan besarnya penghasilan yang dipotong pajakadalah jumlah penghasilan bruto dikurangi dengan biaya pensiundan Penghasilan Tidak Kena Pajak. Dalam pengertian pensiunantermasuk juga penerima tunjangan hari tua atau tabungan haritua.

Ayat (4)

Besarnya penghasilan yang dipotong pajak bagi pegawai harian,mingguan, serta pegawai tidak tetap lainnya adalah jumlahpenghasilan bruto dikurangi dengan bagian penghasilan yangtidak dikenai pemotongan yang besarnya ditetapkan denganPeraturan Menteri Keuangan, dengan memerhatikan PenghasilanTidak Kena Pajak yang berlaku.

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 57: TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI...perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi,

No.489357

Ayat (5)

Cukup jelas.

Ayat (5a)

Kepemilikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dapatdibuktikan oleh Wajib Pajak, antara lain, dengan caramenunjukkan kartu NPWP.

Contoh:

Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp75.000.000,00

Pajak Penghasilan yang harus dipotong bagi Wajib Pajak yangmemiliki NPWP adalah:

5% x Rp50.000.000,00 = Rp2.500.000,00

15% x Rp25.000.000,00 = Rp3.750.000,00(+)

Jumlah Rp6.250.000,00

Pajak Penghasilan yang harus dipotong jika Wajib Pajak tidakmemiliki NPWP adalah:

5% x 120% x Rp50.000.000,00 = Rp3.000.000,00

15% x 120% x Rp25.000.000,00 = Rp4.500.000,00(+)

Jumlah Rp7.500.000,00

Ayat (6)

Cukup jelas.

Ayat (7)

Cukup jelas.

Ayat (8)

Cukup jelas.

Angka 17

Pasal 22

Ayat (1)

Berdasarkan ketentuan ini, yang dapat ditunjuk sebagaipemungut pajak adalah:

- bendahara pemerintah, termasuk bendahara pada PemerintahPusat, Pemerintah Daerah, instansi atau lembaga pemerintah,dan lembaga-lembaga negara lainnya, berkenaan dengan

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 58: TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI...perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi,

No.4893 58

pembayaran atas penyerahan barang, termasuk juga dalampengertian bendahara adalah pemegang kas dan pejabat lainyang menjalankan fungsi yang sama;

- badan-badan tertentu, baik badan pemerintah maupun swasta,berkenaan dengan kegiatan di bidang impor atau kegiatanusaha di bidang lain, seperti kegiatan usaha produksi barangtertentu antara lain otomotif dan semen; dan

- Wajib Pajak badan tertentu untuk memungut pajak daripembeli atas penjualan barang yang tergolong sangat mewah.Pemungutan pajak oleh Wajib Pajak badan tertentu ini akandikenakan terhadap pembelian barang yang memenuhikriteria tertentu sebagai barang yang tergolong sangat mewahbaik dilihat dari jenis barangnya maupun harganya, sepertikapal pesiar, rumah sangat mewah, apartemen dankondominium sangat mewah, serta kendaraan sangat mewah.

Dalam pelaksanaan ketentuan ini Menteri Keuanganmempertimbangkan, antara lain:

- penunjukan pemungut pajak secara selektif, demi pelaksanaanpemungutan pajak secara efektif dan efisien;

- tidak mengganggu kelancaran lalu lintas barang; dan

- prosedur pemungutan yang sederhana sehingga mudahdilaksanakan.

Pemungutan pajak berdasarkan ketentuan ini dimaksudkan untukmeningkatkan peran serta masyarakat dalam pengumpulan danamelalui sistem pembayaran pajak dan untuk tujuankesederhanaan, kemudahan, dan pengenaan pajak yang tepatwaktu. Sehubungan dengan hal tersebut, pemungutan pajakberdasarkan ketentuan ini dapat bersifat final.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Kepemilikan Nomor Pokok Wajib Pajak dapat dibuktikan olehWajib Pajak, antara lain, dengan cara menunjukkan kartu NomorPokok Wajib Pajak.

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 59: TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI...perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi,

No.489359

Angka 18

Pasal 23

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (1a)

Kepemilikan Nomor Pokok Wajib Pajak dapat dibuktikan olehWajib Pajak, antara lain, dengan cara menunjukkan kartu NomorPokok Wajib Pajak.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Angka 19

Pasal 24

Pada dasarnya Wajib Pajak dalam negeri terutang pajak atas seluruhpenghasilan, termasuk penghasilan yang diterima atau diperolehdari luar negeri. Untuk meringankan beban pajak ganda yang dapatterjadi karena pengenaan pajak atas penghasilan yang diterima ataudiperoleh di luar negeri, ketentuan ini mengatur tentang perhitunganbesarnya pajak atas penghasilan yang dibayar atau terutang di luarnegeri yang dapat dikreditkan terhadap pajak yang terutang atasseluruh penghasilan Wajib Pajak dalam negeri.

Ayat (1)

Pajak atas penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeriyang dapat dikreditkan terhadap pajak yang terutang diIndonesia hanyalah pajak yang langsung dikenakan ataspenghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak.

Contoh:

PT A di Indonesia merupakan pemegang saham tunggal dari ZInc. di Negara X. Z Inc. tersebut dalam tahun 1995 memperolehkeuntungan sebesar US$100,000.00. Pajak Penghasilan yang

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 60: TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI...perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi,

No.4893 60

berlaku di negara X adalah 48% dan Pajak Dividen adalah 38%.Penghitungan pajak atas dividen tersebut adalah sebagai berikut:

Keuntungan Z Inc US$ 100,000.00

Pajak Penghasilan (Corporate income tax)

atas Z Inc.: (48%) US$ 48,000.00 (-)

US$ 52,000.00

Pajak atas dividen (38%) US$ 19,760.00 (-)

Dividen yang dikirim ke Indonesia US$ 32,240.00

Pajak Penghasilan yang dapat dikreditkan terhadap seluruh PajakPenghasilan yang terutang atas PT A adalah pajak yang langsungdikenakan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh di luarnegeri, dalam contoh di atas yaitu jumlah sebesar US$19,760.00.

Pajak Penghasilan (Corporate income tax) atas Z Inc. sebesarUS$48,000.00 tidak dapat dikreditkan terhadap PajakPenghasilan yang terutang atas PT A, karena pajak sebesarUS$48,000.00 tersebut tidak dikenakan langsung ataspenghasilan yang diterima atau diperoleh PT A dari luar negeri,melainkan pajak yang dikenakan atas keuntungan Z Inc. dinegara X.

Ayat (2)

Untuk memberikan perlakuan pemajakan yang sama antarapenghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar negeri danpenghasilan yang diterima atau diperoleh di Indonesia, makabesarnya pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri dapatdikreditkan terhadap pajak yang terutang di Indonesia tetapitidak boleh melebihi besarnya pajak yang dihitung berdasarkanUndang-undang ini. Cara penghitungan besarnya pajak yangdapat dikreditkan ditetapkan oleh Menteri Keuanganberdasarkan wewenang sebagaimana diatur pada ayat (6).

Ayat (3) dan (4)

Dalam perhitungan kredit pajak atas penghasilan yang dibayaratau terutang di luar negeri yang dapat dikreditkan terhadappajak yang terutang menurut Undang-Undang ini, penentuansumber penghasilan menjadi sangat penting. Selanjutnya,ketentuan ini mengatur tentang penentuan sumber penghasilanuntuk memperhitungkan kredit pajak luar negeri tersebut.

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 61: TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI...perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi,

No.489361

Mengingat Undang-Undang ini menganut pengertianpenghasilan yang luas, maka sesuai dengan ketentuan pada ayat(4) penentuan sumber dari penghasilan selain yang tersebut padaayat (3) dipergunakan prinsip yang sama dengan prinsipsebagaimana dimaksud pada ayat (3) tersebut, misalnya Asebagai Wajib Pajak dalam negeri memiliki sebuah rumah diSingapura dan dalam tahun 1995 rumah tersebut dijual.Keuntungan yang diperoleh dari penjualan rumah tersebutmerupakan penghasilan yang bersumber di Singapura karenarumah tersebut terletak di Singapura.

Ayat (5)

Apabila terjadi pengurangan atau pengembalian pajak ataspenghasilan yang dibayar di luar negeri, sehingga besarnya pajakyang dapat dikreditkan di Indonesia menjadi lebih kecil daribesarnya perhitungan semula, maka selisihnya ditambahkanpada Pajak Penghasilan yang terutang menurut Undang-undangini. Misalnya, dalam tahun 1996, Wajib Pajak mendapatpengurangan pajak atas penghasilan luar negeri tahun pajak 1995sebesar Rp5.000.000,00 yang semula telah termasuk dalamjumlah pajak yang dikreditkan terhadap pajak yang terutanguntuk tahun pajak 1995, maka jumlah sebesar Rp5.000.000,00tersebut ditambahkan pada Pajak Penghasilan yang terutangdalam tahun pajak 1996.

Ayat (6)

Cukup jelas.

Angka 20

Pasal 25

Ketentuan ini mengatur tentang penghitungan besarnya angsuranbulanan yang harus dibayar oleh Wajib Pajak sendiri dalam tahunberjalan.

Ayat (1)

Contoh 1:

Pajak Penghasilan yang terutang berdasarkan SuratPemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun2009 Rp50.000.000,00

dikurangi:

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 62: TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI...perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi,

No.4893 62

a. Pajak Penghasilan yang dipotong

pemberi Kerja (Pasal 21) Rp15.000.000,00

b. Pajak Penghasilan yang dipungut

oleh pihak lain (Pasal 22) Rp10.000.000,00

c. Pajak Penghasilan yang dipotong

oleh pihak lain (Pasal 23) Rp 2.500.000,00

d. Kredit Pajak Penghasilan

luar negeri (Pasal 24) Rp 7.500.000,00 (+)

Jumlah kredit pajak Rp35.000.000,00 (-)

Selisih Rp15.000.000,00

Besarnya angsuran pajak yang harus dibayar sendiri setiap bulanuntuk tahun 2010 adalah sebesar Rp1.250.000,00(Rp15.000.000,00 dibagi 12).

Contoh 2:

Apabila Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam contohdi atas berkenaan dengan penghasilan yang diterima ataudiperoleh untuk bagian tahun pajak yang meliputi masa 6 (enam)bulan dalam tahun 2009, besarnya angsuran bulanan yang harusdibayar sendiri setiap bulan dalam tahun 2010 adalah sebesarRp2.500.000,00 (Rp15.000.000,00 dibagi 6).

Ayat (2)

Mengingat batas waktu penyampaian Surat PemberitahuanTahunan Pajak Penghasilan bagi Wajib Pajak orang pribadiadalah akhir bulan ketiga tahun pajak berikutnya dan bagi WajibPajak badan adalah akhir bulan keempat tahun pajak berikutnya,besarnya angsuran pajak yang harus dibayar sendiri oleh WajibPajak untuk bulan-bulan sebelum Surat Pemberitahuan TahunanPajak Penghasilan disampaikan belum dapat dihitung sesuaidengan ketentuan pada ayat (1).

Berdasarkan ketentuan ini, besarnya angsuran pajak untuk bulan-bulan sebelum Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilandisampaikan sebelum batas waktu penyampaian Surat

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 63: TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI...perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi,

No.489363

Pemberitahuan Tahunan adalah sama dengan angsuran pajakuntuk bulan terakhir dari tahun pajak yang lalu.

Contoh:

Apabila Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilandisampaikan oleh Wajib Pajak orang pribadi pada bulan Februari2010, besarnya angsuran pajak yang harus dibayar Wajib Pajaktersebut untuk bulan Januari 2010 adalah sebesar angsuran pajakbulan Desember 2009, misalnya sebesar Rp1.000.000,00 (satujuta rupiah).

Apabila dalam bulan September 2009 diterbitkan keputusanpengurangan angsuran pajak menjadi nihil sehingga angsuranpajak sejak bulan Oktober sampai dengan Desember 2009menjadi nihil, besarnya angsuran pajak yang harus dibayarWajib Pajak untuk bulan Januari 2010 tetap sama denganangsuran bulan Desember 2009, yaitu nihil.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Apabila dalam tahun berjalan diterbitkan surat ketetapan pajakuntuk tahun pajak yang lalu, angsuran pajak dihitungberdasarkan surat ketetapan pajak tersebut. Perubahan angsuranpajak tersebut berlaku mulai bulan berikutnya setelah bulanditerbitkannya surat ketetapan pajak.

Contoh:

Berdasarkan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilantahun pajak 2009 yang disampaikan Wajib Pajak dalam bulanFebruari 2010, perhitungan besarnya angsuran pajak yang harusdibayar adalah sebesar Rp1.250.000,00 (satu juta dua ratus limapuluh ribu rupiah). Dalam bulan Juni 2010 telah diterbitkan suratketetapan pajak tahun pajak 2009 yang menghasilkan besarnyaangsuran pajak setiap bulan sebesar Rp2.000.000,00 (dua jutarupiah).

Berdasarkan ketentuan dalam ayat ini, besarnya angsuran pajakmulai bulan Juli 2010 adalah sebesar Rp2.000.000,00 (dua jutarupiah). Penetapan besarnya angsuran pajak berdasarkan suratketetapan pajak tersebut bisa sama, lebih besar, atau lebih kecil

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 64: TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI...perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi,

No.4893 64

dari angsuran pajak sebelumnya berdasarkan SuratPemberitahuan Tahunan.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Ayat (6)

Pada dasarnya besarnya pembayaran angsuran pajak oleh WajibPajak sendiri dalam tahun berjalan sedapat mungkin diupayakanmendekati jumlah pajak yang akan terutang pada akhir tahun.Oleh karena itu, berdasarkan ketentuan ini dalam hal-hal tertentuDirektur Jenderal Pajak diberikan wewenang untukmenyesuaikan perhitungan besarnya angsuran pajak yang harusdibayar sendiri oleh Wajib Pajak dalam tahun berjalan apabilaterdapat kompensasi kerugian; Wajib Pajak menerima ataumemperoleh penghasilan tidak teratur; atau terjadi perubahankeadaan usaha atau kegiatan Wajib Pajak.

Contoh 1:

- Penghasilan PT X tahun 2009 Rp 120.000.000,00

- Sisa kerugian tahun sebelumnya

yang masih dapat dikompensasikan Rp 150.000.000,00

- Sisa kerugian yang belum

dikompensasikan tahun 2009 Rp 30.000.000,00

Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 25 tahun 2010 adalah:

Penghasilan yang dipakai dasar penghitungan angsuran PajakPenghasilan Pasal 25 = Rp120.000.000,00 – Rp30.000.000,00 =Rp90.000.000,00.

Pajak Penghasilan yang terutang:

28% x Rp90.000.000,00 = Rp25.200.000,00

Apabila pada tahun 2009 tidak ada Pajak Penghasilan yangdipotong atau dipungut oleh pihak lain dan pajak yang dibayaratau terutang di luar negeri sesuai dengan ketentuan dalam Pasal24, besarnya angsuran pajak bulanan PT X tahun 2010 = 1/12 xRp25.200.000,00= Rp2.100.000,00.

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 65: TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI...perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi,

No.489365

Contoh 2:

Dalam tahun 2009, penghasilan teratur Wajib Pajak A dari usahadagang Rp48.000.000,00 (empat puluh delapan juta rupiah) danpenghasilan tidak teratur sebesar Rp72.000.000,00 (tujuh puluhdua juta rupiah). Penghasilan yang dipakai sebagai dasarpenghitungan Pajak Penghasilan Pasal 25 dari Wajib Pajak Apada tahun 2010 adalah hanya dari penghasilan teratur tersebut.

Contoh 3:

Perubahan keadaan usaha atau kegiatan Wajib Pajak dapatterjadi karena penurunan atau peningkatan usaha. PT B yangbergerak di bidang produksi benang dalam tahun 2009membayar angsuran bulanan sebesar Rp15.000.000,00 (limabelas juta rupiah).

Dalam bulan Juni 2009 pabrik milik PT B terbakar. Oleh karenaitu, berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak mulai bulanJuli 2009 angsuran bulanan PT B dapat disesuaikan menjadilebih kecil dari Rp15.000.000,00 (lima belas juta rupiah).

Sebaliknya, apabila PT B mengalami peningkatan usaha,misalnya adanya peningkatan penjualan dan diperkirakanPenghasilan Kena Pajaknya akan lebih besar dibandingkandengan tahun sebelumnya, kewajiban angsuran bulanan PT Bdapat disesuaikan oleh Direktur Jenderal Pajak.

Ayat (7)

Pada prinsipnya penghitungan besarnya angsuran bulanan dalamtahun berjalan didasarkan pada Surat Pemberitahuan TahunanPajak Penghasilan tahun yang lalu. Namun, ketentuan inimemberi kewenangan kepada Menteri Keuangan untukmenetapkan dasar penghitungan besarnya angsuran bulananselain berdasarkan prinsip tersebut di atas. Hal ini dimaksudkanuntuk lebih mendekati kewajaran perhitungan besarnya angsuranpajak karena didasarkan kepada data terkini kegiatan usahaperusahaan.

Huruf a

Bagi Wajib Pajak baru yang mulai menjalankan usaha ataumelakukan kegiatan dalam tahun pajak berjalan perlu diaturperhitungan besarnya angsuran, karena Wajib Pajak belumpernah memasukkan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 66: TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI...perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi,

No.4893 66

Penghasilan, penentuan besarnya angsuran pajak didasarkan ataskenyataan usaha atau kegiatan Wajib Pajak.

Huruf b

Bagi Wajib Pajak yang bergerak dalam bidang perbankan, badanusaha milik negara dan badan usaha milik daerah, serta WajibPajak masuk bursa dan Wajib Pajak lainnya yang berdasarkanketentuan diharuskan membuat laporan keuangan berkala perludiatur perhitungan besarnya angsuran tersendiri karena terdapatkewajiban menyampaikan laporan yang berkaitan denganpengelolaan keuangan dalam suatu periode tertentu kepadainstansi Pemerintah yang dapat dipakai sebagai dasarpenghitungan untuk menentukan besarnya angsuran pajak dalamtahun berjalan.

Huruf c

Bagi Wajib Pajak orang pribadi pengusaha tertentu, yaitu WajibPajak orang pribadi yang mempunyai 1 (satu) atau lebih tempatusaha, besarnya angsuran pajak paling tinggi sebesar 0,75% (nolkoma tujuh lima persen) dari peredaran bruto.

Ayat (8)

Cukup jelas.

Ayat (8a)

Cukup jelas.

Ayat (9)

Cukup jelas.

Angka 21

Pasal 26

Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak luarnegeri dari Indonesia, Undang-Undang ini menganut dua sistempengenaan pajak, yaitu pemenuhan sendiri kewajibanperpajakannya bagi Wajib Pajak luar negeri yang menjalankanusaha atau melakukan kegiatan melalui suatu bentuk usaha tetap diIndonesia dan pemotongan oleh pihak yang wajib membayar bagiWajib Pajak luar negeri lainnya.

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 67: TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI...perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi,

No.489367

Ketentuan ini mengatur tentang pemotongan atas penghasilan yangbersumber di Indonesia yang diterima atau diperoleh Wajib Pajakluar negeri selain bentuk usaha tetap.

Ayat (1)

Pemotongan pajak berdasarkan ketentuan ini wajib dilakukanoleh badan pemerintah, subjek pajak dalam negeri,penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilanperusahaan luar negeri lainnya yang melakukan pembayarankepada Wajib Pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap diIndonesia dengan tarif sebesar 20% (dua puluh persen) darijumlah bruto.

Jenis-jenis penghasilan yang wajib dilakukan pemotongan dapatdigolongkan dalam:

1. penghasilan yang bersumber dari modal dalam bentukdividen, bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalankarena jaminan pengembalian utang, royalti, dan sewa sertapenghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;

2. imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, atau kegiatan;

3. hadiah dan penghargaan dengan nama dan dalam bentuk apapun;

4. pensiun dan pembayaran berkala lainnya;

5. premi swap dan transaksi lindung nilai lainnya; dan/atau

6. keuntungan karena pembebasan utang.

Sesuai dengan ketentuan ini, misalnya suatu badan subjek pajakdalam negeri membayarkan royalti sebesar Rp100.000.000,00(seratus juta rupiah) kepada Wajib Pajak luar negeri, subjekpajak dalam negeri tersebut berkewajiban untuk memotongPajak Penghasilan sebesar 20% (dua puluh persen) dariRp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

Sebagai contoh lain, seorang atlet dari luar negeri yang ikutmengambil bagian dalam perlombaan lari maraton di Indonesiakemudian merebut hadiah uang maka atas hadiah tersebutdikenai pemotongan Pajak Penghasilan sebesar 20% (dua puluhpersen).

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 68: TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI...perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi,

No.4893 68

Ayat (1a)

Negara domisili dari Wajib Pajak luar negeri selain yangmenjalankan usaha atau melakukan kegiatan usaha melaluibentuk usaha tetap di Indonesia yang menerima penghasilan dariIndonesia ditentukan berdasarkan tempat tinggal atau tempatkedudukan Wajib Pajak yang sebenarnya menerima manfaat daripenghasilan tersebut (beneficial owner). Oleh karena itu, negaradomisili tidak hanya ditentukan berdasarkan Surat KeteranganDomisili, tetapi juga tempat tinggal atau tempat kedudukan daripenerima manfaat dari penghasilan dimaksud.

Dalam hal penerima manfaat adalah orang pribadi, negaradomisilinya adalah negara tempat orang pribadi tersebutbertempat tinggal atau berada, sedangkan apabila penerimamanfaat adalah badan, negara domisilinya adalah negara tempatpemilik atau lebih dari 50% (lima puluh persen) pemegangsaham baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama berkedudukanatau efektif manajemennya berada.

Ayat (2)

Ketentuan ini mengatur tentang pemotongan pajak ataspenghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak luarnegeri yang bersumber di Indonesia, selain dari penghasilansebagaimana dimaksud pada ayat (1), yaitu penghasilan daripenjualan atau pengalihan harta, dan premi asuransi, termasukpremi reasuransi. Atas penghasilan tersebut dipotong pajaksebesar 20% (dua puluh persen) dari perkiraan penghasilan netodan bersifat final. Menteri Keuangan diberikan wewenang untukmenetapkan besarnya perkiraan penghasilan neto dimaksud,serta hal-hal lain dalam rangka pelaksanaan pemotongan pajaktersebut.

Ketentuan ini tidak diterapkan dalam hal Wajib Pajak luar negeritersebut menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melaluisuatu bentuk usaha tetap di Indonesia atau apabila penghasilandari penjualan harta tersebut telah dikenai pajak berdasarkanketentuan Pasal 4 ayat (2).

Ayat (2a)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 69: TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI...perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi,

No.489369

Ayat (4)

Atas Penghasilan Kena Pajak sesudah dikurangi pajak daribentuk usaha tetap di Indonesia dipotong pajak sebesar 20%(dua puluh persen).

Contoh:

Penghasilan Kena Pajak bentuk usaha

tetap di Indonesia dalam tahun 2009 Rp17.500.000.000,00

Pajak Penghasilan:

28% x Rp17.500.000.000,00 = Rp4.900.000.000,00 (-)

Penghasilan Kena Pajak setelah pajak Rp12.600.000.000,00

Pajak Penghasilan Pasal 26 yang terutang

20% x Rp12.600.000.000 = Rp2.520.000.000,00

Apabila penghasilan setelah pajak sebesar Rp12.600.000.000,00(dua belas miliar enam ratus juta rupiah) tersebut ditanamkankembali di Indonesia sesuai dengan atau berdasarkan PeraturanMenteri Keuangan, atas penghasilan tersebut tidak dipotongpajak.

Ayat (5)

Pada prinsipnya pemotongan pajak atas Wajib Pajak luar negeriadalah bersifat final, tetapi atas penghasilan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf b dan huruf c, dan ataspenghasilan Wajib Pajak orang pribadi atau badan luar negeriyang berubah status menjadi Wajib Pajak dalam negeri ataubentuk usaha tetap, pemotongan pajaknya tidak bersifat finalsehingga potongan pajak tersebut dapat dikreditkan dalam SuratPemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan.

Contoh:

A sebagai tenaga asing orang pribadi membuat perjanjian kerjadengan PT B sebagai Wajib Pajak dalam negeri untuk bekerja diIndonesia untuk jangka waktu 5 (lima) bulan terhitung mulaitanggal 1 Januari 2009. Pada tanggal 20 April 2009 perjanjiankerja tersebut diperpanjang menjadi 8 (delapan) bulan sehinggaakan berakhir pada tanggal 31 Agustus 2009.

Jika perjanjian kerja tersebut tidak diperpanjang, status A adalahtetap sebagai Wajib Pajak luar negeri. Dengan diperpanjangnya

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 70: TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI...perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi,

No.4893 70

perjanjian kerja tersebut, status A berubah dari Wajib Pajak luarnegeri menjadi Wajib Pajak dalam negeri terhitung sejak tanggal1 Januari 2009. Selama bulan Januari sampai dengan Maret 2009atas penghasilan bruto A telah dipotong Pajak Penghasilan Pasal26 oleh PT B.

Berdasarkan ketentuan ini, maka untuk menghitung PajakPenghasilan yang terutang atas penghasilan A untuk masaJanuari sampai dengan Agustus 2009, Pajak Penghasilan Pasal26 yang telah dipotong dan disetor PT B atas penghasilan Asampai dengan Maret tersebut, dapat dikreditkan terhadap pajakA sebagai Wajib Pajak dalam negeri.

Angka 22

Pasal 29

Ketentuan ini mewajibkan Wajib Pajak untuk melunasi kekuranganpembayaran pajak yang terutang menurut ketentuan Undang-Undang ini sebelum Surat Pemberitahuan Tahunan PajakPenghasilan disampaikan dan paling lambat pada batas akhirpenyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan. Apabila tahun bukusama dengan tahun kalender, kekurangan pajak tersebut wajibdilunasi paling lambat tanggal 31 Maret bagi Wajib Pajak orangpribadi atau 30 April bagi Wajib Pajak badan setelah tahun pajakberakhir, sedangkan apabila tahun buku tidak sama dengan tahunkalender, misalnya dimulai tanggal 1 Juli sampai dengan 30 Juni,kekurangan pajak wajib dilunasi paling lambat tanggal 30September bagi Wajib Pajak orang pribadi atau 31 Oktober bagiWajib Pajak badan.

Angka 23

Pasal 31A

Ayat (1)

Salah satu prinsip yang perlu dipegang teguh di dalam Undang-Undang perpajakan adalah diterapkannya perlakuan yang samaterhadap semua Wajib Pajak atau terhadap kasus-kasus dalambidang perpajakan yang hakikatnya sama, dengan berpegangpada ketentuan peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu,setiap kemudahan dalam bidang perpajakan jika benar-benardiperlukan harus mengacu pada kaidah di atas dan perlu dijaga

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 71: TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI...perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi,

No.489371

agar di dalam penerapannya tidak menyimpang dari maksud dantujuan diberikannya kemudahan tersebut.

Tujuan diberikannya kemudahan pajak ini adalah untukmendorong kegiatan investasi langsung di Indonesia baikmelalui penanaman modal asing maupun penanaman modaldalam negeri di bidang-bidang usaha tertentu dan/atau di daerah-daerah tertentu yang mendapat prioritas tinggi dalam skalanasional.

Ketentuan ini juga dapat digunakan untuk menampungkemungkinan perjanjian dengan negara-negara lain dalambidang perdagangan, investasi, dan bidang lainnya.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Angka 24

Pasal 31B

Cukup jelas.

Angka 25

Pasal 31C

Cukup jelas.

Angka 26

Pasal 31D

Cukup jelas.

Pasal 31E

Ayat (1)

Contoh 1:

Peredaran bruto PT Y dalam tahun pajak 2009 sebesarRp4.500.000.000,00 (empat miliar lima ratus juta rupiah) denganPenghasilan Kena Pajak sebesar Rp500.000.000,00 (lima ratusjuta rupiah).

Penghitungan pajak yang terutang:

Seluruh Penghasilan Kena Pajak yang diperoleh dari peredaranbruto tersebut dikenai tarif sebesar 50% (lima puluh persen) daritarif Pajak Penghasilan badan yang berlaku karena jumlah

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 72: TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI...perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi,

No.4893 72

peredaran bruto PT Y tidak melebihi Rp4.800.000.000,00(empat miliar delapan ratus juta rupiah).

Pajak Penghasilan yang terutang:

(50% x 28%) x Rp500.000.000,00 = Rp70.000.000,00

Contoh 2:

Peredaran bruto PT X dalam tahun pajak 2009 sebesarRp30.000.000.000,00 (tiga puluh miliar rupiah) denganPenghasilan Kena Pajak sebesar Rp3.000.000.000,00 (tiga miliarrupiah).

Penghitungan Pajak Penghasilan yang terutang:

1. Jumlah Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran brutoyang memperoleh fasilitas:

(Rp4.800.000.000,00 : Rp30.000.000.000,00) xRp3.000.000.000,00 = Rp480.000.000,00

2. Jumlah Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran brutoyang tidak memperoleh fasilitas:

Rp3.000.000.000,00 – Rp480.000.000,00 =Rp2.520.000.000,00

Pajak Penghasilan yang terutang:

- (50% x 28%) x Rp480.000.000,00 = Rp67.200.000,00

- 28% x Rp2.520.000.000,00 = Rp705.600.000,00(+)

Jumlah Pajak Penghasilan yang terutang Rp772.800.000,00

Ayat (2)

Cukup jelas.

Angka 27

Pasal 32

Cukup jelas.

Angka 28

Pasal 32B

Dalam rangka memperluas pasar Obligasi Negara, pemerintah dapatmengenakan tarif khusus yang lebih rendah atau membebaskanpengenaan pajak atas Obligasi Negara yang diperdagangkan dibursa negara lain. Pemerintah hanya dapat mengenakan perlakuan

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 73: TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI...perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi,

No.489373

khusus ini sepanjang negara lain tersebut juga memberikanperlakuan yang sama atas obligasi negara lain tersebut yangdiperdagangkan di bursa efek di Indonesia.

Angka 29

Pasal 35

Dengan peraturan pemerintah diatur lebih lanjut hal-hal yang belumcukup diatur dalam rangka pelaksanaan Undang-Undang ini, yaitusemua peraturan yang diperlukan agar Undang-Undang ini dapatdilaksanakan dengan sebaik-baiknya, termasuk pula peraturanperalihan.

Pasal II

Angka 1

Apabila Wajib Pajak menggunakan tahun buku yang berakhir tanggal30 Juni 2001 atau sebelumnya (tidak sama dengan tahun kalender),tahun buku tersebut adalah tahun pajak 2000. Pajak yang terutangdalam tahun tersebut tetap dihitung berdasarkan Undang-UndangNomor 7 Tahun 1983 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhirdengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994 tentang PerubahanKedua atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang PajakPenghasilan, sedangkan Wajib Pajak yang tahun bukunya berakhirsetelah tanggal 30 Juni 2001 wajib menghitung pajaknya mulai tahunpajak 2001 berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentangPajak Penghasilan, sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhirdengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 tentang PerubahanKetiga atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang PajakPenghasilan.

Angka 2

Apabila Wajib Pajak menggunakan tahun buku yang berakhir tanggal30 Juni 2009 atau sebelumnya (tidak sama dengan tahun kalender),tahun buku tersebut adalah tahun pajak 2008. Pajak yang terutangdalam tahun tersebut tetap dihitung berdasarkan Undang-UndangNomor 7 Tahun 1983 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhirdengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 tentang PerubahanKetiga atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang PajakPenghasilan, sedangkan Wajib Pajak yang tahun bukunya berakhirsetelah tanggal 30 Juni 2009 wajib menghitung pajaknya mulai tahunpajak 2009 berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentangPajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhirdengan Undang-Undang ini.

www.djpp.kemenkumham.go.id