Upload
ami-septia-hardiyanti
View
61
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
gflgfl
Citation preview
Tambahan metabolisme glutamate
Jika glutamat dikonsumsi dalam jumlah berlebihan, baik dari zat tambahan makanan atau
secara alami, tentu akan terjadi peningkatan asam glutamat dalam darah. Ia akan
terdistribusi dalam tubuh memainkan perannya di berbagai sel dalam tubuh. Adapun
asam glutamat memiliki beberapa jenis reseptor yang dibagi dalam dua kelompok besar
diantaranya ionotropic glutamate receptors (iGluR) dan metabotropic glutamate
receptors (mGluR). Semua reseptornya terdistribusi diberbagai sel tubuh, tidak hanya
pada sistem saraf pusat, tetapi juga terdapat pada sel-sel di timus, hati dan ginjal.
Glutamate memiliki beberapa 2 tipe reseptor yaituKelas Reseptor Grup Efek
Ionotropic Receptors
AMPA iGluR1; iGluR4 Pemasukan Na+
Kainate iGluR5; iGluR7
KA1;KA2
Pemasukan Na+
NMDA NR1;NR2A-D;NR3 Pemasukan Ca2+
Metabotropic receptors
1. mGluR1a-c; mGluR5 Aktivasi hidrolisis
Fosfoinositosil
2.mGluR2; . mGluR3 Inhibisi CAMP
3. mGluR4,6,7,8 Inhibisi CAMP
Yg dibuang
Berdasarkan penelitian - penelitian yang ada, semuanya membuktikan bahwa
kenaikan konsentrasi plasma glutamate dipengaruhi oleh dosis pemberian glutamate,
pembawa dosis tersebut, lama konsumsi, dan kandungan makronutrient dalam makanan
(Food Standards Australia New Zealand, 2003).
Diniz dkk dalam Waer, Hanaa F dan Edress Saleh (2006), menyebutkan bahwa
perubahan-perubahan yang terjadi pada jaringan hepar disebabkan oleh stress oksidative
karena MSG. MSG dapat meningkatkan glikogen dalam sel hepar karena pemberiannya
menyebabkan hyperglikemia dan hiperinsulinemia. MSG mempengaruhi laju
metabolisme penggunaan glukosa dan menurunkan pertahanan antioksidan.
Perubahan-perubahan mikroskopis yang terjadi pada penelitian ini sesuai dengan
pernyataan Bopanna dkk dalam Waer, Hanaa F dan Edress Saleh (2006), yakni pada
penelitiannya menyebutkan bahwa paparan MSG pada hepar tikus menyebabkan
beberapa perubahan histologis seperti foci nekrosis, degenerasi lemak, dan perubahan
mikrovaskular di hepar.
Walaupun jejas sel menyebabkan peningkatan kalsium intrasel, dan sebaliknya
memperantarai berbagai efek delesi/pengurangan, termasuk kematian sel, hilangnya
homeostasis kalsium tidak selalu merupakan puncak kejadian yang perlu pada jejas sel
yang ireversibel.
Glutamate adalah salah satu asam amino non essensial yang memiliki banyak
peranan dalam metabolisme yang terjadi di dalam tubuh. Berikut adalah tabel mengenai
enzim-enzim terkait dengan metabolisme glutamat.
Daftar enzim hepatic mamalia terkait dengan metabolisme glutamateEnzim yang memproduksi glutamate
Glutaminase5-OxoprolinePyrroline-5-carboxylate dehydrogenaseGlutamate formiminotransferase
Enzim yang menggunakan glutamateN-acetylglutamate synthetaseGlutamine synthetaseγ -glutamylcystein synthetaseGlutamate decarboxylaseGlutamate- γ-aminobutyrate aminotransferase
Folypolyglutamate synthetaseFolypolyglutamate hydrolaseGlutamyl-tRNA synthetase
Tabel 2.4. Beberapa enzim penting terkait metabolisme glutamate (Brosnan dan
Brosnan, 2009).
Adapun peranan glutamate sebagai berikut (Food Standards Australia New
Zealand, 2003):
Sebagai substrat untuk sintesis protein. Asam glutamate memiliki karakter fisik
dan kimia sebagai kontributor untuk struktur sekunder protein yang dinamakan α-
helices (Young dan Ajami, 2000 dalam Food Standards Australia New Zealand,
2003).
Sebagai pasangan α-ketoglutarate. L-glutamate disintesis dari amonia dan α-
ketoglutarate yang dalam reaksinya dikatalisis oleh L-glutamate dehydrogenase.
Reaksi ini sangat penting dalam biosintesis semua asam amino karena glutamate
adalah asam amino pendonor dalam biosintesis asam amino lainnya melalui reaksi
transaminasi (Lehninger,1982 dalam Food Standards Australia New Zealand,
2003).
Prekursor glutamine. Glutamine dibentuk dari glutamate dengan dibantu
glutamine synthetase. Hal ini penting untuk metabolisme asam amino karena
reaksi ini merupakan jalan utama dalam reaksi konversi amonia bebas menjadi
glutamine (Reeds dkk, 2000 dalam Food Standards Australia New Zealand, 2003)
Sebagai substrat untuk produksi glutathione. Glutathione merupakan tripeptida
yang terdiri dari asam glutamat, cysteine, dan glycine. Glutathione bertindak
sebagai reduktan toksik peroksida dengan dibantu oleh glutathione peroxidase.
Glutathione juga diduga berfungsi pada transport asam amino melalui membran
sel. (Lehninger, 1982 dalam Food Standards Australia New Zealand, 2003)
Precursor N-acetylglutamate yang merupakan aktivator alosterik carbamyl
phosphate synthetase I, yang merupakan enzim kunci yang bertanggung jawab
dalam siklus urea. (Brosnan, 2000 dalam Food Standards Australia New Zealand,
2003)
Sebagai neurotransmitter. Glutamat merupakan transmitter eksitasi mayor pada
otak, yang memediasi transmisi sinaptik. Glutamate juga merupakan prekursor
neurotransmitter GABA. (Watkins dan Evans, 1981 dalam Food Standards
Australia New Zealand, 2003).
Sebagai sumber energi beberapa jaringan tubuh. Jaringan intestinal bertanggung
jawab terhadap metabolisme glutamate yang didapat dari makanan. Glutamate bertindak
sebagai substrat yang menghasilkan energi (Young dan Ajami, 2000 dalam Food
Standards Australia New Zealand, 2003).
Selanjutnya di tahun 1986, Advisory Committee on Hypersensitivity to Food Constituent
di FDA menyatakan, pada umumnya konsumsi MSG itu aman, tetapi bisa terjadi reaksi
jangka pendek pada sekelompok orang. Hal ini didukung juga oleh laporan dari European
Communities (EC) Scientific Committee for Foods tahun 1991. Untuk itu, FDA
memutuskan tidak menetapkan batasan pasti untuk konsumsi MSG. Usaha penelitian
masih dilanjutkan, bekerja sama dengan FASEB (Federation of American Societies for
Experimental Biology) sejak tahun 1992. Laporan FASEB 31 Juli 1995 menyebutkan,
secara umum MSG aman dikonsumsi. tetapi memang ada dua kelompok yang
menunjukkan reaksi akibat konsumsi MSG ini. Pertama adalah kelompok orang yang
sensitif terhadap MSG yang berakibat muncul keluhan berupa : rasa panas di leher,
lengan dan dada, diikuti kakukaku otot dari daerah tersebut menyebar sampai ke
punggung. Gejala lain berupa rasa panas dan kaku di wajah diikuti nyeri dada, sakit
kepala, mual, berdebar-debar dan kadang sampai muntah. Gejala ini mirip dengan
Chinese Restaurant Syndrome, tetapi kemudian lebih tepat disebut MSG Complex
Syndrome. Sndrom ini terjadi segera atau sekitar 30 menit setelah konsumsi, dan
bertahan selama sekitar 3 – 5 jam. Berbagai survei dilakukan, dengan hasil persentase
kelompok sensitif ini sekitar 25% dari populasi. Sedang kelompok kedua adalah
penderita asma, yang banyak mengeluh meningkatnya serangan setelah mengkonsumsi
MSG. Munculnya keluhan di kedua kelompok tersebut terutama pada konsumsi sekitar
0,5 – 2,5 g MSG. (Ardyanto, 2004)
Tambahan pembahasan
Degenerasi adalah perubahan morfologik akibat jejas jejas non fatal. Perubahan
perubahan tersebut dapat pulih kembali atau bersifat revesibel. Meskipun sebab yang
menimbulkan perubahan tersebut sama, tetapi apabila berjalan lama dan derajatnya
berlebih, akhirnya mengakibatkan kematian sel atau nekrosis yang bersifat tidak dapat
pulih kembali atau irreversible. Degenerasi timbul karena adanya perubahan-perubahan
pada sel akibat adanya jejas pada sel. Jejas ini kemudian mengakibatkan gangguan dalam
metabolisme karbohidrat, protein dan lemak pada sel. Gangguan metabolisme seluler ini
akan menyebabkan perubaan dalam struktur sel.
Degenerasi bengkak keruh
Disebut juga cloudy swelling, degenerasi albumin. Merupkan perubahan kemunduran
akibat jejas yang tidak keras. Perubahan ini ditandai oleh adanya sel-sel yang
membengkak disertai sitoplasma yang bergranula (berbutir-butir) sehingga jaringan
nampak keruh. Perubahan ini biasanya terjadi pada sel tubulus ginjal, sel hati dan sel otot
jantung. Alat tubuh yang terkena menjadi besar, padat dan pucat. Penyebabnya dapat
karena infeksi, demam, keracunan, suhu yang rendah atau tinggi, anoxia, gizi buruk, dan
gangguan sirkulasi. Perubahan pada degenerasi ini bersifat hampir selalu reversible.
Terjadinya perubahan sel dalam degenerasi bengkak keruh ini diakibatkan oleh
bertambahnya jumlah air dalam sel. Disini, diduga terjadi pembengkakan mitokondria
dan reticulum endoplasma.
Degenerasi hidropik
Disebut juga degenerasi vakuoler . pada degenerasi hidropik ini terjadi edema
intraseluler lebih mencolok daripada degenerasi bengkak keruh. Meskipun juga masih
bersifat reversible, tetapi menunjukan kerusakan yang lebih keras. Penyebabnya adalah
sama seperti degenerasi bengkak keruh, hanya intensitasnya lebih dan jangka waktunya
lebih lama. Pembengkakan tidak hanya terjadi di reticulum endoplasma dan mitokondria,
tetapi air juga mengumpul dirongga-rongga sel. Tampakan mikroskopis menunukan
vakuol-vakuol yang jernih tersebar dalam sitoplasma. Kadang-kadang vakuol-vakuol
kecil bersatu membentuk vakuol lebih besar sehingga inti terdesak ke pinggir.
Degenerasi lemak
Disebut juga fatty deposition, perlemakan, fatty metamorphosis, fatty change. Degenerasi
menunjukkan bahwa di dalam parenkim terdapat pengumpulan lemak secara abnormal.
Pengumpulan lemak di dalam sel dapat terjadi akibat berbagai jejas non fatal atau akibat
gangguan metabolisme. Perlemakan ini sering didahului oleh bengkak keruh. Meskipun
bersifat reversible, tetapi perubahan ini menunjukkan adanya jejas berat dan dapat
merupakan permulaan nekrosis. Penyebab terjadinya perlemakan pada sel hati adalah
adanya pengangkutan/transport lemak yang berlebihan, yang diangkut dari luar ke dalam
hati; mobilisasi yang menurun daripada lemak di dalam hati; pemakaian lemak yang
menurun; sintesis lemak yang bertambah pada sel hati; pinositosis kilomikron yang
meningkat.
Adanya tampakan halo di sekitar inti sel menandakan masuknya cairan ekstra sel
menuju intra sel sehingga terjadi akumulasi cairan intrasel. Akumulasi cairan terjadi
melalui kerusakan membran sel pada hepatosit yang mengalami perubahan permeabilitas
sehingga memudahkan masuknya molekul air dari luar ke intra sel sehingga terjadi
pembentukan vakuola besar di sekitar inti sel dan tampak seperti sebuah cincin (halo),
dan sel hati biasanya tampak membengkak. Masuknya air pada suatu sel akan
menyebabkan pembentukan vakuola jernih, kecil dan banyak selanjutnya akan bersatu
dan menghasilkan suatu vakuola yang besar di sitoplasma. Perubahan ini akan diikuti
dengan pembengkakan sel dan sitoplasma tampak keruh yang disebut sebagai Hydropic
Degeneration. Pada keadaan tersebut, terjadi pembengkakan mitokondria yang
merupakan organel sel yang penting dalam menghasilkan ATP atau energy. Penurunan
ATP dapat menganggu proses metabolisme yang pada akhirnya dapat mengganggu
permeabilitas membran dan mekanisme transport aktif sel. (Chang , 1986 dalam
Anggraini, 2008)
Gambar di bawah ini merupakan gambaran histopatologi hepar dengan paparan MSG
3g/hari selama 14 hari (gambar kiri). Dari gambaran tersebut terlihat dilatasi vena sentral
dengan eritrosit yang lisis. Sedangkan pada gambar kanan merupakan gambaran
histopatologi hepar yang diberikan paparan MSG 6g/hari selama 14 hari, tampak adanya
perubahan atropik dan degeneratif sekitar vena sentralis dan hepatosit (Eweka dan
Om'Iniabohs, 2008).
Gambar 2.4 Gambaran histopatologi hepar
dengan paparan MSG 3g/hari selama 14
hari. Perbesaran 400x (Eweka dan
Om'Iniabohs, 2008)
Gambar 2.5. Gambaran histopatologi
hepar dengan paparan MSG 6g/hari
selama 14 hari. Perbesaran 400x (Eweka
dan Om'Iniabohs, 2008)
Dftar pustaka yang tak di pake
Brosnan, Margaret dan Brosnan, John. (2009). Hepatic glutamate metabolism: A Tale of
2 Hepatocytes. American Journal of Clinical Nutrition, 90(suppl):857S–61S.
Tersedia dalam http://www.ajcn.org/content/90/3/857S.full.pdf. (diakses pada 22
Februari 2012).
Brunt, Elizabeth M. (2000). Grading and Staging the Histopathological Lesions of
Chronic Hepatitis: The Knodell Histology Activity Index and Beyond.
Hepatology, Vol. 31, No. 1. Tersedia dalam
http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/hep.510310136/pdf. (diakses pada 7
Mei 2012).
Xiong, J.S., Branigan,D., dan Li, Minghua. (2009). Deciphering the MSG Controversy.
Int J Clin Exp Med, 2 329-336 Tersedia dalam
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2802046/pdf/ijcem0002-
0329.pdf. (diakses pada 20 diakses Januari 2012).
Beberapa penelitian mengenai hubungan absorbsi glutamat dengan level plasma
sudah dilakukan pada tikus, babi, monyet dan juga manusia. Ketika bayi tikus diberi
MSG dengan formula bayi, level puncak glutamat plasma benilai lebih rendah daripada
diberikan dengan dosis yang sama tetapi dicampur dengan air, dengan waktu untuk
mencapai level puncak menjadi lebih lama (Ohara dkk., 1977 dalam Food Standards
Australia New Zealand, 2003). Efek yang sama juga dibuktikan pada penelitian yang
dilakukan pada manusia. Penelitian tersebut menunjukan bahwa hanya terjadi
peningkatan glutamat plasma yang sedikit dengan pemberian dosis MSG 150 mg/kg BB
yang ditambahkan ke dalam makanan orang dewasa, bayi manusia, termasuk bayi
prematur (Tung dan Tung, 1980 dalam Food Standards Australia New Zealand, 2003).
Yeyeyyy
Glutamat diabsorbsi dari usus melalui transport aktif spesifik terhadap asam amino.
Asam glutamat dalam protein diet didigesti menjadi asam amino bebas peptida kecil,
keduanya akan diabsorbsi ke sel mukosa. Peptida akan dihidrolisis menjadi asam amino
dan beberapa glutamat dimetabolisme. Sangat sedikit glutamat diet yang dapat mencapai
sirkulasi porta. Kelebihan glutamat muncul di sirkulasi porta dan akan dimetabolisme
hepar (Food Standards Australia New Zealand, 2003).
Pada beberapa penelitian pada hewan coba anjing (Neame dan Wiseman, 1958 dalam
Food Standards Australia New Zealand, 2003) dan tikus (Windmueller, 1982;
Windmueller dan Spaeth, 1974, 1975 dalam Food Standards Australia New Zealand,
2003) membuktikan bahwa metabolisme terbanyak terjadi di traktus gastrointestinal.
Pada kenyataaannya, sangat sedikit glutamat diet yang memasuki sistem peredaran darah
porta atau sistemik. Sehingga hal tersebut mengindikasikan bahwa kebanyakan glutamat
dipergunakan dalam jaringan intestinal (Young dan Ajami, 2000 dalam Food Standards
Australia New Zealand, 2003).
Suatu penelitian mengenai proses penggunaan atau utilitasi glutamat pada hewan
coba babi mengungkapkan bahwa 95% glutamat diet dipaparkan pada mukosa traktus
intestinal mengalami first pass metabolism dan 50%-nya muncul sebagai CO2 portal
dengan sedikit laktat dan alanin. Hal tersebut menunjukkan bahwa glutamat merupakan
kontributor terbesar dalam proses penghasilan energi (Reeds dkk., 1996, 1997, 2000
dalam Food Standards Australia New Zealand, 2003).
Sebagai akibat dari metabolisme glutamat yang cepat oleh sel mukosa intestinal, dan
jika ada kelebihan glutamat akan dimetabolisme hepar, maka level sistemik plasma
biasanya rendah, walaupun setelah mengkonsumsi sejumlah besar protein diet (Munro,
1979 dan Meister, 1979 dalam Food Standards Australia New Zealand, 2003). Plasma
manusia dilaporkan mengandung glutamat sekitar 4.4 – 8.8 mg/L (Pulce dkk., 1992
dalam Food Standards Australia New Zealand, 2003).
Beberapa penelitian mengenai hubungan absorbsi glutamat dengan level plasma
sudah dilakukan pada tikus, babi, monyet dan juga manusia. Ketika bayi tikus diberi
MSG dengan formula bayi, level puncak glutamat plasma benilai lebih rendah daripada
diberikan dengan dosis yang sama tetapi dicampur dengan air, dengan waktu untuk
mencapai level puncak menjadi lebih lama (Ohara dkk., 1977 dalam Food Standards
Australia New Zealand, 2003). Efek yang sama juga dibuktikan pada penelitian yang
dilakukan pada manusia. Penelitian tersebut menunjukan bahwa hanya terjadi
peningkatan glutamat plasma yang sedikit dengan pemberian dosis MSG 150 mg/kg BB
yang ditambahkan ke dalam makanan orang dewasa, bayi manusia, termasuk bayi
prematur (Tung dan Tung, 1980 dalam Food Standards Australia New Zealand, 2003).
Pengkonsumsian glutamat memang dapat mengalami first pass metabolism, tetapi jika
pengkonsumsiannya tidak dalam jumlah besar. Intake MSG berlebihan (150mg/kg)
diikuti dengan peningkatan konsentrasi L-glutamat plasma (Graham dkk., 2000 dalam
Pieper, 2011). Selanjutnya L-glutamat akan terdistribusi dalam tubuh memainkan
perannya di berbagai sel dalam tubuh.
Pembahasan pa
Degenerasi bengkak keruh merupakan perubahan kemunduran akibat jejas yang
tidak keras. Perubahan ini bersifat reversible dan ditandai oleh adanya sel-sel yang
membengkak disertai sitoplasma yang bergranula (berbutir-butir) sehingga jaringan
nampak keruh. Secara umum, penyebabnya dapat karena infeksi, demam, keracunan,
suhu yang rendah atau tinggi, anoksia, gizi buruk, dan gangguan sirkulasi. Terjadinya
perubahan sel dalam degenerasi bengkak keruh ini diakibatkan oleh bertambahnya
jumlah air dalam sel. Disini, diduga terjadi pembengkakan mitokondria dan retikulum
endoplasma (Himawan, 1973).
Jenis Mikrobiota Intestinal
Jumlah Mikrobiota Intestinal