17
597 TANGGAPAN PERANGKAT DESA, STAKEHOLDERS DAN MASYARAKAT TENTANG IMPLEMENTASI BUMDES DI KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2017 Lucas Magalhaes ABSTRAK Badan Usaha Milik Desa, selanjutnya disebut BUMDesa, adalah Badan Usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan Desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk dimanfaatkan sebesar besarnya bagi kesejahteraan masyarakat Desa. BUMDes termasuk dalam 10 Ruang Lingkup pada Batang Tubuh Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Sejalan dengan isi Pasal 1 Angka 7 Peraturan Pemerintah tersebut bahwa Keberadaan BUMDes di Desa dan menjadi sebuah strategi bagi Pemerintah Desa untuk pemberdayaan masyarakat Desa dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa. Selanjutnya dalam pasal 132 disebutkan bahwa Desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa atau (BUMDes) dan dilakukan melalui musyawarah Desa dan ditetapkan dengan Peraturan Desa yang memiliki struktur organisasi yang jelas dan permanen serta pengelolanya terpisah dari organisasi Pemerintahan Desa. Tujuan awal pembentukan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dimaksudkan untuk mendorong atau menampung seluruh kegiatan peningkatan pendapatan masyarakat, baik yang berkembang menurut adat Istiadat dan budaya setempat, maupun kegiatan perekonomian yang diserahkan untuk di kelola oleh masyarakat melalui program atau proyek Pemerintah pusat dan Pemerintah Daerah. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang dianalisis secara komprehenship tentang Implementasi BUMDes di Kabupaten Jombang untuk merespons beberapa persoalan yang muncul di masyarakat antara lain : Sosialisasi BUMDes kepada Masyarakat masih belum optimal, Belum melibatkan masyarakat secara maksimal dalam pengambilan ,kebijakan pembangunan di Desa terutama dalam menentukan jenis usaha BUMDes, Masih rendahnya transparansi penggunaan Dana BUMdes oleh Pengelola, Masih belum tersinergikan program Bumdes dengan Usaha Ekonomi yang ada di Desa seperti BKD, SPP atau program lain peninggalan Program Mandiri Perdesaan, Belum maksimal melakukan diversifikasi terhadap usaha dana BUMDes,Penggunaan Dana BUMDes untuk usaha-usaha produktif di Desa masih terbatas, Belum ada kejelasan tentang pejabat Pembina BUMDes, Masih rendahnya kapasitas SDM Perangkat maupun pengelola BUMdes dalam pengelolaan BUMDes baik di bidang manajemen maupun administrasi keuangan dan Masih terbatas Alokasi Dana BUMDes Kata kunci : Implementasi, BUMDes PENDAHULUAN A. Latar Belakang Badan Usaha Milik Desa, selanjutnya disebut BUMDesa, adalah Badan Usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan Desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk dimanfaatkan sebesar besarnya bagi kesejahteraan masyarakat Desa. BUMDes termasuk dalam 10 Ruang Lingkup Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan menjadi landasan utama dan tujuan bagi Desa untuk melaksanakan Otonomi Desa dan pemberdayaan Masyarakat Desa. Sejalan dengan isi Pasal 1 Angka 7 Peraturan Pemerintah tersebut bahwa Keberadaan BUMDes di Desa dan menjadi sebuah strategi bagi Pemerintah Desa untuk pemberdayaan masyarakat Desa dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa. Selanjutnya dalam pasal 132 disebutkan bahwa Desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa atau (BUMDes) dan dilakukan

TANGGAPAN PERANGKAT DESA, STAKEHOLDERS DAN … filePelaksanaan UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan menjadi landasan utama dan tujuan bagi Desa untuk melaksanakan Otonomi Desa dan

  • Upload
    vobao

  • View
    233

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: TANGGAPAN PERANGKAT DESA, STAKEHOLDERS DAN … filePelaksanaan UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan menjadi landasan utama dan tujuan bagi Desa untuk melaksanakan Otonomi Desa dan

597

TANGGAPAN PERANGKAT DESA, STAKEHOLDERS DAN MASYARAKAT

TENTANG IMPLEMENTASI BUMDES DI KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2017

Lucas Magalhaes

ABSTRAK

Badan Usaha Milik Desa, selanjutnya disebut BUMDesa, adalah Badan Usaha yang seluruh

atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari

kekayaan Desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk

dimanfaatkan sebesar besarnya bagi kesejahteraan masyarakat Desa. BUMDes termasuk dalam 10

Ruang Lingkup pada Batang Tubuh Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang

Pelaksanaan UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Sejalan dengan isi Pasal 1 Angka 7 Peraturan

Pemerintah tersebut bahwa Keberadaan BUMDes di Desa dan menjadi sebuah strategi bagi

Pemerintah Desa untuk pemberdayaan masyarakat Desa dengan tujuan untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat Desa. Selanjutnya dalam pasal 132 disebutkan bahwa Desa dapat

mendirikan Badan Usaha Milik Desa atau (BUMDes) dan dilakukan melalui musyawarah Desa dan

ditetapkan dengan Peraturan Desa yang memiliki struktur organisasi yang jelas dan permanen serta

pengelolanya terpisah dari organisasi Pemerintahan Desa. Tujuan awal pembentukan Badan Usaha

Milik Desa (BUMDes) dimaksudkan untuk mendorong atau menampung seluruh kegiatan peningkatan

pendapatan masyarakat, baik yang berkembang menurut adat Istiadat dan budaya setempat, maupun

kegiatan perekonomian yang diserahkan untuk di kelola oleh masyarakat melalui program atau proyek

Pemerintah pusat dan Pemerintah Daerah. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan

kualitatif yang dianalisis secara komprehenship tentang Implementasi BUMDes di Kabupaten

Jombang untuk merespons beberapa persoalan yang muncul di masyarakat antara lain : Sosialisasi

BUMDes kepada Masyarakat masih belum optimal, Belum melibatkan masyarakat secara maksimal

dalam pengambilan ,kebijakan pembangunan di Desa terutama dalam menentukan jenis usaha

BUMDes, Masih rendahnya transparansi penggunaan Dana BUMdes oleh Pengelola, Masih belum

tersinergikan program Bumdes dengan Usaha Ekonomi yang ada di Desa seperti BKD, SPP atau

program lain peninggalan Program Mandiri Perdesaan, Belum maksimal melakukan diversifikasi

terhadap usaha dana BUMDes,Penggunaan Dana BUMDes untuk usaha-usaha produktif di Desa

masih terbatas, Belum ada kejelasan tentang pejabat Pembina BUMDes, Masih rendahnya kapasitas

SDM Perangkat maupun pengelola BUMdes dalam pengelolaan BUMDes baik di bidang manajemen

maupun administrasi keuangan dan Masih terbatas Alokasi Dana BUMDes

Kata kunci : Implementasi, BUMDes

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Badan Usaha Milik Desa, selanjutnya disebut BUMDesa, adalah Badan Usaha

yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa melalui penyertaan secara langsung

yang berasal dari kekayaan Desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha

lainnya untuk dimanfaatkan sebesar besarnya bagi kesejahteraan masyarakat Desa. BUMDes

termasuk dalam 10 Ruang Lingkup Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang

Pelaksanaan UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan menjadi landasan utama dan tujuan bagi

Desa untuk melaksanakan Otonomi Desa dan pemberdayaan Masyarakat Desa. Sejalan dengan

isi Pasal 1 Angka 7 Peraturan Pemerintah tersebut bahwa Keberadaan BUMDes di Desa dan

menjadi sebuah strategi bagi Pemerintah Desa untuk pemberdayaan masyarakat Desa dengan

tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa. Selanjutnya dalam pasal 132

disebutkan bahwa Desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa atau (BUMDes) dan dilakukan

Page 2: TANGGAPAN PERANGKAT DESA, STAKEHOLDERS DAN … filePelaksanaan UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan menjadi landasan utama dan tujuan bagi Desa untuk melaksanakan Otonomi Desa dan

598

melalui musyawarah Desa dan ditetapkan dengan Peraturan Desa yang memiliki struktur organisasi

yang jelas dan permanen serta pengelolanya terpisah dari organisasi Pemerintahan Desa. Tujuan

awal pembentukan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dimaksudkan untuk mendorong atau

menampung seluruh kegiatan peningkatan pendapatan masyarakat, baik yang berkembang menurut

adat Istiadat dan budaya setempat, maupun kegiatan perekonomian yang diserahkan untuk di kelola

oleh masyarakat melalui program atau proyek Pemerintah pusat dan Pemerintah Daerah. Jadi,

pembentukan BUMDes adalah untuk memaksimalisasi potensi masyarakat yang ada di desa

seperti potensi ekonomi, potensi sumber daya alam, ataupun potensi sumber daya manusia. Secara

spesifik, pendirian Bumdes adalah untuk menyerap tenaga kerja desa dan meningkatkan kreatifitas

serta memanfaatkan peluang usaha ekonomi produktif masyarakat yang berpenghasilan rendah.

Sebagai langkah dibentuknya BUMDesa di 302 Desa di Kabupaten Jombang maka

Pemerintah Kabupaten Jombang pada Tahun Anggaran 2015 telah mengucurkan dana sebesar

Rp.302.000.000.000,- (Tiga Ratus Dua Millyar Rupiah) atau sebesar Rp. 100.000.000,-/Desa

sebagai realisasi dari komitmen Bupati/Wakil Bupati Jombang untuk memberi Alokasi dana

sebesar Rp. 500.000.000,-/Desa. Kebijakan tersebut muncul sebagai wujud dari komitmen serta

janji Bupati/Wakil Bupati terpilih pada periode 2013-2018 untuk meningkatkan perekonomian di

Desa. Secara politis, Program tersebut telah dituangkan dalam RPJMD Kkabupaten Jombang

Tahun 2014-2018. Pada awalnya, dana tersebut diperuntukan untuk pemberdayaan ekonomi

masyarakat Desa sebagai sebuah kebijakan untuk pmberdayaan ekonomi masyarakat Desa dan

langkah awal pembentukan BUMDEs di setiap Desa. Sasaran pemberdayaan ekonomi masyarakat

desa dilakukan melalui BUMDes adalah untuk melayani masyarakat desa dalam mengembangkan

usaha produktif Desa. Tujuan lainnya adalah untuk menyediakan media beragam usaha dalam

menunjang perekonomian masyarakat desa sesuai dengan potensi desa dan kebutuhan masyarakat.

Selain itu pemberian insentif jika pengelola mampu mencapai target yang ditetapkan selama

periode tertentu. Besar kecilnya jumlah uang yang dapat dibayarkan kepada pengelola BUMDes

juga harus didasarkan pada tingkat keuntungan yang kemungkinan dapat dicapai. Pemberian

imbalan kepada pengelola BUMDes harus semenjak awal disampaikan agar mereka memiliki

tanggungjawab dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Sebab pemberian imbalan merupakan ikatan

bagi setiap orang untuk memenuhi kinerja yang diminta. Kebijakan untuk memberi dukungan

kepada BUMDes adalah sejalan dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku bahwa Desa

dapat membentuk BUMDdes untuk mendukung penguatan embrio perekonomian yang sudah ada

di Desa seperti Pasar Desa, Lumbung Desa maupun UED-SP. Kehadiran BUMDes di Desa

adalah untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif bagi pengembangan Lembaga Ekonomi Desa

(LED) secara berkelanjutan dan mampu memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat

khususnya masyarakat yang kurang beruntung dan berpenghasilan rendah disamping untuk

melindungi aset Lembaga Ekonomi Desa (LED) maupun simpanan atau tabungan masyarakat

pengguna jasa layanan Lembaga Ekonomi Desa. Melalui BUMDesa, diharapkan pendapatan

masyarakat Desa akan meningkat, tersedianya lapangan kerja baru, dan dapat mengurangi

kesenjangan pendapatan antara warga Desa, penanggulangan kemiskinan, serta memberikan

kontribusi terhadap pendapatan asli desa.

Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi yang dilakukan Bappeda Kabupaten Jombang

dan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Kabupaten Jombang yang dipaparkan di

depan para Kepala Seksi PMD seluruh Kecamatan yang dilaksanakan pada tanggal 1 Maret 2016

di Kantor Bappeda Kabupaten Jombang menunjukkan bahwa Kondisi BUMDEs di Kabupaten

Jombang keadaan akhir tahun 2016, adalah sebagai berikut :

1. Jumlah Desa yang menyampaikan laporan sebanyak 200 Desa atau 66% dari seluruh Desa

2. Modal awal Rp.30.200.000.000,-

3. Penyertaan Modal sebesar Rp. 1.168.660.550,- dari enam Kecamatan, yaitu : Kecamatan

Ngoro, Kecamatan Wonosalam, Kecamatan Mojowarno, Kecamatan Jombang,, Kecamatan

Ploso dan Kecamatan Jogoroto

4. Laba Bersih sebesar Rp. 2.489.000.318,- atau pertumbuhan sebesar 8%

5. Pertambahan Modal sebesar Rp.995.632.127.-

6. Dari keadaan tersebut terdapat beberapa masalah yang menonjol adalah:

Page 3: TANGGAPAN PERANGKAT DESA, STAKEHOLDERS DAN … filePelaksanaan UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan menjadi landasan utama dan tujuan bagi Desa untuk melaksanakan Otonomi Desa dan

599

a. Para pengurus atau pengelola BUMdes belum paham tentang Peraturan Perundang-undangan

tentang BUMDes

b. Ada kesulitan dalam membuat laporan kuangan baik tentang neraca maupun rugi laba

c. Masih terdapat beberapa Desa yang belum melaksanakan BUMDes walaupun secara

hukum sudah ada PERDes tentang pembentukannya dengan terbukti bahwa uangnya masih

di rekening di Bank JJatim Cabang Jombang

d. Ada potensi kerugian di beberapa Desa karena salah pengelolaan

Hal tersebut menjadi pembenaran dalam laporan hasil monitoring dan evaluasi oleh Bagian

Administrasi Pembangunan Setda Jombang bekerjasama dengan Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah (Bappeda) Kabupaten Jombang pada Bulan Okober 2016 serta didukung dengan berita

dari Media Masa (Radar Jombang, tanggal 30 Januari 2016) mendapatkan informasi bahwa

Pengelolaan BUMDes kurang berkembang sesuai dengan harapan bahkan ada BUMDes tertentu

yang macet dan tidak produktif. Salah satu faktor penyebab adalah belum tersosialisasikan dengan

baik dan belum dilakukan persiapan yang cukup sehingga banyak kegiatan usaha BUMDes

yang hanya digunakan untuk Simpan Pinjam bagi masyarakat Desa. Hal tersebut diperkuat oleh

Ketua Komisi A DPRD Kabupaten Jombang bahwa implementasi BUMDes banyak yang tidak

sehat, karena pengelolaannya belum bisa produktif di masing-masing Desa. . Ditambahkan bahwa

jika BUMDes menggunakan kebijakan one village one product kemungkinan pengelolaan

BUMDes akan lebih berkembang seuai harapan bersama.

Ada beberapa prmasalahan pokok yang ditemui dalam pengelolaan BUMDes di lapangan,

antara lain :

1. Sosialisasi BUMDes kepada Masyarakat masih belum optimal

2. Belum melibatkan masyarakat secara maksimal dalam pengambilan kebijakan pembangunan di

Desa terutama dalam menentukan jenis usaha BUMDes

3. Masih rendahnya transparansi penggunaan Dana BUMdes oleh Pengelola

4. Masih belum tersinergikan program Bumdes dengan Usaha Ekonomi yang ada di Desa seperti

BKD, SPP atau program lain peninggalan Program Mandiri Perdesaan

5. Belum maksimal melakukan diversifikasi terhadap usaha dana BUMDes

6. Penggunaan Dana BUMDes untuk usaha-usaha produktif di Desa masih terbatas

7. Belum ada kejelasan tentang pejabat Pembina BUMDes apakah Kasi Sungram di Kecamatan

atau Pendamping Dana Desa atau pejabat lain yang ditunjuk secara resmi oleh Pemerintah

Kabupaten Jombang

8. Masih rendahnya kapasitas SDM Perangkat maupun pengelola BUMdes dalam pengelolaan

BUMDes baik di bidang manajemen maupun administrasi keuangan

9. Masih terbatas Alokasi Dana BUMDes

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka rumusan masalah yang diangkat dalam

kajian ini adalah :

1. Bagaimana Tanggapan Perangkat Desa, Stakeholders dan Masyarakat tentang Implementasi

BUMDes di Kabupaten Jombang?

2. Permasalahan apa saja yang muncul dalam dinamika pengelolaan BUMDes di Kabupaten

Jombang?

3. Strategi apa yang ditawarkan dalam pengelolaan BUMDes di Kabupaten Jombang masa

yang akan datang?

C. Tujuan

Pelaksanaan Kaajian ini bertujuan untuk :

1. Mengkaji Tanggapan Perangkat Desa, Stakeholders dan Masyarakat tentang Implementasi

BUMDes di Kabupaten Jombang

2. Menggali dan menginventarisir Permasalahan apa saja yang berpengaruh dalam dinamika

Implementasi BUMDes di Kabupaten Jombang

Page 4: TANGGAPAN PERANGKAT DESA, STAKEHOLDERS DAN … filePelaksanaan UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan menjadi landasan utama dan tujuan bagi Desa untuk melaksanakan Otonomi Desa dan

600

3. Strategi apa yang ditawarkan untuk Implementasi BUMDes di Kabupaten Jombang di masa

yang akan datang

D. Metode Jika dilihat dari hasil yang ingin dicapai dalam kajian ini, maka penelitian ini adalah

Penelitian Terapan (Applied research) yang mempunyai alasan praktis, keinginan untuk

mengetahui dengan tujuan agar dapat melakukan sesuatu yang lebih baik, lebih efktif dan lebih

efisien. Sedangkan ditinjau dari Metode yang digunakan maka kegiatan ini tergolong sebagai

Penelitian Policy (Policy Research) yang dimulai dengan adanya masalah dan masalah ini dimiliki

oleh para administrator atau pengambil keputusan. Adapun jenis data yang digunakan adalah data

gabungan antara data primer dan data sekunde. Unsur analisisnya menggunakan pendekatan

Deskriptif dengan cara menggambarkan penelitian pada saat keadaan sekarang berdasarkan fakta-

fakta sebagaimana adanya Jadi, Jenis kajian yang digunakan dalam kajian ini adalah kajian

deskriptif dengan pendekatan secara komprehensif antara pendekatan kualitatif dan kuantitatif.

Fokus penelitian merupakan gambaran bagi peneliti mengenai hal apa saja yang akan diteliti dan

apa yang akan di analisis serta dideskripsikan pada bab pembahasan.

Dalam penelitian ini, peneliti menetapkan 302 Responden sebagai sasaran Responden

untuk menjawab pertanyaan dalam Questionaire yang diajukan dengan dipandu wawancara secara

acak terhadap Perangkat Dsa, Stakeholders dan Masyarakat di 25 Desa sebagai sampel dan

menjadi lokasi penelitian. Teknik Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi dan

dokumentasi. Instrumen penelitian yang dighunakan adalah peneliti sendiri, pedoman wawancara

dan catatan lapangan dan Analisis data menggunakan proses input output proses .

TINJAUAN PUSTAKA

A. Keberadaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dan aktivitasnya

Istilah Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) muncul pertama kali dalam Peraturan

Pemerintah (PP) No 72/2005 tentang Desa dan ditindaklanjuti dengan Peraturan Menteri Dalam

Negeri (Permendagri) No 39/2010. Roh dari BUMDes dalam ketentuan perundang-undangan di

atas merupakan sebuah wadah usaha Desa yang memiliki semangat kemandirian, kebersamaan,

dan kegotong-royongan antara Pemerintah Desa dan masyarakat untuk mengembangkan aset-aset

Desa yang bersifat lokal untuk memberikan pelayanan dan meningkatkan pendapatan ekonomi

masyarakat di Desa. Sebelum lahirnya kebijakan di atas, inisiatif BUMDes sudah muncul di

sejumlah daerah dengan nama yang berbeda-beda, tapi mengandung prinsip dan tujuan yang sama.

Ada yang menjalankan bisnis simpan-pinjam (keuangan mikro) dan ada juga yang

menyelenggarakan pelayanan air minum untuk mengatasi kesulitan air bersih bagi masyarakat

Desa.

Badan Usaha Milik Desa selanjutnya disingkat dengan BUMDes muncul sebagai kekuatan

ekonomi baru di wilayah perdesaan setelah aturan di atas dan direvisi dengan Undang-Undang No

6 tahun 2014 tentang Desa. Dalam Undang-undang tersebut memberikan payung hukum atas

BUMDes sebagai pelaku ekonomi yang mengelola potensi desa secara kolektif untuk

meningkatkan kesejahteraan warga desa. Kendati demikian keberadaan BUMDes di Desa tidak

berjalan secara mulus sesuai harapan. Yunanto dkk (2014:3-4) dalam makalahnya yang berjudul :

Police Paper dalam Forum Pengembangan Pembaharuan Desa (FPPD) menegaskan adanya

sejumlah kelemahan yang secara inheren terdapat pada BUMDes, yaitu :

1. Penataan kelembagaan desa belum berjalan secara maksimal sehingga BUMDes pun belum

dilembagakan dalam format kepemerintahan dan perekonomian desa.

2. Keterbatasan kapasitas sumber daya manusia di desa untuk mengelola dan mengembangkan

BUMDes yang akuntabel dan berkinerja baik.

3. Rendahnya inisiatif lokal untuk menggerakkan potensi ekonomi lokal bagi peningkatan

kesejahteraan sosial dan ekonomi warga desa.

4. Belum berkembangnya proses konsolidasi dan kerjasama antar pihak terkait untuk mewujudkan

BUMDes sebagai patron ekonomi yang berperan memajukan ekonomi kerakyatan.

Page 5: TANGGAPAN PERANGKAT DESA, STAKEHOLDERS DAN … filePelaksanaan UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan menjadi landasan utama dan tujuan bagi Desa untuk melaksanakan Otonomi Desa dan

601

5. Kurangnya responsivitas Pemda untuk menjadikan BUMDes sebagai program unggulan untuk

memberdayakan desa dan kesejahteraan masyarakat.

ANALISIS

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan UU Nomor 6

Tahun 2014 tentang Desa mengatur tentang 10 Ruang Lingkup yang menjadi landasan utama dan

tujuan bagi Desa untuk melaksanakan Otonomi Desa dan pemberdayaan Masyarakat Desa. Ke 10

Ruang lingkup tersebut meliputi :

1. Penataan Desa

2. Kewenangan Desa

3. Pemerintahan Desa

4. Tata cara Penyusunan Peraturan di Desa

5. Keuangan dan Kekayaan Desa

6. Pembangunan Desa dan Pembangunan Kawasan Perdesaan

7. BUMDes

8. Kerjasama Desa

9. Lembaga Kemasyarakatan Desa

10. Pembinaan dan Pengawasan Desa

BUMDes termasuk dalam 10 Ruang Lingkup pada Peraturan Pemerintah tersebut dan Ke-

beradaan BUMDes di Desa menjadi sebuah strategi bagi Pemerintah Desa untuk pemberdayaan

masyarakat Desa dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa. Disebutkan

bahwa Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) adalah Badan Usaha yang seluruh atau sebagian besar

modalnya dimiliki oleh Desa melalui penyertaan Modal secara langsung yang berasal dari kekayaan

Desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk dimanfaatkan

sebesar besarnya bagi kesejahteraan masyarakat Desa. Dalam pasal 132 PP Nomor 6 Tahun 2014

tersebut disebutkan bahwa Desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa atau (BUMDes) dan

proses pembentukannya dilakukan melalui musyawarah Desa dan ditetapkan dengan Peraturan Desa.

Ditambahkan bahwa BUMDes memiliki struktur organisasi yang jelas dan permanen serta

pengelolaanya terpisah dari organisasi Pemerintahan Desa. Dilihat sebagai kelembagaan di Desa,.

BUMDes tidak beda dengan lembaga lain yang ada di Desa, namun menjadi menarik dan perhatian

semua pihak ( DPRD, Insektorat, Bappeda, BPMPD) dan mata tertuju ke situ karena ada keterlibatan

Pemerintah Kabupaten dalam proses pmbentukannya dan bahkan telah mnsuplai sejumlah dana untuk

pembentukannya.

Pemerintah Kabupaten Jombang telah mengucurkan sejumlah dana ke 302 Desa yang ada di

Kabupaten Jombang pada Tahun Anggaran 2015 sebagai langkah dibentuknya BUMDesa di 302

Desa tersebar di 21 Kecamatan. Dana tersebut adalah sebesar Rp.302.000.000.000,- (tiga ratus dua

millyar Rupiah). Alokasi per Desa adalah sebesar Rp. 100.000.000,-/Desa sebagai realisasi dari

Alokasi dana seluruhnya sebesar Rp. 500.000.000,-/Desa.. sebagai wujud dari komitmen dan janji

Bupati/Wakil Bupati terpilih periode 2014-2018 untuk meningkatkan perekonomian di Desa. Program

tersebut telah dituangkan dalam RPJMD Tahun 2013-2018. Berarti BUMdes termasuk dalam sebuah

Kebijakan Pemerintah yang harus dievaluasi implementasinya karena setidak-tidaknya telah terkait

dengan Anggaran public- APBD Kabupaten Jombang. Bidang Litbang Bappeda sebagai lembaga yang

tupoksinya melakukan kajian/penelitian mencoba memotret bagaimana tanggapan Perangkat Desa,

Stakeholders dan Masyarakat terhadap implementasinya. Jika dilihat dari hasil yang ingn dicapai

maka penelitian ini adalah Penelitian Terapan (Applied research) yang mempunyai alasan praktis,

keinginan untuk mengetahui dengan tujuan agar dapat melakukan sesuatu yang lebih baik, lebih

efktif dan lebih efisien. Sedangkan menurt Metode maka kegiatan ini tergolong sebagai Penelitian

Policy (Policy Research) dimulai dengan adanya masalah dan masalah ini dimiliki oleh para

administrator atau pengambil keputusan. Adapun menurut jenis data adalah data gabungan. Metode

adalah Deskriptif dengan cara menggambarkan penelitian pada saat keadaan sekarang berdasarkan

fakta-fakta sebagaimana adanya.

Page 6: TANGGAPAN PERANGKAT DESA, STAKEHOLDERS DAN … filePelaksanaan UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan menjadi landasan utama dan tujuan bagi Desa untuk melaksanakan Otonomi Desa dan

602

Berdasarkan Elaborasi hasil Input dari jawaban Responden sesuai Questionaire yang telah

diedarkan dan dipadukan dengan hasil wawancara yang dilakukan oleh Tim survey secara acak di 25

Desa di 21 Kecamatan terhadap Perangkat Desa, Masyarakat dan Stakeholders telah memperoleh

gambaran tentang Karakteristik Responden dan hasil Jawabannya yang secara umum diuraikan

sebagai berikut :

A. Karakteristik Responden

1. Status

Sebagian besar responden adalah Perangkat Desa. Atau berjumlah 213 orang atau

70,53%, Masyarakat sebanyak 47 orang atau 15,56%, Lembaga lainnya sebanyak 24 orang atau

7,95%, LPMD sebanyak 9 orang atau 2,98% dan BKD sebanyak 6 orang atau 1,99% serta

Pedagang sebanyak 3 orang atau 0,99%. Secara umum dapat dilihat pada tabel no. 1 dan

visualisasi pada gambar 1 di bawah ini.

Tabel 1 : Status Responden

Jawaban %

Perangkat Desa 70.53%

BKD 1.99%

LPMD 2.98%

Lembaga Lainnya 7.95%

Masyarakat 15.56%

Pedagang 0.99%

Sumber : Hasil olahan

Gambar 1 : Visualisasi Status Responden

2. Umur Responden

Umur responden yang dominan adalah kisaran usia 41-50 Tahun atau tercatat Se-

banyak 99 orang atau 39,9%, menyusul kisaran usia 31-40 Tahun sebanyak 70 orang atau

28,2% dan usia 50-60 Tahun sebanyak 44 orang atau 17,7% dan usia 21-30 tahun sebanyak 34

orang atau 13,7%. Sedangkan responden dengan usia lebih dari 60 tahun hanya terdapat 1 (satu)

orang atau 0,4%. Dari data tersebut sesuai dengan pengamatan Tim di lapangan yang

menunjukkan bahwa para Perangkat Desa pada umumnya berusia kisaran itu dan kelihatannya

masih muda-muda. Secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel No. 1 dengan visualisasi

seperti terlihat pada Gambar 1 di bawah ini.

70,53%1,99%

2,98%

7,95%

15,56%

0,99%

Visualisasi Berdasarkan Status Responden

Perangkat Desa

BKD

LPMD

Lembaga Lainnya

Masyarakat

Pedagang

Page 7: TANGGAPAN PERANGKAT DESA, STAKEHOLDERS DAN … filePelaksanaan UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan menjadi landasan utama dan tujuan bagi Desa untuk melaksanakan Otonomi Desa dan

603

Tabel 2 : Umur Responden

Jawaban %

21 – 30 13.7%

31 – 40 28.2%

41 – 50 39.9%

50 – 60 17.7%

>60 0.4%

Sumber : Hasil olahan

Gambar 2 : Visualisasi Umur Responden

3. Jenis Kelamin

Dari 301 Responden dan yang mengisi identitas menunjukkan bahwa responden yang

mengisi identitas jenis kelamin adalah sebanyak 263 orang dengan jenis kelamin Laki-laki

sebanyak 211 orang atau 80,23% dan jenis kelamin Perempuan sebanyak 52 orang atau

19,77%. Secara umum dapat dilihat pada Tabel Nomor 2 dengan visualisasi pada gambar 2 di

bawah ini

Tabel 3: Jenis kelamin Responden

Jawaban %

Laki-Laki 80.23%

Perempuan 19.77%

Sumber : Hasil olahan

13,71%

28,23%

39,92%

17,74%

0.40%

VISUALISASI UMUR RESPONDEN

21 – 30

31 – 40

41 – 50

50 – 60

>60

Page 8: TANGGAPAN PERANGKAT DESA, STAKEHOLDERS DAN … filePelaksanaan UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan menjadi landasan utama dan tujuan bagi Desa untuk melaksanakan Otonomi Desa dan

604

Gambar 3 : Visualisasi Jenis Kelamin Responden

4. Pendidikan

Adapun jawaban responden tentang pendidikan adalah sangat bervariasi antara

Responden dengan latar belakang Pendidikan Sekolah Dasar sampai dengan Pasca Sarjana.

Kondisi tersebut dapat dilihat pada Tabel 3 dengan visualisasi pada gambar 3 di bawah ini

Tabel 4. Tingkat Pendidikan Responden

Jawaban %

SD 2.6%

SLTP 9.9%

SLTA 64.8%

Diploma 4.4%

Sarjana 17.9%

Pascasarjana 0.4%

Sumber : Hasil olahan

Gambar 4 : Visualisasi Pendidikan Responden

Secara umum terlihat bahwa responden dengan Latar Belakang Pendidikan SLTA

sangat dominan atau mencapai 177 orang atau 64,8%., menyusul Responden dngan latar

belakang Penddikan Sarjana sebanayk 49 orang atau 17,9% menyusul pendidikan SLTP

sebanyak 27 orang atau 9,9% dan Diploma sebanyak 12 orang atau 4,4%. Sedangkan yang

80,23%

19,77%

Visualisasi Jenis Kelamin Konsumen

Laki-Laki

Perempuan

2,56%

9,89%

64,84%

4,40%17,95%

0,37%

Visualisasi Tingkat Pendidikan Responden

SD

SLTP

SLTA

Diploma

Sarjana

Pascasarjana

Page 9: TANGGAPAN PERANGKAT DESA, STAKEHOLDERS DAN … filePelaksanaan UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan menjadi landasan utama dan tujuan bagi Desa untuk melaksanakan Otonomi Desa dan

605

paling sedikit adalah sebanyak 7 orang atau 2,6% dengan latar bel;akang Pendidikan SD dan

Pasca sarjana sebanyak 1 orang atau 0,4%.

B. Hasil Jawaban Responden

Disamping karakteristik umum responden di atas, terdapat 9 (Sembilan) pertanyaan pada

Questionaire sebagai instrument yang telah diedarkan kepada responden yang terdiri dari

Perangkat Desa, Masyarakat dan Stakeholders tentang tanggapan Masyarakat/Perangkat Desa dan

Stakeholders tentang implementasi BUMDes di Desanya. Adapun jawaban responden sangat

bervariasi antara pertanyaan yang satu dengan pertanyaan yang lainnya. Secara umum diperoleh

jawaban terhadap pertanyaan Nomor 1 sampai dengan nomor 9 masing-masing sebagai berikut :

1. Apakah Saudara tahu tentang BUMDes di desa Saudara

Sebanyak 238 responden atau 79,1% menjawab Tahu tentang BUMDes di Desanya

bahkan sebanyak 49 orang atau 16,3% menjawab sangat Tahu. Hanya 8 orang atau 2,7% yang

menjawab tidak tahu dan sebanyak 6 orang atau 2,0% menjawab kurang tahu. Secara

keseluruhan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5: Jawaban Pertanyaan 1 tentang BUMDes di desa

Jawaban %

Tidak Tahu 2.7%

Kurang Tahu 2.0%

Tahu 79.1%

Sangat Tahu 16.3%

Sumber : Hasil olahan

Gambar 5 : Visualisasi tentang Pertanyaan No.1

2. Tanggapan Saudara tentang kehadiran BUMDes di desa

Adapun jawaban Responden tentang kehadiran BUMDes di Desanya, pada umumnya

menjawab Setuju. Sebanyak 224 orang atau 74,2% menjawab Setuju, Sangat Setuju

sebanyak 70 orang atau 23,2% dan kurang setuju hanya 8 orang atau 2,6%. Bahkan unsur

jawaban tidak setuju tidak ada jawaban. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel dan gambar

visualisasi di bawah ini :

2,66% 1,99%

79,07%

16,28%

Visualisasi Pertanyaan No. 1

Tidak Tahu

Kurang Tahu

Tahu

Sangat Tahu

Page 10: TANGGAPAN PERANGKAT DESA, STAKEHOLDERS DAN … filePelaksanaan UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan menjadi landasan utama dan tujuan bagi Desa untuk melaksanakan Otonomi Desa dan

606

Tabel 6 : Tanggapan Responden tentang kehadiran BUMDes di Desanya

Jawaban %

Tidak Setuju 0.0%

Kurang Setuju 2.6%

Setuju 74.2%

Sangat Setuju 23.2%

Sumber : hasil olahan

Gambar 6 : Visualisasi tentang Tanggapan Responden terhadap kehadiran BUMDes di

Desanya

3. Adakah perubahan kondisi perekonomian di desa Saudara dengan adanya BUMDes

Sebanyak 204 orang atau 68,5% menjawab bahwa ada Perubahan perekonomian di

Desanya setelah adanya BUMDes. Hanya 66 orang atau 22,1% menjawab Kurang ada dan

sebanyak 8 orang atau 2,7% menjawab Tidak Ada Perubahan. Tetapi sebanyak 20 orang atau

6,7% menjawab sangat ada Perubahan Perekonomian di Desanya setelah implementasi

BUMDes di Desanya. Karakteristik jawaban tersebut dapat dilihat pada Tabel nomor 7 dan

visualisasi pada gambar no. 7 di bawah ini

Tabel 7 : Perubahan kondisi perekonomian di desa Saudara dengan

adanya BUMDes

Jawaban %

Tidak ada 2.7%

Kurang ada 22.1%

Ada perubahan 68.5%

Sangat ada perubahan 6.7%

Sumber : hasil olahan

0,00%2,65%

74,17%

23,18%

Visualisasi Pertanyaan Nomor 2

Tidak Setuju

Kurang Setuju

Setuju

Sangat Setuju

Page 11: TANGGAPAN PERANGKAT DESA, STAKEHOLDERS DAN … filePelaksanaan UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan menjadi landasan utama dan tujuan bagi Desa untuk melaksanakan Otonomi Desa dan

607

Gambar 7 : Visualisasi tentang Perubahan kondisi perekonomian di desa Saudara

dengan adanya BUMDes

4. Apakah usaha Simpan Pinjam di BUMDes masih menjadi andalan di desa Saudara

Dari jawaban yang diberikan oleh Responden sangat bervariasi. Sebanyak 189 orang

atau 62,6% menjawab Menjadi Andalan. Sebanyak 61 orang atau 20,2% menjawab kurang

menjadi andalan, 31 orang atau 10,3% menjawab Tidak menjadi andalan dan 21 orang atau

7,0% menjawab Sangat Menjadi Andalan. Dari elaborasi hasil saran dari responden

menunjukkan bahwa Usaha Simpan Pinjam masih menjadi Favorit dalam pengembangan

BUMDes di Desa. Kondisi tesebut dapat dilihat pada Tabel dan visualisasi sebagaimana tertera

dalam tabel di bawah ini :

Tabel 8 : Usaha Simpan Pinjam di BUMDes masih menjadi andalan di desa Saudara

Jawaban %

Tidak menjadi andalan 10.3%

Kurang menjadi andalan 20.2%

Menjadi andalan 62.6%

Sangat menjadi andalan 7.0%

Sumber : Hasil olahan

Gambar Nomor 8 : Visualisasi Usaha Simpan Pinjam di BUMDes masih menjadi

andalan di desa Saudara

2,68%

22,15%

68,46%

6,71%

Visualisasi Pertanyaan Nomor 3

Tidak ada

Kurang ada

Ada perubahan

Sangat ada perubahan

10,26%

20,20%

62,58%

6,95%

Visualisasi Pertanyaan Nomor 4

Tidak menjadi andalan

Kurang menjadi andalan

Menjadi andalan

Sangat menjadi andalan

Page 12: TANGGAPAN PERANGKAT DESA, STAKEHOLDERS DAN … filePelaksanaan UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan menjadi landasan utama dan tujuan bagi Desa untuk melaksanakan Otonomi Desa dan

608

5. Apakah dengan keberdadaan BUMDes menimbulkan persaingan bagi usaha yang terlebih

dahulu ada

Secara umum para responden mengaku bahwa adanya unit usaha BUMDes di Desanya

tidak menimbulkan persaingan. Sebanyakn 191 orang atau 63,7% menjawab Tidak

menimbulkan persaingan. Hanya 65 orang atau 21,7% yang menjawab bahwa dengan adanya

BUMDEs menimbulkan persaingan antara usaha yang sudah ada di Desanya. Sebanyak 42

orang atau 14,0% menjawab menimbulkan persaingan. Misalnya kasus pengadaan peralatan

pesta dan sound Syestem di BUMDes Desa Pulorejo Kecamatan Ngoro yang karena

sebelumnya sudah ada jenis usaha sejenis akhirnya menimbulkan persaingan dan bahkan

terancam failed dengan usaha BUMDes itu. Kondisi jawaban dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 9 : Keberadaan BUMDes menimbulkan persaingan bagi usaha yang terlebih dahulu ada

Jawaban %

Tidak menimbulkan persaingan 63.7%

Kurang menimbulkan persaingan 14.0%

Menimbulkan persaingan 21.7%

Sangat menimbulkan persaingan 0.7%

Sumber : Hasil olahan

Gambar 9: Visualisasi Keberdadaan BUMDes menimbulkan persaingan bagi usaha yang

terlebih dahulu ada

6. Menurut Saudara pembentukan BUMDes di desa Saudara sudah melalui proses

musyawarah dengan masyarakat

Terhadap pertanyaan tersebut sebanyak 221 orang atau 74,2% menjawab bahwa

pembentukan BUMDes sudah dilakukan melalui musyawarah. Hal tersebut adalah sejalan

dengan ketentuan perundang-undangan bahwa proses pembentukan BUMDes harus dilakukan

berdasarkan musyarwarah masyarakat di Desa yang bersangutan. Bahkan sebanyak 38 orang

atau 12,8% menybutkan bahwa pembentukan BUMDes di Desanya sangat banyak melibatkan

masyarakat. Hanya 33 orang atau 11,1% yang menjawab kurang melibatkan masyarakat dan 6

orang atau 2,0% yang jelas jelas bahwa pembentukan BUMDes tidak dilakukan melalui

Musyawarah. Kondisi tersebut dapat dilihat pada Tabel 10 dan visualisasi pada gambar 10 di

bawah ini :

63%14%

22%

1%

Visualisasi Pertanyaan Nomor 5

Tidak menimbulkan persaingan

Kurang menimbulkan persaingan

Menimbulkan persaingan

Sangat menimbulkan persaingan

Page 13: TANGGAPAN PERANGKAT DESA, STAKEHOLDERS DAN … filePelaksanaan UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan menjadi landasan utama dan tujuan bagi Desa untuk melaksanakan Otonomi Desa dan

609

Tabel 10 : Pembentukan BUMDes di desa dilakukan melalui proses musyawarah dengan

masyarakat

Jawaban %

Tidak melalu musyawarah 2.0%

Kurang melibatkan masyarakat 11.1%

Melalui musyawarah 74.2%

Sangat melibatkan masyarakat 12.8%

Sumber : hasil olahan

Gambar 10 : Visualisasi tentang jawaban dari pertanyaan no.6

7. Apakah menurut Saudara jenis usaha yang ada di desa Saudara sudah sesuai dengan

harapan masyarakat dan sesuai dengan potensi desa

Menurut pengakuan dari Perangkat Desa, stakeholders dan masyarakat bahwa jenis

usaha dari BUMDes yang ada di Desa sudah sesuai dengan harapan masyarakat. Sebanyak 223

orang atau 74,1% menjawab sesuai dan bahkansebanyak 13 orang atau 4,3% menjawab sangat

sesuai dengan harapan masyarakat. Hanya 62 orang atau sebanyak 20,6% menjawab kurang

sesuai dan3 orang atau 1,0% menjawab tidak sesuai. Jawaban tersebut dapat dilihat pada tabel

dan visualisasi berikut :

Tabel 11: jenis usaha yang ada di desa Saudara sudah sesuai dengan harapan masyarakat dan

sesuai dengan potensi desa

Jawaban %

Tidak sesuai 1.0%

Kurang sesuai 20.6%

Sesuai 74.1%

Sangat sesuai 4.3%

Sumber : hasil olahan

2,01% 11,07%

74,16%

12,75%

Visualisasi Pertanyaan Nomor 6

Tidak melalu musyawarah

Kurang melibatkan masyarakat

Melalui musyawarah

Sangat melibatkan masyarakat

Page 14: TANGGAPAN PERANGKAT DESA, STAKEHOLDERS DAN … filePelaksanaan UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan menjadi landasan utama dan tujuan bagi Desa untuk melaksanakan Otonomi Desa dan

610

Gambar 11 : Visualisasi tabel 11 tentang jenis Usaha dan harapan masyarakat

8. Menurut Saudara pengelola BUMDes di desa Saudara sudah mewakili unsur-unsur

masyarakat

Terhadap pertanyaan ini sebanyak 232 orang atau 76,8% menjawab bahwa pengelola

BUMDes di Desanya sudah mewakili unsur masyarakat bahkan sebanyak 26 orang atau 8,6%

menjawab tegas dengan sangat mewakili. Kendati begitu sebanyak 41 orang atau 13,6%

menjawab kurang mewakili dan 3 orang atau 1% menjawab Tidak mewakili. Dari wawancara

kami dengan beberapa orang masyarakat menyebutkan bahwa perlu melibatkan lebih banyak

orang di Desa dalam Bumds namun demikian disarankan agar ke depan dana BUMDes perlu

ditambah. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel dan visualisasi sebagaimana tersebut pada

Tabel dan gambar no.12

Tabel 12 : Pengelola BUMDes di desa sudah mewakili unsur-unsur masyarakat

Jawaban %

Tidak mewakili 1.0%

Kurang mewakili 13.6%

Mewakili 76.8%

Sangat mewakili 8.6%

Sumber : Hasil olahan

1,00%

20,60%

74,09%

4,32%

Visualisasi Pertanyaan Nomor 7

Tidak sesuai

Kurang sesuai

Sesuai

Sangat sesuai

Page 15: TANGGAPAN PERANGKAT DESA, STAKEHOLDERS DAN … filePelaksanaan UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan menjadi landasan utama dan tujuan bagi Desa untuk melaksanakan Otonomi Desa dan

611

Gambar 12 : Visualisasi Tabel 12.

9. Jenis usaha yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai salah satu unit usaha BUMDes

pada desa Saudara

Berdasarkan hasil olahan questionaire yang telah diedakan dan dipadukan dengan hasil

wawancara Tim dengan para perangkat Desa, Stakeholders dan Masyarakat yang ditemui

menunjukkan bahwa sebanyak 130 orang atau 43,9% memilih bisnis keuangan sebagai salah

satu unit usaha yang potensial untuk dikembangkan melalui BUMDEs di Desanya. Hal tersebut

disebabkan karena bisnis keuangan atau Simpan Pinjam adalah mudah untuk dilakukan dengan

nasabah dan mudah untuk dipertanggungjawabkan. Namun salah satu kendala yang dihadapi

adalah transparansi dengan criteria yang jelas kepada siapa-siapa yang berhak meminjam

sehingga mudah dideteksi nasabah yang diperuntukan. Misalnya apakah Perangkat Desa bisa

meminjam atau tidak.

Pilihan kedua dari jenis usaha yang potensial adalah bisnis yang berproduksi dan

mencapai 94 orang atau 31,8% untuk komoditas pertanian, toko obat dan kios di pasar Desa

seperti yang terjadi di Desa Panglungan dimana pinjaman diperuntukan bagi penyewa bedak di

pasar Desa dan ternyata telah cukup menghasilkan untuk kas Desa. Adapun pilihan lain adalah

Bisnis Sosial yang mencapai 25 orang atau 8,4% dan bisnis penyewaan sebanyak 23 orang atau

7,8%. Adapun pilihan lain adalah Usaha perantara seperti jasa pembayaran listrik yang hanya

mencapai 14 orang atau 4,7% dan usaha bersama seperti desa wisata yang hanya mencapai 10

orang atau 3,4%. Scara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel dan visualisasi No. 13 seperti

tertera di bawah ini.

Tabel 13: Jenis usaha yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai salah

satu unit usaha BUMDes

Jawaban %

Bisnis sosial (air minum desa, usaha listrik, lumbung pangan) 8.4%

Penyewaan (alat transportasi, perkakas, gedung pertemuan, rumah toko, tanah

milik BUMDes, barang sewaan lainnya) 7.8%

Usaha perantara (jasa pembayaran listrik, pasar desa, jasa pelayanan lainnya) 4.7%

Bisnis yang berproduksi/berdagang (hasil pertanian, sarana produksi pertanian,

dan kegiatan bisnis produktif lainnya) 31.8%

Bisnis keuangan (simpan pinjam) 43.9%

Usaha bersama (desa wisata) 3.4%

Sumber : Hasil olahan

0,99%

13,58%

76,82%

8,61%

Visualisasi Pertanyaan Nomor 8

Tidak mewakili

Kurang mewakili

Mewakili

Sangat mewakili

Page 16: TANGGAPAN PERANGKAT DESA, STAKEHOLDERS DAN … filePelaksanaan UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan menjadi landasan utama dan tujuan bagi Desa untuk melaksanakan Otonomi Desa dan

612

Gambar 13 : Visualisasi Jenis usaha yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai salah satu

unit usaha BUMDes

KESIMPULAN

A. Kondisi Umum Responden

1. SDM di Desa sudah membaik. Hal tersebut nampak dari jenis pendidikan para Perangkat Desa

yang selain didominasi oleh lulusan SMA, juga tedapat tenaga Sarjana Strata 1 bahkan sudah

ada Perangkat Desa dengan Pendidikan yang setara dengan Strata 2.

2. Usia Perangkat Desa didominasi antara 45-50 Tahun.Suatu kondisi yang dianggap masih

cukup potnsial

3. Jenis Kelamin Perangkat Desa hampir seimbang antara laki-laki dan perempuan

B. Hasil Jawaban atas pertanyaan tentang Tanggapan Perangkat Desa, Stakeholders dan

Masyarakat tentang Implementasi BUMDes di Desa

1. Perangkat Desa, Stakeholders dan Masyarakat Desa mengetahui adanya program BUMDes di

Desanya masing-masing.

2. Tanggapan mereka terhadap keberadaan BUMDes di Desa cukup positif dan setuju adanya

BUMDes di Desanya

3. BUMDes dipandang sebagai sebuah lembaga perekonomian di Desa yang jnis usahanya dapat

merubah kondisi perekonomian di Desa sehingga berharap agar kebijakan BUMDes tetap

dilanjutkan.

4. Usaha Simpan Pinjam masih menjadi Andalan di Desa, maka harapan para Perangkat Desa,

Stakeholders dan Masyarakat agar ada penambahan Anggaran yang memadai untuk

menambah nasabah/kelompok sasaran

5. Keberadaan BUMDes di Desa tidak menimbulkan persaingan bagi jenis Usaha dari program-

program yang ada sebelumnya.

6. Pembentukan BUMDes di Desa telah dilakukan melalui Musyawarah Desa

7. Usaha yang dipilih pengelola BUMDes sudah sesuai dengan harapan masyarakat Desa dan

potensi yang ada di Desa.

8. Pengelola BUMDes di Desa sudah mewakili unsur-unsur masyarakat,

8,45%7,77%

4,73%

31,76%

43,92%

3,38%

Visualisasi Pertanyaan Nomor 9Bisnis sosial (air minum desa, usaha listrik, lumbung pangan)

Penyewaan (alat transportasi, perkakas, gedng pertemuan, rumah toko, tanah milik BUMDes, barang sewaan lainnya)Usaha perantara (jasa pembayaran listrik, pasar desa, jasa pelayanan lainnya)

Bisnis yang berproduksi/berdagang (hasil pertanian, sarana produksi pertanian, dan kegiatan bisnis produktif lainnya)Bisnis keuangan (simpan pinjam)

Usaha bersama (desa wisata)

Page 17: TANGGAPAN PERANGKAT DESA, STAKEHOLDERS DAN … filePelaksanaan UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan menjadi landasan utama dan tujuan bagi Desa untuk melaksanakan Otonomi Desa dan

613

9. Bisnis keuangan masih dipandang sebagai salah satu unit usaha yang potensial untuk

dikembangkan selain jenis usaha yang berproduksi seperti produksi pertanian atau kegiatan

perdagangan lainnya

DAFTAR PUSTAKA

Freddy Rangkuti, Dr. M.Sc. Manajemen, Bisnis, Leadership dan Marketing Tahun 2014.

Sutoro Eko dkk Policy Paper “Membangun Badan Usaha Milik Desa Yang Mandiri, Kokoh Dan

Berkelanjutan yang diterbitkan kerjasama FPPD dengan ACCES Januari 2014.

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No 1, Hal. 1-5.

Peraturan Perundang-Undangan

UU Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.

PP Nomor 47 Tahun 2014 Pelaksanaan UU Nomor 6 Tahun 2014.

PP Nomor 47 Tahun 2015 Perubahan Pertama Kali atas PP Nomor 43 Tahun 2014.

PP Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa.

Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas PP Nomor 60 Tahun 2014.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 111 tentang Pedoman Teknis Peraturan di Desa.

Peraturamn Menteri Dalam Negeri Nomor 114 Tahun 2014 Pedoman Pembangunan Desa.

Peraturan Mnteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa.

Peraturan Menteri Desa, Pembqangunan Daerah Teringgal dan Trasnmigrasi Nomor 2 Tahun 2015

tentang Tata Tertib dan Mekanisme Pengambilan Keputusan Musyawarah Desa.

Peraturan Menteri Desa, Pembqangunan Daerah Teringgal dan Trasnmigrasi Nomor 3 Tahun 2015

tentang Pedoman Pendampingan Desa.

Peraturan Menteri Desa, Pembqangunan Daerah Teringgal dan Trasnmigrasi Nomor 4 Tahun 2015

tentang Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaqn dan Pembubaran BUMDEsnteri Desa.