Upload
auladi-lubis-
View
5
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
UDYDSAIDS
Citation preview
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit Buerger (Tromboangitis Obliterans) merupakan penyakit oklusi
pembuluh darah perifer yang lebih sering terjadi di Asia dibandingkan di negara-negara
barat. Penyakit ini merupakan penyakit idiopatik, kemungkinan merupakan kelainan
pembuluh darah karena autoimmune yang hasil akhirnya menyebabkan stenosis dan
oklusi pada pembuluh darah (Sjamsuhidajat, 2003).
Laporan pertama Tromboangitis Obliterans (TAO) telah dijelaskan di Jerman
oleh von Winiwarter pada tahun 1879 dalam artikel yang berjudul “A strange form of
endarteritis and endophlebitis with gangrene of the feet”. Kurang lebih sekitar
seperempat abad kemudian, di Brookline New York, Leo Buerger mempublikasikan
penjelasan yang lebih lengkap tentang penyakit ini dimana ia lebih memfokuskan pada
gambaran klinis dari Tromboangitis Obliterans sebagai “presenile spontaneous
gangrene”.
Hampir 100% kasus TAO (kadang disebut Tromboarteritis Obliterans) atau
penyakit Winiwarter Buerger menyerang perokok pada usia dewasa muda. Penyakit ini
banyak terdapat di Korea, Jepang, Indonesia, India dan negara lain di Asia Selatan, Asia
Tenggara dan Asia Timur.
Prevalensi penyakit buerger di Amerika Serikat telah menurun selama separuh
dekade terakhir. Hal ini tentunya disebabkan menurunnya jumlah perokok, dan juga
dikarenakan kriteria diagnosis yang lebih baik. Pada tahun 1947, prevalensi penyakit ini
di Amerika serikat sebanyak 104 kasus dari 100 ribu populasi manusia. Data terbaru,
prevalensi pada penyakit ini diperkirakan mencapai 12,6 – 20% kasus per 100.000
populasi (Sjamsuhidajat, 2003).
Kematian yang diakibatkan oleh Penyakit Buerger masih jarang, tetapi pada
pasien penyakit ini yang terus merokok, 43% dari penderita harus melakukan satu atau
lebih amputasi pada 6-7 tahun kemudian. Data terbaru, pada bulan Desember tahun
2004, sebanyak 2002 kematian dilaporkan di Amerika Serikat berdasarkan penyebab
kematian, bulan, ras dan jenis kelamin, telah dilaporkan total dari 9 kematian
2
berhubungkan dengan TAO, dengan perbandingan laki-laki dan perempuan adalah 2:1
dan etnis putih dan hitam adalah 8:1 (Sjamsuhidajat, 2003).
1.2 Tujuan
Tujuan dari penyusunan laporan kasus ini adalah sebagai berikut ini :
1. Memahami definisi, etiologi, faktor risiko, gambaran klinis, patofisiologi, diagnosis,
dan penatalaksanaan dari kejadian penyakit buerger.
2. Sebagai salah satu tugas Kepaniteraan Klinik Senior di bagian Bedah Umum RSUP
Haji Adam Malik Medan
1.3. Manfaat
Makalah ini adalah bermanfaat bagi para pembaca, khususnya yang terlibat
dalam bidang medis dan masyarakat secara umumnya. Diharapkan dengan makalah ini
pembaca dapat lebih mengetahui dan memahami lebih mendalam mengenai penyakit
buerger sehingga penanganan yang lebih cepat dan tepat dapat dilakukan untuk
mengurangi angka morbidotas dan mortalitas korban.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Buerger disease, disebut juga tromboangitis obliterans (TAO) adalah suatu
penyakit vaskular non-aterosklerotik yang ditandai dengan tidak adanya ateroma atau
ateroma minimal, vaskulitis segmental, dan keterlibatan arteri dan vena berukuran kecil
dan sedang pada ekstremitas atas dan bawah. Penyakit ini sangat berkaitan dengan
riwayat merokok (Meireles, 2012).
TAO biasanya terjadi pada arteri berukuran sedang dan kecil pada tangan,
misalnya arteri radialis, ulnaris, palmaris, dan digitalis, dan pada kaki, misalnya arteri
tibialis, peroneal, dan digitalis. Temuan patologis berupa adanya trombus berisi sel
radang PMN, abses kecil. Infiltrat inflamatorik tersebut dapat menyebabkan kerusakan
pada sel endotel. Perubahan yang terjadi pada sel endotel berupa peningkatan
sensitivitas terhadap kolagen tipe I dan III dan terganggunya vasodilatasi endotel oleh
asetilkolin
2.2. Faktor Resiko
Faktor utama yang dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit Buerger
adalah penggunaan tembakau. Paparan terhadap tembakau adalah kunci utama dalam
inisiasi, proses, dan progresifitas dari TAO. Meskipun merokok merupakan faktor yang
paling utama, namun penggunaan tembakau seperti mengunyah tembakau atau
penggunaan marijuana dapat juga menyebabkan TAO (Piazza, 2010).
Sekitar dua pertiga pasien dengan TAO menderita penyakit periodontal, dan
infeksi bakteri anaerobik pada periodontum dapat menjadi faktor risiko terjadinya
penyakit Buerger (Piazza, 2010). Diduga bakteri yang menginfeksi periodontum akan
dikelilingi oleh trombosit dan dibawa oleh trombosit menuju pembuluh darah terminal,
sehingga terjadi emboli yang diakibatkan oleh trombosit yang beragregasi tersebut.
Kadar homosistein yang tinggi juga dapat menyebabkan terjadinya TAO.
Penderita TAO dengan kadar homosistein dalam darah yang tinggi memiliki tingkat
4
amputasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan penderita TAO yang memiliki kadar
homosistein normal (Vijayakumar, 2013).
2.3. Patofisiologi
Penyakit Buerger merupakan suatu vaskulitis yang ditandai dengan trombus
inflamatorik bersel banyak dan sedikit mengenai pembuluh darah. Meskipun reaktan
akut, seperti LED dan CRP, dalam batas normal, namun gangguan imunoreaktivitas
diduga menyebabkan proses inflamatorik yang terjadi. Penderita penyakit Buerger
memiliki peningkatan imunitas selular terhadap kolagen tipe I dan III dibandingkan
dengan penderita aterosklerosis. Pada penderita penyakit Buerger juga dijumpai
antibodi anti-endotelial dalam jumlah yang tinggi.
Penyakit Buerger dibagi menjadi 3 fase, yaitu fase akut, subakut, dan kronis.
Pada fase akut, terjadi trombus inflamatori yang oklusif dan mengandung sel radang
dalam jumlah yang banyak. Sel-sel radang seperti sel neutrofil (polimorfonuklear) dan
multinucleated giant cell sering ditemukan. Pada fase subakut (intermediate), terjadi
progresivitas dari trombus oklusif pada arteri dan vena. Pada fase ini, terdapat infiltrat
sel inflamatorik di dalam trombus dan lebih sedikit proses inflamasi pada dinding
pembuluh darah (Vijayakumar, 2013). Fase kronis ditandai dengan fibrosis dinding
pembuluh darah yang dapat menyerupai penyakit aterosklerosis. Namun, penyakit
Buerger dapat dibedakan dari penyakit aterosklerosis, karena pada penyakit Buerger,
lamina elastik interna masih utuh (Piazza, 2010).
Gambar 2.1. Patofisiologi TAO
5
Klaudikasio intermiten terjadi ketika kebutuhan oksigen dan nutrisi pada
jaringan otot pada saat beraktivitas melebihi suplainya, sehingga terjadi aktivasi dari
reseptor sensoris lokal akibat akumulasi dari laktat dan metabolit lainnya sebagai hasil
dari metabolisme anaerobik. Pasien dengan klaudikasio intermiten memiliki satu atau
lebih fokus penyumbatan di arteri-arteri pada tungkai atas dan bawah. Aliran darah dan
kebutuhan oksigen pada jaringan otot masih normal pada saat istirahat, tetapi
penyumbatan tersebut menyebabkan berkurangnya aliran darah dan suplai oksigen
sehingga kebutuhan metabolik pada saat beraktivitas tidak terpenuhi. Pasien dengan
iskemia tungkai yang berat biasanya memiliki lesi oklusif pada arteri-arteri tungkai atas
dan bawah, sehingga tidak ada suplai darah bahkan pada saat istirahat (Creager, 2012).
Gambar 2.2. Penyakit Arteri Perifer
Aliran darah pada arteri dipengaruhi oleh gradient tekanan pada kedua sisi
stenosis, diameter lumen pembuluh darah yang tidak tersumbat, kekentalan darah, dan
panjangnya pembuluh darah yang mengalami stenosis. Biasanya, gradient tekanan darah
terjadi jika telah terjadi stenosis sebanyak 50% dari diameter pembuluh darah tersebut.
Stenosis yang tidak menyebabkan gradient tekanan pada saat istirahat bisa saja
6
menyebabkan gradient tekanan pada saat beraktivitas ketika aliran darah meningkat
karena curah jantung yang meningkat dan resistensi vaskuler menurun. Semakin
meningkat aliran darah melalui stenosis, maka tekanan perfusi distal semakin menurun.
Ketika kebutuhan metabolik jaringan otot melebihi suplainya, terjadi akumulasi
metabolit-metabolit lokal, seperti adenosin dan NO, dan pembuluh darah perifer
mengalami vasodilatasi. Tekanan perfusi kemudian akan semakin menurun karena
adanya stenosis. Terlebih lagi, pada saat kita beraktivitas, tekanan intramuskular
meningkat melebihi tekanan arteri sehingga aliran darah berhenti pada bagian distal dari
penyumbatan.
Gangguan pada reaksi vasomotor dapat juga menyebabkan gangguan pada aliran
darah. Pada keadaan normal, arteri akan mengalami vasodilatasi sebagai respon
terhadap stimulus biokimia, seperti asetilkolin, serotonin, thrombin, bradikinin, dan
terhadap shear stress akibat peningkatan kecepatan aliran darah. Respon vasodilatasi ini
disebabkan oleh NO. Respon vasodilatasi tersebut terganggu pada arteri yang
mengalami aterosklerosis pada pasien PAD. Vasokonstriktor endogen, seperti serotonin,
angiotensin II, endotelin, dan norepinefrin, dapat mengganggu vasodilatasi (Creager,
2012).
Fungsi sistem imun tubuh adalah untuk melindungi tubuh dari organisme
infeksisus dan benda asing non-infeksius lainnya yang dapat mencetuskan reaksi
imunologi. Reaksi imunologis tersebut, selain untuk melindungi tubuh terhadap benda
asing, dapat menyebabkan kerusakan jaringan pada keadaan tertentu. Pada proses
inflamasi tersebut, terjadi perubahan diameter dan permeabilitas pembuluh darah dan
ekspresi molekul permukaan endotel. Leukosit, faktor-faktor pembekuan darah,
komplemen, kinin, dan molekul lainnya juga teraktivasi. Pada penderita TAO, terjadi
gangguan pada proses vasodilatasi yang diperantarai oleh endotel. Hal ini terjadi karena
kerusakan endotel langsung yang disebabkan oleh nikotin yang banyak terdapat di
dalam rokok atau oleh kompleks antigen-antibodi yang mengalami deposit pada lapisan
endotel. Nitic oxide (NO) yang disintesis oleh enzim NOS (nitric oxide synthase) juga
berperan dalam proses vasodilatasi pembuluh darah. NO dihasilkan oleh endotel
pembuluh darah. Pada perokok, radikal bebas dapat merusak sel endotel dan
menyebabkan menurunnya produksi NO sehingga mengganggu proses vasodilatasi
pembuluh darah (Joviliano et al, 2009).
7
2.4. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis TAO terutama disebabkan oleh iskemia. Gejala (symptom)
yang paling sering dan utama adalah nyeri yang bermacam-macam tingkatnya dan
terjadi pada waktu istirahat. Nyerinya bertambah pada waktu malam dan keadaan
dingin, dan akan berkurang bila ekstremitas dalam keadaan tergantung. Serangan nyeri
juga dapat bersifat paroksimal dan sering mirip dengan gambaran penyakit Raynaud.
Pada keadaan lebih lanjut, ketika telah ada tukak atau gangren, maka nyeri sangat hebat
dan menetap.
Manifestasi awal mungkin adalah klaudikasi (nyeri pada saat berjalan) kaki yang
patognomonik untuk penyakit Buerger. Klaudikasi kaki merupakan cermin penyakit
oklusi arteri distal yang mengenai arteri plantaris atau tibioperonea. Nyeri istirahat
iskemik timbul progresif dan bisa mengenai tidak hanya jari kaki, tetapi juga jari tangan
dan jari yang terkena bisa memperlihatkan tanda (sign) sianosis atau rubor, bila
bergantung. Sering terjadi radang lipatan kuku dan akibatnya paronikia. Infark kulit
kecil bisa timbul, terutama pulpa phalang distal yang bisa berlanjut menjadi gangren
atau ulserasi kronis yang nyeri (Vijayakumar, 2013).
Tanda (sign) dan gejala (symptom) lain dari penyakit ini meliputi rasa gatal dan
bebal pada tungkai dan fenomena Raynaud (suatu kondisi dimana ekstremitas distal:
jari, tumit, tangan, kaki, menjadi putih jika terkena suhu dingin). Ulkus dan gangren
pada jari kaki sering terjadi pada penyakit buerger (gambar 2.2). Sakit mungkin sangat
terasa pada daerah yang terkena.
Timbulnya penyakit Buerger terjadi antara usia 40 dan 45 tahun, dan laki-laki
yang paling sering terkena, dimulai dengan iskemia pembuluh kecil distal dari lengan ,
kaki, tangan dan kaki. Keterlibatan arteri besar jarang terjadi tanpa adanya penyakit
oklusi pembuluh darah kecil (Shionoya, 1978). Pasien mungkin dapat mengalami
klaudikasio telapak kaki, kaki, tangan dan lengan. Rasa sakit biasanya dimulai dari
ekstremitas, tetapi dapat menyebar ke bagian yang lebih sentral dari tubuh. Nyerinya
bertambah pada waktu malam dan keadaan dingin, dan akan berkurang bila ekstremitas
dalam keadaan tergantung. Serangan nyeri juga dapat bersifat paroksimal dan sering
mirip dengan gambaran penyakit Raynaud. Pada keadaan lebih lanjut, ketika telah ada
tukak atau gangren, maka nyeri sangat hebat dan menetap. Selanjutnya,klaudikasio yang
khas dan nyeri iskemik saat istirahat dan ulserasi iskemik pada jari kaki, kaki atau jari
8
dapat berkembang (Olin, 2000). Seringnya keterlibatan lebih dari satu anggota tubuh,
maka disarankan untuk dilakukan arteriogram dari kedua lengan atau kaki, atau keempat
anggota gerak walaupun pasien mengeluhkan pada salah satu ekstremitas (Shionoya,
1989). Tanda dan gejala penyakit lain yang mungkin dikeluhkan adalah mati rasa
dan/atau kesemutan pada tungkai, ulserasi kulit dan gangren pada jari-jari.
Tromboflebitis superfisial dan fenomena Raynaud terjadi pada sekitar 40 % pasien
dengan thromboangiitis obliterans (Olin, 1990).
Walaupun jarang, ada laporan kasus yang menyebutkan keterlibatan arteri
serebral dan koroner, aorta, pembuluh usus, dan bahkan keterlibatan multi- organ.
Ketika TAO terjadi di lokasi yang tidak biasa, diagnosis harus dibuat hanya ketika
pemeriksaan histopatologi mengidentifikasi lesi fase akut (Olin, 1990).
Gambar 2.3. Manifestasi Klinis Buerger Disease
Perubahan kulit seperti pada penyakit sumbatan arteri kronik lainnya kurang
nyata. Pada mulanya kulit hanya tampak memucat ringan terutama di ujung jari. Pada
fase lebih lanjut tampak vasokonstriksi yang ditandai (sign) dengan campuran pucat-
sianosis-kemerahan bila mendapat rangsangan dingin. Berbeda dengan penyakit
Raynaud, serangan iskemia disini biasanya unilateral. Pada perabaan, kulit sering terasa
dingin. Selain itu, pulsasi arteri yang rendah atau hilang merupakan tanda (sign) fisik
yang penting.
Tromboflebitis migran superfisialis dapat terjadi beberapa bulan atau tahun
sebelum tampaknya gejala (symptom) sumbatan penyakit Buerger. Fase akut
menunjukkan kulit kemerahan, sedikit nyeri, dan vena teraba sebagai saluran yang
mengeras sepanjang beberapa milimeter sampai sentimeter di bawah kulit. Kelainan ini
9
sering muncul di beberapa tempat pada ekstremitas tersebut dan berlangsung selama
beberapa minggu. Setelah itu tampak bekas yang berbenjol-benjol. Tanda (sign) ini
tidak terjadi pada penyakit arteri oklusif, maka ini hampir patognomonik untuk
tromboangitis obliterans (Vijayakumar, 2013).
Gejala klinis (symptoms) Tromboangitis Obliterans sebenarnya cukup beragam.
Ulkus dan gangren terjadi pada fase yang lebih lanjut dan sering didahului dengan
edema dan dicetuskan oleh trauma. Daerah iskemia ini sering berbatas tegas yaitu pada
ujung jari kaki sebatas kuku. Batas ini akan mengabur bila ada infeksi sekunder mulai
dari kemerahan sampai ke tanda (sign) selulitis.
Gambar 2.3 merupakan gambar jari pasien penyakit Buerger yang telah terjadi
gangren. Kondisi ini sangat terasa nyeri dan dimana suatu saat dibutuhkan amputasi
pada daerah yang tersebut.
Gambar 2.4. Ujung jari pada Buerger Disease
Perjalanan penyakit ini khas, yaitu secara bertahap bertambah berat. Penyakit
berkembang secara intermitten, tahap demi tahap, bertambah falang demi falang, jari
demi jari. Datangnya serangan baru dan jari mana yang bakal terserang tidak dapat
diramalkan. Penyakit buerger ini mungkin mengenai satu kaki atau tangan, mungkin
keduanya. Penderita biasanya kelelahan dan tidurnya terganggu oleh nyeri iskemia (Vijayakumar, 2013).
10
2.5. Diagnosis
Thromboangiitis Obliterans (TAO) adalah diagnosis klinis yang memerlukan
anamnesis yang lengkap, pemeriksaan fisik yang mendukung, dan pemeriksaan
penunjang. Beberapa kriteria telah diusulkan untuk diagnosis thromboangiitis
obliterans. Beberapa kriteria klinis yang umum digunakan, yaitu: (Piazza, 2010).
• usia < 45 tahun
• riwayat penggunaan tembakau/rokok
• iskemia ekstremitas distal yang dikonfirmasi dengan tes non-invasif
• gejala yang bukan disebabkan oleh trombofilia, penyakit autoimun,
diabetes, dan emboli perdarahan proksimal
• Dibuktikan melalui angiografi
Pada penyakit ini, biasanya pasien memiliki tes Allen yang postif (tangan pasien
tetap pucat setelah pemeriksa secara simultan menekan arteri ulnar dan radial, kemudian
bergantian melepasnya). Pemeriksaan laboratorium pada pasien dengan dugaan TAO
digunakan untuk menyingkirkan diagnosis lainnya. Penelitian laboratorium awal harus
mencakup hitung darah lengkap, tes fungsi metabolik, tes fungsi hati, glukosa darah
puasa, penanda inflamasi seperti laju endap darah dan protein C reaktif, cold aglutinin,
dan cryoglobulins. Selain itu, penanda serologis penyakit autoimun, termasuk antibodi
antinuclear, anticentromere antibody, dan antibodi anti SCL 70, harus dilakukan dan
biasanya tidak ditemukan pada TAO. Antikoagulan lupus dan antibodi antikardiolipin
kadang terdeteksi pada beberapa pasien dengan TAO tetapi juga bisa menunjukkan
adanya trombofilia terisolasi. Echocardiography dapat dlakukan dalam kasus-kasus
tertentu ketika diduga terjadi oklusi arteri akut yang disebabkan oleh tromboemboli
untuk mendeteksi sumber emboli jantung (Piazza, 2010).
Computed tomographic, magnetic resonance, atau invasive contrast
angiography dapat dilakukan untuk menyingkirkan emboli perdarahan proksimal dan
untuk menentukan anatomi dan luasnya penyakit. Meskipun terdapat kemajuan pada
computed tomographic atau magnetic resonance tetapi kebanyakan pasien memerlukan
invasive contrast angiography untuk memberikan resolusi spasial yang diperlukan
untuk mendeteksi patologis arteri kecil. Temuan keterlibatan arteri distal kecil sampai
11
sedang, oklusi segmental, dan “corkscrew”-shaped collaterals merupakan temuan
angiografi yang khas pada penyakit ini. Arteri proksimal harus normal tanpa adanya
aterosklerosis. Biopsi jarang dilakukan tetapi mungkin untuk diagnostik tromboplebitis
superfisial pada vena selama fase akut (Piazza, 2010).
Gambar 2.5. Algoritma diagnosis TAO
Selain itu, terdapat sistem skoring dari Papa untuk membantu penegakkan
diagnosis Buerger’s disease sebagai berikut (Meireles, 2012).
Poin positif
Kriteria +1 +2Usia onset 30-40 tahun <> Klaudikasio intermiten kaki Ada riwayat Ada saat pemeriksaanEkstremitas atas asimptomatik SimptomatikTromboflebitis superficial migrans
Ada riwayat Ada saat pemeriksaan
Fenomena Raynaud Ada riwayat Ada saat pemeriksaanAngiografi, biopsy Khas untuk salah satu Khas untuk keduanya
Poin negatifKriteria -1 -2Usia onset 45-50 tahun >50 tahunJenis kelamin, kebiasaan merokok
wanita Tidak merokok
Lokasi 1 ekstremitas Tidak ada ekstremitas yang
12
terlibatHilangnya pulsasi brakial FemoralArtiosklerosis, DM, hipertensi, hiperlipidemi
Terdiagnosis dalam 5-10 tahun kemudian
Terdiagnosis dalam 2-5 tahun kemudian
Interpretasi dari total poin-poin tersebut antara lain
• 0-1 diagnosis Buerger’s disease tersingkirkan• 2-3 tersangka, probabilitas rendah
• 4-5 probabilitas sedang
• ≥6 probabilitas tinggi, diagnosis dapat dipastikan
2.6. Diagnosis Banding
Diagnosis Banding dari TAO, yaitu (Vijayakumar, 2013).
• aterosklerosis
• emboli
• CREST syndrome
• systemic lupus erythematosus
• rheumatoid arthritis
• antiphospholipid antibody syndrome
• vasculitis tipe lain.
• Jika ekstremitas bawah ikut terlibat, maka popliteal artery entrapment
syndrome atau cystic adventitial disease dapat menjadi diagnosis
banding
• Jika hanya ekstremitas atas yang terlibat, maka penyakit akibat kerja,
seperti penggunaan alat getar dan hypothenar hammer syndrome dapat
menjadi diagnosis banding.
2.7. Penatalaksanaan
13
Terapi medis penderita penyakit buerger harus dimulai dengan usaha intensif
untuk meyakinkan pasien untuk berhenti merokok. Jika pasien berhasil berhenti
merokok, maka penyakit ini akan berhenti pada bagian yang terkena sewaktu terapi
diberikan. Tetapi, kebanyakan pasien tidak mampu berhenti merokok dan selalu ada
progresivitas penyakit. Untuk pembuluh darah dapat dilakukan dilatasi (pelebaran)
dengan obat vasodilator, seperti Ronitol yang diberikan seumur hidup. Perawatan luka
lokal, meliputi mengompres jari yang terkena dan menggunakan enzim proteolitik bisa
bermanfaat. Antibiotik diindikasikan untuk infeksi sekunder (Doherty, 2006).
Terapi bedah untuk penderita buerger meliputi debridement konservatif jaringan
nekrotik atau gangrenosa, amputasi konservatif dengan perlindungan panjang
maksimum bagi jari atau ekstremitas, dan kadang-kadang simpatektomi lumbalis bagi
telapak tangan atau simpatektomi jari walaupun kadang jarang bermanfaat.
Revaskularisasi arteri pada pasien ini juga tidak mungkin dilakukan sampai
terjadi penyembuhan pada bagian yang sakit. Keuntungan dari bedah langsung bypass
pada arteri distal juga msih menjadi hal yang kontroversial karena angka kegagalan
pencangkokan tinggi. Bagaimanapun juga, jika pasien memiliki beberapa iskemik pada
pembuluh darah distal, bedah bypass dengan pengunaan vena autolog sebaiknya
dipertimbangkan (Doherty, 2006).
Gambar 2.6. Arteri Bypass
14
Simpatektomi dapat dilakukan untuk menurunkan spasme arteri pada pasien
penyakit buerger. Melalui simpatektomi dapat mengurangi nyeri pada daerah tertentu
dan penyembuhan luka ulkus pada pasien penyakit buerger tersebut, tetapi untuk jangka
waktu yang lama keuntungannya belum dapat dipastikan. Simpatektomi lumbal
dilakukan dengan cara mengangkat paling sedikit 3 buah ganglion simpatik, yaitu Th12,
L1 dan L2. Melalui cara ini, efek vasokonstriksi akan dihilangkan dan pembuluh darah
yang masih elastis akan melebar sehingga kaki atau tangan dirasakan lebih hangat
(Doherty, 2006).
Terapi bedah terakhir untuk pasien penyakit buerger (yaitu pada pasien yang
terus mengkonsumsi tembakau) adalah amputasi tungkai tanpa penyembuhan ulkus,
gangrene yang progresif, atau nyeri yang terus-menerus serta simpatektomi dan
penanganan lainnya yang gagal. Menghindari amputasi jika memungkinkan, tetapi, jika
dibutuhkan, lakukanlah operasi dengan cara menyelamatkan tungkai kaki sebanyak
mungkin (Doherty, 2006).
Beberapa usaha berikut sangat penting untuk mencegah komplikasi dari penyakit
buerger:
• Gunakanlah alas kaki yang dapat melindungi untuk menghindari trauma kaki
dan panas atau juga luka karena kimia lainnya.
• Lakukanlah perawatan lebih awal dan secara agresif pada lula-luka ektremis
untuk menghindari infeksi
• Menghindar dari lingkungan yang dingin
• Menghindari obat yang dapat memicu vasokontriksi
2.8. Pencegahan
Hampir semua orang dengan penyakit buerger pernah menggunakan produk
tembakau, dan yang paling sering adalah merokok. Untuk mencegahnya penyakit
tersebut, maka sangat penting untuk tidak merokok dan menggunakan produk tembakau
(Doherty, 2006).
2.9. Prognosis
15
Pada pasien yang berhenti merokok, 94% pasien tidak perlu mengalami
amputasi, apalagi pada pasien yang berhenti merokok sebelum terjadi gangren, angka
kejadian amputasi mendekati 0%. Hal ini tentunya sangat berbeda sekali dengan pasien
yang tetap merokok, sekitar 43% dari mereka berpeluang harus diamputasi selama
periode waktu 7 sampai 8 tahun kemudian, bahkan pada mereka harus dilakukan
multiple amputasi. Pada pasien ini selain umumnya dibutuhkan amputasi tungkai,
pasien juga terus merasakan klaudikasi (nyeri pada saat berjalan) atau fenomena
raynaud’s walaupun sudah benar-benar berhenti mengkonsumi tembakau (Doherty,
2006)
16
BAB 3
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama Pasien : S
Umur : 55 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Dusun VII Kecamatan Meranti
Status : Menikah
Pekerjaan : Tukang Bangunan
Tanggal Masuk : 28 April 2014
Anamnesis
Keluhan utama: Tungkai kiri menghitam
Telaah:
Hal ini telah dialami pasien sejak ± 3 bulan yang lalu. Awalnya, pasien mengeluhkan
kaki menghitam awalnya dimulai dari jari kaki sebelah kiri kemudian semakin lama
semakin menyebar ke betis hingga ke bawah lutut. Keluhan disertai dengan rasa nyeri
berdenyut dan nyeri dirasakan tidak berhubungan dengan cuaca. Riwayat merokok
dijumpai pada pasien sejak ± 35 tahun yang lalu dengan jumlah 1 bungkus (16 batang)
per hari. Riwayat demam tidak dijumpai, riwayat sakit gula dan darah tinggi tidak
dijumpai pada pasien.
RPT : -
RPO: -
Status presens
Sensorium : compos mentis Keadaan Umum : Baik
Tekanan darah: 110/80 mmHg Keadaan Gizi : Baik
Nadi : 88 x/i
Pernafasan : 24 x/i
Suhu : 37 ͦ C
17
Pemeriksaan Fisik
Kepala :
Mata: reflex cahaya (+/+), pupil isokor Ø3mm, konjungtiva palpebra inferior pucat (-/-),
sklera ikterik (-/-),
Telinga/ hidung/ mulut: tidak dijumpai kelainan.
Leher : Pembesaran KGB (-)
Toraks:
Inspeksi : simetris fusiformis
Palpasi : stem fremitus kanan=kiri, kesan : normal
Perkusi : sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi :
o Paru: Suara pernapasan: vesikuler, Suara tambahan: tidak dijumpai
o Jantung: S1 (N), S2 (N), murmur (-)
Abdomen:
Inspeksi : simetris (+)
Palpasi : nyeri tekan (-), defens muskular (-)
Perkusi : timpani
Auskultasi : peristaltik (+) normal
Genital: laki-laki, dalam batas normal
Ekstremitas superior : pols 88x/i,reg, T/V cukup, akral hangat, CRT <3’’, TD: 110/80
mmHg, Temp:37oC
Ekstremitas inferior :
Dextra : edema (-), fraktur (-)
Sinistra : tampak tungkai menghitam ± 5cm dari sendi lutut, pulsasi arteri poplitea (-),
nyeri tekan (+)
Laboratorium (29 April 2014)
18
Hemoglobin 13,5 g%
Hematokrit 39,8 %
Leukosit 8050/mm3
Trombosit 338000/mm3
Ureum/ kreatinin 18 / 0,73
Na/ K/ Cl 139/ 4,2/ 104
Albumin 3,8 g/dl
PT 15,2 (13,4)
APTT 32,2 (33,4)
TT 16,5 (16,5)
INR 1,15
Penatalaksanaan:
- IVFD RL 20 gtt/i
- Inj. Ceftriaxone 1 g/12 jam
- Inj. Ranitidin 50 mg/12 jam
- Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam
- Rencana amputasi above knee
Follow Up
Tgl 29 April 2014
S: Nyeri (-)
O: CM, HR : 84 x/i, RR : 20 x/i, luka tertutup verban
A: Post Amputation above Knee o/t (L) leg
P: - IVFD RL 20 gtt/i
- Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam
- Inj. Metronidazore 500 mg/8 jam
- Inj. Ranitidine 50 mg/12 jam
- Heparin loading 1cc IV, Drip 4cc dalam NaCl 0,9% 10 gtt/i
Tgl 30 April 2014
19
S: Nyeri (-)
O: CM, HR : 82 x/i, RR : 24 x/i, luka tertutup verban
A: Post Amputation above Knee o/t (L) leg
P: - IVFD RL 20 gtt/i
- Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam
- Inj. Metronidazore 500 mg/8 jam
- Inj. Ranitidine 50 mg/12 jam
- Heparin loading 1cc IV, Drip 4cc dalam NaCl 0,9% 10 gtt/i
Tgl 1 Mei 2014
S: Nyeri (-)
O: CM, HR : 84 x/i, RR : 20 x/i, luka tertutup verban
A: Post Amputation above Knee o/t (L) leg
P: - IVFD RL 20 gtt/i
- Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam
- Inj. Metronidazore 500 mg/8 jam
- Inj. Ranitidine 50 mg/12 jam
- Heparin loading 1cc IV, Drip 4cc dalam NaCl 0,9% 10 gtt/i
Tgl 2 Mei 2014
S: Nyeri (-)
O: CM, Hr : 82 x/i, RR : 20 x/i, luka tertutup verban, drain : 20 cc/24 jam
A: Post Amputation above Knee o/t (L) leg
P: - Diet MBTKTP
- IVFD RL 20 gtt/i
- Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam
- Inj. Metronidazore 500 mg/8 jam
- Inj. Ranitidine 50 mg/12 jam
- Heparin loading 1cc IV, Drip 4cc dalam NaCl 0,9% 10 gtt/i
20
Hasil Foto Thorax (Tgl 29 April 2014)
Hasil Foto Cruris (Tgl 28 April 2014)
Foto Klinis Pasien
Foto Klinis Post Amputasi
BAB 4
21
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Tromboangitis obliterans adalah suatu penyakit vaskular non-aterosklerotik yang
ditandai dengan tidak adanya ateroma atau ateroma minimal, vaskulitis segmental, dan
keterlibatan arteri dan vena berukuran kecil dan sedang pada ekstremitas atas dan
bawah. Penyakit ini sangat berkaitan dengan riwayat merokok. Diagnosis klinisnya
yang memerlukan anamnesis yang lengkap, pemeriksaan fisik yang mendukung, dan
pemeriksaan penunjang. Beberapa kriteria klinis yang umum digunakan, yaitu usia < 45
tahun, riwayat penggunaan tembakau/rokok, iskemia ekstremitas distal yang
dikonfirmasi dengan tes non-invasif, gejala yang bukan disebabkan oleh trombofilia,
penyakit autoimun, diabetes, dan emboli perdarahan proksimal, dan dibuktikan melalui
angiografi
Pada penyakit ini, biasanya pasien memiliki tes Allen yang postif. Pemeriksaan
laboratorium pada pasien dengan dugaan TAO digunakan untuk menyingkirkan
diagnosis lainnya. Temuan keterlibatan arteri distal kecil sampai sedang, oklusi
segmental, dan “corkscrew”-shaped collaterals merupakan temuan angiografi yang khas
pada penyakit ini.
Terapi medis penderita penyakit buerger harus dimulai dengan usaha intensif
untuk meyakinkan pasien untuk berhenti merokok. Jika pasien berhasil berhenti
merokok, maka penyakit ini akan berhenti pada bagian yang terkena sewaktu terapi
diberikan. Tetapi, kebanyakan pasien tidak mampu berhenti merokok dan selalu ada
progresivitas penyakit. Terapi bedah untuk penderita buerger meliputi debridement
konservatif jaringan nekrotik atau gangrenosa, amputasi konservatif dengan
perlindungan panjang maksimum bagi jari atau ekstremitas, dan kadang-kadang
simpatektomi lumbalis bagi telapak tangan atau simpatektomi jari walaupun kadang
jarang bermanfaat. Terapi bedah terakhir untuk pasien penyakit buerger adalah amputasi
tungkai tanpa penyembuhan ulkus, gangrene yang progresif, atau nyeri yang terus-
menerus serta simpatektomi dan penanganan lainnya yang gagal.
4.2. Saran
22
Seorang klinisi harus mengetahui pola manajemen yang benar dalam
menghadapi pasien yang datang dengan penyakit buerger. Hal ini penting untuk dapat
mengenali tanda – tanda kegawatdaruratan pada pasien penyakit buerger sehingga
penanganan dan penatalaksanaan yang akan dilakukan tidak terlambat.
23
DAFTAR PUSTAKA
Creager, MA, Libby, P. 2012. Peripheral Artery Diseases. In: Braunwald’s Heart
Disease 9th edition. Philadelphia: Saunders Elsevier.
Doherty, G.M. 2006. Current Surgical Diagnosis and Treatment. USA : McGraw Hill.
Joviliano, EE, Dellalibera-Joviliano, R, Dalio, M. 2009. Etiopathogenesis, clinical
diagnosis, and treatment of thromboangiitis obliterans – current practices. Int
J Angiol. 18(3): 119-125.
Meireles, O.R., et al. 2012. Buerger’s Disease (Thromboangitis Obliterans). Available
at: http://emedicine.medscape.com/article/460027-clinical (Accessed 2 May 2014).
Oli,n JW, et al. 1990. The changing clinical spectrum of thromboangiitis obliterans
(Buerger's disease). Circulation, 82:IV3-8
Olin, JW. 2000. Thromboangiitis obliterans (Buerger's disease). N Engl J Med,
343:864-869.
Piazza, G, Creager, MA. 2010. Thromboangiitis Obliterans. Circulation. 121: 1858-61.
Shionoya S, Ban I, Nakata Y, Matsubara J, Hirai M, Kawai S. 1979. Involvement of the
iliac artery in Buerger's disease (pathogenesis and arterial reconstruction). J
Cardiovasc Surg (Torino), 19:69-76.
Shionoya S. 1989. Buerger's disease (thromboangiitis obliterans). In Vascular surgery.
3rd edition. Edited by Rutherford RB. Philadelphia: W.B Saunders:207-217.
Sjamsuhidajat, R, et al. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : EGC.
Vijayakumar, A, Tiwari, R, Prabhuswamy, VK. 2013. Thromboangiitis Obliterans
(Buerger’s Disease) – Current Practices. International Journal of
Inflammation. Article 156905.