Upload
muhammad-salman
View
326
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
MUHAMMAD SALMAN
D 5 1 1 07 0 24
JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
201
BWK KOTA MAKASSAR
A. Kecamatan Ujung Tanah
Dalam BWK kota Makassar kecamatan Ujung tanah ditemptakan sebagai pusat
perdagangan dan perniagaan (CBD) dengan fungsi penunjung sebagai transportasi
darat, militer, ruang terbuka hijau dan perkebunan.
B. Kecamatan Makassar, Bontoala, Wajo, ujung pandang, Mamajang, Marisso.
Dalam BWK kota Makassar ke-6 kecamatan ini ditempatkan sebagai pusat transportasi
laut dengan fungsi penunjang sebagai periwisata tirta, militer, pemukiman.
C. Kecamatan Tamalate
Dalam BWK kota Makassar kecamatan tamalate ditempatkan sebagai pusat Rekreasi
dengan fungsi penunjang sebagai daerah perdagangan, pemukiman, pendidikan tinggi,
transportasi darat, hutan kota.
D. Kecamatan Rappocini
Dalam BWK kota Makassar kecamatan Rappocini ditempatkan sebagai pusat Jasa
pelayanan social dengan fungsi penunjang sebagai daerah perkantoran, perdagangan,
pemukiman.
E. Kecamatan Panakukang
Dalam BWK kota Makassar kecamatan panakukang ditempatkan sebagai pusat
perdagangan dan jasa social dengan fungsi penunjang sebagai pemukinan, pendidikan
tinggi, perkantoran, trans darat, ruang terbuka hijau.
F. Kecamatan Manggala
Dalam BWK kota Makassar kecamatan manggala ditempatkan sebagai pusat pemukiman
dengan fungsi penunjang sebagai daerah pariwisata dan rekreasi, daerah terbuka hijau,
jasa pelayanan social, pendidikan tinggi.
G. Kecamatan Tallo
Dalam BWK kota Makassar kecamatan tallo ditempatkan sebagai pusat pariwisata dan
ruang terbuka hijau dengan fungsi penunjang sebagai jasa pelayanan social, pemukiman,
taman hutan kota.
H. Kecamatan Tamalanrea
Dalam BWK kota Makassar kecamatan Tamalanrea ditempatkan sebagai pusat
pendidikan tinggi dengan fungsi penunjang sebagai jasa pelayanan kesehatan, industry
perdagangan, jasa social dan umum.
I. Kecamatan Biringkanaya
Dalam BWK kota Makassar kecamatan Biringkanaya ditempatkan sebagai pusat industry
dan pemukiman dengan fungsi penunjang sebagai transportasi darat, militer, ruang
terbuka hijau, dan pekuburan.
KDB( Koefsien Dasar Bangunan)
Dilihat dari artinya, KDB merupakan angka koefesien perbandingan antara luas bangunan
lantai dasar dengan luas tanah kavling atau blok peruntukan. Secara matematis, untuk menentukan
angka KDB bangunan rumah dapat dirumuskan sebagai berikut:
Angka KDB: Luas bangunan lantai dasar x 100%
Luas tanah atau blok
Setelah angka KDB didapat Anda harus membandingkan angka KDB tersebut dengan angka KDB yang
diijinkan oleh pemerintah daerah setempat sesuai dengan Rencana Ruang Kota. Sebagai contoh,
jenis KDB yang ditentukan Pemerintah Daerah disuatu wilayah adalah KDB sedang dengan angka
40% - 60%. Maka angka KDB rumah Anda tidak boleh lebih 60%.
Dalam suatu daerah, angka KDB kawasan yang ditetapkan masing-masing berbeda, sesuai dengan
zona atau wilayah dan rencana pembangunan wilayah itu sendiri. Misalnya, pada suatu wilayah akan
dibangun kawasan resapan air. Maka angka KDB yang ditentukan untuk kawasan tersebut dibuat
kecil. Ini berarti Pemda membatasi kawasan itu untuk pembangunan rumah.
Perhitungan KDB
Persyaratan angka KDB untuk setiap bangunan rumah, berfungsi untuk menata kawasan dan
menjaga kelestarian lingkungan. Karenanya, sebelum membangun atau merenovasi rumah untuk
menambah bagian bangunan, hendaknya diketahui terlebih dahulu berapa angka KDB yang diijinkan.
Walaupun setiap daerah menetapkan angka KDB yang berbeda-beda, secara umum ada 3 kategori
KDB yang diterapkan.
1. KDB padat dengan angka KDB antara 60%– 100%
2. KDB sedang dengan angka KDB antara 40%-60%
3. KDB renggang dengan angka KDBB dibawah 40%
Garis Sempadan
Garis-garis bangunan adalah persyaratan yang ditentukan untuk mengatur posisi letak bangunan di
atas suatu pekarangan/lahan/site yang telah ditetapkan ukuran dan jenis perpetakannya (persil).
Macam-macam garis sempadan
a. Garis sempadan jalan
Garis sempadan jalan (GSJ) adalah garis batas pekarangan terdepan. GSJ merupakan batas terdepan
pagar halaman yang boleh didirikan. Oleh karena itu biasanya di muka GSJ terdapat jalur untuk
instalasi air, listrik, gas, serta saluran-saluran pembuangan.
Pada GSJ tidak boleh didirikan bangunan rumah, terkecuali jika GSJ berimpit dengan garis sempadan
bangunan (GSB). Ketentuan mengenai GSJ biasanya sudah terdapat dalam dokumen rencana tata
ruang kota setempat, bisa didapat di dinas tata kota atau Bappeda.
GSJ dimaksudkan mengatur lingkungan hunian memiliki kualitas visual yang baik, selain itu juga
mengatur jarak pandang yang cukup antara lalu lintas di jalan dan bangunan.
b. Garis Sempadan Bangunan (GSB/sempadan depan)
Garis sempadan bangunan (GSB) merupakan batas dinding bangunan terdepan pada suatu persil
tanah. Panjang jarak antara GSB dengan GSJ ditentukan oleh persyaratan yang berlaku untuk
masing-masing jenis bangunan dan letak persil tanah setempat, serta mengacu pada rencana tata
ruang kota setempat
Tujuan dari GSB yaitu:
1. Supaya hunian/rumah tinggal memiliki pekarangan di depan rumah yang cukup untuk
penghijauan, pengudaraan alami dan menambah daerah resapan air hujan serta
mempercantik rumah.
2. Untuk keamanan rumah agar tidak dapat secara langsung dimasuki tamu tak
diundang/maling, dan sebagai tempat bermain anak-anak supaya terhindar dari resiko
kecelakaan selain itu juga memperlancar lalu lintas.
3. Mengurangi pengaruh suara bising dari kendaraa bermotor yang lalu lalang di depan rumah,
dan memungkinkan dibuat teritis atap yang cukup lebar sebagai pelindung bangunan dari
panas matahari dan tempias air hujan.
c. Garis Jarak Bebas Samping (sempadan samping)
Pada bangunan berbentuk tunggal/lepas dan renggang, induk bangunan harus memiliki jarak
bebas terhadap batas pekarangan yang terletak di samping (sisi). Pada bangunan
turutan/anak/tambahan boleh dibangun rapat dengan batas pekarangan samping dimana dinding
terdepan berada pada jarak minimal 2 kali jarak antara GSB dan GSJ sesuai dengan persyaratan yang
berlaku.
Sedangkan lebar jarak garis bebas samping antara bangunan dengan batas pekarangan
ditentukan berdasarkan jenis bangunan dan persil tanah setempat. Luas areal bebas samping adalah
lebar jarak bebas samping x panjang jarak antara GSB dan GSJ yang ditentukan.
Tujuan garis jarak bebas samping ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan kesehatan,
kenyamanan, dan keindahan mengingat faktor iklim tropis lembab di Indonesia dengan cirri-ciri
temperature udara cukup tinggi, curah hujan besar, sudut datang sinar matahari yang besar dan lain-
lain. Maka dengan adanya jarak bebas samping memungkinkan:
1. Sirkulasi udara yang baik ke dalam ruangan untuk mengurangi panas dan lembab.
2. Sinar matahari langsung ke dalam rumah (pada pagi hari) untuk kesehatan
3. Lebar teritis atap yang cukup untuk melindungi bangunan dari panas matahari dan tempias
air hujan.
d. Garis Jarak Bebas Belakang (sempadan belakang)
Garis jarak bebas belakang adalah garis batas bangunan yang boleh didirikan pada bagian belakang
terhadap batas pekarangan bagian belakang. Panjang garis bebas belakang ditentukan sesuai dengan
jenis bangunan dan lingkungan persil tanah setempat.
Pada halaman belakang suatu persil tanah boleh didirikan bangunan turutan/tambahan, asal tidak
memenuhi seluruh pekarangan belakang. Halaman kosong di belakang rumah minimal mempunyai
lebar sama dengan panjang garis bebas belakang yang ditentukan.
Tujuan adanya garis jarak bebas belakang adalah:
1. Memungkinkan sirkulasi udara dan pencahayaan alami ke dalam ruangan
2. Memungkinkan adanya taman belakang rumah untuk kesejukan dan menambah volume
oksigen bagi penghuni rumah.
3. Menghindari atau mencegah bahaya kebakaran.
4. Sebagai area service seperti tempat cuci, jemuran, yang tidak merusak tampilan rumah
bagian depan.
5. Sebagai tempat rekreasi mini/bercengkerama bagi penghuni rumah.
Bangunan Tinggi
Bangunan tinggi merupakan karya arsitek yang memerlukan pemikiran dengan pendekatan
teknologi dan penghayatan melalui pendekatan seni. Hal ini dimaksudkan agar bangunan tinggi yang
dirancang tidak berakhir sebagai monumen tanpa jiwa dan gedung tanpa makna.
Pada awal proses rancangan bangunan tinggi, para arsitektur dan praktisi bangunan dihadapkan
pada berbagai masalah, terutama yang terkait pada upaya pencapaian integrasi sistem bangunan,
baik dari aspek arsitektural dan struktural, maupun dari aspek mekanikal dan elektrikal. Selanjutnya,
setelah itu muncul permasalahan baru berupa penentuan metode konstruksi yang sesuai dengan
perkiraan besarnya biaya untuk merancang, melaksanakan dan mengoperasikan serta
memelihara/merawat bangunan tersebut.
Dalam bangunan tinggi hal yang perlu diperhatikan mulai dari struktur, material, utilitas, sanitasi
dan lain-lain . Dimana pada bangunan tinggi sangat berbeda perlakuannya dengan bangunan lain
yang bukan high rise building.
Struktur
Pemilihan struktur pada bangunan tinggi harus tepat karena pada bangunan tinggi banyak gaya yang
bekerja, sehingga jika salah dalam pemilihan struktur tidak menutup kemungkinan bangunan bisa
roboh.
Material
Jenis material yang digunakan dalam bangunan tinggi sangat beragam tetapi dengan satu syarat
yakni beban yang ditimbulkanb seminimal mungkin.
Utilitas
Utilitas pada bangunan tinggi mengenai mechanical & electrikal, air bersih, air kotor, dll.
Transportasi
Pada bangunan tinggi dikenal dengan dua arah transportasi yakni vertical dan horizontal. Pada
vertical digunakan lift dan tangga, sedangkan pada horizontal digunakan koridor
Pencahayaan & Penghawaan
Pada bangunan tinggi ada dua model pencahayaan dan penghawaan yakni alami dan buatan, tapi
tidak dapat dipungkiri penggunaan pencahayaan dan penghawaan model buatan pada bangunan
tinggi lebih besar kapasitasnya disbanding dengan bangunan-bangunan lainnya.
Masalah Kebaakaran
Hal yang sering diperbincangkan pada saat membangun bangunan tinggi adalah akses untuk
mengakomodir bahaya dari kebakaran, banyak korban jiwa akibat kebakaran pada bangunan tinggi
disebabkan buruknya fasilitas untuk menyelamtakan diri pada saat kebakaran terjadi sehingga
perencanaa untuk masalah pencegahan kebakaran harus benar-benar matang.
Ketentuan yang perlu diperhatikan dalam bangunan tinggi adalah perbandingan antara tinggi
dengan lebar bangunan. Hal ini dimaksudkan agar bangunan aman terhadap gaya lateral dan
proporsional. Angka nisbah yang digunakan di Indonesia untuk struktur portal bertingkat tanpa inti/
dinding geser . adalah : H/B < 5
Dimana :
H adalah tinggi bangunan
B sisi bangunan terpendek