Upload
lutfi-malefo
View
32
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
traumatologi
Citation preview
Umar GunarsaPembimbing : Dr. Nadzar
Sp.AnAnestesi Cempaka Putih
Tatalaksana Jalan NapasTatalaksana Jalan Napas
Pengelolahaan Jalan Nafas
Adalah usaha membebaskan jalan nafas
untuk menjamin pertukaran udara secara
normal baik dengan manual maupun
menggunakan alat.
Anatomi
Hubungan jalan nafas dgn dunia luar melalui 2 jalan :
Dari hidung menuju nasofaring Dari mulut menuju orofaring
Persarafan N.trigeminus (V)
Mensarafi mukosa hidung , palatum (V-1),
daerah maksila (V-2), lidah & daerah mandibula.
N. Fasialis (VII) mensarafi palatum
N. Glossofaringeus (IX), mensarafi lidah, faring,
palatum molle & tonsil. N. Vagus (X), mensarafi daerah sekitar epiglotis
& pita suara.
Obstruksi Jalan Nafas
Pada pasien tidak sadar/anastesi tonus
otot jalan nafas atas, otot genioglosus hilang
lidah akan menyumbat hipofaring
obstruksi jalan nafas baik total atau parsial.
Tanda Tanda Umum Obstruksi Jalan Nafas
Stridor ( mendengkur, snoring ) Nafas cuping hidung (flaring of the nostrile)Retraksi trakhea Retraksi thoraks Tak terasa ada udara ekspirasi
Tanda Tanda Obstruksi Parsial
Stridor ( ngorok, bunyi kumur-kumur atau melengking ).
Retraksi otot dada ( suplaklavikular, suprasternal, sela iga, epigastrium selama inspirasi )
Nafas paradoksal Balon cadangan mesin anastesi kembang
kempisnya lemahNafas semakin berat dan sulit Sianosis
Tanda Tanda Obstruksi Total
Gejala lebih hebat stridor menghilang Retraksi lebih jelas Gerakkan paradoksal lebih jelas Kerja otot bantu nafas makin jelas Balon cadangan tidak kembang kempis lagi Sianosis lebih cepat timbul
Penyebab tersering
Lidah jatuh ke hipofaring Lendir jalan nafas, muntahan, perdarahan,
benda asing, gigi palsu terlepas. Spasme laring
Cara Mendiagnosis
Look ( lihat )Look ( lihat ) Melihat gerakkan/pengembangan dada dan adanya retraksi sela iga.
Listen ( dengar Listen ( dengar ) Mendengar aliran udara pernafasan
Feel ( merasakan ) Feel ( merasakan ) merasakan adanya aliran udara pernafasan
Cara pengelolaan jalan nafas tanpa alat
1. Head-tiltHead-tilt : mendorong kepala kebelakang( tidak boleh dilakukan pada pasien trauma ). 2. Chin lift. Chin lift : mengangkat dagu 3. Jaw thrust. Jaw thrust : menarik rahang bawah
kedepan sehingga letaknya barisan gigi bawah berada didepan barisan gigi atas.
Cara pengelolaan jalan nafas dengan alat
Suction Pemasangan pipa orofaring atau nasofaringSungkup muka Sungkup laring Intubasi trakhea Krikotirotomi Trakheostomi
Suctioning
Menghisap dengan alat penghisap
ditujukan untuk benda–benda cair, antara
lain muntahan, lendir, darah
Pemasangan pipa orofaring atau nasofaring
Menahan lidah agar tidak jatuh menempel
di hipofaring dan membantu bila langkah
pertama melelahkan.
Sungkup Muka ( Face mask )
Mengantarkan udara/gas anastesi dari alat resusitasi atau sistem anastesi kejalan nafas pasien.
Digunakan untuk bernafas spontan
Sungkup laring (Laringeal mask airway)
Berbentuk sendok terdiri dari pipa besar berlubang dengan ujung menyerupai sendok yang pinggirnya dapat dikembang kempiskan.
Tangkai dapat berupa pipa keras (polivinil) atau lembek dg spiral untuk menjaga tetap paten.
Dikenal 2 macam sungkup laring
Sungkup laring standar dengan satu pipa napas
Sungkup laring dengan dua pipa (satu pipa nafas standar & pipa tambahan berhubungan dgn esofagus)
Dapat dipasang tanpa bantuan laringoskop
Digunakan jika intubasi trakhea diramalkan bakal mendapat kesulitan.
Menunggu anastesi cukup dalam atau pelumpuh otot untuk menghindari trauma
Intubasi Trakhea
Tujuan mengantar gas anastetik langsung
dgn pipa khusus melalui rima glotis
ujung distal berada kira2 dipertengahan
trakhea.
Indikasi Intubasi
Menjaga potensi jalan nafas oleh sebab apapun (kelainan anatomi, bedah khusus, bedah posisi khusus, pembersihan sekret jalan nafas dll).
Mempermudah ventilasi positif & oksigenasi (saat resusitasi, penggunaan relaksan dg efisien, ventilasi jangka panjang).
Pencegahan terhadap aspirasi & regurgitasi
Kesulitan Intubasi
Leher pendek berotot Mandibula menonjol Maksila/gigi depan menonjol Uvula tak terlihat Gerakkan sendi temporo mandibular
terbatas Gerakkan vertebra servikal terbatas
Komplikasi intubasi Selama intubasi : Trauma gigi geligi Laserasi bibir, gusi, laring Merangsang saraf simpatis (hipertensi-
takikardi) Intubasi bronkus Intubasi esofagus Aspirasi Spasme bronkus
Setelah ekstubasi : Spasme laring Aspirasi Gangguan fonasi Edem glotis-subglotis Infeksi laring, faring, trakea
Ekstubasi
Ekstubasi ditunda sampai pasien sadar jika : - Intubasi akan kembali menimbulkan kesulitan - Pasca ekstubasi ada resiko aspirasi
Ekstubasi dikerjakan pd anastesia sudah ringan dgn catatan tak akan terjadi spasme laring.
Sebelum ekstubasi bersihkan rongga mulut laring faring dari sekret & cairan.
Krikotirotomi
Dilakukan pada keadaan dimana tidak
ada alat-alat intubasi (pipa endotrakea
& laringoskop) atau bila tak
mungkindilakukan intubasi.
Trakeostomi
Bukan merupakan tindakkan darurat Jalan nafas harus bebas & terkendali dulu
(misalnya sudah terpasang pipa EET, pasien sudah tenang & stabil dengan nafas spontan atau buatan.
Daftar Pustaka Staf pengajar bagian anestesiologi dan
terapi intensif FKUI. Anastesiologi. Jakarta : 1989.
Latif, Said A dkk. Petunjuk praktis anestesiologi. Bagian anestesiologi FKUI. Jakarta : 2001.
Modul PBL & manual CSL Sistem Emergency And Traumatology. FK UMJ. Jakarta : 2006
Modul kuliah Emergency FK UMJ. Airway problem and Airway management. Jakarta : 2006