26
Umar Gunarsa Pembimbing : Dr. Nadzar Sp.An Anestesi Cempaka Putih Tatalaksana Jalan Napas Tatalaksana Jalan Napas

Tatalaksana Jalan Napas

Embed Size (px)

DESCRIPTION

traumatologi

Citation preview

Page 1: Tatalaksana Jalan Napas

Umar GunarsaPembimbing : Dr. Nadzar

Sp.AnAnestesi Cempaka Putih

Tatalaksana Jalan NapasTatalaksana Jalan Napas

Page 2: Tatalaksana Jalan Napas

Pengelolahaan Jalan Nafas

Adalah usaha membebaskan jalan nafas

untuk menjamin pertukaran udara secara

normal baik dengan manual maupun

menggunakan alat.

Page 3: Tatalaksana Jalan Napas

Anatomi

Hubungan jalan nafas dgn dunia luar melalui 2 jalan :

Dari hidung menuju nasofaring Dari mulut menuju orofaring

Page 4: Tatalaksana Jalan Napas

Persarafan N.trigeminus (V)

Mensarafi mukosa hidung , palatum (V-1),

daerah maksila (V-2), lidah & daerah mandibula.

N. Fasialis (VII) mensarafi palatum

N. Glossofaringeus (IX), mensarafi lidah, faring,

palatum molle & tonsil. N. Vagus (X), mensarafi daerah sekitar epiglotis

& pita suara.

Page 5: Tatalaksana Jalan Napas

Obstruksi Jalan Nafas

Pada pasien tidak sadar/anastesi tonus

otot jalan nafas atas, otot genioglosus hilang

lidah akan menyumbat hipofaring

obstruksi jalan nafas baik total atau parsial.

Page 6: Tatalaksana Jalan Napas

Tanda Tanda Umum Obstruksi Jalan Nafas

Stridor ( mendengkur, snoring ) Nafas cuping hidung (flaring of the nostrile)Retraksi trakhea Retraksi thoraks Tak terasa ada udara ekspirasi

Page 7: Tatalaksana Jalan Napas

Tanda Tanda Obstruksi Parsial

Stridor ( ngorok, bunyi kumur-kumur atau melengking ).

Retraksi otot dada ( suplaklavikular, suprasternal, sela iga, epigastrium selama inspirasi )

Nafas paradoksal Balon cadangan mesin anastesi kembang

kempisnya lemahNafas semakin berat dan sulit Sianosis

Page 8: Tatalaksana Jalan Napas

Tanda Tanda Obstruksi Total

Gejala lebih hebat stridor menghilang Retraksi lebih jelas Gerakkan paradoksal lebih jelas Kerja otot bantu nafas makin jelas Balon cadangan tidak kembang kempis lagi Sianosis lebih cepat timbul

Page 9: Tatalaksana Jalan Napas

Penyebab tersering

Lidah jatuh ke hipofaring Lendir jalan nafas, muntahan, perdarahan,

benda asing, gigi palsu terlepas. Spasme laring

Page 10: Tatalaksana Jalan Napas

Cara Mendiagnosis

Look ( lihat )Look ( lihat ) Melihat gerakkan/pengembangan dada dan adanya retraksi sela iga.

Listen ( dengar Listen ( dengar ) Mendengar aliran udara pernafasan

Feel ( merasakan ) Feel ( merasakan ) merasakan adanya aliran udara pernafasan

Page 11: Tatalaksana Jalan Napas

Cara pengelolaan jalan nafas tanpa alat

1. Head-tiltHead-tilt : mendorong kepala kebelakang( tidak boleh dilakukan pada pasien trauma ). 2. Chin lift. Chin lift : mengangkat dagu 3. Jaw thrust. Jaw thrust : menarik rahang bawah

kedepan sehingga letaknya barisan gigi bawah berada didepan barisan gigi atas.

Page 12: Tatalaksana Jalan Napas

Cara pengelolaan jalan nafas dengan alat

Suction Pemasangan pipa orofaring atau nasofaringSungkup muka Sungkup laring Intubasi trakhea Krikotirotomi Trakheostomi

Page 13: Tatalaksana Jalan Napas

Suctioning

Menghisap dengan alat penghisap

ditujukan untuk benda–benda cair, antara

lain muntahan, lendir, darah

Page 14: Tatalaksana Jalan Napas

Pemasangan pipa orofaring atau nasofaring

Menahan lidah agar tidak jatuh menempel

di hipofaring dan membantu bila langkah

pertama melelahkan.

Page 15: Tatalaksana Jalan Napas

Sungkup Muka ( Face mask )

Mengantarkan udara/gas anastesi dari alat resusitasi atau sistem anastesi kejalan nafas pasien.

Digunakan untuk bernafas spontan

Page 16: Tatalaksana Jalan Napas

Sungkup laring (Laringeal mask airway)

Berbentuk sendok terdiri dari pipa besar berlubang dengan ujung menyerupai sendok yang pinggirnya dapat dikembang kempiskan.

Tangkai dapat berupa pipa keras (polivinil) atau lembek dg spiral untuk menjaga tetap paten.

Page 17: Tatalaksana Jalan Napas

Dikenal 2 macam sungkup laring

Sungkup laring standar dengan satu pipa napas

Sungkup laring dengan dua pipa (satu pipa nafas standar & pipa tambahan berhubungan dgn esofagus)

Dapat dipasang tanpa bantuan laringoskop

Digunakan jika intubasi trakhea diramalkan bakal mendapat kesulitan.

Menunggu anastesi cukup dalam atau pelumpuh otot untuk menghindari trauma

Page 18: Tatalaksana Jalan Napas

Intubasi Trakhea

Tujuan mengantar gas anastetik langsung

dgn pipa khusus melalui rima glotis

ujung distal berada kira2 dipertengahan

trakhea.

Page 19: Tatalaksana Jalan Napas

Indikasi Intubasi

Menjaga potensi jalan nafas oleh sebab apapun (kelainan anatomi, bedah khusus, bedah posisi khusus, pembersihan sekret jalan nafas dll).

Mempermudah ventilasi positif & oksigenasi (saat resusitasi, penggunaan relaksan dg efisien, ventilasi jangka panjang).

Pencegahan terhadap aspirasi & regurgitasi

Page 20: Tatalaksana Jalan Napas

Kesulitan Intubasi

Leher pendek berotot Mandibula menonjol Maksila/gigi depan menonjol Uvula tak terlihat Gerakkan sendi temporo mandibular

terbatas Gerakkan vertebra servikal terbatas

Page 21: Tatalaksana Jalan Napas

Komplikasi intubasi Selama intubasi : Trauma gigi geligi Laserasi bibir, gusi, laring Merangsang saraf simpatis (hipertensi-

takikardi) Intubasi bronkus Intubasi esofagus Aspirasi Spasme bronkus

Page 22: Tatalaksana Jalan Napas

Setelah ekstubasi : Spasme laring Aspirasi Gangguan fonasi Edem glotis-subglotis Infeksi laring, faring, trakea

Page 23: Tatalaksana Jalan Napas

Ekstubasi

Ekstubasi ditunda sampai pasien sadar jika : - Intubasi akan kembali menimbulkan kesulitan - Pasca ekstubasi ada resiko aspirasi

Ekstubasi dikerjakan pd anastesia sudah ringan dgn catatan tak akan terjadi spasme laring.

Sebelum ekstubasi bersihkan rongga mulut laring faring dari sekret & cairan.

Page 24: Tatalaksana Jalan Napas

Krikotirotomi

Dilakukan pada keadaan dimana tidak

ada alat-alat intubasi (pipa endotrakea

& laringoskop) atau bila tak

mungkindilakukan intubasi.

Page 25: Tatalaksana Jalan Napas

Trakeostomi

Bukan merupakan tindakkan darurat Jalan nafas harus bebas & terkendali dulu

(misalnya sudah terpasang pipa EET, pasien sudah tenang & stabil dengan nafas spontan atau buatan.

Page 26: Tatalaksana Jalan Napas

Daftar Pustaka Staf pengajar bagian anestesiologi dan

terapi intensif FKUI. Anastesiologi. Jakarta : 1989.

Latif, Said A dkk. Petunjuk praktis anestesiologi. Bagian anestesiologi FKUI. Jakarta : 2001.

Modul PBL & manual CSL Sistem Emergency And Traumatology. FK UMJ. Jakarta : 2006

Modul kuliah Emergency FK UMJ. Airway problem and Airway management. Jakarta : 2006