22
Tauhid Yang Pertama, Ilmu, Amal dan Dakwah Berdakwah kepada tauhid dan memperingatkan umat dari bahaya perbuatan syirik Beranda Buku Tamu Tentang Pemilik Blog Bookmark the permalink . Penjelasan Sederhana Tentang Talak (perceraian), Rujuk dan Iddah (setelah diperbaiki/dilengkapi) Jan 29 by abdullah1982 1. Diantara perkara yang penting untuk diketahui adalah permasalahan talak, oleh karena itu pada kesempatan ini kami bawakan sedikit penjelasan seputar talak yang di rangkum dari beberapa kitab fiqih dengan harapan semoga bermanfaat bagi diri penulis pribadi dan kaum muslimin. Pembahasan Pertama: Pengertian talak dan dalil disyari’atkannya. Talak secara bahasa : ( ة ي ل خ ت لا) Melepaskan. Secara syar’i : ( ل ح د ي ق اح ك ن ل ا و ا ة ض ع ب) Melepaskan ikatan pernikahan secara menyeluruh atau sebagiannya. (Taudihul Ahkam:5/476-Al-mulakhos Al-Fiqhiy, hlm. 410) Pembahasan Kedua: Tentang Dalil disyari’atkannya talak dari Al-Qur’an, As- Sunnah dan Ijma.

Tauhid Yang Pertama

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tauhid

Citation preview

Tauhid Yang Pertama, Ilmu, Amal dan DakwahBerdakwah kepada tauhid dan memperingatkan umat dari bahaya perbuatan syirikTop of Form

Bottom of Form Beranda BukuTamu Tentang PemilikBlogBookmark thepermalink.Penjelasan Sederhana Tentang Talak (perceraian), Rujuk dan Iddah (setelahdiperbaiki/dilengkapi)Jan29byabdullah19821. Diantara perkara yang penting untuk diketahui adalah permasalahan talak, oleh karena itu pada kesempatan ini kami bawakan sedikit penjelasan seputar talak yang di rangkum dari beberapa kitab fiqih dengan harapan semoga bermanfaat bagi diri penulis pribadi dan kaum muslimin.Pembahasan Pertama: Pengertian talak dan dalil disyariatkannya.Talak secara bahasa : ( ) Melepaskan.Secara syari : ( ) Melepaskan ikatan pernikahan secara menyeluruh atau sebagiannya. (Taudihul Ahkam:5/476-Al-mulakhos Al-Fiqhiy, hlm. 410)Pembahasan Kedua: Tentang Dalil disyariatkannya talak dari Al-Quran, As-Sunnah dan Ijma.Dalil dari Al-Quran, Thalak (yang dapat dirujuki) dua kali. Setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang maruf atau menceraikan dengan cara yang baik.(Al Baqarah : 229)Dalil dari SunnahDiantaranya sebuah hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Umar rahiyallahu anhuma bahwasannya dia menalak istrinya yang sedang haidh. Umar menanyakan hal itu kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda : Perintahkan kepadanya agar dia merujuk istrinya, kemudian membiarkan bersamanya sampai suci, kemudian haid lagi, kemudian suci lagi. Lantas setelah itu terserah kepadanya, dia bisa mempertahankannya jika mau dan dia bisa menalaknya (mencraikannya) sebelum menyentuhnya (jima) jika mau. Itulah iddah seperti yang diperintahkan oleh Allah agar para istri yang ditalak dapat langsung menhadapinya (iddah)(HR. Bukhari dan Muslim).IjmaBerkata Asy-Syaikh Al-Allamah Shalih Al-Fauzan:Sungguh telah dihikayatkan adanya ijma atas di syariat-kannya talak (cerai) lebih dari satu ulama.(Al-Mulakhos Al-Fiqhiy, hlm 411)Pembahasan Ketiga: Tentang Hukum TalakBerkata Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan:Adapun hukumnya berbeda-beda sesuai dengan perbedaan keadaan, terkadang hukumnya mubah, terkadang hukumnya makruh, terkadang hukumnya mustahab (sunnah), terkadang hukumnya wajib, dan terkadang hukumnya haram. Hukumnys sesuai dengan hukum yang lima.(Al-Mulakhos Al-Fiqhiy, hlm 410)1. MakruhTalak yang hukumnya makruh yaitu ketika suami menjatuhkan talak tanpa ada hajat (kebutuhan) yang menuntut terjadinya perceraian. Padahal keadaan rumah tangganya berjalan dengan baik.2. HaramTalak yang hukumnya haram yaitu ketika di jatuhkan tidak sesuai petunjuk syari. Yaitu suami menjatuhkan talak dalam keadaan yang dilarang dalam agama kita. dan terjadi pada dua keadaan:Pertama: Suami menjatuhkan talak ketika istri sedang dalam keadaan haidKedua: Suami menjatuhkan talak kepada istri pada saat suci setelah digauli tanpa diketahui hamil/tidak.3. Mubah (boleh)Talak yang hukumnya mubah yaitu ketika suami berhajat atau mempunyai alasan untuk menalak istrinya. Seperti karena suami tidak mencintai istrinya, atau karena perangai dan kelakuan yang buruk yang ada pada istri sementara suami tidak sanggup bershabar kemudian menceraikannya. Namun bershabar lebih baik. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, Padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.(An-Nisa : 19)4. SunnahTalak yang hukumnya sunnah ketika di jatuhkan oleh suami demi kemaslahatan istrinya serta mencegah kemudharatan jika tetap bersama dengan dirinya, meskipun sesungguhnya suaminya masih mencintainya. Seperti sang istri tidak mencintai suaminya, tidak bisa hidup dengannya dan merasa khawatir tidak bisa menjalankan tugasnya sebagai seorang istri. Talak yang dilakukan suami pada keadaan seperti ini terhitung sebagai kebaikan terhadap istri. Hal ini termasuk dalam keumuman firman Allahsubhaanahu wataala: Dan berbuat baiklah, karena Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.(Qs. Al Baqarah :195)5. WajibTalak yang hukumnya wajib yaitu bagi suami yang meng-ila istrinya (bersumpah tidak akan menggauli istrinya, -ed.) setelah masa penangguhannya selama empat bulan telah habis, bilamana ia enggan kembali kepada istrinya. Hakim berwenang memaksanya untuk menalak istrinya pada keadaan ini atau hakim yang menjatuhkan talak tersebut. (Silahkan lihat Taudiihul Ahkam : 5/488, Al-Mulakhos Al-Fiqhiy, hlm. 410, Fiqih Muyyasar, hlm. 306)Pembahasan Keempat: Talak hanya Jatuh jika diucapkan adapun hanya niat semata tidak jatuh.Talak hanya jatuh jika di ucapkan. Adapun niat semata dalam hati tanpa di ucapkan, tidak terhitung talak.Asy-Syaikh Ibnu Baaz pernah ditanya oleh seorang suami yang pernah berniat menalak istrinya namun tidak diucapkan, apakah istrinya tertalak hanya dengan niat semata. Berkata asy-Syaikh Ibnu Baaz:Niat (semata ed) tidak menyebabkan terjadinya talak, berdasarkan sabda Rasulullah didalam hadits shahih Sesunggunya Allah memaafkan dari ummatku apa yang dikatakan oleh jiwanya selama tidak di lakukan dan di ucapkan.Maka niat tidak menyebabkan terjadinya talak, pembebasan budak dan tidak pada hukum yang lain dari sisi akad-akad, maka harus diucapkan (Fatawa Nurun ala ad-Darb, 22/85)Berkata Asy-Syaikh Al-Allamah Shalih Al-Fauzan hafidzahullah : Tidak jatuh talak darinya dan tidak juga dari yang mewakilinya kecuali dengan di ucap-kan dengannya, walaupun meniatkan dalam hatinya; tidak jatuh talak. Sampai lisannya bergerak mngucapkannya. Berdasarkan hadits Rasulullah shallallahu alihi wasallam: Sesunggunya Allah memaafkan dari ummatku apa yang dikatakan (terbesik) oleh jiwanya selama tidak di lakukan dan di ucapkan. (HR. al-Bukharino 5269dan Muslimno 127)(Mulakhos Al-Fiqhy, hlm 414)Pembahasan Kelima: Tentang yang Berwenang Menjatuhkan TalakTalak sah jika dari suami yang baligh, berakal, mumayyiz yang mengerti dengan apa yang dipilih (mengerti makna talak ed), atau orang yang mewakilinya. Talak tidak jatuh (tidak sah) dari selain suami, anak kecil, orang gila, orang mabuk, orang yang dipaksa, dan orang yang dalam keadaan marah yang sangat yang tidak sadar dengan apa yang di ucapkannya. (Fiqih Muyyasar, hlm 305)diantara dalilnya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda : diangkat pena dari tiga orang, dari orang yang tidur sampai dia bangun, dari anak kecil sampai dia baligh, dari orang gila sampai dia berakal(HR. Abu Dawudno 4450,at-Tirmidzino 1423danIbnu Majahno 2041)Dalam hadits yang lain Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda : Sesungguhnya Allah memaafkan dari umatnya tersalah, lupa dan apa yang mereka dipaksa atasnya. (HR. Ibnu Majah, no 1662 dinyatakan shahih oleh syikh al-Albani di irwa no 42)PembahasanKeenam:Apakah talak jatuh dengan bercandaOrang yang bercanda mengucapkan talak adalah seseorang yang mengucapkan talak memaksudkan untuk mengucapkannya, memahami maknanya namun tidak menginginkan untuk menjatuhkannya (tidak ingin menlak istrinya ed), dia mengucapakannya hanya untuk bercanda atau bersendau gurau.Seseorang yang mengatakan kepada istrinya dengan sekedar bercanda, kamu saya talak atau kamu saya cerai maka jatuh talaknya. Dia terhitung telah menjatuhkan talak kepada istrinya walaupun dia hanya bercanda/bersendau gurau. Hal ini berdasarkan sebuah hadits. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah shallallahu alihi wasallam bersabda: Tiga perkara yang sungguhnya mereka dianggap sebagai kesungguhan dan yang bercandanya dianggap sebagai sungguhan, nikah, talak dan rujuk(HR. Abu Dawudno 2129,at-Tirmidzino 1184 danIbnu Majahno 2039dan dinyatakan hasan oleh syaikh al-Albani di Irwa no 1826)asy-Syaikh Ibnu Baaz pernah ditanya tentang hukum seorang suami menalak istrinya dengan bercanda. Beliau berkata:Iya, teranggap satu kali talak, terhitung sebagai satu kali talak, diambil pernyataannya itu, talak sungguh-sungguhnya merupakan sungguhan, bercandanya dianggap sungguhan, tidak boleh baginya bermain-main dengan hal itu (Fatawa Nurun ala ad-Darb, 22/73)Permasalah Ketujuh: Hukum seorang istri meminta talak (cerai) tanpa alasan syariTidak boleh seorang istri meminta untuk ditalak (cerai) tanpa alasan yang dibenarkan secara syari. Hal ini berdasarkan hadits. Rasulullah shallallahu alihi wasallam bersabda: Setiap isteri yang meminta cerai kepada suaminya dengan sesuatu yang tidak dibolehkan maka diharamkan baginya bau harumya surga (HR. Abu Dawud, at-Tirmidzi dan Ibnu Majjah)Berkata Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baaz: Adapun apabila (seorang istri -ed) meminta talak tanpa alasan yang dibolehkan, tidak boleh baginya untuk melakukan hal itu. Rasulullah shallallahu alihi wasallam bersabda: Setiap isteri yang meminta cerai kepada suaminya dengan sesuatu yang tidak dibolehkan maka diharamkan baginya bau harumya surga (HR. Abu Dawud, at-Tirmidzi dan Ibnu Majjah)Maka meminta talaknya istri tanpa alasan syariyah tidak boleh, wajib baginya untuk shabar, mengharap pahala Allah dan tidak meminta talak(Fatawa Nurun ala ad-Darbi, Syaikh Ibnu Baaz:22/26)Pembahasan Kedelapan: Hukum seorang istri memintapisahdengan alasan syariBoleh bagi seorang istri meminta untuk pisah dengan suaminya jika disana ada alasan yang dibenarkan oleh syariat. Hal ini sebagaimana di tunjukkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas Radiyallahu Anhu, menuturkan: Datang isteri dari Tsabit bin Qais bin Syammas kepada Nabi Shalallahu alaihi wassalam dan berkata:Wahai Rasulullah, aku tidak mencela Tsabit dalam hal agama dan akhlaknya, tetapi aku takut kekufuran. (pada riwayat lain, sesungguhnya aku tidak mencela Tsabit dalam hal agama dan akhlak tetapi aku tidak sanggup bersamanya.) Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda kepadanya: apakah kamu sanggup mengembalikan kebunnya?. berkata (isterinya Tsabit-penj): Iya. Ia lalu mengembalikan kebunya kepada Tsabit dan Nabi shalallahu alaihi wassalam memerintahkan Tsabit untuk memisahkannya. Dia pun memisahkannya.(HR. Bukhari)PembahasanKesembilan: Tentang Lafadz-lafadz talakTalak bisa jatuh dengan setiap lafadz yang menunjukkan kepadanya yaitu :1. Lafadz yang sharih, yaitu lafadz yang tidak dipahami darinya selain dari talak. Seperti lafadz talak (cerai) atau pecahan dari kata itu atau yang semisalnya. Seperti suami yang mengatakan kepada istrinya kamu saya cerai.Berkata al-Hafidz Ibnu Hajar: Para ulama sepakat bahwa lafadz talak dan pecahan dari kata itu, sharih (lafadz talak yang jelas ed)(Fathul Bari:9/369)2. Dengan kinayah (kiasan)lafadz yang mengandung makna talak dan makna yang lainnya, jatuh sebagai talak jika di niatkan sebagai talak. Seperti suami mengatakan kepada istrinya pergi sana atau kembali sana kepada keluargamu. (silahkan lihat Manhajus Saalikiin, Syaikh As-Sadi hlm 274, Mulakhos Al-Fiqhy, Syaikh Shalih Al-Fauzan hlm 413, Fiqih Muyyasar hlm ).Dalillafadz talak dengan kinayah (kiasan) jatuh sebagai talak jika diniatkan talak, adalah dalam sebuah hadits dari Aisyah radhiyallahu anha Saat Ibnatul Jaun Hendak dipertemukan dengan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan beliau mendekatinya, ia (ibnatul jaun) berkata: Aku berlindung kepada Allah darimu. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, sungguh, engkau telah berlindung kepada Dzat Yang Maha Agung. Kembalilah kepada keluargamu.(HR. Bukharino 5254)Adapun dalil bahwa talak tidak jatuh dengan lafadz kinayah jika tidak diniatkantalak adalah hadits Kab bin Malik yang panjang yang mengisahkan tentang dirinya yang tertinggal tidak ikut perang Tabuk sehingga ia di hajr (boikot) oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersama kaum muslimin, ia bercerita di tengah-tengah berlangsungnya boikot itu, atang utusan Rasulullah membawa perintah beliau untuk nya agar mengasingkan diri dari istrinya tanpa menalaknya, maka Kaab berkata kepada isterinya, Kembalilah kerumah keluargamu dan tinggalah bersama mereka sampai Allah memberi keputusan atas urusan ini.(Mutafaqun alaih)Pembahasan Kesepuluh: Tentang Talak di tinjau dari Taliq dan TanjizTalak bisa jatuh dengan1. Munjazah (secara langsung tidak terikat syarat). yaitu talak yang sejak diucapkan perkataan tersebut bermaksud untuk menalak, sehinga seketika itu jatuhlah talak. Seperti perkataan kamu saya talak (cerai)2. Atau terikat dengan syarat, seperti perkataan jika datang waktu begini, maka kamu saya cerai. Apabila terjadi sesuatu yang disyaratkannya maka jatuh talak (cerai). yaitu seseorang suami menjadikan jatuh talak tergantung pada syarat tertentu. Seperti perkataan suami kalau kamu tetap pergi ketempat itu kamu tertalak.(Manhajus Saalikiin, Syaikh As-Sadi :274)Catatan:Yang penting untuk diperhatikan, jika yang diinginkan oleh seorang suami dengan mengucapkan kalimat talak mualaq (terikat syarat) adalah untuk menganjurkan agar sang istri melakukan sesuatu atau melarang dari melakukan sesuatu, bukan dalam rangka untuk menjatuhkan talak maka ucapan itu adalah sumpah. Jika tidak terjadi apa yang dijadikan objek sumpah maka sang suami tidak ada kewajiban apa-apa; dan jika terjadi, maka ia wajib membayar kafarah sumpah.Pembahasan Kesebelas: Tentang apakah jatuh talak dengan tulisanTulisan adalah sarana untuk mengungkapkan/menerangkan apa yang ada didalam hati sebagaimana diungkapkan/diucapkan dengan lisan. Ketika seseorang berniat menalak istrinya kemudian dia ungkapan dengan tulisan, seperti dengan menulis di kertas bahwa dia menalak istrinya maka talak dianggap jatuh (sah/terhitung) dengan tulisan walaupun dilakukan oleh orang yang bisa berbicara, ini pendapatnya jumhur (mayoritas) ulama dan difatwakan oleh Ibnu Baaz dan Ibnu Utsaimin merajihkan pendapat ini.Pembahasan Keduabelas: Tentang seseorang yang ragu-ragu apakah dirinya sudah menalak istrinyaBerkata Asy-Syaikh al-Allamah Shalih Al-Fauzan: Apabila ragu-ragu telah terjadi talak, dan yang di inginkan dari ragu-ragu apakah telah terjadi talak darinya, atau ragu-ragu bilangan talak, atau ragu-ragu apakah telah terjadi syaratnya : Apabila ragu-ragu telah terjadinya talak darinya, maka istrinya tidaklah tertalak hanya semata-mata ragu-ragu. Dikarenakan pernikahannya dibangun diatas keyakinan dan tidak bisa gugur hanya karena ragu-ragu. Apabila ragu-ragu terjadinya syarat yang dia syaratkan dalam talaknya seperti dia berkata, Apabila kamu masuk rumah maka kamu saya talak (cerai). Kemudian ragu-ragu tentang masuknya istri ke rumah. Sesungguhnya dia tidak tertalak hanya karena ragu-ragu sebagaimana penjelasan yang lalu. Apabila yakin terjadinya talak darinya dan ragu-ragu tentang bilangannya tidaklah jatuh kecuali satu dikarenakan dia yakin terjadinya talak, adapun lebih dari itu dia ragu-ragu. Dan keyakinan tidak dapat dihilangkan dengan keraguan. (Mulakhos Al-Fiqhy,Syaikh Shalih Al-Fauzan, hlm 415).Pembahasan Ketigabelas: Tentang talak sunnah dan talak bidahPengertian talak sunnah dan talak bidah Talak sunnahadalah talak yang terjadi sesuai dengan syari. Yaitu seorang suami menceraikan istrinya satu kali talak dalam keadaan suci yang mana dia pada saat itu belum mencampurinya, dan membiarkannya serta tidak mengikuti dengan talak yang berikutnya sampai habis masa iddahnya. Para ulama sepakat bahwa talak sunnah jatuh sebagai talak. (Fiqih Muyyasar, hlm 305, Mulakhos Al-Fiqhy, hlm 413). Talak bidahadalah talak yang dijatuhkan oleh pelakunya dalam bentuk yang haram. Seperti mengucapkan talak tiga dengan satu kali ucapan (lafadz). Atau mentalak istrinya dalam keadaan haid atau mentalak istrinya dalam keadaan suci namun telah digauli yang tidak diketahui hamil tidaknya. Hukum talak seperti ini haram. (Fiqih Muyyasar, hlm 305, Mulakhos Al-Fiqhy, hlm 413).Pembahasan Keempatbelas: Hukum talak dalam keadaan haid atau dalam keadaan suci namun setelah digauli yang tidak diketahui hamil atau tidaknya, apakah jatuh sebagai talak?Tentang hal ini para ulama berselisih pendapat, kebanyakkan para ulama berpendapat talak seperti ini jatuh, dan berdosa orang yang melakukannya. Dan ini pendapat yang benar, berdalil dikarenakan Rasulullahshallallahu alaihi wasallammemerintahkan Ibnu Umar yang menalak istrinya ketika haid untuk merujuknya. Tidaklah rujuk kecuali setelah terjadinya talak. Syaikh al-Albani dan Syaikh Muqbil merajihkan pendapat yang mengatakan talak jatuh.Pembahasan Kelimabelas: Hukum talak dengan lafadz tiga sekaligus apakah jatuh talak tiga atau talak satu.Seorang suami menjatuhkan talak kepada istrinya dengan berkata kamu saya talak (cerai) tiga sekaligus atau kamu saya talak, kamu saya talak, kamu saya talak apakah jatuh/terhitung sebagai talak tiga atau jatuh/terhitung sebagai talak satu. Para ulama berselisih pendapat dalam masalah ini, pendapat yang benar insya Allah pendapat yang mengatakan hal ini adalahtalak yang haram dan jatuh/teranggap sebagai talak satu. Pendapat ini dinukilkan dari sekelompok salaf dan khalaf dari kalangan shahabat, dan ini pendapat kebanyakkan dari tabiin dan yang setelah mereka dan ini pendapatnya sebagian shahabatnya Abu Hanifah, Malik dan Ahmad. Pendapat inilah yang dirajihkan oleh Ibnu Taimiyah, Ibnul Qayyim, ash-Shanani, Ibnu Baaz, Al-Albani, Ibnu Utsiamin dan Syaikh Muqbil rahimahullah. Diantara dalil mereka adalah hadits Ibnu Abbas berkata: - - . Dahulu pada zaman Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, kekhalifahan Abu Bakr dan dua tahun pertama dari kekhalifahan Umar , talak yang dijatuhkan tiga kali sekaligus dihitung satu kali talak. Lantas umar mnyampaikan: ssungguhnya orang telah tergesa-gesa pada urusan talak mreka yang mengandung tahapan (ingin menjatuhkan sbagai talak tiga sekaligus), maka bagaimana jika kami berlakukan saja bagi mereka hal itu? Umarpun mmberlakukannya bagi mereka.(HR. Muslimno 3746)(Silahkan lihat Taudihul Ahkam: 5/496 )Pembahasan Keenambelas: Tentang Talak Raji dan Talak Bain Seorang suami yang merdeka mempunyai kesempatan untuk mentalak istri yang telah digaulinya sebanyak tiga kali, baik istrinya wanita merdeka atau berstatus budak.Para ulama sepakat bahwa talak itu ada dua macam. 1. Talak rajiadalah talak yang setelah dijatuhkan sang suami masih mempunyai hak untuk merujuk kembali istrinya selama dalam masih menjalani masa iddah, tanpa tergantung persetujuannya dan tanpa akad yang baru. Yaitu talak pertama dan kedua yang sang suami mempunyai hak untuk rujuk pada masa iddah kapan saja dia mau walaupun istri tidak rela dirujuk.2. Talak bainTalak bain ada dua macam :Pertama :Talak bainunah shugra (perpisahan yang kecil) adalah talak yang setelah dijatuhkan oleh suami tidak memiliki peluang untuk rujuk kembali kepada istrinya, kecuali dengan persetujuan istrinya dan dengan akad yang baru, dan tidak harus dinikahi dulu oleh laki-laki lain. Yaitu terjadi ketika masa iddah istri dalam talak raji (talak satu dan dua) telah selesai, dan sang suami belum merujuknya. Atau contoh yang lain yaitu talak yang dijatuhkan kepada istrinya yang belum pernah digauli (berhubungan suami istri) maka hukum perceraiannya adalah bainunah sughra. Tidak halal baginya untuk merujuknya, jika ingin kembali kepada istrinya itu (baca : mantan istri) harus dengan akad nikah yang baru. Karena hak rujuk ada pada masa iddah sedangkan ini (wanita yang dicerai yang belum pernah digauli) tidak ada masa iddahnya.Kedua :Talak bainunah kubra (perpisahan yang besar) adalah talak yang setelah dijatuhkan oleh suami yang tidak ada kesempatan/peluang untuk rujuk (kembali) kepada istrinya. Kecuali dengan persetujuan istri, dengan akad yang baru. dan setelah mantan istrinya menikah dengan laki-laki lain dan telah melakukan hubungan suami istri (jima), lalu mantan istrinya itu dicerai atau suaminya meninggal dan masa iddahnya telah selesai. Contohnya seorang suami mentalak istrinya, kemudian merujuknya dalam masa iddah atau menikahinya setelah habis masa iddahnya. Lalu mentalak lagi, kemudian merujuknya dalam masa iddah atau menikahinya setelah habis masa iddahnya, lalu dia mentalaknya lagi yang ketiga kalinya. Inilah talak bainah Qubra yang menjadikan istrinya tidak bisa dirujuk lagi.RUJUKPembahasan Pertama: Pengertian rujuk dan dalil disyariatkannyaRujuk adalah Rujuk adalah mengembalikan istrinya yang tertalak yang bukan pada talak bain kepada keadaan sebelum terjadinya talak tanpa adanya akad.(al-Fiqih al-Muyyasar hlm 308)Pembahasan Kedua: Dalil dari Al-Quran, As-Sunnah dan IjmaDari Al-Quran dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti itu, jika mereka (para suami) menghendaki ishlah.(Al-Baqarah : 228)Nabi shallallahu alaihi wasalam bersabda : Suruh dia merujuk kembali istrinya, kemudian silahkan dia menalaknya dalam keaadaan suci atau sedang hamil.(HR. Tirmidzi,dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani)IjmaBerkata Asy-Syaikh al-Allamah Shalih Al-Fauzan hafidzahullah: : Adapun Ijma berkata Ibnul MundzirPara ulama sepakat bahwa seorang suami yang merdeka apabila mentalak yang bukan talak tiga dan seorang budak apabila mentalak yang bukan talak dua maka baginya ada hak untuk rujuk pada masa iddah.(Al-Mulakhos Al-Fiqhiy hlm 416)Pembahasan Ketiga: Talak yang bisa dirujuk dan beberapa macam keadaan wanita yang tertalak Talak yang ada kesempatan seorang suami untuk rujuk adalah talak kepada istri yang sudah pernah digauli pada talak pertama atau keduadalam masa iddah. Adapun talak ketiga tidak ada kesempatan seorang suami untuk rujuk begitu juga istri yang tertalak dalam keadaan belum pernah digauli. Wanita yang tertalak pada talak pertama dan kedua yang pernah digauli statusnya masih sebagai istrinya yang sahselama dalam masa iddah. Dia masih berhak menerima nafkah, tempat tinggal dan dia harus berada pada rumah suaminya. Begitu juga wajib baginya mentaati suaminya, boleh baginya membuka aurat, berdandan untuknya, bercanda dan hal-hal yang lainnya.Pembahasan Keempat: Tata cara rujukRujuk adalah hak mutlak suami di masa iddah wanita yang ditalak raji. Hak mutlak ini tanpa ada syarat kerelaan istri.Tatacara merujuk harus sesuai syari1. Niat untuk merujuk istrinya dalam rangka untuk memperbaiki kembali hubungan yang retak. Sehingga rujuk diharamkan dengan niat memudharatkan2. Prosesnya Dengan ucapan, yaitu setiap lafadz yang menunjukkan makna rujuk disertai niat.Contohnya: aku telah merujuk (mengembalikan) isteriku, atau aku telah mengembalikan isteriku kesisiku. Aku telah menginginkan isteriku lagi. Mengaulinya disertai niat rujukmenurut pendapat yang benar. Oleh karena itu seorang suami yang menalak istrinya dengan talak raji tidak boleh menggaulinya tanpa niat rujuk. Berkata asy-Syaikh Shalih al-Fauzanhafidhahullah:Rujuk terjadi juga dengan menggauli istrinya apabila meniatkan dengannya untuk rujuk menurut pendapat yang benar.(Al-Mulakhos al-Fiqhy hlm 418).Pembahasan Kelima: Mempersaksiakan talak dan rujukBerkata asy-Syaikh Al-Allamah Abdurrahman Nashir as-Sadi rahimahullah: Dan disyariatkan mengumumkan nikah, talak dan rujuk dan mempersaksikan hal itu, berdasarkan firman Allah Taaala{ } [: 2]Serta persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil (istiqamah, bukan orang fasik ed) di antara kalian.(ath-Thalaq : 2)(Manhajus Saalikin, hlm 184) Disyariatkan mempersaksiakan talak yang dijatuhkan kepada dua saksi pria yang adil; istiqamah (tidak fasik). Adapun tentang hukumnya para ulama berselisih pendapat, ada pendapat ulama yang mengatakan hukumnya wajib, dan ada pendapat yang mengatakan hukumnya sunnah dan ini pendapatnya jumhur. Yang jelas mempersaksikan talak dapat dilakukan saat menjatuhkan talak atau disusulkan setelah talak jatuh. Disyariatkan juga mengumumkan dan mempersaksiakan rujuk kepada dua saksi pria yang adil; istiqamah (tidak fasik). Adapaun tentang hukumnya para ulama berselisih pendapat, ada yang mengatakan wajib, ada juga yang berpendapat sunnah, dan ini pendapatnya jumhur. Yang jelas mempersaksikan rujuk dapat dilakukan saat merujuk atau setelah rujuk.IDDAHPembahasan Pertama:Pegertian iddah dan dalil disyariatkannyaIddah adalah sebuah nama untuk waktu tertentu seorang wanita menunggu dalam rangka beribadah (menjalankan perintah Allah ed), bersedih atas suami, atau memastikan kosongnya rahim. (al-Fiqh al-Al-Muyasar, hlm 317)Atau iddah adalah sebuah nama untuk jangka waktu tertentu seorang istri menunggu dari menikah lagi setelah ditinggal mati oleh suaminya atau setelah dirinya ditalak. Dengan menunggu tiga kali haid, atau dengan tiga bulan atau dengan empat bulan sepuluh hariPembahasan Kedua:Dalil disyariatkanya iddahDalil dari Al-QuranAllah Taaala berfirman : Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru(Al-Baqarah :228)Dalil dari Sunnah Dari Miswar bin Makhramah, bahwasannya Subaiah Al-Aslamiyyah radhiyallahu anha mengalami nifas setelah di tinggal wafat oleh suaminya beberapa hari, maka dia datang kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam untuk minta ijin menikah, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengijinkannya. Maka menikahlah dia.(HR. Bukharino 5320)Pembahasan Ketiga:Hikmah di Syariatkan iddahBanyak hikmah disyariatkannya iddah, diantaranya:- Untuk memsatikan kosongnya rahim dari janin, sehingga tidak tercampurnya nasab- Untuk memberikan waktu bagi suami yang mencerai istrinya untuk rujuk apabila dia menyesal jika pada talak raji- Menjaga hak seorang wanita/istri yang hamil apabila terjadi talak pada saat hamil.- Untuk memperlihatkan betapa besarnya dan terhormatnya permasalahan pernikahan dan memberikan pemahaman bahwa akad nikah mengungguli akad-akad yang lainnya.- Memperlihatkan rasa sedih karena baru kehilangan suami/ditinggal mati suami. Jadi kalau wanita menahan diri untuk tidak berdandan, hal itu membuktikan kesetiaannya kepada suaminya yang telah meninggal. (silahkan lihat Mulakhos Fiqhiy, Syaikh Al-Fauzan, hlm 419-420, Fiqih Muyasar, hlm 317)Pembahasan Keempat:Macam-macamwanita denganiddahnya1. Wanita yang di talak yang masih mengalami haid, maka iddahnya tiga kali haid sempurna.Berkata asy-Syaikh Sadi rahimahullah:Apabila masih mengalami haid maka iddahnya tiga kali haid sempurna, berdasarkan firman Allah Taaala Wanita-wanita yang ditalak hendaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru(Qs. Al-Baqarah :228)(Manhajus Saalikin, hlm 188)Apakah yang dimaksud quru pada ayat ini haid atau suci?Para ulama berselisih pendapat tentang makna quru (menurut syari).Pendapat pertama:Quru adalah haid ini pendapatnya Umar bin Khatab, Ali bin Abi Thalib, Abdullah bin Masud dan sekelompok shahabat.Pendapat kedua:yang dimaksud quru adalah suci, bukan haidh. Ini pendapatnya Aisyah, Ibnu Umar , Ibnu Abbas, Zaid bin Tsabit dan yang lainnya.Wallahu alam bish shawwab insya Allah yang rajih tentang makna quru adalah haid.Diantara dalilnya adalah berdasarkan firman Allah Taaala: Dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (monopause) di antara perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa iddahnya), Maka masa iddah mereka adalah tiga bulan; dan begitu (pula) perempuan-perempuan yang tidak haid.(Ath-Thalaq : 4)Ayai ini menujukkan ketika seseorang sudah tidak haid lagi atau belum mengalami haid maka iddahnya tiga bulan, hal ini menunjukkan asal iddah adalah haid. Wallahu aalam bish shawwab. Pendapat ini yang dirajihkan oleh Ibnul Qayyim.2. Wanita yang di talak dalam keadaan tidak haid lagi (monoupose) atau yang belum haid karena masih kecil iddahnya dengantiga bulanBerkata asy-Syaikh As-Sadi rahimahullah: Dan bagi wanita yang belum haid seperti anak kecil dan yang wanita yang sudah tidak haid lagi seperti wanita yang sudah tua (moneupouse) maka iddahnya tiga bulan, berdasarkan firman Allah: dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (monopause) di antara perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa iddahnya), Maka masa iddah mereka adalah tiga bulan; dan begitu (pula) perempuan-perempuan yang tidak haid.(Ath-Thalaq : 4)(Manhajus Saalikin, hlm 188)3. Wanita yang ditalak atau di tinggal mati suaminya dalam keadaan hamil iddahnya sampai melahirkan.Berkata asy-Syaikh As-Sadi: Apabila dalam keadaan hamil maka iddahnya sampai melahirkan semua apa yang ada di perutnya, berdasarkan firman Allah Taaala: Sedangkan permpuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu sampai mereka melahirkan kandungannya(ath-Thalaq:4)Dan ini umum pada perpisahan dengan kematian atau dalam keadaan hidup (talak ed). (Manhajus Saalikiin, hlm 188)4. Wanita yang ditinggal mati oleh suaminya dalam keadaan tidak hamil iddahnya empat bulan sepuluh hari. Baik wanita tersebut sudah pernah diaguli atau belum.Berdasarkan, firman Allah Taaala: Orang-orang yang meninggal dunia di antaramu dengan meninggalkan isteri-isteri (hendaklah Para isteri itu) menangguhkan dirinya (beriddah) empat bulan sepuluh hari.(al-Baqarah:234)5. Wanita yang ditalak yang belum pernah digauli tidak ada iddahnyaSeorang istri yang ditalak dalam keadaan belum pernah digauli sama sekali tidak ada iddah baginya. Berdasarkan firman Allah Taaala: Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu menikahi perempuan-perempuan mukmin, kemudian kamu ceraikan mereka sebelum kamu mencampurinya maka tidak ada masa iddah atas mereka yang perlu kamu perhitungkan.(al-Ahdzab: 49). Wallahu alam bish shawwabSumber bacaanManhajus Saalikiin Syaikh Aburrahman As-SadiMulakhos Al-Fiqhy Syaikh Shalih Al-FauzanFiqih Muyyasar kumpulan para ulamaDan yang lainnyaAbout these adsRelatedBahaya Perbuatan Bidah Dalam AgamaIn "Manhaj"Kesesatan Ketiga: Kesesatan Habib Mundzir dalam memahami masalah bidah.In "Bantahan Ilmiah"Menepis Tipu Daya Firanda, Membela Ulama Sunnah (4)In "Bantahan Ilmiah"This entry was posted inArtikel Umumand taggedhukum talak,iddah,perceraian,rujuk,talak,talak tidak jatuh sekedar niat.Navigasi tulisanDiantara Kesyirikan-kesyirikan Yang Terjadi di NegeriIniBagaimana Membasuh Wajah yang berjenggot tebal dan bagaimana yang berjenggottipis?5 comments toPenjelasan Sederhana Tentang Talak (perceraian), Rujuk dan Iddah (setelahdiperbaiki/dilengkapi)1. [email protected]:Juni 17, 2013 pada 3:46 amapakah klo kita nikah siri,istri bisa seenaknya nikah lagi tanpa melalui proses cerai dari suami pertama ?Balas2. AFmengatakan:Agustus 19, 2013 pada 2:47 pmsangat membantu sekali , terimakasih atas teori yang di berikan . sukses selaluAmin Ya RobbalAlam iinBalas3. andre82pratamamengatakan:November 8, 2013 pada 12:15 amReblogged this onandre82pratama's Blog.Balas4. catatanmmsmengatakan:November 13, 2013 pada 11:47 pmReblogged this onCATATAN Mengenal Manhaj Salaf.Balas5. arip rahman basukimengatakan:Desember 3, 2013 pada 4:26 pmsubhanallohBalasTinggalkan BalasanTop of Form

Bottom of Form

Halaman BukuTamu Tentang PemilikBlogUlama Ahlus Sunnah Al Ajurry Direktori Webiste Ahlussunnah Dunia Lajnah Daimah List Website Ahlussunnah Dunia Miraath.Net Sahab Net Syaikh Abdul Aziz Bin Baaz Syaikh Abdul Muhsin Abbad Syaikh Al-Albani Syaikh Ibnu Utsaimin Syaikh Muhammad Umar Bazmul Syaikh Muqbil bin Hady Syaikh Rabi Bin Hady Syaikh Shalih Al-Fauzan Ulama YamanWebsite Ahlus Sunnah Indonesia Buletin Al-Ilmu Darussalaf. Kajian Cileungsi Mahad As-Salafy Jember Majalah Asy Syariah Salafi Balikpapan Salafy Indonesia Situs Majalah TashfiyahTulisan Terkini Peringatan Orang Beriman Terhadap Penggunaansalib Afwan Ada yang Tahu Informasi Untuk Menghilangkan Iklan yang Muncul diblog..? Terjemah Surat dari asy-Syaikh Hani bin Buraik (dibaca dan dikoreksiasatidzah) Kisah Yang MenyimpanTanya Tanggapan Atas Sebuah Analisis Berkedok Ilmiah Bahwa Luqman Baabduh PolitikusDakwahPengunjung : 241,150 KunjunganPemilik Blog abdullah1982Kategori Artikel Tauhid dan Aqidah(15) Artikel Umum(22) Bantahan Ilmiah(26) Fatwa(1) Fatwa Ulama(5) Fiqih(7) Hadits(1) Info Kajian(7) Kajian Kitab(1) Komunitas anti dukun(12) Manhaj(8) Nasehat(1) Rekaman Kajian(1) Syirik di seputar kita(5) Tanya Jawab(1) Tentang Pemilik Blog(1) Uncategorized(12)Komentar Terakhir Abu Abdillah YunusonAfwan Ada yang Tahu Informasi Untuk Menghilangkan Iklan yang Muncul diblog..? Abu AnisahonAfwan Ada yang Tahu Informasi Untuk Menghilangkan Iklan yang Muncul diblog..? Abu AnisahonAfwan Ada yang Tahu Informasi Untuk Menghilangkan Iklan yang Muncul diblog..? salman onAfwan Ada yang Tahu Informasi Untuk Menghilangkan Iklan yang Muncul diblog..? abu fatah onMemilih Tempat Belajar (Mahad) untuk AnakKitaBlog pada WordPress.com.|Tema: Quintus olehWordPress.com.IkutiFollow Tauhid Yang Pertama, Ilmu, Amal dan DakwahTop of FormGet every new post delivered to your Inbox.Bergabunglah dengan 89 pengikut lainnya.

Bottom of FormPowered by WordPress.com