tb dengan konsep kedokteran keluarga

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/27/2019 tb dengan konsep kedokteran keluarga

    1/23

    Tuberkulosis Paru dalam Konsep Kedokteran Keluarga

    Konsep Kedokteran Keluarga

    a. Pengertian Dokter Keluarga

    Pelaksana praktek dokter keluarga adalah dokter keluarga (family physician). Pada saat

    ini rumusan tentang dokter keluarga banyak pula macamnya. Beberapa diantaranya adalah :

    1. Dokter keluarga adalah dokter yang dapat memberikan pelayanan kesehatan

    yang berorientasi komunitas dengan titik berat kepada keluarga, ia tidak hanya

    memandang penderita sebagai individu yang sakit tetapi sebagai bagian dari unit keluarga

    dan tidak hanya menanti secara pasif, tetapi bila perlu aktif mengunjungi penderita atau

    keluarganya (Ikatan Dokter Indonesia, 1982).

    2. Dokter keluarga adalah dokter yang memiliki tanggung jawab menyelenggarakan

    pelayanan kesehatan tingkat pertama serta pelayanan kesehatan yang menyeluruh

    yang dibutuhkan oleh semua anggota yang terdapat dalam satu keluarga, dan

    apabila kebetulan berhadapan dengan suatu masalah kesehatan khusus yang tidak

    mampu ditanggulangi, meminta bantuan konsultasi dari dokter ahli yang sesuai

    (The American Board of Family Practice, 1969).

    3. Dokter keluarga adalah dokter yang melayani masyarakat sebagai kontak pertama yang

    merupakan pintu masuk ke sistem pelayanan kesehatan, menilai kebutuhan kesehatan

    total pasien dan menyelenggarakan pelayanan kedokteran perseorangan dalam

    satu atau beberapa cabang ilmu kedokteran serta merujuk pasien ketempat pelayanan

    lain yang tersedia sementara tetap menjaga kesinambungan pelayanan, mengembangkan

    tanggung jawab untuk pelayanan kesehatan menyeluruh dan berkesinambungan serta

    bertindak sebagai koordinator pelayanan kesehatan, menerima tanggung jawab untuk

    perawatan total pasien termasuk konsultasi sesuai dengan keadaan lingkungan pasien

    yakni keluarga atau unit sosial yang sebanding serta masyarakat (The American

    Academic of General Practice, 1947).2, 3

    b. Tujuan pelayanan dokter

    1

  • 7/27/2019 tb dengan konsep kedokteran keluarga

    2/23

    Tujuan pelayanan dokter keluarga secara umum dapat dibedakan atas dua macam yakni :

    1. Tujuan umum

    Tujuan umum pelayanan dokter keluarga pada dasarnya adalah sama dengan tujuan

    pelayanan kesehatan secara keseluruhan, yakni terwujud-nya keadaan sehat bagi setiap

    anggota keluarga.

    2. Tujuan khusus

    Tujuan khusus pelayanan dokter keluarga erat hubungannya dengan sejarah

    perkembangan pelayanan dokter keluarga di satu pihak serta ciri-ciri pelayanan dokter

    keluarga dipihak lain.Tujuan khusus yang dimaksud adalah terpenuhinya kebutuhan

    keluarga akan pelayanan kedokteran yang lebih efektif dan efisien.

    c. Ciri-Ciri Pelayanan Dokter Keluarga

    Menurut Ikatan Dokter Indonesia (1982)Ikatan Dokter Indonesia melalui Muktamar ke

    19 yang dilaksanakan di Surakarta pada tahun 1982 telah pula merumuskan ciri-ciri pelayanan

    dokter keluarga tersebut. Ciri-ciri yang dimaksud adalah :

    Yang melayani penderita tidak hanya sebagai orang-perorang, melainkan sebagai anggota

    satu keluarga dan bahkan sebagai anggota masyarakat sekitarnya.

    Yang memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan memberikan perhatian

    kepada penderita secara lengkap dan sempurna, jauh melebihi jumlah keseluruhan

    keluhan yang disampaikan.

    Yang mengutamakan pelayanan kesehatan guna meningkatkan derajat

    kesehatan seoptimal mungkin, mencegah timbulnya penyakit dan

    mengenal serta mengobati penyakit sedini mungkin.

    Yang mengutamakan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan

    dan berusaha memenuhi kebutuhan tersebut sebaik-baiknya.

    Yang menyediakan dirinya sebagai tempat pelayanan kesehatan tingkat pertama dan

    bertanggung jawab pada pelayanan kesehatan lanjutan.

    2

  • 7/27/2019 tb dengan konsep kedokteran keluarga

    3/23

    d. Bentuk Prakter Dokter Keluarga

    Pada tahap awalnya, sebagaimana yang dikemukakan oleh Debra P. Hymovich bentuk

    dan wadah praktek dokter keluarga ditentukan oleh pengalaman masing-masing dokter.

    Tergantung dari pengalaman hubungan pasien dokter, bentuk dan wadah yang diselenggarakan

    dapat berbeda-beda. Ada yang hanya menekankan pentingnya pelayanan berobat jalan yang

    diselenggarakan di tempat praktek saja, ada pula yang juga sekaligus melakukan kunjungan

    rumah serta ada yang menggabungkannya dengan pelayanan rawat nginap yang biasanya

    dilakukan di rumah sakit.

    Pada tahap selanjutnya, berkembangan bentuk dan wadah praktek dokter keluarga mulai

    terarah. Disepakati bentuk dan wadah praktek dokter keluarga yang baik, seharusnya mencakup

    ketiga macam pelayanan di atas.

    Dokter keluarga harus mempunyai tempat praktek yang memenuhi syarat, tempat

    dimana pelayanan yang menyeluruh dan berkesinambungan diselenggarakan.

    Dokter keluarga harus mempunyai semacam sistim komunikasi yang meng-

    hubungkan dokter dengan pasien, yang diwujudkan misalnya dengan meng-

    ikutsertakan tenaga paramedis, terutama untuk pelayanan kunjungan rumah

    yang bersifat tindak lanjut. Dokter keluarga harus mempunyai hubungan yang

    baik dengan rumah sakit, tempat dimana dokter keluarga merawat sendiri para

    pasiennya.

    e. Pelayanan Dokter Keluarga

    Dari kedua pengertian yang seperti ini, jelaslah bahwa pelayanan dokter keluarga

    mempunyai beberapa ciri tersendiri. Ciri-ciri yang dimaksud adalah (McWhinney, 1981;

    Carmichael, 1973; Hymovick and Barnards, 1973; IDI, 1982);

    1. mengikatkan diri pada kebutuhan pasien secara keseluruhan, bukan pada disiplin ilmu

    kedokteran, kelompok penyakit atau kiat kedokteran tertentu.

    2. mengungkapkan kaitan munculnya suatu penyakit dengan pelbagai faktor yang

    mempengaruhinya.

    3

  • 7/27/2019 tb dengan konsep kedokteran keluarga

    4/23

    3. berorientasi pada pencegahan penyakit serta pemeliharaan kesehatan.

    4. berhubungan dengan pasien sebagai anggota dari unit keluarga, dan memandang keluarga

    sebagai dasar dari suatu organisasi sosial dan atau suatu kelompok fungsional yang saling

    terkait.

    5. memanfaatkan pendekatan menyeluruh dan memperhatikan pasien secara lengkap dan

    sempurna, jauh melebihi jumlah keseluruhan keluhan yang disampaikan.

    6. mengutamakan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan dan berusaha

    memenuhi kebutuhan tersebut sebaik-baiknya.

    7. melayani kepentingan pasien di tempat praktek, di rumah dan di rumah sakit.

    Apabila pelayanan dokter keluarga yang seperti ini dapat diselenggarakan, memang akan

    diperoleh banyak manfaat. Manfaat yang dimaksud antara lain (Cambridge Research Institute,

    1976):

    1. Akan dapat diselenggarakan penanganan kasus penyakit sebagai manusia seutuhnya, bukan

    penanganan keluhan yang disampaikan saja,

    2. Akan dapat diselenggarakan pelayanan pencegahan penyakit dari"terjamin kesinambungan

    pelayanan yang diselenggarakan.

    3. Apabila dibutuhkan pelayanan spesialis, maka pengaturannya akan lebih baik dan terarah.

    4. Akan dapat diselenggarakan pelayanan kesehatan yang terpadu sehingga penanganan satu

    masalah kesehatan tidak menimbulkan pelbagai masalah lainnya.

    5. Jika seluruh anggota keluarga ikut serta dalam pelayanan, maka segala keterangan tentang

    keluarga tersebut dapat dimanfaatkan dalam menangani masalah kesehatan yang sedang

    dihadapi.

    6. Akan dapat diperhitungkan pelbagai faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit,

    termasuk faktor sosial dan psikologis.

    7. Akan dapat diselenggarakan penanganan kasus penyakit dengan tatacara yang lebih

    sederhana dan tidak begitu mahal dan karena itu akan meringankan biaya kesehatan. 2,3

    4

  • 7/27/2019 tb dengan konsep kedokteran keluarga

    5/23

    Tuberkulosis dalam Keluarga

    a. Pendahuluan

    Penyakit tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang dapat menyerang berbagai organ

    atau jaringan tubuh. Tuberkulosis paru merupakan bentuk yang paling banyak dan paling

    penting. Penyakit tuberkulosis sudah ada sejak ribuan tahun sebelum masehi. Menurut hasil

    penelitian, penyakit tuberkulosis sudah ada sejak zaman Mesir kuno yang dibuktikan dengan

    penemuan mumi, dan penyakit ini juga sudah ada pada kitab pengobatan Cina pen tsao sekitar

    5000 tahun yang lalu. Pada tahun 1882, ilmuwan Robert Koch berhasil menemukan kuman

    tuberkulosis yang merupakan penyebab penyakit ini. Kuman ini berbentuk batang (basil) yang

    dikenal dengan nama Mycobacterium Tuberkulosis. 1

    b. Epidemiologi

    Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh Mycobacterium

    tuberkulosis. Pada tahun 1995, diperkirakan ada 9 juta pasien TB Paru dan 3 juta kematian akibat

    TB diseluruh dunia. Diperkirakan 95% kasus TB dan 98% kematian akibat TB didunia, terjadi

    pada negara-negara berkembang. Demikian juga, kematian wanita akibat TB lebih banyak dari

    pada kematian karena kehamilan, persalinan, dan nifas. Penyakit ini menyerang semua golongan

    umur dan jenis kelamin, serta mulai merambah tidak hanya pada golongan sosial ekonomi

    rendah.

    Sekitar 75% pasien TB adalah kelompok usia yang paling produktif secara ekonomis (15-

    50 tahun). Diperkirakan seorang pasien TB dewasa, akan kehilangan pendapatan tahunan rumah

    tangganya sekitar 20-30%. Jika ia meninggal akibat TB, maka akan kehilangan pendapatanya

    sekitar 15 tahun. Selain merugikan secara ekonomis, TB juga memberikan dampak buruk lainnya

    secara sosial stigma bahkan dikucilkan oleh masyarakat.

    Gambar 1: Penyebaran TBC di dunia

    5

  • 7/27/2019 tb dengan konsep kedokteran keluarga

    6/23

    Sumber: (http://infotbc.blogspot.com/2009/12/program-penanggulangan-tbc_13.html)

    Di Indonesia, TB merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Jumlah pasien TB di

    Indonesia merupakan ke-3 terbanyak di dunia setelah India dan China dengan jumlah pasien

    sekitar 10% dan total jumlah pasien di dunia. Diperkirakan pada tahun 2005, setiap tahun ada

    539.000 kasus baru dan kematian 101.000 orang. Insidensi kasus TB BTA positif sekitar 110 per

    100.000 penduduk. 4,6

    c. Etiologi 1,4

    Penyebab penyakit tuberkulosis adalah bakteri Mycobacterium tuberkulosis dan

    Mycobakterium bovis. Kuman tersebut mempunyai ukuran 0,5-4 mikron x 0,3-0,6 mikron

    dengan bentuk batang tipis, lurus, atau agak bengkok, bergranular atau lipoid (terutama asam

    mikolat).

    Bakteri ini mempunyai sifat istimewa yaitu dapat bertahan terhadap pencucian warna

    dengan asam dan alcohol, sehingga disebut basil tahan asam (BTA) serta tahan terhadap zat

    kimia dan fisik. Kuman tuberkulosis juga tahan dalam keadaan kering dan dingin, bersifat

    dorman dan aerob.

    Gambar 2: Bakteri Mycobacterium tuberculosis penyebab TBC

    6

  • 7/27/2019 tb dengan konsep kedokteran keluarga

    7/23

    Sumber: (http://getfreeartikel.wordpress.com/2011/05/15/tuberculosis-tbc/)

    Bakteri tuberkulosis ini mati pada pemanasan 1000 C selama 5-10 menit atau pada

    pemanasan 600 C selama 30 menit, dan dengan alcohol 70-95% selama 15-30 detik. Bakteri ini

    tahan selama 1-2 jam di udara terutama di tempat lembab dan gelap (bisa berbulan-bulan),

    namun tidak tahan terhadap sinar atau aliran udara. Data pada tahun 1993 melaporkan bahwa

    untuk mendapatkan 90% udara bersih dari kontaminasi bakteri memerlukan 40 kali pertukaran

    udara per jam.

    d. Penularan

    Penularan :

    o Cara Penularan

    - Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif.

    - Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk

    percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000

    percikan dahak.

    - Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalamwaktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar

    matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama

    beberapa jam dalam keadaan gelap dan lembab.

    7

    http://getfreeartikel.wordpress.com/2011/05/15/tuberculosis-tbc/http://getfreeartikel.wordpress.com/2011/05/15/tuberculosis-tbc/
  • 7/27/2019 tb dengan konsep kedokteran keluarga

    8/23

    - Daya penularan seorang pasein dapat ditentukan oleh banyaknya kuman yang

    dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan

    dahak, makin menular pasien tersebut.

    - Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB adalah ditentukan

    konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.

    o Resiko Penularan

    - Risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak. Pasien TB

    paru dengan BTA positif memberikan kemungkinan risiko penularan lebih besar

    dari pasien TB paru dengan BTA negatif.

    - Risiko penularan setiap tahunnya juga ditunjukan dengan Annual Risk of

    Tuberculosis Infection (ARTI) yaitu proporsi penduduk yang berisiko terinfeksi

    TB selama satu tahun. ARTI sebesar 1% berarti 10 diantara 1000 penduduk

    terinfeksi setiap tahunnya.

    - ARTI di Indonesia bervariasi 1-3%.

    - Infeksi TB dibuktikan dengan perubahan reaksi tuberculin negatif menjadi positif.

    o Resiko Menjadi sakit TB:

    - Hanya sekitar 10% yang terinfeksi TB akan menjadi sakit TB.

    - Dengan ARTI 1%, diperkirakan diantara 100.000 penduduk rata-rata terjadi 1000

    terinfeksi TB dan 10% diantaranya (100 orang) akan menjadi sakit TB setiap

    tahun. Sekitar 50 diantaranya adalah pasien TB BTA positif.

    - Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi TB adalah day tahan

    tubuh rendah, diantaranya karena HIV/AIDS dan malnutrisi (gizi buruk).

    - HIV merupakan faktor resiko yang paling kuat bagi yang terinfeksi TB menjadi

    sakit TB. Infeksi HIV mengakibatkan kerusakan luas sistem daya tahan tubuh

    seluler (celluer immunity), sehingga terjadi infeksi penyerta (oportunistic), seperti

    tuberkulosis, maka yang bersangkutan akan menjadi sakit parah bahkan

    mengakibatkan kematian. Bila jumlah orang terinfeksi HIV meningkat, maka

    8

  • 7/27/2019 tb dengan konsep kedokteran keluarga

    9/23

    jumlah pasein TB akan meningkat, dengan demikian penularan TB di masyarakat

    meningkat pula. 4

    e. Gejala dan Tanda

    Untuk mengetahui tentang penderita tuberkulosis dengan baik harus dikenali tanda dan

    gejalanya. Seseorang ditetapkan sebagai pengidap tuberkulosis apabila ditemukan gejala klinis

    utama yaitu:

    Batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih

    Batuk diikuti dengan gejala tambahan yaitu batuk berdarah, sesak napas, nyeri dada,

    badan lemas, nafsu makan turun, BB turun, malaise, keringat pada malam hari tanpa

    kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan. 6

    f. Pemeriksaan fisik

    Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin ditemukan konjungktiva

    pada mata atau kulit yang pucat karena anemia, suhu demam (subfebris), badan kurus atau berat

    badan menurun.

    Pada pemeriksaan fisis pasien sering tidak menunjukan suatu kelainan pun terutama pada

    kasus dini atau yang sudah terinfiltrasi secara asimptomatik.Secara anamnesis dan pemeriksaan

    fisik, Tb paru sulit dibedakan dengan pneumonia biasa.

    Tempat kelainan lesi TB paru yang paling dicurigai adalah bagian apeks (puncak) paru.

    Bila dicurigai adanya infiltrate maka didapatkan perkusi yang redup dan auskultasi suara napas

    bronchial. Tetapi infiltrate diliputi penebalan pleura, suara napasnya menjadi vesikuler melemah.

    Bila terdapat kavitas cukup besar, perkusi memberikan suara hipersonor atau timpani dan

    auskultasi memberikan suara amforik. 1,6

    g. Diagnosis Tuberkulosis 4,5,6

    9

  • 7/27/2019 tb dengan konsep kedokteran keluarga

    10/23

    Diagnosis tuberkulosis pada orang dewasa

    Diagnosis TBC Paru pada orang dewasa dapat ditegakkan dengan ditemukannya BTA

    pada pemeriksaan dahak secara mikroskopis hasil pemeriksaan dinyatakan positif apabila

    sedikitnya dua dari tiga spesimen SPS BTAhasilnya positif.

    Bila hanya 1 spesimen yang positif perlu diadakan pemeriksaan lebih lanjut yaitu foto

    rontgen dada atau pemeriksaan dahak SPS diulang

    Kalau hasil rontgen mendukung TBC, maka penderita didiagnosis sebagai

    penderita TBC positif

    Kalau hasil rontgen tidak mendukung TBC maka pemeriksaan dahak SPS

    diulangi

    Apabila fasilitas memungkinkan maka dilakukan pemeriksaan lain misalnya biakan.

    Bila ketiga spemen dahak hasilnya negatif diberikan antibiotik spektrum luas ( misalnya

    kotrimoksasol atau Amoksisilin) selama 1-2 minggu bila tida ada perubahan namun gejala klinis

    tetap mencurigakan TBC ulangi pemeriksaan dahak SPS.

    Kalau hasil SPS positif diagnosis sebagai penderita TBC BTA positif.

    Kalau hasil SPS tetap negatif lakukan pemeriksaan foto rontgen dada untuk

    mendukung diagnosis TBC.

    Bila hasil rontgen mendukung TBC didiagnosis sebagai penderita TBC BTA

    negatif rontgen positif.

    Bila hasil rontgen tidak di dukung TBC penderitatersebutbukan TBC.

    UPK yang tidak memiliki fasilitas rontgen penderita dapat dirujuk untuk foto rontgen

    dada.

    Pada saat ini uji tuberkulin tidak mempunyai arti dalam menentukan diagnosis TBC pada

    orang dewasa sebab sebagian besar masyarakat sudah terinfeksi dengan Mycobacterium

    tuberculosis karena tingginya prevalensi TBC. Suatu uji tuberkulin positif hanya menunjukkan

    bahwa yang bersangkutan pernah terpapar dengan mycobacterium tuberculosis dilain pihak hasil

    10

  • 7/27/2019 tb dengan konsep kedokteran keluarga

    11/23

    uji tuberkulin positif hanya menunjukan bahwa yang bersangkutan pernah terpapar dengan

    mycobacterium tuberculosis dilain pihak hasil ujituberkulin dapat negatif meskipu orang

    tersebut menderita tuberkulosis misalnya pada penderita HIV/AIDS malnutrisi berat TBC miller

    dan morbili.

    Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu sewaktu pagi

    sewaktu (SPS

    Diagnosis TB paru pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB.

    Pada program TB nasional, penemuan BTA melalui pemeriksan dahak mikroskopis

    merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan dan uji

    kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjan sesuai dengan

    indikasinya.

    Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja.

    Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TB paru, sehingga

    sering terjadi overdiagnosis. Gambaran kelainan radiologik paru tidak selalu

    menunjukan aktifitas penyakit.

    Gambar 4: Gambaran pemeriksaan Rontgen dada pasien TBC

    Sumber: (http://getfreeartikel.wordpress.com/2011/05/15/tuberculosis-tbc/)

    Diagnosis Tuberkulosis pada anak

    11

  • 7/27/2019 tb dengan konsep kedokteran keluarga

    12/23

    Diagnosis paling tepat adalah dengan ditemukan kuman TBC dari bahan yang diambil

    dari penderita misalnya dahak, bilasan lambung, biopsi dll. Tetapi pada anak hal ini sulit dan

    jarang didapat sehingga sebagian besar diagnosis TBC anak didasarkan atas gambar klinis

    gambar foto rontgen dada dan uji tuberkulin. Untuk itu penting memikirkan adanya TBC pada

    anak kalau terdapat tanda tanda yang mencurigakan atau gejala gejala seperti dibawah ini :

    1) Seorang anak harus dicurugai menderita tuberkulosis kalau

    Mempunyai sejarah kontak erat ( serumah ) dengan penderita TBC BTA positif

    Terdapat reaksi kemerahan cepat setelah penyuntikan BCG ( dalam 37 hari )

    Terdapat gejalaumum TBC

    2) Gejala umum TBC pada anak

    Berat badan turun selama 3 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas dan tidak naik

    dalam 1 bulan meskipunsudahdenganpenanganangizi yang baik (failure to thrive).

    Nafsu makan tidak ada (anorexia) dengan gagal tumbuh dan berat badan tidak naik

    (failure to thrive) dengan adekuat.

    Demam lama/berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifus, malaria atau infeksi saluran

    nafas akut) dapat disertai keringat malam.

    Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit biasanya multipel paling sering

    di daerah leher ketiak dan lipatan paha (inguinal).

    Gejalagejaladari saluran nafas misalnya batuk lama lebih dari 30 hari (setelah

    disingkirkan sebab lain daribatuk) tandacairandidadadan nyeri dada.

    Gejala-gejala dari saluran cerna misalnya diare berulang yang tidak sembuh dengan

    pengobatan di are benjolan (masa) di abdomen dan tanda-tanda cairan dalam abdomen.

    3) Gejala spesifik

    Gejala-gejala ini biasanya tergantung pada bagian tubuh mana yang terserang misalnya :

    TBC Kulit/skrofuloderma

    12

  • 7/27/2019 tb dengan konsep kedokteran keluarga

    13/23

    TBC tulang dan sendi :

    o Tulang punggung ( spondilitis ) : gibbus

    o Tulang panggul ( koksitis ) : pincang pembengkakan dipinggul

    o Tulang lutut : pincangdan / ataubengkakTulang kaki dantangan

    TBC Otak dan Saraf:

    o Meningitis : dengangejala iritabel kaku kuduk muntah-

    muntahdankesadaranmenurunGejalamata

    Konjungtivitis flikten ularis

    Tuberkel koroid ( hanya terlihat dengan funduskopi )

    4). Uji Tuberkulin ( Mantoux )

    Uji tuberkulin dilakukan dengan cara Mantoux ( pernyuntikan intrakutan ) dengan

    semprit tuberkulin 1 cc jarum nomor 26. Tuberkulin yang dipakai adalah tuberkulin PPD RT 23

    kekuatan 2 TU. Pembacaandilakukan 48-72 jam setelah penyuntikan. Diukur diameter transveral

    dari indurasi yang terjadi. Ukuran dinyatakan dalam milimeter, uji tuberkulin positif bila indurasi

    >10 mm ( pada gizi baik ), atau >5 mm pada gizi buruk.

    Bila uji tuberkulin positif, menunjukkan adanya infeksi TBC dan kemungkinan ada TBC

    aktif pada anak. Namun uji tuberkulin dapat negatif pada anak TBC dengan anergi ( malnutrisi ,

    penyakit sangat berat pemberian imunosupresif, dll ).Jika uji tuberkulin meragukan dilakukan uji

    ulang.

    5) Reaksi Cepat BCG

    Bila dalam penyuntikan BCG terjadi reaksi cepat ( dalam 3-7 hari ) berupa kemerahan

    dan indurasi > 5 mm, maka anak tersebut dicurigai telah terinfeksi Mycobacterium tubercolosis.

    6) Foto Rontgen dada

    13

  • 7/27/2019 tb dengan konsep kedokteran keluarga

    14/23

    Gambar rontgen TBC paru pada anak tidak khas dan interpretasi foto biasanya sulit,

    harus hati-hati kemungkinan bisa overdiagnosis atau underdiagnosis. Paling mungkin kalau

    ditemukan infiltrat dengan pembesar kelenjar hilu atau kelenjar paratrakeal.

    Foto rontgen dada sebaiknya dilakukan PA ( postero- Anterior ) dan lateral, tetapi kalau

    tidak mungkin PA saja.

    7) Pemeriksaan mikrobiologi dan serologi

    Pemeriksaan BTA secara mikroskopis langsung pada anak biasanya dilakukan dari

    bilasan lambung karena dahak sulit didapat pada anak. Pemeriksaan BTA secara biakan ( kultur )

    memerlukan waktu yang lama cara baru untuk mendeteksi kuman TBC dengan cara PCR

    ( Polymery chain Reaction ) atau Bactec masih belum dapat dipakai dalam klinis praktis.

    Demikian juga pemeriksaan serologis seperti Elisa, Pap, Mycodot dan lain-lain masih

    memerlukan penelitian lebih lanjut untuk pemakaian dalam klinis praktis. 1,4,6

    Upaya Pencegahan

    Adapun tingkat pencegahan umum terdiri dari:

    1. Primordial

    Usaha pencegahan primordial TB ialah dengan memperbaiki kondisi lingkungan.

    Lingkungan adalah segala sesuatu baik fisik, biologis, maupun sosial yang berada di sekitar

    manusia serta pengaruh-pengaruh luar yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan

    manusia. Unsur-unsur lingkungan adalah sebagai berikut:

    Lingkungan Fisik

    Lingkungan fisik adalah segala sesuatu yang berada di sekitar manusia yang bersifat tidak

    bernyawa, misalnya air, tanah, kelembaban udara, suhu, angin, rumah dan benda mati

    lainnya.

    Lingkungan Biologis

    Lingkungan biologis adalah segala sesuatu yang bersifat hidup seperti tumbuh tumbuhan,

    hewan, termasuk mikroorganisme.

    14

  • 7/27/2019 tb dengan konsep kedokteran keluarga

    15/23

    Lingkungan Sosial

    Lingkungan sosial adalah segala sesuatu tindakan yang mengatur kehidupan manusia dan

    usaha-usahanya untuk mempertahankan kehidupan, seperti pendidikan pada tiap individu,

    rasa tanggung jawab, pengetahuan keluarga, jenis pekerjaan, jumlah penghuni dan

    keadaan ekonomi.

    Lingkungan Rumah

    Lingkungan rumah adalah segala sesuatu yang berada di dalam rumah. Lingkungan

    rumah terdiri dari lingkungan fisik yaitu ventilasi, suhu, kelembaban, lantai, dinding serta

    lingkungan sosial yaitu kepadatan penghuni.

    Lingkungan rumah menurut WHO adalah suatu struktur fisik dimana orang

    menggunakannya untuk tempat berlindung. Lingkungan dari struktur tersebut juga semua

    fasilitas dan pelayanan yang diperlukan, perlengkapan yang berguna untuk kesehatan jasmani

    dan rohani serta keadaan sosial yang baik untuk keluarga dan individu.

    Lingkungan rumah yang sehat dapat diartikan sebagai lingkungan yang dapat

    memberikan tempat untuk berlindung atau bernaung dan tempat untuk bersitirahat serta dapat

    menumbuhkan kehidupan yang sempurna baik fisik, psikologis maupun sosial Menurut APHA

    (American Public Health Assosiation), lingkungan rumah yang sehat harus memenuhi

    persyaratan sebagai berikut:

    1. Memenuhi kebutuhan fisiologis

    Suhu ruangan, yaitu dalam pembuatan rumah harus diusahakan agar kontruksinya

    sedemikian rupa sehingga suhu ruangan tidak berubah banyak dan agar

    kelembaban udara dapat dijaga jangan sampai terlalu tinggi dan terlalu rendah.

    Untuk ini harus diusahakan agar perbedaan suhu antara dinding, lantai, atap dan

    permukaan jendela tidak terlalu banyak.

    Harus cukup mendapatkan pencahayaan baik siang maupun malam. Suatu

    ruangan mendapat penerangan pagi dan siang hari yang cukup yaitu jika luasventilasi minimal 10 % dari jumlah luas lantai.

    Ruangan harus segar dan tidak berbau, untuk ini diperlukan ventilasi yang cukup

    untuk proses pergantian udara.

    Harus cukup mempunyai isolasi suara sehingga tenang dan tidak terganggu oleh

    suara-suara yang berasal dari dalam maupun dari luar rumah.

    15

  • 7/27/2019 tb dengan konsep kedokteran keluarga

    16/23

    Harus ada variasi ruangan, misalnya ruangan untuk anak-anak bermain, ruang

    makan, ruang tidur, dll.

    Jumlah kamar tidur dan pengaturannya disesuaikan dengan umur dan jenis

    kelaminnya.

    2. Perlindungan terhadap penularan penyakit

    Harus ada sumber air yang memenuhi syarat, baik secara kualitas maupun

    kuantitas, sehingga selain kebutuhan untuk makan dan minum terpenuhi, juga

    cukup tersedia air untuk memelihara kebersihan rumah, pakaian dan penghuninya.

    Harus ada tempat menyimpan sampah dan WC yang baik dan memenuhi syarat,

    juga air pembuangan harus bisa dialirkan dengan baik.

    Pembuangan kotoran manusia dan limbah harus memenuhi syarat kesehatan, yaitu

    harus dapat mencegah agar limbah tidak meresap dan mengkontaminasi

    permukaan sumber air bersih.

    Tempat memasak dan tempat makan hendaknya bebas dari pencemaran dan

    gangguan binatang serangga dan debu.

    Harus ada pencegahan agar vektor penyakit tidak bisa hidup dan berkembang biak

    di dalam rumah, jadi rumah dalam kontruksinya harus rat proof, fly fight,

    mosquito fight.

    Harus ada ruangan udara (air space) yang cukup.

    Luas kamar tidur minimal 8,5 m per orang dan tinggi langit-langit minimal 2.75

    meter5

    2. Primer

    Health Promotion

    Upaya promotif dilakukan dengan beberapa cara:

    a. Peningkatan pengetahuan pekerja tentang penanggulangan TBC di tempat kerja

    melalui pendidikan & pelatihan petugas pemberi pelayanan kesehatan di tempat kerja.

    b. Penyuluhan

    16

  • 7/27/2019 tb dengan konsep kedokteran keluarga

    17/23

    Materi penyuluhan terdiri dari:

    - Pengertian TB

    - Penyebab TB

    - Tanda dan gejala TB

    - Cara penularan TB

    - Cara mencegah penularan TB

    - Pengobatan TB

    - Prognosis penyakit TB

    - Penyebarluasan informasi

    - Peningkatan kebugaran jasmani

    - Peningkatan kepuasan kerja

    - Peningkatan gizi kerja

    Spesific Protection

    Pencegahan primer merupakan upaya yang dilaksanakan untuk mencegah timbulnya

    penyakit pada populasi yang sehat. Dalam hal ini dapat diberikan vaksin.

    Vaksin merupakan suspensi mikroorganisme yang dilemahkan atau dimatikan (bakteri,

    virus, atau riketsia) yang diberikan untuk mencegah, meringankan, atau mengobati penyakit yang

    menular.

    Vaksin BCG merupakan serbuk yang dikering-bekukan untuk injeksi berupa suspensi.

    Sebelum digunakan serbuk vaksin BCG harus dilarutkan dalam pelarut khusus yang telah

    disediakan secara terpisah. Penyimpanan sediaan vaksin BCG diletakkan pada ruang atau tempat

    bersuhu 2 8 0 C serta terlindung dari cahaya.

    Pemberian vaksin BCG biasanya dilakukan secara injeksi intradermal/intrakutan (tidak

    secara subkutan) pada lengan bagian atas atau injeksi perkutan sebagai alternatif bagi bayi usia

    muda yang mungkin sulit menerima injeksi intradermal.

    17

  • 7/27/2019 tb dengan konsep kedokteran keluarga

    18/23

    Selain pemberian vaksin, upaya mencegah penularan penyakit TBC, antara lain:

    1. Menutup mulut pada waktu batuk dan bersin

    2. Meludah hendaknya pada tempat tertentu yang sudah diberi desinfektan (air sabun)

    3. Imunisasi BCG diberikan pada bayi berumur 3-14 bulan

    4. Menghindari udara dingin

    5. Mengusahakan sinar matahari dan udara segar masuk secukupnya ke dalam tempat

    tidur

    6. Menjemur kasur, bantal,dan tempat tidur terutama pagi hari

    7. Semua barang yang digunakan penderita harus terpisah begitu juga mencucinya dan

    tidak boleh digunakan oleh orang lain

    8. Makanan harus tinggi karbohidrat dan tinggi protein

    9. Meningkatkan ventilasi rumah

    10. Sterilisasi dahak,seprai, sarung bantal,dll dengan menggunakan sinar matahari

    langsung atau sodium hipoklorit 1%

    3. Sekunder

    Early diagnosis and promt treatment 1,4,6

    Pada pencegahan sekunder, sasaran kepada penderita TBC agar tidak menyebar kepada

    orang-orang di sekitar. Diagnosis dini TB paru dengan mengeathui bahwa ciri-ciri atau gejala

    pasien yaitu

    - Batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih

    - Batuk diikuti dengan gejala tambahan yaitu batuk berdarah, sesak napas, nyeri dada,

    badan lemas, nafsu makan turun, BB turun, malaise, keringat pada malam hari tanpa

    kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan.

    Pengobatan TBC Kriteria I (Tidak pernah terinfeksi, ada riwayat kontak, tidak menderita

    TBC) dan II (Terinfeksi TBC/test tuberkulin (+), tetapi tidak menderita TBC (gejala TBC tidak

    18

  • 7/27/2019 tb dengan konsep kedokteran keluarga

    19/23

    ada, radiologi tidak mendukung dan bakteriologi negatif) memerlukan pencegahan dengan

    pemberian INH 510 mg/kgbb/hari.

    Obat yang digunakan untuk TBC digolongkan atas dua kelompok yaitu :

    Obat primer: INH (isoniazid), Rifampisin, Etambutol, Streptomisin, Pirazinamid.

    Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan toksisitas yang masih dapat ditolerir, sebagian

    besar penderita dapat disembuhkan dengan obat-obat ini.

    Obat sekunder: Exionamid, Paraaminosalisilat, Sikloserin, Amikasin, Kapreomisin dan

    Kanamisin.

    Tabel Dosis obat antituberkulosis (OAT)

    Pengobatan TBC pada orang dewasa

    Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3

    Selama 2 bulan minum obat INH, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol setiap hari

    (tahap intensif), dan 4 bulan selanjutnya minum obat INH dan rifampisin tiga kali dalam

    seminggu (tahap lanjutan).

    19

    Obat Dosis

    harian (mg/kgbb/hari)

    Dosis

    2x/minggu (mg/kgbb/hari)

    Dosis

    3x/minggu(mg/kgbb/hari)

    INH 5-15 (maks 300 mg) 15-40 (maks. 900 mg) 15-40 (maks. 900 mg)

    Rifampisin 10-20 (maks. 600 mg) 10-20 (maks. 600 mg) 15-20 (maks. 600 mg)

    Pirazinamid 15-40 (maks. 2 g) 50-70 (maks. 4 g) 15-30 (maks. 3 g)

    Etambutol 15-25 (maks. 2,5 g) 50 (maks. 2,5 g) 15-25 (maks. 2,5 g)

    Streptomisi

    n

    15-40 (maks. 1 g) 25-40 (maks. 1,5 g) 25-40 (maks. 1,5 g)

  • 7/27/2019 tb dengan konsep kedokteran keluarga

    20/23

    Diberikan kepada: Penderita baru TBC paru BTA positif. Penderita TBC ekstra paru

    (TBC di luar paru-paru) berat.

    Kategori 2 : HRZE/5H3R3E3

    Diberikan kepada: penderita kambuh., penderita gagal terapi, penderita dengan

    pengobatan setelah lalai minum obat.

    Kategori 3 : 2HRZ/4H3R3

    Diberikan kepada: penderita BTA (+) dan rontgen paru mendukung aktif.

    Pengobatan TBC pada anak

    Adapun dosis untuk pengobatan TBC jangka pendek selama 6 atau 9 bulan, yaitu:

    1. 2HR/7H2R2 : INH+Rifampisin setiap hari selama 2 bulan pertama, kemudian INH

    +Rifampisin setiap hari atau 2 kali seminggu selama 7 bulan (ditambahkan Etambutol

    bila diduga ada resistensi terhadap INH).

    2. 2HRZ/4H2R2 : INH+Rifampisin+Pirazinamid: setiap hari selama 2 bulan pertama,

    kemudian INH+Rifampisin setiap hari atau 2 kali seminggu selama 4 bulan (ditambahkan

    Etambutol bila diduga ada resistensi terhadap INH).

    Pengobatan TBC pada anak-anak jika INH dan rifampisin diberikan bersamaan, dosis

    maksimal perhari INH 10 mg/kgbb dan rifampisin 15 mg/kgbb.

    Dosis anak INH dan rifampisin yang diberikan untuk kasus:

    TB tidak berat: INH: 5 mg/kgbb/hari dan Rifampisin: 10 mg/kgbb/hari

    TB berat (milier dan meningitis TBC): INH: 10 mg/kgbb/hari dan Rifampisin: 15

    mg/kgbb/hari dan dosis prednison: 1-2 mg/kgbb/hari (maks. 60 mg)

    Disablity Limitation

    Pencegahan (profilaksis) primer

    20

  • 7/27/2019 tb dengan konsep kedokteran keluarga

    21/23

    Anak yang kontak erat dengan penderita TBC BTA (+). INH minimal 3 bulan

    walaupun uji tuberkulin (-). Terapi profilaksis dihentikan bila hasil uji tuberkulin ulang

    menjadi (-) atau sumber penularan TB aktif sudah tidak ada.

    Pencegahan (profilaksis) sekunder

    Anak dengan infeksi TBC yaitu uji tuberkulin (+) tetapi tidak ada gejala sakit

    TBC.Profilaksis diberikan selama 6-9 bulan.

    Strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short-course) pertama kali

    diperkenalkan pada tahun 1996 dan telah diimplementasikan secara meluas dalam sistem

    pelayanan kesehatan masyarakat. Sampai dengan tahun 2001, 98% dari populasi

    penduduk dapat mengakses pelayanan DOTS di puskesmas. Strategi ini diartikan sebagai

    "pengawasan langsung menelan obat jangka pendek oleh pengawas pengobatan" setiap

    hari.

    Indonesia adalah negara high burden, dan sedang memperluas strategi DOTS

    dengan cepat, karenanya baseline drug susceptibility data (DST) akan menjadi alat

    pemantau dan indikator program yang amat penting. Berdasarkan data dari beberapa

    wilayah, identifikasi dan pengobatan TBC melalui Rumah Sakit mencapai 20-50% dari

    kasus BTA positif, dan lebih banyak lagi untuk kasus BTA negatif. Jika tidak bekerja

    sama dengan Puskesmas, maka banyak pasien yang didiagnosis oleh RS memiliki risiko

    tinggi dalam kegagalan pengobatan, dan mungkin menimbulkan kekebalan obat.

    Akibat kurang baiknya penanganan pengobatan penderita TBC dan lemahnya

    implementasi strategi DOTS. Penderita yang mengidap BTA yang resisten terhadap OAT

    akan menyebarkan infeksi TBC dengan kuman yang bersifat MDR (Multi-drugs

    Resistant). Untuk kasus MDR-TB dibutuhkan obat lain selain obat standard pengobatan

    TBC yaitu obatfluorokuinolon seperti siprofloksasin, ofloxacin, levofloxacin (hanyasangat disayangkan bahwa obat ini tidak dianjurkan pada anak dalam masa

    pertumbuhan).

    4. Tertier

    21

  • 7/27/2019 tb dengan konsep kedokteran keluarga

    22/23

    Rehabilitation

    Rehabilitasi merupakan tingkatan terpenting pengontrolan TBC, termasuk dalam

    pencegahan tersier. Dimulai dengan diagnosis kasus berupa trauma yang menyebabkan

    usaha penyesuaian diri secara psikis, rehabilitasi penghibur selama fase akut dan

    hospitalisasi awal pasien, kemudian rehabilitasi pekerjaan yang tergantung situasi individu.

    Selanjutnya, pelayanan kesehatan kembali dan penggunaan media pendidikan untuk

    mengurangi cacat sosial dari TBC, serta penegasan perlunya rehabilitasi. 4

    Kesimpulan

    Dokter keluarga adalah dokter yang dapat memberikan pelayanan kesehatan yang

    berorientasi komunitas dengan titik berat kepada keluarga, ia tidak hanya memandang penderita

    sebagai individu yang sakit tetapi sebagai bagian dari unit keluarga dan tidak hanya menanti

    secara pasif, tetapi bila perlu aktif mengunjungi penderita atau keluarganya (Ikatan Dokter

    Indonesia, 1982). Sehingga kasus penyakit yang dialami oleh keluarga, peran seorang dokter

    keluarga dapat dijalankan dengan baik.

    Penyakit tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang dapat menyerang berbagai organatau jaringan tubuh. Tuberkulosis paru merupakan bentuk yang paling banyak dan paling

    penting. Penyebab penyakit tuberkulosis adalah bakteri Mycobacterium tuberkulosis dan

    Mycobakterium bovis. Kuman tersebut mempunyai ukuran 0,5-4 mikron x 0,3-0,6 mikron

    dengan bentuk batang tipis, lurus, atau agak bengkok, bergranular atau lipoid (terutama asam

    mikolat). Untuk mengetahui tentang penderita tuberkulosis dengan baik harus dikenali tanda dan

    gejalanya.

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Widoyono. Tuberkulosis Paru. In: Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan,

    dan Pemberantasannya. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2008. hal: 13-21

    2. Azwar Azrul. Praktek dokter keluarga. In: Menuju pelayanan kesehatan yang lebih

    bermutu. Jakarta: Yayasan Penerbitan Ikatan Dokter Indonesia; 1996. hal: 115-49

    22

  • 7/27/2019 tb dengan konsep kedokteran keluarga

    23/23

    3. Azwar Azrul. Pengantar administrasi kesehatan. Edisi ke-3. Jakarta: Binarupa Aksara;

    2006. hal:104-19

    4. Aditama Tjandra et all. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Edisi ke-2.

    Cetakan ke-2. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2008. hal: 3-37

    5. Pohan Imbalo. Tuberkulosis Paru. In: Jaminan Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta:

    Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2006. hal: 438-50

    6. Amin Zulkifli dan Asril Bahar. Tuberkulosis Paru. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,

    Simadibrata M, Setiati S. Ilmu penyakit dalam. Edisi 5. Jilid 3. Jakarta: Pusat Penerbitan

    Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2009. hal : 2230-9

    23