Tehnik Penulisan Skenario Dakwah

Embed Size (px)

Citation preview

TEHNIK PENULISAN SKENARIO DAKWAH Dramaturgi

Sinematografi

Religiusitas

Estetik Layar dalam Sinografi: Satu Catatan terhadap Pementasan Teater Muzikal Jati Satu Catatan terhadap Pementasan Teater Olahraga Jati

--------------------------------------------------------------------------------------------

Catatan ini menyentuh pada produksi teater yang menggunakan elemen layar sebagai menyokong sinografinya. mendukung sinografinya. Estetik skrin yang digunakan bukan sahaja dalam bentuk fizikal Estetik layar yang digunakan bukan saja dalam bentuk fisik sebagai set tetapi juga imejan videografi yang dirakam dan dipancarkan ke ruang sebagai feature tetapi juga imejan videografi yang direkam dan dipancarkan ke ruang pentas sebagai alat bantuan menyampaikan mesej. pentas sebagai alat bantuan menyampaikan pesan. Catatan ini akan memberikan Catatan ini akan memberikan tumpuan kepada sebuah persembahan teater muzikal yang bertajuk Jati karya bersama fokus kepada sebuah pertunjukan teater musikal yang berjudul Jati karya bersama Hamzah Tahir, Hafiz Askiak dan NurAfifah Vanitha Abdullah yang telah dipentaskan di Hamzah Tahir, Hafiz Askiak dan NurAfifah Vanitha Abdullah yang telah dipentaskan di Dewan Tun Ahmad Zaidi Adruce, Maktab Perguruan Batu Lintang, Kuching Sarawak Dewan Tun Ahmad Zaidi Adruce, Maktab Perguruan Batu Lintang, Kuching Sarawak pada Julai 2000 sempena sambutan Millenium peringkat negeri Sarawak. pada Juli 2000 sempena sambutan Millenium tingkat negara Barat. Antara aspek Antara aspek

yang terpenting dalam Jati adalah elemen multimedia yang digunakan oleh pengarah yang terpenting dalam Jati adalah elemen multimedia yang digunakan oleh direktur multimedia teater ini iaitu Hasnol Jamal Saidon. multimedia teater ini yaitu Hasnol Jamal Saidon. Penggunaan monitor TV yang Penggunaan monitor TV yang berselirat di pentas sebagai set dan imejan simbolik yang terpancar melalui projeksi berselirat di pentas sebagai feature dan imejan simbolik yang terpancar dalam projeksi telah memberikan impak dalam melahirkan seni visual yang mantap untuk menyokong telah memberikan dampak dalam melahirkan seni visual yang mantap untuk mendukung perjalanan cerita yang disampaikan. perjalanan cerita yang disampaikan. This essay touches on theatre production that utilises the screen as an important element This essay touches on theatre production that utilises the screen as an important element in supporting its scenography aspect. in supporting its scenography aspect. Screen aesthetics must not only be considered as a Screen aesthetics must not only be considered as a physical setting alone but also as video-graphic images projected on screen to assist the physical setting alone but also as video-graphic images projected on screen to assist the delivery of messages. delivery of messages. This essay will focus on the musical theatre entitled Jati, the works This essay will focus on the musical theatre entitled Jati, the works of Hamzah Tahir, Hafiz Askiak and NurAfifah Vanitha Abdullah that was showcased at of Hamzah Tahir, Hafiz Askiak and NurAfifah Vanitha Abdullah that was showcased at Dewan Tun Ahmad Zaidi Adruce, Batu Lintang Teachers Training College, Kuching Dewan Tun Ahmad Zaidi Adruce, Batu Lintang Teachers Training College, Kuching Sarawak. Barat. One of the important elements in Jati is the usage of multimedia by the director One of the important elements in Jati is the usage of multimedia by the director of the theatre multimedia, Hasnol Jamal Saidon. of the theatre multimedia, Hasnol Jamal Saidon. Multiple television monitors, placed on Multiple television monitors, placed on stage enhances the dynamism of the visual arts presented in the theatre Jati. stage enhances the dynamism of the visual arts presented in the theatre Jati. Pengenalan Pengenalan Semenjak tahun 1960-an lagi produksi multimedia atau media campuran ( mixed media ) Semenjak tahun 1960-an lagi produksi multimedia atau media campuran (mixed media) dalam produksi teater telah digunakan. dalam produksi teater telah digunakan. Kombinasi ini selalunya akan menyatukan elemen Kombinasi ini biasanya akan menyatukan elemen elemen dari pelbagai bahan. elemen dari berbagai bahan. Selalunya bahan-bahan ini

merangkumi gerak atau tari, Biasanya bahan-bahan ini mencakup gerak atau tari, dengan pancaran gambar foto dan filem bergerak dan bunyi stereophonic serta muzik. dengan pancaran gambar foto dan film bergerak dan suara stereophonic serta musik. Ada beberapa faktor mengapa penggunaan multimedia begitu popular dalam Ada beberapa faktor mengapa petunjuk multimedia begitu populer dalam produksi teater. produksi teater. 1. 1. Menukarkan citarasa audien kepada satu bentuk persembahan yang baru, Menukarkan citarasa audien kepada satu bentuk persembahan yang baru, gabungan antara seni pentas dan skrin. gabungan antara seni pentas dan layar. Ini membantu transisi set yang pantas, Ini membantu transisi feature yang pantas, tanpa mengambil masa yang panjang. tanpa mengambil masa yang panjang. Ini juga dapat mengurangkan set tiga Ini juga dapat mengurangi feature tiga dimensi yang selalunya besar dan berat. dimensi yang biasanya besar dan berat.

2. Penulis dapat menukar atau memperbaiki masa dan tempat secara pantas dan Penulis dapat mengubah atau memperbaiki waktu dan tempat secara cepat dan spontan. spontan. 3. 3. Memberi ruang yang lebih dalam penggunaan sistem elektronik untuk meninggal Memberi ruang yang lebih dalam penggunaan sistem elektronik untuk meninggal kesan teatrikal yang digunakan dalam persembahan. efek teatrikal yang digunakan dalam presentasi. 4. 4. Perkembangan sistem komputer yang pesat telah melahirkan penciptaan kesan Perkembangan sistem komputer yang pesat telah melahirkan penciptaan kesan khas yang canggih yang telah memudahkan rekaan di pentas tanpa penggunaan khusus yang canggih yang telah memudahkan fiksi di pentas tanpa petunjuk pembinaan set yang tradisi. pembangunan yang tradisional. Dapat dilihat produksi multimedia telah menggunakan pancaran projeksi slide dan Dapat dilihat produksi multimedia telah menggunakan pancaran projeksi slide dan foto, dan pelbagai bentuk kelir putih. foto, dan berbagai bentuk kelir putih. Imejan pancaran mungkin terdiri daripada imej Imejan pancaran mungkin terdiri dari gambar yang sama atau berlainan diantara satu dengan yang lain. yang sama atau berbeda diantara satu dengan yang lain. Imejan-imejan ini dipilih adalah Imejan-imejan ini dipilih adalah berdasarkan mood atau tema cerita yang hendak disampaikan. berdasarkan mood atau tema

cerita yang hendak disampaikan. Ada juga yang memberi Ada juga yang memberi imejan yang membezakan di antara nilai dramatik yang berlaku dengan masa dan tempat imejan yang membedakan di antara nilai dramatik yang terjadi dengan waktu dan tempat kejadian. kejadian. Tayangan filem juga digunakan dalam pelbagai bentuk. Tampilan film juga digunakan dalam berbagai bentuk. Kadang kala digunakan Kadang kala digunakan footage dari acara sebenar yang berlaku untuk digunakan sebagai bahan sokongan dalam footage dari acara asli yang berlaku untuk digunakan sebagai bahan dukungan dalam menyampaikan konteks aksi dalam jalancerita. menyampaikan konteks aksi dalam jalancerita. Ada juga kemungkinan aktor di dalam Ada juga kemungkinan aktor di dalam produksi pentas tersebut digunakan di dalam tayangan filem untuk mendapatkan impak produksi pentas tersebut digunakan di dalam tayangan film untuk mendapatkan dampak yang lebih tinggi dan skop yang lebih luas. yang lebih tinggi dan skop yang lebih luas. Ada juga produksi teater yang Ada juga produksi teater yang menggabungkan keduanya sekali, tayangan filem bersama-sama dengan aksi di pentas. menggabungkan keduanya sekali, tayangan film bersama-sama dengan aksi di pentas. Monitor TV juga sering digunakan, monitor TV ini digunakan untuk mendapatkan closeMonitor TV juga sering digunakan, monitor TV ini digunakan untuk mendapatkan close up perwatakan aktor, aksi ataupun reaksi penonton. up karakter aktor, aksi atau reaksi penonton. Monitor TV ini juga digunakan Monitor TV ini juga digunakan sebagai sebahagian dari set, terutama produksi yang bersifat eksperimental dan sebagai bagian dari feature, terutama produksi yang bersifat eksperimental dan kontemporari. kontemporer. Selalunya bentuk produksi seumpama ini akan diiringi dengan bunyi dan Selalunya bentuk produksi seperti ini akan diiringi dengan kualitas tinggi dan muzik yang dapat menyokong visual yang terdapat di pentas (Brockett, 1991, ms 419). musik yang dapat mendukung visual yang terdapat di pentas (Brockett, 1991, ms 419). Kehadiran seni visual di dalam teater bukan sekadar memandu penonton Kehadiran seni visual di dalam teater bukan sekadar memandu penonton mengenali maksud sosial dan budaya sesebuah naskah tetapi juga memahami makna mengenali maksud sosial dan budaya suatu naskah tetapi juga memahami makna imejan-imejannya yang tersendiri (Kennedy, 1996, ms 5). imejan-imejannya yang tersendiri (Kennedy, 1996, ms 5). Josef Svoboda Josef Svoboda Josef Svoboda adalah seorang sinografer yang amat penting dalam perkembangan seni Josef

Svoboda adalah seorang sinografer yang amat penting dalam perkembangan seni rekaan pentas, terutama pementasan yang menggunakan elemen multimedia. desain panggung, terutama pementasan yang menggunakan elemen multimedia. Lahir di Lahir di Czechoslovakia dan terdidik sebagai seorang arkitek yang kemudiannya dilantik sebagai Cekoslowakia dan terdidik sebagai seorang arsitek yang kemudian diangkat sebagai Sinografer di National Theatre di Prague pada tahun 1950an. Sinografer di National Theatre di Praha pada tahun 1950an. Sejak itu beliau terus Sejak itu ia terus mencuba pelbagai eksperimentasi dengan menggunakan bahan-bahan berteknologi dalam mencoba berbagai eksperimen dengan menggunakan bahan-bahan berteknologi dalam sinografinya. sinografinya. Beliau telah mencipta ruang persembahan yang begitu dinamik yang boleh Beliau telah menciptakan ruang pertunjukan yang begitu dinamis yang dapat ditukar dari masa ke semasa. berubah dari waktu ke waktu. Ada beberapa projek persembahan yang dibuat oleh Josef menggunakan Ada beberapa proyek presentasi yang dibuat oleh Josef menggunakan kombinasi diantara filem dan close-circuit images disamping lakonan secara langsung di kombinasi antara film dan close-circuit images disamping peran secara langsung di pentas. pentas. Diantara produksi yang cemerlang yang dilakukan oleh Josef adalah opera Luigi Diantara produksi yang sempurna yang dilakukan oleh Josef adalah opera Luigi Nonno iaitu Intoleranza di Boston. Nonno yaitu Intoleranza di Boston. Disamping persembahan aktor secara langsung di Disamping persembahan aktor secara langsung di \pentas, pada masa yang sama telah berlaku persembahan secara rakaman di studio, pentas, pada masa yang sama telah berlaku persembahan secara rekaman di studio, persembahan secara rakaman di studio ini telah di pancarkan ke pentas yang jauhnya persembahan secara rekaman di studio ini telah di pancarkan ke pentas yang jauhnya lebih dari 3 kilometer, pancaran telah dibuat melalui projeksi ke atas pentas. lebih dari 3 kilometer, pancaran telah dibuat dalam projeksi ke atas pentas. Menurut Menurut Josef diantara studio dan pentas telah disatukan melalui sistem audio dan monitor visual, Josef diantara studio dan pentas telah disatukan melalui sistem audio dan monitor visual, jadi aktor pentas dapat melihat apa yang berlaku di studio dan begitu juga sebaliknya. jadi aktor pentas dapat melihat apa yang terjadi di studio dan begitu juga sebaliknya.

Begitu kompleks dan merumitkan, namun itulah yang dilakukan oleh Svoboda yang sangat innovatif dalam melahirkan sebuah produksi yang menjadi ikutan sehingga ke hari

sangat inovatif dalam melahirkan sebuah produksi yang menjadi ikutan sehingga ke hari ini. ini. Svoboda juga sering melihat keupayaan ruang panggung dimana beliau mencipta Svoboda juga sering melihat kapasitas ruang panggung dimana ia menciptakan ruang lakon yang boleh dipancarkan menerusi close-up dari filem. ruang lakon yang bisa dipancarkan melalui close-up dari film. Ruang pentas itu telah Ruang pentas itu telah dicipta dengan begitu seimbang komposisinya supaya apabila pancaran dibuat ia tidak dibuat dengan begitu seimbang komposisinya supaya apabila pancaran membuat ia tidak menghilangkan imejan. menghilangkan imejan. Ini bermakna Svoboda yang begitu mahir dalam perekaan Ini berarti Svoboda yang begitu mahir dalam desain pencahayaan pentas telah menyusun komposisi cahaya dan set dengan begitu kemas dan pencahayaan pentas telah menyusun komposisi cahaya dan feature dengan begitu kemas dan teratur. teratur. Svoboda juga begitu terkenal dengan penciptaan set yang besar skalanya, dalam Svoboda juga begitu terkenal dengan penciptaan feature yang besar skalanya, dalam produksi opera Wagner Die Gotterdammerung di London. produksi opera Wagner Die Gtterdmmerung di London. Beliau telah meletakkan Beliau telah meletakkan sebuah lensa yang besar di atas pentas dan apabila aktor berjalan dibelakang lensa sebuah lensa yang besar di atas pentas dan apabila aktor berjalan dibelakang lensa tersebut akan lahir imej yang besar dilensa seolah olah lensa kamera sedang membuat tersebut akan lahir gambar yang besar dilensa seolah olah lensa kamera sedang membuat close-up dan penonton akan melihat ekspresi aktor dengan jelas dan lensa itu juga telah closeup dan penonton akan melihat ekspresi aktor dengan jelas dan lensa itu juga telah melahirkan nilai cahaya yang berlainan seperti biasa (Brockett, 1991, ms 417). melahirkan nilai cahaya yang berlainan seperti biasa (Brockett, 1991, ms 417). Ini adalah diantara produksi yang di buat oleh Svoboda berdasarkan penyatuan di Ini adalah diantara produksi yang di buat oleh Svoboda berdasarkan penyatuan di antara filem dan pentas. Insect Comedy (Czech National Theatre, 1946); Rusalka (Teatro antara film dan pentas. Insect Comedy (Ceko National Theatre, 1946); Rusalka (Teatro Le Fenice, Venice, 1958); La Sonambula (National Ballet, Amsterdam, 1964); The Storm Le Fenice, Venice, 1958); La Sonambula (National Ballet, Amsterdam, 1964); The Storm (National Theatre, London, 1966), Pelleas and Melisande (Royal Opera House, London, (National Theatre, London, 1966), Pelleas and Melisande (Royal Opera House, London, 1969); Idomeneo (State Opera, Vienna, 1971); Carmen (Metropolitan Opera, New York, 1969); Idomeneo (State Opera, Vienna, 1971); Carmen (Metropolitan Opera, New York,

1972); The Firebird (Royal Theatre, Copenhagen, 1972); I Vespri Siliciani (Metropolitan 1972); The Firebird (Royal Theatre, Copenhagen, 1972); I Vespri Siliciani (Metropolitan Opera, 1974); Jumpers (Kennedy Center, 1974); Tristan und Isolde (Festival Theatre, Opera, 1974); Jumpers (Kennedy Center, 1974); Tristan und Isolde (Festival Theatre, Bayreuth, 1974); Mahagonny (Grand Theatre, Geneva, 1975); Queen of Spades (National Bayreuth, 1974); Mahagonny (Grand Theatre, Geneva, 1975); Queen of Spades (National Arts Center, Ottawa, 1976); Faust (State Opera, Berlin, 1977); The Bartered Bride Arts Center, Ottawa, 1976); Faust (State Opera, Berlin, 1977); The Bartered Bride (Metropolitan Opera, 1978); Don Carlos (Zurich Opera, 1979); The Dream Play (State (Metropolitan Opera, 1978); Don Carlos (Zurich Opera, 1979); The Dream Play (State University, Albany, NY, 1980); Josefs Legende (La Scala, Milan, 1981); Queen of University, Albany, NY, 1980); Josefs Legende (La Scala, Milan, 1981); Queen of Spades (Houston Grand Opera, 1982); Blue Angel (New York City Opera, 1985). Spades (Houston Grand Opera, 1982); Blue Angel (New York City Opera, 1985). Menurut Thomas J. Menurut Thomas J. Mikotowicz (1992): Mikotowicz (1992): Svoboda's opera productions evidence his ingenious use of technology, as well as Svoboda's opera productions evidence his ingenious use of technology, as well as his use of all manner of modern materials, such as plastics, hydraulics, and his use of all manner of modern materials, such as plastics, Hydraulics, and lasers. Lasers. In Tristan und Isolde , performed in Wiesbaden in 1967, Svoboda created In Tristan und Isolde, performed in Wiesbaden in 1967, Svoboda created one of his best-known effects, the three-dimensional `pillar of light' with an one of his bestknown effects, the three-dimensional `pillar of light 'with an aerosol mixture through which shone low-voltage luminaires. aerosol mixture through which shone low-voltage luminaires. In Richard In Richard Wagner's The Ring Cycle , performed in London between the years 1974 and Wagner's The Ring Cycle, performed in London between the years 1974 and 1976, the central unit was a platform that raised, lowered, tilted, and transformed 1976, the central unit was a platform that raised, lowered, tilted, and transformed into stairs that leveled no matter at what pitch the platform was. into stairs that leveled no matter at what pitch the platform was. In addition, its In addition, its underside had a large mirror to reflect performers who were below stage level. underside had a large mirror to reflect performers who were below stage level.

Visual Sinografi Visual Sinografi Lakonan dan naskah yang bermutu sahaja tidak mencukupi untuk melahirkan ekspresi Peran dan naskah yang bermutu saja tidak cukup untuk melahirkan ekspresi sepenuhnya sesebuah pementasan. sepenuhnya sebuah pementasan. Sokongan visual dan elemen teatrikal adalah amat Dukungan visual dan elemen teatrikal adalah amat penting. penting. Pada asalnya persembahan drama, pengalaman teatrikal selalunya bergantung Pada asalnya pertunjukan drama, pengalaman teatrikal selalu bergantung penuh kepada 'rupa' ( look ), 'bunyian' ( sound ) and 'bentuk' ( shape ), pandangan visual penuh kepada 'rupa' (look), 'bunyian' (sound) and 'bentuk' (shape), tampilan visual dan aura dapat dicapai melalui rekaan ( design ). dan aura dapat dicapai melalui desain (design). Perlaksanaan rekaan ini selalunya Pelaksanaan pengembangan selalu berdasarkan kepada kemampuan teknologi. berdasarkan kepada kemampuan teknologi.

Persembahan teater yang agung selalu mendapat penilaian yang cukup tinggi adalah bergantung juga kepada bakat pereka-perekanya dan keupayaan kejuruteraan dari adalah bergantung juga kepada bakat perancang-perekanya dan kemampuan teknik dari tenaga teknikalnya. tenaga teknis. Ini kerana kerja-kerja kreatif yang dilakukan oleh mereka tidaklah Ini karena kerja-kerja kreatif yang dilakukan oleh mereka t\idaklah semudah yang disangka. semudah yang disangka. Mereka juga menjalankan penyelidikan yang terperinci Mereka juga menjalankan penyelidikan yang terperinci sebagaimana ahli-ahli kreatif yang lain seperti pengarah dan pelakon. sebagaimana anggotaanggota kreatif yang lain seperti direktur dan aktor. Menganalisis atau menilai sesebuah persembahan teater bukan sahaja bertanya Menganalisis atau menilai sebuah pertunjukan teater bukan saja bertanya 'ceritanya mengenai apa?' 'ceritanya mengenai apa?' sahaja, tetapi juga perlu mengutarakan persoalan saja, tetapi juga perlu mengutarakan persoalan 'bagaimanakah rupanya?,' 'bunyinya?,' 'bagaimana ianya dibina?' 'bagaimana rupanya?,' 'bunyinya?,' 'bagaimana ianya dibina?' dan 'bagaimana dan 'bagaimana perjalanan permentasan'? perjalanan permentasan '? Persoalan-persoalan sebegini akan membawa kita melihat Persoalan-persoalan seperti ini akan membawa kita melihat dengan lebih dekat lagi apa yang berlaku di 'belakang pentas.' dengan lebih dekat lagi apa yang terjadi di 'belakang panggung.' Keupayaan pereka-pereka Kemampuan perancang-perancang dan tenaga teknikalnya, mencipta sesuatu, dan tenaga teknis, menciptakan sesuatu,

membuat apa yang perlu, melahirkan membuat apa yang perlu, melahirkan keindahan di pentas (Cohen, 1994, ms. 107). keindahan di pentas (Cohen, 1994, ms. 107). Pada zaman Greek, teater dikatakan sebagai 'tempat melihat' - seeing place tetapi Pada zaman Yunani, teater dikatakan sebagai 'tempat melihat' - seeing place tetapi menurut Aristotle yang banyak memperkatakan tentang kualiti seni visual dalam menurut Aristoteles yang banyak memperkatakan tentang kualitas seni visual dalam persembahan telah mengkategorikan aspek visual dalam seni persembahan ini sebagai persembahan telah mengkategorikan aspek visual dalam seni pertunjukan ini sebagai 'kekaguman.' 'kekaguman.' Aristotle juga mengatakan yang ia mempunyai kesan emosi yang kuat Aristoteles juga mengatakan yang ia memiliki kesan emosi yang kuat dengan sentuhan artistik dan berkait rapat dengan seni bahasa yang indah (Kennedy, dengan sentuhan artistik dan berhubungan erat dengan seni bahasa yang indah (Kennedy, 1996, ms 5). 1996, ms 5). Visual adalah sesuatu yang penting dalam teater, walaupun kadangkala ianya tidak Visual adalah sesuatu yang penting dalam teater, walaupun kadang-kadang ianya tidak begitu menarik dan tidak menampakkan keindahan yang maksimum. begitu menarik dan tidak menampakkan keindahan yang maksimal. Namun apa yang Namun apa yang diharapkan ialah penonton dapat melihat sesuatu sepertimana mereka mendengari diharapkan adalah penonton dapat melihat sesuatu seperti mereka mendengari sesuatu. sesuatu. Dalam drama Shakespeare contohnya, yang sarat dengan hamburan kata-kata Dalam drama Shakespeare misalnya, yang sarat dengan hamburan kata-kata dan seni bahasanya yang dapat didengar, tetapi tidak akan dapat memberi kepuasan jika dan seni bahasanya yang dapat didengar, tetapi tidak akan dapat memberi kepuasan jika tidak direalisasikan dengan aktor bergerak melalui ruang yang telah terbina dan suasana tidak direalisasikan dengan aktor bergerak melalui ruang yang telah terbina dan suasana yang telah direka melalui pencahayaan dan sebagainya. yang telah dirancang melalui pencahayaan dan sebagainya. Pereka yang terlibat dengan sesebuah produksi mempunyai pelbagai perkhidmatan Perancang yang terlibat dengan sebuah produksi mempunyai berbagai layanan pemikiran dan tanpa daya kreativiti mereka sesebuah drama tidak dapat dipentaskan pemikiran dan tanpa daya kreatif mereka suatu drama tidak dapat dipentaskan dengan penuh ekspresi dan bermakna. dengan penuh ekspresi dan bermakna. Samada latar hias yang biasa dan sederhana seperti di dalam drama-drama Greek, Apakah latar

hias yang biasa dan sederhana seperti di dalam drama-drama Yunani, atau keterlaluan dan berlebihan di dalam drama-drama abad ke lapan belas dan sembilan atau keterlaluan dan berlebihan di dalam drama-drama abad ke delapan belas dan sembilan belas, yang ketara penonton merasa kagum dengan apa yang dipamerkan atau divisualkan belas, yang ketara penonton merasa kagum dengan apa yang dipamerkan atau divisualkan oleh pereka pentas dan pereka kraf yang bertanggungjawab mewujudkan persekitaran oleh perancang panggung dan perancang kraf yang bertanggung jawab untuk mewujudkan lingkungan yang penuh dramatik. yang penuh dramatis. Dalam dunia teater kontemporari pereka latarhias kini berfungsi sebagai rakan Dalam dunia teater kontemporer perancang latarhias kini berfungsi sebagai teman kreatif di dalam menentukan arah sesebuah produksi teater. kreatif di dalam menentukan arah suatu produksi teater. Tugas asasnya adalah Tugas dasarnya adalah menciptareka keadaan atau permandangan ( scenery ) yang tepat berkesesuaian dengan menciptareka keadaan atau permandangan (scenery) yang tepat berkesesuaian dengan produksi. produksi. Bagi pereka yang terlibat sepenuhnya di dalam melahirkan nilai-nilai estetika ini, Bagi perancang yang terlibat sepenuhnya di dalam melahirkan nilai-nilai estetika ini, mereka di gelar sinografer. mereka di gelar sinografer. Ini bermakna sinografi bukan sahaja terhad kepada kerja-kerja Ini berarti sinografi bukan saja terbatas pada kerja-kerja mereka pentas, malahan sonografi juga merangkumi pencahayaan, kostum, solekan dan mereka pentas, malahan sonografi juga mencakup pencahayaan, kostum, solekan dan penganalisaan dramatik. penganalisaan dramatis. Untuk itu sinografer mestilah mengetahui pelbagai disiplin seni, Untuk itu sinografer harus mengetahui berbagai disiplin seni, bukan sahaja setakat seni halus sahaja, malahan seni tari, seni lakon dan juga pengarahan. bukan saja sekedar seni halus saja, malahan seni tari, seni drama dan juga pengarahan. BAB I BEBERAPA PENGERTIAN Arti Dramaturgi Dramaturgi adalah ajaran tentang masalah hukum, dan konvensi drama. Kata drama berasal dari bahasa Yunani draomay yang berarti berbuat, berlaku, bertindak, bereaksi, dan sebagainya: dan drama berarti: perbuatan, tindakan. Drama dapat berupa komedi (suka cerita) dan tragedi (duka cerita). Ada juga yang beranggapan drama merupakan sandiwara tragedi.

Arti drama 1. Drama adalah kualitas komunikasi, situasi, action, (segala apa yang terlihat dalam pentas) 2. Menurut moulton, drama adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak (life presented in action). Menurut Brander Mathews: Konflik dari sifat manusia merupakan sumber pokok drama. Menurut Ferdinand Verhagen: Drama haruslah merupakan kehendak manusia dengan action. Menurut Baltazar Verhagen: Drama adalah kesenian melukiskan sikap manusia dengan gerak. 1. Drama adalah cerita konflik manusia dalam bentuk dialog, yang diproyeksikan pada pentas dengan menggunakan percakapan dan action dihadapan penonton (audience). Arti teater Secara etimologis teater adalah gudang pertunjukan (auditorium).

Dalam arti luas: Teater adalah segala tontonan yang dipertunjukan didepan orang banyak.

Misalnya wayang orang, ketoprak, ludrug, srandul, memebai, randai, mayong, arja, rangda, reog, lenong, dagelan, sulapan, akrobatik, dan sebagainya.

Dalam arti sempit: Drama, kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di atas pentas, disaksikan

oleh orang banyak, dengan media: percakapan, gerak dan laku, dengan atau tanpa dekor, didasarkan pada naskah yang tertulis dengan atau tanpa musik, nyanyian, tarian. Arti drama Sandiwara - Tonil Pertunjukan drama disebut juga sandiwara. Kata sandiwara dibuat oleh P.K.G Mangkunegara VII almarhum sebagai kata pengganti toneel (bahasa Belanda). Sandiwara dibentuk dari bahasa jawa sandi dan wara. Sandi berartirahasia dan wara berarti pengajaran. Demikianlah menurut Ki Hadjar Dewantara, sandiwara adalah pengajaran yang dilakukan dengtan perlambang. Formula Dramaturgi (4M) Tugas dramaturgi mempelajari: M1 Mengkhayalkan Di sini untuk pertama kali pengarang mengkhayalkan

kisah: ada inspirasi dan ide. M2 Menuliskan Pengarang menyusun kisah yang sama (the sean idea) untuk kedua kalinya. Pengarang menulis kisah (story). M3 Memainkan Pelaku-pelaku memainkan kisah yang sama untuk ketiga kalinya (action). Di sini aktor dan aktris yang bertindak dalam stage tertentu. Penonton menyaksikan kisah untuk yang keempat kalinya.

M4

Menyaksikan

BAB II SEJARAH TEATER DI INDONESIA

Sejarah Naskah dan Pentas 1. Sebelum abad ke-20 Tidak ada naskah dan pentas. Yang ada hanyalah naskah-naskah cerita rakyat dan kisah-kisah turun temurun disampaikan secara lisan oleh ayah kepada anak. Drama-drama rakyat, istana, keagamaan, di arena, di bawah atap, atau lapangan terbuka. 1. Permulaan abad ke-20 Terpengaruh oleh drama Barat dan cara pemanggungannya (staging), timbul bentukbentuk drama baru: komidi stambul/istana/bangsawan, tonil, opera, wayang orang, ketoprak, ludruk, dan lain-lainnya. Tidak menggunakan naskah (improvisatoris), tetapi menggunakan pentas; panggungbnya berbingkai. 1. Zaman Pujangga Baru Muncul naskah drama asli yang dipakai oleh pementasan amatir. Rombongan professional tidak menggunakannya. 4. Zaman Jepang Sensor Sendenbu sangat keras, diharuskan menggunakan naskah. Rombongan professional dipaksa belajar membaca. Perkumpulan amatir tidak kaget karena terdiri atas kaum pelajar. 5. Zaman Kini Rombongan professional membuang naskah. Organisasi amatir tetap setia pada naskah, sayang sering mengabaikan pengarang, penyadur, atau penyalinnya. Segi Bahasa Komidi stambul dan bangsawan memakai bahasa Melayu karena dimengerti di kota-kota besar, dan juga karena alas an alas an komersial (perdagangan). Pujangga baru memakai bahasa Melayu/ Indonesia dengan sebab dan tujuan politik. Sekarang dipakai bahasa kesatuan Indonesia. Segi Ideologi

Setiap pengutaraan pendapat adalah propaganda. Sejak dulu drama menjadi alat propaganda agama, susunan pemerintahan, pandangan hidup, dan lain-lain, tetapi tidak lepas dari manusia dan kemanusiaan, tidak terlepas dari zamannya. Bentuk Teater di Indonesia 1. Yang lahir di dalam lingkungan kehidupan desa Kegiatannya terkait erat oleh persoalan kehidupan sehari-hari di dalam desa, yaitu adat atau agama. Contohnya terdapat pada kehidupan teater di Bali. 1. Yang lahir di keraton Pertunjukan dilaksanakan pada upacara-upacara tertentu, para pelakunya anggota keluarga bangsawan. Pertunjukan dilaksanakan hanya untuk kalangan ternatas. Tingkat artistic yang dipakai sangat tinggi. Cerita pada umumnya berkisar pada kehidupan kaum bangsawan yang dekan dengan para dewa dan sebagainya. 1. Yang tumbuh di kota-kota Kadang-kadang masih membawa bentuk-bentuk yang di desa atau di keraton. Lahir dari kebutuhan yang timbul dengan tumbuhnya kelompok-kelompok baru di dalam masyarakat dan sebagai produk dari kebutuhan baru, sebagai fenomena modern dalam seni pertunjukan di Indonesia. 1. Yang diberi predikat modern atau kontemporer Menampilkan peranan manusia bukan sebagai tipe, melainkan sebagai individu. Dalam dirinya terkandung potensi yang besar untuk tumbuh, saat ini merupakan golongan teater minoritas. Merupakan hasil pencarian manusia Indonesia yang dilakukan secara terus menerus.

BAB III MASALAH DRAMATURGI Bagian I: Drama dan Konflik Manusia 1. Hukum drama a. Subjek Lahit dan mati, lahir dan mati, kawin dan cerai, kejahatan dan hukuman, perang dan damai. a. Tema Keberanian dan pengecut, kesetiaan dan pengkhianatan, keserakahan dan murah hati. a. Emosi Kemarahan, cinta dan benci, ketakutan dan kenikmatan. Perhatian terhadap konflik adalah dasar dari drama. Protagonios adalah peran yang membawa ide prinsipil. Pertentangan diantara dua kekuatan (protagonis dan antagonis) mengakibatkan dramatic action. 1. Sumber penulis drama ialah Tabiat Manusia Yang harus di pelajari dalam tabiat manusia sebagai berikut: a. Pengarang b. Aktor/aktris c. Sutradara 1. Kerangka drama adalah action Konflik diwujudkan dengan action. Drama memerlukan action yang terbuka karena penonton hanya dapat menerima maksud berdasarkan action yang dilihat dan didengar. Action dapat membawa kehebatan (excitefull) dan daya tarik. Action merupakan kerangka drama. 1. Dasar action adalah motif Sumber-sumber motif: a. Human driver (kegiatan, semangat, pendorong) Merupakan kegiatan yang mengontrol suatu action atau kegiatan manusia; bersifat dinamik. Menurut W.I. Thomas ada empat macam kekuatan dasar: a. Kekuatan untuk tanggapan (response) b. Kekuatan untuk pengakuan

c. Kekuatan untuk petualangan (adventure) d. Kekuatan untuk keamanan (security) a. Situasi: fisik dan sosial Situasi fisik: Dua aspek situasi bisa menyebabkan action dan menunjukan sumbernya. Lakon/ play yang sadar akan motif yang timbul dari situasi fisik menempatkan perananperanannya terkurung, mengubah keaktivitetan motif secara logis balam mengekspresikan ide serta emosi yang dikehendaki. Situasi sosial: Perbedaan dalam kesibukan merupakan hasil perbedaan ukuran sosial yang menentukan sikap di dalam dua tempat. a. Interaksi sosial Jika dua orang berbeda dalam kontak social langsung, yaitu bila mulai sadar terhadap satu sama lain, timbulah interaksi sosial. a. Pola watak (character pattern) Kita mencoba memperoleh gambaran watak itu, masa lampaunya, pengalamanya, dan struktur psikisnya. a. Intelegensi b. Hubungannya dengan dunia luar c. Hubungannya dengan dirinya sendiri

Bagian II: Drama dan Pengarang Drama merupakan kisah pertentangan yang saling beroposisi, di mana tiap kejadian dari kekuatan-kekuatan khusus action dapat diketahui pada tiap motif. Dengan demikian maka drama didasarkan pada human conflict. 1. Bahan-bahan untuk pengarang a. Karakter; untuk mengembangkan konflik. b. Situasi; lakon adalah rentetan situasi, dimulai dari situasi yang akan berkembang selama action terlaksana. c. Subjek; ide pokok lakon atau drama. 1. Alat-alat pengarang a. Dialog; lewat dialog tergambarlah watak-watak sehingga latar belakang perwatakan bisa diketahui.

b. Action; berbicara lebih kerasc dari pada kata-kata, karena to see to believe. 1. Proses inspirasi yang merangsang daya cipta (MI & MII) MI Inspirasi dapat timbul: 1. Sendiri karena pikiran kita menemukan suatu gagasan yang merangsang daya cipta. 2. Karena perhatian kita tertuju pada suatu peristiwa baik yang disaksikan sendiri maupun yang didengar atau dibaca. 3. Karena kehidupan kita terkait pada kehidupan seseorang. MII 1. Daya cipta tersebut diatas akan kita hidupkan ke dalam sebuah cerita. 2. Maka terciptalah gambar yang masih mentah, belum teratur. 3. Proses kristalisasi sehingga kita dapat berhasil merumuskan hakikat (intisari) cerita. 4. Saat kita mendapat rumus intisari cerita premis.

1. Proses mengarang (MII) a. Seleksi; dengan hati-hati pengarang memilih situasi yang harus memberikan saham bagi keseluruhan drama. Dalam kebanyakan lakon (play), merupakan kunci laku (action). b. Re-arrangement; pengarang enyusun kembali kekalutan hidup menjadi pola yang berarti. c. Intensifikasi; pengarang memiliki kisah untuk diceritakan, kesan untuk digambarkan, suasana hati untuk diciptakan. 1. Komstruksi dramatic Ide klasik dari Aristoteles Dalam karyanya petics Aristoteles mengetengahkan antara lain teori, analisis, dan hukum puisi dan drama: a. Teori tentang komedi (suka cerita) b. Teori tentang tragedy (duka cerita) c. Hukum komposisi drama yang terdiri atas awal, tengah, dan akhir. d. Pengetahuan tentang trilogy Aristoteles; kesatuan tempat, kesatuan waktu, dan kesatuan kejadian. 1. Dramatic plot Aristoteles (klasik) I. Protasis:

Permulaan, dijelaskan peran dan motif lakon. II. Epitasio: Jalinan kejadian Gustav Freytag (modern) - Exposition: Pelukisan (1) - Complication: Dengan timbulnya kerumitan / komplikasi diwujudkan jalinan kejadian ..(2) III. Catastasis: - Climaks Puncak laku, peristiwa mencapai titik kulminasinya; sejak 1-2-3 terdapat laku sedang memuncak (rising action) .(3) - Resolution: Penguraian, mulai tergambar rahasia motif (3) A IV. Catastrophe: Penutupan - Conclusion: Simpulan (4) - Catastrophe: Bencana .(4) A - Denouement: Penyelesaian yang baik ..(4) B Ditarik kesimpulan, dan habis cerita. BABAK I BABAK II BABAK III 1. Trilogi Aristoteles a. Kesatuan waktu: Peristiwa harus terjadi berturut-turut selama 24 jam selama satu selingan.

a. Kesatuan tempat: Peristiwa seluruhnya terjadi dalam satu tempat saja. a. Kesatuan kejadian: Membatasi rentetan peristiwa yang berjalan erat, tidak menyimpanmg dari pokoknya. Sering disebut kesatuan ide. Penjelasan Trilogi Aristoteles (The 3 Unites Aristoteles) Kesalahpahaman sering terjadi terhadap penafsiran Trilogi Aristoteles: sebuah lakon harus hanya berlaku selama 24 jam (kesatuan waktu), tidak boleh ada pergantian adegan (scene) (kesatuan tempat), harus hanya mempunyai laku (plot) yang tunggal kesatuan kejadian). Aristoteles sendiri tak pernah secara tegas mengemukakan hal itu semua, dan semua dan tak pula bermaksud agar aturanya itu dipakai sebagai dogma. Dia hanya akan menyelidiki bagaimana drama itu disusun, dan dikemukakannya dalam rangkaian komentarnya tentang kesusastraan masa itu, yaitu yang tercantum dalam serangkaian karangannya yang berjudul Poetics. Tentang kesatuan waktu, yang berarti pembatasan waktu, teutama ditujukan kepada tragedi yang harus berbeda dengan epik, karena epik mempunyai kebebasan waktu, sedangkan tragedy waktunya harus segera dibatasi. Tentang kesatuan tempat, dia tidak menyebutkan apa-apa. Meski demikian, pembatasan tempat yang sangat mengikat seperti drama pseudo klasik juga tak dapat dibenarkan. Yang jelas memang ada pembatasan dalam drama Yunani, seperti halnya kini, drama juga terkait oleh syarat-syarat pentas, tetapi kebebasan bisa terjadi. Tentang kesatuan kejadian, terutama ditujukan pada tema dan plot. Tetapi drama Yunani sendiri sering meninggalkan aturan ini. Fakta yang menafsirkan bahwa drama harus mempunyai hanya satu tema dan satu plot saja, tetapi ada juga yang mengetengahkan adanya subplot atau minor action disamping plot utama sehingga merupakan plot majemuk, aasalkan semuanya membantu penyelesaian plot utama atau plot pokok kea rah satu catastrophe. Shakespeare kadang-kadang menggunakan plot kembar dengan cara paralelisme. Yang penting ialah: harus ada persoalan pokok yang jelas, dan persoalan-persoalan lain mendapat kedudukan yang kurang penting. 1. Tiga unsure prinsip dalam drama a. Unsur kesatuan

Unsur kesatuan mencakup kesatuan kejadian, kesatuan tempat dan kesatuan waktu. a. Unsur penghematan Karena keterbatasan waktu, maka usahakanlah dalam waktu yang sesingkat itu dituangkan masalah-masalah pokok yang terpenting saja. a. Unsur keharusan psikis Fungsi psikis dalam dramaturgi: 1. Protagonis Pemeran utama (pahlawan/cerita yang menjadi pusat cerita. 1. Antagonis Peran lawan, sering juga menjadi musuh yang menyebabkan konflik. 1. Tritagonis: Peran penengah, bertugas mendamaikan atau menjadi pengantara protagonis dan antagonis. 1. Peran pembantu Peran yang secara tidak langsung terlibat di dalam konflik, tetapi peran pembantu ini diperlukan guna penyelesaian cerita. 1. Drama modern Drama modern mendobrak hukum-hukum tersebut (Trilogi Aristoteles). Drama yang baik harus memiliki kegentingan (spaning). Ada dua macam kegentingan: a. Kegentingan karena hasrat ingin tahu bagaimana akhir cerita. b. Kegentingan identifikasi karena penonyon mengidentifikasikan diri secara emosional dengan peran bagaimana nasib mereka. Emosi tersebut antara lain emosi pelengkap dan emosi penyelamatan. 1. Konstruksi cerita drama Naskah dan lakon Naskah adalah bentuk/ rencana tertulis dalam cerita drama. Sedangkan lakon adalah hasil perwujudan dari naskah yang dimainkan. Komposisi tiga bahan pokok untuk cerita drama 1. Premise Premise adalah rumusan intisari cerita sebagai landasan ideal dalam menentukan arah tujuan ceritera.

2. Character Bisa juga disebut tokoh, adalah bahan yang opaling aktif yang menjadi bahan penggerak cerita. Karakter disini merupakan tokoh yang hidup. Tiga dimensi character: a. Dimensi fisiologis (cirri-ciri badan) b. Dimensi sosiologis (latar belakang kemasyarakatan) c. Dimensi Psikologis (latar belakang kejiwaan) 3. Plot Plot ialah alur, rangka cerita, merupaka susunan empat bagian: a. Protasis b. Epitasio c. Catastasis d. Catastrope

BAB IV SENI BERPERAN Ikhtisar ajaran Richard Boleslavsky Ajaran pertama: Konsentrasi atau pemusatan pikiran. Aktor adalah seorang yang mengorbankan diri. Ia menghilangkan dirinya untuk menjadi pemain (perannya). Agar actor menjadi sempurna dalam profesinya, ia harus mengalamisuatu Pendidikan yang terdiri atas tiga bagian: 1. Pendidikan tubuh Subjek-subjeknya: a. Senam irama b. Tari klasik dan pengutaraan c. Main anggar d. Berbagai latihan bernafas e. Latihan menempatkan suara, diksi, bernyanyi f. Pantomime g. Tata rias 2. Pendidikan intelek dan kebudayaan Subjek-subjeknya: a. Pengetahuan perihal tokoh-tokoh teater seperti Shakespeare, Moliere, Goethe, Calderon de La Barca; apa yang telah mereka perjuangkan danh apa yang telah dilakukan orang diteater-teater dunia dalam mementaskan karya-karya mereka. b. Kesusastraan dunia pada umumnya; misalnya membedakan antara Romantik Jerman dan Romantik Perancis. c. Sejarah seni lukis, seni pahat, seni music; Bisa mengingat gaya setiap kurun zaman dan tahu kepribadian setiap pelukis besar. d. Psikologi, memahami psikoanalisis, pernyataan emosi, logika, perasaan. e. Anatomi tubuh manusia, ciptaan besar seni pahat. 3. Pendidikan dan latihan sukma Subjek-subjeknya: a. Penguasaan seluruh panca indera dalam situasi yang dapat dibayangkan.

b. Penumbuhan ingatan perasaan, ingatan ilham atau penembusan pengkhayalan itu sendiri, penumbuhan naivitas, penumbuhan daya untuk mengamati, penumbuhan kekuatan kemampuan, penumbuhan untuk menambahkan keragaman pada pernyataan emosi, penumbuhan rasa pada humor dan tragedy. c. Penumbuhan ingatan visual. Ajaran kedua: Ingatan emosi Aktor harus berlatih mengingat-ingat segala emosi yang terpendam dan halamanhalaman sejarah yang telah silam. Boleslavsky member nasehat kepada actor sebagai berikut: Perhatikan dan lihat apa yang ada disekitarmu pandang dirimu dengan penuh kegembiraan. Kumpulkan dan simpan dalam jiwamu semua kekayaan dan kepenuhan hidup. Simpan dan susun ingatan dan kenangan ini. Siapa tahu suatu hari mereka kita perlukan. Mereka adalah satu-swatunya sahabat dan guru dalam karyamu. Mereka adalah cat dank was bagi actor, seandainya actor itu adalah seorang pelukis. Dan mereka akan membawakan hadiah bagimu. Mereka adalah kepunyaanmu milikmu sendiri. Mereka bukan tiruan, dan mereka akan memberikan pengalaman, ketelitian, ekonomi, dan kekuatan padamu. Ajaran ketiga: Laku dramatis

BAB V MASALAH PERMAINAN 1. Unsur Permainan dalam Drama Teori sumber perminan terbagi dalam empat kategori : a. Permainan merupakan jalan keluar bagi energi yang berlebihan.

b. Permainan kanak-kanak merupakan persiapan untuk hidup. c. Teori rekapitulasi (ikhtisar, ringkasan pokok-poko) d. Dalam permainan kanak-kanak menyatakan reaksi-reaksi emosional dan sosial. 2. Psikodrama dan Psikologi Pemain Drama Karena problem individu hidup dalam drama, maka memungkinkan adanya pemecahan. Hal ini dibuktikan dengan munculnya apa yang disebut psikodrama. Orang-orang yang tidak bias menahan konflik-konflik dikumpulkan, kemudian disusun suatu naskah permainan dengan tujuan menyelidiki dan menemukan problem yang ada pada mereka. 3. Permainan Sebagai Pembebasan Actor harus menggambarkan orang lain, sekaligus ia tidak bias berbuat selain menggunakan bahan yang ada padanya. 4. Pembinaan Watak Permainan 4.1 Ada tiga bahan bagi aktor untuk menggambarkan apa yang telah ditentukan penulis lewat tubuh dan badannya : a. mimik yaitu pernyataan atau perubahan muka : mata, mulut, bibir, hidung, kening. b. Plastik yaitu cara bersikap dan gerakan-gerakan anggota badan. c. Diksi cara penggunaan suara/ucapan. 4.2 Tiga fase cara aktor menggambarkan perannya : a. Typering primer Yang terpenting adalah mimik. Ada dua typering, yaitu gembira (up) dan sedih (down). b. Typering dramatis Yang terpenting adalah plastik. Dengan sendirinya plastic ini (sikap dan gerak) terpengaruh oleh mimic, dan pada umumnya bergantung juga pada tanda yang sama, tetapi tidak setegas dan seprinsipil ditentukan seperti mimik. c. Typering individual Yang dipentingkan adalah diksi. Diksi ditentukan oleh aktor, karena itu ia (diksi) bias mempengaruhi arti suatu kalimat.

Jika dibandingkan dengan mimik dan plastik maka diksi memberikan banyak aspek istemews karena : 1. Tidak dapat dinyatakan dengan sikap atau gerak, 2. Suara halus berbicara dalam kata-kata. Dalam mimik : kebebasan banyak dibatasi Dalam plastik : kebebasan agak kurang dibatasi, karena dalam hal ini interpretasi pribadi aktor atas maksud pengarang sering berlaku. Dalam diksi : aktor mendapat kebebasan sepenuh-penuhnya, tetapi masih harus diperhitungkan dengan instruksi sutradara. 5. Aktor sebagai Pencipta Dalam menemukan seni berperan aktor menghadapi dua masalah yang harus dipecahkan : 1. Tujuan akting : tujuan menentukan akhtiar/usaha yang akan dijalankan. 2. Metode acting : bagaimana melaksanakan ikhtiar itu. 5.1 dua teori tentang tujuan acting a. teori ilusi khayalan : tujuan poko acting ialah menciptakan ilusi (illusion) atau khayalan. b. Teori interpretasi/penafsiran : aktor tidak berusaha untuk menipu penonton. Tujuan aktor adalah menafsirkan perwatakan serta memberikan interpretasi. 5.2 dua aliran tentang metode acting a. aliran emosional : aliran ini mendasarkan metode aktingnya atas emosi. b. Aliran intelektual : aliran ini berpendapat bahwa acting harus didasarkan atau dikonstruksikan atas suatu kecerdasan (intelek).

AB 6 KESANGGUPAN KATA 1. Hubungan Suara dengan Gerak Mulut Kalau ucapan-ucapan yang dikeluarkan itu diperhatikan benar, orang lambat laun akan yakin bahwa memang ada hubungan antara perasaan, suara, dan gerak mulut

pada tiap-tiap ucapan. Tak mengherankan sekarang bahwa ada persesuaian antara suara, perasaan dan gerak mulut. 2. Hubungan Suara dengan Irama Irama adalah aturan. Pada seni lukis aturan itu menimbulkan keindahan pemandangan, pada seni kata dan seni suara menimbulkan keindahan pada pendengaran 3. Hubungan Suara dengan Warna Suara tidak hanya merupakan lagu saja, suara juga dapat mewujudkan warna. Ada dua macam teori tentang warna : 3.1 teori warna dari segi fisik teori ini bedasarkan studi tentang sinar dan warna dalam ilmu alam. Ada tiga warna primer, yaitu merah, kuning, biru. Ada tiga warna sekunder yaitu jingga, hijau dan ungu. 3.2 pembagian warna menurut perasaan menurut perasaan yang timbul karena orang melihat warna adalah, orang menyebut warna hangat dan warna dingin. Warna hangat ialah warna yang mengajak kita gembira dan bergerak, misalnya warna kuning dan merah lembayung. Warna dingin adalah warna yang menimbulkan perasaan damai, tenang, lemah, misalnya warna ungu dan biru. 4. Hubungan Perasaan dan Suara Beberapa arti suara : a. Keadaan sunyi menimbulkan perasaan seakan-akan orang diasingkan. b. Gaya suara yang rendah menimbulkan perasaan sedih, suasana gelap dan menekan. Suara yang tinggi mengajak melayang-layang karena gembira. c. Suuara keras lagi besar seakan-akan menelan, mempengaruhi orang, tetapi suara yang lemah lembut membuat hati lemah. Kakau kita perhatikan benar memang ada persesuaian rasa antara suara dengan warna. Terang ada persesuaian antara sastra yang rendah dengan suasana gelap, suara yang tinggi, dengan suasana yang terang. 5. Peranan Kata dalam Drama 5.1 Peranan Kata dalam Drama

Bahasa tertulis harus dihidupkan oleh pemain diatas pentas. Mereka tidak akan berdialog seperti keadaan sehari-hari. Laku didalam drama merupakan bentuk menyatakan yang sudah dipadatkan sedangkan dialog proasis sepanjang satu halaman misalnya bias diekspresikan dalam satu bait puisi. 5.2 Arti puisi Kata syair/puisi merupakan nama untuk menyebut segala macam bentuk bahasa ikatan. Menurut pengertian lama puisi adalah suatu bentuk dalam kesusastraan yang terdiri atas empat baris dan bersajak sama. 6. Dialog, Diksi, dan Action 6.1 Dialog Dalam struktur lakon, dialog dapat kita tinjau dari dua segi, yaitu : a. Segi estetis Dialog merupakan faktor litere (juga filosofis) yang mempengaruhi struktur keindahan sebuah lakon. b. Segi teknis Biasanya diberi catatan pengucapan, ditulis dalam kurung. Dalam lakon bersajak yang ucapannya secara deklamatoris, diberi tanda baca saja. 6.2 Diksi Berbicara adalah bergerrak dan merupakan bagian dari seluruh gerakan yang tak dapat dipandang sebagai sesuatu yang memiliki kedudukan tersendiri, justru karena berbicara tidak bias dilepaskan dari gerak batin (pikiran dan perasaan) yang menuntut seluruh tubuh untuk memberikan sebuah manifestasi. Sebagai contoh akan dikemukakan bagaimana hubungan antara bicara dengan gerakangerakan lain dalam tubuh kita, yaitu : - Gesture : gerak tangan, isyarat, yaitu posisi bagian tubuh untuk mengutarakan emosi atau ide. - Movement : pertukaran tempat kedudukan pada pentas. Missal : datang dari pintu, melewati kursi menuju jendela. - Bussines : kesibukan yang karakteristik, yang mempunyai cirri-ciri khas. Missal : merokok, mengupas buah-buahan, menjahit, menulis dan lain-lainnya. 6.3 Action

Action merupakan istilah yang sering membingungkan dan sering pula dikacaukan dengan movement. Secara teknis, action adalah istilah literer yang digunakan dalam naskah. Ada dua macam movement : 1. Direct Movement Yaitu suatu gerak hakiki (esensial) yang diperlukan pada saat lakon berlangsung. 2. Indirect Movement Yaitu gerak kreatif, bukan esensial, tetapi meyakinkan dan menghidupkan gerak dasar pada saat lakon berlangsung. BAB 7 SUTRADARA 1. Sejarah Timbulnya Sutradara Sutradara : karyawan yang mengkoordinasi segala unsur-unsur teaer dengan paham, kcakapan, serta daya khayal yang intelegensi sehingga mencapai suatu pertunjukan yang berhasil. Producer : penanggung jawab keungan dan promosi. Manager : tokoh eksekutif dari produser, penanggung jawab tata laksana. Stage Manager : tokoh eksekutif dari sutradara, dialah yang mengatur panggung dan seluruh perlengkapannya. Dalam perkembangan kedudukan sutradara ada tiga kejadian penting : 1. Pada saat Saxe Meiningen mendirikan suatu rombongan teater pada tahun 1874-1890 mereka mementaskan 2591 drama di Berlin dan seluruh Jerman. Setelah itu mereka mengadakan tur ke Negara-negara Eropa lainnya sehungga akhirnya mempengauhi. 2. Moscow Art Theater yang dipimpin oleh Constatin Stanislavsky (18631938). Stanislavsky (guru R. Boleslavsky) adalah pendiri teori penyutradaraan termasuk penghapus sitem bintang. 3. Lewat Princetown Players dan Group Theater, Stanislavsky memepengaruhi Broadway sehingga teater professional menerima pendapatannya (metodenya). Dengan adanya kedudukan sutradara, teater/drama memasuki babak baru dalam sejarah hidupnya.

Kedudukan sutradara. Sutradara berdiri di tengah-tengah segitiga, bertindak sebagai pusat kesatuan kekuatan, juga sebagai coordinator bagi prestasi-prestasi kreatif aktor dan patra teknisi. Akhirnya sutradara harus menjadi seorang seniman yang berarti. 2. Teori Penyutradaraan 2.1 Teori Gordon Craig Harus ada kekuatan ide dalam teater. Jika teater adalah seni maka ia harus mengekspresikan kepribadian si seniman. Sutradara mengejawantahkan idenya lewat aktor dan aktris. Kebaikan teori ini adalah hasilnya sempurna (perfec), tata tertib terjamin, teratur teliti. Kelemahan atau keburukannya ialah sutradara menjadi dictator, aktor dan aktris aadalah alat sutradara, harus meniru gaya sutradara yang merupakan prototip, kreativitas mereka dihilangkan atau dihalangi, padahal tujuan produksi lakon ialah memeberi kesemapatan bagi aktor dan aktris untuk memberikan sumbangan bagi keseluruhnnya. 2.2 Teori Laissez Faire Dalam teater ini aktor dan aktris adalah pencipta dalam teater. Tugas sutradara adalah membantu aktor dan aktris mengekspresikan dirinya dalam lakon, seorang supervisor individualnya agar melaksanakan peranan sebaik-baiknya. Kelemahan teori ini adalah sutradara bukan seorang diktator melainkan pembantu. Kelemahan teori ini adalah terdapat bahaya akan timbulnya kekacauan dan kurang teratur, kurang teliti. 3. Pembinaan Kerja Sutradara 3.1 Menentukan nada dasar Tugas pertama sutradara adlah mencari motif yang merasuk karya lakon, yang memberi cirri kejiwaan dan selalu Nampak dalam penyutradaraan. Sebuah nada dasar dapat bersifat : a. Ringan tidak mendalam b. Menentukan/memberikan suasana khusus c. Membuat lakon gembira menjadi banyolan/lucu d. Mengurangi tragedy yang berlebih-lebihan

e. Memberikan prinsip dasar pada lakon 3.2 Menentukan casting Macam-macam casting : 1. Casting by ability : berdasarkan kecakapan, yang terpandai dan terbaik dipilih untuk peran yang penting/utama dan sukar. 2. Casting to type : pemilihan yang bertentangan dengan watak atau fisik si pemain. 3. Antitype casting : pemilihan yang bertentangan dengan watak atau fisik si pemain. 4. Casting to emotional temperament : memilih seseorang berdasarkan hasil observasi hidup pribadinya. 5. Therapeutic-casting : menetukan seorang pelaku bertentangan dengan watak aslinya dengan maksud menyembuhkan atau mengurangi ketakseimbangan jiwanya. 3.3 Tata dan Teknik Pentas Segala yang menyangkut soal tata pakaian, tata rias, dekor, tata sinar. Semua itu harus disesuaikan dengan nada dasar. Tata dan teknik pentas ialah segala masalah yang tidak termasuk cerita, naskah dan acting. 3.4 Menyusun Mise En Scene Mise en scene ialah segala perubahan yang terjadi pada daerah permainan yang disebabkan oleh perpindahan pemain atau peralatan. Dengan mise en scane sutradara memberikan sryktur visual pada lakon dengan komposisi pentas. Pemberian bentuk ini bias tercapai dengan 14 macam cara : 1. Sikap pemain 2. Pengelompokan 3. Pembagian tempat kedudukan pelaku 4. Variasi saat masuk dan keluar 5. Variasi penempatan perabot (mebel) 6. Variasi posisi dua pemain yang berhadap-hadapan 7. Komposisi dengan menggunakan garis dalam penempatan pelaku

8. Ekspresi kontras dalam warna pakaian 9. Efek tata sinar 10. Memperhatikan ruang sekeliling pemain 11. Menguatkan/meluangkan kedudukan peranan 12. Memperhatikan latar belakang 13. Keseimbangan dalam komposisi 14. Dekorasi 3.5 Menguatkan atau Melemahkan Scene Sebuah nada dasr merasuk lakon seluruhnya. Usaha menguatkan atau melemahkan adegan adalah teknik yang menggarap berbagai adegan dalam lakon. Kita dapat menentukan tekanan atau aksen pada lakon menurut pandangan kita tanpa mengubah naskah. 3.6 menciptakan Aspek-Aspek Laku sutradara harus dapat memberikan saran kepada aktor agar mereka menciptakan apa yang disebut laku simbolik atau acting kreatif. Laku simbolik adalah cara berperan yang biasanya tak terdapat dalam instruksi naskah, tetapi diciptakan untuk memperkaya permainan, yaitu lebih menjelaskan kepada penonton apa yang terkandung dalam batin penonton. Ada dua macam laku simbolik : 1. Yang memperkaya permainan yang diciptakan aktor dengan atau tanpa petunjuk sutradara (aliran laissez faire). 2. Yang tidak diciptakan oleh pemain secara individual, tetapi ditentukan oleh sutradara (aliran Gordon Craig). 3.7 Mempengaruhi Jiwa Pemain a. Dua macam kedudukan sutradara 1. Sebagai Teknikus Ciri-ciri seorang sutradara teknikus, yaitu dia akan mencipta pergelaran yang menyolok dan menaik perhatian. Dengan montase yang agung, teknik dekor yang luar biasa, tata sinar yang menakjubkan, dia berusaha menerapkan film dan teater. Tokoh-tokoh internasional : Erwin Piscator (Jerman 1893- ) seorang sutradara dan pendesain pentas, Max Reinhadt (Austria 1873-1943) seorang sutradara dan

produser. 2. Sebagai psikolog Dramatis Ciri-ciri sutradara psikolog dramatis, yaitu ekspresi luar atau lahiriah dalam pagelaran menjadi berkurang. Dalam menggambarkan watak dia lebih mengutamakan tekanan psikologis, khususnya pada cara acting yang murni ketika prestasi permainan pribadi ditempatkan dalm arti yang sebenarnay. Tokoh-tokh internasional : Constantin Stanlavskiy, kelompok teater I.O.C dari London mengarah kepada perpaduan tipe pertama dan tipe kedua. b. Dua cara mempengaruhi pemain Ada dua cara mempengaruhi pemain, yaitu : 1. Dengan menjelaskan - sutradara sebagai interpretator Ia menjelaskan bagaimana menggambarkan untuk peranan dan bagaimana berusaha agar mimik plastik, diksi, sesuai dengan idenya. 2. Dengan memberi contoh - sutradara sebagai aktor Sutradara langsung member contoh acting dalm hal ini ia harus banyak berpengalaman seperti aktor. Keuntungannya ialah cepat dipahami : bahanya, pemain membuat imitasi. c. Perbandingan antara nada dasar dan pengaruh psikologi o Nada dasar : berlaku untuk keseluruhan lakon, berusaha menyamakan semua peranan secara psikologis dan menyesuaikan tata pentas dengan acting. Masalah nada dasr ini adalah suatu paham sintetis. o Pengaruh psikologis : berdasrkan nada dasar diusahakan agar setiap pemain memiliki ciri khusus pribadinya sehingga perbedaan dalam kepribadian tampak. Masalah ini lebih bersifat analitis.

Sinematografi adalah kata serapan dari bahasa Inggris Cinematography yang berasal dari bahasa Latin kinema 'gambar'. Sinematografi sebagai ilmu terapan merupakan bidang ilmuyang membahas tentang teknik menangkap gambar dan menggabung-gabungkan gambar tersebut sehingga menjadi rangkaian gambar yang dapat menyampaikan ide (dapat mengemban cerita). Sinematografi memiliki objek yang sama dengan fotografi yakni menangkap pantulan cahaya yang mengenai benda. Karena objeknya sama maka peralatannyapun mirip. Perbedaannya, peralatan fotografi menangkap gambar tunggal, sedangkan sinematografi menangkap

rangkaian gambar. Penyampaian ide pada fotografi memanfaatkan gambar tunggal, sedangkan pada sinematografi memanfaatkan rangkaian gambar. Jadi sinematografi adalah gabungan antara fotografi dengan teknik perangkaian gambar atau dalam sinematografi disebut montase (montage). Sinematografi sangat dekat dengan film dalam pengertian sebagai media penyimpan maupun sebagai genre seni. Film sebagai media penyimpan adalah pias (lembaran kecil) selluloid yakni sejenis bahan plastik tipis yang dilapisi zat peka cahaya. Benda inilah yang selalu digunakan sebagai media penyimpan di awal pertumbuhan sinematografi. Film sebagai genre seni adalah produk sinematografi.

Lomba Fotografi & Film Pendek Depag 200923 Mei, 2009

Lomba

Fotografi

&

Film

Pendek

Depag

2009

Direktorat Pendidikan Madrasah, Departemen Agama (Depag) menyelenggarakan lomba fotografi dan film pendek. Lomba bertujuan mengajak masyarakat peduli terhadap madrasah, mendapatkan foto-foto yang representatif dan beragam seputar dunia madrasah, di samping menumbuhkan kreativitas dan mendorong siswa memungsikan teknologi untuk tujuan yang positif dan bermanfaat. Adapun Lomba Tema: Ketentuan

Syarat

dan

ketentuannya

sebagai

berikut: Fotografi

Dinamika

Madrasah Lomba:

Dibuka untuk umum. Boleh mengirim lebih dari satu foto (setiap foto yang dikirim diberi judul beserta keterangan singkat tentang obyek foto). Mengirim hasil cetak(hard copy) minimal 3 lembar untuk tiap foto yang dikirim, dengan ukuran 4R, disertai file soft copy (hasil scan untuk foto yang berbasis nondigital) Karya sediri dan dikirim paling lambat tanggal 30 Juni 2009 (stempel post). Menyertai nama pengirim, alamat jelas, nomor HP, telp rumah/kantor dan email. Semua Foto yang dikirim menjadi milik penyelenggara. Sepuluh Finalis akan diundang pada saat pengumuman dan penyerahan hadiah pada acara Ekspo Madrasah di Kota Malang Jawa Timur, Juli 2009 yang akan datang. Alamat: Panitia Lomba Foto Madrasah Subdit Kelembagaan dan Kerjasama Direktorat Pendidikan Madrasah, Departemen Agama RI Jl. Lapangan Banteng Barat No 3-4 Jakarta Telp: 021 3811642/654 Ext 520, Hunting: 021 3811523 Email: [email protected]

Kriteria

Foto:

Menginformasikan seputar kegiatan dunia pendidikan madrasah baik intra maupun ekstra, termasuk stakeholder madrasah secara umum. Memenuhi syarat-syarat teknis forografi yang baik seperti sudut pengembilan dll. Memiliki fokus cerita, informasi, sudut pengambilan, kesan, pesan dan misi yang mudah dipahami. Faktual, jujur, memiliki momentum, sesuai dengan kenyataan yang sesungguhnya.

Hadiah Juara Juara Juara Juara Lomba Tema: Ketentuan

1 2 3 harapan

Rp. Rp. Rp. Rp.

10.000.000,00 7.500.000,00 5.000.000,00 3.000.000,00, Film

dan dan dan dan

plakat-sertifikat. plakat-sertifikat. plakat-sertifikat. plakat-sertifikat. Pendek

Kepedulian,

Kasih

Sayang

dan

Perjuangan Umum:

Peserta adalah siswa/siswi madrasah. Mengirim hasil karya dalam format dalam 2 (dua) format: hard copy dalam bentuk miniDV atau DVD, dan soft copy dalam bentuk file .MOV (Quicktime) atau .AVI. DVD harus dalam format NTSC. Durasi film adalah 11 menit, dapat dibuat dengan selular (handphone) atau handycame. Jenis film bersifat bebas, dapat berupa dokumenter, fiksi atau non-fiksi, liveaction maupun animasi. Peserta dapat mengirim lebih dari satu film Setiap film diberi judul dan disertai synopsis (maksimal 1000 karakter) Menyertai nama pengirim, alamat jelas, nomor HP dan telp rumah/kantor. Karya sediri dan dikirm paling lambat tanggal 30 Juni 2009 (stempel post). Semua salinan (copy) film yang dikirim menjadi milik penyelenggara. Sepuluh Finalis akan diundang pada saat pengumuman dan penyerahan hadiah pada acara Ekspo Madrasah di Kota Malang Jawa Timur, Juli 2009 yang akan datang. Alamat: Panitia Lomba Film Pendek Subdit Kelembagaan dan Kerjasama Direktorat Pendidikan Madrasah, Departemen Agama RI Jl. Lapangan Banteng Barat No 3-4 Jakarta Telp: 021 3811642/654 Ext 520, Hunting: 021 3811523 Email: [email protected]

Kriteria

Film

Pendek:

Mengangkat isu seputar dunia pendidikan madrasah (seperti pendidik, tenaga kependidikan, siswa, orang tua atau masyarakat sekitar, dll). Tema dan alur film menggugah dan inspiratif. Memiliki fokus cerita, informasi, kesan, pesan dan misi yang mudah dipahami. Tidak melanggar nilai-nilai agama dan budaya bangsa.

Hadiah Juara Juara Juara Juara Pengumuman

1 2 3 harapan

Rp. Rp. Rp. Rp. dapat

10.000.000,00 7.500.000,00 5.000.000,00 3.000.000,00, juga dilihat

dan dan dan dan di

plakat-sertifikat. plakat-sertifikat. plakat-sertifikat. plakat-sertifikat. www.depag.go.id

Berikut Tulisan yang mungkin masih terkait dengan "Lomba Fotografi & Film Pendek Depag 2009" :

Latihan Olah Rasa (Olah Sukma) Olah Rasa (Olah Sukma) Kategori Pemain Film Istilah Istilah Dalam Akting Film Alnect Computer menyediakan Generik Firewire Lomba Fotografi & Film Pendek Depag 2009 PROSES PRODUKSI VIDEO Festival Film Pendek Belia 2009 Editing Video Metode dan Teknik Editing Film

Tulisan Terbaru:

Biografi, Dramaturgi dan Tafsir Filmis Written by Tonny Trimarsanto Tuesday, 12 August 2003 00:00 Film Gie, karya Riri Riza menjadi satu film yang mampu memberikan warna baru, dalam dunia hiburan saat ini. Film yang mengangkat sepenggal kehidupan tokoh gerakan mahasiswa tahun 1966 tersebut menandai babakan baru dunia perfilman di tanah air. Jelas, kemunculan Gie memberikan tawaran baru bagi banyak sineas untuk bisa mengangkat sederet tokoh yang mempunyai kontribusi dalam panggung sejarah, di tanah air. Film yang dikemas dalam realitas gerakan tahun 1960-an tersebut, secara langsung akan menciptakan energi penciptaan baru. Mungkin tahun ini hanya Gie, karya Riri. Dan melihat peluang suksesnya film biografi, sineas Garin Nugroho pun sudah bersiap-siap dengan film biografi Koes Plus tahun depan. Setidaknya bentuk film biografi, mulai menciptakan satu kecenderungan untuk diproduksi. Yang pasti, tahun lalu ada dua film biografi

yang`diperbincangkan banyak orang. Film tentang musisi jazz Ray Charles, yang dibintangi oleh Jamie Foxx, berjudul Ray. Dan film tentang seorang dokter yang konsisten mengampanyekan keterbukaan dalam masyarakat untuk berbicara tentang seks, berjudul Kinsey.

Sukses yang diraih oleh film Gie karya Riri Riza, ataupun musikal Ray karya sutradara Taylor Hackford, nampaknya kian membuktikan bahwa film biografi memang mempunyai kekuatan untuk meraih pasar. Sejarah film biografi senantiasa mampu mencatat prestasi yang gemilang. Ia tidak saja mampu memenangi opini para kritikus, tetapi juga mempunyai peluang meraih keuntungan komersial yang tinggi. Ini berarti, sangat masuk akal jika investor film nasional mempunyai keberanian, untuk memproduksi film biografi. Ketika sebuah film biografi diproduksi, sebenarnya masih tersimpan banyak pertanyaan. Kenapa? Sebagian kalangan meyakini, bahwa film biografi adalah bagian dari genre film dokumenter, sehingga menjadi tidak sah manakala ada unsur dramaturginya. Sementara, bagi pelaku film fiksi, sama sekali tidak menginginkan jika film biografi masuk dalam kategori dokumenter, lantaran, ketiadaan berimprovisasi penciptaan di dalamnya. Ketika film biografi dikemas dalam fiksi, jelas akan memberikan kemudahan dalam melakukan improvisasi. *** Film biografi, sering kali disebut sebagai biopic (biographical pictures). Produksi film biografi dimulai sejak tahun 1900-an. Banyak teori sinema menyebutkan bahwa film biografi adalah sub-genre dari genre film yang lebih besar yakni: drama dan epik. Kombinasi antara biografi dan film inilah yang menjadi awal dari penciptaan film-film biografi. Dan jenis-nya pun beragam. Mulai dari biografi seseorang, kelompok tertentu, yang lantas direlasikan dengan banyak isu yang melingkupi sosok yang difilmkan. Baik itu menyangkut kehidupan sosok atau kelompok masa lampau, atau bisa juga pada saat sekarang. Pada akhirnya, kemunculan film biografi dalam tradisi industri Hollywood sendiri, senantiasa berelasi dengan banyak jenis genre. Ada yang lantas berelasi dengan dunia musik, politik, religius, gerakan masyarakat, scientist, dokter, petualang, presiden, atau bahkan seniman sekalipun. Adalah seorang pembuat film Prancis, Georges Milies, yang awalnya menawarkan sebuah film biografi. Sekalipun masih dengan film bisu, sutradara jenius ini memproduksi film biografi berjudul Joan DArc (1898). Film keduanya yang masih biografi adalah mengangkat sosok aktivis perempuan Prancis Joan C. Demille, yang diperankan oleh aktris opera Gerraldine Farrar, berjudul Joan The Woman (1916). Sejarah pernah mencatat, bahwa pada tahun 1900-an awal beragam jenis film biografi, mencoba meraih animo penonton. Lantas sosok terkenal dibuat film. Mulai dari, Abraham Lincoln, Vladimir Ilich Lenin, Hitler, Ratu Victoria, Henry VIII, Ratu Elisabeth I, hingga tokoh dalam legenda koboi seperti Billy The Kid, Wyatt Earp, dan yang lain. Banyak aktris dan aktor juga meraih penghargaan manakala mereka membintangi film biografi. Untuk pertama kalinya, film biografi meraih kemenangan Oscar dari film Yankee Doodle Dandy (1942). Sebuah film tentang tokoh mafia paling berpengaruh, Geore M Cohan (yang

diperankan oleh George C Scott), karya sutradara Michael Curtis. Setelah itu sukses film biografi disusul dengan kemenangan Katharine Hepburn dalam The Lion in Winter(1968), yang mengangkat kisah permaisuri dari Raja Henry II. Aktor kharismatik Ben Kingley sukses dengan Oscar dari film Gandhi (1989) karya sutradara Richard Attenborough, aktor Daniel Day Lewis berperan sebagai penulis dan pelukis cacat dalam My Left Foot (1989). Spielberg tampil jenius dengan film Schindler List (catatan pembantaian dari Oscar Schindler), juga peraih Oscar lainnya yakni film Beautifil Mind. Sejarah industri film nasional nampaknya juga telah menangkap peluang. Film perjuangan Tjut Nyak Dien (Eros Djarot), Wali Songo, dan beberapa sosok pahlawan pejuang tanah air pernah kita konsumsi. Tidak menutup kemungkinannya, peluangnya akan semakin besar, manakala melihat peluang ekonomis yang bisa diperoleh. Jika kita melihat perkembangan film biografi, setidaknya ada beberapa kategorisasi yang bisa dilihat. Pertama, film sosok presiden adalah satu segmen yang paling banyak diangkat dalam film biografi. Kita bisa melihat bahwa sosok presiden Amerika Abraham Lincoln, ternyata telah ditafsir oleh sineas dalam banyak versi. Misalnya Abraham Lincoln (1930) karya sutradara DW Griffith, The Young Mr. Lincoln (karya John Ford, dengan aktor Jane Fonda), Abe Lilcoln in Illionis (1940) karya Raymond Massey. Masih relevan dengan isu politik, ternyata ada banyak film yang mengisahkan sosok presiden yang lain. Misalnya, film Wilson (1940) yang juga mengangkat sosok presiden Amerika Wodrow Wilson, sutradara Oliver Stone sukses mengerjakan JFK (Kevin Costner, 1991) dan Nixon (Antony Hopkins, 1995). Dan kita mengetahui pula, bahwa JFK dalam tradisi Hollywood sudah pernah dibuat yakni, ketika Patrick Dempsey berperan sebagai JFK muda sebelum menuju ke White House dalam JFK: The Reckless Youth, karya sutradara Harry Winer. Sosok ibu negara Evita Peron juga pernah difilmkan, dengan menampilkan aktris penyanyi Madonna. Kedua, tokoh-tokoh gerakan masyarakat, seringkali difilmkan. Pada sisi ini kita bisa menemukan Spike Lee dengan film Malcom X, tokoh gerakan kulit hitam Amerika yang tewas dibunuh, peraih nobel John Nash yang mengalami scisofrenia dalam A Beautiful Mind (2001), Ketiga, dunia selebritas dan musisi adalah ilham pula bagi penciptaan film biografi. Tercatat, film kolosan Amadeus (1989), karya Miloz Forman adalah menarik, sebab, orang bisa mengenal legenda komposer Mozart pada saat muda. Sutradara Woody Allen pernah menggarap kehidupan gitaris Emmeth Ray dalam Sweet and Lowdown (1984), Oliver Stone menggarap kisah kelompok musik The Doors (1991). Dunia seni rupa juga pernah dikerjakan. Yakni lewat film Frida (Salma Hayek, 2002) tentang perempuan perupa asal Meksiko, Pollock (Ed Harris, 2000) tentang kehidupan perupa surealisme Jackson Pollock, ataupun perupa muda yang meninggal Basquiat. Dari begitu banyaknya film biografi yang telah diproduksi, nampaknya sangat banyak peluang enonomi yang telah didapat. Artinya, industri film dunia memang senantiasa meraih keuntungan sekalipun hanya mengangkat kehidupan satu sosok. Dari sekian banyak film biografi yang telah dibuat, nampaknya penonton bukan hanya bisa melihat satu kehidupan tokoh. Yang seringkali terjadi adalah grafik dramaturgi yang cenderung menjadi daya tariknya. Alhasil, ketika menyimak film-film biografi, tak jarang terlontar segudang kontroversi dan

kritik. Kritik yang secara langsung mempertanyakan persoalan intensitas keakuratan fakta, yang didramaturgi-kan oleh Hollywood. Memang tidak salah untuk meramu sebuah alur dramaturgi sebuah sosok dan tokoh. Se-linear apa pun kehidupan seseorang, ketika dikemas menjadi sebuah produk filmis, pastilah akan mengalami desain dramaturgi. Sangat wajar dan masuk akal. Terlebih, manakala kita menyadari, bahwa film adalah produk yang ditonton dan harus mengandungi unsur hiburan. Yang harus dicatat adalah, bahwa mayoritas film biografi produksi Hollywood lebih menitikberatkan pada sosok atau tokoh yang memang sudah dikenal publik. Alasannya adalah, lebih mudah mengemas biografi sosok yang terkenal daripada yang belum. Film biografi, senantiasa mempunyai segmen yang fanatik. Artinya, ide yang acapkali ditawarkan, mayoritas memang sudah dikenal oleh publik. Diakrabi oleh publik, lewat literatur pustaka, ataupun kisah sejarah. Tidak heran, kondisi ini akan mendorong munculnya penonton yang fanatik dan spesifik. *** Last Updated on Saturday, 10 April 2010 18:57 DRAMATURGI (Erving Goffman) Erving Goffman, lahir di Alberta, Canada pada 11 Juni 1922. Mendapat gelar S1 dari Univ. Toronto menerima gelar doctor dari Univ. Chicago. Beliau wafat pada tahun 1982 ketika sedang mengalami kejayaan sebagai tokoh sosiologi dan pernah menjadi professor dijurusan sosiologi Univ. Calivornia Barkeley serta ketua liga Ivy Univ. Pennsylvania. Erving Goffman, dianggap sebagai pemikir utama terakhir Chicago asli (Travers, 1922: Tselon, 1992); Fine dan Manning (2000) memandangnya sebagai sosiolog Amerika paling berpengaruh di abad 20. Antara 1950-an dan 1970-an Goofman menerbitkan sederetan buku dan esai yang melahirkan analisis dragmatis sebagai cabang interaksionisme simbolik. Walau Goffman mengalihkan perhatiannya di tahun-tahun berikutnya, ia tetap paling terkenal karena teoridramtugisnya. Pernyataan paling terkenal Goffman tentang teori dramaturgis berupa buku Presentation of Self in Everyday Life, diterbitkan tahun 1959. Secara ringkas dramaturgis merupakan pandangan tentang kehidupan sosial sebagai serentetan pertunjukan drama dalam sebuah pentas. Istilah Dramaturgi kental dengan pengaruh drama atau teater atau pertunjukan fiksi diatas panggung dimana seorang aktor memainkan karakter manusia-manusia yang lain sehingga penonton dapat memperoleh gambaran kehidupan dari tokoh tersebut dan mampu mengikuti alur cerita dari drama yang disajikan. Dalam Dramaturgi terdiri dari Front stage (panggung depan) dan Back Stage (panggung belakang). Front Stage yaitu bagian pertunjukan yang berfungsi mendefinisikan situasi penyaksi pertunjukan. Front stage dibagi menjadi 2 bagian, Setting yaitu pemandangan fisik yang harus ada jika sang actor memainkan perannya. Dan Front Personal yaitu berbagai macam perlengkapan sebagai pembahasa perasaan dari sang actor. Front personal masih terbagi menjadi dua bagian, yaitu Penampilan yang terdiri dari berbagai jenis barang yang

mengenalkan status social actor. Dan Gaya yang berarti mengenalkan peran macam apa yang dimainkan actor dalam situasi tertentu. Back stage (panggung belakang) yaitu ruang dimana disitulah berjalan scenario pertunjukan oleh tim (masyarakat rahasia yang mengatur pementasan masing-masing actor) Goffman mendalami dramaturgi dari segi sosiologi. Beliau menggali segala macam perilaku interaksi yang kita lakukan dalam pertunjukan kehidupan kita sehari-hari yang menampilkan diri kita sendiri dalam cara yang sama dengan cara seorang aktor menampilkan karakter orang lain dalam sebuah pertunjukan drama. Cara yang sama ini berarti mengacu kepada kesamaan yang berarti ada pertunjukan yang ditampilkan. Goffman mengacu pada pertunjukan sosiologi. Pertunjukan yang terjadi di masyarakat untuk memberi kesan yang baik untuk mencapai tujuan. Tujuan dari presentasi dari Diri Goffman ini adalah penerimaan penonton akan manipulasi. Bila seorang aktor berhasil, maka penonton akan melihat aktor sesuai sudut yang memang ingin diperlihatkan oleh aktor tersebut. Aktor akan semakin mudah untuk membawa penonton untuk mencapai tujuan dari pertunjukan tersebut. Ini dapat dikatakan sebagai bentuk lain dari komunikasi. Karena komunikasi sebenarnya adalah alat untuk mencapai tujuan. Bila dalam komunikasi konvensional manusia berbicara tentang bagaimana memaksimalkan indera verbal dan non-verbal untuk mencapai tujuan akhir komunikasi, agar orang lain mengikuti kemauan kita. Maka dalam dramaturgis, yang diperhitungkan adalah konsep menyeluruh bagaimana kita menghayati peran sehingga dapat memberikan feedback sesuai yang kita mau. Perlu diingat, dramatugis mempelajari konteks dari perilaku manusia dalam mencapai tujuannya dan bukan untuk mempelajari hasil dari perilakunya tersebut. Dramaturgi memahami bahwa dalam interaksi antar manusia ada kesepakatan perilaku yang disetujui yang dapat mengantarkan kepada tujuan akhir dari maksud interaksi sosial tersebut. Bermain peran merupakan salah satu alat yang dapat mengacu kepada tercapainya kesepakatan tersebut. Dalam teori Dramatugis menjelaskan bahwa identitas manusia adalah tidak stabil dan merupakan setiap identitas tersebut merupakan bagian kejiwaan psikologi yang mandiri. Identitas manusia bisa saja berubah-ubah tergantung dari interaksi dengan orang lain. Disinilah dramaturgis masuk, bagaimana kita menguasai interaksi tersebut. Dalam dramaturgis, interaksi sosial dimaknai sama dengan pertunjukan teater. Manusia adalah aktor yang berusaha untuk menggabungkan karakteristik personal dan tujuan kepada orang lain melalui pertunjukan dramanya sendiri. Dalam mencapai tujuannya tersebut, menurut konsep dramaturgis, manusia

akan mengembangkan perilaku-perilaku yang mendukung perannya tersebut. Selayaknya pertunjukan drama, seorang aktor drama kehidupan juga harus mempersiapkan kelengkapan pertunjukan. Kelengkapan ini antara lain memperhitungkan setting, kostum, penggunakan kata (dialog) dan tindakan non verbal lain, hal ini tentunya bertujuan untuk meninggalkan kesan yang baik pada lawan interaksi dan memuluskan jalan mencapai tujuan. Oleh Goffman, tindakan diatas disebut dalam istilah impression management. Goffman juga melihat bahwa ada perbedaan akting yang besar saat aktor berada di atas panggung (front stage) dan di belakang panggung (back stage) drama kehidupan. Kondisi akting di front stage adalah adanya penonton (yang melihat kita) dan kita sedang berada dalam bagian pertunjukan. Saat itu kita berusaha untuk memainkan peran kita sebaik-baiknya agar penonton memahami tujuan dari perilaku kita. Perilaku kita dibatasi oleh oleh konsep-konsep drama yang bertujuan untuk membuat drama yang berhasil (lihat unsur-unsur tersebut pada impression management diatas). Sedangkan back stage adalah keadaan dimana kita berada di belakang panggung, dengan kondisi bahwa tidak ada penonton. Sehingga kita dapat berperilaku bebas tanpa mempedulikan plot perilaku bagaimana yang harus kita bawakan. Contohnya, seorang teller senantiasa berpakaian rapi menyambut nasabah dengan ramah, santun, bersikap formil dan perkataan yang diatur. Tetapi, saat istirahat siang, sang teller bisa bersikap lebih santai, bersenda gurau dengan bahasa gaul dengan temannya atau bersikap tidak formil lainnya (ngerumpi, dsb). Saat teller menyambut nasabah, merupakan saat front stage baginya (saat pertunjukan). Tanggung jawabnya adalah menyambut nasabah dan memberikan pelayanan kepada nasabah tersebut. Oleh karenanya, perilaku sang teller juga adalah perilaku yang sudah digariskan skenarionya oleh pihak manajemen. Saat istirahat makan siang, teller bebas untuk mempersiapkan dirinya menuju babak ke dua dari pertunjukan tersebut. Karenanya, skenario yang disiapkan oleh manajemen adalah bagaimana sang teller tersebut dapat refresh untuk menjalankan perannya di babak selanjutnya. Sebelum berinteraksi dengan orang lain, seseorang pasti akan mempersiapkan perannya dulu, atau kesan yang ingin ditangkap oleh orang lain. Kondisi ini sama dengan apa yang dunia teater katakan sebagai breaking character. Dengan konsep dramaturgis dan permainan peran yang dilakukan oleh manusia, terciptalah suasana-suasana dan kondisi interaksi yang kemudian memberikan makna tersendiri. Munculnya pemaknaan ini sangat tergantung pada latar belakang sosial masyarakat itu sendiri. Terbentuklah kemudian masyarakat yang mampu beradaptasi dengan berbagai suasana dan corak kehidupan. Masyarakat yang tinggal dalam

komunitas heterogen perkotaan, menciptakan panggung-panggung sendiri yang membuatnya bisa tampil sebagai komunitas yang bisa bertahan hidup dengan keheterogenannya. Begitu juga dengan masyarakat homogen pedesaan, menciptakan panggung-panggung sendiri melalui interaksinya, yang terkadang justru membentuk proteksi sendiri dengan komunitas lainnya. Apa yang dilakukan masyarakat melalui konsep permainan peran adalah realitas yang terjadi secara alamiah dan berkembang sesuai perubahan yang berlangsung dalam diri mereka. Permainan peran ini akan berubah-rubah sesuai kondisi dan waktu berlangsungnya. Banyak pula faktor yang berpengaruh dalam permainan peran ini, terutama aspek sosial psikologis yang melingkupinya. Dramarturgi hanya dapat berlaku di institusi total,Institusi total maksudnya adalah institusi yang memiliki karakter dihambakan oleh sebagian kehidupan atau keseluruhan kehidupan dari individual yang terkait dengan institusi tersebut, dimana individu ini berlaku sebagai sub-ordinat yang mana sangat tergantung kepada organisasi dan orang yang berwenang atasnya. Ciri-ciri institusi total antara lain dikendalikan oleh kekuasan (hegemoni) dan memiliki hierarki yang jelas. Contohnya, sekolah asrama yang masih menganut paham pengajaran kuno (disiplin tinggi), kamp konsentrasi (barak militer), institusi pendidikan, penjara, pusat rehabilitasi (termasuk didalamnya rumah sakit jiwa, biara, institusi pemerintah, dan lainnya. Dramaturgi dianggap dapat berperan baik pada instansi-instansi yang menuntut pengabdian tinggi dan tidak menghendaki adanya pemberontakan. Karena di dalam institusi-institusi ini peran-peran sosial akan lebih mudah untuk diidentifikasi. Orang akan lebih memahami skenario semacam apa yang ingin dimainkan. Bahkan beberapa ahli percaya bahwa teori ini harus dibuktikan dahulu sebelum diaplikasikan. Teori ini juga dianggap tidak mendukung pemahaman bahwa dalam tujuan sosiologi ada satu kata yang seharusnya diperhitungkan, yakni kekuatan kemasyarakatan. Bahwa tuntutan peran individual menimbulkan clash bila berhadapan dengan peran kemasyarakatan. Ini yang sebaiknya dapat disinkronkan. Dramaturgi dianggap terlalu condong kepada positifisme. Penganut paham ini menyatakan adanya kesamaan antara ilmu sosial dan ilmu alam, yakni aturan. Aturan adalah pakem yang mengatur dunia sehingga tindakan nyeleneh atau tidak dapat dijelaskan secara logis merupakan hal yang tidak patut.