Teknik Pengukuran Dan Penghitungan Pertumbuhan Vegetatif Lada Perdu Di Bawah Tegakan Kelapa

Embed Size (px)

Citation preview

  • 34 Buletin Teknik Pertanian Vol. 8. Nomor 1, 2003

    Budi daya lada di Indonesia umumnya dilakukan secaramonokultur dan sebagian besar diusahakan dalambentuk perkebunan rakyat. Padahal, usaha tani lada memilikirisiko yang relatif lebih tinggi daripada usaha tani tanamantahunan lainnya, baik risiko ekonomi maupun risiko alam.Salah satu cara untuk menekan risiko adalah penerapan polatanam polikultur, antara lain dengan tanaman kelapa.

    Penanaman lada di bawah tegakan kelapa dapatdilakukan karena lada tergolong tanaman yang adaptif dibawah naungan sehingga dapat tumbuh dengan baik dibawah intensitas radiasi surya 50-75% (Dhalimi, 1996).Diversifikasi usaha tani dengan dasar kelapa sangatmemungkinkan ditinjau dari lahan yang tersedia. Sekitar 80%lahan di antara pertanaman kelapa dapat dimanfaatkan untuktanaman lain (Randriani, 1999).

    Areal pertanaman kelapa di Indonesia mencapai 3,50juta hektar, terdiri atas 55% sebagai pertanaman tunggal ataumonokultur dan 45% ditanam di halaman rumah ataucampuran dengan tanaman lain (Kaat dan Darwis, 1986). Olehkarena itu, pengusahaan tanaman kelapa masih berpeluanguntuk dikembangkan dengan berbagai tanaman sela, diantaranya lada. Menurut Dhalimi (1996), pertumbuhan ladaperdu di bawah kelapa cukup baik dan dapat berbunga sejakumur 5 bulan. Selain itu, lada perdu di bawah kelapa toleranterhadap tekanan kekeringan dibanding lada perdumonokultur.

    Pertumbuhan tanaman lada diperkirakan akan dipe-ngaruhi oleh naungan kelapa, dengan karakteristik setiapkultivar kelapa berbeda satu sama lain. Tulisan ini bertujuanuntuk memberikan informasi mengenai pertumbuhan ladaperdu yang ditanam di bawah kelapa hibrida dan genjah.

    BAHAN DAN METODE

    Pengamatan dan pengukuran pertumbuhan lada perdudilaksanakan di Instalasi Penelitian Pakuwon, Sukabumi,Jawa Barat, sejak bulan September 1996. Lada ditanam di

    bawah dua kultivar kelapa yaitu kelapa hibrida dan kelapagenjah. Masing-masing kultivar ditanam dengan jarak tanam8,5 m x 8,5 m dan 7 m x 7 m. Intensitas cahaya di bawah tajukkelapa hibrida dan genjah masing-masing adalah 35% dan55% (Saefudin dan Randriani, 2000).

    Bahan yang digunakan adalah setek cabang buah ladavarietas Natar 1 yang berumur 6 bulan, pupuk kandang, urea,SP-36, KCl, dan kieserit. Untuk mencegah hama dan penyakitdigunakan Furadan 3 G dan Dithane M-45. Alat yangdigunakan adalah cangkul, garpu, pisau, meteran, dan alattulis. Lada perdu ditanam 2 m dari pohon kelapa dengan jaraktanam 1 m x 1,50 m , masing-masing terdiri atas tiga petak dibawah kelapa hibrida dan tiga petak di bawah kelapa genjah.Masing-masing petak terdiri atas 12 tanaman sehinggajumlah seluruhnya adalah 108 tanaman lada perdu.

    Pengolahan Tanah dan Pembuatan Lubang Tanam

    Tanah dicangkul dan digemburkan sedalam 30 cm kemudiandibuat lubang tanam dengan ukuran 40 cm x 40 cm x 40 cm.Tanah lapisan atas dan lapisan bawah dipisahkan. Tanahlapisan atas dicampur dengan pupuk kandang 5-10 kg/lubang, kemudian dimasukkan ke dalam lubang tanam. Untuktanah masam ditambahkan kapur atau dolomit 0,50 kg/lubanguntuk menetralisir keasaman. Selanjutnya, lubang ditutupdengan tanah dan di atasnya dibuat guludan setinggi 20cm, dan dibiarkan 3-4 minggu. Guludan yang susut karenatertimpa hujan diperbaiki.

    Penanaman

    Bibit lada perdu dimasukkan ke dalam lubang tanam yangtelah diberi Furadan 3G dengan takaran 30 g/lubang untukmenghindari gangguan rayap. Tanah dalam kantong plastikdiusahakan tidak pecah. Bibit lada dimasukkan satu ruas kedalam tanah dan satu ruas lagi berada di permukaan tanah.Areal di sekitar kebun dilengkapi dengan saluran pem-buangan air agar tidak tergenang. Hal ini bertujuan untukmenghindari serangan penyakit, karena sistem perakaran ladarelatif dangkal dan tajuk yang rimbun akan menyentuhpermukaan tanah.

    TEKNIK PENGUKURAN DAN PENGHITUNGAN PERTUMBUHAN VEGETATIFLADA PERDU DI BAWAH TEGAKAN KELAPA

    Endang Rojudin1 dan Asep Haris Slamet2

    1Ajun Teknisi Litkayasa Madya, 2Asisten Teknisi Litkayasa Madyapada Loka Penelitian Tanaman Sela Perkebunan, Jln. Raya Pakuwonkm 2, Parungkuda, Sukabumi 43357, Te1p. (0266) 531241, Faks.(0266) 533232

  • Buletin Teknik Pertanian Vol. 8. Nomor 1, 2003 35

    Pemeliharaan

    Pemeliharaan tanaman meliputi penyiangan, pemupukan,pemberian mulsa, pembuatan para-para, perompesan bunga,serta pengendalian hama dan penyakit. Penyiangan gulmadilakukan hanya di sekitar batang tanaman (sekitar tajuktanaman). Gulma dibersihkan secara mekanis dengan tetapmemperhatikan kondisi tanah sehingga tidak terjadi erosi danuntuk membantu pengendalian hama dan penyakit.Penyiangan dilakukan satu bulan sekali sambil tanah disekitar perakaran digemburkan dan dibuat guludan. Denganadanya penggemburan tanah diharapkan bisa terjadi aerasi/penyediaan oksigen yang penting untuk pernapasan akartanaman.

    Penggunaan bahan penutup tanah penting dilakukanuntuk menambah bahan organik, menekan pertumbuhangulma, memperbaiki struktur tanah, serta menekan fluktuasikelembapan dan suhu tanah, karena tanaman lada memilikiperakaran yang dangkal. Mulsa dihamparkan setebal 10cm di sekitar tanaman sejauh 10-20 cm dari batang pokok.Sebagai bahan mulsa dapat digunakan jerami, semak belukaratau alang-alang. Pemberian mulsa dilakukan pada musimkemarau.

    Pupuk kandang diberikan dengan takaran 5-10 kg/pohon. Takaran pupuk anorganik untuk tahun pertamaadalah urea 50 g, SP-36 100 g, KCl 200 g, dan kieserit 20 g, danuntuk tahun kedua adalah urea 100 g, SP-36 150 g, KCl 200g, dan kieserit 50 g. Pupuk diberikan pada musim hujandengan cara melingkar, dan untuk tanaman muda dengancara tugal atau larikan. Pupuk diberikan 5-10 cm dari pangkalbatang.

    Para-para dibuat dari bambu, berbentuk segi empatdengan ukuran 50 cm x 50 cm x 50 cm. Pembuatan para-paradimaksudkan untuk menopang mahkota daun. Pada tanamanyang terlalu rimbun, cabang cenderung sampai ke permukaantanah sehingga kelembapan udara cukup tinggi. Kondisiyang demikian menyebabkan tanaman mudah terserangpenyakit busuk pangkal batang.

    Pembuangan bunga dilakukan sejak tanaman ladaberumur 5 bulan sampai 10 bulan. Setiap bunga yang munculdibuang untuk mempercepat pertumbuhan vegetatif tanam-an lada.

    Pengendalian hama dilakukan dengan cara mekanismaupun kimia. Pengendalian secara mekanis yaitu denganjalan membuang/memangkas bagian tanaman yang terinfeksihama, sedangkan dengan cara kimiawi dengan mengguna-kan insektisida. Karbofuramida 5 g/pohon diberikan 2-3 kalisetahun dengan cara ditabur di bawah mahkota daun.

    Azodrin 15 WSC dengan dosis 5 cc/liter air, diberikan setiapbulan dengan cara disemprotkan pada tanaman.

    Pengendalian penyakit dapat dilakukan dengan carakultur teknis maupun kimia. Cara kultur teknis mencakuppengendalian gulma, perbaikan drainase, dan pemangkasansulur panjat secara tepat waktu. Tindakan kimiawi yaitudengan cara penyemprotan fungisida kontak, sepertiMancozeb 80% dengan dosis 3 g/liter air, dilakukan padaawal musim hujan dengan interval satu bulan satu kali.

    Teknik Pengamatan

    Parameter yang diukur adalah panjang cabang primer, jumlahcabang primer, jumlah cabang sekunder, dan jumlah daun.Pengamatan dan pengukuran dilakukan pada saat tanamanberumur 6 bulan, 12 bulan, dan 18 bulan setelah tanam.Jumlah sampel masing-masing perlakuan adalah 12 tanamanuntuk lada di bawah kelapa hibrida dan genjah yang dipilihsecara acak. Pengamatan dilakukan dengan cara sebagaiberikut:

    1. Jumlah cabang primer: dihitung semua cabang yangtumbuh langsung dari batang utama.

    2. Jumlah cabang sekunder: dihitung jumlah cabangsekunder yang terdapat pada cabang primer yang telahditentukan sebelumnya.

    3. Jumlah daun: dihitung jumlah seluruh daun pada setiappohon lada yang diamati.

    4. Panjang cabang primer: ditentukan satu cabang primercontoh, kemudian diukur panjangnya dari pangkalsampai ujung cabang.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pertumbuhan jumlahcabang primer dan cabang sekunder lada perdu di bawahnaungan kelapa hibrida dan genjah tidak memperlihatkanperbedaan baik pada umur 6 bulan, 12 bulan maupun 18 bulansetelah tanam. Namun, pertumbuhan jumlah daun me-nunjukkan adanya perbedaan terutama pada umur 12 dan 18bulan (Tabel 1). Pada umur 6 bulan, jumlah daun lada perduyang ditanam di bawah naungan kelapa genjah lebih rendahdibandingkan dengan yang ditanam di bawah kelapa hibrida,tetapi pada umur 12 dan 18 bulan, jumlah daun jauh lebihbanyak. Perbedaan ini mungkin disebabkan intensitascahaya matahari yang diterima lada perdu di bawah naungankelapa genjah lebih besar (55%) dibanding yang di bawahnaungan kelapa hibrida (35%). Cahaya matahari penting

  • 36 Buletin Teknik Pertanian Vol. 8. Nomor 1, 2003

    Tabel 1. Parameter pertumbuhan lada perdu pada umur 6, 12, dan 18 bulan yang ditanam di bawah kelapa hibrida dan genjah

    PenanamanJumlah cabang primer Jumlah cabang sekunder Jumlah daun Panjang cabang primer

    lada perdupada umur pada umur pada umur (cm) pada umur

    6 bulan 12 bulan 18 bulan 6 bulan 12 bulan 18 bulan 6 bulan 12 bulan 18 bulan 6 bulan 12 bulan 18 bulan

    Di bawah naungan 2 , 1 3 2 , 5 5 4 , 3 3 2 , 1 0 2 , 4 4 12 ,41 10 ,10 19 ,05 84 ,50 26 ,01 34 ,86 71 ,83kelapa hibrida

    Di bawah naungan 1 , 8 5 2 , 8 0 3 , 9 1 1 , 8 8 4 , 3 3 13 ,91 5 , 2 5 60 ,17 97 ,91 20 ,43 41 ,90 53 ,25kelapa genjah

    untuk pertumbuhan tanaman karena menurut Dwidjoseputro(1981), cahaya matahari merupakan salah satu faktor yangdibutuhkan tanaman dalam proses fotosintesis.

    Panjang cabang primer lada perdu yang ditanam dibawah naungan kelapa hibrida jauh lebih panjang, terutamapada umur 18 bulan yaitu 71,83 cm, dibanding yang ditanamdi bawah naungan kelapa genjah yang hanya 53,25 cm.Perbedaan tersebut mungkin diakibatkan oleh perbedaanintensitas cahaya matahari yang masuk di bawah tajukkelapa. Lada perdu yang ditanam di bawah naungan kelapahibrida mendapat intensitas cahaya matahari 35%,sedangkan yang di bawah naungan kelapa genjah 55%.Tanaman yang kurang mendapat intensitas cahaya matahariakan berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai cahayayang dibutuhkan, sehingga pertumbuhan cabang primernyalebih panjang. Hal serupa dilaporkan oleh Wardiana et al.(1997), bahwa tanaman kacang tanah yang mendapatintensitas cahaya matahari yang lebih rendah karena ditanamdi bawah kelapa, mempunyai habitus tanaman yang lebihtinggi tetapi berat keringnya lebih rendah dibandingtanaman monokultur. Namun demikian, yang penting justrubukan pertumbuhan cabang primer saja, melainkan semuakomponen pertumbuhan harus baik. Sebagai contoh adalahpertumbuhan jumlah daun yang merupakan tempat prosesfotosintesis yang akan berpengaruh terhadap produksitanaman.

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Jumlah cabang primer dan jumlah cabang sekunder ladaperdu yang ditanam di bawah naungan kelapa hibrida tidakberbeda dengan yang ditanam di bawah naungan kelapa

    genjah. Namun, jumlah daun lada perdu yang ditanam dibawah naungan kelapa hibrida lebih rendah daripada yangditanam di bawah naungan kelapa genjah, dan sebaliknyauntuk pertumbuhan panjang cabang primer. Untukmendapatkan informasi yang lebih lengkap, penelitian perludilanjutkan sampai tingkat produksi buah lada perdu.

    DAFTAR PUSTAKA

    Dhalimi, A. 1996. Pola tanam lada. Monograf Tanaman Lada. BalaiPenelitian Tanaman Rempah dan Obat, Bogor. hlm. 7.684.

    Dwidjoseputro. 1981. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PTGramedia, Jakarta.

    Kaat, H. dan S.N. Darwis. 1986. Pengaruh tanaman sela terhadapproduksi kelapa. Jurnal Penelitian Kelapa 1 (1). hlm. 6.

    Randriani, E. 1999. Peluang budi daya lada perdu di antara kelapa.Makalah Ilmiah pada Kunjungan Peserta Pelatihan PetugasUnit Penelitian pada Perusahaan Perkebunan. LokaPenelitian Pola tanam Kelapa Pakuwon, 1 April 1999. 11 hlm.

    Saefudin dan Randriani. 2000. Pengaruh naungan kelapa terhadapproduksi pisang nangka. Habitat 11 (110): 23-29.

    Wardiana, E., D. Pranowo, G. Indriati, Rusli, Saefudin, Henkie T.Luntungan, dan Z. Mahmud. 1997. Penggunaan air pola tanamkelapa dengan tanaman sela campuran. Laporan SelesainyaDIP TA. 1996/1997. Bagian Proyek Penelitian Kelapa danPalma Pakuwon: 39-56.