23
TEKNIK PEWARNAAN BAKTERI TAHAN ASAM (BTA) DARI SPUTUM PENDERITA TBC MELALUI METODE ZIEHL NEELSEN Oleh : Nama : Rima Ramadhania NIM : B1J012106 Kelompok : 1 Rombongan : II Asisten : Kuntum Khairu Ummah LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS BIOLOGI

Teknik Pewarnaan Bakteri Tahan Asam

Embed Size (px)

DESCRIPTION

bakteri tahan asam

Citation preview

Page 1: Teknik Pewarnaan Bakteri Tahan Asam

TEKNIK PEWARNAAN BAKTERI TAHAN ASAM (BTA) DARI SPUTUM PENDERITA TBC MELALUI METODE ZIEHL NEELSEN

Oleh :

Nama : Rima RamadhaniaNIM : B1J012106Kelompok : 1Rombongan : IIAsisten : Kuntum Khairu Ummah

LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGIUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS BIOLOGIPURWOKERTO

2014

Page 2: Teknik Pewarnaan Bakteri Tahan Asam

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Batuk adalah refleks pertahanan yang timbul akibat iritasi trakeobronkial.

Kemampuan untuk batuk merupakan mekanisme membersihkan saluran nafas bagian

bawah. Batuk juga merupakan reaksi pertahanan tubuh yang dapat melindungi paru-paru.

Gejala ini perlu diwaspadai, apabila berlangsung lebih dari dua minggu. Batuk ≥ 2 minggu

merupakan gejala utama dari penyakit Tuberkulosis paru yang disertai dengan batuk dahak.

Adapun gejala yang menyertai lainnya adalah penurunan berat badan. Tuberkulosis paru

adalah penyakit menular akut maupun kronis yang terutama menyerang paru. Tuberkulosis

paru disebabkan oleh bakteri gram positif (Mycobacterium tuberculosis). Mycobacterium

tuberkulosis dapat menular dari individu satu ke individu lainnya melalui percikan droplet

yang terbawa oleh udara, seperti batuk, dahak atau percikan ludah. Pemeriksaan

mikroskopis BTA dari sputum memegang peranan dalam mendiagnosis awal dan

pemantauan pengobatan Tuberkulosi paru. Rangkaian kegiatan yang baik diperlukan untuk

mendapatkan hasil yang akurat, mulai dari cara pengumpulan sputum, pemilihan bahan

sputum yang akan diperiksa dan pengolahan sediaan dibawah mikroskop (Susanti et al.,

2013).

TBC paru masih merupakan masalah besar diseluruh dunia, terutama di negara-

negara yang sedang berkembang. Karena besarnya angka kematian akibat TBC, maka

penanganan diagnosis dan perawatan menjadi sangat penting. Pemeriksaan mikroskopik

bakteriologi masih merupakan cara rutin yang digunakan, yaitu dengan menemukan Bakteri

Tahan Asam (BTA) untuk menegakkan diagnosis penderita TBC paru. Banyak hal yang

memepengaruhi ditemukannya BTA dalam pemeriksaan hapusan langsung antara lain

keadaan bahan yang diambil, jumlah atau konsentrasi kuman dan luas lesi di paru, dan cara

pemeriksaan. Untuk mendapatkan hasil positif BTA dalam sputum, maka didalam sediaan

tersebut harus terkandung 5.000 kuman setiap 1 mL bahan. Banyak Pemeriksaan biologi

yang telah diperkenalkan, tetapi pemeriksaan melalui kultur merupakan standar emasnya.

Pemeriksaan lain seperti Kinyoun Gabbet, fluoresensi dan lainnya yang mempunya

keunggulannya masing-masing. Kinyoun Gabbet lebih praktis karena hanya memerluka

waktu 4,5 menit dan 4 langkah. Pemeriksaan fluorosensi dapat memeriksa 15 kali sediaan

dalam waktu yang sama dan memperoleh hasil positif lebih tinggi dibandingkan cara

konvensional. Pemeriksaan ICT TB dapat dikerjakan cepat, namun memerlukan biaya mahal,

Page 3: Teknik Pewarnaan Bakteri Tahan Asam

tenaga profesional, dan sering dijumpai reaksi silang. Pemeriksaan Phage Tek MB cepat

pengerjaannya, efektif dalam biaya dan mudah dalam pengerjaannya (Prayitno et al., 2005).

Banyak upaya yang telah dilakukan baik oleh pemerintah maupun oleh pihak swasta

untuk penanggulangan penyakit ini, diantaranya pemberantasan TB paru melalui lintas

sektoral dan lintas program, akan tetapi penularan penyakit masih terus berlanjut dan tidak

diketahui kapan penyakit ini dapat diberantas. Kuman tuberkulosis dengan ukurannya yang

kecil 1-4 milli mikron dengan lebar tubuh 0,2-0,6 mili mikron mudah masuk ke paru secara

inhalasi udara melalui sistem pernafasan, melalui hidung, pangkal tenggorok (laring),

batang tenggorok (trahea) dan ke paru melalui percabangan bronkus dan bronkiolus hingga

ke alveolus, bakteri akan menetap secara dorman (diam) di jaringan alveolus, karena

banyak mengandung oksigen sebagai bahan dalam perkembangbiakan bakteri. Dan sebagai

akibatnya bila bakteri tuberkulosis menimbun di paru maka penderita reflek untuk batuk,

dan menyebabkan bakteri tuberkulosis tersemprot keluar dari mulut. Hal inilah yang

menyebabkan penyebaran bakteri tuberkulosis tidak dapat dihindarkan (Girsang et al.,

2003).

Sejarah TB berubah secara dramatis setelah pengenalan obat pertama anti

mikrobial. Setelah antibiotik pertama di perkenalkan pada tahun 1944, resitensi muncul

terutama karena penggunaan streptomisin sebagai monotherapi. Dengan ditemukannya

beberapa obat lain yang anti TB terapi banyak obat menjadi dasar pengendalian penyakit

dengan menggangu mata rantai penularan (Silva and Palomino, 2011). Tuberculosis

berkembang pesat pada negara berkembang, TB yang resisten terhadap obat menjadi

meningkat dan menjadi perhatian banyak orang beberapa tahun belakangan dan mencari

jalan keluar untuk mengendalikannya. Pengobatan TB yang terlalu lama hampir memakan

waktu 6 bulan bisa gagal karena TB menjadi lebih resisten terhadap obat yang dikonsumsi

oleh penderita. Oleh karena itu harus ada pengembanagn obat baru yang bisa melawan zat

aktif dari TB melainkan dapat mengurangi waktu terapi pengobatan (Zhang et al., 2003).

Tuberculosis (TB) merupakan masalah besar kesehatan dimana 10 ribu kasus baru

berkembang setiap tahunnya yang menyebabkan kematian lebih dari 2 ribu orang.

Bagaimanapun dari 2 juta orang yang terinfeksi Mycobacterium tuberculosis hanya 5-10%

yang mengalami TB simptomatic. Hal ini mengindikasikan bahwa sedikit orang yang

menunjukan keefektifan respon imun terhadap MTB. Insisasirespon imun inate untuk

memulai mengenali bentuk struktur mikroba yang disebut asosiasi bentuk molekular

patogen (PAMPs). Pengenalan PAMPs dilakukan oleh germ-line reseptor pengkode sel-sel

Page 4: Teknik Pewarnaan Bakteri Tahan Asam

kekebalan. Setelah inhalasi aerosol yang terinfeksi M. Tuberculose akan masuk kedalam

paru-paru inang dan akan dicegah oleh mikrofag alveolar. Mycobacteria yang lolos dapat

berkembang biak dan menggangu makrofag. Setelah kemokin dilepaskan, menarik monosit

dan sel-sel inflamasi lain ke dalam paru-paru. Inflamasi monosit akan membedakan

intomakrofag yang akan memakan dan menghancurkan Mycobacteria. Dalam tahap infeksi,

mycobacteri tumbuh logaritmikdan makrofag dalam darah menumpuk. Setelah infeksi 2-3

minggu, sel T berkembang dan limfosit T antigen spesifik tiba (Kleinnijenhuis et al., 2011).

Page 5: Teknik Pewarnaan Bakteri Tahan Asam

B. Tujuan

Tujuan praktikum ini adalah melakukan teknik pewarnaan Ziehl Neelsen dan

mengetahui karakteristik dari Bakteri Tahan Asam (BTA) dari sputum.

Page 6: Teknik Pewarnaan Bakteri Tahan Asam

II. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah spitrus, lidi, object glass, pipet

tetes, pinset, sarung tangan, masker, dan mikroskop.

Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah carbol fuchsin, alkohol

asam 3%, methilen blue, sputum dan minyak imersi.

B. Metode

Teknik pewarnaan Ziehl Neelsen Bakteri Tahan Asam (BTA)

1. Sputum bakteri tuberkulosis diulas pada object glass dengan bantuan lidi.

2. Apusan dibanjiri dengan carbol fuchsin 0,3%.

3. Apusan dipanaskan diatas api sampai keluar asap tetapi tidak sampai mendidih

atau kering selama 5 menit dan didinginkan selama 10 menit.

4. Object glass dicuci kering anginkan (CKA).

5. Asam alkohol 3% ditambahkan dengan pipet tetes, ditunggu selama 2 samapi 4

menit.

6. Object glass dicuci kering anginkan (CKA) selama 1 sampai 3 menit.

7. Apusan ditetesi dengan methilene blue selama 1 menit.

8. Object glass dicuci kering anginkan (CKA).

9. Object glass diamati dibawah mikroskop dengan objektif minyak imersi.

10. Interpretasi hasil pengamatan.

Page 7: Teknik Pewarnaan Bakteri Tahan Asam

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 1. Hasil Pengamatan Bakteri Tahan Asam Rombongan 2

Kelompok Hasil

1 -

2 +++

3 -

4 -

5 -

6 -

7 -

Keterangan:

Negatif (-) : tidak ditemukan BTA dalam 100 Lp.

Positif : ditemukan 1-9 BTA dalam 100 Lp.

Positif (+) : ditemukan 10-99 BTA dalam 100 Lp.

Positif (++) : ditemukan 1-10 BTA dalam 1 Lp.

Positif (+++) : ditemukan ˃ 10 BTA dalam 1 Lp.

Hasil Pewarnaan BTA negatif (-) Kontrol Pewarnaan BTA Positif (+)

Page 8: Teknik Pewarnaan Bakteri Tahan Asam

B. Pembahasan

Bakteri tahan asam adalah jenis bakteri yang tidak dapat diwarnai dengan

pewarnaan abilin biasa kecuali dengan menggunakan fenol dan dengan pemanasan. Bakteri

ini memiliki dinding sel berlilin karena mengandung sejumlah besar materi lipoidal oleh

karena itu bakteri ini hanya dapat diwarnai dengan pewarnaan BTA (Acid-Fast Stain).

Dinding sel hidrofobik dan impermeabel terhadap pewarnaan dan bahan kimia lain pada

cairan atau larutan encer. Ketika proses perwarnaan, bakteri tahan asam ini melawan

dekolorisasi dengan asam sehingga bakteri tersebut bakteri tahan asam (Ball, 1997). Contoh

dari bakteri tahan asam yaitu dari genus Mycobacterium. Bakteri ini memiliki sejumlah

besar zat lipoidal (berlemak) di dalam dinding selnya sehingga menyebabkan dinding sel

tersebut relatif tidak permeabel terhadap zat-zat warna yang umum sehingga sel-sel bakteri

tersebut tidak terwarnai oleh metode pewarnaan biasa, seperti pewarnaan sederhana atau

pewarnaan gram (Dwijoseputro, 1989).

Mycobacterium tuberculosis termasuk gram positif, berbentuk panjang atau

pendek, tidak berspora, tidak berkapsul, pertumbuhan sangat lambat (2-8 minggu), suhu

optimal 37-38˚C yang merupakan suhu normal manusi. Pertumbuhannya membutuhkan

tambahan makanan seperti darah, egg yolk, serum dan bahan kimia tertentu. Dalam

jaringan, basil tuberkel adalah bakteri batang lurus dengan ukuran sekitar 0,4-3 µm. Pada

media buatan, bentuk kokoid dan filamentous tampak bervariasi dari satu spesies ke

spesies lain. Segera setelah diwarnai dengan pencelupan dasar mereka tidak dapat

didekolorisasi oleh olkahol, tanpa memperhatikan pengobatan dengan iodine. Basil

tuberkel secara umum dapat diwarnai dengan pewarnaan Ziehl-Nelsen. Media untuk

membiakan mycobakteria adalah media nonselektif dan media slektif. Media selektif berisi

antibiotik untuk mencegah pertumbuhan kontaminan bakteri dan fungi yang berlebihan.

Ada tiga formulasi umum yang dapat digunakan untuk kedua media nonselektif dan selektif,

yaitu media semisintetik (middlebrook 7H10 dan 7H11), media telur inspisasi (Lowenstein-

jensen), media kaldu (broth media) (Jawetz et al., 2001).

Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang langsing, lurus atau berbentuk

filament. Bakteri ini bersifat aerobik, tidak membentuk spora, non motil, tahan asam, dan

merupakan bakteri gram positif. Namun, sekali mycobacterium diberi warna oleh

pewarnaan gram, maka warna tersebut tidak dapat dihilangkan dengan asam. Oleh karena

itu, maka mycobacteria disebut sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Beberapa mikroorganisme

lain yang juga memiliki sifat tahan asam, yaitu spesies Nocardia, Rhodococcus, Legionella,

Page 9: Teknik Pewarnaan Bakteri Tahan Asam

Micdadei dan protozoa Isospora dan Cryptosporidium. Pada dinding sel mycobacteria,

lemak berhubungan dengan arabinogalaktan dan peptidoglikan di bawahnya. Struktur ini

menurunkan permeabilitas dinding sel, sehingga mengurangi efektivitas dari antibiotik.

Lipoarabinomannan adalah suatu molekul lain dalam dinding sel mycobacteria, berperan

dalam interaksi antara inang dan patogan, menjadikan M. Tuberculosis dapat bertahan

hidup di dalam makrofaga. Mycobacteria dapat tumbuh lebih cepat pada pH 6 dan 8

dengan pH optimum sekitar 6,5-6,8 untuk tipe patogen. Sel mycobacteria terdiri dari tiga

lapisan penting yaitu lipid, protein, dan polisakarida (Thomas, 1999).

Metode pewarnaan Ziehl Neelsen. Larutan carbol fuchsin 0,3% dituang pada

seluruh permukaan sediaan, kemudian dipanaskan diatas nyala api sampai keluar asap

tetapi tidak sampai mendidih atau kering selama 5 menit. Sediaan kemudian dibiarkan

dingin selama 5-7 menit. Lalu kelebihan zat warna dibuang dan dicuci dengan air yang

mengalir perlahan. Setelah itu,larutan asam alkohol 3% (hydrochloric acid-etanol) dituang

pada sediaan dan dibiarkan 2-4 menit kemudian dicuci dengan air mengalir selama 1-3

menit., kelebihan larutan dibuang. Larutan methylene blue 0,1% dituang sampai menutup

seluruh permukaan, dibiarkan 1 menit lalu dibuang dan dicuci dengan air mengalir

(Karuniawati et al., 2005).

Pewarnaan Ziehl Neelsen atau pewarnaan tahan asam memilahkan kelompok

mycobacterium dan Nocandia dengan bakteri lainnya. Kelompok bakteri ini disebut bakteri

tahan asam karena dapat mempertahankan zat warna pertama carbol fuchsin, sewaktu

dicuci dengan larutan pemucat alkohol asam. Larutan asam terlihat berwarna merah,

sebaliknya pada bakteri yang tidak tahan asam karena larutan pemucat alkohol asam akan

melakukan reaksi dengan carbol fuchsin dengan cepat, sehingga sel bakteri tidak berwarna

(Lay, 1994). Mewarnai bakteri yang tahan terhadap asam digunakan cara pewarnaan Ziehl

Neelsen terdapat beberapa perlakuan dan zat kimia yang diberikan. Tujuan pemberian

carbol fuchsin 0,3% adalah untuk mewarnai seluruh sel bakteri. Tujuan pemberian alkohol

asam 3% adalah meluruhkan warna dari carbol fuchsin, tetapi pada golongan BTA tidak

terpengaruh pemberian alkohol asam 3% karena memiliki lapisan lipid yang sangat tebal

sehingga alkohol sukar menembus dinding sel bakteri tersebut dan warna merah akibat

pemberian carbol fuchsin tidak hilang. Tujuan pemberian methylen blue adalah memberi

warna background. Perlakuan fiksasi bertujuan untuk mematikan bakteri tetapi tidak

mengubah struktur bakteri (Pelczar dan Chan, 1986).

Page 10: Teknik Pewarnaan Bakteri Tahan Asam

Menurut Jutono et al., (1980) larutan kimia yang digunakan pada pewarnaan Ziehl

Neelsen adalah alkohol asam 3% yang digunakan sebagai peluntur, carbol fuchsin 0,3%

mempunyai fungsi membuka lapisan lilin agar menjadi lunak sehingga cat dapat menembus

masuk ke dalam sel bakteri Mycobacterium tuberculose, methylen blue berfungsi sebagai

cat lawan dan memberikan warna background sehingga bakteri tuberkulosis akan tetap

berwarna merah dengan latar belakang biru atau hijau. Dinding bakteri yang tahan asam

mempunyai lilin dan lemak yang sukar ditembus cat. Oleh karena itu pengaruh fenol dan

pemanasan maka lapisan lilin dan lemak itu dapat ditembus cat dasar fuchsin. Pada waktu

pencucian lapisan lilin dan lemak yang terbuka akan merapat kembali. Pada pencucian

dengan asam alkohol warna fuchsin tidak terlepas. Sedangkan pada bakteri tidak tahan

asam akan luntur dan mengambil warna biru dari methylen blue (Karuniawati et al., 2005).

Tiga macam metode pewarnaan BTA yaitu Tan Thiam Hok, Ziehl Neelsen, dan

Fluorokrom. Metode pewarnaan diawali dengan pengumpulan dahak dalam pot dahak yang

bermulut besar dengan tutup berulir, tidak mudah pecah dan tidak bocor. Selanjutnya

dibuat sediaan, sediaan yang tidak segera diwarnai, disimpan dalam kotak penyimpanan

preparat pada suhu kamar. Pewarnaan Tan Thiam Hok. Larutan Konyoun fuchsin basis 4g,

fenol 8ml, alkohol 95% 20ml, H₂O destilata (100ml) dituang pada permukaan sediaan,

dibiarkan selama 3 menit, kemudian kelebihan zat warna dibuang dan dicuci dengan air

yang mengalir perlahan. Selanjutnya larutan Gabbet (Methylene blue 1g, H₂SO₄ 96% 20ml,

alkohol absolut 30ml, H₂O destilata 50ml) dituang pada permukaan sediaan, dibiarkan 1

menit kemudian kelebihan zat warna dibuang dan dicuci dengan air yang mengalir

perlahan, kemudian sediaan dikeringkan diudara. Pewarnaan Fluorokrom (Auramine O).

Sediaan direndam didalam larutan Auramine (Merck), dibiarkan selama 15 menit kemudian

dicuci dengan air bebas klorin atau H₂O destilata dan dikeringkan. Sediaan lalu direndam

didalam asam alkohol, dibiarkan selama 2 menit, dicuci dengan H₂O destilata dan

dikeringkan. Setelah itu sediaan direndam dalam potasium permanganat 0,5%, dibiarkan

selama 2 menit, dicuci dengan H₂O destilata dan dikeringkan di udara (Karuniawati et al.,

2005).

Berbagai metode diagnosis cepat tuberkulosis telah dikembangkan, diantaranya

dengan menggunakan BACTEC, serologi, hibridisasi asam nukleat, dan PCR. Metode-metode

tersebut selain cepat juga mempunyai sensitifitas dan spesifitas yang cukup tinggi, tetapi

memerlukan biaya yang tidak sedikit serta sulit aplikasinya di negara yang sedang

berkembang karena diperlukan biaya yang besar dan peralatan khusus. Pewarnaan BTA

Page 11: Teknik Pewarnaan Bakteri Tahan Asam

pada spesimen merupakan metode diagnosis yang paling murah, cepat, mudah dalam

pengerjaannya serta dapat dikerjakan di laboratorium sederhana yang memiliki mikroskop.

Dalam strategi DOTS (Direct Observed Treatmen Shortcourse chemotherapy) yang

direkomendasikan WHO dan telah dilakukan di indonesia digunakan cara pewarnaan BTA

Ziehl Neelsen untuk penentuan dimulainya Pengobatan Obat Anti Tuberkulosis (OAT).

Sensitivitas pewarnaan Tan Thiam Hok, Ziehl Neelsen dan fluorokrom berturut-turut adalah

62,9%, 81,5%, 92,6%; sedangkan nilai spesifitasnya adalah 92,9%, 91,6% dan 91,1%.

Pewarnaan dengan metode Ziehl Neelsen mempunyai sensitifitas yang tidak setinggi

spesifitasnya. Pada pewarnaan fluorokrom, bakteri terwarnai sangat kontras dibandingkan

latar belakangnya. Hal ini dapat memepercepat waktu pengamatan dibawah mikroskop dan

bermanfaat pada laboratorium dengan jumlah sampel banyak. Pewarnaan ini juga memiliki

sensitifitas dan spesifitas yang tinggi dibandingkan 2 pewarnaan yang lainnya, namun

memiliki kekurangan karena tidak mudah dalam penanganan dan biayanya yang tinggi

dalam penyediaan mikroskop fluoresens. Dari ketiga metode pewarnaan, Ziehl Neelsen

mempunyai nilai prediksi positif yang tertinggi, meskipun tidak berbeda jauh dibanding

metode yang lain selain itu merupakan metode yang cukup sederhana dan memberikan

sensitivitas dan spesifisitas yang cukup tinggi (Kurniawati et al., 2005).

Basil tuberkulosis menginfeksi seseorang melalui pernafasan atau terkadang

melalui mulut berupa makanan yang berasal dari hewan-hewan sakit. Sedangkan daya

penularan dari seseorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang terdapat dalam

paru penderita, penyebaran dari kuman-kuman tersebut dalam udara, serta banyaknya

kuman yang dikeluarkan bersama dahak berupa droplet dan berada diudara sekitar

penderita. Droplet ini akan mengering dengan cepat dan keadaan ini dapat tetap bertahan

diudara untuk beberapa jam. Droplet ini masuk kedalam jaringan paru melalui saluran nafas

sampai alveoli, dan terjadilah infeksi primer. Kuman tuberkolisis mempunyai kemampuan

berkembang biak didalam sel yang menyebabkan terjadinya nekrosis perkejuan dibagian

tengah dari granuloma. Jika host dalam keadaan sehat maka proses penyakit akan diakhiri

dengan pembentukan kapsul disekitar lesi oleh elemen limfosit dan fibroblast. Jika host

dalam keadaan kurang baik maka tuberkel akan tumbuh dan berkembang ke jaringan

disekitarnya termasuk saluran limfe, pembuluh darah dan bronki, sehingga terjadi

tuberkulosis milier yang jauh dari lesi primer. Lesi primer adalah daerah terbatas tempat

masuknya kuman ke dala jaringan untuk pertama kalinya bersama nodus limfe regional.

Pada TB paru primer peradangan terjadi sebelumtubuh mempunyai kekebalan spesifik

Page 12: Teknik Pewarnaan Bakteri Tahan Asam

terhadap M. Tuberculosis. Tuberculosis post primer (reinfeksi) terjadi apabila peradangan

jaringan paru oleh karena penularan ulang, baik secara endogen maupun eksogen,

kemudian di dalam tubuh terbentuk kekebalan spesifik terhadap kuman tuberkulosis

tersebut. Dikenal dua golongan tuberkulosis pasca primer yaitu tuberkulosis sekunder yang

berjalan akut dengan manifestasi alergi yang lebih berat dan tuberkulosis tertier yang

berjalan kronik dan produktif. Dua lesi utama yaitu tipe eksudatif yang terdiri dari reaksi

peradangan akut, dengan cairan oedema. Lesi ini mirip pneumonia bakterial. Dapat sembuh

dengan resolusi, sehingga seluruh eksudat di absorpsi atau dapat mengakibatkan nekrosis

masif dari jaringan yang berkembang menjadi lesi tipe produktif. Tipe produktif bila

berkembang maksimal, suatu granuloma menahun akan terdiri dari 3 daerah: daerah

sentral yang luas, sel raksasa berinti banyak yang mengandung basil tuberkel; daerah

tengah terdiri dari sel epiteloid pucat, sering tersusun secara radial. Lesi membentuk

jaringan fibrosa perifer dan daerah sentral mengalami nekrosis kaseosa. Tuberkel kasosa

dapat pecah ke dalam bronkus dan membentuk kaverne (Suprijono, 2004).

Bakteri yang termasuk Bakteri Tahan Asam (BTA) menurut Ramanda dan Rizqiah

(2013) antara lain Mycobacterium tuberculose, Mycobacterium bovis, Mycobacterium

leprae, Mycobacterium avium, Neisseria meningitidis dan Neisseria gonorrhoeae.

1. Mycobacterium tuberculose, sumber penularan bakteri melalui dahak penderita

positif disebarkan melalui udara yang terhisap oleh orang sehat dan

menimbulkan infeksi di saluran pernafasan. Basil tuberkel dapat menyerang

setiap organ tubuh dan manifestasi kliniknya dapat berubah-ubah. Serangan

pada paru-paru menimbulkan batuk menahun dan batuk berdarah biasanya

dihubungkan dengan lesi lebih lanjut. Tanda-tanda penyakit ini seperti

kelelahan, lemah, berat badan menurun dan demam.

2. Mycobacterium leprae penyebab penyakit kusta yang menular. Lepra adalah

suatu granulomatosa kronik disebabkan basil lepra yang menyerang kulit, saraf

perifer dan mukosa hidung. Mekanisme penularan diperkirakan karena adanya

kontak dengan penderita dan melalui udara. Permulaan penyakit ini selalu

tersembunyi dan membahayakan. Lesi-lesi menyerang jaringan tubuh yang

lebih dingin seperti kulit, saraf superfisial, hidung, faring, laring, mata dan testis

yang dalam jangka panjang mengakibatkan sebagian anggota tubuh penderita

tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

Page 13: Teknik Pewarnaan Bakteri Tahan Asam

3. Mycobacterium avium menyebabkan infeksi pada penderita AIDS dan penderita

penyakit paru kronis. Bakteri ini diperoleh baik melalui jalur usus dan rute

pernapasan. Mampu menyerang sel epitel mukosa dan memindahkan seluruh

mukosa. Gejala MAC meliputi demam tinggi, panas dingin, diare, sakit perut,

anemia dan kelelahan. Jika MAC menyebar dalam tubuh dapat menyebabkan

infeksi darah, hepatitis dan pneumonia.

4. Mycobacterium bovis biasanya ditularkan ke manusia melalui supali makanan

berupa susu sapi dan daging sapi yang terinfeksi bakteri ini selain itu juga

melalui droplet aerosol yang terhirup saat bernafas. Bovine TB adalah penyakit

menular kronis yang mempengaruhi berbagai host. Gejala yang sering dijumpai

pada penderita adalah batuk terus menerus dan berdahak, batuk darah, sesak

napas, badan lemah, nafsu makan menurun, berkeringat malam walau tanpa

kegiatan dan meriang lebih dari satu bulan.

5. Neisseria meningitidis termasuk bateri coccus. Penyakit ini disebabkan oleh

meningokokus yang tersebar luas, bersifat sporadi atau endemik. Masuk ke

dalam tubuh melalui traktus respiratorius bagian atas dan berkembang biak

dalam selaput nasofaring. Penyakit yang timbul dapat berupa demam ringan

yang disertai farangitis tanpa adanya manifestasi spesifik dari infeksi

meningokokus.

6. Neisseria gonorrheae penyebab infeksi saluran urogenitalis. Bersifat fastidious

dan untuk tumbuhnya perlu media yang lengkap nutrisinya, rentan terhadap

panas dan kekeringan sehingga tidak dapat bertahan hidup dluar inangnya.

Penularan umumnya melalui kontak seksual dan masa inkubasi 2-5 hari.

Penyakit yang disebabkan infeksi gonokokus disebut gonore. Gonore adalah

penyakit kelamin menular yang bersifat akut, pada permulaan keluar nanah

dari orifisium uretra eksternum sesudah melakukan hubungan seksual.

Hasil pewarnaan BTA pada rombongan dua didapat hasil positif (+++) hanya pada

kelompok 2 dengan interpretasi ditemukan ˃ 10 BTA dalam 1 Lp, sedangkan kelompok

lainnya negatif dengan interpretasi tidak ditemukannya bakteri tahan asam (BTA) saat

pengamatan dengan mikroskop. Pewarnaan Ziehl Neelsen mempunyai sensitifitas yang

tidak setingi spesifitasnya. Hal ini bisa terjadi karena terlalu sedikitnya jumlah bakteri dalam

sputum. BTA pada sputum secara mikroskopis akan terlihat bila sputum mengandung paling

sedikit 10.000 BTA/ml (Kurniawati et al., 2005). Bakteri tahan asam akan berwarna merah

Page 14: Teknik Pewarnaan Bakteri Tahan Asam

karena tidak mengalami dekolorisasi oleh asam alkohol sehingga masih mengikat warna

pertama carbol fuchsin dan tidak menyerap methylen blue. Sementara itu, pada bakteri

tidak tahan asam, larutan asam alkohol akan melakukan reaksi dengan carbol fuchsin

dengan cepat, sehingga sel bakteri tidak berwarna lalu menyerap methylen blue sehingga

berwarna biru pada saat diamati dengan mikroskop (Lay, 1994).

Page 15: Teknik Pewarnaan Bakteri Tahan Asam

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan bahwa;

1. Metode pewarnaan Ziehl Neelsen menggunakan larutan carbol fuchsin 0,3%, asam

alkohol 3% dan methylene blue. Masing-masing larutan ini memiliki fungsi yang

berbeda pada tahapan pewarnaan. Pewarnaan Ziehl Neelsen memiliki sensitifitas

yang tidak terlalu tinggi dari spesifitasnya, namun merupakan metode pewarnaan

sederhana tanpa memerlukan biaya yang tinggi.

2. Karakteristik bakteri tahan asam (BTA) yaitu termasuk gram positif, berbentuk

panjang atau pendek, tidak berspora, tidak berkapsul, pertumbuhan sangat lambat

(2-8 minggu), suhu optimal 37-38˚C yang merupakan suhu normal manusi.

Pertumbuhannya membutuhkan tambahan makanan seperti darah, egg yolk, serum

dan bahan kimia tertentu.

B. Saran

Berhati–hati saat mengulas sputus sampai akhir rangkaian kerja, sebaiknya

praktikan menggunakan masker berlapis dua sebagai upaya pencegahan penyebaran

penyakit tuberkulosis melalui udara, sebelum dan sesudah praktikum sebaiknya meminum

susu untuk menetralisir kontaminasi dalam tubuh dan selalu bekerja secara aseptis

sehingga menghindari kontaminasi dan bahaya yang terjadi di dalam laboratorium.

Page 16: Teknik Pewarnaan Bakteri Tahan Asam

DAFTAR REFERENSI

Ball, A.S. 1997. Bacterial Cell Culture : Essential Data. John Wiley and Sons : New York.

Dwidjoseputro. 1989. Dasar-dasar Mikrobiologi. Djambatan, Malang.

Girsang, Merryani., Sumarti., R, Dani., Olii, Irawati., Wahyuhono, Gendro. 2003. Teknik Sentrifugasi untuk Meningkatkan Penemuan Bakteri tahan Asam (BTA) dari Sputum Penderita TBC melalui Ziehl Neelsen. Media Litbang Kesehatan Vol. XIII No. 4.

Jawetz, M and Adelberg’s. 2001. Mikrobiologi kedokteran. Salemba Medical, Surabaya.

Jutono, J., Soedarsono, S., hartadi, S., Kabiru, S., Suhadi, D., Soesanto. 1980. Pedoman Praktikum Mikrobiologi Umum. Departemen Mikrobiologi Fakultas Pertanian UGM. Yogyakarta.

Karuniawati, A., Risdiyani, E., Nilawati, S., Prawoto, Rosana, Y., Alisyahbana, B., Parwati, I., Melia, Wia., Sudiro, T.M. 2005. Perbandingan Tan Thiam Hok, Ziehl Neelsen dan Fluorokrom Sebagai Metode Pewarnaan Basil Tahan Asam untuk Pemeriksaan Mikroskopik Sputum. Makara, Kesehatan, Vol. 9, No. 1 : 29-33.

Kleinnijenhuis, Johanneke., Oosting, Marije., Joosten, Leo A.B., Netea, G. Mihai., Crevel Reinout Van. 2011. Innate Immune Recognation of Mycobacterium Tuberculosis. Clinical and Development Immunology. Vol 2011: 405310.

Lay, W.B. 1994. Analisa Mikroba di Laboratorium Edisi I. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Prayitno, Adi., Suyono, Bambang., Suryanto, Edi., Suparto, R. 2005. Tes Diagnostik Sputum pada Penderita Tuberkulosis Paru. Bio SMART Vol. 7, No.1 Hal: 14-16. ISSN: 1411-321X.

Pelczar, M. J. And E.C.S. Chan. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi I. Universitas Indonesia Press: Jakarta.

Ramanda, Mira., Rizqiah, Ana Nur. 2013. Bakteri Tahan Asam (BTA). Makalah Bakteriologi III Analis Kesehatan. STIKes Muhammadiyah Ciamis.

Silva da P.E.A. and Parlomino, Juan Carlos. 2011. Molecular Basis and Mechanism of Drug Resistance in Mycobacterium Tuberculosis: Classical and New Drug. Journal of Antimicrobial Chemotherapy; 66: 1417-1430.

Suprijoyo, Dwitiya. 2004. Faktor Resiko yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Konversi Dahak setelah Pengobatan Fase Awal pada Penderita Tuberkulosis Paru Bakteri Tahan Asam (BTA) Positif. Tesis Program Studi Epidemiologi Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. Semarang.

Susanti, Diana., Kountul, Constantien., Buntuan, Velma. 2013. Pemeriksaan Basil Tahan Asama (BTA) pada Sputum Penderita Batuk ≥ 2 Minggu di Poliklinik Penyakit dalam BLU RSUP. Prof. Dr. R.D Kandou Manado. Jurnal e-CliniC (eCl), Vol. 1, No. 1.

Thomas, Dormandy. 1999. The White Death: A History of Tuberculosis. ISBN 0-8147-1927-9 HB – ISBN 1-85285-332-8 PB.

Page 17: Teknik Pewarnaan Bakteri Tahan Asam

Zhang, Ying., Zhang, Hao., Sun, Zhonghe. 2003. Susceptibility of Mycobacterium Tuberculosis to Weak Acid. Journal of Antimicrobial Chemotherapy 52, 56-60.