Telaah Pustaka B-par

Embed Size (px)

Citation preview

TELAAH PUSTAKA

2.1 Penderita diabetesPenyakit Diabetes Mellitus (DM) ini terjadi akibat terjadinya gangguan mekanisme kerja hormon insulin, sehingga gula darah yang ada di dalam tubuh tidak dapat dinetralisir. Gizi juga dapat menunjukkan peranannya dalam terjadinya Diabetes Mellitus dalam dua arah yang berlawanan. Gizi lebih yang merupakan petunjuk umum peningkatan taraf kesejahteraan perorangan, memperbesar kemungkinan manifestasi DM, terutama pada mereka yang memang dilahrikan dengan bakat tersebut. Pada keadaan yang demikian gejala DM dapat di atasi dengan pengaturan kembali keseimbangan metabolisme zat gizi dalam tubuh dengan masukan zat gizi melalui makanan.Standar komposisi makanan yang dianjurkan adalah karbohidrat 60-70%, protein 10-15%, dan lemak 20-25%, jumlah kandungan kolesterol kurang dari 300 mg/hari, berasal dari sumber asam lemak tidak jenuh, kadungan serat sekitar 25 gr/hari (Darmono, 2007).Setiap Indonesia merupakan salah satu dari 10 negara dengan jumlah penderita diabetes terbanyak, dengan perkiraan jumlah pengidap sebanyak 12,4 juta jiwa (Sari, 2013). Dalam penyembuhannya, penderita diabetes sering kali membatasi konsumsi nasi karena beras dianggap sebagai pangan yang memiliki nilai indeks glikemik tinggi. Padahal beras mempunyai nilai indeks glikemik yang luas.

2.2 Beras Pratanak (Parboiling rice)Beras pratanak atau yang biasa disebut parboiling rice adalah proses perendaman padi dalam air dingin dan kemudian ke dalam air panas (atau dalam uap pada tekanan rendah) yang mungkin berasal dari India sekitar 2000 tahun yang lalu (Grist 1975) atau proses pemberian air dan uap panas terhadap gabah sebelum gabah tersebut dikeringkan (Haryadi 2006) dan digiling (Tjiptadi dan Nasution 1985). Tujuan dari pratanak adalah untuk menghindari kehilangan dan kerusakan beras, baik ditinjau dari nilai gizi maupun rendemen yang dihasilkan. Kelebihan lain dari proses pratanak menurut Shafwati (2012) berarti juga melakukan proses sterilisasi gabah setelah dipanen, yang mungkin mengandung kotoran dan telur serangga yang terinvestasi di dalamnya.Kandungan gizi beras pratanak mencapai 80% mirip dengan beras tanpa sosoh (brown rice). Menurut Nurhaeni (1980), peningkatan nilai gizi pada beras pratanak disebabkan oleh proses difusi dan panas yang melekatkan vitamin-vitamin dan nutrien lainnya dalam endosperm, serta derajat sosoh beras yang rendah akibat mengerasnya lapisan aleuron yang mengakibatkan sedikitnya bekatul dan nutrien yang hilang. Nutrisi yang terkandung dalam beras pratanak, utamanya seperti tiamin meningkat sehingga menyebabkan beras pratanak ini memiliki kandungan vitamin B yang lebih tinggi dibandingkan beras biasa. Diet bagi penderita DM didasarkan pada porsi karbohidrat, pada kuantitas yang sama, menghasilkan pengaruh yang sama pada kadar glukosa darah (Rimbawan 2006). Karbohidrat dalam pangan yang dicerna dan diserap dengan cepat selama pencernaan akan memiliki IG yang tinggi. Sebaliknya karbohidrat yang dicerna dan diserap dengan lambat akan melepaskan glukosa ke dalam darah dengan lambat pula sehingga memiliki IG yang rendah (slow-release carbohydrate). Indeks glikemik yang rendah dapat mengendalikan kadar glukosa dalam darah, sedangkan serat pangan yang tinggi akan memperlambat laju pengosongan lambung. Oleh karena itu, orang yang mengonsumsi nasi dari beras pratanak akan merasa kenyang lebih lama atau tidak cepat lapar (Widowati et al, 2009). Nilai IG beras pratanak sendiri berkisar antara 44.22-76.32, nilai ini lebih rendah jika dibandingkan dengan nilai IG beras giling biasa yang berkisar antara 54.43-97.29 (Widowati et al. 2009).Kesadaran masyarakat akan kesehatan, pencegahan gizi buruk serta mahalnya harga obat-obatan, maka mengkonsumsi beras pratanak merupakan salah satu pilihan yang tepat. Dengan semakin meningkatnya permintaan terhadap beras sehat maka peluang memproduksi beras pratanak akan terbuka lebar, khususnya untuk para petani dan industri penggilingan padi di Indonesia. Oleh karena itu, pengembangan teknologi proses pengolahan beras pratanak ini sangat dibutuhkan, terutama untuk menghasilkan beras yang bermutu tinggi. Namun, beras pratanak memiliki kelemahan diataranya dedak yang melekat sangat sulit dihilangkan, membutuhkan biaya pengolahan yang lebih banyak, lebih mudah menjadi tengik, membutuhkan waktu yang cukup lama dalam memasak nasi pratanak (Wimberly 1983). Berikut ini pada Tabel 1.1 perbandingan kandungan gizi dari beras pratanak dengan jenis beras lainnya.Tabel 1.1 Kandungan zat gizi beras (100 g) hasil berbagai jenis pengolahanJenis BerasAir(g)Energi (kkal)Protein(g)Lemak(g)Karbohidrat(g)

Beras pecah kulit133357.41.976.2

Beras setengah giling123537.61.178.3

Beras giling133606.80.778.9

Beras pratanak123646.80.680.1

Sumber : Damardjati (1981) dalam Akhyar (2009)Menurut Burhanudin (1981), prinsip dasar dari proses pratanak padi adalah pembersihan (precleaning), perendaman (soaking), pengukusan (steaming) dan pengeringan (drying). 1. Precleaning ditujukan untuk mendapatkan gabah yang bersih dari kotoran-kotoran yang terdapat dalam gabah.2. Soaking ditujukan untuk memasukan air ke dalam ruang inter cellular dari sel-sel pati endosperm dan sebagian air diserap oleh sel-sel pati sendiri sampai pada tingkat tertentu, sehingga cukup untuk proses gelatinisasi. Selama perendaman, gabah harus benar-benar terendam air. 3. Steaming ditujukan untuk melunakkan struktur sel pati endosperm sehingga tekstur granula pati dari endosperm menjadi seperti pasta akibat proses gelatinisasi. Gelatinisasi total merupakan tujuan utama dari proses pratanak sehingga memberikan hasil yang jernih. Jika gelatinisasi tidak sempurna maka akan terlihat bagian yang putih pada bagian yang tengah butir (Garibaldi, 1974).4. Pengeringan gabah pratanak harus dilakukan dengan segera untuk menghindarkan pertumbuhan jamur dan terjadinya fermentasi. Penundaan pengeringan juga akan mengakibatkan pertumbuhan jamur dan kapang, walaupun gabah tersebut telah steril akan tetapi kadar air gabah yang tinggi tersebut sangat sesuai bagi perkembangan mikroorganisma tersebut.

2.3 Kunyit , Lengkuas dan Daun Salam2.3.1 KunyitBeberapa penelitian secara in vitro, membuktikan bahwa senyawa aktif dalam rimpang kunyit mampu menghambat pertumbuhan jamur, virus dan bakteri baik gram positif maupun gram negatif seperti Escherchia coli, Klebsiela pneumoniae dan Staphylococcus aereus (Hidayati, 2002 : 43). Beberapa kandungan kimia dari rimpang kunyit yang telah diketahui, yaitu minyak atsiri sebanyak 6% yang terdiri dari golongan senyawa monoterpen dan sesquiterpen (meliputi zingiberen, alfa dan beta-turmerone), zat warna kuning yang disebut curcuminoid sebanyak 5% (meliputi curcumin 50-60%, monodesmetoksicurcumin dan bidesmetoksicurcumin), protein, fosfor, kalium, besi dan vitamin C (Didinkaem, 2007).Senyawa antifungi yang terkandung di dalam ekstrak kunyit diduga berasal dari komponen minyak atsiri rimpang kunyit yang mengandung senyawa metabolit sekunder yang termasuk ke dalam golongan seskuiterpen. Senyawa turunan dari minyak atsiri rimpang kunyit yang termasuk ke dalam golongan sesquiterpen yaitu: turmerone, turmerol, ar-turmeron, curlon, ar-kurkumin dan senyawa turunan minyak atsiri lainnya diduga mempunyai sifat antifungi. (Griffin, 1996). Menurut Rahman (1995) kurkumin pada rimpang kunyit merupakan persenyawaan fenolik. Sebagai senyawa fenolik, mekanisme kerja kurkumin sebagai anti mikroba mirip dengan persenyawaan fenol lainnya yaitu menghambat metabolisme bakteri dengan cara merusak membrane sitoplasma dan mendenaturasi protein sel.

2.3.2 LengkuasBerdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sundari, D dan Winarno, M.W, minyak atsiri dari rimpang lengkuas merah (Galangae rhizoma) atau laos dapat menghambat pertumbuhan 5 macam jamur yaitu : Tricophyton rubrum, Tricophyton ajelloi, Tricophyton mentagrophytes, Mycrosporum gypseum dan Epidermo floccosum. Zat aktif anti jamur tersebut yakni asetoksi kavikol asetat yang merupakan senyawa minyak atsiri (Sundari, D dan Winarno, M.W, 2001). Salah satu metode yang digunakan dalam isolasi minyak atsiri adalah penyulingan dengan uap (steam distillation).

2.3.3 Daun SalamKomponen antimikroba yang terkandung di dalam daun salam berupa minyak atsiri, tanin, dan flavonoid. Ketiga komponen ini dapat berfungsi sebagai antimikroba karena mengandung gugus OH yang dapat melunturkan komponen lemak yang menyusun dinding sel mikroba. Penggunaan daun salam sampai saat ini masih berupa daun utuh yang dimasukkan dalam masakan. Ekstraksi menggunakan pelarut air diiakukan dengan tiga metode, yaitu maserasi, perkolasi, dan pemanasan (hingga mendidih). Metode ekstraksi yang paling efektif dalam menghambat pertumbuhan E. coli adalah pemanasan hingga mendidih selama 30 menit dan tidak disterilkan. Penambahan asam ke dalam ekstrak daun salam hingga pH 3.50 dapat memperkuat aktivitas ekstrak dan memberikan aktivitas antimikroba yang paling tinggi (Pidrayanti, 2008).

2.4 Proses Kimia yang Terjadi pada Pembuatan Beras Pratanak Beras pratanak adalah beras yang dihasilkan dari proses pratanak (parboiled). Pembuatan beras pratanak merupakan proses yang unik, karena tahap pengolahan dimulai pada saat bahan masih berbentuk gabah. Pada proses penanakan, suspensi pati dipanaskan pada suhu dan waktu tertentu, akan terjadi peristiwa gelatinisasi. Proses ini meliputi pemutusan ikatan hidrogen dan pengembangan granula pati. Gelatinisasi merupakan tahap awal perubahan-perubahan sifat fisik pati. Granula pati alami bersifat tidak larut dalam air, namun dapat menjadi larut dalam air bila suspensi pati dipanaskan di atas suhu gelatinisasinya. (Rimbawan, 2001).Selain itu juga terjadi retrogradasi yaitu terbentuknya jaringan mikrokristal dari molekul-molekul amilosa yang berikatan kembali satu sama lain atau dengan percabangan amilopektin di luar granula setelah didinginkan (Winarno, 1992).

2.5 Pengeringan Menggunakan Sel SuryaPengeringan gabah pratanak harus dilakukan dengan segera untuk menghindarkan pertumbuhan jamur dan terjadinya fermentasi. Penundaan pengeringan yang dilakukan terhadap gabah pratanak akan mengakibatkan proses gelatinisasi terus berlangsung, serta akan mengakibatkan butir gabah menjadi berwarna lebih gelap akibat terlalu lama dibiarkan di udara terbuka. Penundaan pengeringan juga akan mengakibatkan pertumbuhan jamur dan kapang, walaupun gabah tersebut telah steril akan tetapi kadar air gabah yang tinggi tersebut sangat sesuai bagi perkembangan mikroorganisma tersebut (Shafwati, 2012).Pengeringan dengan menggunakan sel surya merupakan cara yang efektif dan membutuhkan waktu yang relatif singkat, yang mana sel surya merupakan pembangkit energy yang memanfaatkan sinar matahari yang dikonversi. Agar dapat memanfaatkan energi radiasi matahari untuk menaikan suhu udara digunakan suatu perangkat untuk mengumpulkan energi radiasi matahari yang sampai ke permukaan bumi dan mengubahnya menjadi energi kalor yang berguna, perangkat ini disebut dengan kolektor surya. Kegunaan dari kolektor ini adalah untuk dapat menerima dan mengumpulkan energi radiasi matahari dari segala posisi matahari (Nuryani, 2011).

2.6 Sistem Contract FarmingSistem Pertanian kontrak (contract farming ) merupakan suatu mekanisme kelembagaan (kontrak) yang memperkuat posisi tawar-menawar petani dengan cara mengkaitkannya secara langsung ataupun tidak langsung dengan badan usaha yang secara ekonomi relatif lebih kuat. Melalui kontrak, petani, peternak dan nelayan kecil dapat beralih dari usaha tradisional / subsisten ke produksi yang bernilai tinggi dan berorientasi ekspor. Hal ini tidak hanya berpotensi meningkatkan penghasilan petani yang ikut dalam kontrak tetapi juga mempunyai efek berlipat ganda (multiple effects) bagi perekonomian di pedesaan maupun perekonomian dalam skala yang lebih luas ( Eaton dan Shepherd, 2001).

METODE PENULISAN

3.1 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam karya tulis ilmiah ini adalah studi pustaka yang meliputi : 1. Merumuskan permasalahan yang berkaitan dengan solusi alternative terhadap makanan pokok penderita diabetes serta hubungannya dengan potensi beras lokal di Indonesia dan system yang digunakan untuk proses produksinya.2. Menelusuri pustaka melalui browsing internet, buku, skripsi dan diskusi/sharing. Mendeskripsikan secara representatif permasalahan dari beberapa pustaka yang ada. 3. Melakukan kajian pemecahan masalah-masalah yang ada berdasarkan data dan informasi yang ada. 4. Menarik kesimpulan dari hasil pembahasan terhadap permasalahan yang dirumuskan.

3.2 Pengolahan Data dan InformasiBerdasarkan data yang telah diperoleh, maka data selanjutnya akan diolah dengan sistematika sebagai berikut:1. Maksimalisasi proses produksi beras parboiled dengan ditambahkan ekstraksi kunyit dan lengkuas dan daun salam untuk memberikan senyawa antimikroba yang merupakan pengawet alami.2. Menggunakan sel surya untuk proses pengeringan agar proses pengeringan lebih murah dan lebih cepat. 3. Telaah penggunaan system kerja sama contract farming dari pemerintah serta elemen terkait dengan petani untuk mewujudkan terciptanya produksi B-Par Modifikasi ini. 4. Pengamatan keberhasilan produksi B-Par Modifikasi ini berdasarkan analisa SWOT.

3.4 Sasaran Pelaksanaan Sasaran pada pelaksananaan program ini yaitu penderita diabetes terutama di Indonesia. Penderita diabetes yang cukup besar tersebut dapat diminimalkan dengan adanya beras parboiled ini. Secara umum, sasaran beras parboiled ini yaitu masyarakat umum yang ingin mengkonsumsi beras dengan nutrisi yang tinggi dan kandungan indeks glikemik yang rendah sehingga aman dikonsumsi.

ANALISIS DAN SINTESIS

4.1 Keunggulan B-Par ModifikasiBeras merupakan makanan pokok hampir di seluruh wilayah indonesia bahkan termasuk makanan terpenting warga dunia. Semakin pesatnya pertumbuhan penduduk indonesia akan memicu peningkatan konsumsi beras. Kondisi yang demikian tentu akan mempengaruhi ketersediaan beras dan mampu melemahkan ketahanan pangan negara Indonesia. Salah satu bentuk penyelesaiaannya dengan strategi pencapaian swasembada berkelanjutan atas tanaman pangan yakni padi. Beras pada umumnya yang beredar di pasaran relatif berbahaya apabila dikonsumsi penderita diabetes secara berlebihan. Kandungan karbohidrat yang dicerna dan diserap dengan cepat selama pencernaan mampu meningkatkan nilai Indeks Glikemik (IG). Hal ini menyebabkan kandungan glukosa dalam darah meningkat dengan cepat. Sebaliknya apabila karbohidrat yang diserap lebih lambat maka akan melepaskan glukosa dalam darah dengan lambat pula sehingga akan menurunkan nilai IG (slow release carbohydrate) (Widowati 2008). Kajian mengenai umur simpan beras perlu dipertimbangkan. Beras akan mengalami perubahan aroma dan rasa khususnya apabila disimpan pada suhu diatas 150C. Setelah 3 4 bulan penyimpanan, akan terjadi perubahan rasa dan aroma akibat terjadinya oksidasi lemak dan pertumbuhan mikroorganisasi seperti flafusjamur dan kapang. Sehingga dibuatlah B-Par Modifikasi yaitu beras pratanak yang ditambahkan dengan ekstrak rempah sebagai senyawa anti mikroba.B-Par Modifikasi sebagai salahsatu bentuk pangan termodifikasi yang memiliki kandungan gizi tinggi serta masa umur simpan lebih lama. Bahan dasar B-Par Modifikasi adalah gabah dan ekstrak rempah diantaranya kunyit, lengkuas dan daun salam. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Widowati et al. (2009), proses pratanak mampu menurunkan indeks glikemik beras dari 54.43-97.29 menjadi 44.22-76.32 karena terjadi peningkatan kadar amilosa dan serat pangan. Difusi dan pelekatan komponen penyusun bekatul dan sebagian sekam berpengaruh nyata meningkatkan kandungan serat pangan, terutama serat pangan tidak larut. Penambahan ekstrak rempah menghambat pertumbuhan mikroba seperti kapang yang terdapat pada bulir beras. Senyawa aktif pada kunyit, lengkuas dan ekstrak daun salam mampu menghambat pertumbuhan kapang salah satu diantaranya adalah Aspergillus flavus (Yuharmen Y, 2002).Peningkatan gizi pada B-Par Modifikasi disebabkan oleh proses difusi dan panas yang melekatkan vitamin-vitamin dan nutrien lainnya dalam endosperm serta derajat sosoh rendah akibat mengerasnya lapisan aluron menyebabkan sedikit bekatul dan nutrien yang hilang (Nurhaeni, 1980). Penambahan ekstrak kunyit, lengkuas serta daun salam berguna untuk memperpanjang umur simpan. Kunyit memiliki senyawa aktif kurkumin dan minyak atsiri berperan untuk menghambat pertumbuhan kapang (Said, 2001). Lengkuas memiliki senyawa aktif asetoksikhavikol asetat sebagai anti jamur (Janssen dan Scheffer, 1985). Daun salam mengandung senyawa aktif antimikroba yang bersifat bakterisidal diantaranya minyak atsiri, tanin, dan flavonoid ( Ardiansyah et al., 2003). Kombinasi dari ekstrak ketiga bahan tersebut didiagnosis mampu memperpanjang umur simpan B-Par Modifikasi. Sehingga B-Par Modifikasi dianjurkan untuk dikonsumsi khususnya bagi penderita diabetes mellitus serta masyarakat umumn. Badan ketahan WHO bersama dengan FAO menganjurkan makanan dengan IG rendah untuk mencegah penyakit penyakit degeneratif yang terkait dengan pola makan seperti penyakit jantung , diabetes dan obesitas. Perbedaan antara B-Par Modifikasi dan Beras dapat dilihat pada tabel 1.2 sebagai berikut.Tabel 1.2 Perbedaan B-Par Modifikasi dan BerasB- Par ModifikasiBeras

B-Par Modifikasi memiliki kandungan gizi mencapai 80% mirip dengan beras tanpa sosoh (brown rice).Beras pada umumnya memilki kandungan gizi yang rendah akibat pengikisan bagian-bagian butiran beras selama penggilingan sehingga sebagian nutrisi akan terbuang.

B-Par Modifikasi cenderung memiliki umur simpan yang lebih lama karena penambahan senyawa anti mikrobaMudah ditumbuhi oleh jamur menyebabkan bau apek dan alkoholik.

B-Par Modifikasi Memiliki kandungan indeks glikemik (IG) rendah yaitu 44.22-76.32 serta vitamin B tinggi (Widowati et al. 2009). Memiliki kandungan indeks glikemik (IG) tinggi sehingga bersifat berbahaya dikonsumsi penderita diabetes

Selain dikonsumsi oleh penderita diabetes juga bersifat aman dikonsumsi masyarakat umum karena dapat mencegah penyakit-penyakit degeneratif yang terkait pola makan seperti penyakit jantung, diabetes, dan obesitas.-

Memiliki sifat fungsional antioksidan akibat penambahan ekstrak kunyit, lengkuas dan daun salam. Sehingga mencegah radikal bebas.-

4.2 Proses Pembuatan B-Par Modifikasia) Pembuatan ekstrak kurkumin kunyitPembuatan ekstrak kurkumin pada kunyit pertama proses pencucian rimpang kunyit, pemotongan tipis kemudian dilakukan pengeringan menggunakan oven selam 12 jam pada suhu 600C. Selanjutnya dilakukan pembungkusan irisan rimpang kering menggunakan kertas saring. Kemudian dilakukan ekstraksi menggunakan soxhlet sehingga dihasilkan ekstrak\ kurkumin. Pembuatan ekstrak B-Par Modifikasi dapat dilihat pada gambar 4.1.

Ekstraksi menggunakan soxhletPemotongan tipis 1-2 mm serta perajanganPencucian startKunyitPembungkusan dengan kertas saringEkstrak kurkuminPengeringan dalam oven suhu 600C selama 12 jam

Gambar 4.1 Proses pembuatan ekstrak kurkumin bubuk kunyit (Wasono, 2001).b) Isolasi minyak atsiri rimpang lengkuas

startMinyak atsiri murniRimpang lengkuas pencucianCampuran Minyak atsiriDekantasi dengan CaCl2pemotonganPemurnian dengan NaCldistilatdistilasiPemurnian secara ekstraksi untuk mendapatkan bahan aktif asetoksikhavikol asetat pada lengkuas dapat dilakukan dengan pelarut heksan (Rusmarilin, 2003).

Gambar 4.2 proses isolasi minyak atsiri rimpang lengkuas c) Pembuatan ekstrak daun salam Ekstraksi menggunakan pelarut air dilakukan dengan tiga metode, yaitu maserasi, perkolasi, dan pemanasan (hingga mendidih). Tahapan pertama yaitu penghancuran daun salam diikuti oleh penambahan air. Kemudian perlakuan maserasi (pendiaman), perkolasi dan pemanasan. Pembuatan eksrak daun salam ditunjukkan pada gambar 4.3.

penyaringanfiltrat maserasipenghancuranDaun salamstartperkolasi

Pemanasan 15-30 menit

Gambar 4.3 proses pembuatan ekstrak daun salam d) Pembuatan B-Par Modifikasi

GabahPerendaman (steeping in water) suhu 600C selama 4 jamstart

Pengeringan dengan sel suryaGabah kering gilingPemberian uap panas (steaming) suhu 800C

Perendaman dengan larutan ekstrak senyawa anti mikroba selama 20 menitPenggilingan (milling)Beras pratanak

PengeringanB-Par Modifikasi

Gambar 4.3 proses pembuatan B-Par Modifikasi

4.3 Pendekatan Analisis SWOT B-Par ModifikasiTabel 1.2 Pendekatan analisis SWOT berdasarkan Strenght dan Weakness B-Par ModifikasiNoStrenghtWeakness

1B-Par Modifikasi memiliki kandungan Indeks Glikemik (IG)yang lebih rendah sehingga aman dikonsumsi oleh penderita diabetesSulit mengubah paradigma masyarakat, dalam beralih ke produk pangan menyehatkan B-Par Modifikasi.

2B-Par Modifikasi memilikikandungan gizi mencapai 80% mirip dengan beras tanpa sosoh (brown rice).Masih minimnya minat dan keterampilan petani dalam mengelola bahan hasil pertanian dan cenderung menjual bahan hasil pertanian dalam keadaan segar.

3B-Par Modifikasi mengandung senyawa antimikroba yang berasal dari ekstrak kurkumin, minyak atsiri dan ekstrak daun salam sehingga memperpanjang umur simpan.

4B-Par Modifikasi juga bersifat aman dikonsumsi masyarakat umum, karena memiliki nilai IG rendah sehingga dapat mencegah penyakit-penyakit degeneratif yang terkait dengan pola makan seperti jantung, diabetes dan obesitas.

Solusi yang diambil :a) Pemerintah/ Lembaga terkait perlu mengadakan penyuluhan secara maksimal terkait pentingnya budidaya dan pengembangan bahan hasil pertanian padi yang merupakan komoditas utama petani di Indonesia b) Perlu menjalin kerjasama yang baik antara beberapa pihak seperti mahasiswa, Universitas/ Lembaga Penelitiandan masyarakat khususnya petani demi kesejahteraan masyarakat. c) Menerapkan model program contract farming untuk memproduksiB-Par Modifikasiantara kelompok tani, pemerintah dan BULOG demi mencapai ketahanan pangan. Tabel 1.3 Pendekatan analisis SWOT berdasarkan Opportunity dan threaten pada B-Par ModifikasiNoOpportunityThreaten

1Tingginya konsumsi beras masyarakat indonesia, berdampak meningkatnya penderita diabetes. Oleh karena itu produk B-Par Modifikasi dapat bersaing sebagai pangan alternative khususnya bagi penderita diabetes.Diperlukan sosialisasi mengenai pentingnya mengkonsumsi pangan sehat bagi masyarakat.

2Meningkatkan pendapatan ekonomi petani padi dan bahan rempah diantaranya kunyit, lengkuas dan daun salam.Diperlukan sosialisasi untuk petani terkait peningkatan kelola potensi pangan lokal.

3Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam bidang ketahanan pangan melalui pengoptimalan potensi lokal beras.

3Turut meningkatkan gaya hidup sehat, sehingga pasar B-Par Modifikasi berkembang pesat dan diterima oleh semua kalangan.

Solusi yang dapat diambil :a) Perlu dilakukan kegiatan survey, pemetaan dan evaluasi kesesuaian pasaran B-Par Modifikasi pada daerah-daerah yang berpotensi sebagai area pengembangan dan pelaksanaan gagasan. b) Perlu dikembangkan program-program penelitian lanjutan, project yang dapat dikerjakan oleh Universitas/ Lembaga Penelitian, Pemerintah untuk pengoptimalan B-Par Modifikasi secara komprehensif.

1.4 Implementasi ProgramTabel 1.4 Peranan elemen terkait dalam pengembangan B-Par ModifikasiNo.Komponen MasyarakatPeran

1.Dinas Pertanianmember penyuluhan kepada kelompok petani bagaiman proses produksi hingga keuntungan yang didapat dari produksi B-Par modifikasi ini serta penggerak terproduksinya beras pratanak.

2.PemerintahMengadakan system kerja Contract farming dalam hal pembuatan B-Par Modifikasi mulai dari penanaman padi, penggunaan pupuk, penggunaan lahan yang dipakai hingga menghasilkan padi berkualitas tinggi.

3.Pemilik modal, BUMN, Investor swastaBekerja sama secara sinergis dengan kelompok tani pada saat produksi B-Par Modifikasi seperti penyedia sel surya dengan pembagian keuntungan bagi hasil.

4.Kelompok tani Melakukan produksi B-Par Modifikasi dibantu dengan berbagia pihak terkait.

5.BulogMemberikan ruang bagi B-Par modifikasi yang telah diproduksi oleh petani dalam hal tempat penyimpanan sekaligus distributor resminya.

6.Peneliti, MahasiswaMelakukan penelitian lebih lanjut mengenai kadar ekstrak rempah yang digunakan sehingga dihasilkan B-Par Modifikasi bermutu tinggi dengan modal yang relative murah.

7.DInas KesehatanMembantu mensukseskan penjualan B-Par Modifikasi dengan cara mensosialisasikan keuntungan mengonsumsi B-Par Modifikasi kepada penderita diabetes khususnya dan masyarakat pada umumnya.