Upload
ade-ilham-khaled
View
256
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
matematika
Citation preview
32
Bab 3
Determinan
Pendahuluan Dalam matematika kita mengenal fungsi, misalnya f(x) = cos x + x3 + 2x + 3, yang
menghubungkan sebuah bilangan real x dengan sebuah bilangan real f(x). Demikian juga
untuk setiap matrik bujur sangkar, kita dapat menghubungkan sebuah matrik bujur
sangkar X dengan sebuah bilangan real melalui suatu proses yang mirip seperti fungsi.
Misalnya terdapat fungsi f(X) di mana X adalah matrik bujur sangkar. Maka
f(X) = k ; (k = sebuah bilangan real)
Bilangan k dinamakan determinan dari matrik X. Determinan sebagai fungsi pertama
kali ditemukan untuk menyelesaikan sistem persamaan linier, dan ternyata mempunyai
banyak kegunaan yang menarik. Pada bab ini kita akan membahas determinan matrik
bujur sangkar ordo 1, 2, 3 dan yang lebih tinggi.
Determinan Ordo Satu Determinan matrik A, ditulis dengan simbol Det(A) atau |A|, adalah suatu bilangan yang
dimiliki hanya oleh matrik-matrik bujur sangkar. Matrik selain matrik bujur sangkar
tidak memiliki determinan. Determinan suatu matrik berukuran 1 x 1 adalah elemen
matrik itu sendiri, misalnya A = [3], maka det(A) = 3. Atau B = [-6], maka det(B) = -6.
Jika diberikan persamaan linier dengan satu variabel x misalnya
ax = b
a dapat di pandang sebagai sebuah matrik 1 x 1. Jika det(a) 0 atau jika a 0 maka
persamaan ax = b mempunyai sebuah jawaban tunggal x = 1a
b. Jika det(a) = 0 atau a = 0
maka persamaan ini tidak mempunyai solusi. Dari sini kita melihat bahwa det(A) 0
merupakan syarat agar sebuah sistem persamaan linier Ax = b mempuyai solusi.
33
Determinan Ordo Dua
Untuk matrik bujur sangkar 2 x 2, misalnya A = a bc d
maka determinan A dapat
dihitung sebagai berikut :
|A| = a bc d
= a.d – b.c
Contoh 1 :
Hitung determinan dari : a. 2 33 1
dan b.
4 02 8
Penyelesaian :
a. 2 33 1
= 2.1 – (-3)(3) = 11 b.
4 02 8
= 4.8 – 0.2 = 32
Perlu diingat bahwa matrik dan determinan memiliki tanda kurung yang berbeda. Untuk
matrik digunakan tanda kurung siku [ ] atau ( ), sedangkan determinan menggunakan
tanda kurung | | yang mirip seperti tanda nilai mutla sebuah bilangan. Jadi penulisan
bilangan-bilangan dalam bentuk persegi panjang berikut :
2 33 1
,
4 02 8
adalah menyatakan determinan (bukan matrik). Sedangkan yang seperti berikut ini :
7 35 1
, 1 00 1
adalah menyatakan matrik (bukan determinan).
Determinan Ordo Tiga Untuk matrik bujur sangkar 3 x 3 terdapat satu metode khusus untuk mencari
determinannya, yakni metode sarrus. Namun metode sarrus tidak berlaku umum untuk
matrik berordo lebih dari tiga. Oleh karena itu kita juga akan membahas cara mencari
determinan dengan metode lain yang bisa berlaku umum untuk matrik berukuran lebih
dari 3 x 3.
Sekarang kita akan menghitung determinan matrik 3 x 3. Perhatikan berikut ini :
34
Ini merupakan rumus determinan 3 x 3. Rumus ini sulit untuk diingat. Namun ada cara
yang lebih mudah, yakni dengan menggunakan metode sarrus. Kita mengetahui bahwa,
untuk mencari determinan ordo dua, dapat dilakukan perkalian silang sebagai berikut
yakni dengan mengurangkan hasil perkalian entri-entri yang berada pada “tanda panah
diagonal arah kanan” dengan entri-entri yang berada pada “tanda panah diagonal arah
kiri”, sehingga diperoleh a11.a22 – a12.a21. Ide ini kita lanjutkan untuk determinan ordo
tiga
Perhatikan trik berikut. Kita menambahkan kolom ke-4 dan kolom ke-5 pada matrik A, di
mana entri-entri kolom ke-4 berasal dari kolom-1 dan entri-entri kolom ke-5 berasal dari
kolom-2. Kemudian tarik panah diagonal kanan dan diagonal kiri seperti berikut :
Jumlahkan semua hasil kali entri-entri yang berada pada “tanda panah diagonal arah
kanan”, kemudian kurangkan dengan semua hasil kali entri-entri yang berada pada
“tanda panah diagonal arah kiri” sehingga diperoleh
Begitulah cara mudah mengingat rumus ini.
= a11.a22 – a12.a21
35
Contoh 2 :
Hitung determinan dari matrik B berikut ini
Penyelesaian :
Hasilnya :
Contoh 3 :
Hitung determinan matrik C berikut ini
Penyelesaian :
Dari beberapa contoh di atas, kita mengetahui bahwa determinan suatu matrik bisa
bernilai positif, negatif atau nol.
Minor dan Kofaktor Sekarang kita akan membahas cara menentukan determinan matrik 3 x 3 atau lebih. Cara
ini berlaku umum untuk matrik bujur sangkar n x n. Untuk itu kita perlu memahami
pengertian minor dan kofaktor.
36
Contoh 4 :
Hitunglah kofaktor C12, C24 dan C32 dari matrik A berikut
Penyelesaian :
Untuk menghitung kofaktor-kofaktor tersebut, pertama kita perlu menentukan minor yang
terkait dengan masing-masing kofaktor. Ingat bahwa untuk menghitung minor dari aij ,
kita harus menghapus baris ke-i dan kolom ke-j dari matrik A. Misalnya untuk
menghitung kofaktor C24 maka kita harus menghapus baris ke-2 dan kolom ke-4 dari
matrik A
A =
4 0 10 41 2 3 9
5 5 1 63 7 1 2
M24 = 4 0 105 5 13 7 1
= 508
Oleh karena itu, berdasarkan definisi 2 maka kofaktor C24 adalah :
C24 = (-1)2+4 M24 = (-1)6. 508 = 508
Kofaktor C12 :
Kofaktor C12 = (-1)1+2. M12 . Kita harus menghitung dahulu minor M12 dengan cara
menghapus baris-1 dan kolom-2 matrik A :
Definisi 1: Jika A adalah matrik bujur sangkar berukuran n x n, maka minor entri aij, dinyatakan oleh Mij, adalah determinan submatrik yang diperoleh dengan menghapus baris ke-i dan kolom ke-j dari matrik A.
Definisi 2 : Jika A adalah matrik bujur sangkar maka kofaktor dari entri aij, dinyatakan oleh Cij, adalah bilangan (-1)i + j. Mij
37
A =
4 0 10 41 2 3 9
5 5 1 63 7 1 2
M12 = 1 3 9
5 1 63 1 2
= 160
sehingga kofaktor C12 = (-1)1+2. M12 = (-1)3 . (160) = -160
Dengan cara yang sama kita peroleh kofaktor C32 = -150
Suku (-1)i+j merupakan tanda bagi tiap kofaktor Cij. Untuk memudahkan, jika i + j adalah
genap maka tanda kofaktornya positif (+1) dan bila i + j ganjil maka tanda kofaktornya
negatif (-1). Untuk sebarang matrik bujur sangkar n x n maka tanda bagi tiap kofaktor
dapat dengan mudah ditentukan dengan melihat tanda (+/-) dari matrik berikut
Sekarang kita akan menggunakan kofaktor untuk mencari determinan matrik. Cara ini
sering dinamakan dengan ekspansi kofaktor. Namun sebelum menggunakan cara ini,
adalah penting untuk memahami teorema berikut
Teorema ini menyatakan jika kita telah memilih sebuah baris ke-i, kemudian bergeraklah
disepanjang baris itu dengan mengalikan setiap entrinya ai1, ai2, …, ain dengan setiap
kofaktor yang berasosiasi (berhubungan) dengan masing-masing entri tersebut, lalu
jumlah dari seluruh perkalian tersebut akan menyatakan determinan matrik A. Pengertian
yang sama juga berlaku ketika kita memilih sebarang kolom, misalnya kolom ke-j.
Artinya kita dapat menghitung determinan matrik dengan memilih sebuah baris atau
Teorema 1 : Jika A adalah matrik n x n.
a. Pilih sebarang baris, misalnya baris i, maka
det(A) = ai1Ci1 + ai2Ci2 + … + ainCin
b. Pilih sebarang kolom, misalnya kolom j, maka
det(A) = a1jC1j + a2jC2j + … + anjCnj
38
kolom tertentu sebagai basis ekspansi. Cara ini dinamakan ekspansi kofaktor.
Perhatikan contoh berikut
Contoh 5 :
Diberikan matrik berikut ini,
hitunglah determinannya dengan ekspansi kofaktor
a. Ekspansi baris pertama
b. Ekspansi baris ketiga
c. Ekspansi kolom kedua.
Penyelesaian :
a. Dengan ekspansi baris pertama maka
b. Idenya sama seperti di jawaban a,
c. Ekspansi kolom kedua
39
Apa yang telah kita kerjakan memberi hasil yang sama. Artinya, baris atau kolom apapun
yang digunakan sebagai basis ekspansi, tetap akan memberi nilai determinan yang sama.
Dalam bahasa Inggris, kata ‘determine’ artinya ‘tertentu’. Yang dimaksud tertentu di sini
adalah adanya sebuah angka tertentu (misalnya pada contoh ini -154) di mana dengan
pilihan ekpansi baris/kolom apapun, hasilnya tetap suatu bilangan tertentu.
40
41
42
43
Pilihan Cerdik Untuk Ekspansi Baris atau Kolom Untuk mencari determinan dengan menggunakan ekspansi baris atau kolom, kita bebas
memilik baris atau kolom tertentu sebagai basis ekspansi. Namun adalah cerdik bila kita
memilih satu baris atau kolom yang memiliki entri nol terbanyak. Ini akan menghemat
banyak perhitungan, sebab mengalikan suatu kofaktor Cij dengan entri nol (aij) akan
menghasilkan nilai nol juga.
Contoh 6 :
Jika A adalah matrik 4 x 4
maka determinan A dihitung dengan memilik kolom kedua sebagai basis ekspansi, karena
kolom dua memiliki entri nol terbanyak (yakni 3 nol) :
det(A) = a12C12 + a22C22 + a32C32 + a42C42 = a22C22 (ini karena a12 = a32 = a42 = 0)
Kemudian determinan matrik 3 x 3 di atas dihitung kembali dengan ekspansi kolom
kedua (karena nol terbanyak di sini). Hasilnya
Jadi determinan matrik A adalah -6. Jika kita gunakan ekpansi dengan baris atau kolom
lain, maka determinannya tetap -6.
Sifat-Sifat Determinan Berikut ini kita berikan beberapa sifa determinan. Sifat-sifat tersebut ditampilkan dalam
bentuk teorema-teorema (yang tidak kita buktikan) dan contoh-contohnya.
Teorema 2 : Jika A matrik n x n dan k adalah skalar maka det(kA) = kn det(A)
44
Contoh 7 :
Untuk matrik berikut, hitunglah det(A) dan det(2A)
Penyelesaian :
Dengan ekspansi kolom-1 kita peroleh det(A) = 45. Sedangkan matrik 2A adalah
Karena det(A) = 45, k = 2 dan n = 3, maka dengan teorema 2 kita peroleh
Teorema 3 ini dapat diperluas : det(ABC) =det(A).det(B).det(C)
Contoh 8 :
Untuk matrik-matrik berikut ini, hitunglah det(A), det(B), det(AB)
Penyelesaian :
Matrik hasil kali A dan B adalah AB di mana
Dengan teorema 3 kita peroleh
Teorema 3 : Jika A dan B adalah matrik berukuran sama maka det(AB) = det(A).det(B)
45
Contoh 9 :
Untuk matrik A berikut ini, tentukan det(A) dan det(A-1)
Penyelesaian :
Invers dari A adalah
dan det(A) = 58. Oleh karena itu
Teorema 4 : Andaikan A adalah matrik yang dapat dibalik maka
1 1det(A )det(A)
Teorema 5 :
Matrik bujur sangkar A dikatakan dapat dibalik jika dan hanya jika det(A) 0.
Matrik yang dapat dibalik dinamakan matrik non-singular dan matrik yang tak
dapat dibalik dinamakan matrik singular.
Teorema 6 :
Jika A adalah matrik bujur sangkar maka det(A) = det(AT)
Teorema 7 :
Jika A adalah matrik bujur sangkar di mana terdapat satu baris atau satu kolom yang
semua entrinya nol maka det(A) = 0, sehingga A disebut matrik singular
Teorema 8 :
Andaikan A adalah matrik segitiga n x n maka det(A) = a11.a22…ann
46
Matrik segitiga adalah matrik bujur sangkar di mana semua entri yang berada dibawah
atau di atas diagonall utama bernilai nol. Matrik segitiga ada dua macam : matrik
segitiga atas dan matrik segitiga bawah. Misalnya :
SA =
11 12 13 13
22 23 24
33 34
44
a a a a0 a a a0 0 a a0 0 0 a
(matrik segitiga atas)
SB =
11
21 22
31 32 33
41 42 43 44
a 0 0 0a a 0 0a a a 0a a a a
(matrik segitiga bawah)
Matrik Adjoin dan Matrik Kofaktor Matrik adjoin adalah matrik yang berasal dari matrik kofakor. Matrik adjoin digunakan
untuk menentukan invers suatu matrik bujur sangkar. Berikut definisinya
Contoh 10 :
Hitung adjoin matrik A berikut ini
Penyelesaian :
Definisi 3 :
Jika A adalah matrik n x n dan Cij adalah kofaktor aij. Matrik kofaktor adalah matrik
yang entri-entrinya berasal dari kofaktor A yaitu
11 12 1n
21 22 2n
n1 n2 nn
C C ... CC C ... C
...C C ... C
Matrik adjoin A adalah transpose dari matrik kofaktor tersebut dan dinyatakan oleh
adj(A)
47
Pertama kita hitung dahulu semua kofaktor dari matrik A yakni C11, C12, …, C33. Kita
hanya menghitung C21 dan C23 dengan rinci, dan yang lainnya dikakukan dengan cara
yang sama
Kita telah mengetahui semua kofaktor, sehingga matrik kofaktornya adalah :
Maka adj(A) adalah transpose matrik kofaktor, yakni
Mencari Invers Dengan Determinan dan Matrik Adjoin Kita dapat menentukan invers matrik dengan memanfaatkan determinan dan matrik
adjoin. Berikut ini adalah teorema yang digunakan untuk menghitung invers matrik
Contoh 11 :
Gunakan matrik adjoin untuk mendapatkan invers matrik A berikut ini
Teorema 9 :
Jika A adalah matrik yang dapat dibalik maka 1 1A adj(A)det(A)
48
Penyelesaian :
Pertama kita harus memastikan bahwa det(A) 0. Sebab jika det(A) = 0 maka A adalah
matrik singular yang tak dapat dibalik, oleh karena itu inversnya tak ada.
Dari perhitungan, maka det(A) = -154 dan adjoin A adalah
Sehingga
1 1A adj(A)det(A)
Jika A-1 dicari dengan eliminasi Gauss-Jordan, maka hasilnya sama saja.
Aturan Cramer Kita akhiri bab ini dengan membahas satu kegunaan lain dari determinan, yakni untuk
menyelesaikan sistem persamaan linier. Satu hal yang belum dibahas dalam bab sistem
persamaan linier adalah menyelesaikan sistem linier dengan aturan Cramer.
Kita dapat menyatakan sistem persamaan linier (SPL)
a11x1 + a12x2 + … + a1mxm = b1 a21x1 + a22x2 + … + a2mxm = b2
an1x1 + an2x2 + … + anmxm = bn
dalam bentuk perkalian matrik AX = B di mana A adalah matrik koefisien sistem tersebut, X adalah vektor yang memuat variabel-variabel dan B adalah konstanta ruas kanan SPL
A = ; X = ; B =
Aturan Cramer dapat digunakan hanya jika SPL memiliki banyak variabel yang sama dengan banyaknya persamaan. Artinya matrik koefisien A adalah matrik bujur sangkar. Berikut ini adalah teorema untuk aturan Cramer
49
Contoh 12 :
Gunakan aturan Cramer untuk menyelesaikan sistem persamaan berikut
Penyelesaian :
Pertama kita nyatakan SPL ini dalam bentuk perkalian matrik-matrik berikut
kita hitung determinan A adalah : det(A) = -187
Kemudian kita hitung determinan det(A1), det(A2) dan det(A3)
Maka solusi SPL ini adalah
Teorema :
Andaikan A adalah matrik n x n yang dapat dibalik, maka solusi bagi SPL AX = b
diberikan oleh
1 2 n1 2 n
det(A ) det(A ) det(A )x , x ,..., xdet(A) det(A) det(A)
di mana Ai adalah matrik yang diperoleh dengan mengganti kolom ke-i dari A dengan
entri matrik b.
50
Bagaimana menurut anda, mana lebih mudah, mencari solusi SPL dengan eliminasi
Gauss-Jordan atau dengan aturan Cramer ?