Upload
agus-wahyudi
View
15
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
bab 5 teori akuntansi suwarjono
Citation preview
KONSEP DASAR
A. Sumber Konsep Dasar
Konsep dasar umumnya merupakan abstraksi atau konseptualisasi karakteristik
lingkungan tempat atau wilayah diterapkannya pelaporan keuangan. Berikut adalah beberapa
daftar seperangkat konsep dasar dari beberapa sumber:
1. Ikatan akuntan Indonesia (IAI)
IAI mengadopsi kerangka konseptual IASC sehingga konsep dasar yang dipilih juga
mengikuti IASC. Ada dua konsep dasar (dinamakan asumsi pelandas atau underlying
assumptions) yang disebut secara spesifik dalam rangka rerangka konseptual IASC.
Konsep dasar tersebut adalah :
Basis accrual (Accrual Basis)
Usaha Berlanjut (Going Concern)
2. Paul Grady
Menurut Paul Grady, konsep dasar merupakan konsep yang mendasari kualitas
kebermanfaatan dan keterandalan informasi akuntansi atau sebagai keterbatasan yang
melekat pada statemen keuangan. Grady mengasumsikan sepuluh konsep dasar yang
dianggap melandasi praktik bisnis dan akuntansi di Amerika:
a. Struktur masyarakat dan pemerintah yang mengakui hak milik pribadi
b. Entitas bisnis spesifik
c. Usaha berlanjut
d. Penyimbolan secara moneter dalam seperangkat akun
e. Konsistensi antar periode untuk entitas yang sama
f. Keanekaragaman perlakuan akuntansi diantara entitas independen
g. Konservatisme
h. Keterandalan data melalui pengendalian internal
i. Materialitas
j. Ketepatan waktu dalam pelaporan keuangan memerlukan taksiran
3. Accounting Principle Board
APB menyebut konsep dasar sebagai ciri-ciri dasar dan memuatnya dalam APB
statement No.4. APB mengidentifikasi tiga belas konsep dasar yang merupakan
karakteristik diterapkannya akuntansi yaitu:
a. Entitas akuntansi
b. Usaha berlanjut
c. Pengukuran sumber ekonomik dan kewajiban
d. Periode waktu
e. Pengukuran dalam unit uang
f. Akrual
g. Harga pertukaran
h. Angka pendekatan
i. Pertimbangan
j. Informasi keuangan umum
k. Statement keuangan berkaitan secara mendasar
l. Substansi dari bentuk
m. Materialitas
4. Wolk, Tearney, dan Dodd
Wolk dan Tearney mendaftar empat konsep yang dianggap sebagai postulat dan beberapa
sebagai prinsip berorientasi-masukan yaitu: recognize, matching, konservatisme,
disclosure, konsistensi, dan uniformity. Keempat konsep yang dikategorikan postulat
adalah:
Usaha berlanjut (Going concern)
Perioda waktu (Time Period)
Entitas akuntansi (Accounting entity)
Unit moneter (Monetary unit)
5. Anthony, Hawkens, dan Merchant
Penulis ini mendaftar sebelas konsep berikut ini yang dijadikan basis dalam membahas
isi, bentuk, dan arti penting statement keuangan. Konsep dasar 1-5 dikategorikan sebagai
pelandas statement posisi keuangan sedangkan konsep dasar 6-11 sebagai pelandas
statement laba rugi. Berikut adalah sebelas konsep dasar:
a. Pengukuran dengan unit uang
b. Entitas
c. Usaha berlanjut
d. Cost
e. Aspek ganda
f. Periode akuntansi
g. Konservatisme
h. Realisasi
i. Penandingan
j. Konsistensi
k. Materialitas
6. Patton dan Littleton
Seperangkat konsep Patton dan Littleton merupakan konsep-konsep dasar yang
dikenalkan sebelum sumber-sumber sebelumnya. Berikut adalah beberapa konsep dasar
dari Patton dan Littleton:
a. entitas bisnis atau kesatuan usaha
b. kontinuitas kegiatan/usaha
c. penghargaan kesepakatan
d. kos melekat
e. upaya dan capaian/hasil
f. bukti terverivikasi dan objektif
g. asumsi
B. Kesatuan Usaha
Konsep ini menyatakan bahwa perusahaan dianggap sebagai suatu kesatuan atau badan
usaha ekonomi yang berdiri sendiri, bertindak atas namanya sendiri, dan kedudukannya
terpisah ari pemilik atau pihak lain yang menanamkan dana dalam perusahaan dan kesatuan
ekonomik tersebut menjadi pusat perhatian atau sudut pandang akuntansi.
Kesatuan usaha menjadi sudut pandang akuntansi berarti bahwa akuntansi
berkepentingan dengan pelaporan keuangan kesatuan usaha bukan pemilik. Dengan kata
lain, kesatuan usaha menjadi kesatuan pelaporan yang bertanggungjawab kepada pemilik.
Kesatuan usaha merupakan pusat pertanggungjawaban, dan statement keuangan merupakan
medium pertanggungjawaban. Dengan pengertian diatas bila konsep kesatuan usaha dianut,
konsep ini memiliki beberapa mplikasi diantaranya:
1. Batas kesatuan
Walaupun secara yuridis kesatuan usaha didukung keberadaannya, batas kesatuan usaha
dari segi akuntansi bukanlah kesatuan yuridis atau hukum melainkan kesatuan ekonomik.
Artinya, akuntansi memeperlakukan badan usaha sebagai satu kesatuan ekonomik
daripada kesatuan yuridis. Batas kesatuan ekonomik adalah kontrol oleh suatu
manajemen. Oleh karena itu, untuk menentukan kesatuan usaha sebagai pusat
pertanggungjawaban keuangan, pertimbangan akuntansi adalah apakah secara ekonomik
satu kegiatan usaha atau lebih dapat dianggap berdiri sendiri sebagai satu kesatuan.
2. Pengertian Ekuitas
Karena hubungan antara kesatuan usaha terpisah dengan pemilik dan hubungan tersebut
dipandang sebagai hubungan bisnis, konsep kesatuan usaha mempunyai implikasi
terhadap pendefinisian ekuitas. Dengan sudut pandang kesatuan usaha, secara konseptual
ekuitas atau modal merupakan utang atau kewajiban perusahaan pada pemilik. Hal ini
berlawanan dengan pendefinisian secara struktural bahwa ekuitas adalah hak residual
pemilik terhadap aset bersih sebagaimana didefinisikan dalam kerangka konseptual
FASB.
3. Pengertian Pendapatan
Dengan konsep kesatuan usaha, semua sumber ekonomik yang dimiliki atau yang
dikuasai oleh perusahaan merupakan aset perusahaan bukan pemilik. Pada saat terjadi
pendapatan, pada saat yang sama utang unit usaha kepada pemilik bertambah yang berarti
ekuitas bertambah. Jadi, pendapatan menambah ekuitas karena dengan konsep kesatuan
usaha pendapatan sebagai kenaikan kas yang menimbulkan kenaikan utang kesatuan
usaha kepada pemilik. Dengan demikian, definisi Pendapatan menurut FASB konsisten
dengan konsep kesatuan usaha.
4. Pengertian Biaya
Biaya merupakan penyerahan produk dalam rangka menciptakan pendapatan,
menyebabkan aset berkurang. Berkurangnya aset inilah yang disebut biaya. Dapat
dikatakan bahwa biaya mengurangi ekuitas. Penyerahan barang tidak selalu berasal dari
aset, tetapi dapat berasal dari kewajiban sehingga biaya dapat didefinisikan sebagai
timbulnya kewajiban dalam rangka menciptakan pendapatan yang akhirnya
mengakibatkan turunnya aset. Jadi definisi biaya oleh FASB konsisten dengan konsep
kesatuan usaha.
5. Sistem Berpasangan
Hubungan bisnis antara manajemen dan pemilik mengakibatkan manajemen harus selalu
mempertanggungjawabkan aset yang dikelolanya dan sumber aset tersebut. Ini berarti
bahwa pengaruh transaksi terhadap hubungan bisnis dan posisi keuangan harus selalu
ditunjukkan.
6. Persamaan Akuntansi
Persamaan akuntansi dapat dikatakan sebagai hubungan fungsional, buku besar yang
merepresentasikan elemen statement keuangan. Persamaan akuntansi merupakan cara
merepresentasikan sistem berpasangan.
7. Artikulasi
Artikulasi sebenarnya merupakan turunan atau konsekuensi dari konsep kesatuan usaha.
Dengan artikulasi, akan selalu dapat ditunjukkan bahwa laba dalam statement laba rugi
akan sama dengan laba dalam statement perubahan ekuitas dan jumlah rupiah ekuitas
akhir dalam statement perubahan ekuitas akan sama dengan jumlah rupiah ekuitas dalam
neraca.
C. Kontinuitas Usaha
Konsep ini akan menjadi pertimbangan pada saat penyusunan statement keuangan atau pada
saat akuntansi menghadapi berbagai pilihan dalam proses perekayasaan atau penyusunan
standar karena pernyataan bahwa kelangsungan hidup perusahaan dimasa datang tidak pasti .
Implikasi konsep kontinuitas usaha:
1. Arti Penting Laporan Periodik
Dengan konsep kontinuitas usaha, perusahaan berusaha untuk maju dan berkembang
dengan jalan menciptakan laba terus-menerus dalam jangka panjang. Dengan penalaran
diatas, kinerja akhir dapat diketahui secara tuntas dan objektif apabila telah likuidasi.
Akan tetapi, akuntansi tak perlu menunggu sampai kesatuan usaha dilikuidasi. Pelaporan
keuangan lebih berkepentingan dengan daya melaba perusahaan. Untuk suatu periode,
tingkat mendapatkan laba dengan tingkat sumber ekonomik tertentu disebut dengan
tingkat imbalan investasi.
2. Kedudukan Statement Laba-Rugi
Pembagian untuk pendapatan dan biaya untuk suatu periode dituangkan dalam statement
labarugi periodik sehingga statement labarugi dipandang sebagai statement yang paling
penting dalam pelaporan keuangan karena tingkat laba dalam ragka menilai kemampuan
menghasilkan laba. Karena kemampuan menghasilkan laba jangka panjang menjadi
perhatian, fluktuasi laba antar periode yang disebabkan oleh kejadian atau kondisi
istimewa suatu periode harus dilaporkan seperti apa adanya pada periode tersebut bukan
langsung dilaporkan dalam perubahan ekuitas . Jadi, penyusunan statement labarugi all
inclusive dan laba komprehensif sebenarnya dilandasi oleh konsep kontinuitas usaha ini.
3. Fungsi Neraca dan Penilaian Elemennya
Konsep kontinuitas usaha sangat besar peranannya dalam mendasari penilaian elemen
atau pos neraca dan interprestasi jumlah rupiah yang dimuat di dalamnya dengan konsep
kontinuitas usaha, pelaporan pos neraca adalah untuk menunjukkan sisa potensi-potensi
jasa atau sumber ekonomi yang belum dikonsumsi pada tahun yang berakhir tanggal
neraca. Dengan kata lain, neraca berfungsi untuk menunjukkan potensi jasa yang masih
dimiliki kesatuan usaha untuk menghasilkan pendapatan dalam periode-periode
berikutnya.
D. Penghargaan Sepakatan
Konsep ini menyatakan bahwa jumlah rupiah/agregat harga yang terlibat dalam tiap
transaksi atau kegiatan pertukaran merupakan bahan olah dasar akuntansi yang paling
objektif terutama dalam mengukur sumber ekonomi yang masuk dan sumber ekonomi yang
keluar. Penghargaan sepakatan merupakan dasar kuantifikasi berbagai jenis objek menjadi
objek-objek homogeneus yang paling objektif untuk menyajikan hubungan antar objek yang
bermakna. Penghargaan sepakatan tersebut akan dicatat dan diolah lebih lanjut dalam sist m
akuntansi perusahaan untuk dijadikan data kuantitatif dasar dalam penyusunan berbagai
laporan manajerial dan statement keuangan. Beberapa implikasi terkaitkonsep penghargaan
sepakatan:
1. Istilah yang Tepat
Menurut Suwardjono, istilah cost sebenanrnya cukup tepat untuk menyatakan price
agregat karena alsan berikut:
a. Dari segi penjual, walaupun tidak cukup luas, aliran masuk pengahargaan
sepakatan/pendapatan yang dicatat akhirnya akan menjadi kos juga kalau sudah
digunakan untuk memperoleh barang atau jasa. Cost akan tetap menjadi pengukur
berbagai pos asset dan kewajiban.
b. Dari segi pembeli, kalau istilah cost mempunyai keterbatsan karena tidak dapat
menyatakan hal yang sama dari kedua belah pihak dalam suatu pertukaran,
keterbatasan ini sebenarnya tidak menimbulkan masalah karena akuntansi menganut
konsep kesatuan usaha. Kalau ingin dengan konsep kesatuan usaha, pandangan dari
pihak penjual dianggap tidak relevan lagi.
2. Jasa di Balik Kos
Akuntansi menggunakan satuan mata uang karena satuan tersebut paling mudah untuk
mengkuantifikasi objek atau jasa kedalam satuan yang homogeneus dan juga karena
harga dalam satuan uang adalah cara yang sudah umum untuk menyatakan kesepakatan
dan pertukaran. Dari segi akuntansi, sebenarnya bukan uang atau harga itu sendiri yang
mempunyai arti penting melainkan justru potensi jasa yang ada dibalik angka koslah yang
mempunyai arti penting. Perlu diingat, bahwa kos merupakan salah satu atribut untuk
merepresentasikan secara tepat realitas kegiatan perusahaan. Potensi jasa tersebut adalah
daya, kemampuan, atau kapasitas lain yang kekuatannya paling tidak sama dengan
sebelumnya dimiliki perusahaan yang direpresentasi dalam bentuk kos.
3. Keterbatasan Informasi Akuntansi
Dengan memahami arti penting kos sebagai bahan olah akuntansi sebenarnya dapat
dikenali keterbatasan akuntansi dalam memberikan informasi untuk kepentingan
pengambilan keputusan. Informasi akuntansi hanya merupakan sebagaian dari informasi
yang mungkin dibutuhkan untuk pengambilan keputusan oleh pihak eksternal dan
manajemen. Lebih dari itu, walaupun segala pertimbangan kebijakan dan pertimbangan
didasarkan pada data akuntansi secara cukup mendalam, pada akhirnya keputusan yang
dihasilkan akan mencerminkan juga pengaruh non-akuntansi dan akan diwarnai dengan
hal-hal yang yang sangat kualitatif dan subjektif seperti tujuan, secara keseluruhan,
sasaran jangka pendek, selera pribadi, kepentingan umum, peraturan pemerintah, alasan
polotik dan sebagainya.
E. Kos Melekat
Konsep ini menyatakan bahwa kos melekat pada objek yang direpresentasinya sehingga
kos bersifat mudah bergerak dan dapat dipecah-pecah atau digabung-gabungkan kembali
mengikuti objek yang dilekatinya. Dasar pikiran konsep ini adalah bahwa tujuan
pengelompokkan, pemecahan dan penggabungan kos adalah untuk mengikuti aliran upaya
penyediaan produk atau jasa. Kos melekat dilandasi oleh konsep kos yang disebut kos
terkandung dalam suatu objek atau produk sebagai pasangan kos penggantian yaitu kos
seandainya objek tersebut tidak ada dan harus diadakan sehingga maknanya sama dengan
kos kesempatan. Jadi untuk barang sebagai hasil akhir kegiatan produksi, kos terkandung
adalah kos komponen yang melekat pada barang tersebut sedangkan kos penggantian adalah
price agregat yang tidak jadi diperoleh kalau barang tersebut tidak ada atau price agregat
yang harus dikorbankan kalau perusahaan tidak memproduksi barang tersebut. Jadi, kos
melekat merupakan konsep dasar untuk mendukung bahwa bahan olah akuntansi adalah kos
yang sesungguhnya terjadi. Implikasi dari kos melekat:
1. Saat Pengakuan Nilai Tambah
Konsep dasar kos melekat diperlukan karena mengikuti aliran fisis, harus ada anggapan
bahwa tiap kos mempunyai daya saling mengikat bila digabungkan dengan kos lain
secara tepat. Konsep dasar ini mempunyai implikasi penting terhadap saat pengakuan
tambahan manfaat produk fisis dihasilkan. Kalau kos produk harus menunjukkan nilai,
maka kedalam kos produk tersebut harus dimasukkan jumlah rupiah nilai yang
merupakan tambahan manfaat yang melekat pada produk sebagai akibat proses produksi
itu. Akan tetapi tidak diketahui secara objektif dan meyakinkan berapa besaran nilai
tambahan tersebut. Nilai tambahan ini akan terealisai kalau produk telah terjual dan asset
baru masuk kedalam satuan usaha. Realisasi pendapatan melalui penjualan sebenarnya
menandai dan mengukur dua macam kos baru sebagai bahan olah akuntansi selanjutnya,
yaitu:
a. Kos baru sebagai penggantian kos yang melekat dan dikorbankan yang
merepresentasikan upaya penyediaan produk atau jasa yang diserahkan kepada
pembeli produk.
b. Kos baru sebagai tambahan asset yang menunjukkan imbalan untuk jasa modal yang
ditanamkan dan resiko yang ditanggung dalam menjalankan usaha.
2. Wadah Penggabungan
Dalam mengikuti aliran fisis produksi, kos dipecah, dikelompokkan, dan kemudian
digabung kembali mengikuti unit fisis produk. Ini berarti bahwa kos digabungkan sebagai
wadah atau penakar penggabungan. Setelah produk diserahkan kepelanggan, maka kos
yang melekat pada unit produk yang telah diserahkan akan mengukur biaya dan secara
logis dapat disebut dengan kos barang terjual.
F. Upaya dan Hasil
Konsep ini menyatakan bahwa biaya merupakan upaya dalam rangka memperoleh hasil
berupa pendapatan. Secara konseptual, pendapatan timbul karena biaya bukan sebaliknya
pendapatan menanggung biaya. Artinya, begitu kesatuan usaha melakukan kegiatan
produktif maka pendapatan dapat dikatakan telah terbentuk pula walaupun belum terealisai.
Konsep ini mempunyai beberapa implikasi diantaranya :
1. Perlunya Basis Asosiasi
Laba mencerminkan keefektivan manajemen dalam mengelolah sumber ekonomi dan
merupakan informasi penting bagi pihak yang berkepentingan khususnya bagi mereka
yang menyediakan sumber ekonomi dan menanggung resiko akhir. Ukuran keefektivan
ini akan tepat apabila hasil diatandingkan dengan upaya yang menimbulkan hasil
tersebut. Dengan demikian, diperlukanlah dasar asosiasi yang tepat dan rasional antara
kedua komponen tersebut agar laba mempunyai makna atau nilai sebagai pengukur
kinerja yang terandalkan.
2. Penakar Asosiasi Ideal dan Praktis
Penakar yang dimaksud disini adalah dasar atau wadah penandingan antara biaya dan
pendapatan. Penakar yang paling cocok adalah penakan yang dapat menunjukkan secara
tepat dan objektif bahwa biaya yang masuk dalam penakar adalah biaya yang benar-benar
menyebabkan timbulnya pendapatan yang masuk dalam penakar tersebut.
3. Laba Akuntansi Versus Ekonomik
Konsep ini mempunyai implikasi terhadap interprestasi laba akuntansi. Laba dipandang
sebagai residual atau selisih pengukuran dua elemen yang berkaitan yaitu pendapatan dan
biaya. Karena perbedaan konsep dasar, pengertian, tujuan, laba akuntansi dapat berbeda
maknanya dengan laba ekonomi.
4. Kos Aktual
Kos tersebut timbul karena transaksi, kejadian atau upaya yang nyata-nyata dilakukan.
Untuk mengakui kos, harus ada transaksi masa lalu. Biaya sesungguhnya adalah biaya
yang terjadi akibat suatu kegiatan nyata sehingga kos hipotesis tidak diakui.
5. Asas Akrual atau Himpun
Asas akrual adalah asas dalam pengakuan pendapatan dan biaya yang menyatakan bahwa
pendapatan diakui saat hak kesatuan usaha timbul karena penyeraha barang atau jasa ke
pihak luar dan biaya diakui pada saat kewajiban timbul karena penggunaan sumber
ekonomi yang melekat pada barang dan jasa yang diserahkan. Sebagai konsekuensi asas
ini, akuntansi mengakui pos-pos akrual dan tangguhan.
6. Pengertian Depresiasi
Depresiasi adalah biaya nyata bukan hipotesis. Depresiasi untuk suatu periode harus
diperhitungkan dan diakui sebagai biaya karena jasa yang diberikan oleh asset tetap tidak
terjadi sekaligus pada saat memperoleh atau pemberhentian asset. Jadi, depresiasi adalah
bagian dari cost, asset tetap yang telah diperhitungkan sebagai biaya.
7. Kapasitas Menganggur
Walaupun truk tidak dipakai atau dipakai di bawah kapasitas, biaya sewa tiap tahun tetap
terjadi sebesar tarif yang telah disepakati dan berapapun besarnya biaya ini akan tetap
merupakan pengurangan pendapatan. Meskipun demikian, tidak tertutup kemungkinan
untuk memisahkan dalam laporan labarugi bagian depresiasi tahun berjalan yang
merepresentasikan kapasitas menganggur.
8. Pos-pos Luar biasa
Untuk menemukan laba periodik, konsep menandingkan yang beriorentasi jangka
panjang akan memasukkan:
a. Untung Luar biasa yaitu timbulnya atau bertambahnya manfaat ekonomi atau asset
yang terjadi tanpa adanya upaya yang jelas direncanakan.
b. Rugi Luar biasa yaitu hilangnya atau berkurangnya manfaan ekonomi atau asset yang
terjadi akibat hal-hal yang tidak ada hubungan atau tidak mudah dihubungkan dengan
upaya untuk memperoleh hasil.
G. Bukti Terverifikasi dan Objektif
Konsep ini menyatakan bahwa informasi keuangan akan mempunyai tingkat
kebermanfaatandan tingkat keterandalan yang cukup tinggi apabila terjadinya data keuangan
didukung oleh bukti-bukti yang objektif dan dapat diuji kebenarannya. Objektifitas bukti
harus dievaluasi atas dasar kondidi yang melingkupi penciptaan, pengukuran dan
penangkapan atau pengakuan data akuntansi. Jadi, akuntansi tidak mendasarkan diri pada
objektifitas mutlak melainkan pada objektifitas relative yaitu objektifitas yang paling tinggi
pada waktu transaksi terjadi dengan mempertimbangkan keadaan dan ketersediaan
informasi. Berikut beberapa implikasi dari konsep diatas:
1. Arti Penting Pengauditan
Salah satu kriteria kewajaran adalah bahwa pos-pos statement jeuangan didefinisi, diukur,
dinilai, diakui, dan disajikan sesuai dengan PABU. Untuk menentukan kesesuaian
tersebut, diperlukan adanya bukti yang dapat diverifikasi dan dapat diandalkan.
2. Objektifitas Bukti
Bukti terverifikasi adalah bukti yang mempunyai sifat tertentu sehingga memungkinkan
untuk menjadi bahan pembuktian kebenaran pernyataan. Objektif berarti bahwa fakta
yang diungkapkan oleh suatu bukti tidak dipengaruhi oleh kepentingan pribadi.
3. Objektifitas Relatif
Konsep objektifitas dalam penciptaan data akuntansi adalah objektifitas yang disesuaikan
dengan keadaan yang ada pada saat penentuan fakta bukan objektifitas mutlak.
4. Objektivitas Dan Keterverifikasian Jangka Panjang
Bukti yang paling kuat dan paling diinginkan adalah bukti yang sepenuhnya objektif.
Akan tetapi bila persyaratan objektivitas semacam ini harus diikuti secara mutlak dalam
segala hal maka akuntansi akan menjadi berpandangan jangka pendek dan bertentangan
dengan konsep kontinuitas usaha.
Bukti akuntansi juga tidak harus mendasarkan pada bukti yuridis. Itulah sebabnya untuk
dapat dinyatakan sebagai asset yang dikuasai kesatuan usaha, suatu asset tidak harus
dimiliki kesatuan usaha akan tetapi cukup dikuasai.
H. Asumsi
Asumsi dalam daftar konsep dasar sebenarnya bukan merupakan konsep dasar tetapi lebih
kepada penjelasan bahwa keenam konsep dasar sebelumnya merupakan asumsi atau
didasarkan asumsi dengan keterbatasan. Berikut ini contoh asumsi yang menjadi landasan
dalam memilih konsep yang relevan :
1. Kontinuitas usaha
Konsep kontinuitas usahan hanya dapat dibenarkan atas dasar pengalaman perusahaan
pada umumnya. Oleh karena itu, penerapan konsep ini dalam perusahaan tertentu adalah
semata-mata asumsi dan pernyataan ini harus tetap dipertimbangkan dalam proses
pelaporan.
2. Periode Satu Tahun
Akuntansi menganggap ahwa waktu satu tahun adalah periode yang tepat untuk
pelaporan. Waktu satu tahun dianggap tidak terlalu pendek atau panjang. Penakar
altenative adalah unit produksi, pekerjaan-order atau project.
3. Kos Sebagai Bahan Olah
Penghargaan sepakatan yang menjadi bahan olah akuntansi didsarkan atas asumsi bahwa
kos faktor produksi yang diperoleh perusahaan menunjukkan nilai wajar pada saat
terjadinya. Asumsi dibalik penalaran tersebut adalah bahwa para pelaku ekonomi
bertindak rasional, suatu asumsi yang tidak selalu benar dalam tiap keadaan.
4. Daya Beli Uang Stabil
Konsep bahwa jumlah rupiah yang tercatat akan tetap menunjukkan nilai dilandasi
asumsi bahwa daya beli uang adalah stabil sepanjang masa.
5. Tujuan Mencari Laba
Keinginan untuk menghasilkan laba adalah karakteristik nyata yang melekat pada
perusahaan komersil. Memang benar kalau perusahaan dikelola pemerintah tujuan
mencari laba ditekan sampai minimal, namun demikian cukup beralasanlah dalam hal ini
untuk menganggap bahwa biaya harus terjadi atau dikeluarkan untuk menghasilkan
pendapatan guna menutup biaya tersebut dan bahwa prestasi dan kelangsungan hidup
perusahaan harus dievaluasi paling tidak atas dasar kemampuan pendapatan menutup
biaya.
6. Konsep Dasar Lain
Konsep-konsep dasar yang diuraikan oleh P&L diatas merupakan konsep-konsep dasar
yang terpadu dan lengkap sebagai landasan konseptual untuk merekayasa pelaporan
keuangan. Berikut adalah beberapa konsep yang belum dicakupi konsep dasar P&L:
I. Substansi Daripada Bentuk
Konsep ini menyatakan bahwa dalam menetapkan suatu konsep ditingkat perekayasaan
atau dalm menetapkan standar di tingkat penyusun standar, akuntansi akan menekankan
makna atau substansi ekonomik suatu objek atau kejadian daripada makna yuridisnya
meskipun makna yuridis mungkin menghendaki perlakuan akuntansi yang berbeda.
J. Pengakuan Hak Milik Pribadi
Konsep ini menyatakan bahwa pengakuan hak milik pribadi harus dilindungi atau diakui
secara yuridis. Tanpa konsep ini kesatuan usaha tidak dapat memiliki sumber
ekonooomikatau asset. Pemilikan merupakan salah satu cara untuk memperoleh penguasaan.
K. Keanekaragaman Akuntansi Antarentitas
Konsep ini menyatakan bahwa perbedaan perlakuan akuntansi antarkesatuan usaha
merupakan suatu hal yang tidak dapatdihindari karena perbedaan kondisi yang melingkupi
dan karakteristik kesatuan usaha individual. Keunikan kesatuan usaha justru menghendaki
perlakuan akuntansi yang berbeda agar informasi keuangan lebih menggambarkan keadaan
unit usaha yang sebenarnya.
L. Konservatisma
Konservatisma adalah sikap atau aliran dalam menghadapi ketidakpastian untuk mengambil
tindakan atau keputusan atas dasar munculan yang terjelek dari ketiddakpastian tersebut.
Sikap konservatif juga mendukung makna sikap berhati-hati dalam menghadapi resiko
dengan cara bersedia mengorbankan sesuatu yang mengurangi atau menghilangkan resiko.
M. Pengendalian Internalmenjamin Keterandalan Data
Konsep ini menyatakan bahwa system pengendalian internal yang memadai merupakan
sarana untuk mendapatkan keterandalan informasi yand tinggi. Konsep yang diajukan Grady
ini dilandasi penalaran bahwa objektivitas dalam akuntansi bukan merupakan objektivitas
mutlak dan akuntansi mengakui adanya taksiran-taksiran sehingga keterandalan data hanya
dapat dijamin kalau kesatuan uasaha mempunyai system pengendalian internal yang
memadai.
N. Manfaat Konsep Dasar
Walaupun telah disinggung sebelumnya bahwa konsep dasar berfungsi melandasi penalaran
pada tingkat perekayasaan akuntansi, konsep dasar lebih banyak manfaatnya bagi penyusun
standar dalam berargumen untuk menentukan konsep prinsip, metoda, atau teknik yang akan
dijadikan standar. P&L menegaskan bahwa penyusun standar harus dilandasi oleh pemikiran
atau penalaran yang jelas dan jernih. Pemilihan istilah, misalnya, harus didasarkan atas
pikiran yang jernih dan kaedah kebahasaan yang baik bukannya atas selera seseorang yang
berkuasa. Demikian juga, standar akuntansi tidak harus tunduk pada apa yang nyatanya
dipraktikkan tetapi harus lebih berorientasi kemasa depan demi perbaikan secara bertahap.