Upload
nguyennhi
View
231
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
TEORI ALIRAN LALULINTAS
PENDAHULUAN
1. Teori Aliran lalulintas adalah ilmu baru pada teknik lalulintas, adapun topik yang
banyak dikembangkan adalah hubungan antara variabel aliran, kecepatan, dan
kepadatan.
2. Aliran lalulintas terdiri dari berbagai macam kendaraan yang memiliki tipe dan
ukuran kendaraan yang melintas di jalan raya, dengan kecepatan yang berbeda pula.
3. Komponen aliran lalulintas antara lain :
a) Flow (q)
b) Volume (V)
c) Time headway
d) Speed
e) Time mean speed
f) Space mean speed
g) Density
4. Komponen utama dari aliran lalulintas adalah :
a) Volume
b) Speed
c) Density
5. Angka aliran (flow rate = q) adalah aliran kendaraan yang melintas di suatu titik di
jalan raya. Flow rate dinyatakan dalam kendaraan per-jam (vph), tetapi waktu
observasinya singkat. Misal dalam 15 menit disurvei adalah 1500 kendaraan yang
melintas pada titik di suatu jalan, maka q = 1500 𝑘𝑒𝑛𝑑
15
60 𝑗𝑎𝑚
= 6000 kend/jam (kpj)
6. Volume (V) adalah jumlah kendaraan yang melintas di suatu titik di jalan raya dalam
interval waktu tertentu, misal 15 menit, 1 jam, 1 hari dll. Misal dalam 15 menit
disurvei adalah 1500 kendaraan yang melintas pada titik di suatu jalan, maka V =
V(km/jam)
D(kend/km)
V(km/jam)
Q(kend/jam)
m)
Q(kend/jam)
m)
D(kend/km)
1500 kend/15 menit. Jika menghendaki volume dalam 1 jam, maka harus survei
selama 1 jam dst.
7. Waktu antara (time headway = h) adalah waktu antara kendaraan pertama dengan
kendaraan yang kedua, yang melintas secara berurutan pada suatu titik di jalan. Dan h
dinyatakan dalam detik.
8. Waktu antara rata-rata [ ℎ = detik per-kendaran (dt/kend) ] adalah rata-rata dari
semua waktu antara.
VOLUME
1. Volume lalulintas adalah jumlah kendaraan yang melewati suatu titik di jalan raya
selama interval waktu tertentu (misal 1 jam, 1 hari, 1 tahun). Satuan volume adalah
kendaraan per-jam, atau kendaraan per-hari, atau kendaraan per-tahun.
2. Volume lalulintas harian rata-rata tahunan (Average Annual Daily Traffic = AADT)
adalah volume lalulintas rata-rata 24 jam disuatu lokasi survei yang diperoleh dari
survei selama satu tahun dibagi 365 hari.
3. Volume lalulintas harian rata-rata (Average Daily Traffic = ADT) adalah volume
lalulintas rata-rata 24 jam disuatu lokasi survei yang diperoleh dari survei selama satu
minggu atau satu bulan, kemudian dibagi 7 hari atau 30 hari.
4. Satuan Mobil Penumpang (SMP) adalah suatu satuan yang digunakan untuk
menyamakan karakteristik kendaraan yang berbeda-beda yang ada di jalan raya.
Adapun nilai konversinya disebut ekivalensi mobil penumpang (emp), sedangkan
nilai emp menurut MKJI adalah sebagai berikut :
Tipe jalan Arus lalulintas per
lajur (kend/jam)
emp
HV MC
Dua lajur satu arah (2/1)
Empat lajur terbagi (4/2 )
0
≥ 1050
1,3
1,2
0,40
0,25
Tiga lajur satu arah (3/1)
Enam lajur terbagi (6/2)
0
≥ 1100
1,3
1,2
0,40
0,25
Misal : Dalam suatu survei didapat data sebagai berikut :
Waktu SM SM(0,40) SM(0,25)
06.00 - 07.00 2100 840 525
06.15 - 07.15 2150 860 537,5
06.30 - 07.30 2110 844 527,5
06.45 - 07.45 2140 856 535
07.00 - 08.00 2150 860 537,5
07.15 - 08.15 1990 796 497,5
07.30 - 08.30 2005 802 501,25
07.45 - 08.45 1990 796 497,5
08.00 -09.00 1960 784 490
KECEPATAN.
1. Time Mean Speed (TMS= 𝑢𝑡 ) adalah kecepatan di jalan berdasarkan rata-rata
kecepatan masing-masing kendaraan yang melintas pada suatu ruas jalan. TMS
dinyatakan dalam km/jam (kpj) atau meter/detik (mpd).
2. Space mean speed (SMS = 𝑢𝑠 ) adalah kecepatan di jalan berdasarkan rata-rata
waktu masing-masing kendaraan dalam menempuh suatu jarak tertentu pada suatu
ruas jalan.
3. Travel time (waktu perjalanan) adalah waktu yang dipakai oleh suatu kendaraan untuk
menempuh suatu jarak tertentu di suatu ruas jalan.
KEPADATAN
1. Density (kepadatan = k) yakni pemusatan kendaraan di suatu ruas jalan. Kepadatan
dinyatakan dengan kendaraan per-km (kend/km). Kepadatan bisa per-jalur atau total
jalur.
Misal : Dalam suatu survei pada suatu ruas jalan sepanjang 0,5 km, pada suatu waktu
tertentu. Jalan tersebut terdiri dari 3 jalur searah. Diperoleh data survei ada 20
kendaraan per-jalur.
Maka kepadatan per-jalur = k (1 jalur ) = 20 𝑘𝑒𝑛𝑑
0,5 𝑘𝑚 = 40 kend/km/jalur.
Kepadatan total jalur = k(ruas jalan) = 20 𝑥 3 𝑘𝑒𝑛𝑑
0,5 𝑘𝑚 = 120 kend/km
2. Space headway (jarak antara = s ) yakni jarak antara muka kendaraan pertama sampai
dengan muka kendaraan yang kedua yang berurutan pada waktu tertentu. Space
headway dinyatakan dalam meter (m)
3. Average space headway (jarak antara rata-rata = 𝑠 ) yakni rata-rata dari semua jarak
antara (s) pada suatu ruas jalan, dinyatakan dengan meter/kend.
PERTEMUAN JALAN / SIMPANG JALAN
Pertemuan jalan atau simpang jalan adalah tempat bertemunya berbagai pergerakan
kendaraan yang arahnya berbeda-beda, ada yang belok kiri, belok kanan ataupun lurus. Arus
lalulintas pada masing-masing kaki persimpangan menggunakan ruang jalan pada
persimpangan secara bersama-sama, sehingga perlu pengendalian arus lalulintas pada
simpang.
Masalah utama yang saling terkait pada simpang antara lain :
1) Volume dan kapasitas
2) Desain geometrik.
3) Kecelakaan dan keselamatan, lampu penerangan jalan
4) Parkir
5) Pejalan kaki
6) Jarak antar simpang.
PERGERAKAN KENDARAAN
Terdapat 4 jenis alih gerak kendaraan yang terjadi pada simpang yakni berpencar
(diverging), bergabung (merging), berpotongan (crossing), dan jalinan (weaving).
1. Berpencar (diverging), yakni konflik yang terjadi akibat pergerakan kendaraan yang
saling menyebar.
2. Bergabung (merging), yakni konflik yang terjadi akibat pergerakan kendaraan yang
saling bertemu.
3. Berpotongan (crossing), yakni konflik yang terjadi akibat pergerakan kendaraan yang
saling berpotongan.
4. Jalinan (weaving). yakni konflik yang terjadi akibat pergerakan kendaraan yang saling
bertemu dalam satu ruas jalan tetapi kemudian berpindah jalur.
Diverging merging
Crossing weaving
PERHITUNGAN KAPASITAS BUNDARAN.
Dengan MKJI 1997.
Menurut MKJI 1997 kapasitas bundaran dihitung dengan rumus sebagai berikut :
C = 135 x Ww1,3
x ( 1 + WE / WW )1,5
x ( 1 – pw / 3)0,5
x ( 1 + Ww / Lw )-1,8
x Fcs x FRSU
Dimana :
C = Kapasitas
Ww = Lebar jalinan
WE = Lebar rata-rata = (W1 + W2) / 2
pw = Rasio jalinan
Lw = Panjang jalinan
Fcs = Faktor penyesuaian ukuran kota
FRSU = Faktor penyesuaian tipe lingkungan
Tabel : Faktor Penyesuaian Ukuran Kota FCS.
UKURAN KOTA PENDUDUK (JUTA) Faktor Penyesuaian Ukuran Kota FCS
Sangat Kecil < 0,1 0,82
Kecil 0,1 – 0,5 0,88
Sedang 0,5 – 1,0 0,94
Besar 1,0 – 3,0 1,00
Sangat Besar 3,0 1,05
Sumber : MKJI 1997
Tabel : Faktor penyesuaian tipe lingkungan FRSU
Kelas tipe
lingkungan jalan
Kelas Hambatan
Samping
Rasio kendaraan tidak bermotor PUM
0,00 0,005 0,10 0,15 0,20 >0,25
Komersial
Tinggi 0,93 0,88 0,84 0,79 0,74 0,70
Sedang 0,94 0,89 0,85 0,80 0.75 0,70
Rendah 0,95 0,90 0,86 0,81 0,76 0,71
Pemukiman
Tinggi 0,96 0,91 0,86 0,82 0,77 0,72
Sedang 0,97 0,92 0,87 0,82 0,77 0,73
Rendah 0,98 0,93 0,88 0,83 0,78 0,74
Sumber : MKJI 1997
Contoh :
Diketahui data geometrik bundaran sebagai berikut :
Pendekat Tipe Lingkungan Hambatan Samping W1 W2 WW LW r1
Barat (A) Komersial Sedang 18 10 20 25 25
Utara (B) Komersial Sedang 18 9 19 24 25
Selatan (C ) Komersial Sedang 19 9 20 24 25
Ww = Lebar jalinan
W1 = Lebar pendekat pertama dari median ke tepi jalan
W2 = Lebar pendekat kedua dari median ke bundaran
r1 = entry radius
Lw = Panjang jalinan
Diketahui data arus lalulintas pada jam sibuk pagi :
A-LT A-RT B-LT B-RT C-LT C-RT
597 1119 491 582 682 462
Bagian Jalinan AB : QAB = QART + QALT + QCRT
QWAB = QART + QCRT
PWAB = QWAB / QAB
Bagian Jalinan BC : QBC = QBRT + QBLT + QART
QWBC = QBRT + QART
PWBC = QWBC / QBC
Bagian Jalinan CA : QCA = QCRT + QCLT + QBRT
QWCA = QCRT + QBRT
PWCA = QWCA / QCA
Perhitungan Arus Total pada jalinan dan arus yang menjalin.
QAB QWAB QBC QWBC QCA QWCA
2178 1581 2192 1701 1726 1044
Perhitungan rasio jalinan.
PWAB = QWAB / QAB PWBC = QWBC / QBC PWCA = QWCA / QCA
0,725 0,776 0,605
Perhitungan Kapasitas.
1) 135 x Ww1,3
= 135 x (20)1,3
= 135 x 40,129 = 6632,43
2) WE = (W1 + W2 ) / 2 = ( 18 + 10 ) / 2 = 14.
( 1 + WE / WW )1,5
= ( 1 + 14/20 )1,5
= 2,216
3) ( 1 – pw / 3)0,5
= 1 −0,725
3
0,5
= 0,87
4) ( 1 + Ww / Lw )-1,8
= 1 +20
25 − 1,8
= 0,347
5) Fcs = 1 , dimisalkan penduduk kota antara 1 – 3 juta
6) FRSU = 0,94, dimisalkan tidak ada kendaraan tak bermotot dan tipe lingkungan
komersial.
7) C = 6632,43 x 2,216 x 0,87 x 0,347 x 1 x 0,94 = 4170,79
Perhitungan derajad jenuh : DS = 𝑄
𝐶 =
2178
4170,79 = 0,522 < 0,70
Perhitungan Tundaan.
D = DT + DG
Dimana : D = tundaan rata-rata bagian jalinan.
DT = tundaan lalulintas rata-rata bagian jalinan.
DG = tundaan geometrik rata-rata bagian jalinan, ditentukan 4 detik/smp
Jika DS < = 0,6 maka DT = 2 + 2,68982*DS – (1 – DS)*2
Jika DS > 0,6 maka DT = 1
0,59186 − 0,52525∗𝐷𝑆 - (1-DS) * 2
Sehingga untuk kasus diatas DS = 2 + 2,68982 * 0,522 – (1-0,522)*2 = 3,404 – 0,956 = 2,448
Jadi D = 4 + 2,448 = 6,448 dt/smp
PERHITUNGAN KECEPATAN DAN KAPASITAS JALAN DUA LAJUR DUA
ARAH
Kecepatan Arus Bebas.
FV = ( FVO + FVW ) x FFVSF x FFVCS
Dimana :
FV = Kecepatan arus bebas (km/jam)
FVO = Kecepatan arus bebas dasar (km/jam)
FVW = Penyesuaian lebar jalur efektif
FFVSF = Faktor Penyesuaian akibat Hambatan Samping dan bahu jalan
FFVCS = Faktor penyesuaian ukuran kota.
Tabel : Kecepatan Arus Bebas Dasar (FVo )
Tipe Jalan Kecepatan Arus Bebas Dasar (FVo ) km/jam
LV HV MC Rata-rata
Dua jalur dua arah tak terbagi ( 2/2 UD) 44 40 40 42
Sumber : MKJI 1997
Tabel : Penyesuaian Kec. Arus Bebas untuk Lebar Jalur (FVW )
Tipe Jalan Lebar jalur lalulintas efektif FVW (km/jam)
Dua Jalur Tak terbagi Total
5
6
7
8
9
10
11
-9,5
-3
0
2
4
6
7
Sumber : MKJI 1997
Tabel : Faktor Penyesuaian Kecepatan Arus Bebas untuk Hambatan Samping (FFVSF)
dengan bahu jalan.
Tipe Jalan Kelas Hambatan
Samping
Faktor penyesuaian untuk hambatan samping dan
lebar bahu
Lebar bahu efektif rata-rata WS (m)
<= 0,5 m 1,0 m 1,5 m >= 2 m
Dua lajur tak terbagi (2/2
UD )
Jalan satu arah
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
1,00
0,96
0,90
0,82
0,73
1,01
0,98
0,93
0,86
0,79
1,01
0,99
0,96
0,90
0,85
1,01
1,00
0,99
0,95
0,91
Sumber : MKJI 1997
Tabel : Faktor Penyesuaian Kecepatan Arus Bebas untuk Ukuran Kota (FFVCS )
Ukuran Kota ( Juta Penduduk ) Faktor Penyesuaian Untuk Ukuran Kota
< 0,1
0,1 – 0,5
0,5 – 1,0
1,0 – 3,0
>3,0
0,90
0,93
0,95
1,00
1,03
Sumber : MKJI 1997
Contoh :
Diberikan data dari suatu ruas jalan dengan (1) lebar jalur 6 m; (2) lebar bahu jalan pada
kedua sisi 1m dan rata dengan jalan; (3) hambatan samping tinggi (4) jumlah penduduk kota
900 ribu.
Berapa kecepatan arus bebas kendaraan ringan (LV)?
Jawab :
FV = ( FVO + FVW ) x FFVSF x FFVCS
= [ 44 + (-3) ] x 0,86 x 0,95 = 33,5 km/jam
Perhitungan Kapasitas.
C = CO x FCW x FCSP x FCSF x FCCS (smp/jam)
Dimana :
C = Kapasitas
CO = Kapasitas dasar (smp/jam)
FCW = Faktor penyesuaian lebar jalur
FCSP = Faktor penyesuaian pemisah arah
FCSF = Faktor penyesuaian hambatan samping
FCCS = Faktor penyesuaian ukuran kota
Tabel : Kapasitas Dasar
Tipe Jalan Kapasitas Dasar ( smp/jam ) Catatan
Empat jalur terbagi
Empat jalur tak terbagi
Dua jalur tak terbagi
1650
1500
2900
Per-jalur
Per-jalur
Total dua arah
Sumber : MKJI 1997
Tabel : Faktor penyesuaian lebar jalur
Tipe Jalan Lebar jalur lalulintas efektif
( WC dalam meter )
FCW
Dua Jalur Tak terbagi Total dua arah
5
6
7
8
9
10
11
0,56
0,87
1,00
1,14
1,25
1,29
1,34
Sumber : MKJI 1997
Tabel : Faktor penyesuaian pemisah arah
Pemisah Arah SP%-% 50-50 55-45 60-40 65-35 70-30
FCSP Dua jalur 2/2 1,00 0,97 0,94 0,91 0,88
Empat jalu 4/2 1,00 0,985 0,97 0,955 0,94
Sumber : MKJI 1997
Tabel : Faktor penyesuaian hambatan samping
Tipe Jalan Kelas Hambatan
Samping
Faktor penyesuaian untuk hambatan samping dan
lebar bahu ( FCSF )
Lebar bahu efektif rata-rata WS (m)
<= 0,5 m 1,0 m 1,5 m >= 2 m
Dua lajur tak terbagi (2/2
UD )
Jalan satu arah
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
0,94
0,92
0,89
0,82
0,73
0,96
0,94
0,92
0,86
0,79
0,99
0,97
0,95
0,90
0,85
1,01
1,00
0,98
0,95
0,91
Sumber : MKJI 1997
Tabel : Faktor Penyesuaian Kapasitas untuk Ukuran Kota (FCCS )
Ukuran Kota ( Juta Penduduk ) Faktor Penyesuaian Untuk Ukuran Kota
< 0,1
0,1 – 0,5
0,5 – 1,0
1,0 – 3,0
>3,0
0,86
0,90
0,94
1,00
1,04
Sumber : MKJI 1997
Contoh :
Pada suatu survei lalulintas pada salah satu ruas jalan perkotaan diperoleh data arus lalulintas
kendaraan ringan (LV) yang melintas ada 1000 kend/jam, kendaraan berat (HV) 100
kend/jam, dan sepeda motor (MC) 500 kend/jam. Sedangkan data geometrik berupa lebar
jalan adalah 6 meter, lebar bahu kanan-kiri 1 meter, pemisah arah 50-50. Penduduk kota
tersebut kuarang lebih 900 ribu. Hambatan samping di sekitar jalan tinggi.
1) Perkirakan kapasitas jalan.
2) Hitung derajad jenuhnya.
3) Perkirakan kecepatan kendaraan di ruas jalan tersebut.
Jawab :
1) C = CO x FCW x FCSP x FCSF x FCCS (smp/jam)
= 2900 x 0,87 x 1 x 0,86 x 0,94 = 2039,5 smp/jam
2) Q = 1000 x 1 + 100 x 1,2 + 500 x 0,25 = 1245
DS = Q / C = 1245 / 2039,5 = 0,61
3) Kecepatan arus bebas 33,5 km/jam dan DS = 0,61 maka kecepatan kendaraan ringan
di ruas jalan tersebut = 26 km/jam
ANALISIS DAERAH JALINAN (WEAVING AREA)
Di jalan dengan banyak lajur dimungkinkan adanya kendaraan yang saling menjalin, untuk
kemudian menuju ke arah yang berbeda. Adapun rumus untuk memperkirakan arus
kendaraan maksimal di daerah jalinan adalah :
v = 𝑉
𝑃𝐻𝐹 𝑥 𝑓𝐻𝑉 𝑥 𝑓𝑊 𝑥 𝑓𝑝
dimana : v = angka aliran untuk jam puncak 15 menit
V = volume lalulintas per-jam
fHV = 1
1+ 𝑃𝑟 ( 𝐸𝑟− 1 ) = faktor penyesuaian kendaraan berat
Pr = prosentase kendaraan berat dan Er = faktor ekuivalensi kendaraan berat.
fW = faktor penyesuaian lebar lajur
fP = faktor penyesuaian karakteristik lalulintas
Tabel : Faktor ekuivalensi kendaraan berat.
Faktor Er Tipe daerah
Datar Pegunungan
Truk
Bis
1,7
1,5
8,0
5,0
Sumber : HCM 1985
Tabel : Faktor penyesuaian lebar lajur (fW) untuk jalan 4 lajur.
Lebar Bahu (ft) Lebar setiap lajur
12 ft 10 ft
>= 6
5
1
0,99
0,91
0,90
Sumber : HCM 1985
Tabel : Faktor penyesuaian untuk karakteristik arus lalulintas.
Arus lalulintas pada Faktor fp
Hari libur atau komuter
Yang lain
1,0
0,75 – 0,9
Sumber : HCM 1985
Contoh :
Pada salah satu jalan dengan 4 lajur diperoleh data arus lalulintas : arus dari A ke C = 1815
vph, A ke D = 692 vph , B ke C = 1037 vph, B ke D = 1297 vph; diantaranya 7% kendaraan
berat, Jika PHF = 0,91; lokasi daerah datar dengan lebar masing-masing lajur 12 ft, dan lebar
bahu 6 ft, arus lalulintas comuter.
Perkirakan angka aliran pada jam puncak untuk setiap jalinan!
Jawab :
fHV = 1
1+0,07 ( 1,7−1 ) = 0,95
v untuk AC = 1815
0,91 𝑥 0,95 𝑥 1 𝑥 1 = 2099 pcph
v untuk AD = 692
0,91 𝑥 0,95 𝑥 1 𝑥 1 = 800 pcph
v untuk BC = 1037
0,91 𝑥 0,95 𝑥 1 𝑥 1 = 1199 pcph
v untuk BD = 1297
0,91 𝑥 0,95 𝑥 1 𝑥 1 = 1500 pcph
Daftar Pustaka :
......, 1985, Highway Capacity Manual, Transportation Research Board, Washington DC.
....., 1997, Manual Kapasitas Jalan Indonesia, Dirjen Bina Marga, Jakarta
Adolf D. May, 1990, Traffic Flow Fundamentals, Prentice Hall, New Jersey.
Ahmad Munawar, 2004, Manajemen Lalulintas Perkotaan, Beta Offset, Yogyakarta.
Fachrurrozy, Teori Aliran Lalulintas, MSTT – UGM, Yogyakarta.
Nurul Hidayati, 2006, Teknik Lalulintas, Teknik Sipil, UMS
PHF ( Peak Hour Factor = Faktor jam puncak )
Adalah suatu nilai yang menyatakan perbandingan antara arus lalulintas jam puncak dengan
empat kali 15-menitan arus lalulintas tertinggi dalam jam yang sama (jam puncak)
PHF = 𝑄𝑝𝑢𝑛𝑐𝑎𝑘
4 𝑥 𝑄𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 15−𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡𝑎𝑛
JAM VOLUME VOL/JAM
6.00-6.15 90 6.15-6.30 120 6.30-6.45 250 6.45-7.00 210 670
7.00-7.15 230 810
7.15-7.30 215 905
7.30-7.45 220 875
7.45-8.00 180 845
Q puncak perjam terjadi pada jam 6.30-7.30 yakni 905
Q puncak per-15-menitan pada jam 6.30-6.45 yakni 250
Jadi, PHF = 𝑄𝑝𝑢𝑛𝑐𝑎𝑘
4 𝑥 𝑄𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 15−𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡𝑎𝑛 =
905
4 𝑥 250 = 0,905
Menentukan Hambatan Samping.
1. Penentuan frekuensi kejadian.
Tipe kejadian hambatan
samping
Faktor bobot Frekuensi kejadian Frekuensi berbobot
Pejalan kaki
Parkir
Kendaraan keluar-masuk
Kendaraan lambat
0,5
1
0,7
0,4
/jam, 200 m
/jam, 200 m
/jam, 200 m
/jam
TOTAL
2. Penentuan klas hambatan samping.
Frekuensi
berbobot
kejadian
Kondisi khusus Klas
hambatan
samping
< 100
100 – 299
300 – 499
500 – 899
>900
Pemukiman, hampir tidak ada kegiatan
Pemukiman, beberapa angkutan umum
Daerah industri dan toko-toko dipinggir jalan
Daerah niaga dengan aktifitas sisi jalan tinggi
Daerah niaga dengan pasar aktivitas sisi jalan sangat tinngi
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi
MODEL ARUS LALULINTAS
METODE GREENSHIELDS
Hubungan antara kecepatan, kepadatan dan volume, dengan metode Greenshields
mempunyai persamaan sebagai berikut :
1. Hubungan antara kecepatan (VS ) dan kepadatan (D )
VS = Vf - 𝑽𝒇
𝑫𝒋 D
Dengan :
VS = kecepatan rata-rata ruang (km/jam)
Vf = kecepatan pada kondisi arus bebas (km/jam)
Dj = kepadatan pada kondisi macet (smp/km)
D = kepadatan arus lalulintas (smp/jam)
2. Hubungan antara volume (Q ) dan kecepatan (VS)
D = 𝑸
𝑽𝑺
Sedangkan VS = Vf - 𝑉𝑓
𝐷𝑗 D
Maka VS = Vf - 𝑉𝑓
𝐷𝑗
𝑄
𝑉𝑆 → Vf - VS =
𝑉𝑓
𝐷𝑗
𝑄
𝑉𝑆
𝑄
𝑉𝑆 = ( Vf - VS )
𝐷𝑗
𝑉𝑓 → Q = ( Vf - VS )
𝐷𝑗
𝑉𝑓 VS
Jadi, Q = Dj VS - 𝑫𝒋
𝑽𝒇 ( VS )
2
Nilai maksimum diperoleh jika 𝝏 𝑸
𝝏 𝑽 = 0
Dj - 2 𝐷𝑗
𝑉𝑓 ( VS ) = 0
Dj = 2 𝐷𝑗
𝑉𝑓 ( VS ) →
1
2
𝑉𝑓
𝐷𝑗 Dj = VS → VS =
1
2 Vf
Dengan demikian volume maksumum Qmaksimum didapat :
Qmak = Dj VS - 𝐷𝑗
𝑉𝑓 ( VS )
2
Qmak = Dj ( 1
2 Vf ) -
𝐷𝑗
𝑉𝑓 (
1
2 Vf )
2
= 1
2 Dj ( Vf ) -
1
4
𝐷𝑗
𝑉𝑓 ( Vf
)2
Qmak = 𝟏
𝟒 Dj ( Vf )
Dengan :
Q = volume lalulintas (smp/jam)
Qmak = volume lalulintas pada kondisi maksimum (smp/jam)
3. Hubungan antara volume (Q) dan kepadatan (D )
D = 𝑸
𝑽𝑺 → VS =
𝑄
𝐷
Sedangkan VS = Vf - 𝑉𝑓
𝐷𝑗 D →
𝑄
𝐷 = Vf -
𝑉𝑓
𝐷𝑗 D
Maka Q = D Vf - 𝑽𝒇
𝑫𝒋 D
2
Nilai maksimum diperoleh jika 𝝏 𝑸
𝝏 𝑫 = 0
Vf - 2 𝑉𝑓
𝐷𝑗 D = 0
Vf = 2 𝑉𝑓
𝐷𝑗 D → Vf .
1
2
𝐷𝑗
𝑉𝑓 = D →
1
2 Dj = D atau D =
1
2 Dj
Dengan demikian volume maksumum Qmaksimum didapat :
Qmak = D Vf - 𝑉𝑓
𝐷𝑗 D
2
= 1
2 Dj Vf -
𝑉𝑓
𝐷𝑗 (
1
2 Dj )
2
= 1
2 Dj Vf - (
1
4 Dj Vf
Qmak = 𝟏
𝟒 Dj Vf
Sepeda Motor (MC) Kend.Ringan (LV) Kend. Berat (HV) No Waktu t (dt) V (km/jam) t (dt) V (km/jam) t (dt) V (km/jam) 1 06.00-06.15 20 36 25 29 21 34 2 22 33 30 24 23 31 3 24 30 35 21 4 26 28 40 18 5 28 26 45 16 6 30 24 7 28 26 8 26 28 9 24 30 10 22 33 ∑ 250 292 175 107 44 65 Vt (km/jam) 29,2267 21,4742 32,5 Vs (km/jam)
Waktu tempuh 20 dt, jarak 200 m, maka vt = 200m / 20 dt = 10 m/dt = 10 x 3,6 km/j = 36 km/jam Vt untuk MC = 292/10 = 29,2 km/jam
Vt untuk LV = 107/5 = 21,4 km/jam Vt untuk HV = 66/2 = 32,5 km/jam Vt rata-rata = [ (29,2*10) + (21,4*5) + 32,5*2)] /(10+5+2) = 27,3 km/jam
Kecepatan rata-rata ruang. Vs untuk MC = 200*10/250 *3,6 = 28,8 km/jam
Vs untuk LV = 200*5/175*3,6 = 20,57 km/jam Vs untuk HV = 200*2/44*3,6 = 32,7 km/jam Vs rata-rata = [ (28,8*10) + (20,57*5) + (32,7*2)] /(10+5+2) = 26,83 km/jam
METODE GREENBERG
Hubungan antara kecepatan, kepadatan dan volume, dengan metode Greenberg mempunyai
persamaan sebagai berikut :
1. Hubungan antara kecepatan (VS ) dan kepadatan (D )
VS = Vm ln 𝑫𝒋
𝑫
Dengan :
VS = kecepatan rata-rata ruang (km/jam)
Vm = kecepatan pada saat kondisi volume maksimum (km/jam)
Catatan : VS = Vm ln 𝐷𝑗
𝐷 → VS = Vm [ ln Dj – ln D ] = Vm ln Dj – Vm ln D
2. Hubungan antara volume (Q ) dan kecepatan (VS )
VS = Vm ln 𝐷𝑗
𝐷 →
𝑽𝑺
𝑽𝒎 = ln
𝐷𝑗
𝐷 → 𝑒
𝑉𝑆𝑉𝑚
=
𝐷𝑗
𝐷 → Dj = D . 𝑒
𝑉𝑆𝑉𝑚
D = 𝑸
𝑽𝑺 → Q = D . VS → Q =
𝐷𝑗
eVs
Vm . VS → Q = Dj . VS . e
- (Vs/Vm)
Nilai maksimum diperoleh jika 𝝏 𝑸
𝝏 𝑽 = 0
Dj . e - (Vs/Vm)
+ Dj . VS . − 1
𝑉𝑚 e
- (Vs/Vm) = 0
Dj . e - (Vs/Vm)
. 1 − 𝑉𝑆
𝑉𝑚 = 0 → 1 −
𝑉𝑆
𝑉𝑚 = 0 → 1 =
𝑉𝑠
𝑉𝑚 → VS = Vm
3. Hubungan antara volume (Q) dan kepadatan (D )
VS = Vm ln 𝐷𝑗
𝐷 dan D =
𝑸
𝑽𝑺 ( Vs = =
𝑸
𝑫 ) → =
𝑸
𝑫 = Vm ln
𝐷𝑗
𝐷 → Q = D.Vm . ln
𝐷𝑗
𝐷
Q = D.Vm . ln Dj - D.Vm . ln D
Nilai maksimum diperoleh jika 𝝏 𝑸
𝝏 𝑫 = 0
Vm . ln Dj – [ Vm . ln D - D.Vm . (1/D ) ] = 0 → Vm . ln Dj – [ Vm . ln D - Vm ] = 0
→ Vm [ ln Dj – ln D - 1 ] = 0 → Vm ≠ 0 → ln Dj – ln D - 1 = 0
→ ln Dj – 1 = ln D → ln Dj – ln e = ln D → ln 𝐷𝑗
𝑒 = ln D → D =
𝐷𝑗
𝑒 = Dm
METODE UNDERWOOD
Hubungan antara kecepatan, kepadatan dan volume, dengan metode Underwood mempunyai
persamaan sebagai berikut :
1. Hubungan antara kecepatan (VS ) dan kepadatan (D )
VS = Vf . 𝒆 − 𝑫
𝑫𝒎
Dengan :
Vf = kecepatan arus bebas (km/jam)
Dm = kepadatan pada saat kondisi volume maksimum (km/jam)
Catatan : VS = Vf . 𝑒−𝐷
𝐷𝑚
→ ln VS = ln Vf - −𝐷
𝐷𝑚
2. Hubungan antara volume (Q ) dan kecepatan (VS )
VS = Vf . 𝑒 − 𝐷
𝐷𝑚
dan D = 𝑸
𝑽𝑺 → VS = Vf . 𝑒
− 𝑄𝐷𝑚 .𝑉𝑆
→ ln VS = ln Vf - 𝑄
𝐷𝑚 𝑉𝑆 →
𝑄
𝐷𝑚 𝑉𝑆 = ln Vf – ln VS
Q = Dm . VS . [ ln Vf – ln VS ] atau Q = Dm . VS . ln Vf – Dm . VS ln VS
Nilai maksimum diperoleh jika 𝝏 𝑸
𝝏 𝑽 = 0
Dm . ln Vf – [ Dm . ln VS + Dm . VS . 1
𝑉𝑆 ] = 0
Dm . ln Vf – Dm . ln VS - Dm = 0
Dm [ ln Vf – ln VS - 1 ] = 0
ln Vf – ln VS - 1 = 0
ln Vf – ln VS = 1
ln 𝑉𝑓
𝑉𝑆 = l = ln e →
𝑉𝑓
𝑉𝑆 = e → VS =
𝑉𝑓
𝑒 = Vm
3. Hubungan antara volume (Q) dan kepadatan (D )
VS = Vf . 𝑒 − 𝐷
𝐷𝑚
dan D = 𝑸
𝑽𝑺 → VS =
𝑄
𝐷 →
𝑄
𝐷 = Vf . 𝑒
− 𝐷𝐷𝑚
Q = D Vf . 𝒆 − 𝑫
𝑫𝒎
Nilai maksimum diperoleh jika 𝝏 𝑸
𝝏 𝑫 = 0
Vf . 𝒆 − 𝑫
𝑫𝒎
+ D Vf . 𝒆 − 𝑫
𝑫𝒎
. −𝟏
𝑫𝒎 = 0
Vf . 𝒆 − 𝑫
𝑫𝒎
[ 1 - D 𝟏
𝑫𝒎 = 0
1 - D 𝟏
𝑫𝒎 = 0 →
𝐷
𝐷𝑚 = 1 → D = Dm
MODEL ARUS PADA PEJALAN KAKI
1. Arus (flow) : Q = 𝑵
𝒍 𝒕
Dengan : Q = arus pejalan kaki ( pejalan kaki/menit/m)
N = jumlah pejalan kaki yang melewati pada segmen jalan (pejalan kaki/m)
l = lebar segmen jalan pengamatan (m)
t = waktu (menit)
2. Kecepatan (speed) : V = 𝑳
𝒕
Dengan : V = kecepatan pejalan kaki (m/menit)
L = panjang segmen jalan pengamatan ( m)
t = waktu tempuh pejalan kaki melewati segmen jalan yang diamati (menit)
3. Kepadatan (density) : D = 𝑸
𝑽
Deangan : D = kepadatan (pejalan kaki/m2 )
4. Ruang pejalan kaki (pedestrian space) : S = 𝑽
𝑸 =
𝟏
𝑫
Dengan : S = ruang pejalan kaki (m2 / pejalan kaki)
V = Kecepatan rata-rata (m/menit)
Q = Arus pejalan kaki ( pejalan kaki/menit/m)
5. Hubungan Kecepatan, kepadatan, dan arus.
1. Kecepatan dan kepadatan : V = Vf - 𝑉𝑓
𝐷𝑗 D
2. Volume dan kecepatan : Q = Dj V - 𝐷𝑗
𝑉𝑓 V2
3. Volume dan kepadatan : Q = Vf D - - 𝑉𝑓
𝐷𝑗 D2
Tabel : Tingkat pelayanan prasarana pejalan kaki.
Tingkat
Pelayanan
Ruang
(ft2 /pk)
Tingkat arus dan kecepatan Keterangan
Kec.rata2
(ft/mnt)
Arus rata2
(pk/mnt/ft)
V/C
A >130 >260 <2 <0,08 Pejalan kaki bebas memilih
kecepatan, tidak ada konflik
B >40 >250 <7 <0,28 Pejalan kaki bebas memilih
kecepatan, ada konflik
C >24 >240 <10 <0,40 Kecepatan normal, ruang untuk
mendahului terbatas
D >15 >225 <15 <0,60 Kecepatan normal, konflik tinggi
E >6 >150 <25 <1,00 Ruang untuk mendahului
terbatas/kurang
F <6 <150 Tidak mungkin mendahului
pejalan kaki lain
HCM 1985
Contoh : Diberikan data survei jumlah pejalan dalam 15 menit, lebar jalan untuk pejalan kaki,
waktu tempuh dan panjang segmen pengamatan sebagai berikut :
Waktu N=jml p.k l=lebar jln (m) Waktu tempuh (dt) L=pnj.segmen
09.00 - 09.15 20 2 10 10 m
09.15 - 09.30 25 2 10,30 10 m
09.30 - 09.45 28 2 11 10 m
09.45 - 10.00 30 2 11,30 10 m
10.00 - 10.15 33 2 12 10 m
Arus pejalan kaki = Q = 𝑵
𝒍 𝒕 =
𝟐𝟎
(𝟐) (𝟏𝟓) = 0,667 pk/mnt/m
Waktu N=jml p.k l=lebar jln (m) Arus =Q (pk/mnt/m) Tingkat pelayanan
09.00 - 09.15 20 2 1,000 A
09.15 - 09.30 25 2 1,214 A
09.30 - 09.45 28 2 1,273 A
09.45 - 10.00 30 2 1,327 A
10.00 - 10.15 33 2 1,375 A
Kecepatan pejalan kaki = V = 𝑳
𝒕 =
𝑳𝒕
𝟔𝟎 m/mnt → = V =
1010
60 = 60 m/mnt
Waktu Waktu tempuh (dt) L=pnj.segmen Kec.pejalan kaki (m/mnt)
09.00 - 09.15 10 10 m 60,0
09.15 - 09.30 10,3 10 m 58,3
09.30 - 09.45 11 10 m 54,5
09.45 - 10.00 11,3 10 m 53,1
10.00 - 10.15 12 10 m 50,0
Kepadatan D = Q/V = 0,667 / 60 = 0,011 pk/m2
Ruang pejalan kaki (pedestrian space) : S = 𝑉
𝑄 =
1
𝐷
Waktu Q V D = Q/V (pk/m2) S = 1/D ( m2/pk )
09.00 - 09.15 1,000 60 0,017 60,00
09.15 - 09.30 1,214 58,3 0,021 48,02
09.30 - 09.45 1,273 54,5 0,023 42,81
09.45 - 10.00 1,327 53,1 0,025 40,02
10.00 - 10.15 1,375 50 0,028 36,36
STUDI KECEPATAN SETEMPAT
Studi kecepatan setempat adalah melakukan survei kecepatan pada suatu lokasi
tertentu. Dalam studi kecepatan setempat bisa digunakan untuk mengestimasi distribusi
kecepatan kendaraan dalam aliran lalulintas pada suatu lokasi tertentu di jalan raya. Studi
kecepatan setempat berguna antara lain untuk :
1. Menetapkan daerah kecepatan (speed zone)
2. Menetapkan daerah, dimana kendaraan boleh menyalip, dan sebaliknya.
3. Analisis data kecelakaan.
Lokasi studi kecepatan setempat, biasanya digunakan untuk kepentingan tertentu.
Misal untuk basic data, maka lokasi yang dipakai harus berbeda-beda, agar dapat mewakili
kondisi lalulintas sesungguhnya. Untuk speed trend analysis, maka lokasinya blok
pertengahan jalan perkotaan, jalan lurus, jalan luar kota.
Waktu dan lamanya studi kecepatan setempat, pada umumnya dilakukan sepanjang
waktu, tidak hanya jam puncak saja.
Nilai-nilai yang seringkali digunakan untuk menggambarkan karakteristik kecepatan,
antara lain :
1. Average speed adalah hitungan rata-rata dari senua kecepatan kendaraan, yakni
penjumlahan dari semua kecepatan dibagi dengan jumlah kecepatan.
2. Median speed adalah gambaran kecepatan ditengah-tengah dari suatu rangkaian
kecepatan yang telah disusun.
3. Modal Speed adalah nilai dari kecepatan yang seringkali terjadi dari suatu survei
kecepatan.
4. Pace adalah jarak interval suatu survei, misal pace 40 kpj sampai 50 kpj.
5. Time mean speed dan space mean speed.
The Moving Vehicle Method ( The Moving Car Observer )
Survei ini dilakukan dengan jalan melakukan perjalanan berputar pada suatu ruas jalan, dan
dilakukan sekurang-kurangnya 8 kali putaran.
Ke Timur
Ke Barat
B A
Survei dilakukan dengan menggunakan mobil dan beberapa anggota survei, dimulai dengan
mengendarai mobil misal k ke arah barat lebih dahulu kemudian memutar ke timur. Adapun
cara mengambil data yakni :
1. Panjang ruas jalan, misal 1 km.
2. Tt = Waktu untuk menempuh perjalanan dari A ke B dalam menit (ke timur).
3. Tb = Waktu untuk menempuh perjalanan dari B ke A dalam menit (ke barat).
4. Mt = jumlah kendaraan berlawanan (opposing) yang dijumpai pada saat kendaraan
berjalan dari A ke B (ke timur).
5. Mb = jumlah kendaraan berlawanan (opposing) yang dijumpai pada saat kendaraan
berjalan dari B ke A (ke barat).
6. Ot = jumlah kendaraan yang menyiap/menyalip kendaraan survei yang menepuh
perjalanan dari A ke B (ke timur).
7. Ob = jumlah kendaraan yang menyiap/menyalip kendaraan survei yang menepuh
perjalanan dari B ke A (ke barat).
8. Pt = jumlah kendaraan yang disiap/ disalip kendaraan survei yang menepuh perjalanan
dari A ke B (ke timur).
9. Pb = jumlah kendaraan yang disiap/ disalip kendaraan survei yang menepuh
perjalanan dari B ke A (ke barat).
Untuk menentukan volume kendaraan ke arah timur atau barat digunakan rumus :
1. Qt = ( 𝑀𝑏 + 𝑂𝑡 − 𝑃𝑡 ) ∗ 60
𝑇𝑡 + 𝑇𝑏 adalah volume (aliran) kendaraan ke timur
(kendaraan per-jam/smp per-jam).
2. Qb = ( 𝑀𝑡 + 𝑂𝑏 − 𝑃𝑏 ) ∗ 60
𝑇𝑡 + 𝑇𝑏 adalah volume (aliran) kendaraan ke barat
(kendaraan per-jam / smp per-jam).
Untuk menentukan waktu rata-rata semua kendaraan ke arah timur atau barat digunakan
rumus :
1. 𝑇𝑡 = 𝑇𝑡
- ( 𝑂𝑡 − 𝑃 𝑡 ) ∗ 60
𝑄𝑡 adalah waktu rata-rata semua kendaraan ke timur
(menit)
2. 𝑇𝑏 = 𝑇𝑏
- ( 𝑂𝑏 − 𝑃𝑏 ) ∗ 60
𝑄𝑏 adalah waktu rata-rata semua kendaraan ke barat
(menit)
Untuk menetukan Space mean speed (SMS) ke arah timur atau ke barat dihitung dengan
rumus :
1. 𝑉𝑠 = 𝑑
𝑇𝑡 * 60 (km/jam) adalah Space mean speed (SMS) ke arah timur.
2. 𝑉𝑠 = 𝑑
𝑇𝑏 * 60 (km/jam) adalah Space mean speed (SMS) ke arah barat.
Dengan : d = panjang ruas jalan, misal 1 km.
Contoh :
Trip ke Waktu BERPAPASA (Mb) total smp
MENYIAP (MENYALIP) Ob total
Barat menit KR (1) KB (1,3) SM (0,4) KR (1) KB (1,3) SM (0,4) smp
1 2,03 9 5 76 45,9 5 0 10 9
2 2,06 17 6 65 50,8 0 0 23 9,2
3 2,1 9 12 77 55,4 0 0 15 6
4 2,04 11 10 97 62,8 7 0 3 8,2
5 2,09 18 10 97 69,8 0 0 5 2
6 2,07 10 8 97 59,2 0 0 8 3,2
7 2,11 8 9 74 49,3 0 0 12 4,8
8 2,14 13 10 61 50,4 0 0 11 4,4
9 2,16 4 5 52 31,3 0 0 10 4
10 2,07 12 7 64 46,7 2 0 6 4,4
TOTAL 20,87 111 82 760 521,6 14 0 103 55,2 Rata-rata 2,087 11,1 8,2 76 52,16 1,4 0 10,3 5,52
Trip ke Waktu DISIAP (Pb) total Barat menit KR (1) KB (1,3) SM (0,4) smp 1 2,03 3 2 2 6,4 2 2,06 3 0 1 3,4 3 2,1 3 4 0 8,2 4 2,04 1 3 3 6,1 5 2,09 6 1 0 7,3 6 2,07 5 1 0 6,3 7 2,11 3 0 2 3,8 8 2,14 2 3 1 6,3 9 2,16 1 0 2 1,8 10 2,07 2 0 3 3,2 TOTAL 20,87 29 14 14 52,8 Rata-
rata 2,087 2,9 1,4 1,4 5,28
Trip ke
barat
Waktu
Tb (mnt
Mb
(smp)
Ob
(smp)
Pb
(smp)
Trip ke
timur
Waktu
Tt (mnt
Mt
(smp)
Ot
(smp)
Pt
(smp)
1 2,03 45,9 9 6,4 1 2,05 46,9 10 8,4 2 2,06 50,8 9,2 3,4 2 2,07 51,8 10,2 54 3 2,1 55,4 6 8,2 3 2,12 56,4 7 10,2 4 2,04 62,8 8,2 6,1 4 2,06 63,8 9,2 8,1 5 2,09 69,8 2 7,3 5 2,10 70,8 3 9,3 6 2,07 59,2 3,2 6,3 6 2,08 60,2 4,2 8,3 7 2,11 49,3 4,8 3,8 7 2,12 49,3 5,8 5,8 8 2,14 50,4 4,4 6,3 8 2,15 52,4 5,4 8,3 9 2,16 31,3 4 1,8 9 2,17 32,3 5 3,8 10 2,07 46,7 4,4 3,2 10 2,09 47,7 5,4 5,2
TOTAL 20,87 521,6 55,2 52,8 TOTAL 21,01 531,6 65,2 72,8
Rata2 2,087 5,52 5,28 Rata2 2,101 6,52 7,28
Untuk menentukan volume kendaraan ke arah timur atau barat digunakan rumus :
Qt = ( 𝑀𝑏 + 𝑂𝑡 − 𝑃𝑡 ) ∗ 60
𝑇𝑡 + 𝑇𝑏 =
( 521,6 + 65,2 − 72,8 ) ∗ 60
20,87 + 21,01 = 754,4 smp/jam
adalah volume (aliran) kendaraan ke timur.
Qb = ( 531,6 + 55,2 − 52,8 ) ∗ 60
20,87 + 21,01 = 765,04 smp/jam
adalah volume (aliran) kendaraan ke barat.
Untuk menentukan waktu rata-rata semua kendaraan ke arah timur atau barat digunakan
rumus :
𝑇𝑡 = 𝑇𝑡
- ( 𝑂𝑡 − 𝑃 𝑡 ) ∗ 60
𝑄𝑡 = 2,087 -
( 6,52 − 7,28 ) ∗ 60
754,4 = 2,15 menit
adalah waktu rata-rata semua kendaraan ke timur (menit)
𝑇𝑏 = 𝑇𝑏
- ( 𝑂𝑏 − 𝑃𝑏 ) ∗ 60
𝑄𝑏 = 2,101 -
( 5,52 − 5,28 ) ∗ 60
765,04 = 2,08 menit
adalah waktu rata-rata semua kendaraan ke barat (menit)
Untuk menetukan Space mean speed (SMS) ke arah timur atau ke barat dihitung dengan
rumus :
𝑉𝑠 = 𝑑
𝑇𝑡 * 60 =
1
2,15 * 60 = 27,9 (km/jam) adalah Space mean speed ke arah timur.
𝑉𝑠 = 𝑑
𝑇𝑏 * 60 =
1
2,08 * 60 = 28,8 (km/jam) adalah Space mean speed ke arah barat.
Analisis Dan Representasi Data Kecepatan.
Pengumpulan data, misal data kecepatan kendaraan di suatu tempat, perlu dianalisis
dan direpresentasikan agar bermakna. Dan biasanya menggunakan teori statistika.
Berikut ini adalah ilustrasi tentang analisis data kecepatan.
Dari data survei kecepatan yang cukup banyak, misal n = disusun dalam tabel sebagai
berikut :
Kecepatan (Speed)
(km/jam)
Titik tengah klas
(Vi )
Frequensi (fi ) fi Vi
30 – 39,9
40 - 49,9
50 - 59,9
60 – 69,9
70 – 70,9
80 – 80,9
90 – 90,9
34,95
44,95
55,95
65,95
75,95
85,95
95,95
6
12
27
51
18
9
2
209,70
539,40
1510,65
3363,45
1367,10
773,55
191,90
125 7955,75
Arithmatic mean speed = 𝑉 = 𝑓𝑖 𝑉𝑖
𝑓𝑖 =
7955,75
125 = 63,64
Median speed = L + 𝑛
2 − 𝑓𝑉
𝑓𝐿 − 𝑓𝑉 C
L = batas bawah dari klas interval dimana median terletak.
n = jumlah sampel.
fL = jumlah kumulatif frekuensi dari atas sampai batas bawah dimana median terletak.
fV = frekuensi dimana median terletak
C = lebar klas interval
n/2 = 125/2 = 62,5 maka median diperkirakan terletak di klas 60 – 69,9 sehingga didapat
data : L = 59,9 ; fL = 6+12+27+51 =96 ; fV = 51 ; C = 10
Median speed = L + 𝑛
2 − 𝑓𝑉
𝑓𝐿 − 𝑓𝑉 C = 59,9 +
62,5 − 51
96−51 x 10 = 62,45
Modal speed adalah kecepatan yang paling sering terekan dalam survei (ataufrekuensi
terbesar) = 65,95
Tugas : Analisislah data survei kecepatan berikut ini :
Kec freq Kec freq Kec freq Kec freq
44-47,9
48-51,9
52-55,9
56-59,9
60-63,9
1
3
4
6
15
64-67,9
68-71,9
72-75,9
76-79,9
80-83,9
27
35
43
62
43
84-87,9
88-91,9
92-95,9
96-99,9
100-103,9
30
25
10
6
5
104-107,9
108-111,9
112-115,9
116-119,9
120-125
1
0
0
0
0
Daftar Pustaka :
......, 1985, Highway Capacity Manual, Transportation Research Board, Washington DC.
....., 1997, Manual Kapasitas Jalan Indonesia, Dirjen Bina Marga, Jakarta
Adolf D. May, 1990, Traffic Flow Fundamentals, Prentice Hall, New Jersey.
Ahmad Munawar, 2004, Manajemen Lalulintas Perkotaan, Beta Offset, Yogyakarta.
Fachrurrozy, Teori Aliran Lalulintas, MSTT – UGM, Yogyakarta.
Nurul Hidayati, 2006, Teknik Lalulintas, Teknik Sipil, UMS
R.J. Salter, 1989, Highway Traffic Analysis And Design, Mac Millan Education, London.
ANALISIS ANTRIAN (QUEUEING ANALYSIS)
Teori Antrian dipelajari dengan tujuan antara lain mengenal perilaku
pergerakan arus lalulintas, hal ini disebabkan permasalahan lalulintas yang ada pada sistem
jaringan jalan dapat dipecahkan dengan analisis teori antrian. Misalkan amtrian kendaraan
yang melewati pintu tol, antrian truk yang bongkar-muat barang di pelabuhan, antrian
kendaraan yang masuk kapal penyeberangan di pelabuhan, antrian orang membayar telpon,
dan lain sebagainya.
Komponen Antrian.
Ada 3 komponen antrian, yakni tingkat kedatangan ( 𝛼 ) ; tingkat pelayanan
( 𝜇 ) ; dan disiplin antrian.
Tingkat kedatangan ( 𝜶 ) adalah jumlah kendaraan yang menuju ke tempat pelayanan dalam
satuan waktu tertentu (satuan : kendaraan per-jam atau jika orang : orang per-menit).
Tingkat pelayanan ( 𝝁 ) adalah jumlah kendaraan yang dapat dilayani pada satu tempat
pelayanan dalam satuan waktu tertentu.
Waktu pelayanan (WP) adalah waktu yang diperlukan untuk melayani satu kendaraan di
salah satu tempat pelayanan (satuan : menit per-kendaraan atau menit per-orang) maka dapat
dirumuskan WP = 𝟏
𝝁.
Perbandingan antara tingkat kedatangan ( 𝛼 ) dengan tingkat pelayanan ( 𝜇 ) diberi lambang
𝜌 jadi 𝝆 = 𝜶
𝝁 nilai 𝝆 < 1, sebab jika nilai 𝜌 > 1 maka tingkat kedatangan lebih besar dari
tingkat pelayanan, ini berakibat antrian semakin panjang.
Disiplin antrian adalah tatacara bagaimana kendaraan dalam antrian, mengikuti aturan-
aturan dalam antrian. Ada beberapa macam istilah dalam disiplin antrian yakni :
1. First In First Out (FIFO) atau First Come First Served (FCFS) : yakni kendaraan
yang pertama datang akan langsung dilayani, kendaran yang datang kedua akan
dilayani periode kedua, demikian seterusnya. Misal kendaraan masuk pintu tol, orang
membayar telpon di loket pembayaran, dan lainnya.
2. First In Last Out (FILO) atau First Come Last Served (FCLS) : yakni kendaraan yang
pertama datang dilayani yang terakhir, misal kendaraan yang masuk kapal
penyeberangan pertama maka keluarnya yang terakhir. Contoh lain misal barang yang
masuk gudang, yang pertama dimasukkan maka akan dikeluarkan yang paling akhir.
Tumpukan berkas, yang pertama akan dibaca yang terakhir. Dan lainnya.
3. First Vacant First Served (FVFS) : yakni suatu tempat pelayanan (misal di bank)
yang mempunyai banyak tempat pelayanan (misal 3 tempat pelayanan), sedangkan
yang dilayani mempunyai kepentingan yang membutuhkan waktu berbeda-beda,
sehingga orang pertama yang datang tidak harus di tempat pelayanan 1, tetapi tempat
pelayanan yang kosong, dan seterusnya.
Parameter Antrian.
𝑛 = jumlah kendaraan dalam sitem ( kendaraan per-satuan waktu)
𝑞 = jumlah kendaraan dalam antrian ( kendaraan per-satuan waktu)
𝑑 = waktu kendaraan dalam sitem ( satuan waktu)
𝑤 = waktu kendaraan dalam antrian ( satuan waktu)
Waktu antrian adalah waktu dimana kendaraan mulai bergabung dalam antrian sampai selesai
dilayani di suatu tempat pelayanan.
Waktu pelayanan adalah waktu yang diperlukan sejak kendaraan mulai dilayani sampai
waktu kendaraan selesai dilayani.
Sistem antrian atau waktu dalam sistem antrian adalah waktu dimana kendaraan bergabung
dalam antrian sampai kendaraan tersebut selesai dilayani.
Parameter antrian dalam disiplin antrian FIFO.
Rumus :
1. 𝑛 = 𝛼
𝜇− 𝛼 =
𝜌
1− 𝜌 1b. 𝑞 =
𝛼2
𝜇 ( 𝜇− 𝛼 ) =
𝜌2
1− 𝜌
2. 𝑑 = 1
𝜇− 𝛼 2b. 𝑤 =
𝛼
𝜇 ( 𝜇− 𝛼 ) = 𝑑 -
1
𝜇
Asumsi-asumsi :
1) Rumus hanya berlaku untuk pintu pelayanan tunggal, dimana nilai 𝜌 = 𝜶
𝝁 <
1, jika nilai 𝜌 > 1 maka perlu penambahan pintu pelayanan.
2) Jika pintu pelayanan lebih dari 1 (N > 1), maka tingkat kedatangan 𝛼 = 𝛼
𝑁.
3) Kendaraan yang sudah menuju ke salah satu pintu pelayanan, diasumsikan tidak
pindah ke pintu pelayanan yang lain.
4) Waktu pelayanan pada masing-masing pintu pelayanan diasumsikan sama.
Parameter antrian dalam disiplin antrian FVFS.
Rumus :
1. p(0) = 1
1
𝑛 ! 𝛼
𝜇 𝑛
𝐾−1𝑛 =0 + 1
𝐾 ! 𝛼
𝜇 𝐾
𝐾𝜇
𝐾𝜇 − 𝛼
dimana :
p(0) = peluang terjadinya keadaan dimana kendaraan berada dalam sistem antrian.
K = jumlah pintu pelayanan.
2. 𝑛 = 𝛼 𝜇
𝛼
𝜇 𝐾
𝐾−1 ! ( 𝐾𝜇− 𝛼 )2 . 𝑝(0) +𝛼
𝜇
3. 𝑞 = 𝛼 𝜇
𝛼
𝜇 𝐾
𝐾−1 ! ( 𝐾𝜇− 𝛼 )2 . 𝑝(0) = 𝑛 −𝛼
𝜇
4. 𝑑 = 𝜇
𝛼
𝜇 𝐾
𝐾−1 ! ( 𝐾𝜇− 𝛼 )2 . 𝑝(0) +1
𝜇
5. 𝑤 = 𝜇
𝛼
𝜇 𝐾
𝐾−1 ! ( 𝐾𝜇− 𝛼 )2 . 𝑝(0) = 𝑑 −1
𝜇
Rumus-rumus tersebut dengan asumsi hanya ada satu pintu pelayanan, jadi kendaraan
yang pertama pada sistem antrian akan dilayani pada pintu pertama pelayanan yang
kosong.
Contoh penggunaan rumus FIFO dan FVFS.
Contoh penerapan analisis antrian untuk menganalisis kinerja pada pintu tol. Misal
suatu ruas jalan akan dibangun pintu tol, diperkirakan tingkat kedatangan 2000
kendaraan per-jam, waktu pelayanan 10 detik per-kendaraan.
Soal :
1) Berapa jumlah pintu tol minimal yang harus dibuka?
2) Dengan sejumlah pintu tol tersebut, hitung 𝑛 ; 𝑞 ; 𝑑 ; dan 𝑤 ?
3) Berapa jumlah pintu tol minimal yang dibuka, jika disyaratkan jumlah kendaraan
yang mengantri tidak lebih dari 2 kendaraan ( 𝑞 < 2 )?
4) Berapa jumlah pintu tol minimal yang dibuka, jika disyaratkan waktu menunggu
kendaraan dalam antrian tidak lebih dari 25 detik ( 𝑤 < 25 )?
Jawab : Diselesaikan dengan disiplin antrian FIFO
1) Berapa jumlah pintu tol minimal yang harus dibuka?
Tingkat kedatangan ( 𝛼 ) = 2000 kendaraan per-jam,
Waktu pelayanan (WP ) = 10 detik per-kendaraan, maka Tingkat pelayanan ( 𝜇 ) = 3600
10 =
360 kendaraan per-jam
𝜌 = 𝜶
𝝁 =
2000
360 = 5,55 ; jadi nilai 𝜌 > 1 berarti tingkat kedatangan lebih besar dari tingkat
pelayanan, ini berarti pembukaan pintu tol harus lebih dari 1.
𝜌 = 𝜶/𝑵
𝝁 =
2000/𝑁
360 < 1 →
2000
360 𝑁 < 1 → 2000 < 360 N →
2000
360 < N
→ N > 5,55 → misal N = 6 ;
Jadi pintu tol yang harus dibuka minimal sebanyak 6 pintu.
2) Dengan sejumlah pintu tol tersebut, hitung 𝒏 ; 𝒒 ; 𝒅 ; dan 𝒘 ?
𝑛 = 𝛼
𝜇− 𝛼 =
2000
6
360− 2000
6
= 12,5 ; jadi ada 13 kendaraan dalam sistem antrian.
𝑞 = 𝛼2
𝜇 ( 𝜇− 𝛼 ) =
2000
6
2
360 360 −2000
6 = 11,57 ; jadi ada 12 kendaraan dalam antrian.
𝑑 = 1
𝜇− 𝛼 =
1
360 −2000
6
= 0,0375 jam = 0,0375 x 3600 detik = 135 detik.
𝑤 = 𝛼
𝜇 ( 𝜇− 𝛼 ) = 𝑑 -
1
𝜇 = 135 -
1
360 = 0,034722 jam = 0,034722 x 3600 detik = 125 detik.
3) Berapa jumlah pintu tol minimal yang dibuka, jika disyaratkan jumlah
kendaraan yang mengantri tidak lebih dari 2 kendaraan ( 𝒒 < 2 )?
𝑞 = 𝛼2
𝜇 ( 𝜇− 𝛼 ) < 2 →
2000
𝑁
2
360 360 −2000
𝑁 < 2 →
2000
𝑁
2
< 720 360 −2000
𝑁
→ 4000.000
𝑁2 < 259200 - 1440000
𝑁 → 2592 N
2 – 14400 N - 40.000 > 0
N1,2 = −𝑏
+
− 𝑏2 − 4𝑎𝑐
2𝑎 =
−(−14400)+
− (−14400)2 + 4∗ 2592 ∗(40.000)
2∗(2592) =
144000+
−24942
5184
N1 = 7,59 dan N2 = -2,03 ; jadi ada 8 pintu tol agar 𝒒 < 2
4) Berapa jumlah pintu tol minimal yang dibuka, jika disyaratkan waktu
menunggu kendaraan dalam antrian tidak lebih dari 25 detik ( 𝒘 < 25 )?
𝑤 = 𝛼
𝜇 ( 𝜇− 𝛼 ) < 25 detik →
2000
𝑁
360 ( 360− 2000
𝑁 )
< 25
→ 2000
𝑁 <
25
3600 360 ∗ 360 − 360 ∗
2000
𝑁
→ 2000
𝑁 < 900 –
5000
𝑁 →
7000
𝑁 < 900 → N >
7000
900 = 7,77
Jadi ada 8 pintu tol agar 𝒘 < 25 detik
Contoh penerapan analisis antrian untuk menganalisis kinerja loket pelayanan check-in di
bandar udara. Misal pada suatu loket check-in di suatu bandar udara diketahui tingkat
kedatangan penumpang 90 orang per-jam, sedangkan waktu pelayanan untuk setiap loket
pelayanan adalah 3 menit per-orang.
Soal :
1) Berapa jumlah loket pelayanan minimal yang harus dibuka?
2) Dengan sejumlah loket pelayanan minimal tersebut, hitung 𝑛 ; 𝑞 ; 𝑑 ; 𝑤 ?
3) Berapa jumlah loket pelayayan minimal yang dibuka, jika disyaratkan jumlah orang
yang mengantri tidak lebih dari 4 orang ( 𝑞 < 4 )?
4) Berapa jumlah loket pelayanan minimal yang dibuka, jika disyaratkan waktu antrian
tidak lebih dari 5 menit ( 𝑤 < 5 menit)?
Jawab : Diselesaikan dengan disiplin antrian FIFO
1) Berapa jumlah loket pelayanan minimal yang harus dibuka?
Tingkat kedatangan ( 𝛼 ) = 90 orang per-jam,
Waktu pelayanan (WP ) = 3 menit per-orang, maka Tingkat pelayanan ( 𝜇 ) = 60
3 = 20 orang
per-jam
Nilai 𝜌 = 𝜶
𝝁 =
90
20 = 4,5 ; jadi nilai 𝜌 > 1 berarti tingkat kedatangan lebih besar dari tingkat
pelayanan, ini berarti pintu pelayanan harus lebih dari 1.
𝜌 = 𝜶/𝑵
𝝁 =
90/𝑁
20 < 1 →
90
20 𝑁 < 1 → 90 < 20 N →
90
20 < N
→ N > 4,5 → misal N = 5 ;
Jadi pintu pelayanan check-in yang harus dibuka minimal sebanyak 5 pintu.
2) Dengan sejumlah loket pelayanan minimal tersebut, hitung 𝒏 ; 𝒒 ; 𝒅 ; 𝒘 ?
𝑛 = 𝛼
𝜇− 𝛼 =
90
5
20− 90
5
= 9 ; jadi ada 9 orang dalam sistem antrian.
𝑞 = 𝛼2
𝜇 ( 𝜇− 𝛼 ) =
90
5
2
20 20 −90
5 = 8,1 ; jadi ada 8 orang dalam antrian.
𝑑 = 1
𝜇− 𝛼 =
1
20 −90
5
= 0,5 jam = 30 menit
𝑤 = 𝛼
𝜇 ( 𝜇− 𝛼 ) =
90
5
20 ( 20− 90
5 )
= 0,45 jam = 27 menit
3) Berapa jumlah loket pelayayan minimal yang dibuka, jika disyaratkan
jumlah orang yang mengantri tidak lebih dari 4 orang ( 𝒒 < 4 )?
𝑞 = 𝛼2
𝜇 ( 𝜇− 𝛼 ) < 4 →
90
𝑁
2
20 20 −90
𝑁 < 4 →
90
𝑁
2
< 80 20 −90
𝑁
→ 8100
𝑁2 < 1600 - 7200
𝑁 → 1600 N
2 – 7200 N - 8100 > 0
N1,2 = −𝑏
+
− 𝑏2 − 4𝑎𝑐
2𝑎 =
−(−7200)+
− (−7200)2 + 4∗ 1600 ∗(8100)
2∗(1600) =
7200+
−10182,3
3200
N1 = 7200+10182,3
3200 = 5,43 dan N2 =
7200−10182,3
3200 = - 0,93 ;
Jadi ada 6 pintu pelayanan agar 𝒒 < 4
4) Berapa jumlah loket pelayanan minimal yang dibuka, jika disyaratkan
waktu antrian tidak lebih dari 5 menit ( 𝒘 < 5 menit)?
𝑤 = 𝛼
𝜇 ( 𝜇− 𝛼 ) < 5 menit →
90
𝑁
20 ( 20− 90
𝑁 )
< 5
→ 90
𝑁 <
5
60 20 ∗ 20 − 20 ∗
90
𝑁
→ 90
𝑁 < 33.33 –
150
𝑁 →
240
𝑁 < 33,33 → N >
240
33,33 = 7,2
Jadi ada 8 pintu pelayanan harus dibuka agar 𝒘 < 5 menit
Jawab : Diselesaikan dengan disiplin antrian FVFS.
Disiplin antrian FVFS, diasumsikan hanya ada satu antrian, tetapi jumlah tempat pelayanan
lebih dari satu, sehingga orang pertama akan langsung dilayani pada tempat pelayanan yang
kosong.
Tingkat kedatangan ( 𝛼 ) = 90 orang per-jam,
Waktu pelayanan (WP ) = 3 menit per-orang, maka Tingkat pelayanan ( 𝜇 ) = 60
3 = 20 orang
per-jam
Nilai 𝜌 = 𝜶
𝝁 =
90
20 = 4,5 ; jadi nilai 𝜌 > 1 berarti tingkat kedatangan lebih besar dari tingkat
pelayanan, ini berarti pintu pelayanan harus lebih dari 1.
𝜌 = 𝜶/𝑲
𝝁 =
90/𝐾
20 < 1 →
90
20 𝐾 < 1 → 90 < 20 K →
90
20 < K
→ K > 4,5 → misal K = 5 ;
Jadi dimisalkan pintu pelayanan check-in yang harus dibuka sebanyak K = 5 pintu.
1. p(0) = 1
1
𝑛 ! 𝛼
𝜇 𝑛
𝐾−1𝑛 =0 + 1
𝐾 ! 𝛼
𝜇 𝐾
𝐾𝜇
𝐾𝜇 − 𝛼
= 1
1
0!
90
20
0+
1
1!
90
20
1+
1
2!
90
20
2+ 1
3!
90
20
3+
1
4!
90
20
4+ +
1
5!
90
20
5
5(20)
5(20)− 90
= 0,004959
2. 𝑛 = 𝛼 𝜇
𝛼
𝜇 𝐾
𝐾−1 ! ( 𝐾𝜇− 𝛼 )2 . 𝑝(0) +𝛼
𝜇
= 90 𝑥 20 𝑥
90
20
5
5−1 ! ( 5(20)− 90 )2 . (0,004959) +90
20 = 11,36
3. 𝑞 = 𝛼 𝜇
𝛼
𝜇 𝐾
𝐾−1 ! ( 𝐾𝜇− 𝛼 )2 . 𝑝(0) = 𝑛 −
𝛼
𝜇 = 11,36 – 4,5 = 6,86
4. 𝑑 = 𝜇
𝛼
𝜇 𝐾
𝐾−1 ! ( 𝐾𝜇− 𝛼 )2 . 𝑝(0) +1
𝜇
= 20
90
20
5
5−1 ! ( 5(20)− 90 )2 . (0,004959) +1
20 = 0,1262 jam = 7,57 menit
5. 𝑤 = 𝜇
𝛼
𝜇 𝐾
𝐾−1 ! ( 𝐾𝜇− 𝛼 )2 . 𝑝(0) = 𝑑 −1
𝜇 = 7,57 -
120
60 = 4,57 menit
FIFO FVFS
𝑛 9 orang 11,36 orang
𝑞 8,1 orang 6,86 orang
𝑑 30 menit 7,57 menit
𝑤 27 menit 4,57 menit
Analisis Parameter Antrian.
Ada beberapa cara untuk meminimalkan nilai : 𝑛 ; 𝑞 ; 𝑑 ; 𝑤 ; antara lain :
1. Menambah pintu Tol.
2. Mengurangi waktu pelayanan.
3. Sistem tandem.
Menambah pintu Tol, punya konsekuensi menambah lahan baru, peralatan baru, tambah
karyawan, biaya cukup besar.
Mengurangi waktu pelayanan, biaya tidak besar (cukup insentif bagi yang bekerja), tidak
dapat dihilangkan sama sekali.
Sistem tandem :
1. Jika tanpa tandem waktu pelayanan 15 detik hanya untuk satu kendaraan, dengan
sistem tandem dapat melayani 2 kendaraan. Jadi waktu pelayanan se-olah-olah
ditekan menjadi 7,5 detik.
2. Sebaliknya jika waktu pelayanan tidak sama. Misal dalam tandem ada 2 kendaraan,
kendaraan 1 dilayani 15 detik dan kendaraan 2 dilayani 30 detik maka kendaraan
berikutnya ( kend ketiga) tidak bisa masuk tandem. Atau jika kendaraan 1 butuh
pelayanan 30 detik dan kendaraan 2 hanya 15 detik ini berakibat kendaraan 2 tidak
bisa keluar dari tandem.
Berikut ini adalah hasil perhitungan penambahan pintu pelayanan antara 7 – 11 pintu. Serta
waktu pelayanan 15 detik dan 10 detik.
Waktu Pelayanan 15 detik Waktu Pelayanan 10 detik
7 8 9 10 11 7 8 9 10 11
𝑛 ∞ ∞ 14 7 4 130 9 4 3 1
𝑞 ∞ ∞ 13 6 3 115 8 3 2 0
𝑑 ∞ ∞ 160 80 50 1200 70 40 30 18
𝑤 ∞ ∞ 150 70 40 1000 60 35 25 15
Analisislah hasil perhitungan tersebut!
Daftar Pustaka :
Fachrurrozy, Teori Aliran Lalulintas, MSTT – UGM, Yogyakarta.
Ofyar Z. Tamin, 2003, Perencanaan & Pemodelan Transportasi, Penerbit ITB, Bandung.
R.J. Salter, 1989, Highway Traffic Analysis And Design, Mac Millan Education, London.