Upload
apriansyah-saputra
View
486
Download
20
Embed Size (px)
TUGAS PLAT DAN RANGKA BETON
“TEORI GARIS LELEH PADA PLAT SEGITIGA SAMA SISI”
OLEH:
1. Amru Khikmi Igam 1050601001110032. Ach. Lailatul Qomar 1050601001110313. Fery Kustiawan 1050601011110134. Riska Anshar 1050601011110215. Apriansah Saputra 105060107111009
JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2012/2013
PENDAHULUAN
Yield line adalah suatu pemecahan yang dapat digunakan dalam plat beton dimana
terjadinya tegangan leleh dan rotasi secara plastis muncul. Teori ini dapat digunakan dalam
berbagai jenis pola tergantung dari kondisi pembebanan, kondisi perletakan dan
dimensinya. Teori Yield line ini dapat menganalisa mekanisme keruntuhan di batas
ultimatenya. Teori ini berprinsipkan pada:
Kerja akibat rotasi Yield Line = Kerja akibat pemberian beban
Metode Yield Line telah lama digunakan dalam menganalisa plat. Hal ini telah
menjadi perhatian umum sejak tahun 1990 oleh beberapa peneliti seperti Graf dan Bachi.
Di awal tahun 1922, Ingerslev seorang peneliti berkebangsaan Rusia mempesentasikam
sebuah makalah di Institution of Structural Engineers di London dengan judul collapse mode
of rectangular slabs. Beberapa pengarang seperti R H Wood, L Jones , A Sawczuk dan
T.Jaeger, R Park, K O Kemp, C T Morley, M Kwiecinski dan masih banyak lagi,
menggabungkan dan mengembangkan konsep asli dari Johansen sehingga membuat teori
Yield Line ini menjadi sebuah teori yang sangat bermanfaat sebagai alat untuk mendesain
dengan taraf Internasional.
Seperti yang diketahui teori Yield Line dirintis pada tahun 1940an oleh seorang
insinyur dan peneliti berkebangsaan Denmark yang bernama K W Johansen. Pada tahun
1960 sampai 1980 dilaporkan bahwa secara teoritis aplikasi dari teori Yield Line ini telah
mempermudah dalam perhitungan struktur plat dan plat – beam. Untuk menunjang hasil
perkejaan ini, pengetesan secara intesif dilakukan untuk membuktikan kebenaran dari teori
ini,dan hasilnya sangat bagus dimana hanya ada sedikit perbedaan yang dibandingkan
antara teoritis dan percobaan. Di dalam percobaanya dimana sendi disimulasikan menjadi
suatu konstruksi yang menerus, dan hasilnya beban ultimate yang didapatkan lebih bagus
daripada yang diprediksikan secara teoritis.
TEORI YIELD LINE
Teori Yield Line merupakan analisis beban secara ultimate. Teori ini menetapkan
bahwa momen yang ditimbulkan seperti pembebanan pada plat dimana diletakkan pada
satu titik dimana akan terjadinya keruntuhan.
Teori ini dapat membuat suatu desain konstruksi menjadi lebih sederhana dan lebih
ekonomis, salah satu contohnya adalah pembangunan European Concrete Building Project
di Cardington.
Teori ini dapat dengan mudah diterapkan di dalam berbagai jenis plat, baik dengan
ataupun tanpa beam. Seperti yang ditunjukkan pada gambar 1 yang merupakan plat dengan
pembebanan sampai terjadinya keruntuhan. Pada awal pembebanan reaksi yang terjadi
pada plat adalah elastic dengan tegangan maksimum dan defleksi yang terjadi di titik pusat
plat. Pada saat ini memungkinkan terjadinya retak seperti rambut yang akan muncul dimana
kekuatan lentur dari beton telah terlampaui yang terletak di tengah bentang.
Bertambahnya nilai pembebanan mempercepat terjadinya retakan ini,dan
selanjutnya retakannya akan semakin besar dari titik defleksi maksimumnya, dan
penambahan terus dilakukan maka keretakan akan berpindah ke bagian yang bebas dari
plat dimana pada waktu yang sama semua tegangan lenturnya akan melalui garis leleh dari
Yield line ini.
Gambar1 . Keretakan yang terjadi pada plat
Pada keadaan ultimate seperti ini, plat akan mengalami keruntuhan. Seperti yang
digambarkan pada gambar 2 plat dibagi menjadi daerah A, B , C, dan D. Daerah – daerah ini
juga berputar pada sumbu rotasinya yang biasanya sepanjang batas plat tersebut, yang akan
berdampak pada pada pergeseran beban yang diberikan. Di titik inilah beban yang diberikan
akan di salurkan pada garis sumbu rotasi di garis lelehnya yang disamakan dengan beban
bergerak yang diberikan pada daerahnya. Inilah yang disebut dengan Teori Yield Line.
Gambar 2. Mekanisme pembentukan pola dari Yield Line
POLA YIELD LINE
Ketika suatu plat dibebani sampai terjadinya keruntuhan, garis leleh yang terjadi
akan membentuk suatu daerah dimana terjadi tekanan maksimum dan selanjutya akan
menjadi sendi plastis. Seperti yang telah dijelaskan di atas, sendi plastis ini akan
berkembang menjadi suatu mekanisme yang membentuk pola dari garis leleh (Yield Line).
Teori ini akan membagi plat menjadi daerah tersendiri, dimana sesuai dengan arah
rotasinya.
Untuk dapat mengidentifikasi dari pola yang sah dan solusi dari teori Yield line ini
maka ada beberapa hal yang dapat diperhatikan, yakni:
Sumbu rotasi biasanya sepanjang batas plat dan sepanjang kolom,
Garis dari Yield Line merupakan sebuah garis lurus,
Garis Yield Line yang berada diantara daerah – daerah yang berbatasan haruslah
melalui titik persimpangan dari sumbu rotasi dari tiap daerahnya,
Garis dari Yield Line harus berakhir di batas plat tersebut,
Pada perletakan menerus akan bernilai negatif dan untuk perletakan simpel bernilai
positif.
Setelah pola dari Yield Line telah ditentukan maka sekarang hal yang perlu dilakukan
adalah menentukan penurunan di satu titik ( biasanya di titik penurunan maksimumnya)
dimana semua rotasi yang terjadi dapat ditentukan, hal ini dapat digambarkan di dalam
gambar 3.
Gambar 3 . Pola Yield Line yang memungkinkan untuk plat sederhana
Di dalam Teori Yield Line ada kemungkinan munculnya beberapa pola yang sah
dalam perhitungannya. Tetapi sebagai seorang perencana haruslah dapat menentukan salah
satu pola yang dapat menghasilkan momen maksimum atau sekurang – kurangnya sampai
terjadi keruntuhan pada plat akibat beban yang diberikan. Ada beberapa cara bagi seorang
perencana dalam menentukan pola yang paling kritis atau yang paling mendekati dalam
perencanaanya:
Dengan menggunakan prinsip yang pertama yaitu dengan work method
Menggunakan rumus untuk situasi yang standar
Bisa dilihat bahwa pola dari Yield Line memberikan hasil, baik itu benar ataupun
secara teoritis tidaklah aman. Tapi seperti yang telah dibahas sebelumnya, secara teoritis hal
ini dapat mudah diatasi dengan mencoba pola – pola berbeda yang memungkinkan yang
disertai dengan nilai toleransi, yang akan dijelaskan nantinya.
Pola dari Yield Line adalah terutama berasal dari sumbu rotasinya dan juga harus
dipastikan bahwa garis yang dihasilkan merupakan suatu garis lurus, melalui titilk
persimpangan dari daerahnya masing – masing dan berakhir pada batas plat tersebut.
Beberapa contoh dari pola plat yang simpel akan diperlihatkan pada gambar 2.4. Mengingat
bahwa plat seperti sebuah kue mungkin dapat membuat para perencana dapat lebih mudah
untuk menvisualisasikan pola dari Yield Line yang sesuai atau yang paking cocok.
Tujuan dari menginvestigasi dari pola Yield Line ini adalah untuk dapat menentukan
pola yang dapat memberikan nilai momen yang paling kritis ( nilai momen yang palig
maksimum ). Namun analisa yang secara menyeluruh jarang diperlukan dan memilih
beberapa pola yang lebih simpel dan efisien umumnya dapat dijadikan solusi dimana tingkat
kesalahannya sangatlah minim.
Gambar 4 Pola Yield Line yang simpel
CORNERS LEVERS
Corners Levers menjelaskan hal – hal yang terjadi pada plat dua arah dimana garis Yield Line
mengalami pemisahan pada di bagian sudut dalamnya. Pemisahan ini terkait dengan
pembentukan garis Yield Line yang bernilai negative yang melewati nagian sudut dari plat
yang digambarkan pada gambar 5
Gambar 5. Akibat dari Corner Levers pada plat dengan perletakan sederhana dimana di bagian sudutnya
ditekan dan dicegah terjadinya lifting
Di dalam analisa, pola dari Yield Line biasanya diasumsikan bahwa garis yang
melewati di bagian sudut tidak ada terjadi pemisahan, dimana dalam hal ini corner levers di
abaikan sehingga membuat perhitungan menjadi lebih simpel. Hal ini dibuat dengan adanya
beberapa alasan, yakni :
Biasanya di dalam perhitungan dampak dari adanya corner levers tidaklah memiliki
pengaruh yang besar,
Suatu analisa yang meengikutsertakan hal ini akan menjadi terlalu rumit untuk
diselesaikan.
ATURAN 10%
Pemakaian aturan 10% di dalam mendesain momen yang ditimbulkan pada plat
sederhana dapat memberikan suatu kemudahan dimana adanya kesalahan dalam analisa
Yield Line dan memberikan suatu jaminan terhadap diabaikannya corner levers. Pada plat
yang mengalami tekanan yang relatif rendah, pemakaian aturan ini dapat meningkatkan
nilai momen sebesar 10%, hal ini sama dengan peningkatan 10% penguatan di dalam desain
plat.
Seorang perencana mungkin saja mencari solusi secara teliti, tetapi dengan
diterapkan aturan 10% ini,maka dalam hal analisa dapat menjadi lebih simpel dan dalam
desain mereka dapat berada dalam sisi yang aman tanpa terlalu konservatif ataupun
tidaklah ekonomis. Satu – satunya situasi dimana diperbolehkan menggunakan aturan 10%
ini adalah pada kasus dimana suatu plat yang memiliki sudut yang sangat rumit dan
konfigurasi tertentu dari plat dengan beban terpusat ataupun beban merata yang nilainya
sangat besar. Aturan ini sangatlah penting di dalam penggunaanya di dalam lapangan tetapi
tidak sebagai referensi di dalam penggunaan secara akademis.
PLAT ISOTROPIS
Dalam kasus yang paling umun yakni dalam susunan tulangan pada plat, tulangan ini
terdiri dari dua bagian yakni tulangan atas dan tulangan bawah yang menyebabkan
terjadinya garis leleh. Hal ini dapat memungkinkan bagi seorang perancang untuk dapat
menyelidiki berbagai jenis kemungkinan dan perletakan dari tiap plat terutama plat dengan
bentuk yang tidak beraturan dan memiliki sudut.
PLAT ORTHOTROPIS
Di dalam Plat Orthotropis mempunyai nilai yang berbeda dalam hal pemnguatannya
dalam dua arah. Biasanya tidak diperlukannya penguatan di dalam two way slab haruslah
sama dengan plat dua arah. Plat ini cenderung dalam jarak yang lebih pendek dan arah ini
dapat memberikan penguatan yang sangatlah besar.
KONSEP YIELD LINE
Di dalam Teori Yield Line biasanya diasumsikan bahwa penurunan maksimum yang
terjadi (δmax) di dalam kondisi kesatuan yang terjadi pada setiap daerah di plat. Ketika
menghitung energi eksternal yang terjadi (W) penurunan yang terjadi merupakan akibat
adanya diberikan pembebanan pada daerah masing – masing plat yang dapat ditunjukkan
sebagai faktor L1/L2, dimana L1 merupakan jarak yang tegak lurus terhadap arah sumbu
rotasinya dan L2 merupakan jarak yang tegak lurus dengan lokasi dimana terjadinya δmax
dari arah sumbu rotasi masing – masing daerah pada plat.
Gambar 6. Panjang L1 dan L2
Arah Sumbu Rotasi dari setiap daerah biasanya bertepatan dengan batas plat
tersebut. Dimana L2 merupakan nilai konstan untuk semua beban pada semua daerah, dan
jarak L1 sangat tergantung pada lokasi pusat massa beban yang ada pada daerah tersebut.
Untuk mempermudah dalam mengetahui nilai dari L1 / L2 ketika diberikan beban yang
merata seperti yang ditunjukkan pada gambar 6 maka dapat digunakan ketentuan:
1/2 untuk semua daerah berbentuk persegi panjang
1/3 untuk semua daerah berbentuk segitiga dimana puncak dari segitiga berada
pada titik penurunan maksimum
2/3 untuk semua daerah berbentuk segitiga dimana puncak dari segitiga berada
pada sumbu rotasinya.
Konsep dari Yield Line adalah menyamakan kerja yang disebabkan oleh pembebanan
pada plat dengan kerja yang disebabkan oleh gaya – gaya dalam yang menghasilkan rotasi
pada plat, dapat dirumuskan:
Kerja eksternal = Kerja Internal
E = I
Σ (A×W ×n )=Σ (M ×l×θ )
Dimana :
A = Luas daerah
W = Beban yang diberikan
n = Jarak titik berat tiap daerah
M = momen
l = panjang
θ = rotasi
Contoh soal
Diketahui:
• PLAT ISO TROPIS
• BENTUK SEGITIGA SAMA SISI
• BEBAN MERATA Qu
• PANJANG SISI = L
Ditanya : Mu =?
Jawab :
Gambar Segmen 1
Tinjau keseimbangan pada
segmen plat BCD
60
60
60
III II
ID
C B
A
12L√3
L
118L√3
3030
120
D
C B
16L√3
L
DASAR ANALISA METODE KERJA VIRTUAL
Kerja akibat beban luar = energy yang dipakai untuk rotasi plat sepanjang garis leleh kerja total = 0
Terbentuk pola garis leleh yang membentuk segmen-segmen
Segmen-segmen yang terjadi dianggap kaku (Rigid Body) maka lendutan adalah kecil
Deformasi plastis dianggap terjadi sepanjang garis leleh dan pada titik potong garis leleh timbul lendutan sebesar = δ
Tidak terjadi perubahan beban atas dan momen batas
Akibat “Qu” terjadi usaha luar = ∬ Qu . δ dxdy = ∑ (Wu . δ)
Usaha dalam melawan = ∑ (Mu . θ . L )
Persamaan :
kerja Luar = kerja dalam ∑ (Wu . δ) = ∑ (Mu . θ . ℓ )
GARIS LELEH BCD
Sudut putar segmen terhadap segmen leleh
θ=θ1+θ2
118L√3
3030
120
D
C B
16L√3
L
θ2θ1 δ
DC B
D’
Rotasi garis leleh
θ= δ12L+ δ12L
θ= 2δ12L
θ=4δL
1. Perhitungan Kerja dalam
Kerja dalam=M u .θ . L
¿M u .4 δL. L
¿4 δ M u
2. Perhitungan Kerja Luar
Kerja luar = luas segmen pelat x lendutan yang terjadi di titik berat
Kerja Luar ¿ 12. L. √3
6. L . qu .
δ3
¿ √336. δ . qu . L
2
3. Perhitungan Mu didapatkan dari persamaan “ Kerja Dalam = Kerja Luar”
3 (4 δ . M u )=3(√336 .δ . qu . L2)12δ . M u=
√312. δ . qu . L
2
M u=√3 . qu . L2
Perhitungan Tulangan
Contoh soal:
Perencanaan Tulangan
Qu (Beban merata) = 2.5 ton/m
H (Tebal Plat) = 12 cm
d’ (selimut beton) = 5 cm
d = h - d’ = 7 cm
f’c (mutu beton) = 22.5 Mpa
fy (mutu tulangan = 300 MPa
Dari perhitungan dengan menggunakan teori garis leleh, Diperoleh besar momen ultimate,
Maka besar momen dapat dihitung:
Mu = √3 qu L2
= √3 . 2,5 . 72
= 212,176 t.m
= 2,12176 KN.m
Mu = √3 qu L2
Perencanaan tulangan tunggal pada pelat
Mn = Mu∅
= 212.1760.8
= 265,22 t.m = 2,6522 KN.m
Rn = Mn
b .d2 =2.6522.10001000 .702
= 0,00054
m = fy
0,85 f ' c =
3000,85 .22,5
= 15,7
= 1m (1−√1−2m .Rnfy )
= 115,7 (1−√1−2(15,7)(0,00054 )300 )
= 0,0000018
min = 1,4fy
= 1,4300
= 0,0047
max = 0,75 . b
= 0,75 (0,85 . f ' cfy . β1 . 600600+ fy )
= 0,75 (0,85 . 22,5300 .0,85 . 600600+300 )
= 0,027
Syarat : min max
Karena min ,maka nilai = min = 0,0047
As perlu = . b . d
= 0,0047 . 1000 . 70
= 329 mm2 = 3,29 cm2
Dipakai tulangan ulir 200-D10 = 3,57 cm2 = 357 mm2 > 329 mm2
C = T
Cc = T
0,85 f’c. b. a = As.fy
0,85.22,5. 1000 . a = 357 . 300
a = 5,61 mm
Letak garis netral c = a❑
c = 5,60,85
c = 6,59 mm
Kontrol regangan tarik gaya (s) = d−cc
x c
= 50−6,596,59
x 0,003
= 0,02
Tegangan baja tarik (fs) = s . Es
= 0,02 . 200000
= 4000 Mpa > 300 Mpa . . . .OK!
Momen lentur nominal (Mn) = As . fy (d−a2 )= 357 . 300 (70−5,62 )= 7,19712 KNm
Syarat :
Mn❑
> Mu
Mn7,197120,8
> 2,12176
8,9964 KNm > 2,12176. . . . .. OK!