18
Teori-teori Masukya Agama Islam ke Indonesia. Proses masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia menurut Suryanegara dalam bukunya yang berjudul Menemukan Sejarah, terdapat 3 teori yaitu: 1. Teori Gujarat Teori Gujarat adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Snouck Hurgronje (1857- 1936) yang mengatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia dari wilayah-wilayah di anak benua India. Tempat-tempat seperti Gujarat, Bengali dan Malabar disebut sebagai asal masuknya Islam di Nusantara. Dalam L’arabie et les Indes Neerlandaises, Snouck mengatakan teori tersebut didasarkan pada pengamatan tidak terlihatnya peran dan nilai-nilai Arab yang ada dalam Islam pada masa-masa awal, yakni pada abad ke-12 atau 13. Snouck juga mengatakan, teorinya didukung dengan hubungan yang sudah terjalin lama antara wilayah Nusantara dengan daratan India. Namun betul memang, Teori gujarat yang dicetuskan oleh Hugronje yang juga mengaku masuk Islam, bukanlah murni temuannya. Hugronje hanya mengambil pendapat DR. Jan Pijnappel (1822-1901) seorang sejarawan Leiden yang menyatakan hal tersebut terlebih dahulu. Jan Pijnappel sendiri adalah seorang orientalis Leiden yang concern pada manuskrip melayu. Diantaranya ia pernah menulis ulang Kisah Pelayaran Abdullah ke Kelantan untuk Pelajar Melayu. Dia juga mengedit naskah Maleisch-hollandsch woordenboek atau Kamus Belanda-Melayu yang kemudian diterbitkan pada tahun 1875. Sarjana Belanda ini juga menulis kajian tentang Pantun Melayu yang diterbitkan tahun 1883 dengan judul Over de Maleische Pantoens.Selain menerbitkan karya sendiri, Pijnappel juga menerbitkan karya penelitian tentang Kalimantan yang ditulis oleh Carl A.L.M. Schwaner, yang pernah ditunjuk Kerajaan Leiden mejadi Anggota Dewan Sains di Hindia-Belanda Orientalis yang wafat tahun 1901 itu menyatakan bahwa Islam masuk ke Nusantara lewat pedagang dari Gujarat. Penjelasan ini didasarkan pada seringnya kedua wilayah India dan Nusantara ini disebut dalam sejarah Nusantara klasik.. Dalam penjelasan lebih lanjut, Pijnapel menyampaikan logika terbalik, yaitu bahwa meskipun Islam di Nusantara dianggap sebagai hasil kegiatan orang-orang Arab, tetapi hal ini tidak langsung datang dari Arab, melainkan dari India, terutama dari pesisir barat, dari Gujarat dan Malabar. Jika logika ini dibalik, maka dapat dinyatakan bahwa meskipun Islam di Nusantara berasal dari India, sesungguhnya ia dibawa oleh orang-orang Arab. Namun sekalipun selangkah lebih maju dari ketidak jujuran Hugronje, yang meminorkan peran Arab atas masuknya Islam ke Nusantara, teori Pijnappel ini pun juga sarat kritik. Salah satu sanggahan yang mengkritik Teori Gujarat ini salah satunya datang dari Buya Hamka. Ulama Kharismatik ini malah curiga terhadap prasangka-prasangka penulis

teori masuknya agama islam ke indonesia beserta peta persebaranya.pdf

  • Upload
    sigot

  • View
    101

  • Download
    7

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: teori masuknya agama islam ke indonesia beserta peta persebaranya.pdf

Teori-teori Masukya Agama Islam ke Indonesia.

Proses masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia menurut Suryanegara dalam

bukunya yang berjudul Menemukan Sejarah, terdapat 3 teori yaitu:

1. Teori Gujarat

Teori Gujarat adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Snouck Hurgronje (1857-

1936) yang mengatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia dari wilayah-wilayah di anak

benua India. Tempat-tempat seperti Gujarat, Bengali dan Malabar disebut sebagai asal

masuknya Islam di Nusantara.

Dalam L’arabie et les Indes Neerlandaises, Snouck mengatakan teori tersebut

didasarkan pada pengamatan tidak terlihatnya peran dan nilai-nilai Arab yang ada

dalam Islam pada masa-masa awal, yakni pada abad ke-12 atau 13. Snouck juga

mengatakan, teorinya didukung dengan hubungan yang sudah terjalin lama antara wilayah

Nusantara dengan daratan India.

Namun betul memang, Teori gujarat yang dicetuskan oleh Hugronje yang juga

mengaku masuk Islam, bukanlah murni temuannya. Hugronje hanya mengambil pendapat

DR. Jan Pijnappel (1822-1901) seorang sejarawan Leiden yang menyatakan hal tersebut

terlebih dahulu.

Jan Pijnappel sendiri adalah seorang orientalis Leiden yang concern pada manuskrip

melayu. Diantaranya ia pernah menulis ulang Kisah Pelayaran Abdullah ke Kelantan untuk

Pelajar Melayu. Dia juga mengedit naskah Maleisch-hollandsch woordenboek atau Kamus

Belanda-Melayu yang kemudian diterbitkan pada tahun 1875. Sarjana Belanda ini juga

menulis kajian tentang Pantun Melayu yang diterbitkan tahun 1883 dengan judul Over de

Maleische Pantoens.Selain menerbitkan karya sendiri, Pijnappel juga menerbitkan karya

penelitian tentang Kalimantan yang ditulis oleh Carl A.L.M. Schwaner, yang pernah

ditunjuk Kerajaan Leiden mejadi Anggota Dewan Sains di Hindia-Belanda

Orientalis yang wafat tahun 1901 itu menyatakan bahwa Islam masuk ke Nusantara

lewat pedagang dari Gujarat. Penjelasan ini didasarkan pada seringnya kedua wilayah India

dan Nusantara ini disebut dalam sejarah Nusantara klasik.. Dalam penjelasan lebih lanjut,

Pijnapel menyampaikan logika terbalik, yaitu bahwa meskipun Islam di Nusantara dianggap

sebagai hasil kegiatan orang-orang Arab, tetapi hal ini tidak langsung datang dari Arab,

melainkan dari India, terutama dari pesisir barat, dari Gujarat dan Malabar. Jika logika ini

dibalik, maka dapat dinyatakan bahwa meskipun Islam di Nusantara berasal dari India,

sesungguhnya ia dibawa oleh orang-orang Arab.

Namun sekalipun selangkah lebih maju dari ketidak jujuran Hugronje, yang

meminorkan peran Arab atas masuknya Islam ke Nusantara, teori Pijnappel ini pun juga sarat

kritik.

Salah satu sanggahan yang mengkritik Teori Gujarat ini salah satunya datang dari

Buya Hamka. Ulama Kharismatik ini malah curiga terhadap prasangka-prasangka penulis

Page 2: teori masuknya agama islam ke indonesia beserta peta persebaranya.pdf

orientalis Barat yang cenderung memojokkan Islam di Indonesia. Penulis Barat, kata Buya

Hamka, melakukan upaya yang sangat sistematik untuk menghilangkan keyakinan negeri-

negeri Melayu tentang hubungan rohani yang mesra antara mereka dengan tanah Arab

sebagai sumber utama Islam di Indonesia dalam menimba ilmu agama. Dalam pandangan

Buya Hamka, orang-orang Islam di Indonesia mendapatkan Islam dari orang- orang pertama

(orang Arab), bukan dari hanya sekadar perdagangan.

Bahan argumentasi yang dijadikan bahan rujukan Buya Hamka adalah sumber local

indonesia dan sumber Arab. Menurutnya, motivasi awal kedatangan orang Arab tidak

dilandasi oleh nilai-nilai ekonomi, melainkan didorong oleh motivasi spirit penyebaran

agama Islam. Dalam pandangan Hamka, jalur perdagangan antara Indonesia dengan Arab

telah berlangsung jauh sebelum tarikh masehi

Sedangkan, Sayyed Naquib Al Attas dalam bukunya “Islam dan Sejarah Kebudayaan

Melayu” menyatakan bahwa sebelum abad XVII seluruh literatur Islam yang relevan tidak

mencatat satupun penulis dari India. Pengarang-pengarang yang dianggap oleh Barat

sebagai India ternyata berasal dari Arab atau Persia, bahkan apa yang disebut berasal dari

Persia ternyata berasal dari Arab, baik dari aspek etnis maupun budaya. Nama-nama dan

gelar pembawa Islam pertama ke Nusantara menunjukkan bahwa mereka orang Arab atau

Arab-Persia. Diakui, bahwa setengah mereka datang melalui India, tetapi setengahnya

langsung datang dari Arab, Persia, Cina, Asia Kecil, dan Magrib (Maroko). Meski demikian,

yang penting bahwa faham keagamaan mereka adalah faham yang berkembang di Timur

Tengah kala itu, bukan India. Sebagai contoh adalah corak huruf, nama gelaran, hari-hari

mingguan, cara pelafalan Al-Quran yang keseluruhannya menyatakan ciri tegas Arab.

Pendukung Teori Gujarat : J. Pijnapel, Snouck Hurgronje, Bernard H.M Vlekke, J.P Moquetta, W.F Stutterheim

Bunyi Teori Gujarat : "Agama Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13 dan pembawanya adalah pada pedagang dari Cambay, India."

Dasar Teori Gujarat : 1. Hubungan dagang Indonesia dengan India telah lama terjalin melalui jalur Indonesia - Cambay - Timur Tengah - Eropa. 2. Adanya batu nisan sultan Samodra Pasai yaitu Sultan Malik Al Saleh tahun 1297 M dan makam Maulana Malik Ibrahim yang wafat pada tahun 1419 di Gresik, Jawa Timur, memiliki bentuk yang sama dengan batu nisan yang terdapat di Cambay, India. 3. Catatan Marco Polo bahwa di Perlak sudah banyak yang memeluk Islam dan banyak pedagang Islam India yang menyebarkan Agama Islam.

Kekurangan Teori : 1. Tidak dijelaskan antara masuk dan berkembangnya Islam. 2. Kerajaan Samodra Pasai menganut mahzab Syafi'i, sedangkan Gujarat adalah penganut mahzab Hanafi. 3. Ketika islamisasi Samodra Pasai, Gujarat masih merupakan sebuah Kerajaan Hindu, baru satu tahun kemudian Gujarat ditaklukan oleh kekuasaan Muslim.

Para ahli yang mendukung teori Gujarat, lebih memusatkan perhatiannya pada saat timbulnya

kekuasaan politik Islam yaitu adanya kerajaan Samudra Pasai.

Page 3: teori masuknya agama islam ke indonesia beserta peta persebaranya.pdf

Hal ini juga bersumber dari keterangan Marcopolo dari Venesia. (Italia) yang pernah

singgah di Perlak ( Perureula) tahun 1292. Ia menceritakan bahwa di Perlak sudah banyak

penduduk yang memeluk Islam dan banyak pedagang Islam dari India yang menyebarkan

ajaran Islam.

2. Teori Makkah Teori ini merupakan teori baru yang muncul sebagai sanggahan terhadap teori lama

yaitu teori Gujarat. Teori Makkah berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad

ke 7 dan pembawanya berasal dari Arab (Mesir).

Dasar teori ini adalah:

a. Pada abad ke 7 yaitu tahun 674 di pantai barat Sumatera sudah terdapat

perkampungan Islam (Arab); dengan pertimbangan bahwa pedagang Arab sudah mendirikan

perkampungan di Kanton sejak abad ke-4. Hal ini juga sesuai dengan berita Cina.

b. Kerajaan Samudra Pasai menganut aliran mazhab Syafi’i, dimana pengaruh mazhab

Syafi’i terbesar pada waktu itu adalah Mesir dan Mekkah. SedangkanGujarat/India adalah

penganut mazhab Hanafi.

c. Raja-raja Samudra Pasai menggunakan gelar Al malik, yaitu gelar tersebut berasal

dari Mesir. Pendukung teori Makkah ini adalah Hamka, Van Leur dan T.W. Arnold. Para ahli

yang mendukung teori ini menyatakan bahwa abad 13 sudah berdiri kekuasaan politikIslam,

jadi masuknya ke Indonesia terjadi jauh sebelumnya yaitu abad ke 7 dan yang berperan

besar terhadap proses penyebarannya adalah bangsa Arab sendiri.

Tokoh yang memperkenalkan teori ini adalah Haji Abdul Karim Amrullah

atau HAMKA,salah seorang ulama sekaligus sastrawan Indonesia. Hamka mengemukakan

pendapatnya ini pada tahun 1958, saat orasi yang disampaikan pada dies natalis Perguruan

Tinggi Islam Negeri (PTIN) di Yogyakarta. Ia menolak seluruh anggapan para sarjana Barat

yang mengemukakan bahwa Islam datang ke Indonesia tidak langsung dari Arab. Bahan

argumentasi yang dijadikan bahan rujukan HAMKA adalah sumber lokal Indonesia dan

sumber Arab. Menurutnya, motivasi awal kedatangan orang Arab tidak dilandasi oleh

nilainilai ekonomi, melainkan didorong oleh motivasi spirit penyebaran agama Islam. Dalam

pandangan Hamka, jalur perdagangan antara Indonesia dengan Arab telah berlangsung jauh

sebelum tarikh masehi.

Dalam hal ini, teori HAMKA merupakan sanggahan terhadap Teori Gujarat yang

banyak kelemahan. Ia malah curiga terhadap prasangka-prasangka penulis orientalis Barat

yang cenderung memojokkan Islam di Indonesia. Penulis Barat, kata HAMKA, melakukan

upaya yang sangat sistematik untuk menghilangkan keyakinan negeri-negeri Melayu tentang

hubungan rohani yang mesra antara mereka dengan tanah Arab

sebagai sumber utama Islam di Indonesia dalam menimba ilmu agama. Dalam

pandanganHAMKA, orang-orang Islam di Indonesia mendapatkan Islam dari orang- orang

pertama (orang Arab), bukan dari hanya sekadar perdagangan. Pandangan HAMKA ini

hampir sama dengan Teori Sufi yang diungkapkan oleh A.H. Johns yang mengatakan

bahwa para musafirlah (kaum pengembara) yang telah melakukan islamisasi awal di

Indonesia. Kaum Sufi biasanya mengembara dari satu tempat ke tempat lainnya untuk

mendirikan kumpulan atau perguruan tarekat.

Pendukung Teori Mekkah : Buya Hamka, Anthony H. Johns, T.W Arnold, Van Leur

Page 4: teori masuknya agama islam ke indonesia beserta peta persebaranya.pdf

Bunyi Teori Mekkah : "Proses masuknya Islam ke Indonesia terjadi pada abad ke-7 (647M), dan langsung dibawa oleh para musafir Arab yang memiliki semangat untuk menyebarkan Agama Islam".

Dasar Teori Mekkah : 1. Pada abad ke-7 di pantai timur Sumatera sudah terdapat perkampungan Islam (Dinasti Umayah). 2. Kerajaan Samudra Pasai menganut mahzab Syafi'i, dimana pengaruh mahzab Syafi'i terbesar pada waktu itu adalah Mekkah dan Mesir. 3. Raja-raja Samudra Pasai menggunakan gelar Al Malik, yaitu gelar yang umumnya berasal dari Mesir.

Kelemahan Teori : Kurangnya fakta yang menjelaskan peranan Bangsa Arab dalam penyebaran Agama Islam di Indonesia.

3. Teori Persia

Teori Persia mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia berasal dari

daerah Persia atau Parsi (kini Iran). Pencetus dari teori ini adalah Hoesein

Djajadiningrat, sejarawan asal Banten. Dalam memberikan argumentasinya, Hoesein lebih

menitikberatkan analisisnya pada kesamaan budaya dan tradisi yang berkembang antara

masyarakat Parsi dan Indonesia. Tradisi tersebut antara lain: tradisi merayakan 10 Muharram

atau Asyuro sebagai hari suci kaum Syiah atas kematian Husein bin Ali, cucu Nabi

Muhammad, seperti yang berkembang dalam tradisi tabut di Pariaman di Sumatera Barat.

Istilah “tabut” (keranda) diambil dari bahasa Arab yang ditranslasi melalui bahasa Parsi.

Tradisi lain adalah ajaran mistik yang banyak kesamaan, misalnya antara ajaran Syekh Siti

Jenar dari Jawa Tengah dengan ajaran sufi Al-Hallaj dari Persia. Bukan kebetulan, keduanya

mati dihukum oleh penguasa setempat karena ajaran-ajarannya dinilai bertentangan dengan

ketauhidan Islam (murtad) dan membahayakan stabilitas politik dan sosial. Alasan lain yang

dikemukakan Hoesein yang sejalan dengan teori Moquetta, yaitu ada kesamaan seni kaligrafi

pahat pada batu-batu nisan yang dipakai di kuburan Islam awal di Indonesia. Kesamaan lain

adalah bahwa umat Islam Indonesia menganut mahzab Syafei, sama seperti kebanyak

muslim di Iran.

Teori ini berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia abad 13 dan pembawanya

berasal dari Persia (Iran). Dari teori ini adalah kesamaan budaya Persia dengan budaya

masyarakat IslamIndonesia seperti:

Page 5: teori masuknya agama islam ke indonesia beserta peta persebaranya.pdf

1) Peringatan 10 Muharram atau Asyura atas meninggalnya Hasan dan Husein, cucu

Nabi Muhammad, yang sangat di junjung oleh orang Syiah/Islam Iran. DiSumatra Barat

peringatan tersebut disebut dengan upacara Tabuik/Tabut.Sedangkan di pulau Jawa

ditandai dengan pembuatan bubur Syuro.

2) Kesamaan ajaran Sufi yang dianut Syaikh Siti Jennar dengan sufi dari

Iran yaituAl – Hallaj.Penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf

Arab untuk tanda-tanda bunyi Harakat.

3) Ditemukannya makam Maulana Malik Ibrahim tahun 1419 di Gresik.

4) Adanya perkampungan Leren/Leran di Giri daerah Gresik. Leren adalah

namasalah satu Pendukung teori ini yaitu Umar Amir Husen dan P.A. Hussein Jayadiningrat.

Pendukung Teori Persia : Umar Amir Husen, Hoesein Djajadiningrat Bunyi Teori Persia : "Agama Islam masuk ke Indonesia dengan dibawa

oleh kaum Syi'ah yang berasal dari Persia (Iran)". Dasar Teori Persia :

1. Adanya kesamaan budaya Persia dengan budaya masyarakat Indonesia (peringatan 10 Muharam/Asyura, Tabut, pembuatan bubur Syura). 2. Kesamaan ajaran sufi yang dianut Syaikh Siti Jenar dengan sufi dari Iran yaitu Al Hallaj. 3. Penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf Arab untuk tanda-tanda bunyi. 4. Adanya kesamaan seni kaligrafi pahat pada batu-batu nisan.

Kekurangan Teori : Bila berpedoman bahwa Islam masuk pada abad ke-7, hal ini berarti terjadi pada masa kekuasaan Khalifah Umayyah. Sedangkan saat itu kepemimpinan Islam si bidang politik, ekonomi, dan kebudayaan berada di Mekkah, Madinah, Damaskus, dan Baghdad. Jadi, belum memungkinkan bagi Persia untuk menduduki kepemimpinan dunia Islam saat itu.

Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia

Awal Masuknya Islam ke Nusantara

Page 6: teori masuknya agama islam ke indonesia beserta peta persebaranya.pdf

Rute masuknya Islam ke Nusantara

Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7. Saat itu sudah ada jalur pelayaran yang ramai

dan bersifat internasional melalui Selat Malaka yang menghubungkan Dinasti Tang di Cina,

Sriwijaya di Asia Tenggara dan Bani Umayyah di Asia Barat sejak abad ke-7. (Prof. Dr. Uka

Tjandrasasmita, dalam Ensiklopedia Tematis Dunia Islam Asia Tenggara, Kedatangan dan

Penyebaran Islam, 2002, Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta, hlm. 9-27).

Sebuah kesultanan Islam bernama Kesultanan Peureulak didirikan pada 1 Muharram

225H atau 12 November tahun 839M. Demikian pula Kerajaan Ternate tahun 1440. Kerajaan

Islam lain di Maluku adalah Tidore dan Kerajaan Bacan. Institusi Islam lainnya di Kalimantan

adalah Kesultanan Sambas, Pontianak, Banjar, Pasir, Bulungan, Tanjungpura, Mempawah,

Sintang dan Kutai. Di Sumatera setidaknya diwakili oleh institusi kesultanan Peureulak,

Samudera Pasai, Aceh Darussalam, Palembang. Adapun kesultanan di Jawa antara lain:

Kesultanan Demak yang dilanjutkan oleh Kesultanan Jipang, lalu dilanjutkan Kesultanan Pajang

dan dilanjutkan oleh Kesultanan Mataram, Cirebon dan Banten. Di Sulawesi, Islam diterapkan

dalam institusi Kerajaan Gowa dan Tallo, Bone, Wajo, Soppeng dan Luwu. Di Nusa Tenggara

penerapan Islam di sana dilaksanakan dalam institusi Kesultanan Bima. (Ensiklopedia Tematis

Dunia Islam: Khilafah dalam bagian “Dunia Islam Bagian Timur”, PT. Ichtiar Baru Vab Hoeve,

Jakarta. 2002).

Jejak Penerapan Syariah Islam di Nusantara

Page 7: teori masuknya agama islam ke indonesia beserta peta persebaranya.pdf

Peta Kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara

Seiring perjalanan waktu, hukum-hukum Islam diterapkan secara menyeluruh dan

sistemik di Indonesia. A.C Milner mengatakan bahwa Aceh dan Banten adalah kerajaan Islam di

Nusantara yang paling ketat melaksanakan hukum Islam sebagai hukum negara pada abad ke-

17. Di Banten, hukuman terhadap pencuri dengan memotong tangan bagi pencurian senilai 1

gram emas telah dilakukan pada tahun 1651-1680 M di bawah Sultan Ageng Tirtayasa. Sultan

Iskandar Muda pernah menerapkan hukum rajam terhadap putranya sendiri yang bernama

Meurah Pupok yang berzina dengan istri seorang perwira. Kerajaan Aceh Darussalam

mempunyai UUD Islam bernama Kitab Adat Mahkota Alam. Sultan Alaudin dan Iskandar Muda

memerintahkan pelaksanaan kewajiban shalat lima waktu dalam sehari semalam dan ibadah

puasa secara ketat. Hukuman dijalankan kepada mereka yang melanggar ketentuan. (Musyrifah

Sunanto, 2005).

Kerajaan Demak sebagai kerajaan Islam pertama di Jawa memiliki jabatan qadi di

Kesultanan yang dijabat oleh Sunan Kalijaga. De Graff dan Th Pigeaud mengakui hal ini. Di

Kerajaan Mataram pertama kali dilakukan perubahan tata hukum di bawah pengaruh hukum

Islam oleh Sultan Agung. Perkara kejahatan yang menjadi urusan peradilan dihukumi menurut

kitab Kisas, yaitu kitab undang-undang hukum Islam pada masa Sultan Agung.

Dalam bidang ekonomi Sultan Iskandar Muda mengeluarkan kebijakan pengharaman

riba. Menurut Alfian, deureuham adalah mata uang Aceh pertama. Istilah deureuham dari bahasa

Arab dirham. Selain itu Kesultanan Samudera Pasai pada masa pemerintahan Sultan

Muhammad Malik az-Zahir (1297/1326) telah mengeluarkan mata uang emas. (Ekonomi Masa

Kesultanan; Ensiklopedia Tematis Dunia Islam: Khilafah dalam bagian “Dunia Islam Bagian

Timur”, PT. Ichtiar Baru Vab Hoeve, Jakarta. 2002).

Hubungan Nusantara dengan Khilafah Islam

Page 8: teori masuknya agama islam ke indonesia beserta peta persebaranya.pdf

Peta perkembangan wilayah Khilafah Turki Utsmani (indonesia.faithfreedom.org)

Di samping penerapan Syariah Islam, hubungan Nusantara dengan Khilafah Islam pun

terjalin. Pada tahun 100 H (718 M) Raja Sriwijaya Jambi yang bernama Srindravarman mengirim

surat kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz dari Khilafah Bani Umayyah. Sang Raja meminta

dikirimi dai yang bisa menjelaskan Islam kepadanya. Dua tahun kemudian, yakni tahun 720 M,

Raja Srindravarman, yang semula Hindu, masuk Islam. Sriwijaya Jambi pun dikenal dengan

nama Sribuza Islam. (Ayzumardi Azra, 2005).

Sebagian pengemban dakwah Islam juga merupakan utusan langsung yang dikirim oleh

Khalifah melalui amilnya. Tahun 808H/1404M adalah awal kali ulama utusan Khalifah Muhammad

I ke Pulau Jawa (yang kelak dikenal dengan nama Walisongo). Setiap periode ada utusan yang

tetap dan ada pula yang diganti. Pengiriman ini dilakukan selama lima periode. (Rahimsyah,

Kisah Wali Songo, t.t., Karya Agung Surabaya, hlm. 6).

Bernard Lewis (2004) menyebutkan bahwa pada tahun 1563 penguasa Muslim di Aceh

mengirim seorang utusan ke Istanbul untuk meminta bantuan melawan Portugis. Dikirimlah 19

kapal perang dan sejumlah kapal lainnya pengangkut persenjataan dan persediaan; sekalipun

hanya satu atau dua kapal yang tiba di Aceh.

Hubungan ini tampak pula dalam penganugerahan gelar-gelar kehormatan. Abdul Qadir

dari Kesultanan Banten, misalnya, tahun 1048 H (1638 M) dianugerahi gelar Sultan Abulmafakir

Mahmud Abdul Kadir oleh Syarif Zaid, Syarif Makkah saat itu. Pangeran Rangsang dari

Kesultanan Mataram memperoleh gelar sultan dari Syarif Makkah tahun 1051 H (1641 M) dengan

gelar, Sultan Abdullah Muhammad Maulana Matarami. (Ensiklopedia Tematik Dunia Islam Asia

Tenggara, 2002). Bahkan Banten sejak awal memang menganggap dirinya sebagai Kerajaan

Islam, dan tentunya termasuk Dar al-Islam yang ada di bawah kepemimpinan Khalifah Turki

Page 9: teori masuknya agama islam ke indonesia beserta peta persebaranya.pdf

Utsmani di Istanbul. (Ensiklopedia Tematis Dunia Islam, Struktur Politik dan Ulama: Kesultanan

Banten, 2002).

Selain itu, Snouck Hurgrounye, sebagaimana yang dikutip oleh Deliar Noer,

mengungkapkan bahwa rakyat kebanyakan pada umumnya di Indonesia, melihat stambol

(Istanbul, ibukota Khalifah Usmaniyah) senantiasa sebagai kedudukan seorang raja semua orang

Mukmin dan tetap (dipandang) sebagai raja dari segala raja di dunia. (Deliar Noer, 1991).

Dokumen Penting Hubungan Nusantara dengan Khilafah Islam

Peta Kesultanan Aceh Darussalam (abad ke-16)

Sejarah Islam Nusantara saat ini sangat susah mendapatkan bukti otentik bahwa benar

adanya bahwa Nusantara adalah wilayah ke Khalifahan Islam. Sangat susah menemukan buku-

buku sejarah mengungkap hal ini seolah-olah sengaja menghilangkan fakta ini. Tapi sejarah yang

benar pasti akan terungkap. Berikut bukti otentik yang dapat membuktikan hal tersebut. Bukti ini

berupa surat resmi dari sultan Aceh Alauddin Mahmud Syah kepada Khalifah Abdul Aziz dari ke-

khalifahan Turki Usmani, berikut isi suratnya;

“Sesuai dengan ketentuan adat istiadat kesultanan Aceh yang kami miliki dengan batas-

batasnya yang dikenal dan sudah dipunyai oleh moyang kami sejak zaman dahulu serta sudah

mewarisi singgasana dari ayah kepada anak dalam keadaan merdeka. Sesudah itu kami

diharuskan memperoleh perlindungan Sultan Salim si penakluk dan tunduk kepada pemerintahan

Ottoman dan sejak itu kami tetap berada di bawah pemerintahan Yang Mulia dan selalu bernaung

di bawah bantuan kemuliaan Yang Mulia almarhum sultan Abdul Majid penguasa kita yang

agung, sudah menganugerahkan kepada almarhum moyang kami sultan Alaudddin Mansursyah

titah yang agung berisi perintah kekuasaan.

Kami juga mengakui bahwa penguasa Turki yang Agung merupakan penguasa dari

semua penguasa Islam dan Turki merupakan penguasa tunggal dan tertinggi bagi bangsa-

Page 10: teori masuknya agama islam ke indonesia beserta peta persebaranya.pdf

bangsa yang beragama Islam. Selain kepada Allah SWT, penguasa Turki adalah tempat kami

menaruh kepercayaan dan hanya Yang Mulialah penolong kami. Hanya kepada Yang Mulia dan

kerajaan Yang Mulialah kami meminta pertolongan rahmat Ilahi, Turkilah tongkat lambang

kekuasaan kemenangan Islam untuk hidup kembali dan akhirnya hanya dengan perantaraan

Yang Mulialah terdapat keyakinan hidup kembali di seluruh negeri-negeri tempat berkembangnya

agama Islam. Tambahan pula kepatuhan kami kepada pemerintahan Ottoman dibuktikan dengan

kenyataan, bahwa kami selalu bekerja melaksanakan perintah Yang Mulia. Bendera negeri kami,

Bulan Sabit terus bersinar dan tidak serupa dengan bendera manapun dalam kekuasaan

pemerintahan Ottoman; ia berkibar melindungi kami di laut dan di darat. Walaupun jarak kita

berjauhan dan terdapat kesukaran perhubungan antara negeri kita namun hati kami tetap dekat

sehingga kami telah menyetujui untuk mengutus seorang utusan khusus kepada Yang Mulia,

yaitu Habib Abdurrahman el Zahir dan kami telah memberitahukan kepada beliau semua rencana

dan keinginan kami untuk selamanya menjadi warga Yang Mulia, menjadi milik Yang Mulia dan

akan menyampaikan ke seluruh negeri semua peraturan Yang Mulai.

Semoga Yang Mulai dapat mengatur segala sesuatunya sesuai dengan keinginan Yang

Mulia. Selain itu kami berjanji akan menyesuaikan diri dengan keinginan siapa saja Yang Mulia

utus untuk memerintah kami.

Kami memberi kuasa penuh kepada Habib Abdurrahman untuk bertindak untuk dan atas

nama kami.

Yang Mulia dapat bermusyawarah dengan beliau karena kami telah mempercayakan

usaha perlindungan demi kepentingan kita.

Semoga harapan kami itu tercapai. Kami yakin, bahwa Pemerintah Yang Mulia

Sesungguhnya dapat melaksanakannya dan kami sendiri yakin pula,bahwa Yang Mulia akan

selalu bermurah hati”.

Petikan isi surat tersebut dikutip dari Seri Informasi Aceh th.VI No.5 berjudul Surat-surat

Lepas Yang Berhubungan Dengan Politik Luar Negeri Kesultanan Aceh Menjelang Perang

Belanda di Aceh diterbitkan oleh Pusat Dokumentasi Dan Informasi Aceh tahun 1982

berdasarkan buku referensi dari A. Reid, ”Indonesian Diplomacy a Documentary Study of

Atjehnese Foreign Policy in The Reign of Sultan Mahmud 1870-1874”, JMBRAS, vol.42,

Pt.1, No.215, hal 80-81 (Terjemahan : R. Azwad).

Poin-poin penting isi surat diatas sebagai berikut :

Page 11: teori masuknya agama islam ke indonesia beserta peta persebaranya.pdf

1. Wilayah Aceh secara resmi menjadi bagian dari ke-Khalifahan Usmani sejak

pemerintahan Sultan Salim (Khalifah Turki Usmani yang sangat ditakuti dan disegani sehingga

digelas ”sang Penakluk” oleh Eropah abad 15 M.

2. Pengakuan penguasa semua negeri-negeri kaum Muslimin bahwa Turki Usmani adalah

penguasa tunggal dunia Islam.

3. Adanya perlindungan dan bantuan militer dari Turki Usmani terhadap Aceh di laut dan

di darat. Hal ini wajar karena fungsi Khalifah adalah laksana perisai pelindung ummat di setiap

wilayah Islam.

4. Hukum yang berlaku di Aceh adalah hukum yang sama dilaksanakan di Turki Usmani

yaitu hukum Islam.

Dari isi surat dapat disimpulkan bahwa kesultanan Aceh di Sumatera adalah bagian resmi

wilayah kekuasaan ke khalifahan Islam Turki Usmani tidak terbantahkan lagi. Hal sama juga

berlaku untuk daerah-daerah lain di Nusantara dimana kesultanan Islam berdiri.

Penjajah Belanda Menghapuskan Jejak Penerapan Syariah Islam di Indonesia

Pada masa penjajahan, Belanda berupaya menghapuskan penerapan syariah Islam oleh

hampir seluruh kesultanan Islam di Indonesia. Salah satu langkah penting yang dilakukan

Belanda adalah menyusupkan pemikiran dan politik sekular melalui Snouck Hurgronye. Dia

menyatakan dengan tegas bahwa musuh kolonialisme bukanlah Islam sebagai agama. (H. Aqib

Suminto, 1986).

Dari pandangan Snouck tersebut penjajah Belanda kemudian berupaya melemahkan dan

menghancurkan Islam dengan 3 cara,yaitu:

Pertama: memberangus politik dan institusi politik/pemerintahan Islam. Dihapuslah

kesultanan Islam. Contohnya adalah Banten. Sejak Belanda menguasai Batavia, Kesultanan

Islam Banten langsung diserang dan dihancurkan. Seluruh penerapan Islam dicabut, lalu diganti

dengan peraturan kolonial.

Kedua: melalui kerjasama raja/sultan dengan penjajah Belanda. Hal ini tampak di

Kerajaan Islam Demak. Pelaksanaan syariah Islam bergantung pada sikap sultannya. Di

Kerajaan Mataram, misalnya, penerapan Islam mulai menurun sejak Kerajaan Mataram dipimpin

Amangkurat I yang bekerjasama dengan Belanda.

Ketiga: dengan menyebar para orientalis yang dipelihara oleh pemerintah penjajah.

Pemerintah Belanda membuat Kantoor voor Inlandsche zaken yang lebih terkenal dengan kantor

agama (penasihat pemerintah dalam masalah pribumi). Kantor ini bertugas membuat ordonansi

(UU) yang mengebiri dan menghancurkan Islam. Salah satu pimpinannya adalah Snouck

Hurgronye. Dikeluarkanlah: Ordonansi Peradilan Agama tahun 1882, yang dimaksudkan agar

politik tidak mencampuri urusan agama (sekularisasi); Ordonansi Pendidikan, yang

menempatkan Islam sebagai saingan yang harus dihadapi; Ordonansi Guru tahun 1905 yang

mewajibkan setiap guru agama Islam memiliki izin; Ordonansi Sekolah Liar tahun 1880 dan 1923,

yang merupakan percobaan untuk membunuh sekolah-sekolah Islam. Sekolah Islam didudukkan

sebagai sekolah liar. (H. Aqib Suminto, 1986).

Demikianlah, syariah Islam mulai diganti oleh penjajah Belanda dengan hukum-hukum

sekular. Hukum-hukum sekular ini terus berlangsung hingga sekarang. Walhasil, tidak salah jika

dikatakan bahwa hukum-hukum yang berlaku di negeri ini saat ini merupakan warisan dari

Page 12: teori masuknya agama islam ke indonesia beserta peta persebaranya.pdf

penjajah; sesuatu yang justru seharusnya dienyahkan oleh kaum Muslim, sebagaimana mereka

dulu berhasil mengenyahkan sang penjajah: Belanda.

Perjuangan Tak Pernah Padam

Meski penjajah Belanda menuai sukses besar dalam menghapus syariah Islam di bumi

Nusantara, umat Islam di negeri ini tidak pernah diam. Perjuangan untuk menegakkan kembali

syariah Islam terus dilakukan. Pada tanggal 16 Oktober 1905 berdirilah Sarekat Islam, yang

sebelumnya adalah Sarekat Dagang Islam. Inilah mestinya tonggak kebangkitan Indonesia,

bukan Budi Utomo yang berdiri 1908 dengan digerakkan oleh para didikan Belanda. KH Ahmad

Dahlan mendirikan Muhammadiyah tahun 1912 dengan melakukan gerakan sosial dan

pendidikan. Adapun Taman Siswa, baru didirikan Ki Hajar Dewantara pada 1922. Sejatinya, KH

Ahmad Dahlanlah sebagai bapak pendidikan. (H. Endang Saefuddin Anshari, 1983).

Pada saat Pemilu yang pertama tahun 1955, Masyumi adalah partai Islam pertama dan

terbesar yang jelas-jelas memperjuangkan tegaknya syariah Islam di Indonesia. Lahirnya Piagam

Jakarta tanggal 22 Juni 1945 adalah salah satu puncak dari perjuangan umat Islam dalam

menegakkan syariah Islam di Indonesia.

Lebih dari itu, sejarah perjuangan Islam di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari agenda

Khilafah Islam. Setelah institusi Khilafah Islam Ustmaniyah dibubarkan pada 3 Maret 1924, ulama

dan tokoh pergerakan Islam Indonesia meresponnya dengan pembentukan Komite Khilafah yang

didirikan di Surabaya pada 4 Oktober 1924, dengan ketua Wondosudirdjo (Sarikat Islam) dan

wakilnya KH A. Wahab Hasbullah (lihat: Bendera Islam, 16 Oktober 1924). Kongres ini

memutuskan untuk mengirim delegasi ke Kongres Khilafah ke Kairo yang terdiri dari Surjopranoto

(Sarikat Islam), Haji Fachruddin (Muhammadiyah), dan KH. A. Wahab dari kalangan tradisi.

(Hindia Baroe, 9 Januari 1925). KH A. Wahab kemudian dikenal sebagai salah satu pendiri ormas

Islam terbesar di Indonesia, Nahdhatul Ulama.

Pada abad ke 7 Masehi, agama Islam sudah masuk ke wilayah Indonesia. Daerah yang

pertama kali menerima pengaruh Islam ini adalah Samudra Pasai yang letaknya berada di pesisir

Aceh Utara. Pengaruh Islam makin meluas di kalangan masyarakat terutama di daerah pesisir.

Samudra Pasai berkembang sebagai pusat perdagangan dan kerajaan Islam pertama di

Indonesia pada tahun 1285.

Page 13: teori masuknya agama islam ke indonesia beserta peta persebaranya.pdf

Daerah lain yang banyak dikunjungi oleh para pedagang muslim adalah Malaka. Malaka

mempunyai letak yang sangat strategis dalam hubungan perdagangan dan pelayaran Asia Barat,

Asia Selatan, dan Asia Timur. Malaka berkembang menjadi pusat perdagangan terbesar di

kawasan Asia Tenggara. Akibatnya, agama Islam berkembang pesat di wilayah ini. Dari

Malaka, sejarah perkembangan Islam di Indonesia pun dimulai. Islam tersebar luas ke

berbagai wilayah antara lain Pulau Jawa, Sumatera Selatan, dan Kalimantan Barat.

Pada tahun 1511, Malaka jatuh ke tangan Portugis. Para pedagang muslim banyak yang

mengalihkan rute perdagangan dan pelayaran. Mereka tidak lagi berdagang di Bandar Malaka.

Page 14: teori masuknya agama islam ke indonesia beserta peta persebaranya.pdf

Para pedagang muslim lebih memilih Aceh sebagai tempat persinggahan perdagangannya. Dari

Aceh mereka melakukan kegiatan perdagangan di sepanjang Pantai Barat Sumatera melewati

Selat Sunda dan akhirnya sampai di Pantai Utara Pulau Jawa. Sampai abad ke 18, agama Islam

sudah tersebar luas di berbagai wilayah di Indonesia, namun belum semua wilayah itu menerima

pengaruh Islam.

1. Perkembangan Islam di Sumatera

Di wilayah Sumatera, Islam mulai masuk ketika zaman kekuasaan Sriwijaya pada abad

ke 7 Masehi. Ketika Sriwijaya mengalami kemunduran pada abad ke 11, sejarah perkembangan

Islam di Indonesia melaju dengan sangat pesat. Hingga pada abad ke 18, hampir semua wilayah

di pantai Sumatera menerima pengaruh Islam termasuk daerah pedalamannya seperti Batak,

Nias, Mentawai, dan sebagian daerah Bengkulu.

Page 15: teori masuknya agama islam ke indonesia beserta peta persebaranya.pdf

2. Perkembangan Islam di Pulau Jawa

Di wilayah Pulau Jawa, Islam sudah mulai masuk pada abad ke 7 Masehi. Sejarah

perkembangan Islam di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa mengalami perkembangan pesat

saat Majapahit mulai mengalami kemunduran pada awal abad ke 15 Masehi. Seluruh wilayah di

Pulau Jawa sampai abad ke 18 telah menerima pengaruh Islam. Agama Islam pertama kali

berkembang di daerah pesisir utara Jawa. Kota-kota pelabuhan di daerah pesisisr utara

berkembang menjadi pusat pengembangan islam, antara lain Gresik, Surabaya, Tuban, Jepara,

Demak, Cirebon, dan Banten. Dari pulau Jawa, terutama dari Gresik dan Demak, agama Islam

menyebar ke berbagai wilayah seperti Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku.

Page 16: teori masuknya agama islam ke indonesia beserta peta persebaranya.pdf

3. Perkembangan Islam di Kalimantan

Di wilayah Kalimantan, Islam mulai masuk pertama kali di Kalimantan Barat (Sukadana)

pada awal abad ke 16 yang dibawa oleh pedagang muslim dari wilayah Sumatera. Di Kalimantan

Selatan, Islam mulai masuk pada tahun 1550 dari Demak, sedangkan di wilayah Kalimantan timur

menerima pengaruh Islam dari Makasar pada tahun 1575. Daerah sepanjang pantai Pulau

Kalimantan sampai dengan abad ke 18 telah menerima pengaruh Islam, sedangkan daerah

pedalamannya belum terpengaruhi sama sekali.

4. Perkembangan Islam di Sulawesi

Di wilayah Sulawesi, pengaruh Islam mulai muncul pada abad ke 16. Wilayah pertama

yang menerima pengaruh Islam adalah Gowa. Dalam sejarah perkembangan Islam di Indonesia,

penyebar agama Islam yang terkenal di daerah itu adalah Dato’ RI Bandan dan Dato’ Sulaiman.

Dari wilayah Gowa, Islam menyebar ke wilayah Gorontalo. Wilayah Sulawesi Tenggara

mendapat pengaruh Islam dari Ternate. Wilayah di Sulawesi sampai abad ke 18 yang mendapat

pengaruh Islam makin meluas. Hanya wilayah Sulawesi Tengah (Toraja) dan Sulawesi paling

utara-lah yang belum dipengaruhi oleh Islam.

5. Perkembangan Islam di Maluku dan Papua

Wilayah Maluku menerima pengaruh Islam dari Pulau Jawa, terutama dari Gresik pada

pertengahan abad ke 15 Masehi. Islam mulai berkembang di Ternate dan Tidore yang kemudian

menyebar ke berbagai wilayah di Maluku. Pengaruh Islam di Maluku sampai dengan abad ke 18

makin meluas ke berbagai pulau. Namun, Pulau Seram bagian timur dan pulau-pulau sebelah

timurnya belum dipengaruhi Islam.

Page 17: teori masuknya agama islam ke indonesia beserta peta persebaranya.pdf

Selain dipengaruhi Islam, wilayah Maluku juga dipengaruhi oleh agama Kristen yang

sangat kuat. Penyebaran Islam ke wilayah Papua sudah dimualai sejak abad ke 17 namun

mengalami hambatan karena kuatnya kepercayaan lama. Sampai dengan abad ke 18 wilayah

Papua belum dipengaruhi Islam.

6. Perkembangan Islam di Nusa Tenggara

Agama Islam masuk ke wilayah Nusa Tenggara karena dibawa oleh para pedagang Bugis

dari Sulawesi Selatan dan pedagang dari Jawa sejak abad ke 16. Adapun dalam sejarah

perkembangan Islam di Indonesia di daerah sekitar Nusa Tenggara yang paling pesat terjadi di

Page 18: teori masuknya agama islam ke indonesia beserta peta persebaranya.pdf

Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa. Di Pulau Sumbawa telah bediri kerajaan Islam yang

berpusat di Bima. Di Nusa Tenggara sampai abad ke 18 Islam masih belum banyak berpengaruh

kecuali di kedua pulau itu. Wilayah Indonesia bagian timur seperti Bali, Sumbawa, dan Flores

juga sama.