28
Makalah : Determinan kualitas jasa pariwisata BAB I PANDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berwisata saat ini tidak lagi dipandang sebagai kebutuhan yang tersier, meliankan kebutuhan primer. Berbagai faktor dapat mempengaruhi seseorang untuk mengadakan perjalanan. Kebanyakan orang bepergian atau berwisata dengan tujuan untuk bersenang – seanang seperti tujuan wisatawan pada umumnya. Tetapi tidak jarang orang memanfaatkan waktunya untuk bersenang – seanang sekaligus menambah wawasan, pengetahuan, dan ketrampilan tentang sesuatu hal. Dengan kata lain mereka datang ke suatu tempat tidak saja hanya untuk melihat – lihat tetapi memiliki tujuan yang lebih dari itu, yaitu sesuatu yang berharga yang tidak mungkin didapatinya di tempat asalnya. Jadi Perjalanan yang dilakukan oleh seseorang dipengaruhi oleh faktor dari dalam (diri sendiri) seperti kesehatan pendidikan, keuangan, dan faktor dari luar (apa yang ada di derah tujuan) seperti iklim, letak geografis, special event, dan lain sebagainya. Pada suatu jasa diuji dalam setiap penyajian dan pelayanan jika suatu objek tidak mampu memberikan apa yang diharapkan pelanggan, maka pengunjung akan berpikir dua kali untuk datang berwisata. Pengunjung menciptakan harapan mereka dari pengalaman masa lalu, cerita dari mulut ke mulut dan iklan. Jika pengunjung merasa tidak puas dengan apa yang ada pada objek wisata sipiso-piso maka merka akan kecewa. Kekecewaan itu akan menimbulkan beberapa kemungkinan taitu tidak menceritakan pengalamannya berwisata di tempat itu atau menceritakan keburukan dan kebobrokan yang akan mengakibatkan calon pengunjung akan merasa enggan untuk berwisata ke sipiso-piso. Sumatera utara juga memiliki banyak objek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan. Salahsatunya adalah objek wisata sipiso-piso yang terletak di kabupaten karo. Objek wisata ini khas dengan airterjun nya yang indah dan mengesankan untuk dinikmati. Keindahan dan kelestarianya cukup membuat para wisatawan merasa puas jika melakukan wisata ke tempat ini. Hanya masih banyak wisatawan yang berasal dari masyarakat lokal maupun luar yang belum mengenalnya. Hal ini diakibatkan kurangnya kepedulian masyarakat dan pemerintah setempat bahwa pariwisata tersebut dapat

TEORI PARIWISATA

Embed Size (px)

DESCRIPTION

uig u

Citation preview

Page 1: TEORI PARIWISATA

Makalah : Determinan kualitas jasa pariwisata

BAB I

PANDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang

Berwisata saat ini tidak lagi dipandang sebagai kebutuhan yang tersier, meliankan kebutuhan primer.

Berbagai faktor dapat mempengaruhi seseorang untuk mengadakan perjalanan. Kebanyakan orang bepergian

atau berwisata dengan tujuan untuk bersenang – seanang seperti tujuan wisatawan pada umumnya. Tetapi tidak

jarang orang memanfaatkan waktunya untuk bersenang – seanang sekaligus menambah wawasan,

pengetahuan, dan ketrampilan tentang sesuatu hal. Dengan kata lain mereka datang ke suatu tempat tidak saja

hanya untuk melihat – lihat tetapi memiliki tujuan yang lebih dari itu, yaitu sesuatu yang berharga yang tidak

mungkin didapatinya di tempat asalnya. Jadi Perjalanan yang dilakukan oleh seseorang dipengaruhi oleh faktor

dari dalam (diri sendiri) seperti kesehatan pendidikan, keuangan, dan faktor dari luar (apa yang ada di derah

tujuan) seperti iklim, letak geografis, special event, dan lain sebagainya.

Pada suatu jasa diuji dalam setiap penyajian dan pelayanan jika suatu objek tidak mampu

memberikan apa yang diharapkan pelanggan, maka pengunjung akan berpikir dua kali untuk datang berwisata.

Pengunjung menciptakan harapan mereka dari pengalaman masa lalu, cerita dari mulut ke mulut dan

iklan. Jika pengunjung merasa tidak puas dengan apa yang ada pada objek wisata sipiso-piso maka merka akan

kecewa. Kekecewaan itu akan menimbulkan beberapa kemungkinan taitu tidak menceritakan pengalamannya

berwisata di tempat itu atau menceritakan keburukan dan kebobrokan yang akan mengakibatkan calon

pengunjung akan merasa enggan untuk berwisata ke sipiso-piso.

Sumatera utara juga memiliki banyak objek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan. Salahsatunya

adalah objek wisata sipiso-piso yang terletak di kabupaten karo. Objek wisata ini khas dengan airterjun nya yang

indah dan mengesankan untuk dinikmati.

Keindahan dan kelestarianya cukup membuat para wisatawan merasa puas jika melakukan wisata ke

tempat ini. Hanya masih banyak wisatawan yang berasal dari masyarakat lokal maupun luar yang belum

mengenalnya. Hal ini diakibatkan kurangnya kepedulian masyarakat dan pemerintah setempat bahwa pariwisata

tersebut dapat meningkatkan pembangunan di daerahnya. Hal ini jelas terlihat dari detrminan kualitas jasa

pariwisata yang diberikan masih sangat memprihatinkan.

1.2.  Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat di rumuskan masalah sebagai

berikut :

1.      Bagaimana meningkatkan determinan kualitas jasa pada objek wisata sipiso-piso?

2.      Adakah determinan kualitas jasa yang dominan yang dapat dilakuakan untuk mengembangkan objek wisata

sipiso-piso?

1.3.  Tujuan Penulisan Makalah

Adapuan tujuan penulisan makalah ini adalah :

1.      Untuk meningkatkan determinan kualitas jasa pada objek wisata sipiso-piso.

2.      Untuk mengetahui apakah ada determinan kualitas jaya yang dominan yang dapat dilakukan untuk

mengembangkan objek wisata sipiso-piso.

Page 2: TEORI PARIWISATA

1.4.  Sistematika Penulisan

Makalah ini ditulis atas lima tahap, diantaranya :

Bab I : Pendahuluan, yang menjelaskan alasan pemilihan judul dan mengapa objek wisata sipiso-piso perlu

dikembangkan.

Bab II : Teory dan Implementasi, yang memaparkan pengertian-pengertian dan pustaka yang mendukung dalam

penulisan makalah dan menjelaskan bagai mana mengimplementasikanya dalam judul yang telah dipilih.

Bab III : Deskripsi, menggambarkan bagaimana keadaan dan kondisi objek wisata sipiso-piso.

Bab IV : Pembahasan , membahas dan menjawab pertanyaan yang terdapat pada rumusan makalah.

Bab V : Penutup, memberikan kesimpulan dan saran-saran dari objek yang telah diteliti.

`

BAB II

TEORI DAN IMPLEMENTASI

2.1. Teori Kepustakaan

2.1.1. Pengertian PariwisataAda banyak ahli yang mendefinisikan pariwisata, Arief (2005: 2), Pariwisata adalah segala sesuatu

aktivitas manusia untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan orang lain yang sedang melakukan perjalanan

(traveller), di samping untuk memenuhi kebutuhan dirinya.

Selanjutnya pengertian pariwisata oleh WTO dalam Jafari (2008:1) menyatakan The activities of a

person outside his or her usual environment for less than a specified period of time, and whose main

purpose of travel is other than exercise of an activity remunerated from the place visited , yang berarti

Page 3: TEORI PARIWISATA

aktifitas yang dilakukan seseorang diluar tempat tinggalnya berada dalam periode waktu tertentu, yang bertujuan

untuk tidak bekerja/mencari nafkah di tempat yang dikunjunginya.

Garner dalam Sudiarta (2005:115) berusaha mendefinisikan pariwisata secara lebih akademis, bahwa

tourism is study of man away from his usual habitat, of the industry which respon to his needs and of the

impact that he and the industry have on the host social cultural, economic, and physical environment .

Dilihat dari apa yang diuraikan oleh Garner, tampaknya kegiatan pariwisata sangat dekat dengan dinamisnya

kehidupan manusia yang di satu sisi didasari oleh keinginan untuk memenuhi kebutuhannya, tetapi disisi lain

tidak terlepas dari akibat yang ditimbulkan oleh aktifitas tersebut, terutama dampaknya terhadap kehidupan

sosbud, ekonomi, dan lingkungan fisik.

Menurut UU No 10 Tahun 2009, Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung

berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah

Daerah.

Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa pariwisata adalah berbagai macam

fenomena yang ditimbulkan akibat dari perpindahan orang-orang dari satu tempat yang merupakan asalnya ke

tempat yang lain yang bukan tempat asalnya untuk kegiatan bersenang-senang, tidak mencari nafkah, bekerja,

maupun menetap.

2.2. Implementasi Determinan Jasa Pariwisata

Ada lima faktor yang mempengaruhi (Determinan) kualitas jasa pariwisata sehingga dapat memberi

kepuasan kepada pelanggan. Kelima dimensi tersebut antara lain :

1. Tangible

Bukti atau wujud langsung, meliputi fasilitas fisik, perlengkapan pegawai, dan sarana komunikasi.

2. Reliability

Kehandalan , yaitu kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera, akurat dan memuaskan.

3. Responsiveness

Responsif, yaitu keinginan para staff unutk membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan yang

tanggap.

4. Assurance

Jaminan, mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staff,

bebas dari bahaya, resiko dan keragu-raguan. Assurance merupakan gabungan dari aspek-aspek :

a. Competence

Kompetensi, yakni keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki oleh karyawan untuk melakukan pelayanan.

b. Courtessy

Kesopanan, yang meliputi keramah tamahan, perhatian dan sikap para karyawan.

c. Credibility

Page 4: TEORI PARIWISATA

Kredibilitas, meliputi hal-hal yang berhubungan dengan kepercayaan kepada perusahaan seperti reputasi, dan

prestasi.

d. Security

Keamanan, yang meliputi hal-hal yang berhubungan dengan kemampuan karyawan untuk memberikan rasa

aman pada pelanggan.

5. Empathy

Empati, meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, kmunikasi yang baik, perhatian pribadi, dan

memahami kebutuhan para pelanggan.

BAB III

DESKRIPSI OBJEK WISATA

3.1. Arti Kata Sipiso-Piso

Nama air terjun yang dikelola oleh pemerintah daerah kabupaten Karo ini memiliki makna yang khas, yaitu

sipiso-piso berasal dari kata pisau. Derasnya air yang berjatuhan dari atas bukit yang berketinggian mencapai

800 mdpl kelihatan seperti berbilah-bilah menyerupai isau yang tajam. Selain itu terdapat jurang yang curam jika

dilihat dari puncak bukit membuat orang setempa menyebutnya piso dari tanah karo.

Air terjun tersebut dapat membawa daerah tanah karo menjadi tempat wisata yang banyak dikunjungi oleh

wisatawan lokal dan wisatawan mancanegara. Hal ini terjadi karena keunikan air terjun tersebut dengan airnya

yang deras seperti bilah pisau yang tajam.

3.2.Tingkat Pengunjung Air Terjun Sipiso-piso

Berdasarkan dana yang diperoleh dari dinas pariwisata karo jumlah kunjungan wisatawan dan hasil

pendapatan asli daerah (PAD) yang diperoleh di objek wisata tersebut menunjukan peningkatan. Pada tahun

2004 jumlah kunjungan wisatawan ke daerah itu sekitar 57.700 orang dengan retribusi PAD yang dihasilkan Rp

53.000.000, tahun 2005 jumlah kunjungan wisata 58.960 orang dengan PAD Rp 53.600.000. Pada tahun 2006

jumlah wisatawan 88.178 orang dengan PAD yang dihasilkan Rp 80.161.500, dan pada tahun 2011 jumlah

wisatawan sekitar 150.000 dengan PAD yang dihasilkan Rp 150.000

Hal tersebut akan terus meningkat apabila adanya peranan pemerintah dalam mengembangkan objek

wisata air terjun sipiso-piso yitu dengan cara melengkapi sarana dan prasarana. Tak hanya wisatawan domestik,

wisatawan asing juga banyak yang mengunjungi air terjun Sipiso-piso seperti dari Belanda, Malaysia dan

Prancis.

3.3. Peranan Pemerintah Kabupaten Karo

Berdasarkan data dari dinas pariwisata karo yang menunjukan bahwa tingkat pengunjung setiap tahunnya

ke air terjun sipiso-piso selalu meningkat. Dalam hal ini pemerintah kabupaten karo harus senantiasa

membenahi segala infrastruktur termasuk sarana dan prasarana yang memadai setiap jalan yang mulus,

penerangan jalan,pertamanan, sehingga menambah daya tarik wisatawan.

Page 5: TEORI PARIWISATA

Selain sarana dan prasarana tersebut pada pemerintahan karo juga harus membangun tenpat penginapan

di sekitar air terjun sipiso-piso tersebut, karena penginapan tentu merupakan hal yang penting bagi wisatawan.

Sehingga para wisatawan yang berkunjung ke daerah tersebut tidak terlalu jauh mencari penginapan.

Dibandingkan dengan pemerintahan sebelumnya, meskipun tidak terlalu banyak ada perubahan fasilitas

pariwisata yang dilakukannya. Terutama infrastruktur darat, danau dan air bersih untuk masyarakat tongging,

namun sekarang infrastruktur yang pernh dibangun mulai rusak dan perlu diperbaiki. Oleh karena itu, pemerintah

karo selaku pengelola air terjun sipiso-piso dituntut peranannya dalam melengkapi segala hal sarana dan

prasarana demi kenyamnan wisatawan.

Apabila hal tersebut dilakukan pemerintah karo, maka dapat menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat

serta menambh pendapatan bagi masyarakat. Akan tetapi semua hal tersebut belum semua dilakukan oleh

pemerintah kabupaten karo, disebabkan kurangnya perhatian terhadap objek wisata tersebut dan kurangnya

dana yang digunakan dalam mengembangkan objek wisata tersebut.

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Meningkatkan Determinan Kualitas Jasa

Dalam memasarkan objek pariwisata, perlu dibangun fakror penentu (determinan) kualitas jasa sebagai

ukuran sejauh mana objek wisata tersebut dikelola dan di kembangkan guna mamikat minat para wisatawan.

seperti halnya objek wisata sipiso-piso perlu ditingkatkan determinan kualitas jasa pariwisatanya, seperti berikut

ini :

1. Tangible ( Bentuk Fisik)

Objek wisata sipiso-piso adalah objek wisata dimana objek wisatanya adalah air terjun. Seperti halnya

objek wisata air terjun yang ada di indonesia, sipiso-piso tidak kalah indahnya. Hanya saja perlu dikelola sebaik

mungkin guna meningkatkan minat wisatawan untuk berkunjung.

Adapun bentuk fisik yang perlu dibenahi oleh pengelola objek wisata si piso-piso:

1. Menambah bangunan pemondokan bagi wisatawan yang ingin beristirahat sebelum dan setelah mandi

di bawah air terjun seperti yang telah dilakukan air terjun indah yang ada di subulu sallam, Aceh.

2. Membangun infrastruktur kamar mandi atau toilet.

Atribut jasa pariwisata dari segi bentuk fisik:

1)      Peralatan Modern.

Menyangkut peralatan-peralatan yang ada di objek wisata tersebut. Misalkan peralatan mandi menggunakan

ban, pelampung khusus untuk anak kecil.

2)      Fasilitas Visual yang menarik.

Menyangkut fasilitas-fasilitas yang ada pada objek wisata, seperti tersedianya kamar mandi agar para

pengunjung tidak sembarangan untuk buang air. Tersedianya ruang ganti yang terpisah antara pria dan wanita,

agar penumpang saat hendak mandi dapat mengganti pakaian.

Page 6: TEORI PARIWISATA

Misal yang lain membangun pemondokan unik yang tidak hanya sebagai tempat beristirahat saja melainkan

memberikan kesan tersendiri bagi para pengunjung.

3)      Penampilan Karyawan

Wisatawan tentu melihat para karyawan pada pandangan pertama mereka terhadap jasa yang diberikan saat

berkunjung ke objek wisata sipiso-piso. Untuk itu perlu diperhatikan kebersihan dari para pemberi jasa di objek

wisata seperti pengantar pesanan makanan atau minuman.

2. Reliability (keandalan)

Akses objek wisata sipiso-piso tidak begitu dikenal oleh wisatawan lokal maupun luar negeri. Hal ini

terbukti dengan tidak adanya panplet atau baliho yang menunjukan bahwasanya di daerah tersebut terdapat

objek wisata air terjun yang indah.

Atribut mutu jasa menurut keandalan:

1. Memberikan layanan sesuai janji.

2. Ketergantungan dalam menangani masalah layanan pelanggan.

3. Melakukan layanan saat pertama kali wisatawan berkunjung.

4. Menyediakan layanan pada waktu yang dijanjikan.

5. Mempertahankan rekor bebas cacat.

3. Responsiveness (Cepat Tanggap)

Pengelola objek wisata sipiso-piso perlu membangun sarana informasi bagi wisatawan yang mungkin

baru pertama kali berkunjung di tempat wisata air terjun. Misalnya membangun pos informasi dan mendidik

pegawainya agar cepat tanggap terhadap wisatawan yang berkunjung.

Atribut jasa pariwisata dari segi cepat tanggap:

1. Mengusahakan pelanggan tetap.

2. Layanan yang tepat pada pengunjung.

3. Keinginan untuk membantu pengunjung.

4. Kesiapan untuk menanggapi permintaan pengunjung, misal pada saat pengunjung yang berasal dari luar

daerah yang baru pertama kali berkunjung meminta bantuan untuk mengantarkan hingga objek wisatanya.

4. Assurance (jaminan)

Jaminan mencakup pengetahuan,kemampuan,dan sifat yang dapat dipercaya,bebas dari bahaya,resiko

dan keragu-raguan. ada dua aspek Assurance yang perlu dibangun yaitu credibility dan security.

a.       Credibility

Meliputi hal-hal yang berhubungan dengan kepercayaan kepada objek wisata seperti reputasi dan prestasi.

b.      Security

Keamanan mencakup hal-hal yang berhubungan dengan kemampuan objek wisata dan pengelola memberikan

rasa aman kepada wisatawan. wisata sipiso-piso perlu dibangun securitynya antara lain :

  Askses menuju objek wisata perlu dibenahi, seperti pembatas tangga. dimana disisi kiri merupakan jurang yang

sangat dalam. hal ini membuat isatawan merasa tidak nyaman (takut) ketika melintas ditangga tersebut.

Page 7: TEORI PARIWISATA

  panplet sehubungan dengan apa yang boleh dilakukan dan tidak. misalnya menggunakan kata-kata tidak senonoh

atau tidak sopan didaerah objek wisata yang mungkin akan menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan.

Atribut jasa pariwisata dari segi jaminan yang diberikan:

1. Karyawan membangkitkan kepercayaan kepada pengunjung.

Pengelola mampu meyakinkan pengunjung dengan bukti-bukti yang relevan bahwa pengelola mampu

memberikan jaminan terhadap keamanan.

2. Membuat Pengunjung merasa aman dalam transaksi mereka.

Hal ini menyangkut bagaimana proses pembelian tiket masuk apakah ada calo yang memungkinkan

harga penjualan tiket menjadi lebih mahal atau penjualan tiket masuk yang sudah tidak berlaku lagi.

3. Karyawan yang santun.

Yaitu menyangkut bagaimana karyawan dalam melayani pengunjung dengan sopan, tutur kata yang

enak didengar, selalu senyum ketika pengunjung merasa tidak nyaman.

4. Karyawan memiliki pengetahuan untuk menjawab pertanyaan pengunjung.

Wisatawan berwisata tidak hanya ingin menikmati panorama alam saja. Wisatawan bisa saja ingin

mengetahui fenomena-fenomena yang terjadi di objek wisata, hal apa yang menarik di objek wisata sipiso-piso

yang tidak dapat di lihat secara kasat mata atau mencoba suatu pengalaman yang baru.

5. Empathy

Meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik terhadap wisatwan dan

memahami kebutuhn wisatawan.

Atribut jasa pariwisata dari segi empati:

1.Memberikan perhatian individual.

2. Karyawan yang peduli dengan pengunjung.

3. Karyawan memahami kebutuhan pengunjung.

4.2. Determinan Kualitas Jasa Dominan

Setiap jasa memiliki determinan kualitas jasa dominan yang berbeda-beda. hal ini bertujuan untuk dapat

memperbaiki determinan kualitas jasa yang tepat sasaran. karena apabila dalam waktu yang bersamaan kelima

determinan kualitas jasa di lakukan pada objek wisata sipiso-piso membutuhkan sumber modal yang besar dan

waktu yang lama.

Untul itu, dari hasil amatan kami, kami melihat determinan kualitas jasa yang perlu segera dibenahi

adalah reability atau keandalanya dan cepat tanggapnya. betapa tidak, pengelola tidak menganggap pengunjung

beharga. ketika membeli tiket masuk, pengelola tidak memberikan sambutan yang baik kepada pengunjung,

bahkan pengelola tidak peduli kepada pengunjung. “setelah beli tiket, masuk”. begitulah istilahnya tanpa

memperhatikan kemana pengunjung pergi.

Page 8: TEORI PARIWISATA

Memperbaiki ini tentu perlu perhatian dan pelatihan kepada karyawan atau pengelola objek wisata

sipiso-piso bahwa layanan dan sambutan kepada pengunjung sangatlah penting guna menciptakan pengalaman

yang mengesan kan dari para pengelola wisata.

BAB V

PENUTUP

3.1.Kesimpulan

Dari uraian yang telah dijelaskan diatas maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1)      Determinan kualitas determinan jasa pada objek wisata sipiso-piso masih jauh dari apa yang diharapkan, akan

tetapi masih dapat ditingkatkan jika dilaksanakan sesuai atribut kualitas jasa.

2)      Dari segi determinan kualitas jasa, salah satu yang paling penting di perbaiki adalah reability (keandalanya)dan

kecepat tanggapanya. karena objek ini kurang dikenal masyarakat laus disebabkan kurangnya sambutan pada

wisatawan yang baru pertama berkunjung sehingga menyebabkan pengalaman yang buruk bagi pengunjung.

3.2. Saran

untuk dapat lebih meningkatkan determinan kualitas jasa pada bjek wisata sipiso-piso, kami

memberikan saran sebagai berikut :

1)      pengelolaan objek wisata hendaknya tidak hanya dianggap sebagi usaha musiman. artinya usaha pengelolahan

objek wisata hendaknya selalu berkesinambungan dan tidak hanya di kelola ketika pada hari-hari besar.

2)      Dalam pengembangan objek wisata sipiso-piso tidak terlepas dari campur tangan pemerintah. karena dampak

positif dari perkembangan objek wisata tidak hanya menambah penghasilan golongan tertentu, melainkan akan

meresap ke seluruh lapisan masyarakat.

Dalam sebuah perjalanan, ada beberapa factor yang mempengaruhi perjalanan kita :1. FISIKUntuk menghasilkan suatu fisik yang baik tidaklah dicapai dalam waktu yang ingkat, tetapi memerlukan suatu latihan yang teratur dan terarah. Dan untuk mendapatkan suatu perjalanan yang aman, faktor fisik amatlah menentukan untuk mengetahui kemampuan fisik kita, kita harus mengetahui kemampuan system

Page 9: TEORI PARIWISATA

jantung, paru-paru, dan organ-organ tubuh lainnya. Untuk meningkatkan kondisi fisik, kita harus melakukan latihan-latihan fisik yang intensif dan teratur, dan untuk menjaga kebugaran dalam kondisi yang baik, sebaiknya dipertahankan dalam waktu 10-30 menit. Denyut nadi maksimal adalah jumlah denyut nadi yang dihitung selama 6 detik setelah latihan selesai, kemudian jumlahnya dikalikan 10, untuk mendapatkan denyut maksimal dalam waktu satu menit.Contoh : DNM (Denyut Nadi Maksimal)=220-UsiaJika Usia=22 tahun, maka DNM=220-22=198 kali/menit, dengan serin-seringnya seseorang berlatih, maka denyut nadinya akan makin menurun mendekati denyut nadi sewaktu kita beristirahat. Denyut nadi normal adalah 80-120 kali/menit.Bila kita sama sekali tidak melakukan aktifitas seperti berjalan, berlari atau berolahraga maka otot-otot kita akan mengecil, termasuk juga jantung dan akan menyebabkan kerja jantung tidak efisien. Untuk mendapatkan kondisi prima dan meningkatkan daya tahan kerja tubuh yang cukup dalam kegiatan alam bebas, pelatihan kebugaran/fitness merupakan hal yang baik.Harvard step up test merupakan salah satu test untuk mengetahui kemampuan fisik. Test ini dapat dilakukan mempergunakan kotak/tangga dengan ketinggian 20 cm ( ketinggian 20 cm untuk menghindari kelelahan yang berlebihan), cara melakukan test ini adalah dengan menggunakan kaki kanan dan kiri secara bergantian, setelah 24 step up test/menit, selama 3 menit beturut-turut, lakukan istirahat selama 30menit, kemudian hitung denyut nadi pada pergelangan tangan.Semakin tinggi kapasitas pelatihan kebugaran seseorang, maka semakin baik sistem jantung, paru-paru, dan sistem peredaran yang lainnya.2. MENTALMental memang sulit ditelaah, karena mental seseorang terbentuk lebih banyak oleh lingkungan sendiri dan dari pemahaman siapa dan apa dirinya, karena faktor inilah yang terkadang mental sering dilupakan dan diabaikan. Antara fisik dan mental merupakan satu kesatuan.Dengan latihan fisik yang teratur akan mengembangkan mental, maksudnya memiliki kebugaran tubuh baik dan akan menimbulkan kepercayaan diri pada dirinya.“Semakin tinggi tingkat mental seseorang semakin baik dalam mengatasi persoalan”3. DAYA TAHAN TUBUHDaya tahan tubuh seseorang dapat dipengaruhi beberapa faktor:a. Kebutuhan OksigenOksigen amatlah vital dalam proses persediaan energi dalam tubuh, dalam sebuah perjalanan penjelajahan gunung seseorang harus dapat segera beradaptasi / menyesuaikan kemampuan tubuh dengan faktor oksigen setempat, semakin tinggi kita berada maka semakin sedikit kadar oksigen buat kita, resiko akan kekurangan oksigen amatlah membahayakan bahkan kematian.b. Kebutuhan AirSeperti juga oksigen, kita tidak dapat hidup tanpa air, hasil penelitian, manusia tidak dapat bertahan hidup tanpa air lebih kurang 3 hari, dan sebagian pendapat mengatakan pada suhu 20-30¬¬0C orang dapat hidup tanpa air selama 8 hari.Sebagai gambaran kebutuhan air dalam tubuh kita ialah:Suhu 100C diperlukan air 1 liter /hariSuhu 200C diperlukan air 4 liter/hariSuhu 300C diperlukan air 5 liter/hariSuhu 400C diperlukan air 6 liter/hari.Dapat disimpulkan meningkatnya suhu maka meningkatnya kebutuhan akan air akibat meningkatnya metabolisme dalam tubuh.“Kebutuhan air adalah mutlak bagi kita, air prioritas hidup kita”c. Kebutuhan Garam (Elektrolit)Salah satu elektrolit dalam tubuh kita adalah garam (NacL), Kebutuhan akan garam bagi yang tinggal di daerah tropis adalah 10 gr/hari, dan tergantung dari aktifitasnya.Untuk menjaga kadar garam dalam tubuh kita dapat memasak / mengkonsumsi larutan oralit, memasukkan garam secara langsung pada makanan / air tetapu kita harus memperhartikan kadar kelarutan / asinnya jangan berlebihan.“Dalam asin ia menyimpan satu kepentingan bagi kita”d. Suhu LingkunganSuhu lingkungan sangat mempengaruhi daya tahan tubuh. Dalam melaksanakan kegiatan petualangan ke daerah-daerah (dingin/panas) – (gunung, gurun, laur) perlu persiapan yang sangat baik. Dalam suhu dingin dapat menyebabkan kematian, dan suhu panas dapat menimbulkan kejang-kejang juga kematian. Tubuh manusia lebih mudah menyesuaikan diri dengan suhu panas dari pada suhu dingin. Proses adaptasi akan

Page 10: TEORI PARIWISATA

suhu panas berlangsung cepat dan dapat diatasi dengan memakai pakaian tipis, menyerap keringat, berwarna cerah, memakai pelindung panas matahari, minum lenbig banyak air, menjaga kebutuhan air dan garam tetap seimbang di tubuh. Tapi pada suhu dingin tubih lebih sult beradaptasi karena perlindungan diluar tubuh juga perlindungan terhadap dalam tubuh juga, mesti diperhatikan, suhu dingin mengakibatkan kebutuhan akan kalori meningkat untuk mempertahankan suhu tubuh agar tetap normal.“Perhatikan kondisi dingin, sudah banyak pendaki / petualang yang ditemukan dalam keadaan mati/tak bernyawa karena terkurung suhu dingin yang ekstrim”.e. MakananMakanan merupakan kebutuhan yang juga diperhatikan. Kebutuhan kalori pada tubuh banyak diperoleh dari makanan. Untuk kehidupan sehari-hari tanpa aktivitas yang beratkita sekitar 2000-2500 kalori , tetapi dalam aktifitas berat kebutuhan akan makanan meningkat menjadi 2500-3000 kalori. Kalori yang dimaksud dalam sumber makanan adalah karbohidrat, protein, lemak dengan komposisi yang baik adalah karbohidrat 75%, protein 25%, dan lemak disusaikan oleh proses pencernaan tubuh.Kelebihan lebih mudah dicerna oleh tubuh bila dibandingkan dengan kelebihan protein dan lemak. Yapi yang harus diingar bahwa jenis makanan yang akan dimakan dalam perjalanan harus sesuai dengan jumlah kalori yang dibutuhkan.Selain faktor diatas sebagai penunjang keberhasilan kegiatan di alam bebas juga diperlukan:1. Obat-obatan:Obat penurun panas dan penghilang rasa sakitObat diare, mulas, dan sakit perutObat untuk keracunan makananObat anti alergiObat peawar asam lambungObat flu, batuk, dan pilekObat anti malaria (jika akan memasuki daerah endemis malaria, pil kina dimakan sebelum, selama dan setelah pulang dari daerah tersebut)Obat anti septikObat tetes mata (iritasi ringan)Salep mata dan salep kulit yang mengandung anti biotikSalep luka bakarSalep untuk luka memarKrim penghilang nyeri ototKrim untuk pelindung dari sinar matahari (SPF minimal 15)Alkohol 75%, Rivanao 1/1000, Boor Water.Obat gosokOralit dan bedak salisil2. Peralatan Penanganan Keadaan Gawat DaruratBuku petunjuk mengenai penanganan keadaan darurat dari medisMitela (pembalut segitiga) minimal 2 buahPerban elastis ukuran 2 inchiPerban ukuran 5 cm dan 10 cmPerban steril dan kapasPlester, tensoplant, band vitGunting, pingset, dan pisau kecilLampu senterCotton bad, jarum kecil, penitiSofratur.Kedua jenis diatas merupakan sesuatu yang baik untuk, dibawa dalam kegiatan petualangan di alam bebas seperti medan gunung dan hutan.

Page 11: TEORI PARIWISATA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Desa Wisata Kertalangu. Letaknya tidak begitu jauh dari kota Denpasar, tepatnya di By Pass Sanur, daerah Kesiman.

Desa Wisata Kertalangu ini sebenarnya adalah suatu kawasan persawahan tapi menjadi sedikit berbeda karena disana

dibangun jogging track melingkar yang dapat dipakai sebagai areal untuk jogging atau sekedar jalan santai sambil

menikmati pemandangan sawah. Ide ini berasal dari seorang pengusaha lokal yang sangat jenius. Sebenarnya Desa

Wisata Kertalangu memang sudah lama dirintis dan sudah lumayan terkenal dikalangan masyarakat Denpasar,

terutama yang senang jalan-jalan. karena ini bisa menjadi alternatif liburan yang murah meriah dan tidak jauh dari

kota. Apalagi bisa sambil olah raga dan menghirup udara segar bebas polusi. Terbukti tempat ini selalu ramai tiap pagi

atau sore, terutama di akhir pekan atau hari libur. Untuk masuk kawasan ini pun kita juga tidak perlu membayar tiket

apapun, cukup bayar parkir saja.Jogging atau olah raga disini cukup menyenangkan. Terutama buat mereka orang

kota yang tidak terbiasa dengan alam persawahan, atau bagi mereka yang dulunya orang desa dan ingin bernostalgia

dengan masa kecilnya waktu bermain-main disawah. Disini kita bisa melihat aktifitas para petani yang bekerja

disawah.

Desa wisata ini, selain terdapat jogging track di areal persawahan juga tersedia gazebo-gazebo yang bisa

dimanfaatkan untuk bersantai atau sekedar istirahat setelah lelah berolahraga. Jika suka dengan kegiatan memancing,

disana juga terdapat kolam ikan. Pengunjung dapat meminjam/menyewa alat pancing dan nantinya akan membayar

sesuai dengan berat ikat yang dipancing untuk dibawa pulang.

Yang paling seru tentu saja wisata kuliner disana. Meski belum banyak, tapi jajanan dan makanan yang ditawarkan

penjual disekitar desa wisata ini cukup beragam. Disana kita bisa menjumpai beraneka makanan untuk sarapan pagi

dan aneka jajanan khas Bali. Bahkan bagi yang ingin pijat refleksi, spa, atau kegiatan salon juga lengkap terdapat

disini. Jalan-jalan pagi semakin seru kalau kita ke Kertalangu, apalagi bersama teman-teman. Wisatawan yang

mengunjungi desa wisata ini berasal dari berbagai kalangan, baik wisatawan domestik maupun wisatawan

mancanegara, dengan berbagai tujuan dan motivasi yang berbeda sehingga dilakukan penelitian untuk mengetahui

karakteristik wisatawan yang mengunjungi Desa Budaya Kertalangu.

1.2 Pokok Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka ruang lingkup permasalahan dalam penelitian ini dapat di

rumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah karakteristik wisatawan yang berkunjung ke Desa Budaya Kertalangu?

Page 12: TEORI PARIWISATA

2. Apakah yang menjadi motivasi wisatawan yang berkunjung ke Desa Budaya Kertalangu?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini adalah :

Untuk mengetahui bagaimanakah karakteristik wisatawan yang berkunjung ke Desa budaya Kertalangu

2. Untuk mengetahui motivasi wisatawan yang berkunjung ke Desa budaya Kertalangu?

1.4 Manfaat Penelitian

Selain itu manfaat yang didapat oleh penulis dalam penelitian adalah :

1.4.1 Manfaat Akademis

Secara akademis penelitian ini mencoba untuk menambah wawasan berfikir mahasiswa serta mengaplikasikan

pengetahuan yang diperoleh di bangku perkuliahan.

Bagi lembaga khususnya Fakultas Pariwisata Universitas Udayana adalah untuk menambah pengetahuan yang

berhubungan dengan daerah tujuan wisata yaitu Desa Budaya Kertalangu.

1.4.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan atau sumbangan pemikiran yang dapat dijadikan masukan

bagi pengelolaan Desa Budaya Kertalangu dalam meningkatkan kunjungan wisatawan.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Singkat

Desa Wisata Kertalangu ini sebenarnya adalah suatu kawasan persawahan tapi menjadi sedikit berbeda karena disana

dibangun jogging track melingkar yang dapat dipakai sebagai areal untuk jogging atau sekedar jalan santai sambil

menikmati pemandangan sawah.

2.2 Potensi Yang Ada

2.2.1 Aksesibilitas

Page 13: TEORI PARIWISATA

Akses menuju desa budaya kertalangu sangatlah bagus karena dekat dengan pusat kota denpasar,dapat

menggunakan motor dan mobil

2.2.2 Atraksi Wisata

Atraksi wisata dapat didefinisikan segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang untuk mengunjungi suatu daerah

tertentu (Oka A. Yoeti,1996). Terdapat atraksi yang menjadi daya tarik pada Desa Wisata Kertalangu ini seperti

mancing, out bound, jogging track dan pameran anggrek.

2.2.3 Amenities (fasilitas)

Amenities dalam penelitian ini adalah sarana dan prasarana yang berada di Desa Wisata Kertalangu ini seperti

restoran, gazebo, spa dan salon. Disamping itu, juga terdapat tempat mancing, parkir dan penginapan.

2.3 Karakteristik Wisatawan

2.3.1 Konsep Dasar Karakteristik Wisatawan

Bicara mengenai wisatawan akan didapatkan suatu cerita yang panjang tentang mereka, siapa, darimana, mau

kemana, dengan apa, dengan siapa, kenapa ke sana dan masih banyak lagi. Wisatawan memang sangat beragam, ada

tua-muda, miskin-kaya, asing-domestik, berpengalaman maupun tidak, semua ingin berwisata dengan keinginan dan

harapan yang berbeda-beda.

Gambaran mengenai wisatawan biasanya dibedakan berdasarkan karakteristik perjalanannya (trip descriptor) dan

karakteristik wisatawannya (tourist descriptor) (Seaton dan Bennet, 1996).

1. Trip Descriptor

Wisatawan dibagi ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan jenis perjalanan yang dilakukannya. Secara umum jenis

perjalanan dibedakan menjadi : perjalanan rekreasi, mengunjungi teman/keluarga (VFR = visiting friends and

relatives), perjalanan bisnis dan kelompok perjalanan lainnya (Seaton & Bennet, 1996). Smith (1995) menambahkan

jenis perjalanan untuk kesehatan dan keagamaan di luar kelompok lainnya. Lebih lanjut jenis-jenis perjalanan ini juga

dapat dibedakan lagi berdasarkan lama perjalanan, jarak yang ditempuh, waktu melakukan perjalanan tersebut, jenis

akomodasi atau transportasi yang digunakan dalam perjalanan, pengorganisasian perjalanan, besar pengeluaran dan

lain-lain.

2. Tourist Descriptor

Page 14: TEORI PARIWISATA

Memfokuskan pada wisatawannya, biasanya digambarkan dengan “Who wants what, why, when, where and how

much?”. Untuk menjelaskan hal-hal tersebut digunakan beberapa karakteristik diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Karakteristik Sosio-demografis

Karakteristik sosio-demografis mencoba menjawab pertanyaan “who wants what”. Pembagian berdasarkan

karakteristik ini paling sering dilakukan untuk kepentingan analisis pariwisata, perencanaan dan pemasaran, karena

sangat jelas definisinya dan relatif mudah pembagiannya (Kotler, 1996). Yang termasuk dalam karakteristik sosio-

demografis diantaranya adalah jenis kelamin, umur, status perkawinan, tingkat pendidikan, pekerjaan, kelas sosial,

ukuran keluarga atau jumlah anggota keluarga dan lain-lain yang dielaborasi dari karakteristik tersebut.

Karakteristik sosio-demografis juga berkaitan satu dengan yang lain secara tidak langsung. Misalnya tingkat

pendidikan seseorang dengan pekerjaan dan tingkat pendapatannya, serta usia dengan status perkawinan dan ukuran

keluarga.

Pembagian wisatawan berdasarkan karakteristik sosio-demografis ini paling nyata kaitannya dengan pola berwisata

mereka. Jenis kelamin maupun kelompok umur misalnya berkaitan dengan pilihan jenis wisata yang dilakukan (Seaton

& Bennet, 1996). Jenis pekerjaan seseorang maupun tipe keluarga akan berpengaruh pada waktu luang yang dimiliki

orang tersebut, dan lebih lanjut pada “kemampuan”nya berwisata.

Selain karakteristik sosio-demografis, karakteristik lain yang biasa digunakan dalam mengelompokkan wisatawan

adalah karakteristik geografis, psikografis dan tingkah laku (behavior) (Smith, 1995).

b. Karakteristik geografis

Karakteristik geografis membagi wisatawan berdasarkan lokasi tempat tinggalnya, biasanya dibedakan menjadi desa-

kota, propinsi, maupun negara asalnya. Pembagian ini lebih lanjut dapat pula dikelompokkan berdasarkan ukuran

(size) kota tempat tinggal (kota kecil, menengah, besar/metropolitan), kepadatan penduduk di kota tersebut dan lain-

lain.

c. Karakteristik psikografis

Sementara itu karakteristik psikografis membagi wisatawan ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan kelas sosial,

life-style dan karakteristik personal. Wisatawan dalam kelompok demografis yang sama mungkin memiliki profil

psikografis yang sangat berbeda.

Beragamnya karakteristik dan latar belakang wisatawan menyebabkan beragamnya keinginan dan kebutuhan mereka

akan suatu produk wisata. Pengelompokan-pengelompokan wisatawan dapat memberi informasi mengenai alasan

setiap kelompok mengunjungi objek wisata yang berbeda, berapa besar ukuran kelompok tersebut, pola pengeluaran

Page 15: TEORI PARIWISATA

setiap kelompok, “kesetiaannya” terhadap suatu produk wisata tertentu, sensitivitas mereka terhadap perubahan

harga produk wisata, serta respon kelompok terhadap berbagai bentuk iklan produk wisata. Lebih lanjut, pengetahuan

mengenai wisatawan sangat diperlukan dalam merencanakan produk wisata yang sesuai dengan keinginan kelompok

pasar tertentu, termasuk merencanakan strategi pemasaran yang tepat bagi kelompok pasar tersebut (Ir. Ina Herliana

Koswara, M.Sc.)

2.4 Motivasi Wisatawan

2.4.1 Konsep Dasar Motivasi

Hal yang selalu timbul di dalam membahas mengenai kajian pariwisata adalah mencari jawaban dari pertanyaan “

Mengapa orang – orang melakukan perjalanan wisata ? “ hal ini berkaitan erat dengan motivasi seseorang untuk

melakukan perjalanan wisata

Menurut MacIntos motivasi perjalanan wisata dapat dikelompokan sebagai berikut :

1. Physycal motivations

Hal ini banyak hubunganya dengan hasrat untuk mengembalikan kondisi fisik, beristirahat, santai, berolah raga, atau

pemeliharaan kesehatan agar kegairahan bekerja timbul kembali.

2. Cultural Motivation

Motivasi ini erat hubunganya dengan keinginan pribadi seseorang untuk melakukan perjalanan wisata agar dapat

melihat dan mengetahui negara lain, penduduknya, tata cara hidupnya serta adat istiadatnya yang berbeda dengan

negara lainya.

3. Interpersonal Motivation

Di sini motivasinya didorong oleh keinginan seseorang untuk mengunjungi sanak - keluarga, kawan - kawan, atau ingin

menghindarkan diri dari lingkungan kerja, ingin mencari teman baru atau lain - lain. Secara singkat motivasi ini erat

hubungannya dengan keinginan untuk melarikan diri dari kesibukan rutin sehari hari .

4. Status dan Prestige Motivation

Di sini motivasinya, suatu show, maksud seseorang seseoran ingin untuk memperlihatkan siapa dia, kedudukanya,

status,nya dalam masyarakat tertentu demi prestige pribadinya. Jadi sifat perjalanan di sini sangat emosional dan

adakalanya di hubungkan dengan perjalanan bisnis, dinas, pendidikan, profesi, hobi, dan lain-lain.

Page 16: TEORI PARIWISATA

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Karakteristik Wisatawan yang Berkunjung ke Desa Wisata

Kertalangu

Penelitian ini dilakukan dengan observasi dan pengamatan langsung ke lapangan, hal ini untuk mengetahui , melihat

dan mengamati langsung objek yang sedang diteliti untuk mendapatkan data yang lebih lengkap juga dibantu dengan

koisioner dan wawancara langsung dengan wisatawan beserta pengelola.

Responden yang akan diambil dalam penelitiaan ini ditentukan secara random (acak), sedangkan pengambilan data

dilakukan secara Aksidental sampling, artinya Bahwa pengambilan responden dilakukan pada saat penelitian di

lapangan (Sudaryato,1998).

3.1.1. Karakteristik Wisatawan yang berkunjung Ke Desa Wisata Kertalangu ini Berdasarkan Asal Daerah

Tabel 3.1

No Asal wisatawan

Jumlah Persentase (%)

1. nusantara 11 90%2. mancanegara 1 10%  Total 12 100%

Sumber penelitian mahasiswa LAPORAN STUDI VISIT

Berdasarkan data dari table 3.1 sebanyak 12 responden, maka dapat diketahui bahwa wisatawan yang dominan

mengunjungi Desa Wisata Kertalangu adalah berasal dari nusantara dengan jumlah pengunjung sebanyak 11 orang

dan persentase sebesar 90% dan mancanegara sebanyak 1 orang dengan jumlah persentase 10%.

3.1.2. Karakteristik Wisatawan Yang Berkunjung Ke Desa Wisata Kertalangu Berdasarkan Usia

Tabel 3.2

No Usia wisatawan

Jumlah Persentase (%)

Page 17: TEORI PARIWISATA

1. 0 th – 6 th 0 0%2. 7 th - 13 th 0 0%3. 14 th – 20 th 3 20%4. 21 th – 27 th 1 10%5. 28 th – ke atas 8 70%  Total 12 100%

Sumber penelitian mahasiswa LAPORAN STUDI VISIT

Berdasarkan data dari 12 responden, maka dapat diketahui bahwa usia wisatawan yang dominan mengunjungi Desa

Budaya Kertalangu dari 28 th – ke atas (dewasa) dengan jumlah wisatawan sebanyak 8 orang dengan persentase

sejumlah 70 % .

3.1.3. Karakteristik Wisatawan Yang Berkunjung Ke Desa Wisata Kertalangu Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 3.3

No Jenis kelamin Jumlah Persentase (%)

1. Laki-laki 9 70%2. Perempuan 3 30%  Total 12 100%

Sumber penelitian mahasiswa LAPORAN STUDI VISIT

Berdasarkan data dari 12 responden, maka dapat diketahui bahwa jenis kelamin wisatawan yang dominan

mengunjungi Desa Budaya Kertalangu adalah laki – laki dengan jumlah sebanyak 9 orang dengan persentase sejumlah

70 %.

3.1.4. Karakteristik Wisatawan Yang Berkunjung Ke Desa Wisata Kertalangu Berdasarkan Pendidikan

Tabel 3.4

No Pendidikan Jumlah Persentase (%)

1. SD   0%2. Smp   0%3. Sma 5 40%4. Diploma 2 20%5. Sarjana 5 40%  Total 12 100%

Page 18: TEORI PARIWISATA

Sumber penelitian mahasiswa LAPORAN STUDI VISIT

Berdasarkan data dari 12 responden, maka dapat diketahui bahwa pendidikan dari wisatawan yang dominan

mengunjungi Desa Budaya Kertalangu adalah sebagai berikut SMA dan sarjana dengan jumlah 5 orang dan dengan

persentase sejumlah 40 %.

3.1.5. Karakteristik Wisatawan Yang Berkunjung Ke Desa Wisata Kertalangu Berdasarkan Pekerjaan

Tabel 3.5

No Pekerjaan Jumlah Persentase (%)

1. Pelajar/Mahasiswa

3 20%

2. Pegawai Negeri

2 10%

3. Pegawai Swasta

7 70%

  Total 12 100%

Sumber penelitian mahasiswa LAPORAN STUDI VISIT

Berdasarkan data dari 12 responden, maka dapat diketahui bahwa pekerjaan wisatawan yang dominan berkunjung ke

Desa Budaya Kertalangu adalah sebagai pegawai swasta dengan jumlah wisatawan sebanyak 7 orang dengan

presentase sejumlah 70 %.

3.2 Motivasi Wisatawan Berkunjung ke Desa Wisata Kertalangu

3.2.1 Motivasi Wisatawan Berkunjung ke Desa Wisata Kertalangu

Tabel 3.6

No Motivasi Jumlah Persentase (%)

1. Berekreasi 3 30%2. Relaksasi 9 70%3. Bisnis 0 0%  Total 12 100%

Sumber penelitian mahasiswa LAPORAN STUDI VISIT

Page 19: TEORI PARIWISATA

Berdasarkan data dari 12 responden, maka dapat diketahui bahwa motivasi wisatawan yang dominan berkunjung ke

Desa Budaya Kertalangu adalah relaksasi dengan jumlah wisatawan sebanyak 9 orang dengan persentase sejumlah 70

%.

BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan

Setelah melakukan penelitian dengan cara observasi dan pengamatan langsung ke lapangan untuk mendapatkan data

yang lebih lengkap juga dibantu dengan kuisioner dan wawancara langsung dengan wisatawan. Responden yang akan

diambil dalam penelitiaan ini ditentukan secara acak, sedangkan pengambilan data dilakukan secara aksidental

sampling, sehingga dapat diketahui bahwa wisatawan yang dominan mengunjungi Desa Wisata Kertalangu adalah

wisatawan laki-laki berasal dari nusantara yang berprofesi sebagai pegawai swasta dengan pendidikan SMA dan

sarjana dari usia 28 tahun s.d ke atas.

4.2 Saran – Saran

Di Desa Budaya Kertalangu terlihat sudah sangat baik mulai dari fasilitas, aktifitas yang ditawarkan, lokasi yang

strategis, daya tarik yang unik dan event-event menarik namun perlu juga selalu diperhatikan kebersihan dan

keamanan untuk meningkatkan jumlah wisatawan. Promosi juga harus terus digalakkan karena Desa Wisata

Kertalangu ini masih sebagai DTW yang baru dan belum banyak diketahui oleh masyarakat umum baik dari nusantara

maupun mancanegara.

 

Foto Terkait Penelitian

Page 21: TEORI PARIWISATA

MOTIVASI

A. PENGERTIAN

Motivasi merupakan suatu faktor yang mendorong orang untuk bertindak dengan cara tertentu. Motivasi ini dimaksudkan untuk

memberikan daya perangsang kepada pegawai yang bersangkutan agar pegawai tersebut bekerja dengan segala daya dan

upayanya (Manulang , 2002).:

Motivasi pada dasarnya adalah proses untuk mencoba mempengaruhi seseorang agar melakukan yang kita inginkan. Dengan

kata lain adalah dorongan dari luar terhadap seseorang agar mau melaksanakan sesuatu (Martoyo, 2000)

Motivasi adalah sesuatu yang menimbulkan proses pemberian dorongan bekerja kepada para bawahan sehingga mereka mau

bekerja ikhlas. Motivasi berasal dari motive atau bahasa latinnya, yaitu movere yang berarti “mengerahkan”. Konsep motivasi,

merupakan sebuah konsep penting studi tentang kinerja individual.

B. JENIS-JENIS MOTIVASI

Pada dasarnya, jenis motivasi tersebut dapat dibagi tiga yaitu sebagai berikut :

1. Material incentive : pendorong yang dapat dinilai dengan uang.

2. Semi material incentive

3. Non material incentive :

yang tak dapat dinilai dengan uang seperti,

- Penempatan yang tepat

- Latihan sistematik

- Promosi yang obyektif

- Pekerjaan yang terjamin

- Keikutsertaan wakil-wakil karyawan dalam pengambilan keputusan

- Kondisi pekerjaan yang menyenangkan

- Pemberian informasi tentang perusahaan

- Fasilitas rekreasi

- Penjagaan kesehatan

- Perumahan, dsb.

C. TEORI MOTIVASI

Ada beberapa teori tentang motivasi, di antaranya adalah :

1. Teori Hirarki Kebutuhan (Maslow)

Page 22: TEORI PARIWISATA

Teori ini dikemukakan oleh Abraham H. Maslow. Teori ini menyatakan bahwa motivasi kerja ditunjukkan untuk memenuhi

kebutuhan dan kepuasan kerja baik secara biologis maupun psikologis, baik yang berupa materi maupun non-materi.

Kebutuhan manusia ini dikategorikan dalam lima tingkatan dari yang paling rendah hingga yang paling tinggi, yaitu sebagai

berikut :

a. Kebutuhan Fisiologis (Basic Needs)

Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang paling mendasar yang berkaitan langsung dengan kehidupan manusia. Apabila

kebutuhan ini sudah terpenuhi maka dapat diikuti oleh pemenuhan kebutuhan lainnya.

b. Kebutuhan Rasa Aman (Safety Needs)

Kebutuhan ini dapat dikatakan sebagai keinginan manusia untuk mendapatkan kemanan saat bekerja, perasaan aman yang

menyangkut masa depan karyawan.

c. Kebutuhan Sosial (Social Needs)

Manusia adalah makhluk sosial sehingga suka, bahkan butuh untuk berhubungan dengan orang lain dan menjadi bagian dari

yang lain.

d. Kebutuhan Penghargaan (Esteem Needs)

Melalui berbagai macam upaya, seseorang ingin dirinya dipandang penting. Namun kebutuhan akan prestise ini pada dasarnya

memiliki batasan tertentu. Apabila seseorang meraa telah sampai pada tingkat yang dianggapnya ”puncak”, maka

persoalannya bukan lagi pada peningkatan prestise melainkan bagaimana cara mempertahankannya.

d. Kebutuhan Aktualisasi Diri (Self-Actualization Needs)

Aktualisasi diri merupakan kebutuhan manusia yang paling tinggi. Pada hakekatnya kebutuhan ini mendorong orang untuk

mampu melakukan apa yang dia mampu lakukan dalam perwujudan diri yang terbaik.

2. Teori Erg

Teori ini dikemukakan oleh Clayton Alderfer. Teori ini mengungkapkan adanya tiga kebutuhan pokok manusia, yaitu :

a. Existence (E) : yaitu kebutuhan untuk bisa hidup dan tetap eksis dengan kebutuhan-kebutuhan yang kita perlukan.

b. Relatedness (R) : yaitu kebutuhan untuk berhubungan dan mempunyai relasi dengan orang lain.

c. Growth (G) : yaitu kebutuhan yang mendorong seseorang untuk memiliki suatu kreativitas dan produktivitas terhadap diri

sendiri dan lingkungan, hal ini berguna dalam proses pertumbuhan seseorang.

3. Teori Kebutuhan McCleland

Teori ini juga disebut sebagai Teori Motivasi Prestasi, teori ini dicetuskan oleh David McCleland. Teori ini menekankan bahwa

kebutuhan seseorang terbentuk melalui proses belajar dan diperoleh dalam interaksinya dengan lingkungan.

4. Teori Dua Faktor

Teori ini dikemukakan oleh Frederick Herzberg yang menjelaskan 2 faktor motivasi, yaitu :

a. Faktor Higienis : yaitu faktor-faktor yang dapat menyebabkan ataupun mencegah ketidak puasan. Faktor ini meliputi gaji,

kondisi kerja, status, dan lainnya.

b. Faktor Motivasi : yaitu faktor-faktor yang berkaitan dengan isi pekerjaan atau sifat-sifat pekerjaan tersebut yang membawa

pada pengembangan sikap positif dan merupakan pendorong pribadi. Faktor ini meliputi tanggung jawab, prestasi, tantangan

pekerjaan, penghargaan, upaya karyawan, pengembangan potensi, dan lainnya.

4. Teori Harapan/ Ekspentasi

Pencetus teori ini adalah Victor Vroom. Teori ini mengungkapkan bahwa motivasi dapat muncul apabila seseorang mempunyai

harapan atas apa yang dikerjakannya. Dan saat mereka berupaya untuk mencapai pengharapan tersebut, mereka yakin dan

melakukan hal-hal tertentu guna mencapai apa yang diharapkannya.

5. Teori X dan Y (Mc. Gregor)

Teori ini dikemukakan oleh Douglas Mc.Gregor. Douglas membedakan 2 tipe pekerja, yaitu tipe X dan tipe Y. Tipe X adalah

para karyawan yang rata-rata malas bekerja, tidak mau bekerja sama, karyawan tidak mempunyai ambisi untuk mencapai

prestasi, dan terkadang lebih mementingkan dirinya sendiri. Sedangkan Tipe Y adalah karyawan yang enerjik, mempunyai

Page 23: TEORI PARIWISATA

semagat kerja, berorientasi kepada perkembangan, dan tertarik untuk menjadi lebih produktif.

6. Teori Motivasi Klasik

Teori ini diungkapkan oleh Frederick Taylor yang menyatakan bahwa karyawan hanya termotivasi pada uang semata. Konsep

ini menyatakan bahwa seseorang akan menurun semangat kerjanya bila upah yang diterima dirasa terlalu sedikit atau tidak

sebanding dengan pekerjaan yang harus dilakukan.

D. TUJUAN DAN MANFAAT MOTIVASI

Adapun tujuan dan manfaat dari motivasi menurut Dr. Sowatno (2001:147), diantaranya sebagai berikut :

• Mendorong gairah dan semangat kerja.

• Meningkatkan moral dan kepuasan kerja pegawai.

• Meningkatkan produktifitas kerja pegawai.

• Mempertahankan loyalitas dan kestabilan pegawai perusahaan.

• Meningkatkan kedisiplinan dan menurunkan tingkat absensi pegawai.

• Mengefektifan pengadaan pegawai.

• Menciptakan hubungan kerja dan suasana yang baik.

• Meningkatkan kreativitas dan partisipasi pegawai.

• Meningkatkan kesejahteraan pegawai.

• Mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas-tugasnya.

• Menigkatkan efisiensi penggunaan alat-alat dan bahan baku, dan sebagainya.

E. MASALAH DALAM MOTIVASI

Ada perbedaan antara masalah motivasi dengan masalah untuk kerja. Masalah motivasi timbul apabila terdapat kesenjangan

antara hasil yang dicapai dengan hasil yang diharapkan, dan kesenjangan tersebut disebabkan oleh kurangnya usaha yang

dilakukan. Sementara masalah untuk kerja timbul apabila perilaku kerja seseorang berada di bawah yang diharapkan, dan

masalah tersebut bukan disebabkan oleh rendahnya motivasi melainkan dapat disebabkan oleh hal-hal berikut :

- Masalah komunikasi : dalam hal ini, kegagalan dlam melaksanakan suatu tugas disebabkan oleh persepsi yang salah atas

apa yang diharapkan.

- Masalah kemampuan/keterampilan : seorang karyawan kurang memiliki kemampuan fisik maupun mental untuk

melaksanakan tugas sesuai yang diharapkan.

- Masalah pelatihan : dalam hal ini kemampuan kerja tetap akan kurang memadai terlepas dari tingkat motivasi, sampai suatu

pelatihan telah diberikan.

- Masalah kesempatan : seorang karyawan mengetahui apa dan bagaimana yang seharusnya dilakukan namun terkendala

oleh kondisi lingkungan, seperti misalnya kekurangan peralatan atau metode yang sudah usang.