4
Nama: MUHAMMAD AFDHAL S. Stambuk: C 301 11 023 TEORI PERILAKU INTERPERONAL Sebagaimana diketahui bahwa kehidupan individu tidak dapat lepas dari lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Situasi sosial ini diwarnai dengan berbagai rangsang atau stimulus yang diterima individu dari luar dirinya, baik berupa benda, orang, peristiwa atau situasi. Stimulus yang diterima individu kemudian diorganisasikan dan ditafsirkan, sehingga individu memperoleh suatu kesan atau makna terhadap stimulus yang diterimanya itu. Proses pembentukan kesan atau makna terhadap orang lain inilah yang disebut persepsi sosial (Baron & Byrne, 1994), atau istilah persepsi interpersonal (Schiffman, 1990; Brehm & Kassin, 1993; Malloy, et al., 1997). Dalam memersepsi, individu akan menyadari keadaan di sekitarnya dan keadaan diri sendiri. Sebagaimana dikemukakan oleh Kelley (dalam Taylor, et al., 1994) bahwa persepsi interpersonal melibatkan pengaruh individu yang satu terhadap individu lainnya, perasaan, kepercayaan, dan perilaku. Sehingga, Persepsi interpersonal merupakan suatu proses pemahaman ter- hadap orang lain atau proses pemahaman seseorang terhadap realitas sosial. Karena itu, persepsi interpersonal menjadi dasar psikologis un- tuk mempermudah dan mengatur hubungan seseorang dengan orang lain. Secara garis besar faktor-faktor yang memengaruhi persepsi interpersonal dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori. Pertama, faktor yang bersumber dari dalam diri faktor intern terdiri dari kondisi fisik (rasa lelah, ngantuk, sakit), kondisi sosial psikologis

TEORI PERILAKU INTERPERONAL.docx

Embed Size (px)

DESCRIPTION

THEORY PERILAKU INTERPERSONAL

Citation preview

Page 1: TEORI PERILAKU INTERPERONAL.docx

Nama: MUHAMMAD AFDHAL S.

Stambuk: C 301 11 023

TEORI PERILAKU INTERPERONAL

Sebagaimana diketahui bahwa kehidupan individu tidak dapat lepas dari lingkungannya, baik lingkungan fisik

maupun lingkungan sosial. Situasi sosial ini diwarnai dengan berbagai rangsang atau stimulus yang diterima

individu dari luar dirinya, baik berupa benda, orang, peristiwa atau situasi. Stimulus yang diterima individu

kemudian diorganisasikan dan ditafsirkan, sehingga individu memperoleh suatu kesan atau makna terhadap

stimulus yang diterimanya itu. Proses pembentukan kesan atau makna terhadap orang lain inilah yang

disebut persepsi sosial (Baron & Byrne, 1994), atau istilah persepsi interpersonal (Schiffman, 1990;

Brehm & Kassin, 1993; Malloy, et al., 1997).

Dalam memersepsi, individu akan menyadari keadaan di sekitarnya dan keadaan diri sendiri.

Sebagaimana dikemukakan oleh Kelley (dalam Taylor, et al., 1994) bahwa persepsi interpersonal

melibatkan pengaruh individu yang satu terhadap individu lainnya, perasaan, kepercayaan, dan perilaku.

Sehingga, Persepsi interpersonal merupakan suatu proses pemahaman terhadap orang lain atau proses

pemahaman seseorang terhadap realitas sosial. Karena itu, persepsi interpersonal menjadi dasar psikologis

untuk mempermudah dan mengatur hubungan seseorang dengan orang lain. Secara garis besar faktor-faktor

yang memengaruhi persepsi interpersonal dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori. Pertama, faktor

yang bersumber dari dalam diri faktor intern terdiri dari kondisi fisik (rasa lelah, ngantuk, sakit), kondisi

sosial psikologis (motif, minat pengalaman, kemampuan, sosiabilitas, sikap yang berhubungan dengan norma-

norma sosial, serta ciri-ciri pribadi lainnya). Kedua, faktor yang bersumber dari luar, seperti penampilan

atau daya tarik fisik, kedekatan, kemiripan, situasi sosial, hasil kebudayaan, dan stimulus luar lainnya.

Faktor-faktor tersebut seharusnya dicermati dalam upaya membangun komunikasi dan hubungan sosial yang

harmonis.

Sumber data diperoleh tanggal 1 oktober 2013:

dcoklad.files.wordpress.com

keyword on GOOGLE.com/kesimpulan tentang teori perilaku interpersonal

Page 2: TEORI PERILAKU INTERPERONAL.docx

Brehm & Kassin (1993) menggambarkan proses terbentuknya persepsi sebagaimana tampak dalam

Gambar 10.1 berikut ini :

Gambar Dinamika Persepsi Interpersonal

(Sumber Brehm & Kassin, 1993)

Bias persepsi dapat terjadi terutama kesan yang timbul secara langsung melalui penilaian sesaat.

Sementara itu, bias konfirmasi juga dapat terjadi karena individu yang dipersepsi itu

mempunyai kemampuan-kemampuan, perasaan, harapan, walaupun kadarnya berbeda seperti

halnya pada individu yang memersepsi. Individu yang dipersepsi dapat berbuat sesuatu terhadap

individu yang memersepsi (Walgito, 1994), misalnya menganggap jujur atau adil terhadap se-

seorang padahal sesungguhnya tidak demikian. Hal ini tampaknya diakui juga oleh Brehm &

Kassin (1993) bahwa walaupun stimulus person yang diobservasi adalah sama tetapi dalam

situasi atau keadaan sosial yang melatarbelakangi perilaku person itu berbeda, maka hasil persepsi

juga dapat berbeda. Sebaliknya pikiran, perasaan, kerangka acuan, pengalaman-pengalaman,

atau keadaan pribadi seseorang yang memersepsi juga akan berpengaruh besar terhadap apa

Page 3: TEORI PERILAKU INTERPERONAL.docx

yang dipersepsinya. Bila seseorang atas dasar pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya

menunjukkan bahwa orang yang dipersepsinya sangat menyenangkan, maka hasil persepsinya

akan lain hasilnya kalau terjadi pengalaman yang sebaliknya.

Selanjutnya, faktor personal seperti karakteristik pribadi, pengalaman, hubungan personal

sebelumnya, motif-motif; serta faktor situasional sangat berperan dalam persepsi interpersonal.

Oleh karena itu, dalam persepsi interpersonal dapat terjadi kekeliruan persepsi (Taylor, et al.,

1994) yang dapat bersumber dari faktor personal pada diri penanggap. Masalah lainnya adalah

kesulitan menemukan kriteria untuk menentukan siapa yang melakukan kekeliruan persepsi

dalam suatu interaksi sosial. Namun demikian, Beck (dalam Brehm & Kassin, 1993)

menegaskan bahwa petunjuk-petunjuk verbal dan nonverbal diharapkan memudahkan persepsi

interpersonal sekaligus menghindari terjadinya bias atau kekeliruan persepsi karena adanya

faktor-faktor personal.