16
TEORI RANIS-FEI John Fei dan Gustav Ranis dalam "A Theory of Economic Development" menelaah proses peralihan yang diharapkan akan dilewati suatu negara terbelakang untuk beranjak dari keadaan stagnasi ke arah pertumbuhan swadaya. Teori Ranis-Fei menyatakan bahwa” Suatu negara yang kelebihan buruh dan perekonomiannya miskin sumberdaya, sebagian besar penduduk bergerak disektor pertanian di tengah pengangguran yang hebat dan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi.” Dalam kondisi tersebut, sektor ekonomi pertanian berhenti. Di sana terdapat sektor industri yang aktif dan dinamis. Pembangunan terdiri dari pengalokasian kembali surplus tenaga kerja pertanian yang sumbangannya terhadap output nol, ke industri dimana mereka menjadi produktif dengan upah yang sama. Asumsi yang digunakan: Ekonomi dua-muka yang terbagi dalam sektor pertanian tradisional yang tidak berjalan dan sektor industri yang aktif. Output sektor pertanian adalah fungsi dari tanah dan buruh saja. Di sektor pertanian tidak ada akumulasi modal, kecuali reklamasi.

Teori Perubahan Struktural Ranis-fei

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Teori Perubahan Struktural Ranis-fei

TEORI RANIS-FEI

John Fei dan Gustav Ranis dalam "A Theory of Economic

Development" menelaah proses peralihan yang diharapkan akan dilewati suatu

negara terbelakang untuk beranjak dari keadaan stagnasi ke arah pertumbuhan

swadaya.

Teori Ranis-Fei menyatakan bahwa” Suatu negara yang kelebihan buruh

dan perekonomiannya miskin sumberdaya, sebagian besar penduduk bergerak

disektor pertanian di tengah pengangguran yang hebat dan tingkat pertumbuhan

penduduk yang tinggi.” Dalam kondisi tersebut, sektor ekonomi pertanian

berhenti. Di sana terdapat sektor industri yang aktif dan dinamis. Pembangunan

terdiri dari pengalokasian kembali surplus tenaga kerja pertanian yang

sumbangannya terhadap output nol, ke industri dimana mereka menjadi produktif

dengan upah yang sama.

Asumsi yang digunakan:

Ekonomi dua-muka yang terbagi dalam sektor pertanian tradisional yang

tidak berjalan dan sektor industri yang aktif.

Output sektor pertanian adalah fungsi dari tanah dan buruh saja.

Di sektor pertanian tidak ada akumulasi modal, kecuali reklamasi.

Penawaran tanah bersifat tetap.

Kegiatan pertanian ditandai dengan hasil (return to scale) yang tetap

dengan buruh sebagai faktor variable.

Produktivitas marginal buruh nol.

Output sektor industri merupakan fungsi dari modal dan buruh saja.

Pertumbuhan penduduk sebagai fenomena eksogen.

Upah nyata di sektor pertanian dianggap tetap dan sama dengan tingkat

pendapatan nyata sektor pertanian.

Pekerja di masing-masing sektor hanya mengkonsumsikan produk-produk

pertanian.

Page 2: Teori Perubahan Struktural Ranis-fei

Berdasar asumsi tersebut, telaah pembangunan ekonomi surplus-buruh menjadi 3

tahap:

Para penganggur tersamar, dialihkan dari pertanian ke industri dengan

upah institusional yang sama.

Pekerja pertanian menambah keluaran pertanian tetapi memproduksi

lebih kecil daripada upah institusional yang mereka peroleh.

Buruh pertanian menghasilkan lebih besar daripada perolehan upah

institusion.

Apabila jumlah tenaga kerja disektor pertanian masih berlebih—yang

diartiikan oleh Ranis-Fei sebagai suatu keadaan dimana produk marjinal

penganggur terselubung adalah nol – tingkat upah disektor industri besarnya

tidak berubah. Jika kelebihan tenaga kerja sudah tidak terdapat lagi

pengambilan tenaga kerja baru oleh sektor industri hanya dapat diperoleh dengan

menaikkan tingkat upah pekerja disektor tersebut. Sebab dari berlakunya

kenaikan upah ini, yaitu pada waktu kelebihan tenaga kerja sudah tidak terdapat

lagi, hanya dapat dijelaskan setelah dilakukan analisis tentang perubahan yang

berlaku disektor pertanian sebagai akibat dari pengaliran tenaga kerja dari sektor

pertanian ke sektor industri.

Seperti teori Lewis, dalam teori Ranis-Fei tingkat upah disektor

pertanian lebih tinggi dari nol, walaupun sudah terdapat kelebihan tenaga kerja.

Hal ini menyebabkan sebagaian tenaga kerja tidak akan menciptakan produksi

tambahan. Produk marjinal pekerja-pekerja ini adalah nol. Besarnya tingkat upah

yang melebihi besarnya produk marjinal ini bertentangan dengna teori ahli-ahli

ekonomi klasik mengenai penentuan tingkat upah. Dalam teori Ranis-Fei,

walaupun jumlah tenaga kerja berlebih sehingga sebagaian produk marjinal

pekerja adalah nol tingkat upah disektor pertanian mempunyai nilai yang positif.

Tingkat upah ini dinamakan tingkat upah institutional.

Model Fei-Ranis membagi tahap perubahan transfer tenaga kerja dari

sektor pertanian ke sektor industri menjadi tiga tahap berdasarkan pada

Page 3: Teori Perubahan Struktural Ranis-fei

produktivitas marjinal tenaga kerja dengan tingkat upah dianggap konstan dan

ditetapkan secara eksogenus. Tahap pertama, tenaga kerja diasumsikan melimpah

sehingga produk-tivitas marjinal tenaga kerja mendekati nol. Dalam hal ini

surplus tenaga kerja yang ditransfer dari sektor pertanian ke sektor industri

memiliki kurva penawaran elastis sempurna. Pada tahap ini walaupun terjadi

transfer tenaga kerja, namun total produksi di sektor pertanian tidak menurun,

produktivitas tenaga kerja meningkat dan sektor industri tumbuh karena

tambahan tenaga kerja dari sektor pertanian. Dengan demikian transfer tenaga

kerja menguntungkan kedua sektor ekonomi.

Tahap kedua adalah kondisi dimana produk marginal tenaga kerja

sudah positip namun besarnya masih lebih kecil dari tingkat upah. Artinya

setiap pengurangan satu satuan tenaga kerja di sektor pertanian akan menurunkan

total produksi. Pada tahap ini transfer tenaga kerja dari sektor pertanian ke

sektor industri memiliki biaya imbangan positip, sehingga kurva penawaran

tenaga kerja memiliki elastisitas positip. Transfer tenaga kerja terus terjadi yang

mengakibat-kan penurunan produksi, namun penurunan tersebut masih lebih

rendah dari besarnya tingkat upah yang tidak jadi dibayarkan. Di sisi lain

karena surplus produksi yang ditawarkan ke sektor industri menurun

sementara permintaan meningkat, yang diakibatkan oleh adanya penambahan

tenaga kerja, maka harga relatif komoditas pertanian akan meningkat.

Tahap ketiga adalah tahap komersialisasi di kedua sektor ekonomi. Pada

tahap ini produk marginal tenaga kerja sudah lebih tinggi dari tingkat upah.

Pengusaha yang bergerak di sektor pertanian mulai mempertahankan tenaga

kerjanya. Transfer tenaga kerja masih akan terjadi jika inovasi teknologi di sektor

pertanian dapat meningkatkan produk marginal tenaga kerja. Sementara itu,

karena adanya asumsi pembentukan modal di sektor industri direinvestasi, maka

permintaan tenaga kerja di sektor ini juga akan terus meningkat.Pada tahap

pertama dan tahap kedua para pekerja disektor pertanian menerima upah sebesar

upah institutional, akan tetapi pada tahap ketiga tidak lagi demikian. Tingkat

upah yang baru adalah sama dengan tambahan produksi yang diciptakan oleh

seorang pekerja tambahan yang terakhir disektor pertanian, berarti sama dengan

produk marjinal tenaga kerja disektor itu.

Page 4: Teori Perubahan Struktural Ranis-fei

Apabila sebagian tenga kerja disektor pertanian digunakan oleh sektor

industri, maka dengan sendirinya tenaga kerja disektor pertanian akan berkurang.

Akan tetapi pada permulaannya, hal demikian tidak akan mengurangi produksi

sektor pertanian. Oleh sebab itu, apabila pembanguan ekonomi terjadi, akan

terdapat kelebihan produksi pertanian jika dibandingkan dengan konsumsi atas

hasil pertanian yang dilakukan oleh penduduk disektor pertanian. Namun pada

akhirnya produksi sektor pertanian akan mulai berkurang, penurunan ini

disebabkan karena produk marjinal telah melebihi besarnya upah institutional.

Oleh karena itu upah pekerja disektor pertanian telah mencapai tingkat yang

lebih tinggi daripada upah institutional. Ini berarti lebih banyak lagi proporsi dari

hasil pertanian yang akan digunakan dalam sektor pertanian itu sendiri dan

mengurangi kelebihan disektor industri. Sebagai akibatnya apabila seorang

pekerja dari sektor pertanian pindah kesektor industri maka produksi petanian

akan menjadi lebih kecil.

Setelah menunjukan keadaan yang terjadi disektor pertanian Ranis-Fei

kembali menjelaskan tentang perubahan yang berlaku disektor industri. Sebagai

akibat dari menurunnya produksi sektor pertanian surplus hasil pertanian yang

dapat digunakan oleh sektor industri, jumlah pertambahannya akan menurun

dibandingkan sebelumnnya. Keadaan ini menunjukan bahwa sektor industri tidak

lagi dengan mudah memperoleh bahan makanan dan berarti harga hasil sektor

pertanian relative lebih mahal dibandingkan harga hasil sektor industri. Bila

proses pembangunan ini telah tercapai sektor industri akan memperoleh tenaga

kerja tambahan hanya bila mereka dibayar lebih tinggi dari sebelumnya.

Secara grafis, ketiga tahapan tersebut dapat digambarkan seperti yang

disajikan pada Gambar 1. Pada tahap pertama, tenaga kerja sektor pertanian yang

mempunyai produktivitas marjinal (Marginal Physical Productivity = MPP) sama

dengan nol dialihkan ke sektor industri dengan upah institusional yang sama. Pada

Gambar 12 panel C ditunjukkan pada bagian horizontal dari kurva Total Physical

Productivity (TPP), yaitu CX produktivitas total tetap sehingga produktivitas marginal

tenaga kerja sebesar MN adalah nol. Pada panel B ditunjukkan jumlah tenaga kerja

sebesar NM dari kurva MPP (kurva NMRU) atau bagian CX dari kurva TPP pada panel

C, dipindahkan ke sektor industri seperti di-tunjukkan oleh OM pada panel A pada

Page 5: Teori Perubahan Struktural Ranis-fei

tingkat upah institusional yang sama yaitu OW (=NM).

Pada tahap kedua, pekerja pertanian yang dapat memberikan sumbangan untuk

menambah ouput (MPP>0) tetapi memproduksi lebih kecil daripada upah

institusional, juga dialihkan ke sektor industri. Pada panel B ditunjukkan MPP

pekerja pertanian sebesar MK positif dalam garis MR pada kurva MPP (atau

NMRU) tetapi lebih rendah dari upah institusional KR (=NW). Dalam batas tertentu

mereka sebenarnya juga penganggur tersembunyi. Akan tetapi dengan MPP positif,

perpindahan tenaga kerja ini mengakibatkan menurunnya output sektor pertanian.

Harga produk pertanian meningkat relatif terhadap produk industri, sehingga

membutuhkan kenaikan upah minimal di sektor industri, di atas upah institusional,

OW. Upah naik ke LH dan KQ, penawaran tenaga kerja tidak lagi perfect elasticity

yang ditunjukkan oleh gerak naik kurva WT ke H dan Q, pada saat tenaga kerja

sebesar ML dan LK pindah sedikit demi sedikit ke sektor industri (panel A).

Pada tahap ketiga, pekerja pertanian mulai menghasilkan ouput yang sama

dengan upah institusional dan akhirnya melampaui upah institusional. Hal ini

ditunjukkan oleh naiknya kurva RU dari kurva MPP pada panel (B) yang lebih tinggi

daripada upah institusional KR (=NW). Akibatnya tenaga kerja sebanyak KO akan

dialihkan dari sektor pertanian ke sektor industri pada upah nominal yang meningkat

melebihi KQ pada panel (A). Hal ini akan menyedot kelebihan tenaga kerja di sektor

pertanian yang telah bersifat komersial. Fei dan Ranis menyebut batas tahap I dan II

sebagai titik kelangkaan, sedangkan batas antara tahap II dan III sebagai titik

komersialisasi.

Peralihan tenaga kerja ke sektor industri mengakibatkan meningkatnya produktivitas

sektor pertanian sehingga terjadi surplus hasil-hasil pertanian. Surplus ini

dimaksudkan selisih antara total ouput yang dihasilkan tenaga kerja dengan konsumsi

yang diperlukan tenaga kerja pertanian itu sendiri. Surplus tersebut ditunjukkan oleh

jarak vertikal antara garis OX dan kurva produksi pisik total OCX. Besarnya surplus

pada setiap tahap perpindahan tenaga kerja adalah NM (BC), ML (DE) dan LK (FG).

Surplus ini dapat dianggap sebagai sumber-sumber pertanian yang dilepas ke pasar

melalui pengalokasian kembali pekerja pertanian. Sumber-sumber ini dapat disedot

melalui kegiatan investasi para pemilik tanah atau melalui kebijakan perpajakan yang

dapat dimanfaatkan untuk menunjang perkembangan sektor industri.

Page 6: Teori Perubahan Struktural Ranis-fei

Upah/Output Marginal

P2

P1N OW= upah institusional

Q WTHQ= kurva penawaran tenaga kerjaPPT, P1H, P2H= kurva permintaan tenaga kerja(A)

TH

WIndustri

NO M L K Tenaga Kerja

Output Rata-rata

V U

NMRU= kurva MPP

(B)NW= upah institusional

WA R

PertanianS

M L K N O

Tahap I Tahap II Tahap III

Tenaga KerjaN O

M L K

OCX= kurva TPPNX/ON= upah rill/upah institusional

(C) F

D Output Total

B GPertanian

E

XC

YGambar 1. Model Dua Sektor Fei-Ranis

Sumber: Jhingan (2000)

Page 7: Teori Perubahan Struktural Ranis-fei

Pendapat apa teori Ranis-Fei tersebut tepat untuk diberlakukan di Indonesia

Menurut kami, teori tersebut kurang tepat diberlakukan di Indonesia. Indonesia kaya

akan sumber daya alam yang melimpah yang dapat dimanfaatkan salah satunya untuk sektor

pertanian. Peralihan buruh dari sektor pertanian ke sektor industri malah akan memperburuk

kondisi sektor pertanian yang saat ini sedang terpuruk. Untuk meningkatkan sektor pertanian

di Indonesia agar tetap berkelanjutan dan berkontribusi aktif bagi perekonomian Indonesia,

yang seharusnya dibenahi adalah segala hal yang menyangkut atau berhubungan langsung

dengan pertanian itu sendiri, seperti teknik budidaya, peningkatan pengetahuan para tenaga

buruh kerja di bidang pertanian dan lain sebagainya. Serta dengan menjadikan sektor

pertanian sebagai “leading sector” perekonomian Indonesia.

Alasan ada pihak yang mengkritik kelemahan teori Ranis-Fei

Kritik Model Fei and Ranis (dari Michael P. Todaro, Penulis Buku “Pembangunan Ekonomi

di Dunia Ketiga”)

Model tersebut belum mempertimbangkan bahwa persediaan tanah tidak tetap,

Upah institusional tidak di atas MPP (Prduktifitas fisik marjinal),

Upah institusional di sektor pertanian tidak konstan di atas MPP,

Model tertutup,

Komersialisasi sektor pertanian menjurus ke inflasi dan

MPP tidak sama dengal nol.

Sejak tahun 1950-an muncul segolongan ahli ekonomi yang meragukan pendapat

Lewis dan Ranis-Fei. Mereka pada hakikatnya berpendapat bahwa tidak benar di beberapa

negara berkembang yang padat penduduknya terdapat tenaga kerja yang memiliki

produktivitas sebesar nol dalam jumlah yang besar, sehingga memungkinkan pemindahan

mereka ke sektor industri dan sektor modern lainnya akan mengalami kemunduran produksi

di sektor pertanian.

Page 8: Teori Perubahan Struktural Ranis-fei

Pepelasis dan Yotopoulos alam penelitian mereka mengenai kesempatan kerja dalam

sektor pertanian di Yunani antara tahun 1953 sampai 1960 mengambil kesimpulan bahwa

kelebihan tenaga kerja di sektor pertanian tidak ada sama sekali. Hanya pada tahun 1953 dan

tahun 1954 pengangguran dalam sektor pertanian dialami oleh negara itu. Pada tahun-tahun

lainnya kekurangan tenaga kerja musiman selalu ada. Hasil penyelidikan Yong Sam Cho

mengenai pengagguran dan sektor pertanian di Korea Selatan merupakan satu contoh lain

dari kritik terhadap pendapat bahwa di negara berkembang adakalanya terdapat kelebihan

tenaga kerja yang cukup besar. Berdasarkan pada pengamatan atas keadaan kesempatan kerja

dalam sektor pertanian di Korea, Cho berkesimpulan bahwa masalah pengangguran

terselubung yang serius tidak terdapat dalam sektor pertanian di negara itu, yang ada

hanyalah pengangguran musiman.

Teori Lewis dan Ranis-Fei dikritik pula karena kurang mencerminkan gambaran

yang sebenarnya mengenai corak urbanisasi di negara berkembang pada masa ini. Kedua

teori tersebut pada hakikatnya menunjukkan bahwa perpindahan penduduk dari sektor

pertanian ke sektor modern baru terjadi apabila terbuka kesempatan kerja di sektor modern,

terutama sektor industri. Apabila hal tersebut tidak terjadi tenaga kerja akan tetap berada di

sektor pertanian. Proses perpindahan tenaga kerja yang berlangsung semenjak PD II

keadaannya sangat berlainan. Arus perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke kota

adalah sangat cepat, sehingga menimbulkan pengangguran yang bertambah besar di daerah

urban. Dalam persoalan perpindahan penduduk dari sektor pertanian ke sektor-sektor lain,

pada waktu ini teori Todaro dipandang lebih mencerminkan keadaan yang sebenarnya.

Menurut Todaro, lajunya urbanisasi dalam suatu waktu tertentu ditentukan oleh dua

faktor: perbedaan tingkat upah riil antara daerah urban dengan daerah pertanian, dan

kemungkinan memperoleh pekerjaan lain di daerah urban. Menurut Todaro salah satu factor

penting yang menyebabkan arus urbanisasi begitu tinggi di negara berkembang akhir-akhir

ini, walaupun pengangguran di daerah urban telah cukup besar, adalah jurang besar antara

upah riil di daerah pertanian dengan upah riil di daerah urban. Maka dari sudut ini teori

Todaro dapat dipandang sebagai mengkritik satu aspek lain dari teori Lewis dan Ranis-Fei,

yaitu terhadap anggapan dalam teori mereka bahwa tingkat upah riil di sektor pertanian dan

sektor industri, dan jurang tingkat upah diantara kedua sektor itu akan tetap sama besarnya

selama masih terdapat kelebihan tenaga kerja di sektor pertanian.

Page 9: Teori Perubahan Struktural Ranis-fei

Perbedaan antara teori Lewis dengan Teori Ranis-Fei

Teori merupakan penyempurnaan dari teori Lewis mengenai persediaan buruh yang

tidak terbatas. Walaupun jaraknya sama tetapi kedua teori tersebut menekankan analisis

masing-masing kepada aspek yang berbeda. Lewis menekankan pada corak pertumbuhan

disektor modern atau kapitalis, dan mengabaikan analisis mengenai perubahan-perubahan

yang akan terjadi disektor pertanian. Analisis Ranis-Fei agak lebih seimbang dan bahkan

dapat dikatakan penekanan lebih banyak diberikan kepada perubahan-perubahan yang terjadi

disektor pertanian. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa analis Ranis-Fei lebih

mendalam daripada analisis Lewis.

Analisis Ranis-Fei juga menunjukkan pengaruh dari pertambahan penduduk

terhadap proses pembangunan, pengaruh system pasar terhadap interaksi diantara sektor

pertanian dan industri, dan jangka masa (life cycle) dari berlakunya proses pembangunan

untuk mencapai taraf negara industri.

Page 10: Teori Perubahan Struktural Ranis-fei

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Lincolyn. 2004. Ekonomi Pembangunan, Yogyakarta : STIE YKPN.

Boediono, 1992. Teori Pertumbuhan Ekonomi, Yogyakarta : BPFE

Hakim, Abdul, 2004. Ekonomi Pembangunan. Edisi Pertama, Cetakan Kedua, Yogyakarta:

Ekonisia, Kampus Fakultas Ekonomi UII.

Jhingan, 2000. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Jakarta : Rajawali Press.

Kamaluddin, Rustian, 1998. Pengantar Ekonomi Pembangunan, Jakarta : LPFE UI.

Rachbini, Didik, 2001. Pembangunan Ekonomi dan SDM, Jakarta : PT. Grasindo

Suryana, 2000. Ekonomi Pembangunan: Problematika dan Pendekatan. Edisi Pertama,

Jakarta: Salemba Empat.

Todaro, Michael P, 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Jakarta : Penerbit

Erlangga.