22
A. PEMIKIRAN KALASIK PENDIDIKN Tepri pendidikan klasik berlandaskan pada filsafat klasik, yang memandang bahwa pendidikan berfungsi sebagai upaya memelihara, mengawetkan dan meneruskan warisan budaya. Teori pendidikan ini lebih menekankan peranan isi pendidikan dari pada prosesnya. Isi pendidikan atau bahan pengajaran diambil dari sari ilmu pengetahuan yang telah ditemukan dan dikembangkan oleh para ahli di bidangnya dan disusun secara logis dan sistematis. Misalnya teori fisika, biologi, matematika, bahasa, sejarah dan sebagainya. Perbedaan padangan tentang faktor dominan dalam perkembangan manusia tersebut menjadi dasar perbedaan pendangan tentang peran pendidikan terhadap manusia, mulai dari yang paling pesimis sampai yang paling optimis. Aliran-aliran itu pada umumnya mengemukakan satu faktor dominan tertentu saja dan dengan demikian suatu aliran dalam pendidikan akan mengajukan gagasan untuk mengoptimalkan faktor tersebut untuk mengembangkan manusia.Teori-teori yang terdapat dalam ilmu pendidikan dilahirkan oleh 4 aliran yang berbeda, yaitu: Aliran Nativisme Nativisme berasal dari kata Nativus yang berarti kelahiran. Tokoh aliran ini adalah Arthur Schopenhauer (1788-1860) seorang filosof jerman, yang berpendapat bahwa hasil pendidikan dan perkembangan manusia itu ditentukan oleh pembawaan yang diperolehnya sejak anak itu dilahirkan. Anak dilahirkan kedunia sudah mempunyai pembawaan dari orang tua maupun disekelilingnya, dan pembawaan itulah yang menentukan perkembangan dan hasil pendidikan. Faktor lingkungan, termasuk faktor pendidikan, kurang berpengaruh terhadap pendidikan dan perkembangan anak. Bayi itu lahir sudah dengan pembawaan baik dan pembawaan buruk.

Tepri Pendidikan Klasik

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Tepri Pendidikan Klasik

Citation preview

Tepri pendidikan klasik berlandaskan pada filsafat klasik, yang memandang bahwa pendidikan berfungsi sebagai upaya memelihara, mengawetkan dan meneruskan warisan budaya

A. PEMIKIRAN KALASIK PENDIDIKN

Tepri pendidikan klasik berlandaskan padafilsafatklasik, yang memandang bahwa pendidikan berfungsi sebagai upaya memelihara, mengawetkan dan meneruskan warisan budaya. Teori pendidikan ini lebih menekankan peranan isi pendidikan dari pada prosesnya. Isi pendidikan atau bahan pengajaran diambil dari sari ilmu pengetahuan yang telah ditemukan dan dikembangkan oleh para ahli di bidangnya dan disusun secara logis dan sistematis. Misalnya teori fisika, biologi, matematika, bahasa,sejarahdan sebagainya.

Perbedaan padangan tentang faktor dominan dalam perkembangan manusia tersebut menjadi dasar perbedaan pendangan tentang peran pendidikan terhadap manusia, mulai dari yang paling pesimis sampai yang paling optimis. Aliran-aliran itu pada umumnya mengemukakan satu faktor dominan tertentu saja dan dengan demikian suatu aliran dalam pendidikan akan mengajukan gagasan untuk mengoptimalkan faktor tersebut untuk mengembangkan manusia.Teori-teori yang terdapat dalam ilmu pendidikan dilahirkan oleh 4 aliran yang berbeda, yaitu:

Aliran Nativisme

Nativisme berasal dari kata Nativus yang berarti kelahiran. Tokoh aliran ini adalah Arthur Schopenhauer (1788-1860) seorang filosof jerman, yang berpendapat bahwa hasil pendidikan dan perkembangan manusia itu ditentukan oleh pembawaan yang diperolehnya sejak anak itu dilahirkan. Anak dilahirkan kedunia sudah mempunyai pembawaan dari orang tua maupun disekelilingnya, dan pembawaan itulah yang menentukan perkembangan dan hasil pendidikan. Faktor lingkungan, termasuk faktor pendidikan, kurang berpengaruh terhadap pendidikan dan perkembangan anak. Bayi itu lahir sudah dengan pembawaan baik dan pembawaan buruk.

Oleh karena itu hasil akhir pendidikan di tentukan oleh pembawaan yang sudah di bawa sejak lahir. Berdasarkan pandangan ini maka keberhasilan pendidikan ditentukan oleh anak didik itu sendiri. Ditekankan bahwa yang jahat akan menjadi jaha, dan yang baik akan menjadi baik. Menurut kaum nativisme itu, pendidikan tidak dapat mengubah sifat-sifat pembawaan. Jadi jika benar pendapat tersebut, percumalah kita mendidik atau dengan kata lain pendidikan tidak perlu. Dalam ilmu pendidikan, hal ini disebut pesimisme pedagogis, karena sangat pesimis terhadap upaya-upaya dan hasil pendidikan.

Terdapat suatu pokok pendapat aliran nativisme yang berpengaruh luas yakni bahwa dalam diri individu terdapat sutu inti pribadi (G. Leibnitz: Monad) yang mendorong manusia untuk mewujudkan diri, mendorong manusia dalam menentukan pilihan dan kemauan sendiri, dan yang menempatkan manusia sebagai makhluk aktif yang mempunyai kemauan bebas. Pandangan-pandangan tersebut tampak antara lain humanistic psychology dari Carl. Rogers ataupun pandangan phenomenology/ humanistik lainnya.

Faktor Perkembangan Manusia Dalam Teori Nativisme

Faktor genetik

Adalah faktor gen dari kedua orangtua yang mendorong adanya suatu bakat yang muncul dari diri manusia. Contohnya adalah Jika kedua orangtua anak itu adalah seorang penyanyi maka anaknya memiliki bakat pembawaan sebagai seorang penyanyi yang prosentasenya besar.

Faktor Kemampuan Anak

Adalah faktor yang menjadikan seorang anak mengetahui potensi yang terdapat dalam dirinya. Faktor ini lebih nyata karena anak dapat mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Contohnya adalah adanya kegiatan ekstrakurikuler di sekolah yang mendorong setiap anak untuk mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya sesuai dengan bakat dan minatnya.

Faktor Pertumbuhan Anak

Adalah faktor yang mendorong anak mengetahui bakat dan minatnya di setiap pertumbuhan dan perkembangan secara alami sehingga jika pertumbuhan anak itu normal maka dia kan bersikap enerjik, aktif, dan responsive terhadap kemampuan yang dimiliki. Sebaliknya, jika pertumbuhan anak tidak normal maka anak tersebut tidak bisa mngenali bakat dan kemampuan yang dimiliki.

Tujuan Teori Nativisme

Didalam teori ini menurut G. Leibnitz: Monad Didalam diri individu manusia terdapat suatu inti pribadi. Sedangakan dalam teori Teori Arthur Schopenhauer (1788-1860) dinyatakan bahwa perkembangan manusia merupakan pembawaan sejak lahir atau bakat. Sehingga dengan teori ini setiap manusia diharapkan:

o' Mampu memunculkan bakat yang dimiliki

Mendorong manusia mewujudkan diri yang berkompetensi

Mendorong manusia dalam menetukan pilihan

Mendorong manusia untuk mengembangkan potensi dari dalam diri seseorang

Mendorong manusia mengenali bakat minat yang dimiliki

Aliran Naturalisme

Naturalisme merupakan teori yang menerima nature (alam) sebagai keseluruhan realitas. Istilah nature telah dipakai dalam filsafat dengan bermacam-macam arti, mulai dari dunia fisik yang dapat dilihat oleh manusia, sampai kepada sistem total dari fenomena ruang dan waktu. Natura adalah dunia yang diungkapkan kepada kita oleh sains alam. Istilah naturalisme adalah sebaliknya dari istilah supernaturalisme yang mengandung pandangan dualistik terhadap alam dengan adanya kekuatan yang ada (wujud) di atas atau di luar alam ( Harold H. Titus e.al. 1984).

Aliran ini sama dengan aliran nativisme. Naturalisme yang dipelopori oleh Jean Jaquest Rousseau, bependapat bahwa pada hakekatnya semua anak manusia adalah baik pada waktu dilahirkan yaitu dari sejak tangan sang pencipta. Tetapi akhirnya rusak sewaktu berada ditangan manusia, oleh karena Jean Jaquest Rousseau menciptakan konsep pendidikan alam, artinya anak hendaklah dibiarkan tumbuh dan berkembang sendiri menurut alamnya, manusia jangan banyak mencampurinya.

Aliran ini juga disebut negativisme, karena berpendapat bahwa pendidik wajib membiarkan pertumbuhan anak pada alam. Jadi dengan kata lain pendidikan tidak di perlukan. Yang di laksanakan adalah menyerahkan anak didik kepada alam, agar pembawaan yang baik itu tidak menjadi rusak oleh tangan manusia melalui proses dan kegiatan pendidikan itu.

Jean Jaquest Rousseau ingin menjauhkan anak dari segala keburukan masyarakat yang serba dibuat-buat (artificial) sehingga kebaikan anak-anak yang di peroleh secara alamiah sejak saat kelahirannya itu dapat tampak secara spontan dan bebas. Jean Jaquest Rousseau juga berpendapat bahwa jika anak melakukan pelanggaran terhadap norma-norma, hendaklah orang tua atau pendidik tidak perlu untuk memberikan hukuman, biarlah alam yang menghukumnya. Jika seorang anak bermain pisau, atau bermain api kemudian terbakar atau tersayat tangannya, atau bermain air kemudian ia gatal-gatal atau masuk angin. Ini adalah bentuk hukuman alam. Biarlah anak itu merasakan sendiri akibatnya yang sewajarnya dari perbuatannya itu yang nantinya menjadi insaf dengan sendirinya

Hukum alam memiliki ciri sebagai berikut :

1) Segalanya berkembang dari alam

2) Perkembangan alam serba teratur, tidak meloncat-loncat melainkan terjadi secara bertahap.

3) Alam, berkembang tidak tergesa-gesa melainkan menunggu waktu yang tepat, sambil mengadakan persiapan.

Dimensi filsafat pendidikan Naturalisme

Dimensi utama dan pertama dari pemikiran filsafat pendidikan Naturalisme di bidang pendidikan adalah pentingnya pendidikan itu sesuai dengan perkembangan alam.Alam berkembang dengan teratur dan menurut aturan waktu tertentu. Tidak pernah terjadi dalam perkembangan alam, seekor kupu-kupu tiba-tiba dapat terbang tanpa terlebih dahulu mengalami proses perkembangan mulai dari ulat menjadi kepompong dan seterusnya berubah menjadi kupu-kupu. Begitu juga perkembangan alam yang lain, buah apapun di dunia, selalu bermula dari bunga.

Dimensi kedua dari filsafat pendidikan Naturalisme yang juga dikemukakan oleh Comenius adalah penekanan bahwa belajar itu merupakan kegiatan melalui Indra. Seperti yang disarankan oleh Wolfgang Ratke pada para guru. Guru, kata Ratke pertamakali hendaknya mengenalkan benda kepada anak lebih dahulu, baru setelah itu penjelasan yang diperinci (exposition) tentang benda tersebut.

Dimensi ketiga dari filsafat pendidikan Naturalisme adalah pentingnya pemberian pemahaman pada akal akan kejadian atau fenomena dan hukum alam melalui observasi. Observasi berarti mengamati secara langsung fenomena yang ada di alam ini secara cermat dan cerdas. Seperti yang dialami Copernicus, bahwa pemahaman kita akan menipu kita, apabila kita berfikir bahwa mataharilah yang mengelilingi bumi, padahal sebenarnya bumilah yang mengelilingi matahari.

Demensi terakhir dari percikan pemikiran filsafat pendidikan Naturalisme juga dikembangkan oleh Jean Jacques Rousseau berkebangsaan Prancis yang naturalis mengatakan bahwa pendidikan dapat berasal dari tiga hal, yaitu ; alam, manusia dan barang. Bagi Rousseau seorang anak harus hidup dengan prinsip-prinsip alam semesta.

Implikasi Naturalisme di Bidang Pendidikan

Fenomena menarik di bidang pendidikan saat ini adalah lahirnya berbagai model pendidikan yang menjadikan alam sebagai tempat dan pusat kegiatan pembelajarannya. Pembelajaran tidak lagi dilakukan di dalam kelas yang dibatasi oleh ruang dan waktu, tetapi lebih fokus pada pemanfaatan alam sebagai tempat dan sumber belajar. Belajar di dan dengan alam yang telah menyediakan beragam fasilitas dan tantangan bagi peserta didik akan sangat menyenangkan. Tinggal kemampuan kita bagaimana mengekploirasi sumber daya alam menjadi media, sumber dan materi pembelajaran yang sangat berguna.

Jika di dalam kelas subyektifitas peserta didik tertekan oleh otoritas guru, maka di alam, guru dan peserta didik dapat dengan leluasa menciptakan hubungan yang lebih akrab satu sama lain. Dari hubungan yang akrab ini lebih lanjut terjadi hubungan emosional yang mendalam antara guru dengan peserta didiknya. Dalam kondisi seperti ini, subyektifitas peserta didik dengan sendirinya akan mengalir dalam diskusi dengan guru di mana telah tercipta suasana belajar yang kondusif.

Menyatunya para siswa dengan alam sebagai tempat belajar dapat memuaskan keingintahuannya (curiousity), sebab mereka secara langsung face to face berhadapan dengan sumber dan materi pembelajaran secara riil. Hal yang sangat jarang terjadi pada pembelajaran di dalam kelas.

Aliran Empirisme

Aliran empirisme bertolak dari Lockean Tradition yang mementingkan stimulsi eksternal dalam perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung kepada lingkungan, sedangkan pembawaan tidak dipentingkan. Pengalaman yang diproleh anak dalam kehidupan sehari-hari didapat dari dunia sekitarnya yang berupa stimulan-stimulan. Stimulasi ini berasal dari alam bebas ataupun diciptakan oleh orang dewasa dalam bentuk pendidikan. Tokoh perintisnya adalah John Locke filsuf Inggris (1704-1932) yang mengungkapkan teori tabula rasa, yakni anak lahir di dunia bagaikan kertas putih yang bersih. Pengalaman empirik yang diperoleh dari lingkungan akan berpengaruh besar dalam menentukan perkembangan anak.

Menurut pandangan empirisme (biasa pula disebut environmentalisme) pendidik memegang peranan yang sangat penting sebab dalam perkembangan anak menjadi manusia dewasa ditentukan oleh lingkungannya atau oleh pendidikan dan pengalaman yang diterimanya sejak kecil. Manusia-manusia dapat dididik menjadi apa saja (ke arah yang baik maupun kearah yang buruk) menurut kehendak lingkungan atau pendidiknya. Dalam pendidikan, pendapat kaum empiris ini terkenal dengan nama optimisme pedagogis. Empirisme adalah suatu doktrin filsafat yang menekankan peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan dan mengecilkan peranan akal. Istilah empirisme di ambil dari bahasa Yunani empeiria yang berarti coba-coba atau pengalaman. Sebagai suatu doktrin empirisme adalah lawan dari rasionalisme. Empirisme berpendapat bahwa pengetahuan tentang kebenaran yang sempurna tidak diperoleh melalui akal, melainkan di peroleh atau bersumber dari panca indera manusia, yaitu mata, lidah, telinga, kulit dan hidung. Dengan kata lain, kebenaran adalah sesuatu yang sesuai dengan pengalaman manusia.

Aliran empirisme di pandang berat sebelah sebab hanya mementingkan peranan pengalaman yang diperoleh dari lingkungan. Sedangkan kemampuan dasar yang di bawa anak sejak lahir di anggap tidak menentukan, menurut kenyataan dalam kehidupan sehari-hari terdapat anak yang berhasil karena berbakat, meskipun lingkungan sekitarnya tidak mendukung. Keberhasilan ini disebabkan oleh adanya kemampuan yang berasal dari dalam diri yang berupa kecerdasan atau kemauan keras, anak berusaha mendapatkan lingkungan yang dapat mengembangkan bakat atau kemampuan yang telah ada dalam dirinya. Meskipun demikian, penganut aliran ini masih tampak pada pendapat-pendapat yang memandang manusia sebagai makhluk yang pasif dan dapat diubah, umpamanya melalui modifikasi tingkah laku. Hal itu tercermin pada pandangan scientific psycology Skinner ataupun dengan behavioral. Behaviorisme itu menjadikan prilaku manusia tampak keluar sebagai sasaran kajianya, dengan tetap menekankan bahwa perilaku itu terutama sebagai hasil belajar semata-mata. Meskipun demikian, pandangan-pandangan behavioral ini juga masih bervariasi dalam menentukan faktor apakah yang paling utama dalam proses belajar itu sebagai berikut:

a. Pandangan yang menekankan peranan pengamatan dan imitasi.

b. Pandangan yang menekankan peranan dari dampak ataupun balikan dari sesuatu perilaku.

c. Pandangan yang menekankan peranan stimulus atau rangsangan terhadap perilaku.

Seperti yang akan dikemukakan pada butir atau aliran konvergensi pada bagian ini, beberapa pendapat dalam pandangan behavioral tersebut tidak lagi sepenuhnya ala Tabula Rasa dari J. Locke, karena telah mulai diperhatikan pula faktor-faktor internal dari manusia.

Aliran Konvergensi Perintis aliran ini adalah William Stern (1871-1939), seorang ahli pendidikan bangsa Jerman yang berpendapat bahwa seorang anak dilahirkan di dunia sudah disertai pembawaan baik maupun pembawaan buruk. Penganut aliran ini berpendapat bahwa dalam proses perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama-sama mempunyai peranan penting. Bakat yang dibawa pada waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan yang sesuai dengan perkembangan bakat tersebut. Sebaliknya lingkungan yang baik tidak dapat menghasilkan perkembangan anak yang optimal kalau memang dalam dirinya tidak terdapat bakat yang diperlukan dalam mengembangkan bakat tersebut. Sebagai contoh, hakikat kemampuan anak manusia berbahasa dengan kata-kata adalah juga hasil konvergensi.

Pada anak manusia ada pembawaan untuk berbicara melalui situasi lingkungan, anak belajar berbicara dalam bahasa tertentu. Lingkungan pun mempengaruhi anak didik dalam mengembangkan pembawaan bahasanya. Karena itu tiap anak manusia mula-mula menggunakan bahasa lingkungannya, misalnya bahasa Jawa, bahasa Sunda, bahasa Iggris, dan sebagainya. Kemampuan dua orang anak (yang tinggal dalam satu lingkungan yang sama) untuk mempelajari bahasa mungkin tidak sama. Itu disebabkan oleh adanya perbedaan kuantitas pembawaan dan perbedaaan situasi lingkungan, biarpun lingkungan kedua orang anak tersebut bahasa yang sama. Oleh karena itu Stren berpendapat bahwa hasil pendidikan itu tergantung dari pembawaan dan lingkungannya, seakan-akan dua garis menuju satu titik pertemuan.

Karena itu teori W. Stren disebut teori konvergensi (konvergen artinya memusat kesatu titik). Jadi menurut teori konvergensi :

a. Pendidikan mungkin untuk dilaksanakan.

b. Pendidikan di artikan sebagai pertolongan yang diberikan lingkungan kepada anak didik untuk mengembangkan potensi yang baik dan mencegah berkembangnya potensi yang kurang baik.

c. Yang membatasi hasil pendidikan adalah pembawaan dan lingkungan. Aliran konvergensi pada umumnya diterima secara luas sebagai pandangan yang tepat dalam memahami tumbuh kembang manusia.

William Stern mengatakan bahwa kemungkinan-kemungkinan yang dibawa sejak lahir itu merupakan petunjuk-petunjuk nasib manusia yang akan datang dengan ruang permainan. Dalam ruang permainan itulah terletak pendidikan dalam arti yang sangat luas. Tenaga-tenaga dari luar dapat menolong tetapi bukanlah ia yang menyebabkan perkembangan itu, karena ini datangnya dari dalam yang mengandung dasar keaktifan dan tenaga pendorong. Sebagai contoh:anak dalam tahun pertama belajar mengoceh, baru kemudian becakap-cakap, dorongan dan bakat itu telah ada, di meniru suara-suara dari ibunya dan orang disekelilingnya. Ia meniru dan mendebgarkan dari kata-kata yang diucapkan kepadanya, bakat dan dorongan itu tidak akan berkembang jika tidak ada bantuan dari luar yang merangsangnya. Dengan demikian jika tidak ada bantuan suara-suara dari luar atau kata-kata yang di dengarnya tidak mungkin anak tesebut bisa bercakap-cakap.

B. PEMIKIRAN BARU TENTANG PENDIDIKANAliran konvensional dalam pendidikan membahas dan menetapkan faktor-faktor dasar yang mempengaruhi perkembangan manusia ( individu) danmenerapkan faktor-faktor dasar ini dalam kaitannya dengan berapa jauh usahapendidikan perlu dilakukan terhadap individu yang sedang berkembang itu.Aliran baru dalam pendidikan tidak lagi mempersoalkan perlu atau tidakperluya pendidikan bagi individu yang perlu dikembangkan adalah bagaimanamenyelenggarakan pendidikan yang benar-benar bermanfaat secara maksimalbagi individu yang sedang berkembang itu dan bagi lingkungan ataumasyarakatnya

Pengajaran Alam Sekitar

Gerakan pendidikan yang mengajarkan atau mendekat kan anak pada alam sekitar. FR.A.FINGER (1808-1888) di Jerman dengan heitmakunde(pengajaran alam sekitar), memiliki beberapa prinsip yaitu:

a. Dengan pengajaran alam sekitar ini guru dapat memeragakan secara langsung.

b. Pengajaran alam sekitar memberikan kesempatan sebanyak-banyaknya agar anak aktif. c. Pengajaran alam sekitar memungkinkan untuk memberikan pengajaran totalitas

d. Pengajaran alam sekitar memberi kepada anak bahan apersepsi intelektual yang kokoh dan tidak verbalitas.

e. Pengajaran alam sekitar memberikan apersepsi emosional, karena alam mempunyai ikatan emosional dengan anak.

Ciri-ciri bentuk pengajaran

1.Suatu pengajaran yang tidak mengenal pembagian mata pelajaran dalam daftar pengajaran , tetapi guru memahami tujuan pengajaran dan mengarah kan usahanya mencapai tujuan.

2.Suatu pengajaran menarik minat , karena segala sesuatu di pusat kan atas suatu bahan pengajaran yang menarik perhatian anak dan di ambil dari alam sekitarnya.

3.Segala bahan pengajaran berhubungan satu sama lain seerat-erat nya secara teratur.

J.LINGHART (1959-1916)DI BELANDA Mengemukakan pegangan dalam Het Vol Leven yaitu:

1.Anak harus mengetahui barang nya terlebih dahulu sebelum mendengar nama nya tidak kebalikan nya , sebab kata itu hanya suatu tanda dari pengertian tentang barang itu. 2.Pengajaran sesungguhnya itu harus mendasari pengajaran selanjutnya,atau mata pelajaran yang lain harus di pusatkan atas itu.

3.Haruslah di adakan perjalanan memasuki hidup senyatanya ke semua jurusan apa murid faham akan hubungan antara bermacam-macam lapangan hidupnya

Langkah-langkah pokok pengajaran alam sekitar

Menetapkan tujuan.

Persiapan guru dan murid

Pelaksanaan pengamatan

Pengolahan kegiatan pengamatan

Keuntungan pengajaran alam sekitar

Anak anak bekerja sesuai fakta dan kenyataan

Obyek alam sekitar akan dapat membangkitkan perhatian spontan dari anak-anakyang akan mendorongnya melakukan kegiatan dengan sepenuh hati

Anak akan aktif dan kreatif

Bahan yang di ajar kan lebih praktis

Anak anak di jadikan subyek bagi alam sekitarnya

Pengajaran pusat perhatian

Pengajaran pusat perhatian di rintis oleh Ovideminat Decroly(1871-1932) dari Belgia pendidikan menurut decroly berdasarkan pada semboyan Ecole pour la vie,par la vie (sekolah untuk hidup dan oleh hidup) Pendapat declory tentang pendidikan dan pengajaran

Metode global (keseluruhan). Anak-anak mengamati dan mengingat secara global. Dalam mengajarkan membaca dan menulis ternyata dengan kalimat ledih mudah dari pada kata-kata.

Centre dinterest(pusat-pusat minat) . Anak- anak mempunyai minat yang spontan. Spontan terhadap diri sendri dapat di bedakan menjadi:

a. Dorongan mempertahan kan diri

b.Dorongan mencari makan dan minum.

c. Dorongan memelihara diri

Asas-asas pengajaran pusat perhatian

Pengajaran di dasarkan atas kebutuhan anak dalam hidup dan perkembangannya .

Setiap bahan pengajaran harus merupakan suatu keseluruhan( totalitas).

Hubungan harus hubungan simbiosis.

Anak harus aktif dan dididik menjadi bertdi bertanggung jawab

Hubungan kerjasama yang erat antara rumah dan sekolah

Sekolah kerja J.A.Comenius (1592-1670) menekan kan agar pendidikan mengembangkan : pikiran, ingatan, bahasa dan tangan ( keterampilan kerja tangan) G.Kereschensteiner(1854-1932) Mengatakan bahwa pendidikan itu tidak hanya demi kepentingan individu tetapi berkewajiban menyiapkan warga negara yang baik yakni: 1.tiap orang adalah pekerja dalam salah satu lapangan jabatan. 2. tiap orang wajib menyumbangkan tenaganya untuk kepentingan negara.3. warga negara menjunjung tinggi kesusilaan dan keselamatan negara

Tujuan sekolah kerja Menurut G.kereschensteriner tujuan sekolah kerja yaitu: a. Menambah pengetahuan anak b. Agar anak dapat memiliki kemampuan dan kemahiran tertentu. c. Agar anak dapat memiliki pekerjaan sebagai persiapan jabatan dalam mengabdi negara.

Banyak nya macam pekerjaan yang menjadi pusat pelajaran, maka dibagi dalam 3 golongan: a.Sekolah-sekolah perindustrian(tukang cukur , tukang cetak , tukang kayu, tukang daging , masinis, dll.). b. Sekolah-sekolah perdagangan( makanan , pakaian, bank, asuransi , porselin, pisau, gunting,dll.). c. Sekolah-sekolah rumah tangga, bertujuan mendidik para calon ibu yang di harap kan akan menghasilkan warga negara yang baik.

Dasar- dasar sekolah kerja

Anak aktif berbuat,mengamati sendiri ,memikirkan dan memecahkan sendiri persoalan yang ada. Pusat kegiatan pendidikan dan pengajaran ialah anak. Mendidik anak menjadi berani dan bertanggung jawab. Bahan pelajaran di susun dalam suatu keseluruhan yang berpusat pada masalah kehidupan. Pengetahuan fungsional yang dapat di pergunakan untuk berprakarsa mencipta dan berbuat Anak harus berpikir sesuai dengan tingkat kemampuan Anak mendapatkan latihan dan pengalaman yang penting bagi pendidikan moral,kecerdasan, soial.Macam-macam sekolah kerja Sekolah kerja sosiologis digerakkan oleh G.Kereschensteiner. Aliran pendidikan sosial ekstrem yang berpendapat bahwa masyarakatlah yang primer. Sekolah kerja yang di dasarkan atas konsepsi O.deckroly dinamakan sekolah kerja psikologis karena menekankan perkembangan anak didik. John Dewey mengikuti aliran pendidikan sosial modern yang menekankan secara seimbang peranan individu dan masyarakat. Sekolah kerja yang di pelopori H.Gaudig, menekankan pengembanngan kepribadian anak.

Pengajaran proyek Dalam pengajaran proyek anak bebas menentukan pilihannya(terhadap pekerjaannya) merancang serta memimpinnya. Proyek yang ditentukan oleh anak ,mendorong nya mencari jalan pemecahan bila ia menemukan kesukaran. Pengajaran proyek akan menumbuhkan pengembangan kemampuan untuk memandang dan memecahkan persoalan secara komprehensif.

Langkah-langkah pokok pengajaran proyek Persiapan. Penetapan masalah yang akan di bahas Kegiatan belajar.pelaksanaan dari rencana yang telah di siapkan Penilaian. Bentuk penilaian yang sering di lakukan adalah mengadakan pameran. Misalnya anak membuat gambar, karangan , laporan dan model. dll

Home schooling

Homeschooling adalah proses layanan pendidikan solusif yang secara sadar, teratur dan terarah dilakukan oleh orang tua atau keluarga di rumah atau tempat-tempat lain dimana proses pembelajaran itu dapat berlangsung secara kondusif dengan tujuan dapat mengasah pola pikir, potensi, bakat dan minat masing-masing anak. Dengan Homeschooling akan tercipta situasi yang nyaman dan aman sehingga anak tidak mendapat tekanan dan menjadikan proses pembelajaran menjadi sebuah beban. Homeschooling Qindy Academy menerapkan pendekatan Multiple Intelligences yang dapat membantu anak meraih impian dan menjadi bintang sesuai bidangnya. Dikarenakan setiap anak unik, memiliki gaya belajar dan kecerdasan yang berbeda maka kami mendesain program pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak.

Tujuan Homeschooling

a.Menjamin penyelesaian pendidikan dasar dan menengah yang bermutu bagi peserta didik yang berasal dari anak dan keluarga yang memilih jalur homeschooling.

b. Menjamin pemerataan dan kemudahan akses pendidikan bagi setiap individu untuk proses pembelajaran akademik dan kecakapan hidup.

c.Melayani peserta didik yang memerlukan pendidikan akademik dan kecakapan hidup secara fleksibel untuk meningkatkan mutu kehidupannya.

Alasan Homeschooling

Banyak alasan anak dan orang tua memilih homeschooling diantaranya :

a.Menyediakan pendidikan moral dan karakter

b. Memberikan lingkungan sosial dan suasana belajar yang lebih baik dan menyenangkan.

c.Adanya keterbatasan waktu karena aktifitas tertentu, seperti individu-individu yang bergerak dibidang entertainment (artis, model, pelukis, penari dll) dan bidang olahraga (atlet).

d.Memberikan kehangatan dan proteksi khususnya untuk anak-anak yang berkebutuan khusus dan cacat.

e.Menghindari penyakit sosial seperti bullying dan Narkoba.

f.Mempunyai pengalaman trauamatik di sekolah

g. Tidak cocok dengan sistem pendidikan formal seperti model pembelajaran, kurikulum yang padat dan waktu.

Kelebihan Homeschooling

Lebih memberikan kemandirian dan kreativitas kepada individu

Memberikan peluang untuk mencapai kompetensi individual semaksimal mungkin sehingga tidak harus mengikuti standar kompetensi dan ketuntasan belajar yang ditentukan oleh rata-rata kelas

Lebih terlindungi dari penyakit sosial seperti bullying, narkoba, tawuran, dan pergaulan bebas.

Bersosialisasi dengan segala usia

Lebih disiapkan untuk kehidupan yang nyata

Lebih didorong untuk melakukan kegiatan keagamaan, rekreasi, dan olahraga dengan keluarga

Membantu anak lebih berkembang, memahami dirinya dan perananya dalam dunia nyata

Memberikan suasana yang akomodatif untuk belajar demokrasi : berpendapat, menolak pendapat dan menyepakati nilai-nilai tertentu tanpa harus takut mendapat celaan dan tekanan

Memberikan peluang untuk bersosialisasi dan berinteraksi dengan teman sebaya di luar jam belajar

Mempunyai kebebasan dalam mengatur jam belajar sehingga individu bisa memilih aktifitas yang sesuai dengan bakat-bakatnya : bidang hiburan, olahraga, kursus keterampilan hidup lainnya.Sekolah alam

Sekolah bermetode alam adalah bentuk pendidikan alternatif yang menggunakan alam sebagai media utama pembelajaran murid. Di sini, anak belajar dari semua makhluk yang ada di alam semesta.

Dalam konsep pendidikan sekolah alam, terdapat 3 fungsi, yakni: Alam sebagai ruang belajar. Alam sebagai media dan bahan mengajar. Alam sebagai objek pembelajaran.

Ciri khas sekolah: Para murid lebih banyak belajar di alam terbuka.

Metode belajar mengajar lebih banyak menggunakan metode action learning, yaitu anak belajar melalui pengalaman. Jika mengalaminya secara langsung, ia akan belajar lebih bersemangat, tidak bosan, dan lebih aktif.

Penggunaan alam sebagai media belajar bertujuan agar murid lebih peduli dengan lingkungan dan bisa menerapkan pengetahuan yang dipelajari.

Kelebihan: Anak tidak hanya terpaku pada teori saja, tetapi bisa mengalami langsung pengetahuan yang dipelajari.

Meninggalkan sistem belajar mengajar konvensional, yaitu guru menerangkan dan murid mendapat pengetahuan hanya dengan mengandalkan buku panduan. Ruang kelas terbuka atau tidak mengungkung anak di dalam 4 sisi dinding.

Kekurangan:Karena belajar di alam, anak dengan gaya belajar visual akan mudah terganggu oleh sesuatu yang bergerak.

Karakteristik anak yang pas: Anak yang secara seimbang bisa menggunakan gaya belajar visual, auditori, dan kinestetik.

Boarding SchoolBoarding school terdiri dari dua kata yaitu boarding dan school. Boarding berarti asrama.

Dan school berarti sekolah. Boarding School adalah sistem sekolah berasrama, dimana

peserta didik dan juga para guru dan pengelola sekolah tinggal di asrama yang berada dalam

lingkungan sekolah dalam kurun waktu tertentu.boarding school adalah sekolah yang

memiliki asrama, di mana para siswa hidup; belajar secara total di lingkungan sekolah.

Karena itu segala jenis kebutuhan hidup dan kebutuhan belajar disediakan oleh sekolah.Factor-faktor Berkembangnya Boarding SchoolKeberadaan Boarding School adalah suatu konsekuennsi logis dari perubahan lingkungan

sosial dan keadaan ekonomi serta cara pandang religiusitas masyarakat. Dijelaskan sebagai

berikut:

1. Lingkungan sosial yang kini telah banyak berubah, terutama di kota-kota besar. Sebagian besar penduduk tidak lagi tinggal dalam suasana masyarakat yang homogen, kebiasaan lama bertempat tinggal dengan keluarga besar satu klan atau marga telah lama bergeser kearah masyarakat yang heterogen, majemuk, dan plural. Hal ini berimbas pada pola perilaku masyarakat yang berbeda karena berada dalam pengaruh nilai-nilai yang berbeda pula. Oleh karena itu, sebagian besar masyarakat yang terdidik dengan baik menganggap bahwa lingkungan sosial seperti itu sudah tidak lagi kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan intelektual dan perkembangan anak.

2. Keadaan ekonomi masyarakat yang semakin membaik, mendorong pemenuhan kebutuhan di atas kebutuhan dasar seperti kesehatan dan pendidikan. Bagi kalangan menengah-atas yang baru muncul akibat tingkat pendidikan mereka yang cukup tinggi sehingga mendapatkan posisi-posisi yang baik dalam lapangan pekerjaan berimplikasi pada tingginya penghasilan mereka. Hal ini mendorong niat dan tekad untuk memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak-anak melebihi pendidikan yang telah diterima oleh orang tuanya.

3. Cara pandang religiusitas masyarakat telah, sedang, dan akan terus berubah. Kecenderungan terbaru masyarakat perkotaan sedang bergerak ke arah yang semakin religius. Indikatornya adalah semakin diminati dan semaraknya kajian dan berbagai kegiatan keagamaan. Modernitas membawa implikasi negatif dengan adanya ketidak seimbangan antara kebutuhan ruhani dan jasmani. Untuk itu masyarakat tidak ingin hal yang sama akan menimpa anak-anak mereka. Intinya, ada keinginan untuk melahirkan generasi yang lebih agamis atau memiliki nilai-nilai hidup yang baik mendorong orang tua mencarikan sistem pendidikan alternatif.

Karakteristik Boarding SchoolSecara embrional, boarding school telah mengembangkan aspek-aspek tertentu dari nilai

nilai yang ada pada masyarakat. Sejak awal berdirinya lembaga ini sangat menekankan

kepada moralitas dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemandirian, kesederhanaan, dan

sejenisnya.

Karakteristik system pendidikan Boarding School, diantaranya adalah:

1. Dari segi sosial, system boarding school mengisolasi anak didik dari lingkungan sosial yang heterogen yang cenderung buruk. Di lingkungan sekolah dan asrama dikonstruksi suatu lingkungan sosial yang relatif homogen yakni teman sebaya dan para guru pembimbing. Homogen dalam tujuan yakni menuntut ilmu sebagai sarana mengejar cita-cita.

2. Dari segi ekonomi, boarding school memberikan layanan yang paripurna sehingga menuntut biaya yang cukup tinggi. Oleh karena itu anak didik akan benar-benar terlayani dengan baik melalui berbagai layanan dan fasilitas.

3. Dari segi semangat religiusitas, boarding school menjanjikan pendidikan yang seimbang antara kebutuhan jasmani dan ruhani, intelektual dan spiritual. Diharapkan akan lahir peserta didik yang tangguh secara keduniaan dengan ilmu dan teknologi, serta siap secara iman dan amal saleh. Klasifikasi Boarding School

Klasifikasi boarding school menurut jenisnya:

1. Menurut system bermukim siswa

a. All boarding school: seluruh siswa bermukim di sekolah

b. Boarding day school: sebagian siswa tinggal di asrama dan sebagian lagi tinggal di sekitar asrama

c. Day boarding: mayoritas siswa tidak tinggal di asrama meskipun sebagian ada yang tinggal di asrama

2. Menurut jenis siswa

a. Junior boarding school: sekolah yang menerima murid dari tingkat SD sampai SMP, namun umumnya tingkat SMP saja.

b. Co-educational school: Sekolah yang menerima siswa laki-laki dan perempuan

c. Boys school: Sekolah yang menerima siswa laki-laki saja

d. Pre- professional arts school: Sekolah khusus untuk seniman

e. Special-Need Boarding School: Sekolah untuk anak-anak yang bermasalah dengan sekolah biasa

3. Menurut system sekolah

a. Military school: Sekolah yang mengikuti aturan militer dan biasanya menggunakan seragam khusus

b. 5 day boarding school: Sekolah dimana siswa dapat memilih untuk tinggal diasrama atau pulang di akhir pekan