11
PEMANFAATAN KULIT PISANG SEBAGAI BAHAN DASAR TEPUNG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pisang ( Musa paradisiaca L) adalah salah satu buah yang digemari oleh sebagian besar penduduk dunia. Rasanya enak, kandungan gizinya tinggi, mudah didapat, dan harganya relatif murah (Suyanti dan Ahmad, 2000). Jenis pisang banyak sekali antara lain pisang kepok, pisang ambon, pisang raja, pisang kapas, pisang susu dan masih banyak jenis pisang lainnya tetapi jenis pisang yang biasa digunakan oleh para pedagang pisang goreng, molen goreng dan para pengusaha makanan yang menggunakan buah pisang sebagai bahan baku pada umumnya adalah pisang raja, pisang kepok, dan pisang ambon, dimana buah pisang setelah diambil buahnya, kulitnya dibuang begitu saja di tempat pembuangan sampah dan belum dimanfaatkan untuk dicoba sebagai bahan dasar makanan yang menguntungkan secara ekonomi. Kulit pisang merupakan bahan buangan (limbah buah pisang) yang cukup banyak jumlahnya. Pada umumnya kulit pisang belum dimanfaatkan secara nyata, hanya dibuang sebagai limbah organik saja atau digunakan sebagai makanan ternak seperti kambing, sapi, dan kerbau. Jumlah kulit pisang yang cukup banyak akan memiliki nilai jual yang menguntungkan apabila bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku makanan (Susanti, 2006). Limbah kulit pisang mengandung zat

TEPUNG DARI LIMBAH KULIT PISANG

Embed Size (px)

DESCRIPTION

BAHAN ALAM TERBARUKAN INDONESIA

Citation preview

Page 1: TEPUNG DARI LIMBAH KULIT PISANG

PEMANFAATAN KULIT PISANG

SEBAGAI BAHAN DASAR TEPUNG

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pisang ( Musa paradisiaca L) adalah salah satu buah yang digemari oleh sebagian

besar penduduk dunia. Rasanya enak, kandungan gizinya tinggi, mudah didapat, dan

harganya relatif murah (Suyanti dan Ahmad, 2000).

Jenis pisang banyak sekali antara lain pisang kepok, pisang ambon, pisang raja,

pisang kapas, pisang susu dan masih banyak jenis pisang lainnya tetapi jenis pisang yang

biasa digunakan oleh para pedagang pisang goreng, molen goreng dan para pengusaha

makanan yang menggunakan buah pisang sebagai bahan baku pada umumnya adalah

pisang raja, pisang kepok, dan pisang ambon, dimana buah pisang setelah diambil

buahnya, kulitnya dibuang begitu saja di tempat pembuangan sampah dan belum

dimanfaatkan untuk dicoba sebagai bahan dasar makanan yang menguntungkan secara

ekonomi.

Kulit pisang merupakan bahan buangan (limbah buah pisang) yang cukup banyak

jumlahnya. Pada umumnya kulit pisang belum dimanfaatkan secara nyata, hanya dibuang

sebagai limbah organik saja atau digunakan sebagai makanan ternak seperti kambing,

sapi, dan kerbau. Jumlah kulit pisang yang cukup banyak akan memiliki nilai jual yang

menguntungkan apabila bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku makanan (Susanti, 2006).

Limbah kulit pisang mengandung zat gizi yang cukup tinggi terutama pada vitamin dan

mineralnya sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku makanan dengan cara

diolah menjadi tepung. Selain dimanfaatkan sebagai bahan baku makanan, juga

memperbaiki kandungan gizi bila diolah menjadi makanan.

Kandungan unsur gizi kulit pisang cukup lengkap, seperti karbohidrat, lemak,

protein, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin B, vitamin C dan air. Unsur-unsur gizi inilah

yang dapat digunakan sebagai sumber energi dan antibodi bagi tubuh manusia

(Munadjim, 1988). Dilihat dari kandungan mineralnya kulit pisang mengandung kalsium

yang cukup tinggi yaitu sebesar 715 mg/100 g.

Kalsium merupakan zat yang dibutuhkan sejak bayi hingga usia tua. Jumlah

kebutuhan kalsium dapat dibedakan berdasarkan jenis kelamin dan usia. (Wida, 2007).

Pada usia anak-anak hingga remaja merupakan usia penting untuk menabung kalsium

Page 2: TEPUNG DARI LIMBAH KULIT PISANG

dalam tulang. Pada usia remaja 75-85 persen massa tulang yang akan dimiliki pada saat

dewasa telah terbentuk. Proses pembentukan dan penimbunan massa tulang mencapai

kepadatan maksimal pada usia 35 tahun. Semakin bertambah usia semakin sedikit

jaringan tulang yang dibuat dan semakin banyak jaringan tulang yang dirombak sesudah

usia 35 tahun, setiap tahunnya akan terjadi kehilangan massa tulang sebesar 0,5% dan

setelah umur 50 tahun, jumlah kandungan kalsium dalam tubuh akan menyusut sebanyak

30%. Kehilangan akan mencapai 50% ketika mencapai umur 70 tahun dan seterusnya

mengalami masalah kekurangan kalsium. Berdasarkan Recommended Daily Allowance

(RDA) USA, kebutuhan kalsium rata-rata per hari yaitu: anak-anak 800 mg, remaja 1200

mg, dewasa 1000 mg, ibu hamil dan menyusui 1200 mg, usia lanjut dan menopause 1200

mg (Roby, 2009).

Hasil analisis kimia menunjukkan bahwa komposisi kulit pisang banyak

mengandung air yaitu 68,90 persen dan karbohidrat (zat pati) sebesar 18,50 persen

sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan makanan. Karena kulit

pisang mengandung zat pati maka kulit pisang dapat diolah menjadi tepung. Tepung ini

dapat menggantikan atau mengurangi jumlah tepung yang biasa dipakai dalam

pembuatan bahan makanan (Anonim, 2011). Menurut Yulianti (2004) dalam Dewinta

(2010) dalam diversifikasi bahan makanan, salah satu faktor yang penting adalah

tersedianya bahan pangan alternatif yang bergizi tinggi, serta aman bagi tubuh.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apakah limbah kulit pisang dapat dimanfaatkan sebagai tepung?

1.2.2 Bagaimana proses pengolahan kulit pisang menjadi tepung?

1.3 Tujuan

1.3.1 Mengetahui bahwa limbah kulit pisang dapat dimanfaatkan sebagai tepung.

1.3.2 Mengetahui proses pengolahan kulit pisang menjadi tepung.

Page 3: TEPUNG DARI LIMBAH KULIT PISANG

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kulit Pisang

Kulit pisang merupakan bahan buangan (limbah buah pisang) yang cukup

banyak jumlahnya. Pada umumnya kulit pisang belum dimanfaatkan secara nyata, hanya

dibuang sebagai limbah organik saja atau digunakan sebagai makanan ternak seperti

kambing, sapi, dan kerbau. Jumlah kulit pisang yang cukup banyak akan memiliki nilai

jual yang menguntungkan apabila bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku makanan

(Susanti, 2006).

Menurut Basse (2000) jumlah dari kulit pisang cukup banyak, yaitu kira- kira 1/3

dari buah pisang yang belum dikupas. Kandungan unsur gizi kulit pisang cukup lengkap,

seperti karbohidrat, lemak, protein, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin B, vitamin C dan

air. Unsur-unsur gizi inilah yang dapat digunakan sebagai sumber energi dan antibodi

bagi tubuh manusia (Munadjim, 1988).

2.2 Kandungan Kimia pada Kulit Pisang

Buah pisang banyak mengandung karbohidrat baik isinya maupun kulitnya. Pisang

mempunyai kandungan khrom yang berfungsi dalam metabolisme karbohidrat dan lipid.

Khrom bersama dengan insulin memudahkan masuknya glukosa ke dalam sel-sel.

Kekurangan khrom dalam tubuh dapat menyebabkan gangguan toleransi glukosa.

Umumnya masyarakat hanya memakan buahnya saja dan membuang kulit pisang begitu

saja. Di dalam kulit pisang ternyata memiliki kandungan vitamin C, B, kalsium, protein,

dan juga lemak yang cukup. Hasil analisis kimia menunjukkan bahwa komposisi kulit

pisang banyak mengandung air yaitu 68,90 % dan karbohidrat sebesar 18,50 %.

Komposisi zat gizi kulit pisang dapat dilihat pada tabel 2.1 di bawah ini:

No. Zat Gizi Kadar

1 Air (g) 68,90

2 Karbohidrat (g) 18,50

3 Lemak (g) 2,11

4 Protein (g) 0,32

5 Kalsium (mg) 715

6 Fosfor (mg) 117

7 Zat besi (mg) 1,60

8 Vitamin B (mg) 0,12

9 Vitamin C (mg) 17,50

Page 4: TEPUNG DARI LIMBAH KULIT PISANG

Sumber: Balai Penelitian dan Pengembangan Industri, Jatim, Surabaya (1982).

Karbohidrat atau Hidrat Arang yang dikandung oleh kulit pisang adalah amilum.

Amilum atau pati ialah jenis polisakarida karbohidrat (karbohidrat kompleks). Amilum

(pati) tidak larut dalam air, berwujud bubuk putih, tawar dan tidak berbau. Pati

merupakan bahan utama yang dihasilkan oleh tumbuhan untuk menyimpan kelebihan

glukosa (sebagai produk fotosintesis) dalam jangka panjang. Hewan dan manusia juga

menjadikan pati sebagai sumber energi yang penting. Amilum merupakan sumber energi

utama bagi orang dewasa di seluruh penduduk dunia, terutama di negara berkembang

oleh karena di konsumsi sebagai bahan makanan pokok. Disamping bahan pangan kaya

akan amilum juga mengandung protein, vitamin, serat dan beberapa zat gizi penting

lainnya (Johari dan Rahmawati, 2006).

Page 5: TEPUNG DARI LIMBAH KULIT PISANG

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Tepung Kulit Pisang

Umumnya buah pisang dapat dinikmati dalam keadaan segar atau dalam bentuk

olahan. Hampir semua bagian dari tanaman pisang dapat dimanfaatkan, seperti daun,

batang, bonggol pisang, bunga pisang, dan kulit buah pisang sekalipun. Begitu banyak

makanan tradisional khas daerah yang memerlukan pengemasan dengan daun pisang,

sehingga begitu besar ketergantungannya pada tanaman pisang.

Bagian dari pisang yang selama ini masih jarang dimanfaatkan adalah kulit pisang.

Melalui cara pengolahan yang cukup sederhana, kulit pisang dari jenis pisang raja dan

pisang ambon dapat diolah menjadi bahan baku minuman anggur (wine) (Anonim, 2008).

Menurut Lina Susanti (2006), kulit pisang dapat dimanfaatkan untuk pembuatan

nata. Hal ini dapat dibuktikan dengan penelitiannya tentang perbedaan penggunaan jenis

kulit pisang terhadap kualitas nata. Hasil analisisnya terbukti bahwa ada perbedaan

kualitas yang nyata pada nata kulit pisang yang dibuat dari jenis kulit pisang yang

berbeda dilihat dari sifat organoleptiknya. Selain itu, kulit pisang juga dapat

dimanfaatkan dalam pembuatan jelly, cuka, dan sebagainya.

Berdasarkan penelitian Leyla Noviagustin (2008), ternyata kulit pisang juga dapat

dijadikan tepung. Hal ini dibuktikan dengan penelitiannya tentang pemanfaatan limbah

kulit pisang sebagai substituen tepung terigu dalam pembuatan mie. Hasil analisisnya

terbukti bahwa pati limbah kulit pisang dapat digunakan sebagai bahan substituen tepung

terigu dalam pembuatan mie dengan konsentrasi sebesar 20%.

3.2 Pembuatan Tepung Kulit Pisang

Tepung merupakan salah satu bentuk alternatif produk setengah jadi yang dianjurkan,

karena lebih tahan disimpan, mudah dicampur (dibuat komposit), diperkaya zat gizi

(difortifikasi), dibentuk, dan lebih cepat dimasak sesuai tuntutan kehidupan modern yang

serba praktis. Prosedur pembuatan tepung sangat beragam, dibedakan berdasarkan sifat

dan komponen kimia bahan pangan. Namun, secara garis besar dapat dikelompokkan

menjadi dua yaitu pertama bahan pangan yang mudah menjadi coklat apabila dikupas dan

kedua bahan pangan yang tidak mudah menjadi coklat.

Pada umumnya, umbi-umbian dan buah-buahan mudah mengalami pencoklatan

setelah dikupas. Hal ini disebabkan oksidasi dengan udara sehingga terbentuk reaksi

pencoklatan oleh pengaruh enzim yang terdapat dalam bahan pangan tersebut (browning

enzymatic). Pencoklatan karena enzim merupakan reaksi antara oksigen dan suatu

Page 6: TEPUNG DARI LIMBAH KULIT PISANG

senyawa phenol yang dikatalisis oleh polyphenol oksidase. Untuk menghindari

terbentuknya warna coklat pada bahan pangan yang akan dibuat tepung dapat dilakukan

dengan mencegah sesedikit mungkin kontak antara bahan yang telah dikupas dan udara

dengan cara merendam dalam air (atau larutan garam 1% dan atau menginaktifkan enzim

dalam proses blansir) (Widowati dan Damardjati, 2000).

Proses pembuatan tepung kulit pisang meliputi beberapa tahap seperti terlihat pada

gambar 3.1 di bawah ini:

Gambar 3.1. Diagram Alir Proses Pembuatan Tepung Kulit pisang

Tepung kulit pisang

Diayak dengan menggunakan ayakan

saringan plastik dengan ukuran ayakan

80 mesh

Setelah kering, digiling dengan alat

penggiling (hammer mill)

Dikeringkan dengan penjemuran di di

bawah sinar matahari sampai kering

selama lebih kurang 4 hari

Kulit pisang direndam dalam air

Kulit pisang dipotong kecil-kecil

dengan ukuran lebih kurang 1 cm x 0,5

cm dengan pisau

Kulit pisang sebanyak 20 sisir

dibersihkan

Page 7: TEPUNG DARI LIMBAH KULIT PISANG

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kulit pisang merupakan limbah buangan yang cukup banyak jumlahnya, kulit pisang

dapat dimanfaatkan atau diolah menjadi bahan pangan yang mengandung zat gizi yaitu

vitamin dan mineral dengan diolahnya menjadi bahan baku makanan seperti tepung.

Kandungan yang diperoleh dalam kulit pisang adalah air, karbohidrat, lemak, protein,

vitamin B, vitamin C, kalsium dan zat besi.

Proses pengolahan kulit pisang menjadi tepung yaitu :

1. Kulit pisang sebanyak 20 sisir dibersihkan

2. Kulit pisang dipotong kecil-kecil dengan ukuran lebih kurang 1 cm x 0,5 cm dengan

pisau

3. Kulit pisang direndam dalam air

4. Dikeringkan dengan penjemuran di di bawah sinar matahari sampai kering selama

lebih kurang 4 hari

5. Setelah kering, digiling dengan alat penggiling (hammer mill)

6. Diayak dengan menggunakan ayakan saringan plastik dengan ukuran ayakan 80 mesh

7. Tepung kulit pisang

4.2 Saran

Dengan belum banyaknya orang yang memanfaatkan kulit pisang. Kita menyalurkan

pengetahuan yang kita miliki dari manfaat kulit pisang tersebut bahwa kulit pisang dapat

dimanfaatkan sebagai bahan baku atau sumber makanan dengan kandungan yang tinggi

seperti tepung, jelly dan cuka. Dengan pemanfaatan kulit pisang menjadi sumber makanan

akan memperoleh suatu pengetahuan dan akan memiliki nilai jual sehingga menghasilkan

suatu nilai.

Page 8: TEPUNG DARI LIMBAH KULIT PISANG

DAFTAR PUSTAKA

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30697/4/Chapter%20II.pdf Diakses pada

Jumat, 7 Juni 2013 pukul 11.26 WIB

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30697/5/Chapter%20I.pdf Diakses pada

Jumat, 7 Juni 2013 pukul 11.28 WIB

http://tanamanobat-herbal.blogspot.com/2013/02/kandungan-dan-manfaat-kulit-pisang.html

Diakses pada Jumat, 7 Juni 2013 pukul 11.16 WIB

http://khasiatbuahpisang.blogspot.com/2012/11/fakta-tentang-manfaat-kulit-pisang.html

Diakses pada Jumat, 7 Juni 2013 pukul 11.06 WIB