Terapi Cairan Dan Elektrolit

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Terapi cairan

Citation preview

  • TERAPI CAIRAN & ELEKTROLIT PADA PEMBEDAHAN

    PENDAHULUAN

    Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit bukanlah suatu penyakit, tetapi selalu merupakan bagian atau penyulit dari proses suatu penyakit, misalnya infeksi, trauma, termasuk trauma dari operasi, gangguan keseimbangan hormonal atau bahkan, iatrogenik dari suatu terapi medik.

    Gangguan keseimbangan pada keadaan atau bersama penyakit :

    Kehilangan cairan meningkat : muntaber/gastroenteritis, kebocoran kapiler pada sindrom shock dengue, demam tinggi, cairan lambung berlebihan, ileus pada sepsis, peritonitis, luka bakar.

    Masukkan cairan berkurang atau terhenti : mual, muntah, ileus, koma, puasa pasca bedah, tidak mau atau tidak mampu minum cukup.

    Asupan cairan berlebihan : infus berlebihan, redistribusi cairan interstitial masuk ke intravaskuler.

    Produksi urin terhenti : gagal ginjal akut, gagal jantung lanjut.

    Oleh karena itu, penting sekali bagi dokter, jika menghadapi pasien dengan tanda gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, untuk selalu mencari penyakit penyebab gangguan tersebut. Kemudian terapi hendaknya dikerjakan serentak, yaitu terapi suportif untuk mengurangi derajat gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit bersama terapi definitif atau kausal untuk menyembuhkan penyakit dasarnya. Untuk itu, pemahaman yang mendasar tentang metabolisme garam, air dan elektrolit merupakan bagian penting pada pengelolaan pasien bedah. Penatalaksanaan cairan dan elektrolit adalah hal yang utama dalam perawatan pasien bedah. Perubahan perubahan pada volume cairan dan komposisi elektrolit dapat terjadi secara preopertif, intraoperatif dan postoperatif sebagai respon terhadap trauma dan sepsis.( 1,2 )

    Istilah resusitasi cairan mulai diperkenalkan sebagai istilah untuk terapi cairan dalam jumlah banyak menimbulkan dan diberikan dalam waktu singkat, guna mengatasi gangguan akut yang dalam waktu singkat dapat menyebabkan kematian.( 1 )

    PEMBAHASAN

    Sebagian besar (60%) tubuh kita terdiri dari air. Cairan tubuh (air & zat-zat yg terlarut di dalamnya) berfungsi :

    - Pengangkutan zat zat makanan ke semua sel tubuh

  • - Pengeluaran bahan sisa dari dalam tubuh, melalui : urin,

    tinja, keringat & uap air pernafasan

    Jumlah cairan yg masuk & keluar dlm 24 jam relatif sama.

    M a s u k : K e l u a r :

    - Minuman 800-1700ml Urin - 600-1600 ml

    - Makanan 500-1000 ml Tinja 50-200 ml

    - Hasil oksidasi 200-300 ml Keringat/ paru - 850-1200 ml

    ANATOMI CAIRAN TUBUH

    TOTAL AIR DALAM TUBUH

    Air menyusun 50 60% dari total berat badan. Hubungan antara berat badan total dan total air dalam tubuh relatif konstan pada tiap individu dan merupakan refleksi dari lemak tubuh. Jaringan yang tidak berlemak seperti otot dan organ organ yang padat mempunyai kadar air yang tinggi dibandingkan dengan lemak dan tulang. Sebagai contoh, laki laki muda yang kurus mempunyai kadar air dalam tubuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan orangtua atau orang yang gemuk. Rata rata 60% dari berat badan laki laki dewasa muda terdiri atas air, sedangkan pada pada wanita muda rata rata 50%. Persentasi total air dalam tubuh yang lebih rendah pada wanita berhubungan dengan persentase yang tinggi dari jaringan adiposa dan persentase yang rendah dari massa otot yang dimiliki oleh wanita. Total cairan tubuh diperkirakan menurun kira kira 10 20 % pada individu yang gemuk dan meningkat 10 % pada individu yang malnutrisi. Persentase total air dalam tubuh yang paling tinggi terdapat pada bayi yang baru lahir, dengan rata rata 80% dari berat badan totalnya terdiri dari air. Kandungan air ini akan menurun kira kira menjadi 65% pada tahun pertama dan kemudian relatif konstan pada tahun tahun berikutnya.

    PEMBAGIAN CAIRAN TUBUH

    Total air dalam tubuh dibagi menjadi 2 bagian : ekstraseluler dan intraseluler. Cairan ekstraseluler menyusun 1/3 dari total air dalam tubuh dan 2/3 sisanya merupakan cairan intraseluler. Cairan ekstraseluler menyusun 20% dari berat badan total yang terdiri dari plasma ( 5% dari berat badan ) dan cairan interstitial ( 15 % dari berat badan ). Jumlah cairan intraseluler dihitung dengan cara mengurangi total air dalam tubuh dengan cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler terdiri dari 40% berat badan total pada masing masing individu dengan proporsi terbesar terdapat pada otot rangka. ( 2 )

    % berat badan total

  • Plasma 5%Cairan interstitial 15%Volume intraseluler 40%

    KOMPOSISI CAIRAN TUBUH

    Komposisi kimia dari cairan tubuh :

    PLASMA

    154 mEq/L 154mEq/L

    CAIRAN INTERSTITIAL

    153 mEq/L 153 mEq/L

    CAIRAN INTRASELULER

    200 mEq/L 200 mEq/L

    Cairan ekstraseluler seimbang antara kation utama yaitu natrium dan anion utama yaitu klorida dan bikarbonat. Cairan intraseluler terdiri dari kation utama yaitu kalium dan magnesium dan anion utam yaitu fosfat dan protein. Gradien konsentrasi antara bagian bagian cairan diatur oleh pompa ATP Na-K yang terletak di antara membran sel. Komposisi dari plasma dan cairan interstitial agak berbeda pada komposisi ion, dengan perbedaan yang utama dapat terlihat pada komposisi protein yang lebih tinggi pada plasma. Osmolaritas plasma yang ditambahkan dengan protein menyeimbangkan cairan yang melewati endotel kapiler. Walaupun perpindahan ion dan protein antara cairan yang berbeda terbatas, air dapat berdifusi dengan bebas. Air tersebar disemua cairan tubuh sehingga pemberian sejumlah air dapat meningkatkan sedikit volume dari cairan. Bagaimanapun, Natrium merupakan bagian dari cairan ekstraseluler dan karena osmotiknya dan kemampuan elektriknya, sehingga dapat berikatan dengan air. Oleh karena itu cairan yang mengandung natrium didistribusikan melalui cairan ekstraseluler dan ditambahkan pada volume

    KATION

    Na+ 142

    K+ 4

    Ca++ 5

    Mg++ 3

    ANION

    Cl- 103

    HCO3- 27

    SO4 3

    PO4

    As. Organik 5

    Protein 16

    KATION

    Na+ 144

    K+ 4

    Ca++ 3

    Mg++ 2

    ANION

    Cl- 114

    HCO3- 30

    SO4 3

    PO4

    As. Organik 5

    Protein 1

    KATION

    K+ 150

    Mg++ 2

    Na+ 10

    ANION

    HPO4150

    SO4 150

    HCO3- 10

    Protein 40

  • intravaskuler dan interstitial. Ketika cairan yang mengandung natrium yang masuk akan mempengaruhi volume intravaskuler, juga akan memperluas ruang interstitial kurang lebih tiga kali lipat seperti plasma.

    TEKANAN OSMOTIK

    Perpindahan air melewati membran sel terutama tergantung dari osmosis. Untuk mendapatkan keseimbangan osmotik, air berpindah melewati membran semipermeabel untuk menyeimbangkan konsentrasi pada kedua bagian. Perpindahan ini dapat terlihat dari konsentrasi solut pada salah satu membran. Tekanan osmotik diukur dalam unit osmolaritas ( osm ) atau miliosmol ( mOsm ) yang menunjukkan jumlah sebenarnya dari partikel partikel yang aktif. Sebagai contoh, satu millimole ( mmol ) dari natrium klorida sama dengan 2 mOsm ( satu dari natrium dan asatu dari klorida ). Prinsip utama dari osmolaritas adalah konsentrasi natrium, glukosa dan urea ( blood urea nitrogen ( BUN ) ) :

    Perhitungan osmolaritas serum = 2 natrium + glukosa / 18 + BUN / 2,8

    Osmolaritas dari cairan intraseluler dan ekstraseluler normalnya antara 290 310 mOsm pada setiap bagian. Karena membran sel permeabel terhadap air, setiap perubahan pada tekanan osmotik pada tiap bagian terjadi bersamaan dengan redistribusi air sampai tekanan osmotik efektif antar bagian seimbang. Sebagai contoh, jika konsentrasi Na cairan ekstraseluler meningkat dapat terjadi perpindahan air dari cairan intraseluler ke cairan ekstraseluler. Sebaliknya, jika konsentrasi Na cairan ekstrasel menurun, air akan masuk ke dalam sel. Perubahan volume pada setiap bagian, bagaimanapun tidak diikuti dengan perpindahan air selama konsentrasinya pada kedua bagian sama.

    Konsentrasi elektrolit biasanya terlihat pada gabungan aktivitas kimia atau ekuivalen. Perbandingan dari ion yaitu dari berat atom dalam gram dibagi valensi:

    Equivalent = berat atom (g)/valensi

    Untuk ion yang univalen seperti Na, 1 mEq adalah sama dengan 1 mmol. Untuk ion bivalen seperti Mg, 1 mmol sama dengan 2 mEq. Hal ini penting karena jumlah mEq dari kation harus seimbang dengan jumlah mEq dari anion.

    KLASIFIKASI PERUBAHAN CAIRAN TUBUH

    PERUBAHAN NORMAL CAIRAN DAN ELEKTROLIT

    Konsumsi air rata-rata pada orang normal kurang lebih 2000 ml, 75% dari pemasukan oral dan sisanya dari ekstraksi dari makanan padat. Kehilangan air perhari terdiri dari 1 L melalui urin, 250 ml melalui feses dan 600 ml melalui Insensible loss. Insensible loss dapat terjadi melalui kulit 75% dan paru 25% berupa air murni. Insensible loss dapat meningkat

  • pada banyak faktor seperti demam, hipermetabolisme dan hiperventilasi. Berkeringat, pada sisi lain merupakan proses aktif dan meliputi kehilangan elektrolit (hipotonik) dan air. Untuk membersihkan sisa produk metabolisme ginjal harus mengeksresi minimal 500-800 ml urin perhari tanpa memperhatikan jumlah masukan peroral.

    Individu normal juga mengkonsumsi 3 5 gr garam perhari, dan diseimbangkan oleh ginjal pada hiponatremia, eksresi Na dapat diturunkan sedikitnya sedikitnya 1 Meq/d atau maksimal sampai 500 Meq/d untuk mencapai keseimbangan sebagai pengganti dari garam yang dieksresi oleh ginjal.

    GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN

    Defisit volume ekstraseluler adalah gangguan yang sering terjadi pada pasien bedah dan dapat terjadi secara akut dan kronik. Defisit volume akut berhubungan dengan kardiovaskuler dan tanda-tanda SSP, ketika terlihat tanda-tanda defisit kronik jaringan seperti penurunan turgor kronik dan mata yang cekung, sebagai tanda kelainan sistem kardiovaskuler dan SSP. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan peningkatan N urea darah jika terjadi defisit berat sehingga menurunkan filtrasi glomerolus dan hemokonsentrasi. Osmolaritas urin biasanya lebih tinggi daripada osmolaritas serum, dan urin Na dapat menjadi rendah, bisa kurang dari 20 Meq/l. Konsentrasi Na tidak menunjukkan jumlah volume, dan oleh karena itu dapat tinggi, normal atau rendah ketika terjadi defisit volume. Etiologi yang paling sering dari defisit volume pada pasien bedah adalah kehilangan cairan dari gastrointestinal yang berasal dari Nasogastric suction, muntah, diare atau fistula. Sebagai tambahan, kerusakan sukunder pada cedera jaringan lunak, luka bakar, dan proses intraabdominal seperti peritonitis, obstruksi, tindakan pembedahan yang lama juga dapat memicu terjadinya defisit volume.

    Kelebihan volume ekstraseluler dapat terjadi secara iatrogenik atau sekunder melalui disfungsi renal, congestif heart failure, atau sirosis. Baik volume plasma dan volume interstitial meningkat. Gejalanya secara jelas terlihat pada pulmonal dan kardiovaskuler.

    Tanda dan gejala dari gangguan ketidakseimbangan volume

    Sistem Dfisit volume Kelebihan volumeSecara umum

    Jantung

    Ginjal

    Gastrointestinal

    Pulmonary

    Kehilangan BB

    Penurunan turgor kulit

    Takikardi

    Ortostatis atau hipotensi

    Kenaikan BB

    Edema perifer

    Peningkatan cardiac output

    Peningkatan tekanan vena central

  • Kolaps vena leher

    Oligouria

    Azotemia

    Ileus

    Pembengkakan vena leher

    Murmur

    Bowel edema

    Pulmonary edema

    Komposisi sekresi gastrointestinal

    Tipe sekresiVolume

    (mL/24 h)

    Na

    (mEq/L)

    K

    (mEq/L)

    Cl

    (mEq/L)

    HCO3

    (mEq/L)Perut

    Usus halus

    Kolon

    Pancreas

    Kandung empedu

    1000-2000

    2000-3000

    600-800

    300-800

    60-90

    120-140

    60

    135-145

    135-145

    10-30

    5-10

    30

    5-10

    5-10

    100-130

    90-120

    40

    70-90

    90-110

    0

    30-40

    0

    95-115

    30-40

    PENGATURAN VOLUME

    Perubahan volume terjadi baik secara dengan osmoreseptor dan baroreseptor. Osmoreseptor dalah sensor khusus yang mendeteksi perubahan kecil pada osmolalitas cairan melalui osmoreseptor yang terlihat pada rasa haus dan diuresis melalui ginjal. Sebagai contoh, osmolalitas plasma meningkat, rasa haus timbul dan konsumsi air meningkat. Sebagai tambahan, hipotalamus terstimulasi untuk mensekresi

  • vasopresin, yang meningkatkan reabsorbsi air pada ginjal. Secara bersamaan, dua mekanisme ini mengembalikan osmolalitas plasma menjadi normal. Baroreseptor juga mengatur volume sebagai respon pada perubahan tekanan dan sirkulasi volume melalui tekanan sensor yang khusus yang terletak pada lengkung aorta dan sinus karotis. Respon baroreseptor baik neural, melalui simpatis dan parasimpatis, dan hormonal termasuk renin-angiotensin, aldosteron, atrial-natriuretic peptide,dan renal prostaglandin. Hasil bersih dari perubahan jumlah Na ginjal dan reabsorbsi air sebagai respon untuk memperbaiki volume menjadi normal.PERUBAHAN KONSENTRASI

    Perubahan serum Na merupakan kebalikan proporsi dari kadar total air dalam tubuh. Oleh karena itu abnormalitas dari total air dalam tubuh dapat terlihat dari abnormalitas serum Na.

    HIPONATREMIA

    Kadar serum Na yang rendah terjadi ketika adanya kelebihan dari air ekstraseluler yang berhubungan dengan Na. Volume ekstraseluler dapat tinggi, normal atau rendah.

    Pada banyak kasus hiponatremia, konsentrasi natrium menurun sebagai konsekuensi dari deplesi Na atau delusi. Hiponatremia delusional sering kali terjadi akibat kelebihan air ekstraseluler dan berhubungan dengan status volume ekstraseluler yang tinggi. Baik intensional (pemasukan air yang banyak melalui oral) atau iatrogenic (IV), air masuk yang berlebihan dapat menyebabkan hiponatremia. Pasien post operasi terutama mudah untuk meningkatkan sekresi dari hormon antidiuretik, yang dapat meningkat reabsorbsi air bebas dari ginjal yang kemudian terjadi peningkatan volume dan hiponatremia. Hal ini biasanya self limiting baik pada hiponatremia dan peningkatan volume yang menurunkan sekresi hormon ADH. Sebagai tambahan, sejumlah obat-obatan dapat menyebabkan retensi air dan kemudian terjadi hiponatremia, contohnya antipsikotik dan anti depresan trisiklik sama halnya dengan inhibitor angiotensi-converting enzime. Pada orang tua terutama rentan terhadap obat-obatan yang dapat menyebabkan hiponatremia. Tanda-tanda fisik dari kelebihan volume biasanya tidak ada dan pada pemeriksaan laboratorium dapat terlihat hemodelusi. Penyebab deplesi pada hiponatremia dapat terjadi baik karena penurunan intake atau peningkatan kehilangan Na yang termasuk juga cairan. Etiologi termasuk penurunan masukan Na, seperti diet rendah Na atau intake enteral yang rendah Na, kehilangan dari gastrointestinal (muntah, Penyedotan nasogastrik yang lama, atau diare), kehilangan dari ginjal (diuretic atau penyakit ginjal primer) hiponatremia deplesi sering kali bersamaan dengan defisit volume ekstraseluler.

    Hiponatremia

  • Volume status

    High normal low

    Meningkatkan intake Hiperglikemia Penurunan intake Na

    Sekresi ADH post operasi lipid plasma/protein Kehilangan mel. gastrointestinal

    Obat-obatan SIADH Kehilangan mel. ginjal

    Intoksikasi air Diuretik

    Diuretik Penyakit ginjal primer

    Hiponatremia dapat juga terlihat dari peningkat dari solute yang berhubungan dengan air bebas, seperti hiperglikemia yang tidak diobati atau intake manitol. Penggunaan glukosa pada osmosis bagian ekstraseluler, dapat menyebabkan pergeseran air dari ruang intraseluler ke ruang ekstraseluler yang kemudian terjadi hiponatremia delusional. Hiponatremia dapat juga terlihat jika tekanan osmotik pada bagian ektraseluler secara efektif normal atau bahkan meningkat. Jika hiponatremia terjadi bersamaan dengan hiperglikemia, konsentrasi Na dapat dihitung :

    Untuk setiap kenaikan 100-mg/dl glukosa plasma diatas normal, Na plasma harus diturunkan 1,6 mEq/L.

    Peningkatan lipid plasma dan lipid protein yang ekstrem dapat menyebabkan pseudo hiponatremia jika tidak ada penurunan Na ekstraseluler yang nyata yang dihubungkan dengan air.

    Tanda dan symptom dari hiponatremia tergantung dari derajat hiponatremia dan kecepatan ketika hiponatremia terjadi. Manifestasi klinik yang utama pada SSP dan berhubungan dengan intoksikasi air seluler dan berhubungan dengan peningkatan tekanan intracranial.

    Untuk membantu membedakan etiologi dari hiponatremia telah dilakukan ulasan yang sistematik dari penyebab-penyebab hiponatremia. Pertama, yang tidak termasuk penyebab hiperosmolar (hiperglikemia atau manitol) dan pseudohiponatremia. Selanjutnya, pertimbangan penyebab deplesional dibandingkan delusional yang merupakan penyebab hiponatremia. Penyebab deplesional biasanya berhubungan dengan

  • dehidrasi. Jika terjadi kehilangan Na ekstrarenal seperti dari gastrointestinal loses, kadar Na urin biasanya rendah (
  • Hyperplasia adrenal kongenital Penyakit ginjal Penyakit renal tubular

    Diuretik Diuretik osmotik

    Diabetes Insipidus Diabetes Insipidus

    Adrenal failure

    Terakhir, hipernatremia hipovolemik dapat terjadi baik karena kehilangan air baik renal maupun non renal. Yang disebabkan oleh ginjal termasuk diabetes insipidus, diuretic osmotic, gagal ginjal, dan penyakit tubulus ginjal. Konsentrasi Na urin kurang dari 20 mEq/L dan osmolalitas urin kurang dari 300-400 mOsm/L. Kehilangan air non renal dapat terjadi secara sekunder karena kehilangan cairan gastrointestinal seperti diare, atau kehilangan cairan dari kulit seperti demam atau trakeostomi. Sebagai tambahan tirotoksikosis dapat menyebabkan kehilangan air seperti pada penggunaan cairan glukosa hipertonik untuk dialysis peritoneal. Pada kehilangan air non renal Konsentrasi Na urin kurang dari 15 mEq/L dan osmolalitas urin lebih dari 300-400 mOsm/L.

    Hipernatremia simptomatik biasanya hanya terjadi pada pasien dengan gangguan rasa haus atau masukan cairan yang terbatas, rasa haus dapat terlihat pada intake air. Gejala-gejala jarang terlihat sampai konsntrasi Na serum melebihi 160 mEq/L tetapi, sekali terjadi, berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas yang signifikan. Gejala-gejala yang berhubungan dengan hiperosmolaritas, efek terhadap system saraf pusat menonjol. Air berpindah dari ruang intraseluler ke ruang ekstraseluler sebagai respon terhadap hiperosmolar ruang ekstraseluler, yang dapat terlihat pada dehidrasi seluler. Hal ini dapat menyebabkan pembuluh darah serebral tertarik dan menyebabkan perdarahan subarakhnoid. Gejala-gejala pada Sistem saraf pusat dapat terlihat gelisah dan kejang, koma dan kematian. Gejala klasik pada hipernatremia hipovolemik (takikardi, ortostatik, dan hipotensi) dapat terjadi.

    Manifestasi Klinis Dari Abnormalitas Serum Natrium

    Sistem tubuh HiponatremiaSistem Saraf Pusat

    Muskuloskeletal

    Gastrointestinal

    Cardiovascular

    Jaringan

    Ginjal

    Sakit kepala, confusion,hiper atau hipoaktif refleks tendon dalam, kejang, koma, peningkatan tekanan intrakranial.

    Weakness, fatigue, muscle cramps/twitching

    Anoreksia, nausea, vomiting, diare cair

    Hipertensi dan bradikardia secara signifikan meningkatkan tekanan intrakranial

  • Lakrimasi, salivasi

    OligouriaSistem tubuh HipernatremiaSistem Saraf Pusat

    Muskuloskeletal

    Gastrointestinal

    Cardiovascular

    Jaringan

    Ginjal

    Metabolik

    Restlesness, letargi, ataksia, iritabilitas, spasme tonik, delirium, kejang, koma

    Weakness

    Anoreksia, nausea, vomiting, diare cair

    Takikardi, hipotensi, sinkop

    Dry sticky mucous membrane, red swollen tongue, berkurangnya saliva dan air mata

    Oligouria

    Demam

    PERUBAHAN KOMPOSISI DIAGNOSIS DAN ETIOLOGI

    ABNORMALITAS KALIUM ( K )

    Rata-rata intake diet K kira-kira 50-100 mEq/d, yang mana kekurangan dari hipokalemia dieksresi melalui urine. K ekstrasel dipertahankan dalam batas yang sempit , prinsipnya dengan eksresi K oleh ginjal, yang mana dapat bergeser dari 10 sampai 700 mEq/d, walaupun hanya 2% dari total K tubuh (4,5 mEq/L x 14 L = 63 mEq) lokasinya dalam bagian dari cairan ekstrasel, jumlah yang sedikit ini sangat kritis untuk jantung dan fungsi neuromuskular. Jadi meskipun perubahan kecil namun dapat menyebabkan efek yang besar pada aktifitas jantung. Distribusi K intrasel dan ekstrasel dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk stress pada pembedahan, asidosis dan katabolisme jaringan.

    HIPERKALEMIA

    Hiperkalemia didefinisikan sebagai konsentrasi serum K diatas nilai normal antara 3,5-5,0 mEq/L. Ini disebabkan oleh karena kelebihan intake K, meningkatnya pelepasan K dari sel, atau gangguan eksresi oleh ginjal.

    Etiologi Abnormalitas Kalium

    Hiperkalemia

    Peningkatan intake

    Suplementasi kalium

  • Transfusi darah

    Beban endogen / destruksi : hemolisis, rhabdomyolisis, crush injury, perdarahan gastrointestinal,

    Peningakatan pelepasan

    Asidosis

    Peningkatan cepat dari osmolalitas ( hiperglikemia atau manitol )

    Ekskresi yang terganggu

    Diuretik kalium

    Insufisiensi renal

    Meningkatnya intake dapat sama baik dari oral maupun suplement intravena, begitupun juga dari transfusi darah. Kerusakan sel dapat menyebabkan pelepasan K yang berhubungan dengan hemolisis, Rhabdomiolisis, Crush injury, dan perdarahan saluran cerna. Asidosis dan peningkatan secara cepat dari osmolalitas ekstrasel (hiperglikemia atau manitol) dapat meningkatkan kadar serum K dengan membuat perubahan dari ion K ke bagian ekstraseluler. Mayoritas dari total K tubuh terdapat di intraseluler, bahkan perubahan kecil dari K intrasel yang keluar dari cairan intraseluler dapat mempunyai peranan penting untuk meningkatkan K ekstraseluler.

    Beberpa pengobatan dapat menyebabkan hiperkalemia, terutama sekali padarinsufisiensi ginjal, termasuk diuretik hemat kalium, inhibitor angiotensin-converting enzim dan Non Steroid Antiinflamation Drugs. Sejak aldosteron memainkan peranan penting dalam menstimulasi sekresi K dari ductus koledokus, banyak obat (seperti Spironolakton dan inhibitor Angiotensin-converting enzym), mengganggu aktifitas aldosteron untuk menghambat sekresi K, akibatnya eksresi K juga dapat terjadi pada insufisiensi ginjal dan gagal ginjal.

    Gejala dari hiperkalemia terutama adalah gejala gastrointestinal, neuromuskular dan kardiovaskular. Gejala gastrointestinal termasuk mual, muntah, kolik usus dan diare. Gejala neuromuskular bervariasi dari lemah sampai ascending paralisis sampai gagal nafas. Sedangkan menifestasi pada sistem kardiovaskuler berupa berubahnya gambaran EKG menjadi Cardiac arithmia dan henti jantung.

    Perubahan pada hiperkalemia dapat dilihat termasuk :

    - Puncak gelombang T (perubahan awal)

    - Pendataran gelombang T

  • - Pemanjangan interval PR (blok derajat 1)

    - Pelebaran komplek QRS

    - Formasi gelombang sinus

    - Fibrilasi ventrikel

    HIPOKALEMIA

    Hipokalemia lebih sering terjadi pada pasien dengan pembedahan. Ini mungkin disebabkan oleh intake yang tidak adekuat (diet K bebas cairan intravena atau total nutrisi parenteral dengan penggantian K yang tidak adekuat). Kelebihan eksresi ginjal (hiperaldosteron, pengobatan contohnya diuretik yang meningkatkan sekresi K atau obat seperti Penicillin yang menyebabkan tubulus ginjal kehilangan K ). Kehilangan pada sekresi gastrointestinal (kehilangan langsung dari K dalam feses atau kehilangan K ginjal dari muntah atau pengeluaran melalui nasogastric yang cepat) atau perubahan inrasel (seperti terlihat pada alkalosis metabolik atau terapi insulin).

    Etiologi Hipokalemia

    Intake inadekuat

    Dietary, kalium bebas dalam cairan intravena, nutrisi perenteral total kalium defisiensi

    Kelebihan ekskresi kalium

    Hiperaldosteronism

    Medikasi

    Kehilangan melalui gastrointestinal

    Kehilangan kalium langsung dari cairan gastrointestinal ( diare )

    Kehilangan kaliun melalui ginjal ( cairan gaster, seperti muntah atau output nasogastric yang tinggi )

    Perubahan kadar K berhubungan dengan alkalosis dapat dihitung dengan rumus berikut :

    Penurunan K 0,3 mEq/L untuk setiap 0,1 peningkatan pada pH diatas normal

    Obat obatan seperti amfoterisin, aminoglikosid, foscarnet, cisplatin dasn ifosfamid yang menginduksi depelesi Mg dapat menyebabkan K di ginjal habis. Contohnya adalah dimana defisiensi K berhubungan dengan deplesi

  • Mg. Kelebihan K sangat sulit terjadi, kecuali jika keadaan hipomagnesium sudah dikoreksi terlebih dahulu.

    Gejala dari hipokalemia sama seperti hiperkalemia, terutama berhubungan dengan gastrointestinal, neuromuskular dan jantung, termasuk ileus, konstipasi, lemah, lelah, reflex tendon menurun, paralisis dan henti jantung (tidak ada aktifitas pulsus atau asistole). Kemungkinan perubahan EKG pada hipokalemia termasuk :

    - Gelombang U

    - Pendataran gelombang T

    - Perubahan segmen ST

    - Aritmia (terutama pada pasien yang menggunakan digitalis)

    ABNORMALITAS MAGNESIUM ( Mg )

    Magnesium adalah mineral ke empat terbanyak dalam tubuh dan terutama terdapat di intraseluler. Sama seperti K, fraksi dari Mg dapat ditemukan dalam ruang ekstrasel, terbanyak mengandung Mg satu-tiga hdala tulang sampai serum albumin. Untuk itu kadar plasma Mg dapat menjadi indikator dari total penyimpanan tubuh terhadap hipoalbuminemia. Mg seharusnya diganti sampai kadarnya diatas batas normal. Intake normalnya Kira-kira 20 mEq (240 mg) zaher dan dieksresi melalui urine dan feses. Ginjal mempunyai kemampuan untuk menghemat pengeluaran Mg sama seperti pada Na.

    HIPERMAGNESEMIA

    Hipermagnesemia jarang terjadi, dapat dilihat dengan adanya kerusakan fungs ginjal dan intake berlebih dari total nutrisi parenteral atau Mg-contains laxatives dan antacids. Gejala (tabel 2-5) mungkin gastrointestinal (mual-muntah), neuromuskular (lemah, letargi dan reflex menurun) atau kardiovaskuler (hipotensi dan gagal jantung). Perubahan EKG hampir sama dengan hiperkalemia termasuk :

    - Pelebaran interval PR

    - Pemanjangan kompleks QRS

    - Elevasi gelombang T

    HIPOMAGNESEMIA

    Deplesi Mg merupakan masalah yang sering terjadi pada pasien yang dirawat di rumah sakit, terutama yang dirawat di ICU. Ginjal terutama bertanggung jawab untuk homeostasis Mg melalui regulasi dengan Ca atau Mg receptor pada sel tubulus ginjal. Hipomagnesemia hdala hasil

  • dari variasi etiologi, mulai dari rendahnya intake (kelaparan, alkoholisme, terlalu lama menggunakan cairan intravena dan total nutrisi parenteral dengan suplemen Mg yang tidak adekuat), meningkatkan eksresi ginjal (alcohol, diuretik, amfoterisin B), gastrointestinal (diare), malabsorbsi, pancreatitis akut, diabetes ketoasidosis, dan terutama aldosteronism.

    Deplesi Mg ditandai dengan gejala neuromuskular dan hiperaktivitas sistem saraf pusat dan gejalanya sama seperti defisiensi Ca, termasuk hiperaktifitas reflex, tremor otot dan tetani dengan Chovsteks sign positif.

    Defisiensi yang berat dapat menyebabkan delirium dan kejang, beberapa perubahan EKG dapat terjadi, termasuk :

    - Perpanjangan interval QT dan PR

    - Depresi segmen ST

    - Pendataran atau inversi gelombang P

    - Torsades de pointes

    - Aritmia

    Hipomagnesemia sangat penting, tidak hanya sebagai efek langsung pada sistem saraf, tapi juga karena Mg dapat mebuat hipokalsemia dan persisten hiperkalemia. Ketika hipokalemia atau hipocalsemia bersama dengan hipomagnesemi, Mg harus lebih agresif diganti untuk membantu mengendalikan homeostasis K atau Ca.

    ABNORMALITAS KALSIUM

    Mayoritas kalsium tubuh tersimpan dalam matrix tulang dengan hanya kurang dari 1% ditemukan dalam cairan ekstrasel. Ca serum didistribusikan dalam tiga bentuk :

    - Protein tulang (40%)

    - Kompleks fosfat dan anion lain (10%)

    - Ion (50%)

    Fraksi ion ini bertanggung jawab untuk stabilitas dan keteraturan neuromuskular secara langsung. Ketika mengatur kadar serum total, konsentrasi albumin harus dipertimbangkan :

    Menyesuaikan kalsium serum total dibawah 0,8 mg/dl

    Untuk setiap 1 g/dl diturunkan dalam albumin.

  • Perubahan yang tidak sama pada albumin, perubahan dalam pH dapat mempengaruhi konsentrasi ion Ca. Asidosis menurunkan ikatan protein, dengan demikian meningkatkan fraksi ion Ca.

    HIPERKALSEMIA

    Hiperkalsemia didefinisikan sebagai kadar serum kalsium diatas normal antara 8.5-10.5 mEq/L atau peningkatan kadar ionisasi Ca diatas 4.2-4.8 mg/dl. Terutama pada pasien hiperparatiroid dan keganasan (berhubungan dengan metastase ke tulang atau sekresi dari hormon paratiroid) di rumah sakit pasien pada pemeriksaan kebanyakan kasus mengalami hipokalsemia simptomatik. Gejala hiperkalsemia dimana bervariasi sesuai dengan derajat penyakit, termasuk neurologic (depresi, bingung, stupor atau koma), muskuloskeletal (kelemahan dan nyeri punggung dan ekstremitas), ginjal (poliuri dan polidipsi seperti ginjal kehilangan kemampuan untuk mengkonsentrasikan) dan gastrointestinal (anoreksia, mual, muntah, konstipasi, nyeri abdomen dan penurunan berat badan). Gejala pada jantung juga ditemukan, termasuk hipertensi, cardiac aritmia dan perburukan keracunan digitalis. Perubahan EKG pada hiperkalsemia termasuk :

    - Pemendekan interval QT

    - Pemanjangan PR dan interval QRS

    - Peningkatan tegangan QRS

    - Pendataran dan pelebaran gelombang T

    - Blok AV (dapat merupakan proses menuju blok jantung sempurn, kemudian henti jantung dengan hiperkalsemia berat)

    HIPOKALSEMIA

    Hipokalsemia didefinisikan sebagai kadar serum Ca dibawah nilai normal antara 8.5-10.5 mEq/L atau penurunan kadar ionisasi Ca dibawah normal antar 4.2-4.8 mg/dl. Etiologi dari hipokalsemia termasuk pankreatitis, infeksi jaringan lunak masif, seperti necrotizing fasciitis, gagal ginjal, fistula pankreas dan usus halus, hipoparatiroid, toxic shock sindrom, kadar Mg abnormal dan tumor lysis syndrom. Tambahan, hipokalsemia sementara biasanya diikuti dengan adenoma paratiroid seperti atropi hipofisis dan diikuti dengan pengambilan Ca tulang secara berlebihan. Hungry Bone Syndrome dapat disebabkan postoperasi pada sekunder atau tersier hiperparatiroid karena tulang mengalami remineralisasi secara cepat, sehingga memerlukan suplemen Ca dosis tinggi. Sebagai tambahan keganasan juga berhubungan dengan peningkatan aktifitas osteoclast seperti pada kanker payudara dan prostat dapat menyebabkan hipokalsemia dari peningkatan pembentukan tulang. Endapan Ca dengan anion organik dapat juga menyebabkan hipokalsemia, seperti dapat dilihat pada hiperfosfatemia (Tumor Lysis Syndrome atau Rhabdomiolisis),

  • pancreatitis (chelat dengan asam lemak bebas) atau transfusi darah masif (sitrat). Hipokalsemia jarang disebabkan oleh penurunan intake karena rebsorpsi tulang dapat mempertahankan kadar normal untuk waktu yang lama.

    Hipokalsemia asimtomatik dapat terjadi bersamaan dengan hipoproteinemia (ionisasi Ca normal) , tetapi gejalanya dapat menjadi alkalosis (penurunan ionisasi Ca). Umumnya gejala tidak terjadi sampai fraksi ionisasi turun dibawah 2.5 mg/dl dan pada mulanya neuromuskular dan jantung termasuk parestesis pada muka dan ekstermitas, kejang otot, carpopedal spasme, stridor, tetani dan kejang. Pasien akan memperlihatkan hiperrefleksia dan tanda Chovsteks positif dan tanda Trosseaus (kejang hasil dari penekanan pada nervus dan pembuluh darah extremitas atas, sama seperti ketika melakukan pengukuran tekanan darah). Penurunan kontraksi jantung dan gagal jantung dapat juga menimbulkan hipokalsemia, untuk pengawasan dapat dilihat dari perubahan EKG termasuk :

    - Pemanjangan interval QT

    - Inversi gelombang T

    - Heart blok

    - Fibrilasi ventrikel

    GEJALA KLINIS ABNORMALITAS KALIUM, MAGNESIUM DAN KALSIUM

    Peningkatan kadar serumSistem Kalium Magnesium KalsiumGastrointestinal

    Neuromuskular

    Cardiovaskuler

    Ginjal

    Nausea/vomiting, kolik, diare

    Weakness, paralisis, gagal napas

    Aritmia, henti jantung

    Nausea/vomiting

    Weakness, letargi, penurunan refleks

    Hipotensi, henti jantung

    Anoreksia, nausea/vomiting, sakit perut

    Weakness, confusion, koma, nyeri tulang

    Hipertensi, arritmia, poliuria

    PolidipsiPenurunan kadar serumSistem Kalium Magnesium KalsiumGastrointestinal Ileus, konstipasi

    Penurunan

    Hiperaktif refleks, tremor otot, tetani, kejang

    Hiperaktif refleks, parestesia, carpopedal

  • Neuromuskular

    Cardiovaskuler

    refleks, lelah, lemah, paralisis

    Arrest

    Aritmiaspasme, kejang

    Gagal jantung

    ABNORMALITAS FOSFOR

    Fosfor adalah anion divalent intraseluler utama dan jumlahnya banyak pada metabolisme sel aktif. Fosfor bertanggung jawab untuk mempertahankan produksi energi dalam bentuk glikolisis atau produk fosfat energi tinggi seperti adenosine triphosphat (ATP), dan kadarnya sangat dikontrol dengan eksresi ginjal.

    HIPERFOSFATEMIA

    Hiperfosfatemia dapat disebabkan oleh penurunan eksresi melalui urin atau peningkatan intake atau produksi fosfat. Kebanyakan kasus pada hiperfosfatemia dapat terlihat pada pasien dengan kerusakan fungsi ginjal. Hipoparatiroid atau hipertiroid dapat juga menyebabkan penurunan eksresi fosfat melalui urin hingga menyebabkan hiperfosfatemia. Peningkatan pelepasan dari fosfat endogen dapat dilihat hubungannya dengan kerusakan sel, seperti pada rhabdomiolisis, Tumor Lysis Syndrome, hemolisis, sepsis, hipotermia berat atau malignant hyperthermia. Kelebihan pemberian fosfat (phosphorus-containing laxatives) dapat juga menyebabkan peningkatan kadar fosfat. Kebanyakan kasus hiperfosfatemia adalah asimptomatik, tapi signifikan hiperfosfatemia dapat merupakan tanda metastase kompleks Calcium-fosfat jaringan lunak.

    HIPOFOSFATEMIA

    Hipofosfatemia dapat menjadi tanda penurunan intake fosfat, pada fosfat bagian intraseluler, atau peningkatan eksresi fosfat. Penurunan intake dapat terjadi bersamaan dengan malnutrisi atau jika terjadi penurunan absorpsi pada gastrointestinal (malabsorpsi atau ikatan fosfat). Kebanyakan kasus yang terjadi pada fosfat bagian intraseluler berhubungan dengan alkalosis respiratori, terapi insulin, sindrom pemberian makan berulang, dan Hungry Bone Syndrome. Manifestasi klinik dari hipofosfatemia biasanya tidak ada sampai terjadi penurunan kadar secara signifikan. Umumnya gejala berhubungan dengan penurunan fosfat energi-tinggi dan manifestasinya pada disfungsi jantung atau kelemahan otot.

    KESEIMBANGAN ASAM BASA

    HOMEOSTASIS ASAM BASA

  • pH dari cairan tubuh dipelihara didalam batas sempit walaupun kemampuan ginjal untuk mengeluarkan sejumlah besar HCO3- dan sejumlah besar asam yang normal di produksi sebagai produk dari metabolisme.

    Buffer yang penting meliputi :

    - Protein dan fosfat intraselular

    - Sistem asam karbonat-bikarbonat ektraselular

    Kompensasi pada gangguan asam basa meliputi respiratory ( untuk gangguan metabolik) atau metabolic ( untuk gangguan respiratory). Perubahan ventilasi sebagai respon terhadap abnormalitas metabolik dicetuskan oleh hydrogen sensitive kemoreseptor yang terdapat pada badan karotis dan batang otak. Asidosis menstimulasi kemoreseptor untuk meningkatkan ventilasi dimana pada alkalosis menurunkan aktifitas dari kemoreseptor dan juga menurunkan ventilasi. Ginjal memberikan kompensasi masing-masing pada kelainan pernapasan asidosis atau alkalosis. Tidak seperti perubahan ventilasi yang cepat yang terjadi dengan kelainan metabolik, respon kompensasi ginjal pada kelainan respiratori lambat. Kompensasi terjadi 6 jam dan berlangsung sampai beberapa hari. Karena respon kompensasi yang lambat ini, gangguan respirasi asam basa diklsifikasikan sebagai akut ( sebelum terjadi kompensasi ginjal ) atau kronik (setelah kompensasi ginjal). Perubahan kompensasi yang diprediksi sebagai respon terhadap kegagalan metabolik/respiratori dapat dilihat pada tabel 2-6. Jika perubahan pH yang diharapkan terlalu tinggi, terjadi abnormalitas campuran asam-basa.

    KEGAGALAN METABOLIK

    ASIDOSIS METABOLIK

    Asidosis metabolik terjadi karena peningkatan intake asam, peningkatan asam, atau peningkatan kehilangan bikarbonat ( tabel 2-8). Respon tubuh dapat berupa :

    Memproduksi buffer (bikarbonat ektraseluler dan intraseluler dari tulang dan otot)

    Peningkatan ventilasi (respirasi kussmaul) Peningkatan reabsorpsi ginjal dan turunan bikarbonat)

    Ginjal juga meningkatkan sekresi hidrogen dan oleh sebab itu meningkatkan eksresi NH4+ (H+ + NH3+ = NH4+) dalam urin. Dalam evaluasi pada pasien dengan level serum bikarbonat yang rendah dan asidosis metabolik, ukuran pertama dari perbedaan anion atau Anion Gap (AG), index dari anion yang tidak terukur.

    AG = [ NA ] [ CL + H CO3 ]

  • Normal perbedaan anion (AG) adalah < 12 mmol/L dan menunjuk terutama pada albumin, jadi perkiraan perbedaan anion sesuai untuk albumin (hipoalbumin menurunkan AG).

    Koreksi AG = AG sesungguhnya {2,5 (4,5 albumin)}

    Asidosis metabolik dengan adanya peningkatan AG dari asam exogenous proses pencernaan lainnya (ethylen glycol, salisilat atau metanol) atau produksi asam endogenous lain dari :

    - hydroxybutyrate dan acetoacetae pada ketoasidosis

    - Laktat dalam asidosis laktat

    - Asam organik pada insufisiensi ginjal

    Salah satu penyebab paling sering dari asidosis metabolik berat pada pasien bedah dengan asidosis laktit. Dengan shock, laktat diproduksi dari produk perfusi jaringan yang inadekuat. Terapi adalah untuk mengembalikan perfusi.

    Asam laktat dimetabolisasi dan kadar pH kembali normal. Pemasukan bikarbonat untuk terapi asidosis metabolik masih kontroversial karena tidak jelas bahwa asidosis akan menghilang. Pemasukan bikarbonat yang berlebihan dapat menyebabkan alkalosis metabolik, yang merubah kurva disosiasi oxyhemoglobin ke kiri, bertentangan dengan keluarnya oksigen pada kadar jaringan, dan dapat dihubungkan dengan aritmia yang sulit diobati. Kerugian lainnya adalah sodium bicarbonat yang dapat mengeksaserbasi asidosis intraselular . Pemasukan bikarbonat dapat dikombinasikan dengan ion hidrogen yang banyak untuk membentuk asam karbonik , yang kemudian dikonversi menjadi CO2 dan air, yang dapat meningkatkan PCO2. Hal ini merupakan keadaan yang merugikan dan dapat menyebabkan ventilasi abnormal pada pasien dengan sindrom akut distres respirasi. CO2 ini dapat masuk ke dalam sel, tapi bikarbonat tetap di ekstra seluler, hal itu akan memperburuk keadaan asidosis intraseluler. Ada beberapa buffer yang tidak meningkatkan produksi CO2 dan menghindari asidosis intraselular, termasuk carbicarb dan tromethamine. Carbicarb adalah campuran eqimolar dari sodium bikarbonat dan sodium karbonat. Campuran karbonat dengan ion hidrogen, menghasilkan bikarbonat lebih dari CO2. Bagaimanapun, buffer ini belum sesuai digunakan untuk manusi. Buffer alternatif yang juga tidak menghasilkan CO2 dan sesuai untuk penggunaan klinis adalah Tris hydroxmethyl amino methane (THAM). THAM dieksresikan oleh ginjal dan biasa digunakan pada pasien insufisiensi ginjal dengan hati-hati. Efek samping meliputi hiperkalemia dan hipoglikemia.

    Asidosis metabolik dengan AG normal dari pemasukan asam lain (HCL atau NH4+) atau kehilangan bikarbonat yang bersumber dari gastrointestinal seperti diare, fistula (enterik, pankreatitis atau biliary), ureterosigmoidostomy atau kehilangan anion dari ginjal, kehilangan

  • bikarbonat diimbangi dengan masuknya klorid, yang menyebabkan perubahan AG. Untuk mengetahui bahwa kehilangan bikarbonat disebabkan oleh renal, kadar [NH4+] dalam urin yang rendah menunjukkan adanya asidosis hiperkloremik yang mengindikasikan adanya kehilangan anion melalui ginjal dan evaluasi untuk asidosis renal tubular dapat dilakukan. Asidosis tubular proksimal ginjal dihasilkan dari penurunan reabsorbsi dari HCO3-, ketika asidosis renal tubular distal dihasilkan dari penurunan eksresi asam. Inhibitor karbonik anhidrase asetazolamid juga dapat menyebabkan kehilangan bikarbonat dari ginjal.

    ALKALOSIS METABOLIK

    Homeostasis asam basa normal menghindari terjadinya alkalosis metabolik melalui peningkatan dari pembentukan bikarbonat dan melemahkan eksresi bikarbinat dari ginjal. Mayoritas dari pasien juga akan mengalami hipokalemi. (perubahan ion kalium ekstraseluler dengan ion hidrogen intraseluler, menyebabkan ion hidrogen dapat menjadi buffer dari HCO3-). Masalah yang dapat ditemui pada pasien bedah dengan obstruksi pyloric (dapat dilihat pada bayi dengan stenosis pyloric atau dewasa penyakit duodenal ulcer) adalah hipokloremik, hipokalemik, atau alkalosis metabolik. Menyebabkan alkalosis hipokloremik dalam urin tinggi untuk mengkompensasi alkalosis. Reabsorpsi ion hidrogen juga terjadi bersamaan dengan eksresi ion kalium. Ditambahkan juga, pada respon terhadap defisit volume, aldosterone mediated reabsorpsi natrium bersamaan dengan eksresi kalium.

    KEGAGALAN RESPIRATORI

    Dalam keadaan normal PCO2 dijaga secara ketat oleh ventilasi alveolar, dan dikontrol oleh pusat pernapasan pada pons dan medula oblongata.

    ASIDOSIS RESPIRATORY

    Keadaan ini berhubungan dengan retensi CO2 untuk meningkatkan ventilasi alveolar. Penyebab utama dapat dilihat pada tabel 2-10. Sebagai kompensasi utama adalah ginjal, yang merupakan respon yang lambat. Pengobatan ditujukan untuk faktor penyebab dan pengukuran untuk menjamin ventilasi yang adekuat. Tindakan ini memerlukan strategi ventilasi patient-initiated volume expansiun atau non invasive ( bilevel positive airway pressure, BIPAP) atau invasiv (intubasi endotrakeal).

    ALKALOSIS RESPIRATORY

    Pada banyak kasus alkalosis respiratori terjadi secara akut dan sekunder pada hiperventiasi alveolar. Penyebabnya termasuk nyeri atau gelisah, kelainan neurologi ( meningitis, trauma), obat-obatan ( seperti salisilat ), demam, bakterimia gram , thyrotoxicosis, atau hipoksemia. Hipokapnea akut dapat menyebabkan pemasukan potassium dab fosfat kedalam sel dan meningkatkan pengikatan calsium terhadap albumin, menyebabkan hipokalemia simptomatik, hipofosfatemia, dan hypocalemia, yang

  • kemudian dapat terjadi aritmia, parestesi, kejang pada otot dan bangkitan. Pengobatan ditujukan untuk mengobati penyebab penyakit, dan juga mengobati hiperventilasi yang terjadi.

    TERAPI CAIRAN DAN ELEKTROLIT

    LARUTAN PARENTERAL

    Ada sejumlah larutan elektrolit komersial yang dapat digunakan untuk pemasukan parenteral. Jenis cairan yang dimasukkan tergantung pada status volume pasien dan tipe konsentrasi atau adanya komposisi abnormal. Baik ringer laktat dan normal saline bersifat isotonik dan bermanfaat dalam menggantikan kehilangan cairan gastrointestinal dan defisit volume ekstraseluler. Ringer laktat bersifat agak hipotonik karena mengandung 130 mEq Natrium, yang diseimbangkan dengan 109 mEq klorida dan 28 mEq laktat. Laktat lebih sering digunakan dibandingkan bikarbonat karena laktat bersifat lebih stabil sebagai cairan intravena selama penyimpanan. Laktat diubah menjadi bikarbonat di hati mengikuti proses pencairan, walaupun dihadapkan pada syok hemoragik. Beberapa bukti menunjukkan bahwa resusitasi menggunakan ringer laktat dapat menyebabkan kerusakan karena RL mengaktivasi respon inflamasi dan menyebabkan terjadinya apoptosis. Komponen yang terlibat adalah isomer D laktat, yang berbeda dengan isomer D, bukan merupakan perantara yang normal pada metabolisme mamalia. Biasanya larutan mengandung campuran 50:50 dari D dan isomer.

    Penelitian in vitro menunjukkan bahwa hanya isomer D yang tidak mengaktivasi neutrofil.

    Larutan Elektrolit Parenteral

    Larutan Komposisi elektrolit ( mEq/L )Na Cl K HCO3- Ca Mg mOsm

    Cairan ekstraseluler

    Ringer Laktat

    Natrium Klorida 0,9%

    D5 0,45% natrium klorida

    D5 W

    Natrium Klorida 3%

    142

    130

    154

    77

    513

    103

    109

    154

    77

    513

    4

    4

    27

    28

    5

    3

    3 280-310

    273

    308

    407

    253

    1026

    Natrium klorida bersifat sedikit hipertonik, mengandung 154 mEq Na yang diseimbangkan dengan 154 mEq Cl. Konsentrasi klorida tertinggi mengakibatkan beban Cl signifikan melewati ginjal dan dapat

  • menyebabkan asidosis metabolic hiperkloremi. NaCl merupakan larutan yang ideal, untuk koreksi deficit volume yang berhubungan dengan hiponatremia, hipokloremia, dan asidosis metabolic.

    Konsentrasi larutan Na yang rendah, misalnya 0,45%, bermanfaat untuk menggantikan kehilangan cairan, melalui gastrointestinal, juga untuk memelihara terapi cairan setelah periode postoperative. Larutan ini menyediakan air yang cukup untuk kehilangan air yang bersifat insensible dan cukup Na untuk membantu ginjal mengkoreksi kadar Na serum. Penambahan dekstrose 5% (50 gr of dekstrose/L) mengandung 200 kkal/L dan D5% selalu ditambahkan pada larutan yang mengandung NaCl < 0,45% untuk memelihara osmolaritas dan hal tersebut berguna untuk mencegah terjadi lisis sel darah merah yang dapat trjadi pada infus cairan hipertonik yang cepat. Penambahan K bermanfaat untuk menjaga fungsi ginjal dan urin output yang kuat.

    CAIRAN RESUSITASI ALTERNATIF

    Sejumlah larutan alternative untuk ekspansi volume dan resusitasi telah tersedia table 2-12 larutan salin hipertonik (3,5% dan 5% digunakan untuk mengatasi deficit Na yang berat. Salin hipertonik (7,5% ) digunakan sebagai terapi pada cedera kepala tertutup. Salin hipertonik meniungkatkan perfusi cerebral dan menurunkan tekanan intracranial, hal tersebut akan meunurunkan edema otak. Salin hipertonik dalamjumlah kecil, dibandingkan dengan salin isotonic dalam jumlah besar, lebih efektif dalam meningkatkan volume pada shock hemoragik. Bagaimanapun harus diperhatikan juga dalam meningkatkan darah, seperti salin hipertonik sebagai vasodilator arteriola.

    Koloid juga digunakan pada pasien bedah dan masih diperdebatkan sebagai penambahan volume dibandingkan kristaloid isotonic. Melalui berat molekulnya koloid tertahan di ruang intravascular. Bagaimanapun pada kondisi shock hemoragik berat, permeabilitas membrane kapiler meningkat, menyebabkan koloid dapat masuk ke ruang interstitial yang dapat memperburuk edema dan merusak oksigenasi jaringan.

    Ada empat tipe koloid yaitu :

    - Albumin

    - Dekstran

    - Beta starch

    - Gelatin

    Larutan dengan ukuran partikel lebih kecil dan berat molekul lebih kecil mempunyai efek onkotik yang lebih besar, tapi tertahan dalam sirkulasi pada periode lebih singkat dibandingkan koloid dengan ukuran partikel lebih besar dan berat molukul lebih besar.

  • Albumin (berat molekul 70000) merupakan derifat dari darah, oleh karena itu dapat dihubungkan dengan reaksi alergi. Albumin dapat menginduksi gagal ginjal dan merusak fungsi paru jika digunakan untuk resusitasi shock hemoragik.

    Dextran adalah polimer glukosa yang dihasilkan oleh pertumbuhan bakteri pada media sukrosa dan tersedia dalam larutan dengan berat molekul 40.000 atau 70.000. Dextran menambah volume melalui efek osmotiknya. Dextran terutama lebih banyak digunakan untuk menurunkan viskositas darah daripada penambahan volume.

    Larutan hydroxyethyl starch merupakan kelompok lain dari larutan pengganti volume dan plasma. Kerusakan hemostatik menyebabkan menurunnya faktor willebrand dan faktor VIII : c dan telah digunakan pada perdarahan postoperatif jantung dan saraf. Heta starch juga menyebabkan disfungsi ginjal pada pasien dengan shock septik dan pada resipien donor ginjal dari donor yang mati batang otak. Heta Starch tidak berperan banyak pada resusitasi masif karena dapat menyebabkan koagulopati dan asidosis hiperkloremik.

    Gelatin merupakan kelompok ke empat dari koloid yang diproduksi dari kolagen sapi. Ada dua jenis yaitu gelatin urea linked dan succinylated gelatin (gelofusine).

    MENGATASI ELEKTROLIT ABNORMAL

    NATRIUM

    HIPERNATREMIA

    Penatalaksanaan hipernatrmia selalu dihubungkan dengan terapi defisit air. Pada pasien hipovolemik diatasi dengan normal saline. Defisit air digantikan dengan menggunakan cairan hipotonik seperti dekstrose 5%, dekstrose 5% pada normal saline atau air enteral.

    Rumus untuk menghitung kebutuhan air untuk mengatasi hipernatremia :

    Defisit air (L) = serum Na 140 x TBW

    140

    Perkiraan TBW pada laki-laki 50%, wanita 40%

    HIPONATREMIA

    Banyak kasus hiponatremia dapat diatasi dengan restriksi air dan jika berat ditambahkan Na. Pada pasien dengan fungsi renal normal hiponatremi tidak akan terjadi jika serum Na 120 mEq/L. Jika terjadi gejala neurologik, maka normal saline 3% digunakan untuk meningkatkan Na tidak lebih dari 1 mEq/L per jam sampai kadar serum Na mencapai

  • kadar 130 mEq/L atau gejala neurologik teratasi. Koreksi dari hiponatremia yang asimptomatik dilakukan dengan meningkatkan kadar Na tidak lebih dari 0,5 mEq/L sampai maksimum 12 mEq/L per hari dan lebih rendah lagi pada hiponatremi kronik. Koreksi hiponatremi yang cepat dapat menyebakan mielinolisis pons dengan kejang, lemah atau paresis, gerakan akinetik dan unresponsif serta kerusakan otak permanen. MRI dapat membantu menegakkan diagnosis.

    KALIUM

    HIPERKALEMIA

    Terapi utama ditujukan untuk menurunkan K total tubuh, masuknya K dari ekstraseluler ke intraseluler dan untuk memelihara sel dari efek meningkatnya K.

    Terapi Hiperkalemia asimptomatik Pengeluaran kalium

    Kayexalate

    Oral : 15 30 g dalam 50 100 ml sorbitol 20%

    Rectal : 50 g dalam 200 ml sorbitol 20%

    Dialisis

    Pengantian kalium

    1 ampul glukosa D50 dan insulin regular 5 10 unit IV

    1 ampul bikarbonat IV

    Menetralkan efek kardio

    Kalsium glukonat 5 10 ml dalam larutan 10%

    HIPOKALEMIA

    Terapi untuk hipokalemi adalah dengan pemberian kalium. Pemberian secara oral efektif untuk hipokalemia ringan dan asimptomatik. Jika diperlukan pemberian secara intravena, tidak boleh lebih dari 10-20 mEq/h.

    MAGNESIUM

    HIPERMAGNESEMIA

  • Terapi untuk hipermagnesemia adalah dengan tidak memberikan Mg eksogen, mengkoreksi defisit volume dan asidosis jika terjadi.

    HIPOMAGNESEMIA

    Koreksi deplesi Mg dapat dilakukan secara oral jika ringan dan asimptomatik. Pemberian Mg dapat dilakukan secara intravena jika berat dan menimbulkan gejala.

    CALCIUM

    HIPERKALSEMIA

    Terapi diberikan jika hiperkalsemia menimbulkan gejala simptomatik, yang terjadi jika kadar serum mencapai 12 mg/dl.

    HIPOKALSEMIA

    Hipokalsemia asimptomatik dapat diatasi dengan pemberian Ca secara oral atau intravena.

    TERAPI CAIRAN PREOPERATIF

    Pemeliharaan cairan harus dilakukan pada individu yang sehat sebelum operasi.

    Rumus untuk menghitung cairan :

    0-10 kg I = 100 ml/kgbb/hari

    10-20 kg II = 50 ml/kgbb/hari

    >20 kg III = 20 ml/kgbb/hari

    Evaluasi preoperatif status volume pasien dan elektrolit abnormal yang ada merupakan bagian yang penting pada penilaian dan perawatan preoperatif.

    Jika telah terdiagnosa defisit volume harus dilakukan penggantian cairan secara cepat, biasanya digunakan kristaloid isotonik. Pasien yang mengalami defisit volume dengan gejala kardiovaskular harus diberikan 1-2L cairan isotonik infus. Monitoring yang ketat selama periode ini sangat penting. Pasien yang gagal teratasi defisit volumenya biasanya fungsi ginjalnya rusak, dan pada orang tua harus dibawah monitoring yang ketat di ICU, untuk mengontrol tekanan vena sentral atau kardiak output.

    TERAPI CAIRAN INTRAOPERATIF

    Pada induksi anestesi mekanisme kompensasi akan hilang dan hipotensi akan terjadi jika defisit volume tidak diatasi secara cepat sebelum operasi.

  • Ketidakstabilan hemodinamik dapat dihindari dengan mengkoreksi cairan yang sudah hilang, menggantikan cairan yang sedang hilang dan menyediakan terapi cairan yang adekuat sewaktu preoperatif.

    TERAPI CAIRAN POSTOPERATIF

    Setiap defisit selama preoperatif atau intraoperatif harus dikoreksi. Resusitasi yang adekuat ditunjukkan dengan adanya perbaikan tanda vital dan urine output, dengan koreksi defisit basa atau laktat.

    www.doktermudaliar.wordpress.com

    TUGAS INDIVIDU : KEPERAWATAN ANESTESIDOSEN : MUH. YASSIR

    TERAPI CAIRAN PADA KASUS PEMBEDAHAN

  • Di susun oleh:

    LIA IRAWATY SIHOMBINGNIM. NH.02.10.086

    P R O G R A M S T U D I I L M U K E P E R A W A T A NS E K O L A H T I N G G I I L M U K E S E H A T A N

    N A N I H A S A N U D D I NM A K A S S A R

    2 0 1 1

  • www.doktermudaliar.wordpress.comMenguak Misteri Kamar BiusTERAPI CAIRANKomposisi Cairan Tubuh

  • L a k i -l a k i P e r e m p ua n B a y i T o t al a i r t u b u h ( % ) 6 0 50 7 5 I n tr a s e l

  • u l e r 40 3 0 4 0E k s t ra s e l ul e r 2 02 0 3 5 - Kompartemen Cairan Tubuh

  • ( m E q / L ) P la s m a I n t e r st i t i a l I n t e rs e l u l e r Ka t i o nN a 1 42 1 1 41 5 K4 4

  • 1 50 Ca 52 ,5 2M g3 1 ,5 2 7T o t a

  • l 1 5 41 5 2 19 4 A ni o n Cl 1 0 31 1 4 1HCO3

  • 2 7 30 1 0HPO4

    2 21 00 SO4

    1 12 0

  • A s a m O r g an i k 5 50 P r ot e i n1 6 0 63 T o ta l 1 5

  • 4 1 5 21 9 4Kebutuhan CairanKebutuhan air pada orang dewasa setiap harinya adalah 30-35 ml/kgBB/24jam

  • Kebutuhan ini meningkat sebanyak 10-15 % tiap kenaikan suhu 1 CKebutuhan elektrolit Na 1-2 meq/kgBB

  • (100meq/hari atau 5,9 gram)Kebutuhan elektrolit K 1 meq/kgBB (60meq/hari atau 4,5 gram)Kebutuhan Harian Bayi Dan Anak

  • B e r a t b a d a n K e b u tu h a n a i r ( p e r h a r i ) s /d 1 0 k g 1 0 0 m l / k g B B 11-20 kg1000 ml + 50 ml/kgBB (untuk t iap kg

  • di a tas 10 kg)> 20 kg1500 ml + 20 ml /kgBB (untuk t i ap kg d i a tas 20 kg)Keseimbangan Cairan Tubuh36

  • www.doktermudaliar.wordpress.comA i r m a s u k A ir k e l u a rMinuman: 800-1700 ml Urine : 600-1600 ml.Makanan: 500-1000 ml. Tinja :

  • 50-200 ml.Hasil oksidasi: 200-300 ml. Insensible loss: 850-1200 mlKebutuhan Cairan Meningkatdemam (12% setiap 1

  • o> 37o

    C)hiperventilasisuhu lingkungan meningkataktivitas berlebih

  • kehilangan abnormal seperti diareKebutuhan Cairan Menurunhipotermia (12% setiap 1o

  • > 37o

    C)kelembaban sangat tinggioliguria atau anuria

  • tidak ada aktivitasretensi cairan misal pada gagal jantungMasalah yang sering ditemukan pada pre operatif adalah1.Hipovolemia

  • a .Ak tua l1)Perdarahan.2)Dehidrasi. b.PotensialPuasa.2.HipervolemiaTERAPI CAIRAN PERI OPERATIFA.Preoperatif

  • Pasien normohidrasi pengganti puasa (DP): 2 ml/kgBB/jam puasa

  • (bedakan dengan kebutuhan cairan per hari (30-35ml/kg/hari))cairan yang digunakan : kristaloid

  • pemberian dibagi dalam 3 jam selama anestesi :50 % dalam 1 jam pertama25 % dalam 1 jam kedua25 % dalam 1 jam ketiga

  • B. Durante operasi- Pemeliharaan: 2 ml/kg/jam- Stress operasi:operasi ringan: 4 ml/kgBB/jamoperasi sedang: 6 ml/kgBB/jamoper

  • asi berat: 8 ml/kgBB/jam37

    www.doktermudaliar.wordpress.comMenguak Misteri Kamar BiusPerdarahan

  • :hitung EBV jika perdarahan10% EBVberikan kristaloid substitusi dengan perbandingan 1 : 2-4ml cairan10% kedua berikan koloid 1 :

  • 1 ml cairan> 20 % EBVberikan darah 1 : 1 ml darahPada anak dan bayiPemeliharaan:10 kg pertama 4 ml/kgBB/jam1 0 k g k e d u a 2

  • m l / k g B B / j am K g s e l a n j u t n y a 1 m l / k g B B / j a mbedakan dengan kebutuhan per hari :Defisit puasa (DP): cairan

  • pemeliharaan x jam puasaStress operasi :Ringan : 2 ml/kgBB/jamS e da n g : 4 m l / k g B B / j a mBerat : 6 ml/kgBB/jam

  • C. Pasca operasiTerapi cairan pasca bedah ditujukan untuk :a.Memenuhi kebutuhan air, elektrolit, nutrisi b.Mengga

  • nti kehilangan cairan pada masa paska bedah (cairan lambung, febris)38Contoh :Pria BB 50 kgEBV 50 X 70 ml = 3500 mlmaka jika

  • perdarahan 800 ml digantikan dengan10% pertama (350 ml)kristaloid 700-1400 ml10% kedua (350 ml)

  • koloid 350 ml100 mldarah 100 mlJenis pembedahan (menurut MK Sykes)a . P e m be d a h a n k e c i l / r i n g a n

  • -Pembedahan rutin kurang dari 30 menit.-Pemberian anestesi dapat dengan masker. b . P e

  • m b e d a h a n s e d a n g .-Pembedahan rutin pada pasien yang sehat.-Pemberian anestesi dengan pipa endotracheal.

  • -Lama operasi kurang dari 3 jam.-Jumlah perdarahan kurang dari 10% EBVc . P e m be d a h a n b e s a r .

  • -Pembedahan yang lebih dari 3 jam.-Perdarahan lebih dari 10% EBV-Pembedahan di daerah saraf pusat,

  • laparatomi, paru dan